SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 8
Protozoa Parasit Usus

Struktur tubuh protozoa tersusun dari unit-unit (komponen) fungsional yang disebut sebagai
organel-organel bukan organ-organ sebab Protozoa adalah hewan bersel satu atau terdiri dari satu
sel saja. Seluruh fungsi kehidupannya dilakukan oleh satu sel tersebut. Sedangkan “organ” terdiri
dari banyak sel dan “organel-organel” adalah bagian sel yang mengalami diferensiasi yang
disesuaikan dengan fungsinya. Pengelompokan Protozoa parasit dalam parasitologi dilakukan
berdasarkan patologi anatomi hospesnya dengan urutan yang disesuaikan dengan taksonominya.
Alasan pengelompokan tersebut, dimaksudkan untuk mempermudah dalam mempelajarinya.

Protozoa Parasit Rongga Tubuh

Protozoa atrial adalah protozoa yang berhabitat pada rongga tubuh seperti mulut, hidung, vagina,
urethera. Dalam kelompok protozoa atrial yaitu Entomoeba gingivalis (Kelas Sarcodina) dan
Trichomonas tenax dan T. vaginalis (Kelas Flagellata), hanya T. vaginalis yang patogen. E.
gingivalis hanya diketahui bentuk trophozoit saja yang sangat mirip dengan E. histolytica. Spesies
ini tinggal di dalam gingiva manusia bersifat apatogen sama halnya dengan T. tenax. T. vaginalis
habitat pada vagina dan glandula prostata. Pada wanita menyebabkan vaginistis yaitu dapat
mengeluarkan banyak sekret keputihan yang menyebabkan keputihan. Infeksi pada laki-laki
dirasakan setelah adanya infeksi sekunder oleh bakteri dan mungkin menyebabkan uretritis dan
prostata.

Protozoa Parasit pada Darah Manusia serta Vertebrata lainnya

Protozoa yang hidup parasit di dalam darah dan jaringan manusia mencakup berbagai jenis yaitu
Trypanosoma spp, Leishmania spp, Plasmodium spp, dan Toxoplasma gondii. Parasit
Trypanosoma cukup luas penyebarannya, sebagian tidak patogen, di dalam darah hewan
mamalia, reptilia, amfibia, burung, ikan ada ada 3 spesies patogen pada manusia yaitu
Trypanosoma gambiense, T. rhodesiense dan T. cruzi. Bentuk-bentuk perkembangan familia
Trypanosomidae ini adalah Trypomastigot, Epimastigot, Promastigot, dan Amastigot. Bentuk-
bentuk perkembangan ini ada yang lengkap dan ada pula yang tidak lengkap. Daur hidup
Trypanosoma pada mamalia terjadi berganti-ganti di dalam inang vertebrata dan invertebrata.
Penularan Trypanosoma dan dapat secara langsung dan dapat secara tidak langsung yaitu
mengalami pertumbuhan siklik (mekanik) di dalam serangga pengisap darah sebelum menjadi
infektif. Vektor bagi Trypanosoma gambiense dan T. rhodesiense adalah lalat tse-tse, sedangkan
Trypanosoma cruzi adalah serangga reduvidae. Klasifikasi Trypanosoma didasarkan atas
morfologi, cara penularan dan sifat patogen. Parasit Plasmodium penyebab malaria yang tersebar
sangat luas dan banyak menimbulkan kematian pada manusia ada 4 spesies yaitu P. vivax, P.
malariae, P. falciparum dan P. ovale, sedangkan spesies lainnya dapat menginfeksi burung,
monyet, rodentia dan sebagainya. Pembasmiannya sangat tergantung pada penggunaan
insektisida, pengobatan dan faktor-faktor sosio ekonomi yang cukup komplex. Untuk kelangsungan
hidup parasit tersebut mempunyai fase schizogoni, fase gametogami, dan fase sporogoni.
Patologinya menyebabkan pecahnya eritrosit, reaksi humoral kelemahan limpa, hati, ginjal dan
gangguan peredaran darah. Gejala klinis ialah serangan demam yang intermitten dan pembesaran
limpa. Pencegahan mencakup pengurangan sumber infeksi, pengendalian nyamuk malaria.
Pengobatan meliputi penghancuran parasit praeritrositik, obat represif, obat penyembuh dan obat
radikal untuk bentuk eksoeritrositik, gametositik dan gametastatik.


Protozoa Parasit Pada Jaringan

Protozoa parasit jaringan merupakan protozoa parasit yang hidup berparasit di dalam jaringan
hospesnya. Protozoa parasit ini merupakan penyebab penyakit bagi manusia dan hewan
khususnya dan berperan penting dalam dunia kesehatan pada umumnya. Protozoa yang bersifat
parasit pada jaringan hospes ini meliputi 2 kelas yaitu kelas Flagellata dan Sporozoa. Pada kelas
Flagellata berupa genus Leishmania sedangkan pada kelas Sporozoa berupa genus Toxoplasma.
Dari genus Leishmania ini hanya terdapat 3 spesies penting terutama bagi kesehatan manusia
yaitu dapat menyebabkan penyakit leishmaniasis. Adapun ketiga spesies tersebut adalah
Leishmania donovani penyebab leishmaniasis visceral; Leishmania tropica penyebab
leishmaniasis kulit dan Leishmania brazilliennis penyebab leishmaniasis muko kutis. Meskipun
ketiga genus Leishmania ini merupakan protozoa parasit pada jaringan, tetapi di dalam daur
(siklus) hidupnya masih tetap membutuhkan hospes perantara untuk kelangsungan hidupnya.
Adapun sebagai hospes perantaranya adalah lalat Phlebotomus dan darah manusia. Di antara
genus Toxoplasma hanya satu spesies saja yang mampu menginfeksi berbagai macam hospes
yaitu spesies Toxoplasma gondii. T. gondii ini merupakan penyebab penyakit toxoplasmosis pada
manusia. Di dalam daur hidupnya mempunyai tiga bentuk perkembangan yaitu bentuk zoite, kista
dan ookista. Sebagai berikut infektifnya adalah sporozoit, kestozoit dan endozoit. Sedangkan cara
infeksinya adalah bukan dengan melalui vektor, tetapi dengan berbagai cara yaitu per-os,
transplantasi, transfusi ataupun dengan kista, trophozoit atau ookista selama melakukan penelitian
di laboratorium. Peristiwa ini dapat mengakibatkan toxoplasmosis kongenital dan toxoplasmosis
dapatan (perolehan). Penularan dari manusia ke manusia terjadi dengan melalui plasenta
penyebab toxoplasmosis kongenital.

Trematoda Usus

Trematoda merupakan cacing pipih yang berbentuk seperti daun, dilengkapi dengan alat-alat
ekskresi, alat pencernaan, alat reproduksi jantan dan betina yang menjadi satu (hermafrodit)
kecuali pada Trematoda darah (Schistosoma). Mempunyai batil isap kepala di bagian anterior
tubuh dan batil isap perut di bagian posterior tubuh. Dalam siklus hidupnya Trematoda pada
umumnya memerlukan keong sebagai hospes perantara I dan hewan lain (Ikan, Crustacea ,
keong) ataupun tumbuh-tumbuhan air sebagai hospes perantara kedua. Manusia atau hewan
Vertebrata dapat menjadi hospes definitifnya. Habitat Trematoda dalam tubuh hospes definitif
bermacam-macam, ada yang di usus, hati, paru-paru, dan darah. Macam-macam spesies
Trematoda usus adalah: F. buski, H. heterophyes, M. yokagawai, Echinostoma, Hypoderaeum dan
Gastrodiscus. Manusia menjadi hospes definitifnya dan hewan-hewan lain seperti mamalia (anjing,
kucing) dan burung dapat menjadi hospes reservoar. Siklus hidup selalu memerlukan keong
sebagai hospes perantara I dan hospes perantara II (keong : Echinostoma, tumbuhan air F.buski;
ikan H.heterophyes dan M.yokogawai). Patologi penyakit yang disebabkan oleh Trematoda usus
disebabkan oleh perlekatan cacing pada mukosa usus dengan batil isapnya. Semakin besar
ukuran cacing maka semakin parah kerusakan yang ditimbulkan. Gejala klinis tergantung jumlah
parasit dalam usus, pada infeksi ringan gejala tidak nyata, sedangkan pada infeksi berat gejala
yang timbul adalah sakit perut, diare, dan akibat terjadinya malabsorpsi bisa timbul edema.
Diagnosis dilakukan dengan menemukan telur dalam tinja penderita. Bila bentuk telur hampir
sama maka perlu menemukan cacing dewasanya dalam tinja penderita. Obat-obatan untuk
trematoda usus hampir sama, yaitu tetrakloretilen, heksilresorsinol, dan praziquantel.

