SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 8
Downloaden Sie, um offline zu lesen
PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA MUNGGUNAKAN
PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK
INDONESIA (PMRI)
Eko Septiansyah Putra
Program Studi Megister Pendidikan Matematika Universitas Sriwijaya
e-mail: mafia_konoha@yahoo.com
Abstrak
Secara umum telah kita ketahui bahwa matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang
diberikan kepada semua peserta didik dari tingkat sekolah dasar sampai ke tingkat perguruan
tinggi. Di dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan matematika sekolah dasar ada beberapa
materi yang harus dikuasai peserta didik dimana materi ini dapat membentuk pola pikir
siswa menjadi kritis, analitis, dan sistematis, salah satu kajian materi tersebut adalah
perkalian. Konsep-konsep di dalam perkalian merupakan dasar untuk mempelajari konsep
selanjutnya. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa siswa mengalami
kesulitan dalam pemahaman konsep dasar operasi perkalian. Siswa cenderung dikenalkan
dengan penggunaan rumus tanpa melibatkan konsep itu sendiri. Memberikan lingkungan
belajar kontekstual akan membantu peserta didik dalam membangun pemahaman konsep.
Pendekatan matematika realistik Indonesia (PMRI) memiliki karakteristik yang
memungkinkan siswa berkembang secara optimum, seperti kebebasan siswa untuk
menyampaikan pendapatnya, adanya masalah kontekstual yang dapat mengkaitkan konsep
matematika dengan kehidupan nyata, dan pembuatan model yang dapat memudahkan siswa
dalam menyelesaikan masalah.
Kata kunci: Pemahaman konsep, Perkalian, PMRI
PENDAHULUAN
Secara umum telah kita ketahui bahwa matematika merupakan salah satu mata
pelajaran yang diberikan kepada semua peserta didik dari tingkat sekolah dasar sampai ke
tingkat perguruan tinggi guna untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir
logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta memiliki kemampuan bekerjasama (Syaiful,
2011). Dengan kemampuan– kemampuan tersebut diharapkan peserta didik dapat bersaing
pada kondisi yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.
Pada umumnya banyak orang menganggap bahwa matematika adalah pelajaran yang
sulit, membosankan, menakutkan, hanya punya jawaban tunggal untuk setiap permasalahan,
dan hanya dapat dipahami oleh segelintir orang. Hal ini senada yang diungkapkan dalam
penelitian Marhamah (2009) bahwa masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam
mempelajari matematika sehingga mereka mengeluh dan beranggapan bahwa matematika itu
sangat sulit dan menakutkan. Rasa takut terhadap pelajaran matematika (fobia matematika)
sering kali menghinggapi perasaan para siswa dari tingkat SD sampai dengan SMA bahkan
hingga perguruan tinggi.
Supartono (2006) menyatakan bahwa yang masih sering ditemui adalah masih banyak
siswa yang mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika. Beberapa penyebab
kesulitan tersebut antara lain pelajaran matematika tidak tampak kaitannya dengan kehidupan
sehari-hari, cara penyajian pelajaran matematika yang monoton dari konsep abstrak menuju
ke kongkrit, tidak membuat anak senang belajar. Menurut Rohani (2005) siswa belajar
matematika tanpa menyadari
kegunaannya. Sedangkan menurut Zulkardi (2007) ada masalah besar dalam pendidikan
matematika di Indonesia. Masalah tersebut adalah kemampuan siswa dalam menyelesaikan
suatu problem yang berhubungan dengan kehidupan seharihari masih rendah. Hal ini dapat
dilihat dari hasil tes TIMSS tahun 2015 penguasaan siswa Indonesia berada di peringkat 36
dari 49 negara. Salah satu penyebabnya, jika diperhatikan karena model soal yang diujikan
banyak yang berhubungan dengan
masalah kontekstual. Hal ini didukung pendapat Suryanto (2002), pembelajaran matematika
saat ini banyak disajikan sebagai “barang jadi”, yaitu sebagai sistem deduktif. Tugas murid
adalah menghapal definisi dan teorema, mengerjakan soalsoal atau berlatih menerapkan
rumus-rumus.
Di dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) matematika sekolah dasar ada
beberapa kajian materi yang harus dikuasai oleh peserta didik dimana kajian materi ini dapat
membentuk pola pikir siswa menjadi lebih logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif. Salah
satu bidang kajian materi tersebut adalah perkalian serta aplikasi dari perkalian di dalam
kehidupan sehari-hari. Konsep- konsep di dalam perkalian merupakan dasar untuk
mempelajari konsep selanjutnya. Treffers (1991) menyatakan pengalaman belajar yang lalu
dari seorang siswa akan mempengaruhi proses belajar matematika selanjutnya. Dengan
demikian pemahaman konsep perkalian di sekolah dasar akan sangat berpengaruh terhadap
penguasaan materi lebih lanjut.
Konsep matematika adalah abstrak dan hal ini membuat siswa merasa sulit untuk
belajar matematika. Akibatnya, siswa kurang pengalaman dan memahami konsep matematika
dalam kehidupan sehari-hari (Haris, 2011). Hal ini senada dengan Prahmana (2010) yang
mengatakan proses pembelajaran matematika siswa belum bermakna, sehingga pemahaman
siswa tentang konsep masih lemah.
PEMBAHASAN
Salah satu materi matematika yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari
adalah perkalian. Selain itu perkalian juga merupakan dasar dalam belajar matematika lebih
lanjut. Namun kenyataan yang terjadi materi perkalian masih dirasakan sulit oleh siswa,
seperti hal nyas iswa mengalami kesulitan dalam pemahaman konsep dasar operasi perkalian.
Siswa lebih cenderung dikenalkan dengan penggunaan rumus tanpa melibatkan konsep itu
sendiri. (Prahmana, 2012).
Di dalam belajar perkalian dengan pecahan di Indonesia, sebagian besar siswa dituntut
untuk menguasai prosedur dan algoritma. Mereka hanya perlu menghafal rumus dan trik
dalam perhitungan untuk memecahkan masalah. Namun, kita tidak tahu apakah siswa
mengetahui dan memahami arti prosedur dan algoritma di balik itu (Shanty, 2011). Selain itu,
belajar matematika siswa belum bermakna, sehingga pengertian siswa tentang konsep sangat
lemah.
Kairuddin (2011) menyatakan bahwa fakta- fakta ini menunjukan bahwa pembelajaran
disekolah tersebut masih konvensional dimana proses pembelajaran masih dengan berlatih
simbol matematika dan menekankan pada pemberian informasi dan penerapan algoritma
matematika. Kairuddin (2011) menyatakan bahwa metode ini konvensional yaitu
ketergantungan pada metode ceramah, sifat pasif yang ditunjukan pelajar dalam proses
pembelajaran, hanya jawaban yang benar diterima, kurangnya siswa dalam bertanya, dan
seluruh kegiatan kelas hanya mencatat. Melihat keadaan seperti ini maka perlu adanya
perubahan-perubahan kearah yang lebih baik terutama pada pengembangan materi, dimana
perlu diterapkannya suatu pendekatan pembelajaran yang melibatkan siswa dan dimulai dari
hal yang nyata serta dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa, sehingga proses
pembelajaran matematika menjadi lebih menarik, bermakna, dan tidak membosankan serta
tidak menakutkan bagi siswa.
Matematika bukan hanya materi yang di transfer oleh guru ke siswa (Gravemeijer,
1994). Siswa seharusnya tidak dianggap sebagai penerima pasif yang hanya menerima materi
matematika dengan sekedar menggunakan rumus dan prosedur tertentu untuk menyelesaikan
suatu permasalahan, tetapi lebih dari itu siswa diberi kesempatan dan dibimbing kedalam
situasi untuk menemukan kembali (reinvent) konsep matematika dengan cara mereka sendiri.
Untuk mengkondisikan siswa ke dalam situasi tersebut pembelajaran matematika di kelas
ditekankan pada keterhubungan antara konsep matematika dengan pengalaman siswa sehari
hari.
Memberikan anak-anak lingkungan belajar kontekstual akan membantu mereka untuk
membangun pemahaman konsep. Indonesia adalah negara yang besar dan besar yang
memiliki banyak konteks. odong-odong, ojek, angkutan kota (angkot) adalah konteks yang
dapat ditemukan di setiap tempat di Indonesia, khusus untuk angkot, transportasi ini
digunakan oleh sebagian besar penduduk desa dan kota sebagai kendaraan atau transportasi
untuk pergi ke setiap tempat (Kairuddin, 2011). Selain itu permainan tradisional merupakan
aspek menarik yang membantu anak untuk mengalami berbagai situasi yang mengajak
mereka untuk bersentuhan dengan suara, simbol, dan arti yang berkaitan dengan bilangan
(Nasrullah, 2011).
Salah satu pendekatan pembelajaran matematika yang menekankan kegunaan dalam
arti khusus, yaitu pembelajaran yang menekankan penggunaan masalah kontekstual sebagai
titik awal pembelajaran matematika adalah Realistic Mathematics Education (RME), sebuah
pendekatan pembelajaran matematika yang dikembangkan Freudenthal di Belanda pada
tahun 1970. Gravemeijer (1994) mengungkapkan realistic mathematics education is rooted in
Freudenthal’s interpretation of mathematics as an activity. Ungkapan Gravemeijer tersebut
menunjukkan bahwa pembelajaran matematika realistik dikembangkan berdasar pandangan
Freudenthal yang menyatakan matematika sebagai suatu aktivitas. Lebih lanjut Gravemeijer
(1994) menjelaskan bahwa yang dapat digolongkan sebagai aktivitas tersebut meliputi
aktivitas pemecahan masalah, mencari masalah dan mengorganisasi pokok persoalan. Terkait
dengan konsep pembelajaran matematika realistik di atas Gravemeijer (1994) menyatakan
