Teks tersebut membahas tentang pentingnya disiplin dalam pendidikan. Disiplin diperlukan untuk mengatur kegiatan belajar mengajar agar berjalan dengan baik. Guru memiliki peran penting dalam menerapkan disiplin karena bertindak sebagai teladan bagi siswa. Hukuman dapat diberikan untuk meningkatkan kedisiplinan, namun lebih diutamakan pendekatan yang bersifat mendidik.
1. DISILPIN DALAM PERSFEKTIF PENDIDIKAN
Oleh
Drs. Abdul Manaf, M. Pd
Dosen STI Tarbiyah Al-Hilal Sigli
A. Pengertian
Disiplin merupakan suatu konsep yang menuntut adanya kepatuhan terhadap
peraturan atau ketentuan-ketentuan yang berlaku guna mengatur suatu keadaan agar
tertib. Disiplin dalam pendidikan tidak sama makna dengan disiplin dalam bidang
lain terutama dalam pelaksanaannya karena dalam disiplin pada dunia pendidikan
khususnya dalam belajar selalu mentaati tata tertib. Titik berat disiplin dalam dunia
pendidikan khususnya dalam kegiatan belajar mengajar adalah pembinaan, begitu
pula halnya dalam beribadah kepada Allah SWT menuntut kita untuk disiplin dalam
melaksanakan ibadah kepada-Nya. Setiap bentuk kegiatan memerlukan tata tertib dan
kedisiplinan supaya kegiatan yang direncanakan dapat terlaksna dan berjalan dengan
baik dan benar dalam rangka mewujudkan Visi, misi, tujuan dan sasaran
sebagaimana yang telah dirumuskan. Jadi yang di maksud dengan disiplin adalah
kepatuhan seseorang dalam melaksanakan dan menjalankan kegiatan sesuai dengan
aturan, norma, etika dan tata tertib yang ada.
Dalam hal ini, Mulyasa menawarkan definisi disiplin adalah suatu keadaan tertip
ketika orang-orang yang tergabung dalam suatu sistim tunduk pada peraturan-
peraturan yang ada dengan senang hati.1
Lebih lanjut, Mulyasa memberikan
penekanan bahwa: disiplin dapat di katakan sebagai konsistensi dan konsekwensi
seseorang terhadap suatu hubungan dengan tujuan yang akan di capai pada waktu
proses pelaksanaan atau kegiatan-kegiatan.2
Berdasarkan pendapat ahli di atas
bahwa disiplin dapat di artikan sebagai keadaan tertib, guru, kepala sekolah dan staf
serta anak didik/siswa yang tergabung dalam sekolah tunduk kepada sistim dan
peraturan yang berlaku dengan senang hati, oleh karena itu dalam upaya untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran siswa disekolah antara lain dapat di lakukan
dengan cara meningkat pembinaan disiplin di sekolah.
B. Urgensi disiplin dalam pendidikan.
Setiap bentuk kegiata memerlukan tata tertib dan kedisiplinan supaya kegiatan
itu terlaksana dengan baik dan benar-benar sempurna sebagaimana yang di harapkan,
dengan demikian dapat dipahami bahwa disiplin adalah kepatuhan seseorang
terhadap aturan atau norma dalam melaksanakan semua kegiatan. Jadi Disiplin
merupakan suatu konsep yang menuntut adanya kepatuhan terhadap peraturan atau
ketentuan-ketentuan yang berlaku guna mengatur suatu keadaan agar menjadi tertib.
Disiplin dalam dunia pendidikan adalah menyangkut dengan situasi dan kondisi
belajar yang selalu mentaati tata tertib yang ada khususnya dalam kegiatan belajar
mengajar yang menitik beratkan kepada pembinaan. Anak didik/siswa adalah
manusia yang memiliki potensi akal untuk dijadikan kekuatan agar menjadi manusia
susila yang cakap. Oleh karena itu, guru sebagai pembimbing agar anak didik/siswa
1
E. Mulyasa, implementasi KTSP Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah, (Jakarta : Bumi
Aksara, 2009) hal. 193
2
Ibid, hal. 195
Page 1 dari 10
2. tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensinya. Dalam hal ini guru harus
memahami karakteristik anak didik yang sedang dibimbingnya. Pernyataan di atas
dipertegas oleh Sutari, dkk (Djamarah) bahwa: anak didik/siswa memiliki
karakteristik tertentu, nyakni (1) anak didik/siswa belum memiliki pribadi dewasa
susila sehingga masih menjadi tanggung jawab pendidik, (2) anak didik/siswa masih
menyempurnakan aspek tertentu dari kedewasaannya sehingga masih menjadi
tanggung jawab pendidik, (3) memiliki siaft-sifat dasar manusia yang sedang
berkembang secara terpadu yaitu kebutuhan biologis, rohani, sosial, intelegensi,
emosi, kemampuan berbicara, anggota tubuh untuk bekerja (kaki, tangan, jari), latar
belakang sosial, latar belakang biologis serta perbedaan individual.3
Misalnya
memahami tentang gaya dan kebiasaan belajarnya, memahami potensi dan bakatnya.
