Violet Bakery didirikan oleh pasangan suami istri Pak Bayu dan Bu Endang di Probolinggo pada September 2011. Usaha ini didirikan karena latar belakang Bu Endang yang ahli membuat roti dan jarangnya produk roti di kota tersebut. Violet Bakery memproduksi berbagai jenis roti seperti roti manis, tawar, donat menggunakan bahan nabati dan hewani seperti tepung terigu, gula, telur, dan susu tanpa pengawet. Proses pembu
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
Industri Pengolahan dan Pengawetan Bahan Nabati Hewani (Violet Bakery Probolinggo)
1. Industri Pengolahan dan
Pengawetan Bahan Nabati
Hewani
Kelompok 7 :
El Medina Aulia Putri (X MIA G / 07)
Iqbal Misbachul Ulum (X MIA G / 15)
Muhsin Habib (X MIA G / 23)
Zidane Afkarusyawwala P. (X MIA G / 31)
3. Perkembangan Violet Bakery
Pemilik dari Violet Bakery adalah sepasang suami istri yang berasal dari Malang, Jawa Timur,
yaitu Pak Bayu dan Bu Endang. Awalnya, ketika masih tinggal di Malang, Bu Endang sudah memulai
membuat roti sebagai pekerjaan sambilan. Lalu, mereka pindah ke Probolinggo dan Pak Bayu
mendapat pekerjaan di daerah Pahlawan. Tetapi, Pak Bayu akhirnya berhenti bekerja dan ia
membantu Bu Endang untuk memulai usaha roti di Probolinggo.
Sebenarnya alasan mereka membuka usaha bakery karena latar belakang Bu Endang yang
sudah ahli membuat roti dan masih jarangnya produk roti di Probolinggo. Sehingga mereka
termotivasi untuk menghasilkan suatu produk roti yang memiliki ciri khas tersendiri dengan harga
terjangkau.
Tentunya dalam setiap usaha pasti ada suka dukanya. Pernah ketika awal membuat roti,
adonannya gagal sehingga langsung dibuang. Kemudian, sewaktu menawarkan roti di sebuah
warung, penjaga warung tersebut justru memuntahkan roti milik Pak Bayu langsung di depan
matanya. Padahal Pak Bayu sedang minum kopi. Menurut pemilik warung tersebut, roti Pak Bayu
keras.
Selain itu, saat masa awal membuka usaha, Pak Bayu menitipkan rotinya di toko-toko. Tetapi,
tidak laku. Sehingga mereka mengalami kerugian.
4. Akhirnya mereka membuka usahanya pada September 2011 dengan nama Violet Bakery di
daerah Perum Asabri. Alasan mereka memilih nama Violet Bakery karena kesukaan mereka terhadap
warna ungu.
Violet Bakery membuat beragam jenis roti antara lain roti manis (rasa cokelat, cokelat meses,
cokelat kacang, cokelat durian, pisang cokelat, durian, meses keju, keju, blueberry, strawberry,
lemon, mangga, melon, susu, nanas, srikaya, sosis pedas, boy mini mocca, dan abon daging).
Selain itu, juga ada roti tawar, roti dengan 3 varian rasa, roti kentang, roti keju, roti gulung, pia, kue
tart, dan donat crispy. Tetapi roti yang paling diminati oleh masyarakat sekitar adalah roti Boy Mini
Mocca.
Omset yang diperoleh setiap bulannya kurang lebih 25% - 30% dari modal. Menurut Pak Bayu,
omsetnya masih kecil karena mereka menjual roti dengan harga di bawah rata-rata. Keunikan Violet
Bakery adalah rasanya yang bermacam-macam dan tentunya berbeda dengan roti lain, tanpa bahan
pengawet, serta cara pengemasannya.
5. Bahan Nabati Hewani yang Diolah
Secara umum, bahan nabati yang dibutuhkan antara lain:
1. Tepung terigu
2. Gula
3. Ragi sebagai pengembang
4. Pengempuk
5. Berbagai macam selai dan perisa untuk isi roti
Sedangkan, bahan hewani hanya meliputi :
1. Telur
2. Susu
6. Proses Pengolahan dan Pengawetan
1. Menimbang bahan-bahan roti sesuai takaran
2. Mencampurkan bahan-bahan tersebut menggunakan penggiling khusus kurang lebih selama 25
menit
3. Lalu adonan ditimbang lagi, dibagi menjadi beberapa bagian apabila jenis roti yang dibuat lebih
dari satu
4. Adonan dibentuk sesuai dengan jenis roti yang akan dibuat misalnya bentuk roti pisang atau cup
5. Adonan yang sudah dibentuk kemudian diletakkan di lemari pengembang kurang lebih 3 jam
6. Terakhir, adonan dioven selama 12-15 menit
7. Menurut Bu Endang, hal yang paling sulit dalam proses pengolahan adalah ketika
tiba-tiba adonan roti gagal tanpa tahu sebabnya apa.
