SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 84
Downloaden Sie, um offline zu lesen
TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN

         PENGADILAN NEGERI SEMARANG

   NO.465/PID.B/2010/PN.SMG TENTANG PENCURIAN

                 KOTAK AMAL MASJID


                           SKRIPSI

       Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat
            Memperoleh Gelar Sarjana Program 1 (S1)
                         Ilmu Syari’ah
                    Jurusan Jinayah Siyasah




                     Di susun Oleh:
                AHMAD SYUKRON MA’MUN
                    NIM. 072211016


                  FAKULTAS SYARIAH

   INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

                            2012


                               i
DEPARTEMEN AGAMA
               INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
                          FAKULTAS SYARI’AH SEMARANG
                   Jl.Raya Boja Km.2 Ngaliyan Telp/Fax. (024) 7601291 Semarang 50185

                          PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lamp.          : 4 (empat) eks.
Hal            : Naskah Skripsi
                An. Sdr. Ahmad Syukron Ma’mun


                                                           Kepada Yth.
                                                           Dekan Fakultas Syari’ah
                                                           IAIN Walisongo

                Assalamu’alaikum Wr. Wb.
                Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, bersama ini
        saya kirim naskah skripsi Saudara:
        Nama             : Ahmad Syukron Ma’mun
        Nim              : 072211016
        Jurusan          : Jinayah Siyasah
        Judul skripsi    :      TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM
                           TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI
                           SEMARANG           N0.465/PID.B/2010/PN.SMG
                           TENTANG       PENCURIAN    KOTAK      AMAL
                           MASJID
               Dengan ini saya mohon kiranya skripsi Saudara tersebut dapat segera
        dimunaqosyahkan.
               Demikian harap menjadikan maklum.
               Wassalamu’alaikum Wr. Wb.



                                                                Semarang, 21 Mei 2012




                                          ii
DEPARTEMEN AGAMA
               INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
                          FAKULTAS SYARI’AH SEMARANG
                     Jl.Raya Boja Km.2 Ngaliyan Telp/Fax. (024) 7601291 Semarang 50185

                                    PENGESAHAN

Skripsi saudara:
Nama             :   Ahmad Syukron Ma’mun
Nim              :   072211016
Jurusan          :   Jinayah Siyasah
Judul skripsi :      TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP
                     PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SEMARANG
                     N0.465/PID.B/2010/PN.SMG TENTANG PENCURIAN
                     KOTAK AMAL MASJID
        Telah dimunaqosahkan oleh dewan penguji fakultas syari'ah IAIN
Walisongo semarang, dan di nyatakan lulus pada tanggal :
                                     11 Juni 2012
        Dan dapat diterima sebagai pelengkap ujian akhir program Sarjana (S.I)
tahun akademik 2012/2013 guna memperoleh Gelar Sarjana Strata I dalam ilmu
Syari'ah
                                                   Semarang, 11 juni 2012




                                            iii
MOTTO




“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah
sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku
tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan
bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang
kamu kerjakan”. (QS. AL-MAIDAH : 8)




                                     iv
v
Deklarasi


Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penyusun menyatakan bahwa
skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan.
Dan skripsi ini tidak berisi satu pun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi
yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan oleh penulis.




                                                     Semarang, 11 Juni 2012

                                                             Deklarator,



                                                     Ahmad Syukron Ma’mun




                                         vi
ABSTRAK
        Skripsi ini membahas Tinjauan Hukum Pidana Islam terhadap Putusan
Pengadilan Negeri Semarang no.465/pid.b/2010/pn.smg tentang Pencurian Kotak
amal       Masjid.      Kajiannya      dilatar     belakangi      oleh     putusan
No.465/Pid.B/2010/PN.Smg, terdakwa Salim Bin Asropi hanya dijatuhi hukuman
penjara selama enam bulan dan dikenakan biaya perkara sebesar seribu rupiah.
Padahal tindak pidana ini termasuk kategori pencurian dalam keadaan
memberatkan karena pencurian ini melanggar pasal 363 ayat (1) ke-4 dan ke-5
KUHP, dan di ancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun. Akan tetapi
dalam putusannya bertolak belakang.
        Adapun tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui bagaimana dasar
pertimbangan Hakim terhadap Putusan Pengadilan Negeri Semarang
No.465/Pid.B/2010/PN.Smg tentang Pencurian Kotak Amal Masjid, (2) untuk
mengetahui bagaimana Tinjauan Hukum Pidana Islam terhadap Putusan
Pengadilan Negeri Semarang No.465/Pid.B/2010/PN.Smg tentang Pencurian
Kotak Amal Masjid.
        Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research) yang
datanya diperoleh dari data dokumen dari Putusan Pengadilan Negeri Semarang
No.465/Pid.B/2010/PN.Smg tentang Pencurian Kotak Amal Masjid. Sumber data
primer dalam penelitian ini yaitu Putusan Pengadilan Negeri Semarang
No.465/Pid.B/2010/PN.Smg tentang Pencurian Kotak Amal Masjid. Kemudian
untuk sumber data sekunder yaitu wawancara dengan Hakim tentang
pertimbangan-pertimbangan              pemutusan.           tindak          pidana
No.465/Pid.B/2010/PN.Smg. Dalam pengumpulan data penulis menggunakan
metode dokumentasi dan wawancara. Metode dokumentasi digunakan untuk
mengetahui putusan No.465/Pid.B/2010/PN.Smg dan metode wawancara
digunakan mengetahui pertimbangan-pertimbangan pemutusan Tindak Pidana
No.465/Pid.B/2010/PN.Smg. Teknik analisis data yang penulis gunakan adalah
analisis deskriptif.
        Hasil penelitian menunjukan Pertama, bahwa pertimbangan putusan
hukuman yang di lakukan hakim Pengadilan Negeri Semarang dalam tindak
pidana Nomor: 465/Pid. B/2010/PN.Smg, pertimbangan Hakim dalam pemutusan
tindak pidana ini adalah: pertimbangan sifat baik dan jahat dari terdakwa,
pertimbangan kasus ringan dan beratnya. Kemudian pertimbangan terdakwa
masih mempunyai tanggungan keluarga. Dengan pertimbangan itu, tuntutan
penuntut umum yang awalnya 8 bulan berubah menjadi 6 bulan. Hukuman yang
di putuskan adalah hukuman yang mengandung pembinaan agar terdakwa jera.
Kedua, bahwa menurut hukum pidana Islam dalam putusan tersebut masuk dalam
kategori pencurian tidak sempurna karena terdakwa tidak dapat dihukum potong
tangan namun cukup dengan hukuman ta’zir. Ini dikarenakan tidak terpenuhinya
syarat-syarat pencurian yaitu barang yang diambil tidak mencapai nishab.
Sehingga hukuman yang diberikan dalam Hukum Pidana Islam sesuai hukuman
yang diberikan oleh Pengadilan Negeri Semarang yaitu hukuman ta’zir berupa
hukuman penjara atau kurungan.



                                       vii
KATA PENGANTAR




Assalamu’alaikum Wr Wb.


       Puji Syukur penyusun haturkan kepada Allah S.W.T yang telah
memberikan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, serta nikmat bagi hambanya ini dan
bagi umat di dunia ini sehingga kita bisa menjalankan kehidupan dengan tenang
dan damai. Shalawat beserta Salam penyusun haturkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang kita nanti-nantikan syafa’at serta hidayahnya di hari akhir nanti.
       Penyusun menyadari bahwa tulisan ini masih sangat sederhana untuk
dikatakan sebagai sebuah skripsi, sehingga saran dan kritik sangat penyusun
harapkan dari para pembaca. Penyusun yakin, skripsi ini tidak akan selesai tanpa
motifasi, bantuan, dan arahan dari berbagai pihak baik moril maupun materil,
langsung maupun tidak langsung. pada kesempatan ini, penyusun ingin
mengucapkan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Prof. Dr. H. Muhibbin, M. Ag. Selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang
2. Dr. Imam Yahya, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo
   Semarang.
3. Drs. Moh. Solek, M.A, selaku Kajur Siyasah Jinayah
4. Prof. Dr. H. Muslich Shabir, M.A, selaku Dosen Pembimbing I yang dengan
   Ikhlas meluangkan waktu disela-sela kesibukannnya untuk membantu,
   mengarahkan, dan membimbing penyusun dalam penulisan maupun
   penyelesaian skripsi ini.
5. Ibu Maria Ana Muryani, SH. MH selaku Dosen Pembimbing II yang selalu
   meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam
   penyusunan     skripsi      ini   serta    selalu   memotivasi   penyusun   dalam
   menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak serta Ibu tercinta yang telah mencurahkan semuanya kepada penyusun
   dalam mengarungi bahtera kehidupan, yang telah mengajarkan sebuah
   perjuangan hidup untuk menggapai sebuah kemapanan.


                                             viii
7. Kakak dan adik-adikku tercinta yang selalu memberikan semangat dan tempat
   berbagi dalam segala senang dan duka.
8. Teman-teman paket SJB angkatan 2007 yang tidak bisa saya sebutkan satu
   persatu jangan pernah lupakan masa-masa kebersamaan kita dikala senang dan
   duka dan jangan pernah berhenti berkarya.
        Penyusun tidak mungkin mampu membalas segala budi baik yang telah
beliau-beliau curahkan, namun hanya ribuan terima kasih teriring do’a yang
mampu    penyusun   sampaikan,    semoga       seluruh   amal   kebaikan   mereka
mendapatkan balasan yang setimpal dan berlimpah dari Allah SWT.
        Akhir kata, penyusun berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak, khususnya bagi kalangan insan akademis. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.


Wassalamu’alaikum Wr Wb.




                                                    Semarang, 11 Juni 2012

                                                    Penulis,




                                                    Ahmad Syukron Ma’mun




                                      ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL SKRIPSI ....................................................................                 i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..........................................                                 ii

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................                iii

HALAMAN MOTTO ...................................................................................         iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................                    v

HALAMAN DEKLARASI ...........................................................................             vi

HALAMAN ABSTRAK ............................................................................... vii

HALAMAN KATA PENGANTAR .............................................................. viii

HALAMAN DAFTAR ISI ...........................................................................             x

BAB I : PENDAHULUAN

            A. Latar Belakang Masalah ...........................................................          1

            B. Perumusan Masalah .................................................................         4

            C. Tujuan Penelitian .....................................................................     5

            D. Telaah Pustaka .........................................................................    5

            E. Metode Penelitian .....................................................................     8

            F. Sistematika Penelitian .............................................................. 11

BAB II : KETENTUAN JARIMAH PENCURIAN

            A. Tinjauan Umum Tentang Jarimah ............................................ 14

                 1. Pengertian Jarimah ............................................................. 14

                 2. Unsur-Unsur Jarimah ......................................................... 15

                 3. Macam-Macam Jarimah ..................................................... 16




                                                       x
B. Ketentuan Pencurian Dalam Hukum Positif (KUHP)

         1. Pengertian Pencurian ........................................................... 21

         2. Ketentuan Hukum Tindak Pidana Pencurian ..................... 23

     C. Ketentuan Tindak Pidana Pencurian Dalam Hukum Pidana Islam

        1. Pengertian Pencurian ........................................................... 27

        2. Unsur-Unsur Pencurian ....................................................... 29

        3. Ketentuan Hukum Tindak Pidana Pencurian dalam

             Hukum Pidana Islam ........................................................... 33

BAB III : PUTUSAN PN SEMARANG NO.465/PID.B/2010/PN.SMG

           TENTANG PENCURIAN KOTAK AMAL MASJID

      A. Profil Pengadilan Negeri Semarang ....................................... 37

      B. Kronologis Kasus Dalam Putusan Nomor : 465/Pid.B/2010/Pn.Smg

          Tentang Pencurian Kotak Amal Masjid ................................. 39

      C. Dasar        Pertimbangan            Hukum          terhadap        Putusan         Nomor:

          465/Pid.B/2010/Pn.Smg Tentang Pencurian

          Kotak Amal Masjid ................................................................ 40

      D. Putusan Nomor : 465/Pid.B/2010/Pn.Smg Tentang Pencurian Kotak

          Amal Masjid ........................................................................... 45

BAB IV : ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SEMARANG

         NO.465/PID.B/2010/PN.Smg TENTANG PENCURIAN KOTAK

         AMAL MASJID




                                              xi
A. Analisis Dasar Pertimbangan Hukum Terhadap Putusan Pengadilan

             Negeri Semarang No.465/Pid.B/2010/PN.Smg Tentang Pencurian

             Kotak Amal Masjid ................................................................ 47

       B. Analisis Hukum Pidana Islam Terhadap Putusan Pengadilan Negeri

             Semarang No.465/Pid.B/2010/PN.Smg Tentang Pencurian Kotak

             Amal Masjid ........................................................................... 54

BAB V : PENUTUP

     A. Kesimpulan ................................................................................ 66

     B. Saran .......................................................................................... 67

     C. Penutup ..................................................................................... 67

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP




                                                  xii
BAB I

                                  PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Masalah

            Salah satu yang dibanggakan oleh manusia adalah harta. Ajaran Islam

    bukan ajaran yang materialisme, akan tetapi Islam mengajarkan kepada umat

    Islam untuk berusaha sekuat tenaga sesuai kemampuan untuk mencari harta.

