SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 35
KURIKULUM DAN
PENGAJARAN S. Nasution M.A.
Penulis : Prof. Dr.
Penerbit       : PT Bumi Aksara, Jakarta
Tahun Terbit   : Cetakan 4, Juli 2006
Jumlah halaman : x + 183



              Ririn Romayanti (2011031120)
                 Pendidikan Ekonomi / IIA
BAB I
     KONSEP-KONSEP DASAR KURIKULUM
            DAN PENGAJARAN
A. Pengertian Kurikulum
Kurikulum dipandang, sebagai suatu rencana yang disusun untuk
   melancarkan proses belajar-mengajar di bawah bimbingan dan
   tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf
   pengajarnya.
1. Kurikulum formal meliputi :
 Tujuan pelajaran, umum & spesifik
 Bahan pelajaran yang tersusun sistematis
 Strategi belejar-mengajar serta kegiatan-kegiatannya
 Sistem evaluasi

2. Kurikulum tak formal : kegiatan yang direncanakan tetapi tidak
   berkaitan langsung dengan bidang akademis. Misalnya,
   pertunjukan sandiwara, paskibra
3. Kurikulum tersembunyi : aturan yang tak tertulis dalam proses
   pembelajaran. Sebagian menganggap ini tidak tergolong kurikulum
   karena tidak direncanakan
B. Proses Pengembangan Kurikulum
1. Pedoman Kurikulum meliputi :
  Latar Belakang, berisi rumusan falsafah dan tujuan lembaga
   pendidikan, populasi yang menjadi sasaran, rasional bidang studi
   atau mata kuliah serta struktur organisasi bahan pelajaran.
  Silabus, berisi mata pelajaran secara lebih terinci yang diberikan
   yakni scope (ruang lingkup), dan sequence (urutan pengajiannya).
  Desain Evaluasi, termasuk strategi revisi atau perbaikan
Pedoman kurikulum disusun untuk:
o  Menentukan apa yang akan diajarkan
o  Kepada siapa diajarkan
o  Apa sebab diajarkan dan dengan tujuan apa
o  Dalam urutan yang bagaimana
2. Pedoman Instruksional, diperoleh atas usaha pengajar untuk
   menguraikan isi pedoman kurikulum agar lebih spesifik sehingga
   lebih mudah untuk persiapan pembelajaran di kelas.
REFLEKSI BAB I
    Penyusunan kurikulum dalam suatu instansi pendidikan
memang sangat diperlukan agar proses pembelajaran dapat
berjalan dengan terencana, teratur dengan      efektif dan
efisien. Penyusunan kurikulum tentu harus sejalan dengan
tujuan instansi pendidikan, kebutuhan masyarakat, serta
aspek psikologis siswa. Suatu kurikulum mungkin sesuai jika
digunakan saat ini, tetapi belum tentu sesuai sesuai jika
masih digunakan untuk beberapa waktu mendatang. Oleh
karena itu kurikulum haruslah mengalami perkembangan
sesuai dengan perkembangan zaman untuk memaksimalkan
tujuan pendidikan. Selain itu kurikulum juga perlu
penguraian dalam pelaksanaannya agar lebih spesifik
sehingga tujuan kurikulum semakin jelas dan lebih mudah
dipahami oleh guru maupun siswa.
BAB II
DETERMINAN KURIKULUM
     Determinan kurikulum merupakan hal-hal yang secara
mendasar menentukan kurikulum (asas-asas kurikulum).
     A.Determinan Filosofis (pandangan pokok)
     Pendidikan pada dasarnya bersifat normatif jadi ditentukan
oleh sistem nilai-nilai yang dianut. Tujuan pendidikan adalah
membina warga negara yang baik. Norma-norma yang baik
terkandung dalam falsafah bangsa (Pancasila bagi Indonesia)
     B.Determinan Sosiologis
     Kurikulum mencerminkan keinginan, cita-cita, tuntutan dan
kebutuhan masyarakat. Keputusan mengenai kurikulum akhirnya
bergantung pada bagaimana pengembang kurikulum memandang
dunia tempat ia hidup, bagaimana bereaksi terhadap kebutuhan
golongan dalam masyarakat dan juga oleh falsafah hidup dan
falsafah pendidikannya.
C.   Determinan Psikologis
1.   Teori Belajar, yakni bagaimana siswa belajar
    Behaviorisme : pelajar sebagai organisme yang merespon
     terhadap stimulus dari dunia sekitarnya.
    Psikologi daya : belajar ialah mendisiplin dan menguatkan
     daya mental melalui latihan ketat.
    Pengembangan kognitif : kematangan mental
     berkembang secara berangsur-angsur karena interaksi
     dengan lingkungan.
    Teori lapangan (teori Gestalt) : individu belajar bukan
     hanya sekedar akumulasi pengetahuan tetapi juga
     menyangkut penalaran atau pemahaman
    Teori kepribadian : tiap individu berkembang melalui
     tahap-tahap perkembangan namun menurut cara dan
     kecepatan yang berbeda – beda antara individu satu
     dengan individu lainnya.
2.  Hakikat pelajar secara individual antara lain
   berkenaan dengan taraf :
 Motivasi
 Kesiapan
 Kematangan intelektual
 Kematangan emosional
 Latar belakang pengalaman

D. Determinan Hakikat Pengetahuan
Pengetahuan berubah dan meluas dengan kelakuan yang
   kian pesat sehingga menuntut para pengembang
   kurikulum untuk terus berupaya mengembangkan dan
   menetapkan pengetahuan apa yang harus diajarkan serta
   bagaimana pengorganisasiannya.
REFLEKSI BAB II
      Dalam hal menyusun dan menetapkan
kurikulum tidak hanya berkenaan denga materi apa
saja yang akan diajarkan kepada siswa. Penentuan
dasar penetapan kurikulum dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain falsafah atau landasan
pokok serta nialai-nilai yang dianut, kebutuhan
masyarakat sekitar, kondisi psikologis anak (usia,
faktor mental) serta perkembangan pengetahuan.
Intinya suatu kurikulum dibuat atau dirancang harus
sesuai dengan tujuan atau cita-cita, lingkungan
(tempat), serta kepada siapa kurikulum itu
diberlakukan. Dengan demikian tujuan dari
pendidikan pun akan tercapai.
1.Pendekatan Bidang Studi
Menggunakan bidang studi atau mata pelajaran
  sebagai dasar organisasi kurikulum.

