SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 6
Downloaden Sie, um offline zu lesen
Meskipun limfadenopati dapat menunjukkan
adanya penyakit serius, pada umumnya
disebabkan oleh infeksi. Bila didapatkan
limfadenopati lokal, harus dilakukan evaluasi
kemungkinan adanya limfadenopati
generalisata. Pada sebagian besar kasus,
diagnosis dapat ditegakkan dengan
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Kelenjar
getah bening normal biasanya berdiameter
kurang dari 1 cm dan cenderung lebih besar
pada orang dewasa muda. Pada orang normal,
kelenjar getah bening sering teraba di daerah
inguinal karena trauma kronik dan infeksi
yang sering terjadi di ekstremitas bawah;
dapat juga teraba di daerah leher (terutama
daerah submandibular) setelah infeksi daerah
kepala dan leher.1
Pada umumnya, kelenjar
getah bening dengan ukuran lebih besar
dari 1 cm merupakan temuan abnormal.2
Diperkirakan 1,1% penderita yang berobat ke
sarana layanan kesehatan primer mengidap
keganasan. Faktor risiko utama keganasan
meliputi usia tua, karakteristik kelenjar yang
keras, terfiksasi, berlangsung lebih dari 2
minggu, dan berlokasi di supraklavikula.3
DEFINISI
Limfadenopati merupakan pembesaran
kelenjar getah bening dengan ukuran
lebih besar dari 1 cm.2
Kepustakaan lain
mendefinisikan limfadenopati sebagai
abnormalitas ukuran atau karakter kelenjar
getah bening.3
Terabanya kelenjar getah
bening supraklavikula, iliak, atau poplitea
dengan ukuran berapa pun dan terabanya
kelenjar epitroklear dengan ukuran lebih
besar dari 5 mm merupakan keadaan
abnormal.3
KLASIFIKASI
Berdasarkan luas limfadenopati:
• Generalisata: limfadenopati pada 2 atau
lebih regio anatomi yang berbeda.3
• Lokalisata: limfadenopati pada 1 regio.3
Dari semua kasus pasien yang berobat ke
sarana layanan kesehatan primer, sekitar 3/4
penderita datang dengan limfadenopati
lokalisata dan 1/4 sisanya datang dengan
limfadenopati generalisata.2
ETIOLOGI
Banyak keadaan yang dapat menimbulkan
limfadenopati. Keadaan-keadaan tersebut
dapat diingat dengan mnemonik MIAMI:
malignancies (keganasan), infections (infeksi),
autoimmune disorders (kelainan autoimun),
miscellaneous and unusual conditions (lain-lain
Alamat korespondensi email: amaylia_oehadian@yahoo.com
727
CONTINUING MEDICAL EDUCATION
CDK-209/ vol. 40 no. 10, th. 2013
CONTINUING MEDICAL EDUCATION
Akreditasi IDI – 3 SKP
Pendekatan Diagnosis Limfadenopati
Amaylia Oehadian
Sub Bagian Hematologi-Onkologi Medik, Bagian Ilmu Penyakit Dalam,
RS Hasan Sadikin/Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat, Indonesia
ABSTRAK
Limfadenopati merupakan pembesaran kelenjar getah bening dengan ukuran lebih besar dari 1 cm. Berdasarkan lokasinya, limfadenopati
terbagi menjadi limfadenopati generalisata dan limfadenopati lokalisata. Penyebab limfadenopati dapat diingat dengan mnemonik MIAMI:
malignancies (keganasan), infections (infeksi), autoimmune disorders (kelainan autoimun), miscellaneous and unusual conditions (lain-lain
dan kondisi tak-lazim), dan iatrogenic causes (sebab-sebab iatrogenik). Penyebab limfadenopati yang jarang dapat disingkat menjadi SHAK:
sarkoidosis, silikosis/beriliosis, storage disease, hipertiroidisme, histiositosis X, hipertrigliseridemia berat, hiperplasia angiofolikular, limfadenopati
angioimunoblastik, penyakit Kawasaki, limfadenitis Kikuchi, dan penyakit Kimura. Kunci kecurigaan keganasan meliputi usia tua, karakteristik
kelenjar yang keras, terfiksasi, berlangsung lebih dari 2 minggu, dan berlokasi di supraklavikula. Biopsi eksisi merupakan prosedur diagnostik
terpilih pada kecurigaan keganasan.
Kata kunci: limfadenopati, MIAMI, keganasan, biopsi
ABSTRACT
Lymphadenopathy is defined as lymph node enlargement of more than 1 cm. It can be generalized or localized. It results from many diseases
recalled using the mnemonic acronym MIAMI: malignancies, infections, autoimmune disorders, miscellaneous and unusual conditions,
and iatrogenic causes. Rare causes of lymphadenopathy can be abbreviated to SHAK: sarcoidosis, silicosis/berylliosis, storage disease,
hyperthyroidisme, histioscytosis X, hypertriglyceridemia, angiofollicular hyperplasia, angioimunoblastic lymphadenopathy, Kawasaki syndrome,
Kikuchi’s lymphadenitis, and Kimura disease. The keys for suspected malignancy include older age, firm, fixed nodal character, greater than 2
weeks duration and supraclavicular location. Excisional biopsy remains the diagnostic procedure of choice in suspected malignancy. Amaylia
Oehadian. Diagnostic Approach of Lymphadenopathy.
Key words: lymphadenopathies, MIAMI, malignancy, biopsy
728
CONTINUING MEDICAL EDUCATION
CDK-209/ vol. 40 no. 10, th. 2013
Penyakit Kawasaki
Penyakit Kawasaki, disebut juga sindrom
kelenjar getah bening mukokutaneus,
merupakan vaskulitis yang paling sering
didapatkan pada anak. Etiologinya tidak
diketahui. Biasanya bersifat swasirna (self-
limiting) dengan manifestasi inflamasi lain
yang berlangsung kurang lebih 12 hari.
Dapat terjadi komplikasi berupa aneurisma
arteri koroner, kardiomiopati, gagal jantung,
infark miokard, aritmia, dan oklusi arteri
perifer.4
Diagnosis ditegakkan bila terdapat demam
>5 hari dengan minimal 4 dari 5 gejala
berikut5
:
• Injeksi konjungtiva bulbar bilateral
• Perubahan membran mukosa oral (fisura
dan kemerahan pada bibir, faring, strawberry
tongue)
• Perubahan pada ekstremitas (eritema
telapak tangan dan kaki, edema tangan
dan kaki pada fase akut, dan deskuamasi
periungual pada fase konvalesen)
• Ruam polimorfik
• Limfadenopati servikal (minimal 1 kelenjar
dengan diameter >1,5 cm).
Limfadenitis Kikuchi
Limfadenitis Kikuchi, disebut juga penyakit
Kikuchi, penyakit Kikuchi-Fujimoto, atau
limfadenitis nekrotikans histiositik Kikuchi,
merupakan limfadenopati jinak yang
penyebabnya tidak diketahui dengan
karakteristik limfadenopati servikal dan
demam. Penyebabnya diduga merupakan
respons limfosit T dan histiosit terhadap
infeksi. Infeksi yang diduga menjadi
penyebab meliputi Epstein Barr virus
(EBV), human herpesvirus 6, human
herpesvirus 8, human immunodeficiency
virus (HIV), parvovirus B19, paramyxoviruses,
parainfluenza virus, Yersinia enterocolitica,
dan toksoplasma.6
Penyakit Kimura
Merupakan kelainan alergi inflamatorik
dengan penyebab tidak diketahui;
penyakit endemik di Asia. Penyakit Kimura
merupakan keadaan yang jinak, tetapi dapat
disalahtafsirkansebagaikeganasan.Gambaran
klinisnya berupa nodul subkutan di daerah
servikal disertai limfadenopati servikal dan/
atau pembesaran kelenjar parotis. Manifestasi
sistemik hanya berupa keterlibatan ginjal.
Disebut juga limfogranuloma eosinofilik.7,8
dan kondisi tak-lazim), dan iatrogenic causes
(sebab-sebab iatrogenik).3
Etiologi limfadenopati terangkum pada tabel 1.
Obat-obat yang dapat menyebabkan
limfadenopati, antara lain, adalah3
: alopurinol,
atenolol, kaptopril, karbamazepin, emas,
hidralazin, penisilin, fenitoin, primidon,
pirimetamin, kuinidin, trimetoprim-
sulfametoksazol, sulindak.
Penyebab limfadenopati yang jarang dapat
disingkat menjadi SHAK3
:
• Sarkoidosis
• Silikosis/beriliosis
• Storage disease: penyakit Gaucher,
penyakit Niemann Pick, penyakit Fabry,
penyakit Tangier
• Hipertiroidisme
• Histiositosis X
• Hipertrigliseridemia berat
• Hiperplasia angiofolikular: penyakit
Castelman
• Limfadenopati angioimunoblastik
• Penyakit Kawasaki
• Limfadenitis Kikuchi
• Penyakit Kimura
Tabel 1 Etiologi limfadenopati3
Penyebab Karakteristik Diagnostik
Keganasan•
Limfoma-
Leukemia-
Neoplasma kulit-
Sarkoma Kaposi-
Metastasis-
Infeksi•
Bruselosis-
Cat-scratch disease-
CMV-
HIV, infeksi primer-
Limfogranuloma venereum-
Mononukleosis-
Faringitis-
Rubela-
Tuberkulosis-
Tularemia-
Demam tifoid-
Sifilis-
Hepatitis virus-
Autoimun•
Lupus eritematosus sistemik-
Artritis reumatoid-
Dermatomiositis-
Sindrom Sjogren-
Lain-lain/kondisi tak-lazim•
- Penyakit Kawasaki
Sarkoidosis-
Iatrogenik•
- Serum sickness
Obat-
Demam, keringat malam, penurunan
berat badan, asimptomatik
Memar, splenomegali
Lesi kulit karakteristik
Lesi kulit karakteristik
Bervariasi tergantung tumor primer
Demam, menggigil, malaise
Demam, menggigil, atau asimptomatik
Hepatitis, pneumonitis, asimptomatik,
influenza-like illness
Nyeri, promiskuitas seksual
Demam, malaise, splenomegali
Demam, eksudat orofaringeal
Ruam karakteristik, demam
Demam, keringat malam, hemoptisis,
riwayat kontak
Demam, ulkus pada tempat gigitan
Demam, konstipasi, diare, sakit kepala,
nyeri perut, rose spot
Ruam, ulkus tanpa nyeri
Demam, mual, muntah, diare, ikterus
Artritis, nefritis, anemia, ruam,
penurunan berat badan
Artitis simetris, kaku pada pagi hari,
demam
Perubahan kulit, kelemahan otot
proksimal
Keratokonjungtivitis, gangguan ginjal,
vaskulitis
Demam, konjungtivitis, strawberry
tongue
