Dokumen tersebut membahas konsep wakalah, kafalah, dan hawalah dalam hukum Islam. Wakalah adalah penyerahan suatu pekerjaan kepada orang lain untuk menggantikan, kafalah adalah jaminan atas utang orang lain, sedangkan hawalah adalah pengalihan hutang."
2. Wakalah (Perwakilan) - الوكالة
Secara bahasa, al-wakalah atau al-wikalah berarti al-tafwidh
(penyerahan, pendelegasian dan pemberian mandat).
Secara terminologi, dalam kitab kifayat al-akhyar:
حياته حال في ليحفظه غيره الى النيابة يقبل مما فعله له ما تفويض
Menyerahkan suatu pekerjaan yang dapat digantikan kepada orang lain agar
dikelola dan dijaga pada masa hidupnya
Wakalah adalah akad (suatu transaksi) dimana seseorang menunjuk
orang lain untuk menggantikan dalam mengerjakan
pekerjaannya/perkaranya ketika masih hidup.
Landasan Hukum Wakalah: QS. Al-Kahfi: 19, QS. Al-Nisa’: 35
المدينة إلى هذه بورقكم أحدكم فابعثوا
Maka suruhlah salah seorang diantara kamu pergi ke kota dengan membawa
uang perakmu ini.
أهلها من وحكما أهله من حكما فابعثو
Maka kirimlah seorang utusan dari keluarga laki-laki dan hakam dari
keluarga wanita.
وكيلي أتيت إذا فقال صم النبي فأتيت خيبر إلى الخروج أردت قال عنه هللا رضي جابر عنبخيبر
وسقا عشر خمسة منه فخذ(داود ابو رواه(
Dari jabir Ra. Berkata: Aku pergi ke Khaibar, lalu aku datang kepada
Rasulullah SAW, maka beliau bersabda, “Bila engkau datang pada wakilku di
Khaibar, maka ambillah darinya 15 wasaq.
3. Rukun dan Syarat Wakalah
1. Muwakkil, orang yang mewakilkan. Syaratnya: dia berstatus sebagai
pemilik urusan/benda dan menguasainya serta dapat bertindak
terhadap harta tersebut dengan dirinya sendiri.
2. Wakil, orang yang mewakili. Syaratnya adalah orang berakal. Menurut
Hanafiah, anak kecil yang mumayyiz (dapat membedakan baik dan
buruk) sah menjadi wakil.
3. Muwakkal fih,sesuatu yang diwakilan. Syaratnya:
- Pekerjaan/urusan itu dapat diwakilkan atau digantikan oleh orang lain.
- Pekerjaan itu dimiliki oleh muwakkil sewaktu akad wakalah, makanya
tidak sah berwakil menjual sesuatu yang belum dimilikinya.
- Pekerjaan itu diketahui secara jelas.
4. Shighat, hendaknya berupa lafaz yang menunjukkan arti mewakilkan.
Dalam sighat, qabul si wakil tidak disyaratkan, artinya seandainya si
wakil tidak mengucapkan qabul tetap dianggap sah.
Pekerjaan yang boleh diwakilkan adalah semua pekerjaan yang dapat
diakadkan oleh dirinya sendiri, artinya secara hukum pekerjaan itu
dapat gugur jika digantikan. Misal, mewakilkan orang lain untuk
menjual atau membeli.
4. Hikmah Wakalah
Pada hakikatnya wakalah adalah pemberian dan pemeliharaan
amanat. Oleh karena itu baik muwakkil (orang yang mewakilkan) dan
wakil (orang yang mewakili) yang sudah melakukan kerjasama kontrak
wajib untuk menjalankan hak dan kewajibannya, saling percaya dan
menghilangkan sifat curiga dan berburuk sangka. Di sisi lain dalam
wakalah terdapat pembagian tugas, karena tidak semua orang memiliki
kesempatan menjalankan pekerjaannya sendiri. Dengan mewakilkan
kepada orang lain maka muncullah sikap saling tolong-menolong dan
memberikan pekerjaan bagi orang lain. Muwakkil akan terbantu dalam
menjalankan pekerjaannya, sedangkan wakil tidak kehilangan
pekerjaannya disamping mendapat imbalan sewajarnya.
BERAKHIRNYA WAKALAH, dikarenakan salah satu sebab berikut:
1. Matinya salah seorang dari yang berakad
2. Salah satunya gila
3. Pekerjaan yang dimaksud dihentikan
4. Pemutusan oleh muwakkil terhadap wakil meskipun wakil tidak
mengetahui (menurut Syafi’i dan Hambali), tapi menurut Hanafi wakil
wajib tahu
5. Wakil memutuskan sendiri
6. Keluarnya orang yang mewakilkan (muwakkil) dari status pemilikan.
5. Jenis & Aplikasi Wakalah
Ada beberapa jenis wakalah, antara lain:
1. Wakalah al muthlaqah, yaitu mewakilkan secara mutlak, tanpa
batasan waktu dan untuk segala urusan.