2.Pendekatan Indisipliner
Membuat suatu keterkaitan antara satu disiplin ilmu
  dengan disiplin ilmu lainnya agar siswa bisa
  mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu yang
  merupakan bagian dari kehidupan manusia.
3.Pendekatan Rekonstruksionisme
Memfokuskan kurikulum pada masalah-masalah
  penting yang dihadapi masyarakat.
 Konservatif     : masalah sosial adalah hasil
  ciptaan manusia dan karena itu dapat diatasi
  (berupaya untuk memperbaiki hidup)
 Radikal : merombak tata sosial yang ada dan
  menciptakan tata sosial yang baru untuk
  memperbaiki mutu hidup karena tata sosial yang
  ada dianggap tidak akan pernah bisa adil dan
  diperbaiki.
4. Pendekatan Humanistik
Kurikulum mengutamakan perkembangan afektif
   serta memfokuskan pada kebutuhan siswa baik
   personal maupun sosial.

5. Pendekatan “Accountability”
Accountability merupakan pertanggung-jawaban
   lembaga pendidikan tentang pelaksanaan
   tugasnya pada masyarakat. Pendekatan ini
   menentukan standar dan tujuan spesifik yang
   jelas serta mengukur efektivitas berdasarkan
   taraf keberhasilan siswa mencapai standar
   tersebut.    Terdapat     2   jenis    pendekatan
   accountability yakni sistem tertutup (latihan) dan
   sistem terbuka (pendidikan)
Pendekatan pendekatan dalam pengembangan kurikulum
yang telah dijelaskan, tidak dapat ditentukan mana
pendekatan yang terbaik dan terburuk dalam menyusun suatu
kurikulum pendidikan dikarenakan pendekatan-pendekatan
tersebut mempunyai karakteristik tersendiri dan tujuan yang
berbeda. Keenam pendekatan tersebut digunakan sesuai
dengan kebutuhan para pelajar dan guru dalam menjalankan
pembelajaran. Tetapi alangkah lebih baiknya jika pendekatan-
pendekatan tersebut bisa dikombinasikan denga komposisi
yang baik dalam menyusun kurikulum pendidikan.
Pengkombinasian tersebut bisa melalui pengambilan sisi
positif yang dimiliki masing-masing pendekatan. Dengan
demikian kandungan isi kurikulum akan lebih lengkap dan
bervariasi sehingga siswa tidak hanya berkembang dalam
satu aspek saja.
BAB IV
           TUJUAN PENGAJARAN

A. Tujuan Umum
Tujuan umum pendidikan menggambarkan hasil
   belajar siswa secara umum yang diharapkan oleh
   lembaga pendidikan. Tujuan umum menentukan
   apa yang harus dicapai, bukan sebagai alat untuk
   memberi petunjuk bagaimana proses belajar
   mengajar dilakukan.
B. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Tujuan ini menyatakan arah yang jelas tentang
   bagaimana proses belajar mengajar berlangsung,
   namun masih bersifat umum dan belum spesifik.
C. Tujuan Instruksional Khusus
Tujuan ini menyatakan secara spesifik tentang
   seperti apa dan bagaimana proses belajar
   mengajar berlangsung. TIK dinyatakan dengan
   kata   kerja   yang   mengandung    “action”
   (perbuatan)

Ranah Belajar
 Kognitif : pengetahuan yang dipelajari siswa
 Afektif : sikap siswa
 Psikomotor : keterampilan siswa
REFLEKSI BAB IV

   Ada tiga ranah yang menjadi tujuan pendidikan
yakni kognitif, afektif dan psikomotor. Ketiga ranah ini
harus diperhatikan dalam perumusan tujuan
pendidikan. Tujuan umum sering menunjukan tingkat
pencapaian ketiga ranah belajar yang tinggi. Namun
jika tidak dibarengi dengan rumusan TIU dan TIK
yang jelas dan konsisten dengan tujuan umum, maka
hasil yang diharapkan pun tidak akan tercapai.
BAB V
      STRATEGI DAN SUMBER
           MENGAJAR
A. Rasional
Dengan adanya perencanaan yang cermat
   mengenai strategi dan sumber mengajar
   lebih terjamin bahwa kurikulum dapat
   diwujudkan dan apa yang diajarkan
   dikuasai dan dimiliki siswa.
B. Sumber Mengajar
Bisa berupa buku pelajaran, buku referensi,
   majalah, transparansi, proyektor serta
   segala alat dan bahan lainnya yang dapat
   menunjang proses belajar mengajar.
C.  Strategi Mengajar
Strategi mengajar memiliki berbagai variasi dalam
    pelaksanaannya tergantung dari tujuan tingkat
    pembelajaran. Strategi yang lazim digunakan
    menurut tingkatan tujuan pembelajaran :
 Kuliah
 Demonstrasi
 Praktek latihan
 Diskusi-bertanya
 Analisis situasi-dilema
 Inkuiri-pertemuan
 Kerja lapangan
 Pemprosesan informasi
 Penelitian akademis
 Pemecahan masalah
 Dramatisasi
 Simulasi
 Synectics
 Proyek aksi sosial
REFLEKSI BAB V
    Dalam proses belajar-mengajar strategi mengajar
sangat perlu diterapkan agar proses pembelajaran
berjalan efektif sehingga mencapai tujuan pendidikan.
Strategi mengajar merupakan suatu bentuk dari
pelaksanaan     kurikulum   sehingga     sangat   perlu
pelaksanaan dan perencanaan yang baik dan tentunya
sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan. Walaupun
suatu kurikulum sangat sempurna penyusunannya,
tetapi tidak dibarengi dengan strategi mengajar yang
baik maka tujuan pembelajaran pun tidak akan tercapai
secara maksimal. Dari penjabaran di atas, sekiranya
strategi mengajar seperti apa yang sesuai diterapkan di
tingkat universitas khususnya di Indonesia ??
BAB VI
       MENDISAIN RENCANA EVALUASI
               KURIKULUM
   Tujuan evalusi kurikulum diantaranya untuk
mengatur tingkat pencapaian tujuan, menilai
efektivitas kurikulum, dan menentukan faktor
biaya, waktu dan tingkat keberhasilan kurikulum.
   Desain evaluasi menguraikan tentang data yang
harus dikumpulkan dan analisis data untuk
membuktikan nilai dan efektivitas kurikulum.
Langkah-langkah desain evalusi kurikulum :

a.Merumuskan tujuan evaluasi
Tujuan evaluasi yang komperehensif meliputi tiga dimensi
  yaitu formatif- sumatif, proses-produk, opreasi-hasil
  belajar siswa. Dalam penilaian harusnya meliputi ketiga
  dimensi tersebut, namun terkadang yang diperlukan
  hanya evaluasi partial (evaluasi sebagian).

