SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 8
Downloaden Sie, um offline zu lesen
MENGEJAR API, MELAWAN ASAP: STOP KEBAKARAN HUTAN SEKARANG!
Saat kita diam dan membiarkan kejahatan terjadi di depan mata kita, secara tidak langung kita menyetujuinya
(Sumber : Greenpeace, 2014)
PENDAHULUAN
Di seluruh dunia, hutan-hutan alami sedang dalam krisis. Tumbuhan dan binatang yang
hidup didalamnya terancam punah. Dan banyak manusia dan kebudayaan yang menggantungkan
hidupnya dari hutan juga sedang terancam. Tapi tidak semuanya merupakan kabar buruk. Masih
ada harapan untuk menyelamatkan hutan-hutan tersebut dan menyelamatkan mereka yang hidup
dari hutan. Hutan purba dunia sangat beragam. Hutan-hutan ini meliputi hutan boreal-jenis hutan
pinus yang ada di Amerika Utara, hutan hujan tropis, hutan sub tropis dan hutan magrove.
Hutan-hutan itu dapat menjaga sistem lingkungan yang penting bagi kehidupan di bumi. Mereka
mempengaruhi cuaca dengan mengontrol curah hujan dan penguapan air dari tanah. Mereka juga
membantu menstabilkan iklim dunia dengan menyimpan karbon dalam jumlah besar yang jika
tidak tersimpan akan berkontribusi pada perubahan iklim. Hutan-hutan purba itu adalah rumah
bagi jutaan orang rimba yang untuk bertahan hidup bergantung dari hutan-baik secara fisik
maupun spiritual. Hutan-hutan tersebut juga merupakan rumah bagi duapertiga dari spesies
tanaman dan binatang di dunia. Yang berarti ratusan ribu tanaman dan pohon yang berbeda jenis
dan jutaan serangga-masa depan yang juga bergantung pada hutan-hutan purba. Hutan-hutan
purba yang menakjubkan ini berada dalam ancaman. Di Brazil saja, lebih dari 87 kebudayaan
manusia telah hilang; pada 10 hingga 20 tahun kedepan dunia nampaknya akan kehilangan
ribuan spesies tanaman dan binatang. Tapi ada kesempatan terakhir untuk menyelamatkan hutan-
hutan ini dan orang-orang serta spesies yang tergantung padanya.
Indonesia merupakan salah satu Negara tropis yang memiliki wilayah hutan terluas kedua
di dunia. Keberadaan hutan ini tentunya merupakan berkah tersebdiri. Hutan merupakan
ekosistem alamiah yang keanekaragaman hayatinya sangat tinggi. Keberadaan hutan di
Indonesia sangat penting tak hanya untuk bangsa Indonesia tetapi juga bagi semua makhluk
hidup di bumi. Hutan di Indonesia sering dijuluki sebagai paru-paru dunia. Hal ini wajar
mengingat jumlah pepohonan yang ada di dalam kawasan hutan ini bisa mendaur ulang udara
dan menghasilkan lingkungan yang lebih sehat bagi manusia. Sayangnya, akhir-akhir ini
kebakaran hutan di Indonesia semakin sering terjadi. Penyebabnya bisa beragam yang dibagi ke
dalam dua kelompok utama, alam dan campur tangan manusia. Menurut data statistik, kebakaran
hutan di Indonesia sebanyak 90 % disebabkan oleh manusian dan selebihnya adalah kehendak
alam.
MUSIM PEMBAKARAN HUTAN
Kita semua sadar bahwa pembakaran hutan dan lahan adalah menu tahunan industri
kehutanan dan perkebunan di Indonesia. Disebut pembakaran, bukan kebakaran, karena lebih
banyak ditemukan unsur kesengajaannya. Hutan Indonesia masuk dalam kategori hutan hujan
basah yang tidak memungkinkan bagi hutan terbakar dengan sendirinya. Dalam banyak kasus,
kawasan yang terbakar adalah kawasan yang telah dibersihkan (landclearing) sebagai proses
persiapan pembangunan perkebunan. Api yang tidak terkendali kemudian memasuki hutan
skunder yang memiliki vegetasi kurang dari 20 m3
/ha. Dengan tipe hutan yang kita miliki pula,
serasah yang muncul jauh lebih sedikit dibanding tipe hutan seperti Eropa dan Amerika.
Munculnya serasah disebabkan semakin luasnya tutupan hutan alam yang terbuka akibat
penebangan yang merusak. Kebakaran hutan tidak akan mungkin terjadi bila tidak dipantik oleh
api diatas serasah. Pembakaran hutan sendiri merupakan buah dari kesalahan kebijakan dan
pengelolaan hutan dan lahan di Indonesia. Dosa turunan ini dimulai sejak 1980 an, ketika
industri perkebunan mulai menggeliat dan mulai mempraktekkan budaya tebang, imbas dan
bakar, yang akhirnya menjadi ritme keseharian industri kehutanan dan perkebunan di Indonesia,
dan menjadikan asap sebagai menu tahunan masyarakat.
Bila ditarik benang merah, pembakaran hutan dan lahan adalah sebuah symptom dari
memburuknya kesehatan hutan alam akibat eksploitasi hutan secara masif sejak 1970 an.
Blunder pengelolaan hutan inilah yang menjadi penyebab utama rusaknya hutan alam yang ada
disamping sebagai penyebab utama kebakaran hutan dan lahan.
Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
memperkirakan area yang terbakar di Riau meliputi sekitar 2.398 hektar kawasan konservasi
yang terdiri atas 922,5 hektar Suaka Margasatwa Giam Siak Kecil, 373 hektar Suaka
Margasatwa Kerumutan, 80,5 hektar Taman Wisata Alam Sungai Dumai, 95 hektar Taman
Nasional Tesso Nilo, 9 hektar Cagar Alam Bukit Bungkuk, dan 867,5 hektar area penggunaan
non-kawasan hutan terbakar.
Sebanyak 75 persen titik kebakaran terjadi di lahan gambut dan hal tersebut berhubungan
dengan keringnya udara di Riau yang berpotensi menyebabkan titik api yang sebelumnya sudah
