Dokumen tersebut membahas proses masuk dan penyebaran agama Islam di Indonesia, meliputi berbagai teori seperti Teori Gujarat, Teori Arab, Teori Persia & China, serta faktor-faktor pendukung seperti sikap pedagang Muslim, terbukanya sikap masyarakat, dan peran istana. Dokumen juga menyinggung perlawanan umat Islam terhadap penjajahan asing seperti Portugis dan Belanda.
3. Masuknya Islam
Setelah kegiatan pembelajaran 1 ini diharapkan,
Kalian dapat menyimpulkan berbagai teori tentang
proses masuknya agama Islam ke Indonesia dan
memaparkan hasil informasi teori tentang proses
masuknya agama Islam ke Indonesia dengan benar
5. Teori Gujarat 1/2
Pencetus Pijnappel dan Moqette (Ilmuwan belanda)
Inti teori
yang membawa agama Islam ke Indonesia ialah orang - orang
Arab yang sudah lama tinggal di Gujarat (India) sejak awal abad
ke 13 Masehi bersama dengan hubungan dagang yang terjalin
antara masyarakat Nusantara dengan para pedagang Gujarat tsb.
Bukti
pendukung
Batu nisan Sultan Samudera Pasai Malik As-Saleh (1297) / Marah
Silu dan batu nisan Syekh Maulana Malik Ibrahim di Gresik
memiliki kesamaan dengan batu nisan yang berada di Cambay
6. Teori Gujarat 2/2
Bukti
pendukung
Keterangan Marcopolo dari Venesia (Italia) bahwa di Perlak
(1292) sudah banyak penduduk yang memeluk Islam dan banyak
pedagang Islam dari India yang menyebarkan ajaran Islam
Kelemahan
masyarakat Samudra Pasai menganut mazhab
Syafii, sementara masyarakat Gujarat lebih banyak menganut
mazhab Hanafi..
Saat islamisasi Samudra Pasai (Abad 13), Gujarat masih
merupakan Kerajaan Hindu.
8. Teori Arab 1/2
Pencetus Buya Hamka (J.C. van Leur, Anthony H. Johns, T.W. Arnold)
Inti teori
yang membawa agama Islam ke Indonesia ialah orang - orang
Arab, baik itu pedagang yang berjualan maupun orang – orang
yang memiliki semangat untuk menyebarkan Islam ke seluruh
belahan dunia (Timur Tengah, Afrika Utara, Spanyol)
Bukti
pendukung
Pada abad ke 7 yaitu tahun 674 di pantai barat Sumatera sudah
terdapat perkampungan Islam (Arab), dimana terdapat
nisan kuno bertuliskan Syekh Rukunuddin, wafat tahun 672 M.
9. Teori Arab 2/2
Bukti
pendukung
pengaruh mazhab Syafi’i terbesar pada waktu itu adalah Mesir
dan Mekkah.
Adanya penggunaan gelar Al Malik pada raja-raja Samudera
Pasai yang hanya lazim ditemui pada budaya Islam di Arab &
Mesir.
Adanya surat yang dikirim oleh Raja Sri Indrawarman (702-728
M) kepada Khalifah Muawiyyah bin Abi Sufyan dan Khalifah
Umar ibn Abd Azis (720-722 M).
Kelemahan
kurangnya fakta dan bukti yang menjelaskan peran Bangsa Arab
dalam proses penyebaran Islam di Indonesia.
10. Teori Persia & China
03 masuknya Islam di Indonesia
melalui 2 Persia (Iran) & China
11. Selayang Pandang
13
2
7
3
Kemiripan Budaya
Peringatan 10 Muharram
Penggunaan jabar, je-er, py-es
Pengaruh China
Dalam kebudayaan Sumatera Selatan
Ada situs sejarah
Makam Maulana Malik Ibrahim
Perkampungan Leran di Gresik
Kronik Klenteng
Sam Po Kong
Menyatakan bahwa Raja
Demak dan Wali songo itu
keturunan cina
12. Beberapa kelemahan Teori diatas
Mayoritas umat Islam di kita adalah
Sunni
Kedua teori tidak menjelaskan awal
masuknya Islam ke Nusantara.
Belum ada lanjutan
penelitian atas 2 teori ini
1
2
3
14. Menyebarnya Islam
Setelah tentunya karena izin dan rahmat dari Allah
Azza wa Jalla, ada faktor-faktor yang mendukung
masifikasi Islam di Indonesia.
16. Faktor Pendorong
- Sikap dan kesuksesan pedagang arab
- Terbukanya sikap masyarakat nusantara
- Meningkatnya ekonomi nusantara
- Kesederhanaan Islam
- Penyetaran hak dan derajat setiap
individu
17. Jalur Perdagangan
- Jalur perdagangan selat malaka yang
strategis menyebabkan banyak keluar
masuknya pedagang muslim
- Para pedagang tersebut bahkan banyak yg
menetap dan membuat perkampungan
arab di pesisir nusantara
- Ketentuan muamalah dalam Islam yang
menguntungkan semua pihak.
18. Jalur Perkawinan
- Adanya pernikahan antara orang muslim
dengan masyarakat nusantara
- Bratelagawa yang menikah dengan Wanita
muslim gujarat
- Syekh Quro menikah dengan Ratna Sondari
(Karawang)
- Pernikahan putri Champa (Siu Ban Ci)
dengan Raja Brawijaya V (Majapahit)
- Prabu siliwangi dengan nyai Subanglarang
19. Jalur Istana
- Saat banyaknya bangsawan, pemimpin
daerah bahkan raja masuk islam, dengan
lebih mudah islam diterima di masyarakat
- Pelebaran kekuasaan juga memberikan
kesempatan Islam untuk menyebar
- Istana juga mendorong proses pendidikan
dengan mengajarkan Islam serta
memfasilitasi penyebarannya.
20. Jalur Pendidikan
- Para ulama / pemuka agama Islam ada juga
yang berdakwah bahkan hingga ke
pedalaman. mereka mendirikan berbagai
lembaga dakwah
- Setelah di istana, islam menyebar melalui
masjid – masiid.
- Setelah itu muncul Lembaga Lembaga
Dakwah ( Meunasah, Pesantren, Surau,
Langgar )
21. Penjajahan Kolonialisme
Di abad ke 16 islam sudah menjadi agama mayoritas. Buktinya
dari jumlah kerajaan islam di nusantara
Samudera Pasai
Aceh Darussalam
Kesultanan Aceh
Kesultanan Malaka
Kerajaan Perlak
Kerajaan Langkat
Kesultanan Deli
Kesultananan Siak
Kesultanan Pelalawan
kerajaan Pagaruyung
kerajaan Indrapuwa
Kesultanan Palembang
Kesultanan Demak
Kesultanan Kalinyamat
Kesultanan Pajang
Kesultanan Mataram
Kesultanan Cirebon
Kesultanan Banten
Kerajaan Banjar
Kerajaan Kutai
Kerajaan Ternate dan Tidore
kerajaan Gowa
22. Penjajahan Kolonialisme
Salah satu hikmah yang terdapat dalam penjajahan yang
dimulai sekitar awal abad ke 16 adalah penyebaran Islam yang
semakin diterima secara terbuka oleh masyarakat Nusantara
Kolonialisme yang datang tanpa visi peradaban dan berfokus
pada mencari keuntungan sebanyak banyaknya tidak pernah
mendapatkan simpati publik.
Islam yang telah diterima oleh sebagian masyarakat Nusantara
menjadi simbol perlawanan dan pengikat solidaritas.