b.Proses dan Metodologi Penilaian
Terdapat beberapa model evaluasi yang dapat digunakan
  untuk mendesain proses dan metodologi penialain
  kurikulum. Model-model evaluasi ini digunakan
  bergantung pada tujuan evaluasi, waktu dan biaya serta
  tingkat kecermatan dan kespesifikan yang diinginkan.
  Model-model tersebut diantaranya model diskrepansi
  provus, model CIPP Stufflebean, model transformasi
  kualitas eisner, dan model lingkaran tertutup corrigon.
c. Data, Instrumen, dan Prosedur
   Pengumpulannya
• Data “keras” berupa fakta seperti score test,
   absensi, pembiayaan dsb.
• Data “lunak” seperti persepsi dan pendapat
   orang yang dapat berbeda-beda.
d. Mengumpulkan, Menyusun dan
   Mengolah Data
e. Menganalisis dan melaporkan data
Proses analisis berhubungan dengan tujuan
   evaluasi yakni hasil-hasil, kesimpulan, dan
   rekomendasi.
REFLEKSI BAB VI
   Evaluasi kurikulum perlu dilakukan untuk
melihat sejauh mana kurikulum itu berhasil
diterapkan dalam lembaga pendidikan. Dari hasil
evaluasi tersebut bisa dilihat dimana keunggulan
dan kelemahan dari suatu kurikulum. Hal ini dapat
menjadi pedoman untuk penyusunan kurikulum
selanjutnya yang tentunya diharapkan dapat lebih
baik dari kurikulum sebelumnya.
BAB VII
DISAIN RENCANA INSTRUKSIONAL PENGAJARAN
                 EFEKTIF
    Instruksi atau pengajaran adalah proses interaktif yang
berlangsung antara guru dengan siswa dengan tujuan untuk
memperoleh        pengetahuan,       keterampilan,     serta
memantapkan apa yang dipelajari.
    Pengajaran efektif merupakan proses sirkuler (berupa
lingkaran) yang setidaknya terdiri dari 4 komponen :
REFLEKSI BAB VII
    Pengajaran dikatakan efektif jika pengajaran mencapai
tujuan yang diharapkan yakni keberhasilan siswa dalam
memahami dan menguasai pelajaran. Guru sebagai pengajar
menentukan tingkat keberhasilan proses pembelajaran di
kelas. Seorang guru harus mampu merencanakan dan
melaksanakan pembelajaran yang efektif dengan tidak hanya
memberikan materi pelajaran saja, tetapi harus mampu
mendorong, memotivasi dan membimbing siswa dalam
belajar. Selain itu tentu saja harus memperhatikan juga
waktu dalam proses pembelajaran. Intinya untuk mencapai
pengajaran efektif guru dituntut untuk bersikap profesional.
BAB VIII
 MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN BERFIKIR
      DAN MEMECAHKAN MASALAH
   Pemecahan masalah adalah pengambilan keputusan
secara rasional dengan mengolah informasi yang diperoleh
melalui pengamatan untuk mencapai suatu hasil pemikiran.
   Pendekatan –pendekatan dalam pemecahan
masalah
   a.Yang bertalian dengan waktu
   Reaktif : tidak memiliki banyak alternatif pemecahan
masalah karena waktu yang singkat atau terbelenggu oleh
adat kebiasaaan.
   Antisifatif : masalah dipikirkan sejak awal timbulnya
sehingga punya banyak alternatif pemecahan masalah.
b. Yang berkenaan dengan kedalaman analisis
 Reflektif : masalah dipikirkan secara mendalam
 Implusif: masalah dipecahkan berdasarkan insting
   atau perasaan.
Tipe-tipe berfikir :
 Divergen : membuka diri terhadap ide baru
 Konvergen : konservatif, (kurang terbuka pada ide
   baru)
REFLEKSI BAB VIII
    Untuk dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah, maka seorang guru harus mampu
membantu      siswa    dalam    menguasai     unsur-unsur
keterampilan berpikir karena dengan menguasai hal
tersebut akan sangat membantu siswa dalam memecahkan
masalah. Siswa hendaknya dibiasakan untuk melatih unsur
keterampilan berpikir seperti mengamati, menyusun dan
membuat kesimpulan dalam kegiatan belajar di kelas
maupun di luar kelas. Dengan begitu siswa akan terbiasa
untuk “berpikir” tidak hanya sekedar “tahu” tentang suatu
hal. Berkenaan dengan tipe-tipe berpikir baik divergen
maupun konvergen memiliki kelemahan dan keunggulan
masing-masing.     Berpikir  divergen    berguna    untuk
mendapatkan ide-ide baru untuk dijadikan referensi bagi
pengambilan keputusan. Sedangkan berpikir konvergen,
bisa digunakan dalam hal pengambilan tindakan dan
mengevaluasi suatu keputusan yang telah dipikirkan
matang-matang dari hasil pemikiran divergen.
BAB IX
PERENCANAAN INSTRUKSIONAL UNTUK
        TUJUAN AFEKTIF
  Tujuan Pendidikan Nilai-Nilai
Nilai adalaha seperangkat sikap yang dijadikan dasar
   pertimbangan, prinsip sebagai ukuran bagi kelakuan. Tujuan
   pendidikan nilai adalah untuk meningkatkan mutu pemikiran
   dan perasaan siswa terhadap nilai-nilai yang mereka miliki.

 Pendidikan moral
Moral adalah seperangkat nilai, prinsip yang diterima baik dalam
  suatu kontek kultur tertentu. Tujuan pendidikan moral adalah
  untuk membantu siswa agar mampu memberi pendapat yang
  bertanggung jawab, adil dan matang.

 Pendidikan afektif
Mencakup pendidikan nilai dan moral. Tujuannya membantu
  siswa dalam mematangkan diri secara moral dan
  menginternalisasi nilai-nilai yang diterima.
 Nilai-nilai dan penelitian otak
Otak mempengaruhi sistem kepercayaan, sikap serta
  pandangan terhadap nilai-nilai. Menurut penelitian
  tahun 1960-1970, otak kiri manusia berfungsi logis-
  linguistik, sedangkan otak kanan berfungsi afektif-
  kreatif.
 Komunikasi dan informasi baru dalam hubungannya
  dengan pendidikan afektif
Hakikat dan isi informasi yang diterima oleh manusia
  bergantung pada sejumlah faktor yang saling
  berhubungan yaitu kepercayaan, sikap dan nilai-nilai.
  Selain itu terdapat faktor yang mempengaruhi
  informasi yaitu kredibilitas, kesiapan internal, motivasi
  dan metode, atau proses penerimaan informasi.

