5. Ontologi Perenialisme, atau sering pula disebut
Tradisionalisme (Peradaban),
adalah kecenderungan (tren) akademis yang
muncul di Barat awal abad 20 M dan kian
mendapatkan momentum di abad ini.
Penamaannya berasal dari tulisan Augostino
Steuco (1497-1548) berjudul De perenni
philosophia libri X (1540), sedangkan isi, bentuk
dan sistem mapannya secara historis dibangun
oleh René Guénon (1886-1951), Ananda
Coomaraswamy (1877-1947), Frithjof Schuon
(1907-1998), serta Aldous Leonard Huxley (1894-
1963). Semua penulis tersebut memanggilnya
dengan nama-nama berbeda seperti Sophia
Perennis (Kebijaksanaan Abadi), Religio Perennis
(Agama Abadi), Philosophia Perennis (Cinta
Kebijaksanaan Abadi), tapi semua nama itu dapat
dirangkum dalam satu sebutan: Perenialisme.
6.
7. MENURUT TOKOH
“setiap sesuatu yang ada, tidak hanya
merupakan kombinasi antara zat atau benda
tapi merupakan unsur patensialitas dengan
bentuk yang merupakan unsur aktualitas”
sebagaimana yang diutarakan oleh Aristateles
“Tetapi ia juga merupakan sesuatu yang datang
bersama-sama dari sesuatu "apa" yang
terkandung dalam inti (essence) dan
potensialitas dengan tindakan untuk "berada"
yang merupakan unsur aktualitas “
sebagaimana yang diungkapkan oleh ST.
Thomas Aquinas.
I.R Poedjawijatna “bahwa esensi dari pada
kenyataan itu adalah menuju ke arah
aktualitas, sehingga makin lama makin jauh
dari patensialitasnya”.
8.
9. Perenialisme berpendapat bahwa segala
sesuatu yang dapat diketahui dan
merupakan kenyataan adalah apa yang
terlindung pada kepercayaan.
Kebenaran adalah sesuatu yang
menunjukkan kesesuaian antara pikir
dengan benda-benda. Benda-benda
disini maksudnya adalah hal-hal yang
adanya bersendikan atas prinsip-prinsip
keabadian. Ini berarti bahwa perhatian
mengenai kebenaran adalah perhatian
mengenai esensi dari sesuatu.
Kepercayaan terhadap kebenaran itu
akan terlindung apabila segala sesuatu
dapat diketahui dan nyata. Jelaslah
bahwa pengetahuan itu merupakan hal
yang sangat penting karena ia
merupakan pengolahan akal pikiran
yang konsekuen
10. Menurut perenialisme filsafat yang
tertinggi adalah ilmu metafisika.
Sebab science sebagai ilmu
pengetahuan menggunakan metode
induktif yang bersifat analisa empiris
kebenarannya terbatas, relatif atau
kebenaran probability. Tetapi filsafat
dengan metode deduktif bersifat
anological analysis, kebenaran yang
dihasilkannya bersifat self evidence
universal, hakiki dan berjalan dengan
hukum-hukum berpikir sendiri yang
berpangkal pada hukum pertama,
bahwa kesimpulannya bersifat mutlak
asasi.
11. Dalam bidang pendidikan perennialisme sangat dipengaruhi oleh
tokoh-tokohnya, seperti Plato, Aristoteles dan Thomas Aquinas.
Menurut Plato, manusia secara kodrat memiliki tiga potensi yaitu
nafsu, kemauan dan pikiran, Pendidikan hendaknya berorientasi
pada potensi itu dan kepada masyarakat, agar supaya kebutuhan
yang ada pada setiap lapisan masyarakat bisa terpenuhi. Dengan
demikian jelaslah bahwa perenialisme itu menghendaki agar
pendidikan disesuaikan dengan keadaan manusia yang mempunyai
nafsu, kemauan dan pikiran sebagaimana yang dimiliki secara
kodrat. Dengan memperhatikan hal ini, maka pendidikan yang
berorientasi pada potensi dan masyarakat akan dapat terpenuhi.
12.
13. Peserta didik yang diharapkan menurut
perenialisme adalah mampu mengenal dan
mengembangkan karya-karya yang menjadi
landasan pengembangan disiplin mental.
Karya-karya ini merupakan buah pikiran
tokoh-tokoh besar pada masa lampau.
Berbagai buah pikiran mereka yang oleh
zaman telah dicatat menonjol dalam bidang-
bidang seperti bahasa dan sastra, sejarah,
filsafat, politik, ekonomi, matematika, ilmu
pengetahuan alam dan lain-lainnya, telah
banyak yang mampu memberikan ilmunisasi
zaman yang sudah lampau atau sudah
menjadi sejaraha peradaban.