Perubahan kulit, dispnea, adenopati
hilar
Demam, urtikaria, fatigue
Limfadenopati asimptomatik
Biopsi kelenjar
Pemeriksaan hematologi, aspirasi
sumsum tulang
Biopsi lesi
Biopsi lesi
Biopsi
Kultur darah, serologi
Diagnosis klinis, biopsi
Antibodi CMV, PCR
HIV RNA
Diagnosis klinis, titer MIF
Pemeriksaan hematologi, Monospot,
serologi EBV
Kultur tenggorokan
Serologi
PPD, kultur sputum, foto toraks
Kultur darah, serologi
Kultur darah, kultur sumsum tulang
Rapid plasma reagin
Serologi hepatitis, uji fungsi hati
Klinis, ANA,ds DNA, LED, hematologi
Klinis, radiologi, faktor reumatoid, LED,
hematologi
EMG, kreatin kinase serum, biopsi otot
Uji Schimmer, biopsi bibir, LED,
hematologi
Kriteria klinis
ACE serum, foto toraks, biopsi paru/
kelenjar hilus
Klinis, kadar komplemen
Penghentian obat
Keterangan: ACE angiotensin-converting enzyme, ANA antinuclear antibody, CMV cytomegalovirus, dsDNA double-stranded
DNA, EBV Ebstein-Barr virus, HIV human immunodeficiency virus, MIF titer immunoglobulin M microimmunofluorescence to
lymphogranuloma venerum antigen, Monospot heterophile antibody agglutination testing, PPD purified protein derivative
729
CONTINUING MEDICAL EDUCATION
CDK-209/ vol. 40 no. 10, th. 2013
DIAGNOSIS
Anamnesis
• Umur penderita dan lamanya
limfadenopati
Kemungkinan penyebab keganasan sangat
rendah pada anak dan meningkat seiring
bertambahnya usia. Kelenjar getah bening
teraba pada periode neonatal dan sebagian
besar anak sehat mempunyai kelenjar getah
beningservikal,inguinal,danaksilayangteraba.
Sebagian besar penyebab limfadenopati
pada anak adalah infeksi atau penyebab yang
bersifat jinak. Berdasarkan sebuah laporan,
dari 628 penderita yang menjalani biopsi
karena limfadenopati, penyebab yang jinak
dan swasirna (self-limiting) ditemukan pada
79% penderita berusia kurang dari 30 tahun,
59% penderita antara 31-50 tahun, dan 39%
penderita di atas 50 tahun.3
Di sarana layanan kesehatan primer,
penderita berusia 40 tahun atau lebih
dengan limfadenopati mempunyai risiko
keganasan sekitar 4%. Pada usia di bawah 40
tahun, risiko keganasan sebagai penyebab
limfadenopati sebesar 0,4%.2
Limfadenopati
yang berlangsung kurang dari 2 minggu atau
lebih dari 1 tahun tanpa progresivitas ukuran
mempunyai kemungkinan sangat kecil bahwa
etiologinya adalah keganasan.3
• Pajanan
Anamnesis pajanan penting untuk
menentukan penyebab limfadenopati.
Pajanan binatang dan gigitan serangga,
penggunaan obat, kontak penderita infeksi
dan riwayat infeksi rekuren penting dalam
evaluasi limfadenopati persisten. Pajanan
setelah bepergian dan riwayat vaksinasi
penting diketahui karena dapat berkaitan
dengan limfadenopati persisten, seperti
tuberkulosis, tripanosomiasis, scrub typhus,
leishmaniasis, tularemia, bruselosis, sampar,
dan anthrax. Pajanan rokok, alkohol, dan
radiasi ultraviolet dapat berhubungan
dengan metastasis karsinoma organ dalam,
kanker kepala dan leher, atau kanker
kulit. Pajanan silikon dan berilium dapat
menimbulkan limfadenopati. Riwayat
kontak seksual penting dalam menentukan
penyebab limfadenopati inguinal dan
servikal yang ditransmisikan secara seksual.
Penderita acquired immunodeficiency
syndrome (AIDS) mempunyai beberapa
kemungkinan penyebab limfadenopati;
risikokeganasan,sepertisarkomaKaposidan
limfoma maligna non-Hodgkin meningkat
pada kelompok ini. Riwayat keganasan
pada keluarga, seperti kanker payudara
atau familial dysplastic nevus syndrome dan
melanoma, dapat membantu menduga
penyebab limfadenopati.3
• Gejala yang menyertai
Gejala konstitusi, seperti fatigue, malaise,
dan demam, sering menyertai limfadenopati
servikal dan limfositosis atipikal pada sindrom
mononukleosis. Demam, keringat malam, dan
penurunan berat badan lebih dari 10% dapat
merupakan gejala limfoma B symptom. Pada
limfomaHodgkin,Bsymptomdidapatkanpada
8% penderita stadium I dan 68% penderita
stadium IV. B symptom juga didapatkan pada
10% penderita limfoma non-Hodgkin. Gejala
artralgia, kelemahan otot, atau ruam dapat
menunjukkan kemungkinan adanya penyakit
autoimun, seperti artritis reumatoid, lupus
eritematosus, atau dermatomiositis. Nyeri
pada limfadenopati setelah penggunaan
alkohol merupakan hal yang jarang, tetapi
spesifik untuk limfoma Hodgkin.3
Pemeriksaan Fisik
• Karakter dan ukuran kelenjar getah
bening
Kelenjar getah bening yang keras dan tidak
nyeri meningkatkan kemungkinan penyebab
keganasan atau penyakit granulomatosa.
Limfoma Hodgkin tipe sklerosa nodular
mempunyai karakteristik terfiksasi dan
terlokalisasi dengan konsistensi kenyal.
Limfadenopati karena virus mempunyai
karakteristik bilateral, dapat digerakkan, tidak
nyeri, dan berbatas tegas. Limfadenopati
dengan konsistensi lunak dan nyeri biasanya
disebabkan oleh inflamasi karena infeksi. Pada
kasus yang jarang, limfadenopati yang nyeri
disebabkan oleh perdarahan pada kelenjar
yangnekrotikatautekanandarikapsulkelenjar
karena ekspansi tumor yang cepat.3
Pada umumnya, kelenjar getah bening
normal berukuran sampai diameter 1
cm, tetapi beberapa penulis menyatakan
bahwa kelenjar epitroklear lebih dari 0,5
cm atau kelenjar getah bening inguinal
lebih dari 1,5 cm merupakan hal abnormal.
Terdapat laporan bahwa pada 213
penderita dewasa, tidak ada keganasan
pada penderita dengan ukuran kelenjar di
bawah 1 cm, keganasan ditemukan pada
8% penderita dengan ukuran kelenjar
1-2,25 cm dan pada 38% penderita dengan
ukuran kelenjar di atas 2,25 cm. Pada anak,
kelenjar getah bening berukuran lebih
besar dari 2 cm disertai gambaran radiologi
toraks abnormal tanpa adanya gejala
kelainan telinga, hidung, dan tenggorokan
merupakan gambaran prediktif untuk
penyakit granulomatosa (tuberkulosis, cat-
scratch disease, atau sarkoidosis) atau kanker
(terutama limfoma).2
Tidak ada ketentuan
pasti mengenai batas ukuran kelenjar yang
menjadi tanda kecurigaan keganasan. Ada
laporan bahwa ukuran kelenjar maksimum
2 cm dan 1,5 cm merupakan batas ukuran
yang memerlukan evaluasi lebih lanjut
untuk menentukan ada tidaknya keganasan
dan penyakit granulomatosa.3
• Lokasi limfadenopati
Limfadenopati daerah kepala dan leher
Kelenjar getah bening servikal teraba pada
sebagian besar anak, tetapi ditemukan juga
pada 56% orang dewasa. Penyebab utama
limfadenopati servikal adalah infeksi; pada
anak, umumnya berupa infeksi virus akut
yang swasirna. Pada infeksi mikobakterium
atipikal, cat-scratch disease, toksoplasmosis,
limfadenitis Kikuchi, sarkoidosis, dan penyakit
Kawasaki, limfadenopati dapat berlangsung
selama beberapa bulan. Limfadenopati
supraklavikula kemungkinan besar (54%-
85%) disebabkan oleh keganasan.3
Kelenjar
getah bening servikal yang mengalami
inflamasi dalam beberapa hari, kemudian
berfluktuasi (terutama pada anak-anak)
khas untuk limfadenopati akibat infeksi
stafilokokus dan streptokokus.1
Kelenjar
getah bening servikal yang berfluktuasi
dalam beberapa minggu sampai beberapa
bulan tanpa tanda-tanda inflamasi atau nyeri
yang signifikan merupakan petunjuk infeksi
mikobakterium, mikobakterium atipikal atau
Bartonella henselae (penyebab cat scratch
disease).1
Kelenjar getah bening servikal yang
keras, terutama pada orang usia lanjut dan
perokok menunjukkan metastasis keganasan
kepala dan leher (orofaring, nasofaring,
laring, tiroid, dan esofagus).1
Limfadenopati
servikal merupakan manifestasi limfadenitis
tuberkulosa yang paling sering (63-77%
kasus), disebut skrofula. Kelainan ini dapat
juga disebabkan oleh mikobakterium non-
tuberkulosa.9
Limfadenopati epitroklear
Terabanya kelenjar getah bening epitroklear
730
CONTINUING MEDICAL EDUCATION
CDK-209/ vol. 40 no. 10, th. 2013
selalu patologis. Penyebabnya meliputi
infeksi di lengan bawah atau tangan, limfoma,
sarkoidosis, tularemia, dan sifilis sekunder.1
Limfadenopati aksila
Sebagian besar limfadenopati aksila
disebabkan oleh infeksi atau jejas pada
ekstremitas atas. Adenokarsinoma payudara
sering bermetastasis ke kelenjar getah
bening aksila anterior dan sentral yang
dapat teraba sebelum ditemukannya tumor
primer. Limfoma jarang bermanifestasi sejak
awal atau, kalaupun bermanifestasi, hanya di
kelenjar getah bening aksila. Limfadenopati
antekubital atau epitroklear dapat disebabkan
oleh limfoma atau melanoma di ekstremitas,
yang bermetastasis ke kelenjar getah bening
ipsilateral.3
Limfadenopati supraklavikula
Limfadenopati supraklavikula mempunyai
keterkaitan erat dengan keganasan. Pada
penelitian, keganasan ditemukan pada 34%
dan 50% penderita. Risiko paling tinggi
ditemukan pada penderita di atas usia
40 tahun.1
Limfadenopati supraklavikula
kanan berhubungan dengan keganasan
di mediastinum, paru, atau esofagus.
Limfadenopati supraklavikula kiri (nodus
Virchow) berhubungan dengan keganasan
abdominal (lambung, kandung empedu,
pankreas, testis, ovarium, prostat).1
Limfadenopati inguinal
