SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 26
ASKEP KLIEN DENGAN
MORBUS HANSEN
PRESENTED BY:
SALIMAH
PENGERTIAN
• Morbus hansen ( Penyakit kusta/ lepra )
adalah penyakit infeksi kronis yang
disebabkan oleh mycobacterium leprae
yang menyerang syaraf tepi ( primer ),
kulit dan jaringan tubuh lainnya, kecuali
susunan syaraf pusat.
ANFIS
• Lapisan kulit (dermis, epidermis, sub
kutan)
ETIOLOGI
• Micobacterium Leprae atau kuman Hanse
• Kuman ini bersifat tahan asam berbentuk
batang
• Hidup dalam sel terutama jaringan yang
bersuhu dingin dan tidak dapat di kultur
dalam media buatan.
• Kuman ini dapat mengakibatkan infeksi
sistemik pada binatang Armadillo
PATOFISIOLOGI
• Kuman M.leprae masuk ke dalam tubuh dapat melalui
beberapa cara, diantaranya melalui kulit yang tidak
utuh, saluran nafas, atau saluran pencernaan. Setelah
masuk ke dalam tubuh, kuman menuju ke tempat
predileksinya, yaitu sel schwan pada saraf tepi. Di
dalam sel inilah kuman berkembang biak. Sel tersebut
pecah dan kemudian menginfeksi sel schwan yang
lain atau ke kulit. Perkembangan penyakit kusta ini
bergantung pada kerentanan seseorang. Respons
tubuh setelah masa tunas bergantung pada derajat
system imunitas seluler (cellular mediated immune)
pasien. Kalau system imunitas seluler tinggi, penyakit
brkembang kea rah tipe tuberkuloid; dan bila rendah,
berkembang ke arah tipe lepramatosa. M.leprae
berpredileksi di daerah yang relative lebih dingin, yaitu
daerah akral dengan vaskularisasi yang sedikit
Patofisiologi
KLASIFIKASI
• Ridley dan Joplin membagi klasifikasi kusta
berdasarkan gambaran klinis, bakteriologik,
histo patologik, dan status imun penderita
a. TT (tuberkuloid) : Lesi berupa makula hipo
pigmantasi/eutematosa dengan permukaan
kering dan kadang dengan skuama di
atasnya. Jumlah biasanya yang satu dengaN
yang besar bervariasi. Gejala berupa
gangguan sensasibilitas, pertumbuhan
langsung dan sekresi kelenjar keringat. BTA (
- ) dan uji lepramin ( + ) kuat.
• b. BT (borderline tuberkuloid): Lesi berupa
makula/infiltrat eritematosa dengan permukaan
kering bengan jumlah 1-4 buah, gangguan
sensibilitas ( + ). Lesi berupa makula/infiltrat
eritematosa permukaan agak mengkilat.
Gambaran khas lesi ”punched out” dengan infiltrat
eritematosa batas tegas pada tepi sebelah dalam
dan tidak begitu jelas pada tepi luarnya.
• Gangguan sensibilitas sedikit, BTA ( + ) pada
sediaan apus kerokan jaringan kulit dan uji
lepperawatan lukain ( - ).
c. BL (borderline lepromatous) : Lesi infiltrat
eritematosa dalam jumlah banyak, ukuran
bervariasi, bilateral tapi asimetris, gangguan
sensibilitas sedikit/(-), BTA (+) banyak, uji
Lepperawatan lukain (-).
d. LL (lepromatosa) : Lesi infiltrat eritematosa
dengan permukaan mengkilat, ukuran kecil,
jumlah sangat banyak dan simetris. BTA (+)
sangat banyak pada kerokan jaringan kulit
dan mukosa hidung, uji Lepperawatan lukain
( - ).
WHO membagi menjadi dua kelompok,
yaitu:
• Pause Basiler (PB) : TT, BT
• Multi Basiler (MB) : BB, BL, LL
MANIFESTASI KLINIK
• Mata : iritis, iridosiklitis, gangguan visus sampai
kebutaan
• Tulang rawan : epistaksis, hidung pelana
• Tulang & sendi : absorbsi, mutilasi, artritis
• Lidah : ulkus, nodus
• Larings : suara parau
• Testis : ginekomastia, epididimitis akut, orkitis,
atrofi
• Kelenjar limfe : limfadenitis
• Rambut : alopesia, madarosis