2. Wakalah al muqayyadah, yaitu penunjukan wakil untuk bertindak
atas namanya dalam urusan-urusan tertentu.
3. Wakalah al ‘ammah, perwakilan yang lebih luas dari al muqayyadah
tetapi lebih sederhana daripada al muthlaqah.
Praktik wakalah dapat ditemui dalam transaksi perbankan syariah,
seperti: Kliring, inkaso, transfer, commercial documentary collection
(penerbitan letter of credit/LC dalam transaksi ekspor-impor), dsb.
Wakalah dalam hak-hak pribadi.
Wakalah melalui pengacara.
Wakalah dalam jual beli, perlu penjelasan tertentu tentang jumlah,
jenis dan sifat dari barang yang akan dijual atau dibeli.
Wakalah dalam masalah jarimah. Menurut Imam Syafi’i, jika jarimah
menyangkut hak-hak Allah, pembuktiannya tidak boleh diwakilkan.
Sedangkan jarimah yang menyangkut hak-hak pribadi seperti
pencurian, tuduhan zina, maka pembuktiannya boleh diwakilkan.
7. KAFALAH - الكفالة
Al-kafalah menurut bahasa berarti al-dhaman (jaminan), hamalah
(beban) dan za’amah (tanggungan)
Secara istilah, menurut mazhab HANAFI, kafalah ada 2 pengertian:
عين او دين او بنفس المطالبة في ذمة إلى ِةَمِذ ُمَض
“Mempersatukan tanggungjawab dengan tanggungjawab lainnya dalam hal
tuntutan, baik terkait dengan jiwa, utang atau benda.”
الدين اصل في ذمة إلى ِةَمِذ ُمَض
“Mempersatukan tanggungjawab dengan tanggungjawab lainnya dalam
pokok (asal) utang”.
Menurut mazhab Hanafi, hutang dalam akad kafalah tidak beralih
kepada al-kafil (orang yang menanggung) dan tidak gugur dalam
tanggung jawab al-ashil (orang yang punya hutang).
Menurut mazhab SYAFI’I, definisi kafalah terdiri atas tiga pengertian,
yaitu kafalah al-dayn, kafalah al-’ain, dan kafalah al-abdan.
حض يستحق نَم ِبدن اوإحضار مضمونة عين ُاوإحضار الغير ذمة في ثابت حق التزام يقتضي ُدعقوره
Akad yang menuntut iltizam hak yang tetap dalam tanggungan orang lain,
atau menghadirkan benda yang dijaminkan, atau menghadirkan badan orang
yang berhak hadir.
8. Dasar Hukum Kafalah
(Q.S. Yusuf 12 : 66). َنُتأَتَل هللا من قاِث ْوَم ِؤتونُت حتى معكم ُهْلِسْرُا لن قالأن إال به ني
وكيل ُلنقو ما على هللا قال همَقِث ْوَم ُه ْوَتءا فلما بكم َطحاُي
“Ya’qub berkata: “Aku sekali-kali tidak akan melepaskannya pergi bersama-
sama kamu, sebelum kamu memberikan kepadaku janji yang teguh atas
nama Allah, bahwa kamu pasti akan membawanya kepadaku kembali,
kecuali jika kamu dikepung musuh”. Tatkala mereka memberikan janji
mereka, Ya’qub berkata: “Allah adalah saksi atas apa yg kita ucapkan (ini)”.
(Q.S. Yusuf 12 : 72). ِعيرَب ُلْم ِح هِب َءجا ْنَمِلو ِالملك َعواُص ُدِقْفَن قالووعيمَز به أنا
“Para penyeru itu berseru, kami kehilangan piala raja, dan barangsiapa yang
dapat mengembalikannya, maka ia akan memperoleh bahan makanan
seberat beban unta, dan aku yang menjamin terhadapnya.
بجنازة َيِتأ م ص النبي ان...ق نْيَد عليه ْلَهف قال ال قالو شيئا َكَرَت هل فقالقال َدنانير ُثالثة الوا
و هللا رسول يا عليه ِلص َةقتاد أبو قال كمِبصاح على صلواهُنْيَد َعليعلي فصلىه–البخاري رواه
Telah dihadapkan kepada Rasul Saw seorang jenazah…lalu Rasul bertanya,
“apakah dia mempunyai warisan?” Para sahabat menjawab, “tidak”. Rasul
bertanya lagi, “apakah dia mempunyai utang?” Sahabat menjawab, “ya,
sejumlah 3 dinar”. Rasul pun menyuruh para sahabat menshalatkannya (tapi
beliau sendiri tidak). Lalu Abu Qatadah berkata, “saya menjamin utangnya
ya Rasulullah”. Maka Rasul pun menshalatkan mayat tersebut.