Limfadenopati inguinal sering ditemukan
dengan ukuran 1-2 cm pada orang normal,
terutama yang bekerja tanpa alas kaki.
Limfadenopati reaktif yang jinak dan infeksi
merupakanpenyebabterseringlimfadenopati
inguinal. Limfadenopati inguinal jarang
disebabkan oleh keganasan. Karsinoma sel
skuamosa pada penis dan vulva, limfoma,
serta melanoma dapat disertai limfadenopati
inguinal. Limfadenopati inguinal ditemukan
pada 58% penderita karsinoma penis atau
uretra.3
Limfadenopati generalisata
Limfadenopati generalisata lebih sering
disebabkan oleh infeksi serius, penyakit
autoimun, dan keganasan, dibandingkan
dengan limfadenopati lokalisata. Penyebab
jinak pada anak adalah infeksi adenovirus.
Limfadenopati generalisata dapat disebabkan
oleh leukemia, limfoma, atau penyebaran
kanker padat stadium lanjut. Limfadenopati
Gambar 2 Kelenjar getah bening aksila dan daerah drainasenya3
Gambar 1 Kelenjar getah bening leher dan daerah drainasenya3
Gambar 3 Limfadenopati daerah inguinal dan drainage3
731
CONTINUING MEDICAL EDUCATION
CDK-209/ vol. 40 no. 10, th. 2013
Tabel 2 Kelompok kelenjar getah bening daerah leher berdasarkan level10
Kelompok kelenjar getah bening Keterangan
Level I
Sublevel I A (submental)•
Sublevel I B (submandibular)•
Kelenjar getah bening dalam batas segitiga antara m. digastrikus bagian anterior dan tulang hioid.
Kelompok ini mempunyai risiko metastasis keganasan dari dasar mulut, anterior lidah, anterior mandibula, bibir bawah
Kelenjar getah bening dalam batas m.digastrik bagian anterior, m. Stilohioid, dan mandibula.
Kelompok ini mempunyai risiko metastasis keganasan dari kavum oral, kavum nasal anterior, jaringan lunak wajah, dan glandula
submandibularis.
Level II
(jugular atas)
Sublevel IIA•
Sublevel IIB•
Kelenjar getah bening di antara vena jugularis interna 1/3 atas, nervus asesorius spinalis mulai dari basis kranii sampai bagian inferior
tulang hioid.
Kelompok ini mempunyai risiko untuk metastasis keganasan dari kavum oral, kavum nasi, nasofaring, orofaring, hipofaring, laring,
dan kelenjar parotis.
Terletak di bagian anterior nervus asesorius spinalis
Terletak di bagian anterior nervus asesorius spinalis
Level III
(jugular tengah)
Kelenjar getah bening di antara vena jugularis interna 1/3 tengah, mulai bagian inferior tulang hioid sampai bagian inferior kartilago
krikoidea
Kelompok ini mempunyai risiko metastasis keganasan dari kavum oral, nasofaring, orofaring, hipofaring, dan laring
Level IV
(jugular bawah)
Kelenjar getah bening di antara vena jugularis interna 1/3 bawah, mulai bagian inferior kartilago krikoidea sampai klavikula
Kelompok ini mempunyai risiko metastasis keganasan dari hipofaring, tiroid, esofagus bagian servikal, dan laring
Level V
(posterior triangle group)
Sublevel VA•
Sublevel VB•
Kelenjar getah bening di sekitar nervus asesoris pertengahan bawah dan arteri servikal transversa
Kelompok ini mempunyai risiko metastasis keganasan dari nasofaring, orofaring, dan struktur kulit pada posterior kepala dan leher
Di atas batas inferior arkus krikoideus anterior, termasuk kelenjar asesoris spinal
Di bawah batas inferior arkus krikoideus anterior, termasuk kelenjar supraklavikula (kecuali nodus Virchow di level IV)
Level VI
(anterior triangle group)
Kelenjar getah bening di antara tulang hioid dan takik suprasternal (suprasternal notch)
Kelompok ini mempunyai risiko untuk metastasis keganasan dari tiroid, laring bagian glotis dan subglotis, apeks sinus piriformis, dan
esofagus bagian servikal
Gambar 4 Level kelenjar getah bening leher10
generalisata pada penderita luluh imun
(immunocompromised) dan AIDS dapat terjadi
karena tahap awal infeksi HIV, tuberkulosis,
kriptokokosis,sitomegalovirus,toksoplasmosis,
dan sarkoma Kaposi. Sarkoma Kaposi dapat
bermanifestasi sebagai limfadenopati
generalisata sebelum timbulnya lesi kulit.3
Kelompok kelenjar getah bening dan daerah
drainasenya dapat dilihat pada gambar 1, 2,
dan 3.
Lokasi kelenjar getah bening daerah leher
dapat dibagi menjadi 6 level. Pembagian
ini berguna untuk memperkirakan
sumber keganasan primer yang mungkin
bermetastasis ke kelenjar getah bening
tersebut dan tindakan diseksi leher.10
Pembagian level kelenjar getah bening dapat
dilihat pada tabel 2 dan gambar 4.
Pendekatan diagnosis limfadenopati dapat
dilihat pada bagan 1.
Kesulitan diagnosis adalah jika anamnesis
dan pemeriksaan fisik tidak mengarah pada
diagnosis tertentu yang dapat dilanjutkan
dengan uji spesifik. Tidak ada bukti yang
mendukung manfaat pemberian antibiotik
atau steroid pada keadaan ini, bahkan
sebaiknya dihindari karena akan me-
ngaburkan atau memperlambat diagnosis.
Belum terdapat kesepakatan lama observasi
yang diperlukan pada keadaan limfadenopati
yang tidak diketahui penyebabnya. Beberapa
ahli merekomendasikan perlunya evaluasi
lebih spesifik atau biopsi pada limfadenopati
noninguinal yang tidak diketahui pe-
nyebabnya dan berlangsung lebih dari 1
bulan.3
732
CONTINUING MEDICAL EDUCATION
CDK-209/ vol. 40 no. 10, th. 2013
DAFTAR PUSTAKA
1. Fletcher RH. Evaluation of peripheral lymphadenopathy in adults [Internet]. 2010 Sep [cited 2011 Jan 27]. Available from: www.uptodate.com.
2. Ferrer R. Lymphadenopathy: Differential diagnosis and evaluation. Am Fam Physician. 1998;58:1315.
3. Bazemore AW. Smucker DR. Lymphadenopathy and malignancy. Am Fam Physician. 2002;66:2103-10.
4. Sundel R. Epidemiology and etiology of Kawasaki disease [Internet]. 2010 Sep [cited 2011 Feb 12]. Available from: www.uptodate.com.
5. Sundel R. Clinical manifestations and diagnosis of Kawasaki disease [Internet]. 2010 Sep [cited 2011 Feb 12]. Available from: www.uptodate.com.
6. Richards MJ. Kikuchi’s disease [Internet]. 2010 Sep [cited 2011 Jan 27]. Available from: www.uptodate.com.
7. Ranka SR, Rajput A, Kantharia CV. Kimura’s disease. Indian J Otolaryngol Head Neck Surg. 2004;56:43-5.
8. Larocche C. Kimura’s disease. Orphanet Encyclopedia [Internet]. 2005 [cited 2011 Jan 27]. Available from: http://www.orpha.net/data/patho/GB/uk-kimura.pdf.
9. Spelman D. Tuberculous lymphadenitis. 2010 Sep [cited 2011 Jan 27]. Available from: www.uptodate.com.
10. Robbins KT, Clayman G, Levine PA, Medina J, Sessions R. Neck dissetion clasification update. Revision proposed by the American Head and Neck Society and the American Academy of
Otolaryngology-Head and Neck Surgery. Arch Otolaryngol Head Neck Surg. 2002;128:751-8.
Biopsi kelenjar
Jika diputuskan tindakan biopsi, idealnya
dilakukan pada kelenjar yang paling besar,
paling dicurigai, dan paling mudah diakses
dengan pertimbangan nilai diagnostiknya.
Kelenjar getah bening inguinal mempunyai
nilai diagnostik paling rendah. Kelenjar
getah bening supraklavikular mempunyai
nilai diagnostik paling tinggi. Meskipun
teknik pewarnaan imunohistokimia dapat
meningkatkan sensitivitas dan spesifisitas
biopsi aspirasi jarum halus, biopsi eksisi tetap
merupakan prosedur diagnostik terpilih.
Adanya gambaran arsitektur kelenjar pada
biopsi merupakan hal yang penting untuk
diagnostik yang tepat, terutama untuk
membedakan limfoma dengan hiperplasia
reaktif yang jinak.3
RINGKASAN
Limfadenopati merupakan pembesaran
kelenjar getah bening dengan ukuran
lebih besar dari 1 cm. Limfadenopati
dapat disebabkan oleh keganasan, infeksi,
penyakit autoimun, kelainan-kelainan yang
jarang didapatkan dan iatrogenik (obat).
Anamnesis dan pemeriksaan fisik penting
untuk mengevaluasi usia penderita, lokasi,
karakteristik, dan lamanya limfadenopati,
serta gejala lain yang menyertai untuk
mengarahkan pada penyebab limfadenopati.
Kunci kecurigaan keganasan adalah usia tua,
karakteristik kelenjar yang keras, terfiksasi,
berlangsunglebihdari2minggudanberlokasi
di supraklavikula. Biopsi eksisi merupakan
prosedur diagnostik terpilih bila dicurigai
keganasan.
Pemantauan limfadenopati persisten atau
perubahan limfadenopati
terapi Reassurance, penjelasan
perjalanan penyakit
Tidak
Dapat diobati
positif
Penyebab jinak/
penyakit swasirna
Ya
Autoimun/penyakit
infeksi serius
Uji spesifik
Negatif
Tidak diketahui
Tidak diketahui
Pemantauan limfadenopati persisten atau
perubahan limfadenopati
Uji spesifik,
terapi empirik
Lain-lain/ penyebab
tak-lazim
Faktor risiko
keganasan
Risiko rendah
Pemeriksan
hematologi,
RPR, PPD, HIV,
HbsAg, ANA
Lokalisata
Biopsi kelenjar
yang paling
abnormal
Observasi 1 bulan
Negatif
Negatif
Terapi
Risiko tinggi
Curiga keganasan
Biopsi eksisi
Uji spesifik
Tidak diketahui
Positif
Generalisata
Negatif
Positif
Bagan 1 Pendekatan diagnostik limfadenopati3
Keterangan: RPR rapid plasma reagin, ANA antinuclear antibody
Anamnesis
(kontak infeksi, obat, perjalanan, pajanan lingkungan, riwayat seksual, riwayat keluarga)
Pemeriksaan fisik
(termasuk pemeriksaan limfatik lengkap, pemeriksaan regional sesuai aliran limfatik)
Perbaikan