• Ginjal : glomerulonefritis, amilodosis ginjal,
pielonefritis, nefritis interstitial.
PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
• Inspeksi. Pasien diminta memejamkan
mata, menggerakkan mulut, bersiul dan
tertawa untuk mengetahui fungsi saraf
wajah. Semua kelainan kulit diseluruh
tubuh diperhatikan. Seperti adanya
makula, nodul, jaringan parut kulit yang
keriput penebalan kulit dan kehilangan
rambut tubuh (alopesia dan madarosis)
• Pemeriksaan Bakteriologis dilakukan dengan
pewarnaan tahan asam, yaitu zeihl neelsen atau
kinyoun gabett
• Uji kulit dengan jarum, kapas atau air panas dan
dingin
• Uji keringat ditemukan anhidrosis karena rusaknya
kelenjar keringat. Uji ini dilakukan dengan cara
menggores lesi dengan pensil tinta mulai dari
beberapa cm diluar lesi melewati permukaan lesi
dan keluar batas lesi. Hasilnya, pada luar goresan
pensil akan mengembang berwarna ungu,
sedangkan didaerah lesi tidak.
• Uji lepromin
Ini dilakukan untuk menentukan diagnosis
dan klasifikasi penyakit kusta. Tipe I, T,
dan BT: uji lepperawatan lukain positif.
Tipe BB, BL, LL: uji lepperawatan lukain
negative
PENATALAKSANAAN
• Tujuan utama pemberantasan Morbus
Hansen adalah menyembuhkan pasien
Mobus Hansen dan mencegah timbulnya
cacat serta memutuskan mata rantai
penularan
Tipe PB, Jenis obat dan dosis untuk orang
dewasa adalah sebagai berikut :
• Rifampisin 600 mg/bulan diminum di depan
petugas
• DDS tablet 100 mg/hari diminum di rumah
• Pengobatan 6 dosis diselesaikan dalam 6-9
bulan, dan setelah selesai minum tidak lagi
dinyatakan RFT tetapi menggunakan istilah
Completion Treatment Cure dan Pasien tidak
lagi dalam pengawasan.
Tipe MB
• Jenis obat dan dosis untuk orang dewasa :
• Rifampisin 600 mg/bulan diminum di depan petugas
• Klofazimun 300 mg/bulan diminum di depan petugas
dilanjutkan dengan Klofazimun 50 mg/hari diminum di
rumah
• Pengobatan 24 dosis diselesaikan dalam waktu
maksimal 36 bulan. Sesudah selesai minum 24 dosis
dinyatakan RFT meskipun secara klinis lesinya masih
aktif dan pemeriksaan bakteri positif. Menurut WHO
(1995) pengobatan MB dberkan untuk dua belas dosis
yang diselesaikan dalam 12-18 bulan dan pasien
langsung dinyatakan RFT
KOMPLIKASI
• Cacat merupakan komplikasi yang dapat
terjadi pada pasien Morbus Hansen baik
akibat kerusakan fungsi saraf tepi maupun
karena neuritis sewaktu terjadi reaksi
Morbus Hansen.
PROGNOSIS
• Bila seseorang terinfeksi M. Lepra,
sebagian besar (95%) akan sembuh
sendiri dan 5% akan menjadi
indeterminate. Dari 5% indeterminate,
30% bermanifestsi klinis menjadi
determinate dan 70% sembuh.
PENCEGAHAN
– Menjaga daya tahan tubuh
– Menhindari kontak langsung dengan
penderita kusta
– Menjaga hygiene dan sanitasi lingkungan
EPIDEMIOLOGI
• Penyakit ini menyerang semua usia, jenis kelamin
rasio pria:wanita 2.3:1.0. paling sering terjadi pada
daerah sosek yang rendah dan insidensinya
meningkat pada daerah tropis dan sub tropis.
• tahun 2000 WHO menyatakan 92 negara
merupaka negara endemik penyakit kusta, di
Indonesia penyakit kusta hampir di seluruh
wilayah tetapi penyebarannya tidak merata. Angka
kejadian tertinggi di Indonesia bagain timur. 90%
penderita tinggal diantara keluarga mereka dan
hanya beberapa saja yang tinggal di rumah sakit
kusta, kononi penapungan, atau pertampungan
kusta (Depkes, Dit.jen PPM dan PL, 2002).
• ASKEP
• ASPEK LEGAL ETIK
• SAP
Morbus hansen ppt