    Syariat Islam yang telah ditetapkan oleh Allah SWT dan Muhammad

    Rasulullah SAW memuat seperangkat aturan dalam hal memperoleh harta.

    Memperoleh harta dengan cara yang haram seperti berbuat curang, merugikan

    orang lain, mencari keuntungan yang berlebihan, dan lain-lain harus dihindari

    oleh umat Islam.1

            Diakui atau tidak, dalam kehidupan masyarakat, pencurian terhadap

    harta benda/harta kekayaan orang lain sering sekali terjadi, dan hal ini dapat

    dilakukan dengan berbagai macam cara dan kesempatan. Dalam Kamus Besar

    Bahasa Indonesia, “mencuri memiliki pengertian menganbil milik orang lain

    tanpa izin atau dengan tidak sah, biasanya dengan sembunyi-sembunyi”.2

            Kejahatan pencurian ini memang bukan hal yang asing lagi kita

    dengar, melainkan kejahatan yang paling sering di beritakan. Terbukti dengan

    media massa dan media elektronik tak luput memberitakan tentang kasus

    seringnya terjadi kasus pencurian dengan berbagai latar belakang dan motif



        1
          Zainnudin Ali, Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2009, h. 67.
        2
          Dendy Sugono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2008, h. 281.



                                           1
2




pencurian. Namun, dalih yang sering di dengar ketika orang mencuri yaitu di

latarbelakangi ketidaktercukupinya kebutuhan ekonomi.

         Kebutuhan ekonomi memang hal yang sangat penting. Semua orang

dalam hidupnya selalu berusaha survive demi apa yang menjadi cita-cita

hidupnya. Namun yang menjadi ironis adalah ketika keadaan tidak berbanding

lurus dengan keinginan, dan yang dilakukan adalah mencuri.

         Kebutuhan yang mendesak mengakibatkan para pelaku pencurian

berusaha melakukan apa yang menjadi niatnya itu dengan berbagai macam

cara. Salah satunya yang di lakukan oleh terdakwa Salim Bin Asropi pencuri

uang di kotak amal masjid.

         Dalam putusan No.465/Pid.B/2010/PN.Smg, terdakwa Salim Bin

Asropi di tuntut oleh Jaksa atau Penuntut Umum, bahwa terdakwa pada hari

Sabtu tanggal 01 Mei 2010 sekitar jam 02.30 WIB, bertempat di Masjid

Miftahul Huda Kampung Sumurbong Kel.Rejomulyo Kec.Semarang Timur,

Kota Semarang. Telah mengambil uang tunai sebesar Rp 161.000,- yang

seluruhnya      atau sebagian kepunyaan orang lain dengan maksud ingin

memilikinya dengan melawan hukum yang dipersiapkan dengan membawa

alat tatah kayu yang terbuat dari besi untuk mencongkel kotak amal untuk

mempermudah pencurian. 3

         Kasus ini sangat menarik untuk di kaji lebih jauh, mengingat

pertimbangan hukum terhadap Putusan Pengadilan Negeri Semarang

No.465/Pid.B/2010/PN.Smg tentang pencurian kotak amal masjid. Kasus ini


   3
       Arsip Pengadilan Negeri Semarang No.465/Pid.B/2010/PN. Smg.
3




termasuk kategori pencurian dalam keadaan memberatkan karena pencurian

ini melanggar pasal 363 ayat (1) ke-4 dan ke-5 KUHP, dan di ancam dengan

pidana penjara paling lama tujuh tahun. Akan tetapi dalam putusan Pengadilan

Semarang nomor No.465/Pid.B/2010/PN.Smg memutuskan perkara tersebut

hanya dijatuhi hukuman penjara selama enam bulan dan dikenakan biaya

perkara sebesar seribu rupiah.4

         Di Indonesia dalam menentukan suatu hukuman bagi pelaku tindak

kejahatan diserahkan kepada pihak yang berwenang melalui polisi, jaksa, dan

hakim. melalui proses yang telah ditentukan dalam Undang-Undang

diantaranya melalui persidangan di Pengadilan. Tentu saja hukum yang

dipakai menggunakan KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) tetapi

dalam penentuan hakim juga mempunyai pertimbangan dalam memutuskan

suatu putusan.

         “Dalam      Islam     pencurian     biasa    disebut    dengan     sirqoh yaitu

mengambil suatu dengan cara sembunyi, sedangkan menurut istilah sirqoh

adalah mengambil suatu (barang) hak milik orang lain secara sembunyi-

sembunyi dan di tempat penyimpanan yang pantas”.5

         Hukum pidana Islam mengenai tindak pidana, hak masyarakat lebih

diutamakan di atas hak perseorangan, maka kepentingan masyarakat yang

lebih utama dan lebih didahulukan. Oleh karena itu, setiap jarimah atau tindak

pidana yang dapat mengganggu kedamaian, keamanan,dan ketentraman

masyarakat akan dianggap sebagai kejahatan terhadap Allah SWT, dan

   4
       ibid.
   5
       Sudarsono, Pokok-pokok Hukum Islam, Jakarta: Rineka Cipta, Cet. Ke-2, 2001, h. 545.
4




    masyarakat tidak berhak mendzalimi pribadi anggotanya, jika kepentingan

    individu itu tidak menimbulkan ancaman terhadap hak-hak orang lain atau

    masyarakat.6 “Dengan demikian Islam telah memberikan hak yang menjamin

    kepemilikan harta”.7 Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah SWT

    sebagai berikut:




            Artinya: “Dan janganlah kamu makan harta diantara kamu dengan
            jalan yang bathil dan janganlah kamu menyuap dengan harta itu
            kepada para hakim dengan maksud agar kamu dapat memakan
            sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa, padahal kamu
            mengetahui” (Q.S Al-Baqarah:188).8


            Dari latar belakang di atas, penulis tertarik untuk lebih jauh meneliti

    tentang kasus pencurian kotak amal masjid yang di lakukan oleh Salim Bin

    Asropi terkait bagaimana dasar petimbangan dalam menentukan putusan lama

    hukuman dan bagaimana tinjauan hukum islamnya dalam skripsi yang

    berjudul: Tinjauan Hukum Islam Terhadap Putusan Pengadilan Negeri

    Semarang No.465/Pid.B/2010/PN.Smg tentang Pencurian Kotak Amal

    Masjid.

B. Perumusan Masalah

            Dari latar belakang di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan

    dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :

        6
            Abdurrahman I, Doi, The Islamic Law, Terj. Usman Efendi AS dan Abdul Khalik,
“Inilah Syari’ah Islam”, Jilid I, Jakarta: Pustaka Panji Mas, Cet I 1991, h. 313-314.
         7
           Ibid., h. 370.
         8
            Tim Syaamil Al-Quran, Al-Qur’anulkarim Terjemah Tafsir Perkata, Bandung: Sygma
Publishing, 2010, h. 29.
5




   1. Bagaimana Dasar Pertimbangan Hakim terhadap Putusan Pengadilan

      Negeri Semarang No.465/Pid.B/2010/PN.Smg tentang Pencurian Kotak

      Amal Masjid?

   2. Bagaimana Tinjauan Hukum Pidana Islam terhadap Putusan Pengadilan

      Negeri Semarang No.465/Pid.B/2010/PN.Smg tentang Pencurian Kotak

      Amal Masjid?

C. Tujuan Penelitian

          Adapun tujuan penulisan skripsi:

   1. Untuk mengetahui dasar petimbangan Hakim terhadap Putusan Pengadilan

      Negeri Semarang No.465/Pid.B/2010/PN.Smg tentang Pencurian Kotak

      Amal Masjid.

   2. Untuk mengetahui tinjauan Hukum Pidana Islam terhadap Putusan

      Pengadilan Negeri Semarang             No.465/Pid.B/2010/PN.Smg tentang

      Pencurian Kotak Amal Masjid

D. Telaah Pustaka

          Dalam kajian pustaka ini, penulis akan memaparkan tentang beberapa

   sumber yang membicarakan masalah tersebut di antaranya:

          Pertama skripsi yang ditulis oleh Ahmad Subkhi (NIM: 042211011

   dan lulus tahun 2007), Mahasiswa Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo

   Semarang, yang berjudul: “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Tindak Pidana

   Pencurian yang Disertai dengan Kekerasan”. Skripsi tersebut menyatakan

   bahwa, tindak pidana pencurian yang disertai dengan kekerasan itu termasuk

   pencurian dengan pemberatan, yaitu sebagaimana telah diatur dalam pasal 365
6




    Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Demikian halnya dengan

    hukum pidana Islam, dimana pencurian yang disertai dengan jarimah-jarimah

    lain, maka hukumannya menjadi diperberat.9

            Kedua, skripsi yang ditulis oleh Ulil Absor (NIM: 042211116 dan

    lulus tahun 2009) Mahasiswa Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang,

    yang berjudul: “Tindak Pidana Pencurian Waktu Bencana Alam”. Skripsi

    tersebut menyatakan bahwa, adanya ketentuan pemberatan pidana pencurian

    pada waktu bencana alam yang terdapat dalam pasal 363 ayat (1) item 2

    KUHP, terletak pada faktor moralitas si pelaku, yang tega memanfaatkan

    kondisi masyarakat (korban) yang sedang mengalami musibah bencana alam

    demi kepentingan pribadinya, karena kalau ditinjau dari segi ontologi hukum

    (hakekat hukum), hubungan antara hukum dengan moral itu sangat erat sekali,

    mengingat hukum merupakan alat untuk mengatur tingkah laku/perbuatan

    manusia. Disamping dilihat dari segi moralitas, penulis juga melihat, bahwa

    filosofi dari pada ketentuan pemberatan pidana pencurian pada waktu bencana

    alam yang terdapat dalam pasal 363 ayat (1) item 2 KUHP adalah dari segi

    nilai keadilan, yang merupakan filosofi daripada hukum pada umumnya,

    dengan pemikiran bahwa, si korban (viktim) yang sedang terkena musibah,

    seharusnya mendapatkan pertolongan dari si pelaku kejahatan, bukan

    sebaliknya, si pelaku mencuri pada saat masyarakat sedang terjadi

    kekacauan.10


         9
           Akhmad Subkhi (NIM: 042211011), “ Tinjauan Hukum Islam Terhadap Tindak Pidana
Pencurian yang Disertai dengan Kekerasan”, Skripsi Hukum Pidana Islam, Semarang, 2007. t.d
         10
            Ulil Absor (NIM: 042211116),” Tindak Pidana Pencurian Waktu Bencana Alam”,
Skripsi Hukum Pidana Islam, Semarang, 2009, t.d.
7




            Ketiga skripsi yang ditulis oleh Suyoto (NIM: 2104056 dan lulus tahun

   2009) Mahasiswa Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang, yang berjudul:

   “Studi    Analisis   Hukum      Islam    terhadap    Putusan     PN    Kendal    No

   89/Pid.B/2008/Pn.Kdl Tentang Pencurian yang Dilakukan oleh Anak

   Dibawah Umur. Skripsi tersebut menyatakan bahwa, ditinjau dari hukum

   positif di Indonesia maka pertimbangan hukum yang dipakai hakim dalam

   menjatuhkan pidana penjara 2 bulan terhadap Ahmad Khoirin dan teman-

   temannya itu sudah tepat, karena kenakalan atau tindak pidana yang dilakukan

   oleh Ahmad Khoirin dan teman-temannya sudah memenuhi unsur-unsur

   pencurian menurut hukum positif. Tapi kalau menurut hukum pidana Islam

   dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana 2 bulan penjara itu

   kurang tepat. Dan seharusnya kalau menurut hukum pidana Islam Ahmad

   Khoirin dan teman-temannya dikenakan hukuman dalam bentuk pendidikan.11

            Dari beberapa tinjauan pustaka diatas, dapat diketahui bahwa tidak ada

   yang membahas mengenai dasar pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri

   Semarang dan tinjauan hukum pidana Islam mengenai Putusan Pengadilan

   Negeri Semarang No.465/Pid.B/2010/PN.Smg tentang Pencurian Kotak Amal

   Masjid.




       11
           Suyoto (NIM: 2104056), “Studi Analisis Hukum Islam Terhadap Putusan PN Kendal
No 89/Pid.B/2008/Pn.Kdl Tentang Pencurian Yang Dilakukan Oleh Anak Dibawah Umur”,
Skripsi Hukum Pidana Islam, Semarang, 2009.t.d.
8




E. Metode Penelitian

    1. Jenis Penelitian

                 Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library

        research) yang datanya diperoleh dari data dokumen dari Putusan

        Pengadilan      Negeri      Semarang      No.465/Pid.B/2010/PN.Smg             tentang

        Pencurian Kotak Amal Masjid.12 Penelitian yang dilakukan untuk

        menelaah bahan-bahan dari buku utama yang berkaitan dengan masalah,

        dan buku penunjang berupa sumber lainnya yang relevan dengan topik

        yang dikaji.13 Dalam penelitian ini menitik beratkan kepada dokumen.