Cestoda Usus

Cestoda merupakan cacing berbentuk seperti pita memanjang. tubuh terdiri dari kepala (skolek),
dan proglottid (segmen tubuh) yang terdiri dari: proglottid immature, mature, dan gravid. Proglottid
gravid dapat digunakan untuk identifikasi spesies berdasarkan bentuknya dan bentuk uterus di
dalamnya. Terdapat 2 golongan besar Cestoda, yaitu: 1. Pseudophyllidean yang mempunyai
skolek berbentuk seperti sendok dengan dilengkapi 2 buah alat isap yang berbentuk celah
memanjang yang disebut bothria, contoh spesies: Diphyllobothrium latum. 2. Cyclophyllidean yang
mempunyai skolek dengan alat isap berbentuk seperti mangkuk yang disebut asetabulum,
jumlahnya 4 buah. Diphyllobothrium latum merupakan pseudophyilidean. Cestoda yang hidup di
usus manusia sebagai hospes definitifnya. Hospes reservoarnya adalah hewan/mamalia pemakan
ikan. Memerlukan 2 buah hospes perantara dalam daur hidupnya yaitu: (1) Cyclops atau
Diaptomus di mana larva cacing disebut proserkoid, dan (2) Ikan air tawar dengan larva cacing di
dalamnya disebut pleroserkoid. Fam.Taeniidae yang termasuk Cyclophyllidean Cestoda
mempunyai 3 spesies penting bagi kesehatan manusia maupun hewan, yaitu T.saginata, T.solium,
dan E.granulossus. Bentuk telur antara ketiga cacing tersebut sukar dibedakan satu sama lain.
Ketiganya mempunyai skolek yang dilengkapi dengan batil isap berbentuk mangkuk yang disebut
asetabulum. Pada skolek T.solium dan E.granulossus dilengkapi dengan rostellum dan kait-kait .
Sedangkan skolek T.saginata tidak ada rostrumnya. T.saginata dan T.solium merupakan cacing
pita yang panjang sampai bermeter-meter ukurannya, sedangkan E.granulossus merupakan
cacing pita yang terpendek, hanya mempunyai 3 buah proglottid saja. Manusia dapat terinfeksi
T.saginata bila makan daging sapi yang mengandung kista yang disebut sistiserkus bovis, dan
menderita taeniasis saginata (terdapat cacing dewasa dalam ususnya). Infeksi T.solium pada
manusia dapat terjadi melalui 2 cara yaitu:

1. Bila menelan telurnya akan terjadi larva dalam jaringan tubuh manusia, disebut menderita
sistiserkosis.

2. Bila makan daging babi yang mengandung larva sistiserkus selulose, manusia akan menderita
taeniasis solium.

Diagnosis taeniasis saginata/solium dengan menemukan telur/proglottid gravid pada tinja
penderita. Sedangkan sistiserkosis dapat diketahui dengan pemeriksaan serologis, CT-scan atau
dengan pembedahan (tergantung letak kista dalam jaringan tubuh manusia). Infeksi E.granulossus
pada manusia dapat terjadi bila menelan telurnya, manusia akan menderita hidatidosis (terjadinya
kista hidatida dalam jaringan tubuh manusia). Tempat yang sering terjadi kista adalah hati (66%).
Diagnosis dengan pemeriksaan serologis, sinar rontgen, dan pembedahan bila letaknya
memungkinkan. Cacing pita yang kecil H.nana hospes definitifnya manusia, dan penularan dapat
terjadi secara langsung bila manusia menelan telur cacing tersebut. H.nana var.fraterna dan
H.diminuta yang hospes definitifnya tikus memerlukan hospes perantara, yaitu pinjal tikus, dan
kumbang tepung. Hospes perantara bila menelan telur cacing tersebut akan menetas menjadi
larva sistiserkoid. Bila manusia menelan hospes perantara yang mengandung sistiserkoid akan
menderita hymenolepsis.

Cacing pita D.caninum merupakan cacing pita anjing /carnivora lainnya. Habitat dalam hospes
adalah dalam usus halus. Manusia terinfeksi secara kebetulan/aksidental terutama terjadi pada
anak-anak yang menelan pinjal anjing/kucing yang mengandung larva sistiserkoid. Akibat infeksi
ini pada anak-anak tidak begitu nyata bila infeksinya ringan namun bila infeksi berat dapat terjadi
gangguan pencernaan, diare, dan reaksi alergi. Pencegahan dengan meningkatkan kebersihan
perorangan serta lingkungan dengan mengobati anjing dari pinjal yang menempel pada tubuhnya.
Pengobatan dipylidiasis seperti pada infeksi cacing pita lainnya, yaitu dengan: niklosamid,
praziquantel, atau kuinakrin

Nematoda Usus

Cacing tambang terdiri dari beberapa spesies, yang menginfeksi manusia adalah N.americanus
dan A.duodenale, yang menginfeksi hewan (anjing/kucing) baik liar maupun domestik adalah
A.ceylanicum meskipun cacing ini dilaporkan dapat menjadi dewasa dalam usus halus manusia
dan tidak pernah menyebabkan creeping eruption, A.caninum dan A.braziliense yang tidak dapat
menjadi dewasa dalam usus halus manusia dan menyebabkan creeping eruption pada manusia.
Perbedaan morfologi antar spesies dapat dilihat dari bentuk rongga mulut, ada tidaknya gigi, dan
bentuk bursa kopulatriks cacing jantan. Akibat utama yang ditimbulkan bila menginfeksi manusia
atau hewan adalah anemia mikrositik hipokromik, karena cacing tambang menyebabkan
perdarahan di usus akibat luka yang ditimbulkan juga cacing tambang mengisap darah hospes.
Penyakit cacing tambang tersebar luas di daerah tropis, pencegahan tergantung pada sanitasi
lingkungan, kebiasaan berdefikasi, dan memakai alas kaki. Strongyloides stercoralis merupakan
cacing Nematoda usus yang hidup parasit pada manusia, namun dalam siklus hidupnya terdapat
fase hidup bebas di tanah. Bentuk telurnya sulit dibedakan dengan telur cacing tambang. Manusia
dapat terinfeksi melalui 3 cara: yaitu langsung, tak langsung, dan autoinfeksi. Cara pencegahan
dan penyebaran cacing ini sama seperti cacing tambang. Obat yang efektif untuk strongyloidiasis
adalah thiabendazol. Akibat utama yang ditimbulkan adalah peradangan pada usus, disentri terus-
menerus dan rasa sakit pada perut bagian kanan atas. Diagnosis dengan menemukan larva dalam
tinja atau dalam sputum penderita. Pada cacing Nematoda usus ada beberapa spesies yang
menginfeksi manusia maupun hewan. Nematoda usus terbesar adalah A.lumbricoides yang
bersama-sama dengan T.trichiura, serta cacing tambang sering menginfeksi manusia karena telur
cacing tersebut semuanya mengalami pemasakan di tanah dan cara penularannya lewat tanah
yang terkontaminasi sehingga cacing tersebut termasuk dalam golongan soil-transmitted
helminths. A.lumbricoides, T.trichiura dan E.vermicularis mempunyai stadium infektif yaitu telur
yang mengandung larva. Siklus hidup A.lumbricoides lebih rumit karena melewati siklus paru-paru,
sedangkan T.trichiura dan E.vermicularis tidak. Gejala klinis penyakit cacing ini bila infeksi ringan
tidak jelas, biasanya hanya tidak enak pada perut kadang-kadang mual. Infeksi askariasis yang
berat dapat menyebabkan kurang gizi dan sering terjadi sumbatan pada usus. Trikhuriasis berat
biasanya dapat terjadi anemia, sedangkan pada enterobiasis gejala yang khas adalah gatal-gatal
di sekitar anus pada waktu malam hari saat cacing betina keluar dari usus untuk meletakkan
telunya di daerah perianal. Diagnosis askariasis dan trikhuriasis dengan menemukan telur dalam
tinja penderita, sedangkan untuk enterobiasis dapat ditegakkan dengan anal swab karena telur E.
vermicularis tidak dikeluarkan bersama tinja penderita. Infeksi cacing usus ini tersebar luas di
seluruh dunia baik daerah tropis maupun sub tropis. Anak-anak lebih sering terinfeksi dari pada
orang dewasa karena kebiasaan main tanah dan kurang/belum dapat menjaga kebersihan sendiri.
Semua infeksi cacing usus dapat dicegah dengan meningkatkan kebersihan lingkungan,
pembuangan tinja atau sanitasi yang baik, mengerti cara-cara hidup sehat, tidak menggunakan
tinja sebagai pupuk tanaman dan mencuci bersih sayuran/buah yang akan di makan mentah. Obat
cacing, seperti piperasin, mebendazole, tiabendazol, dan lain-lain dapat diberikan dengan hasil
yang cukup memuaskan.

