SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 8
Downloaden Sie, um offline zu lesen
PENGATURAN LEVEL SISTEM SCPC-FM UNTUK MEMPEROLEH
    PERFORMANSI YANG BAIK DALAM SISTEM KOMUNIKASI SATELIT

                                 Ir.Gideon Jonathan, Corry Y Marpaung

                                      Jurusan Teknik Elektro
                        Sekolah Tinggi Teknologi Telekomunikasi Bandung
                Jln.Radio Palasari Dayeuhkolot Bandung 40257 No Telp.022-7510506

                  ABSTRAKSI                             I. PENDAHULUAN
                                                            Pada tahun 1976 sistem SCPC-FM mulai
          Kelancaran hubungan komunikasi               dipakai pada sistem komunikasi satelit Domestik
merupakan hal yang sangat penting dalam                Palapa. Tentunya dengan kebutuhan komunikasi
menentukan bagus          tidaknya suatu sistem        yang semakin meningkat diharapkan munculnya
komunikasi yang dioperasikan. Tentunya untuk           sistem SCPC-FM dalam sistem komunikasi
menghasilkan kelancaran hubungan komunikasi            satelit bisa melengkapi kebutuhan komunikasi
harus didukung performansi sistem komunikasi           dengan keunggulan sistem tersebut. Stasiun bumi
yang baik dalam hal ini yang dibicarakan               yang beroperasi pada sistem SCPC baik secara
adalah sistem komunikasi satelit. Performansi          PA(permanent assignment) maupun DA(demand
ini dilihat dari perangkat sistem yang beroperasi      assignment).     Pemakaian      SCPC     tersebar
dan parameter-parameter yang mempengaruhi              diseluruh stasiun bumi di Indonesia baik Stasiun
sistem tersebut.                                       bumi besar, sedang dan kecil.
          SCPC (Single Channel Per Carrier)-                     Stasiun bumi besar biasanya dilengkapi
FM sebagai salah satu sistem komunikasi satelit        dengan alat ukur sedangkan stasiun bumi kecil
yang merupakan salah satu komponen dari                tidak memiliki alat ukur. Hal inilah yang justru
konfigurasi satsiun bumi. SCPC-FM berfungsi            menimbulkan       masalah     dalam    hubungan
untuk melaksanakan proses pengolahan kanal             komunikasi satelit. Karena ketiadaan alat ukur
suara dimana setiap kanal mempunyai carrier            maka dalam operasinya pengaturan level stasiun
tersendiri. Sistem SCPC dimiliki baik oleh             bumi kecil dilakukan dengan perkiraan (feeling)
stasiun bumi besar, stasiun bumi sedang dan            saja. Hal ini mengakibatkan level yang
stasiun bumi kecil.                                    digunakan sangat bervariasi.
Dalam pengoperasian SCPC-FM khususnya                            Dalam proyek akhir ini akan dibahas
pada stasiun bumi kecil, pengaturan level              masalah-masalah terjadinya variasi level tersebut
dilakukan hanya melalui perkiraan (feeling)            dan bagaimana langkah-langkah pengaturan
saja. Hal ini menyebabkan terjadinya variasi           level dan penyelesaian masalah.
level      yang      menimbulkan      phenomena
Intermodulasi. Phenomena ini tentu saja                II. LANDASAN TEORI
mengganggu kelancaran komunikasi. Padahal                     Performansi link komunikasi satelit
level operasi sangat berpengaruh dalam                     ditentukan oleh besarnya C/N di penerima.
mendukung kualitas (performansi) hubungan                  C/N ini akan menentukan besarnya Eb/No
komunikasi. Seringkali ketidaktahuan dan                   atau BER untuk transmisi digital, atau S/N
ketidakdisplinan petugas stasiun bumi dalam                untuk transmisi Analog. Parameter yang
mengoperasikan perangkat justru sebagai salah              mempengaruhi performansi link satelit adalah
satu sumber terjadinya masalah ini.                        : EIRP pemancar, path loss sepanjang
          Karena     itulah    untuk    mencegah           lintasan, redaman – redaman yang terjadi
terjadinya Intermodulasi pada hubungan                     sepanjang lintasan dan noise dari berbagai
komunikasi, diperlukan pengaturan level stasiun            sumber.
bumi. Hal ini dimaksudkan agar didapat jumlah          Secara garis besar sistem komunikasi satelit
kanal optimal dalam transponder satelit yang               tersusun atas 2 bagian besar yaitu ruang
dapat beroperasi.                                          angkasa (space segment) dan ruas bumi
                                                           (ground segment). Ruang angkasa yaitu
                                                           satelit yang terletak di orbit sedangkan ruas
bumi adalah seluruh perangkat yang berada di
stasiun bumi.                                           4. Free Space Loss (FSL)
   Komponen-komponen yang terdapat pada                    FSL yaitu hilangnya energi yang
sistem komunikasi satelit antara lain: Satelit             dipancarkan    oleh     pemancar     yang
yang merupakan perangkat di ruang angkasa                  mengalami      penyebaran      (spreading)
berfungsi sebagai repeater dan transponder yang            gelombang ketika merambat keluar dari
merupakan jalur pengiriman dan penerimaan                  sumber pada ruang bebas.
sinyal di satelit. Sedangkan stasiun bumi sebagai          Dapat dirumuskan sbb:
perangkat bumi terdiri dari Antena, HPA,LNA,                       4 π fr  atau secara logaritmis;
                                                            FSL =
Mixer, dan Local Oscillator.                                          c
     Untuk      perhitungan     kualitas   sinyal         FSL(dB) = 92,45 + 20 log f + 20 log r
diperlukan parameter sebagai berikut:                     dimana : f = frekuensi up/down (GHz)
     1.Gain Antena (GT)
       Penguatan atau gain adalah perbandingan          5. Figure of Merit (G/T)
       daya pancar suatu antena terhadap antena            Merupakan suatu angka prestasi yang
       referensi. Atau secara matematis dapat              dinyatakan sebagai perbandingan gain
       dituliskan:                                         antena dengan temperatur derau penerima.
            π 2d 2   
                                  2
                            π fd  ;                      Besarnya dapat dituliskan:
      G = η
            λ2        = η
                                                                 G atau secara logaritmis:
                          c                           G /T =
atau secara logaritmis dapat dituliskan:                          T
                                                          G/T (dB/0K) = 10 log G – 10 log T
G = 20, 45 + 20 log f + 20 log Dm + 10 log η
                                                          dimana :
       dimana :
                                                          G = gain antena (dB)
        G = gain antena (dB)
                                                          T = temperatur sistem penerima (Kelvin)
        f = frekuensi kerja (GHz)
       Dm = diameter antena (m)
                                                        6. Input Back Off (IBO) dan Output Back
       λ = panjang gelombang radiasi (m)                   Off (OBO)
       η = efisiensi antena ; biasanya < 60%                IBO yaitu besarnya pengurangan daya
      c = kecepatan cahaya = 3* 10 8 m/det2                masukan penguat daya pada transponder
                                                           agar titik kerja   bergeser dari daerah
2. Effective Isotropic Radioted Power (EIRP)               saturasi ke daerah penguatan linear.
   EIRP merupakan suatu level pancar yang                  Sedangkan OBO yaitu penguatan daya
  ditentukan agar sinyal dapat diterima dengan             keluaran penguat daya yang disebabkan
  baik oleh satelit. Dapat dituliskan sbb:                 karena pengurangan daya masukan
  EIRP = PT GT                                             sebesar IBO.
 atau secara logaritmis dirumuskan:
 EIRP (dBw) = 10 log PT (dBw)+10 log GT (dB)             7. Sinyal to Noise (S/N)
dimana: PT = daya pancar antena (dBw)                      Merupakan perbandingan antara sinyal
          GT = gain antena pemancar (dB)                   dengan bunyi derau yang ditunjukkan
                                                           dalam satuan decibel (dB). S/N dari
3. Saturated Flux Density (SFD)                            sistem SCPC analog dapat dituliskan:
Jika pemancar mempunyai daya keluaran sebesar
PT dengan antena pemancar tanpa rugi-rugi dan
penguatan sebesar GT inilah yang disebut sebagai    S          C              Bif            ∆f
                                                      ( dB ) =   req + 20 log     + 20 log       + P +W
saturated flux density(SFD) yang dirumuskan         N          N              Bch          f max
sbb:
               EIRP SB            ;               dimana:
         φ =                
               4π r xPAD 
                    2
                                                    C/N req = perbandingan antara daya carier
atau secara logaritmis dapat dituliskan:                       terhadap derau sinyal carier
        φ (dBw / m2) = EIRPSB − 162,1               Bif     = lebar bidang frekuensi kanal derau info
                                                    Bch    = lebar bidang frekuensi kana
dimana : r = jarak bumi ke satelit = 36. 000 km
 PAD= penyesuai level daya yang ditransmisikan      ∆f     = simpangan puncak frekuensi
fmax = bidang dasar frekuensi terting                                BW = 2 (fm + ∆fc)
P   = faktor perbaikan Pre-emphasis                        Dimana :
W    = Psophometric Weight Factor                          fm   = frekuensi maksimum
                                                           ∆fc = deviasi frekuensi.
8. Carrier to Noise (C/N)
Merupakan perhitungan untuk menentukan nilai
kualitas link secara keseluruhan. C/N dapat                III. SISTEM KOMUNIKASI SCPC/FM DAN
ditulis sebagai:                                           ANALISA PENGATURAN LEVEL SCPC-
                                                           FM

C                             G                          3. 1. KONFIGURASI SCPC-FM
  up (dB ) = EIRPSB − FSLup +   sat − k − 10 log BW
N                             T 
                                                               Pemancar


C                                G
  down(dB) = EIRPsat − FSLdown +   SB − k − 10 log BW                                D/C          PAD         DIV
N                                T 

         sehingga diperoleh nilai C/N total
uplink dan downlink adalah:
                                                                Subsistem SCPC(Single Channel Per
                                                           Carrier) merupakan salah satu system yang
                                                           berfungsi      untuk     melaksanakan       proses
C                             1                            pengolahan kanal suara dengan band frekuensi
    total =                                           −1   dari 0, 3 kHz s/d 3, 4 kHz menjadi kanal
N              C     C            C                RF(Radio Frequency) yang terletak pada
                up + 
                           down + 
                                            − 1
                                             