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Was ist angesagt? (20)

Demam tifoid anak
Demam tifoid anakDemam tifoid anak
Demam tifoid anak
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
Manajemen kasus tonsilitis
Manajemen kasus tonsilitisManajemen kasus tonsilitis
Manajemen kasus tonsilitis
 
Keratitis mata
Keratitis mataKeratitis mata
Keratitis mata
 
Otitis media akut
Otitis media akutOtitis media akut
Otitis media akut
 
TB Paru
TB ParuTB Paru
TB Paru
 
Case Report Meningitis
Case Report MeningitisCase Report Meningitis
Case Report Meningitis
 
Rhinitis alergi
Rhinitis alergi Rhinitis alergi
Rhinitis alergi
 
Tuberculosis
Tuberculosis Tuberculosis
Tuberculosis
 
Laporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPHLaporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPH
 
Hipokalemia (Hypokalemia) - Presentasi Kasus
Hipokalemia (Hypokalemia) - Presentasi KasusHipokalemia (Hypokalemia) - Presentasi Kasus
Hipokalemia (Hypokalemia) - Presentasi Kasus
 
peningkatan Tekanan IntraCranial
peningkatan Tekanan IntraCranialpeningkatan Tekanan IntraCranial
peningkatan Tekanan IntraCranial
 
Vertigo
VertigoVertigo
Vertigo
 
Anatomi mata
Anatomi mataAnatomi mata
Anatomi mata
 
CBD otitis eksterna
CBD otitis eksternaCBD otitis eksterna
CBD otitis eksterna
 
SINDROME NEFROTIK
SINDROME NEFROTIKSINDROME NEFROTIK
SINDROME NEFROTIK
 
Anatomi hidung
Anatomi hidungAnatomi hidung
Anatomi hidung
 
15 Acute Coroner Sindrom
15 Acute Coroner Sindrom15 Acute Coroner Sindrom
15 Acute Coroner Sindrom
 
Standar Kompetensi Dokter Indonesia
Standar Kompetensi Dokter IndonesiaStandar Kompetensi Dokter Indonesia
Standar Kompetensi Dokter Indonesia
 
206432773 case-varicella-kulkel-1
206432773 case-varicella-kulkel-1206432773 case-varicella-kulkel-1
206432773 case-varicella-kulkel-1
 

Andere mochten auch (20)

Kusta
KustaKusta
Kusta
 
Materi kusta
Materi kusta Materi kusta
Materi kusta
 
Ayo cegah kusta
Ayo cegah kustaAyo cegah kusta
Ayo cegah kusta
 
Presentasi morbus hansen
Presentasi morbus hansenPresentasi morbus hansen
Presentasi morbus hansen
 
PENYAKIT KUSTA (LEPROSY)
PENYAKIT KUSTA (LEPROSY)PENYAKIT KUSTA (LEPROSY)
PENYAKIT KUSTA (LEPROSY)
 
Leaflet penyakit kusta
Leaflet penyakit kustaLeaflet penyakit kusta
Leaflet penyakit kusta
 
Apa itu kusta (1)
Apa itu kusta (1)Apa itu kusta (1)
Apa itu kusta (1)
 
Leaflet stroke
Leaflet strokeLeaflet stroke
Leaflet stroke
 
Kusta 2 AKPER PEMKAB MUNA
Kusta 2  AKPER PEMKAB MUNA Kusta 2  AKPER PEMKAB MUNA
Kusta 2 AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep kusta
Askep kustaAskep kusta
Askep kusta
 
Makalah kusta
Makalah kustaMakalah kusta
Makalah kusta
 
LEPROSY
LEPROSYLEPROSY
LEPROSY
 
Melawan kusta
Melawan kustaMelawan kusta
Melawan kusta
 
Leaflet psoriasis
Leaflet psoriasisLeaflet psoriasis
Leaflet psoriasis
 
70028288 leaflet-hiv
70028288 leaflet-hiv70028288 leaflet-hiv
70028288 leaflet-hiv
 
40 Contoh Desain Brosur Inspiratif
40 Contoh Desain Brosur Inspiratif40 Contoh Desain Brosur Inspiratif
40 Contoh Desain Brosur Inspiratif
 
Kolesterol
KolesterolKolesterol
Kolesterol
 
Gaky
GakyGaky
Gaky
 
Leaflet etika merokok
Leaflet etika merokokLeaflet etika merokok
Leaflet etika merokok
 