 Perubahan kelakuan sebagai pengaruh informasi baru
Belajar hakikatnya adalah menerima informasi-informasi
  baru yang akan berpengaruh pada kelakuan siswa.
REFLEKSI BAB IX
   Tujuan afektif dalam suatu kurikulum sangat
penting keberadaannya karena menyangkut
perubahan tingkah laku, pola pikir, dan sikap
siswa. Penyusunan kurikulum dan desain
instruksional afektif harus ditangani sama
seperti penyusunan kognitif sekolah, karena
aspek afektif juga sangat penting bagi
perkembangan siswa dalam hal efektivitas serta
produktivitasnya sebagai siswa, individu dan
warga negara.
Pendidikan afektif dipandang sebagai bidang
studi indisipliner karena didasarkan atas
berbagai bidang ilmu. Bidang-bidang ilmu
tersebut diantaranya:
   a. Filosofi sosial
   Tokoh yang berpengaruh :
   Thomas Hobbes (Teori Kontrak Sosial)
   Jean Jacques Rousseau (Naturalisme)
   Immanuel Kant (Rasionalisme)
   Emile Durkheim (Teori Konteks Sosial)
b. Psikologi
Tokoh yang berpengaruh :
  Sigmund Freud : kepribadian terbentuk dari ego,
   super ego dan id (diri tak sadar)
  John Dewey : pertumbuhan moral berlangsung
   secara berangsur-angsur.
  Jean Piaget : belajar dipengaruhi lingkungan
   eksternal
c. Kepribadian
Tokoh yang berpengaruh
  Peck & Havighurst : membagi 5 tipe kepribadian,
   amoral, expendient, conformist, irrasional, rational.
  Abraham maslow : tipa orang mempunyai motivasi
   yang berbeda-beda namun nilai-nilai sama bagi
   setiap orang.
Model-model pendidikan afektif
 Model Konsiderasi (kepedulian terhadap orang lain)
 Model Pembentukan Rasional (Kematangan pemikiran
  moral)
 Model “Values Clarification” (proses perolehan gambaran
  yang jelas tentang nilai-nilai)
 Model Pengembangan Kognitif (perkembangan
  berangsur-angsur, bertahap tanpa lompatan)
 Model Analisis Nilai (mencapai prinsip penilaian melalui
  pengumpulan dan analisis data secara sistematis,
  rasional dan ilmiah)
 Model Aksi Sosial (pengembangan kompetensi
  kewarganegaraan siswa)
 Model Masa Depan : Sains-Teknologi Masyarakat
  ( masalah sosial berkaitan erat dengan ilmu
  pengetahuan dan teknologi
Pendidikan afektif dipengaruhi oleh falsafah
moral,    psikologi    dan    kepribadian.     Dalam
menjalankan pendidikan afektif seorang guru dapat
mengambil inspirasi dari beberapa tokoh dunia
dalam menyusun dan melaksanakan kurikulum.
Pendidikan afektif akan lebih efektif jika
dilaksanakan secara bertahap dari tingkat yang
paling rendah hingga tingkat yang paling tinggi tanpa
melewatkan satu tahap pun. Semuanya harus
terurut sehingga siswa dapat mencapai kematangan
berpikir mengenai nilai dan moral.
Kurikulum dan pengajaran editan

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Kurikulum & Pembelajaran
Kurikulum & PembelajaranKurikulum & Pembelajaran
Kurikulum & Pembelajaran
martinus22
 
Komponen komponen kurikulum
Komponen komponen kurikulumKomponen komponen kurikulum
Komponen komponen kurikulum
chytra Daud
 
Kurikulum Dan Pembelajaran
Kurikulum Dan PembelajaranKurikulum Dan Pembelajaran
Kurikulum Dan Pembelajaran
02041989
 
Kurikulum dan pembelajaran
Kurikulum dan pembelajaranKurikulum dan pembelajaran
Kurikulum dan pembelajaran
E Pratiwi
 
Bab 1 kurikulum
Bab 1 kurikulumBab 1 kurikulum
Bab 1 kurikulum
DoEy Mas
 
Jenis-Jenis Kurikulum Group 7
Jenis-Jenis Kurikulum Group 7Jenis-Jenis Kurikulum Group 7
Jenis-Jenis Kurikulum Group 7
Woelan EL
 
Kurikulum Dan Pembelajaran
Kurikulum Dan PembelajaranKurikulum Dan Pembelajaran
Kurikulum Dan Pembelajaran
9359
 
6812170 kurikulum-model-kurikulum
6812170 kurikulum-model-kurikulum6812170 kurikulum-model-kurikulum
6812170 kurikulum-model-kurikulum
Star Ng
 
Tajuk 11-model-pembinaan-kurikulum
Tajuk 11-model-pembinaan-kurikulumTajuk 11-model-pembinaan-kurikulum
Tajuk 11-model-pembinaan-kurikulum
Hayati Mustaffa
 
Ppt pembelajaran dan pengembangan kurikulum
Ppt pembelajaran dan pengembangan kurikulumPpt pembelajaran dan pengembangan kurikulum
Ppt pembelajaran dan pengembangan kurikulum
Nikmah Nurvicalesti
 

Was ist angesagt? (20)

Pembinaan Pelaksanaan Kurikulum
Pembinaan Pelaksanaan KurikulumPembinaan Pelaksanaan Kurikulum
Pembinaan Pelaksanaan Kurikulum
 
Kurikulum & Pembelajaran
Kurikulum & PembelajaranKurikulum & Pembelajaran
Kurikulum & Pembelajaran
 
Komponen komponen kurikulum
Komponen komponen kurikulumKomponen komponen kurikulum
Komponen komponen kurikulum
 
MODEL-MODEL KURIKULUM
MODEL-MODEL KURIKULUMMODEL-MODEL KURIKULUM
MODEL-MODEL KURIKULUM
 
Kurikulum dan pembelajaran
Kurikulum dan pembelajaranKurikulum dan pembelajaran
Kurikulum dan pembelajaran
 
Administrasi pendidikan bidang garapan kurikulum
Administrasi pendidikan bidang garapan kurikulumAdministrasi pendidikan bidang garapan kurikulum
Administrasi pendidikan bidang garapan kurikulum
 
Proses pengembangan kurikulum
Proses pengembangan kurikulumProses pengembangan kurikulum
Proses pengembangan kurikulum
 
Kurikulum Dan Pembelajaran
Kurikulum Dan PembelajaranKurikulum Dan Pembelajaran
Kurikulum Dan Pembelajaran
 
Pengertian, Peran dan Fungsi Kurikulum
Pengertian, Peran dan Fungsi KurikulumPengertian, Peran dan Fungsi Kurikulum
Pengertian, Peran dan Fungsi Kurikulum
 