               N     N            IM               frekuensi di sekitar 6 GHz untuk dipancarkan ke
                                                           satelit dan atau sebaliknya mengolah kanal RF
     dimana:                                               yang terletak pada frekuensi disekitar 4 GHz
 C                                                         menjadi kanal suara.
   = carrier to noise intermodulasi akibat                 Pada SCPC ini maka setiap kanal suara
IM
     pemakaian transponder satelit oleh                    mempunyai carrier tersendiri dimana dalam
    beberapa carriersecara bersamaan.                      praktek penggunaannya peralatan SCPC dapat
                                                           dioperasikan dalam tiga jenis mode operasi
Intermodulasi merupakan masalah yang timbul                yaitu:
akibat level yang tidak tepat. Intermodulasi ini                1) PAMA (Permanent Assignment Multiple
dapat timbul pada tiap-tiap tingkat perangkat                        Akses) ; dimana frekuensi carrier yang
elektronik. Pada dasarnya penyebabnya adalah                         digunakan untuk komunikasi sudah
level input yang menyebabkan perangkat bekerja                       tetap dan kota tujuan juga sudah tetap.
pada daerah yang tidak linear.                                       Biasa digunakan untuk komunikasi
     Modulasi yang terdapat pada sistem                              yang      membutuhkan        kelancaran
komunikasi satelit antara lain modulasi frekuensi                    hubungan yang cukup baik dan tujuan
(FM) yang dipergunakan pada sistem                                   tetap.
SCPC.Modulasi frekuensi dimana sinyal                           2) DAMA (Demand Assignment Multiple
pemodulasi dimuatkan ke frekuensi dari sinyal                        Akses) ; dimana tujuan komunikasi dan
pembawa yaitu dengan mengubah frekuensi dari                         frekuensi carrier yang digunakan
sinyal pembawa sebanding dengan sinyal                               berubah-ubah tergantung permintaan
pemodulasi. Dalam praktek untuk menentukan                           hubungan yang diatur oleh komputer
besarnya bandwidth dari modulasi frekuensi                           pengendali dan frekuensi pembawa
(FM) digunakan rumus CARSON yang dapat                               yang tersedia. Sistem ini cocok untuk
dituliskan sebagai berikut:                                          kota dengan jumlah trafik rendah.
Antena berfungsi untuk menerima
                                                   sinyal-sinyal komunikasi dan komando dari
3.2.HPA (High Power Amplifier)                     satsiun bumi serta memancarkan ke bumi sinyal-
        HPA (High Power Amplifier) pada suatu      sinyal komunikasi dan data telemetri.
stasiun bumi merupakan penguat akhir dalam
rangkaian sisi pancar yang berupa penguat daya
frekuensi sangat tinggi dalam orde giga hertz.
Stasiun bumi besar biasanya menggunakan HPA        3.5. ATTENUATOR (PAD)
dalam jumlah besar dengan power output hingga             Attenuator berfungsi untuk mengatur
8,5 kwatt. Pada 6 GHz, HPA memiliki                besarnya level input ke HPA. Biasanya seluruh
bandwidth 40 atau 80 MHz digunakan pada            kanal SCPC-FM sebelum masuk ke U/C terlebih
stasiun bumi besar dengan menggunakan TWT          dahulu diredam oleh attenuator ini. Biasanya
amplifier.                                         nilai attenuator ini sebesar 15 dB (menurut
Hubungan komunikasi biasanya tidak luput dari      keterangan petugas lapangan stasiun bumi).
gangguan dalam hal ini Intermodulasi yang dapat    Sebenarnya pemberian attenuator sebesar 13 dB
mengganggu kelancaran komunikasi. Oleh             sudah dapat dicegah terjadinya Intermodulasi
karena itu dalam mengoperasikan HPA-TWT            tetapi PAD 15 dB diberi untuk mencegah
terutama dalam menentukan titik kerjanya harus     Intermodulasi jika diberi jumlah carrier yang
dipilih pada daerah linear. HPA tidak boleh        lebih besar lagi.
bekerja dengan input yang melewati titik
jenuhnya atau tidak boleh bekerja pada daerah
over drive karena selain gainnya makin menurun     3.6. PERHITUNGAN LINK SCPC-FM
juga daerah tersebut tidak linear.                 3.6.1. Perhitungan Kualitas Sinyal
                                                          Analisa kualitas sinyal dimaksudkan
3.3. UP/DOWN CONVERTER                             untuk mengetahui kinerja sistem SCPC-FM.
        Up      Converter    berfungsi     untuk   Untuk perhitungan kualitas sinyal dibutuhkan
melaksanakan proses translasi dari sinyal          beberapa parameter-parameter sebagai berikut:
IF(Intermediate Frekuensi) yang berasal dari       Diameter SB Tx = 5 m ; Diameter SB Rx = 5 m ;
modem-modem menjadi sinyal RF(Radio                f up/down = 6/4 GHz ; η = 55% LFSLUP/DOWN =
Frekuensi) untuk diteruskan ke HPA.                199,1/195,6 dB ; Tsys = 100 O K ; G/T = - 1,5
Sedangkan       Down      Converter    berfungsi   dB/K ;SFD = - 95 dBW/ m2 ; k = -228,6
sebaliknya yaitu untuk melaksanakan proses         dBWHz/K ; EIRP SAT JENUH = 37 dBW ; PAD = 6
translasi dari sinyal RF yang berasal dari LNA     dB ; Voice BW = 3,1 KHz ; fm = 3,4 KHz ;
(Low Noise Amplifier) menjadi sinyal IF untuk      BIF = 30 KHz ; S/N = 50 dB ; Margin = 1 dB
selanjutnya diteruskan ke modem-modem.             OBO linear = 4 dB ; IBO linear = 7 dB ; jarak
Karena satu set up/down converter dipergunakan     bumi – satelit = 36. 000 km ;
oleh banyak modem SCPC maka didalam                C/IM = 18 dB , Gain HPA = 60 dB, Lfeeder =
perangkat SCPC juga dilengkapi dengan power        0,8 dB maka :
Combiner untuk sisi kirim dan power Divider             - Perhitungan delta frekuensi ( ∆f )
untuk sisi terima.                                           Δf = 11,6 KHz.
                                                        - Perhitungan MIF
3.4. ANTENA                                                  MIF = 36,9 dB
         Pada suatu stasiun bumi , antena               - Perhitungan C/N Require
merupakan ujung depan baik untuk pancar                      C/N req = C/N + Margin
kearah satelit maupun terima dari satelit. Oleh                       = 14,14 dB
karena jarak satelit yang jauh dari bumi sekitar        - Perhitungan Gain Antena Pemancar
36.000 km maka stasiun bumi memerlukan                       GTx = 47,44 dB
antena yang memiliki gain yang cukup tinggi             - Perhitungan Gain Antena Receive
sehingga sinyal-sinyal yang diterima akan                    GRx = 43,92 dB.
memenuhi syarat. Selain harus memiliki gain             - Perhitungan G/T Stasiun Bumi
yang tinggi maka antena stasiun bumi harus                   G/T SB = 23,92 dB/ 0 K
benar-benar mengarah dengan tepat kearah                - EIRP sat = 6, 9 dBw
satelit.
-   Perhitungan C/N
        C/N up = 23,2 dB                          56
        C/N down = 19, 05 dBw                                                7
    -   Perhitungan C/I                           43
        C/I = 23,1 dB                                                  10
    -   Perhitungan C/N calculation
        C/N total = 14,2 dB
                                                       Dari karakteristik diatas diperoleh daerah Q
     Titik L pada grafik dibawah merupakan        dimana HPA masih bekerja didaerah linear
daerah operasi SCPC-FM yaitu EIRP SB =40          secara spesifikasi sistem SCPC-FM tidak ada
dBw dengan EIRP sat = 6,9 dBw. Titik Q ini        masalah.
masih bekerja pada daerah linear.                 Pada stasiun bumi dipakai jenis HPA TWT
                                                  dengan power sebesar 100 watt = 50 dBm.
3.6.2 Perhitungan Power Input HPA Sistem          Dengan Input Back Off = 7 dB dan Output Back
SCPC-FM                                           Off = 10 dB dan input masukan sebesar 0 dBm
3.6.2.1 Untuk antena dengan diameter 10 meter     (minimum)        dapat    digambarkan       kurva
       GTx = 53,46 dB                             karakteristik dari HPA sistem SCPC-FM sebagai
        PTx = 17,34 dBm                           berikut:
     ! Power input ke HPA dengan gain HPA
         60 dB adalah 17,34 – 60 = - 42,66 dBm.
     ! Kemudian dapat diteruskan perhitungan               50    Output (dBm)
         input yang masuk ke D/C sebesar –
         42,66 – 10 = - 52,66 dBm.                                                         7
Dengan adanya attenuator (PAD) sebesar 15 dB              43
maka didapat power input SCPC-FM sebesar –                                        10
52,66 + 15 = - 37,66 dBm yang kemudian power
ini dibagikan ke seluruh carrier yang ada.