Leaflet pms
Leaflet pmsLeaflet pms
Leaflet pms
 

Ähnlich wie Morbus hansen ppt

Ähnlich wie Morbus hansen ppt (20)

Penyakit_KUSTA_baru.ppt
Penyakit_KUSTA_baru.pptPenyakit_KUSTA_baru.ppt
Penyakit_KUSTA_baru.ppt
 
Penyakit_KUSTA_baru.ppt
Penyakit_KUSTA_baru.pptPenyakit_KUSTA_baru.ppt
Penyakit_KUSTA_baru.ppt
 
Ada kusta diantara kita 2
Ada kusta diantara kita 2Ada kusta diantara kita 2
Ada kusta diantara kita 2
 
LEPRA.pptx
LEPRA.pptxLEPRA.pptx
LEPRA.pptx
 
Sekilas mengenal penyakit kusta
Sekilas mengenal penyakit kustaSekilas mengenal penyakit kusta
Sekilas mengenal penyakit kusta
 
asuehan keperawatan pada pasien dengan penyakit kusta
asuehan keperawatan pada pasien dengan penyakit kustaasuehan keperawatan pada pasien dengan penyakit kusta
asuehan keperawatan pada pasien dengan penyakit kusta
 
CC vita mbak zozo agung.pptx
CC vita mbak zozo agung.pptxCC vita mbak zozo agung.pptx
CC vita mbak zozo agung.pptx
 
Refreshing
RefreshingRefreshing
Refreshing
 
Lepra
LepraLepra
Lepra
 
Atopic dermatitis
Atopic dermatitisAtopic dermatitis
Atopic dermatitis
 
210751075-Liken-Simpleks-Kronis.pptx
210751075-Liken-Simpleks-Kronis.pptx210751075-Liken-Simpleks-Kronis.pptx
210751075-Liken-Simpleks-Kronis.pptx
 
Tbc
TbcTbc
Tbc
 
Impetigo Bullosa
Impetigo BullosaImpetigo Bullosa
Impetigo Bullosa
 
Micobacterium leprosy
Micobacterium leprosyMicobacterium leprosy
Micobacterium leprosy
 
PPT Fitz.pptx
PPT Fitz.pptxPPT Fitz.pptx
PPT Fitz.pptx
 
151642549 satuan-acara-penyuluhan-ssj
151642549 satuan-acara-penyuluhan-ssj151642549 satuan-acara-penyuluhan-ssj
151642549 satuan-acara-penyuluhan-ssj
 
151642549 satuan-acara-penyuluhan-ssj
151642549 satuan-acara-penyuluhan-ssj151642549 satuan-acara-penyuluhan-ssj
151642549 satuan-acara-penyuluhan-ssj
 
Tbc AKPER PEMKAB MUNA
Tbc AKPER PEMKAB MUNATbc AKPER PEMKAB MUNA
Tbc AKPER PEMKAB MUNA
 
DERMATOVENEROLOGI.pdf
DERMATOVENEROLOGI.pdfDERMATOVENEROLOGI.pdf
DERMATOVENEROLOGI.pdf
 
Infeksi kulit dan jaringan lunak
Infeksi kulit dan jaringan lunakInfeksi kulit dan jaringan lunak
Infeksi kulit dan jaringan lunak
 

Kürzlich hochgeladen

D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdf
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdfD3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdf
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdfSuryani549935
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxawaldarmawan3
 
oscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionoscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionolivia371624
 
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxStabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxdrrheinz
 
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxHidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxJasaketikku
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppticha582186
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxLinaWinarti1
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisRachmandiarRaras
 
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.pptGizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.pptAyuMustika17
 
HUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESI
HUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESIHUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESI
HUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESINeliHusniawati2
 
SNI pelayanan kesehatan hewan, klinik hewan
SNI pelayanan  kesehatan hewan, klinik hewanSNI pelayanan  kesehatan hewan, klinik hewan
SNI pelayanan kesehatan hewan, klinik hewanintan588925
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxHIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxgastroupdate
 
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfObat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfAdistriSafiraRosman
 
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptxRENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptxrobert531746
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikSyarifahNurulMaulida1
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 

Kürzlich hochgeladen (20)

D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdf
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdfD3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdf
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdf
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
 
oscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionoscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung function
 
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxStabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
 
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxHidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
 
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.pptGizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
 
HUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESI
HUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESIHUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESI
HUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESI
 