        Penelitian dokumen adalah penelitian yang dilakukan dengan melihat data

        yang bersifat praktek, meliputi: data arsip, data resmi pada institusi-

        institusi pemerintah, data yang dipublikasikan (putusan pengadilan,

        yurisprudensi, dan sebagainya).14 Sedangkan objek dalam penelitian ini

        adalah Putusan Pengadilan Negeri Semarang No.465/Pid.B/2010/PN.Smg

        tentang Pencurian Kotak Amal Masjid.

    2. Sumber Data

                 Sumber data adalah subjek dari mana data di peroleh15 atau sesuatu

        yang dapat memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.




        12
            Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Ilmiah), Jakarta: PT. Bina
Aksara, 1989. h. 10.
         13
            P. Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta,
1991. Cet. I, h. 109.
         14
            Ibid, h. 88-89.
         15
            Suharsimi Arikunto, op.cit., h. 114.
9




        Berdasarkan sumbernya, sumber data dalam penelitian dikelompokkan

        menjadi dua, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.16

        a) Sumber Data Primer

                     Dalam penelitian ini data primer yang dimaksud yaitu sumber

             literatur utama yang berkaitan langsung dengan obyek penelitian di

             Pengadilan Negeri dan bahan hukum yang bersifat autoritatif artinya

             mempunyai otoritas. Dengan kata lain, data primer dalam penelitian

             ini adalah data yang diambil dari data-data dalam bentuk dokumen

             putusan pengadilan, yaitu Putusan Hakim Pengadilan Negeri

             Semarang No.465/Pid.B/2010/PN.Smg tentang Pencurian Kotak Amal

             Masjid.

        b) Sumber Data Sekunder

                     Dalam penelitian ini data yang digunakan peneliti adalah data

             yang dikumpulkan oleh orang lain. Pada waktu penelitian dimulai data

             telah tersedia.17 Adapun data sekunder atau data pendukung yaitu,

             wawancara dengan Hakim Pengadilan Negeri Semarang dan literatur

             yang digunakan dalam menjelaskan tentang pokok permasalahan yaitu

             buku-buku yang ada relevansinya dengan penelitian, misalnya buku

             Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), Hukum Pidana Islam

             (Fiqh Jinayah), Kejahatan Pencurian Dalam Hukum Pidana Islam dan

             buku-buku lain yang ada kaitannya dengan masalah yang peneliti kaji.



        16
           Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, Yogyakarta: PT. Pustaka Pelajar, 1998, h. 91.
        17
            Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: PT Raja Grafinda
Persada, 2007, h. 37.
10




                 Metode        wawancara        digunakan        mengetahui        pertimbangan-

                 pertimbangan pemutusan Tindak Pidana No.465/Pid.B/2010/PN.Smg..

       3. Metode Pengumpulan Data

                     Dalam      pengumpulan        data     penulis    menggunakan         metode

          dokumentasi. Metode dokumentasi ini digunakan untuk mengetahui

          putusan No.465/Pid.B/2010/PN.Smg. Adapun data pendukung yaitu

          wawancara. “wawancara merupakan suatu cara pengambilan data melalui

          interaksi dan komunikasi”.18 Dalam hal ini pewawancara akan

          mewawancarai hakim yang telah menangani perkara atas Putusan

          Pengadilan        Negeri      Semarang      No.465/Pid.B/2010/PN.Smg             tentang

          Pencurian Kotak Amal Masjid guna untuk mengetahui petimbangan-

          pertimbangan           Hakim         tentang      pemutusan         Tindak        Pidana

          No.465/Pid.B/2010/PN.Smg.

       4. Metode Analisis Data

                     “Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara

          sistematis catatan hasil dokumentasi, wawancara dan lainnya. Untuk

          meningkatkan pemahaman penelitian tentang kasus yang diteliti dan

          menyajikannya sebagai temuan”.19

                     Teknik analisis data yang penulis gunakan adalah analisis

          deskriptif yaitu penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan




          18
               Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, Ed., Penelitian Survei, Jakarta: LP3ES, 1989, h.
192.
          19
               Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta, Rake Sarasin, 1996, h.
104.
11




         (deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian.20 Dengan

         metode analisis induktif yaitu berangkat kasus-kasus bersifat khusus

         berdasarkan pengalaman nyata yang kemudian dirumuskan menjadi

         definisi yang bersifat umum.21 karena data yang diwujudkan dalam skripsi

         ini bukan dalam bentuk angka melainkan bentuk laporan atau uraian

         deskriptif analisis.

F. Sistematika Penulisan

                Untuk mempermudah pembaca dalam memahami isi dari tulisan ini,

      penulis akan menguraikan secara singkat apa yang terkandung dalam skripsi

      ini. Secara garis besar, skripsi ini mencakup tiga bagian yang masing-masing

      terdiri dari bab dan sub-bab, yaitu:

      1. Bagian muka

                   Bagian ini berisi halaman judul skripsi, persetujuan pembimbing,

        halaman pengesahan, motto, persembahan, deklarasi, abstrak, kata

        pengantar, dan daftar isi.

      2. Bagian isi/batang tubuh skripsi, terdiri dari:

                   Bab I merupakan pendahuluan. Bab ini merupakan gambaran secara

        global mengenai seluruh isi dari skripsi ini yang meliputi: Latar Belakang

        Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Telaah Pustaka, Metode

        Penelitian, dan Sistematika Penelitian.




         20
              Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Jakarta: Raja Grafindo, 1998, Cet. XI, h.
18.
         21
            Dedi Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,
2001, Cet. I, h. 156.
12




       Bab II merupakan Ketentuan Jarimah Pencurian. Bab ini berisi teori

yang berkaitan dengan skripsi, yaitu terdiri atas pengertian Jarimah, Unsur-

unsur Jarimah, Macam-macam Jarimah. Tinjauan Umum tentang

Pencurian dalam Hukum Positif (KUHP) yang meliputi: Pengertian

Pencurian, Ketentuan hukum tindak pidana pencurian, Tinjauan Umum

tentang tindak Pidana Pencurian Dalam Hukum Pidana Islam yang

meliputi: Pengertian Pencurian, Unsur-Unsur Pencurian, Ketentuan hukum

tindak pidana Pencurian.

       Bab      III     berisi   tentang     Putusan   Pengadilan       Semarang

No.465/Pid.B/2010/PN.Smg tentang Pencurian Kotak Amal Masjid yang

meliputi: Profil Pengadilan Negeri Semarang, Kronologis Kasus Dalam

Putusan Nomor: 465/Pid.B/2010/Pn.Smg Tentang Pencurian Kotak Amal

Masjid,     Dasar     Pertimbangan     Hakim      terhadap    Putusan    Nomor:

465/Pid.B/2010/Pn.Smg Tentang Pencurian Kotak Amal Masjid, Putusan

Nomor: 465/Pid.B/2010/Pn.Smg Tentang Pencurian Kotak Amal Masjid.

       Bab IV berisi tentang Analisis Putusan Pengadilan Negeri Semarang

No.465/Pid.B/2010/PN.Smg tentang Pencurian Kotak Amal Masjid yang

meliputi:    Analisis    Dasar   Pertimbangan      Hakim     Terhadap    Putusan

Pengadilan     Negeri      Semarang        No.465/Pid.B/2010/PN.Smg       tentang

Pencurian Kotak Amal Masjid, Analisis Hukum Pidana Islam terhadap

Putusan Pengadilan Negeri Semarang No.465/Pid.B/2010/PN.Smg tentang

Pencurian Kotak Amal Masjid.
13




           BAB V Merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran-

  saran.

3. Bagian akhir

           Bagian akhir yang berisi daftar pustaka, beberapa lampiran dan

  daftar riwayat hidup.
BAB II

                          KETENTUAN JARIMAH PENCURIAN



A. Tinjauan Umum Tentang Jarimah

    1.       Pengertian Jarimah

                    Menurut bahasa kata jarimah berasal dari kata “jarama”

             kemudian bentuk masdarnya adalah “jaramatan” yang artinya perbuatan

             dosa, perbuatan salah, atau kejahatan. Pengertian jarimah tersebut tidak

             berbeda dengan pengertian tindak pidana, (peristiwa pidana, delik) dalam

             hukum pidana positif. Secara istilah Imam Al-Mawardi memberikan

             definisi jarimah sebagaimana yang dikutip oleh Ahmad Wardi Muslich:

                                   ِ‫ﺑِﺤ َ ﺪأَو ْ ﺗَﻌ ْ ﺰ‬
                                                ‫ﱟ‬               َ ‫ز َ ﺟ َ ﺮ َ ﷲ ُﺗَﻌ َﻞ‬   ْ ‫ﻟاَْﺠ َ ﺮ َ اﺋِ ﻣ َﺤ ْ ﻈُﻮ ْ ر َات ٌ ﺷ َﺮ‬
                                                                                                                    ُ‫ﻢ‬

                  Jarimah adalah perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh syara’,
                  yang diancam dengan hukuman hadd atau ta’zir.1

                    Menurut Ahmad Hanafi, yang dimaksud dengan kata-kata

             “jarimah” ialah, larangan-larangan syara’ yang diancam oleh Allah

             dengan hukuman            hadd atau ta’zir. Larangan-larangan tersebut

             adakalanya   berupa       mengerjakan                   perbuatan            yang         dilarang,            atau

             meninggalkan perbuatan yang diperintahkan. Yang dimaksud dengan

             kata-kata “syara” adalah bahwa sesuatu perbuatan baru dianggap

             jarimah apabila dilarang oleh syara’. Berbuat atau tidak berbuat tidak

             dianggap sebagai jarimah, kecuali apabila telah diancamkan hukuman


         1
           Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Azas Hukum Pidana Islam (Fikih Jinayah),
Jakarta: Sinar Grafika, 2004, h. 9.



                                                           14
15




         terhadapnya. Di kalangan fuqaha, hukuman biasa disebut dengan kata-

         kata “ajziyah” dan mufradnya, “jaza”.2

                 “Dengan mengesampingkan perbedaan pemakaian kata-kata

         ”jinayah” dikalangan fuqaha’, dapatlah penulis simpulkan bahwa kata-

         kata ”jinayah” dalam istilah fuqaha’ sama dengan kata-kata ”jarimah”.3

         Suatu perbuatan dianggap jarimah apabila dapat merugikan tata aturan

         masyarakat,      atau      kepercayaan-kepercayaannya,        atau    merugikan

         kehidupan masyarakat, baik berupa benda, nama baik, atau perasaannya

         dengan pertimbangan-pertimbangan yang lain yang harus dihormati dan

         dipelihara.

2.       Unsur-Unsur Jarimah

                 Jarimah      itu    merupakan      larangan-larangan       syara’    yang

         diancamkan dengan hukuman hadd atau ta’zir. Dengan menyebutkan

         kata-kata syara’ dimaksudkan bahwa larangan-larangan harus datang dari

         ketentuan-ketentuan (nash-nash) syara’. Berbuat atau tidak berbuat baru

         dianggap sebagai jarimah apabila diancamkan hukuman kepadanya.

                 Unsur-unsur jarimah secara umum yang harus dipenuhi dalam

         menetapkan suatu perbuatan jarimah yaitu:

         a.   Unsur formil (rukun syar’i) yakni adanya nash yang melarang

              perbuatan dan mengancam hukuman terhadapnya.




     2
         Ahmad Hanafi, Azas-Azas Hukum Pidana Islam, Jakarta: PT Bulan Bintang, 1986, h. 1.
     3
         Ibid., h. 2.
16




             b.   Unsur materiil     (rukun maddi) yakni adanya tingkah laku yang

                  membentuk jarimah, baik berupa           perbuatan-perbuatan nyata

                  ataupun sikap tidak berbuat.

             c.   Unsur moril (rukun adabi) yakni pembuat, adalah seorang mukallaf

                  (orang yang dapat dimintai pertanggung jawaban terhadap jarimah

                  yang diperbuatnya).4

    3.       Macam-Macam Jarimah

                     “Pada umumnya, para ulama membagi jarimah berdasarkan aspek

             berat dan ringannya hukuman serta ditegaskan atau tidaknya oleh Al-

             Qur’an atau al-Hadits. Atas dasar ini mereka membaginya menjadi tiga

             macam, yaitu: jarimah hudud, jarimah qishash dan jarimah ta’zir”.5

                     Mengenai uraian ataupun penjelasan tentang          jarimah hudud,

             jarimah    qishash      dan    jarimah    ta’zir    serta    penggolongan-

             penggolongannya, akan diuraikan sebagai berikut:

             a.   Jarimah Hudud

                         Jarimah hudud adalah         jarimah yang diancam dengan

                  hukuman hadd. Pengertian hukuman hadd adalah hukuman yang

                  telah ditentukan oleh syara’ dan menjadi hak Allah (hak

                  masyarakat). Dengan demikian ciri khas jarimah hudud itu adalah

                  sebagai berikut:




         4
          ibid., h. 6.
         5
           Djazuli, Fiqih Jinayah (Upaya Menanggulangi Kejahatan dalam Islam), Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 1947, h.13.
17




         1) Hukumannya          tertentu   dan   terbatas,   dalam   arti   bahwa

             hukumannya ditentukan oleh syara’ dan tidak ada batas minimal

             dan maksimal.