3.6.2.2 Untuk diameter antena 4,5 meter                                                    Input(dBm)
        GTx = 46,52 dB                                                      -10        0
        PTx = 24,28 dBm.
      ! Power input ke HPA dengan gain HPA         Gambar 3.7. Daerah Operasi HPA TWT
         60 dB sebesar 24,28 – 60 = - 35,72       dengan Input Sistem SCPC-FM
         dBm.
      ! Kemudian dapat diteruskan dengan          3.7. KAPASITAS TRANSPONDER DAN
         perhitungan input yang masuk ke D/C      POWER TRANSPONDER
         sebesar – 35,72 – 10 = - 45,72 dBm.           Stasiun Bumi yang beroperasi dengan sistem
      ! Dengan adanya attenuator (PAD)            SCPC diseluruh Indonesia sekitar 200 buah
         sebesar 15 dB maka didapat power         stasiun bumi.
         input sistem SCPC-FM sebesar –                Berikut ini pembagian stasiun bumi yang
         45,72 + 15 = - 30,72 dBm.                dimaksud yaitu:
                                                       1. Stasiun Bumi Besar 30 buah dengan
                                                            modem @ 30 buah
   Pada stasiun bumi dipakai jenis HPA TWT             2. Stasiun Bumi Sedang 10 buah dengan
dengan power sebesar 400 watt = 56 dBm.                     modem @ 16 buah
Dengan Input Back Off = 7 dB dan Output Back           3. Stasiun Bumi Kecil 160 buah dengan
Off = 10 dB dan input masukan sebesar 0 dBm                 modem @ 4 buah
(minimum)        dapat    digambarkan   kurva          Disamping stasiun bumi yang telah
karakteristik dari HPA sistem SCPC-FM sebagai          diberikan di atas, terdapat juga stasiun bumi
berikut:                                               kecil sewaan (leased line) dengan mode
                                                       operasi tipe PA (Permanent Assignment)
             Output (dBm)                              sebanyak 35 buah. Stasiun bumi kecil
                                                       sewaan ini tidak beroperasi dengan sistem
VOX (Voice Operated Carrier) dimana              1.   Sebelum pemberesan leveling SCPC
    penggunaan jenis ini antara lain oleh                 pada tahun 1991 sistem SCPC bekerja
    hubungan     Teleprinter    (Telex)  atau             dengan PAD 9dB dan EIRP SB
    perusahaan-perusahaan swasta.                         standard 44 dBw dimana SFD yang
    Sehingga jumlah total kanal SCPC = 900 +              dipasang –86 dBw.
160 + 710 = 1770 kanal modem.                        2.   Tetapi dengan standard diatas dalam
                                                          operasinya keberhasilan komunikasi
3.7.1 Power Transponder Kanal SCPC                        melalui sistem SCPC sangat rendah.
      Trafik : 500 mErl / subs ; merupakan           3.   Analisa yang dilakukan dengan
      keseluruhan trafik pelanggan rata-rata dari         pengamatan spektrum analyzer di
      sentral telepon. Trafik ini hanya                   Stasiun Bumi Cibinong menunjukkan
      dimaksudkan untuk kanal SCPC tipe DA (              level noise yang sangat tinggi.
      Demand Assignment) tidak diberlakukan               Sehingga C/N berkisar 9 s/d 10 dB
      untuk tipe PA(Permanent Assignment).                dimana jika C/N rendah maka
       Total kanal SCPC sebanyak 1770 kanal               intermodulasi naik sehingga hubungan
      modem, tetapi dalam operasi tidak                   tidak lancar.
      seluruhnya dipergunakan setiap saat. Dari           Power yang terukur tidak dapat
      kenyataan ini akan diuraikan berapa                 ditentukan      secara    tepat    karena
      banyak kanal satelit yang diperasikan               Spektrum Analyzer yang digunakan
      setiap saat khususnya untuk jam-jam sibuk.          mempunyai akurasi yang rendah
      Dengan GOS = 1% maka diperoleh kanal                sekitar 1 dB. Sehingga power yang
      satelit yang beroperasi sebanyak :                  masuk ke satelit juga bisa lebih besar
                = 1,1 x 500 mErl x 1700 kanal             dari perkiraan. Ini berarti kapasitas
                = 935 kanal satelit                       satelit yang dihitung harus dikurangi
      dimana : 1,1 = perbandingan kanal dengan            sebesar 1 dB.
      trafik erlang ( N/ A)                          4.   Asumsi       sementara      level    noise
       Dengan faktor VOX = 40 % yang                      disebabkan banyaknya intermodulasi
      diterapkan pada sistem SCPC maka kanal              pada amplifier satelit.
      satelit yang timbul pada suatu saat: 40 % x         Hal-hal berikut ini akan mendukung
      935 kanal = 374 kanal                               kalimat diatas yaitu:
       Untuk menghitung power transponder                 - Dari analisa BAB 3 ; jika dipasang
sebagai berikut:                                               PAD = 6 dB didapat EIRP SB
       = banyak kanal SCPC (sistem VOX)                        operasi 40 dBW. Tetapi dengan
       = 374 kanal = 25,73 dB                                  pemberlakuan EIRP SB standard
Jadi power transponder SCPC                                    44 dBw dengan PAD = 9 dB
       = 25,73 dB+ EIRP satelit                                seperti yang telah dituliskan diatas
       = 25,73 dB + 6,9 dBw                                    jelas terjadi kelebihan power
       = 32,63 dBw                                             sebesar 1 dB.
    Jika dilihat dari karakteristik operasi sistem        - Pada         pengamatan        spektrum
SCPC-FM (gambar 3.3 ) maka level operasi di                    analyzer ditemukan bahwa tinggi
atas masih berada pada daerah linear atau tidak                carrier tidak seragam dengan rata-
terlalu jauh dari titik EIRP SB linear 66,1 dBw                rata ± 1- 5 dB bahkan lebih diatas
dan EIRP satelit linier 33 dBw.                                dari level standard. Jika pada
      Sehingga hasil diatas masih dianggap                     kondisi 4 dBw transponder bekerja
memenuhi syarat dan tidak menimbulkan                          didaerah linear maka hasil
masalah.                                                       pengamatan spektrum analyzer
                                                               diatas dapat dipastikan transponder
                                                               telah bekerja pada daerah tidak
IV. PEMBAHASAN MASALAH DAN                                     linear.
                                                     5.   Berdasarkan         data-data       diatas
LANGKAH-LANGKAH PENYELESAIAN
                                                          ditemukan permasalahan yang timbul
4.1. MASALAH-MASALAH DI LAPANGAN                          sebagai berikut:
a.  Kurangnya fasilitas alat ukur di       ( group) yaitu Sumatera, Jawa, Kalimantan,
             Stasiun Bumi Kecil sehingga            Sulawesi, Maluku/NTT dan Irian Jaya. Tiap-tiap
             pengaturan level hanya dilakukan       area dikoordinir oleh 1 group personil di SPU
             dengan perkiraan saja.                 Cibinong.
        b. Level standard terlalu tinggi.           Berikut ini hal-hal yang dapat dilakukan untuk
        c. Sistem SCPC bekerja tanpa                pengaturan level SCPC :
             margin di Satelit.                         1. Pengaturan level SCPC harus dilakukan
        d. Kekurangdisiplinan            petugas             mulai dari pusat yang dikoordinir
             Stasiun Bumi terhadap standard                  langsung oleh Stasiun Bumi Cibinong .
             level yang telah ditentukan.               2. Set-up link calculation dan level
             Petugas Stasiun Bumi menaikkan                  standard sesuai yang telah diberikan di
             powernya             masing-masing              BAB 3. Ketentuan ini disebarkan ke
             sehingga      transponder      lebih            seluruh stasiun bumi di Indonesia.
             terbeban. Hal ini mengakibatkan            3. Sinyal acuan diberlakukan oleh Stasiun
             intermodulasi makin tinggi yang                 Bumi Cibinong yang akan dimonitor
             akan      berpengaruh      terhadap             oleh     spektrum     analyzer     sesuai
             kualitas dan sistem sambung yang                perhitungan link calculation diatas.
             makin rendah. Dan praktis ini              4. Penentuan waktu mulai dijelaskan
             mengakibatkan sistem SCPC tidak                 sebagai berikut:
             dapat bekerja dengan baik.                       - Pada saat mulai semua stasiun
     6. Sistem masih bersifat analog bukan                        bumi harus mematikan sinyal atau
        digital yang dapat menggunakan tehnik                     tidak muncul.
        pengkodean dan kompresi.                              - Stasiun bumi Cibinong muncul
     7. Masalah operasi dan kurangnya                             pada 1 carrier bicara dan stasiun
        pengetahuan petugas Stasiun Bumi                          bumi lainnya tune pada frekuensi
        akan mempengaruhi kinerja sistem                          terima yang dipancarkan stasiun
        selanjutnya.                                              bumi Cibinong.
4.2.LANGKAH-LANGKAH ENYELESAIAN                               - Setiap stasiun bumi harus muncul
     1. Semua Stasiun Bumi harus memancar                         secara bergantian kanal per kanal.
        dengan ketentuan standard yaitu EIRP                  - Stasiun bumi Cibinong akan
        SB 40 dBw dengan PAD = 6 dB.                              memonitor tinggi carrier dan
     2. Pemindahan          kanal-kanal       PA                  mengatur agar carrier stasiun bumi
        (permanent assignment) ke transponder                     tersebut meng-ajust sehingga
        lain     yang    berarti    penambahan                    sesuai dengan standard level yang
        transponder untuk keperluan SCPC tipe                     telah ditetapkan SPU Cibinong.
        DA (demand assignment).                               - Setelah memancar stasiun bumi
     3. Stasiun-stasiun bumi yang memiliki                        tersebut      harus      mematikan
        trafik tinggi sebaiknya dialihkan ke                      carriernya dan melakukan hal yang
        tipe     PA(permanent       assignment).                  sama dengan modem lainnya.
        Dengan demikian jumlah kanal yang                     - Prosedur diulang untuk Stasiun
        dipindahkan ke transponder lain juga                      Bumi yang lain.
        semakin banyak.                                 5. Walaupun demikian untuk langkah
     4. Sesuai langkah pada no.1 diatas jika                 selanjutnya harus diperhatikan :
        pada kondisi darurat maka seluruh                     - Pemindahan kanal SCPC-PA harus
        level SCPC harus diatur secara                            tetap dilakukan.
        serentak.                                             - Pengecekan rutin harus makin
                                                                  digiatkan.
4.3 PENGATURAN LEVEL SCPC                                     - Pengaturan dengan remote control
        Pengaturan     level   SCPC       sangat                  dari     SPU     Cibinong      harus
dibutuhkan baik ditingkat kanal dan RF.                           diadakan.
Kesalahan      pengaturan       level      dapat              - Untuk menurunkan bandwidth dan
mengakibatkan rendahnya kualitas transmisi.                       power maka modulasi FM harus
Untuk pekerjaan ini Indonesia dibagi atas 6 area
diganti dengan modulasi digital       1.   Rawan, Bc.T.T, Dasar-Dasar Teknik
             yang dapat melakukan kompressi.            Komunikasi      Satelit,    Pusdiklattel
                                                        Bandung , 1988
4.4 HASIL PERBAIKAN                                2.   Roger L Freeman,Telecommunication
    Dengan pengaturan level ini           maka          Transmission Handbook Third Edition,
    permasalahan dapat terselesaikan.                   John Wiley And Sons Inc. 1991
                                                   3.   CCIR,      “Fixed-Satellite   Service”
                                                        Satellite Communications Handbook,
                                                        ITU-Geneva, 1988
V. KESIMPULAN DAN SARAN                            4.   Timothy Pratt & Charles W Bostian,
                                                        Satellite Communications, John Wiley
5.1. KESIMPULAN                                         & Sons, Inc. 1986
      1. Transponder pada sistem SCPC saat         5.   William C.Y.Lee, Mobile Cellular
         pembenahan sudah over linear bahkan            Telecommunication Analog & Digital
         over saturasi.                                 System, McGraw Hill Second Edition,
      2. Noise intermodulasi sangat tinggi              1995
         sehingga mengganggu kualitas sinyal       6.   Andi Hermawan, Arfianto Fahmi &
         terutama pada jam sibuk.                       Kris Sujatmoko, Diktat Kuliah Sistem
      3. Jumlah trafik pada SCPC sedemikian             Komunikasi Analog, STT Telkom
         besar sehingga melebihi kapasitas 1            Bandung, 2000
         transponder yang dapat digunakan.
      4. Level SCPC tiap stasiun bumi tidak
         seragam karena ketiadaan alat ukur.
      5. Pemberesan level SCPC hanya dapat
         mengurangi intermodulasi tetapi tidak
         dapat menyelesaikan masalah secara
         tuntas.
      6. Kedisiplinan petugas stasiun bumi
         sangat penting untuk terciptanya
         keserasian     dalam      penggunaan
         transponder.