mathematics is viewed as an activity, a way of working. Learning mathematics means doing
mathematics, of which solving everyday life problem is an essential part. Gravemeijer
menjelaskan bahwa dengan memandang matematika sebagai suatu aktivitas maka belajar
matematika berarti bekerja dengan matematika dan pemecahan masalah hidup sehari-hari
merupakan bagian penting dalam pembelajaran.
Konsep lain dari pembelajaran matematika realistik dikemukakan Treffers (1991)
dalam pernyataan berikut ini The key idea of RME is that children should be given the
opportunity to reinvent mathematics under the guidance of an adult (teacher). In addition,
the formal mathematical knowledge can be developed from children’s informal knowledge.
Dalam ungkapan di atas Treffers menjelaskan ide kunci dari pembelajaran matematika
realistik yang menekankan perlunya kesempatan bagi siswa untuk menemukan kembali
matematika dengan bantuan orang dewasa (guru). Selain itu disebutkan pula bahwa
pengetahuan matematika formal dapat dikembangkan (ditemukan kembali) berdasar
pengetahuan informal yang dimiliki siswa.
Pernyataan-pernyataan yang dikemukakan di atas menjelaskan suatu cara pandang
terhadap pembelajaran matamatika yang ditempatkan sebagai suatu proses bagi siswa untuk
menemukan sendiri pengetahuan matematika berdasar pengetahuan informal yang
dimilikinya. Dalam pandangan ini matematika disajikan bukan sebagai barang “jadi” yang
dapat dipindahkan oleh guru ke dalam pikiran siswa.
Dalam sudut pandang pendekatan matematika realistik, siswa di tempatkan sebagai
individu yang memiliki pengalaman dan pengetahuan sebagai dari hasil interaksi dengan
lingkungannya. Pendekatan ini pula diyakini bahwa siswa mempunyai kemampuan atau
potensi untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman mereka tentang matematika.
Dengan melakukan eksplorasi dalam berbagai masalah, baik yang terjadi dalam kehidupan
sehari-hari sampai masalah matematika, diharapkan siswa dapat merekontruksi kembali
temuan-temuan dalam matematika. Dalam pendekatan matematika realistik, guru dapat
dikatakan sebagai fasilitator, moderator dan evaluator yang memberikan kesempatan siswa
untuk memunculkan ide dan menemukan konsep matematika dengan cara mereka sendiri.
Realistic mathematic education (RME) kemudian diadaptasi oleh Indonesia, yang
kemudian dinamakan dengan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Dalam
Dikdasmen (2004) prinsip dasar PMRI adalah materi matematika ditransmisikan sebagai
aktivitas manusia (human activity), memberi kesempatan siswa menemukan kembali
(reinvention) melalui praktek (doing it). Pembelajaran matematika dengan menggunakan
PMRI lebih menekankan kepada “student oriented” atau “problem oriented” sehingga akan
mengurangi banyak dominasi guru. Dengan menggunakan pendekatan ini, siswa akan belajar
konsep-konsep matematika berdasarkan realitas atau lingkungan di sekitar mereka.
Dalam hal ini pendekatan realistik merupakan pendekatan dalam proses belajar
matematika yang dikembangkan guna untuk mendekatkan matematika kepada siswa,
sehingga proses pembelajaran matematika dapat menarik dan bermakna. Masalah-masalah
nyata dari kehidupan sehari-hari siswa bisa digunakan sebagai titik awal dari proses
pembelajaran matematika untuk menunjukan bahwa matematika sangatlah dekat dengan
kehidupan sehari-hari yang oleh Gravemeijer (1994) menyebut sebagai mematisasi dari
kehidupan sehari-hari. Benda-benda nyata yang akrab dengan kehidupan sehari-hari siswa
bisa digunakan dan dijadikan sebagai alat peraga dalam memulai proses belajar matematika .
PMRI menyediakan dan mengembangkan pendekatan cara baru mengajar matematika
menerapkan strategi yang memungkinkan siswa untuk menjadi pemikir yang lebih aktif
(Haris, 2011).
Ide utama pembelajaran matematika realistik adalah siswa harus diberi kesempatan
untuk menemukan kembali (reinvention) konsep matematika dengan bimbingan orang
dewasa. Prinsip menemukan kembali berarti siswa diberi kesempatan menemukan sendiri
konsep matematika dengan menyelesaikan berbagai soal kontekstual. Berdasarkan soal siswa
membangun model dari (model of) situasi soal kemudian menyusun model matematika
(model for) untuk menyelesaikan hingga mendapatkan pengetahuan formal matematika
(Gravemeijer, 1994). Selain itu dalam pandangan ini, matematika dipandang sebagai suatu
kegiatan manusia. Menurut Marpaung (2007), beberapa hasil penelitian dan pengalaman
menggunakan PMRI di beberapa sekolah terlihat kemajuan dalam persepsi siswa tentang
matematika, dari yang biasanya menakutkan dan tidak disenangi menjadi tidak lagi
menakutkan, walaupun belum sampai tahap disenangi.
Penelitian kairuddin (2011) didapat bahwa siswa menggunakan banyak strategi ketika
proses pembelajaran dilaksanakan. Penggunaan PMRI dengan kontek angkot juga dapat
membantu siswa untuk memahami konsep dasar dari penjumlahan dan pengurangan.
Penelitian Haris (2011) menyatakan bahwa hasil dari teaching experiment menunjukkan
konteks yang digunakan yakni kontek anyaman dapat merangsang siswa untuk
mengembangkan pengetahuan mereka tentang konsep luas. Sehingga dapat di simpulkan
penggunaan konteks dalam PMRI dapat membantu memahami konsep luas dari level
informal ke level formal. Penelitian Nasrullah (2011) menggunakan permainan dalam proses
pembelajaran, misalnya, pembelajaran matematika untuk sekolah dasar dapat menjadi suatu
program pelajaran matematika untuk anak-anak. Penelitian Nenden (2011) menyimpulkan
bahwa penggunanan PMRI dalam pembelajaran siswa mengenai materi perkalian pecahan
dengan bilangan bulat dimana proses belajar lebih progresif berkembang melalui tingkatan
yang berbeda-beda. Dalam penelitian Prahmana (2011) penggunaan konteks permainan
tradisional tepuk bergambar (PT2B) menunjukkan bahwa konteks PT2B dapat merangsang
siswa untuk memahami pengetahuan mereka tentang konsep perkalian. Seluruh strategi dan
model yang siswa temukan, gambarkan serta diskusikan menunjukkan bagaimana konstruksi
atau konstribusi siswa dapat digunakan untuk membantu pemahaman awal mereka tentang
konsep perkalian. Tahapan-tahapan dalam lintasan belajar siswa memiliki peranan penting
dalam memahami konsep operasi perkalian dari level informal ke formal.
KESIMPULAN
Berdasarkan latar belakang dan hasil penelitian-penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya, PMRI adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang akan menggiring siswa
memahami konsep matematika dengan mengkontruksi sendiri melalui pengetahuan
sebelumnya yang berhubungan dengan kehidupan sehariharinya, menemukan sendiri konsep
tersebut sehingga belajarnya menjadi bermakna.
DAFTAR PUSTAKA
BSNP. (2006). Panduan penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan jenjang pendidikan
dasar dan menengah. Jakarta: BNSP
Dikdasmen. (2004). Materi pelatihan terintegrasi. Jakarta: Proyek pengembangan sistem dan
pengendalian program.
Gravemeijer, K. (1994). Developing realistic mathematics education. Utrecht: Technipress,
Culemborg.
Haris, D., & Ilma, R. (2011). The role of context in third graders’ learning of area
measurement. Journal on Mathematics Education (IndoMS-JME), 2(1): 55-66.
Kairuddin., & Darmawijoyo. (2011). The Indonesian’s road transportations as the contexts to
support primary school students learning number operation. Journal on Mathematics
Education (IndoMS-JME), 2(1): 67-78.
Marhamah. (2009). Pengembangan materi ajar pecahan dengan pendekatan PMRI di SD
Negeri 21 Palembang. (Tesis). Palembang:Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya.
Marpaung, Y. (2007). Pembelajaran matematika dengan pendekatan PMRI: Matematisasi
horizontal dan matematisasi vertikal. Jurnal Pendidikan Matematika, 1(1): 1-20.
Nasrullah., & Zulkardi. (2011). Building counting by traditional game: A mathematics
program for young children. Journal on Mathematics Education (IndoMS-JME), 2(1):
41-54.
Prahmana, R.C.I., Zulkardi., & Hartono, Y. (2011). Learning multiplication using Indonesian
traditional game in third grade. Journal on Mathematics Education (IndoMS-JME),
3(2): 115-132.
Rohani, A. 2005. Pengelolaan pengajaran. Edisi revisi. Jakarta: Rineka Cipta.
Shanty, N.O., Hartono, Y., Ilma, R., & Hann, D. (2011). Design research on mathematics
education: investigating the progress of Indonesian fifth grade students’ learning on
multiplication of fractions with natural numbers. Journal on Mathematics Education
(IndoMS-JME), 2(2): 147-162.
Supartono. 2006. Pengembangan perangkat pembelajaran matematika realistik untuk materi
lingkaran di kelas VIII SMP Negeri 1 Bubulan Bojonegoro. Mathedu, 1 ( 2): 161- 171.
Suryanto. 2002. Penggunaan masalah kontekstual dalam pembelajaran matematika. Pidato
pengukuhan guru besar. Yogyakarta: UNY.
Syaiful. (2011). Metakognisi siswa dalam pembelajaran matematika realistik di sekolah
menengah. Edumatics, 1(2): 1-13.
Treffers. (1991). Realistic mathematics education in The Netherlands 1980- 1990. In L
Streefland (Ed.), Realistic mathematics educatioan in primary school. Utrecht: CD- β
Press/ Freudenthal Institute.
Zulkardi. 2007. Arti PISA, TIMSS, &UN bagi guru matematika. Makalah seminar nasional
pendidikan. FKIP UNSRI. PPS- UNSRI, 4 September 2007.