Dengan kata lain, guru sebagai pembimbing yaitu berkewajiban memberikan
bantuan kepada anak didik/siswa agar mereka mampu menemukan masalahnya
sendiri, memecahkan masalahnya sendiri, mengenal dirinya sendiri dan
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Pernyataan diatas diberi penekanan oleh
Oemar Hamalik bahwa: anak didik/siswa membutuhkan bantuan guru dalam hal
mengatasi kesulitan-kesulitan pribadi, kesulitan pendidikan, kesulitan memilih
pekerjaan, kesulitan dalam hubungan sosial dan interpersonal. Oleh karena itu, setiap
guru perlu memahami dengan baik tentang teknik bimbingan kelompok, penyuluhan
individual, teknik pengumpulan keterangan, teknik evaluasi, statistik penelitian,
psikologi kepribadian dan psikologi belajar. Namun demikian harus dipahami bahwa
pembimbing yang terdekat adalah guru. Karena anak didik/siswa menghadapi
masalah dimana guru tidak sanggup memberikan bantuan cara memecahkannya, baru
meminta bantuan kepada ahli bimbingan untuk memberikan bimbingan kepada anak
yang bersangkutan.4
Lebih lanjut dalam himpunan peraturan perundang-undangan
sistem pendidikan nasional dirumuskan bahwa; Pentingnya diterapkan disiplin di
sekolah adalah agar anak didik/siswa dapat memahami pengatahuan dan pengertian
sosial antara lain mengenai hal milik orang lain. Mengerti dan suka menurut dalam
menjalankan kewajibannya dan secara langsung mengerti larangannya, mengerti
tingkah laku yang baik dan yang buruk belajar mengendalikan keinginan dan berbuat
sesuatu tanpa rasa ancaman hukuman, meninggalkan kesenangan sendiri tanpa
mengharapkan imbalan apapun.5
Rumusan pendapat ahli di atas menjelaskan bahwa: disiplin di sekolah sangat
mutlak diperlukan untuk memperlancar kegiatan belajar mengajar sebagai alat dalam
menentukan tingkat prestasi belajar bagi anak didik/siswa yang berkeyakinan dan
ingin merobah tingkah lakunya dengan mematuhinya ketentuan dan peraturan yang
telah diterapkan di sekolah. Membicarakan masalah disiplin terhadap peserta didik
berarti membicarakan tentang perilaku mereka dalam beradaptasi dengan peraturan
sekolah, peserta didik disekolah mempunyai tugas dan kewajiban yang harus
dilaksanakan, tugas tersebut meliputi kegiatan intra kurikuler dan kegiatan ekstra
kurikuler, semua kegiatan tersebut harus dilaksanakannya dengan penuh disiplin.
3
Saiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak didik dalam interaksi Educatif, Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
hal . 52
4
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta; PT. Bumi Aksara, 2001, hal. 124
5
Himpunan Peraturan Perundang-undangan, Sistem Pendidikan Nasional, Bandung : Fokus Media,
2003 hal. 68
Page 2 dari 10
3. Penerapan disiplin disekolah/madrasah baik bagi anak didik/siswa maupun
komponen sekolah/madrasah lainya sudah barang tentu tidak terlepas dengan
memberlakukan penerapan sanksi/hukuman bagi yang melakukan pelanggaran
terhadap aturan, norma, dan etika yang berlaku dalam suatu lembaga pendidikan,
untuk menghindari kesalahan pemahaman terhadap hukuman, penulis menawarkan
pendapat Ahmat Tafsir bahwa Hukuman adalah suatu perbuatan yang kita lakukan
dengan sadar dan dengan sengaja untuk menimbulkan rasa tidak sedang terhadap
oarang yang secara terakhir yaitu bila mana sudah tidak ada jalan lain untuk
memelihara disiplin ketertiban dan semangat kerja.6
Lebih lanjut Abu Ahmadi
memberikan pengertian hukuman bahwa: sesuatu perbuatan, dimana kita secara
sadar, dan secara sengaja menjatuhkan nestapa kepada orang lain, baik dari segi
kejasmanian maupun dari segi kerohanian yang mempunyai kelemahan bila
dibandingkan dengan diri kita yang mempunyai tanggung jawab untuk membimbing
dan melindunginya.”7
Sesuai dengan pernyataan di atas, Nashih Ulwan membedakan
hukuman kepada dua bagian, yaitu hudud dan ta’zir, hudud yaitu hukuman yang
dikadarkan oleh syari’ah yang wajib dilaksanakan karena Allah, sedangkan Ta’zir
yaitu hukuman yang tidak ditentukan oleh Allah untuk setiap maksiat yang di
dalamnya tidak terdapat had atau kafarah.8
Ciri hukuman yang tepat untuk diterapkan
dalam dunia pendidikan adalah ta’zir, karena ciri hukuman yang dapat dijadikan
sebagai alat dalam dunia pendidikan untuk meningkatkan ketertiban dan kedisiplinan
dilingkungan pendidikan.