23. Penjajahan Portugis
Portugis adalah salah satu bangsa Eropa yang berasal dari Portugal.
Portugis datang ke Nusantara pada adab ke-16, tahun 1509 Masehi mereka
menduduki Malaka dipimpin oleh Diogo Lopes de Sequeira
Tahun 1511 Portugis menduduki Malaka dan menghancurkan perdagangan Indonesia
bahkan Asia, ini yang menyebabkan pedagang Jawa menganggap mereka sebagai
musuh, akibatnya tidak ada 1 tempat pun di pulau Jawa diduduki Portugis hingga
akhir abad 16.
Adapun tujuan penjelajahan dan penjajahan bangsa eropa adalah; 3G (Gold, Glory,
Gospel)
24. Serangan Demak
Kasus penyerbuan dan kemudian diteruskan penjajahan terhadap Malaka
oleh Portugis tahun 1511 ternyata mengundang timbulnya pergerakan di
Indonesia untuk melawan tindakan penjajahan itu solidaritas umat Islam
muncul pada waktu itu kerajaan Islam Demak tidak tinggal diamdengan
mengirimkan armadanya untuk melawan Portugis di bawah komando Pati
Unus (1513) Selain itu Demak juga membuat zone pertahanan di pantai utara
Jawa dengan misi Fatahillah-nya .
25. Serangan Demak
Perlawanan kerajaan Demak ini tidak hanya melakukan pertempuran
langsung dengan pasukan Portugis melainkan juga dengan orang atau
kerajaan-kerajaan yang melakukan kerjasama dengan Portugis.
Seperti pernyerangan yang dilakukan Demak ke Daha Kediri pada tahun 1527
M dipimpin oleh Sunan Kudus.
penyerangan kerajaan Demak ke Sunda Kelapa (Kerajaan Pajajaran) di bawah
pimpinan Fatahillah
27. Masuknya Belanda ke Indonesia
Tujuan kedatangan belanda ke Indonesia adalah untuk berdagang rempah-rempah.
Setelah berhasil menemukan daerah penghasil rempah-rempah dan keuntungan yang
besar, Belanda berusaha untuk mengadakan monopoli perdagangan rempah-rempah
dan menjajah.
Belanda pertama kali datang pada 1596 di bawah pimpinan Cornelis de Houtman.
Lalu pada Gelombang ke 2 (1598) Jacob van Neck dan Van Waerwyck juga datang
dan sukses membawa rempah – rempah. Kesuksesan tersebut membuat
perusahaan – perusahaan Belanda berlomba lomba untuk datang ke Indonesia.
28. Masuknya Belanda ke Indonesia
Bentuk awal monopoli mereka adalah mendirikan VOC (1602) untuk menguasai
perdagangan rempah-rempah di Nusantara dan Eropa. Yang membedakan mereka
dengan Portugis yaitu tidak serta merta melakukan penyerangan dan penjajahan, tapi
menggunakan strategi-strategi yang menempatkan mereka sebagai pemegang
kepentingan di pusat penjualan rempah – rempah.
Contohnya adalah politik adu domba jika ada sengketa di kerajaan. Hal inilah yang
kemudian menjadi alasan mengapa Belanda sangat lama menjajah Indonesia.
Strategi politik adu domba menimbulkan berbagai isu konspirasi di ranah kerajaan.
29. Politik Adu Domba
Kesultanan Banten
Ketika terjadi sengketa antara dua putra Sultan Ageng, yakni Sultan Haji dan Pangeran
Purbaya, Belanda bersekutu dengan Sultan Haji. Dengan taktik politik adu domba,
Belanda mengadu domba Sultan Haji dengan Sultan Ageng Tirtayasa yang anti
kompeni.
Taktik itu berhasil membuat kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa lumpuh. Ia ditangkap
dan dipenjarakan di Batavia hingga wafat pada tahun 1692. Sejak itu Kesultanan
Banten mulai mengalami kemunduran karena terpengaruh oleh kompeni Belanda.
30. Politik Adu Domba
Kerajaan Makassar
VOC berpura-pura membangun hubungan baik dan saling menguntungkan dengan
Kerajaan Makassar. Setelah disambut baik, VOC langsung memberikan tuntutan,
namun langsung ditentang oleh Sultan Hasannudin.
Politik adu domba yang dilancarkan Belanda juga berdampak pada terjadinya
pertempuran Sultan Hasanuddin dengan Arung Palakka (Sultan Bone) yang bersekutu
dengan VOC, pada 1666 sampai 1667. Hal itu yang kemudian membuat Sultan
Hasanuddin harus menandatangani Perjanjian Bongaya yang memaksa Sultan
Hasanuddin tunduk.
31. Politik Adu Domba
Kaum Padri
Pada tahun 1800-an, di Sumatera Barat terdapat dua kubu, yakni kaum Padri dan
kaum Adat. Kaum Padri dipimpin oleh tokoh yang mengikuti ajaran Islam kuat, seperti
Haji Miskin, Haji Piobang dan Haji Sumanik. Sementara kaum Adat kuat mengikuti
tradisi leluhur dan adat istiadat, dipimpin oleh Sultan Arifin Muningsyah dari Kerajaan
Pagaruyung. Pertentangan antara dua kubu ini terjadi saat kaum Padri berusaha
memurnikan ajaran Islam dari segala bentuk adat istiadat yang bertentangan dengan
Islam
Disini Belanda terus menerus memanasi dan mendukung perlawanan Kaum adat
sehingga banyak pemimpin kaum Padri maupun kaum Adat yang gugur.
32. Politik Adu Domba
Kerajaan Mataram
Saat Sultan Agung meninggal, Raja Amangkurat I sebagai penerusnya malah menjalin hubungan
dengan VOC. Setelah itu VOC dengan leluasa mengatur kerajaan Mataram hingga saat Raden
Mas Said dan Pangeran Mangkubumi (Yang seharusnya menjadi raja) menyerang VOC untuk
merebut haknya kembali.
Untuk meredam serangan itu, VOC menjalankan siasat licik dengan memecah belah Raden Mas
Said dan Pengeran Mangkubumi. VOC mengirimkan utusan khusus untuk menghasut Raden
Mas Said agar berhati-hati terhadap Pangeran Mangkubumi yang bisa mengkhianatinya.
Di sisi lain, VOC juga mengirim utusan ke Pangeran Mangkubumi. VOC membujuk Mangkubumi
dengan menjanjikan setengah wilayah kekuasaan Mataram yang dipegang Raden Mas Soerjadi.
33. Penjajahan Belanda
VOC dibubarkan pada tanggal 30 Desember 1799 akibat korupsi para pejabatnya dan
volume perdagangan yang menurun akibat peperangan di Eropa. Lalu Indonesia
diserahkan kepada pemerintah Belanda.
Pada masa penjajahan Belanda ini, umat Islam mengalami kemerosotan dalam segala
aspek kehidupannya, baik secara material maupun spiritual. Hal ini dikarenakan
sistem kolonialisme yang diterapkan Belanda terlalu ketat, doktrinisasi dalam bidang
politik, eksploitasi ekonomi, diskriminasi sosial, westernisasi kebudayaan, dan
kristenisasi penduduk.
Umat Islam yang telah mengalami kesusahan dan penyiksaan dari Belanda melalui
sistem tanam paksa saat itu tidak mendapatkan pembelaan dari para pembesar
rakyat dan penguasa pribumi. Para pembesar rakyat seperti raja-raja pada saat itu
telah kehilangan syariat Islam sebagai landasan hukum.