5.2. SARAN
Untuk langkah-langkah selanjutnya maka sistem
       SCPC harus:
1. Dipisahkan dalam beberapa transponder
2. Untuk komunikasi yang memiliki trafik
     tinggi sebaiknya dipakai tipe PA(permanent
     assignment).
3. Sistem SCPC-FM harus segera diganti
     dengan sistem SCPC digital yang dapat
     menggunakan       tehnik    kompresi    dan
     pengkodean.
4. Sampai saat ini PT.Telkom belum berpindah
     ke sistem digital sehingga saran ini sangat
     penting untuk melayani daerah-daerah
     remote.

            DAFTAR PUSTAKA

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Telekomunikasi Analog dan Digital - Slide week 12 - modulasi digital
Telekomunikasi Analog dan Digital - Slide week 12 - modulasi digitalTelekomunikasi Analog dan Digital - Slide week 12 - modulasi digital
Telekomunikasi Analog dan Digital - Slide week 12 - modulasi digital
Beny Nugraha
 
Telekomunikasi Analog dan Digital - Slide week 14 - lanjutan modulasi gabunga...
Telekomunikasi Analog dan Digital - Slide week 14 - lanjutan modulasi gabunga...Telekomunikasi Analog dan Digital - Slide week 14 - lanjutan modulasi gabunga...
Telekomunikasi Analog dan Digital - Slide week 14 - lanjutan modulasi gabunga...
Beny Nugraha
 
Dasar Telekomunikasi - Slide week 5 Terminal Gambar dan Data
Dasar Telekomunikasi - Slide week 5 Terminal Gambar dan DataDasar Telekomunikasi - Slide week 5 Terminal Gambar dan Data
Dasar Telekomunikasi - Slide week 5 Terminal Gambar dan Data
Beny Nugraha
 
Iht dasar transmisi
Iht dasar transmisiIht dasar transmisi
Iht dasar transmisi
pramukajabar
 

Was ist angesagt? (20)

Teknik modulasi
Teknik modulasiTeknik modulasi
Teknik modulasi
 
Modulator
ModulatorModulator
Modulator
 
Telekomunikasi Analog dan Digital - Slide week 12 - modulasi digital
Telekomunikasi Analog dan Digital - Slide week 12 - modulasi digitalTelekomunikasi Analog dan Digital - Slide week 12 - modulasi digital
Telekomunikasi Analog dan Digital - Slide week 12 - modulasi digital
 
Telekomunikasi Analog dan Digital - Slide week 14 - lanjutan modulasi gabunga...
Telekomunikasi Analog dan Digital - Slide week 14 - lanjutan modulasi gabunga...Telekomunikasi Analog dan Digital - Slide week 14 - lanjutan modulasi gabunga...
Telekomunikasi Analog dan Digital - Slide week 14 - lanjutan modulasi gabunga...
 
Teknik radio
Teknik radioTeknik radio
Teknik radio
 
Modulasi digital
Modulasi digitalModulasi digital
Modulasi digital
 
Modulasi digital ASK kelompok 2
Modulasi digital ASK kelompok 2Modulasi digital ASK kelompok 2
Modulasi digital ASK kelompok 2
 
Bab iv produksi sinyal audio
Bab iv produksi sinyal audioBab iv produksi sinyal audio
Bab iv produksi sinyal audio
 
Modulasi persentasi
Modulasi persentasiModulasi persentasi
Modulasi persentasi
 
Dasar Telekomunikasi - Slide week 5 Terminal Gambar dan Data
Dasar Telekomunikasi - Slide week 5 Terminal Gambar dan DataDasar Telekomunikasi - Slide week 5 Terminal Gambar dan Data
Dasar Telekomunikasi - Slide week 5 Terminal Gambar dan Data
 
Siskom (modulasi amplitudo)
Siskom (modulasi amplitudo)Siskom (modulasi amplitudo)
Siskom (modulasi amplitudo)
 
Iht dasar transmisi
Iht dasar transmisiIht dasar transmisi
Iht dasar transmisi
 
Materi Amplitude Modulation (AM)
Materi Amplitude Modulation (AM) Materi Amplitude Modulation (AM)
Materi Amplitude Modulation (AM)
 
IS1323 09-Multiplexing
IS1323   09-MultiplexingIS1323   09-Multiplexing
IS1323 09-Multiplexing
 
Filter
FilterFilter
Filter
 
Receiver
ReceiverReceiver
Receiver
 
Kuliah 3-modulasi-amplitudo
Kuliah 3-modulasi-amplitudoKuliah 3-modulasi-amplitudo
Kuliah 3-modulasi-amplitudo
 
QAM (Quadratur Amplitude Modulation)
QAM (Quadratur Amplitude Modulation)QAM (Quadratur Amplitude Modulation)
QAM (Quadratur Amplitude Modulation)
 
Tugas modulation AM, FM, dan PM
Tugas modulation AM, FM, dan PMTugas modulation AM, FM, dan PM
Tugas modulation AM, FM, dan PM
 
Slide minggu 9 (video)
Slide minggu 9 (video)Slide minggu 9 (video)
Slide minggu 9 (video)
 

Andere mochten auch (7)

Karakteristik media dalam kegiatan imc
Karakteristik media dalam kegiatan imcKarakteristik media dalam kegiatan imc
Karakteristik media dalam kegiatan imc
 
Ekonomi teknik Fiber Optic
Ekonomi teknik Fiber OpticEkonomi teknik Fiber Optic
Ekonomi teknik Fiber Optic
 
Media Transmisi Data Kabel Dan Nirkabel
Media Transmisi Data Kabel Dan NirkabelMedia Transmisi Data Kabel Dan Nirkabel
Media Transmisi Data Kabel Dan Nirkabel
 
Transmission impairmants dan media transmisi
Transmission impairmants dan media transmisiTransmission impairmants dan media transmisi
Transmission impairmants dan media transmisi
 
Telekomunikasi fiber optik 2004
Telekomunikasi fiber optik 2004Telekomunikasi fiber optik 2004
Telekomunikasi fiber optik 2004
 
Kabel Fiber Optik
Kabel Fiber OptikKabel Fiber Optik
Kabel Fiber Optik
 
Power Point Presentasi Komunikasi Data
Power Point Presentasi Komunikasi DataPower Point Presentasi Komunikasi Data
Power Point Presentasi Komunikasi Data
 

Ähnlich wie Pengaturan Level Sistem SCPC-FM untuk Memperoleh Performansi yang Baik dalam Sistem Komunikasi Satelit

7 faktor degradasi sistem
7 faktor degradasi sistem7 faktor degradasi sistem
7 faktor degradasi sistem
ajus ady
 
Dua ld
Dua ldDua ld
Dua ld
deaqu
 
7090667 link-budget-for-dummies
7090667 link-budget-for-dummies7090667 link-budget-for-dummies
7090667 link-budget-for-dummies
Harry Nugroho
 

Ähnlich wie Pengaturan Level Sistem SCPC-FM untuk Memperoleh Performansi yang Baik dalam Sistem Komunikasi Satelit (20)

7 faktor degradasi sistem
7 faktor degradasi sistem7 faktor degradasi sistem
7 faktor degradasi sistem
 
Aplikasi Saluran Transmisi Pada Sistem Komunikasi.pdf
Aplikasi Saluran Transmisi Pada Sistem Komunikasi.pdfAplikasi Saluran Transmisi Pada Sistem Komunikasi.pdf
Aplikasi Saluran Transmisi Pada Sistem Komunikasi.pdf
 
Makalah rangkaian terintegrasi kelompok 5
Makalah rangkaian terintegrasi kelompok 5Makalah rangkaian terintegrasi kelompok 5
Makalah rangkaian terintegrasi kelompok 5
 
Satellite presentasi-rf wawas ihsan prayogo@TelkomUniversity
Satellite presentasi-rf wawas ihsan prayogo@TelkomUniversitySatellite presentasi-rf wawas ihsan prayogo@TelkomUniversity
Satellite presentasi-rf wawas ihsan prayogo@TelkomUniversity
 
Dua ld
Dua ldDua ld
Dua ld
 
TUGAS SISTRAN_FADIL WIJAYA_1955031013.pptx
TUGAS SISTRAN_FADIL WIJAYA_1955031013.pptxTUGAS SISTRAN_FADIL WIJAYA_1955031013.pptx
TUGAS SISTRAN_FADIL WIJAYA_1955031013.pptx
 