SNI pelayanan kesehatan hewan, klinik hewan
SNI pelayanan  kesehatan hewan, klinik hewanSNI pelayanan  kesehatan hewan, klinik hewan
SNI pelayanan kesehatan hewan, klinik hewan
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxHIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
 
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfObat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
 
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptxRENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 

Morbus hansen ppt

  • 1. ASKEP KLIEN DENGAN MORBUS HANSEN PRESENTED BY: SALIMAH
  • 2. PENGERTIAN • Morbus hansen ( Penyakit kusta/ lepra ) adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh mycobacterium leprae yang menyerang syaraf tepi ( primer ), kulit dan jaringan tubuh lainnya, kecuali susunan syaraf pusat.
  • 3.
  • 4.
  • 6. • Lapisan kulit (dermis, epidermis, sub kutan)
  • 7. ETIOLOGI • Micobacterium Leprae atau kuman Hanse • Kuman ini bersifat tahan asam berbentuk batang • Hidup dalam sel terutama jaringan yang bersuhu dingin dan tidak dapat di kultur dalam media buatan. • Kuman ini dapat mengakibatkan infeksi sistemik pada binatang Armadillo
  • 8. PATOFISIOLOGI • Kuman M.leprae masuk ke dalam tubuh dapat melalui beberapa cara, diantaranya melalui kulit yang tidak utuh, saluran nafas, atau saluran pencernaan. Setelah masuk ke dalam tubuh, kuman menuju ke tempat predileksinya, yaitu sel schwan pada saraf tepi. Di dalam sel inilah kuman berkembang biak. Sel tersebut pecah dan kemudian menginfeksi sel schwan yang lain atau ke kulit. Perkembangan penyakit kusta ini bergantung pada kerentanan seseorang. Respons tubuh setelah masa tunas bergantung pada derajat system imunitas seluler (cellular mediated immune) pasien. Kalau system imunitas seluler tinggi, penyakit brkembang kea rah tipe tuberkuloid; dan bila rendah, berkembang ke arah tipe lepramatosa. M.leprae berpredileksi di daerah yang relative lebih dingin, yaitu daerah akral dengan vaskularisasi yang sedikit
  • 10. KLASIFIKASI • Ridley dan Joplin membagi klasifikasi kusta berdasarkan gambaran klinis, bakteriologik, histo patologik, dan status imun penderita a. TT (tuberkuloid) : Lesi berupa makula hipo pigmantasi/eutematosa dengan permukaan kering dan kadang dengan skuama di atasnya. Jumlah biasanya yang satu dengaN yang besar bervariasi. Gejala berupa gangguan sensasibilitas, pertumbuhan langsung dan sekresi kelenjar keringat. BTA ( - ) dan uji lepramin ( + ) kuat.
  • 11. • b. BT (borderline tuberkuloid): Lesi berupa makula/infiltrat eritematosa dengan permukaan kering bengan jumlah 1-4 buah, gangguan sensibilitas ( + ). Lesi berupa makula/infiltrat eritematosa permukaan agak mengkilat. Gambaran khas lesi ”punched out” dengan infiltrat eritematosa batas tegas pada tepi sebelah dalam dan tidak begitu jelas pada tepi luarnya. • Gangguan sensibilitas sedikit, BTA ( + ) pada sediaan apus kerokan jaringan kulit dan uji lepperawatan lukain ( - ).
  • 12. c. BL (borderline lepromatous) : Lesi infiltrat eritematosa dalam jumlah banyak, ukuran bervariasi, bilateral tapi asimetris, gangguan sensibilitas sedikit/(-), BTA (+) banyak, uji Lepperawatan lukain (-). d. LL (lepromatosa) : Lesi infiltrat eritematosa dengan permukaan mengkilat, ukuran kecil, jumlah sangat banyak dan simetris. BTA (+) sangat banyak pada kerokan jaringan kulit dan mukosa hidung, uji Lepperawatan lukain ( - ).
  • 13. WHO membagi menjadi dua kelompok, yaitu: • Pause Basiler (PB) : TT, BT • Multi Basiler (MB) : BB, BL, LL