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
Novi Y'uZzman
 
PRESENTATION kondiloma akuminata
PRESENTATION kondiloma akuminataPRESENTATION kondiloma akuminata
PRESENTATION kondiloma akuminata
SK Sulistyaningrum
 

Was ist angesagt? (20)

Veruka vulgaris
Veruka vulgarisVeruka vulgaris
Veruka vulgaris
 
Otitis media akut
Otitis media akutOtitis media akut
Otitis media akut
 
Dermatitis kontak alergi
Dermatitis kontak alergiDermatitis kontak alergi
Dermatitis kontak alergi
 
Baca ct scan
Baca ct scanBaca ct scan
Baca ct scan
 
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolorLaporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
 
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
 
Laporan kasus ii
Laporan kasus iiLaporan kasus ii
Laporan kasus ii
 
Laporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPHLaporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPH
 
Status Dermatologikus
Status DermatologikusStatus Dermatologikus
Status Dermatologikus
 
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
 
Ca mammae
Ca mammaeCa mammae
Ca mammae
 
EKG, Hipertrofi Jantung
EKG, Hipertrofi JantungEKG, Hipertrofi Jantung
EKG, Hipertrofi Jantung
 
Diagnosa Banding Penurunan Kesadaran Manajemen
Diagnosa Banding Penurunan Kesadaran ManajemenDiagnosa Banding Penurunan Kesadaran Manajemen
Diagnosa Banding Penurunan Kesadaran Manajemen
 
CASE REPORT TUBERKULOSIS PARU
CASE REPORT TUBERKULOSIS PARUCASE REPORT TUBERKULOSIS PARU
CASE REPORT TUBERKULOSIS PARU
 
Syok pada anak
Syok pada anak Syok pada anak
Syok pada anak
 
Tumor mammae kuliah
Tumor mammae kuliahTumor mammae kuliah
Tumor mammae kuliah
 
Pemeriksaan fisik abdomen anang
Pemeriksaan fisik abdomen anangPemeriksaan fisik abdomen anang
Pemeriksaan fisik abdomen anang
 
PRESENTATION kondiloma akuminata
PRESENTATION kondiloma akuminataPRESENTATION kondiloma akuminata
PRESENTATION kondiloma akuminata
 
Perbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptx
Perbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptxPerbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptx
Perbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptx
 
119920864 hernia-inguinalis-ppt
119920864 hernia-inguinalis-ppt119920864 hernia-inguinalis-ppt
119920864 hernia-inguinalis-ppt
 

Andere mochten auch

81071297 limfadenitis-tuberkulosis
81071297 limfadenitis-tuberkulosis81071297 limfadenitis-tuberkulosis
81071297 limfadenitis-tuberkulosis
beusav
 
Definisi , etiologi dan kriteria autoimun
Definisi , etiologi dan kriteria autoimun Definisi , etiologi dan kriteria autoimun
Definisi , etiologi dan kriteria autoimun
1313010043
 
Autoimunitas power point
Autoimunitas power pointAutoimunitas power point
Autoimunitas power point
tristyanto
 
Patofisiologi aids
Patofisiologi aidsPatofisiologi aids
Patofisiologi aids
Riri Haridah
 
27925999 karsinoma-nasofaring
27925999 karsinoma-nasofaring27925999 karsinoma-nasofaring
27925999 karsinoma-nasofaring
0812200200
 
Sistem Pencernaan - Rongga Mulut
Sistem Pencernaan - Rongga MulutSistem Pencernaan - Rongga Mulut
Sistem Pencernaan - Rongga Mulut
Asti Hayuningtyas
 
Kehamilan dengan HIV/AIDS PPT
Kehamilan dengan HIV/AIDS PPTKehamilan dengan HIV/AIDS PPT
Kehamilan dengan HIV/AIDS PPT
qurratuakyun
 

Andere mochten auch (20)

81071297 limfadenitis-tuberkulosis
81071297 limfadenitis-tuberkulosis81071297 limfadenitis-tuberkulosis
81071297 limfadenitis-tuberkulosis
 
Benjolan pada leher Onko
Benjolan pada leher OnkoBenjolan pada leher Onko
Benjolan pada leher Onko
 
Definisi , etiologi dan kriteria autoimun
Definisi , etiologi dan kriteria autoimun Definisi , etiologi dan kriteria autoimun
Definisi , etiologi dan kriteria autoimun
 
Autoimunitas power point
Autoimunitas power pointAutoimunitas power point
Autoimunitas power point
 
Sesak napas trauma
Sesak napas traumaSesak napas trauma
Sesak napas trauma
 
Abses peritonselar
Abses peritonselarAbses peritonselar
Abses peritonselar
 
Patofisiologi aids
Patofisiologi aidsPatofisiologi aids
Patofisiologi aids
 
An fis perdarahan otak
An fis perdarahan otakAn fis perdarahan otak
An fis perdarahan otak
 
Blok 18
Blok 18Blok 18
Blok 18
 
Abses peritonsilar
Abses peritonsilarAbses peritonsilar
Abses peritonsilar
 
Pedoman PMTCT Nasional
Pedoman PMTCT NasionalPedoman PMTCT Nasional
Pedoman PMTCT Nasional
 