mengecil di bawah gambut kembali terbakar. Ada yang berkata hal itu disebabkan karena gejala
el nino. El Nino memang berhubungan dengan kekeringan dan kebakaran hutan. Namun patut
digaris bawahi bahwa el Nino bukan penyebab kebakaran hutan melainkan necessary condition
terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Patut digarisbawahi pula bahwa upaya menyalahkan
perladangan tradisional gilir balik adalah sangat tidak beralasan sama sekali. Hal ini bisa kita
lihat dan pahami bahwa kegiatan tradisional tersebut telah lama diakukan oleh masyarakat
namun belum pernah terjadi seperti ini. Meskipun pada masa itu juga telah terjadi el Nino. Sejak
tahun 2001 hingga Mei 2006 diketahui bahwa kebakaran pada lahan-lahan milik masyarakat
hanya mencapai 18,1 persen dari total keseluruhan wilayah yang terbakar. Dari angka itu, kurang
separuhnya terjadi pada lahan-lahan pertanian milik masyarakat yang menerapkan sistem rotasi
pertaniannya. Sisanya lagi di kawasan-kawasan eks HPH yang ditinggalkan begitu saja oleh
pemiliknya kemudian digunakan oleh masyarakat.
Bukti-bukti bahwa konsesi perkebunan dibersihkan dengan cara bakar sebetulnya sudah
bisa dilihat indikasinya di lapangan. Tanpa harus menemukan sekaleng bensin dan sebatang
korek api, tumpukan kayu yang disusun berjalur-jalur sebetulnya sudah mengindikasikan bahwa
kawasan tersebut sedang dalam persiapan pembersihan lahan dengan metode bakar. Metode ini
paling sering digunakan oleh perusahaan untuk mendapatkan hasil yang efektif dan juga sebagai
salah satu upaya meminimalisir penyebaran api yang lebih luas.
Kasus di atas hanyalah cuplikan dari permasalahan berkepanjangan kebakaran hutan dan
lahan di Indonesia yang terjadi hampir setiap tahun dalam satu dekade terakhir. Kebakaran hutan
dan lahan paling banyak disebabkan oleh perilaku manusia, baik disengaja maupun akibat
kelalaian mereka. Hanya sebagian kecil saja yang disebabkan oleh alam (petir atau lava gunung
berapi). Penyebab kebakaran oleh manusia dapat dirinci sebagai berikut:
1. Konversi lahan, yang disebabkan oleh kegiatan penyiapan (pembakaran) lahan untuk
pertanian, industri, pembuatan jalan, jembatan, bangunan, dan lain-lain.
2. Pembakaran vegetasi, yang disebabkan oleh kegiatan pembakaran vegetasi yang
disengaja namun tidak terkendali sehingga terjadi api lompat, misalnya pembukaan
hutan tanaman industri (HTI) dan perkebunan, atau penyiapan lahan oleh masyarakat.
3. Pemanfaatan sumber daya alam, yang disebabkan oleh aktivitas seperti pembakaran
semak-belukar dan aktivitas memasak oleh para penebang liar atau pencari ikan di
dalam hutan;
4. Pemanfaatan lahan gambut, yang disebabkan oleh aktivitas pembuatan kanal atau
saluran tanpa dilengkapi dengan pintu kontrol yang memadai air sehingga
menyebabkan gambut menjadi kering dan mudah terbakar;
5. Sengketa lahan, yang disebabkan oleh upaya masyarakat lokal untuk memperoleh
kembali hak-hak mereka atas lahan atau aktivitas penjarahan lahan yang sering
diwarnai dengan pembakaran.
DAMPAK & PANANGULANGAN PEMBAKARAN/ KEBAKARAN HUTAN
Dampak
1.Emisi gas karbon ke atmosfer sehingga meningkatkan pemanasan global;
2.Hilangnya habitat bagi satwa liar sehingga terjadi ketidakseimbangan ekosistem
3.Hilangnya pepohonan yang merupakan penghasil oksigen serta penyerap air hujan
sehingga terjadi bencana banjir, longsor, dan kekeringan;
4. Hilangnya bahan baku industri yang akan berpengaruh pada perekonomian
5. Berkurangnya luasan hutan yang akan berpengaruh pada iklim mikro (cuaca cenderung
panas)
6. Polusi asap sehingga mengganggu aktivitas masyarakat dan menimbulkan berbagai
penyakit pernafasan; dan
7. Penurunan jumlah wisatawan
Penangulangan Sebelum Terjadi Kebakaran
Berikut ini beberapa hal penting yang harus dilakukan:
1. Membuat menara pengamat yang tinggi berikut alat telekomunikasi.
2. Melakukan patroli keliling hutan secara rutin untuk mengatasi kemungkinan
kebakaran.
3. Menyediakan sistem transportasi mobil pemadam kebakaran yang siap digunakan.
4. Melakukan pemotretan citra secara berkala, terutama di musim kemarau untuk
memantau wilayah hutan dnegan titik api cukup tinggi yang merupakan rawan
kebakaran.
Penangulangan Pada Saat Terjadi Kebakaran Hutan
1. Melakukan penyemprotan air secara langsung apabila kebakaran hutan bersekala kecil.
2. Melakukan penyemprotan air secara merata dari udara dengna menggunakan
helikopter atau pesawat udara.
3. Membuat hujan buatan, dengan teknologi modifikasi cuaca.
PENEGAKAN KEBIJAKAN HUKUM
Instrumen Hukum Internasional
1. The Geneva Convention on The Long-Range Transboundary Air Pollutan, 1979
(Konvensi Geneva 1979) : pasal 2 menyebutkan bawa mewajibkan Negara-negara
peserta konvensi untuk berusaha menekan serendah mungkin, secara bertahap
mengurangi dan mencegah pencemaran udara termasuk pencemaran udara lintas
batas.
2. Asean Agreement on The Conservation of Nature and Natural Resources, 1985
(ASEAN ACNN) : selain kerangka hukum kerjasama bidang konservasi alam dan