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Makalah seminar ispi
Makalah seminar ispiMakalah seminar ispi
Makalah seminar ispisrirejeki345
 
Kreatif membelajarkan-matematika
Kreatif membelajarkan-matematikaKreatif membelajarkan-matematika
Kreatif membelajarkan-matematikaYadi Pura
 
Resume problematika pendidikan matematika 1dari jurnal internasional
Resume problematika pendidikan matematika 1dari jurnal internasionalResume problematika pendidikan matematika 1dari jurnal internasional
Resume problematika pendidikan matematika 1dari jurnal internasionalMas Becak
 
1.10 bab2 (1)
1.10 bab2 (1)1.10 bab2 (1)
1.10 bab2 (1)AIC
 
Tinjauan literatur
Tinjauan literaturTinjauan literatur
Tinjauan literaturbrabah
 
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATK...
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATK...PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATK...
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATK...NERRU
 
Problem Based Learning
Problem Based Learning Problem Based Learning
Problem Based Learning Izan M.Pd
 
Pendekatan Pembelajaran realistik
Pendekatan Pembelajaran realistikPendekatan Pembelajaran realistik
Pendekatan Pembelajaran realistikVeronika Citra
 
Realistik Mathematics Education (Pembelajaran Realistik)
Realistik Mathematics Education (Pembelajaran Realistik)Realistik Mathematics Education (Pembelajaran Realistik)
Realistik Mathematics Education (Pembelajaran Realistik)Deszure Esp
 