Trematoda dan Cstoda yang Hidup Parasit pada Darah/Jaringan Tubuh Manusia dan Hewan

Spesies trematoda hati yang dapat menginfeksi manusia adalah C. sinensis dan O. viverini,
sedangkan O. felineus, F. hepatica dan F. gigantica lebih banyak menginfeksi hewan. Stadium
infektil cacing hati adalah metaserkaria. Telur dari C. sinensis dan Opistorchis pada waktu
dikeluarkan sudah mengandung mirasidium, ukurannya lebih kecil dibandingkan dengan telur
Fasciola yang besar dan tidak berembrio pada waktu dikeluarkan bersama tinja. Habitat cacing-
cacing tersebut terutama adalah di saluran empedu, kecuali F. gigantica yang habitatnya di hati.
Hospes perantara I cacing-cacing tersebut adalah keong, namun hospes perantara II C. sinensis
dan Opistorchis adalah ikan air tawar dan hospes perantara II Fasciola adalah tumbuh-tumbuhan
air. Patologis dan gejala klinis terutama karena peradangan yang disebabkan oleh hasil
metabolisme cacing yang bersifat toksin. Gejala utama dalah demam, sakit daerah perut,
pembesaran hati yang lunak, diare dan anemia. Diagnosis dengan menemukan telur dalam tinja
penderita. Pencegahan dengan memasak ikan dan tumbuhan air yang akan dimakan. Pengobatan
dengan bithionol. Paragonimus westermani merupakan trematoda yang menginfeksi paru-paru
manusia dan hewan (mamalia). Stadium infektifnya adalah metasekaria yang mengkista dalam
tubuh ketam atau udang (HP perantar II). Keong merupakan hospes perantara I nya. Patologi dan
gejala klinis disebabkan oleh cacing dewasa dalam alveoli paru-paru dan mengeluarkan telur yang
menyebabkan gejala batuk dengan bercak seperti serbuk besi dan sputum yang mengandung
telur.

PARASITOLOGI

Parasitologi adalah suatu ilmu cabang Biologi yang mempelajari tentang semua organisme parasit.
Tetapi dengan adanya kemajuan ilmu, parasitologi kini terbatas mempelajari organisme parasit
yang tergolong hewan parasit, meliputi: protozoa, helminthes, arthropoda dan insekta parasit, baik
yang zoonosis ataupun anthroponosis. Cakupan parasitologi meliputi taksonomi, morfologi, siklus
hidup masing-masing parasit, serta patologi dan epidemiologi penyakit yang ditimbulkannya.
Organisme parasit adalah organisme yang hidupnya bersifat parasitis; yaitu hidup yang selalu
merugikan organisme yang ditempatinya (hospes). Predator adalah organisme yang hidupnya juga
bersifat merugikan organisme lain (yang dimangsa). Bedanya, kalau predator ukuran tubuhnya
jauh lebih besar dari yang dimangsa, bersifat membunuh dan memakan sebagian besar tubuh
mangsanya. Sedangkan parasit, selain ukurannya jauh lebih kecil dari hospesnya juga tidak
menghendaki hospesnya mati, sebab kehidupan hospes sangat essensial dibutuhkan bagi parasit
yang bersangkutan.
Tujuan Pengajaran Parasitologi
Menyadari akibat yang dapat ditimbulkan oleh gangguan parasit terhadap kesejahteraan manusia,
maka perlu dilakukan usaha pencegahan dan pengendalian penyakitnya. Sehubungan dengan hal
tersebut maka sangat diperlukan suatu pengetahuan tentang kehidupan organisme parasit yang
bersangkutan selengkapnya. Tujuan pengajaran parasitologi, dalam hal ini di antaranya adalah
mengajarkan tentang siklus hidup parasit serta aspek epidemiologi penyakit yang ditimbulkannya.
Dengan mempelajari siklus hidup parasit, kita akan dapat mengetahui bilamana dan bagaimana
kita dapat terinfeksi oleh parasit, serta bagaimana kemungkinan akibat yang dapat ditimbulkannya.
Selanjutnya ditunjang oleh pengetahuan epidemiologi penyakit, kita akan dapat menentukan cara
pencegahan dan pengendaliannya.

Istilah dalam Parasitologi dan Pembagian Hewan Parasit

1. Organisme (manusia atau hewan) yang ditempati oleh organisme lain (parasit) di mana
organisme tersebut merugikan hospes (inang) yang ditumpanginya karena mengambil makanan
disebut hospes.

2. Hospes yang dirugikan itu dapat digolongkan menjadi 4 macam yaitu hospes definitif, hospes
perantara, hospes predileksi dan hospes reservoir. Hospes definitif yaitu hospes yang membantu
hidup parasit dalam stadium dewasa/stadium seksual.

3. Berdasar lama waktu hidupnya parasit dibagi menjadi dua yaitu parasit temporer dan stasioner.
Parasit temporer disebut juga parasit nonperiodis (nonberkala) yang mengunjungi hospesnya pada
waktu-waktu berselang atau parasit tersebut tidak menetap pada tubuh hospesnya.

4. Pediculus humanus disebut sebagai ektoparasit karena hidup di kepala atau hidup pada
permukaan luar hospesnya.

Hubungan antara Parasit dengan Inang

Derajat preferensi inang adalah produk adaptasi biologis dari parasit yang menyebabkan parasit
tersebut secara alami mempunyai pilihan terhadap inang dan juga jaringan tubuh inang. Semakin
tinggi derajat preferensi suatu parasit terhadap inang akan menyebabkan adanya spesifitas inang.

Kekebalan terhadap parasit, Modus dan Sumber Penulurannya

Di dalam tubuh terdapat suatu mekanisme yaitu mekanisme tanggap kebal yang akan mengenali
dan segera memusnahkan setiap sel yang berbeda/asing dari sel normal tubuhnya sendiri. Seperti
pada kekebalan terhadap bakteri, cendawan, dan virus, kekebalan dalam parasitologi terdiri dari
kekebalan bawaan yang mungkin disebabkan spesifitas inang, karakteristik fisik inang, sifat
biokimia yang khas dan kebiasaan inang serta kekebalan didapat. Kekebalan didapat dibedakan
menjadi:

- Kekebalan secara pasif, contohnya ialah kekebalan anak yang didapat dari kolostrum ibunya.

- Kekebalan didapat secara aktif.

Reaksi kekebalan didapat secara aktif timbul setelah adanya rangsangan oleh antigen. Tergantung
dari sifat antigen sehingga terjadi pembelahan limfosit-limfosit menjadi sel-T atau sel B. Sel T
mempunyai reseptor khusus terhadap antigen tertentu, sedangkan sel B akan mengeluarkan
antibodi yang dikenal sebagai imunoglobulin yang akan berikatan secara khas pula dengan
antigen. Modus penularan ialah cara atau metode penularan penyakit yang biasanya terjadi. Pada
umumnya, cara penularan penyakit parasit adalah secara kontak langsung, melalui mulut (food-
borne parasitosis), melalui kulit, melalui plasenta, melalui alat kelamin dan melalui air susu.
Sumber penularan bagi penyakit parasit, seperti halnya bagi penyakit menular lain terjadi dari
inang yang satu ke inang yang lain. Penularan dapat juga dari sumber penyakit kepada inang
baru. Adapun yang dapat berlaku sebagai sumber penularan penyakit parasit ialah organisme baik
hewan maupun tumbuhan dan benda mati seperti tanah, air, makanan dan minuman.