         2) Hukuman tersebut merupakan hak Allah semata-mata, atau kalau

             ada hak manusia di samping hak Allah maka hak Allah yang

             lebih menonjol. 6

                 Dalam hubungannya dengan hukuman hadd maka pengertian

         hak Allah di sini adalah bahwa hukuman tersebut tidak di hapuskan

         oleh perseorangan (orang yang menjadi korban atau keluarganya)

         atau oleh masyarakat yang diwakili oleh negara. Jarimah hudud ini

         ada tujuh macam antara lain yaitu: jarimah zina, jarimah qadzaf,

         jarimah syurbul khamr, jarimah pencurian, jarimah hirabah,

         jarimah riddah, jarimah al-bagyu (pemberontakan).

                 Salah satu bentuk contoh dari hukuman hudud yang

         menyatakan sebagai hukuman yang di tentukan oleh syara’ adalah

         pencurian yang didasarkan pada firman Allah dalam surat AL-

         Maidah ayat (38):




6
    Ahmad Wardi Muslich, op.cit., h.18.
18




                         “Artinya: Adapun orang laki-laki maupun perempuan yang
                         mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) balasan atas
                         perbuatan yang mereka lakukan dan sebagai siksaan dari
                         Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” 7

            b.   Jarimah Qishash dan Diyat

                        Maksud dari jarimah qishash atau diyat ialah merupakan

                 perbuatan-perbuatan yang diancamkan hukuman              qishash atau

                 hukuman    diyat. Baik   qishash maupun diyat adalah hukuman-

                 hukuman yang telah ditentukan batasnya, dan tidak mempunyai

                 batas terendah ataupun tertinggi, tetapi menjadi hak perseorangan,

                 dengan pengertian bahwa si korban bisa merugikan si pembuat, dan

                 apabila dimaafkan maka hukuman tersebut menjadi hapus.8

                        “Menurut arti, qishash adalah akibat yang sama yang

                 dikenakan kepada orang yang dengan sengaja menghilangkan jiwa

                 atau melukai atau menghilangkan anggota badan orang lain”.9

                 Firman Allah menjelaskan dalam surat al-Baqarah ayat (178-179):




        7
           Tim Syaamil Al-Quran, Al-Qur’anulkarim Terjemah Tafsir Perkata, Bandung: Sygma
Publishing, 2010, h. 174.
         8
           Makhrus Munajat, Dekonstruksi Hukum Pidana Islam, Yogyakarta: Logung Pustaka,
2004. h. 12.
         9
           Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia. 2000. h. 29.
19




                  Artinya : Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas
                  kamu qishash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh;
                  orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan
                  hamba, dan wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang
                  mendapat suatu pema'afan dari saudaranya, hendaklah (yang
                  mema'afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan
                  hendaklah (yang diberi ma'af) membayar (diat) kepada yang
                  memberi ma'af dengan cara yang baik (pula). yang demikian
                  itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu
                  rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu,
                  Maka baginya siksa yang sangat pedih. Dan dalam qishaash
                  itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, Hai orang-
                  orang yang berakal, supaya kamu bertakwa.10


                  Seperti halnya jarimah hudud, penerapan jarimah qishash

         atau diyat ini pun harus hati- hati, sifat asas legalitas jarimah ini

         pun juga harus ketat. Oleh karena itu jika terdapat suatu keraguan,

         ketidak yakinan terhadap jarimah ini, hukuman         qishash harus

         dihindari.

                  Jarimah yang termasuk ke dalam jarimah qisas/diyat ini ada

         lima macam:

         1) Pembunuhan sengaja (al-qatlul-amdu)

         2) Pembunuhan semi sengaja (al-qatlu syibhul amdi)

         3) Pembunuhan karena kesilapan (tidak sengaja, al-qatlul khatha’)

         4) Penganiayaan sengaja (al-jarkhul-amdu)

10
     Tim Syaamil Al-Quran, op.cit., h. 27.
20




         5) Penganiayaan tidak sengaja (al-jarkhul-khatha’)11

 c.      Jarimah Ta’zir

                 Arti ta’zir menurut terminologi fikih Islam adalah tindakan

         edukatif terhadap pelaku perbuatan dosa yang tidak ada sanksi hadd

         dan kafaratnya. Atau dengan kata lain, ta’zir adalah hukuman yang

         bersifat edukatif yang ditentukan oleh hakim atas pelaku tindak

         pidana atau pelaku perbuatan maksiat yang hukumannya belum

         ditentukan oleh syari’at atau kepastian hukumnya belum ada. 12

                 Ta’zir     secara    harfiah     juga    bisa    diartikan     sebagai

         menghinakan pelaku kriminal karena tindak pidananya yang

         memalukan. Dalam ta’zir, hukuman itu tidak ditetapkan dengan

         ketentuan (dari Allah dan Rasul-Nya), dan Qodhi diperkenankan

         untuk mempertimbangkan baik bentuk hukuman yang akan

         dikenakan maupun kadarnya.

                 Ta’zir yang menurut arti katanya adalah                 at-ta’dib yaitu

         memberi pengajaran, maka disini dapat ditarik suatu kesimpulan

         yang berkaitan dengan definisi diatas. Ta’zir adalah suatu hukuman

         atas jarimah yang kadar hukumannya belum ditetapkan oleh syara’

         (Al-Qur’an dan hadis) yang betujuan untuk memberikan pelajaran

         atau rasa jera terhadap pelaku tindak kejahatan, sehingga menyadari

         atas perbuatan yang telah dilakukan dan tidak mengulangi perbuatan

         tersebut. Selain itu,       ta’zir juga juga tidak memiliki ketetapan

11
     Ahmad Wardi Muslich, op.cit., h. 19.
12
     Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, Bandung: PT.Al-Ma’arif. 2001, h. 159.
21




                 ataupun kaffarah didalamnya, karena             ta’zir merupakan suatu

                 hukuman yang berkaitan dengan perkembangan masyarakat serta

                 kemaslahatannya.

B. Ketentuan Pencurian Dalam Hukum Positif (KUHP)

   1.        Pengertian Pencurian

                    “Pencurian dalam bahasa, berasal dari kata “curi” yang mendapat

             awalan pe- dan akhiran -an yng mempunyai arti proses, cara perbuatan

             mencuri”.13 “Dalam hukum positif pencurian dijelaskan dalan BAB XXII

             pasal 362 KUHP, yaitu mengambil sesuatau barang, yang sama sekali

             atau sebagian termasuk kepunyaan orang lain, dengan maksud akan

             memiliki barang itu dengan melawan hak”.14 Pencurian mengandung

             elemen-elemen, perbuatan mengambil, suatu barang atau yang diambil,

             seluruhnya atau sebagian milik orang lain, pengambilan dengan maksud

             memiliki.

                    Dalam pencurian, mengambil yang dimaksud adalah mengambil

             untuk dikuasai, maksudnya waktu pencuri mengambil barang, barang

             tersebut belum ada dalam kekuasaannya, apabila waktu memiliki barang

             itu sudah ada ditangannya, maka perbuatan tersebut bukan termasuk

             pencurian tetapi penggelapan, pencurian dikatakan selesai apabila barang

             tersebut sudah pindah tempat. Suatu barang, merupakan segala sesuatu

             yang berwujud dan barang yang tidak berwujud termasuk daya listrik dan

             gas. Pengambilan tersebut harus dengan sengaja dan dengan maksud

        13
             Depdiknas, Kamus Besar Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1994, h. 200.
        14
             Moeljatno, KUHP Kitap Undang-Undang Hukum Pidana, Jakarta: t.p, 2009, h. 128.
22




               untuk memiliki, apabila seseorang mengambil barang milik orang lain

               karena keliru tidak termasuk pencurian.15 Dalam KUHP dikenal beberapa

               macam pencurian yaitu:

           a.      Pencurian Ringan

                             Pencurian biasa, barang yang dicuri tidak lebih dari Rp.250,-

                   pencurian dilakukan dua orang atau lebih, pencurian hewan

                   meskipun nilainya tidak lebih dari Rp.250,- tidak termasuk

                   pencurian ringan, atau pencurian pada waktu terjadi malapetaka,

                   bencana baik yang disebabkan alam atau manusia.

           b.      Pencurian dengan pemberatan

                             Pencurian dengan pemberatan yaitu pencurian biasa yang

                   disertai keadaan-keadaan, pencurian hewan, bila dilakukan pada

                   waktu bencana, dilakukan pada malam hari dalam keadan rumah

                   tertutup yang ada dirumah, dilakukan dua orang atau lebih dengan

                   bekerja     bersama-sama,     dilakukan   dengan   membongkar     atau

                   memecah untuk mengambil barang yang di dalamnya.

           c.      Pencurian dengan kekerasan

                             Pencurian yang disertai dengan kekerasan, kekerasan yang

                   dimaksud kekerasan pada orang, bukan berupa barang, dilakukan

                   sebelum atau sesudah        pencurian,    bersama-sama         dengan

                   maksud untuk memudahkan atau menyiapkan agar pencurian ada

                   kesempatan untuk melarikan diri.

          15
                R. Susilo, Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-komentarnya, Bogor: POLITEA,
t.th. h. 216.
23




           d.      Pencurian Dalam Keluarga

                              Pencurian yang dilakukan dalam kalangan keluarga atau

                   suami istri yaitu ada pertalian yang erat, selama pertalian perkawinan

                   belum putus maka pencurian tersebut tidak dijatuhi hukuman. 16

     2.        Ketentuan Hukum Tindak Pidana Pencurian

                          Dalam KUHP BAB XXII pencurian di bagi menjadi beberapa

               macam, penjatuhan pidana dalam pencurian sesuai dengan kategori

               pencurian. Dalam pasal 362 di nyatakan:

                     Barangsiapa mengambil suatu barang, yang sama sekali atau
                     sebagian termasuk kepunyaan orang lain, dengan maksud akan
                     memiliki barang itu dengan melawan hukum, diipidana karena
                     mencuri dengan pidana penjara selama-lamanya lima tahun atau
                     denda sebanyak-banyaknya Sembilan ribu rupiah17

                          Pencurian di atas yang dimaksud adalah pencurian biasa (ringan),

               kemudian kategori selanjutnya adalah pencurian dalam keadaan

               memberatkan, telah diatur dalam Pasal 363 dan 365 KUHP. Unsurnya

               sama dengan pencurian yang dimaksud dalam Pasal 362 KUHP, hanya

               bedanya bahwa pencurian yang dimaksud dalam Pasal 363 ini ditambah

               dengan ditentukan bentuk dan cara melakukan perbuatan, waktu serta

               jenis barang yang dicuri sehingga dinilai memberatkan kualitas

               pencurian, maka perlu ancaman pidananya lebih berat daripada pencurian

               biasa.18


          16
               ibid.
          17
                R. Sugandhi,    K.U.H.P Dengan Penjelasannya, Surabaya: Usaha Nasional, 1980,
h. 376.
          18
               Suharto. R.M, Hukum Pidana Materiil, Ed-2, Jakarta: Sinar Grafika, Cet-2, 2002, h.73.
24




             Yang dinamakan pencurian berat dan ancamannya pun lebih

     berat, diancam pidana penjara selama-lamanya tujuh tahun. Yang

     dimaksud pencurian berat adalah pencurian biasa (Pasal 362), yang

     disertai dengan salah satu keadaan seperti berikut:

     1) Jika barang yang dicuri itu adalah hewan. Yang dimaksud dengan

        hewan sebagaimana diterangkan dalam pasal 101 ialah semua jenis

        binatang yang memamah biak            (kerbau, lembu, kambing, dan

        sebagainya), binatang yang berkuku satu (kuda, keledai) dan babi.

        Anjing, kucing, ayam, itik dan angsa tidak termasuk hewan, karena

        tidak memamah biak, tidak berkuku satu dan bukan pula sejenis babi.

     2) Jika pencurian itu dilakukan pada waktu sedang terjadi bencana,

        seperti kebakaran, letusan, banjir, gempa bumi, atau gempa laut,

        gunung meletus, kapal karam, kapal terdampar, kecelakaan kereta

        api, huru-hara, pemberontakan atau bahaya perang. Pencurian yang

        dilakukan dalam waktu seperti itu diancam hukuman lebih berat,

        karena pada waktu semua orang sedang menyelamatkan jiwa dan

        raganya serta harta bendanya, si pelaku mempergunakan kesempatan

        itu untuk melakukan kejahatan, yang menandakan orang itu rendah

        budinya.19

     3) Jika pencurian itu dilakukan pada waktu malam di dalam sebuah

        rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, yang dilakukan

        oleh orang yang adanya di situ tidak diketahui atau tidak dikehendaki


19
     R. Sugandhi, op.cit., h. 378-380.
25




         oleh yang berhak.

