SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 124
Downloaden Sie, um offline zu lesen
Urgensi,Hakikat,Hikmah,danBuahnya
Risalah Mi’raj
Dari Koleksi Risalah Nur
Kutipan Pasal 44, Ayat 1 dan 2, Undang-Undang Republik
Indonesia tentang HAK CIPTA:
Tentang Sanksi Pelanggaran Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2002 tentang HAK CIPTA, sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang No. 7 Tahun 1987 jo.
Undang-Undang No. 12 Tahun 1997, bahwa:
1.	 Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak meng­
umumkan atau menyebarkan suatu ciptaan seba­
gaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pa­sal 49
ayat (1) dan ayat (2) de­ngan pidana penjara masing-
masing paling singkat 1 (satu) bu­lan dan atau denda
paling sedikit Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah), atau
pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan atau
denda paling banyak Rp 5.000.000.000,- (lima miliar
rupiah).
2.	 Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamer-
kan, meng­edarkan, atau menjual kepada umum suatu
ciptaan atau ba­rang hasil pelanggaran Hak Cipta atau
Hak Terkait seba­gai­­mana dimaksud pada ayat (1), dipi-
dana dengan pidana pen­jara pa­ling lama 5 (lima) tahun
dan atau denda paling banyak Rp 500.000.000.- (lima
ratus ribu rupiah).
Urgensi,Hakikat,Hikmah,danBuahnya
Risalah Mi’raj
Badiuzzaman Said Nursi
Penerjemah:
Fauzi Faisal Bahreisy
Dari Koleksi Risalah Nur
Badiuzzaman Said Nursi
RISALAH MI’RAJ: URGENSI, HAKIKAT, HIKMAH,
DAN BUAHNYA
©2010 Badiuzzaman Said Nursi
Edisi Pertama, Cetakan Ke-1
Dialihbahasakan oleh: Fauzi Faisal Bahreisy
Anatolia. 2010.0006
Hak Penerbitan pada Prenada Media Group
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan
cara apa pun, termasuk dengan cara penggunaan mesin foto-
kopi, tanpa izin sah dari penerbit.
Penerjemah	 Fauzi Faisal Bahreisy
Desain Cover	 Irvan Fahmi
Percetakan	 Fajar Interpratama Offset
Lay-out		 M. Badrul Munir 		
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)
BADIUZZAMAN SAID NURSI
Risalah Mi’raj: Urgensi, Hakikat, Hikmah, dan Buahnya
Jakarta: Anatolia, 2010
Ed. 1. Cet. 1; xviii, 108 hlm; 18 cm
	
ISBN 978-979-16309-4-8	 297.347
Cetakan Pertama, Agustus 2010
A N A T O L I A
PRENADA MEDIA GROUP
Jl. Tambra Raya No. 23
Rawamangun - Jakarta 13220
Telp. (021) 478-64657, 475-4134
Faks. (021) 475-4134
E-mail: pmg@prenadamedia.com
Http: www.prenadamedia.com
INDONESIA
SEKILAS KEHIDUPAN
SAID NURSI
Said Nursi lahir pada 1293 H (1876 M) di desa
Nurs, daerah Bitlis, di se­belah timur Anatolia. Ia
berguru kepada ka­kaknya, al-Mala Abdullah. Pada
masa itu, ia hanya belajar ilmu nahwu dan sharaf
(gramatika). Kemudian ia berpindah-pindah ke
ber­bagai kampung dan kota di antara sejumlah gu­
ru dan madrasah dengan mempelajari ilmu-ilmu
keislaman dari beberapa buku induk dengan penuh
ketekun­an. Hal itu ditambah dengan kecerdas­an­
nya yang cemerlang se­perti yang di­­akui oleh selu-
ruh gurunya se­telah me­nerima be­ragam ujian su-
lit yang di­berikan oleh se­­tiap mereka. Kecerda­san
yang ia miliki me­nyatu dengan kekuatan ingat­
annya sehingga tidak heran jika ia mempelajari
sekaligus mampu menghafal buku Jam’ul Jawâmi’
pada bidang ushul fikih hanya da­lam satu minggu.
Ia melahap kandungan kitab-kitab yang terse-
dia di zamannya semisal tafsir, hadits, nahwu, ilmu
kalam, fiqh, maupun mantiq. Di sisi lain, daya ha-
falnya sungguh luar biasa. Ia sengaja menghafal di
luar kepala semua ilmu pengetahuan yang dibaca­
nya. Hingga ia berhasil menghafal hampir 90 judul
vi | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...
buku referensial. Setelah itu, ia telah memiliki ke-
siapan—berkat berbagai ilmu pengetahuan yang
dikuasainya sejak awal untuk memulai munâzarah
(adu argumentasi dan debat) dengan para ulama.
Beberapa forum munâzarah telah dibuka, di mana
ia telah berdebat dengan banyak tokoh pem­­­besar
dan ulama di beberapa kawasan, di­mana ia selalu
tampil menang.
Popularitas pemuda ini langsung tersebar se­
telah ia menampakkan keunggulannya dalam ber­
diskusi dengan seluruh ula­ma di daerahnya. Me­
reka menyebutnya de­­ngan “Said yang terkenal”.
Setelah itu, ia ber­­pindah ke kota Tillo. Di sana ia
menetap selama beberapa waktu di salah satu su­
rau serta menghafal al-Qâmus al-Muhîth kar­ya
Fairuzabadi hingga bab sîn.
Pada 1894, ia pergi ke kota Van. Di sa­na ia sibuk
menelaah buku-buku mate­ma­tika, falak, kimia,
fisika, geologi, filsafat, dan sejarah. Ia benar-benar
mendalami se­­mua ilmu tersebut hingga bisa me­
nu­lis ten­tang sebagiannya. Karena itulah ia kemu­
dian disebut dengan “Badiuzzaman” se­ba­­gai ben-
tuk pengakuan para ulama dan il­­muwan terhadap
kecerdasannya yang ta­­jam, pengetahuannya yang
melimpah, ser­ta wawasannya yang luas.
Pada saat tersebut di sejumlah harian lokal
tersebar berita bahwa menteri pen­­­dudukan Ing-
Sekilas Kehidupan Said Nursi | vii
gris, Gladstone, dalam Ma­­­­jelis Parlemen Inggris
berbicara di hadap­an para wakil rakyat dengan
berkata, “Se­lama Alquran berada di tangan kaum
muslimin, kita tidak akan bisa menguasai me­reka.
Karena itu, kita harus melenyapkannya atau me-
mutuskan hubungan kaum muslimin dengannya.”
Berita ini demikian mengguncang dirinya serta
membuatnya tidak bisa tidur. Ia berkata kepada
orang-orang di sekitarnya,
“Kita akan membuktikan kepada dunia bahwa
Alquran merupakan mentari hakikat yang cahaya­
nya tidak akan per­nah padam serta sinarnya tidak
mungkin bisa dilenyapkan.”
Pada 1908, ia pergi ke Istanbul serta memberi-
kan sebuah proyek kepada Sultan Abdul Hamid
II untuk memba­ngun Universitas Islam di Timur
Anatolia dengan nama Madrasah az-Zahra untuk
melaksanakan tugas penyebaran hakikat Is­lam.
Pada universitas tersebut, studi ke­­­agamaan dipadu-
kan dengan ilmu-ilmu alam sebagaimana ucapan-
nya yang terkenal,
“Cahaya kalbu adalah ilmu-ilmu aga­ma, sementara
sinar akal adalah ilmu-ilmu alam modern. Dengan
perpaduan antara kedua­nya hakikat akan tersing­
kap. Adapun jika keduanya dipisah ma­ka tipu daya
dan ber­bagai keraguan serta fanatisme yang tercela
viii | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...
akan ber­munculan.”1
Popularitas keilmuannya telah lebih dahu­lu­
didengar oleh mereka. Karena itu, pa­­ra pelajar dan
ulama berkumpul untuk ber­­tanya kepadanya. Na­
mun Said Nursi menjawab semua disiplin ilmu de­
ngan sa­ngat lancar. Akhirnya mereka meng­akuinya
se­bagai seorang imam sekaligus mengakui bahwa
mereka belum pernah menyaksikan orang yang
memiliki ilmu dan keutamaan sepertinya. Bahkan
setelah mengujinya de­ngan sangat cermat, salah
seorang di antara mereka menunjukkan kekagum­
annya dengan berkata, “Ilmu yang ia miliki bu-
kan hasil dari belajar biasa. Tetapi merupakan
anugerah Ilahi dan ilmu ladunni.”
Pada 1911, ia pergi ke negeri Syam dan me-
nyampaikan pidato menyentuh dari atas mimbar
Masjid Jami Umawi. Dalam pidato tersebut, ia
me­ngajak kaum muslimin untuk bangkit. Ia men­
jelaskan sejumlah penyakit umat Islam berikut ca­­
ra-cara penyembuhannya. Setelah itu ia kem­bali
ke Istanbul seraya menawarkan proyeknya terkait
dengan universi­tas Is­­lam kepada Sultan Rasyad.
Sultan men­jan­jikan sesuatu yang baik kepadanya.
Ter­nyata benar, anggaran dikucurkan dan pe­le­
takan batu pertama universitas dilakukan di te­
1
Shayqalul Islam 428.
Sekilas Kehidupan Said Nursi | ix
pi Danau Van. Namun Perang Dunia I membuat
proyek ini terhenti.
Meskipun Said Nursi tidak setuju jika Daulah
Utsmani terlibat dalam perang, namun ketika pe­
rang itu diumumkan ia beserta para muridnya ikut
sertadalampe­rangmelawanRusiayangmenyerang
lewat Qaf­qas. Ketika pasukan Rusia memasuki kota
Bitlis, Badiuzzaman bersama dengan para murid-
nya mati-matian memperta­han­kan kota tersebut
sehingga terluka pa­rah dan tertawan oleh Rusia.
Ia dibawa ke penjara tawanan di Siberia. Dalam
penawanan ia terus memberikan pelajaran-pelaja-
ran ke­imanan kepada para panglima yang tinggal
bersamanya yang jumlahnya mencapai 90 orang.
Lalu dengan cara yang sangat aneh dan dengan
pertolongan Tuhan ia berhasil lari. Ia pun berjalan
menuju Warsawa, Jerman, dan Wina. Ketika sam-
pai di­Istanbul ia dianugerahi medali perang dan
mendapatkan sambutan luar biasa dari khalifah,
syeikhul Islam, pemimpin umum, dan para pelajar
ilmu agama.
Nursi diangkat menjadi anggota Darul Hikmah
al-Islamiyyah oleh pimpinan militer di mana lem-
baga tersebut hanya di­serahkan kepada para tokoh
ulama. Di lembaga inilah sebagian besar bukunya
yang berhasa Arab diterbitkan. Di antara karya
tafsirnya, Isyârât al-I’jaz fî Mazhân al-Ijâz yang ia
x | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...
tulis di tengah berkecamuknya pe­­rang berikut al-
Matsnawi al-Arabiy an-Nûri.
Setelah para agresor masuk ke kota Istanbul,
Ustadz Nursi merasa bahwa pukulan telak telah
diarahkan kepada dunia Islam. Karena itu, ia me-
nyiapkan diri de­ngan mulai menulis bukunya,
al-Khuthuwât as-Sitt (Enam Langkah). Di dalam-
nya ia menyerang para agresor dengan sangat
hebat sekaligus melenyapkan faktor-faktor yang
bisa melahirkan keputusasaan pada sebagian be-
sar orang. Karena dikenal luas dan perjuangan-
nya yang konsisten, bebe­rapa kali ia diundang
ke Ankara. Pada 1922, ia pergi ke sana di mana
ketika berada di stasiun kereta api ia di­sambut
dengan meriah oleh para pejabat negara. Hanya
saja ia langsung kecewa dengan mereka yang
telah meng­undangnya manakala mengetahui ka-
lau sebagian besar mereka tidak melaksanakan
berbagai kewajiban agama. Kemudian ia menda­­
tangi parlemen seraya menyampaikan pesan yang
menggugah diawali dengan satu pernyataan yang
berbunyi, “Wahai para anggota parlemen, kalian
akan dibangkitkan pada hari yang agung nanti.” Di
sana ia juga menyampaikan proyek pendirian Uni-
versitas Islam dan diterima dengan baik. Namun
kondisi politik menjadikan proyek tersebut tidak
berjalan dengan baik.
Sekilas Kehidupan Said Nursi | xi
Pada 1923, Badiuzzaman pergi ke kota Van
dan melakukan uzlah di Gunung Erek yang dekat
dari kota selama dua tahun dalam rangka melaku-
kan ibadah dan kontemplasi. Kemudian, berbagai
pemberontakan dan ketidakstabilan terjadi di da­
lam Republik Turki yang baru. Semuanya da­pat
dibungkam oleh pihak re­zim berkuasa. Meskipun
Badiuzzaman ti­dak terlibat dalam pemberontakan,
beliau dibuang dan diasingkan bersama banyak
orang ke Anatolia Barat pada musim dingin 1926.
Kemudian, beliau dibuang lagi seorang diri ke se-
buah daerah terpencil yaitu Barla. Para musuh
agama mengira bahwa di sana riwayatnya akan be-
rakhir, popularitasnya akan redup, akan dilupakan
orang, dan sumber tersebut akan menge­ring.
Akan tetapi, Allah Mahahalus terhadap ham-
ba-Nya. Dia memeliharanya lewat karunia dan
kemurahan-Nya sehingga Barla menjadi sumber
cahaya Alquran yang luar biasa. Di sana, Ustadz
Nursi menulis sebagian besar Risalah Nur. Lalu
berbagai risalah tersebut diserap lewat salinan
tangan dan tersebar dari ujung Turki ke ujung
yang lain. Artinya, ketika Ustadz Nursi di­bawa dari
satu tempat pembuangan ke tempat pembuangan
yang lain lalu dimasukkan ke penjara dan tahan-
an di berba­gai wilayah Turki selama seperempat
abad, Allah memberi ganti dengan menghadirkan
xii | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...
orang yang menyalin berbagai risalah tersebut
serta menyebarkan limpahan cahaya imani itu
hingga membangunkan spirit iman yang mati di
kalangan umat beriman sekaligus menegakkannya
di atas pilar-pilar ilmiah dan logika dalam bentuk
yang retorik di mana ia bisa dipahami oleh kalan-
gan awam serta menjadi bekal bagi kalangan khu-
sus.
Demikianlah Ustadz Nursi terus me­nu­­lis berb-
agai risalah sampai 1950 sehingga jumlahnya lebih
dari 130 risalah. Semua dikumpulkan dengan judul
Kuliyyat Rasâ`il an-Nûr (Koleksi Risalah Nur) yang
berisi empat seri utama: al-Kalimât, al-Maktûbât,
al-Lama’ât, dan asy-Syu’â’ât. Selain itu, terdapat
seri atau koleksi yang tidak mudah untuk dicetak
kecuali setelah 1954. Ustadz Nursi sendiri yang
langsung mengawasi sehingga semuanya selesai
tercetak.
Kami ketengahkan teks berikut untuk mem-
perlihatkan satu sisi dari gaya tutur Risalah Nur
yang unik, berbeda dengan yang lain, dalam me-
nyampaikan sejumlah pemahaman Islam dan
menguatkan pilar-pilar iman.
“Benar bahwa makrifatullah yang bersumber
dari dalil-dalil ilmu kalam bukanlah makrifat yang
sempurna serta tidak mendatangkan ketenangan
hati. Sementara, makrifat yang didasarkan pada
Sekilas Kehidupan Said Nursi | xiii
konsep Alquran yang merupakan mukjizat ialah
makrifat yang sempurna dan mendatangkan ke-
tenangan seutuhnya ke dalam hati. Kita berdoa ke-
pada Allah Yang Mahatinggi dan Mahakuasa agar
menjadikan setiap bagian dari Risalah Nur laksana
lentera yang menerangi jalan lurus bercahaya mi-
lik Alquran al-Karim.
Selain itu, makrifatullah yang lahir dari ilmu
kalam tampak kurang sempurna, serta makrifat
yang lahir dari jalan tasawuf juga cacat dan terpu-
tus jika dibandingkan dengan makrifat yang ber-
sumber dari Alquran al-Karim secara langsung le-
wat warisan para nabi. Pada risalah yang lain dari
Risalah Nur, kami telah memberikan perumpa­
maan untuk menjelaskan berbagai perbedaan an-
tara mereka yang pendekat­annya terilhami oleh
Alquran dan mereka yang meniti jalan ahli ilmu
kalam sebagai berikut:
Untuk mendapatkan air ada yang mem­bawanya le­
wat sejumlah pipa dari tem­pat yang jauh yang diga­
li di bawah gunung. Adapun yang lain mendapatkan
air di mana saja mereka gali dan air tersebut me­
mancar di tempat ma­na pun mereka berada. Yang
pertama berjalan di jalan yang terjal dan panjang
serta aliran airnya pun bisa terputus. Inilah jalan
ahli ilmu kalam. Mereka menetapkan Wajibul wujud
(Allah) dengan kemustahilan rangkai­an sebab yang
tak terbatas.
xiv | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...
Sebaliknya, pada jalan Alquran mene­mukan air bi­
sa didapatkan dan dipancarkan di mana saja ber­
ada dengan sangat sempurna. Setiap ayatnya yang
mulia memancarkan air di mana saja ia dipukulkan
laksana tongkat Musa. Ayat-ayat tersebut berucap,
pada segala sesuatu terdapat tanda bagi-Nya Yang
menunjukkan bahwa Dia adalah esa.
Kemudian iman tidak hanya diraih de­­ngan ilmu.
Akan tetapi, terdapat ba­nyak perangkat halus pada
diri manu­sia yang memiliki bagian iman. Seba­
gaimana ketika makanan masuk ke dalam perut ia
terbagi dan terdistribusi ke sejumlah urat sesuai
dengan posisi setiap organ, demikian pula dengan
persoalan iman yang bersumber dari ilmu. Ketika ia
masuk ke dalam perut akal dan pemahaman, setiap
perangkat halus yang terdapat pada tubuh seperti
roh, kalbu, jiwa, dan sejenisnya mengambil bagian
darinya serta menye­rap sesuai de­ngan tingkatan­
nya. Jika ia tidak mendapatkan nutrisi salah satu
perangkat halusnya, maka makrifat tersebut men­
jadi cacat, sementara perangkat halus tadi akan
terus terhalang darinya.”2
Ia menyambut panggilan Tuhan (mening-
gal dunia) pada tanggal 25 Ramadhan 1379 yang
bertepatan dengan tanggal 23 Maret 1960 di kota
Urfa. Namun kekuasaan militer ketika itu tidak
mem­biarkannya beristirahat tenang di kuburnya.
2
Al-Maktûbât, 424
Sekilas Kehidupan Said Nursi | xv
Mere­ka mengeluarkan jasadnya setelah pengu-
muman pelarangan untuk diarak di kota. Jasad-
nya dipindahkan ke tempat yang tak diketahui.
Se­­moga Allah melimpahkan rahmat yang luas ke­­
padanya serta menempatkannya di surga-Nya
yang lapang.
Buku yang ada di tangan Anda ini meruakan
bagian-bagianyangterkaitdenganper­soalan mi’raj
dari Koleksi Risalah Nur.
Ihsân Qâsim ash-Shâlihi.
DAFTAR ISI
SEKILAS KEHIDUPAN SAID NURSI....................v
DAFTAR ISI....................................................... xvii
PENDAHULUAN
Mi’raj Nabi ...........................................................1
LANDASAN PERTAMA
Rahasia Keharusan Mi’raj
Berikut Hikmah Kebutuhannya .......................9
LANDASAN KEDUA
Apa Hakikat Mi’raj? .........................................17
LANDASAN KETIGA
Apa Hikmah Mi’raj? .........................................43
LANDASAN KEEMPAT
Apa Buah dan Manfaat Mi’raj?........................67
LAMPIRAN PERTAMA
Kalimat Kesembilan Belas dan Ketiga
Puluh Satu Mukjizat Terbelahnya Bulan.......81
LAMPIRAN KEDUA
Peristiwa Mi’raj
dari Kumpulan Syair Maulid Nabi................93
PENUTUP..........................................................105
PENDAHULUAN
Mi’raj Nabi
Catatan:
Persoalan mi’raj merupakan buah dari prinsip
dan pilar-pilar iman. Ia merupakan cahaya yang
sinarnya berasal dari cahaya rukun iman. Tentu
saja tidak bisa dibuktikan mi’raj itu sendiri kepada
kaum ateis yang mengingkari rukun iman. Karena
ia tidak perlu dibahas kepada orang yang tidak
beriman kepada Allah, yang tidak memercayai Ra-
sul yang mulia, atau yang mengingkari malaikat
dan keberadaan sejumlah langit. Pertama kali per-
lu dibuktikan rukun iman kepada mereka. Karena
itu, sasaran pembicaraan kami ini diarahkan ke-
pada mukmin yang terjerumus dalam rasa was-
was akibat anggapan bahwa peristiwa mi’raj tidak
masuk akal. Kami akan menjelaskan untuknya se­
suatu yang berguna dan bisa menyembuhkannya
dengan izin Allah. Hanya saja, di sejumlah tempat
kami tetap memberikan perhatian kepada ateis
yang masih mau memerhatikan serta kami beri-
kan untuknya uraian yang juga berguna.
Kilau dari hakikat mi’raj telah disebutkan da­
lam sejumlah risalah yang lain. Dengan desakan
2 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...
saudara-saudaraku kami memohon pertolongan
Allah SWT. dalam mengumpulkan sejumlah kilau
yang berserak tersebut sekaligus menyatukannya
dalam hakikat aslinya agar semua itu menjadi cer-
min yang memantulkan berbagai kesempurnaan
estetika Rasul SAW..
Pendahuluan: Mi’raj Nabi | 3