Violet Bakery tidak menggunakan bahan pengawet pada roti buatan mereka.
Sehingga ketahanannya pun berbeda-beda. Untuk roti dengan isi pisang hanya
mampu bertahan selama 2 hari. Lalu roti manis selama 4-5 hari, dan roti tawar sekitar
5-6 hari.
Pak Bayu mengatakan bahwa untuk menjaga agar roti tetap awet, hindarkan roti
dari panas atau terpaan sinar matahari secara langsung karena roti dibungkus
dengan plastik sehingga kondisi di dalamnya lembab. Selain itu, untuk mengurangi
timbulnya jamur pada roti, Pak Bayu bersama Bu Endang hanya memproduksi roti
sesuai dengan kebutuhan, tidak dalam jumlah yang besar. Kecuali jika ada pesanan,
maka jumlah roti yang diproduksi lebih banyak.
8. Pengemasan
Violet bakery mengemas produk mereka secara manual. Roti produk mereka
dibungkus dengan plastik yang sudah dilabeli. Untuk roti manis, diberi tambahan cup
di bawahnya. Menurut Pak Bayu dan Bu Endang, cara pengemasan ini kurang terlihat
menarik dan terlalu sederhana. Tetapi, yang terpenting roti sudah terlindungi dari
panas, jamur, dan kotoran/debu sehingga roti menjadi lebih tahan lama.
9. Pemasaran
Dahulu, sebelum menetap di sana, mereka memasarkan produknya dengan
menitipkan di toko-toko. Mereka juga sempat mempromosikan roti buatan mereka dengan
selebaran di jalan. Tetapi, ada kendala yang harus dihadapi. Karena pada umumnya
konsumen tidak langsung membeli. Mereka menginginkan adanya tester untuk
mengetahui rasa rotinya. Sedangkan tidak mungkin jika saat menyebarkan selebaran
usaha rotinya di jalan, Pak Bayu turut membawa tester.
Saat ini, pemasaran roti Violet Bakery cukup dari mulut ke mulut dan mengandalkan
pesanan karena mereka telah menetap di perum asabri.
Violet bakery menjual roti dengan harga mulai dari Rp 2.500,00 hingga Rp 12.000,00.
Untuk kue tart tergantung ukuran, mulai dari Rp 150.000,00 hingga Rp 300.000,00.
Respon masyarakat sekitar positif. Mereka berpendapat bahwa dengan harga yang
murah, roti Violet Bakery sudah memiliki rasa yang enak.
10. Kesimpulan
Dari wawancara yang telah kami lakukan mengenai industri pengolahan dan
pengawetan bahan nabati hewani dapat diambil kesimpulan bahwa keahlian Bu Endang
dalam membuat roti dan masih jarangnya roti di Probolinggo, mendorong Pak Bayu dan
istrinya untuk mendirikan usaha bakery bernama Violet Bakery yang terletak di Perum
Asabri. Selain memproduksi berbagai jenis roti sendiri seperti roti manis, roti tawar, donat,
dan sebagainya, Violet Bakery juga menjualnya langsung pada konsumen dan menerima
pesanan.
Dalam pembuatan roti dibutuhkan bahan-bahan nabati hewani antara lain tepung
terigu, gula, telur, susu, ragi, pengempuk, dan air. Roti Violet Bakery tidak menggunakan
bahan pengawet. Umumnya, roti hanya mampu bertahan hingga 3 hari.
Untuk proses pengolahannya, dimulai dari mencampurkan semua adonan yang telah
ditimbang sesuai takaran, lalu adonan roti tersebut dibentuk, diletakkan di lemari
pengembang, dan terakhir dioven. Sehingga jadilah roti yang siap untuk dikonsumsi dengan
berbagai rasa.
Produk roti Violet Bakery dikemas dalam plastik berlabelkan Violet Bakery. Pak
Bayu dan Bu Endang memasarkan roti-roti mereka melalui beberapa cara. Saat ini mereka
mengandalkan mulut ke mulut dan pesanan konsumen.
11. Saran
Saran dan kritik yang dapat kami sampaikan terhadap hasil wawancara mengenai industri
pengolahan dan pengawetan bahan nabati hewani antara lain :
1. Violet Bakery diharapkan mampu untuk terus berinovasi dalam membuat roti agar tidak
kalah saing dengan usaha roti lainnya di Probolinggo yang mana mereka akan selalu
berlomba-lomba dalam mengeluarkan produk baru dengan ciri khas masing-masing
yang tentunya semakin beragam.
2. Lokasi Violet Bakery tidak terlalu strategis. Hanya masyarakat sekitar asabri yang
mengetahuinya. Sehingga pemasaran harus diperluas agar minat konsumen
meningkat. Otomatis, omset Violet Bakery juga akan meningkat.
3. Selain itu, mungkin Pak Bayu dan Bu Endang memasarkan produk olahannya dengan
cara membuka cabang di beberapa tempat atau memasarkannya di supermarket
daripada hanya mengandalkan cara pemasaran dari mulut ke mulut.