27925999 karsinoma-nasofaring
27925999 karsinoma-nasofaring27925999 karsinoma-nasofaring
27925999 karsinoma-nasofaring
 
Kanser Mulut/Oral
Kanser Mulut/OralKanser Mulut/Oral
Kanser Mulut/Oral
 
Sistem Pencernaan - Rongga Mulut
Sistem Pencernaan - Rongga MulutSistem Pencernaan - Rongga Mulut
Sistem Pencernaan - Rongga Mulut
 
Abses leher dalam
Abses leher dalamAbses leher dalam
Abses leher dalam
 
Baru laporan modul 2 3
Baru laporan modul 2 3Baru laporan modul 2 3
Baru laporan modul 2 3
 
Kehamilan dengan HIV/AIDS PPT
Kehamilan dengan HIV/AIDS PPTKehamilan dengan HIV/AIDS PPT
Kehamilan dengan HIV/AIDS PPT
 
Materi HIV & AIDS
Materi HIV & AIDSMateri HIV & AIDS
Materi HIV & AIDS
 
HIV DALAM KEHAMILAN & PENATALAKSANAANNYA (WHO 2013)
HIV DALAM KEHAMILAN & PENATALAKSANAANNYA (WHO 2013)HIV DALAM KEHAMILAN & PENATALAKSANAANNYA (WHO 2013)
HIV DALAM KEHAMILAN & PENATALAKSANAANNYA (WHO 2013)
 
BigWeatherGear Group and Corporate Services Brochure 2013
BigWeatherGear Group and Corporate Services Brochure 2013BigWeatherGear Group and Corporate Services Brochure 2013
BigWeatherGear Group and Corporate Services Brochure 2013
 

Ähnlich wie Pendekatan diagnosis limfadenopati

Askep anak acute nonlymphoid (myelogenous) leukemia (anll atau aml)
Askep anak acute nonlymphoid (myelogenous) leukemia (anll atau aml)Askep anak acute nonlymphoid (myelogenous) leukemia (anll atau aml)
Askep anak acute nonlymphoid (myelogenous) leukemia (anll atau aml)
Asep Mulyaang
 
ferren oktavena faisal_limfadenopati presentasi
ferren oktavena faisal_limfadenopati presentasiferren oktavena faisal_limfadenopati presentasi
ferren oktavena faisal_limfadenopati presentasi
FerrenOktavena
 
Asuhan keperawatan pada kasus dhf
Asuhan keperawatan pada kasus dhfAsuhan keperawatan pada kasus dhf
Asuhan keperawatan pada kasus dhf
Hijrah Said
 
Penyakit auto imun bag.8
Penyakit auto imun bag.8Penyakit auto imun bag.8
Penyakit auto imun bag.8
tristyanto
 

Ähnlich wie Pendekatan diagnosis limfadenopati (20)

Blok 24 (limfoma hodgkin)
Blok 24 (limfoma hodgkin)Blok 24 (limfoma hodgkin)
Blok 24 (limfoma hodgkin)
 
Skleroderma ppt
Skleroderma pptSkleroderma ppt
Skleroderma ppt
 
Tuklin-Kelompok D-dr.Yulisna Sp.KK.pptx
Tuklin-Kelompok D-dr.Yulisna Sp.KK.pptxTuklin-Kelompok D-dr.Yulisna Sp.KK.pptx
Tuklin-Kelompok D-dr.Yulisna Sp.KK.pptx
 
Filariasis
Filariasis Filariasis
Filariasis
 
Makalah nefrotik syndrom
Makalah nefrotik syndromMakalah nefrotik syndrom
Makalah nefrotik syndrom
 
ulkusdiabetikum-210905085147.pptx
ulkusdiabetikum-210905085147.pptxulkusdiabetikum-210905085147.pptx
ulkusdiabetikum-210905085147.pptx
 
Ulkus diabetikum
Ulkus diabetikumUlkus diabetikum
Ulkus diabetikum
 
ulkusdiabetikum-210905085147.pdf
ulkusdiabetikum-210905085147.pdfulkusdiabetikum-210905085147.pdf
ulkusdiabetikum-210905085147.pdf
 
Askep anak acute nonlymphoid (myelogenous) leukemia (anll atau aml)
Askep anak acute nonlymphoid (myelogenous) leukemia (anll atau aml)Askep anak acute nonlymphoid (myelogenous) leukemia (anll atau aml)
Askep anak acute nonlymphoid (myelogenous) leukemia (anll atau aml)
 
Dk pemicu 4
Dk  pemicu 4Dk  pemicu 4
Dk pemicu 4
 
151642549 satuan-acara-penyuluhan-ssj
151642549 satuan-acara-penyuluhan-ssj151642549 satuan-acara-penyuluhan-ssj
151642549 satuan-acara-penyuluhan-ssj
 
151642549 satuan-acara-penyuluhan-ssj
151642549 satuan-acara-penyuluhan-ssj151642549 satuan-acara-penyuluhan-ssj
151642549 satuan-acara-penyuluhan-ssj
 
ferren oktavena faisal_limfadenopati presentasi
ferren oktavena faisal_limfadenopati presentasiferren oktavena faisal_limfadenopati presentasi
ferren oktavena faisal_limfadenopati presentasi
 
Asuhan keperawatan pada kasus dhf
Asuhan keperawatan pada kasus dhfAsuhan keperawatan pada kasus dhf
Asuhan keperawatan pada kasus dhf
 
Referat kawasaki-anak
Referat kawasaki-anakReferat kawasaki-anak
Referat kawasaki-anak
 
Ppt sle trisula
Ppt sle trisulaPpt sle trisula
Ppt sle trisula
 
Intergumen presentasi
Intergumen presentasiIntergumen presentasi
Intergumen presentasi
 
Dermatitis
DermatitisDermatitis
Dermatitis
 
Penyakit auto imun bag.8
Penyakit auto imun bag.8Penyakit auto imun bag.8
Penyakit auto imun bag.8
 
Konsep asuhan keperawatan Leukemia
Konsep asuhan keperawatan LeukemiaKonsep asuhan keperawatan Leukemia
Konsep asuhan keperawatan Leukemia
 

Kürzlich hochgeladen

ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
Acephasan2
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
khalid1276
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
UserTank2
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
Zuheri
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
Acephasan2
 
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
AGHNIA17
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
nadyahermawan
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
NezaPurna
 

Kürzlich hochgeladen (20)

PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptPAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
 
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase NeurologiReferat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
 
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatanLogic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
 
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdfKOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
 
CATATAN PSIKIATRI TANDA DAN GEJALA , KOAS
CATATAN PSIKIATRI TANDA DAN GEJALA , KOASCATATAN PSIKIATRI TANDA DAN GEJALA , KOAS
CATATAN PSIKIATRI TANDA DAN GEJALA , KOAS
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
 
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
 
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
 
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptxtatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptMEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
 