     4) Jika pencurian itu dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan

         bersama-sama.

     5) Jika untuk dapat masuk ke tempat kejahatan atau untuk dapat

         mengambil barang yang akan dicuri itu, pencurian tersebut dilakukan

         dengan jalan membongkar, memecah, memanjat atau dengan

         memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan

         palsu.20

             Pencurian yang lain ialah pencurian dengan kekerasan, kategori

     pencurian ini dijelaskan dalam KUHP pasal 365 yang menyatakan:

         1. Dengan pidana penjara selama-lamanya sembilan tahun, dipidana
            pencurian yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan
            atau ancaman kekerasan pada orang, dengan maksud untuk
            menyediakan atau memudahkan pencurian itu, atau jika
            tertangkap tangan, supaya ada kesempatan bagi dirinya sendiri
            atau bagi yang turut serta melakukan kejahatan itu untuk
            melarikan diri atau supaya barang yang dicuri nya tetap tinggal di
            tangannya.
         2. pidana penjara selama-lamanya dua belas tahun, dijatuhkan:

             ke 1. Jika perbuatan itu dilakukan pada waktu malam didalam
             sebuah rumah atau di pekarangan tertutup yang ada rumahnya,
             atau dijalan umum, atau didalam kereta api, atau tram yang
             sedang berjalan;
             ke 2. Jika perbuatan itu dilakukan bersama-sama oleh dua orang
             atau lebih;
             ke 3. Jika yang bersalah masuk ke tempat melakukan kejahatan
             itu dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau
             pakaian jabatan palsu;
             ke 4. Jika perbuatan itu berakibat ada orang luka berat.

         3. Dijatuhkan pidana penjara selama-lamanya lima belas tahun jika
            pebuatan itu berakibat ada orang mati.
         4. pidana mati atau penjara seumur hidup atau penjara sementara

20
     ibid.
26




            selama-lamanya dua puluh tahun dijatuhkan, jika perbuatan itu
            berakibat ada orang luka berat atau mati dan perbuatan itu
            dilakukan bersama-sama oleh dua orang atau lebih dan lagi pula
            disertai oleh salah satu hal yang diterangkan dalam No 1 dan 3.21


            Pencurian dalam keluarga, tidak dihukum oleh karena orang itu

     sama-sama memiliki harta-benda suami istri. Hal ini didasarkan atas

     alasan tata-susila, pencurian dalam keluarga diterangkan dalam pasal 367

     KUHP yang menyatakan:

        1. Jika pembuat atau pembantu melakukan salah satu kejahatan
           yang diterangkan dalam bab ini suami (istri) orang yang
           terhadapnya kejahatan itu dilakukan, yang belum di bebaskan
           dari kewajiban tinggal serumah dengan istrinya (suaminya),
           maka orang itu tak dapat dituntut.
        2. Jika orang itu suaminya (istrinya) yang sudah dibebaskan dari
           kewajiban tinggal serumah dengan istri (suaminya), atau
           keluarga sedarah atau keluarga semenda, baik dalam keturunan
           yang lurus, maupun keturunan menyimpang dalam derajat
           kedua, maka terhadap orang itu sendiri hanya dapat dilakukan
           penuntutan, kalau ada pengaduan dari orang yang terhadapnya
           kejahatan itu dilakukan.
        3. Jika menurut adat istiadat keturunan ibu, kekuasaan bapak
           dilakukan, oleh orang lain dari bapak kandung, maka aturan
           pada ayat yang baru lalu berlaku juga bagi orang itu.22


            Ketentuan hukum pencurian yang lain adalah hukum pidana adat,

     hukum adat merupakan hukum asli dan suatu yang asli berlaku dengan

     sendirinya, kecuali jika ada hal-hal yang menghalangi berlakunya hukum

     adat. Dalam daerah-daerah tertentu hukum pidana adat masihmempunyai

     kekuatan sebagai sumber hukum positif dan diterapkan dalam pengadilan

     negeri yang menggantikan pengadilan adat atau pengadilan swapraja.23

21
   ibid, h. 382.
22
   ibid, h. 385.
23
   Sudarto, Hukum Pidana, Semarang: Yayasan Sudarto, Cet. Ke 2, 1990, h. 18.
27




C. Ketentuan Tindak Pidana Pencurian Dalam Hukum Pidana Islam

  1.        Pengertian Pencurian

                   “Dalam Islam pencurian biasa disebut dengan sirqoh yaitu

            mengambil suatu dengan cara sembunyi, sedangkan menurut istilah

            sirqoh adalah mengambil suatu (barang) hak milik orang lain secara

            sembunyi-sembunyi dan di tempat penyimpanan yang pantas”.24

                   Sedangkan menurut Topo Santoso, pencurian didefinisikan

            sebagai perbuatan mengambil harta orang lain secara diam-diam dengan

            itikad tidak baik. Yang dimaksud dengan mengambil harta secara diam-

            diam adalah mengambil barang tanpa sepengetahuan pemiliknya dan

            tanpa adanya kerelaan dari orang yang barangnya diambil tersebut.25

            Sedangkan “menurut Sayyid Sabiq mencuri ialah mengambil barang

            orang lain secara sembunyi-sembunyi”.26

                   Suatu tindak pidana pencurian baru dapat dikenakan hukum

            potong tangan bila perbuatan itu dilakukan secara diam-diam dari tempat

            penyimpanannya yang pantas. Adapun pengertian secara diam-diam

            ialah perbuatan tersebut dilakukan tanpa kerelaan dan pengetahuan si

            korban. Selain mengambil secara sembunyi-sembunyi juga harus

            adanya maksud jahat. Niat jahat itu terjadi ketika pelaku pencurian

            mengambil barang dan dia juga sadar bahwa perbuatannya tersebut

            memang dilarang.27


       24
          Sudarsono, Pokok-pokok Hukum Islam, Jakarta: Rineka Cipta, Cet. Ke-2, 2001, h. 545.
       25
          Topo Santoso, Membumikan Hukum Pidana Islam, Jakarta: Gema Insani, 2003, h. 128
       26
          Sayyid Sabiq, op.cit., h. 382.
       27
          Abdul Qadir Audah, al-Tasyri' al-Jina'i al-Islam, Beirut: Dar al-Kutub, 1963, h. 518.
28




                      Pencurian itu sendiri dibagi menjadi dua macam yaitu:

         a.      Pencurian yang harus dikenai sanksi

                           “Pencurian yang harus dikenai sanksi adalah pencurian yang

                 syarat-syarat penjatuhan hadd nya tidak lengkap. Jadi karena syarat-

                 syarat penjatuhan hadd nya tidak lengkap, maka ia tidak dikenai

                 hukuman hadd, akan tetapi dia dikenai sanksi”.28 “Selain itu apabila

                 barang yang di curi itu belum ada 1 (satu) nisab maka ia pun bebas

                 dari hukum potong tangan, tetapi diganti dengan ta’zir”.29

                           Contohnya yaitu pada zaman Rasulullah ada seorang yang

                 telah mencuri buah-buahan yang masih tergantung di pohon,

                 Rasulullah telah membebaskan hukum potong tangan. Sedangkan

                 apabila pencuri itu hanya memakan buah di tempat tanpa membawa

                 pulang, sedangkan ia sangat butuh untuk memakan buah itu, maka ia

                 tidak dikenai hukuman.

         b.      Pencurian yang harus dikenai hadd

                           Pencurian yang hukumannya hadd itu ada dua macam, yaitu:

                 1) Pencurian          shughra,    yaitu pencurian yang wajib dikenai

                      hukuman potong tangan.

                 2) Pencurian           kubra, yaitu pencurian secara merampas dan

                      menantang. Ini disebut juga dengan hirabah.30




         28
              ibid
         29
              Abdur Rahman, Tindak Pidana Dalam Syari’at Islam, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1992,
h. 65.
         30
              Sayyid Sabiq, op.cit., h. 382.
29




2.   Unsur-Unsur Pencurian

            Dalam hukum Islam hukuman potong tangan mengenai pencurian

     hanya dijatuhi unsur-unsur tertentu, apabila salah satu rukun itu tidak

     ada, maka pencurian tersebut tidak dianggap pencurian. Unsur-unsur

     pencurian ada empat macam, yaitu sebagai berikut.

     a. Pengambilan secara diam-diam atau sembunyi-sembunyi

                Pengambilan secara diam-diam terjadi apabila pemilik

         (korban) tidak mengetahui terjadinya pengambilan barang tersebut

         dan ia tidak merelakanya. Contohnya, mengambil barang-barang

         milik orang lain dari dalam rumahnya pada malam hari ketika ia

         (pemilik) sedang tidur.

     b. Barang yang diambil berupa harta

                Salah satu unsur yang penting untuk dikenakannya hukuman

         potong tangan adalah bahwa barang yang dicuri itu harus barang

         yang bernilai mal (harta), ada beberapa syarat yang harus dipenuhi

         untuk dapat dikenakan hukuman potong tangan, syarat-syarat

         tersebut adalah:

         1) Barang yang dicuri harus mal mutaqawwin, yaitu barang yang

            dianggap bernilai menurut syara’. Menurut, Syafi’i, Maliki dan

            Hambali, bahwa yang dimaksud dengan benda berharga adalah

            benda yang dimuliakan syara’, yaitu bukan benda yang

            diharamkan oleh syara’ seperti khamar, babi, anjing, bangkai,

            dan seterusnya, karena benda-benda tersebut menurut Islam dan
30




              kaum muslimin tidak ada harganya. Karena mencuri benda yang

              diharamkan oleh syara’, tidak dikenakan sanksi potong tangan.

              Hal ini diungkapkan oleh Abdul Qadir Awdah, “Bahwa tidak

              divonis potong tangan kepada pencuri anjing terdidik (helder)

              maupun anjing tidak terdidik, meskipun harganya mahal, karena

              haram menjual belinya.31

         2) Barang tersebut harus barang yang bergerak. Untuk dikenakanya

              hukuman hadd bagi pencuri maka disyaratkan barang yang dicuri

              harus barang atau benda yang bergerak. Suatu benda dapat

              dianggap sebagai benda bergerak apabila benda tersebut bisa

              dipindahkan dari satu tempat ke tempat lainya.

         3) Barang tersebut harus barang yang tersimpan Jumhur fuqaha

              berpendapat bahwa salah satu syarat untuk dikenakannya

              hukuman        hadd bagi pencuri adalah bahwa barang yang di curi

              harus tersimpan di tempat simpanannya. Sedangkan Zhahiriyah

              dan sekelompok ahli hadis tetap memberlakukan hukuman hadd

              walaupun pencurian bukan dari tempat simpanannya apabila

              barang yang dicuri mencapai nisab yang dicuri.

         4) Barang tersebut mencapai nisab pencurian. Tindak pidana

              pencurian baru dikenakan hukuman bagi pelakunya apabila

              barang yang dicuri mencapai nisab pencurian. Nisab harta curian

              yang dapat mengakibatkan hukuman hadd potong ialah


31
     Abdul Qadir Audah, op.cit., h. 550.
31




                      seperempat dinar (kurang lebih seharga emas 1,62gram), dengan

                      demikian harta yang tidak mencapai nisab itu dapat dipikirkan

                      kembali, disesuaikan dengan keadaan ekonomi pada suatu dan

                      tempat.32 Di Indoneisa harga emas sekarang per gramnya Rp

                      492.500,-33 kalau dikruskan harga emas sekarang berate nisab

                      pencurian yang bisa di potong tangannya adalah = Rp

                      1.654.800,- .

              c. Harta Tersebut Milik Orang Lain

                           Untuk terwujudnya tindak pidana pencurian yang pelakunya

                  dapat dikenai hukuman hadd, disyaratkan barang yang dicuri itu

                  merupakan barang orang lain. Dalam kaitannya dengan unsur ini

                  yang terpenting adalah barang tersebut ada pemiliknya, dan

                  pemiliknya itu bukan si pencuri melainkan orang lain. Dengan

                  demikian, apabila barang tersebut tidak ada pemiliknya seperti

                  benda-benda yang mubah maka pengambilannya tidak dianggap

                  sebagai pencurian, walaupun dilakukan secara diam-diam.

                           Demikian pula halnya orang yang mencuri tidak dikenai

                  hukuman apabila terdapat syubhat (ketidakjelasan) dalam barang

                  yang dicuri.34 Dalam hal ini pelakunya hanya dikenai hukuman

                  ta’zir. Contohnya seperti pencurian yang dilakukan oleh orang tua

                  terhadap harta anaknya. Dalam kasus semacam ini, orang tua


         32
              Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2004,
h. 83.
         33
              https://emas24karat.com/ diakses pada tanggal 15 Januari 2012, pukul 10.30 WIB
         34
              ibid, h. 87.
32




            dianggap memiliki bagian dalam harta anaknya, sehingga terdapat

            syubhat dalam hak milik. Hal ini didasarkan kepada hadits Nabi

            yang diriwayatkan oleh Imam Maliki bahwa Rosulullah saw.