9. RUKUN & SYARAT KAFALAH
Menurut mazhab Hanafi, rukun al-kafalah hanya satu, yaitu ijab dan
qabul. Sedangkan menurut jumhur ulama, ada 5 rukun al-kafalah:
1. Al-Dhamin, Kafil, atau Za’im: orang yang menjamin. Disyaratkan
sudah baligh, berakal, merdeka dalam mengelola harta bendanya/
tidak dicegah membelanjakan hartanya (mahjur) dan dilakukan
dengan kehendaknya sendiri. Jadi, anak-anak, orang gila, orang
yang di bawah pengampunan tidak dapat menjadi penjamin.
2. Al-Madhmun lahu (al-mafkul lahu): orang yang berpiutang.
Syaratnya yang berpiutang diketahui oleh orang yang menjamin
karena manusia tidak sama dalam hal tuntutan, ada yang keras dan
ada yang lunak. Hal ini dilakukan untuk kemudahan dan kedisiplinan
terutama dimaksudkan untuk menghindari kekecewaan di belakang
hari bagi penjamin, bila orang yang dijamin membuat ulah.
3. Al-Madhmun ‘anhu (al-makful ‘anhu): orang yang berutang, tidak
disyaratkan baginya kerelaan terhadap penjamin karena pada
prinsipnya hutang itu harus lunak, baik orang yang berhutang rela
maupun tidak. Namun lebih baik dia rela/ridha.
10. RUKUN & SYARAT KAFALAH
4. Al-Madhmun adalah utang, barang atau orang. Disebut juga
madhmun bih atau makful bih. Disyaratkan pada madhmun dapat
diketahui dan tetap keadaannya (ditetapkan), baik sudah tetap
maupun akan tetap. Tidak sah dhaman (jaminan), jika objek jaminan
hutang tidak diketahui dan belum ditetapkan karena ada
kemungkinan hal ini ada gharar (tipuan/ketidakjelasan).
5. Sighat atau lafadz pernyataan yang diucapkan oleh penjamin,
disyaratkan keadaan sighat mengandung makna menjamin, tidak
digantungkan kepada sesuatu dan tidak berarti sementara.
Lafaz-lafaz al-kafalah misalnya: Tahammaltu, takaffultu, dhammintu,
ana kafil laka, ana za’im, huwa laka ‘indi, huwa laka ‘alayya
Shighat hanya diperlukan bagi pihak penjamin. Dengan demikian,
kafalah / dhaman hanya pernyataan sepihak saja.
Jaminan berlaku hanya menyangkut harta dengan sesama manusia
saja, tidak dengan Allah. Tidak boleh menjamin hukuman qishash
karena hukuman tersebut harus dijalani langsung oleh pelakunya
dan tidak boleh dialihkan kepada orang lain. حد في كفالة ال–البيهقي رواه
11. Macam-macam al-Kafalah
Keharusan bagi
penjamin untuk
menghadirkan
badan orang
yang ia tanggung.
Penanggungan
terhadap hak
Allah seperti had
khamr, had qazaf,
sariqah adalah
tidak sah.
JIWA
(ْج َوْالِبِه) Kewajiban yg
mesti ditunaikan
oleh kafil dengan
pembayaran
berupa harta.
1. Kafalah bi al-
dayn
2. Kafalah dengan
penyerahan
benda
3. Kafalah dgn ‘aib
HARTA
12. Jenis & Aplikasi al-Kafalah
الكفالة
بالنفس بالمال بالتسليم جْنُمالة َز المعلقة
Kafalah bi al-nafs: Personal guarantee, semacam jaminan yang diberikan
berkaitan dengan kredibilitas atau performance seseorang. Walaupun bank
secara fisik tidak memegang barang apapun, tapi dengan jaminan nama baik
dan ketokohan seseorang, bank berharap tokoh tersebut dapat mengusahakan
pembayaran ketika nasabah yang dibiayai mengalami kesulitan.
Kafalah bi al-mal: Jaminan yang diberikan sehubungan dengan pembayaran
atas pembelian barang tertentu atau untuk keperluan pelunasan hutang.