Kurikulum dan pembelajaran
Kurikulum dan pembelajaranKurikulum dan pembelajaran
Kurikulum dan pembelajaran
 
Komponen-Komponen Pengembangan Kurikulum
Komponen-Komponen Pengembangan KurikulumKomponen-Komponen Pengembangan Kurikulum
Komponen-Komponen Pengembangan Kurikulum
 
Bab 1 kurikulum
Bab 1 kurikulumBab 1 kurikulum
Bab 1 kurikulum
 
Jenis-Jenis Kurikulum Group 7
Jenis-Jenis Kurikulum Group 7Jenis-Jenis Kurikulum Group 7
Jenis-Jenis Kurikulum Group 7
 
Kurikulum Dan Pembelajaran
Kurikulum Dan PembelajaranKurikulum Dan Pembelajaran
Kurikulum Dan Pembelajaran
 
Komponen Kurikulum PPT
Komponen Kurikulum PPTKomponen Kurikulum PPT
Komponen Kurikulum PPT
 
6812170 kurikulum-model-kurikulum
6812170 kurikulum-model-kurikulum6812170 kurikulum-model-kurikulum
6812170 kurikulum-model-kurikulum
 
Tajuk 11-model-pembinaan-kurikulum
Tajuk 11-model-pembinaan-kurikulumTajuk 11-model-pembinaan-kurikulum
Tajuk 11-model-pembinaan-kurikulum
 
Minggu 8
Minggu 8Minggu 8
Minggu 8
 
Kurikulum vs instruksi
Kurikulum vs instruksiKurikulum vs instruksi
Kurikulum vs instruksi
 
Ppt pembelajaran dan pengembangan kurikulum
Ppt pembelajaran dan pengembangan kurikulumPpt pembelajaran dan pengembangan kurikulum
Ppt pembelajaran dan pengembangan kurikulum
 

Ähnlich wie Kurikulum dan pengajaran editan (20)

Aan rukanda
Aan rukandaAan rukanda
Aan rukanda
 
28655207 makalah-pengembangan-kurikulum
28655207 makalah-pengembangan-kurikulum28655207 makalah-pengembangan-kurikulum
28655207 makalah-pengembangan-kurikulum
 
Kurikulum Dan Pengajaran
Kurikulum Dan PengajaranKurikulum Dan Pengajaran
Kurikulum Dan Pengajaran
 
Mimin
MiminMimin
Mimin
 
Mimin
MiminMimin
Mimin
 
Mimin
MiminMimin
Mimin
 
Mimin
MiminMimin
Mimin
 
Mimin
MiminMimin
Mimin
 
Mimin
MiminMimin
Mimin
 
Kurikulum Dan Pengajaran
Kurikulum Dan PengajaranKurikulum Dan Pengajaran
Kurikulum Dan Pengajaran
 
Kurikulum dan pembelajaran... adit
Kurikulum dan pembelajaran... aditKurikulum dan pembelajaran... adit
Kurikulum dan pembelajaran... adit
 
Tugas Kurikulum
Tugas KurikulumTugas Kurikulum
Tugas Kurikulum
 
Tugas Kurikulum
Tugas KurikulumTugas Kurikulum
Tugas Kurikulum
 
Tugas Kurikulum
Tugas KurikulumTugas Kurikulum
Tugas Kurikulum
 
Pengembangan kurikulum di sekolah
Pengembangan kurikulum di sekolahPengembangan kurikulum di sekolah
Pengembangan kurikulum di sekolah
 
Tugas Kurikulum Asep
Tugas Kurikulum AsepTugas Kurikulum Asep
Tugas Kurikulum Asep
 
Pendekatan pengembangan kurikulum
Pendekatan pengembangan kurikulumPendekatan pengembangan kurikulum
Pendekatan pengembangan kurikulum
 
Sansan Riyana 2a Pe(Kurikulum Dan Pembelajaran) Format Link
Sansan Riyana 2a Pe(Kurikulum Dan Pembelajaran) Format LinkSansan Riyana 2a Pe(Kurikulum Dan Pembelajaran) Format Link
Sansan Riyana 2a Pe(Kurikulum Dan Pembelajaran) Format Link
 
San
SanSan
San
 
Sansan Riyana 2a Pe(Kurikulum Dan Pembelajaran) Format Link
Sansan Riyana 2a Pe(Kurikulum Dan Pembelajaran) Format LinkSansan Riyana 2a Pe(Kurikulum Dan Pembelajaran) Format Link
Sansan Riyana 2a Pe(Kurikulum Dan Pembelajaran) Format Link
 

Kürzlich hochgeladen

SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptSEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
AlfandoWibowo2
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
novibernadina
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
IvvatulAini
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
JarzaniIsmail
 

Kürzlich hochgeladen (20)

LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptSEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptxPelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAE-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 