Ekologi Parasit

Ekologi parasit adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara parasit dengan lingkungan
habitatnya, terutama mengenai distribusi parasit dengan sumber makanannya dan interaksi jenis-
jenis parasit dalam satu habitat. Parasit yang terdapat di dalam tubuh inang, mungkin terdapat di
dalam sistem pencernaan, sistem sirkulasi, sistem respirasi atau alat-alat dalam tubuh seperti hati,
ginjal, otak dan limpa. Biometeorologi adalah ilmu tentang atmosfer dan segala fenomena-
fenomenanya/ilmu tentang cuaca yang berhubungan dengan data kehidupan. Faktor meteorologi
yang berpengaruh pada kelangsungan hidup parasit adalah:

a. Data biometeorologi

b. Penguapan air

c. Kandungan air dalam tanah.

Pengaruh Faktor Cuaca terhadap Siklus Hidup Parasit

Pengaruh jumlah hujan dan temperatur terhadap kelangsungan hidup suatu jenis parasit berbeda,
sebagai contoh Nematoda parasit membutuhkan lebih sedikit curah hujan dibandingkan dengan
Trematoda. Trematoda membutuhkan jumlah air yang lebih banyak dibandingkan dengan
Nematoda sebab untuk menetaskan miracidium diperlukan genangan air. Demikian juga pada telur
cacing nematoda umumnya lebih tahan terhadap temperatur yang lebih tinggi daripada Trematoda
dan Cestoda, tetapi sebagai larva infektif sebaliknya, yaitu larva Nematoda lebih tahan dingin
daripada larva Trematoda dan Cestoda. Diduga bagian sinar matahari yang berpengaruh besar
pada siklus hidup parasit adalah sinar ultraviolet. Dalam bereaksi terhadap tantangan dari faktor-
faktor cuaca tersebut parasit bereaksi secara gabungan dan bukan bereaksi terhadap faktor itu
satu demi satu.

Ruang Lingkup Parasitisme

Dalam mempelajari parasitologi diperlukan pengertian dan pendekatan ekologi serta memahami
ekologi parasit yang merupakan dasar pembahasan berbagai masalah antara lain masuknya
parasit ke dalam hospes, kepadatan parasit, inang dan sebagainya. Demikian juga untuk
memahami penyebarannya perlu dipelajari mikro distribusi parasit. Faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap kehidupan parasit antara lain air, temperatur, sinar matahari, waktu, flora dan fauna.
Semua makhluk hidup itu bereaksi terhadap banyak faktor-faktor tersebut secara bersama-sama,
tidak terhadap faktor satu demi satu. Selanjutnya dalam mencegah dan mengobati penyakit secara
umum dengan tindakan praktis, khususnya dalam pencegahan serta pemberantasannya.

Penggolongan Zoonosis dan Aspek yang Mempengaruhinya

Zoonosis adalah penyakit atau penularan-penularan yang secara alamiah terjadi antara hewan
dan manusia. Penggolongan zoonosis dapat didasarkan pada:

(1) tingkat derajat revervoirnya dalam sistem zoologi,

(2) siklus penularan dan prospek pengendaliannya,

(3) taksonomi parasit penyebabnya.

Hal-hal yang berpengaruh terhadap kasus zoonosis parasiter pada manusia adalah:

1. aspek sosial budaya atau ekonomi; di antaranya adalah jenis pekerjaan. Sebagai pemburu juga
pekerja hutan, mereka lebih terbuka kemungkinannya untuk memperoleh zoonosis parasiter dari
hewan buruan dan hewan liar di hutan sebagai reservoirnya. Berbeda dengan pekerja
pengalengan susu, daging atau ikan yang secara langsung lebih terbuka terhadap penularan
zoonosis parasiter dari jenis toksoplasmosis, hidatidosis dan larva migran.

2. Aspek ekologi; bertambahnya populasi atau dengan adanya transmigrasi, yang akan mengubah
keadaan lingkungan. Perubahan ekologi, seperti adanya 2 ekosistem yang semula terpisah,
kemudian bersatu dan dapat menjadi fokus baru bagi berbagai penyakit zoonosis; di antaranya
schistosomiasis, trypanosomiasis, paragonimiasis dan sebagainya

3. Aspek iklim dan cuaca; sebagai contoh: negara Indonesia dengan iklim tropis, panas, tetapi
curah hujan cukup sehingga kelembabannya cukup pula. Hal tersebut memungkinkan
pertumbuhan dan perkembangan berbagai jenis parasit selagi berada di luar tubuh hospesnya.
Contoh: sporulasi ookista Toxoplasma gondii, pembentukan telur infektif berbagai cacing parasit
usus, demikian pula bagi kelangsungan hidup berbagai vektor dan hospes perantara yang sangat
dipengaruhi oleh iklim dan cuaca. Faktor-faktor yang mendukung siklus hidup zoonosis parasiter di
daerah endemis, di antaranya: faktor bangsa, ethnis, agama, populasi geografis.

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

PPT Parasit Kelompok IV Mikrobiologi Farmasi dan Parasitologi
PPT Parasit Kelompok IV Mikrobiologi Farmasi dan ParasitologiPPT Parasit Kelompok IV Mikrobiologi Farmasi dan Parasitologi
PPT Parasit Kelompok IV Mikrobiologi Farmasi dan ParasitologiFredy Talebong
 
Pengantar parasitologi
Pengantar parasitologi Pengantar parasitologi
Pengantar parasitologi Ros Darni
 
Mikrobiologi dan parasitologi
Mikrobiologi dan parasitologiMikrobiologi dan parasitologi
Mikrobiologi dan parasitologiSarthyna Lukman
 
Pengantar Parasitologi
Pengantar Parasitologi Pengantar Parasitologi
Pengantar Parasitologi pjj_kemenkes
 
Pengantar Mikrobiologi-Parasitologi
Pengantar Mikrobiologi-ParasitologiPengantar Mikrobiologi-Parasitologi
Pengantar Mikrobiologi-ParasitologiPrastuti Waraharini
 
Dasar-dasar parasitologi
Dasar-dasar parasitologi Dasar-dasar parasitologi
Dasar-dasar parasitologi Ami Febriza
 
Entomologi dan Mikologi
 Entomologi dan Mikologi Entomologi dan Mikologi
Entomologi dan Mikologipjj_kemenkes
 
Jaringan 1 converted
Jaringan 1 convertedJaringan 1 converted
Jaringan 1 convertedhenirahayu8
 
Entomologi kedokteran I
Entomologi kedokteran IEntomologi kedokteran I
Entomologi kedokteran ILaksmi Bali
 

Was ist angesagt? (16)

PPT Parasit Kelompok IV Mikrobiologi Farmasi dan Parasitologi
PPT Parasit Kelompok IV Mikrobiologi Farmasi dan ParasitologiPPT Parasit Kelompok IV Mikrobiologi Farmasi dan Parasitologi
PPT Parasit Kelompok IV Mikrobiologi Farmasi dan Parasitologi
 
Pengantar parasitologi
Pengantar parasitologi Pengantar parasitologi
Pengantar parasitologi
 
Mikrobiologi dan parasitologi
Mikrobiologi dan parasitologiMikrobiologi dan parasitologi
Mikrobiologi dan parasitologi
 
Modul 2 kb 1
Modul 2 kb 1Modul 2 kb 1
Modul 2 kb 1
 
Infeksi Parasit
Infeksi ParasitInfeksi Parasit
Infeksi Parasit
 
Pengantar Parasitologi
Pengantar Parasitologi Pengantar Parasitologi
Pengantar Parasitologi
 
Pengantar Mikrobiologi-Parasitologi
Pengantar Mikrobiologi-ParasitologiPengantar Mikrobiologi-Parasitologi
Pengantar Mikrobiologi-Parasitologi
 
Usus converted
Usus convertedUsus converted
Usus converted
 
Parasitologi
ParasitologiParasitologi
Parasitologi
 
Parasitologi. Nematoda
Parasitologi. NematodaParasitologi. Nematoda
Parasitologi. Nematoda
 
Dasar-dasar parasitologi
Dasar-dasar parasitologi Dasar-dasar parasitologi
Dasar-dasar parasitologi
 
Protozoologi
ProtozoologiProtozoologi
Protozoologi
 
Helmintologi
 Helmintologi Helmintologi
Helmintologi
 
Entomologi dan Mikologi
 Entomologi dan Mikologi Entomologi dan Mikologi
Entomologi dan Mikologi
 
Jaringan 1 converted
Jaringan 1 convertedJaringan 1 converted
Jaringan 1 converted
 
Entomologi kedokteran I
Entomologi kedokteran IEntomologi kedokteran I
Entomologi kedokteran I
 