Dengan adanya jaminan itu maka akan membantu memperlancar transaksi
jual-beli baik secara tunai maupun kredit, karena pihak pertama mendapat
perlindungan dan kepastian pembayaran.
13. Jenis, Aplikasi & Skema al-Kafalah
Kafalah bi al-taslim: Jaminan yang diberikan untuk menjamin pengembalian
atas barang yang disewa pada waktu masa sewa berakhir, sesuai kesepakatan.
Misal, bank dapat mengeluarkan surat jaminan untuk menjamin nasabahnya
atas pengembalian barang sewa kepada perusahaan penyewaan (leasing
company). Adapun jaminan pembayaran bagi bank dapat berupa tabungan,
dan bank dapat membebankan fee kepada nasabah tsb.
Kafalah al-munjizah: Jaminan yang diberikan secara mutlak tanpa adanya
pembatasan waktu tertentu yang digunakan untuk menjamin pihak ketiga agar
pihak kedua (nasabah) melaksanakan kewajibannya sesuai kesepatan mereka.
Misal, jaminan dalam bentuk performance bonds (jaminan prestasi / jaminan
kepastian bagi pemilik proyek bahwa pemenang tender akan melaksanakan
proyek sesuai dengan perjanjian).
Kafalah al-mu’allaqah: merupakan penyederhanaan dari kafalah al-munjazah,
jaminan dibatasi oleh kurun waktu tertentu dan tujuan tertentu pula.
Penanggung
( LKS )
Ditanggung
(Nasabah)
Tertanggung
(Jasa/Objek)
Jaminan Kewajiban
14. HAWALAH الحوالة-
MENURUT BAHASA
Yang dimaksud hawalah ialah al-intiqal dan al-tahwil, artinya
memindahkan atau mengalihkan. Menurut Abdurrahman al-Jaziri
dalam al-Fiqh ‘ala madzahib al-Arba’ah, hiwalah adalah: محل من النقل
محل الى “Pemindahan dari suatu tempat ke tempat yang lain”.
MENURUT SYARA’
• Menurut Hanafiyah, yang dimaksud hiwalah adalah :
“Memindahkan tagihan dari tanggung jawab yang berutang kepada
yang lain yang punya tanggung jawab kewajiban pula”
• Menurut Maliki, Syafi’i dan Hanbali, hiwalah adalah :
“Pemindahan atau pengalihan hak untuk menuntut pembayaran
hutang dari satu pihak kepada pihak yang lain”.
• Kalau diperhatikan, maka kedua definisi di atas bisa dikatakan
sama. Perbedaannya terletak pada kenyataan bahwa mazhab
Hanafi menekankan pada segi kewajiban membayar hutang.
Sedangkan ketiga madzhab lainnya menekankan pada segi hak
menerima pembayaran hutang.
15. Dalil Hadis Tentang Hawalah
َيْلف يِلَم على ُكمدأح َعِبْتُا فإذا مْلُظ يِنَغال ُلْطَمعَبْت
“menunda pembayaran bagi orang yang mampu adalah
suatu kezaliman. Dan jika salah seorang dari kamu
dialihkan (dihiwalahkan) kepada orang yang kaya yang
mampu, maka turutlah (menerima pengalihan/hawalah
tersebut).”(HR. Bukhari Muslim)
16. Rukun Hiwalah
• Menurut madzhab Hanafi, rukun hiwalah hanya ijab (pernyataan
yang melakukan hiwalah) dari muhil (pihak pertama) dan qabul
(pernyataan menerima hiwalah) dari muhal (pihak kedua) kepada
muhal ‘alaih (pihak ketiga).
• Menurut madzhab Maliki, Syafi’i, Hambali, rukun hiwalah ada 6 :
1. Pihak pertama (muhil) yaitu orang yang menghiwalahkan
(memindahkan) utang
2. Pihak kedua (muhal) yaitu orang yang dihiwalahkan (orang yang
mempunyai utang kepada muhil)
3. Pihak ketiga (muhal ‘alaih) yaitu orang yang menerima hiwalah
4. Ada piutang muhil kepada muhal
5. Ada piutang muhal ‘alaih kepada muhil
6. Ada sighat hiwalah yaitu ijab dari muhil dengan kata-katanya,
“Aku hiwalahkan utangku yang hak bagi engkau kepada fulan”
dan qabul dari muhal dengan kata, “Aku terima hiwalah engkau”.
17. JENIS HIWALAH
Madzhab Hanafi membagi hiwalah dalam beberapa bagian :
• Ditinjau dari segi objek akad, hiwalah dibagi menjadi 2 jenis :
1. Hiwalah al-haqq yaitu apabila yang dipindahkan itu merupakan
hak menuntut hutang (pemindahan hak).
