Ritme kehidupan seorang muslim ditentukan oleh irama shalat lima waktu sehari untuk menghentikan aktivitas duniawi dan bermunajat kepada Allah. Kehidupan ini bertujuan memperoleh kebahagiaan akhirat melalui amal shaleh yang dilakukan dengan ikhlas semata-mata untuk ridha Allah, bukan keridhaan makhluk.
1. Ritme Kehidupan Seorang Muslim “Maka dirikanlah shoalat, sesungguhnya shalat adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman” QS Annisa 4:103 Ritme Hiduo dengan “Irama” Shalat Sebagai seseorang yang beriman, tentunya ritme kehidupan kita (seharusnya) akan banyak ditentukan iramanya oleh keimanan kita kepada Allah Swt itu. Irama kehidupan kita tentunya akan berbeda dengan orang-orang yang tidak mau mengenal Rabbnya. Apabila orang organ kufur nan lalai itu terhenti aktifitasnya dunaiwinya semata mata juga oleh aktifitas duniawi lain, seperti makan, minum, kelelahan,tidur, dan bahkan sakit. Maka tidaklah demikian (semestinya) bagi kita kaum muslimin. Suara adzan adalah penanda bagi kita untuk menghentikan apapun aktifitas duniawi. Dengan adzan kita memasuki irama ukhrawi yang lembut, tenang, khusyu’ dan ikhlas yakni bermunajat kepada AllahSwt melalui ‘ibadah shalat. Demikian pentingnya shalat itu hingga sering kita awali dan akhiri dengan shalat sunnah qabbliyah ba’diyah. Malahan masih diperkokoh juga dengan sholat sholat sunnah maukkad, mawafilm dan lainnya, seperti shalat ied, qiyamul lail, dhuha, istikharah, istisqa, dsb. “Maka dirikanlah sehalat, sesungguhnya shalat adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang orang beriman” QS. An nisa 4:103 Rasulullah bersabda, “Islam dibangun di atas lima perkara: Kesaksian bahwa tidak ada tuhan yang patut disembah selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, membayar zakat, haji ke baitullah, dan puasa di bulan ramadhan” (HR Bukhari) Jadi bagaimana mungkin seorang muslim dapat berharap bahwa kehidupan akhiratnya bahagia sejahtera apabila tidak pernah “menyelusupkan wajahnya di atas sajadah” (shalat)? Dn bagaimana mungkin pula seorang akan memperoleh hidayah dalam kehidupannya apabila ia tidak pernah datang ke masjid, atau majelis majelis hikmah? Rasulullah Saw bertitah, “Pokok segala sesuatu adalah islam, tiangnya adalah shalat. Dan puncaknya adalah jihad di jalan Allah”. Lalu bagaimana pula seorang muslim bahagia kehidupannya di dunia bila ia tidak rela menghentikan irama duniawinya untuk shalat dan bermunajat kepada-Nya lima kali sehari? Bagaimana mungkin manusia akan menjadi makhluq mulia jika ia tidak berperilaku mulia sebagai manifestasi dari keimanannya? “Dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar ” QS Al ankabut 29:45 Sabda nabi Saw,”Jarak antara seseorang dengan kekafiran adalah meninggalkan shalat” HR Muslim Janganlah ragu untuk mengehntika n apapin aktifitas duniawi hanya untuk bermunajat kepada Allah Azza Wa Jalla mengikuti irama ukhrawi lalu kembali ke aktifitas semula. Demikian seterusnya hingga lima kali dalam sehari. Yakinlah bahwa Allah Swt tidak pernah mengecewakan kita. Dia akan memudahkan urusan kita.Jalanilah kehidupan shalatsebagai bahagian iramanya. Berorientasi pada Tujuan Islam mengajarkan kita melakukan segala sesuatu dengan orientasi tujuan yang jelas karena kehidupan kita pun jelas tujuannya. Setiap manusia yang hidup dan bertebaran di muka bumi ini pasti memiliki tujuan sendiri sendiri. Yang membedakan seorang muslim dengan yang lainnya adalah orientasi dan tujuan kehidupan seorang muslim adalah negeri akhirat. Setiap yang kita lakukanaalah dalam rangka menabung bekal, menanam benih kebajikan, memperbanyak amal shalih di dunia....untuk memperjuangkan kebahagiaan dunia akhirat sebagaimana kebahagiaan kita di