TEKNIK-MODULASI-QAM.pdf
TEKNIK-MODULASI-QAM.pdfTEKNIK-MODULASI-QAM.pdf
TEKNIK-MODULASI-QAM.pdf
 
ELEMEN KOMUNIKASI RADIO DAN SPEKTRUM FREKUENSI
 ELEMEN KOMUNIKASI RADIO DAN SPEKTRUM FREKUENSI ELEMEN KOMUNIKASI RADIO DAN SPEKTRUM FREKUENSI
ELEMEN KOMUNIKASI RADIO DAN SPEKTRUM FREKUENSI
 
Laporan Praktikum Elektronika Dasar 2
Laporan Praktikum Elektronika Dasar 2Laporan Praktikum Elektronika Dasar 2
Laporan Praktikum Elektronika Dasar 2
 
Wicrowave eque dan measure
Wicrowave eque dan measureWicrowave eque dan measure
Wicrowave eque dan measure
 
teknologi spread spectrum
teknologi spread spectrumteknologi spread spectrum
teknologi spread spectrum
 
Laporan
LaporanLaporan
Laporan
 
7090667 link-budget-for-dummies
7090667 link-budget-for-dummies7090667 link-budget-for-dummies
7090667 link-budget-for-dummies
 
Kuliah 4 modulasi
Kuliah 4 modulasiKuliah 4 modulasi
Kuliah 4 modulasi
 
Satellite communications
Satellite communicationsSatellite communications
Satellite communications
 
overview VSAT
overview VSAToverview VSAT
overview VSAT
 
Antena_dan_Propagsi_Gelombang_GELOMBANG.pdf
Antena_dan_Propagsi_Gelombang_GELOMBANG.pdfAntena_dan_Propagsi_Gelombang_GELOMBANG.pdf
Antena_dan_Propagsi_Gelombang_GELOMBANG.pdf
 
Dasar telekomunikasi
Dasar telekomunikasiDasar telekomunikasi
Dasar telekomunikasi
 
Sistem komunikasi digital i
Sistem komunikasi digital iSistem komunikasi digital i
Sistem komunikasi digital i
 
Percobaan Modulasi Frequensi
Percobaan Modulasi FrequensiPercobaan Modulasi Frequensi
Percobaan Modulasi Frequensi
 

Mehr von Materi Kuliah Online

Pengenalan Rekayasa Perangkat Lunak
Pengenalan Rekayasa Perangkat LunakPengenalan Rekayasa Perangkat Lunak
Pengenalan Rekayasa Perangkat Lunak
Materi Kuliah Online
 
Melangkah dengan Microsoft Windows Server 2003
Melangkah dengan Microsoft Windows Server 2003Melangkah dengan Microsoft Windows Server 2003
Melangkah dengan Microsoft Windows Server 2003
Materi Kuliah Online
 
Studi Mengenai Aspek Privasi pada Sistem RFID
Studi Mengenai Aspek Privasi pada Sistem RFIDStudi Mengenai Aspek Privasi pada Sistem RFID
Studi Mengenai Aspek Privasi pada Sistem RFID
Materi Kuliah Online
 
Internet dan Layanan Aplikasi Terdistribusi
Internet dan Layanan Aplikasi TerdistribusiInternet dan Layanan Aplikasi Terdistribusi
Internet dan Layanan Aplikasi Terdistribusi
Materi Kuliah Online
 
Aspek Security pada Penerapan m-Commerce di Indonesia
Aspek Security pada Penerapan m-Commerce di IndonesiaAspek Security pada Penerapan m-Commerce di Indonesia
Aspek Security pada Penerapan m-Commerce di Indonesia
Materi Kuliah Online
 
A Comparison of Proximity Authentication Approaches
A Comparison of Proximity Authentication ApproachesA Comparison of Proximity Authentication Approaches
A Comparison of Proximity Authentication Approaches
Materi Kuliah Online
 
Kajian Perkembangan Teknologi Smart Card dari Segi Keamanan
Kajian Perkembangan Teknologi Smart Card dari Segi KeamananKajian Perkembangan Teknologi Smart Card dari Segi Keamanan
Kajian Perkembangan Teknologi Smart Card dari Segi Keamanan
Materi Kuliah Online
 
Catu Daya dan Rangkaian Penyearah Gelombang
Catu Daya dan Rangkaian Penyearah GelombangCatu Daya dan Rangkaian Penyearah Gelombang
Catu Daya dan Rangkaian Penyearah Gelombang
Materi Kuliah Online
 
Simulasi Anti Integral Windup dengan Clamp Integrator
Simulasi Anti Integral Windup dengan Clamp IntegratorSimulasi Anti Integral Windup dengan Clamp Integrator
Simulasi Anti Integral Windup dengan Clamp Integrator
Materi Kuliah Online
 
Prinsip-prinsip Asas E-Construction, K-Constructions dan Groupware Technology
Prinsip-prinsip Asas E-Construction, K-Constructions dan Groupware TechnologyPrinsip-prinsip Asas E-Construction, K-Constructions dan Groupware Technology
Prinsip-prinsip Asas E-Construction, K-Constructions dan Groupware Technology
Materi Kuliah Online
 
Penggunaan DT-51 Untuk Komunikasi Mikrokontroler Melalui Jaringan Telepon
Penggunaan DT-51 Untuk Komunikasi Mikrokontroler Melalui Jaringan TeleponPenggunaan DT-51 Untuk Komunikasi Mikrokontroler Melalui Jaringan Telepon
Penggunaan DT-51 Untuk Komunikasi Mikrokontroler Melalui Jaringan Telepon
Materi Kuliah Online
 
Penggunaan DT-Basic Untuk Membaca Nomor Identitas Secara Wireless
Penggunaan DT-Basic Untuk Membaca Nomor Identitas Secara WirelessPenggunaan DT-Basic Untuk Membaca Nomor Identitas Secara Wireless
Penggunaan DT-Basic Untuk Membaca Nomor Identitas Secara Wireless
Materi Kuliah Online
 

Mehr von Materi Kuliah Online (20)

Sekilas tentang HaKI
Sekilas tentang HaKISekilas tentang HaKI
Sekilas tentang HaKI
 
Pengenalan Rekayasa Perangkat Lunak
Pengenalan Rekayasa Perangkat LunakPengenalan Rekayasa Perangkat Lunak
Pengenalan Rekayasa Perangkat Lunak
 
Pemodelan Basis Data Lainnya
Pemodelan Basis Data LainnyaPemodelan Basis Data Lainnya
Pemodelan Basis Data Lainnya
 
Arsitektur Sistem Basis Data
Arsitektur Sistem Basis DataArsitektur Sistem Basis Data
Arsitektur Sistem Basis Data
 
Access control-systems
Access control-systemsAccess control-systems
Access control-systems
 
Melangkah dengan Microsoft Windows Server 2003
Melangkah dengan Microsoft Windows Server 2003Melangkah dengan Microsoft Windows Server 2003
Melangkah dengan Microsoft Windows Server 2003
 
Studi Mengenai Aspek Privasi pada Sistem RFID
Studi Mengenai Aspek Privasi pada Sistem RFIDStudi Mengenai Aspek Privasi pada Sistem RFID
Studi Mengenai Aspek Privasi pada Sistem RFID
 
Remote control alarm sepeda motor
Remote control alarm sepeda motorRemote control alarm sepeda motor
Remote control alarm sepeda motor
 
Internet dan Layanan Aplikasi Terdistribusi
Internet dan Layanan Aplikasi TerdistribusiInternet dan Layanan Aplikasi Terdistribusi
Internet dan Layanan Aplikasi Terdistribusi
 
Aspek Security pada Penerapan m-Commerce di Indonesia
Aspek Security pada Penerapan m-Commerce di IndonesiaAspek Security pada Penerapan m-Commerce di Indonesia
Aspek Security pada Penerapan m-Commerce di Indonesia
 
A Comparison of Proximity Authentication Approaches
A Comparison of Proximity Authentication ApproachesA Comparison of Proximity Authentication Approaches
A Comparison of Proximity Authentication Approaches
 
Kajian Perkembangan Teknologi Smart Card dari Segi Keamanan
Kajian Perkembangan Teknologi Smart Card dari Segi KeamananKajian Perkembangan Teknologi Smart Card dari Segi Keamanan
Kajian Perkembangan Teknologi Smart Card dari Segi Keamanan
 
Catu Daya dan Rangkaian Penyearah Gelombang
Catu Daya dan Rangkaian Penyearah GelombangCatu Daya dan Rangkaian Penyearah Gelombang
Catu Daya dan Rangkaian Penyearah Gelombang
 
Dioda dan Catu Daya
Dioda dan Catu DayaDioda dan Catu Daya
Dioda dan Catu Daya
 
Simulasi Anti Integral Windup dengan Clamp Integrator
Simulasi Anti Integral Windup dengan Clamp IntegratorSimulasi Anti Integral Windup dengan Clamp Integrator
Simulasi Anti Integral Windup dengan Clamp Integrator
 
Radio Frequency Identification
Radio Frequency IdentificationRadio Frequency Identification
Radio Frequency Identification
 
Prinsip-prinsip Asas E-Construction, K-Constructions dan Groupware Technology
Prinsip-prinsip Asas E-Construction, K-Constructions dan Groupware TechnologyPrinsip-prinsip Asas E-Construction, K-Constructions dan Groupware Technology
Prinsip-prinsip Asas E-Construction, K-Constructions dan Groupware Technology
 
Penggunaan DT-51 Untuk Komunikasi Mikrokontroler Melalui Jaringan Telepon
Penggunaan DT-51 Untuk Komunikasi Mikrokontroler Melalui Jaringan TeleponPenggunaan DT-51 Untuk Komunikasi Mikrokontroler Melalui Jaringan Telepon
Penggunaan DT-51 Untuk Komunikasi Mikrokontroler Melalui Jaringan Telepon
 