sumber daya alam tetapi memuat juga kewajiban negara-negara ASEAN untuk
mencegah kebakaran hutan sebagaimana yang tercermin dalam pasal 6 ayat (1) dan
3. Resolusi Singapore 1992 : Menegaskan dan memperkuat kerjasama dibidang
bencana alam, pencemaran udara dan air lintas batas, tumpahan minyak, pembuangan
limbah berbahaya dan kebakaran hutan.
4. Resolusi Bandar`Seri Begawan, 1994 : Rencana Aksi Strategis ASEAN tentang
Lingkungan Hidup
5. ASEAN Cooperation Plan on Transboundary Pollutan, 1995 (ASEAN CPTP) :
memuat 3 program dan salah satunya mengenai pencemaran udara lintas batas.
Pearturan Perundang-undangan Indonesia nomor 18 tahun 2013 Tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Perusakan Hutan.
1. Pasal 1 point 3, Perusakan hutan adalah proses, cara, atau perbuatan merusak hutan
melalui kegiatan pembalakan liar, penggunaan kawasan hutan tanpa izin atau
penggunaan izin yang bertentangan dengan maksud dan tujuan pemberian izin di dalam
kawasan hutan yang telah ditetapkan, yang telah ditunjuk, ataupun yang sedang diproses
penetapannya oleh Pemerintah.
2. Pasal 3a. menjamin kepastian hukum dan memberikan efek jera bagi pelaku perusakan
hutan;
3. Pasal 3b. menjamin keberadaan hutan secara berkelanjutan dengan tetap menjaga
kelestarian dan tidak merusak lingkungan serta ekosistem sekitarnya.
4. Pasal 58 (1) Masyarakat berhak atas: a. lingkungan hidup yang baik dan sehat, termasuk
kualitas lingkungan hidup yang dihasilkan oleh hutan.
Berdasarkan pemikiran sebagaimana diuraikan di atas, upaya pemberantasan perusakan
hutan melalui undang-undang tersebut harus dilaksanakan dengan mengedepankan asas keadilan
dan kepastian hukum, keberlanjutan, tanggung jawab negara, partisipasi masyarakat, tanggung
gugat, prioritas, serta keterpaduan dan koordinasi. Selanjutnya, pembentukan undang-undang
tersebut selain memiliki aspek represif juga harus mempertimbangkan aspek restoratif, yang
bertujuan untuk:
a. memberikan payung hukum yang lebih tegas dan lengkap bagi aparat penegak hukum
untuk melakukan pemberantasan perusakan hutan sehingga mampu memberi efek jera
bagi pelakunya;
b. meningkatkan kemampuan dan koordinasi aparat penegak hukum dan pihak-pihak
terkait melalui lembaga pencegahan dan pemberantasan perusakan hutan dalam upaya
pemberantasan perusakan hutan.
c. meningkatkan peran masyarakat dalam menjaga kelestarian hutan terutama sebagai
bentuk kontrol sosial pelaksanaan pemberantasan perusakan hutan;
d. mengembangkan kerja sama internasional dalam rangka pemberantasan perusakan hutan
secara bilateral, regional, ataupun multilateral; dan
e. menjamin keberadaan hutan secara berkelanjutan dengan tetap menjaga kelestarian dan
tidak merusak lingkungan serta ekosistem sekitarnya guna mewujudkan masyarakat
sejahtera
HIMBAUAN UNTUK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Terkait kebakaran hutan dan lahan akibat sengketa lahan, reformasi kebijakan
pengelolaan hutan dan lahan sangat diperlukan. Pengkajian ulang izin pemanfaatan hutan dan
lahan yang tumpang tindih harus segera dilakukan, terutama pada lahan-lahan yang bertumpang
tindih dengan tanah ulayat masyarakat adat. Selama sengketa lahan belum terselesaikan,
kemungkinan terjadinya kebakaran hutan dan lahan akan terus berulang dan juga peraturan
perundang-undangan yang ada belum secara tegas mengatur tindak pidana perusakan hutan yang
dilakukan secara terorganisasi. Oleh karena itu, diperlukan payung hukum dalam bentuk undang-
undang agar perusakan hutan terorganisasi dapat ditangani secara efektif dan efisien serta
pemberian efek jera kepada pelakunya. Setidaknya didalam paying hukum memuat hal-hal
seperti berikut :
1. Menyetop pengeluaran izin baru bagi konversi lahan, utamanya pada kawasan yang
memiliki tutupan hutan.
2. Mengeluarkan peraturan perundangan yang melarang dengan tegas dan memuat
sanksi baik terhadap perusahaan yang menggunakan metode bakar, maupun yang
konsesinya terbakar.
3. Mencabut seluruh izin usaha bagi perusahaan-perusahaan yang menggunakan metode
bakar dalam proses land clearing.
4. Memberlakukan hukuman bagi PENJAHAT LINGKUNGAN dengan proporsional
5. Menyusun Pedoman Pembukaan Lahan Tanpa Bakar yang sifatnya tegas, jelas dan
mudah dipahami oleh masyarakat awam sekalipun
6. Memberlakukan insentif ekonomi sebagai ransangan kepada perusahaan yang
melakukan land clearing tanpa metode bakar.
(Ada yang lebih penting dari sekedar melakukan pekerjaan dengan baik, yaitu bekerja dengan sikap
mulia)
PENUTUP
Pagar yang paling aman ialah ketika hutan menghijau mengelilingi kita
SAVE FOREST INDONESIA TO SAVE GENERATION
www.100persenindonesia.org
.
Referensi
UU Indonesia nomor 18 tahun 2013 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan.
WAHLI. Kebakaran Hutan
www. Ekosistem-ekologi.blogspot.com Penyebab dan dampak kebakaran hutan di Indonesia
www.greanpeace.org Melindungi Hutan Indonesia
WWF Indonesia. Forest and land fires
www.wikipedia.com Kebakaran Hutan
By : Marchel Monoarfa
Mahasiswa Institut Sains & Teknologi Akprind Yogyakarta