dunia. Pada dasarnya hidup adalaha perjalanan yang teramat pendek. Hidup ini laksana pengembaraan singkat. Tak seberapa lama, lalu kembali ke tempat asal padahal mempertaruhkan sesuatu yang besar, akhirat. “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripate (berasal) dari tanah, kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat kokoh(rahim). Kemudian air mani iru kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan makhluq (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta yang paling baik ” QS Al mu’minun 23:12-14 “Hai manusia, bertaqwalah kepada Rabb-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan lelaki dan wanita yang banyak...” AS An Nisaa 4:41 “Apakah manusia itu mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban) ?” QS Al Qiyamah 75:36 Manusia itu diciptakan dengan tujuan yang jelas dan sangat pasti. “Dan diantara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah, dan Allah Maha Penyantun kepada hamba hambanya” QS Al Baqarah 2:207 Adapun manusia yang lalai dengan orientasi , msis, dan tujuan ekstensinya, akhirnya menderita. “Dan orang-orang kafir itu bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya hewan. Dan neraka adalah tempat tinggal mereka” QS Muhammad 47:12 “Adapun orang orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunai, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). Dan adapun orang orang yang takut kepada kebesaran Rabbnya menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya)” QS An Nazi’at 79:37-41 Berbasis Keikhlasan Seoran muslim itu menjalani ritme dan irama kehidupan dengan perilaku dan perbuatan yang semuanya ilandasi oleh keinginan memperoleh ridha Allah Swt, bukan karena berharap ridha dan kerelaan makhluq. “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah degan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus ” QS Al Bayyinah 98:5 Ikhlas artinya beribadah mencari ridha Allah degan memurnikan ketaatan kepada-Nya saja. “...agar Dia memuji siapa di antara kamu yang paling baik amalnya” QS Hud 11:7 “Fudhail bin Abbas menafsirkan “ahsanu amala”sebagai amal yang paling ikhlas, Ia berkata, ” Sesungguhnya amal jika dilakukan dengan ikhlas tetapi tidak benar, maka amal tersebut tidak diterima. Dan jka amal tersebut dilakukan dengan benar tetapi tidak ikhlas, ini pun tidak diterima. Amal yang diterima adalah ialah amal yang ikhlas dan benar. Ihkhlas adala amal yang semata mata ditunjukkan kepada Allah. Sedangkan amal yang benar adalah jika sesuai dengan kehendak-Nya” kemudian Fudhail membaya ayat, yang artinya “Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Rabb nya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Rabb nya” QS Al Kahfi 18:110 “Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yangikhlasmenyerahkan dirinyakepada Allah,sedang iapun mengerjakan kebaikan dan mengikuti agam Ibahim yang lurus? Dan Allahmengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya” QS An Nisa 4:125 Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “Syirik khafi (halus) akan terhindar dari orang orang yang dirahmati Rabb nya. Sedangkan cara menghindari syirik tersebut adalah mengikhlasakna hanya kepada Allah. Ikhlas murni ini tidak akan terwujud kecuali dengan zuhud. Sedangkan zuhud tidak akan tercapai kecuali dengan takwa. Dan taqwa akan terwujud kalau mengikuti perintah dan menjauhi larangan Allah dengan konsekuen” Jelaslah sudah, maka jauhilah ritme kehidupan yang didominasi oleh irama televisi, game, flm, internet, dan sejenisnya. Kehidupan kita ini terlalu besar untuk dikendalikan oleh mereka. Jalanilah ritme kehidupan ini dengan irama ibadah shalat,melodi orientasi akkhirat, dan simfoni keikhlasan serta ketulusan hati.