Adapun tujuan utama penerapan hukuman kepada seseorang atau kelompok
yaitu seseorang atau kelompok yang melakukan pelanggaran atau melakukan
kesalahan yang berupa kegiatan atau perbuatan untuk membuat jera, sedangkan
penerapan hukuman dalam konteks kriminalitas bertujuan untuk membasmi
kejahatan, meniadakan kejahatan, melindungi masyarakat dari perbuatan yang tidak
wajar, menakuti sipelanggar, sedangkan penerapan hukuman/ganjaran dalam dunia
pendidikan lebih dititik beratkan kepada hukuman/ganjaran yang bersifat mendidik,
baik dalam bentuk hukuman/ganjaran fisik maupun dalam bentuk mental sesuai
dengan itensitas pelanggaran yang dilakukan oleh warga pendidikan itu sendiri.
Untuk tercapainya tujuan penerapan hukuman, diperlukan strategi/metode, hal ini
sesuai dengan pendapat Muhammad Quthb, bahwa, Islam menjalankan seluruh
teknik pendidikan, tidak membiarkan satu jendela pun yang tidak dimasuki untuk
sampai kedalam jiwa, yaitu dengan menggunakan contoh teladan, nasehat, ancaman
dan ganjaran, disamping itu juga dengan cara menakut-nakuti dan memberi ancaman
dengan berbagai tingkatan, dari ancaman sampai kepada pelaksanaan ancaman itu
sendiri.9
Islam tidak membiarkan pelaksanaan sistim pendidikan secara kekerasan
karena dengan sistim tersebut tidak akan terjadi perubahan peserta didik kearah yang
lebih baik, oleh karena itu Pendidikan Islam lebih mengutamakan ketauladanan, dan
6
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung : Remaja Rosda Karya 2005,
hal. 186
7
Abu Ahmadi, Ilmu Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta. Tahun 1991 hal. 150
8
Abdullah Nashih ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, Asy-Syifa’ Semarang, 1993.
hal.151
9
9. Muhammad Quthb, Sistem Pendidikan Islam, PT. Alma’arif Bandung, Cet.III, Tahun 1993, hal
343.
Page 3 dari 10
4. nasehat serta memberikan hadiah dan ganjaran yang sesuai dengan prilaku peserta
didik.
C. Guru sebagai model dalam pendidikan
Dalam pembelajaran, guru dihadapkan dengan anak didik/siswa yang berbagai
macam latar belakang kebiasaan, sikap dan potensi, semua prilaku yang muncul
dipengaruhi oleh pengalaman kebiasaan dan pembelajaran yang diperoleh
sebelumnya, baik pengalaman kebiasaan yang diperoleh dari kehidupan daalam
lingkungan orang tua di rumah maupun di luar rumah termasuk disekolah. Dalam
konteks pendidikan, menerapkan kendisiplinan bagi anak didik/siswa, harus dimulai
dari kepribadian guru yang disiplin, arif, dan berwibawa, oleh karena itu, penerapan
disiplin harus di tujukan untuk membantu anak didik/siswa menemukan diri dalam
mengatasi, mencegah timbulnya masalah, dan berusaha menciptakan situasi yang
menyenangkan bagi kegiatan pembelajaran, sehingga mereka mentaati segala
peraturan yang telah ditetapkan, dalam hal ini, Mulyasa berpendapat bahwa: guru
adalah pendidik yang menjadi tokoh panutan dan identifikasi bagi para anak didik
serta lingkungannya, untuk itu guru harus memiliki kualitas pribadi tertentu yang
mencakup tanggungjawab, wibawa, mandiri dan disiplin.10
Pernyataan yang hampir
senada juga disampaikan oleb A1-’Athiyyah aI-Abrasyi bahwa guru adalah Spritual
Father (Bapak Rohani) bagi anak didiknya, mereka memberi santapan jiwa dengan
ilmu dan pengalaman. Barang siapa yang mengikuti petunjuk guru, hidupnya akan
lapang dan berkembang. dan kalau mengingkari guru apalagi menghianati dan
menyakitinya, berarti mengundang malapetaka.11
lebih tegas lagi Zuhairini berpendapat bahwa: secara umum untuk menjadi
seorang guru hendaklah Ia bertaubat kepada Allah, berilmu, sehat jasmani dan
rohani, baik akhlaknya dan bertanggung jawab serta berjiwa besar.12
Selanjutnya