34. Penjajahan Belanda
Para ulama juga mengalami keadaan yang sangat menyedihkan, para ulama desa dan
pengikut-pengikutnya diputuskan hubungannya dengan kalangan priyai dan
bangsawan diatasnya oleh pemerintah Belanda, akibatnya ulama menjadi tuna politik
dan tidak tahu tentang struktur pemerintahan diatasnya.
Para ulama tidak saling mengenal antara satu dengan yang lain. Hubungan mereka
tidak begitu dekat, hanya sebatas kenalan saja, tidak pernah bekerja sama untuk
kepentingan agama dan umum. Bahkan terkadang diantara mereka terjadi
perselisihan, mereka juga tidak pernah tahu bagaimana keadaan dan kehinaan umat
Islam di luar rumah mereka.
keadaan ulama yang menyedihkan ini diakibatkan adanya depolitisasi ulama yang
dilakukan oleh pemerintah Belanda sebagai upaya untuk menghancurkan, dan
memecah belah umat Islam.
35. Penjajahan Belanda
Meskipun begitu Umat Islam tidak pernah tinggal diam dalam menghadapi
penjajahan Belanda, mereka selalu berusaha mengadakan perlawanan agar dapat
mengusir Belanda dari Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya terjadi
perlawanan-perlawanan kaum muslimin terhadap Belanda, seperti perang paderi
(Minangkabau), perang Diponegoro (Jawa), perang Aceh, dan pemberontakan rakyat
di Cilegon Banten. Semua perlawanan dan pemberontakan ini mendapatkan
dukungan penuh dari pesantren, mulai dari tokoh-tokoh pesantren dan para alumni
pesantren, seperti para ulama dan kyai.
Maka tidak aneh bila Belanda senantiasa berusaha mendiskreditkan pesantren
dengan menekan dan membatasi ruang geraknya serta mendirikan dan
menyelenggarakan pendidikan model Barat yang diperuntukkan bagi orangorang
Belanda dan sekelompok kecil orang Indonesia.
36. Masa Pergerakan Nasional
Perjuangan di masa Pergerakan Nasional yang digerakkan oleh kalangan terdidik ini
dilakukan melalui pembentukan organisasi-organisasi modern yang, tentu saja,
berbeda dengan bentuk perjuangan yang dilakukan bangsa Indonesia sebelumnya.
Perjuangan bersenjata bersifat kedaerahan yang dipimpin oleh ulama atau
bangsawan mulai ditinggalkan. Organisasi yang dibentukpun tidak hanya terbatas
bergerak dalam bidang politik melainkan juga pendidikan dan sosial. Maka berdirilah
berbagai organisasi modern sejak awal abad ke-20 di Indonesia.
37. Sarekat Dagang Islam
Sarekat Dagang Islam (SDI) merupakan organisasi Islam yang berfokus membantu
perdagangan atau ekonomi bagi umat Islam. Organisasi ini didirikan di Surakarta, Solo
pada awal abad ke-20 (Wiki = 16 Oktober 1905)
Haji Samanhudi (1868 – 1956) merupakan pendiri organisasi Sarekat Dagang Islam.
Beliau merupakan seorang pengusaha batik Laweyan yang peduli pada nasib
ekonomi rakyat Indonesia.
Dalam dunia perdagangan, Samanhudi merasakan perbedaan perlakuan oleh
penguasa Hindia Belanda antara pedagang pribumi yang mayoritas
beragama Islam dengan pedagang Tionghoa
38. Sarekat Dagang Islam
Sejak awal kemunculannya Pemerintah kolonial Belanda menganggap SDI sebagai
bahaya besar bagi mereka. Residen Srakarta segera membekukan Sarekat Dagang
Islam dan menuduh mereka sebagai penyebab kerusuhan-kerusuhan yang terjadi di
Surakarta pada tahun 1912 antara SDI dan orang Cina.
Pembekuan terhadap SDI dicabut oleh pemerintah pada tanggal 26 Agustus 1912
dengan syarat yang membatasi SDI. Persyaratan tersebut menjadikan SDI hanya
terbatas di daerah Surakarta saja. Dalam kondisi di masa awal pergerakannya yang
serba sulit itu, membuat SDI semakin butuh kepada sosok yang dapat memeperluas
pergerakan organisasi. Sosok tersebut datang pada Mei 1912. Dialah Haji Oemar
Said Tjokroaminoto.
39. Sarekat Islam
Sarekat Dagang islam kemudian berkembang menjadi Sarekat Islam. Ketika
melaksanakan kongresnya yang pertama di Surabaya pada Januari 1913, SI telah
menekankan kegiatan yang bersifat menyeluruh untuk segenap pelosok di tanah air.
Tujuannya adalah agar organisasi tidak hanya bergerak dalam bidang ekonomi, tetapi
juga dalam bidang lain seperti politik.
SI tidak membatasi keanggotaannya hanya untuk masyarakat Jawa dan Madura saja.
Tujuan SI adalah membangun persaudaraan, persahabatan dan tolong-menolong di
antara muslim dan mengembangkan perekonomian rakyat.
40. Sarekat Islam
Secara umum perjuangan Sarekat Islam jika dilihat dari anggaran dasarnya adalah
sebagai berikut:
1. Semangat dagang dikembangkan bagi penduduk pribumi;
2. Membantu anggota SI yang dalam kesulitan;
3. Memajukan pengajaran dan semua usaha yang mempercepat naiknya derajat
rakyat;
4. Memperbaiki pemikiran-pemikiran yang keliru mengenai agama Islam;
5. Hidup menurut perintah agama;
41. Muhammadiyah
Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada 18 Nopember 1912/8
Dzulhijjah 1330 H di Yogyakarta. Nama asli beliau adalah Muhammad Darwis
dengan alasan:
1. Karena banyaknya orang-orang Islam yang menjalankan ibadah tidak sesuai dengan ajaran
Islam. Mereka mencampuradukkan ajaran Islam dengan ajaran lain diluar Islam yang tidak
sesuai dengan Islam.
2. Kristenisasi dan Westernisasi . Salah satu sebab Muhammadiyah berdiri adalah nuntuk
merespons kemunculan sekolah-sekolah Kristen dan Barat yang tumbuh di ota Yogyakarta
sejak awal abad ke-20.
3. Tumbuhnya kemiskinan, kebodohan dan kemunduran bangsa Indonesia, khususnya umat
Islam.
42. Muhammadiyah
Salah satu perjuangan Muhammadiyah yang sangat berdampak adalah perjuangan
di bidang Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan. Muhammadiyah banyak
mendirikan sekolah-sekolah seperti Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD),
Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Akhir (SMA), dan Perguruan
Tinggi.
Selain itu Muhammadiyah mendirikan klinik kesehatan, rumah sakit modern, rumah
bersalin, apotek, panti asuhan dan percetakan
43. AL IRSYAD AL ISLAMIYAH
Al Irsyad Al Islamiyah didirikan pada 6 September 1914 M/15 Syawal 1332 H. oleh
seorang ulama Sudan yang Bernama Syaikh Ahmad Asyurkati Al Anshary. Al Irsyad
merupakan organisasi Islam berakidah dan bermanhaj salaf yang memberikan
pelayanan kepada masyarakat di bidang pedidikan, sosial, dan dakwah.
Pendidikan Al Irsyad di saat itu berfokus kepada ajaran tauhid, akidah ash shahihah,
fikih, dan sejarah karena ingin memurnikan ajaran tauhid, ibadah, dan cara
bermanhaj.