Pendahuluan ; Mi’raj Nabi 3
Bismillâhirrahmânirrahîm
ِ‫ﻡ‬‫ﺍ‬‫ﺮ‬‫ﺤ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ِ‫ﺪ‬ِ‫ﺠ‬‫ﺴ‬‫ﻤ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ‫ﻦ‬‫ﻣ‬ ‫ﹰ‬‫ﻼ‬‫ﻴ‬‫ﹶ‬‫ﻟ‬ ِ‫ﻩ‬ِ‫ﺪ‬‫ﺒ‬‫ﻌ‬ِ‫ﺑ‬ ‫ﻯ‬‫ﺮ‬‫ﺳ‬‫ﹶ‬‫ﺃ‬ ‫ِﻱ‬‫ﺬ‬‫ﱠ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ‫ﹶ‬‫ﻥ‬‫ﺎ‬‫ﺤ‬‫ﺒ‬‫ﺳ‬
‫ﺎ‬‫ﺼ‬‫ﹾ‬‫ﻗ‬َ‫ﻷ‬‫ﹾ‬‫ﺍ‬ ِ‫ﺪ‬ِ‫ﺠ‬‫ﺴ‬‫ﻤ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ‫ﹶﻰ‬‫ﻟ‬ِ‫ﺇ‬‫ﻦ‬ِ‫ﻣ‬ ‫ﻪ‬‫ﻳ‬ِ‫ﺮ‬‫ﻨ‬ِ‫ﻟ‬ ‫ﻪ‬‫ﹶ‬‫ﻟ‬‫ﻮ‬‫ﺣ‬ ‫ﺎ‬‫ﻨ‬‫ﹾ‬‫ﻛ‬‫ﺭ‬‫ﺎ‬‫ﺑ‬ ‫ِﻱ‬‫ﺬ‬‫ﱠ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬
‫ﲑ‬ِ‫ﺼ‬‫ﺒ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ‫ﻊ‬‫ِﻴ‬‫ﻤ‬‫ﺴ‬‫ﺍﻟ‬ ‫ﻮ‬‫ﻫ‬ ‫ﻪ‬‫ﻧ‬ِ‫ﺇ‬ ‫ﺂ‬‫ﻨ‬ِ‫ﺗ‬‫ﺎ‬‫ﻳ‬‫َﺍ‬‫ﺀ‬.
‫ﻰ‬‫ﺣ‬‫ﻮ‬‫ﻳ‬ ‫ﻲ‬‫ﺣ‬‫ﻭ‬‫ﱠ‬‫ﻻ‬ِ‫ﺇ‬ ‫ﻮ‬‫ﻫ‬ ‫ﹾ‬‫ﻥ‬ِ‫ﺇ‬.‫ﻯ‬‫ﻮ‬‫ﹸ‬‫ﻘ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ‫ﺪ‬‫ِﻳ‬‫ﺪ‬‫ﺷ‬ ‫ﻪ‬‫ﻤ‬‫ﱠ‬‫ﻠ‬‫ﻋ‬.‫ﹸﻭ‬‫ﺫ‬
‫ﻯ‬‫ﻮ‬‫ﺘ‬‫ﺳ‬‫ﹶﺎ‬‫ﻓ‬ ٍ‫ﺓ‬‫ﺮ‬ِ‫ﻣ‬.‫ﹶﻰ‬‫ﻠ‬‫ﻋ‬َ‫ﻷ‬‫ﹾ‬‫ﺍ‬ ِ‫ﻖ‬‫ﹸ‬‫ﻓ‬ُ‫ﻷ‬‫ﹾ‬‫ﺎ‬ِ‫ﺑ‬ ‫ﻮ‬‫ﻫ‬‫ﻭ‬.‫ﱠﻰ‬‫ﻟ‬‫ﺪ‬‫ﺘ‬‫ﹶ‬‫ﻓ‬ ‫ﺎ‬‫ﻧ‬‫ﺩ‬ ‫ﻢ‬‫ﹸ‬‫ﺛ‬.
‫ﻰ‬‫ﻧ‬‫ﺩ‬‫ﹶ‬‫ﺃ‬ ‫ﻭ‬‫ﹶ‬‫ﺃ‬ ِ‫ﻦ‬‫ﻴ‬‫ﺳ‬‫ﻮ‬‫ﹶ‬‫ﻗ‬ ‫ﺏ‬‫ﹶﺎ‬‫ﻗ‬ ‫ﹶ‬‫ﻥ‬‫ﹶﺎ‬‫ﻜ‬‫ﹶ‬‫ﻓ‬.ِ‫ﻩ‬ِ‫ﺪ‬‫ﺒ‬‫ﻋ‬ ‫ﹶﻰ‬‫ﻟ‬ِ‫ﺇ‬ ‫ﻰ‬‫ﺣ‬‫ﻭ‬‫ﹶ‬‫ﺄ‬‫ﹶ‬‫ﻓ‬
‫ﻰ‬‫ﺣ‬‫ﻭ‬‫ﹶ‬‫ﺃ‬‫ﺂ‬‫ﻣ‬.‫ﹶ‬‫ﺬ‬‫ﹶ‬‫ﻛ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬‫ﹶﻯ‬‫ﺃ‬‫ﺭ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬ ‫ﺩ‬‫ﺍ‬‫ﺆ‬‫ﹸ‬‫ﻔ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ‫ﺏ‬.‫ﹶﻰ‬‫ﻠ‬‫ﻋ‬ ‫ﻪ‬‫ﻧ‬‫ﻭ‬‫ﺭ‬‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﺘ‬‫ﹶ‬‫ﻓ‬‫ﹶ‬‫ﺃ‬
‫ﻯ‬‫ﺮ‬‫ﻳ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬.‫ﻯ‬‫ﺮ‬‫ﺧ‬‫ﹸ‬‫ﺃ‬ ‫ﹰ‬‫ﺔ‬‫ﹶ‬‫ﻟ‬‫ﺰ‬‫ﻧ‬ ‫ﻩ‬‫َﺍ‬‫ﺀ‬‫ﺭ‬ ‫ﺪ‬‫ﹶ‬‫ﻘ‬‫ﹶ‬‫ﻟ‬‫ﻭ‬.‫ﻰ‬‫ﻬ‬‫ﺘ‬‫ﻨ‬‫ﻤ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ِ‫ﺓ‬‫ﺭ‬‫ﺪ‬ِ‫ﺳ‬ ‫ﺪ‬‫ِﻨ‬‫ﻋ‬
.‫ﻯ‬‫ﻭ‬‫ﹾ‬‫ﺄ‬‫ﻤ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ‫ﹸ‬‫ﺔ‬‫ﻨ‬‫ﺟ‬ ‫ﺎ‬‫ﻫ‬‫ﺪ‬‫ِﻨ‬‫ﻋ‬.‫ﻰ‬‫ﺸ‬‫ﻐ‬‫ﻳ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬ ‫ﹶ‬‫ﺓ‬‫ﺭ‬‫ﺪ‬‫ﺴ‬‫ﺍﻟ‬ ‫ﻰ‬‫ﺸ‬‫ﻐ‬‫ﹾﻳ‬‫ﺫ‬ِ‫ﺇ‬.
‫ﻰ‬‫ﻐ‬‫ﹶ‬‫ﻃ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬ ‫ﺮ‬‫ﺼ‬‫ﺒ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ‫ﹶ‬‫ﻍ‬‫ﺍ‬‫ﺯ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬.‫ﹶﻯ‬‫ﺃ‬‫ﺭ‬ ‫ﺪ‬‫ﹶ‬‫ﻘ‬‫ﹶ‬‫ﻟ‬ِ‫ﻪ‬‫ﺑ‬‫ﺭ‬ ِ‫ﺕ‬‫ﺎ‬‫ﻳ‬‫َﺍ‬‫ﺀ‬ ‫ﻦ‬ِ‫ﻣ‬
‫ﻯ‬‫ﺮ‬‫ﺒ‬‫ﹸ‬‫ﻜ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬.
Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-
Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke
Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya
agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari
tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia
Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.8
ِ‫ﻡ‬‫ﺍ‬‫ﺮ‬‫ﺤ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ِ‫ﺪ‬ِ‫ﺠ‬‫ﺴ‬‫ﻤ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ‫ﻦ‬‫ﻣ‬ ‫ﹰ‬‫ﻼ‬‫ﻴ‬‫ﹶ‬‫ﻟ‬ ِ‫ﻩ‬ِ‫ﺪ‬‫ﺒ‬‫ﻌ‬ِ‫ﺑ‬ ‫ﻯ‬‫ﺮ‬‫ﺳ‬‫ﹶ‬‫ﺃ‬ ‫ِﻱ‬‫ﺬ‬‫ﱠ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ‫ﹶ‬‫ﻥ‬‫ﺎ‬‫ﺤ‬‫ﺒ‬‫ﺳ‬
‫ﺎ‬‫ﺼ‬‫ﹾ‬‫ﻗ‬َ‫ﻷ‬‫ﹾ‬‫ﺍ‬ ِ‫ﺪ‬ِ‫ﺠ‬‫ﺴ‬‫ﻤ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ‫ﹶﻰ‬‫ﻟ‬ِ‫ﺇ‬‫ﻦ‬ِ‫ﻣ‬ ‫ﻪ‬‫ﻳ‬ِ‫ﺮ‬‫ﻨ‬ِ‫ﻟ‬ ‫ﻪ‬‫ﹶ‬‫ﻟ‬‫ﻮ‬‫ﺣ‬ ‫ﺎ‬‫ﻨ‬‫ﹾ‬‫ﻛ‬‫ﺭ‬‫ﺎ‬‫ﺑ‬ ‫ِﻱ‬‫ﺬ‬‫ﱠ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬
‫ﲑ‬ِ‫ﺼ‬‫ﺒ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ‫ﻊ‬‫ِﻴ‬‫ﻤ‬‫ﺴ‬‫ﺍﻟ‬ ‫ﻮ‬‫ﻫ‬ ‫ﻪ‬‫ﻧ‬ِ‫ﺇ‬ ‫ﺂ‬‫ﻨ‬ِ‫ﺗ‬‫ﺎ‬‫ﻳ‬‫َﺍ‬‫ﺀ‬.
‫ﻰ‬‫ﺣ‬‫ﻮ‬‫ﻳ‬ ‫ﻲ‬‫ﺣ‬‫ﻭ‬‫ﱠ‬‫ﻻ‬ِ‫ﺇ‬ ‫ﻮ‬‫ﻫ‬ ‫ﹾ‬‫ﻥ‬ِ‫ﺇ‬.‫ﻯ‬‫ﻮ‬‫ﹸ‬‫ﻘ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ‫ﺪ‬‫ِﻳ‬‫ﺪ‬‫ﺷ‬ ‫ﻪ‬‫ﻤ‬‫ﱠ‬‫ﻠ‬‫ﻋ‬.‫ﹸﻭ‬‫ﺫ‬
‫ﻯ‬‫ﻮ‬‫ﺘ‬‫ﺳ‬‫ﹶﺎ‬‫ﻓ‬ ٍ‫ﺓ‬‫ﺮ‬ِ‫ﻣ‬.‫ﹶﻰ‬‫ﻠ‬‫ﻋ‬َ‫ﻷ‬‫ﹾ‬‫ﺍ‬ ِ‫ﻖ‬‫ﹸ‬‫ﻓ‬ُ‫ﻷ‬‫ﹾ‬‫ﺎ‬ِ‫ﺑ‬ ‫ﻮ‬‫ﻫ‬‫ﻭ‬.‫ﱠﻰ‬‫ﻟ‬‫ﺪ‬‫ﺘ‬‫ﹶ‬‫ﻓ‬ ‫ﺎ‬‫ﻧ‬‫ﺩ‬ ‫ﻢ‬‫ﹸ‬‫ﺛ‬.
‫ﻰ‬‫ﻧ‬‫ﺩ‬‫ﹶ‬‫ﺃ‬ ‫ﻭ‬‫ﹶ‬‫ﺃ‬ ِ‫ﻦ‬‫ﻴ‬‫ﺳ‬‫ﻮ‬‫ﹶ‬‫ﻗ‬ ‫ﺏ‬‫ﹶﺎ‬‫ﻗ‬ ‫ﹶ‬‫ﻥ‬‫ﹶﺎ‬‫ﻜ‬‫ﹶ‬‫ﻓ‬.ِ‫ﻩ‬ِ‫ﺪ‬‫ﺒ‬‫ﻋ‬ ‫ﹶﻰ‬‫ﻟ‬ِ‫ﺇ‬ ‫ﻰ‬‫ﺣ‬‫ﻭ‬‫ﹶ‬‫ﺄ‬‫ﹶ‬‫ﻓ‬
‫ﻰ‬‫ﺣ‬‫ﻭ‬‫ﹶ‬‫ﺃ‬‫ﺂ‬‫ﻣ‬.‫ﹶ‬‫ﺬ‬‫ﹶ‬‫ﻛ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬‫ﹶﻯ‬‫ﺃ‬‫ﺭ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬ ‫ﺩ‬‫ﺍ‬‫ﺆ‬‫ﹸ‬‫ﻔ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ‫ﺏ‬.‫ﹶﻰ‬‫ﻠ‬‫ﻋ‬ ‫ﻪ‬‫ﻧ‬‫ﻭ‬‫ﺭ‬‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﺘ‬‫ﹶ‬‫ﻓ‬‫ﹶ‬‫ﺃ‬
‫ﻯ‬‫ﺮ‬‫ﻳ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬.‫ﻯ‬‫ﺮ‬‫ﺧ‬‫ﹸ‬‫ﺃ‬ ‫ﹰ‬‫ﺔ‬‫ﹶ‬‫ﻟ‬‫ﺰ‬‫ﻧ‬ ‫ﻩ‬‫َﺍ‬‫ﺀ‬‫ﺭ‬ ‫ﺪ‬‫ﹶ‬‫ﻘ‬‫ﹶ‬‫ﻟ‬‫ﻭ‬.‫ﻰ‬‫ﻬ‬‫ﺘ‬‫ﻨ‬‫ﻤ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ِ‫ﺓ‬‫ﺭ‬‫ﺪ‬ِ‫ﺳ‬ ‫ﺪ‬‫ِﻨ‬‫ﻋ‬
.‫ﻯ‬‫ﻭ‬‫ﹾ‬‫ﺄ‬‫ﻤ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ‫ﹸ‬‫ﺔ‬‫ﻨ‬‫ﺟ‬ ‫ﺎ‬‫ﻫ‬‫ﺪ‬‫ِﻨ‬‫ﻋ‬.‫ﻰ‬‫ﺸ‬‫ﻐ‬‫ﻳ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬ ‫ﹶ‬‫ﺓ‬‫ﺭ‬‫ﺪ‬‫ﺴ‬‫ﺍﻟ‬ ‫ﻰ‬‫ﺸ‬‫ﻐ‬‫ﹾﻳ‬‫ﺫ‬ِ‫ﺇ‬.
‫ﻰ‬‫ﻐ‬‫ﹶ‬‫ﻃ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬ ‫ﺮ‬‫ﺼ‬‫ﺒ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ‫ﹶ‬‫ﻍ‬‫ﺍ‬‫ﺯ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬.‫ﹶﻯ‬‫ﺃ‬‫ﺭ‬ ‫ﺪ‬‫ﹶ‬‫ﻘ‬‫ﹶ‬‫ﻟ‬ِ‫ﻪ‬‫ﺑ‬‫ﺭ‬ ِ‫ﺕ‬‫ﺎ‬‫ﻳ‬‫َﺍ‬‫ﺀ‬ ‫ﻦ‬ِ‫ﻣ‬
‫ﻯ‬‫ﺮ‬‫ﺒ‬‫ﹸ‬‫ﻜ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬.
8
Q.S. al-Isrâ: 1
Mahasuci Allah, yang telah memperjalankan ham­
ba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke
Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekeliling­
nya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari
tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia
Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.1
Pendahuluan ; Mi’raj Nabi 3
Bismillâhirrahmânirrahîm
ِ‫ﻡ‬‫ﺍ‬‫ﺮ‬‫ﺤ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ِ‫ﺪ‬ِ‫ﺠ‬‫ﺴ‬‫ﻤ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ‫ﻦ‬‫ﻣ‬ ‫ﹰ‬‫ﻼ‬‫ﻴ‬‫ﹶ‬‫ﻟ‬ ِ‫ﻩ‬ِ‫ﺪ‬‫ﺒ‬‫ﻌ‬ِ‫ﺑ‬ ‫ﻯ‬‫ﺮ‬‫ﺳ‬‫ﹶ‬‫ﺃ‬ ‫ِﻱ‬‫ﺬ‬‫ﱠ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ‫ﹶ‬‫ﻥ‬‫ﺎ‬‫ﺤ‬‫ﺒ‬‫ﺳ‬
‫ﺎ‬‫ﺼ‬‫ﹾ‬‫ﻗ‬َ‫ﻷ‬‫ﹾ‬‫ﺍ‬ ِ‫ﺪ‬ِ‫ﺠ‬‫ﺴ‬‫ﻤ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ‫ﹶﻰ‬‫ﻟ‬ِ‫ﺇ‬‫ﻦ‬ِ‫ﻣ‬ ‫ﻪ‬‫ﻳ‬ِ‫ﺮ‬‫ﻨ‬ِ‫ﻟ‬ ‫ﻪ‬‫ﹶ‬‫ﻟ‬‫ﻮ‬‫ﺣ‬ ‫ﺎ‬‫ﻨ‬‫ﹾ‬‫ﻛ‬‫ﺭ‬‫ﺎ‬‫ﺑ‬ ‫ِﻱ‬‫ﺬ‬‫ﱠ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬
‫ﲑ‬ِ‫ﺼ‬‫ﺒ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ‫ﻊ‬‫ِﻴ‬‫ﻤ‬‫ﺴ‬‫ﺍﻟ‬ ‫ﻮ‬‫ﻫ‬ ‫ﻪ‬‫ﻧ‬ِ‫ﺇ‬ ‫ﺂ‬‫ﻨ‬ِ‫ﺗ‬‫ﺎ‬‫ﻳ‬‫َﺍ‬‫ﺀ‬.
‫ﻰ‬‫ﺣ‬‫ﻮ‬‫ﻳ‬ ‫ﻲ‬‫ﺣ‬‫ﻭ‬‫ﱠ‬‫ﻻ‬ِ‫ﺇ‬ ‫ﻮ‬‫ﻫ‬ ‫ﹾ‬‫ﻥ‬ِ‫ﺇ‬.‫ﻯ‬‫ﻮ‬‫ﹸ‬‫ﻘ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ‫ﺪ‬‫ِﻳ‬‫ﺪ‬‫ﺷ‬ ‫ﻪ‬‫ﻤ‬‫ﱠ‬‫ﻠ‬‫ﻋ‬.‫ﹸﻭ‬‫ﺫ‬
‫ﻯ‬‫ﻮ‬‫ﺘ‬‫ﺳ‬‫ﹶﺎ‬‫ﻓ‬ ٍ‫ﺓ‬‫ﺮ‬ِ‫ﻣ‬.‫ﹶﻰ‬‫ﻠ‬‫ﻋ‬َ‫ﻷ‬‫ﹾ‬‫ﺍ‬ ِ‫ﻖ‬‫ﹸ‬‫ﻓ‬ُ‫ﻷ‬‫ﹾ‬‫ﺎ‬ِ‫ﺑ‬ ‫ﻮ‬‫ﻫ‬‫ﻭ‬.‫ﱠﻰ‬‫ﻟ‬‫ﺪ‬‫ﺘ‬‫ﹶ‬‫ﻓ‬ ‫ﺎ‬‫ﻧ‬‫ﺩ‬ ‫ﻢ‬‫ﹸ‬‫ﺛ‬.
‫ﻰ‬‫ﻧ‬‫ﺩ‬‫ﹶ‬‫ﺃ‬ ‫ﻭ‬‫ﹶ‬‫ﺃ‬ ِ‫ﻦ‬‫ﻴ‬‫ﺳ‬‫ﻮ‬‫ﹶ‬‫ﻗ‬ ‫ﺏ‬‫ﹶﺎ‬‫ﻗ‬ ‫ﹶ‬‫ﻥ‬‫ﹶﺎ‬‫ﻜ‬‫ﹶ‬‫ﻓ‬.ِ‫ﻩ‬ِ‫ﺪ‬‫ﺒ‬‫ﻋ‬ ‫ﹶﻰ‬‫ﻟ‬ِ‫ﺇ‬ ‫ﻰ‬‫ﺣ‬‫ﻭ‬‫ﹶ‬‫ﺄ‬‫ﹶ‬‫ﻓ‬
‫ﻰ‬‫ﺣ‬‫ﻭ‬‫ﹶ‬‫ﺃ‬‫ﺂ‬‫ﻣ‬.‫ﹶ‬‫ﺬ‬‫ﹶ‬‫ﻛ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬‫ﹶﻯ‬‫ﺃ‬‫ﺭ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬ ‫ﺩ‬‫ﺍ‬‫ﺆ‬‫ﹸ‬‫ﻔ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ‫ﺏ‬.‫ﹶﻰ‬‫ﻠ‬‫ﻋ‬ ‫ﻪ‬‫ﻧ‬‫ﻭ‬‫ﺭ‬‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﺘ‬‫ﹶ‬‫ﻓ‬‫ﹶ‬‫ﺃ‬
‫ﻯ‬‫ﺮ‬‫ﻳ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬.‫ﻯ‬‫ﺮ‬‫ﺧ‬‫ﹸ‬‫ﺃ‬ ‫ﹰ‬‫ﺔ‬‫ﹶ‬‫ﻟ‬‫ﺰ‬‫ﻧ‬ ‫ﻩ‬‫َﺍ‬‫ﺀ‬‫ﺭ‬ ‫ﺪ‬‫ﹶ‬‫ﻘ‬‫ﹶ‬‫ﻟ‬‫ﻭ‬.‫ﻰ‬‫ﻬ‬‫ﺘ‬‫ﻨ‬‫ﻤ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ِ‫ﺓ‬‫ﺭ‬‫ﺪ‬ِ‫ﺳ‬ ‫ﺪ‬‫ِﻨ‬‫ﻋ‬
.‫ﻯ‬‫ﻭ‬‫ﹾ‬‫ﺄ‬‫ﻤ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ‫ﹸ‬‫ﺔ‬‫ﻨ‬‫ﺟ‬ ‫ﺎ‬‫ﻫ‬‫ﺪ‬‫ِﻨ‬‫ﻋ‬.‫ﻰ‬‫ﺸ‬‫ﻐ‬‫ﻳ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬ ‫ﹶ‬‫ﺓ‬‫ﺭ‬‫ﺪ‬‫ﺴ‬‫ﺍﻟ‬ ‫ﻰ‬‫ﺸ‬‫ﻐ‬‫ﹾﻳ‬‫ﺫ‬ِ‫ﺇ‬.
‫ﻰ‬‫ﻐ‬‫ﹶ‬‫ﻃ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬ ‫ﺮ‬‫ﺼ‬‫ﺒ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ‫ﹶ‬‫ﻍ‬‫ﺍ‬‫ﺯ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬.‫ﹶﻯ‬‫ﺃ‬‫ﺭ‬ ‫ﺪ‬‫ﹶ‬‫ﻘ‬‫ﹶ‬‫ﻟ‬ِ‫ﻪ‬‫ﺑ‬‫ﺭ‬ ِ‫ﺕ‬‫ﺎ‬‫ﻳ‬‫َﺍ‬‫ﺀ‬ ‫ﻦ‬ِ‫ﻣ‬
‫ﻯ‬‫ﺮ‬‫ﺒ‬‫ﹸ‬‫ﻜ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬.
Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-
Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke
Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya
agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari
tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia
Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.8
ِ‫ﻡ‬‫ﺍ‬‫ﺮ‬‫ﺤ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ِ‫ﺪ‬ِ‫ﺠ‬‫ﺴ‬‫ﻤ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ‫ﻦ‬‫ﻣ‬ ‫ﹰ‬‫ﻼ‬‫ﻴ‬‫ﹶ‬‫ﻟ‬ ِ‫ﻩ‬ِ‫ﺪ‬‫ﺒ‬‫ﻌ‬ِ‫ﺑ‬ ‫ﻯ‬‫ﺮ‬‫ﺳ‬‫ﹶ‬‫ﺃ‬ ‫ِﻱ‬‫ﺬ‬‫ﱠ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ‫ﹶ‬‫ﻥ‬‫ﺎ‬‫ﺤ‬‫ﺒ‬‫ﺳ‬
‫ﺎ‬‫ﺼ‬‫ﹾ‬‫ﻗ‬َ‫ﻷ‬‫ﹾ‬‫ﺍ‬ ِ‫ﺪ‬ِ‫ﺠ‬‫ﺴ‬‫ﻤ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ‫ﹶﻰ‬‫ﻟ‬ِ‫ﺇ‬‫ﻦ‬ِ‫ﻣ‬ ‫ﻪ‬‫ﻳ‬ِ‫ﺮ‬‫ﻨ‬ِ‫ﻟ‬ ‫ﻪ‬‫ﹶ‬‫ﻟ‬‫ﻮ‬‫ﺣ‬ ‫ﺎ‬‫ﻨ‬‫ﹾ‬‫ﻛ‬‫ﺭ‬‫ﺎ‬‫ﺑ‬ ‫ِﻱ‬‫ﺬ‬‫ﱠ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬
‫ﲑ‬ِ‫ﺼ‬‫ﺒ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ‫ﻊ‬‫ِﻴ‬‫ﻤ‬‫ﺴ‬‫ﺍﻟ‬ ‫ﻮ‬‫ﻫ‬ ‫ﻪ‬‫ﻧ‬ِ‫ﺇ‬ ‫ﺂ‬‫ﻨ‬ِ‫ﺗ‬‫ﺎ‬‫ﻳ‬‫َﺍ‬‫ﺀ‬.
‫ﻰ‬‫ﺣ‬‫ﻮ‬‫ﻳ‬ ‫ﻲ‬‫ﺣ‬‫ﻭ‬‫ﱠ‬‫ﻻ‬ِ‫ﺇ‬ ‫ﻮ‬‫ﻫ‬ ‫ﹾ‬‫ﻥ‬ِ‫ﺇ‬.‫ﻯ‬‫ﻮ‬‫ﹸ‬‫ﻘ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ‫ﺪ‬‫ِﻳ‬‫ﺪ‬‫ﺷ‬ ‫ﻪ‬‫ﻤ‬‫ﱠ‬‫ﻠ‬‫ﻋ‬.‫ﹸﻭ‬‫ﺫ‬
‫ﻯ‬‫ﻮ‬‫ﺘ‬‫ﺳ‬‫ﹶﺎ‬‫ﻓ‬ ٍ‫ﺓ‬‫ﺮ‬ِ‫ﻣ‬.‫ﹶﻰ‬‫ﻠ‬‫ﻋ‬َ‫ﻷ‬‫ﹾ‬‫ﺍ‬ ِ‫ﻖ‬‫ﹸ‬‫ﻓ‬ُ‫ﻷ‬‫ﹾ‬‫ﺎ‬ِ‫ﺑ‬ ‫ﻮ‬‫ﻫ‬‫ﻭ‬.‫ﱠﻰ‬‫ﻟ‬‫ﺪ‬‫ﺘ‬‫ﹶ‬‫ﻓ‬ ‫ﺎ‬‫ﻧ‬‫ﺩ‬ ‫ﻢ‬‫ﹸ‬‫ﺛ‬.
‫ﻰ‬‫ﻧ‬‫ﺩ‬‫ﹶ‬‫ﺃ‬ ‫ﻭ‬‫ﹶ‬‫ﺃ‬ ِ‫ﻦ‬‫ﻴ‬‫ﺳ‬‫ﻮ‬‫ﹶ‬‫ﻗ‬ ‫ﺏ‬‫ﹶﺎ‬‫ﻗ‬ ‫ﹶ‬‫ﻥ‬‫ﹶﺎ‬‫ﻜ‬‫ﹶ‬‫ﻓ‬.ِ‫ﻩ‬ِ‫ﺪ‬‫ﺒ‬‫ﻋ‬ ‫ﹶﻰ‬‫ﻟ‬ِ‫ﺇ‬ ‫ﻰ‬‫ﺣ‬‫ﻭ‬‫ﹶ‬‫ﺄ‬‫ﹶ‬‫ﻓ‬
‫ﻰ‬‫ﺣ‬‫ﻭ‬‫ﹶ‬‫ﺃ‬‫ﺂ‬‫ﻣ‬.‫ﹶ‬‫ﺬ‬‫ﹶ‬‫ﻛ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬‫ﹶﻯ‬‫ﺃ‬‫ﺭ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬ ‫ﺩ‬‫ﺍ‬‫ﺆ‬‫ﹸ‬‫ﻔ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ‫ﺏ‬.‫ﹶﻰ‬‫ﻠ‬‫ﻋ‬ ‫ﻪ‬‫ﻧ‬‫ﻭ‬‫ﺭ‬‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﺘ‬‫ﹶ‬‫ﻓ‬‫ﹶ‬‫ﺃ‬
‫ﻯ‬‫ﺮ‬‫ﻳ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬.‫ﻯ‬‫ﺮ‬‫ﺧ‬‫ﹸ‬‫ﺃ‬ ‫ﹰ‬‫ﺔ‬‫ﹶ‬‫ﻟ‬‫ﺰ‬‫ﻧ‬ ‫ﻩ‬‫َﺍ‬‫ﺀ‬‫ﺭ‬ ‫ﺪ‬‫ﹶ‬‫ﻘ‬‫ﹶ‬‫ﻟ‬‫ﻭ‬.‫ﻰ‬‫ﻬ‬‫ﺘ‬‫ﻨ‬‫ﻤ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ِ‫ﺓ‬‫ﺭ‬‫ﺪ‬ِ‫ﺳ‬ ‫ﺪ‬‫ِﻨ‬‫ﻋ‬
.‫ﻯ‬‫ﻭ‬‫ﹾ‬‫ﺄ‬‫ﻤ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ‫ﹸ‬‫ﺔ‬‫ﻨ‬‫ﺟ‬ ‫ﺎ‬‫ﻫ‬‫ﺪ‬‫ِﻨ‬‫ﻋ‬.‫ﻰ‬‫ﺸ‬‫ﻐ‬‫ﻳ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬ ‫ﹶ‬‫ﺓ‬‫ﺭ‬‫ﺪ‬‫ﺴ‬‫ﺍﻟ‬ ‫ﻰ‬‫ﺸ‬‫ﻐ‬‫ﹾﻳ‬‫ﺫ‬ِ‫ﺇ‬.
‫ﻰ‬‫ﻐ‬‫ﹶ‬‫ﻃ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬ ‫ﺮ‬‫ﺼ‬‫ﺒ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ‫ﹶ‬‫ﻍ‬‫ﺍ‬‫ﺯ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬.‫ﹶﻯ‬‫ﺃ‬‫ﺭ‬ ‫ﺪ‬‫ﹶ‬‫ﻘ‬‫ﹶ‬‫ﻟ‬ِ‫ﻪ‬‫ﺑ‬‫ﺭ‬ ِ‫ﺕ‬‫ﺎ‬‫ﻳ‬‫َﺍ‬‫ﺀ‬ ‫ﻦ‬ِ‫ﻣ‬
‫ﻯ‬‫ﺮ‬‫ﺒ‬‫ﹸ‬‫ﻜ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬.
8
Q.S. al-Isrâ: 1
1
QS. al-Isrâ: 1.
4 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...
Ucapannya itu tiada lain hanyalah wah­yu yang di­
wahyukan (kepadanya). Yang diajarkan kepadanya
oleh (Jibril) yang sa­ngat kuat, yang mempunyai akal
yang cerdas. (Jibril itu) menampakkan diri dengan
rupa yang asli ketika Dia berada di ufuk yang tinggi.
Kemudian Dia mendekat, lalu ber­tambah dekat lagi.
Maka, jadilah Dia dekat (pada Muhammad sejarak)
dua ujung busur panah atau lebih dekat lagi. Lalu
Dia menyampaikan kepada hamba-Nya (Muham­
mad) apa yang telah Dia wahyukan. Hatinya tidak
mendustakan apa yang telah dilihatnya. Maka, apa­
kah kaum (musyrik Mekkah) hendak membantah­
nya tentang apa yang telah ia lihat? Sesungguhnya
Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya
yang asli) pada waktu yang lain. (yaitu) di Sidratul
Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal.
(Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratul Muntaha
diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatan­
nya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihat­
nya dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya
dia telah melihat sebagian tanda-tanda (kekuasaan)
Tuhan yang paling besar.2
Dari perbendaharaan ayat yang mulia tersebut
kami ingin menyebutkan dua petunjuk saja. Ke­
duanya merujuk kepada rambu retorik (balaghah)
yang terdapat dalam kata ganti “Sesungguhnya
Dia”. Hal itu lantaran keduanya terkait dengan
2
QS. an-Najm: 4-18
Pendahuluan: Mi’raj Nabi | 5
persoalan kita saat ini seperti yang telah kami je­
laskan dalam risalah Mukjizat Alquran (al-Mu’jizât
al-Qur`âniyyah).
Alquran menutup ayat pertama de­ngan ung­
kapan, “Sesungguhnya Dia Maha Mendengar dan Ma­
ha Mengetahui.” Hal itu setelah Dia menyebutkan
peristiwa diperjalankannya Rasulullah SAW. dari
pendahuluan mi’raj, yakni dari Masjidil Haram
ke Masjidil Aqsha—dan puncak perjalanan beliau
yang diterangkan oleh surat an-Najm.
Kata ganti dalam “Sesungguhnya Dia” bisa
kem­bali kepada Allah SWT. atau kembali kepada
Ra­sulullah SAW.
Apabila kembali kepada Rasul SAW., maka hu-
kum retorika dan kesesuaian konteksnya menun-
jukkan bahwa perjalanan kecil ini termasuk di
antara perjalanan umum dan mi’raj integral di
mana beliau mendengar dan menyaksikan semua
tanda kekuasaan Tuhan serta kreasi Ilahi yang
menakjubkan yang dijumpai oleh penglihatan dan
pendengarannya pada saat naik dalam tingkatan
nama-nama Tuhan yang komprehensif sampai ke
Sidratul Muntaha hingga berjarak seukuran dua
busur (Qaba Qausain) atau lebih dekat dari itu. Ini
me­nunjukkan bahwa wisata parsial di atas (Isra)
merupakan kunci bagi wisata komprehensif yang
6 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...
mencakup berbagai kreasi Ilahi yang menakjub-
kan.3
Apabila kata ganti tersebut kembali kepada
Allah SWT., maka maknanya ialah, “Dia mengun-
dang hamba-Nya untuk meng­hadap kepada-Nya
serta berada di hadapannya untuk menyerahkan
kepadanya sebuah tugas penting. Karena itu, Dia
perjalankan beliau dari Masjidil Haram menuju
Masjidil Aqsha yang merupakan tempat berkum-
pul para nabi. Setelah Dia mempertemukan Nabi
SAW. dengan mereka sekaligus menampakkan-
nya sebagai pewaris mutlak bagi prinsip agama
seluruh nabi, Dia memperjalankannya dalam satu
perjalanan di dalam kerajaan-Nya dan wisata di
dalam alam malakut-Nya sampai dengan Sidratul
Muntaha dan berjarak seukuran dua busur.
3
Dalam tafsir Rûh al-Ma’ânî karya al-Alûsî (jilid 15/ hlm.
14), disebutkan sebagai berikut: “Kata ganti di atas diasumsi-
kan mengacu kepada Nabi SAW. sebagaimana yang dinukil oleh
Abu al-Baqâ dari sebagian mereka. Ia berkata, “Maksudnya ia
mendengar perkataan Kami dan melihat diri Kami. Menurut
al-Jalbi, “Hal itu tidak aneh. Jadi, maknanya, ‘Hamba-Ku yang
mendapatkan penghormatan tersebut sa­ngat layak atasnya. Ia
mendengar perintah-perintah-Ku dan larangan-Ku, menga-
malkannya, serta melihat di mana ia melihat makhluk-makh-
luk-Ku dengan mengambil pelajaran darinya atau melihat ber-
bagai tanda kekuasaan yang kami perlihatkan padanya.” Lihat
pula tafsir Ismail al-Qanawi ala al-Baydhâwî jilid 4/224 (Ihsan
Qasim As-Shalihi).
Landasan Pertama; Rahasia keharusan Mi’raj | 7
Demikianlah, wisata dan perjalanan ter­sebut,
meskipun merupakan mi’raj kecil dan yang di­mi’­­­
rajkan ialah seorang hamba, namun hamba terse-
but membawa amanah agung yang terkait dengan
seluruh alam. Bersamanya terdapat cahaya terang
yang mengubah warna alam semesta. Di samping
itu, padanya terdapat kunci yang bisa untuk mem-
buka pintu kebahagiaan abadi.
Karena itulah, Allah menggambarkan diri-Nya
dengan berkata, “Sesungguhnya Dia Maha Men-
dengar dan Maha Melihat.” Hal ini untuk mene­
rangkan bahwa pada amanah, cahaya, dan kunci
tersebut terdapat sejumlah hikmah mulia yang
mencakup seluruh entitas, meliputi semua makh-
luk, serta menjangkau alam seluruhnya.
Demikianlah, rahasia agung ini memiliki em-
pat landasan:
Pertama, apa rahasia keharusan mi’raj?
Apa hakikat mi’raj?
Apa hikmah mi’raj?
Apa buah dan manfaat mi’raj?
LANDASAN PERTAMA
Rahasia Keharusan Mi’raj
Berikut Hikmah Kebutuhannya
Ada sebuah pertanyaan:	
Allah SWT. dekat kepada sesuatu daripada
segala sesuatu sebagaimana disebutkan dalam
Alquran, “Kami lebih dekat kepadanya daripada urat
lehernya.”1
Dia tidak membutuhkan fisik dan tem-
pat. Setiap wali Allah yang saleh bisa menghadap
dan bermunajat dengan Tuhan dalam kalbunya.
Karena itu, mengapa jika setiap wali bisa bermu-
najat kepada Tuhan dalam kalbunya, sementara
Nabi Muhammad SAW. tidak bisa bermunajat se­
perti itu kecuali setelah melakukan perjalanan
jauh dan wisata yang panjang lewat mi’raj?
Sebagai jawabannya:
Kami ingin mendekatkan rahasia yang sulit
dipahami ini kepada pemahaman kita dengan me-
nyebutkan dua contoh berikut. Perhatikan baik-
1
QS. Qâf: 16.
10 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...
baik. Keduanya telah disebutkan dalam kalimat
kedua belas saat menjelaskan rahasia kemukjiza-
tan Alquran dan hikmah mi’raj.
Perumpamaan Pertama
Raja memiliki dua bentuk komunikasi dan tat-
ap muka, serta dua macam pembicaraan, penghor-
matan dan perhatian.
Pertama, komunikasi khusus lewat sarana tele-
pon dengan salah seorang rakyat­nya dari kalan-
gan umum terkait dengan persoalan khusus yang
berhubungan de­ngan kebutuhan orang tersebut.
Kedua, komunikasi atas nama kerajaan agung
danatasnamakhilafahyangmuliadalamkeduduk­
annya sebagai penguasa terkait dengan persoalan
pen­ting dan mulia di mana ia memperlihatkan
keagungannya dan menampakkan kemuliaannya.
Dari sana raja ingin agar perintahnya tersebar ke
seluruh penjuru. Komunikasi ini terjadi dengan
salah seorang utusannya yang memiliki hubungan
de­ngan persoalan tersebut atau dengan salah satu
pejabat terasnya yang memiliki kaitan dengan
perintah itu.
Demikianlah, dengan perumpamaan di­ atas­
Allah memiliki perumpamaan yang pa­­ling mu-
lia Pencipta Alam, Raja dari seluruh kerajaan dan
alam malakut, serta Pe­nguasa Azali dan Abadi me-
Landasan Pertama; Rahasia keharusan Mi’raj | 11
miliki dua bentuk komunikasi dan penghormatan:
Pertama, yang bersifat parsial dan khusus.
Kedua, yang bersifat komprehensif dan umum.
Mi’raj Nabi merupakan manifestasi istimewa
dari tingkat kewalian Muhammad SAW.. Ia tam-
pak dalam bentuk yang komprehensif meng­ung­
guli semua bentuk kewalian yang ada serta de­
mikian tinggi berada di atas yang lainnya. Beliau
mendapatkan kehormatan untuk bisa berkomuni­
kasi langsung dan bercakap-cakap dengan Allah se-
bagai Tuhan semesta alam dengan kedudukan-Nya
sebagai Pencipta seluruh entitas.
Perumpamaan Kedua
Seseorang memegang cermin yang mengha­
dap ke matahari. Sesuai dengan ka­pasitasnya,
cer­min tersebut menampung sinar dan cahaya
yang membawa tujuh war­na mentari. Maka, se-
seorang bisa memi­liki hubungan dengan mentari
tersebut sesuai dengan kondisi cermin tadi. Ia bisa
mengambil manfaat darinya ketika cermin itu di-
arahkan ke kamarnya yang gelap dan ruangannya
yang kecil dan tertutup. Hanya saja, cahaya yang ia
dapatkan terbatas pada kadar kemampuan cermin
yang memantulkan sinar mentari, tidak seperti
kadar nilai mentari itu sendiri.
12 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...
Sementara, orang lain meninggalkan cermin
dengan langsung menghadap mentari. Ia menyak-
sikan kebesaran mentari tersebut serta memahami
keagungannya. Kemudian ia naik ke atas gunung
yang sangat tinggi serta melihat kilau kerajaannya
yang luas dan megah. Hal itu ia hadapi secara lang-
sung tanpa hijab. Setelah itu, ia kembali dan mem-
buat sejumlah jendela yang luas pada rumahnya
yang kecil atau pada ruangannya yang tertutup di
mana jendela itu menghadap mentari yang berada
di langit yang tinggi. Dari sana terjalinlah sebuah
kontak dengan cahaya mentari yang bersifat per-
manen dan hakiki. 	
Demikianlah, orang ini bisa melakukan tatap
muka dan kontak yang menyenangkan yang dihia-
si dengan rasa syukur. Ia berkata kepada mentari:
“Oh, wahai mentari yang bersemayam di atas arasy
keindahan alam. Wahai penghias dan kembang la­
ngit. Wahai yang melimpahkan cahaya dan sinar ke
muka bumi serta membuat bunga tersenyum dan
riang. Engkau telah melimpahkan kehangatan dan
cahaya ke dalam rumah dan kediamanku yang kecil
sebagaimana engkau telah memberikan cahaya dan
kehangatan ke seluruh bumi.”
Adapun pemilik cermin sebelumnya tidak bisa
melakukan kontak dan berkomunikasi dengan
mentari seperti di atas lantaran pengaruh cahaya
Landasan Pertama; Rahasia keharusan Mi’raj | 13
mentarinya sangat terbatas seukuran cermin dan
sesuai de­ngan kemampuan cermin tersebut me-
nerima cahaya.
Demikianlah manifestasi Dzat Allah Yang Ma-
haesa dan abadi (Shamad). Dia adalah Cahaya la­
ngit dan bumi serta Pe­nguasa azali dan abadi atas
substansi manusia dalam dua bentuknya yang
berisi berbagai tingkatan tak terhingga.
Bentuk pertama, penampakan di cermin kalbu
lewat ikatan rabbani dan relasi dengan-Nya. Setiap
manusia memiliki bagian dari cahaya mentari aza-
li tersebut. Ia bisa berkomunikasi dan melakukan
kontak dengan-Nya, entah bersifat parsial atau-
pun komprehensif, sesuai dengan kesiapannya
serta manifestasi sifat dan nama-Nya. Hal itu ter-
dapat dalam perjalanannya ketika meniti sejumlah
tingkatan di atas. Derajat dari kewalian yang ber-
jalan dalam bayang­an dan tingkatan nama-nama
dan sifat-Nya bersumber dari bagian ini.
Bentuk kedua, penampakan Allah pada indi-
vidu paling mulia dari jenis manusia dalam wujud
Dzat-Nya serta dalam tingkat­an nama-Nya yang
paling agung lantaran sosok manusia tersebut
mampu memperlihatkan manifestasi nama-na-
ma-Nya yang mulia yang tampak di seluruh alam
secara sekaligus pada cermin ruhnya. Pasalnya ia
merupakan buah pohon alam yang paling bersinar
14 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...
dan paling integral di lihat dari sifat dan kesiapan-
nya. Penampakan dan manifestasi tersebut meru-
pakan rahasia mi’raj Muhammad SAW. di mana ke-
waliannya merupakan titik tolak dari risalahnya.
Kewalian yang berjalan dalam bayang­an se­
per­ti orang pertama pada perumpa­maan kedua,
sementara tidak ada bayang­an dalam risalah atau
kerasulan. Namun, ia langsung mengarah kepada
keesaan Dzat-Nya seperti orang kedua pada pe-
rumpamaan kedua. Adapun mi’raj, karena ia meru-
pakan karomah terbesar dan tingkat­an tertinggi
dari kewalian Muhammad SAW. maka berubah
menjadi tingkatan kerasulan.
Aspek batiniah mi’raj berupa kewalian. Pa­­­-
salnya, ia naik dari makhluk menuju Allah SWT.
Sementara aspek lahiriah mi’­raj berupa kerasul­
an yang datang dari Allah menuju makhluk. Jadi,
kewalian meniti jalan taqarrub kepada Allah. Ia
membutuhkan waktu dan perlu meniti banyak
tingkatan. Adapun kerasulan yang merupakan ca-
haya terbesar mengarah kepada ke­­­tersingkapan
rahasia kedekatan Ilahi yang hanya membutuhkan
waktu sekejap. Karena itu, dalam hadits Nabi SAW.
disebutkan bagaimana beliau kembali pada saat
itu pula.
Sekarang kami mengatakan kepada orang
yang ingkar yang duduk mende­ngar:
Landasan Pertama; Rahasia keharusan Mi’raj | 15
Selama alam ini serupa dengan sebuah kera-
jaan yang sangat teratur, dengan sebuah kota yang
sangat rapi, dan dengan sebuah istana yang sangat
indah, pastilah ada penguasa, pemilik, dan pencip-
tanya.
Selama Pemilik Yang Mahamulia, Pe­nguasa
Yang Maha Sempurna, dan Pencipta Yang Mahain-
dah itu ada, terdapat sosok manusia yang memi-
liki pandangan komprehensif dan hubungan yang
bersifat integral lewat indra dan perasaannya ter-
hadap alam, kerajaan, dan istana tersebut, maka
Sang Pencipta Yang Mahamulia itu pasti memiliki
hubungan istimewa dan kuat dengan sosok yang
memiliki pandang­an komprehensif dan kesadaran
integral tadi. Sudah pasti Dia memiliki percakapan
suci dan hubungan istimewa dengannya.
Karena Muhammad SAW. ini telah mem­per­
lihatkan hubungan mulia di antara orang yang di-
beri kehormatan atasnya sejak zaman Nabi Adam
as. lewat bentuk yang paling agung dan mulia de­
ngan kesaksian jejak-jejaknya, yakni dengan ke­
kuasaannya atas setengah dunia dan seperlima
umat manusia serta dengan mencerahkan dan
mengubah bentuk maknawi alam semesta, maka
beliau merupakan sosok yang paling layak dan pa­
ling pantas mendapatkan kehormatan mi’raj yang
merupakan tingkat hubungan yang paling agung.
LANDASAN KEDUA
Apa Hakikat Mi’raj?
Jawabannya:
Ia merupakan perjalanan atau suluk pribadi
Muhammad SAW. dalam tingkatan kesempurnaan.
Ini artinya, tanda-tanda dan jejak rububiyah yang
Allah perlihatkan dalam menata seluruh makh-
luk lewat beragam nama dan keagungan rububi­
yah yang Dia perlihatkan lewat proses penciptaan
dan pengaturan di langit setiap wilayah yang Dia
hadirkan di mana setiap langit merupakan orbit
agung bagi arasy rububiyah-Nya dan pusat kekua-
saan uluhiyah-Nya, semua tanda-tanda agung dan
jejak menakjubkan tersebut Allah tampilkan satu
per satu kepada hamba pilihan tersebut.
Allah SWT. menaikkannya ke burak dan me­
nempuhkannya berbagai tingkatan yang ada se-
cepat kilat dari satu wilayah ke wilayah yang lain,
dari satu tempat ke tempat yang lain seperti titik
tempat beradarnya bulan guna diperlihatkan ke-
pada rububiyah Ilahi yang terdapat di langit. Dia
mempertemukan beliau dengan saudara-sauda-
ranya sesama Nabi satu per satu pada kedudukan
18 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...
masing-masing di langit sampai kemudian dinaik­
kan kepada kedudukan sejarak dua ujung busur.
Beliau mendapat kehormatan untuk berbicara dan
melihat-Nya dengan rahasia keesaan agar menjadi
seorang hamba yang mengumpulkan seluruh ke-
sempurnaan manusia, meraih semua manifestasi
Ilahi, menyaksikan semua ting­katan alam, me-
nyeru kekuasaan rububiyah-Nya, serta menyam-
paikan segala hal yang diridhai Tuhan dengan me-
nyingkap misteri alam.
Hakikat mulia ini dapat dilihat dari dua pe-
rumpamaan berikut:
Perumpamaan Pertama
Seperti yang telah kami jelaskan dalam ka-
limat kedua puluh empat bahwa sebagaimana
penguasa memiliki beragam­gelar pada berbagai
wilayah kekuasaannya, beragam sifat dalam ber-
bagai tingkatan rakyatnya, serta beragam nama
pada tingkatan kekuasaannya. Misalnya dia me-
miliki nama “penguasa yang adil” dalam wilayah
pengadilan dan nama sebagai sultan pada wilayah
pemerintahan, sementara ia bernama “pemimpin
umum” pada wilayah kemiliteran, dan nama seba­
gai khalifah dalam wilayah agama. Demikianlah,
ia memiliki sejumlah nama dan gelar. Pada setiap
wilayah kekuasaannya, ia memiliki kedudukan
Landasan Kedua: Apa Hakikat Mi’raj? | 19
dan jabatan sesuai de­ngan takhta maknawi yang
ia miliki. Pe­nguasa tunggal tersebut bisa memiliki
seribu nama dan gelar dalam berbagai wilayah
kekuasaan dan pada sejumlah tingkatan pemerin-
tahan. Artinya, ia bisa memiliki seribu takhta yang
saling berbaur antara yang satu dengan yang lain.
Seakan-akan ia ada dan hadir pada setiap wilayah
kekuasaannya lewat sosok maknawinya dan tele-
ponnya. Ia mengetahui apa yang terjadi di dalam-
nya. Ia tampak dan ada pada setiap tingkatan le-
wat hukum, aturan, dan perwakilannya. Dari balik
hijab, ia mengawasi dan menata semua tingkatan
lewat hikmah, pengetahuan, dan kekuatannya.
Setiap wilayah memiliki pusat dan tempat yang
khusus, di mana hukum dan tingkatannya berbe-
da-beda.
Penguasa semacam itu memperjalankan siapa
yang ia kehendaki untuk melakukan perjalanan
panjang menyusuri semua wilayah kekuasaan se-
raya memperlihatkan padanya keagungan kekua-
saannya pada se­tiap wilayah sekaligus menampak-
kan pa­danya sejumlah perintahnya yang bijaksana
yang terkait dengan setiap wilayah. Kemudian
penguasa memperjalankan orang tersebut dari
satu wilayah ke wilayah yang lain serta dari satu
tingkatan ke tingkatan yang lain hingga sampai ke
hadapannya. Setelah itu, ia menitipkan padanya
20 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...
perintah yang bersifat komprehensif, umum, ter-
kait dengan semua wilayah dan mengutusnya.
Demikianlah, lewat perumpamaan di atas kita
bisa mengatakan bahwa Tuhan Pemelihara semes-
ta alam yang merupakan Penguasa azali dan abadi,
dalam tingkatan rububiyah-Nya memiliki beragam
sifat dan atribut. Namun, masing-masing sejalan
dan­serupa. Dalam wilayah uluhiyah-Nya Dia juga
memiliki sejumlah alamat dan nama yang berbe-
da-beda namun saling menguatkan. Dalam tinda-
kan-Nya yang agung Dia memiliki beragam mani-
festasi dan penampakan, namun masing-masing
saling menyerupai. Dalam wilayah kekuasaan-Nya
Dia memiliki aneka gelar, namun satu dengan yang
lain saling terpaut. Dalam manifestasi sifat-sifat-
Nya Dia memiliki beragam tampilan suci, namun
satu dengan yang lain saling mendukung. Dalam
manifestasi perbuatan-Nya Dia memiliki beragam
aksi, namun satu dengan yang lain saling me­
nyempurnakan. Dalam kreasi dan ciptaan-Nya, Dia
memiliki rububiyah menakjubkan yang saling ber-
beda, namun satu dengan lainnya saling terkait.
Dengan rahasia agung tersebut, Allah SWT.
menata alam sesuai penga­turan men­ce­ngangkan
yang melahirkan rasa heran dan takjub. Pa­salnya,
dari atom yang dianggap sebagai tingkatan makh-
luk terkecil hingga langit, serta dari tingkatannya
Landasan Kedua: Apa Hakikat Mi’raj? | 21
yang paling pertama hingga kepada arasy yang
agung terdapat sejumlah langit yang berlapis-la-
pis. Setiap langit menjadi atap alam yang lain serta
berposisi sebagai arasy rububiyah dan pusat kekua-
saan Ilahi.
Meski semua nama bisa terwujud dan semua
gelar terjelma pada berbagai wilayah dan tingkat­
an yang ada dari aspek keesaan-Nya, namun se­
ba­gaimana ge­lar “penguasa yang adil” merupa­
kan yang dominan dan orisinal dalam wilayah
peng­adilan di mana tanda-tanda yang lain hanya
meng­­ikuti dan melihat perintahnya, demikian
pula salah satu nama dan gelar Ilahi mendominasi
pada setiap tingkatan makhluk dan pada setiap
langitnya, serta semua gelar yang lain berada di
dalamnya.
Misalnya, pada satu langit Nabi Isa as. yang
mendapatkan kehormatan dengan nama al-Qadir
berjumpa dengan Rasul SAW.. Maka, Allah SWT.
menjelma pada wilayah langit tersebut dengan
gelar “Yang Mahakuasa.” Contoh yang lain, gelar
“Yang berbicara” yang didapat oleh Nabi Musa as
ialah tanda yang mendominasi wilayah langit yang
merupakan kedudukan Nabi Musa as.
Demikianlah, karena Rasulullah SAW. men­
dapat bagian dari nama Allah Yang Mahaagung
(Ismul A’zham) serta karena kenabiannya bersi-
22 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...
fat umum dan komprehensif, juga karena beliau
mendapatkan seluruh manifestasi nama-Nya, ma­
ka beliau memiliki relasi dengan seluruh wilayah
rububiyah. Karena itu, hakikat mi’raj yang beliau
lakukan menuntut adanya pertemuan dengan
para nabi yang merupakan pemilik kedudukan
di berbagai wilayah tadi, serta melewati semua
tingkatan yang ada.
Perumpamaan Kedua
Gelar “pemimpin tertinggi” yang melekat pada
penguasa memiliki wujud dan tampilan pada se-
tiap wilayah militer, mulai dari wilayah ko­mandan
dan jenderal yang bersifat luas dan komprehensif
hingga wi­layah kopral yang merupakan wilayah
parsial dan khusus.
Misalnya, seorang tentara melihat profil kepe-
mimpinan terbesar terdapat pada sosok kopral
sehingga ia menghadap dan menerima perintah
darinya. Sementara, ko­pral itu sendiri melihat
kepemimpinan tersebut berada pada wilayah ser-
san, sehingga mengarah kepadanya. Kemudian
ke­­tika ia menjadi sersan, ia melihat profil kepe-
mimpinan umum terdapat di wilayah letnan. Ia
me­miliki kursi khusus pada ke­dudukan tersebut.
De­mikianlah, gelar ke­pemimpinan agung itu ter-
lihat pada se­tiap wilayah pemimpin, kelompok,
Landasan Kedua: Apa Hakikat Mi’raj? | 23
dan peng­awas sesuai dengan luas dan sempitnya
wilayah yang ada.
Sekarang, apabila pemimpin tertinggi itu
ingin menyerahkan sebuah tugas yang terkait de­
ngan semua jenjang militer lewat seorang tentara
serta ingin menaikkannya kepada kedudukan yang
tinggi, di mana bisa dilihat dari semua wilayah
seka­ligus bisa menyaksikan semuanya sehingga
seperti pengawas atasnya, sang pemimpin terting-
gi tentu akan memperjalankan tentara itu dalam
keseluruhan wilayah mulai dari jenjang kopral
hingga berakhir kepada jenjang yang paling tinggi
satu persatu. Hal itu agar ia bisa menyaksikan dan
disaksikan darinya. Kemudian pemimpin tertinggi
menerima tentara tersebut di ha­dapannya, mem-
berikan kehormatan untuk berkomunikasi de­
ngannya, dan memulia­kan dengan sejumlah tanda
jasa dan pe­rintahnya, lalu mengutus kembali ke
tempat asal dalam sekejap.
Kita harus mengarahkan perhatian kepada
satu hal dari perumpamaan di atas. Yaitu, jika pe­
mimpin memiliki kemampuan spiritual dan mak­
nawi di samping memiliki kekuatan fisik, tentu ia
tidak akan mendelegasikan kepada orang-orang
seperti letnan, jenderal, dan pengawas. Namun
ia akan hadir sendiri pada setiap tempat Ia me­
ngeluarkan perintah secara langsung dengan me-
24 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...
nyembunyikan diri di balik tirai dan di belakang
sejumlah orang yang memiliki kedudukan ter-
tentu. Seperti diriwayatkan bahwa para penguasa
yang mencapai tingkat kewalian sempurna melak-
sanakan perintah dalam banyak wilayah dalam wu-
jud sejumlah orang.
Adapun hakikat yang bisa kita lihat le­wat pers-
pektif perumpamaan di atas ia­lah: karena ketidak­
berdayaan tidak ada di­dalamnya, maka pe­rintah
dan hukum da­tang secara langsung dari pemimpin
umum kepada setiap wilayah. Hukum tersebut di-
laksanakan lewat perintah, kehendak, dan kekua-
tannya.
Sehubungan dengan itu, maka pada se­tiap
tingkatan makhluk dan kelompok en­titas—mu-
lai dari atom hingga planet, mulai dari serangga
hingga langit—yang di dalamnya berbagai perin-
tah Pemimpin azali dan abadi serta segala urusan
Peng­uasa langit dan bumi, yang memiliki pe­rintah
kun fayakun dilaksanakan secara sempurna, pada
setiap bagiannya wilayah rububiyah yang agung
dan tingkatan ke­kuasaan yang mengendalikan
menjadi terlihat lewat tingkatan yang berbeda-
beda, besar atau kecil, khusus atau komprehensif,
di mana setiap bagiannya mengarah kepada yang
lain.
Landasan Kedua: Apa Hakikat Mi’raj? | 25
Untuk memahami semua maksud Ilahi yang
luhursertaberbagaihasilyangmuliayangterdapat
di alam; untuk memahami sesuatu yang membuat
Tuhan ridha lewat cara melihat kekuasaan rububi­
yah-Nya yang mulia dan keagungan kendali-Nya
yang mulia dengan menyaksikan berba­gai tugas
ibadah semua tingkatan; untuk menjadi seorang
dai yang menyeru bagi kekuasaan Allah SWT.; ha-
rus ada perjalanan melewati sejumlah tingkatan
di atas dan berbagai wilayah tersebut hingga ma-
suk ke dalam arasy yang paling agung yang meru-
pakan wilayah Allah SWT. serta masuk ke dalam
daerah sejarak “dua busur”. Maksudnya masuk ke
dalam kedudukan antara wilayah mungkin (makh-
luk) dan wilayah wajib (Allah) yang diisyaratkan
de­ngan kata dua busur (Qaba Qausain). Di sana be-
liau menghadap Dzat Yang Mahaagung dan indah.
Perjalanan tersebut me­rupakan hakikat mi’raj.
Sebagaimana setiap manusia bisa berjalan den-
gan akalnya secepat khayalan, sebagaimana se-
tiap wali bisa berkeliling dengan kalbunya secepat
kilat, sebagaimana setiap malaikat bisa bepergian
dengan fisiknya yang berupa cahaya secepat roh
dari arasy menuju bumi serta dari bumi menuju
arasy, seba­gaimana penduduk surga bisa naik se-
cepat burak dari mahsyar menuju surga dan ke
tempat yang jaraknya lebih dari lima ratus tahun
perjalanan, maka demikian pula dengan jasad Mu-
26 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...
hammad SAW. yang merupakan wadah dari ber­
bagai perangkatnya dan orbit dari berbagai tugas
rohnya yang tak terhingga. Jasad beliau menyertai
rohnya yang berupa cahaya, mampu menyerap ca-
haya, serta lebih halus daripada kalbu wali, lebih
ringan daripada ruh orang mati, lebih halus dari-
pada jasad malaikat, lebih halus daripada fisiknya
yang mulia dan badannya yang bercahaya. Jasad
tersebut sudah pasti menyertai rohnya untuk naik
menuju arasy yang paling agung.
Sekarang, marilah kita melihat si ateis yang
sedang memerhatikan.
Yang terlintas dalam benak bahwa orang ateis
itu berkata dalam hatinya, “Aku tidak percaya
kepada Allah dan tidak mengenal Rasul. Maka,
bagaimana mungkin akan memercayai peristiwa
mi’raj.”
Kita jelaskan padanya:
Selama alam ini dan entitas ada serta di dala-
mya berbagai perbuatan dan penciptaan bisa di-
saksikan, sementara perbuat­an yang teratur tidak
mungkin terwujud tanpa ada pelaku, kitab yang
penuh makna tidak mungkin ada tanpa ada penu-
lis, ukiran indah tidak mungkin terwujud tanpa
ada pengukir, maka sudah pasti ada pihak yang
melakukan semua perbuatan yang pe­nuh hikmah
yang memenuhi alam ini. Sudah pasti ada peng­
Landasan Kedua: Apa Hakikat Mi’raj? | 27
ukir dan penulis bagi berbagai ukiran mengagum-
kan dan risalah penuh makna yang memenuhi
permukaan bumi ini di mana ia terus terbaharui
pada setiap musim.
Lalu, karena keberadaan dua penguasa pada
satu persoalan akan merusak tatanannya, semen-
tara terdapat satu tatanan yang sempurna mulai
dari sayap lalat hingga bintang di langit, dengan
demikian tentu penguasanya hanya satu. Pasal-
nya, kreasi dan hikmah yang terdapat pada segala
se­suatu sangat indah dan rapi di mana pasti Pen-
ciptanya Mahakuasa mutlak serta berkuasa dan
mengetahui segala sesuatu. Andaikan Dia tidak
satu, berarti ada ba­nyak tuhan sebanyak jumlah
entitas serta tentu setiap tuhan akan menjadi la-
wan dari tuhan yang lain. Dalam kondisi demikian,
sudah dapat dipastikan bahwa kerusakan akan ter-
jadi.
Selanjutnya, karena berbagai lapisan entitas
jauh lebih teratur dan lebih taat kepada perintah
daripada sebuah pasukan yang rapi sebagaimana
tampak secara jelas di mana setiap gerakan tera-
tur dari bintang, mentari, bulan hingga bunga
dan kem­bang memperlihatkan keteraturan yang
sangat indah dan sempurna. Hal itu tampak pada
tanda yang diberikan oleh Dzat Yang Mahakuasa
dan azali, pakaian baru yang Dia pakaikan pada­
28 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...
nya, serta gerakan dan perbuatan yang Dia tentu-
kan pada­nya di mana semuanya jauh mengungguli
kerapian dan ketaatan yang ditunjukkan oleh satu
pasukan. Karena itu, seluruh entitas menantikan
perintah-Nya dan melaksanakannya serta pasti
ada Penguasa yang bersifat mutlak yang terhijab
di balik alam gaib.
Penguasa tersebut ialah Penguasa­ Yang­ Ma-
haagung dengan kesaksian se­lu­­ruh perbuatan-Nya
yang penuh hikmah serta lewat berbagai jejak-Nya
yang agung. Dia adalah Tuhan Pemelihara Yang
Maha Pengasih lewat berbagai karunia dan kebaik­
an-Nya yang ditampakkan. Dia ada­lah Pencipta
Yang sangat mencintai kreasi dan kreasi-Nya le-
wat galeri kreasi yang Dia tampilkan. Dia adalah
Pencipta yang penuh hikmah yang hendak meng-
gugah rasa takjub makhluk dan apresiasi mere­
ka lewat hiasan indah dan ciptaan menakjubkan
yang Dia sebarkan. Lewat keindahan yang Dia buat
dalam penciptaan alam dapat dipahami bahwa
Dia ingin memberitahukan kepada semua makh-
luk yang memiliki cita rasa tentang maksud dari
berba­gai hiasan itu berikut dari mana makhluk
datang serta ke mana akan kembali. Sudah pasti
Sang Penguasa Yang Mahabijak dan Pencipta Yang
Maha Mengetahui ­ingin memperlihatkan rububi­
yah-Nya yang agung.
Landasan Kedua: Apa Hakikat Mi’raj? | 29
Karena Dia ingin memperkenalkan diri serta
ingin dicintai oleh makhluk berkesadaran lewat je-
jak kelembutan dan kasih sayang yang Dia tampil-
kan serta lewat berbagai ciptaan indah yang Dia
hamparkan, tentu Dia akan memberitahukan se-
