SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 6
Downloaden Sie, um offline zu lesen
Tugas Resume

BAB 4 KALOR
Luluk Nurul Bahriah, Ovie Gestari, Irfan Safar Farouk, Ahmad Ramdhani
Jurusan Fisika
Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung
BAB 4 KALOR
4.1 KonsepKalor
Kalor adalah perpindahan energi internal. Kalor mengalir dari satu bagian sistem kebagian
lain atau dari satu sistem ke sistem lain karena ada perbedaaan temperatur. Selama pengaliran
kita tidak mengetahui proses keseluruhannya, misalnya keadaan akhirnya.

Kalor belum

dikeatahui sewaktu proses berlangsung. Kuantitas yang diketahui selama proses berlangsung
ialah laju aliran Q yang merupakan fungsi waktu.

Energi internal yang telah dipindahkan dari suatu sistem bertemperatur lebih tinggi ke system
lain yang temperaturnya lebih rendah. Kalor yang dipindahkan dari suatu sistem Q bukan
merupakan fungsi koordinatt ermodinamik, tetapi bergantun pada lintasan. Jika system A dalam
sentuhan termal dengan sistem B, kedua sistem itu dilingkungi oleh dinding adiabat. Untuk
system A, berlaku:
Uf -Ui = Q + W
Dan untuk sistem B, berlaku:
-U’i = Q’ + W’
Dengan menjumlahkannya maka didapatkan:
(Uf-U’f)- (Ui-U’i) = Q + Q’ + W + W’
Karena (Uf-U’f)- (Ui-U’i) adalah perubahan energi sistem gabungan dan W + W’ adalah erja
yang dilakukan oleh sistem gabungan, maka Q + Q’ adalah kalor yang dipindahkan oleh system
gabungan. Karena system gabungan dilingkupi oleh dinding adiabatik, maka:
Q + Q’ = 0
Q = -Q’
Dalam kondisi adiabatik, kalor yang dibuang atau diterima oleh system A sama dengan kalor
yang diterima atau dibuang oleh sistem B.

4.2 Kapasitas Kalor dan Pengukurannya.
Bila kalor diserap oleh suatu sistem, perubahan tenmperatur bias terjadi bias tidak. Jika suatu
mengalami perubahn temperature dari Ti ke Tf selama berlangsungnyap erpindahan Q, maka
kapasitas kalor rata-rata dari sistem:

Kapasitas kalor merupakan kuantitas ekstensif dan kapasitas kalors pesifik diukur dalam
J/kg. K atau kJ/kg.K. Bila kapasitas kalor spesifik berbagai zat dibandingkan, ternyata tidak
terdapat adanya keteraturan yang menarik. Namun, bila satuan banyaknya zat (dengan massa
yang berbeda untuk zat yang berbeda) atau mol. Satu mol didefinisikan sebagai sejumlah zat
yang mengandung banyak unit elementer (molekul, atom, ion, dst) dalam jumlah yang sama
dengan jumlah atom.
Kapasitas kalor bisa negatif, nol, positif atau tak berhingga, bergantung pada proses yang
dialami sistem selama pemindahan kalor. Kapasitas kalor memiliki harga tertentu hanyauntuk
proses tertentu. Dalam hal system hidrostatik, hasil bagi dQ/dt memiliki harga yang unik bila
tekanan dijag tetap. Kapasitas kalor pada tekanan tetap (Cp)

Cp merupakan fungsi dari P dan T
Kapasitas kalor pada volum tetap (Cv):

Cv bergantung pada V dan T. Pada umumnya Cp dan Cv berbeda besarnya.
4.3 Aliran kuasi-statik Kalor; tandon kalor
Tandon kalor adalah benda yang masa nya demikian besar sehingga benda itu bias menyerap
atau membuang jumlah kalor yang tak terbatas banyaknya tanp menimbulkan perubahan
temperatur yang beraarti atau perubahan koordinat termodinamik lainnya. Proses kuasi -statik
suatu sistem yang bersentuhan dengan suatu tandon kalor dipertahankan supaya isotermal. Untuk
memberikan aliran kalor kuasi-statik yang menyangkut perubahan temperatur, orang harus
membayangkan suatu sistem yang disentuhkan berurutan dengan sederetan tandon.
Maka aliran kalornya menjadi kuasi-statik :
Cp=