Pendekatan diagnosis limfadenopati

  • 1. Meskipun limfadenopati dapat menunjukkan adanya penyakit serius, pada umumnya disebabkan oleh infeksi. Bila didapatkan limfadenopati lokal, harus dilakukan evaluasi kemungkinan adanya limfadenopati generalisata. Pada sebagian besar kasus, diagnosis dapat ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Kelenjar getah bening normal biasanya berdiameter kurang dari 1 cm dan cenderung lebih besar pada orang dewasa muda. Pada orang normal, kelenjar getah bening sering teraba di daerah inguinal karena trauma kronik dan infeksi yang sering terjadi di ekstremitas bawah; dapat juga teraba di daerah leher (terutama daerah submandibular) setelah infeksi daerah kepala dan leher.1 Pada umumnya, kelenjar getah bening dengan ukuran lebih besar dari 1 cm merupakan temuan abnormal.2 Diperkirakan 1,1% penderita yang berobat ke sarana layanan kesehatan primer mengidap keganasan. Faktor risiko utama keganasan meliputi usia tua, karakteristik kelenjar yang keras, terfiksasi, berlangsung lebih dari 2 minggu, dan berlokasi di supraklavikula.3 DEFINISI Limfadenopati merupakan pembesaran kelenjar getah bening dengan ukuran lebih besar dari 1 cm.2 Kepustakaan lain mendefinisikan limfadenopati sebagai abnormalitas ukuran atau karakter kelenjar getah bening.3 Terabanya kelenjar getah bening supraklavikula, iliak, atau poplitea dengan ukuran berapa pun dan terabanya kelenjar epitroklear dengan ukuran lebih besar dari 5 mm merupakan keadaan abnormal.3 KLASIFIKASI Berdasarkan luas limfadenopati: • Generalisata: limfadenopati pada 2 atau lebih regio anatomi yang berbeda.3 • Lokalisata: limfadenopati pada 1 regio.3 Dari semua kasus pasien yang berobat ke sarana layanan kesehatan primer, sekitar 3/4 penderita datang dengan limfadenopati lokalisata dan 1/4 sisanya datang dengan limfadenopati generalisata.2 ETIOLOGI Banyak keadaan yang dapat menimbulkan limfadenopati. Keadaan-keadaan tersebut dapat diingat dengan mnemonik MIAMI: malignancies (keganasan), infections (infeksi), autoimmune disorders (kelainan autoimun), miscellaneous and unusual conditions (lain-lain Alamat korespondensi email: amaylia_oehadian@yahoo.com 727 CONTINUING MEDICAL EDUCATION CDK-209/ vol. 40 no. 10, th. 2013 CONTINUING MEDICAL EDUCATION Akreditasi IDI – 3 SKP Pendekatan Diagnosis Limfadenopati Amaylia Oehadian Sub Bagian Hematologi-Onkologi Medik, Bagian Ilmu Penyakit Dalam, RS Hasan Sadikin/Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat, Indonesia ABSTRAK Limfadenopati merupakan pembesaran kelenjar getah bening dengan ukuran lebih besar dari 1 cm. Berdasarkan lokasinya, limfadenopati terbagi menjadi limfadenopati generalisata dan limfadenopati lokalisata. Penyebab limfadenopati dapat diingat dengan mnemonik MIAMI: malignancies (keganasan), infections (infeksi), autoimmune disorders (kelainan autoimun), miscellaneous and unusual conditions (lain-lain dan kondisi tak-lazim), dan iatrogenic causes (sebab-sebab iatrogenik). Penyebab limfadenopati yang jarang dapat disingkat menjadi SHAK: sarkoidosis, silikosis/beriliosis, storage disease, hipertiroidisme, histiositosis X, hipertrigliseridemia berat, hiperplasia angiofolikular, limfadenopati angioimunoblastik, penyakit Kawasaki, limfadenitis Kikuchi, dan penyakit Kimura. Kunci kecurigaan keganasan meliputi usia tua, karakteristik kelenjar yang keras, terfiksasi, berlangsung lebih dari 2 minggu, dan berlokasi di supraklavikula. Biopsi eksisi merupakan prosedur diagnostik terpilih pada kecurigaan keganasan. Kata kunci: limfadenopati, MIAMI, keganasan, biopsi ABSTRACT Lymphadenopathy is defined as lymph node enlargement of more than 1 cm. It can be generalized or localized. It results from many diseases recalled using the mnemonic acronym MIAMI: malignancies, infections, autoimmune disorders, miscellaneous and unusual conditions, and iatrogenic causes. Rare causes of lymphadenopathy can be abbreviated to SHAK: sarcoidosis, silicosis/berylliosis, storage disease, hyperthyroidisme, histioscytosis X, hypertriglyceridemia, angiofollicular hyperplasia, angioimunoblastic lymphadenopathy, Kawasaki syndrome, Kikuchi’s lymphadenitis, and Kimura disease. The keys for suspected malignancy include older age, firm, fixed nodal character, greater than 2 weeks duration and supraclavicular location. Excisional biopsy remains the diagnostic procedure of choice in suspected malignancy. Amaylia Oehadian. Diagnostic Approach of Lymphadenopathy. Key words: lymphadenopathies, MIAMI, malignancy, biopsy
  • 2. 728 CONTINUING MEDICAL EDUCATION CDK-209/ vol. 40 no. 10, th. 2013 Penyakit Kawasaki Penyakit Kawasaki, disebut juga sindrom kelenjar getah bening mukokutaneus, merupakan vaskulitis yang paling sering didapatkan pada anak. Etiologinya tidak diketahui. Biasanya bersifat swasirna (self- limiting) dengan manifestasi inflamasi lain yang berlangsung kurang lebih 12 hari. Dapat terjadi komplikasi berupa aneurisma arteri koroner, kardiomiopati, gagal jantung, infark miokard, aritmia, dan oklusi arteri perifer.4 Diagnosis ditegakkan bila terdapat demam >5 hari dengan minimal 4 dari 5 gejala berikut5 : • Injeksi konjungtiva bulbar bilateral • Perubahan membran mukosa oral (fisura dan kemerahan pada bibir, faring, strawberry tongue) • Perubahan pada ekstremitas (eritema telapak tangan dan kaki, edema tangan dan kaki pada fase akut, dan deskuamasi periungual pada fase konvalesen) • Ruam polimorfik • Limfadenopati servikal (minimal 1 kelenjar dengan diameter >1,5 cm). Limfadenitis Kikuchi Limfadenitis Kikuchi, disebut juga penyakit Kikuchi, penyakit Kikuchi-Fujimoto, atau limfadenitis nekrotikans histiositik Kikuchi, merupakan limfadenopati jinak yang penyebabnya tidak diketahui dengan karakteristik limfadenopati servikal dan demam. Penyebabnya diduga merupakan respons limfosit T dan histiosit terhadap infeksi. Infeksi yang diduga menjadi penyebab meliputi Epstein Barr virus (EBV), human herpesvirus 6, human herpesvirus 8, human immunodeficiency virus (HIV), parvovirus B19, paramyxoviruses, parainfluenza virus, Yersinia enterocolitica, dan toksoplasma.6 Penyakit Kimura Merupakan kelainan alergi inflamatorik dengan penyebab tidak diketahui; penyakit endemik di Asia. Penyakit Kimura merupakan keadaan yang jinak, tetapi dapat disalahtafsirkansebagaikeganasan.Gambaran klinisnya berupa nodul subkutan di daerah servikal disertai limfadenopati servikal dan/ atau pembesaran kelenjar parotis. Manifestasi sistemik hanya berupa keterlibatan ginjal. Disebut juga limfogranuloma eosinofilik.7,8 dan kondisi tak-lazim), dan iatrogenic causes (sebab-sebab iatrogenik).3 Etiologi limfadenopati terangkum pada tabel 1. Obat-obat yang dapat menyebabkan limfadenopati, antara lain, adalah3 : alopurinol, atenolol, kaptopril, karbamazepin, emas, hidralazin, penisilin, fenitoin, primidon, pirimetamin, kuinidin, trimetoprim- sulfametoksazol, sulindak. Penyebab limfadenopati yang jarang dapat disingkat menjadi SHAK3 : • Sarkoidosis • Silikosis/beriliosis • Storage disease: penyakit Gaucher, penyakit Niemann Pick, penyakit Fabry, penyakit Tangier • Hipertiroidisme • Histiositosis X • Hipertrigliseridemia berat • Hiperplasia angiofolikular: penyakit Castelman • Limfadenopati angioimunoblastik • Penyakit Kawasaki • Limfadenitis Kikuchi • Penyakit Kimura Tabel 1 Etiologi limfadenopati3 Penyebab Karakteristik Diagnostik Keganasan• Limfoma- Leukemia- Neoplasma kulit- Sarkoma Kaposi- Metastasis- Infeksi• Bruselosis- Cat-scratch disease- CMV- HIV, infeksi primer- Limfogranuloma venereum- Mononukleosis- Faringitis- Rubela- Tuberkulosis- Tularemia- Demam tifoid- Sifilis- Hepatitis virus- Autoimun• Lupus eritematosus sistemik- Artritis reumatoid- Dermatomiositis- Sindrom Sjogren- Lain-lain/kondisi tak-lazim• - Penyakit Kawasaki Sarkoidosis- Iatrogenik• - Serum sickness Obat- Demam, keringat malam, penurunan berat badan, asimptomatik Memar, splenomegali Lesi kulit karakteristik Lesi kulit karakteristik Bervariasi tergantung tumor primer Demam, menggigil, malaise Demam, menggigil, atau asimptomatik Hepatitis, pneumonitis, asimptomatik, influenza-like illness Nyeri, promiskuitas seksual Demam, malaise, splenomegali Demam, eksudat orofaringeal Ruam karakteristik, demam Demam, keringat malam, hemoptisis, riwayat kontak Demam, ulkus pada tempat gigitan Demam, konstipasi, diare, sakit kepala, nyeri perut, rose spot Ruam, ulkus tanpa nyeri Demam, mual, muntah, diare, ikterus Artritis, nefritis, anemia, ruam, penurunan berat badan Artitis simetris, kaku pada pagi hari, demam Perubahan kulit, kelemahan otot proksimal Keratokonjungtivitis, gangguan ginjal, vaskulitis Demam, konjungtivitis, strawberry tongue Perubahan kulit, dispnea, adenopati hilar Demam, urtikaria, fatigue Limfadenopati asimptomatik Biopsi kelenjar Pemeriksaan hematologi, aspirasi sumsum tulang Biopsi lesi Biopsi lesi Biopsi Kultur darah, serologi Diagnosis klinis, biopsi Antibodi CMV, PCR HIV RNA Diagnosis klinis, titer MIF Pemeriksaan hematologi, Monospot, serologi EBV Kultur tenggorokan Serologi PPD, kultur sputum, foto toraks Kultur darah, serologi Kultur darah, kultur sumsum tulang Rapid plasma reagin Serologi hepatitis, uji fungsi hati Klinis, ANA,ds DNA, LED, hematologi Klinis, radiologi, faktor reumatoid, LED, hematologi EMG, kreatin kinase serum, biopsi otot Uji Schimmer, biopsi bibir, LED, hematologi Kriteria klinis ACE serum, foto toraks, biopsi paru/ kelenjar hilus Klinis, kadar komplemen Penghentian obat Keterangan: ACE angiotensin-converting enzyme, ANA antinuclear antibody, CMV cytomegalovirus, dsDNA double-stranded DNA, EBV Ebstein-Barr virus, HIV human immunodeficiency virus, MIF titer immunoglobulin M microimmunofluorescence to lymphogranuloma venerum antigen, Monospot heterophile antibody agglutination testing, PPD purified protein derivative
