2. M.Rasyidi lahir di Kotagede, Yogyakarta, 20 Mei 1915. Ia anak kedua dari
ayahnya Atmosudigjo. Nama asalnya Saridi. Rasyidi adalah nama
pemberian dari Ahamad Soorkati, Ulama’ asal Sudan pendiri jama’ah Al-
Irsyad.
M. Rasyidi lahir dari keluarga abangan yang paham betul hidup
dilingkungan kejawen. Ia juga sebagai cendekiawan muslim.
Ia sekolah di Ongko Loro, dimana sekolah Belanda yang menggunakan
bahasa Jawa sebagai pengantarnya. Dilanjutkannya ke sekolah Rakyat
Muhammadiyyah. Ia juga sekolah di Al Azhar Kairo di bidang filsafat.
Setelah lulus dari Kairo Rasyidi berprofesi sebagai pengajar di Ma’had Al-
Islami.
Lepas dari aktivitas mengajar, Rasyidi aktif dalam berpolitik. Jabatan
pertama yang diraihnya sebagai anggota komite Nasional.
M. Rasyidi adalah orang yang pertama kali duduk sebagai Menteri Agama.
Ia dikenal juga sebagai samudra ilmu penjaga akidah umat.
M. Rasyidi wafat pada 30 Januari 2001 di Jakarta.
4. Dalam ceramahnya (Mencari Pegangan Hidup untuk Individu dan
Masyarakat ) yang kemudian dibukukan dengan judul Islam dan
kebatinan itu, Rasyidi mengupas tiga kitab yaitu : Darmo Gandul,
Gatuloco, dan Serat Hidayat Jati. Darmo Gandul dan Gatuloco tidak
tertulis isi dan pengarangnya. sedangkan Serat Hidayat Jati
pengarangnya adalah R. Ronggowarsito yang ditulis pada tahun 1852.
Isinya tentang memutarbalikkan ajaran Islam. Serat Hidayat Jati
menurut Rasyidi memuat istilah-istilah yang tak pernah dikenal
dalam ajaran Islam. Seperti adanya shalat daim yang tak dikenal dalam
Islam. Juga tentang sujud,ruku’, tahiyat yang dikenal dalam Islam
diartikan lain. “Ruku’nya adalah penglihatanku, sujudnya adalah
hidungku,”.
Rasyidi tidak membenci para pemeluk kebatinan, tapi ia berusaha
untuk meluruskan pemahaman mereka agar kembali ke jalan yang
benar.
5. Dalam pandangan Rasyidi , sekulerisasi identik dengan adopsi
sekulerisme yang mempunyai pengertian pemisahan antara urusan
keagamaan dengan keduniaan. Sekulerisme bertentangan dengan
Islam, juga dengan agama-agama yang lain. Ia lalu mengacu pada
sejarah Eropa. Menurut Rasyidi, sekulerisme mulai mendapatkan
momentumnya pada masa pertengahan, ketika ranah-ranah keduniaan
dalam kehidupan mulai dipisahkan dari agama, persisnya Katolik.
Adapun semangat pembaruan yang dilontarkan Nurcholish,
merupakan ancaman bagi umat Islam. Nurcholish , dalam pandangan
Rasyidi, telah kebingungan dalam beberapa isu keagamaan, karena ia
belum cukup dewasa dan karena itu, tidak qualified untuk
menyinggung masalah-masalah serius tentang agama. Teori-teorinya
dangkal, dan tidak ada seorang pun yang akan menerimanya.
6. Ketika Prof. Dr. Harun Nasution meluncurkan buku Islam Ditinjau dari
Beberapa Aspeknya, Rasyidi tampil untuk mengoreksinya. Ia tak hanya
menyanggahnya di forum-forum seminar atau ceramah, tapi juga
menulis buku sanggahan dengan judul Koreksi terhadap Dr. Harun
Nasution tentang Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya (1977). Setelah
satu persatu argumen Harun dibantah, Rasyidi membuat penilaian. Ia
menuduh Harun sebagai agen orientalis dan pembangkit kembali
ajaran-ajaran rasional Mu’tazilah. Kesimpulan Rasyidi adalah, gagasan-
gagasan Harun Nasution mengancam Islam dan kaum Muslimin di
Indonesia.