P

Sehingga
Qp =

dT

Qp =

dT

Selama proses isobar kuasi-statik

Qp = Cp (Tf – Ti)
Untuk proses isovolume kuasi ststik
Qv =

dT

4.4 Penghantaran Kalor
Hukum pokok penghantaran kalor merupakan perampatan dari hasil percobaan pada aliran
liear kalor melalui lempengan dalam arah tegak lurus permukaan. Sepotong bahan berbentuk
lempenga dengan tebal

dan luas A. salah satu permukaannya dipertahankan pada temperatur

T dan yang lainnya pada temperature T+

. Kalor Q yang mengalir tegak lurus permukaan

selama waktu diukur.

Q=

= -K A

K sebagai kondiktivitas termal suatu zat yang memiliki kondiktivitas termal yang besar
dikenal sebagai penyekat penghantar termal, dan zat dengan harga K kecil dikenal sebagai
penyekat termal. Elemen volume bahan penghantar bias berbeda konduktivitas termalnya.
4.5 Konduktivitas Termal
Permukaan batang tersekat termal dan kalor yang hilang melalui penyekat dapat dihitung
dengan mengurangi laju kalor yang memasuki air dari laju energi listrik yang diberikan. Dalam
hampir semua logam, hilangnya kalor melalui permukaan sangat kecil dibandingkan dengan
yang mengalir melalui batang. Temperaturnya bisa diukur dengan memakai termokopel yang
sesuai pada dua tempat yang berjarak L, dan persamaan :

Satuan K adalah W/m.K.
Terlihat bahwa konduktivitas termal safir
naik mencapai harga maksimum 5000
W/m.K pada 30 K (empat kali konduktivitas
perak pada temperatur kamar). Jadi, perak,
tembaga, dan emas memiliki konduktivitas
termal yang secara praktis tetap dalam
selang temperatur antara 100 hingga 1000
K. Menurut kaidah umum, konduktivitas
logam

bertambah

temperaturnya

besar

diturunkan

ketika
sampai

maksimumnya tercapai.
Gas

pada

umumnya

merupakan

penghantar kalor terburuk. Pada tekanan di
atas harga tertentu, bergantung pada sifat
gas dan dimensi bejana tempat gas itu,
konduktivitas termalnya tidak bergantung pada tekanan.

4.6 Konveksi Kalor
Arus konveksi merupakan arus cairan atau gas yang menyerap kalor pada suatu tempat, lalu
bergerak ke tempat lain dan tercampur dengan bagian fluida yang lebih dingin serta memberikan
kalornya. Jika gerak fluida itu disebabkann karena perbedaan kerapatan yang menyertai
perbedaan temperatur, gejalanya dikenal sebagai konveksi alamiah. Jika fluidanya dipaksa untuk
bergerak oleh pompa atau kipas, gejala tadi disebut konveksi terpaksa.
Dengan mengabaikan pemindahan kalor melalui radiasi (yang harus diperhitungkan secara
terpisah), kita bisa mendefinisikan koefisien konveksi h yang memasukkan efek kombinasi dari
penghantar melalui selaput dan konveksi melalui fluida. Jadi,

dengan Q laju pemindahan kalor oleh konveksi, A luas dinding, dan

atau

adalah perbedaan

temperatur antara permukaan dinding dan tubuh utama fluida.