Penggunaan DT-Basic Untuk Membaca Nomor Identitas Secara Wireless
Penggunaan DT-Basic Untuk Membaca Nomor Identitas Secara WirelessPenggunaan DT-Basic Untuk Membaca Nomor Identitas Secara Wireless
Penggunaan DT-Basic Untuk Membaca Nomor Identitas Secara Wireless
 
Interfacing Number Display
Interfacing Number DisplayInterfacing Number Display
Interfacing Number Display
 

Kürzlich hochgeladen

PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
dpp11tya
 
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptSEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
AlfandoWibowo2
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
nabilafarahdiba95
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
IvvatulAini
 

Kürzlich hochgeladen (20)

Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptSEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAE-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 

Pengaturan Level Sistem SCPC-FM untuk Memperoleh Performansi yang Baik dalam Sistem Komunikasi Satelit

  • 1. PENGATURAN LEVEL SISTEM SCPC-FM UNTUK MEMPEROLEH PERFORMANSI YANG BAIK DALAM SISTEM KOMUNIKASI SATELIT Ir.Gideon Jonathan, Corry Y Marpaung Jurusan Teknik Elektro Sekolah Tinggi Teknologi Telekomunikasi Bandung Jln.Radio Palasari Dayeuhkolot Bandung 40257 No Telp.022-7510506 ABSTRAKSI I. PENDAHULUAN Pada tahun 1976 sistem SCPC-FM mulai Kelancaran hubungan komunikasi dipakai pada sistem komunikasi satelit Domestik merupakan hal yang sangat penting dalam Palapa. Tentunya dengan kebutuhan komunikasi menentukan bagus tidaknya suatu sistem yang semakin meningkat diharapkan munculnya komunikasi yang dioperasikan. Tentunya untuk sistem SCPC-FM dalam sistem komunikasi menghasilkan kelancaran hubungan komunikasi satelit bisa melengkapi kebutuhan komunikasi harus didukung performansi sistem komunikasi dengan keunggulan sistem tersebut. Stasiun bumi yang baik dalam hal ini yang dibicarakan yang beroperasi pada sistem SCPC baik secara adalah sistem komunikasi satelit. Performansi PA(permanent assignment) maupun DA(demand ini dilihat dari perangkat sistem yang beroperasi assignment). Pemakaian SCPC tersebar dan parameter-parameter yang mempengaruhi diseluruh stasiun bumi di Indonesia baik Stasiun sistem tersebut. bumi besar, sedang dan kecil. SCPC (Single Channel Per Carrier)- Stasiun bumi besar biasanya dilengkapi FM sebagai salah satu sistem komunikasi satelit dengan alat ukur sedangkan stasiun bumi kecil yang merupakan salah satu komponen dari tidak memiliki alat ukur. Hal inilah yang justru konfigurasi satsiun bumi. SCPC-FM berfungsi menimbulkan masalah dalam hubungan untuk melaksanakan proses pengolahan kanal komunikasi satelit. Karena ketiadaan alat ukur suara dimana setiap kanal mempunyai carrier maka dalam operasinya pengaturan level stasiun tersendiri. Sistem SCPC dimiliki baik oleh bumi kecil dilakukan dengan perkiraan (feeling) stasiun bumi besar, stasiun bumi sedang dan saja. Hal ini mengakibatkan level yang stasiun bumi kecil. digunakan sangat bervariasi. Dalam pengoperasian SCPC-FM khususnya Dalam proyek akhir ini akan dibahas pada stasiun bumi kecil, pengaturan level masalah-masalah terjadinya variasi level tersebut dilakukan hanya melalui perkiraan (feeling) dan bagaimana langkah-langkah pengaturan saja. Hal ini menyebabkan terjadinya variasi level dan penyelesaian masalah. level yang menimbulkan phenomena Intermodulasi. Phenomena ini tentu saja II. LANDASAN TEORI mengganggu kelancaran komunikasi. Padahal Performansi link komunikasi satelit level operasi sangat berpengaruh dalam ditentukan oleh besarnya C/N di penerima. mendukung kualitas (performansi) hubungan C/N ini akan menentukan besarnya Eb/No komunikasi. Seringkali ketidaktahuan dan atau BER untuk transmisi digital, atau S/N ketidakdisplinan petugas stasiun bumi dalam untuk transmisi Analog. Parameter yang mengoperasikan perangkat justru sebagai salah mempengaruhi performansi link satelit adalah satu sumber terjadinya masalah ini. : EIRP pemancar, path loss sepanjang Karena itulah untuk mencegah lintasan, redaman – redaman yang terjadi terjadinya Intermodulasi pada hubungan sepanjang lintasan dan noise dari berbagai komunikasi, diperlukan pengaturan level stasiun sumber. bumi. Hal ini dimaksudkan agar didapat jumlah Secara garis besar sistem komunikasi satelit kanal optimal dalam transponder satelit yang tersusun atas 2 bagian besar yaitu ruang dapat beroperasi. angkasa (space segment) dan ruas bumi (ground segment). Ruang angkasa yaitu satelit yang terletak di orbit sedangkan ruas
  • 2. bumi adalah seluruh perangkat yang berada di stasiun bumi. 4. Free Space Loss (FSL) Komponen-komponen yang terdapat pada FSL yaitu hilangnya energi yang sistem komunikasi satelit antara lain: Satelit dipancarkan oleh pemancar yang yang merupakan perangkat di ruang angkasa mengalami penyebaran (spreading) berfungsi sebagai repeater dan transponder yang gelombang ketika merambat keluar dari merupakan jalur pengiriman dan penerimaan sumber pada ruang bebas. sinyal di satelit. Sedangkan stasiun bumi sebagai Dapat dirumuskan sbb: perangkat bumi terdiri dari Antena, HPA,LNA, 4 π fr atau secara logaritmis; FSL = Mixer, dan Local Oscillator. c Untuk perhitungan kualitas sinyal FSL(dB) = 92,45 + 20 log f + 20 log r diperlukan parameter sebagai berikut: dimana : f = frekuensi up/down (GHz) 1.Gain Antena (GT) Penguatan atau gain adalah perbandingan 5. Figure of Merit (G/T) daya pancar suatu antena terhadap antena Merupakan suatu angka prestasi yang referensi. Atau secara matematis dapat dinyatakan sebagai perbandingan gain dituliskan: antena dengan temperatur derau penerima.  π 2d 2  2  π fd  ; Besarnya dapat dituliskan: G = η  λ2  = η   G atau secara logaritmis:    c  G /T = atau secara logaritmis dapat dituliskan: T G/T (dB/0K) = 10 log G – 10 log T G = 20, 45 + 20 log f + 20 log Dm + 10 log η dimana : dimana : G = gain antena (dB) G = gain antena (dB) T = temperatur sistem penerima (Kelvin) f = frekuensi kerja (GHz) Dm = diameter antena (m) 6. Input Back Off (IBO) dan Output Back λ = panjang gelombang radiasi (m) Off (OBO) η = efisiensi antena ; biasanya < 60% IBO yaitu besarnya pengurangan daya c = kecepatan cahaya = 3* 10 8 m/det2 masukan penguat daya pada transponder agar titik kerja bergeser dari daerah 2. Effective Isotropic Radioted Power (EIRP) saturasi ke daerah penguatan linear. EIRP merupakan suatu level pancar yang Sedangkan OBO yaitu penguatan daya ditentukan agar sinyal dapat diterima dengan keluaran penguat daya yang disebabkan baik oleh satelit. Dapat dituliskan sbb: karena pengurangan daya masukan EIRP = PT GT sebesar IBO. atau secara logaritmis dirumuskan: EIRP (dBw) = 10 log PT (dBw)+10 log GT (dB) 7. Sinyal to Noise (S/N) dimana: PT = daya pancar antena (dBw) Merupakan perbandingan antara sinyal GT = gain antena pemancar (dB) dengan bunyi derau yang ditunjukkan dalam satuan decibel (dB). S/N dari 3. Saturated Flux Density (SFD) sistem SCPC analog dapat dituliskan: Jika pemancar mempunyai daya keluaran sebesar PT dengan antena pemancar tanpa rugi-rugi dan penguatan sebesar GT inilah yang disebut sebagai S C Bif ∆f ( dB ) = req + 20 log + 20 log + P +W saturated flux density(SFD) yang dirumuskan N N Bch f max sbb:  EIRP SB  ; dimana: φ =   4π r xPAD  2 C/N req = perbandingan antara daya carier atau secara logaritmis dapat dituliskan: terhadap derau sinyal carier φ (dBw / m2) = EIRPSB − 162,1 Bif = lebar bidang frekuensi kanal derau info Bch = lebar bidang frekuensi kana dimana : r = jarak bumi ke satelit = 36. 000 km PAD= penyesuai level daya yang ditransmisikan ∆f = simpangan puncak frekuensi