44. AL IRSYAD AL ISLAMIYAH
Selain berjuang di dunia Pendidikan Al Irsyad juga memberikan perhatikan yang
lebih pada bidang kesehatan, dengan mendirikan rumah sakit. Rumah sakit Al Irsyad
yang terbesar saat ini adalah Rumah Sakit Umum Al Irsyad yang ada di Surabaya dan
Rumah Sakit Siti Khadijah di Pekalongan.
Bersama tokoh-tokohnya, Al Irsyad turut berjuang dalam mebebaskan Indonesia
dari penjajahan Belanda dan Jepang. Bahkan setelah kemerdekaan pun Al Irsyad
aktif dalam penumpasan G 30 S PKI. Para pelajar Al Irsyad juga ikut dalam
medirikan Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI) pada tahun 1966.
45. Persatuan Islam
Persatuan Islam (Persis). Organisasi ini didirikan pada tanggal 12 September 1923
oleh Haji Zam Zam dan Haji Muhammad Yunus bertujuan untuk membersihkan dan
memurnikan ajaran Islam dari pengaruh-pengaruh tahayul, bid’ah, dan churafat
(TBC). Mengajak umat Islam untuk kembali kepada ajaran Islam sesuai dengan yang
ada di dalam Al Qran dan As Sunnah. Untuk menyebarkan ajaran Islam dan hasil-
hasil diskusinya, Persis menerbitkan majalah. Salah satu diantaranya adalah majalah
Pembela Islam yang diterbitkan pertama kali pada tahun 1929.
46. Persatuan Islam
Selain mengadakan ceramah-ceramah yang disampaikan oleh tokoh-tokohnya,
Persis juga mendirikan madrasah. Tujuannya adalah untuk mengajarkan masaah-
masaah agama untuk para murid. Sekolah Persis mulanya dikhususkan untuk anak-
anak Persis. Namun selanjutnya, anak-anak lain pun diperbolehkan untuk ikut
sekolah dan belajar di sekolah Persis.
Pada saat semua sekolah Persis di tutup, pesantren kecil yang dipimpin oleh E.
Abdurrahman yang ada di Bandung tetap bertahan dan bahkan berkembang sampai
saat ini.
47. Nahdlatul Ulama
Nahdlatul Ulama yang artinya kebangkitan ulama didirikan pada tanggal 31 Januari
1926/16 Rajab 1344 H2 di kampung Kertopaten Surabaya. dalam AD/ART NU
tercantum bahwa tujuan NU adalah untuk menjaga berlakunya ajaran Islam yang
menganut paham ahlussunnah wal jamaah (aswaja). Lebih lanjut, Nahdlatul Ulama
(NU) juga bertujuan untuk mewujudkan tatanan masyarakat yang berkeadilan demi
kemaslahatan dan kesejahteraan umat dan demi terciptanya rahmat bagi semesta
alam.
48. Nahdlatul Ulama
NU ikut mendukung upaya kemerdekaan dengan menggerakkan rakyat melalui
fatwa jihad yang dikeluarkan berdasarkan kesepakatan Bersama anggota Masyumi
pada 22 Oktober 1945 (sekarang diperingati sebagai hari santri). Yaitu sebuah fatwa
bahwa setiap muslim Indonesia untuk membela Tanah Air dan mempertahankan
NKRI. Hal ini memantik pecahnya peristiwa 10 November 1945 di Surabaya yang
selanjutnya diperingati sebagai Hari Pahlawan.
49. Masa Pergerakan Nasional
Setidaknya terdapat dua hal penting dalam kebangkitan dan pergerakan nasional
bangsa Indonesia pada awal abad ke-20, yang berujung pada kemerdekaan bangsa ini
pada setengah abad setelahnya. Pertama, adanya peran penting pendidikan. Kedua,
tumbuhnya organisasi-organisasi di berbagai bidang seperti politik, sosial dan agama,
yang memiliki semangat sama, yaitu mengedepankan kemajuan, persatuan dan
kebangsaan Indonesia.
Perjuangan masyarakat nusantara pada umumnya, serta para ulama dan umat islam
pada khususnya mulai terjadi secara nasional, bukan hanya secara parsial dan
kedaerahan.
Ditandai dengan berdirinya Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) pada tahun 1937 dan
kelak menjadi cikal bakal Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi).
50. Majelis Islam A’la Indonesia
Didirikan K.H. Mas Mansur dari Muhammadiyah, K.H. Muhammad Dahlan serta K.H.
Wahab Hasbullah dari Nahdatul Ulama dan W. Wondoamiseno dari Sarekat Islam.
Beberapa organisasi Islam juga hadir dalam pembentukan organisasi ini, seperti dari
Partai Islam Indonesia (PII), Persatuan Islam (PERSIS), Al-Irsyad, Al-Islam (Organisasi
Islam lokal Solo), Persyarikatan Ulama Majalengka dan lain-lain. Pada waktu
pembentukannya yang terhimpun di dalamnya baru tujuh organisasi.
Kehadiran MIAI mendapat sambutan baik dari organisasi-organisasi Islam, sehingga
pada tahun 1941 menjadi 21 organisasi, termasuk 15 anggota biasa
51. Majelis Islam A’la Indonesia
Adapun tujuan dibentuknya MIAI sebagai berikut:
a. Merapatkan hubungan di antara perhimpunan-perhimpunan Islam di Indonesia.
b. Menyatukan suara untuk membela kehormatan Islam.
c. Merapatkan hubungan antara kaum muslimin Indonesia dengan luar negeri.
MIAI akhirnya dibubarkan saat masa penjajahan Jepang karena dianggap tidak
bermanfaat untuk pemerintah Jepang. Namun solidaritas yang sudah terbentuk tidak
membuat organisasi Islam tenggelam dan mendirikan Masyumi (Majelis Syuro
Muslimin Indonesia) pada November 1943
52. Masa Kemerdekaan Indonesia
Jepang resmi menduduki Indonesia sejak 8 Maret 1942, Selama kurang lebih 4,5
tahun Jepang menjajah Indonesia, banyak kerugian dan kesengsaraan yang
ditimbulkan. Semua diarahkan demi kepentingan perang untuk Jepang sehingga
kehidupan masyarakat Indonesia tersiksa.
Kekalahan pada perang Dunia ke-2 yang diderita Jepang memaksa mereka untuk
mencari dukungan dengan menawarkan kemerdekaan kepada jajahan mereka.
Jepang menawarkan kemerdekaan pada tanggal 9 September 1944, melalui
Perdana Menteri Kuniaki Koiso dan dengan membentuk BPUPKI pada 1 Maret 1945.
53. Masa Kemerdekaan Indonesia
● Semangat pemimpin Islam yang anti Jepang adalah symbol perlawanan untuk
memperoleh kemerdekaan.
● Jepang berobsesi untuk bekerja sama dengan para Ulama dibandingkan dengan
kalangan nasionalis kebangsaan apalagi priayi Jawa.
● Obsesi mereka didasari dengan melihat adanya tokoh tokoh yang menjadi
panutan masyarakat dalam kelompok Islam
● Umat Islam terlibat dalam barisan perjuangan diantaranya PETA dan Hizbullah
(cikal bakal TNI)
54. Masa Kemerdekaan Indonesia
Peran Islam dalam kemerdekaan Indonesia sungguh terasa dengan melihat anggota
Panitia 9 yang berjasa dalam merumuskan dasar negara kita. Dimana 5 dari 9 orang
yang tergabung merupakan tokoh ulama ataupun nasionalis yang dekat dengan
pesantren.
Panitia sembilan bertugas untuk menampung berbagai aspirasi tentang
pembentukan dasar negara Indonesia. Pada tanggal 22 Juni 1945 panitia sembilan
berhasil melahirkan Piagam Jakarta (Jakarta Charter) yang berisi rumusan lima dasar
negara Indonesia
55.
56. CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, and
includes icons by Flaticon and infographics & images by Freepik
Thanks!
Do you have any questions?
youremail@freepik.com
+91 620 421 838
yourwebsite.com
Please keep this slide for attribution
Hinweis der Redaktion
Bersyukur kepada Allah
Meluruskan kekeliruan teori barat
Menurut pendapat ini Sultan Demak dan para Walisongo adalah keturunan Cina
Beberapa Sultan dan tokoh masyarakat memiliki nama cina, seperti sunan Gunung Jati bernama Toh A Bo
Meskipun tidak ada dokumentasi resmi sebelum abad 14, tapi melihat tumbuhnya pusat2 kekuatan politik dan kesultanan islam pada abad 13-16, maka bisa diperkirakan ada nya komunitas terlebih dahulu
Islam mayoritas di abad 16 – 18
Padahal hindu sudah dari 78 masehi
Masjid (ilmu, pertemuan, administrasi, dan kultural)
Istana (pusat pemerintahan ada di daerah pesisir sehingga lebih mudah terpapar dakwah)
Pasar ( adanya charisma dari pedagang arab, dan keinginan sukses seperti mereka)
Banyak terpapar pedagang pelaut dan musafir
Lembaga dakwah (meunasah – aceh, surau – Minangkabau, pesantren – jawa)
Pada umumnya islam masuk dengan jalur damai
Islam menunjukkan muamalah yang baik, serta membuka kesempatan untuk berdagang dengan arab, india, Persia dan tiongkok.
Para pedagang menjalin hubungan dengan para pemimpin daerah (adipati) maupun kaum bangsawan (sehingga banyak yg mualaf)
Kedatangan pedagang arab mengantarkan masyarakat pesisir menjadi unggul dalam hal ekonomi dan politik dibandingkan sebelumnya.
Masyarakat banyak yang merasa cocok dengan yang disampaikan oleh para pedagang sehingga secara tidak langsung mulai terpapar
Meski tidak selalu langsung beragama islam, tetapi ada keturunannya yang menjadi muslim
Syekh Quro datang dengan kapal laksamana cheng ho, dia menikah dan menetap di karawang serta mendirikan pesantren
Contoh salah satu putra Siu Ban Ci adalah pendiri kesultanan demak (Raden Patah) dan ibu dari sunan gunung jati (Rara Santang)
Surat yang dikirim oleh Raja Sri Indrawarman (702-728 M) kepada Khalifah Muawiyyah bin Abi Sufyan dan Khalifah Umar ibn Abd Azis (720-722 M).
Perpustakaan sudah tersedia di istana dan di(ungsikan sebagai pusatpenyalinan kitab-kitab dan penerjemahannya dari bahasa Arab ke Bahasa melayu
Mendanai kegiatan masjid
Mendatangkan para ulama
Mengangkat ulama sebagai pejabat
Meunasah - Aceh,
Pesantren - Jawa,
Surau - Minangkabau,
Langgar - Kalimantan
Kesultanan Malaka (1400 - 1511) (semenanjung tanah melayu - filipina thailand malaysia, kepulauan riau, brunei dan serawak, pesisir sumatra, tanjung pura kalimantan)
Muncul dari tokoh-tokoh Muslim seperti Fatahillah Banten, Sultan Iskandar Muda Aceh, Sultan Ageng Tirtayasa, Sultan Agung Mataram, Sultan Cirebon, Sultan Palembang, Sultan Hasanuddin Makassar, Trunojoyo, Untung
Surapati, Pangeran Martapura, Pangeran Diponegoro, Imam Bonjol, Cut Nyak Dhien, dan lain-lainnya.
Sebenarnya, kedatangan portugis adalah untuk melakukan perjanjian dengan penguasa-penguasa di Malaka. Perjanjian ini dimaksudkan untuk memperoleh perizinan untuk melakukan perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak.
Karena melihat banyak orang-orang dari berbagai negara datang ke Malaka untuk berdagang sehingga mereka berkeinginan menguasai perdangan antar pelabuhan-pelabuhan di India yaitu Gujarat, Bengala dan Golkonda dengan Malaka,sebab pengangkutan komoditas dagangan melalui Selat Malaka.
Kerajaan Demak yang didirikan oleh Sultan Fattah pada 1482 M dengan dukungan Wali Songo sebagai penguasa di Jawa yang kekuasaanya hampir menyamai kekuasaan Majapahit pada masa kejayaannya.7 Sebagai Imperium Islam yang memiliki kekuatan besar, bukan berarti Demak tidak memiliki kepedulian terhadap jatuhnya kerajaan Malaka ketangan kaum kafir Portugis.8 Kepedulian Demak terhadap jatuhnya wilayah Islam tersebut dibuktikan dengan memerintahkan Pati Unus mempersiapkan diri dan segala sesuatunya untuk keperluan perang melawan Portugis. Demi mengembalikan tanah Islam yang terampas oleh musuh serta mengembalikan kemuliaan kerajaan Malaka
Penyerangan ini akhirnya membawa hasil dengan kalahnya kerajaan Syiwo Budho Majapahit di Kediri. Kerajaan yang pernah berjaya ini akhirnya musnah hingga tiada sisa, hingga menyebabkan terjadinya arus pelarian besar-besaran dari kerabat kerajaan Majapahit ke Bali.
Portugis telah melakukan perjanjian dengan Pajajaran pada tahun 1521 M untuk membangun benteng di Sunda Kelapa. Kemudian, pada tahun 1526 M pasukan Portugis berlayar dari Malaka menuju Sunda Kelapa dengan jumlah 600 pasukan yang terdiri dari budak dan pelaut Melayu.18 Sesampainya di tepi pelabuhan Sunda Kelapa panglima Portugis menyuruh utusannya untuk menemui penguasa Pajajaran di Sunda Kelapa, kaum Katolik Portugis ternyata belum mengetahui kalau Sunda Kelapa telah jatuh ketangan kerajaan Demak dibawah pimpinan Fatahillah atau Falatehan. Kemudian utusan Portugis tersebut menemui Fatahillah dan menagih janji kerjasama yang telah di lakukan tahun 1521 M.
Pertama kali datang dibawah pimpinan Cornelis de Houtman.
diterima oleh banten karena melihat bisa sama sama menguntungkan
Gelombang ke 2 Jacob van Neck dan Van Waerwyck pada tahun 1598
Banyaknya jumlah pedagang dan pendatang Eropa ke Nusantara membuat persaingan kian memanas. Pedagang Belanda harus bersaing dengan saudagar dari negara lain, seperti Portugis, Inggris, dan Spanyol. Demi mengatasi persaingan itu dan mempertahankan hegemoni atau dominasi ekonomi Belanda di Nusantara, dibentuklah sebuah serikat dagang VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie) atau Persekutuan Maskapai Perdagangan Hindia Timur pada 20 Maret 1602.
Ambon - Jayakarta
Untuk menjalankan monopoli perdagangan VOC (Vereenigde Oost Indiesche Compagnie) membuat peraturan sebagai berikut :
Petani rempah-rempah hanya boleh bertindak sebagai produsen hak jual-beli hanya dimiliki VOC
Panen rempah-rempah harus di jual kepada VOC dengan harga yang ditentukan oleh VOC.
Barang kebutuhan sehari-hari seperti peralatan rumah tangga,garam,dan kain harus dibeli dari VOC dengan harga yang ditentukan VOC.