suatu yang Dia kehendaki dari mereka serta yang
Dia ridhai lewat perantaraan seorang penyampai
yang amanah. Jika de­mikian, Dia akan memprokla-
mirkan rububiyah-Nya lewat makhluk yang Dia pil-
ih. Dia beri penghormatan kepada penyeru untuk
mendekat kepada-Nya serta sebagai sosok peran-
tara yang memberitahukan tentang berbagai cip-
taan-Nya yang Dia senangi. Dia juga mengangkat
seorang peng­ajar yang menerangkan sejumlah
ke­sempurnaan-Nya dengan mengajarkan ber­bagai
tujuan-Nya yang mulia kepada seluruh makhluk.
Lalu Dia tunjuk seorang pembimbing yang menun-
jukkan esensi alam agar tidak ada misteri yang Dia
masukkan ke alam ini yang tidak tersingkap serta
tidak ada urusan rububiyah yang tidak berguna.
Dia pun akan mengangkat seorang guru yang
mengajarkan berbagai tujuan-Nya agar keindahan
kreasi yang Dia perlihatkan dan Dia hamparkan di
hadapan makhluk tidak ada yang sia-sia. Serta, Dia
akan mengangkat seseorang kepada kedudukan
tertinggi dari semua makhluk seraya mengajari­
nya tentang hal-hal yang Dia ridhai agar disampai-
30 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...
kan kepada seluruh makhluk, lalu mengutusnya
kepada mereka.
Ketika hakikat dan hikmah yang ada menun-
tut hal tersebut, maka orang yang paling layak
menunaikan tugas ini ialah Muhammad SAW..
Beliau benar-benar telah menunaikan semua tu-
gas di atas secara sangat sempurna. Bukti yang
adil dan jujur atas hal itu ialah dunia Islam yang
beliau bangun dan cahaya Islam yang beliau per-
lihatkan. Karena itu, nabi mulia ini harus menuju
kedudukan mulia yang melebihi seluruh alam ser-
ta melampaui seluruh entitas agar dapat melaku-
kan dialog yang komprehensif, universal, dan mu-
lia dengan Sang Pencipta semesta alam. Peristiwa
mi’raj mengetengahkan hakikat ini.
Sebagai kesimpulan: Tuhan Yang Mahabijak
telah menghiasi alam yang agung dan menatanya
untuk berbagai maksud dan tujuan mulia seperti
itu. Nah, pada entitas terdapat jenis manusia yang
dapat menyaksikan rububiyah yang bersifat meny-
eluruh dengan seluruh detailnya berikut kekua-
saan uluhiyah dengan semua hakikatnya. Karena
itu sudah pasti Penguasa Mutlak tersebut akan
berbicara dengan manusia seraya mengajarkan
sejumlah tujuan-Nya.
Karena tidak setiap manusia dapat naik ke-
pada kedudukan komprehensif yang pa­ling tinggi
Landasan Kedua: Apa Hakikat Mi’raj? | 31
yang bersih dari sifat parsial dan rendah, maka ada
di antara mereka yang akan diberi tugas tersebut
agar memiliki hubungan dengan dua sisi sekaligus.
Yakni, di satu sisi sebagai manusia yang meng­ajari
mereka dan di sisi lain memiliki roh paling tinggi
untuk bisa berbicara de­ngan Tuhan secara lang-
sung.
Selanjutnya, karena sosok terbaik di anta-
ra manusia yang bisa menyampaikan maksud-
maksud Pencipta alam, bisa menyingkap misteri
alam semesta dan meme­cahkan teka-teki pencip-
taan, serta sosok paling sempurna yang menyeru
kepada keagungan rububiyah ialah Muhammad
SAW., maka sudah pasti beliau akan memiliki per-
jalanan maknawi dan mulia di mana ia menjadi
mi’raj bagi beliau dalam bentuk perjalanan di alam
fisik. Beliau akan menempuh sejumlah tingkatan
menuju apa yang ada di balik entitas, menuju
dinding pemisah nama, serta manifestasi sifat dan
perbuatan-Nya yang diungkap lewat tujuh puluh
ribu hijab. Inilah yang disebut de­ngan mi’raj.
Terbayang pula dalam benak ini bagai­mana
engkau wahai pendengar bertanya-tanya di dalam
hati, “Bagaimana dapat saya memercayai ini? Apa
maksudnya menghadap kepada Tuhan yang lebih
dekat dari segala sesuatu dengan melewati jarak
ribuan tahun dan menembus tujuh puluh ribu hi-
jab?”
32 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...
Kami jelaskan bahwa Allah SWT. lebih dekat
kepada segala sesuatu daripada segala sesuatu.
Hanya saja, segala sesuatu sangat jauh dari-Nya.
Seandainya mentari bisa merasa dan bisa ber-
bicara, maka ia berbicara denganmu lewat cermin
yang terdapat di tanganmu serta berbuat apa saja
kepadamu. Ketika ia lebih dekat kepadamu daripa-
da pupil mata yang menyerupai cermin, di sisi lain
engkau jauh darinya sejarak kira-kira empat ribu
tahun. Engkau tidak bisa mendekati­nya dari aspek
apa pun. Jika engkau naik ke bulan dan ke titik di
mana engkau bisa berhadapan dengan mentari se-
cara langsung, hanya menjadi sejenis cermin yang
memantulkannya.
Demikianlah Dzat Yang Mahaagung yang me­
rupakan Mentari azali dan abadi lebih dekat ke-
pada segala sesuatu daripada segala sesuatu. Se-
mentara itu, segala sesuatu sangat jauh dari-Nya.
Hanya saja, orang yang menempuh seluruh alam,
yang berlepas dari sisi parsialnya, lalu naik kepada
jenjang totalitas secara berangsur-angsur, kemu-
dian menyeberangi ribuan hijab, dan mendekat
kepada nama yang mencakup semua entitas ser-
ta melewati ba­nyak tingkatan untuk kemudian
mendekat kepada-Nya.
Contoh lain: seorang tentara sangat jauh de­
ngan kepribadian maknawi dari panglima terting-
Landasan Kedua: Apa Hakikat Mi’raj? | 33
gi. Ia melihat panglima­nya dari jarak yang sangat
jauh dan dari banyak sekat. Ia melihatnya dalam
bentuk miniatur dalam jenjang kopral. Adapun
agar bisa dekat dengan sang panglima tersebut
dari sisi maknawi ialah dengan melewati banyak
jenjang seperti letnan, kapten, dan mayor. Se­
mentara, panglima tertinggi berada di sisinya
ser­ta melihatnya lewat perintah, hukum, peng­
awasan, hikmah, dan pengetahuannya. Ia berada
di hadapannya sebagai pemimpin secara maknawi
maupun secara lahiriah. Karena hakikat ini telah
ditegaskan dalam kalimat keenam belas, kami cu-
kupkan sampai di sini.
Selain itu, yang juga terlintas dalam benak
bahwa engkau berkata dalam hati, “Aku menging-
kari keberadaan langit dan tidak beriman kepada
malaikat. Bagaimana mungkin aku akan memer-
cayai perjalan­an seorang manusia di langit dan
kondisi­nya yang bertemu dengan malaikat?”
Ya, tentu memperlihatkan dan memberikan
pemahaman kepada orang sepertimu yang peng-
lihatannya telah tertutup kabut dan akalnya telah
turun ke mata sehingga hanya bisa melihat ma-
teri merupakan sesuatu yang sangat sulit. Akan
tetapi, kebenaran yang demikian bening dan jelas
membuatnya dapat dilihat meski oleh orang buta.
Karena itu, kami ingin berkata:
34 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...
Seperti yang dimaklumi, angkasa dipenuhi
oleh eter. Cahaya, listrik, hawa panas, dan sejenis-
nya menjadi bukti yang menunjukkan keberadaan
materi yang memenuhi angkasa. Jika buah menun-
jukkan keberadaan pohonnya, bunga menunjuk-
kan keberadaan kebunnya, tangkai menunjuk-
kan keberadaan ladang, serta ikan me­nunjukkan
keberadaan laut, maka bintang-gemintang juga
mendesak pandang­an akal dan dengan sangat jelas
menunjukkan keberadaan taman, tempat tumbuh,
ladang, dan lautnya.
Karena alam yang tinggi dibangun da­lam bera-
gam bentuk, di mana masing-masing terlihat ane-
ka hukum dalam posisi yang berbeda-beda, maka
asal dari hukum tersebut, yakni langit, juga berbe-
da-beda antara satu dengan lainnya. Sebab, seba­
gaimana dalam diri manusia terdapat beragam
wujud maknawi selain fisik materi seperti akal,
kalbu, roh, khayalan, dan daya ingat, di alam yang
juga merupakan bentuk manusia yang lebih besar
serta pada entitas yang merupakan pohon buah
manusia, terdapat sejumlah alam lain di luar alam
fisik. Di samping itu, setiap alam memiliki langit
sendiri mulai dari alam bumi hingga alam surga.
Sehubungan dengan malaikat, kami ingin men­
jelaskan bahwa bumi sebagai pla­net­ yang ben­
tuknya pertengahan, kecil,­dan padat jika diband-
Landasan Kedua: Apa Hakikat Mi’raj? | 35
ingkan dengan bintang, dipenuhi berbagai bentuk
kehidupan dan perasaan yang merupakan sesuatu
yang paling berharga dan paling bersinar di alam.
Jika demikian, apalagi dengan langit yang meru-
pakan lautan luas yang di dalamnya bintang bertas-
bih laksana ba­ngunan yang terhias rapi dan istana
me­gah jika diukur dengan bumi yang merupakan
rumah gelap dan kecil. Jadi, langit merupakan tem-
pat makhluk spiritual dan makhluk hidup dengan
jenis yang beragam dan dengan jumlah tak terhing-
ga. Mereka berupa malaikat dan makhluk rohani
lainnya.
Kamitelahmenegaskansecarajelaskeber­adaan
langit dan bilangannya dalam tafsir kami yang ber-
judul Isyârât al-I’jâz fî Mazhôn al-Îjâz, tepatnya ketika
menerangkan firman Allah yang berbunyi, “Dia
berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya
tujuh langit.” (QS. al-Baqarah: 29). Kami juga telah
membuktikan keberadaan malaikat dengan satu
penegasan yang tak diragukan sedikitpun pada
kalimat kedua puluh sembilan. Oleh karena itu,
kami telah membahasnya secara singkat seraya
mengembalikannya kepada dua risalah di atas.
Sebagai kesimpulan: keberadaan langit yang
dibentuk dari eter dan menjadi tempat perjalanan
cahaya, hawa panas, gravitasi, dan berbagai planet
serta senantiasa sesuai dengan gerakan bintang
36 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...
dan planet seperti yang disebutkan oleh hadits,
“Langit merupakan gelombang buta,”1
telah men-
gambil bentuk yang beragam mulai dari galaksi
hingga kepada planet yang berjalan menuju kita
dalam tujuh tingkat­an di mana masing-masing
laksana atap bagi yang lain, mulai dari alam bumi
hingga alam barzakh, alam mitsal (alam yang tak
terindra), dan alam akhirat. Demikianlah menurut
hikmah dan logika akal.
Dalam benak juga terlintas:
Wahai ateis, engkau berkata bahwa kita dapat
naik hanya sampai ketinggian tertentu lewat pe-
sawat dengan susah pa­yah. Lalu bagaimana mung-
kin manusia bisa menempuh jarak ribuan tahun
dengan fisiknya kemudian kembali ke tempat asal
hanya dalam beberapa menit?
Kami ingin menjelaskan bahwa benda yang be-
rat seperti bumi bisa menempuh jarak sekitar 188
jam dengan gerakan tahunannya hanya dalam satu
menit seper­ti pengetahuan yang kalian dapatkan.
De­ngan kata lain, bumi menempuh jarak seukuran
dua puluh lima ribu tahun dalam setahun.
1
Potongan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad
dalam Musnadnya (2/370), at-Tirmidzi dengan nomor 3298,
serta dalam Tuhfatul Ahwadzi nomor 3352. Disebutkan bahwa
hadits tersebut garib.
Landasan Kedua: Apa Hakikat Mi’raj? | 37
Jika demikian, bukankah Dzat Yang Mahakua-
sa yang telah menjalankan bumi dengan gerakan
teratur dan cermat serta memutar-mutarnya ba­
gaikan batu di ujung seutas tali mampu mengha­
dirkan manusia ke arasy? Bukankah hikmah yang
telah memperjalankan bumi yang berat itu de­
ngan hukum rabbani yang disebut dengan gravi-
tasi mentari mampu membuat fisik manusia naik
menuju arasy Tuhan laksana kilat lewat gravitasi
Tuhan dan tarikan kecintaan Mentari Azali?
Terlintas pula bahwa engkau berkata, “Ang­
gap­lah ia mampu naik menuju langit. Namun,
mengapa harus dinaikkan? Apa kepentingannya?
Bukankah cukup baginya naik dengan kalbu dan
roh seperti yang dilakukan oleh para wali yang
saleh?”
Kami ingin mengatakan:
Ketika Sang Pencipta Yang Mahagung ingin
memperlihatkan tanda-tanda ke­kua­­saan-Nya yang
menakjubkan dalam ke­r­ajaan dan alam malakut-
Nya, hendak memperlihatkan pada sumber-sum-
ber dan pabrik alam, serta ingin memperlihatkan
berbagai buah ukhrawi dari amal perbuatan manu-
sia, maka sudah barang tentu mata Nabi SAW. yang
berposisi sebagai kunci untuk melihat alam visual,
dan telinganya yang menangkap tanda-tanda di
38 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...
alam pendengaran harus menyertai­nya sampai ke
Arasy. Selain itu, akal dan hikmah menuntut agar
ketika menuju arasy beliau disertai oleh fisiknya
yang penuh berkah yang berposisi sebagai mesin
dan perangkat tempat berbagai aktivitas rohnya
bekerja. Pasalnya, sebagaimana hikmah Ilahi men-
jadikan fisik sebagai pendam­ping bagi roh di dalam
surga di mana fisik merupakan wadah bagi banyak
tugas ubudiyah serta berbagai kenikmatan yang
tak terhingga, maka fisik yang penuh berkah terse-
but sudah pasti akan me­nyertai roh. Lalu karena
fisik masuk ke dalam surga bersama roh, maka di
antara tuntutan hikmah Dia menjadikan fisik be-
liau sebagai pendamping bagi dzat Muhammad
SAW. yang dimi’rajkan menuju Sidratul Muntaha
yang merupa­kan jasad dari surga.
Setelah itu terbayang bahwa engkau akan ber-
kata, “Menempuh jarak ribuan ta­hun hanya dalam
beberapa menit merupakan sesuatu yang mustahil
secara akal.”
Jawabannya:
Dalam ciptaan Sang Pencipta Yang Mahaagung
gerakan pada sesuatu sangat berbeda-beda. Misal-
nya, perbedaan kecepatan suara, cahaya, listrik,
roh, dan khayalan diketahui oleh kita semua. Se-
cara ilmiah kecepatan planet juga berbeda-beda,
sehingga akal pun kagum. Lalu, bagaimana mung-
kin tidak masuk akal ketika fisik beliau yang halus
Landasan Kedua: Apa Hakikat Mi’raj? | 39
mengikuti rohnya yang mulia yang bisa melaku-
kan mi’raj dengan sangat cepat di mana gerakan-
nya secepat roh?
Ketika tidur selama sepuluh menit engkau
bisa mendapati berbagai kondisi yang tak mung-
kin didapat saat terjaga selama setahun. Bahkan
apa yang dilihat oleh ma­nusia dalam mimpi dalam
satu menit serta ucapan yang ia dengar dan ber-
bagai per­kataan yang terlontar jika semuanya di­
kumpulkan akan membutuhkan waktu se­­hari atau
lebih di saat terjaga. Jadi, satu waktu bagi dua
orang berbeda bisa seperti se­hari bagi yang satu
dan bisa seperti satu tahun bagi yang lain.
Renungkanlah pengertian ini dengan menela­
ah contoh berikut:
Anggaplah ada satu jam untuk mengukur ke-
cepatan gerakan manusia, senapan, suara, cahaya,
listrik, ruh, dan khayalan. Pada jam tersebut ter-
dapat sepuluh jarum. Ada jarum yang menunjuk­
kan hitungan jam, ada yang menunjukkan hi-
tungan menit dalam wilayah yang enam puluh
kali lebih luas daripada pertama, ada jarum yang
menunjukkan hitungan detik pada wilayah yang
enam puluh kali lebih luas, serta demikian se-
terusnya. Dengan kata lain, jam tersebut memi-
liki jarum-jarum menakjubkan yang berputar
di wilayah yang enam puluh kali lipat lebih luas
40 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...
daripada sebelumnya. Andaikan wilayah jarum
penunjuk jam seukuran jam tangan kecil, berarti
wilayah jarum penunjuk eksponen kesepuluh
(0,00000000001 detik) seukuran putaran tahunan
bumi atau lebih besar.
Sekarang anggaplah ada dua orang. Yang satu
seolah-olah sedang menaiki ja­rum jam seraya
mengawasi dan mencermati sekitarnya, sementa-
ra yang lain se-akan sedang menaiki jarum penun-
juk eksponen kesepuluh (0,00000000001 detik)
serta menyaksikan sekitarnya.
Perbedaan antara berbagai hal yang dilihat
oleh dua orang di atas pada waktu yang sama se­
pertiperbedaanantarajamtangankitadanpu­taran
tahunan bumi. Dengan kata lain, perbedaannya
sangat jauh. Demikianlah, karena waktu merupa­
kan ekspresi dari beragam bentuk ge­rak­an, maka
hukum yang berlaku dalam gerakan ju­ga berlaku
pada waktu. Dalam satu jam kita bisa menyaksi-
kan seukuran apa yang disaksikan oleh orang yang
menaiki jarum jam. Hakikat umurnya sesuai den-
gan kadar ukurannya. Rasul SAW. pada masa yang
sama ibarat orang yang menaiki jarum penunjuk
0,00000000001 detik. Beliau menaiki burak taufik
Ilahi dan menempuh semua wilayah makhluk se-
cepat kilat seraya melihat tan­da-tanda kekuasaan
dan alam malakut. Be­liau naik menuju titik wilayah
Landasan Kedua: Apa Hakikat Mi’raj? | 41
Tuhan. Beliau mendapat kehormatan bertemu dan
berbicara dengan-Nya. Serta beliau berkesempa-
tan melihat keindahan Ilahi, menerima firman dan
perintah Ilahi dan kembali untuk melaksanakan
tugasnya. Beliau memang telah melakukannya.
Terbayang dalam benak bahwa kalian berka-
ta, “Ya, hal itu mungkin saja terjadi. Namun tidak
semua yang bersifat mungkin benar-benar ter-
jadi. Pasalnya, bagaimana sesuatu yang tidak ada
padanannya bisa diterima secara pasti sementara
ia hanya sekadar mungkin terjadi?”
Sebagai jawababnnya, “Peristiwa se­perti
mi’raj sebetulnya sangat banyak tak terhingga.
Misalnya, setiap orang yang memiliki penglihatan
naik dengan matanya dari bumi menuju planet
Neptunus hanya dalam satu detik. Setiap orang
berilmu membawa akalnya mengendarai sejumlah
hukum cakrawala menuju apa yang berada di balik
bintang dan planet hanya dalam satu menit. Setiap
orang beriman menaikkan pikirannya kepada se-
jumlah perbuatan dan rukun-rukun shalat dengan
meninggalkan alam di belakangnya untuk pergi
menuju hadapan Ilahi sama seperti mi’raj. Setiap
pemilik kalbu dan wali yang sempurna dapat ber-
jalan dari arasy serta dari wilayah nama dan sifat-
Nya dalam empat puluh hari. Bahkan, tokoh-tokoh
seperti Syekh al-Jailani, Imam ar-Rabbânî telah
42 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...
melakukan mi’raj spiritual menuju arasy dalam
satu menit sebagaimana yang disebutkan dalam
sejumlah riwayat yang valid. Sementara, malaikat
yang merupakan fisik yang berasal dari cahaya
bisa pergi dan kembali dari arasy menuju bumi
dan dari bumi menuju arasy hanya dalam waktu
singkat. Penduduk surga naik dari mahsyar menu-
ju taman-taman surga hanya dalam waktu singkat.
Berbagai contoh di atas menjelaskan secara
tegas bahwa pribadi Muhammad SAW. yang meru-
pakan pemimpin seluruh wali, imam bagi orang-
orang beriman, kepala para ahli surga dan diterima
oleh seluruh malaikat pasti telah melakukan mi’raj
yang tujuan perjalanannya ialah menuju Allah se­
suai dengan kedudukan beliau yang mulia. Hal ini
penuh hikmah, sangat masuk akal dan benar-benar
terjadi tanpa ada keraguan sedikit pun.
LANDASAN KETIGA
Apa Hikmah Mi’raj?
Jawabannya:
Hikmah mi’raj demikian tinggi dan mulia, se-
hingga akal manusia tak mampu menjangkaunya.
Ia sangatlah dalam sehingga sulit diraih. Ia juga
sangat halus sehingga sulit ditangkap oleh akal se-
mata. Namun, meskipun hakikat hikmahnya tidak
bisa dijangkau, keberadaannya dapat diketahui le-
wat sejumlah isyarat sebagai­mana berikut:
Untuk memperlihatkan manifestasi ke­esaan-
Nya dan cahaya ketunggalan-Nya dalam berbagai
tingkatan makhluk, Pencipta alam ini memilih
satu sosok istimewa untuk melakukan mi’raj dalam
bentuk tali hubungan yang bersinar antara puncak
tingkatan entitas menuju dasar keesaan. Allah me-
milihnya dengan menjadikannya­sebagai objek pe-
nerima pesan-Nya atas nama seluruh makhluk se-
raya memberitahukan berbagai maksud Ilahi atas
nama semua makhluk berkesadaran. Agar de­ngan
itu Dia bisa menyaksikan dengan peng­lihatan Nabi
SAW. keindahan kreasi dan kesempurnaan rububi­
yah-Nya dalam cermin makhluk sekaligus mem-
44 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...
perlihatkan kepada yang lain jejak keindahan dan
kesempurnaan-Nya.
Karena Tuhan semesta alam memiliki keindah­
an dan kesempurnaan mutlak dengan kesaksian
jejak dan ciptaan-Nya, maka keindahan dan ke­
sempurnaan tersebut menjadi sesuatu yang dicin-
tai. Oleh karena itu, Sang Pemilik keindahan dan
kesempurnaan tersebut memiliki rasa cinta tak te-
rhingga terhadap keindahan dan kesempurnaan-
Nya. Rasa cinta yang tiada batas tersebut tampak
lewat beragam bentuk dan wujud dalam ciptaan.
Allah mencintai ciptaan-Nya, karena Dia melihat
jejak keindahan dan kesempurnaan-Nya di dalam
ciptaan tersebut.
Nah, karena ciptaan yang paling dicinta dan
mulia bagi-Nya ialah makhluk hidup, sementara
makhluk hidup yang paling dicinta dan mulia ia­
lah yang memiliki perasaan, lalu makhluk pemilik
perasaan yang paling dicinta ialah manusia den-
gan melihat kepada potensinya yang komprehen-
sif, maka manusia yang paling dicinta ialah sosok
yang potensinya tersingkap secara sempurna se-
hingga bisa memperlihatkan berbagai bentuk ke­
sempurnaan-Nya yang tersebar dan tampak dalam
ciptaan.
Demikianlah, untuk menyaksikan seluruh ben-
tuk manifestasi cinta yang tersebar di semua enti-
Landasan Ketiga: Apa Hikmah Mi’raj? | 45
tas dalam satu titik dan dalam satu cermin, serta
untuk memperlihatkan semua jenis keindahan-
Nya de­ngan rahasia keesaan, Sang Pencipta semua
entitas memilih sosok yang menjadi buah ber-
sinar dari pohon penciptaan, yang kalbunya ibarat
benih yang mengandung berbagai hakikat yang
mendasar dari pohon tersebut. Dia memilihnya
untuk melakukan mi’raj—laksana tali penghubung
antara benih yang merupakan asal dan buah yang
merupakan akhir—guna memperlihatkan rasa
cinta kepada sosok istimewa itu atas nama seluruh
entitas, memanggilnya untuk menghadap-Nya,
memberikan kehormatan melihat keindahan-Nya,
memuliakan dengan ucapan-Nya, serta menyerah-
kan tugas dengan perintah-Nya agar hikmah suci
di sisinya mengalir kepada yang lain.
Kita akan meneropong hikmah Ilahi ini lewat
dua perumpamaan berikut:
Seperti dijelaskan dengan perinci di da­lam
perumpamaan yang terdapat pada ka­limat kese­
belas bahwa ketika seorang penguasa memiliki
kekayaan yang sangat banyak yang dipenuhi de­
ngan permata berharga dan intan yang jumlah­
nya tak terhingga, sementara ia memiliki keah­lian
dalam melakukan kreasi menakjubkan, memiliki
penge­tahuan luas dan sempurna dalam berbagai
hal yang mengagumkan, disertai wawasan yang
46 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...
luas dalam sejumlah ilmu, maka tidak aneh kalau
penguasa tersebut ingin membuka sebuah galeri
yang bersifat umum untuk menampilkan berbagai
karyanya yang berharga di mana setiap pemilik
keindahan dan kesempurnaan ingin menyaksikan
dan mempersak­sikan keindahan dan kesempur-
naan tersebut. Hal itu untuk menarik perhatian
manusia guna melihat keagungan kekuasaannya
serta untuk memperlihatkan kilau kekayaannya,
kehebatan kreasinya, serta keajaiban makrifatnya.
Juga agar keindahan dan kesempurnaan maknawi
tadi bisa dilihat dari dua sisi:
Pertama, lewat pandangannya yang tajam dan
menembus.
Kedua, lewat pandangan pihak lain. Atas da­
sar hikmah tersebut, tentu sang pe­n­guasa mu-
lai membangun istana yang megah dan luas itu.
Dia membaginya secara mengagumkan menjadi
sejumlah wi­layah, tingkatan, dan kedudukan se-
raya meng­hias setiap bagian dengan permata ke­
kayaannya yang beragam, memperindah dengan
hasil kreasinya yang paling halus, serta menata­
nya dengan seni dan hikmah yang paling lembut.
Lalu dia melengkapi dan menyempurnakan istana
itu dengan karya-karya menakjubkan yang berasal
dari ilmunya. Setelah itu, ia akan menghamparkan
sejumlah hidangan besar yang sesuai dengan se-
Landasan Ketiga: Apa Hikmah Mi’raj? | 47
tiap kelompok seraya menyiapkan jamuan umum
yang dipenuhi berbagai karunia dan jenis makan-
an lezat.
Lalu ia mengajak rakyatnya kepada jamuan
mulia tersebut untuk memperlihatkan kesempur-
naannya yang indah. Ia angkat salah seorang dari
mereka sebagai utusan, mengajaknya untuk me-
lewati tingkatan paling rendah ke tingkatan yang
paling tinggi. Ia jalankan utusan tersebut dari satu
wilayah ke wilayah lain dengan memperlihatkan
padanya ruang kerja dari kreasi menakjubkan
tersebut serta sejumlah hasil dari simpanan yang
bersumber dari tingkatan bawah sampai mencapai
wilayah khususnya. Lalu sang penguasa memper-
lihatkan dirinya yang penuh berkah yang meru-
pakan pangkal dari segala kesempurnaannya dan
mengaruniai utusan tersebut dengan kehadiran-
nya. Dia informasikan pada utusan sejumlah ke­
sempurnaan dirinya dan berbagai hakikat istana.
Lalu dia menunjuk utusan sebagai pembim­bing
ba­gi rakyatnya dan mengutusnya agar mem­per­
kenalkan pembuat istana berikut pi­lar-pilar ukir­an
dan keajaiban kreasi yang terdapat di dalam ista-
na. Sang utus­an tersebut mengajarkan sejumlah
simbol yang terdapat pada ukiran yang ada serta
sejumlah isyarat yang terdapat dalam ciptaan. Ia
memperkenalkan kepada mereka yang masuk ke
48 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...
dalam istana makna dari dekorasi dan ukiran yang
tertata rapi serta bagaimana ia menunjukkan ke-
sempurnaan dan kreasi pemilik istana. Ia mem-
bimbing mereka terkait dengan cara berjalan dan
istirahat serta mendiktekan cara-cara penghor-
matan terhadap penguasa agung yang tak terlihat.
Semua itu sesuai dengan apa yang ia inginkan dan
minta.
Begitu pula dengan Allah yang memiliki pe-
rumpaaan tertinggi. Sang Pencipta Yang Maha­
agung, Penguasa azali dan abadi ingin melihat dan
memperlihatkan keindahan dan kesempurnaan-
Nya yang bersifat mutlak.­ Karena itu, Dia mem-
bangun istana alam dalam bentuk paling menak­
jubkan di mana setiap entitas yang berada di
dalamnya menyebut-nyebut kesempurnaan-Nya
dengan banyak lisan sekaligus menunjukkan kein-
dahan-Nya dengan berbagai isyarat. Bahkan alam
ini beserta seluruh entitasnya memperlihatkan
begitu banyak kekayaan maknawiyah yang tersim-
pan dalam setiap nama Allah dan begitu banyak
kelembutan yang tersimpan dalam setiap gelar
suci-Nya. Lebih dari itu, petunjuknya sangat jelas
dan terang sehingga seluruh ilmu pengetahuan
lewat prinsip-prinsipnya mempelajari kitab alam
sejak Nabi Adam as. Padahal, kitab tersebut belum
menyingkap seperseratus dari makna nama-nama
dan kesempurnaan Ilahi.
Landasan Ketiga: Apa Hikmah Mi’raj? | 49
Demikianlah. Tuhan Pencipta Yang me­miliki
keagungan, keindahan, dan ke­sem­purnaan mem-
bangun istana indah ter­sebut sebagai galeri untuk
melihat dan me­mperlihatkan keindahan dan ke­
sempurnaan maknawi-Nya. Hikmah-Nya menun-
tut untuk mengajarkan salah seorang ma­khluk
yang memiliki perasaan di muka bumi berbagai
makna tanda kekuasaan istana tersebut agar mak­
na-makna tadi tidak sia-sia. Hikmah-Nya juga
me­nuntut agar Dia menaikkannya ke alam tinggi
yang merupakan sumber keajaiban yang terdapat
da­lam istana serta hasil simpanan kekayaan yang
terdapat di dalamnya. Hikmah-Nya menuntut agar
Dia menaikkannya ke derajat yang tinggi yang be-
rada di atas seluruh makhluk sekaligus memberi­
nya kehormatan untuk bisa dekat dengan-Nya,
menjalankannya di sejumlah alam akhirat, sera-
ya membebaninya berbagai tugas dan misi guna
menjadi guru bagi semua hamba, dai yang men-
gajak mereka kepada kekuasaan rububiyah-Nya,
penyampai informasi tentang apa yang diridhai
Allah SWT., penafsir bagi berbagai ayat penciptaan
yang terdapat di istana-Nya, serta sejumlah tugas
semisal lainnya. Allah menunjukkan kepada selu-
ruh alam keutamaan manusia pilihan ini dengan
memberikan medali mukjizat. Dia juga memberi-
tahukan kepada mereka lewat Alquran bahwa ia
50 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...
merupakan penerjemah yang jujur dan khas bagi
Dzat Mahaagung.
Demikianlah kami telah menjelaskan sejum-
lah hikmah di antara sekian banyak­hikmah mi’raj.
Hal itu sebagaimana dije­las­kan dalam perspektif
perumpamaan di atas. Engkau bisa membanding-
kan hikmah-hikmah yang lain dengannya.
Perumpamaan Kedua
Seorang yang berilmu menulis sebu­ah buku
menakjubkan. Setiap lembaran da­rinya penuh
dengan hakikat seperti yang terdapat pada seratus
buku. Setiap kata­nya berisi sejumlah makna yang
terdapat pada seratus baris. Sementara setiap hu­
ruf darinya menjelaskan sejumlah pengerti­an
yang terdapat pada seratus kata. Lalu semua mak­
na buku tersebut dan semua hakikatnya mene­
rangkan kesempurnaan maknawi penulisnya yang
mengagumkan.
Jika demikian kondisinya tentu penulis terse-
but tidak akan menutup kekayaan yang tak pernah
habis tadi dan mustahil ia membiarkannya begitu
saja. Pasti ia akan mengajari sejumlah orang ten-
tang berba­gai pengertian yang terdapat dalam
buku itu agar buku penting itu tidak terabaikan,
agar kesempurnaannya yang tersembunyi terli-
hat, lalu keindahan maknawinya dapat disaksikan
Landasan Ketiga: Apa Hikmah Mi’raj? | 51
sehingga ia akan senang dan dicintai. Dengan kata
lain, penulis tersebut akan mengajari seseorang
mengenai sejumlah kosakata dalam buku terse-
but berikut semua makna dan hakikatnya seraya
mendiktekan kepadanya pelajaran demi pelajaran
dari awal hingga akhir halaman sampai kemudian
ia memberikan kesaksian atasnya.
Demikian pula Pengukir Yang Mahaindah,
Allah SWT. menulis buku-buku alam ini sedemiki-
an rupa dalam rangka menunjukkan kesempur-
naan-Nya dan mem­perlihatkan keindahan berikut
hakikat nama-Nya yang suci, sehingga semua enti-
tas lewat berbagai arah yang tak terhingga mem-
beritahukan dan mengungkap­kan nama-nama-
Nya, sifat-sifat-Nya, dan kesempurnaan-Nya yang
tak terbatas.
Seperti diketahui jika makna sebuah buku ti-
dak diketahui, maka ia akan lenyap begitu saja
atau nilainya akan jatuh sama sekali. Nah, apa-
lagi de­ngan buku seperti ini yang setiap huruf-
nya berisi ribuan makna. Tidak mungkin nilainya
jatuh dan tidak mungkin lenyap begitu saja. Penu-
lis buku menakjubkan ini pasti akan mengajarkan-
nya serta menerangkan bagian-bagiannya sesuai
dengan potensi setiap kelompok. Dia akan menga-
jarkan buku tersebut kepada sosok yang memiliki
pandangan paling integral, cita rasa paling kom-
52 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...
prehensif, serta kesiapan paling sempurna.
Guna mengajarkan buku semacam itu secara
keseluruhan beserta semua hakikatnya, secara
hikmah harus ada perjalanan dalam bentuk yang
sangat mulia dan tinggi. Dengan kata lain, harus
ada penyaksian dan perjalanan mulai dari tingka-
tan entitas yang sangat banyak—yang merupakan
halaman pertama dari buku ini—dan berakhir ke-
pada wilayah keesaan yang merupakan akhir lem-
barannya. Demikianlah engkau bisa menyaksikan
sebagian dari hikmah mi’raj yang mulia lewat per-
spektif perumpamaan tadi.
Sekarang marilah kita menoleh kepada si ateis
yang terus menyimak. Kita perhatikan apa yang
terlintas dalam benaknya guna menyaksikan hal
apa yang masih tidak jelas.
Yang terbayang dalam benak bahwa hatinya
berbisik: “Aku telah mulai percaya namun, terda­
pat tiga permasalahan dan problem yang tidak
bisa kupecahkan dan kupahami:
Pertama, mengapa mi’raj yang demikian
agung tersebut dikhususkan kepada Muhammad
SAW..
Kedua, mengapa Nabi mulia tersebut menjadi
benih dari semua entitas? Pasalnya engkau berka-
ta bahwa alam tercipta dari cahayanya. Sementara
Landasan Ketiga: Apa Hikmah Mi’raj? | 53
pada waktu yang sama ia merupakan buah alam
yang paling akhir dan paling bersinar. Apa maksud
dari perkataan ini?
Ketiga, dalam penjelasan yang kau berikan
sebelumnya engkau berkata bahwa naik ke alam
yang tinggi dimaksudkan untuk menyaksikan ru-
ang kerja dan pabrik dari berbagai jejak yang ter-
dapat di alam serta untuk melihat sejumlah buah
dari simpanan kekayaannya. Apa maksud dari uca-
pan ini?”
Permasalahan Pertama
Sebagai jawabannya: permasalahan pertama-
mu ini telah dibahas secara panjang lebar pada
ketiga puluh tiga kalimat dalam buku al-Kalimât.
Di sini kami ha­nya akan menerangkannya secara
singkat dalam bentuk daftar ringkas dari kesem-
purnaan pribadi Nabi SAW. berikut dalil kenabian-
nya dan mengapa beliau yang pa­ling layak untuk
mendapatkan mi’raj yang agung tersebut.
Pertama, sejumlah kitab suci, Taurat, Injil, dan
Zabur berisi sejumlah kabar gembira yang mem-
beritakan kenabian Rasul SAW. serta sejumlah
kete­rangan tentangnya meski semua kitab suci
tersebut mengalami perubahan sepanjang per-
jalanannya. Di masa sekarang ini seorang ulama
peneliti, Husein al-Jisr, telah menemukan 114 ka-
54 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...
bar gembira darinya. Ia tuliskan semua itu dalam
bukunya yang berjudul ar-Risâlah al-Hamîdiyyah.
Kedua, dalam sejarah dan dalam berbagai ri-
wayatyangvalidterdapatbegitubanyakkabargem-
bira yang diberikan oleh sejumlah peramal terkenal
seperti Syiq dan Satih sebelum kedatangan Nabi
SAW. di mana mereka memberikan informasi bah-
wa beliau merupakan nabi akhir zaman. 	
Ketiga, jatuhnya sejumlah berhala di Ka’bah
pada malam kelahiran beliau serta terbelahnya
istana terkenal milik Kisra ber­ikut ratusan kejadi-
an luar biasa yang disebut irhasat tertera dalam
berbagai bu­ku sejarah.
Keempat, memancarnya air dari jari-jemari
beliau serta bagaimana beliau bisa memberi-
kan air kepada pasukan dengannya, lalu rintihan
batang pohon masjid itu di hadapan jamaah besar
akibat perpindahan mimbar, serta terbelahnya bu-
lan sebagaimana disebutkan dalam Alquran, “dan
bulan pun terbelah,” dan berbagai mukjizat sejenis
yang dianggap valid oleh para ula­ma peneliti yang
jumlahnya mencapai se­ribu di mana ia dibuktikan
oleh sejumlah buku sirah dan sejarah.
Kelima, para musuh dan sahabat sepakat tan-
pa keraguan sedikit pun bahwa berbagai akhlak
mulia yang dimiliki beliau berada dalam tingkat­
an yang paling tinggi serta berbagai tabiat terpuji
Landasan Ketiga: Apa Hikmah Mi’raj? | 55
yang melekat padanya dalam berdakwah berada
dalam tingkatan yang paling mulia. Hal itu ditun-
jukkan oleh sejumlah interaksi dan pe­rilaku beliau
de­ngan manusia. Syariat beliau yang istimewa
berisi berbagai perilaku baik yang sempurna yang
dibuktikan oleh akhlak terpuji dalam agama Islam.
Keenam, dalam isyarat kedua dari ka­limat
ke­se­puluh kami telah menjelaskan bahwa Rasul
SAW. adalah orang yang memperlihatkan tingkat­
an ubudiyah yang pa­ling tinggi dan mulia lewat
peng­abdian agung dalam agamanya sebagai res­
pons ter­­hadap kehendak Allah dalam penampak­
an uluhiyah-Nya sesuai tuntutan hikmah. Sesuai
dengan tuntunan hikmah dan hakikat, Pencipta
alam ingin memperlihatkan keindahan dalam
kesempurnaan-Nya yang mutlak, Rasul SAW. ialah
orang terbaik yang memperlihatkan dan mem-
perkenalkan keindahan-Nya.
Sebagai tanggapan atas kehendak Sang Pen-
cipta alam dalam mengarahkan perhatian makh-
luk kepada kesempurnaan kreasi-Nya dalam kein-
dahan mutlak serta memamerkannya, jelas bahwa
beliau ialah penyeru dengan suara yang paling
tinggi.
Sebagai balasan atas kehendak Tuhan se­mesta
alam dalam menginformasikan ke­­esaan-Nya ke-
pada berbagai tingkatan ma­khluk, sangat jelas be-
56 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...
liau juga merupakan sosok yang paling sempurna
dalam menyuarakan seluruh tingkatan tauhid.
Sesuai dengan tuntunan hikmah dan hakikat
Pemilik alam ingin melihat dan memperlihatkan
keindahan Dzat-Nya, dan kehalusan estetika-Nya
seperti ditunjukkan oleh tanda-tanda kekuasaan-
Nya yang lembut pada cermin, sangat jelas bahwa
beliau ialah cermin bening yang memantulkan se-
jumlah keindahan dan merupakan sosok terbaik
yang mencintai dan menanamkan kecintaan pada-
Nya.
Sang Pembangun istana alam ini ingin men­
jelaskan dan memamerkan simpanan gaib yang
berisi mukjizat paling indah dan permata pa­ling
berharga, serta ingin memperkenalkan dan mem-
beritahukan kesempurnaan-Nya dengan simpan­
an tersebut. Sebagai balasannya sangat jelas be-
liau merupakan sosok yang memperkenalkan,
memamerkan, dan menyifati seluruh simpanan
persoalan gaib milik Pencipta alam dalam bentuk
yang agung.
Pencipta alam telah menghiasi alam ini de­
ngan perhiasan terindah dan menempatkan ma­
kh­luk-Nya di alam ini untuk melihat, berpikir,
dan meng­ambil pelajaran. Sesuai dengan tuntun­
an hikmah Dia ingin memberitahukan berbagai
makna dan nilai dari jejak dan ciptaan-Nya bagi
Landasan Ketiga: Apa Hikmah Mi’raj? | 57
orang yang bertafakur dan bertamasya. Sebagai
tanggapannya sangat jelas beliau merupakan so-
sok yang paling sempurna dalam membimbing
jin, manusia, bahkan makhluk ruhani dan malai-
kat lewat Alquran al-Karim.
Sang Penguasa Alam Yang Mahabijaksana
ber­kehendak menyingkap teka-te­ki tersembunyi
yang berisi maksud dan tu­juan dalam perubah­
an alam dan misteri tiga soal membingungkan
yang terdapat di alam, yaitu dari mana engkau?
Dan akan ke mana? Siapa? kepada makhluk lewat
seorang utusan. Dalam hal ini, beliau ialah sosok
terbaik dalam menyingkap teka-teki dan misteri
tersebut lewat sejumlah hakikat Alquran dengan
sangat jelas dan dalam derajat yang agung.
Sang Pencipta Alam Yang Agung berkehendak
memperkenalkan diri-Nya sendiri kepada makh-
luk lewat semua ciptaan-Nya yang menakjubkan
sekaligus menanamkan kecintaan kepada-Nya
lewat sejumlah nikmat-Nya yang berharga, mem-
perkenalkan apa yang Dia inginkan dari makhluk
dan apa yang Dia ridai atas mereka lewat seorang
utusan. Sebagai balasannya beliau ialah sosok
yang menjelaskan berbagai maksud Ilahi dan apa
yang Allah rida lewat Alquran dengan cara yang
paling agung dan sempurna.
58 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ...
Tuhan semesta alam berkehendak meng­alih­
kan wajah manusia dari makhluk yang demikian
banyak kepada keesaan dan dari sesuatu yang
fana menuju sesuatu yang abadi melaui seorang
pembimbing. Karena Allah berikan pada manu-
sia yang merupakan buah dari alam sejumlah
kecenderung­an yang meliputi seluruh alam seraya
menyiapkannya untuk melakukan pengabdian se-
cara total. Dia mengujinya dengan berbagai per-
asaan yang mengarah kepada makhluk dan dunia.
Beliau sosok paling agung dalam memenuhi tugas
kerasulan sekaligus melakukan bimbingan dalam
bentuk terbaik dengan Alquran dalam tingkatan
paling tinggi dan dalam bentuk yang paling baik.
Karena entitas terbaik ialah makhluk hidup,
sementara makhluk hidup yang pa­ling mulia
ialah yang memiliki perasaan, lalu makhluk ber-
perasaan yang paling utama ialah manusia yang
hakiki. Karena itu, di antara manusia yang pa­
ling mulia yang menunaikan tugas tersebut lalu
melaksanakannya dalam bentuk dan tingkatan
terbaik tidak diragukan lagi akan mencapai jarak
seukuran dua busur atau lebih dekat lagi melalui
mi’raj. Ia akan mengetuk pintu kebahagiaan abadi
dan akan membuka perbendaharaan rahmat yang
demikian luas, serta akan melihat berbagai haki-
kat iman secara langsung. Siapa lagi sosok terse-
but kalau bukan Nabi SAW.?
Risalah mi raj pdf
Risalah mi raj pdf
Risalah mi raj pdf
Risalah mi raj pdf
Risalah mi raj pdf
Risalah mi raj pdf
Risalah mi raj pdf
Risalah mi raj pdf
Risalah mi raj pdf
Risalah mi raj pdf
Risalah mi raj pdf
Risalah mi raj pdf
Risalah mi raj pdf
Risalah mi raj pdf
Risalah mi raj pdf
Risalah mi raj pdf
Risalah mi raj pdf
Risalah mi raj pdf
Risalah mi raj pdf
Risalah mi raj pdf
Risalah mi raj pdf
Risalah mi raj pdf
Risalah mi raj pdf
Risalah mi raj pdf
Risalah mi raj pdf
Risalah mi raj pdf
Risalah mi raj pdf
Risalah mi raj pdf
Risalah mi raj pdf
Risalah mi raj pdf
Risalah mi raj pdf
Risalah mi raj pdf
Risalah mi raj pdf
Risalah mi raj pdf
Risalah mi raj pdf
Risalah mi raj pdf
Risalah mi raj pdf
Risalah mi raj pdf
Risalah mi raj pdf
Risalah mi raj pdf
Risalah mi raj pdf
Risalah mi raj pdf
Risalah mi raj pdf
Risalah mi raj pdf
Risalah mi raj pdf
Risalah mi raj pdf
Risalah mi raj pdf
Risalah mi raj pdf
Risalah mi raj pdf