Umar bin Utbah mengatakan kepada guru anaknya sebagaimana dikutip oleb AI-
Abrasyi bahwa: hal pertama yang hendak kamu lakukan untuk memperbaiki anak
saya adalah dengan memperbaiki dirimu, karena mata mereka akan tertuju padamu,
yang mereka anggap baik ialah apa yang engkau kerjakan, dan yang rnereka anggap
jelek ialah apa yang engkau tinggalkan.13
Selanjutnya Zakiyah Darajat berpendapat
bahwa dalam upaya menanamkan perubahan perilaku pada setiap peserta didik harus
dimulai dari perilaku dan sikap seorang guru, untuk itu sikap guru apakah guru
agama atau guru umum haruslah berjiwa agama kendati ia tidak mendalaminya,
namun kepribadian akhlak dan sikap hendaknya dapat mendorong anak unuk
mencintai agama dan hidup sesuai dengan ajaran agama.14
Lebih lanjut Muhaimin memberi penekanan bahwa: Tugas guru yang paling
utama adalah “mengajar dan mendidik” sebagai pengajar, guru merupakan peranan
aktif antara peserta didik dengan ilmu pengetahuan, secara umum dapat dikatakan
10
E. Mulyasa, Menjudi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan,,
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005, hal. 37.
11
Muhammad ‘Athiyyah al-Abrasyi, aI-Tarbiyyah wa Falasifatuha, (Mesir: al-Halabi, 1969), hal. 23.
12
Zuhairini dkk, Metodik Khusus Pendidikan Islam, Ca. VIII, Surabaya: Usaha Nasional, 1983), hal 40.
13
M.Athiyah al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Cot VII, Jakarta: Penerbit, Bulan
Bintang, 1993), hal. 143.
14
Zakiah Darajat, Membina Nilal-Nilal Moral di Indonesia, Cot. IV,Jakarta: Bulan Bintang, 1997,
hal. 68
Page 4 dari 10
5. bahwa tugas dan tanggung jawab yang harus dilakukan oleh guru adalah mengajak
orang lain berbuat baik.15
Selanjutnya Al-Abrasyi mengutip pendapat Al-Ghazali
bahwa: (1) guru harus menaruh rasa kasih sayang terhadap anak didik/siswa dan
memberlakukan mereka seperti perlakuan anak sendiri. (2) Tidak mengharapkan jasa
ataupun ucapan terima kasih, tetapi bermaksud dengan mengajar itu mencari
keridhaan Allah dan mendekatkan diri kepada Tuhan. (3) Berikanlah nasehat kepada
anak didik/siswa pada tiap kesempatan, bahkan gunakanlah setiap kesempatan itu
untuk menasehati dan menunjukinya. (4) Mencegah anak didik/siswa dari sesuatu
akhlak yang tidak baik dengan cara halus, lemah lembut dan jangan mencela. (5)
Seorang guru harus menjalankan ilmunya dan jangan berlainan kata dengan
perbuatannya.16
Dalam hal ini, Warul Walidin menyatakan bahwa: nilai
profesionalitas yang dimaksud dapat diukur dengan beberapa kriteria, di antaranya
guru memiliki keahlian khusus di bidangnya, merupakan satu panggilan hidup,
dimana guru menjadi hobby dan profesinya, memiliki teori-teoni yang baku secara
universal, memiliki otonomi dalam proses kegiatan belajar mengajar, memiliki kode
etik sebagai guru, mengabdikan diri untuk masyarakat, memiliki hubungan dengan
profesi pada bidang-bidang profesi lainnya, memilki organisasi yang kuat, serta
mempunyai kemampuan diagnostik yang komprehensif.17
Selanjutnya Sukandinata berpendapat bahwa: guru hendaknya mampu
menciptakan kondisi-kondisi belajar yang menyenangkan bagi anak didik/siswa,
mampu memilih dan melaksanakan metode mengajar yang sesuai dengan
kemampuan anak didik/siswa, bahan pelajaran dan banyak mengaktifkan anak
didik/siswa, guru hendaknya mampu menyusun dan melaksanakan evaluasi
perkembangan atau basil belajar anak didik/siswa untuk menilai efisiensi
pelaksanaannya, guru berkewajiban menjelaskan kepada anak didik/siswa tentang
apa yang akan dicapai dan pengajarannya, dan membangkitkan motivasi serta
menciptakan situasi yang kompetitif, dan kooperatif, dengan memberikan
pengarahan, bimbingan dan teladan.18