Kurikulum dan pengajaran editan

  • 1. KURIKULUM DAN PENGAJARAN S. Nasution M.A. Penulis : Prof. Dr. Penerbit : PT Bumi Aksara, Jakarta Tahun Terbit : Cetakan 4, Juli 2006 Jumlah halaman : x + 183 Ririn Romayanti (2011031120) Pendidikan Ekonomi / IIA
  • 2. BAB I KONSEP-KONSEP DASAR KURIKULUM DAN PENGAJARAN A. Pengertian Kurikulum Kurikulum dipandang, sebagai suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses belajar-mengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya. 1. Kurikulum formal meliputi :  Tujuan pelajaran, umum & spesifik  Bahan pelajaran yang tersusun sistematis  Strategi belejar-mengajar serta kegiatan-kegiatannya  Sistem evaluasi 2. Kurikulum tak formal : kegiatan yang direncanakan tetapi tidak berkaitan langsung dengan bidang akademis. Misalnya, pertunjukan sandiwara, paskibra 3. Kurikulum tersembunyi : aturan yang tak tertulis dalam proses pembelajaran. Sebagian menganggap ini tidak tergolong kurikulum karena tidak direncanakan
  • 3. B. Proses Pengembangan Kurikulum 1. Pedoman Kurikulum meliputi :  Latar Belakang, berisi rumusan falsafah dan tujuan lembaga pendidikan, populasi yang menjadi sasaran, rasional bidang studi atau mata kuliah serta struktur organisasi bahan pelajaran.  Silabus, berisi mata pelajaran secara lebih terinci yang diberikan yakni scope (ruang lingkup), dan sequence (urutan pengajiannya).  Desain Evaluasi, termasuk strategi revisi atau perbaikan Pedoman kurikulum disusun untuk: o Menentukan apa yang akan diajarkan o Kepada siapa diajarkan o Apa sebab diajarkan dan dengan tujuan apa o Dalam urutan yang bagaimana 2. Pedoman Instruksional, diperoleh atas usaha pengajar untuk menguraikan isi pedoman kurikulum agar lebih spesifik sehingga lebih mudah untuk persiapan pembelajaran di kelas.
  • 4. REFLEKSI BAB I Penyusunan kurikulum dalam suatu instansi pendidikan memang sangat diperlukan agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan terencana, teratur dengan efektif dan efisien. Penyusunan kurikulum tentu harus sejalan dengan tujuan instansi pendidikan, kebutuhan masyarakat, serta aspek psikologis siswa. Suatu kurikulum mungkin sesuai jika digunakan saat ini, tetapi belum tentu sesuai sesuai jika masih digunakan untuk beberapa waktu mendatang. Oleh karena itu kurikulum haruslah mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan zaman untuk memaksimalkan tujuan pendidikan. Selain itu kurikulum juga perlu penguraian dalam pelaksanaannya agar lebih spesifik sehingga tujuan kurikulum semakin jelas dan lebih mudah dipahami oleh guru maupun siswa.
  • 5. BAB II DETERMINAN KURIKULUM Determinan kurikulum merupakan hal-hal yang secara mendasar menentukan kurikulum (asas-asas kurikulum). A.Determinan Filosofis (pandangan pokok) Pendidikan pada dasarnya bersifat normatif jadi ditentukan oleh sistem nilai-nilai yang dianut. Tujuan pendidikan adalah membina warga negara yang baik. Norma-norma yang baik terkandung dalam falsafah bangsa (Pancasila bagi Indonesia) B.Determinan Sosiologis Kurikulum mencerminkan keinginan, cita-cita, tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Keputusan mengenai kurikulum akhirnya bergantung pada bagaimana pengembang kurikulum memandang dunia tempat ia hidup, bagaimana bereaksi terhadap kebutuhan golongan dalam masyarakat dan juga oleh falsafah hidup dan falsafah pendidikannya.
  • 6. C. Determinan Psikologis 1. Teori Belajar, yakni bagaimana siswa belajar  Behaviorisme : pelajar sebagai organisme yang merespon terhadap stimulus dari dunia sekitarnya.  Psikologi daya : belajar ialah mendisiplin dan menguatkan daya mental melalui latihan ketat.  Pengembangan kognitif : kematangan mental berkembang secara berangsur-angsur karena interaksi dengan lingkungan.  Teori lapangan (teori Gestalt) : individu belajar bukan hanya sekedar akumulasi pengetahuan tetapi juga menyangkut penalaran atau pemahaman  Teori kepribadian : tiap individu berkembang melalui tahap-tahap perkembangan namun menurut cara dan kecepatan yang berbeda – beda antara individu satu dengan individu lainnya.
  • 7. 2. Hakikat pelajar secara individual antara lain berkenaan dengan taraf :  Motivasi  Kesiapan  Kematangan intelektual  Kematangan emosional  Latar belakang pengalaman D. Determinan Hakikat Pengetahuan Pengetahuan berubah dan meluas dengan kelakuan yang kian pesat sehingga menuntut para pengembang kurikulum untuk terus berupaya mengembangkan dan menetapkan pengetahuan apa yang harus diajarkan serta bagaimana pengorganisasiannya.
  • 8. REFLEKSI BAB II Dalam hal menyusun dan menetapkan kurikulum tidak hanya berkenaan denga materi apa saja yang akan diajarkan kepada siswa. Penentuan dasar penetapan kurikulum dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain falsafah atau landasan pokok serta nialai-nilai yang dianut, kebutuhan masyarakat sekitar, kondisi psikologis anak (usia, faktor mental) serta perkembangan pengetahuan. Intinya suatu kurikulum dibuat atau dirancang harus sesuai dengan tujuan atau cita-cita, lingkungan (tempat), serta kepada siapa kurikulum itu diberlakukan. Dengan demikian tujuan dari pendidikan pun akan tercapai.
  • 9. 1.Pendekatan Bidang Studi Menggunakan bidang studi atau mata pelajaran sebagai dasar organisasi kurikulum. 2.Pendekatan Indisipliner Membuat suatu keterkaitan antara satu disiplin ilmu dengan disiplin ilmu lainnya agar siswa bisa mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu yang merupakan bagian dari kehidupan manusia.
  • 10. 3.Pendekatan Rekonstruksionisme Memfokuskan kurikulum pada masalah-masalah penting yang dihadapi masyarakat.  Konservatif : masalah sosial adalah hasil ciptaan manusia dan karena itu dapat diatasi (berupaya untuk memperbaiki hidup)  Radikal : merombak tata sosial yang ada dan menciptakan tata sosial yang baru untuk memperbaiki mutu hidup karena tata sosial yang ada dianggap tidak akan pernah bisa adil dan diperbaiki.
  • 11. 4. Pendekatan Humanistik Kurikulum mengutamakan perkembangan afektif serta memfokuskan pada kebutuhan siswa baik personal maupun sosial. 5. Pendekatan “Accountability” Accountability merupakan pertanggung-jawaban lembaga pendidikan tentang pelaksanaan tugasnya pada masyarakat. Pendekatan ini menentukan standar dan tujuan spesifik yang jelas serta mengukur efektivitas berdasarkan taraf keberhasilan siswa mencapai standar tersebut. Terdapat 2 jenis pendekatan accountability yakni sistem tertutup (latihan) dan sistem terbuka (pendidikan)