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Sumbangan khalifah abu bakar al siddiq
Sumbangan khalifah abu bakar al siddiqSumbangan khalifah abu bakar al siddiq
Sumbangan khalifah abu bakar al siddiq
Nurhawa Rosman
 
Perang badar n perang uhud
Perang  badar n perang uhudPerang  badar n perang uhud
Perang badar n perang uhud
aqilahaishah
 
Tragedi karbala 10_muharram
Tragedi karbala 10_muharramTragedi karbala 10_muharram
Tragedi karbala 10_muharram
Ramlee Nooh
 
Presentasi ski perang badar
Presentasi ski perang badarPresentasi ski perang badar
Presentasi ski perang badar
Iwan megal
 

Was ist angesagt? (18)

Abubakar
AbubakarAbubakar
Abubakar
 
Kisah sahabat Saidina Othman Affan
Kisah sahabat Saidina Othman AffanKisah sahabat Saidina Othman Affan
Kisah sahabat Saidina Othman Affan
 
Sumbangan khalifah abu bakar al siddiq
Sumbangan khalifah abu bakar al siddiqSumbangan khalifah abu bakar al siddiq
Sumbangan khalifah abu bakar al siddiq
 
Ppt kondifikasi hadist
Ppt kondifikasi hadist Ppt kondifikasi hadist
Ppt kondifikasi hadist
 
Perang badar n perang uhud
Perang  badar n perang uhudPerang  badar n perang uhud
Perang badar n perang uhud
 
sejarah pembukuan hadits
sejarah pembukuan hadits sejarah pembukuan hadits
sejarah pembukuan hadits
 
TRAGEDI KARBALA -- SWARAMUSLIM.COM
TRAGEDI KARBALA -- SWARAMUSLIM.COMTRAGEDI KARBALA -- SWARAMUSLIM.COM
TRAGEDI KARBALA -- SWARAMUSLIM.COM
 
Tuduhan Nasiruddin
Tuduhan NasiruddinTuduhan Nasiruddin
Tuduhan Nasiruddin
 
PERANG BADAR
PERANG BADARPERANG BADAR
PERANG BADAR
 
Biografi Abu Bakar
Biografi Abu BakarBiografi Abu Bakar
Biografi Abu Bakar
 
SKI Utsman Bin Affan
SKI Utsman Bin AffanSKI Utsman Bin Affan
SKI Utsman Bin Affan
 
Tragedi karbala 10_muharram
Tragedi karbala 10_muharramTragedi karbala 10_muharram
Tragedi karbala 10_muharram
 
Indonesia Berkah #2
Indonesia Berkah #2 Indonesia Berkah #2
Indonesia Berkah #2
 
Al mahdi,-yesus,-moshaikh,-anti-kristus
Al mahdi,-yesus,-moshaikh,-anti-kristusAl mahdi,-yesus,-moshaikh,-anti-kristus
Al mahdi,-yesus,-moshaikh,-anti-kristus
 
Hadis masa sahabat
Hadis masa sahabatHadis masa sahabat
Hadis masa sahabat
 
Sejarah perkembangan hadits pada masa nabi, sahabat
Sejarah perkembangan hadits pada masa nabi, sahabatSejarah perkembangan hadits pada masa nabi, sahabat
Sejarah perkembangan hadits pada masa nabi, sahabat
 
Hadits Maudhu' (Imam Susanto)
Hadits Maudhu' (Imam Susanto)Hadits Maudhu' (Imam Susanto)
Hadits Maudhu' (Imam Susanto)
 
Presentasi ski perang badar
Presentasi ski perang badarPresentasi ski perang badar
Presentasi ski perang badar
 

Ähnlich wie Risalah mi raj pdf

(9) cendikiawan muslim
(9) cendikiawan muslim(9) cendikiawan muslim
(9) cendikiawan muslim
Anis Hamizah
 
Hukum Keluarga dalam Tafsir Adhwa' al-Bayan
Hukum Keluarga dalam Tafsir Adhwa' al-BayanHukum Keluarga dalam Tafsir Adhwa' al-Bayan
Hukum Keluarga dalam Tafsir Adhwa' al-Bayan
Muhammad Nashiruddin
 
Pendidikan Islam dalam Pandangan Ibn Khaldun
Pendidikan Islam dalam Pandangan Ibn KhaldunPendidikan Islam dalam Pandangan Ibn Khaldun
Pendidikan Islam dalam Pandangan Ibn Khaldun
Ali Murfi
 
Musni Umar: Maulid Nabi Muhammad SAW dan Pembebasan Indonesia dari Penjajaha...
Musni Umar: Maulid Nabi Muhammad  SAW dan Pembebasan Indonesia dari Penjajaha...Musni Umar: Maulid Nabi Muhammad  SAW dan Pembebasan Indonesia dari Penjajaha...
Musni Umar: Maulid Nabi Muhammad SAW dan Pembebasan Indonesia dari Penjajaha...
musniumar
 
Ijtihad ibnu qayiim
Ijtihad ibnu qayiimIjtihad ibnu qayiim
Ijtihad ibnu qayiim
Khoirul Hadi
 
Ibnu rusyd averrous (makalah)
Ibnu rusyd averrous (makalah)Ibnu rusyd averrous (makalah)
Ibnu rusyd averrous (makalah)
arfa07
 
Skrip Jamaluddin Al-Afghani
Skrip Jamaluddin Al-AfghaniSkrip Jamaluddin Al-Afghani
Skrip Jamaluddin Al-Afghani
ustazmaya
 

Ähnlich wie Risalah mi raj pdf (20)

(9) cendikiawan muslim
(9) cendikiawan muslim(9) cendikiawan muslim
(9) cendikiawan muslim
 
Tokoh tokoh berprestasi pada masa islam modern
Tokoh tokoh berprestasi pada masa islam modernTokoh tokoh berprestasi pada masa islam modern
Tokoh tokoh berprestasi pada masa islam modern
 
Review tafsir al manar
Review tafsir al manarReview tafsir al manar
Review tafsir al manar
 
Hukum Keluarga dalam Tafsir Adhwa' al-Bayan
Hukum Keluarga dalam Tafsir Adhwa' al-BayanHukum Keluarga dalam Tafsir Adhwa' al-Bayan
Hukum Keluarga dalam Tafsir Adhwa' al-Bayan
 
WALISONGO DALAM DAKWAH ISLAM.pptx
WALISONGO DALAM DAKWAH ISLAM.pptxWALISONGO DALAM DAKWAH ISLAM.pptx
WALISONGO DALAM DAKWAH ISLAM.pptx
 
Manhaj Tafsir Al-Azhar.doc
Manhaj Tafsir Al-Azhar.docManhaj Tafsir Al-Azhar.doc
Manhaj Tafsir Al-Azhar.doc
 
Pendidikan Islam dalam Pandangan Ibn Khaldun
Pendidikan Islam dalam Pandangan Ibn KhaldunPendidikan Islam dalam Pandangan Ibn Khaldun
Pendidikan Islam dalam Pandangan Ibn Khaldun
 
Musni Umar: Maulid Nabi Muhammad SAW dan Pembebasan Indonesia dari Penjajaha...
Musni Umar: Maulid Nabi Muhammad  SAW dan Pembebasan Indonesia dari Penjajaha...Musni Umar: Maulid Nabi Muhammad  SAW dan Pembebasan Indonesia dari Penjajaha...
Musni Umar: Maulid Nabi Muhammad SAW dan Pembebasan Indonesia dari Penjajaha...
 