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Kertas Posisi Bencana Ekologis Riau
Kertas Posisi Bencana Ekologis RiauKertas Posisi Bencana Ekologis Riau
Kertas Posisi Bencana Ekologis Riau
People Power
 
Makalah+etika+illegal+logging
Makalah+etika+illegal+loggingMakalah+etika+illegal+logging
Makalah+etika+illegal+logging
Aba Abdillah
 

Was ist angesagt? (18)

Pencemaran Hutan dan Gunung Meletus
Pencemaran Hutan dan Gunung MeletusPencemaran Hutan dan Gunung Meletus
Pencemaran Hutan dan Gunung Meletus
 
ANALISIS VEGETASI HUTAN MANGROVE KAWASAN MANDEH, PESISIR SELATAN
ANALISIS VEGETASI HUTAN MANGROVE KAWASAN MANDEH, PESISIR SELATANANALISIS VEGETASI HUTAN MANGROVE KAWASAN MANDEH, PESISIR SELATAN
ANALISIS VEGETASI HUTAN MANGROVE KAWASAN MANDEH, PESISIR SELATAN
 
MENUNTASKAN MASALAH KERUSAKAN HUTAN DI INDONESIA
MENUNTASKAN MASALAH KERUSAKAN HUTAN DI INDONESIAMENUNTASKAN MASALAH KERUSAKAN HUTAN DI INDONESIA
MENUNTASKAN MASALAH KERUSAKAN HUTAN DI INDONESIA
 
Kertas Posisi Bencana Ekologis Riau
Kertas Posisi Bencana Ekologis  RiauKertas Posisi Bencana Ekologis  Riau
Kertas Posisi Bencana Ekologis Riau
 
Kertas Posisi Bencana Ekologis Riau
Kertas Posisi Bencana Ekologis RiauKertas Posisi Bencana Ekologis Riau
Kertas Posisi Bencana Ekologis Riau
 
Ekosistem terancam
Ekosistem terancam Ekosistem terancam
Ekosistem terancam
 
Makalah+etika+illegal+logging
Makalah+etika+illegal+loggingMakalah+etika+illegal+logging
Makalah+etika+illegal+logging
 
Kerusakan hutan
Kerusakan hutanKerusakan hutan
Kerusakan hutan
 
Sumber daya hutan
Sumber daya hutanSumber daya hutan
Sumber daya hutan
 
Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut serta Kabut Asap Sept'15
Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut serta Kabut Asap Sept'15Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut serta Kabut Asap Sept'15
Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut serta Kabut Asap Sept'15
 
Terjemahan bab 7 forest hidrologi Karakteristik Hutan
Terjemahan bab 7 forest hidrologi Karakteristik HutanTerjemahan bab 7 forest hidrologi Karakteristik Hutan
Terjemahan bab 7 forest hidrologi Karakteristik Hutan
 
Pembahasan Tugas 3.5
Pembahasan Tugas 3.5Pembahasan Tugas 3.5
Pembahasan Tugas 3.5
 
Penebangan hutan
Penebangan hutanPenebangan hutan
Penebangan hutan
 
Case study restorasi-hutan-aceh
Case study restorasi-hutan-acehCase study restorasi-hutan-aceh
Case study restorasi-hutan-aceh
 
Makalah MPKT B - Peran Masyarakat dalam Pelestarian Lahan Gambut
Makalah MPKT B - Peran Masyarakat dalam Pelestarian Lahan GambutMakalah MPKT B - Peran Masyarakat dalam Pelestarian Lahan Gambut
Makalah MPKT B - Peran Masyarakat dalam Pelestarian Lahan Gambut
 
Chapter ii
Chapter iiChapter ii
Chapter ii
 
Ilmu kealaman dasar power point
Ilmu kealaman dasar power pointIlmu kealaman dasar power point
Ilmu kealaman dasar power point
 
Penebangan hutan
Penebangan hutanPenebangan hutan
Penebangan hutan
 

Andere mochten auch

P point nellydiplomadovirtual
P point nellydiplomadovirtualP point nellydiplomadovirtual
P point nellydiplomadovirtual
tenologicas
 
La selección del personal
La selección del personalLa selección del personal
La selección del personal
ivcpd
 
MAE 188 FWM Team B Final Binder
MAE 188 FWM Team B Final BinderMAE 188 FWM Team B Final Binder
MAE 188 FWM Team B Final Binder
Brian Pham
 
Parents EYFS information
Parents EYFS informationParents EYFS information
Parents EYFS information
wazimba
 

Andere mochten auch (16)

Higiene
HigieneHigiene
Higiene
 
FableVision eGaming & Learning
FableVision eGaming & LearningFableVision eGaming & Learning
FableVision eGaming & Learning
 
5
55
5
 
Presentation1.PPTX
Presentation1.PPTXPresentation1.PPTX
Presentation1.PPTX
 
Embodyproject東京造形大学報告201403
Embodyproject東京造形大学報告201403Embodyproject東京造形大学報告201403
Embodyproject東京造形大学報告201403
 
Practica 3
Practica 3Practica 3
Practica 3
 
P point nellydiplomadovirtual
P point nellydiplomadovirtualP point nellydiplomadovirtual
P point nellydiplomadovirtual
 
No portugal
No portugalNo portugal
No portugal
 
La selección del personal
La selección del personalLa selección del personal
La selección del personal
 
MAE 188 FWM Team B Final Binder
MAE 188 FWM Team B Final BinderMAE 188 FWM Team B Final Binder
MAE 188 FWM Team B Final Binder
 
El matrimonio
El matrimonioEl matrimonio
El matrimonio
 
Multi_Vdd_IEEE_Paper
Multi_Vdd_IEEE_PaperMulti_Vdd_IEEE_Paper
Multi_Vdd_IEEE_Paper
 
Parents EYFS information
Parents EYFS informationParents EYFS information
Parents EYFS information
 
E-Myth Revisited
E-Myth RevisitedE-Myth Revisited
E-Myth Revisited
 
Thumbelina
ThumbelinaThumbelina
Thumbelina
 
How To Brand Your Cake Business With Social Media
How To Brand Your Cake Business With Social MediaHow To Brand Your Cake Business With Social Media
How To Brand Your Cake Business With Social Media
 

Ähnlich wie Stop Pembakaran Hutan green peace

Makalah pelestarian lingkungan yang telah rusak
Makalah pelestarian lingkungan yang telah rusakMakalah pelestarian lingkungan yang telah rusak
Makalah pelestarian lingkungan yang telah rusak
Operator Warnet Vast Raha
 
Kebakaran Hutan Dari Walhi Riau
Kebakaran Hutan Dari Walhi RiauKebakaran Hutan Dari Walhi Riau
Kebakaran Hutan Dari Walhi Riau
People Power
 
Kebakaran Hutan Kalimantan Barat Yang Mengakibatkan Terjadinya Kabut Asap Eks...
Kebakaran Hutan Kalimantan Barat Yang Mengakibatkan Terjadinya Kabut Asap Eks...Kebakaran Hutan Kalimantan Barat Yang Mengakibatkan Terjadinya Kabut Asap Eks...
Kebakaran Hutan Kalimantan Barat Yang Mengakibatkan Terjadinya Kabut Asap Eks...
NurliaKandaRamadhani1
 