  • 12. Pendekatan pendekatan dalam pengembangan kurikulum yang telah dijelaskan, tidak dapat ditentukan mana pendekatan yang terbaik dan terburuk dalam menyusun suatu kurikulum pendidikan dikarenakan pendekatan-pendekatan tersebut mempunyai karakteristik tersendiri dan tujuan yang berbeda. Keenam pendekatan tersebut digunakan sesuai dengan kebutuhan para pelajar dan guru dalam menjalankan pembelajaran. Tetapi alangkah lebih baiknya jika pendekatan- pendekatan tersebut bisa dikombinasikan denga komposisi yang baik dalam menyusun kurikulum pendidikan. Pengkombinasian tersebut bisa melalui pengambilan sisi positif yang dimiliki masing-masing pendekatan. Dengan demikian kandungan isi kurikulum akan lebih lengkap dan bervariasi sehingga siswa tidak hanya berkembang dalam satu aspek saja.
  • 13. BAB IV TUJUAN PENGAJARAN A. Tujuan Umum Tujuan umum pendidikan menggambarkan hasil belajar siswa secara umum yang diharapkan oleh lembaga pendidikan. Tujuan umum menentukan apa yang harus dicapai, bukan sebagai alat untuk memberi petunjuk bagaimana proses belajar mengajar dilakukan. B. Tujuan Instruksional Umum (TIU) Tujuan ini menyatakan arah yang jelas tentang bagaimana proses belajar mengajar berlangsung, namun masih bersifat umum dan belum spesifik.
  • 14. C. Tujuan Instruksional Khusus Tujuan ini menyatakan secara spesifik tentang seperti apa dan bagaimana proses belajar mengajar berlangsung. TIK dinyatakan dengan kata kerja yang mengandung “action” (perbuatan) Ranah Belajar  Kognitif : pengetahuan yang dipelajari siswa  Afektif : sikap siswa  Psikomotor : keterampilan siswa
  • 15. REFLEKSI BAB IV Ada tiga ranah yang menjadi tujuan pendidikan yakni kognitif, afektif dan psikomotor. Ketiga ranah ini harus diperhatikan dalam perumusan tujuan pendidikan. Tujuan umum sering menunjukan tingkat pencapaian ketiga ranah belajar yang tinggi. Namun jika tidak dibarengi dengan rumusan TIU dan TIK yang jelas dan konsisten dengan tujuan umum, maka hasil yang diharapkan pun tidak akan tercapai.
  • 16. BAB V STRATEGI DAN SUMBER MENGAJAR A. Rasional Dengan adanya perencanaan yang cermat mengenai strategi dan sumber mengajar lebih terjamin bahwa kurikulum dapat diwujudkan dan apa yang diajarkan dikuasai dan dimiliki siswa. B. Sumber Mengajar Bisa berupa buku pelajaran, buku referensi, majalah, transparansi, proyektor serta segala alat dan bahan lainnya yang dapat menunjang proses belajar mengajar.
  • 17. C. Strategi Mengajar Strategi mengajar memiliki berbagai variasi dalam pelaksanaannya tergantung dari tujuan tingkat pembelajaran. Strategi yang lazim digunakan menurut tingkatan tujuan pembelajaran :  Kuliah  Demonstrasi  Praktek latihan  Diskusi-bertanya  Analisis situasi-dilema  Inkuiri-pertemuan  Kerja lapangan  Pemprosesan informasi  Penelitian akademis  Pemecahan masalah  Dramatisasi  Simulasi  Synectics  Proyek aksi sosial
  • 18. REFLEKSI BAB V Dalam proses belajar-mengajar strategi mengajar sangat perlu diterapkan agar proses pembelajaran berjalan efektif sehingga mencapai tujuan pendidikan. Strategi mengajar merupakan suatu bentuk dari pelaksanaan kurikulum sehingga sangat perlu pelaksanaan dan perencanaan yang baik dan tentunya sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan. Walaupun suatu kurikulum sangat sempurna penyusunannya, tetapi tidak dibarengi dengan strategi mengajar yang baik maka tujuan pembelajaran pun tidak akan tercapai secara maksimal. Dari penjabaran di atas, sekiranya strategi mengajar seperti apa yang sesuai diterapkan di tingkat universitas khususnya di Indonesia ??
  • 19. BAB VI MENDISAIN RENCANA EVALUASI KURIKULUM Tujuan evalusi kurikulum diantaranya untuk mengatur tingkat pencapaian tujuan, menilai efektivitas kurikulum, dan menentukan faktor biaya, waktu dan tingkat keberhasilan kurikulum. Desain evaluasi menguraikan tentang data yang harus dikumpulkan dan analisis data untuk membuktikan nilai dan efektivitas kurikulum.
  • 20. Langkah-langkah desain evalusi kurikulum : a.Merumuskan tujuan evaluasi Tujuan evaluasi yang komperehensif meliputi tiga dimensi yaitu formatif- sumatif, proses-produk, opreasi-hasil belajar siswa. Dalam penilaian harusnya meliputi ketiga dimensi tersebut, namun terkadang yang diperlukan hanya evaluasi partial (evaluasi sebagian). b.Proses dan Metodologi Penilaian Terdapat beberapa model evaluasi yang dapat digunakan untuk mendesain proses dan metodologi penialain kurikulum. Model-model evaluasi ini digunakan bergantung pada tujuan evaluasi, waktu dan biaya serta tingkat kecermatan dan kespesifikan yang diinginkan. Model-model tersebut diantaranya model diskrepansi provus, model CIPP Stufflebean, model transformasi kualitas eisner, dan model lingkaran tertutup corrigon.
  • 21. c. Data, Instrumen, dan Prosedur Pengumpulannya • Data “keras” berupa fakta seperti score test, absensi, pembiayaan dsb. • Data “lunak” seperti persepsi dan pendapat orang yang dapat berbeda-beda. d. Mengumpulkan, Menyusun dan Mengolah Data e. Menganalisis dan melaporkan data Proses analisis berhubungan dengan tujuan evaluasi yakni hasil-hasil, kesimpulan, dan rekomendasi.
  • 22. REFLEKSI BAB VI Evaluasi kurikulum perlu dilakukan untuk melihat sejauh mana kurikulum itu berhasil diterapkan dalam lembaga pendidikan. Dari hasil evaluasi tersebut bisa dilihat dimana keunggulan dan kelemahan dari suatu kurikulum. Hal ini dapat menjadi pedoman untuk penyusunan kurikulum selanjutnya yang tentunya diharapkan dapat lebih baik dari kurikulum sebelumnya.
  • 23. BAB VII DISAIN RENCANA INSTRUKSIONAL PENGAJARAN EFEKTIF Instruksi atau pengajaran adalah proses interaktif yang berlangsung antara guru dengan siswa dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, serta memantapkan apa yang dipelajari. Pengajaran efektif merupakan proses sirkuler (berupa lingkaran) yang setidaknya terdiri dari 4 komponen :