Sejalan dengan pendapat para ahli di atas Mulyasa menawarkan pendapatnya
bahwa: Dalam menanamkan disiplin peserta didik, guru bertanggung jawab
mengarahkan, dan berbuat baik, menjadi contoh sabar dan penuh pengertian. Guru
harus mendisiplinkan anak didik/siswa dengan kasih sayang, terutama disiplin diri
(Self-dispiline) untuk kepentingan tersebut guru harus (a) Membantu anak
didik/siswa mengembangkan pola prilaku untuk dirinya. (b) Membantu anak
didik/siswa meningkatkan standar perilakunya.(c) Menggunakan pelaksanaan aturan
sebagai alat untuk menegakkan disiplin.19
Dari kutipan di atas menjelaskan bahwa
disiplin di sekolah sangat mutlak diperlukan untuk memperlancar kegiatan belajar
15
Muhaimin, Strategi Belajar Mengajar, (Surabaya; CV. Citra Media, 1996), hal. 54
16
Muhammad ‘Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, terjemahan A.gani dan
Djohar Bchri, cet.I, Jakarta; Bulan Bintang, 1990, hal. 151
17
Warul Waildin, Pengembangan Kurikulurn; Kuliah Semester I lmu Pendidikan, Banda Aceh:
IAIN-Ar-Raniry, 2008.
18
Sukandinata, Nana Saudih, Pengembangan Kurikulum: Teori don Praktek, Jakarta: Remaja
Rosdakarya, 1999, hal. 200.
19
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung : Remaja Rosda Karya Jakarta:
Bumi Aksara, 2009. hal. 193
Page 5 dari 10
6. mengajar, perobah tingkah laku dan tingkat mematuhinya sesuai dengan peraturan
yang telah diterapkan di sekolah. Guru sebagai pendidik perlu memberikan perhatian
secara serius dan tanpa mengharapkan imbalan untuk membina sikap, kepribadian,
mengisi intelektual dengan berbagai pengetahuan dalam rangka menghantarkan anak
didik/siswa untuk mencapai kedewasaan yang bersusila.
Membangun situasi yang tertib secara partisipatif antara guru, kepala sekolah,
staf dan anak didik/siswa yang tergabung dalam suatu systim sekolah dan tunduk
dengan senang hati terhadap peraturan yang telah disepakati bersama. Membangun
keadaan yang demikian, merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas proses
belajar mengajar, secara simultan dapat meningkatkan kualitas belajar, dan yang
pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar sebagai wujud dari pencapaian
tujuan dari belajar dan mengajar. Hal ini merupakan kewajiban bagi guru untuk
menyatukan keberagaman para peserta didik dalam satu gerak dan tingkah laku yang
normal, di butuhkan satu konsep disiplin untuk dilaksanakan.
Dalam hal ini, Mulyasa berpendapat bahwa: tingkat kedisiplinan guru dapat
mempengaruhi peserta didik dalam bentuk (1) Konsep diri: ini menekankan bahwa
konsep diri anak didik/anak didik/anak didik/anak didik/siswa merupakan faktor
penting dari setiap perilaku. Untuk menumbuhkan konsep diri, guru disarankan
bersikap empatik menerima, hangat, dan terbuka, sehingga anak didik/anak
didik/anak didik/anak didik/siswa dapat mengeksprolasi pikiran dan perasaannya
dalam memecahkan masalah.(2) Konsekuensi-Konsekuensi logis dan alami, perilaku-
perilaku yang salah terjadi karena anak didik/siswa telah mengembangkan
kepercayaan yang salah terhadap dirinya untuk itu guru disarankan menunjukkan
secara tepat tujuan perilakunya dan memanfaatkan akibat-akibat logis dan alami dari
perilaku yang salah.(3) Disiplin yang terintrasi, guru harus mampu mengendalikan,
mengembangkan, dan mempertahankan peraturan, dan tata tertip sekolah, termasuk
pememfaatan papan tulis untuk menuliskan nama-nama anak didik/siswa yang
berperilaku menyimpang.(4) Modifikasi perilaku, guru harus mampu menciptakan
iklim pembelajaran yang konduktif, yang dapat memodifikasi perilaku anak
didik/siswa.(5) Tantangan bagi disiplin, guru harus cekatan, terorganisasi, dan tugas
dalam mengendalikan disiplin anak didik/siswa.