Peradaban dan Kebudayaan Kerajaan-kerajaan Kecil Islam di al-Andalus (Ilmu Ag...
Peradaban dan Kebudayaan Kerajaan-kerajaan Kecil Islam di al-Andalus (Ilmu Ag...Peradaban dan Kebudayaan Kerajaan-kerajaan Kecil Islam di al-Andalus (Ilmu Ag...
Peradaban dan Kebudayaan Kerajaan-kerajaan Kecil Islam di al-Andalus (Ilmu Ag...
 
Perkembangan Pemikiran Islam
Perkembangan Pemikiran IslamPerkembangan Pemikiran Islam
Perkembangan Pemikiran Islam
 
makalah sppi 2
makalah sppi 2makalah sppi 2
makalah sppi 2
 
MENUJU PERSATUAN UMAT : PANDANGAN INTELEKTUAL MUSLIM INDONESIA
MENUJU PERSATUAN UMAT : PANDANGAN INTELEKTUAL MUSLIM INDONESIAMENUJU PERSATUAN UMAT : PANDANGAN INTELEKTUAL MUSLIM INDONESIA
MENUJU PERSATUAN UMAT : PANDANGAN INTELEKTUAL MUSLIM INDONESIA
 
Ijtihad ibnu qayiim
Ijtihad ibnu qayiimIjtihad ibnu qayiim
Ijtihad ibnu qayiim
 
Ibnu chaldun ( ilmuan islam dalam ilmu sejarah)
Ibnu chaldun ( ilmuan islam dalam ilmu sejarah)Ibnu chaldun ( ilmuan islam dalam ilmu sejarah)
Ibnu chaldun ( ilmuan islam dalam ilmu sejarah)
 
Ulasan Kitab Fiqh al-Sirah (Farhan Jamil).docx
Ulasan Kitab Fiqh al-Sirah (Farhan Jamil).docxUlasan Kitab Fiqh al-Sirah (Farhan Jamil).docx
Ulasan Kitab Fiqh al-Sirah (Farhan Jamil).docx
 
Konsep klasifikasi ilmu menurut ibnu khaldun
Konsep klasifikasi ilmu menurut ibnu khaldunKonsep klasifikasi ilmu menurut ibnu khaldun
Konsep klasifikasi ilmu menurut ibnu khaldun
 
Ibnu rusyd averrous (makalah)
Ibnu rusyd averrous (makalah)Ibnu rusyd averrous (makalah)
Ibnu rusyd averrous (makalah)
 
Skrip Jamaluddin Al-Afghani
Skrip Jamaluddin Al-AfghaniSkrip Jamaluddin Al-Afghani
Skrip Jamaluddin Al-Afghani
 
BAB II.pdf
BAB II.pdfBAB II.pdf
BAB II.pdf
 
UTS FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM .pdf
UTS FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM .pdfUTS FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM .pdf
UTS FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM .pdf
 

Kürzlich hochgeladen

PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
dpp11tya
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
ssuser35630b
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
AtiAnggiSupriyati
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
JuliBriana2
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
nabilafarahdiba95
 

Kürzlich hochgeladen (20)

Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptStoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 