            Bersabda:

                                                                      ِ ‫اَﻧْﺖ َ و َ ﻣ َﺎ ﻟُﻚ‬

                  Engkau dan hartamu milik ayahmu. 35

                    Demikian pula halnya orang yang mencuri tidak dikenai

            hukuman          hadd apabila ia mencuri harta yang dimiliki

            bersama-sama dengan orang yang menjadi korban, karena hal itu

            dipandang sebagai syubhat. Pendapat ini dikemukakan oleh Imam

            Abu Hanifah, Imam Ahmad, dan golongan Syi’ah. Akan tetapi,

            menurut Imam Malik, dalam kasus pencurian harta milik bersama,

            pencuri tetap dikenai hukuman hadd apabila pengambilannya itu

            mencapai nisab pencurian yang jumlahnya lebih besar daripada hak

            miliknya.36

                    Pencurian hak milik umum menurut Imam Abu Hanifah,

            Imam Syafi’i, Imam Ahmad, dan golongan Syi’ah Zaidiyah, sama

            hukumannya dengan pencurian hak milik bersama, karena dalam ini

            pencuri dianggap mempunyai hak sehingga hal ini juga dianggap




       35
            Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, Terj. M. A. Abdurrahman dan A. Haris
Abdullah,“Bidayatu’l Mujtahi”, Semarang: Asyifa, Cet. I, 1990, h. 660.
        36
           Ahmad Wardi Muslich, op cit., 88.
33




                  syubhat. Akan tetapi menurut Imam Malik, pencuri tetap dikenai

                  hukuman hadd.37

          d. Adanya niat yang melawan hukum (mencuri)

                         Unsur yang keempat dari pencurian yang harus dikenai

                  hukuman hadd adalah adanya niat yang melawan hukum. Unsur ini

                  terpenuhi apabila pelaku pencurian mengambil suatu barang bahwa

                  ia tahu bahwa barang tersebut bukan miliknya, dan karenanya haram

                  untuk diambil. Dengan demikian, apabila ia mengambil barang

                  tersebut dengan keyakinan bahwa barang tersebut adalah barang

                  mubah maka ia tidak dikenai hukuman, karena dalam hal ini tidak

                  ada maksud untuk melawan hukum. Demikian pula halnya pelaku

                  pencurian tidak dikenai hukuman apabila pencurian tersebut

                  dilakukan karena terpaksa (darurat) atau dipaksa oleh orang lain.

3.        Ketentuan Hukum Tindak Pidana Pencurian dalam Hukum Pidana Islam.

                     Apabila   tindak   pidana   pencurian    dapat   dibuktikan      dan

          melengkapi segala unsur dan syarat-syaratnya maka pencurian itu akan

          dijatuhi dua hukuman, yaitu:

      a.          Pengganti kerugian (Dhaman).

                         Menurut Imam Syafi’i dan Imam Ahmad, hukuman potong

                  tangan dan penggantian kerugian dapat dilaksanakan bersama-sama.

                  Alasan mereka adalah bahwa dalam perbuatan mencuri terdapat dua




     37
          ibid.
34




         hak, yaitu hak Allah sedangkan penggantian kerugian dikenakan

         sebagai imbangan dari hak manusia.38

                  Menurut      Imam          Abu   Hanifah   dan   murid-muridnya

         penggantian kerugian dapat dikenakan terhadap pencuri apabila ia

         tidak dikenakan hukuman potong tangan. Akan tetapi apabila

         hukuman potong tangan dilaksanakan maka pencuri tidak dikenai

         hukuman untuk pengganti kerugian. Dengan demikian menurut

         mereka, hukum potong tangan dan penggantian kerugian tidak dapat

         dilaksanakan sekaligus bersama-sama. Alasannya adalah Bahwa Al

         qur’an hanya menyebutkan hukuman potong tangan untuk tindak

         pidana pencurian, sebagaimana yang tercantum dalam surat Al-

         Maidah ayat 38, dan tidak menyebutkan penggantian kerugian.39

 b.      Hukuman potong tangan.

                  Hukuman potong tangan merupakan hukuman pokok,

         sebagaimana tercantum dalam Surat Al-Maidah ayat 38:




                    Artinya: laki-laki yang mencuri dan perempuan yang
                    mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan
                    bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari

38
     Ahmad Wardi Muslich, op. cit., h. 90.
39
     ibid.
35




                 Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q.S.
                 Al-Maidah: 38)40


               Aisyah menerangkan hadits Nabi, katanya: “Bahwa Nabi

      memotong tangan pencuri yang mencuri seharga seperempat dinar

      atau lebih dari padanya. “Demikian menurut Jama’ah kecuali Ibnu

      Majah. Menurut Ahmad, Muslim, Nisai, dan Ibnu Majah, Nabi

      bersabda : “Tidak dipotong tangan pencuri kecuali apabila barang

      curiannya seharga seperempat dinar, atau lebih dari padanya.

      “Demikian menurut Jama’ah kecuali Ibnu Majah Nabi bersabda:

      “Tidak dipotong tangan pencuri kecuali apabila barang curian itu

      seharga seperempat dinar lebih.41

               Apabila dinar itu timbangan berat emas sama dengan = 12

      dirham, 1 dirham = 1,12 gram, 1 dinar =12x1,12 gram emas = 13,44

      gram emas.42 1 dinar = 13,44 gram emas, menurut hukum pidana

      Islam hukuman potong tangan apabila mencuri sebanyak seperempat

      dinar = 1 dinar (13,44) emas dibagi 4 = 3,36 emas gram, sedangkan

      harga emas sekarang per gramnya Rp 492.500,-43 kalau dikruskan

      harga emas sekarang 3,36 x Rp. 492.500,- = Rp 1.654.800,-

               “Rasulullah SAW sendiri seperti dikemukakan oleh Ibnu

      Abdulbar, pernah mengeksekusi potong tangan terhadap wanita

      bernama Fatimah binti al-Aswad bin Abdul ‘Asad al-Makhzumi


40
   Tim Syaamil Al-Quran, op.cit., h. 174.
41
   H.M.K. Bakri, Hukum Pidana Dalam Islam, Solo: Ramadani, t.t, h. 67- 68.
42
   Sudarsono, Pokok-pokok Hukum Islam, Jakarta: Rineka Cipta, 1992, Cet ke-1, h. 46.
43
   https://emas24karat.com/ diakses pada tanggal 15 Januari 2012, pukul 10.30 WIB
36




             yang mencuri harta seseorang”.44 Hukuman potong tangan

             dikenakan terhadap pencurian dengan tehnis menurut ulama

             madzhab empat berbeda-beda. Cara yang pertama, memotong tangan

             kanan pencuri pada pergelangan tangannya. Apabila ia mencuri

             untuk yang kedua kalinya maka ia dikenai hukuman potong kaki

             kirinya. Apabila ia mencuri untuk yang ketiga kalinya maka para

             ulama berbeda pendapat.

                    Menurut Iman Abu Hanifah, pencuri tersebut dikenai

             hukuman ta’zir dan dipenjarakan. Sedangkan menurut Imam yang

             lainya, yaitu menurut Imam Malik, Imam Syafi’i, dan Imam Ahmad

             pencuri tersebut dikenai hukuman potong tangan kirinya. Apabila ia

             mencuri lagi untuk yang keempat kalinya maka dipotong kaki

             kanannya.

                    “Apabila masih mencuri lagi untuk yang kelima kalinya

             maka ia dikenai hukuman ta’zir dan dipenjara seumur hidup (sampai

             mati ) atau sampai ia bertobat”.45




       44
           Muhammad Amin Suma dkk, Pidana Islam di Indonesia Peluang, Prospek dan
Tantangan, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001, h. 124.
        45
           Ahmad Wardi Muslich, op cit., h. 91.
BAB III

    PUTUSAN PN SEMARANG NO.465/PID.B/2010/PN.SMG TENTANG

                     PENCURIAN KOTAK AMAL MASJID



A   Profil Pengadilan Negeri Semarang

    1. Sejarah Berdirinya Pengadilan Negeri Semarang

                Sebelum perang dunia II, di Semarang terdapat Raad va justitie

        yang artinya sama dengan Pengadilan Tinggi sekarang, di mana

        gedungnya pada saat itu ada di Tugu Muda sekarang, yang ditempati oleh

        Kodam, disamping itu terdapat pula Langerecht dan Landgeraad.1

                Landgerecht mengadili perkara-perkara novies, yaitu pelanggaran

        lalu lintas, pelanggaran Peraturan Daerah (Perda), sedangkan landgeraad

        mengadili perkara-perkara berat. Setelah perang selesai Landgerecht dan

        Landgeraad kemudian menjadi menjadi Pengadilan Negeri yang

        berkedudukan di jalan Raden Patah Semarang.

                Untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada masyarakat pencari

        keadilan, dirasakan bahwa gedung Pengadilan Negeri Semarang yang

        terletak di Jalan Raden Patah Semarang sudah tidak memenuhi syarat lagi,

        maka sejak bulan Desember 1977 Pengadilan Negeri Semarang telah

        menempati gedung yang baru yang terletak di jalan Siliwangi No.512

        (Krapyak) Semarang yang berdiri diatas tanah seluas 4.000 m2, dan


        1
          Dokumentasi Situasi Daerah Hukum Pengadilan Tinggi dan Pengadilan Negeri Jawa
Tengah (Situasi Daerah Hukum Pengadilan Negeri Semarang), Jakarta: Departemen Kehakiman
dan Hak Asasi Manusia R.I Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum dan Peradilan Tata Usaha
Negara, 2001, h. 48-49.



                                            37
38




   dengan luas wilayah Hukum kurang lebih 371,52 km2 yang terdiri dari 16

   (enam belas) kecamatan, yaitu kecamatan : Gajah Mungkur, Mijen,

   Candisari,   Tugu,   Gunungpati,      Ngalian,   Banyumanik,   Tembalang,

   Gayamsari, Semarang Utara, Semarang Barat, Pedurungan, Genuk,

   Semarang Selatan, Semarang Tengah, dan Kecamatan Semarang Timur.

2. Tugas dan Wewenang Pengadilan Negeri Semarang

          Pada prinsipnya Pengadilan Negeri adalah pengadilan yang

   menerima, memeriksa, mengadili, dan menyelesaikan perkara perdata dan

   perkara pidana bagi warga negara yang mencari keadilan dan haknya

   dirampas kecuali undang-undang menentukan lain (UU No. 4 tahun 2004),

   kemudian wewenang dari pengadilan Negeri sendiri adalah meliputi

   perkara pidana maupun perdata. Hal ini menambah tugas yang baru

   diemban oleh pengadilan Negeri sebagai institusi pemerintahan.

          Pengadilan Negeri diperuntukan bagi semua pemeluk agama yang

   ada di Indonesia. Karena masalahnya begitu kompleks, maka dalam

   peraturannya terdapat bermacam-macam kitab undang-undang seperti

   kitab undang-undang hukum acara pidana dan kitab undang-undang

   hukum acara perdata, dan lain-lain.

          Yang menjadi landasan hukum keberadaan pengadilan Negeri ini

   tercantum dalam Undang–Undang No. 8 tahun 2004, yaitu:

   a. Pasal 2 Undang-Undang No. 8 tahun 2004, “Pengadilan umum adalah

      dalam data pelaksanaan kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari

      keadilan pada umumnya”.
39




        b. Pasal 3 ayat 1 Undang-Undang No. 8 tahun 2004, “Kekuasaan di

           lingkungan atau pelaksanaan kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari

           keadilan dengan pengadilan tinggi”.

        c. Kekuasaan kehakiman di lingkungan pengadilan umum berpuncak

           pada Mahkamah Agung sebagai pengadilan Negara tertinggi.

                 Kaitannya dengan tugas dan wewenang pengadilan negeri maka

       tidak terlepas dari proses beracara dalam suatu persidangan, dimana dalam

       hukum acara pidana dijelaskan mengenai aturan-aturan yang memberikan

       petunjuk apa yang harus dilakukan oleh penegak hukum dan orang-orang

       yang terlibat di dalamnya (tersangka, terdakwa, penasehat hukum, dan

       saksi).

B   Kronologis Kasus Dalam Putusan Nomor : 465/Pid.B/2010/Pn.Smg

    Tentang Pencurian Kotak Amal Masjid

           Kejadian ini terjadi pada hari Sabtu tanggal 01 Mei 2010 sekitar pukul

    02.30 Wib atau setidak-tidaknya pada waktu lain di bulan Mei 2010 bertempat

    di Masjid Miftahul Huda Kampung Sumurbong Kel. Rejomulyo Kec.

    Semarang Timur, Kota Semarang.