Disamping itu, guru di tuntut untuk melakukan hal-hal sebagai berikut (a)
Mempelajari pengalaman anak didik/siswa secara langsung melalui daftar hadir
dikelas, (b) Mempelajari nama-nama anak didik/siswa secara langsung (c)
Mempertimbangkan lingkungan sekolah dan lingkungan kehidupan anak didik/siswa,
(d) Memberikan tugas yang jelas, dapat dipahami sederhana dan tidak bertele-tele (e)
Menyiapkan kegiatan sehari-hari agar apa yang dilakukan dalam pembelajaran sesuai
dengan yang direncanakan, tidak terjadi banyak penyimpangan (f) Bergairah dan
semangat dalam melakuka pembelajaran, agar di jadikan teladan oleh peserta didik.
(g) Berbuat sesuatu yang bervariasi, sehingga membantu disiplin dan gairah belajar
anak didik/siswa. (h) Menyesuaikan ilustrasi dan argumentasi dengan kemampuan
anak didik/siswa, jangan anak didik/siswa diharapkan untuk melaksanakan sesuatu
sesuai dengan tingkat pemahaman guru, atau mengukur anak didik/siswa dengan
tingkat kemampuan gurunya. (i) Membuat peraturan yang jelas dan tegas agar bisa
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.20
Oleh karena itu, guru harus memahami
20
E. Mulyasa, Standar Kompetensi…., hal. 124
Page 6 dari 10
7. tingkat kemampuan anak didik/siswa dan guru harus mematuhi berbagai peraturan
dan tata tertib secara konsisten atas kesadaran profesional, karena guru bertugas
untuk mendisiplinkan para anak didik/siswa disekolah, terutama dalam pembelajaran
dan menanamkan disiplin kepada anak didik/siswa harus dimulai dari diri guru
sendiri dalam berbagai tindakan dan prilakunya.
D. Pola penerapan disiplin
Disiplin merupakan satu kesatuan yang sangat besar pengaruhnya pada setiap
individu, karena dengan disiplin tersebut dapat berbentuk interpersonal dalam
melakukan semua aktivitas yang telah dibebankan kepadanya. Mulyasa berpendapat
bahwa: Penerapan disiplin terhadap peserta didik dapat dilakukan melalui (a)
Memberikan Bimbingan, (b) Menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, (c)
Mendidik Peserta didik melalui pendidikan akhlak, (d) Mendidik peserta didik untuk
disiplin dan bertanggung jawab terhadap perbuatannya, (e) Menanamkan keiklasan
dalam jiwa personil sekolah dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya masing-
masing, (f) Mendidik personil sekolah untuk mengendalikan keinginan-keinginan
pribadi dan mau menerima kehendak-kehendak organisasi, (g) Mendidik personil
sekolah agar mengerti kewajiban yang harus di jalankannya dan larangan yang harus
ditinggalkannya21
.
Bagi Peserta didik yang melanggar disiplin dikenakan hukuman berupa (a)
Peringatan atau teguran langsung kepada anak didik/siswa, Peringatan atau teguran
langsung merupakan usaha guru atau kepala sekolah dalam usaha merobah sikap dan
prilaku anak didik/siswa kearah yang lebih baik, teguran ini merupakan tahap awal
sebagai sanksi. (b) Peringatan tertulis dengan tembusan kepada orang tua/wali.
Peringatan tertulis dengan tembusan kepada orang tua/wali ini merupakan tahap
kedua penerapan sanksi kepada anak didik/siswa yang secara terus menerus
melanggar disiplin sekolah, hal ini perlu dilakukan agar orang tua anak didik/siswa
bisa membimbing anaknya ketika berada di rumah. (c) Dikeluarkan untuk sementara,
Sanksi ini bertujuan untuk merobah sikap anak didik/siswa yang sering melanggar
disiplin sekolah, langkah ini perlu dilakukan agar anak didik/siswa bisa dibimbing
sepenuhnya oleh orang tua di rumah sebelum anak didik/siswa kembali ke sekolah.