  • 3. fmax = bidang dasar frekuensi terting BW = 2 (fm + ∆fc) P = faktor perbaikan Pre-emphasis Dimana : W = Psophometric Weight Factor fm = frekuensi maksimum ∆fc = deviasi frekuensi. 8. Carrier to Noise (C/N) Merupakan perhitungan untuk menentukan nilai kualitas link secara keseluruhan. C/N dapat III. SISTEM KOMUNIKASI SCPC/FM DAN ditulis sebagai: ANALISA PENGATURAN LEVEL SCPC- FM C G 3. 1. KONFIGURASI SCPC-FM up (dB ) = EIRPSB − FSLup +   sat − k − 10 log BW N T  Pemancar C G down(dB) = EIRPsat − FSLdown +   SB − k − 10 log BW D/C PAD DIV N T  sehingga diperoleh nilai C/N total uplink dan downlink adalah: Subsistem SCPC(Single Channel Per Carrier) merupakan salah satu system yang berfungsi untuk melaksanakan proses C 1 pengolahan kanal suara dengan band frekuensi total = −1 dari 0, 3 kHz s/d 3, 4 kHz menjadi kanal N  C  C   C   RF(Radio Frequency) yang terletak pada   up +      down +     − 1   N  N   IM   frekuensi di sekitar 6 GHz untuk dipancarkan ke satelit dan atau sebaliknya mengolah kanal RF dimana: yang terletak pada frekuensi disekitar 4 GHz C menjadi kanal suara. = carrier to noise intermodulasi akibat Pada SCPC ini maka setiap kanal suara IM pemakaian transponder satelit oleh mempunyai carrier tersendiri dimana dalam beberapa carriersecara bersamaan. praktek penggunaannya peralatan SCPC dapat dioperasikan dalam tiga jenis mode operasi Intermodulasi merupakan masalah yang timbul yaitu: akibat level yang tidak tepat. Intermodulasi ini 1) PAMA (Permanent Assignment Multiple dapat timbul pada tiap-tiap tingkat perangkat Akses) ; dimana frekuensi carrier yang elektronik. Pada dasarnya penyebabnya adalah digunakan untuk komunikasi sudah level input yang menyebabkan perangkat bekerja tetap dan kota tujuan juga sudah tetap. pada daerah yang tidak linear. Biasa digunakan untuk komunikasi Modulasi yang terdapat pada sistem yang membutuhkan kelancaran komunikasi satelit antara lain modulasi frekuensi hubungan yang cukup baik dan tujuan (FM) yang dipergunakan pada sistem tetap. SCPC.Modulasi frekuensi dimana sinyal 2) DAMA (Demand Assignment Multiple pemodulasi dimuatkan ke frekuensi dari sinyal Akses) ; dimana tujuan komunikasi dan pembawa yaitu dengan mengubah frekuensi dari frekuensi carrier yang digunakan sinyal pembawa sebanding dengan sinyal berubah-ubah tergantung permintaan pemodulasi. Dalam praktek untuk menentukan hubungan yang diatur oleh komputer besarnya bandwidth dari modulasi frekuensi pengendali dan frekuensi pembawa (FM) digunakan rumus CARSON yang dapat yang tersedia. Sistem ini cocok untuk dituliskan sebagai berikut: kota dengan jumlah trafik rendah.
  • 4. Antena berfungsi untuk menerima sinyal-sinyal komunikasi dan komando dari 3.2.HPA (High Power Amplifier) satsiun bumi serta memancarkan ke bumi sinyal- HPA (High Power Amplifier) pada suatu sinyal komunikasi dan data telemetri. stasiun bumi merupakan penguat akhir dalam rangkaian sisi pancar yang berupa penguat daya frekuensi sangat tinggi dalam orde giga hertz. Stasiun bumi besar biasanya menggunakan HPA 3.5. ATTENUATOR (PAD) dalam jumlah besar dengan power output hingga Attenuator berfungsi untuk mengatur 8,5 kwatt. Pada 6 GHz, HPA memiliki besarnya level input ke HPA. Biasanya seluruh bandwidth 40 atau 80 MHz digunakan pada kanal SCPC-FM sebelum masuk ke U/C terlebih stasiun bumi besar dengan menggunakan TWT dahulu diredam oleh attenuator ini. Biasanya amplifier. nilai attenuator ini sebesar 15 dB (menurut Hubungan komunikasi biasanya tidak luput dari keterangan petugas lapangan stasiun bumi). gangguan dalam hal ini Intermodulasi yang dapat Sebenarnya pemberian attenuator sebesar 13 dB mengganggu kelancaran komunikasi. Oleh sudah dapat dicegah terjadinya Intermodulasi karena itu dalam mengoperasikan HPA-TWT tetapi PAD 15 dB diberi untuk mencegah terutama dalam menentukan titik kerjanya harus Intermodulasi jika diberi jumlah carrier yang dipilih pada daerah linear. HPA tidak boleh lebih besar lagi. bekerja dengan input yang melewati titik jenuhnya atau tidak boleh bekerja pada daerah over drive karena selain gainnya makin menurun 3.6. PERHITUNGAN LINK SCPC-FM juga daerah tersebut tidak linear. 3.6.1. Perhitungan Kualitas Sinyal Analisa kualitas sinyal dimaksudkan 3.3. UP/DOWN CONVERTER untuk mengetahui kinerja sistem SCPC-FM. Up Converter berfungsi untuk Untuk perhitungan kualitas sinyal dibutuhkan melaksanakan proses translasi dari sinyal beberapa parameter-parameter sebagai berikut: IF(Intermediate Frekuensi) yang berasal dari Diameter SB Tx = 5 m ; Diameter SB Rx = 5 m ; modem-modem menjadi sinyal RF(Radio f up/down = 6/4 GHz ; η = 55% LFSLUP/DOWN = Frekuensi) untuk diteruskan ke HPA. 199,1/195,6 dB ; Tsys = 100 O K ; G/T = - 1,5 Sedangkan Down Converter berfungsi dB/K ;SFD = - 95 dBW/ m2 ; k = -228,6 sebaliknya yaitu untuk melaksanakan proses dBWHz/K ; EIRP SAT JENUH = 37 dBW ; PAD = 6 translasi dari sinyal RF yang berasal dari LNA dB ; Voice BW = 3,1 KHz ; fm = 3,4 KHz ; (Low Noise Amplifier) menjadi sinyal IF untuk BIF = 30 KHz ; S/N = 50 dB ; Margin = 1 dB selanjutnya diteruskan ke modem-modem. OBO linear = 4 dB ; IBO linear = 7 dB ; jarak Karena satu set up/down converter dipergunakan bumi – satelit = 36. 000 km ; oleh banyak modem SCPC maka didalam C/IM = 18 dB , Gain HPA = 60 dB, Lfeeder = perangkat SCPC juga dilengkapi dengan power 0,8 dB maka : Combiner untuk sisi kirim dan power Divider - Perhitungan delta frekuensi ( ∆f ) untuk sisi terima. Δf = 11,6 KHz. - Perhitungan MIF 3.4. ANTENA MIF = 36,9 dB Pada suatu stasiun bumi , antena - Perhitungan C/N Require merupakan ujung depan baik untuk pancar C/N req = C/N + Margin kearah satelit maupun terima dari satelit. Oleh = 14,14 dB karena jarak satelit yang jauh dari bumi sekitar - Perhitungan Gain Antena Pemancar 36.000 km maka stasiun bumi memerlukan GTx = 47,44 dB antena yang memiliki gain yang cukup tinggi - Perhitungan Gain Antena Receive sehingga sinyal-sinyal yang diterima akan GRx = 43,92 dB. memenuhi syarat. Selain harus memiliki gain - Perhitungan G/T Stasiun Bumi yang tinggi maka antena stasiun bumi harus G/T SB = 23,92 dB/ 0 K benar-benar mengarah dengan tepat kearah - EIRP sat = 6, 9 dBw satelit.
  • 5. - Perhitungan C/N C/N up = 23,2 dB 56 C/N down = 19, 05 dBw 7 - Perhitungan C/I 43 C/I = 23,1 dB 10 - Perhitungan C/N calculation C/N total = 14,2 dB Dari karakteristik diatas diperoleh daerah Q Titik L pada grafik dibawah merupakan dimana HPA masih bekerja didaerah linear daerah operasi SCPC-FM yaitu EIRP SB =40 secara spesifikasi sistem SCPC-FM tidak ada dBw dengan EIRP sat = 6,9 dBw. Titik Q ini masalah. masih bekerja pada daerah linear. Pada stasiun bumi dipakai jenis HPA TWT dengan power sebesar 100 watt = 50 dBm. 3.6.2 Perhitungan Power Input HPA Sistem Dengan Input Back Off = 7 dB dan Output Back SCPC-FM Off = 10 dB dan input masukan sebesar 0 dBm 3.6.2.1 Untuk antena dengan diameter 10 meter (minimum) dapat digambarkan kurva GTx = 53,46 dB karakteristik dari HPA sistem SCPC-FM sebagai PTx = 17,34 dBm berikut: ! Power input ke HPA dengan gain HPA 60 dB adalah 17,34 – 60 = - 42,66 dBm. ! Kemudian dapat diteruskan perhitungan 50 Output (dBm) input yang masuk ke D/C sebesar – 42,66 – 10 = - 52,66 dBm. 7 Dengan adanya attenuator (PAD) sebesar 15 dB 43 maka didapat power input SCPC-FM sebesar – 10 52,66 + 15 = - 37,66 dBm yang kemudian power ini dibagikan ke seluruh carrier yang ada. 3.6.2.2 Untuk diameter antena 4,5 meter Input(dBm) GTx = 46,52 dB -10 0 PTx = 24,28 dBm. ! Power input ke HPA dengan gain HPA Gambar 3.7. Daerah Operasi HPA TWT 60 dB sebesar 24,28 – 60 = - 35,72 dengan Input Sistem SCPC-FM dBm. ! Kemudian dapat diteruskan dengan 3.7. KAPASITAS TRANSPONDER DAN perhitungan input yang masuk ke D/C POWER TRANSPONDER sebesar – 35,72 – 10 = - 45,72 dBm. Stasiun Bumi yang beroperasi dengan sistem ! Dengan adanya attenuator (PAD) SCPC diseluruh Indonesia sekitar 200 buah sebesar 15 dB maka didapat power stasiun bumi. input sistem SCPC-FM sebesar – Berikut ini pembagian stasiun bumi yang 45,72 + 15 = - 30,72 dBm. dimaksud yaitu: 1. Stasiun Bumi Besar 30 buah dengan modem @ 30 buah Pada stasiun bumi dipakai jenis HPA TWT 2. Stasiun Bumi Sedang 10 buah dengan dengan power sebesar 400 watt = 56 dBm. modem @ 16 buah Dengan Input Back Off = 7 dB dan Output Back 3. Stasiun Bumi Kecil 160 buah dengan Off = 10 dB dan input masukan sebesar 0 dBm modem @ 4 buah (minimum) dapat digambarkan kurva Disamping stasiun bumi yang telah karakteristik dari HPA sistem SCPC-FM sebagai diberikan di atas, terdapat juga stasiun bumi berikut: kecil sewaan (leased line) dengan mode operasi tipe PA (Permanent Assignment) Output (dBm) sebanyak 35 buah. Stasiun bumi kecil sewaan ini tidak beroperasi dengan sistem