4.7 Hukum Kirchoff; Kalor Teradiasi
Andaikan benda bukan benda hitam, pada temperature T dengan pemancaran radian R dan
keserapan

dimasukan kedalam rongga yang dinding dalamnya bertemperatur sama dengan

irradiansi H. jadi,
Daya radian yang diserap per atuan luas =

H, dan

Daya radian yang dipancarkan per satuan luas = R
Karena benda itu dalam kesetimbangan,
R=

H

H = RB
Sehingga
R=

RB

Atau eksitansi radian setiap benda pada setiap temperature sama dengan fraksi eksitansi
radian benda hitam pada temperature hitam, fraksi ini sama dengan keserapan pada temperature
itu. Persamaan yang dikenal sebagai hukum Kirchoff ini menunjukan bahwa keserapan benda
dapat ditentukan melalui percobaan dengan mengukur pemancaran radian benda itu dan
membaginya dengan pemancaran radian benda hitam pada temperatur yang sama.
Jika terdapat perbedaan temperatur, antara benda dengan lingkungannya, maka dalam selang
waktu yang diberikan, benda itu kehilangan sejumlah energi internal yang sama dengan
banyaknya energi yang diradiasikan

dikurangi dengan energi yang diserap, sedangkan

lingkungannya mendapat energi internal yang sama dengan energi yang diserap dikurangi energi
yang diradiasikan.
Penerimaan energi leh ligkungan sama dengan kehilangan energi oleh benda. Pertambhan
atau kehilangan energi internal, sama dengan perbedaan antara energi radiasi yang diserap dan
energi yang diradiasikan, disebut kalor. Karena pertambahan atau kehilangan energi melalui
radiasi dan penyerapan akan terjadi jika ada perbedan temperatur antara benda dan
lingkungannya. Jika kedua temperatur itu sama, tidak ada pertambahan atau kehilngan energi
internal benda atau lingkungannya.

4.8 Hukum Stefan-Boltzmann
Pengukuran pertama kalor yang dipindahkan oleh radiasi antara suatu benda dengan
lingkungannya dilakukan oleh tyndall. Berdasarkan percobaan ini diambil kesimpulan oleh
Stefan dalam tahun 1879, bahwa kalor yang diradiasi berbanding lurus dengan pangkat empat
dari perbedaan temperatur mutlak.
Dua metode sederhana dapat dipakai untuk menentukan tetapan Stefan boltz mann dan diuraikan
dibawah ini.
1. Metode ketaksetimbangan
(T4w – T4)

=A
Sehingga:
=

d

2. Metode kesetimbangan
Ei = A

(T4 – T4w)

=
56,703,

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Termodinamika & teori kinetik gas
Termodinamika & teori kinetik gasTermodinamika & teori kinetik gas
Termodinamika & teori kinetik gas
NuRul Emi
 
Bab1 perpindahan panas
Bab1 perpindahan panasBab1 perpindahan panas
Bab1 perpindahan panas
Ibnu Hamdun
 
Makalah t ermodinamika
Makalah t ermodinamikaMakalah t ermodinamika
Makalah t ermodinamika
Kira R. Yamato
 
9. panas & perpindahan panas
9. panas & perpindahan panas9. panas & perpindahan panas
9. panas & perpindahan panas
Habibur Rohman
 
Termodinamika (1- 2) j besaran_-_ besaran_sistem
Termodinamika (1- 2) j besaran_-_ besaran_sistemTermodinamika (1- 2) j besaran_-_ besaran_sistem
Termodinamika (1- 2) j besaran_-_ besaran_sistem
jayamartha
 
Perpindahan panas (2)
Perpindahan panas (2)Perpindahan panas (2)
Perpindahan panas (2)
Alen Pepa
 

Was ist angesagt? (20)

Termodinamika & teori kinetik gas
Termodinamika & teori kinetik gasTermodinamika & teori kinetik gas
Termodinamika & teori kinetik gas
 
Termodinamika
TermodinamikaTermodinamika
Termodinamika
 
Materi gas dan termodinamika
Materi gas dan termodinamikaMateri gas dan termodinamika
Materi gas dan termodinamika
 
termodinamika
termodinamikatermodinamika
termodinamika
 
Potensial Termodinamika
 Potensial Termodinamika Potensial Termodinamika
Potensial Termodinamika
 
Bab1 perpindahan panas
Bab1 perpindahan panasBab1 perpindahan panas
Bab1 perpindahan panas
 