Ähnlich wie Stop Pembakaran Hutan green peace (20)

Makalah upaya pelestarian hutan
Makalah upaya pelestarian hutanMakalah upaya pelestarian hutan
Makalah upaya pelestarian hutan
 
Makalah pelestarian lingkungan yang telah rusak
Makalah pelestarian lingkungan yang telah rusakMakalah pelestarian lingkungan yang telah rusak
Makalah pelestarian lingkungan yang telah rusak
 
Pencemaran hutan dan gunung meletus
Pencemaran hutan dan gunung meletusPencemaran hutan dan gunung meletus
Pencemaran hutan dan gunung meletus
 
Akibat Konversi hutan
Akibat Konversi hutanAkibat Konversi hutan
Akibat Konversi hutan
 
Makalah pelestarian lingkungan yang telah rusak
Makalah pelestarian lingkungan yang telah rusakMakalah pelestarian lingkungan yang telah rusak
Makalah pelestarian lingkungan yang telah rusak
 
Konversi hutan 2
Konversi hutan 2Konversi hutan 2
Konversi hutan 2
 
Kerusakan hutan.ppt
Kerusakan hutan.pptKerusakan hutan.ppt
Kerusakan hutan.ppt
 
Kerusakan hutan.ppt
Kerusakan hutan.pptKerusakan hutan.ppt
Kerusakan hutan.ppt
 
Power Point Kebakaran Hutan
Power Point Kebakaran HutanPower Point Kebakaran Hutan
Power Point Kebakaran Hutan
 
Rahthino Giovanni - Akibat Konversi Hutan [41615110071]
Rahthino Giovanni - Akibat Konversi Hutan [41615110071]Rahthino Giovanni - Akibat Konversi Hutan [41615110071]
Rahthino Giovanni - Akibat Konversi Hutan [41615110071]
 
Kebakaran Hutan
Kebakaran HutanKebakaran Hutan
Kebakaran Hutan
 
Kimia akibat konversi hutan
Kimia   akibat konversi hutanKimia   akibat konversi hutan
Kimia akibat konversi hutan
 
Kebakaran Hutan Dari Walhi Riau
Kebakaran Hutan Dari Walhi RiauKebakaran Hutan Dari Walhi Riau
Kebakaran Hutan Dari Walhi Riau
 
Ppt semnas uty zahra hanny 2019
Ppt semnas uty zahra hanny 2019Ppt semnas uty zahra hanny 2019
Ppt semnas uty zahra hanny 2019
 
Ppt semnas uty zahra hanny 2019
Ppt semnas uty zahra hanny 2019Ppt semnas uty zahra hanny 2019
Ppt semnas uty zahra hanny 2019
 
Kebakaran Hutan Kalimantan Barat Yang Mengakibatkan Terjadinya Kabut Asap Eks...
Kebakaran Hutan Kalimantan Barat Yang Mengakibatkan Terjadinya Kabut Asap Eks...Kebakaran Hutan Kalimantan Barat Yang Mengakibatkan Terjadinya Kabut Asap Eks...
Kebakaran Hutan Kalimantan Barat Yang Mengakibatkan Terjadinya Kabut Asap Eks...
 
Makalah masalah lingkungan hidup
Makalah masalah lingkungan hidupMakalah masalah lingkungan hidup
Makalah masalah lingkungan hidup
 
Kerusakan lingkungan hidup (etika profesi)
Kerusakan lingkungan hidup (etika profesi)Kerusakan lingkungan hidup (etika profesi)
Kerusakan lingkungan hidup (etika profesi)
 
KEBAKARAN HUTAN.pptx
KEBAKARAN HUTAN.pptxKEBAKARAN HUTAN.pptx
KEBAKARAN HUTAN.pptx
 
Jenis - Jenis Perubahan Hutan (Pengetahuan Lingkungan) by Muhammad Kennedy
Jenis - Jenis Perubahan Hutan (Pengetahuan Lingkungan) by Muhammad KennedyJenis - Jenis Perubahan Hutan (Pengetahuan Lingkungan) by Muhammad Kennedy
Jenis - Jenis Perubahan Hutan (Pengetahuan Lingkungan) by Muhammad Kennedy
 

Mehr von Marchel monoarfa

PENGGUNAAN METODE THE LOOK AHEAD VSP SURVEY” UNTUK PENCITRAAN TARGET FORMA...
PENGGUNAAN METODE THE LOOK AHEAD VSP SURVEY”   UNTUK PENCITRAAN TARGET FORMA...PENGGUNAAN METODE THE LOOK AHEAD VSP SURVEY”   UNTUK PENCITRAAN TARGET FORMA...
PENGGUNAAN METODE THE LOOK AHEAD VSP SURVEY” UNTUK PENCITRAAN TARGET FORMA...
Marchel monoarfa
 

Mehr von Marchel monoarfa (11)

Zoning dan informasi penggunaan tanah
Zoning dan informasi penggunaan tanahZoning dan informasi penggunaan tanah
Zoning dan informasi penggunaan tanah
 
FOSIL OSTRACODA
FOSIL OSTRACODAFOSIL OSTRACODA
FOSIL OSTRACODA
 
Zaman kapur
Zaman kapurZaman kapur
Zaman kapur
 
PENGGUNAAN METODE THE LOOK AHEAD VSP SURVEY” UNTUK PENCITRAAN TARGET FORMA...
PENGGUNAAN METODE THE LOOK AHEAD VSP SURVEY”   UNTUK PENCITRAAN TARGET FORMA...PENGGUNAAN METODE THE LOOK AHEAD VSP SURVEY”   UNTUK PENCITRAAN TARGET FORMA...
PENGGUNAAN METODE THE LOOK AHEAD VSP SURVEY” UNTUK PENCITRAAN TARGET FORMA...
 
Sifat fisik mineral
Sifat fisik mineralSifat fisik mineral
Sifat fisik mineral
 
Phylum chordata
Phylum chordataPhylum chordata
Phylum chordata
 
Struktur komunitas Foraminifera bentik resen dalam sedimen dasar laut pra-pas...
Struktur komunitas Foraminifera bentik resen dalam sedimen dasar laut pra-pas...Struktur komunitas Foraminifera bentik resen dalam sedimen dasar laut pra-pas...
Struktur komunitas Foraminifera bentik resen dalam sedimen dasar laut pra-pas...
 