Ähnlich wie Parasitologi

Toxoplasma Gondii
Toxoplasma GondiiToxoplasma Gondii
Toxoplasma GondiiRidwan
 
Parasitologi plasmodium
Parasitologi plasmodiumParasitologi plasmodium
Parasitologi plasmodiumBadut II
 
Toxoplasma gondii
Toxoplasma gondiiToxoplasma gondii
Toxoplasma gondiidinamerlyna
 
Toxoplasma gondii
Toxoplasma gondiiToxoplasma gondii
Toxoplasma gondiidinamerlyna
 
Toxoplasma gondii
Toxoplasma gondiiToxoplasma gondii
Toxoplasma gondiininanovia11
 
Toxoplasma gondii
Toxoplasma gondiiToxoplasma gondii
Toxoplasma gondiininanovia11
 
SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMAN
SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMANSERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMAN
SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMANJosua Sitorus
 
1. parasitologi
1. parasitologi1. parasitologi
1. parasitologierfan syah
 
DASAR PARASITOLOGI REG 3.pptx
DASAR PARASITOLOGI REG 3.pptxDASAR PARASITOLOGI REG 3.pptx
DASAR PARASITOLOGI REG 3.pptxDEVIPUSPA3
 
Bioligi Nemathelmintes & Platythelmintes
Bioligi Nemathelmintes & PlatythelmintesBioligi Nemathelmintes & Platythelmintes
Bioligi Nemathelmintes & PlatythelmintesKaoruShinomori
 
Filum Nemathelminthes (Cacing Gilig)
Filum Nemathelminthes (Cacing Gilig)Filum Nemathelminthes (Cacing Gilig)
Filum Nemathelminthes (Cacing Gilig)Ghins GO
 
Phlum platyhelminthes
Phlum platyhelminthesPhlum platyhelminthes
Phlum platyhelminthesBima Aditiya
 
Trematoda paru
Trematoda paruTrematoda paru
Trematoda paruApridinata
 
The protozoa team 3.1
The protozoa team 3.1The protozoa team 3.1
The protozoa team 3.1bvann
 

Ähnlich wie Parasitologi (20)

Toxoplasma Gondii
Toxoplasma GondiiToxoplasma Gondii
Toxoplasma Gondii
 
pengantar parasit.ppt
pengantar parasit.pptpengantar parasit.ppt
pengantar parasit.ppt
 
Parasitologi plasmodium
Parasitologi plasmodiumParasitologi plasmodium
Parasitologi plasmodium
 
Parasitologi plasmodium
Parasitologi plasmodiumParasitologi plasmodium
Parasitologi plasmodium
 
Toxoplasma gondii
Toxoplasma gondiiToxoplasma gondii
Toxoplasma gondii
 
Toxoplasma gondii
Toxoplasma gondiiToxoplasma gondii
Toxoplasma gondii
 
Makalah bakteri toxoplasma gondi
Makalah bakteri toxoplasma gondiMakalah bakteri toxoplasma gondi
Makalah bakteri toxoplasma gondi
 
Toxoplasma gondii
Toxoplasma gondiiToxoplasma gondii
Toxoplasma gondii
 
Toxoplasma gondii
Toxoplasma gondiiToxoplasma gondii
Toxoplasma gondii
 
SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMAN
SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMANSERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMAN
SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMAN
 
Lalat tsets1
Lalat tsets1Lalat tsets1
Lalat tsets1
 
1. parasitologi
1. parasitologi1. parasitologi
1. parasitologi
 
DASAR PARASITOLOGI REG 3.pptx
DASAR PARASITOLOGI REG 3.pptxDASAR PARASITOLOGI REG 3.pptx
DASAR PARASITOLOGI REG 3.pptx
 
Bioligi Nemathelmintes & Platythelmintes
Bioligi Nemathelmintes & PlatythelmintesBioligi Nemathelmintes & Platythelmintes
Bioligi Nemathelmintes & Platythelmintes
 
Filum Nemathelminthes (Cacing Gilig)
Filum Nemathelminthes (Cacing Gilig)Filum Nemathelminthes (Cacing Gilig)
Filum Nemathelminthes (Cacing Gilig)
 
Phlum platyhelminthes
Phlum platyhelminthesPhlum platyhelminthes
Phlum platyhelminthes
 
Trematoda paru
Trematoda paruTrematoda paru
Trematoda paru
 
The protozoa team 3.1
The protozoa team 3.1The protozoa team 3.1
The protozoa team 3.1
 