Risalah mi raj pdf

  • 2. Kutipan Pasal 44, Ayat 1 dan 2, Undang-Undang Republik Indonesia tentang HAK CIPTA: Tentang Sanksi Pelanggaran Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang HAK CIPTA, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 7 Tahun 1987 jo. Undang-Undang No. 12 Tahun 1997, bahwa: 1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak meng­ umumkan atau menyebarkan suatu ciptaan seba­ gaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pa­sal 49 ayat (1) dan ayat (2) de­ngan pidana penjara masing- masing paling singkat 1 (satu) bu­lan dan atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah). 2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamer- kan, meng­edarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau ba­rang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait seba­gai­­mana dimaksud pada ayat (1), dipi- dana dengan pidana pen­jara pa­ling lama 5 (lima) tahun dan atau denda paling banyak Rp 500.000.000.- (lima ratus ribu rupiah).
  • 3. Urgensi,Hakikat,Hikmah,danBuahnya Risalah Mi’raj Badiuzzaman Said Nursi Penerjemah: Fauzi Faisal Bahreisy Dari Koleksi Risalah Nur
  • 4. Badiuzzaman Said Nursi RISALAH MI’RAJ: URGENSI, HAKIKAT, HIKMAH, DAN BUAHNYA ©2010 Badiuzzaman Said Nursi Edisi Pertama, Cetakan Ke-1 Dialihbahasakan oleh: Fauzi Faisal Bahreisy Anatolia. 2010.0006 Hak Penerbitan pada Prenada Media Group Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara apa pun, termasuk dengan cara penggunaan mesin foto- kopi, tanpa izin sah dari penerbit. Penerjemah Fauzi Faisal Bahreisy Desain Cover Irvan Fahmi Percetakan Fajar Interpratama Offset Lay-out M. Badrul Munir Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) BADIUZZAMAN SAID NURSI Risalah Mi’raj: Urgensi, Hakikat, Hikmah, dan Buahnya Jakarta: Anatolia, 2010 Ed. 1. Cet. 1; xviii, 108 hlm; 18 cm ISBN 978-979-16309-4-8 297.347 Cetakan Pertama, Agustus 2010 A N A T O L I A PRENADA MEDIA GROUP Jl. Tambra Raya No. 23 Rawamangun - Jakarta 13220 Telp. (021) 478-64657, 475-4134 Faks. (021) 475-4134 E-mail: pmg@prenadamedia.com Http: www.prenadamedia.com INDONESIA
  • 5. SEKILAS KEHIDUPAN SAID NURSI Said Nursi lahir pada 1293 H (1876 M) di desa Nurs, daerah Bitlis, di se­belah timur Anatolia. Ia berguru kepada ka­kaknya, al-Mala Abdullah. Pada masa itu, ia hanya belajar ilmu nahwu dan sharaf (gramatika). Kemudian ia berpindah-pindah ke ber­bagai kampung dan kota di antara sejumlah gu­ ru dan madrasah dengan mempelajari ilmu-ilmu keislaman dari beberapa buku induk dengan penuh ketekun­an. Hal itu ditambah dengan kecerdas­an­ nya yang cemerlang se­perti yang di­­akui oleh selu- ruh gurunya se­telah me­nerima be­ragam ujian su- lit yang di­berikan oleh se­­tiap mereka. Kecerda­san yang ia miliki me­nyatu dengan kekuatan ingat­ annya sehingga tidak heran jika ia mempelajari sekaligus mampu menghafal buku Jam’ul Jawâmi’ pada bidang ushul fikih hanya da­lam satu minggu. Ia melahap kandungan kitab-kitab yang terse- dia di zamannya semisal tafsir, hadits, nahwu, ilmu kalam, fiqh, maupun mantiq. Di sisi lain, daya ha- falnya sungguh luar biasa. Ia sengaja menghafal di luar kepala semua ilmu pengetahuan yang dibaca­ nya. Hingga ia berhasil menghafal hampir 90 judul
  • 6. vi | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ... buku referensial. Setelah itu, ia telah memiliki ke- siapan—berkat berbagai ilmu pengetahuan yang dikuasainya sejak awal untuk memulai munâzarah (adu argumentasi dan debat) dengan para ulama. Beberapa forum munâzarah telah dibuka, di mana ia telah berdebat dengan banyak tokoh pem­­­besar dan ulama di beberapa kawasan, di­mana ia selalu tampil menang. Popularitas pemuda ini langsung tersebar se­ telah ia menampakkan keunggulannya dalam ber­ diskusi dengan seluruh ula­ma di daerahnya. Me­ reka menyebutnya de­­ngan “Said yang terkenal”. Setelah itu, ia ber­­pindah ke kota Tillo. Di sana ia menetap selama beberapa waktu di salah satu su­ rau serta menghafal al-Qâmus al-Muhîth kar­ya Fairuzabadi hingga bab sîn. Pada 1894, ia pergi ke kota Van. Di sa­na ia sibuk menelaah buku-buku mate­ma­tika, falak, kimia, fisika, geologi, filsafat, dan sejarah. Ia benar-benar mendalami se­­mua ilmu tersebut hingga bisa me­ nu­lis ten­tang sebagiannya. Karena itulah ia kemu­ dian disebut dengan “Badiuzzaman” se­ba­­gai ben- tuk pengakuan para ulama dan il­­muwan terhadap kecerdasannya yang ta­­jam, pengetahuannya yang melimpah, ser­ta wawasannya yang luas. Pada saat tersebut di sejumlah harian lokal tersebar berita bahwa menteri pen­­­dudukan Ing-
  • 7. Sekilas Kehidupan Said Nursi | vii gris, Gladstone, dalam Ma­­­­jelis Parlemen Inggris berbicara di hadap­an para wakil rakyat dengan berkata, “Se­lama Alquran berada di tangan kaum muslimin, kita tidak akan bisa menguasai me­reka. Karena itu, kita harus melenyapkannya atau me- mutuskan hubungan kaum muslimin dengannya.” Berita ini demikian mengguncang dirinya serta membuatnya tidak bisa tidur. Ia berkata kepada orang-orang di sekitarnya, “Kita akan membuktikan kepada dunia bahwa Alquran merupakan mentari hakikat yang cahaya­ nya tidak akan per­nah padam serta sinarnya tidak mungkin bisa dilenyapkan.” Pada 1908, ia pergi ke Istanbul serta memberi- kan sebuah proyek kepada Sultan Abdul Hamid II untuk memba­ngun Universitas Islam di Timur Anatolia dengan nama Madrasah az-Zahra untuk melaksanakan tugas penyebaran hakikat Is­lam. Pada universitas tersebut, studi ke­­­agamaan dipadu- kan dengan ilmu-ilmu alam sebagaimana ucapan- nya yang terkenal, “Cahaya kalbu adalah ilmu-ilmu aga­ma, sementara sinar akal adalah ilmu-ilmu alam modern. Dengan perpaduan antara kedua­nya hakikat akan tersing­ kap. Adapun jika keduanya dipisah ma­ka tipu daya dan ber­bagai keraguan serta fanatisme yang tercela
  • 8. viii | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ... akan ber­munculan.”1 Popularitas keilmuannya telah lebih dahu­lu­ didengar oleh mereka. Karena itu, pa­­ra pelajar dan ulama berkumpul untuk ber­­tanya kepadanya. Na­ mun Said Nursi menjawab semua disiplin ilmu de­ ngan sa­ngat lancar. Akhirnya mereka meng­akuinya se­bagai seorang imam sekaligus mengakui bahwa mereka belum pernah menyaksikan orang yang memiliki ilmu dan keutamaan sepertinya. Bahkan setelah mengujinya de­ngan sangat cermat, salah seorang di antara mereka menunjukkan kekagum­ annya dengan berkata, “Ilmu yang ia miliki bu- kan hasil dari belajar biasa. Tetapi merupakan anugerah Ilahi dan ilmu ladunni.” Pada 1911, ia pergi ke negeri Syam dan me- nyampaikan pidato menyentuh dari atas mimbar Masjid Jami Umawi. Dalam pidato tersebut, ia me­ngajak kaum muslimin untuk bangkit. Ia men­ jelaskan sejumlah penyakit umat Islam berikut ca­­ ra-cara penyembuhannya. Setelah itu ia kem­bali ke Istanbul seraya menawarkan proyeknya terkait dengan universi­tas Is­­lam kepada Sultan Rasyad. Sultan men­jan­jikan sesuatu yang baik kepadanya. Ter­nyata benar, anggaran dikucurkan dan pe­le­ takan batu pertama universitas dilakukan di te­ 1 Shayqalul Islam 428.
  • 9. Sekilas Kehidupan Said Nursi | ix pi Danau Van. Namun Perang Dunia I membuat proyek ini terhenti. Meskipun Said Nursi tidak setuju jika Daulah Utsmani terlibat dalam perang, namun ketika pe­ rang itu diumumkan ia beserta para muridnya ikut sertadalampe­rangmelawanRusiayangmenyerang lewat Qaf­qas. Ketika pasukan Rusia memasuki kota Bitlis, Badiuzzaman bersama dengan para murid- nya mati-matian memperta­han­kan kota tersebut sehingga terluka pa­rah dan tertawan oleh Rusia. Ia dibawa ke penjara tawanan di Siberia. Dalam penawanan ia terus memberikan pelajaran-pelaja- ran ke­imanan kepada para panglima yang tinggal bersamanya yang jumlahnya mencapai 90 orang. Lalu dengan cara yang sangat aneh dan dengan pertolongan Tuhan ia berhasil lari. Ia pun berjalan menuju Warsawa, Jerman, dan Wina. Ketika sam- pai di­Istanbul ia dianugerahi medali perang dan mendapatkan sambutan luar biasa dari khalifah, syeikhul Islam, pemimpin umum, dan para pelajar ilmu agama. Nursi diangkat menjadi anggota Darul Hikmah al-Islamiyyah oleh pimpinan militer di mana lem- baga tersebut hanya di­serahkan kepada para tokoh ulama. Di lembaga inilah sebagian besar bukunya yang berhasa Arab diterbitkan. Di antara karya tafsirnya, Isyârât al-I’jaz fî Mazhân al-Ijâz yang ia
  • 10. x | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ... tulis di tengah berkecamuknya pe­­rang berikut al- Matsnawi al-Arabiy an-Nûri. Setelah para agresor masuk ke kota Istanbul, Ustadz Nursi merasa bahwa pukulan telak telah diarahkan kepada dunia Islam. Karena itu, ia me- nyiapkan diri de­ngan mulai menulis bukunya, al-Khuthuwât as-Sitt (Enam Langkah). Di dalam- nya ia menyerang para agresor dengan sangat hebat sekaligus melenyapkan faktor-faktor yang bisa melahirkan keputusasaan pada sebagian be- sar orang. Karena dikenal luas dan perjuangan- nya yang konsisten, bebe­rapa kali ia diundang ke Ankara. Pada 1922, ia pergi ke sana di mana ketika berada di stasiun kereta api ia di­sambut dengan meriah oleh para pejabat negara. Hanya saja ia langsung kecewa dengan mereka yang telah meng­undangnya manakala mengetahui ka- lau sebagian besar mereka tidak melaksanakan berbagai kewajiban agama. Kemudian ia menda­­ tangi parlemen seraya menyampaikan pesan yang menggugah diawali dengan satu pernyataan yang berbunyi, “Wahai para anggota parlemen, kalian akan dibangkitkan pada hari yang agung nanti.” Di sana ia juga menyampaikan proyek pendirian Uni- versitas Islam dan diterima dengan baik. Namun kondisi politik menjadikan proyek tersebut tidak berjalan dengan baik.
  • 11. Sekilas Kehidupan Said Nursi | xi Pada 1923, Badiuzzaman pergi ke kota Van dan melakukan uzlah di Gunung Erek yang dekat dari kota selama dua tahun dalam rangka melaku- kan ibadah dan kontemplasi. Kemudian, berbagai pemberontakan dan ketidakstabilan terjadi di da­ lam Republik Turki yang baru. Semuanya da­pat dibungkam oleh pihak re­zim berkuasa. Meskipun Badiuzzaman ti­dak terlibat dalam pemberontakan, beliau dibuang dan diasingkan bersama banyak orang ke Anatolia Barat pada musim dingin 1926. Kemudian, beliau dibuang lagi seorang diri ke se- buah daerah terpencil yaitu Barla. Para musuh agama mengira bahwa di sana riwayatnya akan be- rakhir, popularitasnya akan redup, akan dilupakan orang, dan sumber tersebut akan menge­ring. Akan tetapi, Allah Mahahalus terhadap ham- ba-Nya. Dia memeliharanya lewat karunia dan kemurahan-Nya sehingga Barla menjadi sumber cahaya Alquran yang luar biasa. Di sana, Ustadz Nursi menulis sebagian besar Risalah Nur. Lalu berbagai risalah tersebut diserap lewat salinan tangan dan tersebar dari ujung Turki ke ujung yang lain. Artinya, ketika Ustadz Nursi di­bawa dari satu tempat pembuangan ke tempat pembuangan yang lain lalu dimasukkan ke penjara dan tahan- an di berba­gai wilayah Turki selama seperempat abad, Allah memberi ganti dengan menghadirkan
  • 12. xii | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ... orang yang menyalin berbagai risalah tersebut serta menyebarkan limpahan cahaya imani itu hingga membangunkan spirit iman yang mati di kalangan umat beriman sekaligus menegakkannya di atas pilar-pilar ilmiah dan logika dalam bentuk yang retorik di mana ia bisa dipahami oleh kalan- gan awam serta menjadi bekal bagi kalangan khu- sus. Demikianlah Ustadz Nursi terus me­nu­­lis berb- agai risalah sampai 1950 sehingga jumlahnya lebih dari 130 risalah. Semua dikumpulkan dengan judul Kuliyyat Rasâ`il an-Nûr (Koleksi Risalah Nur) yang berisi empat seri utama: al-Kalimât, al-Maktûbât, al-Lama’ât, dan asy-Syu’â’ât. Selain itu, terdapat seri atau koleksi yang tidak mudah untuk dicetak kecuali setelah 1954. Ustadz Nursi sendiri yang langsung mengawasi sehingga semuanya selesai tercetak. Kami ketengahkan teks berikut untuk mem- perlihatkan satu sisi dari gaya tutur Risalah Nur yang unik, berbeda dengan yang lain, dalam me- nyampaikan sejumlah pemahaman Islam dan menguatkan pilar-pilar iman. “Benar bahwa makrifatullah yang bersumber dari dalil-dalil ilmu kalam bukanlah makrifat yang sempurna serta tidak mendatangkan ketenangan hati. Sementara, makrifat yang didasarkan pada
  • 13. Sekilas Kehidupan Said Nursi | xiii konsep Alquran yang merupakan mukjizat ialah makrifat yang sempurna dan mendatangkan ke- tenangan seutuhnya ke dalam hati. Kita berdoa ke- pada Allah Yang Mahatinggi dan Mahakuasa agar menjadikan setiap bagian dari Risalah Nur laksana lentera yang menerangi jalan lurus bercahaya mi- lik Alquran al-Karim. Selain itu, makrifatullah yang lahir dari ilmu kalam tampak kurang sempurna, serta makrifat yang lahir dari jalan tasawuf juga cacat dan terpu- tus jika dibandingkan dengan makrifat yang ber- sumber dari Alquran al-Karim secara langsung le- wat warisan para nabi. Pada risalah yang lain dari Risalah Nur, kami telah memberikan perumpa­ maan untuk menjelaskan berbagai perbedaan an- tara mereka yang pendekat­annya terilhami oleh Alquran dan mereka yang meniti jalan ahli ilmu kalam sebagai berikut: Untuk mendapatkan air ada yang mem­bawanya le­ wat sejumlah pipa dari tem­pat yang jauh yang diga­ li di bawah gunung. Adapun yang lain mendapatkan air di mana saja mereka gali dan air tersebut me­ mancar di tempat ma­na pun mereka berada. Yang pertama berjalan di jalan yang terjal dan panjang serta aliran airnya pun bisa terputus. Inilah jalan ahli ilmu kalam. Mereka menetapkan Wajibul wujud (Allah) dengan kemustahilan rangkai­an sebab yang tak terbatas.
  • 14. xiv | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ... Sebaliknya, pada jalan Alquran mene­mukan air bi­ sa didapatkan dan dipancarkan di mana saja ber­ ada dengan sangat sempurna. Setiap ayatnya yang mulia memancarkan air di mana saja ia dipukulkan laksana tongkat Musa. Ayat-ayat tersebut berucap, pada segala sesuatu terdapat tanda bagi-Nya Yang menunjukkan bahwa Dia adalah esa. Kemudian iman tidak hanya diraih de­­ngan ilmu. Akan tetapi, terdapat ba­nyak perangkat halus pada diri manu­sia yang memiliki bagian iman. Seba­ gaimana ketika makanan masuk ke dalam perut ia terbagi dan terdistribusi ke sejumlah urat sesuai dengan posisi setiap organ, demikian pula dengan persoalan iman yang bersumber dari ilmu. Ketika ia masuk ke dalam perut akal dan pemahaman, setiap perangkat halus yang terdapat pada tubuh seperti roh, kalbu, jiwa, dan sejenisnya mengambil bagian darinya serta menye­rap sesuai de­ngan tingkatan­ nya. Jika ia tidak mendapatkan nutrisi salah satu perangkat halusnya, maka makrifat tersebut men­ jadi cacat, sementara perangkat halus tadi akan terus terhalang darinya.”2 Ia menyambut panggilan Tuhan (mening- gal dunia) pada tanggal 25 Ramadhan 1379 yang bertepatan dengan tanggal 23 Maret 1960 di kota Urfa. Namun kekuasaan militer ketika itu tidak mem­biarkannya beristirahat tenang di kuburnya. 2 Al-Maktûbât, 424
  • 15. Sekilas Kehidupan Said Nursi | xv Mere­ka mengeluarkan jasadnya setelah pengu- muman pelarangan untuk diarak di kota. Jasad- nya dipindahkan ke tempat yang tak diketahui. Se­­moga Allah melimpahkan rahmat yang luas ke­­ padanya serta menempatkannya di surga-Nya yang lapang. Buku yang ada di tangan Anda ini meruakan bagian-bagianyangterkaitdenganper­soalan mi’raj dari Koleksi Risalah Nur. Ihsân Qâsim ash-Shâlihi.
  • 16.
  • 17. DAFTAR ISI SEKILAS KEHIDUPAN SAID NURSI....................v DAFTAR ISI....................................................... xvii PENDAHULUAN Mi’raj Nabi ...........................................................1 LANDASAN PERTAMA Rahasia Keharusan Mi’raj Berikut Hikmah Kebutuhannya .......................9 LANDASAN KEDUA Apa Hakikat Mi’raj? .........................................17 LANDASAN KETIGA Apa Hikmah Mi’raj? .........................................43 LANDASAN KEEMPAT Apa Buah dan Manfaat Mi’raj?........................67 LAMPIRAN PERTAMA Kalimat Kesembilan Belas dan Ketiga Puluh Satu Mukjizat Terbelahnya Bulan.......81 LAMPIRAN KEDUA Peristiwa Mi’raj dari Kumpulan Syair Maulid Nabi................93 PENUTUP..........................................................105
  • 18. PENDAHULUAN Mi’raj Nabi Catatan: Persoalan mi’raj merupakan buah dari prinsip dan pilar-pilar iman. Ia merupakan cahaya yang sinarnya berasal dari cahaya rukun iman. Tentu saja tidak bisa dibuktikan mi’raj itu sendiri kepada kaum ateis yang mengingkari rukun iman. Karena ia tidak perlu dibahas kepada orang yang tidak beriman kepada Allah, yang tidak memercayai Ra- sul yang mulia, atau yang mengingkari malaikat dan keberadaan sejumlah langit. Pertama kali per- lu dibuktikan rukun iman kepada mereka. Karena itu, sasaran pembicaraan kami ini diarahkan ke- pada mukmin yang terjerumus dalam rasa was- was akibat anggapan bahwa peristiwa mi’raj tidak masuk akal. Kami akan menjelaskan untuknya se­ suatu yang berguna dan bisa menyembuhkannya dengan izin Allah. Hanya saja, di sejumlah tempat kami tetap memberikan perhatian kepada ateis yang masih mau memerhatikan serta kami beri- kan untuknya uraian yang juga berguna. Kilau dari hakikat mi’raj telah disebutkan da­ lam sejumlah risalah yang lain. Dengan desakan
  • 19. 2 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ... saudara-saudaraku kami memohon pertolongan Allah SWT. dalam mengumpulkan sejumlah kilau yang berserak tersebut sekaligus menyatukannya dalam hakikat aslinya agar semua itu menjadi cer- min yang memantulkan berbagai kesempurnaan estetika Rasul SAW..
  • 20. Pendahuluan: Mi’raj Nabi | 3  Pendahuluan ; Mi’raj Nabi 3 Bismillâhirrahmânirrahîm ِ‫ﻡ‬‫ﺍ‬‫ﺮ‬‫ﺤ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ِ‫ﺪ‬ِ‫ﺠ‬‫ﺴ‬‫ﻤ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ‫ﻦ‬‫ﻣ‬ ‫ﹰ‬‫ﻼ‬‫ﻴ‬‫ﹶ‬‫ﻟ‬ ِ‫ﻩ‬ِ‫ﺪ‬‫ﺒ‬‫ﻌ‬ِ‫ﺑ‬ ‫ﻯ‬‫ﺮ‬‫ﺳ‬‫ﹶ‬‫ﺃ‬ ‫ِﻱ‬‫ﺬ‬‫ﱠ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ‫ﹶ‬‫ﻥ‬‫ﺎ‬‫ﺤ‬‫ﺒ‬‫ﺳ‬ ‫ﺎ‬‫ﺼ‬‫ﹾ‬‫ﻗ‬َ‫ﻷ‬‫ﹾ‬‫ﺍ‬ ِ‫ﺪ‬ِ‫ﺠ‬‫ﺴ‬‫ﻤ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ‫ﹶﻰ‬‫ﻟ‬ِ‫ﺇ‬‫ﻦ‬ِ‫ﻣ‬ ‫ﻪ‬‫ﻳ‬ِ‫ﺮ‬‫ﻨ‬ِ‫ﻟ‬ ‫ﻪ‬‫ﹶ‬‫ﻟ‬‫ﻮ‬‫ﺣ‬ ‫ﺎ‬‫ﻨ‬‫ﹾ‬‫ﻛ‬‫ﺭ‬‫ﺎ‬‫ﺑ‬ ‫ِﻱ‬‫ﺬ‬‫ﱠ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ‫ﲑ‬ِ‫ﺼ‬‫ﺒ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ‫ﻊ‬‫ِﻴ‬‫ﻤ‬‫ﺴ‬‫ﺍﻟ‬ ‫ﻮ‬‫ﻫ‬ ‫ﻪ‬‫ﻧ‬ِ‫ﺇ‬ ‫ﺂ‬‫ﻨ‬ِ‫ﺗ‬‫ﺎ‬‫ﻳ‬‫َﺍ‬‫ﺀ‬. ‫ﻰ‬‫ﺣ‬‫ﻮ‬‫ﻳ‬ ‫ﻲ‬‫ﺣ‬‫ﻭ‬‫ﱠ‬‫ﻻ‬ِ‫ﺇ‬ ‫ﻮ‬‫ﻫ‬ ‫ﹾ‬‫ﻥ‬ِ‫ﺇ‬.‫ﻯ‬‫ﻮ‬‫ﹸ‬‫ﻘ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ‫ﺪ‬‫ِﻳ‬‫ﺪ‬‫ﺷ‬ ‫ﻪ‬‫ﻤ‬‫ﱠ‬‫ﻠ‬‫ﻋ‬.‫ﹸﻭ‬‫ﺫ‬ ‫ﻯ‬‫ﻮ‬‫ﺘ‬‫ﺳ‬‫ﹶﺎ‬‫ﻓ‬ ٍ‫ﺓ‬‫ﺮ‬ِ‫ﻣ‬.‫ﹶﻰ‬‫ﻠ‬‫ﻋ‬َ‫ﻷ‬‫ﹾ‬‫ﺍ‬ ِ‫ﻖ‬‫ﹸ‬‫ﻓ‬ُ‫ﻷ‬‫ﹾ‬‫ﺎ‬ِ‫ﺑ‬ ‫ﻮ‬‫ﻫ‬‫ﻭ‬.‫ﱠﻰ‬‫ﻟ‬‫ﺪ‬‫ﺘ‬‫ﹶ‬‫ﻓ‬ ‫ﺎ‬‫ﻧ‬‫ﺩ‬ ‫ﻢ‬‫ﹸ‬‫ﺛ‬. ‫ﻰ‬‫ﻧ‬‫ﺩ‬‫ﹶ‬‫ﺃ‬ ‫ﻭ‬‫ﹶ‬‫ﺃ‬ ِ‫ﻦ‬‫ﻴ‬‫ﺳ‬‫ﻮ‬‫ﹶ‬‫ﻗ‬ ‫ﺏ‬‫ﹶﺎ‬‫ﻗ‬ ‫ﹶ‬‫ﻥ‬‫ﹶﺎ‬‫ﻜ‬‫ﹶ‬‫ﻓ‬.ِ‫ﻩ‬ِ‫ﺪ‬‫ﺒ‬‫ﻋ‬ ‫ﹶﻰ‬‫ﻟ‬ِ‫ﺇ‬ ‫ﻰ‬‫ﺣ‬‫ﻭ‬‫ﹶ‬‫ﺄ‬‫ﹶ‬‫ﻓ‬ ‫ﻰ‬‫ﺣ‬‫ﻭ‬‫ﹶ‬‫ﺃ‬‫ﺂ‬‫ﻣ‬.‫ﹶ‬‫ﺬ‬‫ﹶ‬‫ﻛ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬‫ﹶﻯ‬‫ﺃ‬‫ﺭ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬ ‫ﺩ‬‫ﺍ‬‫ﺆ‬‫ﹸ‬‫ﻔ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ‫ﺏ‬.‫ﹶﻰ‬‫ﻠ‬‫ﻋ‬ ‫ﻪ‬‫ﻧ‬‫ﻭ‬‫ﺭ‬‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﺘ‬‫ﹶ‬‫ﻓ‬‫ﹶ‬‫ﺃ‬ ‫ﻯ‬‫ﺮ‬‫ﻳ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬.‫ﻯ‬‫ﺮ‬‫ﺧ‬‫ﹸ‬‫ﺃ‬ ‫ﹰ‬‫ﺔ‬‫ﹶ‬‫ﻟ‬‫ﺰ‬‫ﻧ‬ ‫ﻩ‬‫َﺍ‬‫ﺀ‬‫ﺭ‬ ‫ﺪ‬‫ﹶ‬‫ﻘ‬‫ﹶ‬‫ﻟ‬‫ﻭ‬.‫ﻰ‬‫ﻬ‬‫ﺘ‬‫ﻨ‬‫ﻤ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ِ‫ﺓ‬‫ﺭ‬‫ﺪ‬ِ‫ﺳ‬ ‫ﺪ‬‫ِﻨ‬‫ﻋ‬ .‫ﻯ‬‫ﻭ‬‫ﹾ‬‫ﺄ‬‫ﻤ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ‫ﹸ‬‫ﺔ‬‫ﻨ‬‫ﺟ‬ ‫ﺎ‬‫ﻫ‬‫ﺪ‬‫ِﻨ‬‫ﻋ‬.‫ﻰ‬‫ﺸ‬‫ﻐ‬‫ﻳ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬ ‫ﹶ‬‫ﺓ‬‫ﺭ‬‫ﺪ‬‫ﺴ‬‫ﺍﻟ‬ ‫ﻰ‬‫ﺸ‬‫ﻐ‬‫ﹾﻳ‬‫ﺫ‬ِ‫ﺇ‬. ‫ﻰ‬‫ﻐ‬‫ﹶ‬‫ﻃ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬ ‫ﺮ‬‫ﺼ‬‫ﺒ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ‫ﹶ‬‫ﻍ‬‫ﺍ‬‫ﺯ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬.‫ﹶﻯ‬‫ﺃ‬‫ﺭ‬ ‫ﺪ‬‫ﹶ‬‫ﻘ‬‫ﹶ‬‫ﻟ‬ِ‫ﻪ‬‫ﺑ‬‫ﺭ‬ ِ‫ﺕ‬‫ﺎ‬‫ﻳ‬‫َﺍ‬‫ﺀ‬ ‫ﻦ‬ِ‫ﻣ‬ ‫ﻯ‬‫ﺮ‬‫ﺒ‬‫ﹸ‬‫ﻜ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬. Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba- Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.8 ِ‫ﻡ‬‫ﺍ‬‫ﺮ‬‫ﺤ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ِ‫ﺪ‬ِ‫ﺠ‬‫ﺴ‬‫ﻤ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ‫ﻦ‬‫ﻣ‬ ‫ﹰ‬‫ﻼ‬‫ﻴ‬‫ﹶ‬‫ﻟ‬ ِ‫ﻩ‬ِ‫ﺪ‬‫ﺒ‬‫ﻌ‬ِ‫ﺑ‬ ‫ﻯ‬‫ﺮ‬‫ﺳ‬‫ﹶ‬‫ﺃ‬ ‫ِﻱ‬‫ﺬ‬‫ﱠ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ‫ﹶ‬‫ﻥ‬‫ﺎ‬‫ﺤ‬‫ﺒ‬‫ﺳ‬ ‫ﺎ‬‫ﺼ‬‫ﹾ‬‫ﻗ‬َ‫ﻷ‬‫ﹾ‬‫ﺍ‬ ِ‫ﺪ‬ِ‫ﺠ‬‫ﺴ‬‫ﻤ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ‫ﹶﻰ‬‫ﻟ‬ِ‫ﺇ‬‫ﻦ‬ِ‫ﻣ‬ ‫ﻪ‬‫ﻳ‬ِ‫ﺮ‬‫ﻨ‬ِ‫ﻟ‬ ‫ﻪ‬‫ﹶ‬‫ﻟ‬‫ﻮ‬‫ﺣ‬ ‫ﺎ‬‫ﻨ‬‫ﹾ‬‫ﻛ‬‫ﺭ‬‫ﺎ‬‫ﺑ‬ ‫ِﻱ‬‫ﺬ‬‫ﱠ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ‫ﲑ‬ِ‫ﺼ‬‫ﺒ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ‫ﻊ‬‫ِﻴ‬‫ﻤ‬‫ﺴ‬‫ﺍﻟ‬ ‫ﻮ‬‫ﻫ‬ ‫ﻪ‬‫ﻧ‬ِ‫ﺇ‬ ‫ﺂ‬‫ﻨ‬ِ‫ﺗ‬‫ﺎ‬‫ﻳ‬‫َﺍ‬‫ﺀ‬. ‫ﻰ‬‫ﺣ‬‫ﻮ‬‫ﻳ‬ ‫ﻲ‬‫ﺣ‬‫ﻭ‬‫ﱠ‬‫ﻻ‬ِ‫ﺇ‬ ‫ﻮ‬‫ﻫ‬ ‫ﹾ‬‫ﻥ‬ِ‫ﺇ‬.‫ﻯ‬‫ﻮ‬‫ﹸ‬‫ﻘ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ‫ﺪ‬‫ِﻳ‬‫ﺪ‬‫ﺷ‬ ‫ﻪ‬‫ﻤ‬‫ﱠ‬‫ﻠ‬‫ﻋ‬.‫ﹸﻭ‬‫ﺫ‬ ‫ﻯ‬‫ﻮ‬‫ﺘ‬‫ﺳ‬‫ﹶﺎ‬‫ﻓ‬ ٍ‫ﺓ‬‫ﺮ‬ِ‫ﻣ‬.‫ﹶﻰ‬‫ﻠ‬‫ﻋ‬َ‫ﻷ‬‫ﹾ‬‫ﺍ‬ ِ‫ﻖ‬‫ﹸ‬‫ﻓ‬ُ‫ﻷ‬‫ﹾ‬‫ﺎ‬ِ‫ﺑ‬ ‫ﻮ‬‫ﻫ‬‫ﻭ‬.‫ﱠﻰ‬‫ﻟ‬‫ﺪ‬‫ﺘ‬‫ﹶ‬‫ﻓ‬ ‫ﺎ‬‫ﻧ‬‫ﺩ‬ ‫ﻢ‬‫ﹸ‬‫ﺛ‬. ‫ﻰ‬‫ﻧ‬‫ﺩ‬‫ﹶ‬‫ﺃ‬ ‫ﻭ‬‫ﹶ‬‫ﺃ‬ ِ‫ﻦ‬‫ﻴ‬‫ﺳ‬‫ﻮ‬‫ﹶ‬‫ﻗ‬ ‫ﺏ‬‫ﹶﺎ‬‫ﻗ‬ ‫ﹶ‬‫ﻥ‬‫ﹶﺎ‬‫ﻜ‬‫ﹶ‬‫ﻓ‬.ِ‫ﻩ‬ِ‫ﺪ‬‫ﺒ‬‫ﻋ‬ ‫ﹶﻰ‬‫ﻟ‬ِ‫ﺇ‬ ‫ﻰ‬‫ﺣ‬‫ﻭ‬‫ﹶ‬‫ﺄ‬‫ﹶ‬‫ﻓ‬ ‫ﻰ‬‫ﺣ‬‫ﻭ‬‫ﹶ‬‫ﺃ‬‫ﺂ‬‫ﻣ‬.‫ﹶ‬‫ﺬ‬‫ﹶ‬‫ﻛ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬‫ﹶﻯ‬‫ﺃ‬‫ﺭ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬ ‫ﺩ‬‫ﺍ‬‫ﺆ‬‫ﹸ‬‫ﻔ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ‫ﺏ‬.‫ﹶﻰ‬‫ﻠ‬‫ﻋ‬ ‫ﻪ‬‫ﻧ‬‫ﻭ‬‫ﺭ‬‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﺘ‬‫ﹶ‬‫ﻓ‬‫ﹶ‬‫ﺃ‬ ‫ﻯ‬‫ﺮ‬‫ﻳ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬.‫ﻯ‬‫ﺮ‬‫ﺧ‬‫ﹸ‬‫ﺃ‬ ‫ﹰ‬‫ﺔ‬‫ﹶ‬‫ﻟ‬‫ﺰ‬‫ﻧ‬ ‫ﻩ‬‫َﺍ‬‫ﺀ‬‫ﺭ‬ ‫ﺪ‬‫ﹶ‬‫ﻘ‬‫ﹶ‬‫ﻟ‬‫ﻭ‬.‫ﻰ‬‫ﻬ‬‫ﺘ‬‫ﻨ‬‫ﻤ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ِ‫ﺓ‬‫ﺭ‬‫ﺪ‬ِ‫ﺳ‬ ‫ﺪ‬‫ِﻨ‬‫ﻋ‬ .‫ﻯ‬‫ﻭ‬‫ﹾ‬‫ﺄ‬‫ﻤ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ‫ﹸ‬‫ﺔ‬‫ﻨ‬‫ﺟ‬ ‫ﺎ‬‫ﻫ‬‫ﺪ‬‫ِﻨ‬‫ﻋ‬.‫ﻰ‬‫ﺸ‬‫ﻐ‬‫ﻳ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬ ‫ﹶ‬‫ﺓ‬‫ﺭ‬‫ﺪ‬‫ﺴ‬‫ﺍﻟ‬ ‫ﻰ‬‫ﺸ‬‫ﻐ‬‫ﹾﻳ‬‫ﺫ‬ِ‫ﺇ‬. ‫ﻰ‬‫ﻐ‬‫ﹶ‬‫ﻃ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬ ‫ﺮ‬‫ﺼ‬‫ﺒ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ‫ﹶ‬‫ﻍ‬‫ﺍ‬‫ﺯ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬.‫ﹶﻯ‬‫ﺃ‬‫ﺭ‬ ‫ﺪ‬‫ﹶ‬‫ﻘ‬‫ﹶ‬‫ﻟ‬ِ‫ﻪ‬‫ﺑ‬‫ﺭ‬ ِ‫ﺕ‬‫ﺎ‬‫ﻳ‬‫َﺍ‬‫ﺀ‬ ‫ﻦ‬ِ‫ﻣ‬ ‫ﻯ‬‫ﺮ‬‫ﺒ‬‫ﹸ‬‫ﻜ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬. 8 Q.S. al-Isrâ: 1 Mahasuci Allah, yang telah memperjalankan ham­ ba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekeliling­ nya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.1 Pendahuluan ; Mi’raj Nabi 3 Bismillâhirrahmânirrahîm ِ‫ﻡ‬‫ﺍ‬‫ﺮ‬‫ﺤ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ِ‫ﺪ‬ِ‫ﺠ‬‫ﺴ‬‫ﻤ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ‫ﻦ‬‫ﻣ‬ ‫ﹰ‬‫ﻼ‬‫ﻴ‬‫ﹶ‬‫ﻟ‬ ِ‫ﻩ‬ِ‫ﺪ‬‫ﺒ‬‫ﻌ‬ِ‫ﺑ‬ ‫ﻯ‬‫ﺮ‬‫ﺳ‬‫ﹶ‬‫ﺃ‬ ‫ِﻱ‬‫ﺬ‬‫ﱠ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ‫ﹶ‬‫ﻥ‬‫ﺎ‬‫ﺤ‬‫ﺒ‬‫ﺳ‬ ‫ﺎ‬‫ﺼ‬‫ﹾ‬‫ﻗ‬َ‫ﻷ‬‫ﹾ‬‫ﺍ‬ ِ‫ﺪ‬ِ‫ﺠ‬‫ﺴ‬‫ﻤ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ‫ﹶﻰ‬‫ﻟ‬ِ‫ﺇ‬‫ﻦ‬ِ‫ﻣ‬ ‫ﻪ‬‫ﻳ‬ِ‫ﺮ‬‫ﻨ‬ِ‫ﻟ‬ ‫ﻪ‬‫ﹶ‬‫ﻟ‬‫ﻮ‬‫ﺣ‬ ‫ﺎ‬‫ﻨ‬‫ﹾ‬‫ﻛ‬‫ﺭ‬‫ﺎ‬‫ﺑ‬ ‫ِﻱ‬‫ﺬ‬‫ﱠ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ‫ﲑ‬ِ‫ﺼ‬‫ﺒ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ‫ﻊ‬‫ِﻴ‬‫ﻤ‬‫ﺴ‬‫ﺍﻟ‬ ‫ﻮ‬‫ﻫ‬ ‫ﻪ‬‫ﻧ‬ِ‫ﺇ‬ ‫ﺂ‬‫ﻨ‬ِ‫ﺗ‬‫ﺎ‬‫ﻳ‬‫َﺍ‬‫ﺀ‬. ‫ﻰ‬‫ﺣ‬‫ﻮ‬‫ﻳ‬ ‫ﻲ‬‫ﺣ‬‫ﻭ‬‫ﱠ‬‫ﻻ‬ِ‫ﺇ‬ ‫ﻮ‬‫ﻫ‬ ‫ﹾ‬‫ﻥ‬ِ‫ﺇ‬.‫ﻯ‬‫ﻮ‬‫ﹸ‬‫ﻘ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ‫ﺪ‬‫ِﻳ‬‫ﺪ‬‫ﺷ‬ ‫ﻪ‬‫ﻤ‬‫ﱠ‬‫ﻠ‬‫ﻋ‬.‫ﹸﻭ‬‫ﺫ‬ ‫ﻯ‬‫ﻮ‬‫ﺘ‬‫ﺳ‬‫ﹶﺎ‬‫ﻓ‬ ٍ‫ﺓ‬‫ﺮ‬ِ‫ﻣ‬.‫ﹶﻰ‬‫ﻠ‬‫ﻋ‬َ‫ﻷ‬‫ﹾ‬‫ﺍ‬ ِ‫ﻖ‬‫ﹸ‬‫ﻓ‬ُ‫ﻷ‬‫ﹾ‬‫ﺎ‬ِ‫ﺑ‬ ‫ﻮ‬‫ﻫ‬‫ﻭ‬.‫ﱠﻰ‬‫ﻟ‬‫ﺪ‬‫ﺘ‬‫ﹶ‬‫ﻓ‬ ‫ﺎ‬‫ﻧ‬‫ﺩ‬ ‫ﻢ‬‫ﹸ‬‫ﺛ‬. ‫ﻰ‬‫ﻧ‬‫ﺩ‬‫ﹶ‬‫ﺃ‬ ‫ﻭ‬‫ﹶ‬‫ﺃ‬ ِ‫ﻦ‬‫ﻴ‬‫ﺳ‬‫ﻮ‬‫ﹶ‬‫ﻗ‬ ‫ﺏ‬‫ﹶﺎ‬‫ﻗ‬ ‫ﹶ‬‫ﻥ‬‫ﹶﺎ‬‫ﻜ‬‫ﹶ‬‫ﻓ‬.ِ‫ﻩ‬ِ‫ﺪ‬‫ﺒ‬‫ﻋ‬ ‫ﹶﻰ‬‫ﻟ‬ِ‫ﺇ‬ ‫ﻰ‬‫ﺣ‬‫ﻭ‬‫ﹶ‬‫ﺄ‬‫ﹶ‬‫ﻓ‬ ‫ﻰ‬‫ﺣ‬‫ﻭ‬‫ﹶ‬‫ﺃ‬‫ﺂ‬‫ﻣ‬.‫ﹶ‬‫ﺬ‬‫ﹶ‬‫ﻛ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬‫ﹶﻯ‬‫ﺃ‬‫ﺭ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬ ‫ﺩ‬‫ﺍ‬‫ﺆ‬‫ﹸ‬‫ﻔ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ‫ﺏ‬.‫ﹶﻰ‬‫ﻠ‬‫ﻋ‬ ‫ﻪ‬‫ﻧ‬‫ﻭ‬‫ﺭ‬‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﺘ‬‫ﹶ‬‫ﻓ‬‫ﹶ‬‫ﺃ‬ ‫ﻯ‬‫ﺮ‬‫ﻳ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬.‫ﻯ‬‫ﺮ‬‫ﺧ‬‫ﹸ‬‫ﺃ‬ ‫ﹰ‬‫ﺔ‬‫ﹶ‬‫ﻟ‬‫ﺰ‬‫ﻧ‬ ‫ﻩ‬‫َﺍ‬‫ﺀ‬‫ﺭ‬ ‫ﺪ‬‫ﹶ‬‫ﻘ‬‫ﹶ‬‫ﻟ‬‫ﻭ‬.‫ﻰ‬‫ﻬ‬‫ﺘ‬‫ﻨ‬‫ﻤ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ِ‫ﺓ‬‫ﺭ‬‫ﺪ‬ِ‫ﺳ‬ ‫ﺪ‬‫ِﻨ‬‫ﻋ‬ .‫ﻯ‬‫ﻭ‬‫ﹾ‬‫ﺄ‬‫ﻤ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ‫ﹸ‬‫ﺔ‬‫ﻨ‬‫ﺟ‬ ‫ﺎ‬‫ﻫ‬‫ﺪ‬‫ِﻨ‬‫ﻋ‬.‫ﻰ‬‫ﺸ‬‫ﻐ‬‫ﻳ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬ ‫ﹶ‬‫ﺓ‬‫ﺭ‬‫ﺪ‬‫ﺴ‬‫ﺍﻟ‬ ‫ﻰ‬‫ﺸ‬‫ﻐ‬‫ﹾﻳ‬‫ﺫ‬ِ‫ﺇ‬. ‫ﻰ‬‫ﻐ‬‫ﹶ‬‫ﻃ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬ ‫ﺮ‬‫ﺼ‬‫ﺒ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ‫ﹶ‬‫ﻍ‬‫ﺍ‬‫ﺯ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬.‫ﹶﻯ‬‫ﺃ‬‫ﺭ‬ ‫ﺪ‬‫ﹶ‬‫ﻘ‬‫ﹶ‬‫ﻟ‬ِ‫ﻪ‬‫ﺑ‬‫ﺭ‬ ِ‫ﺕ‬‫ﺎ‬‫ﻳ‬‫َﺍ‬‫ﺀ‬ ‫ﻦ‬ِ‫ﻣ‬ ‫ﻯ‬‫ﺮ‬‫ﺒ‬‫ﹸ‬‫ﻜ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬. Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba- Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.8 ِ‫ﻡ‬‫ﺍ‬‫ﺮ‬‫ﺤ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ِ‫ﺪ‬ِ‫ﺠ‬‫ﺴ‬‫ﻤ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ‫ﻦ‬‫ﻣ‬ ‫ﹰ‬‫ﻼ‬‫ﻴ‬‫ﹶ‬‫ﻟ‬ ِ‫ﻩ‬ِ‫ﺪ‬‫ﺒ‬‫ﻌ‬ِ‫ﺑ‬ ‫ﻯ‬‫ﺮ‬‫ﺳ‬‫ﹶ‬‫ﺃ‬ ‫ِﻱ‬‫ﺬ‬‫ﱠ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ‫ﹶ‬‫ﻥ‬‫ﺎ‬‫ﺤ‬‫ﺒ‬‫ﺳ‬ ‫ﺎ‬‫ﺼ‬‫ﹾ‬‫ﻗ‬َ‫ﻷ‬‫ﹾ‬‫ﺍ‬ ِ‫ﺪ‬ِ‫ﺠ‬‫ﺴ‬‫ﻤ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ‫ﹶﻰ‬‫ﻟ‬ِ‫ﺇ‬‫ﻦ‬ِ‫ﻣ‬ ‫ﻪ‬‫ﻳ‬ِ‫ﺮ‬‫ﻨ‬ِ‫ﻟ‬ ‫ﻪ‬‫ﹶ‬‫ﻟ‬‫ﻮ‬‫ﺣ‬ ‫ﺎ‬‫ﻨ‬‫ﹾ‬‫ﻛ‬‫ﺭ‬‫ﺎ‬‫ﺑ‬ ‫ِﻱ‬‫ﺬ‬‫ﱠ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ‫ﲑ‬ِ‫ﺼ‬‫ﺒ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ‫ﻊ‬‫ِﻴ‬‫ﻤ‬‫ﺴ‬‫ﺍﻟ‬ ‫ﻮ‬‫ﻫ‬ ‫ﻪ‬‫ﻧ‬ِ‫ﺇ‬ ‫ﺂ‬‫ﻨ‬ِ‫ﺗ‬‫ﺎ‬‫ﻳ‬‫َﺍ‬‫ﺀ‬. ‫ﻰ‬‫ﺣ‬‫ﻮ‬‫ﻳ‬ ‫ﻲ‬‫ﺣ‬‫ﻭ‬‫ﱠ‬‫ﻻ‬ِ‫ﺇ‬ ‫ﻮ‬‫ﻫ‬ ‫ﹾ‬‫ﻥ‬ِ‫ﺇ‬.‫ﻯ‬‫ﻮ‬‫ﹸ‬‫ﻘ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ‫ﺪ‬‫ِﻳ‬‫ﺪ‬‫ﺷ‬ ‫ﻪ‬‫ﻤ‬‫ﱠ‬‫ﻠ‬‫ﻋ‬.‫ﹸﻭ‬‫ﺫ‬ ‫ﻯ‬‫ﻮ‬‫ﺘ‬‫ﺳ‬‫ﹶﺎ‬‫ﻓ‬ ٍ‫ﺓ‬‫ﺮ‬ِ‫ﻣ‬.‫ﹶﻰ‬‫ﻠ‬‫ﻋ‬َ‫ﻷ‬‫ﹾ‬‫ﺍ‬ ِ‫ﻖ‬‫ﹸ‬‫ﻓ‬ُ‫ﻷ‬‫ﹾ‬‫ﺎ‬ِ‫ﺑ‬ ‫ﻮ‬‫ﻫ‬‫ﻭ‬.‫ﱠﻰ‬‫ﻟ‬‫ﺪ‬‫ﺘ‬‫ﹶ‬‫ﻓ‬ ‫ﺎ‬‫ﻧ‬‫ﺩ‬ ‫ﻢ‬‫ﹸ‬‫ﺛ‬. ‫ﻰ‬‫ﻧ‬‫ﺩ‬‫ﹶ‬‫ﺃ‬ ‫ﻭ‬‫ﹶ‬‫ﺃ‬ ِ‫ﻦ‬‫ﻴ‬‫ﺳ‬‫ﻮ‬‫ﹶ‬‫ﻗ‬ ‫ﺏ‬‫ﹶﺎ‬‫ﻗ‬ ‫ﹶ‬‫ﻥ‬‫ﹶﺎ‬‫ﻜ‬‫ﹶ‬‫ﻓ‬.ِ‫ﻩ‬ِ‫ﺪ‬‫ﺒ‬‫ﻋ‬ ‫ﹶﻰ‬‫ﻟ‬ِ‫ﺇ‬ ‫ﻰ‬‫ﺣ‬‫ﻭ‬‫ﹶ‬‫ﺄ‬‫ﹶ‬‫ﻓ‬ ‫ﻰ‬‫ﺣ‬‫ﻭ‬‫ﹶ‬‫ﺃ‬‫ﺂ‬‫ﻣ‬.‫ﹶ‬‫ﺬ‬‫ﹶ‬‫ﻛ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬‫ﹶﻯ‬‫ﺃ‬‫ﺭ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬ ‫ﺩ‬‫ﺍ‬‫ﺆ‬‫ﹸ‬‫ﻔ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ‫ﺏ‬.‫ﹶﻰ‬‫ﻠ‬‫ﻋ‬ ‫ﻪ‬‫ﻧ‬‫ﻭ‬‫ﺭ‬‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﺘ‬‫ﹶ‬‫ﻓ‬‫ﹶ‬‫ﺃ‬ ‫ﻯ‬‫ﺮ‬‫ﻳ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬.‫ﻯ‬‫ﺮ‬‫ﺧ‬‫ﹸ‬‫ﺃ‬ ‫ﹰ‬‫ﺔ‬‫ﹶ‬‫ﻟ‬‫ﺰ‬‫ﻧ‬ ‫ﻩ‬‫َﺍ‬‫ﺀ‬‫ﺭ‬ ‫ﺪ‬‫ﹶ‬‫ﻘ‬‫ﹶ‬‫ﻟ‬‫ﻭ‬.‫ﻰ‬‫ﻬ‬‫ﺘ‬‫ﻨ‬‫ﻤ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ِ‫ﺓ‬‫ﺭ‬‫ﺪ‬ِ‫ﺳ‬ ‫ﺪ‬‫ِﻨ‬‫ﻋ‬ .‫ﻯ‬‫ﻭ‬‫ﹾ‬‫ﺄ‬‫ﻤ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ‫ﹸ‬‫ﺔ‬‫ﻨ‬‫ﺟ‬ ‫ﺎ‬‫ﻫ‬‫ﺪ‬‫ِﻨ‬‫ﻋ‬.‫ﻰ‬‫ﺸ‬‫ﻐ‬‫ﻳ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬ ‫ﹶ‬‫ﺓ‬‫ﺭ‬‫ﺪ‬‫ﺴ‬‫ﺍﻟ‬ ‫ﻰ‬‫ﺸ‬‫ﻐ‬‫ﹾﻳ‬‫ﺫ‬ِ‫ﺇ‬. ‫ﻰ‬‫ﻐ‬‫ﹶ‬‫ﻃ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬ ‫ﺮ‬‫ﺼ‬‫ﺒ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬ ‫ﹶ‬‫ﻍ‬‫ﺍ‬‫ﺯ‬‫ﺎ‬‫ﻣ‬.‫ﹶﻯ‬‫ﺃ‬‫ﺭ‬ ‫ﺪ‬‫ﹶ‬‫ﻘ‬‫ﹶ‬‫ﻟ‬ِ‫ﻪ‬‫ﺑ‬‫ﺭ‬ ِ‫ﺕ‬‫ﺎ‬‫ﻳ‬‫َﺍ‬‫ﺀ‬ ‫ﻦ‬ِ‫ﻣ‬ ‫ﻯ‬‫ﺮ‬‫ﺒ‬‫ﹸ‬‫ﻜ‬‫ﹾ‬‫ﻟ‬‫ﺍ‬. 8 Q.S. al-Isrâ: 1 1 QS. al-Isrâ: 1.
  • 21. 4 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ... Ucapannya itu tiada lain hanyalah wah­yu yang di­ wahyukan (kepadanya). Yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sa­ngat kuat, yang mempunyai akal yang cerdas. (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli ketika Dia berada di ufuk yang tinggi. Kemudian Dia mendekat, lalu ber­tambah dekat lagi. Maka, jadilah Dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat lagi. Lalu Dia menyampaikan kepada hamba-Nya (Muham­ mad) apa yang telah Dia wahyukan. Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya. Maka, apa­ kah kaum (musyrik Mekkah) hendak membantah­ nya tentang apa yang telah ia lihat? Sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain. (yaitu) di Sidratul Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal. (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatan­ nya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihat­ nya dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhan yang paling besar.2 Dari perbendaharaan ayat yang mulia tersebut kami ingin menyebutkan dua petunjuk saja. Ke­ duanya merujuk kepada rambu retorik (balaghah) yang terdapat dalam kata ganti “Sesungguhnya Dia”. Hal itu lantaran keduanya terkait dengan 2 QS. an-Najm: 4-18
  • 22. Pendahuluan: Mi’raj Nabi | 5 persoalan kita saat ini seperti yang telah kami je­ laskan dalam risalah Mukjizat Alquran (al-Mu’jizât al-Qur`âniyyah). Alquran menutup ayat pertama de­ngan ung­ kapan, “Sesungguhnya Dia Maha Mendengar dan Ma­ ha Mengetahui.” Hal itu setelah Dia menyebutkan peristiwa diperjalankannya Rasulullah SAW. dari pendahuluan mi’raj, yakni dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha—dan puncak perjalanan beliau yang diterangkan oleh surat an-Najm. Kata ganti dalam “Sesungguhnya Dia” bisa kem­bali kepada Allah SWT. atau kembali kepada Ra­sulullah SAW. Apabila kembali kepada Rasul SAW., maka hu- kum retorika dan kesesuaian konteksnya menun- jukkan bahwa perjalanan kecil ini termasuk di antara perjalanan umum dan mi’raj integral di mana beliau mendengar dan menyaksikan semua tanda kekuasaan Tuhan serta kreasi Ilahi yang menakjubkan yang dijumpai oleh penglihatan dan pendengarannya pada saat naik dalam tingkatan nama-nama Tuhan yang komprehensif sampai ke Sidratul Muntaha hingga berjarak seukuran dua busur (Qaba Qausain) atau lebih dekat dari itu. Ini me­nunjukkan bahwa wisata parsial di atas (Isra) merupakan kunci bagi wisata komprehensif yang
  • 23. 6 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ... mencakup berbagai kreasi Ilahi yang menakjub- kan.3 Apabila kata ganti tersebut kembali kepada Allah SWT., maka maknanya ialah, “Dia mengun- dang hamba-Nya untuk meng­hadap kepada-Nya serta berada di hadapannya untuk menyerahkan kepadanya sebuah tugas penting. Karena itu, Dia perjalankan beliau dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsha yang merupakan tempat berkum- pul para nabi. Setelah Dia mempertemukan Nabi SAW. dengan mereka sekaligus menampakkan- nya sebagai pewaris mutlak bagi prinsip agama seluruh nabi, Dia memperjalankannya dalam satu perjalanan di dalam kerajaan-Nya dan wisata di dalam alam malakut-Nya sampai dengan Sidratul Muntaha dan berjarak seukuran dua busur. 3 Dalam tafsir Rûh al-Ma’ânî karya al-Alûsî (jilid 15/ hlm. 14), disebutkan sebagai berikut: “Kata ganti di atas diasumsi- kan mengacu kepada Nabi SAW. sebagaimana yang dinukil oleh Abu al-Baqâ dari sebagian mereka. Ia berkata, “Maksudnya ia mendengar perkataan Kami dan melihat diri Kami. Menurut al-Jalbi, “Hal itu tidak aneh. Jadi, maknanya, ‘Hamba-Ku yang mendapatkan penghormatan tersebut sa­ngat layak atasnya. Ia mendengar perintah-perintah-Ku dan larangan-Ku, menga- malkannya, serta melihat di mana ia melihat makhluk-makh- luk-Ku dengan mengambil pelajaran darinya atau melihat ber- bagai tanda kekuasaan yang kami perlihatkan padanya.” Lihat pula tafsir Ismail al-Qanawi ala al-Baydhâwî jilid 4/224 (Ihsan Qasim As-Shalihi).