Desain Disaktis Persamaan Garis Lurus
Desain Disaktis Persamaan Garis LurusDesain Disaktis Persamaan Garis Lurus
Desain Disaktis Persamaan Garis LurusSeptiani Maudy
 
Design Pembelajaran Matematika dg Konteks GMT
Design Pembelajaran Matematika dg Konteks GMTDesign Pembelajaran Matematika dg Konteks GMT
Design Pembelajaran Matematika dg Konteks GMTSuci Agustina
 
Artikel Academic Writing
Artikel Academic WritingArtikel Academic Writing
Artikel Academic Writingmarselladia
 
Proposal skripsi pendekatan problem solving
Proposal skripsi pendekatan problem solvingProposal skripsi pendekatan problem solving
Proposal skripsi pendekatan problem solvingelita takarai
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitiandedy solin
 

Was ist angesagt? (20)

Masalah Pembelajaran Matematika
Masalah Pembelajaran MatematikaMasalah Pembelajaran Matematika
Masalah Pembelajaran Matematika
 
Proposal penilitian
Proposal penilitianProposal penilitian
Proposal penilitian
 
Makalah seminar ispi
Makalah seminar ispiMakalah seminar ispi
Makalah seminar ispi
 
Kreatif membelajarkan-matematika
Kreatif membelajarkan-matematikaKreatif membelajarkan-matematika
Kreatif membelajarkan-matematika
 
Resume problematika pendidikan matematika 1dari jurnal internasional
Resume problematika pendidikan matematika 1dari jurnal internasionalResume problematika pendidikan matematika 1dari jurnal internasional
Resume problematika pendidikan matematika 1dari jurnal internasional
 
1.10 bab2 (1)
1.10 bab2 (1)1.10 bab2 (1)
1.10 bab2 (1)
 
Tinjauan Pustaka
Tinjauan PustakaTinjauan Pustaka
Tinjauan Pustaka
 
Tinjauan literatur
Tinjauan literaturTinjauan literatur
Tinjauan literatur
 
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATK...
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATK...PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATK...
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATK...
 
Problem Based Learning
Problem Based Learning Problem Based Learning
Problem Based Learning
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Pendekatan Pembelajaran realistik
Pendekatan Pembelajaran realistikPendekatan Pembelajaran realistik
Pendekatan Pembelajaran realistik
 
Realistik Mathematics Education (Pembelajaran Realistik)
Realistik Mathematics Education (Pembelajaran Realistik)Realistik Mathematics Education (Pembelajaran Realistik)
Realistik Mathematics Education (Pembelajaran Realistik)
 
Desain Disaktis Persamaan Garis Lurus
Desain Disaktis Persamaan Garis LurusDesain Disaktis Persamaan Garis Lurus
Desain Disaktis Persamaan Garis Lurus
 
Design Pembelajaran Matematika dg Konteks GMT
Design Pembelajaran Matematika dg Konteks GMTDesign Pembelajaran Matematika dg Konteks GMT
Design Pembelajaran Matematika dg Konteks GMT
 
Artikel Academic Writing
Artikel Academic WritingArtikel Academic Writing
Artikel Academic Writing
 
Proposal SKRIPSI
Proposal SKRIPSIProposal SKRIPSI
Proposal SKRIPSI
 
Problematika matematika
Problematika matematikaProblematika matematika
Problematika matematika
 
Proposal skripsi pendekatan problem solving
Proposal skripsi pendekatan problem solvingProposal skripsi pendekatan problem solving
Proposal skripsi pendekatan problem solving
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitian
 

Andere mochten auch

Kebutuhan Akan Bilangan Baru (Richard Skemp)
Kebutuhan Akan Bilangan Baru (Richard Skemp)Kebutuhan Akan Bilangan Baru (Richard Skemp)
Kebutuhan Akan Bilangan Baru (Richard Skemp)Muhammad Alfiansyah Alfi
 
Model pembelajaran matematika realistik indonesia
Model pembelajaran matematika realistik indonesiaModel pembelajaran matematika realistik indonesia
Model pembelajaran matematika realistik indonesiaFajar P Kurniawan
 
Penelitian pengembangan model plomp
Penelitian pengembangan model plomp Penelitian pengembangan model plomp
Penelitian pengembangan model plomp aseprosadi29
 
Model pembelajaran matematika realistik indonesia ( pmri) jadi
Model pembelajaran matematika realistik indonesia  ( pmri) jadiModel pembelajaran matematika realistik indonesia  ( pmri) jadi
Model pembelajaran matematika realistik indonesia ( pmri) jadiAl-Zorozerofour Buitenzorg
 
Zulkardi knpm6-learning-pmri-online
Zulkardi knpm6-learning-pmri-onlineZulkardi knpm6-learning-pmri-online
Zulkardi knpm6-learning-pmri-onlineZulkardi Harun
 
Bab 1,2,3,4,5,daftar pustaka dan lampiran.
Bab 1,2,3,4,5,daftar pustaka dan lampiran.Bab 1,2,3,4,5,daftar pustaka dan lampiran.
Bab 1,2,3,4,5,daftar pustaka dan lampiran.Vhentha Agabag
 
Memahami konsep-matematika
Memahami konsep-matematikaMemahami konsep-matematika
Memahami konsep-matematikafajarulis
 
Pro dan Kontra Ujian Nasional, PISA, dan TIMSS
Pro dan Kontra Ujian Nasional, PISA, dan TIMSSPro dan Kontra Ujian Nasional, PISA, dan TIMSS
Pro dan Kontra Ujian Nasional, PISA, dan TIMSSNi wulie
 

Andere mochten auch (10)

Kebutuhan Akan Bilangan Baru (Richard Skemp)
Kebutuhan Akan Bilangan Baru (Richard Skemp)Kebutuhan Akan Bilangan Baru (Richard Skemp)
Kebutuhan Akan Bilangan Baru (Richard Skemp)
 
Ppt pmri tabung
Ppt pmri tabungPpt pmri tabung
Ppt pmri tabung
 
Model pembelajaran matematika realistik indonesia
Model pembelajaran matematika realistik indonesiaModel pembelajaran matematika realistik indonesia
Model pembelajaran matematika realistik indonesia
 
Penelitian pengembangan model plomp
Penelitian pengembangan model plomp Penelitian pengembangan model plomp
Penelitian pengembangan model plomp
 
Model pembelajaran matematika realistik indonesia ( pmri) jadi
Model pembelajaran matematika realistik indonesia  ( pmri) jadiModel pembelajaran matematika realistik indonesia  ( pmri) jadi
Model pembelajaran matematika realistik indonesia ( pmri) jadi
 
Zulkardi knpm6-learning-pmri-online
Zulkardi knpm6-learning-pmri-onlineZulkardi knpm6-learning-pmri-online
Zulkardi knpm6-learning-pmri-online
 
Bab 1,2,3,4,5,daftar pustaka dan lampiran.
Bab 1,2,3,4,5,daftar pustaka dan lampiran.Bab 1,2,3,4,5,daftar pustaka dan lampiran.
Bab 1,2,3,4,5,daftar pustaka dan lampiran.
 