           Bahwa pada waktu dan tempat sebagaimana tersebut di atas awalnya

    terdakwa berangkat dari rumah dengan tujuan mengambil uang dari kotak

    amal yang berada di dalam Masjid Miftahul Huda yang terletak tidak jauh dari

    pasar Kobong tepatnya di kampung Sumurbong kelurahan Rejomulyo

    kecamatan Semarang Timur, Kota Semarang, kemudian terdakwa yang

    melihat keadaan sekitar masjid sepi langsung masuk dan mendekati kotak
40




    amal. Setelah itu dengan menggunakan tatah kayu yang terbuat dari besi yang

    telah dipersiapkan sebelumnya, terdakwa mencongkel kotak amal. Setelah

    berhasil mencongkel kotak amal terdakwa mengambil uang yang ada di

    dalamnya sebesar Rp. 161.000,- (seratus enam puluh satu ribu rupiah), yang

    terdiri dari 2 (dua) lembar pecahan Rp 20.000,- (dua puluh ribu rupiah), 3

    (tiga) lembar pecahan Rp. 10.000,- (sepuluh ribu rupiah), 8 (delapan) lembar

    pecahan Rp. 5000,- (lima ribu rupiah), 8 (delapan) lembar pecahan Rp. 2000,-

    (dua ribu rupiah), dan 3 (tiga) lembar pecahan Rp. 1.000,- (seribu rupiah),

    tidak lama setelah terdakwa berhasil mengambil uang dari dalam kotak amal

    datang warga sekitar yang kemudian mengamankan terdakwa berikut barang

    bukti.2

C   Dasar        Pertimbangan          Hakim        terhadap        Putusan          Nomor:

    465/Pid.B/2010/Pn.Smg Tentang Pencurian Kotak Amal Masjid

              Dalam hal memberikan keputusan Pengadilan Negeri Hakim

    menggunakan beberapa dasar hukum sebagai bahan pertimbangan bagi

    perkara-perkara yang telah diajukan, baik yang berupa ketentuan-ketentuan

    tertulis yaitu Undang-Undang maupun dasar hukum lain yang dapat menjadi

    pertimbangan bagi terdakwa.

              Adapun yang menjadi dasar dan pertimbangan Majelis Hakim

    Pengadilan Negeri Semarang yang telah memutuskan dan menetapkan perkara

    nomor: 465/Pid.B/2010/Pn.Smg Tentang Pencurian Kotak Amal Masjid.




       2
           Arsip Putusan Pengadilan Negeri Semarang nomor : 465/Pid.B/2010/Pn.Smg.
41




       Bahwa ia terdakwa Salim bin Asropi pada hari sabtu tanggal 01 Mei

2010 sekitar pukul 02.30 Wib atau setidak-tidaknya pada waktu lain dibulan

Mei 2010 bertempat di Masjid Miftahul Huda Kampung sumurbong Kel.

Rejomulyo Kec. Semarang Timur, Kota Semarang atau setidak-tidaknya

disuatu tempat yang masih termasuk daerah hukum Pengadilan Negeri

Semarang telah mengambil barang sesuatu berupa yaitu berupa uang tunai

sebesar Rp. 161.000,- (seratus enam puluh satu ribu rupiah), yang terdiri dari 2

(dua) lembar pecahan RP. 20.000,- (dua puluh ribu rupiah), 3 (tiga) lembar

pecahan Rp. 10.000,- (sepuluh ribu rupiah), 8 (delapan) lembar pecahan Rp.

5000,- (lima ribu rupiah), 8 (delapan) lembar pecahan Rp. 2000,- (dua ribu

rupiah), dan 3 (tiga) lembar pecahan Rp. 1.000,- (seribu rupiah), yang

seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk

memiliki secara melawan hukum yang untuk masuk ketempat melakukan

kejahatan, atau untuk sampai pada barang yang diambilnya dilakukan dengan

cara merusak, memotong, memanjat atau dengan memakai anak kunci palsu,

perintah palsu, atau pakai jabatan palsu.

       Adanya barang bukti berupa uang sebesar Rp 161.000,-, satu buah

tatah yang terbuat dari besi dengan panjang sekitar 20cm tidak bergagang dan

satu buah kaos hitam merek Darbost, Selain itu telah didengar pula keterangan

saksi menjadi bukti dari saksi-saksi yang telah disumpah menurut agamanya,

diantaranya adalah sebagai berikut:

1. ROHANI Bin NGARDI, dibawah sumpah persidangan menerangkan
   yang pada pokoknya sebagai berikut:
42




      Bahwa, kejadianya pada hari sabtu tanggal 01 Mei 2010 sekira jam
      02.30 Wib ditempat di Masjid Miftahul Huda kampong sumurbong
      Kel.Rejomulyo Kec. Semarang timur, Kota Semarang.
      Bahwa, awalnya saksi mengetahui kotak amal dalam keadaan
      digembok dan diletakkan dalam masjid Miftahul Huda.
      Bahwa, pada waktu itu saksi sedang berada dirumah dibangunkan oleh
      saksi ROHANI dan diberitahu oleh saksi setelah itu saksi menuju ke
      Masjid Miftahul Huda sesampainya di Masjid saksi bertemu dengan
      tersangka selanjutnya menggeladah tersangka dan saksi menemukan
      uang tunai di saku celana sejumlah Rp. 161.000,- (seratus enam puluh
      satu ribu rupiah), yang terdiri dari 2 (dua) lembar pecahan Rp. 20.000,-
      (dua puluh ribu rupiah), 3 (tiga) lembar pecahan Rp. 10.000,- (sepuluh
      ribu rupiah), 8 (delapan) lembar pecahan Rp. 5000,- (lima ribu rupiah),
      8 (delapan) lembar pecahan Rp. 2000,- (dua ribu rupiah), dan 3 (tiga)
      lembar pecahan Rp. 1.000,- (seribu rupiah).
      Bahwa, kemudian saksi membangunkan saksi ABDUL GAFAR,
      selanjutnya tersangka berhasil ditangkap dan diamankan.
2. AMAT KOSIM Bin SOEMOSUWITO, dibawah sumpah persidangan
   menerangkan yang pada pokoknya sebagai berikut :
      Bahwa, kejadianya pada hari sabtu tanggal 01 Mei 2010 sekira jam
      02.30 Wib bertempat dimasjid Miftahul huda kampong Sumurbong
      kel. Rejomulyo Kec. Semarang timur, Kota Semarang.
      Bahwa, awalnya saksi mengetahui kotak amal dalam keadaan
      digembok dan diletakkan didalam Masjid Miftahul Huda.
      Bahwa, pada waktu itu saksi sedang berada di rumah dibangunkan
      oleh Saksi ROHANI dan diberitahu oleh saksi setelah itu saksi menuju
      ke masjid Miftahul huda sesampainya dimasjid saksi bertemu dengan
      tersangka selanjutnya menggeledah tersangka dan saksi menemukan
      uang tunai disaku celana sejumlah Rp. 161.000,- (seratus enam puluh
      satu ribu rupiah), yang terdiri dari 2 (dua) lembar pecahan Rp. 20.000,-
      (dua puluh ribu rupiah), 3 (tiga) lembar pecahan Rp. 10.000,- (sepuluh
      ribu rupiah), 8 (delapan) lembar pecahan Rp. 5000,- (lima ribu rupiah),
      8 (delapan) lembar pecahan Rp. 2000,- (dua ribu rupiah), dan 3 (tiga)
      lembar pecahan Rp. 1.000,- (seribu rupiah).
      Bahwa, saksi tidak mengetahui bagaimana cara tersangka mengambil
      uang masjid dan saksi tahu tersangka mengambil uang dengan cara
      merusak kotak amal yang ada didalam masjid, karena kotak amal
      ditepati sudah dalam keadaan rusak.
      Bahwa, selanjutnya tersangka berhasil sitangkap dan diamalkan oleh
      petugas.
   Atas keterangan saksi tersebut para terdakwa membenarkanya.
3. ABDUL GAFAR Bin H. MUHNI, Dalam BAP di kepolisian pokoknya
   menerangkan sebagai berikut :
      Bahwa, kejadianya pada hari sabtu tanggal 01 Mei 2010 sekira jam
      02.30 Wib ditempat di Masjid Miftahul Huda kampong sumurbong
      Kel.Rejomulyo Kec. Semarang timur, Kota Semarang.
43




        Bahwa, saksi tidak mengetahui bagaimana tersangka mengambil uang
        kas masjid dan yang saksi tahu tersangka mengambil uang dengan cara
        merusak kotak amal yang ada didalam Masjid
        Bahwa, pada waktu itu saksi sedang berada dirumah dibangunkan oleh
        Saksi ROHANI dan diberitahu oleh Saksi ROHANI selanjutnya saksi
        menuju ke masjid Miftahul Huda.
        Bahwa, saksi melihat disekitar kotak amal banyak uang tercecer.
        Bahwa, saat tersangka ditangkap juga ditemukan uang tunai sejumlah
        Rp. 161.000,- (seratus enam puluh satu ribu rupiah) terdiri dari
        pecahan Rp 20.000,-, Rp 10.000,- Rp 5.000,- Rp 1.000,-
        Bahwa, tersangka ditangkap oleh warga masyarakat dan tidak lama
        kemudian petugas datang mengamankan tersangka berikut barang
        bukti ke Polsek Sidodadi.
     Atas keterangan saksi tersebut para terdakwa membenarkanya.3

            Dari keseluruhan pemeriksaan yang terjadi dalam persidangan

dijelaskan antara barang bukti, keterangan saksi serta pengakuan terdakwa

sendiri satu sama lain saling berkaitan dan berhubungan. Majelis Hakim

memperoleh fakta-fakta dan keadaan-keadaan yang akan disimpulkan dan

dituangkan bersama-sama dengan pertimbangan pembuktian setiap unsur-

unsur perbuatan pidana yang didakwakan kepada terdakwa tersebut:

            Dakwaan yang diajukan kepada terdakwa adalah dakwaan tunggal,

maka Majelis Hakim akan membuktikan dakwaan pasal 363 ayat (1) ke-5

KUHP yang unsur-unsurnya sebagai berikut:

1.   Unsur mengambil barang sesuatu
2.   Unsur seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain
3.   Unsur dengan maksud untuk dimiliki dengan melawan hukum
4.   Unsur untuk masuk ketempat melakukan kegiatan kejahatan itu untuk
     sampai pada barang yang diambil, dilakukan dengan merusak, memotong
     atau memanjat atau dengan jalan memakai anak kunci palsu, perintah
     palsu atau pakaian jabatan palsu.




     3
         ibid.
44




       Sebelum pengadilan menjatuhkan putusan yang setimpal dengan

perbuatan terdakwa tersebut, maka perlu pula terlebih dahulu dipertimbangkan

hal-hal yang meringankan maupun yang memberatkan terdakwa. Hal-hal yang

meringankan terdakwa diantaranya, terdakwa mengakui terus terang

perbuatanya    dan   menyesali    perbuatanya,    terdakwa    bersikap    sopan

dipersidangan, dan terdakwa belum pernah dihukum. Sedangkan hal-hal yang

memberatkan, perbuatan terdakwa merugikan orang lain dan perbuatan

terdakwa meresahkan masyarakat.

       Dalam hal ini majelis hakim mendengar pula tuntutan jaksa penuntut

umum, yang pada pokoknya menuntut agar pengadilan negeri Semarang

memutuskan perkara terhadap terdakwa sebagai berikut:

1. Menyatakan Terdakwa SALIM Bin ASROPI terbukti secara sah dan
   menyakinkan bersalah melakukan tindak pidana pencurian dengan
   pemberatan sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 363 ayat
   (1) Ke-4 dan 5 KUHP dalam surat dakwaan.
2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa SALIM Bin ASROPI berupa
   pidana penjara selama 8 (delapan) bulan dengan dikurangi selama
   terdakwa berada dalam tahanan sementara, dengan perintah terdakwa tetap
   ditahan ;
3. Menyatakan barang bukti berupa:
       Satu buah tatah yang terbuat dari besi dengan panjang sekitar 20cm
       tidak bergagang, dirampas untuk dimusnahkan
       Uang tunai sebesar Rp. 161.000,- (seratus enam puluh satu ribu
       rupiah), yang terdiri dari dua RP. 20.000,- (dua puluh ribu rupiah), tiga
       Rp. 10.000,- (sepuluh ribu rupiah), delapan Rp. 5000,- (lima ribu
       rupiah), delapan Rp. 2000,- (dua ribu rupiah), dan tiga Rp. 1.000,-
       (seribu rupiah), dikembalikan kepada yang berhak: Masjid Miftahul
       Huda Kampung Sumurbong Kel. Rejomulyo Kec. Semarang Timur,
       Kota Semarang
4. Menetapkan agar tedakwa dibebani membayar biaya perkara ebesar Rp.
   1.000,- (seribu rupiah)
45




D    Putusan Nomor : 465/Pid.B/2010/Pn.Smg Tentang Pencurian Kotak

     Amal Masjid

                                  MENGADILI

    1.   Menyatakan Terdakwa : SALIM Bin ASROPI terbukti secara syah dan

         meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Pencurian dalam

         keadaan memberatkan”:

    2.   Menjatuhkan pidana kepada terdakwa oleh karena itu dengan pidana

         penjara selama: 6 (enam) bulan:

    3.   Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani oleh terdakwa

         dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan:

    4.   Memerintahkan terdakwa tetap berada dalam tahanan:

    5.   Menetapkan barang bukti berupa:

            Satu buah tatah yang terbuat dari besi dengan panjang sekitar 20

            cm tidak begagang, dirampas untuk dimusnahkan ;

            Uang tunai sebesar Rp. 161.000,- (seratus enam puluh satu ribu

            rupiah), yang terdiri dari 2 (dua) lembar pecahan RP. 20.000,- (dua

            puluh ribu rupiah), 3 (tiga) lembar pecahan Rp. 10.000,- (sepuluh

            ribu rupiah), 8 (delapan) lembar pecahan Rp. 5000,- (lima ribu

            rupiah), 8 (delapan) lembar pecahan Rp. 2000,- (dua ribu rupiah),

            dan 3 (tiga) lembar pecahan Rp. 1.000,- (seribu rupiah),

            dikembalikan kepada yang berhak : Masjid Miftahul Huda
46




             kampung sumurbong Kel. Rejomulyo Kec. Semarang timur, Kota

             Semarang.