Biologi - Sporozoa
Biologi - SporozoaBiologi - Sporozoa
Biologi - Sporozoa
 
plantyhelminthes X
 plantyhelminthes X plantyhelminthes X
plantyhelminthes X
 

Parasitologi

  • 1. Protozoa Parasit Usus Struktur tubuh protozoa tersusun dari unit-unit (komponen) fungsional yang disebut sebagai organel-organel bukan organ-organ sebab Protozoa adalah hewan bersel satu atau terdiri dari satu sel saja. Seluruh fungsi kehidupannya dilakukan oleh satu sel tersebut. Sedangkan “organ” terdiri dari banyak sel dan “organel-organel” adalah bagian sel yang mengalami diferensiasi yang disesuaikan dengan fungsinya. Pengelompokan Protozoa parasit dalam parasitologi dilakukan berdasarkan patologi anatomi hospesnya dengan urutan yang disesuaikan dengan taksonominya. Alasan pengelompokan tersebut, dimaksudkan untuk mempermudah dalam mempelajarinya. Protozoa Parasit Rongga Tubuh Protozoa atrial adalah protozoa yang berhabitat pada rongga tubuh seperti mulut, hidung, vagina, urethera. Dalam kelompok protozoa atrial yaitu Entomoeba gingivalis (Kelas Sarcodina) dan Trichomonas tenax dan T. vaginalis (Kelas Flagellata), hanya T. vaginalis yang patogen. E. gingivalis hanya diketahui bentuk trophozoit saja yang sangat mirip dengan E. histolytica. Spesies ini tinggal di dalam gingiva manusia bersifat apatogen sama halnya dengan T. tenax. T. vaginalis habitat pada vagina dan glandula prostata. Pada wanita menyebabkan vaginistis yaitu dapat mengeluarkan banyak sekret keputihan yang menyebabkan keputihan. Infeksi pada laki-laki dirasakan setelah adanya infeksi sekunder oleh bakteri dan mungkin menyebabkan uretritis dan prostata. Protozoa Parasit pada Darah Manusia serta Vertebrata lainnya Protozoa yang hidup parasit di dalam darah dan jaringan manusia mencakup berbagai jenis yaitu Trypanosoma spp, Leishmania spp, Plasmodium spp, dan Toxoplasma gondii. Parasit Trypanosoma cukup luas penyebarannya, sebagian tidak patogen, di dalam darah hewan mamalia, reptilia, amfibia, burung, ikan ada ada 3 spesies patogen pada manusia yaitu Trypanosoma gambiense, T. rhodesiense dan T. cruzi. Bentuk-bentuk perkembangan familia Trypanosomidae ini adalah Trypomastigot, Epimastigot, Promastigot, dan Amastigot. Bentuk- bentuk perkembangan ini ada yang lengkap dan ada pula yang tidak lengkap. Daur hidup Trypanosoma pada mamalia terjadi berganti-ganti di dalam inang vertebrata dan invertebrata. Penularan Trypanosoma dan dapat secara langsung dan dapat secara tidak langsung yaitu mengalami pertumbuhan siklik (mekanik) di dalam serangga pengisap darah sebelum menjadi infektif. Vektor bagi Trypanosoma gambiense dan T. rhodesiense adalah lalat tse-tse, sedangkan Trypanosoma cruzi adalah serangga reduvidae. Klasifikasi Trypanosoma didasarkan atas morfologi, cara penularan dan sifat patogen. Parasit Plasmodium penyebab malaria yang tersebar sangat luas dan banyak menimbulkan kematian pada manusia ada 4 spesies yaitu P. vivax, P. malariae, P. falciparum dan P. ovale, sedangkan spesies lainnya dapat menginfeksi burung, monyet, rodentia dan sebagainya. Pembasmiannya sangat tergantung pada penggunaan insektisida, pengobatan dan faktor-faktor sosio ekonomi yang cukup komplex. Untuk kelangsungan hidup parasit tersebut mempunyai fase schizogoni, fase gametogami, dan fase sporogoni. Patologinya menyebabkan pecahnya eritrosit, reaksi humoral kelemahan limpa, hati, ginjal dan gangguan peredaran darah. Gejala klinis ialah serangan demam yang intermitten dan pembesaran limpa. Pencegahan mencakup pengurangan sumber infeksi, pengendalian nyamuk malaria. Pengobatan meliputi penghancuran parasit praeritrositik, obat represif, obat penyembuh dan obat radikal untuk bentuk eksoeritrositik, gametositik dan gametastatik. Protozoa Parasit Pada Jaringan Protozoa parasit jaringan merupakan protozoa parasit yang hidup berparasit di dalam jaringan hospesnya. Protozoa parasit ini merupakan penyebab penyakit bagi manusia dan hewan khususnya dan berperan penting dalam dunia kesehatan pada umumnya. Protozoa yang bersifat parasit pada jaringan hospes ini meliputi 2 kelas yaitu kelas Flagellata dan Sporozoa. Pada kelas Flagellata berupa genus Leishmania sedangkan pada kelas Sporozoa berupa genus Toxoplasma. Dari genus Leishmania ini hanya terdapat 3 spesies penting terutama bagi kesehatan manusia
  • 2. yaitu dapat menyebabkan penyakit leishmaniasis. Adapun ketiga spesies tersebut adalah Leishmania donovani penyebab leishmaniasis visceral; Leishmania tropica penyebab leishmaniasis kulit dan Leishmania brazilliennis penyebab leishmaniasis muko kutis. Meskipun ketiga genus Leishmania ini merupakan protozoa parasit pada jaringan, tetapi di dalam daur (siklus) hidupnya masih tetap membutuhkan hospes perantara untuk kelangsungan hidupnya. Adapun sebagai hospes perantaranya adalah lalat Phlebotomus dan darah manusia. Di antara genus Toxoplasma hanya satu spesies saja yang mampu menginfeksi berbagai macam hospes yaitu spesies Toxoplasma gondii. T. gondii ini merupakan penyebab penyakit toxoplasmosis pada manusia. Di dalam daur hidupnya mempunyai tiga bentuk perkembangan yaitu bentuk zoite, kista dan ookista. Sebagai berikut infektifnya adalah sporozoit, kestozoit dan endozoit. Sedangkan cara infeksinya adalah bukan dengan melalui vektor, tetapi dengan berbagai cara yaitu per-os, transplantasi, transfusi ataupun dengan kista, trophozoit atau ookista selama melakukan penelitian di laboratorium. Peristiwa ini dapat mengakibatkan toxoplasmosis kongenital dan toxoplasmosis dapatan (perolehan). Penularan dari manusia ke manusia terjadi dengan melalui plasenta penyebab toxoplasmosis kongenital. Trematoda Usus Trematoda merupakan cacing pipih yang berbentuk seperti daun, dilengkapi dengan alat-alat ekskresi, alat pencernaan, alat reproduksi jantan dan betina yang menjadi satu (hermafrodit) kecuali pada Trematoda darah (Schistosoma). Mempunyai batil isap kepala di bagian anterior tubuh dan batil isap perut di bagian posterior tubuh. Dalam siklus hidupnya Trematoda pada umumnya memerlukan keong sebagai hospes perantara I dan hewan lain (Ikan, Crustacea , keong) ataupun tumbuh-tumbuhan air sebagai hospes perantara kedua. Manusia atau hewan Vertebrata dapat menjadi hospes definitifnya. Habitat Trematoda dalam tubuh hospes definitif bermacam-macam, ada yang di usus, hati, paru-paru, dan darah. Macam-macam spesies Trematoda usus adalah: F. buski, H. heterophyes, M. yokagawai, Echinostoma, Hypoderaeum dan Gastrodiscus. Manusia menjadi hospes definitifnya dan hewan-hewan lain seperti mamalia (anjing, kucing) dan burung dapat menjadi hospes reservoar. Siklus hidup selalu memerlukan keong sebagai hospes perantara I dan hospes perantara II (keong : Echinostoma, tumbuhan air F.buski; ikan H.heterophyes dan M.yokogawai). Patologi penyakit yang disebabkan oleh Trematoda usus disebabkan oleh perlekatan cacing pada mukosa usus dengan batil isapnya. Semakin besar ukuran cacing maka semakin parah kerusakan yang ditimbulkan. Gejala klinis tergantung jumlah parasit dalam usus, pada infeksi ringan gejala tidak nyata, sedangkan pada infeksi berat gejala yang timbul adalah sakit perut, diare, dan akibat terjadinya malabsorpsi bisa timbul edema. Diagnosis dilakukan dengan menemukan telur dalam tinja penderita. Bila bentuk telur hampir sama maka perlu menemukan cacing dewasanya dalam tinja penderita. Obat-obatan untuk trematoda usus hampir sama, yaitu tetrakloretilen, heksilresorsinol, dan praziquantel. Cestoda Usus Cestoda merupakan cacing berbentuk seperti pita memanjang. tubuh terdiri dari kepala (skolek), dan proglottid (segmen tubuh) yang terdiri dari: proglottid immature, mature, dan gravid. Proglottid gravid dapat digunakan untuk identifikasi spesies berdasarkan bentuknya dan bentuk uterus di dalamnya. Terdapat 2 golongan besar Cestoda, yaitu: 1. Pseudophyllidean yang mempunyai skolek berbentuk seperti sendok dengan dilengkapi 2 buah alat isap yang berbentuk celah memanjang yang disebut bothria, contoh spesies: Diphyllobothrium latum. 2. Cyclophyllidean yang mempunyai skolek dengan alat isap berbentuk seperti mangkuk yang disebut asetabulum, jumlahnya 4 buah. Diphyllobothrium latum merupakan pseudophyilidean. Cestoda yang hidup di usus manusia sebagai hospes definitifnya. Hospes reservoarnya adalah hewan/mamalia pemakan ikan. Memerlukan 2 buah hospes perantara dalam daur hidupnya yaitu: (1) Cyclops atau Diaptomus di mana larva cacing disebut proserkoid, dan (2) Ikan air tawar dengan larva cacing di dalamnya disebut pleroserkoid. Fam.Taeniidae yang termasuk Cyclophyllidean Cestoda mempunyai 3 spesies penting bagi kesehatan manusia maupun hewan, yaitu T.saginata, T.solium, dan E.granulossus. Bentuk telur antara ketiga cacing tersebut sukar dibedakan satu sama lain. Ketiganya mempunyai skolek yang dilengkapi dengan batil isap berbentuk mangkuk yang disebut asetabulum. Pada skolek T.solium dan E.granulossus dilengkapi dengan rostellum dan kait-kait .
