Filsafat ilmu membahas hakikat ilmu dengan mempelajari dasar-dasar filsafat, asumsi, dan implikasi ilmu alam dan sosial. Bidang ini berkaitan erat dengan epistemologi dan ontologi untuk menjelaskan masalah seperti konsep ilmiah, validitas informasi, dan implikasi metode ilmiah.
2. Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu adalah merupakan bagian
dari filsafat yang menjawab beberapa
pertanyaan mengenai hakikat ilmu.
Bidang ini mempelajari dasar-dasar
filsafat, asumsi dan implikasi dari ilmu,
yang termasuk di dalamnya antara lain
ilmu alam dan ilmu sosial.
3. Filsafat ilmu sangat berkaitan erat dengan
epistemologi dan ontologi.
Ontologi berkaitan dengan hakekat ilmu
pengetahuan/hakekat kebenaran
Epistimologi berkaitan dengan hubungan
antara ilmu pengetahuan dengan
sumbernya dan keterbatasan
(memahami) pengethuan
4. • Filsafat ilmu berusaha untuk dapat
menjelaskan masalah-masalah seperti: apa
dan bagaimana suatu konsep dan
pernyataan dapat disebut sebagai ilmiah,
bagaimana konsep tersebut dilahirkan,
bagaimana ilmu dapat menjelaskan,
memperkirakan serta memanfaatkan alam
melalui teknologi; cara menentukan
validitas dari sebuah informasi; formulasi
dan penggunaan metode ilmiah; macam-
macam penalaran yang dapat digunakan
untuk mendapatkan kesimpulan; serta
implikasi metode dan model ilmiah
terhadap masyarakat dan terhadap ilmu
pengetahuan itu sendiri.
5. Ilmu berusaha menjelaskan tentang apa
dan bagaimana alam sebenarnya dan
bagaimana teori ilmu pengetahuan
dapat menjelaskan fenomena yang
terjadi di alam.
Untuk tujuan ini, ilmu menggunakan bukti
dari eksperimen, deduksi logis serta
pemikiran rasional untuk mengamati
alam dan individual di dalam suatu
masyarakat.
6. Salah satu konsep mendasar tentang
filsafat ilmu adalah empirisme, atau
ketergantungan pada bukti.
Empirisme adalah cara pandang
bahwa ilmu pengetahuan diturunkan
dari pengalaman yang kita alami
selama hidup kita.
Pernyataan ilmiah berarti harus
berdasarkan dari pengamatan atau
pengalaman.
7. Hipotesa ilmiah dikembangkan dan diuji
dengan metode empiris, melalui
berbagai pengamatan dan
eksperimentasi.
Setelah pengamatan dan
eksperimentasi ini dapat selalu diulang
dan mendapatkan hasil yang konsisten,
hasil ini dapat dianggap sebagai bukti
yang dapat digunakan untuk
mengembangkan teori-teori yang
8. Karl Popper (1919-20):
Salah satu cara yang digunakan untuk
membedakan antara ilmu dan bukan
ilmu adalah konsep falsifiabilitas, yaitu:
Sebuah pernyataan ilmiah harus memiliki
metode yang jelas yang dapat
digunakan untuk membantah atau
menguji teori tersebut.
9. Kajian tentang filsafat pada dasarnya
selalu ‘berputar’ disekitar kesejatian
eksistensi (keberadaan) dan atau
kesejatian esensi (keapaan) .
11. Metode iluminasi mempercayai bahwa
dalam mengkaji filsafat tinggi (Ilahiah)
atau ketuhanan, tidaklah cukup hanya
dengan mengandalkan argumentasi
(istidlal) dan penalaran (ta’aqqul) saja,
tetapi lebih dari itu yaitu diperlukannya
penyucian jiwa serta perjuangan
melawan hawa nafsu untuk menyingkap
berbagai hakikat.
12. Metode Iluminasi ini mendapat dukungan
dari banyak pihak terutama kalangan
filsuf Islam, penganut paham ini
dinamakan dengan kelompok paham
iluminasionis dengan tokoh-tokohnya
yang terkenal seperti Syekh Syihabuddin
Syuhrawardi.
13. Kelompok metode peripatetik yang
diilhami oleh Aristoteles mempercayai
bahwa argumentasi adalah tempat
bertumpunya segala persoalan.
Kelompok ini terkenal dengan tokohnya
yang bernama Syekh Ar Ra’is Ibnu Sina.
14. 1. Teori Ide
2. Teori Roh Manusia
3. Teori Mengingat Kembali (reminder)
15. 1. Teori Ide.
Menurut teori ini apa-apa yang
disaksikan manusia didunia ini, baik
substansi ataupun aksiden, pada
hakikatnya semua itu sudah ada didunia
lain. Yang kita saksikan didunia ini
semunya hanya semacam cermin atau
bayangan dari dunia lain.
16. 2. Teori roh manusia.
Plato meyakini bahwa sebelum jasad
manusia tercipta (manusia terlahir) ,
maka rohnya telah berada didunia lain
yang lebih tinggi dan sempurna, yaitu
dunia ide.
Setelah jasad tercipta maka roh
menempatinya dan sekaligus terikat
dengannya.
17. 3. Teori Mengingat Kembali
Plato menyimpulkan bahwa ilmu itu
adalah mengingat kembali (remind)
dan BUKAN mempelajari, yakni apa saja
yang kita pelajari didunia ini pada
hakikatnya adalah pengingatan
kembali terhadap apa-apa yang sudah
pernah kita ketahui sebelumnya.
18. Logikanya adalah karena sebelum roh
bergabung dengan jasad, roh tersebut
SUDAH ADA didunia lain yang lebih
tinggi dan sempurna dan telah
menyaksikan dunia tersebut, dan
dikarenakan hakikat dari segala sesuatu
itu adalah di ‘ide’ nya maka
seyogyanya ide ini telah mengetahui
berbagai hakikat.
19. Segala sesuatu yang ada setelah roh
terikat dengan jasad tidak lain adalah
sesuatu yang tadinya kita sudah tahu
dan sekarang sudah terlupakan.