Makalah t ermodinamika
Makalah t ermodinamikaMakalah t ermodinamika
Makalah t ermodinamika
 
9. panas & perpindahan panas
9. panas & perpindahan panas9. panas & perpindahan panas
9. panas & perpindahan panas
 
Termodinamika (1- 2) j besaran_-_ besaran_sistem
Termodinamika (1- 2) j besaran_-_ besaran_sistemTermodinamika (1- 2) j besaran_-_ besaran_sistem
Termodinamika (1- 2) j besaran_-_ besaran_sistem
 
Hukum Termodinamika
Hukum TermodinamikaHukum Termodinamika
Hukum Termodinamika
 
Entropi dan hukum termodinamika sujono
Entropi dan hukum termodinamika sujonoEntropi dan hukum termodinamika sujono
Entropi dan hukum termodinamika sujono
 
Ppt kdpf (kelompok 2)
Ppt kdpf (kelompok 2)Ppt kdpf (kelompok 2)
Ppt kdpf (kelompok 2)
 
Gas Ideal - Kelompok 4
Gas Ideal -  Kelompok 4Gas Ideal -  Kelompok 4
Gas Ideal - Kelompok 4
 
Ppt (heat transfers /transfer kalor)
Ppt (heat transfers /transfer kalor)Ppt (heat transfers /transfer kalor)
Ppt (heat transfers /transfer kalor)
 
KIMIA FISIKA TERMODINAMIKA
KIMIA FISIKA TERMODINAMIKAKIMIA FISIKA TERMODINAMIKA
KIMIA FISIKA TERMODINAMIKA
 
Kelompok 1
Kelompok 1Kelompok 1
Kelompok 1
 
Termodinamika
TermodinamikaTermodinamika
Termodinamika
 
Entropi dan hukum ketiga termodinamika
Entropi dan hukum ketiga termodinamikaEntropi dan hukum ketiga termodinamika
Entropi dan hukum ketiga termodinamika
 
Suhu dan kalor
Suhu dan kalorSuhu dan kalor
Suhu dan kalor
 
Perpindahan panas (2)
Perpindahan panas (2)Perpindahan panas (2)
Perpindahan panas (2)
 

Ähnlich wie Kalor

Kalor dan-perpindahan-kalor
Kalor dan-perpindahan-kalorKalor dan-perpindahan-kalor
Kalor dan-perpindahan-kalor
iwan kurniawan
 
Konsep temperatur
Konsep temperaturKonsep temperatur
Konsep temperatur
FKIP UNHALU
 
Termodinamika 1dan termodinamika ii
Termodinamika 1dan termodinamika iiTermodinamika 1dan termodinamika ii
Termodinamika 1dan termodinamika ii
Sylvester Saragih
 

Ähnlich wie Kalor (20)

Bab 6 suhu dan kalor
Bab 6 suhu dan kalorBab 6 suhu dan kalor
Bab 6 suhu dan kalor
 
Kalor dan-perpindahan-kalor
Kalor dan-perpindahan-kalorKalor dan-perpindahan-kalor
Kalor dan-perpindahan-kalor
 
MetodeE Transfer Kalor, suhu, pemuaian, PPT kelas 7 SMP
MetodeE Transfer Kalor, suhu, pemuaian, PPT kelas 7 SMPMetodeE Transfer Kalor, suhu, pemuaian, PPT kelas 7 SMP
MetodeE Transfer Kalor, suhu, pemuaian, PPT kelas 7 SMP
 
Remidi fisika riko saputra x tmo-b
Remidi fisika riko saputra x tmo-bRemidi fisika riko saputra x tmo-b
Remidi fisika riko saputra x tmo-b
 