  • 24. REFLEKSI BAB VII Pengajaran dikatakan efektif jika pengajaran mencapai tujuan yang diharapkan yakni keberhasilan siswa dalam memahami dan menguasai pelajaran. Guru sebagai pengajar menentukan tingkat keberhasilan proses pembelajaran di kelas. Seorang guru harus mampu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran yang efektif dengan tidak hanya memberikan materi pelajaran saja, tetapi harus mampu mendorong, memotivasi dan membimbing siswa dalam belajar. Selain itu tentu saja harus memperhatikan juga waktu dalam proses pembelajaran. Intinya untuk mencapai pengajaran efektif guru dituntut untuk bersikap profesional.
  • 25. BAB VIII MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN BERFIKIR DAN MEMECAHKAN MASALAH Pemecahan masalah adalah pengambilan keputusan secara rasional dengan mengolah informasi yang diperoleh melalui pengamatan untuk mencapai suatu hasil pemikiran. Pendekatan –pendekatan dalam pemecahan masalah a.Yang bertalian dengan waktu Reaktif : tidak memiliki banyak alternatif pemecahan masalah karena waktu yang singkat atau terbelenggu oleh adat kebiasaaan. Antisifatif : masalah dipikirkan sejak awal timbulnya sehingga punya banyak alternatif pemecahan masalah.
  • 26. b. Yang berkenaan dengan kedalaman analisis  Reflektif : masalah dipikirkan secara mendalam  Implusif: masalah dipecahkan berdasarkan insting atau perasaan. Tipe-tipe berfikir :  Divergen : membuka diri terhadap ide baru  Konvergen : konservatif, (kurang terbuka pada ide baru)
  • 27. REFLEKSI BAB VIII Untuk dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah, maka seorang guru harus mampu membantu siswa dalam menguasai unsur-unsur keterampilan berpikir karena dengan menguasai hal tersebut akan sangat membantu siswa dalam memecahkan masalah. Siswa hendaknya dibiasakan untuk melatih unsur keterampilan berpikir seperti mengamati, menyusun dan membuat kesimpulan dalam kegiatan belajar di kelas maupun di luar kelas. Dengan begitu siswa akan terbiasa untuk “berpikir” tidak hanya sekedar “tahu” tentang suatu hal. Berkenaan dengan tipe-tipe berpikir baik divergen maupun konvergen memiliki kelemahan dan keunggulan masing-masing. Berpikir divergen berguna untuk mendapatkan ide-ide baru untuk dijadikan referensi bagi pengambilan keputusan. Sedangkan berpikir konvergen, bisa digunakan dalam hal pengambilan tindakan dan mengevaluasi suatu keputusan yang telah dipikirkan matang-matang dari hasil pemikiran divergen.
  • 28. BAB IX PERENCANAAN INSTRUKSIONAL UNTUK TUJUAN AFEKTIF  Tujuan Pendidikan Nilai-Nilai Nilai adalaha seperangkat sikap yang dijadikan dasar pertimbangan, prinsip sebagai ukuran bagi kelakuan. Tujuan pendidikan nilai adalah untuk meningkatkan mutu pemikiran dan perasaan siswa terhadap nilai-nilai yang mereka miliki.  Pendidikan moral Moral adalah seperangkat nilai, prinsip yang diterima baik dalam suatu kontek kultur tertentu. Tujuan pendidikan moral adalah untuk membantu siswa agar mampu memberi pendapat yang bertanggung jawab, adil dan matang.  Pendidikan afektif Mencakup pendidikan nilai dan moral. Tujuannya membantu siswa dalam mematangkan diri secara moral dan menginternalisasi nilai-nilai yang diterima.
  • 29.  Nilai-nilai dan penelitian otak Otak mempengaruhi sistem kepercayaan, sikap serta pandangan terhadap nilai-nilai. Menurut penelitian tahun 1960-1970, otak kiri manusia berfungsi logis- linguistik, sedangkan otak kanan berfungsi afektif- kreatif.  Komunikasi dan informasi baru dalam hubungannya dengan pendidikan afektif Hakikat dan isi informasi yang diterima oleh manusia bergantung pada sejumlah faktor yang saling berhubungan yaitu kepercayaan, sikap dan nilai-nilai. Selain itu terdapat faktor yang mempengaruhi informasi yaitu kredibilitas, kesiapan internal, motivasi dan metode, atau proses penerimaan informasi.  Perubahan kelakuan sebagai pengaruh informasi baru Belajar hakikatnya adalah menerima informasi-informasi baru yang akan berpengaruh pada kelakuan siswa.
  • 30. REFLEKSI BAB IX Tujuan afektif dalam suatu kurikulum sangat penting keberadaannya karena menyangkut perubahan tingkah laku, pola pikir, dan sikap siswa. Penyusunan kurikulum dan desain instruksional afektif harus ditangani sama seperti penyusunan kognitif sekolah, karena aspek afektif juga sangat penting bagi perkembangan siswa dalam hal efektivitas serta produktivitasnya sebagai siswa, individu dan warga negara.
  • 31. Pendidikan afektif dipandang sebagai bidang studi indisipliner karena didasarkan atas berbagai bidang ilmu. Bidang-bidang ilmu tersebut diantaranya: a. Filosofi sosial Tokoh yang berpengaruh : Thomas Hobbes (Teori Kontrak Sosial) Jean Jacques Rousseau (Naturalisme) Immanuel Kant (Rasionalisme) Emile Durkheim (Teori Konteks Sosial)
  • 32. b. Psikologi Tokoh yang berpengaruh :  Sigmund Freud : kepribadian terbentuk dari ego, super ego dan id (diri tak sadar)  John Dewey : pertumbuhan moral berlangsung secara berangsur-angsur.  Jean Piaget : belajar dipengaruhi lingkungan eksternal c. Kepribadian Tokoh yang berpengaruh  Peck & Havighurst : membagi 5 tipe kepribadian, amoral, expendient, conformist, irrasional, rational.  Abraham maslow : tipa orang mempunyai motivasi yang berbeda-beda namun nilai-nilai sama bagi setiap orang.
  • 33. Model-model pendidikan afektif  Model Konsiderasi (kepedulian terhadap orang lain)  Model Pembentukan Rasional (Kematangan pemikiran moral)  Model “Values Clarification” (proses perolehan gambaran yang jelas tentang nilai-nilai)  Model Pengembangan Kognitif (perkembangan berangsur-angsur, bertahap tanpa lompatan)  Model Analisis Nilai (mencapai prinsip penilaian melalui pengumpulan dan analisis data secara sistematis, rasional dan ilmiah)  Model Aksi Sosial (pengembangan kompetensi kewarganegaraan siswa)  Model Masa Depan : Sains-Teknologi Masyarakat ( masalah sosial berkaitan erat dengan ilmu pengetahuan dan teknologi
  • 34. Pendidikan afektif dipengaruhi oleh falsafah moral, psikologi dan kepribadian. Dalam menjalankan pendidikan afektif seorang guru dapat mengambil inspirasi dari beberapa tokoh dunia dalam menyusun dan melaksanakan kurikulum. Pendidikan afektif akan lebih efektif jika dilaksanakan secara bertahap dari tingkat yang paling rendah hingga tingkat yang paling tinggi tanpa melewatkan satu tahap pun. Semuanya harus terurut sehingga siswa dapat mencapai kematangan berpikir mengenai nilai dan moral.