  • 14. MANIFESTASI KLINIK • Mata : iritis, iridosiklitis, gangguan visus sampai kebutaan • Tulang rawan : epistaksis, hidung pelana • Tulang & sendi : absorbsi, mutilasi, artritis • Lidah : ulkus, nodus • Larings : suara parau • Testis : ginekomastia, epididimitis akut, orkitis, atrofi • Kelenjar limfe : limfadenitis • Rambut : alopesia, madarosis • Ginjal : glomerulonefritis, amilodosis ginjal, pielonefritis, nefritis interstitial.
  • 15. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK • Inspeksi. Pasien diminta memejamkan mata, menggerakkan mulut, bersiul dan tertawa untuk mengetahui fungsi saraf wajah. Semua kelainan kulit diseluruh tubuh diperhatikan. Seperti adanya makula, nodul, jaringan parut kulit yang keriput penebalan kulit dan kehilangan rambut tubuh (alopesia dan madarosis)
  • 16. • Pemeriksaan Bakteriologis dilakukan dengan pewarnaan tahan asam, yaitu zeihl neelsen atau kinyoun gabett • Uji kulit dengan jarum, kapas atau air panas dan dingin • Uji keringat ditemukan anhidrosis karena rusaknya kelenjar keringat. Uji ini dilakukan dengan cara menggores lesi dengan pensil tinta mulai dari beberapa cm diluar lesi melewati permukaan lesi dan keluar batas lesi. Hasilnya, pada luar goresan pensil akan mengembang berwarna ungu, sedangkan didaerah lesi tidak.
  • 17. • Uji lepromin Ini dilakukan untuk menentukan diagnosis dan klasifikasi penyakit kusta. Tipe I, T, dan BT: uji lepperawatan lukain positif. Tipe BB, BL, LL: uji lepperawatan lukain negative
  • 18. PENATALAKSANAAN • Tujuan utama pemberantasan Morbus Hansen adalah menyembuhkan pasien Mobus Hansen dan mencegah timbulnya cacat serta memutuskan mata rantai penularan
  • 19. Tipe PB, Jenis obat dan dosis untuk orang dewasa adalah sebagai berikut : • Rifampisin 600 mg/bulan diminum di depan petugas • DDS tablet 100 mg/hari diminum di rumah • Pengobatan 6 dosis diselesaikan dalam 6-9 bulan, dan setelah selesai minum tidak lagi dinyatakan RFT tetapi menggunakan istilah Completion Treatment Cure dan Pasien tidak lagi dalam pengawasan.
  • 20. Tipe MB • Jenis obat dan dosis untuk orang dewasa : • Rifampisin 600 mg/bulan diminum di depan petugas • Klofazimun 300 mg/bulan diminum di depan petugas dilanjutkan dengan Klofazimun 50 mg/hari diminum di rumah • Pengobatan 24 dosis diselesaikan dalam waktu maksimal 36 bulan. Sesudah selesai minum 24 dosis dinyatakan RFT meskipun secara klinis lesinya masih aktif dan pemeriksaan bakteri positif. Menurut WHO (1995) pengobatan MB dberkan untuk dua belas dosis yang diselesaikan dalam 12-18 bulan dan pasien langsung dinyatakan RFT
  • 21. KOMPLIKASI • Cacat merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada pasien Morbus Hansen baik akibat kerusakan fungsi saraf tepi maupun karena neuritis sewaktu terjadi reaksi Morbus Hansen.
  • 22. PROGNOSIS • Bila seseorang terinfeksi M. Lepra, sebagian besar (95%) akan sembuh sendiri dan 5% akan menjadi indeterminate. Dari 5% indeterminate, 30% bermanifestsi klinis menjadi determinate dan 70% sembuh.
  • 23. PENCEGAHAN – Menjaga daya tahan tubuh – Menhindari kontak langsung dengan penderita kusta – Menjaga hygiene dan sanitasi lingkungan
  • 24. EPIDEMIOLOGI • Penyakit ini menyerang semua usia, jenis kelamin rasio pria:wanita 2.3:1.0. paling sering terjadi pada daerah sosek yang rendah dan insidensinya meningkat pada daerah tropis dan sub tropis. • tahun 2000 WHO menyatakan 92 negara merupaka negara endemik penyakit kusta, di Indonesia penyakit kusta hampir di seluruh wilayah tetapi penyebarannya tidak merata. Angka kejadian tertinggi di Indonesia bagain timur. 90% penderita tinggal diantara keluarga mereka dan hanya beberapa saja yang tinggal di rumah sakit kusta, kononi penapungan, atau pertampungan kusta (Depkes, Dit.jen PPM dan PL, 2002).
  • 25. • ASKEP • ASPEK LEGAL ETIK • SAP