Termodinamika
Termodinamika  Termodinamika
Termodinamika
 
Termofisika
TermofisikaTermofisika
Termofisika
 
Termodinamika
TermodinamikaTermodinamika
Termodinamika
 
Rpp 3.11 jun
Rpp 3.11  junRpp 3.11  jun
Rpp 3.11 jun
 
suhu dan kalor
suhu dan kalorsuhu dan kalor
suhu dan kalor
 
Kalorimetri semester 1 teknologi hasil pertanian
Kalorimetri semester 1 teknologi hasil pertanian Kalorimetri semester 1 teknologi hasil pertanian
Kalorimetri semester 1 teknologi hasil pertanian
 
Kalor dan Teori Kinetik
Kalor dan Teori KinetikKalor dan Teori Kinetik
Kalor dan Teori Kinetik
 
02 termometer hambatan listrik
02 termometer hambatan listrik02 termometer hambatan listrik
02 termometer hambatan listrik
 
Konsep temperatur
Konsep temperaturKonsep temperatur
Konsep temperatur
 
KONSEP SUHU (Temperatur).pptx
KONSEP SUHU (Temperatur).pptxKONSEP SUHU (Temperatur).pptx
KONSEP SUHU (Temperatur).pptx
 
Termodinamika 1dan termodinamika ii
Termodinamika 1dan termodinamika iiTermodinamika 1dan termodinamika ii
Termodinamika 1dan termodinamika ii
 
Perpindahan panas. kelas 7 SMP. Materi Suhu dan Kalor
Perpindahan panas. kelas 7 SMP. Materi Suhu dan KalorPerpindahan panas. kelas 7 SMP. Materi Suhu dan Kalor
Perpindahan panas. kelas 7 SMP. Materi Suhu dan Kalor
 
Kalor
KalorKalor
Kalor
 
MODUL 8.pptx
MODUL 8.pptxMODUL 8.pptx
MODUL 8.pptx
 
Makalah fisika tentang kalor dan asas black
Makalah fisika tentang kalor dan asas blackMakalah fisika tentang kalor dan asas black
Makalah fisika tentang kalor dan asas black
 
SUHU dan KALOR
SUHU dan KALORSUHU dan KALOR
SUHU dan KALOR
 

Kürzlich hochgeladen

PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
dpp11tya
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
pipinafindraputri1
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
novibernadina
 

Kürzlich hochgeladen (20)

PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptxRegresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 