An introduction to ocean remote sensing (2nd ed.) [s. martin, 2014]
An introduction to ocean remote sensing (2nd ed.) [s. martin, 2014]An introduction to ocean remote sensing (2nd ed.) [s. martin, 2014]
An introduction to ocean remote sensing (2nd ed.) [s. martin, 2014]
 
Banjir jakarta 2014
Banjir jakarta 2014 Banjir jakarta 2014
Banjir jakarta 2014
 
Amdal Pertambangan Pertambangan Pasir SIRTU
 Amdal Pertambangan Pertambangan Pasir SIRTU Amdal Pertambangan Pertambangan Pasir SIRTU
Amdal Pertambangan Pertambangan Pasir SIRTU
 
Surpac untuk Aplikasi Geologi
Surpac untuk  Aplikasi GeologiSurpac untuk  Aplikasi Geologi
Surpac untuk Aplikasi Geologi
 

Stop Pembakaran Hutan green peace

  • 1. MENGEJAR API, MELAWAN ASAP: STOP KEBAKARAN HUTAN SEKARANG! Saat kita diam dan membiarkan kejahatan terjadi di depan mata kita, secara tidak langung kita menyetujuinya (Sumber : Greenpeace, 2014) PENDAHULUAN Di seluruh dunia, hutan-hutan alami sedang dalam krisis. Tumbuhan dan binatang yang hidup didalamnya terancam punah. Dan banyak manusia dan kebudayaan yang menggantungkan hidupnya dari hutan juga sedang terancam. Tapi tidak semuanya merupakan kabar buruk. Masih ada harapan untuk menyelamatkan hutan-hutan tersebut dan menyelamatkan mereka yang hidup dari hutan. Hutan purba dunia sangat beragam. Hutan-hutan ini meliputi hutan boreal-jenis hutan pinus yang ada di Amerika Utara, hutan hujan tropis, hutan sub tropis dan hutan magrove. Hutan-hutan itu dapat menjaga sistem lingkungan yang penting bagi kehidupan di bumi. Mereka mempengaruhi cuaca dengan mengontrol curah hujan dan penguapan air dari tanah. Mereka juga
  • 2. membantu menstabilkan iklim dunia dengan menyimpan karbon dalam jumlah besar yang jika tidak tersimpan akan berkontribusi pada perubahan iklim. Hutan-hutan purba itu adalah rumah bagi jutaan orang rimba yang untuk bertahan hidup bergantung dari hutan-baik secara fisik maupun spiritual. Hutan-hutan tersebut juga merupakan rumah bagi duapertiga dari spesies tanaman dan binatang di dunia. Yang berarti ratusan ribu tanaman dan pohon yang berbeda jenis dan jutaan serangga-masa depan yang juga bergantung pada hutan-hutan purba. Hutan-hutan purba yang menakjubkan ini berada dalam ancaman. Di Brazil saja, lebih dari 87 kebudayaan manusia telah hilang; pada 10 hingga 20 tahun kedepan dunia nampaknya akan kehilangan ribuan spesies tanaman dan binatang. Tapi ada kesempatan terakhir untuk menyelamatkan hutan- hutan ini dan orang-orang serta spesies yang tergantung padanya. Indonesia merupakan salah satu Negara tropis yang memiliki wilayah hutan terluas kedua di dunia. Keberadaan hutan ini tentunya merupakan berkah tersebdiri. Hutan merupakan ekosistem alamiah yang keanekaragaman hayatinya sangat tinggi. Keberadaan hutan di Indonesia sangat penting tak hanya untuk bangsa Indonesia tetapi juga bagi semua makhluk hidup di bumi. Hutan di Indonesia sering dijuluki sebagai paru-paru dunia. Hal ini wajar mengingat jumlah pepohonan yang ada di dalam kawasan hutan ini bisa mendaur ulang udara dan menghasilkan lingkungan yang lebih sehat bagi manusia. Sayangnya, akhir-akhir ini kebakaran hutan di Indonesia semakin sering terjadi. Penyebabnya bisa beragam yang dibagi ke dalam dua kelompok utama, alam dan campur tangan manusia. Menurut data statistik, kebakaran hutan di Indonesia sebanyak 90 % disebabkan oleh manusian dan selebihnya adalah kehendak alam. MUSIM PEMBAKARAN HUTAN Kita semua sadar bahwa pembakaran hutan dan lahan adalah menu tahunan industri kehutanan dan perkebunan di Indonesia. Disebut pembakaran, bukan kebakaran, karena lebih banyak ditemukan unsur kesengajaannya. Hutan Indonesia masuk dalam kategori hutan hujan basah yang tidak memungkinkan bagi hutan terbakar dengan sendirinya. Dalam banyak kasus, kawasan yang terbakar adalah kawasan yang telah dibersihkan (landclearing) sebagai proses persiapan pembangunan perkebunan. Api yang tidak terkendali kemudian memasuki hutan skunder yang memiliki vegetasi kurang dari 20 m3 /ha. Dengan tipe hutan yang kita miliki pula, serasah yang muncul jauh lebih sedikit dibanding tipe hutan seperti Eropa dan Amerika.
  • 3. Munculnya serasah disebabkan semakin luasnya tutupan hutan alam yang terbuka akibat penebangan yang merusak. Kebakaran hutan tidak akan mungkin terjadi bila tidak dipantik oleh api diatas serasah. Pembakaran hutan sendiri merupakan buah dari kesalahan kebijakan dan pengelolaan hutan dan lahan di Indonesia. Dosa turunan ini dimulai sejak 1980 an, ketika industri perkebunan mulai menggeliat dan mulai mempraktekkan budaya tebang, imbas dan bakar, yang akhirnya menjadi ritme keseharian industri kehutanan dan perkebunan di Indonesia, dan menjadikan asap sebagai menu tahunan masyarakat. Bila ditarik benang merah, pembakaran hutan dan lahan adalah sebuah symptom dari memburuknya kesehatan hutan alam akibat eksploitasi hutan secara masif sejak 1970 an. Blunder pengelolaan hutan inilah yang menjadi penyebab utama rusaknya hutan alam yang ada disamping sebagai penyebab utama kebakaran hutan dan lahan. Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memperkirakan area yang terbakar di Riau meliputi sekitar 2.398 hektar kawasan konservasi yang terdiri atas 922,5 hektar Suaka Margasatwa Giam Siak Kecil, 373 hektar Suaka Margasatwa Kerumutan, 80,5 hektar Taman Wisata Alam Sungai Dumai, 95 hektar Taman Nasional Tesso Nilo, 9 hektar Cagar Alam Bukit Bungkuk, dan 867,5 hektar area penggunaan non-kawasan hutan terbakar. Sebanyak 75 persen titik kebakaran terjadi di lahan gambut dan hal tersebut berhubungan dengan keringnya udara di Riau yang berpotensi menyebabkan titik api yang sebelumnya sudah mengecil di bawah gambut kembali terbakar. Ada yang berkata hal itu disebabkan karena gejala el nino. El Nino memang berhubungan dengan kekeringan dan kebakaran hutan. Namun patut digaris bawahi bahwa el Nino bukan penyebab kebakaran hutan melainkan necessary condition terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Patut digarisbawahi pula bahwa upaya menyalahkan perladangan tradisional gilir balik adalah sangat tidak beralasan sama sekali. Hal ini bisa kita lihat dan pahami bahwa kegiatan tradisional tersebut telah lama diakukan oleh masyarakat namun belum pernah terjadi seperti ini. Meskipun pada masa itu juga telah terjadi el Nino. Sejak tahun 2001 hingga Mei 2006 diketahui bahwa kebakaran pada lahan-lahan milik masyarakat hanya mencapai 18,1 persen dari total keseluruhan wilayah yang terbakar. Dari angka itu, kurang separuhnya terjadi pada lahan-lahan pertanian milik masyarakat yang menerapkan sistem rotasi pertaniannya. Sisanya lagi di kawasan-kawasan eks HPH yang ditinggalkan begitu saja oleh pemiliknya kemudian digunakan oleh masyarakat.
  • 4. Bukti-bukti bahwa konsesi perkebunan dibersihkan dengan cara bakar sebetulnya sudah bisa dilihat indikasinya di lapangan. Tanpa harus menemukan sekaleng bensin dan sebatang korek api, tumpukan kayu yang disusun berjalur-jalur sebetulnya sudah mengindikasikan bahwa kawasan tersebut sedang dalam persiapan pembersihan lahan dengan metode bakar. Metode ini paling sering digunakan oleh perusahaan untuk mendapatkan hasil yang efektif dan juga sebagai salah satu upaya meminimalisir penyebaran api yang lebih luas. Kasus di atas hanyalah cuplikan dari permasalahan berkepanjangan kebakaran hutan dan lahan di Indonesia yang terjadi hampir setiap tahun dalam satu dekade terakhir. Kebakaran hutan dan lahan paling banyak disebabkan oleh perilaku manusia, baik disengaja maupun akibat kelalaian mereka. Hanya sebagian kecil saja yang disebabkan oleh alam (petir atau lava gunung berapi). Penyebab kebakaran oleh manusia dapat dirinci sebagai berikut: 1. Konversi lahan, yang disebabkan oleh kegiatan penyiapan (pembakaran) lahan untuk pertanian, industri, pembuatan jalan, jembatan, bangunan, dan lain-lain. 2. Pembakaran vegetasi, yang disebabkan oleh kegiatan pembakaran vegetasi yang disengaja namun tidak terkendali sehingga terjadi api lompat, misalnya pembukaan hutan tanaman industri (HTI) dan perkebunan, atau penyiapan lahan oleh masyarakat. 3. Pemanfaatan sumber daya alam, yang disebabkan oleh aktivitas seperti pembakaran semak-belukar dan aktivitas memasak oleh para penebang liar atau pencari ikan di dalam hutan; 4. Pemanfaatan lahan gambut, yang disebabkan oleh aktivitas pembuatan kanal atau saluran tanpa dilengkapi dengan pintu kontrol yang memadai air sehingga menyebabkan gambut menjadi kering dan mudah terbakar; 5. Sengketa lahan, yang disebabkan oleh upaya masyarakat lokal untuk memperoleh kembali hak-hak mereka atas lahan atau aktivitas penjarahan lahan yang sering diwarnai dengan pembakaran. DAMPAK & PANANGULANGAN PEMBAKARAN/ KEBAKARAN HUTAN Dampak 1.Emisi gas karbon ke atmosfer sehingga meningkatkan pemanasan global; 2.Hilangnya habitat bagi satwa liar sehingga terjadi ketidakseimbangan ekosistem 3.Hilangnya pepohonan yang merupakan penghasil oksigen serta penyerap air hujan
  • 5. sehingga terjadi bencana banjir, longsor, dan kekeringan; 4. Hilangnya bahan baku industri yang akan berpengaruh pada perekonomian 5. Berkurangnya luasan hutan yang akan berpengaruh pada iklim mikro (cuaca cenderung panas) 6. Polusi asap sehingga mengganggu aktivitas masyarakat dan menimbulkan berbagai penyakit pernafasan; dan 7. Penurunan jumlah wisatawan Penangulangan Sebelum Terjadi Kebakaran Berikut ini beberapa hal penting yang harus dilakukan: 1. Membuat menara pengamat yang tinggi berikut alat telekomunikasi. 2. Melakukan patroli keliling hutan secara rutin untuk mengatasi kemungkinan kebakaran. 3. Menyediakan sistem transportasi mobil pemadam kebakaran yang siap digunakan. 4. Melakukan pemotretan citra secara berkala, terutama di musim kemarau untuk memantau wilayah hutan dnegan titik api cukup tinggi yang merupakan rawan kebakaran. Penangulangan Pada Saat Terjadi Kebakaran Hutan 1. Melakukan penyemprotan air secara langsung apabila kebakaran hutan bersekala kecil. 2. Melakukan penyemprotan air secara merata dari udara dengna menggunakan helikopter atau pesawat udara. 3. Membuat hujan buatan, dengan teknologi modifikasi cuaca. PENEGAKAN KEBIJAKAN HUKUM Instrumen Hukum Internasional 1. The Geneva Convention on The Long-Range Transboundary Air Pollutan, 1979 (Konvensi Geneva 1979) : pasal 2 menyebutkan bawa mewajibkan Negara-negara peserta konvensi untuk berusaha menekan serendah mungkin, secara bertahap mengurangi dan mencegah pencemaran udara termasuk pencemaran udara lintas batas. 2. Asean Agreement on The Conservation of Nature and Natural Resources, 1985 (ASEAN ACNN) : selain kerangka hukum kerjasama bidang konservasi alam dan