Memahami konsep-matematika
Memahami konsep-matematikaMemahami konsep-matematika
Memahami konsep-matematika
 
Pro dan Kontra Ujian Nasional, PISA, dan TIMSS
Pro dan Kontra Ujian Nasional, PISA, dan TIMSSPro dan Kontra Ujian Nasional, PISA, dan TIMSS
Pro dan Kontra Ujian Nasional, PISA, dan TIMSS
 
Ppt proposal liza
Ppt proposal lizaPpt proposal liza
Ppt proposal liza
 

Ähnlich wie Pemahaman konsep dengan pmri

Matematika realistik indonesia
Matematika realistik indonesiaMatematika realistik indonesia
Matematika realistik indonesiasinaramdhani
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitiandedy solin
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitiandedy solin
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitianantiantika
 
bab20200015708.pdf
bab20200015708.pdfbab20200015708.pdf
bab20200015708.pdfYusmaYenti
 
Pendekatan matematik realistik
Pendekatan matematik realistikPendekatan matematik realistik
Pendekatan matematik realistikmatematikauntirta
 
PROPOSAL_PENGARUH PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP ...
PROPOSAL_PENGARUH PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP ...PROPOSAL_PENGARUH PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP ...
PROPOSAL_PENGARUH PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP ...Alorka 114114
 
Realistic mathematics education (rme)
Realistic mathematics education (rme)Realistic mathematics education (rme)
Realistic mathematics education (rme)Zem Chudhienk
 
118-Article Text-232-1-10-20191029 (1).pdf
118-Article Text-232-1-10-20191029 (1).pdf118-Article Text-232-1-10-20191029 (1).pdf
118-Article Text-232-1-10-20191029 (1).pdfslbputraberlian
 
Unimed undergraduate-22276-bab 1 repisi
Unimed undergraduate-22276-bab 1 repisiUnimed undergraduate-22276-bab 1 repisi
Unimed undergraduate-22276-bab 1 repisiCha Aisyah
 
Makalah penelitian jurnal bintang
Makalah penelitian jurnal bintangMakalah penelitian jurnal bintang
Makalah penelitian jurnal bintangLauri Bintang
 
Studi komparasi model pembelajaran realistic mathematics education
Studi komparasi model pembelajaran realistic mathematics educationStudi komparasi model pembelajaran realistic mathematics education
Studi komparasi model pembelajaran realistic mathematics educationloviolivia90
 
Apa,mengapa,bagaimana pmri
Apa,mengapa,bagaimana pmri Apa,mengapa,bagaimana pmri
Apa,mengapa,bagaimana pmri Rfebiola
 
25022013 siska ryane mpmt
25022013 siska ryane mpmt25022013 siska ryane mpmt
25022013 siska ryane mpmtsiskaryane
 
siswa kreatigs.pdf
siswa kreatigs.pdfsiswa kreatigs.pdf
siswa kreatigs.pdfsatriatalpa
 
KajianTindakan Matematik 2012
KajianTindakan Matematik 2012KajianTindakan Matematik 2012
KajianTindakan Matematik 2012marshiza
 
Makalah rme revisi
Makalah rme revisiMakalah rme revisi
Makalah rme revisiSaepul watan
 

Ähnlich wie Pemahaman konsep dengan pmri (20)

Matematika realistik indonesia
Matematika realistik indonesiaMatematika realistik indonesia
Matematika realistik indonesia
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitian
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitian
 
PROPOSAL
PROPOSALPROPOSAL
PROPOSAL
 
Orneo
OrneoOrneo
Orneo
 
Skripsi yang benar
Skripsi yang benarSkripsi yang benar
Skripsi yang benar
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitian
 
bab20200015708.pdf
bab20200015708.pdfbab20200015708.pdf
bab20200015708.pdf
 
Pendekatan matematik realistik
Pendekatan matematik realistikPendekatan matematik realistik
Pendekatan matematik realistik
 
PROPOSAL_PENGARUH PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP ...
PROPOSAL_PENGARUH PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP ...PROPOSAL_PENGARUH PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP ...
PROPOSAL_PENGARUH PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP ...
 
Realistic mathematics education (rme)
Realistic mathematics education (rme)Realistic mathematics education (rme)
Realistic mathematics education (rme)
 
118-Article Text-232-1-10-20191029 (1).pdf
118-Article Text-232-1-10-20191029 (1).pdf118-Article Text-232-1-10-20191029 (1).pdf
118-Article Text-232-1-10-20191029 (1).pdf
 
Unimed undergraduate-22276-bab 1 repisi
Unimed undergraduate-22276-bab 1 repisiUnimed undergraduate-22276-bab 1 repisi
Unimed undergraduate-22276-bab 1 repisi
 
Makalah penelitian jurnal bintang
Makalah penelitian jurnal bintangMakalah penelitian jurnal bintang
Makalah penelitian jurnal bintang
 
Studi komparasi model pembelajaran realistic mathematics education
Studi komparasi model pembelajaran realistic mathematics educationStudi komparasi model pembelajaran realistic mathematics education
Studi komparasi model pembelajaran realistic mathematics education
 
Apa,mengapa,bagaimana pmri
Apa,mengapa,bagaimana pmri Apa,mengapa,bagaimana pmri
Apa,mengapa,bagaimana pmri
 
25022013 siska ryane mpmt
25022013 siska ryane mpmt25022013 siska ryane mpmt
25022013 siska ryane mpmt
 
siswa kreatigs.pdf
siswa kreatigs.pdfsiswa kreatigs.pdf
siswa kreatigs.pdf
 
KajianTindakan Matematik 2012
KajianTindakan Matematik 2012KajianTindakan Matematik 2012
KajianTindakan Matematik 2012
 
Makalah rme revisi
Makalah rme revisiMakalah rme revisi
Makalah rme revisi
 

Mehr von mafia_konoha

Tes objektif dan pengembangan tes objektif
Tes objektif dan pengembangan tes objektifTes objektif dan pengembangan tes objektif
Tes objektif dan pengembangan tes objektifmafia_konoha
 
Paper Tower Bridge dan Kongruen
Paper Tower Bridge dan KongruenPaper Tower Bridge dan Kongruen
Paper Tower Bridge dan Kongruenmafia_konoha
 
Pengembangan Aljabar
Pengembangan AljabarPengembangan Aljabar
Pengembangan Aljabarmafia_konoha
 
Full indo ms-jme-rully-charitas-indra-prahmana
Full indo ms-jme-rully-charitas-indra-prahmanaFull indo ms-jme-rully-charitas-indra-prahmana
Full indo ms-jme-rully-charitas-indra-prahmanamafia_konoha
 
Full indo ms-jme-nenden
Full indo ms-jme-nendenFull indo ms-jme-nenden
Full indo ms-jme-nendenmafia_konoha
 
Full indo ms-jme-nasrullah
Full indo ms-jme-nasrullahFull indo ms-jme-nasrullah
Full indo ms-jme-nasrullahmafia_konoha
 