(d) Di keluarkan dari sekolah. Sanksi ini diberlakukan kepada anak didik/siswa yang
tidak merobah sikap atau perilaku dan sering melakukan pelanggaran disiplin yang
diterapkan sekolah. Penerapan peraturan bagi anak didik/siswa dan guru dalam
mendidik dan mengajar untuk meningkatkan kedisiplinan sekolah, peningkatan
kedisiplinan sekolah meliputi: (1) Mengharuskan guru menyiapkan satuan pelajaran,
(2) Mengharuskan guru datang sebelum jam masuk, (3) Mengharuskan guru
berpakaian rapi seperti pakaian seragam.(4) Menetapkan sanksi bagi yang melanggar
peraturan.22
Penerapan hukuman atas peserta didik yang melakukan pelanggaran, Ramly
Maha berpendapat bahwa: Terlebih dahulu dilakukan peringatan, agar peserta didik
dapat menghindar dari pelaksanaan hukuman atas dirinya, dan pelaksanaan hukuman
21
E. Mulyasa, menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan,
Bandung : Remaja Rasda Karya, 2005, hal 172.
22
Ahamad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung : Remaja Rosda Karya 2005),
hal. 186
Page 7 dari 10
8. dihindari sejauh mungkin, kecuali tidak ada jalan lain, terpaksa harus diterapkan,
lebih lanjut Ramly Maha menekankan bahwa: pelaksanaan hukuman harus terpenuhi
lima syarat, yaitu (1) mengerti bagaimana duduk perkara, (2) hukuman harus adil, (3)
hukuman harus ada sangkut paut dengan pelanggaran (4) hukuman sebagai alat
terakhir (5) sikap guru harus bebas dari rasa marah.23
Salah satu strategi peserta
didik untuk terhindar dari hukuman, maka diharapkan untuk mengikuti tips berikut
ini: (a) Hadir dan pulangnya tepat waktunya, (b) Mengikuti keseluruhan program
sekolah yang telah di terapkan, (c) Memakai seragam sekolah menurut ketentuan
yang berlaku, (d) Memakai seragam sekolah menurut ketentuan yang berlaku, (e)
Memersiapkan diri sebaik-baiknya untuk menerima pelajaran, (f) Mematuhi dan
melaksanakan semua peraturan yang berlaku baginya, (g) Mematuhi tata tertib
sekolah, (h) Menjalankan kewajiban, dan (i) Ikut membantu terlaksananya ketertiban
sekolah. Disamping memberikan punishman/ganjaran terhadap anak didik/siswa,
guru juga harus memberikan riward/hadiah kepada anak didik/siswa yang rajin dan
berprilaku mulia, dalam hal ini, Raymond berpendapat bahwa: Pondasi utama untuk
memberikan dorongan adalah perhatian dan penerimaan atas diri anak, kita dapat
memberikan dorongan kepada seorang anak dengan cara:(a) Berikan pengakuan atas
usaha anak didik/siswa dengan aspek dorongan.(b) Tunjukkan kepercayaan diri dan
harapan realitis yang akan dipelajarinya oleh anak didik/siswa dalam belajar. (c)
Mendorong anak didik/siswa untuk merobah sifatnya yang tidak berdisiplin (d)
Tekankan untuk belajar dari kesalahan.24
Anak didik/siswa harus patuh terhadap segala peraturan dan tata tertib yang
berlaku dilingkungan sekolah, mengikuti pelajaran dengan tertib dan penuh
perhatian, mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru dengan penuh tanggung
jawab, dan datang serta pulang sekolah tepat pada waktu sesuai dengan jadwal yang
telah ditentukan. Peraturan dan tata tertib ini juga berlaku bagi guru dan karyawan
untuk melaksanakan tugas dengan tekun, memberi pelayanan yang prima dan dapat
menyelesaikan tugas dengan tepat waktu. Warga sekolah harus mematuhi berbagai
peraturan dan tata tertib secara konsisten atas kesadaran profesional, karena peraturan
dan tata tertib adalah milik bersama warga sekolah, melaksanakan aturan dan tata
tertib secara bersama-sama dengan penuh tanggung jawab dalam rangka pencapainya
tujuan bersama.
Oleh karena itu, diharapkan kepada guru dalam menjalankan tugasnya di
sekolah perlu mendayagunakan segala sumberdaya yang ada untuk melakukan
penerapan disiplin dalam rangka meningkatkan kinerja, kualitas layanan, kualitas
pembelajaran, prestasi belajar peserta didik, kualitas keluaran atau kualitas lulusan
demi tercapainya tujuan pendidikan, baik tujuan pembelajaran, tujuan kurikuler,
tujuan institusional maupun tujuan pendidikan nasional sebagaimana yang telah
dirumuskan. Guru harus menyadari akan pentingnya disiplin dalam usaha
meningkatkan kualifikasi kepribadian seseorang, maka perlu adanya peningkatan
kedisiplinan pada pribadi masing-masing guru, orang tua wali murid dan anak
didik/siswa, yang akhirnya diharapkan tujuan penerapan kedisiplinan akan terealisasi
dalam kenyataan.