  • 6. sumber daya alam tetapi memuat juga kewajiban negara-negara ASEAN untuk mencegah kebakaran hutan sebagaimana yang tercermin dalam pasal 6 ayat (1) dan 3. Resolusi Singapore 1992 : Menegaskan dan memperkuat kerjasama dibidang bencana alam, pencemaran udara dan air lintas batas, tumpahan minyak, pembuangan limbah berbahaya dan kebakaran hutan. 4. Resolusi Bandar`Seri Begawan, 1994 : Rencana Aksi Strategis ASEAN tentang Lingkungan Hidup 5. ASEAN Cooperation Plan on Transboundary Pollutan, 1995 (ASEAN CPTP) : memuat 3 program dan salah satunya mengenai pencemaran udara lintas batas. Pearturan Perundang-undangan Indonesia nomor 18 tahun 2013 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan. 1. Pasal 1 point 3, Perusakan hutan adalah proses, cara, atau perbuatan merusak hutan melalui kegiatan pembalakan liar, penggunaan kawasan hutan tanpa izin atau penggunaan izin yang bertentangan dengan maksud dan tujuan pemberian izin di dalam kawasan hutan yang telah ditetapkan, yang telah ditunjuk, ataupun yang sedang diproses penetapannya oleh Pemerintah. 2. Pasal 3a. menjamin kepastian hukum dan memberikan efek jera bagi pelaku perusakan hutan; 3. Pasal 3b. menjamin keberadaan hutan secara berkelanjutan dengan tetap menjaga kelestarian dan tidak merusak lingkungan serta ekosistem sekitarnya. 4. Pasal 58 (1) Masyarakat berhak atas: a. lingkungan hidup yang baik dan sehat, termasuk kualitas lingkungan hidup yang dihasilkan oleh hutan. Berdasarkan pemikiran sebagaimana diuraikan di atas, upaya pemberantasan perusakan hutan melalui undang-undang tersebut harus dilaksanakan dengan mengedepankan asas keadilan dan kepastian hukum, keberlanjutan, tanggung jawab negara, partisipasi masyarakat, tanggung gugat, prioritas, serta keterpaduan dan koordinasi. Selanjutnya, pembentukan undang-undang tersebut selain memiliki aspek represif juga harus mempertimbangkan aspek restoratif, yang bertujuan untuk: a. memberikan payung hukum yang lebih tegas dan lengkap bagi aparat penegak hukum
  • 7. untuk melakukan pemberantasan perusakan hutan sehingga mampu memberi efek jera bagi pelakunya; b. meningkatkan kemampuan dan koordinasi aparat penegak hukum dan pihak-pihak terkait melalui lembaga pencegahan dan pemberantasan perusakan hutan dalam upaya pemberantasan perusakan hutan. c. meningkatkan peran masyarakat dalam menjaga kelestarian hutan terutama sebagai bentuk kontrol sosial pelaksanaan pemberantasan perusakan hutan; d. mengembangkan kerja sama internasional dalam rangka pemberantasan perusakan hutan secara bilateral, regional, ataupun multilateral; dan e. menjamin keberadaan hutan secara berkelanjutan dengan tetap menjaga kelestarian dan tidak merusak lingkungan serta ekosistem sekitarnya guna mewujudkan masyarakat sejahtera HIMBAUAN UNTUK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Terkait kebakaran hutan dan lahan akibat sengketa lahan, reformasi kebijakan pengelolaan hutan dan lahan sangat diperlukan. Pengkajian ulang izin pemanfaatan hutan dan lahan yang tumpang tindih harus segera dilakukan, terutama pada lahan-lahan yang bertumpang tindih dengan tanah ulayat masyarakat adat. Selama sengketa lahan belum terselesaikan, kemungkinan terjadinya kebakaran hutan dan lahan akan terus berulang dan juga peraturan perundang-undangan yang ada belum secara tegas mengatur tindak pidana perusakan hutan yang dilakukan secara terorganisasi. Oleh karena itu, diperlukan payung hukum dalam bentuk undang- undang agar perusakan hutan terorganisasi dapat ditangani secara efektif dan efisien serta pemberian efek jera kepada pelakunya. Setidaknya didalam paying hukum memuat hal-hal seperti berikut : 1. Menyetop pengeluaran izin baru bagi konversi lahan, utamanya pada kawasan yang memiliki tutupan hutan. 2. Mengeluarkan peraturan perundangan yang melarang dengan tegas dan memuat sanksi baik terhadap perusahaan yang menggunakan metode bakar, maupun yang konsesinya terbakar. 3. Mencabut seluruh izin usaha bagi perusahaan-perusahaan yang menggunakan metode bakar dalam proses land clearing.
  • 8. 4. Memberlakukan hukuman bagi PENJAHAT LINGKUNGAN dengan proporsional 5. Menyusun Pedoman Pembukaan Lahan Tanpa Bakar yang sifatnya tegas, jelas dan mudah dipahami oleh masyarakat awam sekalipun 6. Memberlakukan insentif ekonomi sebagai ransangan kepada perusahaan yang melakukan land clearing tanpa metode bakar. (Ada yang lebih penting dari sekedar melakukan pekerjaan dengan baik, yaitu bekerja dengan sikap mulia) PENUTUP Pagar yang paling aman ialah ketika hutan menghijau mengelilingi kita SAVE FOREST INDONESIA TO SAVE GENERATION www.100persenindonesia.org . Referensi UU Indonesia nomor 18 tahun 2013 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan. WAHLI. Kebakaran Hutan www. Ekosistem-ekologi.blogspot.com Penyebab dan dampak kebakaran hutan di Indonesia www.greanpeace.org Melindungi Hutan Indonesia WWF Indonesia. Forest and land fires www.wikipedia.com Kebakaran Hutan By : Marchel Monoarfa Mahasiswa Institut Sains & Teknologi Akprind Yogyakarta