14. Jelaslah bahwa dengan mengetahui dan
mengembangkan pemikiran karya-karya
buah pikiran para ahli tersebut pada
masa lampau, maka peserta didik dapat
mengetahui bagaimana pemikiran para
ahli tersebut dalam bidangnya masing-
masing dan dapat mengetahui
bagaimana peristiwa pada masa lampau/
sesuatu hal yang sudah menjadi
peradaban tersebut sehingga dapat
berguna bagi diri mereka sendiri, dan
sebagai bahan pertimbangan pemikiran
mereka pada zaman sekarang ini. Hal
inilah yang sesuai dengan aliran filsafat
perenialisme tersebut.
15. Tugas utama pendidikan adalah
mempersiapkan peserta didik ke arah
kemasakan. Masak dalam arti hidup
akalnya. Jadi akal inilah yang perlu
mendapat tuntunan kearah kemasakan
tersebut. Sekolah rendah memberikan
pendidikan dan pengetahuan serba
dasar. Dengan pengetahuan yang
tradisional seperti membaca, menulis
dan berhitung anak didik memperoleh
dasar penting bagi pengetahuan-
pengetahuan yang lain.
16. Sekolah sebagai tempat utama dalam
pendidikan yang mempersiapkan peserta didik
ke arah kemasakan melalui mental dan akalnya
untuk membentuk karakter dengan memberikan
pemahaman serta contoh yang benar dan nyata
selain dari memberi pengetahuan. Sedangkan
sebagai tugas utama dalam pendidikan adalah
guru-guru, dimana tugas pendidikanlah yang
memberikan pendidikan dan pengajaran
(pengetahuan) kepada peserta didik. Faktor
keberhasilan peserta didik dalam akal dan
mentalnya sangat tergantung kepada guru,
dalam arti orang yang telah mendidik dan
mengajarkan agar dari sebuah didikan guru
dapat membentuk karakter dari mental peserta
didik.
17. Dalam aliran perenialisme jelas
tergambarkan masa lampau atau
peradaban yang menjadi sesuatu hal
yang akan berkaitan dengan dunia
pendidikan di masa sekarang, peserta
didik perlu diperbaiki mental, akhlak
dan pikirannya untuk mencapai tujuan
dari pendidikan itu sendiri, peserta
didik harus mempunyai karakter dalam
dirinya seperti orang-orang besar pada
masa peradaban dahulu yang memiliki
karakter yang menjadi contoh bagi
anak bangsa pada era sekarang ini
18. P
A
N
D
A
N
G
A
N
P
E
N
U
L
I
S
Bukan berarti pada masa sekrang tidak ada orang dari
hal pendidikan yang ada itu buruk atau gagal dalam
proses pendidikannya, tetapi banyak dari hasil
pendidikan yang menciptakan atau mencetak sumber
daya manusia/ anak-anak bangsa yang hanya
mempunyai kecerdasan intelektualnya saja sedangkan
dari segi emosional dan spiritualnya tidak dapat
dipertanggung jawabkan, hal ini yang membuat saya
berfikir untuk mengkaitkan aliran perenialisme dari
filsafat bahwa peradaban tidaklah menjadi sesuatu
yang harus dikenal/dilupakan, tetapi sebaliknya aliran
perenialime menjadi sesuatu yang justru memberi
pemahaman untuk kita perfikir bahwa hal-hal yang
berbau peradaban bisa menjadi kekuatan untuk
membuat generasi emas bangsa indonesia bisa bangkit
dan tumbuh dalam pembangunan negara tercinta ini.
19. Dengan mental yang membentuk karakter peserta didik pastilah
membuat hasil yang akan diharapkan dari dunia pendidikan yang
mencetak generasi anak bangsa yang selain memiliki kecerdasan
dalam akademiknya juga mempunyai karakter religius, jujur,
toleransi, tanggung jawab, dispilin, kreatif, mandiri, demokratis,
rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, daya juang yang
tinggi(kerja keras), cinta tanah air, menghargai prestasi,
bersahabat, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan
cinta damai. Semua yang tergambarkan dari pembentukan karakter
melalui mental peserta didik berkaitan dengan masa dahulu atau
zaman dulu/ peradaban yang menjadi sesuatu pelajaran dari tokoh-
tokoh kebangsaan ataupun dunia yang mencerminkan karakter
yang kokoh dan kuat. Jadi perenialisme membuaktikan bahwa
peradaban membuat kita sadar dan berpikir bahwa sesuatu yang
lalu selain untuk dikenang/menjdi sejarah bisa juga menjadi
pelajaran yang bisa membuat generasi bangsa dapat menjadi
pelopor negara yang tangguh dan berkarakter seperti pada masa
peradaban.