  • 24. Landasan Pertama; Rahasia keharusan Mi’raj | 7 Demikianlah, wisata dan perjalanan ter­sebut, meskipun merupakan mi’raj kecil dan yang di­mi’­­­ rajkan ialah seorang hamba, namun hamba terse- but membawa amanah agung yang terkait dengan seluruh alam. Bersamanya terdapat cahaya terang yang mengubah warna alam semesta. Di samping itu, padanya terdapat kunci yang bisa untuk mem- buka pintu kebahagiaan abadi. Karena itulah, Allah menggambarkan diri-Nya dengan berkata, “Sesungguhnya Dia Maha Men- dengar dan Maha Melihat.” Hal ini untuk mene­ rangkan bahwa pada amanah, cahaya, dan kunci tersebut terdapat sejumlah hikmah mulia yang mencakup seluruh entitas, meliputi semua makh- luk, serta menjangkau alam seluruhnya. Demikianlah, rahasia agung ini memiliki em- pat landasan: Pertama, apa rahasia keharusan mi’raj? Apa hakikat mi’raj? Apa hikmah mi’raj? Apa buah dan manfaat mi’raj?
  • 25.
  • 26. LANDASAN PERTAMA Rahasia Keharusan Mi’raj Berikut Hikmah Kebutuhannya Ada sebuah pertanyaan: Allah SWT. dekat kepada sesuatu daripada segala sesuatu sebagaimana disebutkan dalam Alquran, “Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.”1 Dia tidak membutuhkan fisik dan tem- pat. Setiap wali Allah yang saleh bisa menghadap dan bermunajat dengan Tuhan dalam kalbunya. Karena itu, mengapa jika setiap wali bisa bermu- najat kepada Tuhan dalam kalbunya, sementara Nabi Muhammad SAW. tidak bisa bermunajat se­ perti itu kecuali setelah melakukan perjalanan jauh dan wisata yang panjang lewat mi’raj? Sebagai jawabannya: Kami ingin mendekatkan rahasia yang sulit dipahami ini kepada pemahaman kita dengan me- nyebutkan dua contoh berikut. Perhatikan baik- 1 QS. Qâf: 16.
  • 27. 10 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ... baik. Keduanya telah disebutkan dalam kalimat kedua belas saat menjelaskan rahasia kemukjiza- tan Alquran dan hikmah mi’raj. Perumpamaan Pertama Raja memiliki dua bentuk komunikasi dan tat- ap muka, serta dua macam pembicaraan, penghor- matan dan perhatian. Pertama, komunikasi khusus lewat sarana tele- pon dengan salah seorang rakyat­nya dari kalan- gan umum terkait dengan persoalan khusus yang berhubungan de­ngan kebutuhan orang tersebut. Kedua, komunikasi atas nama kerajaan agung danatasnamakhilafahyangmuliadalamkeduduk­ annya sebagai penguasa terkait dengan persoalan pen­ting dan mulia di mana ia memperlihatkan keagungannya dan menampakkan kemuliaannya. Dari sana raja ingin agar perintahnya tersebar ke seluruh penjuru. Komunikasi ini terjadi dengan salah seorang utusannya yang memiliki hubungan de­ngan persoalan tersebut atau dengan salah satu pejabat terasnya yang memiliki kaitan dengan perintah itu. Demikianlah, dengan perumpamaan di­ atas­ Allah memiliki perumpamaan yang pa­­ling mu- lia Pencipta Alam, Raja dari seluruh kerajaan dan alam malakut, serta Pe­nguasa Azali dan Abadi me-
  • 28. Landasan Pertama; Rahasia keharusan Mi’raj | 11 miliki dua bentuk komunikasi dan penghormatan: Pertama, yang bersifat parsial dan khusus. Kedua, yang bersifat komprehensif dan umum. Mi’raj Nabi merupakan manifestasi istimewa dari tingkat kewalian Muhammad SAW.. Ia tam- pak dalam bentuk yang komprehensif meng­ung­ guli semua bentuk kewalian yang ada serta de­ mikian tinggi berada di atas yang lainnya. Beliau mendapatkan kehormatan untuk bisa berkomuni­ kasi langsung dan bercakap-cakap dengan Allah se- bagai Tuhan semesta alam dengan kedudukan-Nya sebagai Pencipta seluruh entitas. Perumpamaan Kedua Seseorang memegang cermin yang mengha­ dap ke matahari. Sesuai dengan ka­pasitasnya, cer­min tersebut menampung sinar dan cahaya yang membawa tujuh war­na mentari. Maka, se- seorang bisa memi­liki hubungan dengan mentari tersebut sesuai dengan kondisi cermin tadi. Ia bisa mengambil manfaat darinya ketika cermin itu di- arahkan ke kamarnya yang gelap dan ruangannya yang kecil dan tertutup. Hanya saja, cahaya yang ia dapatkan terbatas pada kadar kemampuan cermin yang memantulkan sinar mentari, tidak seperti kadar nilai mentari itu sendiri.
  • 29. 12 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ... Sementara, orang lain meninggalkan cermin dengan langsung menghadap mentari. Ia menyak- sikan kebesaran mentari tersebut serta memahami keagungannya. Kemudian ia naik ke atas gunung yang sangat tinggi serta melihat kilau kerajaannya yang luas dan megah. Hal itu ia hadapi secara lang- sung tanpa hijab. Setelah itu, ia kembali dan mem- buat sejumlah jendela yang luas pada rumahnya yang kecil atau pada ruangannya yang tertutup di mana jendela itu menghadap mentari yang berada di langit yang tinggi. Dari sana terjalinlah sebuah kontak dengan cahaya mentari yang bersifat per- manen dan hakiki. Demikianlah, orang ini bisa melakukan tatap muka dan kontak yang menyenangkan yang dihia- si dengan rasa syukur. Ia berkata kepada mentari: “Oh, wahai mentari yang bersemayam di atas arasy keindahan alam. Wahai penghias dan kembang la­ ngit. Wahai yang melimpahkan cahaya dan sinar ke muka bumi serta membuat bunga tersenyum dan riang. Engkau telah melimpahkan kehangatan dan cahaya ke dalam rumah dan kediamanku yang kecil sebagaimana engkau telah memberikan cahaya dan kehangatan ke seluruh bumi.” Adapun pemilik cermin sebelumnya tidak bisa melakukan kontak dan berkomunikasi dengan mentari seperti di atas lantaran pengaruh cahaya
  • 30. Landasan Pertama; Rahasia keharusan Mi’raj | 13 mentarinya sangat terbatas seukuran cermin dan sesuai de­ngan kemampuan cermin tersebut me- nerima cahaya. Demikianlah manifestasi Dzat Allah Yang Ma- haesa dan abadi (Shamad). Dia adalah Cahaya la­ ngit dan bumi serta Pe­nguasa azali dan abadi atas substansi manusia dalam dua bentuknya yang berisi berbagai tingkatan tak terhingga. Bentuk pertama, penampakan di cermin kalbu lewat ikatan rabbani dan relasi dengan-Nya. Setiap manusia memiliki bagian dari cahaya mentari aza- li tersebut. Ia bisa berkomunikasi dan melakukan kontak dengan-Nya, entah bersifat parsial atau- pun komprehensif, sesuai dengan kesiapannya serta manifestasi sifat dan nama-Nya. Hal itu ter- dapat dalam perjalanannya ketika meniti sejumlah tingkatan di atas. Derajat dari kewalian yang ber- jalan dalam bayang­an dan tingkatan nama-nama dan sifat-Nya bersumber dari bagian ini. Bentuk kedua, penampakan Allah pada indi- vidu paling mulia dari jenis manusia dalam wujud Dzat-Nya serta dalam tingkat­an nama-Nya yang paling agung lantaran sosok manusia tersebut mampu memperlihatkan manifestasi nama-na- ma-Nya yang mulia yang tampak di seluruh alam secara sekaligus pada cermin ruhnya. Pasalnya ia merupakan buah pohon alam yang paling bersinar
  • 31. 14 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ... dan paling integral di lihat dari sifat dan kesiapan- nya. Penampakan dan manifestasi tersebut meru- pakan rahasia mi’raj Muhammad SAW. di mana ke- waliannya merupakan titik tolak dari risalahnya. Kewalian yang berjalan dalam bayang­an se­ per­ti orang pertama pada perumpa­maan kedua, sementara tidak ada bayang­an dalam risalah atau kerasulan. Namun, ia langsung mengarah kepada keesaan Dzat-Nya seperti orang kedua pada pe- rumpamaan kedua. Adapun mi’raj, karena ia meru- pakan karomah terbesar dan tingkat­an tertinggi dari kewalian Muhammad SAW. maka berubah menjadi tingkatan kerasulan. Aspek batiniah mi’raj berupa kewalian. Pa­­­- salnya, ia naik dari makhluk menuju Allah SWT. Sementara aspek lahiriah mi’­raj berupa kerasul­ an yang datang dari Allah menuju makhluk. Jadi, kewalian meniti jalan taqarrub kepada Allah. Ia membutuhkan waktu dan perlu meniti banyak tingkatan. Adapun kerasulan yang merupakan ca- haya terbesar mengarah kepada ke­­­tersingkapan rahasia kedekatan Ilahi yang hanya membutuhkan waktu sekejap. Karena itu, dalam hadits Nabi SAW. disebutkan bagaimana beliau kembali pada saat itu pula. Sekarang kami mengatakan kepada orang yang ingkar yang duduk mende­ngar:
  • 32. Landasan Pertama; Rahasia keharusan Mi’raj | 15 Selama alam ini serupa dengan sebuah kera- jaan yang sangat teratur, dengan sebuah kota yang sangat rapi, dan dengan sebuah istana yang sangat indah, pastilah ada penguasa, pemilik, dan pencip- tanya. Selama Pemilik Yang Mahamulia, Pe­nguasa Yang Maha Sempurna, dan Pencipta Yang Mahain- dah itu ada, terdapat sosok manusia yang memi- liki pandangan komprehensif dan hubungan yang bersifat integral lewat indra dan perasaannya ter- hadap alam, kerajaan, dan istana tersebut, maka Sang Pencipta Yang Mahamulia itu pasti memiliki hubungan istimewa dan kuat dengan sosok yang memiliki pandang­an komprehensif dan kesadaran integral tadi. Sudah pasti Dia memiliki percakapan suci dan hubungan istimewa dengannya. Karena Muhammad SAW. ini telah mem­per­ lihatkan hubungan mulia di antara orang yang di- beri kehormatan atasnya sejak zaman Nabi Adam as. lewat bentuk yang paling agung dan mulia de­ ngan kesaksian jejak-jejaknya, yakni dengan ke­ kuasaannya atas setengah dunia dan seperlima umat manusia serta dengan mencerahkan dan mengubah bentuk maknawi alam semesta, maka beliau merupakan sosok yang paling layak dan pa­ ling pantas mendapatkan kehormatan mi’raj yang merupakan tingkat hubungan yang paling agung.
  • 33.
  • 34. LANDASAN KEDUA Apa Hakikat Mi’raj? Jawabannya: Ia merupakan perjalanan atau suluk pribadi Muhammad SAW. dalam tingkatan kesempurnaan. Ini artinya, tanda-tanda dan jejak rububiyah yang Allah perlihatkan dalam menata seluruh makh- luk lewat beragam nama dan keagungan rububi­ yah yang Dia perlihatkan lewat proses penciptaan dan pengaturan di langit setiap wilayah yang Dia hadirkan di mana setiap langit merupakan orbit agung bagi arasy rububiyah-Nya dan pusat kekua- saan uluhiyah-Nya, semua tanda-tanda agung dan jejak menakjubkan tersebut Allah tampilkan satu per satu kepada hamba pilihan tersebut. Allah SWT. menaikkannya ke burak dan me­ nempuhkannya berbagai tingkatan yang ada se- cepat kilat dari satu wilayah ke wilayah yang lain, dari satu tempat ke tempat yang lain seperti titik tempat beradarnya bulan guna diperlihatkan ke- pada rububiyah Ilahi yang terdapat di langit. Dia mempertemukan beliau dengan saudara-sauda- ranya sesama Nabi satu per satu pada kedudukan
  • 35. 18 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ... masing-masing di langit sampai kemudian dinaik­ kan kepada kedudukan sejarak dua ujung busur. Beliau mendapat kehormatan untuk berbicara dan melihat-Nya dengan rahasia keesaan agar menjadi seorang hamba yang mengumpulkan seluruh ke- sempurnaan manusia, meraih semua manifestasi Ilahi, menyaksikan semua ting­katan alam, me- nyeru kekuasaan rububiyah-Nya, serta menyam- paikan segala hal yang diridhai Tuhan dengan me- nyingkap misteri alam. Hakikat mulia ini dapat dilihat dari dua pe- rumpamaan berikut: Perumpamaan Pertama Seperti yang telah kami jelaskan dalam ka- limat kedua puluh empat bahwa sebagaimana penguasa memiliki beragam­gelar pada berbagai wilayah kekuasaannya, beragam sifat dalam ber- bagai tingkatan rakyatnya, serta beragam nama pada tingkatan kekuasaannya. Misalnya dia me- miliki nama “penguasa yang adil” dalam wilayah pengadilan dan nama sebagai sultan pada wilayah pemerintahan, sementara ia bernama “pemimpin umum” pada wilayah kemiliteran, dan nama seba­ gai khalifah dalam wilayah agama. Demikianlah, ia memiliki sejumlah nama dan gelar. Pada setiap wilayah kekuasaannya, ia memiliki kedudukan
  • 36. Landasan Kedua: Apa Hakikat Mi’raj? | 19 dan jabatan sesuai de­ngan takhta maknawi yang ia miliki. Pe­nguasa tunggal tersebut bisa memiliki seribu nama dan gelar dalam berbagai wilayah kekuasaan dan pada sejumlah tingkatan pemerin- tahan. Artinya, ia bisa memiliki seribu takhta yang saling berbaur antara yang satu dengan yang lain. Seakan-akan ia ada dan hadir pada setiap wilayah kekuasaannya lewat sosok maknawinya dan tele- ponnya. Ia mengetahui apa yang terjadi di dalam- nya. Ia tampak dan ada pada setiap tingkatan le- wat hukum, aturan, dan perwakilannya. Dari balik hijab, ia mengawasi dan menata semua tingkatan lewat hikmah, pengetahuan, dan kekuatannya. Setiap wilayah memiliki pusat dan tempat yang khusus, di mana hukum dan tingkatannya berbe- da-beda. Penguasa semacam itu memperjalankan siapa yang ia kehendaki untuk melakukan perjalanan panjang menyusuri semua wilayah kekuasaan se- raya memperlihatkan padanya keagungan kekua- saannya pada se­tiap wilayah sekaligus menampak- kan pa­danya sejumlah perintahnya yang bijaksana yang terkait dengan setiap wilayah. Kemudian penguasa memperjalankan orang tersebut dari satu wilayah ke wilayah yang lain serta dari satu tingkatan ke tingkatan yang lain hingga sampai ke hadapannya. Setelah itu, ia menitipkan padanya
  • 37. 20 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ... perintah yang bersifat komprehensif, umum, ter- kait dengan semua wilayah dan mengutusnya. Demikianlah, lewat perumpamaan di atas kita bisa mengatakan bahwa Tuhan Pemelihara semes- ta alam yang merupakan Penguasa azali dan abadi, dalam tingkatan rububiyah-Nya memiliki beragam sifat dan atribut. Namun, masing-masing sejalan dan­serupa. Dalam wilayah uluhiyah-Nya Dia juga memiliki sejumlah alamat dan nama yang berbe- da-beda namun saling menguatkan. Dalam tinda- kan-Nya yang agung Dia memiliki beragam mani- festasi dan penampakan, namun masing-masing saling menyerupai. Dalam wilayah kekuasaan-Nya Dia memiliki aneka gelar, namun satu dengan yang lain saling terpaut. Dalam manifestasi sifat-sifat- Nya Dia memiliki beragam tampilan suci, namun satu dengan yang lain saling mendukung. Dalam manifestasi perbuatan-Nya Dia memiliki beragam aksi, namun satu dengan yang lain saling me­ nyempurnakan. Dalam kreasi dan ciptaan-Nya, Dia memiliki rububiyah menakjubkan yang saling ber- beda, namun satu dengan lainnya saling terkait. Dengan rahasia agung tersebut, Allah SWT. menata alam sesuai penga­turan men­ce­ngangkan yang melahirkan rasa heran dan takjub. Pa­salnya, dari atom yang dianggap sebagai tingkatan makh- luk terkecil hingga langit, serta dari tingkatannya
  • 38. Landasan Kedua: Apa Hakikat Mi’raj? | 21 yang paling pertama hingga kepada arasy yang agung terdapat sejumlah langit yang berlapis-la- pis. Setiap langit menjadi atap alam yang lain serta berposisi sebagai arasy rububiyah dan pusat kekua- saan Ilahi. Meski semua nama bisa terwujud dan semua gelar terjelma pada berbagai wilayah dan tingkat­ an yang ada dari aspek keesaan-Nya, namun se­ ba­gaimana ge­lar “penguasa yang adil” merupa­ kan yang dominan dan orisinal dalam wilayah peng­adilan di mana tanda-tanda yang lain hanya meng­­ikuti dan melihat perintahnya, demikian pula salah satu nama dan gelar Ilahi mendominasi pada setiap tingkatan makhluk dan pada setiap langitnya, serta semua gelar yang lain berada di dalamnya. Misalnya, pada satu langit Nabi Isa as. yang mendapatkan kehormatan dengan nama al-Qadir berjumpa dengan Rasul SAW.. Maka, Allah SWT. menjelma pada wilayah langit tersebut dengan gelar “Yang Mahakuasa.” Contoh yang lain, gelar “Yang berbicara” yang didapat oleh Nabi Musa as ialah tanda yang mendominasi wilayah langit yang merupakan kedudukan Nabi Musa as. Demikianlah, karena Rasulullah SAW. men­ dapat bagian dari nama Allah Yang Mahaagung (Ismul A’zham) serta karena kenabiannya bersi-
  • 39. 22 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ... fat umum dan komprehensif, juga karena beliau mendapatkan seluruh manifestasi nama-Nya, ma­ ka beliau memiliki relasi dengan seluruh wilayah rububiyah. Karena itu, hakikat mi’raj yang beliau lakukan menuntut adanya pertemuan dengan para nabi yang merupakan pemilik kedudukan di berbagai wilayah tadi, serta melewati semua tingkatan yang ada. Perumpamaan Kedua Gelar “pemimpin tertinggi” yang melekat pada penguasa memiliki wujud dan tampilan pada se- tiap wilayah militer, mulai dari wilayah ko­mandan dan jenderal yang bersifat luas dan komprehensif hingga wi­layah kopral yang merupakan wilayah parsial dan khusus. Misalnya, seorang tentara melihat profil kepe- mimpinan terbesar terdapat pada sosok kopral sehingga ia menghadap dan menerima perintah darinya. Sementara, ko­pral itu sendiri melihat kepemimpinan tersebut berada pada wilayah ser- san, sehingga mengarah kepadanya. Kemudian ke­­tika ia menjadi sersan, ia melihat profil kepe- mimpinan umum terdapat di wilayah letnan. Ia me­miliki kursi khusus pada ke­dudukan tersebut. De­mikianlah, gelar ke­pemimpinan agung itu ter- lihat pada se­tiap wilayah pemimpin, kelompok,
  • 40. Landasan Kedua: Apa Hakikat Mi’raj? | 23 dan peng­awas sesuai dengan luas dan sempitnya wilayah yang ada. Sekarang, apabila pemimpin tertinggi itu ingin menyerahkan sebuah tugas yang terkait de­ ngan semua jenjang militer lewat seorang tentara serta ingin menaikkannya kepada kedudukan yang tinggi, di mana bisa dilihat dari semua wilayah seka­ligus bisa menyaksikan semuanya sehingga seperti pengawas atasnya, sang pemimpin terting- gi tentu akan memperjalankan tentara itu dalam keseluruhan wilayah mulai dari jenjang kopral hingga berakhir kepada jenjang yang paling tinggi satu persatu. Hal itu agar ia bisa menyaksikan dan disaksikan darinya. Kemudian pemimpin tertinggi menerima tentara tersebut di ha­dapannya, mem- berikan kehormatan untuk berkomunikasi de­ ngannya, dan memulia­kan dengan sejumlah tanda jasa dan pe­rintahnya, lalu mengutus kembali ke tempat asal dalam sekejap. Kita harus mengarahkan perhatian kepada satu hal dari perumpamaan di atas. Yaitu, jika pe­ mimpin memiliki kemampuan spiritual dan mak­ nawi di samping memiliki kekuatan fisik, tentu ia tidak akan mendelegasikan kepada orang-orang seperti letnan, jenderal, dan pengawas. Namun ia akan hadir sendiri pada setiap tempat Ia me­ ngeluarkan perintah secara langsung dengan me-
  • 41. 24 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ... nyembunyikan diri di balik tirai dan di belakang sejumlah orang yang memiliki kedudukan ter- tentu. Seperti diriwayatkan bahwa para penguasa yang mencapai tingkat kewalian sempurna melak- sanakan perintah dalam banyak wilayah dalam wu- jud sejumlah orang. Adapun hakikat yang bisa kita lihat le­wat pers- pektif perumpamaan di atas ia­lah: karena ketidak­ berdayaan tidak ada di­dalamnya, maka pe­rintah dan hukum da­tang secara langsung dari pemimpin umum kepada setiap wilayah. Hukum tersebut di- laksanakan lewat perintah, kehendak, dan kekua- tannya. Sehubungan dengan itu, maka pada se­tiap tingkatan makhluk dan kelompok en­titas—mu- lai dari atom hingga planet, mulai dari serangga hingga langit—yang di dalamnya berbagai perin- tah Pemimpin azali dan abadi serta segala urusan Peng­uasa langit dan bumi, yang memiliki pe­rintah kun fayakun dilaksanakan secara sempurna, pada setiap bagiannya wilayah rububiyah yang agung dan tingkatan ke­kuasaan yang mengendalikan menjadi terlihat lewat tingkatan yang berbeda- beda, besar atau kecil, khusus atau komprehensif, di mana setiap bagiannya mengarah kepada yang lain.
  • 42. Landasan Kedua: Apa Hakikat Mi’raj? | 25 Untuk memahami semua maksud Ilahi yang luhursertaberbagaihasilyangmuliayangterdapat di alam; untuk memahami sesuatu yang membuat Tuhan ridha lewat cara melihat kekuasaan rububi­ yah-Nya yang mulia dan keagungan kendali-Nya yang mulia dengan menyaksikan berba­gai tugas ibadah semua tingkatan; untuk menjadi seorang dai yang menyeru bagi kekuasaan Allah SWT.; ha- rus ada perjalanan melewati sejumlah tingkatan di atas dan berbagai wilayah tersebut hingga ma- suk ke dalam arasy yang paling agung yang meru- pakan wilayah Allah SWT. serta masuk ke dalam daerah sejarak “dua busur”. Maksudnya masuk ke dalam kedudukan antara wilayah mungkin (makh- luk) dan wilayah wajib (Allah) yang diisyaratkan de­ngan kata dua busur (Qaba Qausain). Di sana be- liau menghadap Dzat Yang Mahaagung dan indah. Perjalanan tersebut me­rupakan hakikat mi’raj. Sebagaimana setiap manusia bisa berjalan den- gan akalnya secepat khayalan, sebagaimana se- tiap wali bisa berkeliling dengan kalbunya secepat kilat, sebagaimana setiap malaikat bisa bepergian dengan fisiknya yang berupa cahaya secepat roh dari arasy menuju bumi serta dari bumi menuju arasy, seba­gaimana penduduk surga bisa naik se- cepat burak dari mahsyar menuju surga dan ke tempat yang jaraknya lebih dari lima ratus tahun perjalanan, maka demikian pula dengan jasad Mu-
  • 43. 26 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ... hammad SAW. yang merupakan wadah dari ber­ bagai perangkatnya dan orbit dari berbagai tugas rohnya yang tak terhingga. Jasad beliau menyertai rohnya yang berupa cahaya, mampu menyerap ca- haya, serta lebih halus daripada kalbu wali, lebih ringan daripada ruh orang mati, lebih halus dari- pada jasad malaikat, lebih halus daripada fisiknya yang mulia dan badannya yang bercahaya. Jasad tersebut sudah pasti menyertai rohnya untuk naik menuju arasy yang paling agung. Sekarang, marilah kita melihat si ateis yang sedang memerhatikan. Yang terlintas dalam benak bahwa orang ateis itu berkata dalam hatinya, “Aku tidak percaya kepada Allah dan tidak mengenal Rasul. Maka, bagaimana mungkin akan memercayai peristiwa mi’raj.” Kita jelaskan padanya: Selama alam ini dan entitas ada serta di dala- mya berbagai perbuatan dan penciptaan bisa di- saksikan, sementara perbuat­an yang teratur tidak mungkin terwujud tanpa ada pelaku, kitab yang penuh makna tidak mungkin ada tanpa ada penu- lis, ukiran indah tidak mungkin terwujud tanpa ada pengukir, maka sudah pasti ada pihak yang melakukan semua perbuatan yang pe­nuh hikmah yang memenuhi alam ini. Sudah pasti ada peng­
  • 44. Landasan Kedua: Apa Hakikat Mi’raj? | 27 ukir dan penulis bagi berbagai ukiran mengagum- kan dan risalah penuh makna yang memenuhi permukaan bumi ini di mana ia terus terbaharui pada setiap musim. Lalu, karena keberadaan dua penguasa pada satu persoalan akan merusak tatanannya, semen- tara terdapat satu tatanan yang sempurna mulai dari sayap lalat hingga bintang di langit, dengan demikian tentu penguasanya hanya satu. Pasal- nya, kreasi dan hikmah yang terdapat pada segala se­suatu sangat indah dan rapi di mana pasti Pen- ciptanya Mahakuasa mutlak serta berkuasa dan mengetahui segala sesuatu. Andaikan Dia tidak satu, berarti ada ba­nyak tuhan sebanyak jumlah entitas serta tentu setiap tuhan akan menjadi la- wan dari tuhan yang lain. Dalam kondisi demikian, sudah dapat dipastikan bahwa kerusakan akan ter- jadi. Selanjutnya, karena berbagai lapisan entitas jauh lebih teratur dan lebih taat kepada perintah daripada sebuah pasukan yang rapi sebagaimana tampak secara jelas di mana setiap gerakan tera- tur dari bintang, mentari, bulan hingga bunga dan kem­bang memperlihatkan keteraturan yang sangat indah dan sempurna. Hal itu tampak pada tanda yang diberikan oleh Dzat Yang Mahakuasa dan azali, pakaian baru yang Dia pakaikan pada­
  • 45. 28 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ... nya, serta gerakan dan perbuatan yang Dia tentu- kan pada­nya di mana semuanya jauh mengungguli kerapian dan ketaatan yang ditunjukkan oleh satu pasukan. Karena itu, seluruh entitas menantikan perintah-Nya dan melaksanakannya serta pasti ada Penguasa yang bersifat mutlak yang terhijab di balik alam gaib. Penguasa tersebut ialah Penguasa­ Yang­ Ma- haagung dengan kesaksian se­lu­­ruh perbuatan-Nya yang penuh hikmah serta lewat berbagai jejak-Nya yang agung. Dia adalah Tuhan Pemelihara Yang Maha Pengasih lewat berbagai karunia dan kebaik­ an-Nya yang ditampakkan. Dia ada­lah Pencipta Yang sangat mencintai kreasi dan kreasi-Nya le- wat galeri kreasi yang Dia tampilkan. Dia adalah Pencipta yang penuh hikmah yang hendak meng- gugah rasa takjub makhluk dan apresiasi mere­ ka lewat hiasan indah dan ciptaan menakjubkan yang Dia sebarkan. Lewat keindahan yang Dia buat dalam penciptaan alam dapat dipahami bahwa Dia ingin memberitahukan kepada semua makh- luk yang memiliki cita rasa tentang maksud dari berba­gai hiasan itu berikut dari mana makhluk datang serta ke mana akan kembali. Sudah pasti Sang Penguasa Yang Mahabijak dan Pencipta Yang Maha Mengetahui ­ingin memperlihatkan rububi­ yah-Nya yang agung.
  • 46. Landasan Kedua: Apa Hakikat Mi’raj? | 29 Karena Dia ingin memperkenalkan diri serta ingin dicintai oleh makhluk berkesadaran lewat je- jak kelembutan dan kasih sayang yang Dia tampil- kan serta lewat berbagai ciptaan indah yang Dia hamparkan, tentu Dia akan memberitahukan se- suatu yang Dia kehendaki dari mereka serta yang Dia ridhai lewat perantaraan seorang penyampai yang amanah. Jika de­mikian, Dia akan memprokla- mirkan rububiyah-Nya lewat makhluk yang Dia pil- ih. Dia beri penghormatan kepada penyeru untuk mendekat kepada-Nya serta sebagai sosok peran- tara yang memberitahukan tentang berbagai cip- taan-Nya yang Dia senangi. Dia juga mengangkat seorang peng­ajar yang menerangkan sejumlah ke­sempurnaan-Nya dengan mengajarkan ber­bagai tujuan-Nya yang mulia kepada seluruh makhluk. Lalu Dia tunjuk seorang pembimbing yang menun- jukkan esensi alam agar tidak ada misteri yang Dia masukkan ke alam ini yang tidak tersingkap serta tidak ada urusan rububiyah yang tidak berguna. Dia pun akan mengangkat seorang guru yang mengajarkan berbagai tujuan-Nya agar keindahan kreasi yang Dia perlihatkan dan Dia hamparkan di hadapan makhluk tidak ada yang sia-sia. Serta, Dia akan mengangkat seseorang kepada kedudukan tertinggi dari semua makhluk seraya mengajari­ nya tentang hal-hal yang Dia ridhai agar disampai-
  • 47. 30 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ... kan kepada seluruh makhluk, lalu mengutusnya kepada mereka. Ketika hakikat dan hikmah yang ada menun- tut hal tersebut, maka orang yang paling layak menunaikan tugas ini ialah Muhammad SAW.. Beliau benar-benar telah menunaikan semua tu- gas di atas secara sangat sempurna. Bukti yang adil dan jujur atas hal itu ialah dunia Islam yang beliau bangun dan cahaya Islam yang beliau per- lihatkan. Karena itu, nabi mulia ini harus menuju kedudukan mulia yang melebihi seluruh alam ser- ta melampaui seluruh entitas agar dapat melaku- kan dialog yang komprehensif, universal, dan mu- lia dengan Sang Pencipta semesta alam. Peristiwa mi’raj mengetengahkan hakikat ini. Sebagai kesimpulan: Tuhan Yang Mahabijak telah menghiasi alam yang agung dan menatanya untuk berbagai maksud dan tujuan mulia seperti itu. Nah, pada entitas terdapat jenis manusia yang dapat menyaksikan rububiyah yang bersifat meny- eluruh dengan seluruh detailnya berikut kekua- saan uluhiyah dengan semua hakikatnya. Karena itu sudah pasti Penguasa Mutlak tersebut akan berbicara dengan manusia seraya mengajarkan sejumlah tujuan-Nya. Karena tidak setiap manusia dapat naik ke- pada kedudukan komprehensif yang pa­ling tinggi
  • 48. Landasan Kedua: Apa Hakikat Mi’raj? | 31 yang bersih dari sifat parsial dan rendah, maka ada di antara mereka yang akan diberi tugas tersebut agar memiliki hubungan dengan dua sisi sekaligus. Yakni, di satu sisi sebagai manusia yang meng­ajari mereka dan di sisi lain memiliki roh paling tinggi untuk bisa berbicara de­ngan Tuhan secara lang- sung. Selanjutnya, karena sosok terbaik di anta- ra manusia yang bisa menyampaikan maksud- maksud Pencipta alam, bisa menyingkap misteri alam semesta dan meme­cahkan teka-teki pencip- taan, serta sosok paling sempurna yang menyeru kepada keagungan rububiyah ialah Muhammad SAW., maka sudah pasti beliau akan memiliki per- jalanan maknawi dan mulia di mana ia menjadi mi’raj bagi beliau dalam bentuk perjalanan di alam fisik. Beliau akan menempuh sejumlah tingkatan menuju apa yang ada di balik entitas, menuju dinding pemisah nama, serta manifestasi sifat dan perbuatan-Nya yang diungkap lewat tujuh puluh ribu hijab. Inilah yang disebut de­ngan mi’raj. Terbayang pula dalam benak ini bagai­mana engkau wahai pendengar bertanya-tanya di dalam hati, “Bagaimana dapat saya memercayai ini? Apa maksudnya menghadap kepada Tuhan yang lebih dekat dari segala sesuatu dengan melewati jarak ribuan tahun dan menembus tujuh puluh ribu hi- jab?”
  • 49. 32 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ... Kami jelaskan bahwa Allah SWT. lebih dekat kepada segala sesuatu daripada segala sesuatu. Hanya saja, segala sesuatu sangat jauh dari-Nya. Seandainya mentari bisa merasa dan bisa ber- bicara, maka ia berbicara denganmu lewat cermin yang terdapat di tanganmu serta berbuat apa saja kepadamu. Ketika ia lebih dekat kepadamu daripa- da pupil mata yang menyerupai cermin, di sisi lain engkau jauh darinya sejarak kira-kira empat ribu tahun. Engkau tidak bisa mendekati­nya dari aspek apa pun. Jika engkau naik ke bulan dan ke titik di mana engkau bisa berhadapan dengan mentari se- cara langsung, hanya menjadi sejenis cermin yang memantulkannya. Demikianlah Dzat Yang Mahaagung yang me­ rupakan Mentari azali dan abadi lebih dekat ke- pada segala sesuatu daripada segala sesuatu. Se- mentara itu, segala sesuatu sangat jauh dari-Nya. Hanya saja, orang yang menempuh seluruh alam, yang berlepas dari sisi parsialnya, lalu naik kepada jenjang totalitas secara berangsur-angsur, kemu- dian menyeberangi ribuan hijab, dan mendekat kepada nama yang mencakup semua entitas ser- ta melewati ba­nyak tingkatan untuk kemudian mendekat kepada-Nya. Contoh lain: seorang tentara sangat jauh de­ ngan kepribadian maknawi dari panglima terting-
  • 50. Landasan Kedua: Apa Hakikat Mi’raj? | 33 gi. Ia melihat panglima­nya dari jarak yang sangat jauh dan dari banyak sekat. Ia melihatnya dalam bentuk miniatur dalam jenjang kopral. Adapun agar bisa dekat dengan sang panglima tersebut dari sisi maknawi ialah dengan melewati banyak jenjang seperti letnan, kapten, dan mayor. Se­ mentara, panglima tertinggi berada di sisinya ser­ta melihatnya lewat perintah, hukum, peng­ awasan, hikmah, dan pengetahuannya. Ia berada di hadapannya sebagai pemimpin secara maknawi maupun secara lahiriah. Karena hakikat ini telah ditegaskan dalam kalimat keenam belas, kami cu- kupkan sampai di sini. Selain itu, yang juga terlintas dalam benak bahwa engkau berkata dalam hati, “Aku menging- kari keberadaan langit dan tidak beriman kepada malaikat. Bagaimana mungkin aku akan memer- cayai perjalan­an seorang manusia di langit dan kondisi­nya yang bertemu dengan malaikat?” Ya, tentu memperlihatkan dan memberikan pemahaman kepada orang sepertimu yang peng- lihatannya telah tertutup kabut dan akalnya telah turun ke mata sehingga hanya bisa melihat ma- teri merupakan sesuatu yang sangat sulit. Akan tetapi, kebenaran yang demikian bening dan jelas membuatnya dapat dilihat meski oleh orang buta. Karena itu, kami ingin berkata:
  • 51. 34 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ... Seperti yang dimaklumi, angkasa dipenuhi oleh eter. Cahaya, listrik, hawa panas, dan sejenis- nya menjadi bukti yang menunjukkan keberadaan materi yang memenuhi angkasa. Jika buah menun- jukkan keberadaan pohonnya, bunga menunjuk- kan keberadaan kebunnya, tangkai menunjuk- kan keberadaan ladang, serta ikan me­nunjukkan keberadaan laut, maka bintang-gemintang juga mendesak pandang­an akal dan dengan sangat jelas menunjukkan keberadaan taman, tempat tumbuh, ladang, dan lautnya. Karena alam yang tinggi dibangun da­lam bera- gam bentuk, di mana masing-masing terlihat ane- ka hukum dalam posisi yang berbeda-beda, maka asal dari hukum tersebut, yakni langit, juga berbe- da-beda antara satu dengan lainnya. Sebab, seba­ gaimana dalam diri manusia terdapat beragam wujud maknawi selain fisik materi seperti akal, kalbu, roh, khayalan, dan daya ingat, di alam yang juga merupakan bentuk manusia yang lebih besar serta pada entitas yang merupakan pohon buah manusia, terdapat sejumlah alam lain di luar alam fisik. Di samping itu, setiap alam memiliki langit sendiri mulai dari alam bumi hingga alam surga. Sehubungan dengan malaikat, kami ingin men­ jelaskan bahwa bumi sebagai pla­net­ yang ben­ tuknya pertengahan, kecil,­dan padat jika diband-
  • 52. Landasan Kedua: Apa Hakikat Mi’raj? | 35 ingkan dengan bintang, dipenuhi berbagai bentuk kehidupan dan perasaan yang merupakan sesuatu yang paling berharga dan paling bersinar di alam. Jika demikian, apalagi dengan langit yang meru- pakan lautan luas yang di dalamnya bintang bertas- bih laksana ba­ngunan yang terhias rapi dan istana me­gah jika diukur dengan bumi yang merupakan rumah gelap dan kecil. Jadi, langit merupakan tem- pat makhluk spiritual dan makhluk hidup dengan jenis yang beragam dan dengan jumlah tak terhing- ga. Mereka berupa malaikat dan makhluk rohani lainnya. Kamitelahmenegaskansecarajelaskeber­adaan langit dan bilangannya dalam tafsir kami yang ber- judul Isyârât al-I’jâz fî Mazhôn al-Îjâz, tepatnya ketika menerangkan firman Allah yang berbunyi, “Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit.” (QS. al-Baqarah: 29). Kami juga telah membuktikan keberadaan malaikat dengan satu penegasan yang tak diragukan sedikitpun pada kalimat kedua puluh sembilan. Oleh karena itu, kami telah membahasnya secara singkat seraya mengembalikannya kepada dua risalah di atas. Sebagai kesimpulan: keberadaan langit yang dibentuk dari eter dan menjadi tempat perjalanan cahaya, hawa panas, gravitasi, dan berbagai planet serta senantiasa sesuai dengan gerakan bintang
  • 53. 36 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ... dan planet seperti yang disebutkan oleh hadits, “Langit merupakan gelombang buta,”1 telah men- gambil bentuk yang beragam mulai dari galaksi hingga kepada planet yang berjalan menuju kita dalam tujuh tingkat­an di mana masing-masing laksana atap bagi yang lain, mulai dari alam bumi hingga alam barzakh, alam mitsal (alam yang tak terindra), dan alam akhirat. Demikianlah menurut hikmah dan logika akal. Dalam benak juga terlintas: Wahai ateis, engkau berkata bahwa kita dapat naik hanya sampai ketinggian tertentu lewat pe- sawat dengan susah pa­yah. Lalu bagaimana mung- kin manusia bisa menempuh jarak ribuan tahun dengan fisiknya kemudian kembali ke tempat asal hanya dalam beberapa menit? Kami ingin menjelaskan bahwa benda yang be- rat seperti bumi bisa menempuh jarak sekitar 188 jam dengan gerakan tahunannya hanya dalam satu menit seper­ti pengetahuan yang kalian dapatkan. De­ngan kata lain, bumi menempuh jarak seukuran dua puluh lima ribu tahun dalam setahun. 1 Potongan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya (2/370), at-Tirmidzi dengan nomor 3298, serta dalam Tuhfatul Ahwadzi nomor 3352. Disebutkan bahwa hadits tersebut garib.
  • 54. Landasan Kedua: Apa Hakikat Mi’raj? | 37 Jika demikian, bukankah Dzat Yang Mahakua- sa yang telah menjalankan bumi dengan gerakan teratur dan cermat serta memutar-mutarnya ba­ gaikan batu di ujung seutas tali mampu mengha­ dirkan manusia ke arasy? Bukankah hikmah yang telah memperjalankan bumi yang berat itu de­ ngan hukum rabbani yang disebut dengan gravi- tasi mentari mampu membuat fisik manusia naik menuju arasy Tuhan laksana kilat lewat gravitasi Tuhan dan tarikan kecintaan Mentari Azali? Terlintas pula bahwa engkau berkata, “Ang­ gap­lah ia mampu naik menuju langit. Namun, mengapa harus dinaikkan? Apa kepentingannya? Bukankah cukup baginya naik dengan kalbu dan roh seperti yang dilakukan oleh para wali yang saleh?” Kami ingin mengatakan: Ketika Sang Pencipta Yang Mahagung ingin memperlihatkan tanda-tanda ke­kua­­saan-Nya yang menakjubkan dalam ke­r­ajaan dan alam malakut- Nya, hendak memperlihatkan pada sumber-sum- ber dan pabrik alam, serta ingin memperlihatkan berbagai buah ukhrawi dari amal perbuatan manu- sia, maka sudah barang tentu mata Nabi SAW. yang berposisi sebagai kunci untuk melihat alam visual, dan telinganya yang menangkap tanda-tanda di
  • 55. 38 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ... alam pendengaran harus menyertai­nya sampai ke Arasy. Selain itu, akal dan hikmah menuntut agar ketika menuju arasy beliau disertai oleh fisiknya yang penuh berkah yang berposisi sebagai mesin dan perangkat tempat berbagai aktivitas rohnya bekerja. Pasalnya, sebagaimana hikmah Ilahi men- jadikan fisik sebagai pendam­ping bagi roh di dalam surga di mana fisik merupakan wadah bagi banyak tugas ubudiyah serta berbagai kenikmatan yang tak terhingga, maka fisik yang penuh berkah terse- but sudah pasti akan me­nyertai roh. Lalu karena fisik masuk ke dalam surga bersama roh, maka di antara tuntutan hikmah Dia menjadikan fisik be- liau sebagai pendamping bagi dzat Muhammad SAW. yang dimi’rajkan menuju Sidratul Muntaha yang merupa­kan jasad dari surga. Setelah itu terbayang bahwa engkau akan ber- kata, “Menempuh jarak ribuan ta­hun hanya dalam beberapa menit merupakan sesuatu yang mustahil secara akal.” Jawabannya: Dalam ciptaan Sang Pencipta Yang Mahaagung gerakan pada sesuatu sangat berbeda-beda. Misal- nya, perbedaan kecepatan suara, cahaya, listrik, roh, dan khayalan diketahui oleh kita semua. Se- cara ilmiah kecepatan planet juga berbeda-beda, sehingga akal pun kagum. Lalu, bagaimana mung- kin tidak masuk akal ketika fisik beliau yang halus
  • 56. Landasan Kedua: Apa Hakikat Mi’raj? | 39 mengikuti rohnya yang mulia yang bisa melaku- kan mi’raj dengan sangat cepat di mana gerakan- nya secepat roh? Ketika tidur selama sepuluh menit engkau bisa mendapati berbagai kondisi yang tak mung- kin didapat saat terjaga selama setahun. Bahkan apa yang dilihat oleh ma­nusia dalam mimpi dalam satu menit serta ucapan yang ia dengar dan ber- bagai per­kataan yang terlontar jika semuanya di­ kumpulkan akan membutuhkan waktu se­­hari atau lebih di saat terjaga. Jadi, satu waktu bagi dua orang berbeda bisa seperti se­hari bagi yang satu dan bisa seperti satu tahun bagi yang lain. Renungkanlah pengertian ini dengan menela­ ah contoh berikut: Anggaplah ada satu jam untuk mengukur ke- cepatan gerakan manusia, senapan, suara, cahaya, listrik, ruh, dan khayalan. Pada jam tersebut ter- dapat sepuluh jarum. Ada jarum yang menunjuk­ kan hitungan jam, ada yang menunjukkan hi- tungan menit dalam wilayah yang enam puluh kali lebih luas daripada pertama, ada jarum yang menunjukkan hitungan detik pada wilayah yang enam puluh kali lebih luas, serta demikian se- terusnya. Dengan kata lain, jam tersebut memi- liki jarum-jarum menakjubkan yang berputar di wilayah yang enam puluh kali lipat lebih luas
  • 57. 40 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ... daripada sebelumnya. Andaikan wilayah jarum penunjuk jam seukuran jam tangan kecil, berarti wilayah jarum penunjuk eksponen kesepuluh (0,00000000001 detik) seukuran putaran tahunan bumi atau lebih besar. Sekarang anggaplah ada dua orang. Yang satu seolah-olah sedang menaiki ja­rum jam seraya mengawasi dan mencermati sekitarnya, sementa- ra yang lain se-akan sedang menaiki jarum penun- juk eksponen kesepuluh (0,00000000001 detik) serta menyaksikan sekitarnya. Perbedaan antara berbagai hal yang dilihat oleh dua orang di atas pada waktu yang sama se­ pertiperbedaanantarajamtangankitadanpu­taran tahunan bumi. Dengan kata lain, perbedaannya sangat jauh. Demikianlah, karena waktu merupa­ kan ekspresi dari beragam bentuk ge­rak­an, maka hukum yang berlaku dalam gerakan ju­ga berlaku pada waktu. Dalam satu jam kita bisa menyaksi- kan seukuran apa yang disaksikan oleh orang yang menaiki jarum jam. Hakikat umurnya sesuai den- gan kadar ukurannya. Rasul SAW. pada masa yang sama ibarat orang yang menaiki jarum penunjuk 0,00000000001 detik. Beliau menaiki burak taufik Ilahi dan menempuh semua wilayah makhluk se- cepat kilat seraya melihat tan­da-tanda kekuasaan dan alam malakut. Be­liau naik menuju titik wilayah
  • 58. Landasan Kedua: Apa Hakikat Mi’raj? | 41 Tuhan. Beliau mendapat kehormatan bertemu dan berbicara dengan-Nya. Serta beliau berkesempa- tan melihat keindahan Ilahi, menerima firman dan perintah Ilahi dan kembali untuk melaksanakan tugasnya. Beliau memang telah melakukannya. Terbayang dalam benak bahwa kalian berka- ta, “Ya, hal itu mungkin saja terjadi. Namun tidak semua yang bersifat mungkin benar-benar ter- jadi. Pasalnya, bagaimana sesuatu yang tidak ada padanannya bisa diterima secara pasti sementara ia hanya sekadar mungkin terjadi?” Sebagai jawababnnya, “Peristiwa se­perti mi’raj sebetulnya sangat banyak tak terhingga. Misalnya, setiap orang yang memiliki penglihatan naik dengan matanya dari bumi menuju planet Neptunus hanya dalam satu detik. Setiap orang berilmu membawa akalnya mengendarai sejumlah hukum cakrawala menuju apa yang berada di balik bintang dan planet hanya dalam satu menit. Setiap orang beriman menaikkan pikirannya kepada se- jumlah perbuatan dan rukun-rukun shalat dengan meninggalkan alam di belakangnya untuk pergi menuju hadapan Ilahi sama seperti mi’raj. Setiap pemilik kalbu dan wali yang sempurna dapat ber- jalan dari arasy serta dari wilayah nama dan sifat- Nya dalam empat puluh hari. Bahkan, tokoh-tokoh seperti Syekh al-Jailani, Imam ar-Rabbânî telah
  • 59. 42 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ... melakukan mi’raj spiritual menuju arasy dalam satu menit sebagaimana yang disebutkan dalam sejumlah riwayat yang valid. Sementara, malaikat yang merupakan fisik yang berasal dari cahaya bisa pergi dan kembali dari arasy menuju bumi dan dari bumi menuju arasy hanya dalam waktu singkat. Penduduk surga naik dari mahsyar menu- ju taman-taman surga hanya dalam waktu singkat. Berbagai contoh di atas menjelaskan secara tegas bahwa pribadi Muhammad SAW. yang meru- pakan pemimpin seluruh wali, imam bagi orang- orang beriman, kepala para ahli surga dan diterima oleh seluruh malaikat pasti telah melakukan mi’raj yang tujuan perjalanannya ialah menuju Allah se­ suai dengan kedudukan beliau yang mulia. Hal ini penuh hikmah, sangat masuk akal dan benar-benar terjadi tanpa ada keraguan sedikit pun.
  • 60. LANDASAN KETIGA Apa Hikmah Mi’raj? Jawabannya: Hikmah mi’raj demikian tinggi dan mulia, se- hingga akal manusia tak mampu menjangkaunya. Ia sangatlah dalam sehingga sulit diraih. Ia juga sangat halus sehingga sulit ditangkap oleh akal se- mata. Namun, meskipun hakikat hikmahnya tidak bisa dijangkau, keberadaannya dapat diketahui le- wat sejumlah isyarat sebagai­mana berikut: Untuk memperlihatkan manifestasi ke­esaan- Nya dan cahaya ketunggalan-Nya dalam berbagai tingkatan makhluk, Pencipta alam ini memilih satu sosok istimewa untuk melakukan mi’raj dalam bentuk tali hubungan yang bersinar antara puncak tingkatan entitas menuju dasar keesaan. Allah me- milihnya dengan menjadikannya­sebagai objek pe- nerima pesan-Nya atas nama seluruh makhluk se- raya memberitahukan berbagai maksud Ilahi atas nama semua makhluk berkesadaran. Agar de­ngan itu Dia bisa menyaksikan dengan peng­lihatan Nabi SAW. keindahan kreasi dan kesempurnaan rububi­ yah-Nya dalam cermin makhluk sekaligus mem-
  • 61. 44 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ... perlihatkan kepada yang lain jejak keindahan dan kesempurnaan-Nya. Karena Tuhan semesta alam memiliki keindah­ an dan kesempurnaan mutlak dengan kesaksian jejak dan ciptaan-Nya, maka keindahan dan ke­ sempurnaan tersebut menjadi sesuatu yang dicin- tai. Oleh karena itu, Sang Pemilik keindahan dan kesempurnaan tersebut memiliki rasa cinta tak te- rhingga terhadap keindahan dan kesempurnaan- Nya. Rasa cinta yang tiada batas tersebut tampak lewat beragam bentuk dan wujud dalam ciptaan. Allah mencintai ciptaan-Nya, karena Dia melihat jejak keindahan dan kesempurnaan-Nya di dalam ciptaan tersebut. Nah, karena ciptaan yang paling dicinta dan mulia bagi-Nya ialah makhluk hidup, sementara makhluk hidup yang paling dicinta dan mulia ia­ lah yang memiliki perasaan, lalu makhluk pemilik perasaan yang paling dicinta ialah manusia den- gan melihat kepada potensinya yang komprehen- sif, maka manusia yang paling dicinta ialah sosok yang potensinya tersingkap secara sempurna se- hingga bisa memperlihatkan berbagai bentuk ke­ sempurnaan-Nya yang tersebar dan tampak dalam ciptaan. Demikianlah, untuk menyaksikan seluruh ben- tuk manifestasi cinta yang tersebar di semua enti-
  • 62. Landasan Ketiga: Apa Hikmah Mi’raj? | 45 tas dalam satu titik dan dalam satu cermin, serta untuk memperlihatkan semua jenis keindahan- Nya de­ngan rahasia keesaan, Sang Pencipta semua entitas memilih sosok yang menjadi buah ber- sinar dari pohon penciptaan, yang kalbunya ibarat benih yang mengandung berbagai hakikat yang mendasar dari pohon tersebut. Dia memilihnya untuk melakukan mi’raj—laksana tali penghubung antara benih yang merupakan asal dan buah yang merupakan akhir—guna memperlihatkan rasa cinta kepada sosok istimewa itu atas nama seluruh entitas, memanggilnya untuk menghadap-Nya, memberikan kehormatan melihat keindahan-Nya, memuliakan dengan ucapan-Nya, serta menyerah- kan tugas dengan perintah-Nya agar hikmah suci di sisinya mengalir kepada yang lain. Kita akan meneropong hikmah Ilahi ini lewat dua perumpamaan berikut: Seperti dijelaskan dengan perinci di da­lam perumpamaan yang terdapat pada ka­limat kese­ belas bahwa ketika seorang penguasa memiliki kekayaan yang sangat banyak yang dipenuhi de­ ngan permata berharga dan intan yang jumlah­ nya tak terhingga, sementara ia memiliki keah­lian dalam melakukan kreasi menakjubkan, memiliki penge­tahuan luas dan sempurna dalam berbagai hal yang mengagumkan, disertai wawasan yang
  • 63. 46 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ... luas dalam sejumlah ilmu, maka tidak aneh kalau penguasa tersebut ingin membuka sebuah galeri yang bersifat umum untuk menampilkan berbagai karyanya yang berharga di mana setiap pemilik keindahan dan kesempurnaan ingin menyaksikan dan mempersak­sikan keindahan dan kesempur- naan tersebut. Hal itu untuk menarik perhatian manusia guna melihat keagungan kekuasaannya serta untuk memperlihatkan kilau kekayaannya, kehebatan kreasinya, serta keajaiban makrifatnya. Juga agar keindahan dan kesempurnaan maknawi tadi bisa dilihat dari dua sisi: Pertama, lewat pandangannya yang tajam dan menembus. Kedua, lewat pandangan pihak lain. Atas da­ sar hikmah tersebut, tentu sang pe­n­guasa mu- lai membangun istana yang megah dan luas itu. Dia membaginya secara mengagumkan menjadi sejumlah wi­layah, tingkatan, dan kedudukan se- raya meng­hias setiap bagian dengan permata ke­ kayaannya yang beragam, memperindah dengan hasil kreasinya yang paling halus, serta menata­ nya dengan seni dan hikmah yang paling lembut. Lalu dia melengkapi dan menyempurnakan istana itu dengan karya-karya menakjubkan yang berasal dari ilmunya. Setelah itu, ia akan menghamparkan sejumlah hidangan besar yang sesuai dengan se-
  • 64. Landasan Ketiga: Apa Hikmah Mi’raj? | 47 tiap kelompok seraya menyiapkan jamuan umum yang dipenuhi berbagai karunia dan jenis makan- an lezat. Lalu ia mengajak rakyatnya kepada jamuan mulia tersebut untuk memperlihatkan kesempur- naannya yang indah. Ia angkat salah seorang dari mereka sebagai utusan, mengajaknya untuk me- lewati tingkatan paling rendah ke tingkatan yang paling tinggi. Ia jalankan utusan tersebut dari satu wilayah ke wilayah lain dengan memperlihatkan padanya ruang kerja dari kreasi menakjubkan tersebut serta sejumlah hasil dari simpanan yang bersumber dari tingkatan bawah sampai mencapai wilayah khususnya. Lalu sang penguasa memper- lihatkan dirinya yang penuh berkah yang meru- pakan pangkal dari segala kesempurnaannya dan mengaruniai utusan tersebut dengan kehadiran- nya. Dia informasikan pada utusan sejumlah ke­ sempurnaan dirinya dan berbagai hakikat istana. Lalu dia menunjuk utusan sebagai pembim­bing ba­gi rakyatnya dan mengutusnya agar mem­per­ kenalkan pembuat istana berikut pi­lar-pilar ukir­an dan keajaiban kreasi yang terdapat di dalam ista- na. Sang utus­an tersebut mengajarkan sejumlah simbol yang terdapat pada ukiran yang ada serta sejumlah isyarat yang terdapat dalam ciptaan. Ia memperkenalkan kepada mereka yang masuk ke
  • 65. 48 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ... dalam istana makna dari dekorasi dan ukiran yang tertata rapi serta bagaimana ia menunjukkan ke- sempurnaan dan kreasi pemilik istana. Ia mem- bimbing mereka terkait dengan cara berjalan dan istirahat serta mendiktekan cara-cara penghor- matan terhadap penguasa agung yang tak terlihat. Semua itu sesuai dengan apa yang ia inginkan dan minta. Begitu pula dengan Allah yang memiliki pe- rumpaaan tertinggi. Sang Pencipta Yang Maha­ agung, Penguasa azali dan abadi ingin melihat dan memperlihatkan keindahan dan kesempurnaan- Nya yang bersifat mutlak.­ Karena itu, Dia mem- bangun istana alam dalam bentuk paling menak­ jubkan di mana setiap entitas yang berada di dalamnya menyebut-nyebut kesempurnaan-Nya dengan banyak lisan sekaligus menunjukkan kein- dahan-Nya dengan berbagai isyarat. Bahkan alam ini beserta seluruh entitasnya memperlihatkan begitu banyak kekayaan maknawiyah yang tersim- pan dalam setiap nama Allah dan begitu banyak kelembutan yang tersimpan dalam setiap gelar suci-Nya. Lebih dari itu, petunjuknya sangat jelas dan terang sehingga seluruh ilmu pengetahuan lewat prinsip-prinsipnya mempelajari kitab alam sejak Nabi Adam as. Padahal, kitab tersebut belum menyingkap seperseratus dari makna nama-nama dan kesempurnaan Ilahi.
  • 66. Landasan Ketiga: Apa Hikmah Mi’raj? | 49 Demikianlah. Tuhan Pencipta Yang me­miliki keagungan, keindahan, dan ke­sem­purnaan mem- bangun istana indah ter­sebut sebagai galeri untuk melihat dan me­mperlihatkan keindahan dan ke­ sempurnaan maknawi-Nya. Hikmah-Nya menun- tut untuk mengajarkan salah seorang ma­khluk yang memiliki perasaan di muka bumi berbagai makna tanda kekuasaan istana tersebut agar mak­ na-makna tadi tidak sia-sia. Hikmah-Nya juga me­nuntut agar Dia menaikkannya ke alam tinggi yang merupakan sumber keajaiban yang terdapat da­lam istana serta hasil simpanan kekayaan yang terdapat di dalamnya. Hikmah-Nya menuntut agar Dia menaikkannya ke derajat yang tinggi yang be- rada di atas seluruh makhluk sekaligus memberi­ nya kehormatan untuk bisa dekat dengan-Nya, menjalankannya di sejumlah alam akhirat, sera- ya membebaninya berbagai tugas dan misi guna menjadi guru bagi semua hamba, dai yang men- gajak mereka kepada kekuasaan rububiyah-Nya, penyampai informasi tentang apa yang diridhai Allah SWT., penafsir bagi berbagai ayat penciptaan yang terdapat di istana-Nya, serta sejumlah tugas semisal lainnya. Allah menunjukkan kepada selu- ruh alam keutamaan manusia pilihan ini dengan memberikan medali mukjizat. Dia juga memberi- tahukan kepada mereka lewat Alquran bahwa ia
  • 67. 50 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ... merupakan penerjemah yang jujur dan khas bagi Dzat Mahaagung. Demikianlah kami telah menjelaskan sejum- lah hikmah di antara sekian banyak­hikmah mi’raj. Hal itu sebagaimana dije­las­kan dalam perspektif perumpamaan di atas. Engkau bisa membanding- kan hikmah-hikmah yang lain dengannya. Perumpamaan Kedua Seorang yang berilmu menulis sebu­ah buku menakjubkan. Setiap lembaran da­rinya penuh dengan hakikat seperti yang terdapat pada seratus buku. Setiap kata­nya berisi sejumlah makna yang terdapat pada seratus baris. Sementara setiap hu­ ruf darinya menjelaskan sejumlah pengerti­an yang terdapat pada seratus kata. Lalu semua mak­ na buku tersebut dan semua hakikatnya mene­ rangkan kesempurnaan maknawi penulisnya yang mengagumkan. Jika demikian kondisinya tentu penulis terse- but tidak akan menutup kekayaan yang tak pernah habis tadi dan mustahil ia membiarkannya begitu saja. Pasti ia akan mengajari sejumlah orang ten- tang berba­gai pengertian yang terdapat dalam buku itu agar buku penting itu tidak terabaikan, agar kesempurnaannya yang tersembunyi terli- hat, lalu keindahan maknawinya dapat disaksikan
  • 68. Landasan Ketiga: Apa Hikmah Mi’raj? | 51 sehingga ia akan senang dan dicintai. Dengan kata lain, penulis tersebut akan mengajari seseorang mengenai sejumlah kosakata dalam buku terse- but berikut semua makna dan hakikatnya seraya mendiktekan kepadanya pelajaran demi pelajaran dari awal hingga akhir halaman sampai kemudian ia memberikan kesaksian atasnya. Demikian pula Pengukir Yang Mahaindah, Allah SWT. menulis buku-buku alam ini sedemiki- an rupa dalam rangka menunjukkan kesempur- naan-Nya dan mem­perlihatkan keindahan berikut hakikat nama-Nya yang suci, sehingga semua enti- tas lewat berbagai arah yang tak terhingga mem- beritahukan dan mengungkap­kan nama-nama- Nya, sifat-sifat-Nya, dan kesempurnaan-Nya yang tak terbatas. Seperti diketahui jika makna sebuah buku ti- dak diketahui, maka ia akan lenyap begitu saja atau nilainya akan jatuh sama sekali. Nah, apa- lagi de­ngan buku seperti ini yang setiap huruf- nya berisi ribuan makna. Tidak mungkin nilainya jatuh dan tidak mungkin lenyap begitu saja. Penu- lis buku menakjubkan ini pasti akan mengajarkan- nya serta menerangkan bagian-bagiannya sesuai dengan potensi setiap kelompok. Dia akan menga- jarkan buku tersebut kepada sosok yang memiliki pandangan paling integral, cita rasa paling kom-
  • 69. 52 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ... prehensif, serta kesiapan paling sempurna. Guna mengajarkan buku semacam itu secara keseluruhan beserta semua hakikatnya, secara hikmah harus ada perjalanan dalam bentuk yang sangat mulia dan tinggi. Dengan kata lain, harus ada penyaksian dan perjalanan mulai dari tingka- tan entitas yang sangat banyak—yang merupakan halaman pertama dari buku ini—dan berakhir ke- pada wilayah keesaan yang merupakan akhir lem- barannya. Demikianlah engkau bisa menyaksikan sebagian dari hikmah mi’raj yang mulia lewat per- spektif perumpamaan tadi. Sekarang marilah kita menoleh kepada si ateis yang terus menyimak. Kita perhatikan apa yang terlintas dalam benaknya guna menyaksikan hal apa yang masih tidak jelas. Yang terbayang dalam benak bahwa hatinya berbisik: “Aku telah mulai percaya namun, terda­ pat tiga permasalahan dan problem yang tidak bisa kupecahkan dan kupahami: Pertama, mengapa mi’raj yang demikian agung tersebut dikhususkan kepada Muhammad SAW.. Kedua, mengapa Nabi mulia tersebut menjadi benih dari semua entitas? Pasalnya engkau berka- ta bahwa alam tercipta dari cahayanya. Sementara
  • 70. Landasan Ketiga: Apa Hikmah Mi’raj? | 53 pada waktu yang sama ia merupakan buah alam yang paling akhir dan paling bersinar. Apa maksud dari perkataan ini? Ketiga, dalam penjelasan yang kau berikan sebelumnya engkau berkata bahwa naik ke alam yang tinggi dimaksudkan untuk menyaksikan ru- ang kerja dan pabrik dari berbagai jejak yang ter- dapat di alam serta untuk melihat sejumlah buah dari simpanan kekayaannya. Apa maksud dari uca- pan ini?” Permasalahan Pertama Sebagai jawabannya: permasalahan pertama- mu ini telah dibahas secara panjang lebar pada ketiga puluh tiga kalimat dalam buku al-Kalimât. Di sini kami ha­nya akan menerangkannya secara singkat dalam bentuk daftar ringkas dari kesem- purnaan pribadi Nabi SAW. berikut dalil kenabian- nya dan mengapa beliau yang pa­ling layak untuk mendapatkan mi’raj yang agung tersebut. Pertama, sejumlah kitab suci, Taurat, Injil, dan Zabur berisi sejumlah kabar gembira yang mem- beritakan kenabian Rasul SAW. serta sejumlah kete­rangan tentangnya meski semua kitab suci tersebut mengalami perubahan sepanjang per- jalanannya. Di masa sekarang ini seorang ulama peneliti, Husein al-Jisr, telah menemukan 114 ka-
  • 71. 54 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ... bar gembira darinya. Ia tuliskan semua itu dalam bukunya yang berjudul ar-Risâlah al-Hamîdiyyah. Kedua, dalam sejarah dan dalam berbagai ri- wayatyangvalidterdapatbegitubanyakkabargem- bira yang diberikan oleh sejumlah peramal terkenal seperti Syiq dan Satih sebelum kedatangan Nabi SAW. di mana mereka memberikan informasi bah- wa beliau merupakan nabi akhir zaman. Ketiga, jatuhnya sejumlah berhala di Ka’bah pada malam kelahiran beliau serta terbelahnya istana terkenal milik Kisra ber­ikut ratusan kejadi- an luar biasa yang disebut irhasat tertera dalam berbagai bu­ku sejarah. Keempat, memancarnya air dari jari-jemari beliau serta bagaimana beliau bisa memberi- kan air kepada pasukan dengannya, lalu rintihan batang pohon masjid itu di hadapan jamaah besar akibat perpindahan mimbar, serta terbelahnya bu- lan sebagaimana disebutkan dalam Alquran, “dan bulan pun terbelah,” dan berbagai mukjizat sejenis yang dianggap valid oleh para ula­ma peneliti yang jumlahnya mencapai se­ribu di mana ia dibuktikan oleh sejumlah buku sirah dan sejarah. Kelima, para musuh dan sahabat sepakat tan- pa keraguan sedikit pun bahwa berbagai akhlak mulia yang dimiliki beliau berada dalam tingkat­ an yang paling tinggi serta berbagai tabiat terpuji
  • 72. Landasan Ketiga: Apa Hikmah Mi’raj? | 55 yang melekat padanya dalam berdakwah berada dalam tingkatan yang paling mulia. Hal itu ditun- jukkan oleh sejumlah interaksi dan pe­rilaku beliau de­ngan manusia. Syariat beliau yang istimewa berisi berbagai perilaku baik yang sempurna yang dibuktikan oleh akhlak terpuji dalam agama Islam. Keenam, dalam isyarat kedua dari ka­limat ke­se­puluh kami telah menjelaskan bahwa Rasul SAW. adalah orang yang memperlihatkan tingkat­ an ubudiyah yang pa­ling tinggi dan mulia lewat peng­abdian agung dalam agamanya sebagai res­ pons ter­­hadap kehendak Allah dalam penampak­ an uluhiyah-Nya sesuai tuntutan hikmah. Sesuai dengan tuntunan hikmah dan hakikat, Pencipta alam ingin memperlihatkan keindahan dalam kesempurnaan-Nya yang mutlak, Rasul SAW. ialah orang terbaik yang memperlihatkan dan mem- perkenalkan keindahan-Nya. Sebagai tanggapan atas kehendak Sang Pen- cipta alam dalam mengarahkan perhatian makh- luk kepada kesempurnaan kreasi-Nya dalam kein- dahan mutlak serta memamerkannya, jelas bahwa beliau ialah penyeru dengan suara yang paling tinggi. Sebagai balasan atas kehendak Tuhan se­mesta alam dalam menginformasikan ke­­esaan-Nya ke- pada berbagai tingkatan ma­khluk, sangat jelas be-
  • 73. 56 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ... liau juga merupakan sosok yang paling sempurna dalam menyuarakan seluruh tingkatan tauhid. Sesuai dengan tuntunan hikmah dan hakikat Pemilik alam ingin melihat dan memperlihatkan keindahan Dzat-Nya, dan kehalusan estetika-Nya seperti ditunjukkan oleh tanda-tanda kekuasaan- Nya yang lembut pada cermin, sangat jelas bahwa beliau ialah cermin bening yang memantulkan se- jumlah keindahan dan merupakan sosok terbaik yang mencintai dan menanamkan kecintaan pada- Nya. Sang Pembangun istana alam ini ingin men­ jelaskan dan memamerkan simpanan gaib yang berisi mukjizat paling indah dan permata pa­ling berharga, serta ingin memperkenalkan dan mem- beritahukan kesempurnaan-Nya dengan simpan­ an tersebut. Sebagai balasannya sangat jelas be- liau merupakan sosok yang memperkenalkan, memamerkan, dan menyifati seluruh simpanan persoalan gaib milik Pencipta alam dalam bentuk yang agung. Pencipta alam telah menghiasi alam ini de­ ngan perhiasan terindah dan menempatkan ma­ kh­luk-Nya di alam ini untuk melihat, berpikir, dan meng­ambil pelajaran. Sesuai dengan tuntun­ an hikmah Dia ingin memberitahukan berbagai makna dan nilai dari jejak dan ciptaan-Nya bagi
  • 74. Landasan Ketiga: Apa Hikmah Mi’raj? | 57 orang yang bertafakur dan bertamasya. Sebagai tanggapannya sangat jelas beliau merupakan so- sok yang paling sempurna dalam membimbing jin, manusia, bahkan makhluk ruhani dan malai- kat lewat Alquran al-Karim. Sang Penguasa Alam Yang Mahabijaksana ber­kehendak menyingkap teka-te­ki tersembunyi yang berisi maksud dan tu­juan dalam perubah­ an alam dan misteri tiga soal membingungkan yang terdapat di alam, yaitu dari mana engkau? Dan akan ke mana? Siapa? kepada makhluk lewat seorang utusan. Dalam hal ini, beliau ialah sosok terbaik dalam menyingkap teka-teki dan misteri tersebut lewat sejumlah hakikat Alquran dengan sangat jelas dan dalam derajat yang agung. Sang Pencipta Alam Yang Agung berkehendak memperkenalkan diri-Nya sendiri kepada makh- luk lewat semua ciptaan-Nya yang menakjubkan sekaligus menanamkan kecintaan kepada-Nya lewat sejumlah nikmat-Nya yang berharga, mem- perkenalkan apa yang Dia inginkan dari makhluk dan apa yang Dia ridai atas mereka lewat seorang utusan. Sebagai balasannya beliau ialah sosok yang menjelaskan berbagai maksud Ilahi dan apa yang Allah rida lewat Alquran dengan cara yang paling agung dan sempurna.
  • 75. 58 | Risalah Mi’raj; Urgensi, Hakikat, Hikmah ... Tuhan semesta alam berkehendak meng­alih­ kan wajah manusia dari makhluk yang demikian banyak kepada keesaan dan dari sesuatu yang fana menuju sesuatu yang abadi melaui seorang pembimbing. Karena Allah berikan pada manu- sia yang merupakan buah dari alam sejumlah kecenderung­an yang meliputi seluruh alam seraya menyiapkannya untuk melakukan pengabdian se- cara total. Dia mengujinya dengan berbagai per- asaan yang mengarah kepada makhluk dan dunia. Beliau sosok paling agung dalam memenuhi tugas kerasulan sekaligus melakukan bimbingan dalam bentuk terbaik dengan Alquran dalam tingkatan paling tinggi dan dalam bentuk yang paling baik. Karena entitas terbaik ialah makhluk hidup, sementara makhluk hidup yang pa­ling mulia ialah yang memiliki perasaan, lalu makhluk ber- perasaan yang paling utama ialah manusia yang hakiki. Karena itu, di antara manusia yang pa­ ling mulia yang menunaikan tugas tersebut lalu melaksanakannya dalam bentuk dan tingkatan terbaik tidak diragukan lagi akan mencapai jarak seukuran dua busur atau lebih dekat lagi melalui mi’raj. Ia akan mengetuk pintu kebahagiaan abadi dan akan membuka perbendaharaan rahmat yang demikian luas, serta akan melihat berbagai haki- kat iman secara langsung. Siapa lagi sosok terse- but kalau bukan Nabi SAW.?