  • 6. VOX (Voice Operated Carrier) dimana 1. Sebelum pemberesan leveling SCPC penggunaan jenis ini antara lain oleh pada tahun 1991 sistem SCPC bekerja hubungan Teleprinter (Telex) atau dengan PAD 9dB dan EIRP SB perusahaan-perusahaan swasta. standard 44 dBw dimana SFD yang Sehingga jumlah total kanal SCPC = 900 + dipasang –86 dBw. 160 + 710 = 1770 kanal modem. 2. Tetapi dengan standard diatas dalam operasinya keberhasilan komunikasi 3.7.1 Power Transponder Kanal SCPC melalui sistem SCPC sangat rendah. Trafik : 500 mErl / subs ; merupakan 3. Analisa yang dilakukan dengan keseluruhan trafik pelanggan rata-rata dari pengamatan spektrum analyzer di sentral telepon. Trafik ini hanya Stasiun Bumi Cibinong menunjukkan dimaksudkan untuk kanal SCPC tipe DA ( level noise yang sangat tinggi. Demand Assignment) tidak diberlakukan Sehingga C/N berkisar 9 s/d 10 dB untuk tipe PA(Permanent Assignment). dimana jika C/N rendah maka Total kanal SCPC sebanyak 1770 kanal intermodulasi naik sehingga hubungan modem, tetapi dalam operasi tidak tidak lancar. seluruhnya dipergunakan setiap saat. Dari Power yang terukur tidak dapat kenyataan ini akan diuraikan berapa ditentukan secara tepat karena banyak kanal satelit yang diperasikan Spektrum Analyzer yang digunakan setiap saat khususnya untuk jam-jam sibuk. mempunyai akurasi yang rendah Dengan GOS = 1% maka diperoleh kanal sekitar 1 dB. Sehingga power yang satelit yang beroperasi sebanyak : masuk ke satelit juga bisa lebih besar = 1,1 x 500 mErl x 1700 kanal dari perkiraan. Ini berarti kapasitas = 935 kanal satelit satelit yang dihitung harus dikurangi dimana : 1,1 = perbandingan kanal dengan sebesar 1 dB. trafik erlang ( N/ A) 4. Asumsi sementara level noise Dengan faktor VOX = 40 % yang disebabkan banyaknya intermodulasi diterapkan pada sistem SCPC maka kanal pada amplifier satelit. satelit yang timbul pada suatu saat: 40 % x Hal-hal berikut ini akan mendukung 935 kanal = 374 kanal kalimat diatas yaitu: Untuk menghitung power transponder - Dari analisa BAB 3 ; jika dipasang sebagai berikut: PAD = 6 dB didapat EIRP SB = banyak kanal SCPC (sistem VOX) operasi 40 dBW. Tetapi dengan = 374 kanal = 25,73 dB pemberlakuan EIRP SB standard Jadi power transponder SCPC 44 dBw dengan PAD = 9 dB = 25,73 dB+ EIRP satelit seperti yang telah dituliskan diatas = 25,73 dB + 6,9 dBw jelas terjadi kelebihan power = 32,63 dBw sebesar 1 dB. Jika dilihat dari karakteristik operasi sistem - Pada pengamatan spektrum SCPC-FM (gambar 3.3 ) maka level operasi di analyzer ditemukan bahwa tinggi atas masih berada pada daerah linear atau tidak carrier tidak seragam dengan rata- terlalu jauh dari titik EIRP SB linear 66,1 dBw rata ± 1- 5 dB bahkan lebih diatas dan EIRP satelit linier 33 dBw. dari level standard. Jika pada Sehingga hasil diatas masih dianggap kondisi 4 dBw transponder bekerja memenuhi syarat dan tidak menimbulkan didaerah linear maka hasil masalah. pengamatan spektrum analyzer diatas dapat dipastikan transponder telah bekerja pada daerah tidak IV. PEMBAHASAN MASALAH DAN linear. 5. Berdasarkan data-data diatas LANGKAH-LANGKAH PENYELESAIAN ditemukan permasalahan yang timbul 4.1. MASALAH-MASALAH DI LAPANGAN sebagai berikut:
  • 7. a. Kurangnya fasilitas alat ukur di ( group) yaitu Sumatera, Jawa, Kalimantan, Stasiun Bumi Kecil sehingga Sulawesi, Maluku/NTT dan Irian Jaya. Tiap-tiap pengaturan level hanya dilakukan area dikoordinir oleh 1 group personil di SPU dengan perkiraan saja. Cibinong. b. Level standard terlalu tinggi. Berikut ini hal-hal yang dapat dilakukan untuk c. Sistem SCPC bekerja tanpa pengaturan level SCPC : margin di Satelit. 1. Pengaturan level SCPC harus dilakukan d. Kekurangdisiplinan petugas mulai dari pusat yang dikoordinir Stasiun Bumi terhadap standard langsung oleh Stasiun Bumi Cibinong . level yang telah ditentukan. 2. Set-up link calculation dan level Petugas Stasiun Bumi menaikkan standard sesuai yang telah diberikan di powernya masing-masing BAB 3. Ketentuan ini disebarkan ke sehingga transponder lebih seluruh stasiun bumi di Indonesia. terbeban. Hal ini mengakibatkan 3. Sinyal acuan diberlakukan oleh Stasiun intermodulasi makin tinggi yang Bumi Cibinong yang akan dimonitor akan berpengaruh terhadap oleh spektrum analyzer sesuai kualitas dan sistem sambung yang perhitungan link calculation diatas. makin rendah. Dan praktis ini 4. Penentuan waktu mulai dijelaskan mengakibatkan sistem SCPC tidak sebagai berikut: dapat bekerja dengan baik. - Pada saat mulai semua stasiun 6. Sistem masih bersifat analog bukan bumi harus mematikan sinyal atau digital yang dapat menggunakan tehnik tidak muncul. pengkodean dan kompresi. - Stasiun bumi Cibinong muncul 7. Masalah operasi dan kurangnya pada 1 carrier bicara dan stasiun pengetahuan petugas Stasiun Bumi bumi lainnya tune pada frekuensi akan mempengaruhi kinerja sistem terima yang dipancarkan stasiun selanjutnya. bumi Cibinong. 4.2.LANGKAH-LANGKAH ENYELESAIAN - Setiap stasiun bumi harus muncul 1. Semua Stasiun Bumi harus memancar secara bergantian kanal per kanal. dengan ketentuan standard yaitu EIRP - Stasiun bumi Cibinong akan SB 40 dBw dengan PAD = 6 dB. memonitor tinggi carrier dan 2. Pemindahan kanal-kanal PA mengatur agar carrier stasiun bumi (permanent assignment) ke transponder tersebut meng-ajust sehingga lain yang berarti penambahan sesuai dengan standard level yang transponder untuk keperluan SCPC tipe telah ditetapkan SPU Cibinong. DA (demand assignment). - Setelah memancar stasiun bumi 3. Stasiun-stasiun bumi yang memiliki tersebut harus mematikan trafik tinggi sebaiknya dialihkan ke carriernya dan melakukan hal yang tipe PA(permanent assignment). sama dengan modem lainnya. Dengan demikian jumlah kanal yang - Prosedur diulang untuk Stasiun dipindahkan ke transponder lain juga Bumi yang lain. semakin banyak. 5. Walaupun demikian untuk langkah 4. Sesuai langkah pada no.1 diatas jika selanjutnya harus diperhatikan : pada kondisi darurat maka seluruh - Pemindahan kanal SCPC-PA harus level SCPC harus diatur secara tetap dilakukan. serentak. - Pengecekan rutin harus makin digiatkan. 4.3 PENGATURAN LEVEL SCPC - Pengaturan dengan remote control Pengaturan level SCPC sangat dari SPU Cibinong harus dibutuhkan baik ditingkat kanal dan RF. diadakan. Kesalahan pengaturan level dapat - Untuk menurunkan bandwidth dan mengakibatkan rendahnya kualitas transmisi. power maka modulasi FM harus Untuk pekerjaan ini Indonesia dibagi atas 6 area
  • 8. diganti dengan modulasi digital 1. Rawan, Bc.T.T, Dasar-Dasar Teknik yang dapat melakukan kompressi. Komunikasi Satelit, Pusdiklattel Bandung , 1988 4.4 HASIL PERBAIKAN 2. Roger L Freeman,Telecommunication Dengan pengaturan level ini maka Transmission Handbook Third Edition, permasalahan dapat terselesaikan. John Wiley And Sons Inc. 1991 3. CCIR, “Fixed-Satellite Service” Satellite Communications Handbook, ITU-Geneva, 1988 V. KESIMPULAN DAN SARAN 4. Timothy Pratt & Charles W Bostian, Satellite Communications, John Wiley 5.1. KESIMPULAN & Sons, Inc. 1986 1. Transponder pada sistem SCPC saat 5. William C.Y.Lee, Mobile Cellular pembenahan sudah over linear bahkan Telecommunication Analog & Digital over saturasi. System, McGraw Hill Second Edition, 2. Noise intermodulasi sangat tinggi 1995 sehingga mengganggu kualitas sinyal 6. Andi Hermawan, Arfianto Fahmi & terutama pada jam sibuk. Kris Sujatmoko, Diktat Kuliah Sistem 3. Jumlah trafik pada SCPC sedemikian Komunikasi Analog, STT Telkom besar sehingga melebihi kapasitas 1 Bandung, 2000 transponder yang dapat digunakan. 4. Level SCPC tiap stasiun bumi tidak seragam karena ketiadaan alat ukur. 5. Pemberesan level SCPC hanya dapat mengurangi intermodulasi tetapi tidak dapat menyelesaikan masalah secara tuntas. 6. Kedisiplinan petugas stasiun bumi sangat penting untuk terciptanya keserasian dalam penggunaan transponder. 5.2. SARAN Untuk langkah-langkah selanjutnya maka sistem SCPC harus: 1. Dipisahkan dalam beberapa transponder 2. Untuk komunikasi yang memiliki trafik tinggi sebaiknya dipakai tipe PA(permanent assignment). 3. Sistem SCPC-FM harus segera diganti dengan sistem SCPC digital yang dapat menggunakan tehnik kompresi dan pengkodean. 4. Sampai saat ini PT.Telkom belum berpindah ke sistem digital sehingga saran ini sangat penting untuk melayani daerah-daerah remote. DAFTAR PUSTAKA