2. Hiwalah al-dayn yaitu apabila yang dipindahkan itu kewajiban
untuk membayar hutang (pemindahan hutang/kewajiban).
• Ditinjau dari jenis akad, hiwalah dibagi menjadi 2 jenis :
1. Hiwalah al-Muqayyadah: Pemindahan sebagai ganti dari pembayaran
hutang muhil (pihak 1) kepada muhal atau pihak II (pemindahan
bersyarat). Contoh: A berpiutang kepada B sebesar
5 dirham. Sedangkan B berpiutang ke C sebesar
5 dirham. B kemudian memindahkan/mengalihkan
haknya untuk menuntut piutangnya yang berada
pada C ke A sebagai ganti pembayaran hutang B
kepada A. Jadi, Hiwalah al-muqayyadah pada satu sisi merupakan
hiwalah al-haq karena mengalihkan hak menuntut piutangnya dari C
ke A (pemindahan hak). Disisi lain, sekaligus merupakan hiwalah al-
dayn karena B mengalihkan kepada A menjadi kewajiban C kepada
A (pemindahan hutang/kewajiban).
18. JENIS HIWALAH
2. Hiwalah al-Muthlaqah yaitu pemindahan hutang yang tidak ditegaskan
sebagai ganti rugi dari pembayaran hutang muhil (pihak pertama) kepada
muhal atau pihak kedua (pemindahan mutlak). Contoh:
A berhutang kepada B sebesar 5 dirham. Kemudian
A mengalihkan hutangnya kepada C sehingga C
berkewajiban membayar hutang A kepada B tanpa
menyebutkan bahwa pemindahan hutang tersebut
sebagai ganti rugi dari pembayaran hutang C
kepada A.
Dengan demikian, hiwalah al-muthlaqah hanya mengandung hiwalah
al-dayn saja karena yang dipindahkan hanya hutang A kepada B
menjadi hutang C kepada B.
19. APLIKASI HAWALAH
DALAM PERBANKAN:
• Hawalah biasanya diterapkan dalam hal factoring atau anjak piutang,
dimana para nasabah yang memiliki piutang kepada pihak ketiga
memindahkan piutang itu kepada bank, lalu bank membayar piutang
tersebut, dan bank menagihnya dari pihak ketiga itu.
• Post-Dated Check, dimana bank bertindak sebagai juru tagih, tanpa
membayar dulu piutang tsb.
• Bill Discounting.
• Kartu Kredit Syariah. Nasabah pada dasarnya memiliki hutang
kepada merchant (dengan membeli suatu barang atau jasa tertentu
misalnya), dan kemudian merchant tersebut menagih kepada
Bank. Dalam ini, antara merchant dengan Bank tidak ada hubungan
khusus. Namun, karena adanya wakalah yang ditindaklanjuti dengan
Hawalah, maka Bank berkewajiban untuk membayarkan tagihan
hutang dari Merchant tersebut atas nama Nasabah.
20. Skema Aplikasi Hawalah Dalam Jual Beli
Penyuplai Pembeli
Pengambil alih
1. Suplai barang
3.bayar
2.invoice
5.bayar
4.tagih
Jual Beli
21. Skema HAWALAH AL-HAQQ
(hawalah yang objeknya adalah piutang atau hak pengihan)
MUHIL MUHAL
MUHAL ‘ALAIH
1b. Janji Bayar Tanggung
1a. Transaksi
2. Akad Hawalah 4. Penagihan
23. BERAKHIRNYA AKAD HAWALAH
Akad hawalah berakhir jika terjadi hal-hal berikut :
• Salah satu pihak yang melakukan akad tersebut membatalkan akad
hiwalah sebelum akad itu berlaku secara tetap.
• Muhal melunasi hutang yang dialihkan kepada muhal ‘alaih
• Jika muhal meninggal dunia, sedangkan muhal ‘alaih merupakan ahli
waris yang mewarisi harta muhal.
• Muhal ‘alaih menghibahkan atau menyedekahkan harta yang merupakan
hutang dalam akad hiwalah tersebut kepada muhal.
• Muhal membebaskan muhal ‘alaih dari kewajibannya untuk membayar
hutang yang dialihkan tersebut.
• Menurut madzhab Hanafi, hak muhal tidak dapat dipenuhi karena pihak
ketiga mengalami pailit (bangkrut) atau wafat dalam keadaan pailit.
Sedangkan menurut madzhab Maliki, Syafi’i dan Hanbali selama akad
hiwalah sudah berlaku tetap karena persyaratan sudah dipenuhi maka
akad hiwalah tidak dapat berakhir dengan mengalami alasan pailit.