Perluasan ekonomi yang diimplementasikan VOC termasuk kejam. Sebab, ada beberapa strategi yang merugikan bangsa pribumi. Contohnya adalah politik adu domba jika ada sengketa di kerajaan. Hal inilah yang kemudian menjadi alasan mengapa Belanda sangat lama menjajah Indonesia. Strategi politik adu domba menimbulkan berbagai isu konspirasi di ranah kerajaan. Salah satunya saat pihak VOC mendorong Ranamenggala, penguasa Banten, untuk menyingkirkan Pangeran Jayakarta. Cara ini juga digunakan di wilayah lainnya, sehingga pemerintah Belanda melalui VOC bisa menguasai wilayah-wilayah di Nusantara.
Sultan Ageng Tirtayasa memimpin Kesultanan Banten dari tahun 1651 sampai 1680. Di bawah pemerintahannya, Banten maju pesat di bidang perekonomian, politik, pelayaran, perdagangan, dan kebudayaan. Sang Sultan juga banyak memimpin perlawanan terhadap Belanda.
Gagasan-gagasan itu telah terbentuk jauh ketika Nusantara masih terdiri dari kerajaan-kerajaan, ketika perlawanan masih bersifat kedaerahan, maupun ketika kesadaran perlawanan telah menjelma menjadi kesadaran nasional.
Sultan Hasanuddin merupakan Sultan Kerajaan Makassar yang memerintah pada 1653 sampai 1669. Ia dikenal sebagai sosok yang gagah, berani, dan pandai berdagang. Kerajaan Makassar yang merupakan gabungan Kerajaan Gowa dan Tallo mencapai masa keemasannya pada masa pemerintahan Sultan Hasannudin. Ia berhasil menguasai Wajo, Soppeng, Ruwu, dan Bone.
Semasa kepemimpinannya, ia menolak kehadiran serta permintaan VOC untuk melakukan monopoli perdagangan. Menganggap Kerajaan Makassar sebagai ancaman dan pesaing dalam pelayaran dan perdagangan di wilayah timur, VOC kemudian membangun siasat politik adu domba. VOC berpura-pura membangun hubungan baik dan saling menguntungkan dengan Kerajaan Makassar. Setelah disambut baik, VOC langsung memberikan tuntutan, namun langsung ditentang oleh Sultan Hasannudin.
Politik adu domba yang dilancarkan Belanda juga berdampak pada terjadinya pertempuran Sultan Hasanuddin dengan Arung Palakka yang bersekutu dengan VOC, pada 1666 sampai 1667. Hal itu yang kemudian membuat Sultan Hasanuddin harus menandatangani Perjanjian Bongaya yang memaksa Sultan Hasanuddin tunduk.
Pada tahun 1800-an, di Sumatera Barat terdapat dua kubu, yakni kaum Padri dan kaum Adat. Kaum Padri dipimpin oleh tokoh yang mengikuti ajaran Islam kuat, seperti Haji Miskin, Haji Piobang dan Haji Sumanik. Sementara kaum Adat kuat mengikuti tradisi leluhur dan adat istiadat, dipimpin oleh Sultan Arifin Muningsyah dari Kerajaan Pagaruyung. Pertentangan antara dua kubu ini terjadi saat kaum Padri berusaha memurnikan ajaran Islam dari segala bentuk adat istiadat yang bertentangan dengan Islam
Perang saudara pun pecah, yang kemudian dimenangkan oleh kaum Padri. Tak tinggal diam, kaum Adat meminta bantuan kepada Belanda. Belanda menerapkan siasat adu domba agar kaum Adat terus melawan kaum Padri.
Sadar akan politik adu domba Belanda, kedua kubu bersatu untuk melawan Belanda pada 1833. Sayangnya Belanda saat itu telah memperkuat pertahanan sehingga banyak pemimpin kaum Padri maupun kaum Adat yang gugur.
Salah satu penyebab jatuhnya Kerajaan Mataram Islam adalah adanya campur tangan VOC di dalam kehidupan pemerintahannya. Intervensi VOC dimulai pada masa pemerintahan Amangkurat I (1645-1677), putra sekaligus pengganti Sultan Agung. Berbeda dengan sang ayah, yang sangat anti terhadap Belanda dan berhasil membawa Kerajaan Mataram Islam menuju puncak kejayaan, Amangkurat I dikenal sebagai raja yang kejam. Tidak hanya itu, Amangkurat I sangat lunak terhadap Belanda, dan bahkan memilih bersekutu dengan VOC daripada meminta dukungan rakyatnya sendiri. Diawal pemerintahannya, Amangkurat I melakukan perjanjian dengan VOC yang hakikatnya Mataram harus mengakui kekuasaan politik VOC di Batavia. Sejak saat itu, kondisi Mataram semakin tidak menentu dan mencapai puncaknya pada 1755, saat adanya siasat VOC memecah belah Kerajaan Mataram melalui Perjanjian Giyanti, yang menyebabkan kerajaan harus dibagi menjadi Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta.
Hasil pertemuan itu kemudian dituangkan dalam Perjanjian Giyanti ditandatangani pada 13 Februari 1755. Dan dilakukan oleh tiga pihak yakni Pemerintah Hindia-Belanda atau VOC oleh Nicolas Hartingh, Kasunanan Surakarta oleh Pangeran Pakubuwono III dan Kasultanan Ngayogyakarta oleh Pangeran Mangkubumi.
meskipun pesantren menghadapi ujian dan cobaan, serta didiskreditkan oleh Belanda, namun pesantren yang hadir hingga di pelosok-pelosok pedesaan mampu mengembangkan masyarakat muslim yang solid, yang pada gilirannya berperan sebagai kubu pertahanan rakyat dalam melawan penjajah. Masyarakat muslim yang solid ini kelak menjadi modal yang kuat bagi persatuan bangsa Indonesia sehingga bangsa ini bisa berdiri sendiri sebagai bangsa yang merdeka.
Akan tetapi dalam bidang pendidikan, Belanda juga menerapkan hal yang sama, yakni mendiskreditkan sistem dan lembaga pendidikan Islam yang ada pada saat itu. Dalam hal ini pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam yang ada pada saat itu mendapatkan perlakuan yang sangat menekan dan mendiskreditkan serta membatasi ruang gerak pesantren dalam segala aktivitas dan kegiatan belajar mengajar yang ada di pesantren. Belanda juga mendirikan dan menyelenggarakan pendidikan model Barat yang diperuntukkan bagi orangorang Belanda dan sekelompok kecil orang Indonesia. Pendidikan kolonial Belanda sangat berbeda dengan sistem pendidikan Islam tradisional yang diselenggarakan di Pesantren pada pengetahuan duniawi. Metode yang diterapkan jauh lebih maju dari sistem pendidikan tradisional.1 Penyelenggaraan pendidikan model Barat ala Belanda ini bertujuan untuk mempersiapkan pegawai-pegawai yang bekerja untuk Belanda dan dimaksudkan untuk menyaingi lembaga pendidikan tradisional yang ada saat itu, salah satunya adalah pesantren. Berbagai cara dan kebijakan yang diterapkan Belanda untuk menekan dan mendiskreditkan pesantren tidak berhasil untuk menyaingi dan menghambat perkembangan pesantren, justru yang terjadi adalah hal sebaliknya. Pada saat itu pesantren berhasil mengembangkan sayapnya dan berkembang pesat di Indonesia.
saat Belanda mulai mendirikan sekolah-sekolah model barat tersebut, jumlah pesantren di sekitar Jawa sebanyak 1.853 buah, dengan jumlah santri 16.556 orang. Akan tetapi menjelang akhir abad ke-19 jumlah pesantren sudah mencapai 14. 929 buah, dan jumlah santri sebanyak 222.663 orang.