  • 3. Sedangkan skolek T.saginata tidak ada rostrumnya. T.saginata dan T.solium merupakan cacing pita yang panjang sampai bermeter-meter ukurannya, sedangkan E.granulossus merupakan cacing pita yang terpendek, hanya mempunyai 3 buah proglottid saja. Manusia dapat terinfeksi T.saginata bila makan daging sapi yang mengandung kista yang disebut sistiserkus bovis, dan menderita taeniasis saginata (terdapat cacing dewasa dalam ususnya). Infeksi T.solium pada manusia dapat terjadi melalui 2 cara yaitu: 1. Bila menelan telurnya akan terjadi larva dalam jaringan tubuh manusia, disebut menderita sistiserkosis. 2. Bila makan daging babi yang mengandung larva sistiserkus selulose, manusia akan menderita taeniasis solium. Diagnosis taeniasis saginata/solium dengan menemukan telur/proglottid gravid pada tinja penderita. Sedangkan sistiserkosis dapat diketahui dengan pemeriksaan serologis, CT-scan atau dengan pembedahan (tergantung letak kista dalam jaringan tubuh manusia). Infeksi E.granulossus pada manusia dapat terjadi bila menelan telurnya, manusia akan menderita hidatidosis (terjadinya kista hidatida dalam jaringan tubuh manusia). Tempat yang sering terjadi kista adalah hati (66%). Diagnosis dengan pemeriksaan serologis, sinar rontgen, dan pembedahan bila letaknya memungkinkan. Cacing pita yang kecil H.nana hospes definitifnya manusia, dan penularan dapat terjadi secara langsung bila manusia menelan telur cacing tersebut. H.nana var.fraterna dan H.diminuta yang hospes definitifnya tikus memerlukan hospes perantara, yaitu pinjal tikus, dan kumbang tepung. Hospes perantara bila menelan telur cacing tersebut akan menetas menjadi larva sistiserkoid. Bila manusia menelan hospes perantara yang mengandung sistiserkoid akan menderita hymenolepsis. Cacing pita D.caninum merupakan cacing pita anjing /carnivora lainnya. Habitat dalam hospes adalah dalam usus halus. Manusia terinfeksi secara kebetulan/aksidental terutama terjadi pada anak-anak yang menelan pinjal anjing/kucing yang mengandung larva sistiserkoid. Akibat infeksi ini pada anak-anak tidak begitu nyata bila infeksinya ringan namun bila infeksi berat dapat terjadi gangguan pencernaan, diare, dan reaksi alergi. Pencegahan dengan meningkatkan kebersihan perorangan serta lingkungan dengan mengobati anjing dari pinjal yang menempel pada tubuhnya. Pengobatan dipylidiasis seperti pada infeksi cacing pita lainnya, yaitu dengan: niklosamid, praziquantel, atau kuinakrin Nematoda Usus Cacing tambang terdiri dari beberapa spesies, yang menginfeksi manusia adalah N.americanus dan A.duodenale, yang menginfeksi hewan (anjing/kucing) baik liar maupun domestik adalah A.ceylanicum meskipun cacing ini dilaporkan dapat menjadi dewasa dalam usus halus manusia dan tidak pernah menyebabkan creeping eruption, A.caninum dan A.braziliense yang tidak dapat menjadi dewasa dalam usus halus manusia dan menyebabkan creeping eruption pada manusia. Perbedaan morfologi antar spesies dapat dilihat dari bentuk rongga mulut, ada tidaknya gigi, dan bentuk bursa kopulatriks cacing jantan. Akibat utama yang ditimbulkan bila menginfeksi manusia atau hewan adalah anemia mikrositik hipokromik, karena cacing tambang menyebabkan perdarahan di usus akibat luka yang ditimbulkan juga cacing tambang mengisap darah hospes. Penyakit cacing tambang tersebar luas di daerah tropis, pencegahan tergantung pada sanitasi lingkungan, kebiasaan berdefikasi, dan memakai alas kaki. Strongyloides stercoralis merupakan cacing Nematoda usus yang hidup parasit pada manusia, namun dalam siklus hidupnya terdapat fase hidup bebas di tanah. Bentuk telurnya sulit dibedakan dengan telur cacing tambang. Manusia dapat terinfeksi melalui 3 cara: yaitu langsung, tak langsung, dan autoinfeksi. Cara pencegahan dan penyebaran cacing ini sama seperti cacing tambang. Obat yang efektif untuk strongyloidiasis adalah thiabendazol. Akibat utama yang ditimbulkan adalah peradangan pada usus, disentri terus- menerus dan rasa sakit pada perut bagian kanan atas. Diagnosis dengan menemukan larva dalam tinja atau dalam sputum penderita. Pada cacing Nematoda usus ada beberapa spesies yang menginfeksi manusia maupun hewan. Nematoda usus terbesar adalah A.lumbricoides yang bersama-sama dengan T.trichiura, serta cacing tambang sering menginfeksi manusia karena telur
  • 4. cacing tersebut semuanya mengalami pemasakan di tanah dan cara penularannya lewat tanah yang terkontaminasi sehingga cacing tersebut termasuk dalam golongan soil-transmitted helminths. A.lumbricoides, T.trichiura dan E.vermicularis mempunyai stadium infektif yaitu telur yang mengandung larva. Siklus hidup A.lumbricoides lebih rumit karena melewati siklus paru-paru, sedangkan T.trichiura dan E.vermicularis tidak. Gejala klinis penyakit cacing ini bila infeksi ringan tidak jelas, biasanya hanya tidak enak pada perut kadang-kadang mual. Infeksi askariasis yang berat dapat menyebabkan kurang gizi dan sering terjadi sumbatan pada usus. Trikhuriasis berat biasanya dapat terjadi anemia, sedangkan pada enterobiasis gejala yang khas adalah gatal-gatal di sekitar anus pada waktu malam hari saat cacing betina keluar dari usus untuk meletakkan telunya di daerah perianal. Diagnosis askariasis dan trikhuriasis dengan menemukan telur dalam tinja penderita, sedangkan untuk enterobiasis dapat ditegakkan dengan anal swab karena telur E. vermicularis tidak dikeluarkan bersama tinja penderita. Infeksi cacing usus ini tersebar luas di seluruh dunia baik daerah tropis maupun sub tropis. Anak-anak lebih sering terinfeksi dari pada orang dewasa karena kebiasaan main tanah dan kurang/belum dapat menjaga kebersihan sendiri. Semua infeksi cacing usus dapat dicegah dengan meningkatkan kebersihan lingkungan, pembuangan tinja atau sanitasi yang baik, mengerti cara-cara hidup sehat, tidak menggunakan tinja sebagai pupuk tanaman dan mencuci bersih sayuran/buah yang akan di makan mentah. Obat cacing, seperti piperasin, mebendazole, tiabendazol, dan lain-lain dapat diberikan dengan hasil yang cukup memuaskan. Trematoda dan Cstoda yang Hidup Parasit pada Darah/Jaringan Tubuh Manusia dan Hewan Spesies trematoda hati yang dapat menginfeksi manusia adalah C. sinensis dan O. viverini, sedangkan O. felineus, F. hepatica dan F. gigantica lebih banyak menginfeksi hewan. Stadium infektil cacing hati adalah metaserkaria. Telur dari C. sinensis dan Opistorchis pada waktu dikeluarkan sudah mengandung mirasidium, ukurannya lebih kecil dibandingkan dengan telur Fasciola yang besar dan tidak berembrio pada waktu dikeluarkan bersama tinja. Habitat cacing- cacing tersebut terutama adalah di saluran empedu, kecuali F. gigantica yang habitatnya di hati. Hospes perantara I cacing-cacing tersebut adalah keong, namun hospes perantara II C. sinensis dan Opistorchis adalah ikan air tawar dan hospes perantara II Fasciola adalah tumbuh-tumbuhan air. Patologis dan gejala klinis terutama karena peradangan yang disebabkan oleh hasil metabolisme cacing yang bersifat toksin. Gejala utama dalah demam, sakit daerah perut, pembesaran hati yang lunak, diare dan anemia. Diagnosis dengan menemukan telur dalam tinja penderita. Pencegahan dengan memasak ikan dan tumbuhan air yang akan dimakan. Pengobatan dengan bithionol. Paragonimus westermani merupakan trematoda yang menginfeksi paru-paru manusia dan hewan (mamalia). Stadium infektifnya adalah metasekaria yang mengkista dalam tubuh ketam atau udang (HP perantar II). Keong merupakan hospes perantara I nya. Patologi dan gejala klinis disebabkan oleh cacing dewasa dalam alveoli paru-paru dan mengeluarkan telur yang menyebabkan gejala batuk dengan bercak seperti serbuk besi dan sputum yang mengandung telur. PARASITOLOGI Parasitologi adalah suatu ilmu cabang Biologi yang mempelajari tentang semua organisme parasit. Tetapi dengan adanya kemajuan ilmu, parasitologi kini terbatas mempelajari organisme parasit yang tergolong hewan parasit, meliputi: protozoa, helminthes, arthropoda dan insekta parasit, baik yang zoonosis ataupun anthroponosis. Cakupan parasitologi meliputi taksonomi, morfologi, siklus hidup masing-masing parasit, serta patologi dan epidemiologi penyakit yang ditimbulkannya. Organisme parasit adalah organisme yang hidupnya bersifat parasitis; yaitu hidup yang selalu merugikan organisme yang ditempatinya (hospes). Predator adalah organisme yang hidupnya juga bersifat merugikan organisme lain (yang dimangsa). Bedanya, kalau predator ukuran tubuhnya jauh lebih besar dari yang dimangsa, bersifat membunuh dan memakan sebagian besar tubuh mangsanya. Sedangkan parasit, selain ukurannya jauh lebih kecil dari hospesnya juga tidak menghendaki hospesnya mati, sebab kehidupan hospes sangat essensial dibutuhkan bagi parasit yang bersangkutan.