Full indo ms-jme-kairuddin
Full indo ms-jme-kairuddinFull indo ms-jme-kairuddin
Full indo ms-jme-kairuddinmafia_konoha
 
Full indo ms-jme-denny-haris
Full indo ms-jme-denny-harisFull indo ms-jme-denny-haris
Full indo ms-jme-denny-harismafia_konoha
 

Mehr von mafia_konoha (12)

Tes objektif dan pengembangan tes objektif
Tes objektif dan pengembangan tes objektifTes objektif dan pengembangan tes objektif
Tes objektif dan pengembangan tes objektif
 
Paper Tower Bridge dan Kongruen
Paper Tower Bridge dan KongruenPaper Tower Bridge dan Kongruen
Paper Tower Bridge dan Kongruen
 
Van Hiele
Van HieleVan Hiele
Van Hiele
 
Pengembangan Aljabar
Pengembangan AljabarPengembangan Aljabar
Pengembangan Aljabar
 
Tangram
TangramTangram
Tangram
 
Full indo ms-jme-rully-charitas-indra-prahmana
Full indo ms-jme-rully-charitas-indra-prahmanaFull indo ms-jme-rully-charitas-indra-prahmana
Full indo ms-jme-rully-charitas-indra-prahmana
 
Full indo ms-jme-nenden
Full indo ms-jme-nendenFull indo ms-jme-nenden
Full indo ms-jme-nenden
 
Full indo ms-jme-nasrullah
Full indo ms-jme-nasrullahFull indo ms-jme-nasrullah
Full indo ms-jme-nasrullah
 
Full indo ms-jme-kairuddin
Full indo ms-jme-kairuddinFull indo ms-jme-kairuddin
Full indo ms-jme-kairuddin
 
Full indo ms-jme-denny-haris
Full indo ms-jme-denny-harisFull indo ms-jme-denny-haris
Full indo ms-jme-denny-haris
 
SOLUSI
SOLUSI SOLUSI
SOLUSI
 
SPLDV
SPLDV SPLDV
SPLDV
 

Kürzlich hochgeladen

PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasarrenihartanti
 
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)PUNGKYBUDIPANGESTU1
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASbilqisizzati
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajarHafidRanggasi
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSdheaprs
 
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptAgusRahmat39
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiaNILAMSARI269850
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...MetalinaSimanjuntak1
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...Kanaidi ken
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...Kanaidi ken
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidupfamela161
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMIGustiBagusGending
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 

Kürzlich hochgeladen (20)

PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
 
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
 
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 

Pemahaman konsep dengan pmri

  • 1. PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA MUNGGUNAKAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) Eko Septiansyah Putra Program Studi Megister Pendidikan Matematika Universitas Sriwijaya e-mail: mafia_konoha@yahoo.com Abstrak Secara umum telah kita ketahui bahwa matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan kepada semua peserta didik dari tingkat sekolah dasar sampai ke tingkat perguruan tinggi. Di dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan matematika sekolah dasar ada beberapa materi yang harus dikuasai peserta didik dimana materi ini dapat membentuk pola pikir siswa menjadi kritis, analitis, dan sistematis, salah satu kajian materi tersebut adalah perkalian. Konsep-konsep di dalam perkalian merupakan dasar untuk mempelajari konsep selanjutnya. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam pemahaman konsep dasar operasi perkalian. Siswa cenderung dikenalkan dengan penggunaan rumus tanpa melibatkan konsep itu sendiri. Memberikan lingkungan belajar kontekstual akan membantu peserta didik dalam membangun pemahaman konsep. Pendekatan matematika realistik Indonesia (PMRI) memiliki karakteristik yang memungkinkan siswa berkembang secara optimum, seperti kebebasan siswa untuk menyampaikan pendapatnya, adanya masalah kontekstual yang dapat mengkaitkan konsep matematika dengan kehidupan nyata, dan pembuatan model yang dapat memudahkan siswa dalam menyelesaikan masalah. Kata kunci: Pemahaman konsep, Perkalian, PMRI PENDAHULUAN Secara umum telah kita ketahui bahwa matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan kepada semua peserta didik dari tingkat sekolah dasar sampai ke tingkat perguruan tinggi guna untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta memiliki kemampuan bekerjasama (Syaiful, 2011). Dengan kemampuan– kemampuan tersebut diharapkan peserta didik dapat bersaing pada kondisi yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.
  • 2. Pada umumnya banyak orang menganggap bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit, membosankan, menakutkan, hanya punya jawaban tunggal untuk setiap permasalahan, dan hanya dapat dipahami oleh segelintir orang. Hal ini senada yang diungkapkan dalam penelitian Marhamah (2009) bahwa masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika sehingga mereka mengeluh dan beranggapan bahwa matematika itu sangat sulit dan menakutkan. Rasa takut terhadap pelajaran matematika (fobia matematika) sering kali menghinggapi perasaan para siswa dari tingkat SD sampai dengan SMA bahkan hingga perguruan tinggi. Supartono (2006) menyatakan bahwa yang masih sering ditemui adalah masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika. Beberapa penyebab kesulitan tersebut antara lain pelajaran matematika tidak tampak kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, cara penyajian pelajaran matematika yang monoton dari konsep abstrak menuju ke kongkrit, tidak membuat anak senang belajar. Menurut Rohani (2005) siswa belajar matematika tanpa menyadari kegunaannya. Sedangkan menurut Zulkardi (2007) ada masalah besar dalam pendidikan matematika di Indonesia. Masalah tersebut adalah kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu problem yang berhubungan dengan kehidupan seharihari masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes TIMSS tahun 2015 penguasaan siswa Indonesia berada di peringkat 36 dari 49 negara. Salah satu penyebabnya, jika diperhatikan karena model soal yang diujikan banyak yang berhubungan dengan masalah kontekstual. Hal ini didukung pendapat Suryanto (2002), pembelajaran matematika saat ini banyak disajikan sebagai “barang jadi”, yaitu sebagai sistem deduktif. Tugas murid adalah menghapal definisi dan teorema, mengerjakan soalsoal atau berlatih menerapkan rumus-rumus. Di dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) matematika sekolah dasar ada beberapa kajian materi yang harus dikuasai oleh peserta didik dimana kajian materi ini dapat membentuk pola pikir siswa menjadi lebih logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif. Salah satu bidang kajian materi tersebut adalah perkalian serta aplikasi dari perkalian di dalam kehidupan sehari-hari. Konsep- konsep di dalam perkalian merupakan dasar untuk mempelajari konsep selanjutnya. Treffers (1991) menyatakan pengalaman belajar yang lalu dari seorang siswa akan mempengaruhi proses belajar matematika selanjutnya. Dengan demikian pemahaman konsep perkalian di sekolah dasar akan sangat berpengaruh terhadap penguasaan materi lebih lanjut.
  • 3. Konsep matematika adalah abstrak dan hal ini membuat siswa merasa sulit untuk belajar matematika. Akibatnya, siswa kurang pengalaman dan memahami konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari (Haris, 2011). Hal ini senada dengan Prahmana (2010) yang mengatakan proses pembelajaran matematika siswa belum bermakna, sehingga pemahaman siswa tentang konsep masih lemah. PEMBAHASAN Salah satu materi matematika yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah perkalian. Selain itu perkalian juga merupakan dasar dalam belajar matematika lebih lanjut. Namun kenyataan yang terjadi materi perkalian masih dirasakan sulit oleh siswa, seperti hal nyas iswa mengalami kesulitan dalam pemahaman konsep dasar operasi perkalian. Siswa lebih cenderung dikenalkan dengan penggunaan rumus tanpa melibatkan konsep itu sendiri. (Prahmana, 2012). Di dalam belajar perkalian dengan pecahan di Indonesia, sebagian besar siswa dituntut untuk menguasai prosedur dan algoritma. Mereka hanya perlu menghafal rumus dan trik dalam perhitungan untuk memecahkan masalah. Namun, kita tidak tahu apakah siswa mengetahui dan memahami arti prosedur dan algoritma di balik itu (Shanty, 2011). Selain itu, belajar matematika siswa belum bermakna, sehingga pengertian siswa tentang konsep sangat lemah. Kairuddin (2011) menyatakan bahwa fakta- fakta ini menunjukan bahwa pembelajaran disekolah tersebut masih konvensional dimana proses pembelajaran masih dengan berlatih simbol matematika dan menekankan pada pemberian informasi dan penerapan algoritma matematika. Kairuddin (2011) menyatakan bahwa metode ini konvensional yaitu ketergantungan pada metode ceramah, sifat pasif yang ditunjukan pelajar dalam proses pembelajaran, hanya jawaban yang benar diterima, kurangnya siswa dalam bertanya, dan seluruh kegiatan kelas hanya mencatat. Melihat keadaan seperti ini maka perlu adanya perubahan-perubahan kearah yang lebih baik terutama pada pengembangan materi, dimana perlu diterapkannya suatu pendekatan pembelajaran yang melibatkan siswa dan dimulai dari hal yang nyata serta dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa, sehingga proses pembelajaran matematika menjadi lebih menarik, bermakna, dan tidak membosankan serta tidak menakutkan bagi siswa. Matematika bukan hanya materi yang di transfer oleh guru ke siswa (Gravemeijer, 1994). Siswa seharusnya tidak dianggap sebagai penerima pasif yang hanya menerima materi matematika dengan sekedar menggunakan rumus dan prosedur tertentu untuk menyelesaikan suatu permasalahan, tetapi lebih dari itu siswa diberi kesempatan dan dibimbing kedalam
  • 4. situasi untuk menemukan kembali (reinvent) konsep matematika dengan cara mereka sendiri. Untuk mengkondisikan siswa ke dalam situasi tersebut pembelajaran matematika di kelas ditekankan pada keterhubungan antara konsep matematika dengan pengalaman siswa sehari hari. Memberikan anak-anak lingkungan belajar kontekstual akan membantu mereka untuk membangun pemahaman konsep. Indonesia adalah negara yang besar dan besar yang memiliki banyak konteks. odong-odong, ojek, angkutan kota (angkot) adalah konteks yang dapat ditemukan di setiap tempat di Indonesia, khusus untuk angkot, transportasi ini digunakan oleh sebagian besar penduduk desa dan kota sebagai kendaraan atau transportasi untuk pergi ke setiap tempat (Kairuddin, 2011). Selain itu permainan tradisional merupakan aspek menarik yang membantu anak untuk mengalami berbagai situasi yang mengajak mereka untuk bersentuhan dengan suara, simbol, dan arti yang berkaitan dengan bilangan (Nasrullah, 2011). Salah satu pendekatan pembelajaran matematika yang menekankan kegunaan dalam arti khusus, yaitu pembelajaran yang menekankan penggunaan masalah kontekstual sebagai titik awal pembelajaran matematika adalah Realistic Mathematics Education (RME), sebuah pendekatan pembelajaran matematika yang dikembangkan Freudenthal di Belanda pada tahun 1970. Gravemeijer (1994) mengungkapkan realistic mathematics education is rooted in Freudenthal’s interpretation of mathematics as an activity. Ungkapan Gravemeijer tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran matematika realistik dikembangkan berdasar pandangan Freudenthal yang menyatakan matematika sebagai suatu aktivitas. Lebih lanjut Gravemeijer (1994) menjelaskan bahwa yang dapat digolongkan sebagai aktivitas tersebut meliputi aktivitas pemecahan masalah, mencari masalah dan mengorganisasi pokok persoalan. Terkait dengan konsep pembelajaran matematika realistik di atas Gravemeijer (1994) menyatakan mathematics is viewed as an activity, a way of working. Learning mathematics means doing mathematics, of which solving everyday life problem is an essential part. Gravemeijer menjelaskan bahwa dengan memandang matematika sebagai suatu aktivitas maka belajar matematika berarti bekerja dengan matematika dan pemecahan masalah hidup sehari-hari merupakan bagian penting dalam pembelajaran. Konsep lain dari pembelajaran matematika realistik dikemukakan Treffers (1991) dalam pernyataan berikut ini The key idea of RME is that children should be given the opportunity to reinvent mathematics under the guidance of an adult (teacher). In addition, the formal mathematical knowledge can be developed from children’s informal knowledge. Dalam ungkapan di atas Treffers menjelaskan ide kunci dari pembelajaran matematika