  • 3. 729 CONTINUING MEDICAL EDUCATION CDK-209/ vol. 40 no. 10, th. 2013 DIAGNOSIS Anamnesis • Umur penderita dan lamanya limfadenopati Kemungkinan penyebab keganasan sangat rendah pada anak dan meningkat seiring bertambahnya usia. Kelenjar getah bening teraba pada periode neonatal dan sebagian besar anak sehat mempunyai kelenjar getah beningservikal,inguinal,danaksilayangteraba. Sebagian besar penyebab limfadenopati pada anak adalah infeksi atau penyebab yang bersifat jinak. Berdasarkan sebuah laporan, dari 628 penderita yang menjalani biopsi karena limfadenopati, penyebab yang jinak dan swasirna (self-limiting) ditemukan pada 79% penderita berusia kurang dari 30 tahun, 59% penderita antara 31-50 tahun, dan 39% penderita di atas 50 tahun.3 Di sarana layanan kesehatan primer, penderita berusia 40 tahun atau lebih dengan limfadenopati mempunyai risiko keganasan sekitar 4%. Pada usia di bawah 40 tahun, risiko keganasan sebagai penyebab limfadenopati sebesar 0,4%.2 Limfadenopati yang berlangsung kurang dari 2 minggu atau lebih dari 1 tahun tanpa progresivitas ukuran mempunyai kemungkinan sangat kecil bahwa etiologinya adalah keganasan.3 • Pajanan Anamnesis pajanan penting untuk menentukan penyebab limfadenopati. Pajanan binatang dan gigitan serangga, penggunaan obat, kontak penderita infeksi dan riwayat infeksi rekuren penting dalam evaluasi limfadenopati persisten. Pajanan setelah bepergian dan riwayat vaksinasi penting diketahui karena dapat berkaitan dengan limfadenopati persisten, seperti tuberkulosis, tripanosomiasis, scrub typhus, leishmaniasis, tularemia, bruselosis, sampar, dan anthrax. Pajanan rokok, alkohol, dan radiasi ultraviolet dapat berhubungan dengan metastasis karsinoma organ dalam, kanker kepala dan leher, atau kanker kulit. Pajanan silikon dan berilium dapat menimbulkan limfadenopati. Riwayat kontak seksual penting dalam menentukan penyebab limfadenopati inguinal dan servikal yang ditransmisikan secara seksual. Penderita acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) mempunyai beberapa kemungkinan penyebab limfadenopati; risikokeganasan,sepertisarkomaKaposidan limfoma maligna non-Hodgkin meningkat pada kelompok ini. Riwayat keganasan pada keluarga, seperti kanker payudara atau familial dysplastic nevus syndrome dan melanoma, dapat membantu menduga penyebab limfadenopati.3 • Gejala yang menyertai Gejala konstitusi, seperti fatigue, malaise, dan demam, sering menyertai limfadenopati servikal dan limfositosis atipikal pada sindrom mononukleosis. Demam, keringat malam, dan penurunan berat badan lebih dari 10% dapat merupakan gejala limfoma B symptom. Pada limfomaHodgkin,Bsymptomdidapatkanpada 8% penderita stadium I dan 68% penderita stadium IV. B symptom juga didapatkan pada 10% penderita limfoma non-Hodgkin. Gejala artralgia, kelemahan otot, atau ruam dapat menunjukkan kemungkinan adanya penyakit autoimun, seperti artritis reumatoid, lupus eritematosus, atau dermatomiositis. Nyeri pada limfadenopati setelah penggunaan alkohol merupakan hal yang jarang, tetapi spesifik untuk limfoma Hodgkin.3 Pemeriksaan Fisik • Karakter dan ukuran kelenjar getah bening Kelenjar getah bening yang keras dan tidak nyeri meningkatkan kemungkinan penyebab keganasan atau penyakit granulomatosa. Limfoma Hodgkin tipe sklerosa nodular mempunyai karakteristik terfiksasi dan terlokalisasi dengan konsistensi kenyal. Limfadenopati karena virus mempunyai karakteristik bilateral, dapat digerakkan, tidak nyeri, dan berbatas tegas. Limfadenopati dengan konsistensi lunak dan nyeri biasanya disebabkan oleh inflamasi karena infeksi. Pada kasus yang jarang, limfadenopati yang nyeri disebabkan oleh perdarahan pada kelenjar yangnekrotikatautekanandarikapsulkelenjar karena ekspansi tumor yang cepat.3 Pada umumnya, kelenjar getah bening normal berukuran sampai diameter 1 cm, tetapi beberapa penulis menyatakan bahwa kelenjar epitroklear lebih dari 0,5 cm atau kelenjar getah bening inguinal lebih dari 1,5 cm merupakan hal abnormal. Terdapat laporan bahwa pada 213 penderita dewasa, tidak ada keganasan pada penderita dengan ukuran kelenjar di bawah 1 cm, keganasan ditemukan pada 8% penderita dengan ukuran kelenjar 1-2,25 cm dan pada 38% penderita dengan ukuran kelenjar di atas 2,25 cm. Pada anak, kelenjar getah bening berukuran lebih besar dari 2 cm disertai gambaran radiologi toraks abnormal tanpa adanya gejala kelainan telinga, hidung, dan tenggorokan merupakan gambaran prediktif untuk penyakit granulomatosa (tuberkulosis, cat- scratch disease, atau sarkoidosis) atau kanker (terutama limfoma).2 Tidak ada ketentuan pasti mengenai batas ukuran kelenjar yang menjadi tanda kecurigaan keganasan. Ada laporan bahwa ukuran kelenjar maksimum 2 cm dan 1,5 cm merupakan batas ukuran yang memerlukan evaluasi lebih lanjut untuk menentukan ada tidaknya keganasan dan penyakit granulomatosa.3 • Lokasi limfadenopati Limfadenopati daerah kepala dan leher Kelenjar getah bening servikal teraba pada sebagian besar anak, tetapi ditemukan juga pada 56% orang dewasa. Penyebab utama limfadenopati servikal adalah infeksi; pada anak, umumnya berupa infeksi virus akut yang swasirna. Pada infeksi mikobakterium atipikal, cat-scratch disease, toksoplasmosis, limfadenitis Kikuchi, sarkoidosis, dan penyakit Kawasaki, limfadenopati dapat berlangsung selama beberapa bulan. Limfadenopati supraklavikula kemungkinan besar (54%- 85%) disebabkan oleh keganasan.3 Kelenjar getah bening servikal yang mengalami inflamasi dalam beberapa hari, kemudian berfluktuasi (terutama pada anak-anak) khas untuk limfadenopati akibat infeksi stafilokokus dan streptokokus.1 Kelenjar getah bening servikal yang berfluktuasi dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan tanpa tanda-tanda inflamasi atau nyeri yang signifikan merupakan petunjuk infeksi mikobakterium, mikobakterium atipikal atau Bartonella henselae (penyebab cat scratch disease).1 Kelenjar getah bening servikal yang keras, terutama pada orang usia lanjut dan perokok menunjukkan metastasis keganasan kepala dan leher (orofaring, nasofaring, laring, tiroid, dan esofagus).1 Limfadenopati servikal merupakan manifestasi limfadenitis tuberkulosa yang paling sering (63-77% kasus), disebut skrofula. Kelainan ini dapat juga disebabkan oleh mikobakterium non- tuberkulosa.9 Limfadenopati epitroklear Terabanya kelenjar getah bening epitroklear
  • 4. 730 CONTINUING MEDICAL EDUCATION CDK-209/ vol. 40 no. 10, th. 2013 selalu patologis. Penyebabnya meliputi infeksi di lengan bawah atau tangan, limfoma, sarkoidosis, tularemia, dan sifilis sekunder.1 Limfadenopati aksila Sebagian besar limfadenopati aksila disebabkan oleh infeksi atau jejas pada ekstremitas atas. Adenokarsinoma payudara sering bermetastasis ke kelenjar getah bening aksila anterior dan sentral yang dapat teraba sebelum ditemukannya tumor primer. Limfoma jarang bermanifestasi sejak awal atau, kalaupun bermanifestasi, hanya di kelenjar getah bening aksila. Limfadenopati antekubital atau epitroklear dapat disebabkan oleh limfoma atau melanoma di ekstremitas, yang bermetastasis ke kelenjar getah bening ipsilateral.3 Limfadenopati supraklavikula Limfadenopati supraklavikula mempunyai keterkaitan erat dengan keganasan. Pada penelitian, keganasan ditemukan pada 34% dan 50% penderita. Risiko paling tinggi ditemukan pada penderita di atas usia 40 tahun.1 Limfadenopati supraklavikula kanan berhubungan dengan keganasan di mediastinum, paru, atau esofagus. Limfadenopati supraklavikula kiri (nodus Virchow) berhubungan dengan keganasan abdominal (lambung, kandung empedu, pankreas, testis, ovarium, prostat).1 Limfadenopati inguinal Limfadenopati inguinal sering ditemukan dengan ukuran 1-2 cm pada orang normal, terutama yang bekerja tanpa alas kaki. Limfadenopati reaktif yang jinak dan infeksi merupakanpenyebabterseringlimfadenopati inguinal. Limfadenopati inguinal jarang disebabkan oleh keganasan. Karsinoma sel skuamosa pada penis dan vulva, limfoma, serta melanoma dapat disertai limfadenopati inguinal. Limfadenopati inguinal ditemukan pada 58% penderita karsinoma penis atau uretra.3 Limfadenopati generalisata Limfadenopati generalisata lebih sering disebabkan oleh infeksi serius, penyakit autoimun, dan keganasan, dibandingkan dengan limfadenopati lokalisata. Penyebab jinak pada anak adalah infeksi adenovirus. Limfadenopati generalisata dapat disebabkan oleh leukemia, limfoma, atau penyebaran kanker padat stadium lanjut. Limfadenopati Gambar 2 Kelenjar getah bening aksila dan daerah drainasenya3 Gambar 1 Kelenjar getah bening leher dan daerah drainasenya3 Gambar 3 Limfadenopati daerah inguinal dan drainage3