  • 5.
  • 6. Tujuan Pengajaran Parasitologi Menyadari akibat yang dapat ditimbulkan oleh gangguan parasit terhadap kesejahteraan manusia, maka perlu dilakukan usaha pencegahan dan pengendalian penyakitnya. Sehubungan dengan hal tersebut maka sangat diperlukan suatu pengetahuan tentang kehidupan organisme parasit yang bersangkutan selengkapnya. Tujuan pengajaran parasitologi, dalam hal ini di antaranya adalah mengajarkan tentang siklus hidup parasit serta aspek epidemiologi penyakit yang ditimbulkannya. Dengan mempelajari siklus hidup parasit, kita akan dapat mengetahui bilamana dan bagaimana kita dapat terinfeksi oleh parasit, serta bagaimana kemungkinan akibat yang dapat ditimbulkannya. Selanjutnya ditunjang oleh pengetahuan epidemiologi penyakit, kita akan dapat menentukan cara pencegahan dan pengendaliannya. Istilah dalam Parasitologi dan Pembagian Hewan Parasit 1. Organisme (manusia atau hewan) yang ditempati oleh organisme lain (parasit) di mana organisme tersebut merugikan hospes (inang) yang ditumpanginya karena mengambil makanan disebut hospes. 2. Hospes yang dirugikan itu dapat digolongkan menjadi 4 macam yaitu hospes definitif, hospes perantara, hospes predileksi dan hospes reservoir. Hospes definitif yaitu hospes yang membantu hidup parasit dalam stadium dewasa/stadium seksual. 3. Berdasar lama waktu hidupnya parasit dibagi menjadi dua yaitu parasit temporer dan stasioner. Parasit temporer disebut juga parasit nonperiodis (nonberkala) yang mengunjungi hospesnya pada waktu-waktu berselang atau parasit tersebut tidak menetap pada tubuh hospesnya. 4. Pediculus humanus disebut sebagai ektoparasit karena hidup di kepala atau hidup pada permukaan luar hospesnya. Hubungan antara Parasit dengan Inang Derajat preferensi inang adalah produk adaptasi biologis dari parasit yang menyebabkan parasit tersebut secara alami mempunyai pilihan terhadap inang dan juga jaringan tubuh inang. Semakin tinggi derajat preferensi suatu parasit terhadap inang akan menyebabkan adanya spesifitas inang. Kekebalan terhadap parasit, Modus dan Sumber Penulurannya Di dalam tubuh terdapat suatu mekanisme yaitu mekanisme tanggap kebal yang akan mengenali dan segera memusnahkan setiap sel yang berbeda/asing dari sel normal tubuhnya sendiri. Seperti pada kekebalan terhadap bakteri, cendawan, dan virus, kekebalan dalam parasitologi terdiri dari kekebalan bawaan yang mungkin disebabkan spesifitas inang, karakteristik fisik inang, sifat biokimia yang khas dan kebiasaan inang serta kekebalan didapat. Kekebalan didapat dibedakan menjadi: - Kekebalan secara pasif, contohnya ialah kekebalan anak yang didapat dari kolostrum ibunya. - Kekebalan didapat secara aktif. Reaksi kekebalan didapat secara aktif timbul setelah adanya rangsangan oleh antigen. Tergantung dari sifat antigen sehingga terjadi pembelahan limfosit-limfosit menjadi sel-T atau sel B. Sel T mempunyai reseptor khusus terhadap antigen tertentu, sedangkan sel B akan mengeluarkan antibodi yang dikenal sebagai imunoglobulin yang akan berikatan secara khas pula dengan antigen. Modus penularan ialah cara atau metode penularan penyakit yang biasanya terjadi. Pada umumnya, cara penularan penyakit parasit adalah secara kontak langsung, melalui mulut (food- borne parasitosis), melalui kulit, melalui plasenta, melalui alat kelamin dan melalui air susu. Sumber penularan bagi penyakit parasit, seperti halnya bagi penyakit menular lain terjadi dari inang yang satu ke inang yang lain. Penularan dapat juga dari sumber penyakit kepada inang baru. Adapun yang dapat berlaku sebagai sumber penularan penyakit parasit ialah organisme baik
  • 7. hewan maupun tumbuhan dan benda mati seperti tanah, air, makanan dan minuman. Ekologi Parasit Ekologi parasit adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara parasit dengan lingkungan habitatnya, terutama mengenai distribusi parasit dengan sumber makanannya dan interaksi jenis- jenis parasit dalam satu habitat. Parasit yang terdapat di dalam tubuh inang, mungkin terdapat di dalam sistem pencernaan, sistem sirkulasi, sistem respirasi atau alat-alat dalam tubuh seperti hati, ginjal, otak dan limpa. Biometeorologi adalah ilmu tentang atmosfer dan segala fenomena- fenomenanya/ilmu tentang cuaca yang berhubungan dengan data kehidupan. Faktor meteorologi yang berpengaruh pada kelangsungan hidup parasit adalah: a. Data biometeorologi b. Penguapan air c. Kandungan air dalam tanah. Pengaruh Faktor Cuaca terhadap Siklus Hidup Parasit Pengaruh jumlah hujan dan temperatur terhadap kelangsungan hidup suatu jenis parasit berbeda, sebagai contoh Nematoda parasit membutuhkan lebih sedikit curah hujan dibandingkan dengan Trematoda. Trematoda membutuhkan jumlah air yang lebih banyak dibandingkan dengan Nematoda sebab untuk menetaskan miracidium diperlukan genangan air. Demikian juga pada telur cacing nematoda umumnya lebih tahan terhadap temperatur yang lebih tinggi daripada Trematoda dan Cestoda, tetapi sebagai larva infektif sebaliknya, yaitu larva Nematoda lebih tahan dingin daripada larva Trematoda dan Cestoda. Diduga bagian sinar matahari yang berpengaruh besar pada siklus hidup parasit adalah sinar ultraviolet. Dalam bereaksi terhadap tantangan dari faktor- faktor cuaca tersebut parasit bereaksi secara gabungan dan bukan bereaksi terhadap faktor itu satu demi satu. Ruang Lingkup Parasitisme Dalam mempelajari parasitologi diperlukan pengertian dan pendekatan ekologi serta memahami ekologi parasit yang merupakan dasar pembahasan berbagai masalah antara lain masuknya parasit ke dalam hospes, kepadatan parasit, inang dan sebagainya. Demikian juga untuk memahami penyebarannya perlu dipelajari mikro distribusi parasit. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kehidupan parasit antara lain air, temperatur, sinar matahari, waktu, flora dan fauna. Semua makhluk hidup itu bereaksi terhadap banyak faktor-faktor tersebut secara bersama-sama, tidak terhadap faktor satu demi satu. Selanjutnya dalam mencegah dan mengobati penyakit secara umum dengan tindakan praktis, khususnya dalam pencegahan serta pemberantasannya. Penggolongan Zoonosis dan Aspek yang Mempengaruhinya Zoonosis adalah penyakit atau penularan-penularan yang secara alamiah terjadi antara hewan dan manusia. Penggolongan zoonosis dapat didasarkan pada: (1) tingkat derajat revervoirnya dalam sistem zoologi, (2) siklus penularan dan prospek pengendaliannya, (3) taksonomi parasit penyebabnya. Hal-hal yang berpengaruh terhadap kasus zoonosis parasiter pada manusia adalah: 1. aspek sosial budaya atau ekonomi; di antaranya adalah jenis pekerjaan. Sebagai pemburu juga pekerja hutan, mereka lebih terbuka kemungkinannya untuk memperoleh zoonosis parasiter dari
  • 8. hewan buruan dan hewan liar di hutan sebagai reservoirnya. Berbeda dengan pekerja pengalengan susu, daging atau ikan yang secara langsung lebih terbuka terhadap penularan zoonosis parasiter dari jenis toksoplasmosis, hidatidosis dan larva migran. 2. Aspek ekologi; bertambahnya populasi atau dengan adanya transmigrasi, yang akan mengubah keadaan lingkungan. Perubahan ekologi, seperti adanya 2 ekosistem yang semula terpisah, kemudian bersatu dan dapat menjadi fokus baru bagi berbagai penyakit zoonosis; di antaranya schistosomiasis, trypanosomiasis, paragonimiasis dan sebagainya 3. Aspek iklim dan cuaca; sebagai contoh: negara Indonesia dengan iklim tropis, panas, tetapi curah hujan cukup sehingga kelembabannya cukup pula. Hal tersebut memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan berbagai jenis parasit selagi berada di luar tubuh hospesnya. Contoh: sporulasi ookista Toxoplasma gondii, pembentukan telur infektif berbagai cacing parasit usus, demikian pula bagi kelangsungan hidup berbagai vektor dan hospes perantara yang sangat dipengaruhi oleh iklim dan cuaca. Faktor-faktor yang mendukung siklus hidup zoonosis parasiter di daerah endemis, di antaranya: faktor bangsa, ethnis, agama, populasi geografis.