Setidaknya terdapat dua hal penting dalam kebangkitan dan pergerakan nasional bangsa Indonesia pada awal abad ke-20, yang berujung pada kemerdekaan bangsa ini pada setengah abad setelahnya. Pertama, adanya peran penting pendidikan. Kedua, tumbuhnya organisasi-organisasi di berbagai bidang seperti politik, sosial dan agama, yang memiliki semangat sama, yaitu mengedepankan kemajuan, persatuan dan kebangsaan Indonesia.
1. Budi Utomo2. Sarekat dagang islam (SDI)3. Indische Vereniging4. Indische partij5. Pergerakan Muhammadiyah6. PKI7. PNI (Partai nasional indonesia)
Para sejarawan Muslim berbeda pendapat mengenai tahun berdirinya SDI. Ada yang mengatakan tahun 1905 seperti Tamar Djaja dan Ahmad Masur Suryanegara. Ada pula yang mengatakan tahun 1911 seperti Deliar Noer. Sedangkan menurut Wikipedia, disebutkan bahwa Sarekat Dagang Islam berdiri pada tanggal 16 Oktober 1905.
Sebagai seorang yang memiliki titel haji dan juga pengusaha, Samanhudi memiliki pendukung yang banyak yang terdiri dari karyawan pabrik batiknya dan para pedagang di pasar. Oleh karena titel haji itu pula, menjadikan SDI mendapatkan perhatian dan dukungan yang luas dari masyarakat muslim.
Artinya, SI mengabaikan syarat dari Residen Surakarta dan justru memperluas cakupan keanggotaan dan kegiatan untuk semua orang pribumi (bangsa Indonesia).
Keanggotaan SI terbuka untuk semua lapisan masyarakat muslim. Seiring dengan perubahan waktu, akhirnya SI pusat diberi pengakuan sebagai Badan Hukum pada bulan Maret tahun 1916.
SI mengalami perkembangan pesat, kemudian mulai disusupi oleh paham sosialisme revolusioner. Paham ini disebarkan oleh H.J.F.M Sneevliet yang mendirikan organisassi ISDV (Indische Sociaal-Democratische Vereeninging) pada tahun 1914. Pada awalnya ISDV sudah mencoba menyebarkan pengaruhnya, tetapi karena paham yang mereka anut tidak berakar di dalam masyarakat Indonesia melainkan diimpor dari Eropa oleh orang Belanda, sehingga usahanya kurang berhasil. Kemudian mereka menggunakan taktik infiltrasi yang dikenal dengan nama “Blok di dalam”, mereka berhasil menyusup ke dalam tubuh SI oleh karena dengan tujuan yang sama yaitu membela rakyat kecil dan menentang kapitalisme namun dengan cara yang berbeda.
Dengan usaha tersebut, mereka berhasil memengaruhi tokoh-tokoh muda SI seperti Semaoen, Darsono, Tan Malaka, dan Alimin. Hal ini menyebabkan SI pecah menjadi “SI Putih” yang di pimpin oleh H.O.S. Tjokroaminoto dan “SI Merah” yang dipimpin oleh Semaoen. SI Merah berlandaskan asas sosialisme-komunisme.
Nama Muhammadaiyah pertamakali diusulkan oleh Kiyai Muhammad Sangidu (Sa’idu) yang kemudian dijadikan sebagai nama organisasi Islam oleh Ahmad Dahlan rahimahullah dengan maksud mengambil dari nama Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa salaam, dengan harapan siapa saja yang ikut bergabung dapat mengikuti pribadi dan akhlak Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa salaam.
Sifat Perjuangan Muhammadiyah
Beramal dan berjuang untuk perdamaian dan kesejahteraan;
Memperbanyak kawan dan mengamalkan persaudaraan Islam;
Lapang dada, luas pandangan dengan berpegang teguh pada Al Quran;
Melaksanakan amar ma;ruf nahi munkar, dan menjadi contoh teladan yang baik;
Kerjasama dengan umat Islam lainnya;
Membantu pemerintah dan bekerjasama dengan golongan lain dalam memelihara dan membangun negara untuk mencapai masyarakat adil dan Makmur yand diridhai Allah subhanahu wa ta’ala.
Adapun dalam bidang politik sosial Muhammadiyah berkontribusi dalam beberapa hal berikut:
Di tahun 1945 Muhammadiyah mendukung berdirinya partai Masyumi (majlis Syura Muslimin Indonesia) sebagai partai Islam;
Ikut menanamkan rasa nasionalisme dan cinta tanah air di kalangan umat Islam Indonesia dengan menggunakan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa utama dalam ceramah, khutbah, dan tulisan-tulisan;
Turut serta menolak pemerintah penjajah Jepang yang memerintahkan rakyat Indonesia ikut membungkuk (menyembah) dewa amtahari yang dikenal dengan istilah Sei-kere tiap pagi pada saat matahari terbit.
Pendidikan Al Irsyad di saat itu berfokus kepada ajaran tauhid, akidah ash shahihah, fikih, dan sejarah. Sejak awal berdiri Al Irsyad bertujuan ingin memurnikan ajaran tauhid, ibadah, dan cara bermanhaj. Untuk dapat mewujudkan itu semua, Al Irsyad mendirikan sekolah-sekolah yang jumlahnya hingga ratusan di seluruh Indonesia.
Setelah Jepang datang menjajah Indonesia dan setelah meninggalnya Syeikh Ahmad Surkati, banyak sekolah-sekolah Al Irsyad yang hancur diserang pada kaum imperialis dikarenakan pada saat itu banyak sekolah-sekolah Al Irsyad menjadi markas para pejuang kemerdekaan Indonesia. Beberapa sekolah dirampas oleh Belanda, kemudian berpindah tangan ke pihak lain sehingga tidak bisa diambil alih kembali oleh Al Irsyad
Sangat disayangkan pada tahun 1935 Belanda melarang Persis untuk menerbitkan majalah ini karena dianggap memfitnah penulis-penulis Kristen Belanda. Selama enam tahun majalah Pembela Islam telah terbit sebanyak 71 kali.
Selain menerbitkan majalah-majalah, Persis juga menerbitkan buku-buku yang isinya tentang ajaran agama Islam. Misalnya tentang aqidah, fikih, tafsir Al Quran, hadits, akhlak, Bahasa Arab, dan masih banyak lagi yang lainnya. Yang luar biasa, paad umumnya buku-buku tersebut di tulis oleh A. Hassan.
Di saat Jepang datang dan menjajah bangsa Indonesia, terjadi peristiwa yang mengkhawatirkan, yaitu Jepang melakukan penutupan sekolah-sekolah yang ada. Tujuan penutupan sekolah ini adalah untuk membersihkan pengaruh negara-negara Barat dan Arab di bidang pendidikan. Termasuk didalamnya sekolah-sekolah Persis. Sebagai gantinya Jepang menyapkan Lembaga Pendidikan yang berciri khas Jepang.