  • 5. 731 CONTINUING MEDICAL EDUCATION CDK-209/ vol. 40 no. 10, th. 2013 Tabel 2 Kelompok kelenjar getah bening daerah leher berdasarkan level10 Kelompok kelenjar getah bening Keterangan Level I Sublevel I A (submental)• Sublevel I B (submandibular)• Kelenjar getah bening dalam batas segitiga antara m. digastrikus bagian anterior dan tulang hioid. Kelompok ini mempunyai risiko metastasis keganasan dari dasar mulut, anterior lidah, anterior mandibula, bibir bawah Kelenjar getah bening dalam batas m.digastrik bagian anterior, m. Stilohioid, dan mandibula. Kelompok ini mempunyai risiko metastasis keganasan dari kavum oral, kavum nasal anterior, jaringan lunak wajah, dan glandula submandibularis. Level II (jugular atas) Sublevel IIA• Sublevel IIB• Kelenjar getah bening di antara vena jugularis interna 1/3 atas, nervus asesorius spinalis mulai dari basis kranii sampai bagian inferior tulang hioid. Kelompok ini mempunyai risiko untuk metastasis keganasan dari kavum oral, kavum nasi, nasofaring, orofaring, hipofaring, laring, dan kelenjar parotis. Terletak di bagian anterior nervus asesorius spinalis Terletak di bagian anterior nervus asesorius spinalis Level III (jugular tengah) Kelenjar getah bening di antara vena jugularis interna 1/3 tengah, mulai bagian inferior tulang hioid sampai bagian inferior kartilago krikoidea Kelompok ini mempunyai risiko metastasis keganasan dari kavum oral, nasofaring, orofaring, hipofaring, dan laring Level IV (jugular bawah) Kelenjar getah bening di antara vena jugularis interna 1/3 bawah, mulai bagian inferior kartilago krikoidea sampai klavikula Kelompok ini mempunyai risiko metastasis keganasan dari hipofaring, tiroid, esofagus bagian servikal, dan laring Level V (posterior triangle group) Sublevel VA• Sublevel VB• Kelenjar getah bening di sekitar nervus asesoris pertengahan bawah dan arteri servikal transversa Kelompok ini mempunyai risiko metastasis keganasan dari nasofaring, orofaring, dan struktur kulit pada posterior kepala dan leher Di atas batas inferior arkus krikoideus anterior, termasuk kelenjar asesoris spinal Di bawah batas inferior arkus krikoideus anterior, termasuk kelenjar supraklavikula (kecuali nodus Virchow di level IV) Level VI (anterior triangle group) Kelenjar getah bening di antara tulang hioid dan takik suprasternal (suprasternal notch) Kelompok ini mempunyai risiko untuk metastasis keganasan dari tiroid, laring bagian glotis dan subglotis, apeks sinus piriformis, dan esofagus bagian servikal Gambar 4 Level kelenjar getah bening leher10 generalisata pada penderita luluh imun (immunocompromised) dan AIDS dapat terjadi karena tahap awal infeksi HIV, tuberkulosis, kriptokokosis,sitomegalovirus,toksoplasmosis, dan sarkoma Kaposi. Sarkoma Kaposi dapat bermanifestasi sebagai limfadenopati generalisata sebelum timbulnya lesi kulit.3 Kelompok kelenjar getah bening dan daerah drainasenya dapat dilihat pada gambar 1, 2, dan 3. Lokasi kelenjar getah bening daerah leher dapat dibagi menjadi 6 level. Pembagian ini berguna untuk memperkirakan sumber keganasan primer yang mungkin bermetastasis ke kelenjar getah bening tersebut dan tindakan diseksi leher.10 Pembagian level kelenjar getah bening dapat dilihat pada tabel 2 dan gambar 4. Pendekatan diagnosis limfadenopati dapat dilihat pada bagan 1. Kesulitan diagnosis adalah jika anamnesis dan pemeriksaan fisik tidak mengarah pada diagnosis tertentu yang dapat dilanjutkan dengan uji spesifik. Tidak ada bukti yang mendukung manfaat pemberian antibiotik atau steroid pada keadaan ini, bahkan sebaiknya dihindari karena akan me- ngaburkan atau memperlambat diagnosis. Belum terdapat kesepakatan lama observasi yang diperlukan pada keadaan limfadenopati yang tidak diketahui penyebabnya. Beberapa ahli merekomendasikan perlunya evaluasi lebih spesifik atau biopsi pada limfadenopati noninguinal yang tidak diketahui pe- nyebabnya dan berlangsung lebih dari 1 bulan.3
  • 6. 732 CONTINUING MEDICAL EDUCATION CDK-209/ vol. 40 no. 10, th. 2013 DAFTAR PUSTAKA 1. Fletcher RH. Evaluation of peripheral lymphadenopathy in adults [Internet]. 2010 Sep [cited 2011 Jan 27]. Available from: www.uptodate.com. 2. Ferrer R. Lymphadenopathy: Differential diagnosis and evaluation. Am Fam Physician. 1998;58:1315. 3. Bazemore AW. Smucker DR. Lymphadenopathy and malignancy. Am Fam Physician. 2002;66:2103-10. 4. Sundel R. Epidemiology and etiology of Kawasaki disease [Internet]. 2010 Sep [cited 2011 Feb 12]. Available from: www.uptodate.com. 5. Sundel R. Clinical manifestations and diagnosis of Kawasaki disease [Internet]. 2010 Sep [cited 2011 Feb 12]. Available from: www.uptodate.com. 6. Richards MJ. Kikuchi’s disease [Internet]. 2010 Sep [cited 2011 Jan 27]. Available from: www.uptodate.com. 7. Ranka SR, Rajput A, Kantharia CV. Kimura’s disease. Indian J Otolaryngol Head Neck Surg. 2004;56:43-5. 8. Larocche C. Kimura’s disease. Orphanet Encyclopedia [Internet]. 2005 [cited 2011 Jan 27]. Available from: http://www.orpha.net/data/patho/GB/uk-kimura.pdf. 9. Spelman D. Tuberculous lymphadenitis. 2010 Sep [cited 2011 Jan 27]. Available from: www.uptodate.com. 10. Robbins KT, Clayman G, Levine PA, Medina J, Sessions R. Neck dissetion clasification update. Revision proposed by the American Head and Neck Society and the American Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery. Arch Otolaryngol Head Neck Surg. 2002;128:751-8. Biopsi kelenjar Jika diputuskan tindakan biopsi, idealnya dilakukan pada kelenjar yang paling besar, paling dicurigai, dan paling mudah diakses dengan pertimbangan nilai diagnostiknya. Kelenjar getah bening inguinal mempunyai nilai diagnostik paling rendah. Kelenjar getah bening supraklavikular mempunyai nilai diagnostik paling tinggi. Meskipun teknik pewarnaan imunohistokimia dapat meningkatkan sensitivitas dan spesifisitas biopsi aspirasi jarum halus, biopsi eksisi tetap merupakan prosedur diagnostik terpilih. Adanya gambaran arsitektur kelenjar pada biopsi merupakan hal yang penting untuk diagnostik yang tepat, terutama untuk membedakan limfoma dengan hiperplasia reaktif yang jinak.3 RINGKASAN Limfadenopati merupakan pembesaran kelenjar getah bening dengan ukuran lebih besar dari 1 cm. Limfadenopati dapat disebabkan oleh keganasan, infeksi, penyakit autoimun, kelainan-kelainan yang jarang didapatkan dan iatrogenik (obat). Anamnesis dan pemeriksaan fisik penting untuk mengevaluasi usia penderita, lokasi, karakteristik, dan lamanya limfadenopati, serta gejala lain yang menyertai untuk mengarahkan pada penyebab limfadenopati. Kunci kecurigaan keganasan adalah usia tua, karakteristik kelenjar yang keras, terfiksasi, berlangsunglebihdari2minggudanberlokasi di supraklavikula. Biopsi eksisi merupakan prosedur diagnostik terpilih bila dicurigai keganasan. Pemantauan limfadenopati persisten atau perubahan limfadenopati terapi Reassurance, penjelasan perjalanan penyakit Tidak Dapat diobati positif Penyebab jinak/ penyakit swasirna Ya Autoimun/penyakit infeksi serius Uji spesifik Negatif Tidak diketahui Tidak diketahui Pemantauan limfadenopati persisten atau perubahan limfadenopati Uji spesifik, terapi empirik Lain-lain/ penyebab tak-lazim Faktor risiko keganasan Risiko rendah Pemeriksan hematologi, RPR, PPD, HIV, HbsAg, ANA Lokalisata Biopsi kelenjar yang paling abnormal Observasi 1 bulan Negatif Negatif Terapi Risiko tinggi Curiga keganasan Biopsi eksisi Uji spesifik Tidak diketahui Positif Generalisata Negatif Positif Bagan 1 Pendekatan diagnostik limfadenopati3 Keterangan: RPR rapid plasma reagin, ANA antinuclear antibody Anamnesis (kontak infeksi, obat, perjalanan, pajanan lingkungan, riwayat seksual, riwayat keluarga) Pemeriksaan fisik (termasuk pemeriksaan limfatik lengkap, pemeriksaan regional sesuai aliran limfatik) Perbaikan