Kalor

  • 1. Tugas Resume BAB 4 KALOR Luluk Nurul Bahriah, Ovie Gestari, Irfan Safar Farouk, Ahmad Ramdhani Jurusan Fisika Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung BAB 4 KALOR 4.1 KonsepKalor Kalor adalah perpindahan energi internal. Kalor mengalir dari satu bagian sistem kebagian lain atau dari satu sistem ke sistem lain karena ada perbedaaan temperatur. Selama pengaliran kita tidak mengetahui proses keseluruhannya, misalnya keadaan akhirnya. Kalor belum dikeatahui sewaktu proses berlangsung. Kuantitas yang diketahui selama proses berlangsung ialah laju aliran Q yang merupakan fungsi waktu. Energi internal yang telah dipindahkan dari suatu sistem bertemperatur lebih tinggi ke system lain yang temperaturnya lebih rendah. Kalor yang dipindahkan dari suatu sistem Q bukan merupakan fungsi koordinatt ermodinamik, tetapi bergantun pada lintasan. Jika system A dalam sentuhan termal dengan sistem B, kedua sistem itu dilingkungi oleh dinding adiabat. Untuk system A, berlaku: Uf -Ui = Q + W Dan untuk sistem B, berlaku: -U’i = Q’ + W’ Dengan menjumlahkannya maka didapatkan: (Uf-U’f)- (Ui-U’i) = Q + Q’ + W + W’ Karena (Uf-U’f)- (Ui-U’i) adalah perubahan energi sistem gabungan dan W + W’ adalah erja yang dilakukan oleh sistem gabungan, maka Q + Q’ adalah kalor yang dipindahkan oleh system gabungan. Karena system gabungan dilingkupi oleh dinding adiabatik, maka: Q + Q’ = 0 Q = -Q’
  • 2. Dalam kondisi adiabatik, kalor yang dibuang atau diterima oleh system A sama dengan kalor yang diterima atau dibuang oleh sistem B. 4.2 Kapasitas Kalor dan Pengukurannya. Bila kalor diserap oleh suatu sistem, perubahan tenmperatur bias terjadi bias tidak. Jika suatu mengalami perubahn temperature dari Ti ke Tf selama berlangsungnyap erpindahan Q, maka kapasitas kalor rata-rata dari sistem: Kapasitas kalor merupakan kuantitas ekstensif dan kapasitas kalors pesifik diukur dalam J/kg. K atau kJ/kg.K. Bila kapasitas kalor spesifik berbagai zat dibandingkan, ternyata tidak terdapat adanya keteraturan yang menarik. Namun, bila satuan banyaknya zat (dengan massa yang berbeda untuk zat yang berbeda) atau mol. Satu mol didefinisikan sebagai sejumlah zat yang mengandung banyak unit elementer (molekul, atom, ion, dst) dalam jumlah yang sama dengan jumlah atom. Kapasitas kalor bisa negatif, nol, positif atau tak berhingga, bergantung pada proses yang dialami sistem selama pemindahan kalor. Kapasitas kalor memiliki harga tertentu hanyauntuk proses tertentu. Dalam hal system hidrostatik, hasil bagi dQ/dt memiliki harga yang unik bila tekanan dijag tetap. Kapasitas kalor pada tekanan tetap (Cp) Cp merupakan fungsi dari P dan T Kapasitas kalor pada volum tetap (Cv): Cv bergantung pada V dan T. Pada umumnya Cp dan Cv berbeda besarnya.
  • 3. 4.3 Aliran kuasi-statik Kalor; tandon kalor Tandon kalor adalah benda yang masa nya demikian besar sehingga benda itu bias menyerap atau membuang jumlah kalor yang tak terbatas banyaknya tanp menimbulkan perubahan temperatur yang beraarti atau perubahan koordinat termodinamik lainnya. Proses kuasi -statik suatu sistem yang bersentuhan dengan suatu tandon kalor dipertahankan supaya isotermal. Untuk memberikan aliran kalor kuasi-statik yang menyangkut perubahan temperatur, orang harus membayangkan suatu sistem yang disentuhkan berurutan dengan sederetan tandon. Maka aliran kalornya menjadi kuasi-statik : Cp= P Sehingga Qp = dT Qp = dT Selama proses isobar kuasi-statik Qp = Cp (Tf – Ti) Untuk proses isovolume kuasi ststik Qv = dT 4.4 Penghantaran Kalor Hukum pokok penghantaran kalor merupakan perampatan dari hasil percobaan pada aliran liear kalor melalui lempengan dalam arah tegak lurus permukaan. Sepotong bahan berbentuk lempenga dengan tebal dan luas A. salah satu permukaannya dipertahankan pada temperatur T dan yang lainnya pada temperature T+ . Kalor Q yang mengalir tegak lurus permukaan selama waktu diukur. Q= = -K A K sebagai kondiktivitas termal suatu zat yang memiliki kondiktivitas termal yang besar dikenal sebagai penyekat penghantar termal, dan zat dengan harga K kecil dikenal sebagai penyekat termal. Elemen volume bahan penghantar bias berbeda konduktivitas termalnya.