Nahdlatul Ulama bangkit menghimpun laskar-laskar kekuatan (ḥizbullāh) untuk melawan penjahan Belanda yang dianggap kafir dan dhalim. NU dengan segala kekuatan yang ada pada tingkat komunitas masyarakatnya secara menyeluruh memberikan pengaruh yang mengakibatkan munculnya kelompok baru yang disebut ulama dan santri, yang kemudian karena kekuatan NU ini semakin lama semakin kuat, maka oleh penjajah Belanda ingin dijauhkan dari pengaruh politiknya
Jong islemieten bond
Teuku cik di tiro, teuku umar, cut nyak dien (aceh), tuanku imam bonjol (sumbar), KH. Hasan (luwuk)
gerakan-gerakan Islam seperti Gerakan 3 Haji di Lombok, Gerakan R Gunawan di Jambi, Gerakan H. Aling Kuning di Kalimantan Timur, KH zainal di kudus dan tasikmalaya, Gerakah KH. Wasit dari Cilegon,Gerakan muning di Banjarmasin, Gerakan Rifa'iyah di pekalongan, dan masih banyak lagi.
Selain itu, muncul juga berbagai laskar perjuangan berbasis Islam, seperti Laskar Hizbullah-Sabilillah, yang diteruskan Asykar Perang Sabil dan beberapa laskar Islam lainnya. Laskar Hizbullah berperan aktif dalam Pertempuran Surabaya melawan Sekutu pada 10 November 1945 di Surabaya.
Di samping melalui perlawanan fisik, perjuangan meraih kemerdekaan juga dicapai dengan mengandalkan kekuatan ilmu.
Hal ini dibuktikan dengan lahirnya Sarekat Islam pada 1911 yang memiliki gagasan revolusioner untuk melepaskan rakyat Indonesia dari jeratan Belanda.
Setelah itu, disusul lahirnya Muhammadiyah di Yogyakarta pada 1912, Persatuan Islam pada 1923 di Bandung, di Surabaya lahir Nahdhatul Ulama pada 1926, serta di Sumatera lahir Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti) dan Persaudaraan Muslimin Indonesia
MAJELIS ISLAM A'LA INDONESIA (MIAI)
Disini mulai terpisah nasionalis islami vs nasionalis sekuler
yaitu Sarekat Islam, Muhammadiyah, PERSIS, Persyarikatan Ulama, Al Irsyad, Jong Islamieten Bond, Al-Islam ( Solo ), Al-Ittihadiyat al-Islamiyah ( Sukabumi ), PII, Partai Arab Indonesia, Persatuan Ulama Seluruh Aceh ( Singli ), Musyawarat at-Tolibin (Kandangan, Kalimantan), Nahdatul Ulama, Al-Jami’atul Washliyah (Medan), Nurul Islam Tanjungpandan (Bangka Belitung) dan tujuh anggota luar biasa, yaitu al-Hidayat al-Islamiyah (Banyuwangi), Majelis Ulama Indonesia (Toli-toli, Sulawesi), Persatuan Muslimin Minahasa (Manado), AlKhairiyah (Surabaya), Persatuan Putera Borneo (Kalimantan), Persatuan India Putera Indonesia dan Persatuan Pelajar Indonesia-Malaya di Mesir
Meskipun masyumi masih dalam kontrol pemerintahan jepang, tapi solidnya umat di bawah ulama bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk perjuangan bangsa
Islam memegang peranan penting semenjak kolonialisme datang pertama kali di Indonesia.
Pada 1938-1939, orang-orang Jepang masuk ke Indonesia untuk berinvestasi kepada pemerintah Hindia Belanda. Selain itu, Jepang juga menjadi salah satu negara utama tujuan ekspor komoditas dari Hindia Belanda yang didapat dari kekayaan alam Nusantara.
Pada 1 September 1939, Perang Dunia II dimulai. Jepang dan Belanda berada di kubu yang saling berhadapan: Jepang di blok fasisme bersama Jerman dan Italia, sedangkan Belanda menjadi bagian dari Sekutu yang dimotori Amerika Serikat dan Inggris.
Pada tanggal 9 September 1944, oleh Perdana Menteri Kuniaki Koiso. Kemudian Jepang membentuk Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada 1 Maret 1945.
Alasan Jepang memberikan janji kemerdekaan kepada Indonesia adalah untuk mendapat dukungan dari pemimpin dan rakyat Indonesia tersebut, karena saat itu Jepang sudah terdesak oleh pasukan Sekutu dan mulai kalah dalam Perang Dunia II.
Ulama dan masyarakat nusantara yang sudah Bersatu menjadi memiliki bargaining position yang kuat dengan jepang terlebih trauma kolonialisme selama 3 abad sebelumnya membuat mereka waspada terhadap apa yang ditawarkan jepang
Jepang berobsesi untuk bekerja sama dengan para Ulama dibandingkan dengan kalangan nasionalis kebangsaan apalagi priayi Jawa. (salah satu alasan masyumi dilegalkan)
Obsesi mereka didasari dengan melihat adanya tokoh tokoh yang menjadi panutan masyarakat dalam kelompok Islam
Contoh memanfaatkan peluang adalah para Ulama mengirimkan santri bergabung PETA (untuk berlatih militer) pada 1943
Masyumi juga melatih santri santri muda yang tidak bisa ikut PETA untuk membentuk laskar hizbullah dan sabilillah
INDONESIA MEMILIKI MILITER
Contoh guru muda Muhammadiyah, yang kemudian menjadi anggota PETA menjadi komandan disana dan akhirnya menjadi Jenderal besar pertama di Indonesia pada november 1945
Prof. KH. Abdoel Kahar Moezakir (dari keluarga Muhammadiyah dan lulusan pesantren Tremas – Jawa Timur)
K.H. Abdul Wahid Hasyim (Anak dari Hasyim Asyari)
Muhammad Hatta (anak dari ulama Minangkabau)
H. Agus salim (Sarekat Islam)
Abikoesno Tjokrosoejoso (Adik dari pendiri Sarekat Islam Oemar Said Tjokroaminoto)
Soekarno
Achmad Subarjo
Mohammad Yamin
AA Maramis
Penghapusan 'tujuh kata' dalam sila pertama Piagam Jakarta itu disebabkan adanya desakan dari anggota PPKI asal bagian Timur Indonesia. Jika 'tujuh kata' itu dicantumkan, pihak Kristen dari Indonesia bagian timur tidak mau bersatu dengan RI yang baru saja diproklamasikan. Wakil Indonesia Timur menilai kata-kata itu terkesan diskriminatif terhadap golongan minoritas.
“Mr. Maramis, yang ikut serta dalam Panitia Sembilan, tidak mempunyai keberatan apa-apa, dan pada 22 Juni, ia ikut menandatangannya [...] mungkin waktu itu Mr. Maramis cuma memikirkan, bahwa bagian kalimat itu hanya untuk rakyat Islam yang 90 persen jumlahnya, dan tidak mengikat rakyat Indonesia yang beragama lain. Ia tidak merasakan bahwa penetapan itu adalah suatu diskriminasi,”
Meski alot, setelah rapat selama 15 menit, tujuh kata dalam Piagam Jakarta itu pun dihapus. Alasan dominan: Republik Indonesia harus berdiri dengan menyertakawan kawasan Indonesia timur. “Perubahan yang disetujui lima orang tadi, sebelum rapat resmi, disetujui oleh sidang lengkap PPKI dengan suara bulat. Sesudah itu dipersoalkan Undang-undang Dasar yang seluruhnya, dengan mengadakan sedikit perubahan sana-sini yang tidak prinsipil,” tulis Hatta. Ancaman tentara Sekutu kala itu membuat Kasman setuju sila pertama itu diubah. Sebagai perwira PETA, Kasman sadar bahwa kekuatan persenjataan Indonesia tidak mumpuni menghadapi Sekutu. Pisahnya Indonesia timur sama saja memperlemah Republik Indonesia yang baru berumur sehari.Baca selengkapnya di artikel "Piagam Jakarta & Wakil Indonesia Timur yang Menolak Syariat Islam", https://tirto.id/cq7n