23
Ramly Maha, dasar-dasar pendidikan dan ilmu jiwa, Penerbit Biro IAIN Jami’ah Ar-Raniry, 1976.
24
Raymond. J. Wlodkowski dan Judith H. Jaines, Motivasi Belajar, Jakarta : Cerdas Pustaka, 2004.
hal. 14
Page 8 dari 10
9. E. KESIMPULAN
1. Ketika orang tua menyerahkan anaknya untuk dididik di sebuah lembaga
pendidikan diserahkan kepada seorang guru, maka secara implisit dia telah
menenima dan merelakan dirinya memikul beban dan tanggung jawab orang tua,
ketika si anak telah diterima oleh seorang guru atau lembaga pendidikan, yang
berarti juga telah terjadi pelimpahan sebagian tanggung jawab kepada seorang
guru (Fauzi Saleb dan Alimuddin, Pendidikan Islam: Solusi Problematika
Modern, Banda Aceh: Penerbit, Yayasan Pena, 2007, hal. 30)
2. Guru harus selalu menyadari akan pengawasan Allah, terutama terhadap ucapan,
perilaku dan apa yang akan diajarkan terhadap anak didik, harus bersikap zuhud,
tidak serakah dan tamak, dalam memperoleh dan memenuhi kebutuhan hidup,
harus selalu memelihara kemuliaan ilmu, tidak beronientasi dunia semata, dengan
menjadikan ilmu sebagai alat untuk mencapai kedudukan dan harta dunia, selalu
memelihara dan menjalankan syari’at Allah, seperti melaksanakan shalat
berjama’ah, berpakaian yang sopan, memelihara akhlak mulia, baik di dalam
linkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat, dan Selalu mengisi waktu-
waktu luang dengan melakukan hal-hal yang bermanfaat.
3. Guru setiap mebuka pelajaran harus selalu diawali dan diakhiri dengan asma
Allah dan do’a, selalu memberikan nasehat kepada murid-murid yang tidak sopan,
baik pada ucapan, pakaian dan perilaku dan tidak mengajar sesuatu yang bukan
bidangnya dan tidak menjawab sesuatu yang tidak diketahuinya.
Page 9 dari 10
10. DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Nashih ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, Asy-Syifa’
Semarang, 1993. hal.151
Abu Ahmadi, Ilmu Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta. Tahun 1991 hal. 150
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung : Remaja Rosda
Karya 2005, hal. 186
E. Mulyasa, menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, Bandung : emaja Rasda Karya, 2005, hal 172.
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: Remaja Rosda
Karya Jakarta: Bumi Aksara, 2009. hal. 193.
E. Mulyasa, Implementasi KTSP Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah, Jakarta:
Bumi Aksara, 2009, hal. 193.
Himpunan Peraturan Perundang-undangan, Sistem Pendidikan Nasional, Bandung:
Fokus Media, 2003 hal. 68
Muhaimin, Strategi Belajar Mengajar, (Surabaya; CV. Citra Media, 1996), hal. 54
Muhammad ‘Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta;
Bulan Bintang, 1990, hal. 151.
Muhammad Quthb, Sistem Pendidikan Islam, PT. Alma’arif Bandung, Cet.III, Tahun
1993, hal 343.
Muhammad ‘Athiyyah al-Abrasyi, aI-Tarbiyyah wa Falasifatuha, (Mesir: al-
Halabi, 1969), hal. 23.
M.Athiyah al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Cot VII, Jakarta:
Penerbit, Bulan Bintang, 1993), hal. 143.
Ramly Maha, dasar-dasar pendidikan dan ilmu jiwa, Penerbit Biro IAIN Jami’ah
Ar-Raniry, 1976.
Raymond. J. Wlodkowski dan Judith H. Jaines, Motivasi Belajar, Jakarta : Cerdas
Pustaka, 2004. hal. 14.
Saiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak didik dalam interaksi Educatif, Jakarta:
Rineka Cipta, 2010. hal . 52.
Sukandinata, Nana Saudih, Pengembangan Kurikulum: Teori don Praktek, Jakarta:
Remaja Rosdakarya, 1999, hal. 200.
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta; PT. Bumi Aksara, 2001), hal.
124
Warul Waildin, Pengembangan Kurikulurn; Kuliah Semester I lmu Pendidikan,
Banda Aceh: IAIN-Ar-Raniry, 2008.
Zakiah Darajat, Membina Nilal-Nilal Moral di Indonesia, Cot. IV,Jakarta: Bulan
Bintang, 1997, hal. 68.
Zuhairini dkk, Metodik Khusus Pendidikan Islam, Ca. VIII, Surabaya: Usaha
Nasional, 1983), hal 40.
Page 10 dari 10