  • 4. 4.5 Konduktivitas Termal Permukaan batang tersekat termal dan kalor yang hilang melalui penyekat dapat dihitung dengan mengurangi laju kalor yang memasuki air dari laju energi listrik yang diberikan. Dalam hampir semua logam, hilangnya kalor melalui permukaan sangat kecil dibandingkan dengan yang mengalir melalui batang. Temperaturnya bisa diukur dengan memakai termokopel yang sesuai pada dua tempat yang berjarak L, dan persamaan : Satuan K adalah W/m.K. Terlihat bahwa konduktivitas termal safir naik mencapai harga maksimum 5000 W/m.K pada 30 K (empat kali konduktivitas perak pada temperatur kamar). Jadi, perak, tembaga, dan emas memiliki konduktivitas termal yang secara praktis tetap dalam selang temperatur antara 100 hingga 1000 K. Menurut kaidah umum, konduktivitas logam bertambah temperaturnya besar diturunkan ketika sampai maksimumnya tercapai. Gas pada umumnya merupakan penghantar kalor terburuk. Pada tekanan di atas harga tertentu, bergantung pada sifat gas dan dimensi bejana tempat gas itu, konduktivitas termalnya tidak bergantung pada tekanan. 4.6 Konveksi Kalor Arus konveksi merupakan arus cairan atau gas yang menyerap kalor pada suatu tempat, lalu bergerak ke tempat lain dan tercampur dengan bagian fluida yang lebih dingin serta memberikan kalornya. Jika gerak fluida itu disebabkann karena perbedaan kerapatan yang menyertai
  • 5. perbedaan temperatur, gejalanya dikenal sebagai konveksi alamiah. Jika fluidanya dipaksa untuk bergerak oleh pompa atau kipas, gejala tadi disebut konveksi terpaksa. Dengan mengabaikan pemindahan kalor melalui radiasi (yang harus diperhitungkan secara terpisah), kita bisa mendefinisikan koefisien konveksi h yang memasukkan efek kombinasi dari penghantar melalui selaput dan konveksi melalui fluida. Jadi, dengan Q laju pemindahan kalor oleh konveksi, A luas dinding, dan atau adalah perbedaan temperatur antara permukaan dinding dan tubuh utama fluida. 4.7 Hukum Kirchoff; Kalor Teradiasi Andaikan benda bukan benda hitam, pada temperature T dengan pemancaran radian R dan keserapan dimasukan kedalam rongga yang dinding dalamnya bertemperatur sama dengan irradiansi H. jadi, Daya radian yang diserap per atuan luas = H, dan Daya radian yang dipancarkan per satuan luas = R Karena benda itu dalam kesetimbangan, R= H H = RB Sehingga R= RB Atau eksitansi radian setiap benda pada setiap temperature sama dengan fraksi eksitansi radian benda hitam pada temperature hitam, fraksi ini sama dengan keserapan pada temperature itu. Persamaan yang dikenal sebagai hukum Kirchoff ini menunjukan bahwa keserapan benda dapat ditentukan melalui percobaan dengan mengukur pemancaran radian benda itu dan membaginya dengan pemancaran radian benda hitam pada temperatur yang sama. Jika terdapat perbedaan temperatur, antara benda dengan lingkungannya, maka dalam selang waktu yang diberikan, benda itu kehilangan sejumlah energi internal yang sama dengan banyaknya energi yang diradiasikan dikurangi dengan energi yang diserap, sedangkan lingkungannya mendapat energi internal yang sama dengan energi yang diserap dikurangi energi yang diradiasikan.
  • 6. Penerimaan energi leh ligkungan sama dengan kehilangan energi oleh benda. Pertambhan atau kehilangan energi internal, sama dengan perbedaan antara energi radiasi yang diserap dan energi yang diradiasikan, disebut kalor. Karena pertambahan atau kehilangan energi melalui radiasi dan penyerapan akan terjadi jika ada perbedan temperatur antara benda dan lingkungannya. Jika kedua temperatur itu sama, tidak ada pertambahan atau kehilngan energi internal benda atau lingkungannya. 4.8 Hukum Stefan-Boltzmann Pengukuran pertama kalor yang dipindahkan oleh radiasi antara suatu benda dengan lingkungannya dilakukan oleh tyndall. Berdasarkan percobaan ini diambil kesimpulan oleh Stefan dalam tahun 1879, bahwa kalor yang diradiasi berbanding lurus dengan pangkat empat dari perbedaan temperatur mutlak. Dua metode sederhana dapat dipakai untuk menentukan tetapan Stefan boltz mann dan diuraikan dibawah ini. 1. Metode ketaksetimbangan (T4w – T4) =A Sehingga: = d 2. Metode kesetimbangan Ei = A (T4 – T4w) = 56,703,