  • 5. realistik yang menekankan perlunya kesempatan bagi siswa untuk menemukan kembali matematika dengan bantuan orang dewasa (guru). Selain itu disebutkan pula bahwa pengetahuan matematika formal dapat dikembangkan (ditemukan kembali) berdasar pengetahuan informal yang dimiliki siswa. Pernyataan-pernyataan yang dikemukakan di atas menjelaskan suatu cara pandang terhadap pembelajaran matamatika yang ditempatkan sebagai suatu proses bagi siswa untuk menemukan sendiri pengetahuan matematika berdasar pengetahuan informal yang dimilikinya. Dalam pandangan ini matematika disajikan bukan sebagai barang “jadi” yang dapat dipindahkan oleh guru ke dalam pikiran siswa. Dalam sudut pandang pendekatan matematika realistik, siswa di tempatkan sebagai individu yang memiliki pengalaman dan pengetahuan sebagai dari hasil interaksi dengan lingkungannya. Pendekatan ini pula diyakini bahwa siswa mempunyai kemampuan atau potensi untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman mereka tentang matematika. Dengan melakukan eksplorasi dalam berbagai masalah, baik yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari sampai masalah matematika, diharapkan siswa dapat merekontruksi kembali temuan-temuan dalam matematika. Dalam pendekatan matematika realistik, guru dapat dikatakan sebagai fasilitator, moderator dan evaluator yang memberikan kesempatan siswa untuk memunculkan ide dan menemukan konsep matematika dengan cara mereka sendiri. Realistic mathematic education (RME) kemudian diadaptasi oleh Indonesia, yang kemudian dinamakan dengan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Dalam Dikdasmen (2004) prinsip dasar PMRI adalah materi matematika ditransmisikan sebagai aktivitas manusia (human activity), memberi kesempatan siswa menemukan kembali (reinvention) melalui praktek (doing it). Pembelajaran matematika dengan menggunakan PMRI lebih menekankan kepada “student oriented” atau “problem oriented” sehingga akan mengurangi banyak dominasi guru. Dengan menggunakan pendekatan ini, siswa akan belajar konsep-konsep matematika berdasarkan realitas atau lingkungan di sekitar mereka. Dalam hal ini pendekatan realistik merupakan pendekatan dalam proses belajar matematika yang dikembangkan guna untuk mendekatkan matematika kepada siswa, sehingga proses pembelajaran matematika dapat menarik dan bermakna. Masalah-masalah nyata dari kehidupan sehari-hari siswa bisa digunakan sebagai titik awal dari proses pembelajaran matematika untuk menunjukan bahwa matematika sangatlah dekat dengan kehidupan sehari-hari yang oleh Gravemeijer (1994) menyebut sebagai mematisasi dari kehidupan sehari-hari. Benda-benda nyata yang akrab dengan kehidupan sehari-hari siswa bisa digunakan dan dijadikan sebagai alat peraga dalam memulai proses belajar matematika .
  • 6. PMRI menyediakan dan mengembangkan pendekatan cara baru mengajar matematika menerapkan strategi yang memungkinkan siswa untuk menjadi pemikir yang lebih aktif (Haris, 2011). Ide utama pembelajaran matematika realistik adalah siswa harus diberi kesempatan untuk menemukan kembali (reinvention) konsep matematika dengan bimbingan orang dewasa. Prinsip menemukan kembali berarti siswa diberi kesempatan menemukan sendiri konsep matematika dengan menyelesaikan berbagai soal kontekstual. Berdasarkan soal siswa membangun model dari (model of) situasi soal kemudian menyusun model matematika (model for) untuk menyelesaikan hingga mendapatkan pengetahuan formal matematika (Gravemeijer, 1994). Selain itu dalam pandangan ini, matematika dipandang sebagai suatu kegiatan manusia. Menurut Marpaung (2007), beberapa hasil penelitian dan pengalaman menggunakan PMRI di beberapa sekolah terlihat kemajuan dalam persepsi siswa tentang matematika, dari yang biasanya menakutkan dan tidak disenangi menjadi tidak lagi menakutkan, walaupun belum sampai tahap disenangi. Penelitian kairuddin (2011) didapat bahwa siswa menggunakan banyak strategi ketika proses pembelajaran dilaksanakan. Penggunaan PMRI dengan kontek angkot juga dapat membantu siswa untuk memahami konsep dasar dari penjumlahan dan pengurangan. Penelitian Haris (2011) menyatakan bahwa hasil dari teaching experiment menunjukkan konteks yang digunakan yakni kontek anyaman dapat merangsang siswa untuk mengembangkan pengetahuan mereka tentang konsep luas. Sehingga dapat di simpulkan penggunaan konteks dalam PMRI dapat membantu memahami konsep luas dari level informal ke level formal. Penelitian Nasrullah (2011) menggunakan permainan dalam proses pembelajaran, misalnya, pembelajaran matematika untuk sekolah dasar dapat menjadi suatu program pelajaran matematika untuk anak-anak. Penelitian Nenden (2011) menyimpulkan bahwa penggunanan PMRI dalam pembelajaran siswa mengenai materi perkalian pecahan dengan bilangan bulat dimana proses belajar lebih progresif berkembang melalui tingkatan yang berbeda-beda. Dalam penelitian Prahmana (2011) penggunaan konteks permainan tradisional tepuk bergambar (PT2B) menunjukkan bahwa konteks PT2B dapat merangsang siswa untuk memahami pengetahuan mereka tentang konsep perkalian. Seluruh strategi dan model yang siswa temukan, gambarkan serta diskusikan menunjukkan bagaimana konstruksi atau konstribusi siswa dapat digunakan untuk membantu pemahaman awal mereka tentang konsep perkalian. Tahapan-tahapan dalam lintasan belajar siswa memiliki peranan penting dalam memahami konsep operasi perkalian dari level informal ke formal.
  • 7. KESIMPULAN Berdasarkan latar belakang dan hasil penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, PMRI adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang akan menggiring siswa memahami konsep matematika dengan mengkontruksi sendiri melalui pengetahuan sebelumnya yang berhubungan dengan kehidupan sehariharinya, menemukan sendiri konsep tersebut sehingga belajarnya menjadi bermakna.
  • 8. DAFTAR PUSTAKA BSNP. (2006). Panduan penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah. Jakarta: BNSP Dikdasmen. (2004). Materi pelatihan terintegrasi. Jakarta: Proyek pengembangan sistem dan pengendalian program. Gravemeijer, K. (1994). Developing realistic mathematics education. Utrecht: Technipress, Culemborg. Haris, D., & Ilma, R. (2011). The role of context in third graders’ learning of area measurement. Journal on Mathematics Education (IndoMS-JME), 2(1): 55-66. Kairuddin., & Darmawijoyo. (2011). The Indonesian’s road transportations as the contexts to support primary school students learning number operation. Journal on Mathematics Education (IndoMS-JME), 2(1): 67-78. Marhamah. (2009). Pengembangan materi ajar pecahan dengan pendekatan PMRI di SD Negeri 21 Palembang. (Tesis). Palembang:Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya. Marpaung, Y. (2007). Pembelajaran matematika dengan pendekatan PMRI: Matematisasi horizontal dan matematisasi vertikal. Jurnal Pendidikan Matematika, 1(1): 1-20. Nasrullah., & Zulkardi. (2011). Building counting by traditional game: A mathematics program for young children. Journal on Mathematics Education (IndoMS-JME), 2(1): 41-54. Prahmana, R.C.I., Zulkardi., & Hartono, Y. (2011). Learning multiplication using Indonesian traditional game in third grade. Journal on Mathematics Education (IndoMS-JME), 3(2): 115-132. Rohani, A. 2005. Pengelolaan pengajaran. Edisi revisi. Jakarta: Rineka Cipta. Shanty, N.O., Hartono, Y., Ilma, R., & Hann, D. (2011). Design research on mathematics education: investigating the progress of Indonesian fifth grade students’ learning on multiplication of fractions with natural numbers. Journal on Mathematics Education (IndoMS-JME), 2(2): 147-162. Supartono. 2006. Pengembangan perangkat pembelajaran matematika realistik untuk materi lingkaran di kelas VIII SMP Negeri 1 Bubulan Bojonegoro. Mathedu, 1 ( 2): 161- 171. Suryanto. 2002. Penggunaan masalah kontekstual dalam pembelajaran matematika. Pidato pengukuhan guru besar. Yogyakarta: UNY. Syaiful. (2011). Metakognisi siswa dalam pembelajaran matematika realistik di sekolah menengah. Edumatics, 1(2): 1-13. Treffers. (1991). Realistic mathematics education in The Netherlands 1980- 1990. In L Streefland (Ed.), Realistic mathematics educatioan in primary school. Utrecht: CD- β Press/ Freudenthal Institute. Zulkardi. 2007. Arti PISA, TIMSS, &UN bagi guru matematika. Makalah seminar nasional pendidikan. FKIP UNSRI. PPS- UNSRI, 4 September 2007.