6.      Membebani terdakwa untuk membayar ongkos perkara sebesar

        Rp 1.000,- (seribu rupiah)4




 4
     ibid.
BAB IV

     ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SEMARANG

         NO.465/PID.B/2010/PN.Smg TENTANG PENCURIAN

                         KOTAK AMAL MASJID



A. Analisis Dasar Pertimbangan Hakim Terhadap Putusan Pengadilan

  Negeri Semarang No.465/Pid.B/2010/PN.Smg Tentang Pencurian Kotak

  Amal Masjid

         Tindak pidana pencurian kotak amal yang di lakukan oleh Salim Bin

  Asropi pada hari Sabtu tanggal 01 Mei 2010 sekitar jam 02.30 WIB,

  bertempat di Masjid Miftahul Huda Kampung Sumurbong Kel.Rejomulyo

  Kec. Semarang Timur, Kota Semarang itu sudah di diperdatakan dan terdakwa

  dijatuhi hukuman penjara selama 6 (enam) bulan.

         Kasus ini sangat menarik untuk di kaji lebih jauh, seperti yang penulis

  sampaikan pada latar belakang masalah, mengingat pertimbangan hukum

  terhadap Putusan Pengadilan Negeri Semarang No.465/Pid.B/2010/PN.Smg

  tentang Pencurian Kotak Amal Masjid. Kasus ini termasuk kategori pencurian

  dalam keadaan memberatkan. Salim Bin Asropi telah mengambil uang tunai

  sebesar Rp 161.000,- yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain

  dengan maksud ingin memilikinya dengan melawan hukum yang dipersiapkan

  dengan membawa alat tatah kayu yang terbuat dari besi untuk mencongkel

  kotak amal untuk mempermudah pencurian.




                                     47
48




         Pencurian ini melanggar pasal 363 ayat (1) ke-4 dan ke-5 KUHP, dan

di ancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun. Akan tetapi dalam

putusan Pengadilan Semarang No.465/Pid.B/2010/PN.Smg memutuskan

perkara tersebut hanya dijatuhi hukuman penjara selama enam bulan dan

dikenakan biaya perkara sebesar seribu rupiah.1 Kenapa bisa demikian?.

         Menurut penulis semua jenis tindak pidana pencurian adalah perbuatan

yang bertentangan dengan hukum, atau dengan kata lain tindak kriminal. Hal

yang melatar belakangi tindak pidana pencurian sangatlah beragam, misalnya,

karena adanya niat dan kesempatan, dan juga karena kondisi yang melingkupi,

baik intenal maupun eksternal dari si pelaku. Namun lepas dari permasalahan

itu, pencuri adalah pencuri, apapun alasan atau motif pencuri harus di kenakan

hukuman karena telah merugikan orang lain sesuai berat ringan kasus

seseorang dan bagaimana hakim memutuskan.

         Alasan putusan yang diambil Hakim Pengadilan Negeri Semarang

terhadap kasus pencurian kotak amal yang di lakukan oleh Salim Bin Asropi

merupakan putusan pemidanaan dimana putusan Pengadilan yang dijatuhkan

kepada terdakwa karena dari hasil pemeriksaan sidang kesalahan terdakwa

atas perbuatan yang didakwakan kepadanya.2 Sedangkan tujuan pemidanaan

adalah untuk memperbaiki kerusakan individual dan sosial yang diakibatkan

oleh tindak pidana. Hal ini terdiri atas seperangkat tujuan pemidanaan yang

harus dipenuhi. “Menurut Petrus Irawan Panjaitan dan Pandapotan

Simorangkir, perangkat tujuan pemidanaan yang dimaksud terdiri atas:

   1
       Kutipan Putusan No.465/Pid.B/2010/PN.Smg.
   2
       Bambang Waluyo, Pidana dan Pemidanaan, Jakarta: Sinar Grafika, 2004, h. 86.
49




   pencegahan (umum dan khusus), perlindungan masyarakat, memelihara

   solidaritas masyarakat, dan perimbangan/pengimbalan”.3

            Pengadilan Negeri Semarang telah menjatuhkan putusan pemidanaan

   kepada terdakwa. Hal ini berarti Pengadilan Negeri Semarang menilai bahwa

   terdakwa terbukti bersalah atas perbuatan yang didakwakan kepadanya.

   Terdakwa Salim bin Asropi berdasarkan barang bukti serta keterangan dari

   saksi-saksi, bahwa terdakwa telah melakukan tindak pidana pencurian dalam

   keadaan yang memberatkan, karena pencurian ini melanggar pasal 363 ayat

   (1) ke-4 dan ke-5 KUHP, dan di ancam dengan pidana penjara paling lama

   tujuh tahun.

            Menurut penulis, terkait apa yang di lakukan oleh hakim Pengadilan

   Negeri Semarang itu sesuai dengan apa yang ada dalam arsip putusan

   No.465/Pid.B/2010/PN.Smg. ini berarti adanya upaya dari para pemutus

   hukuman untuk menimbang lebih jauh terkait dengan hukuman untuk

   terdakwa Salim bin Asropi. Kemudian para hakim juga menyidangkan kasus

   tersebut dengan memperhatikan beberapa syarat, seperti apa yang di

   sampaikan Adami Chazawi bahwa untuk adanya suatu pertanggungjawaban

   pidana harus memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:

   1.   Harus ada tingkah laku yang dapat dipidana.

   2.   Perbuatan yang dapat dipidana itu harus bertentangan dengan hukum.

   3.   Harus ada kesalahan dari pelaku.

   4.   Akibat konstitutif.

        3
          Petrus Irawan Panjaitan, dan Pandapotan Simorangkir, Lembaga Pemasyarakatan
dalam Perspektif Sistem Peradilan Pidana, Jakarta: Pustaka Sinar harapan, 1995, h. 12.
Skripsi syukron 072211016
Skripsi syukron 072211016
Skripsi syukron 072211016
Skripsi syukron 072211016
Skripsi syukron 072211016
Skripsi syukron 072211016
Skripsi syukron 072211016
Skripsi syukron 072211016
Skripsi syukron 072211016
Skripsi syukron 072211016
Skripsi syukron 072211016
Skripsi syukron 072211016
Skripsi syukron 072211016
Skripsi syukron 072211016
Skripsi syukron 072211016
Skripsi syukron 072211016
Skripsi syukron 072211016
Skripsi syukron 072211016
Skripsi syukron 072211016
Skripsi syukron 072211016
Skripsi syukron 072211016
Skripsi syukron 072211016
Skripsi syukron 072211016

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

SURAT DAKWAAN MDS (Tugas 1).docx
SURAT DAKWAAN MDS (Tugas 1).docxSURAT DAKWAAN MDS (Tugas 1).docx
SURAT DAKWAAN MDS (Tugas 1).docxLeoSusanto5
 
Makalah Hukum perkawinan di indonesia
Makalah Hukum perkawinan di indonesiaMakalah Hukum perkawinan di indonesia
Makalah Hukum perkawinan di indonesiaRahmanzie Share
 
Alasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidana
Alasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidanaAlasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidana
Alasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidanaSigit Riono
 
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi
Hukum Acara Mahkamah KonstitusiHukum Acara Mahkamah Konstitusi
Hukum Acara Mahkamah KonstitusiKardoman Tumangger
 
Hukum pidana khusus - Definisi, ruang lingkup, dan posisi hukum pidana khusus...
Hukum pidana khusus - Definisi, ruang lingkup, dan posisi hukum pidana khusus...Hukum pidana khusus - Definisi, ruang lingkup, dan posisi hukum pidana khusus...
Hukum pidana khusus - Definisi, ruang lingkup, dan posisi hukum pidana khusus...Idik Saeful Bahri
 
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...Idik Saeful Bahri
 
Anggaran dasar lbh sang pati
Anggaran dasar lbh sang patiAnggaran dasar lbh sang pati
Anggaran dasar lbh sang patimarshal cotex
 
Natal kristiono mata kuliah hukum adat hukum waris adat
Natal kristiono mata kuliah hukum adat  hukum waris  adatNatal kristiono mata kuliah hukum adat  hukum waris  adat
Natal kristiono mata kuliah hukum adat hukum waris adatnatal kristiono
 
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...Idik Saeful Bahri
 
Tinjauam Umum Hukum Keluarga Islam
Tinjauam Umum Hukum Keluarga IslamTinjauam Umum Hukum Keluarga Islam
Tinjauam Umum Hukum Keluarga IslamNeyna Fazadiq
 
Hukum acara perdata - Putusan hakim (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Putusan hakim (Idik Saeful Bahri)Hukum acara perdata - Putusan hakim (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Putusan hakim (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
Proposal penawaran jasa hukum ke pt finance pdf
Proposal penawaran jasa hukum ke pt finance pdfProposal penawaran jasa hukum ke pt finance pdf
Proposal penawaran jasa hukum ke pt finance pdfAndri Marpaung SH
 
hukum tata ruang
hukum tata ruanghukum tata ruang
hukum tata ruanggege52
 

Was ist angesagt? (20)

Hukum Agraria - Pendaftaran Tanah
Hukum Agraria - Pendaftaran Tanah Hukum Agraria - Pendaftaran Tanah
Hukum Agraria - Pendaftaran Tanah
 
Pemberdayaan pertanahan
Pemberdayaan pertanahanPemberdayaan pertanahan
Pemberdayaan pertanahan
 
SURAT DAKWAAN MDS (Tugas 1).docx
SURAT DAKWAAN MDS (Tugas 1).docxSURAT DAKWAAN MDS (Tugas 1).docx
SURAT DAKWAAN MDS (Tugas 1).docx
 
Makalah Hukum perkawinan di indonesia
Makalah Hukum perkawinan di indonesiaMakalah Hukum perkawinan di indonesia
Makalah Hukum perkawinan di indonesia
 
Alasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidana
Alasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidanaAlasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidana
Alasan penghapus penuntutan & kewenangan menjalankan pidana
 
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi
Hukum Acara Mahkamah KonstitusiHukum Acara Mahkamah Konstitusi
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi
 
Hukum pidana khusus - Definisi, ruang lingkup, dan posisi hukum pidana khusus...
Hukum pidana khusus - Definisi, ruang lingkup, dan posisi hukum pidana khusus...Hukum pidana khusus - Definisi, ruang lingkup, dan posisi hukum pidana khusus...
Hukum pidana khusus - Definisi, ruang lingkup, dan posisi hukum pidana khusus...
 
Tata hukum indonesia
Tata hukum indonesiaTata hukum indonesia
Tata hukum indonesia
 
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
 
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...
 
hukum Adat
hukum Adathukum Adat
hukum Adat
 
praktik peradilan perdata
praktik peradilan perdatapraktik peradilan perdata
praktik peradilan perdata
 
Anggaran dasar lbh sang pati
Anggaran dasar lbh sang patiAnggaran dasar lbh sang pati
Anggaran dasar lbh sang pati
 
Natal kristiono mata kuliah hukum adat hukum waris adat
Natal kristiono mata kuliah hukum adat  hukum waris  adatNatal kristiono mata kuliah hukum adat  hukum waris  adat
Natal kristiono mata kuliah hukum adat hukum waris adat
 
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
 
Tinjauam Umum Hukum Keluarga Islam
Tinjauam Umum Hukum Keluarga IslamTinjauam Umum Hukum Keluarga Islam
Tinjauam Umum Hukum Keluarga Islam
 
Hukum acara perdata - Putusan hakim (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Putusan hakim (Idik Saeful Bahri)Hukum acara perdata - Putusan hakim (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Putusan hakim (Idik Saeful Bahri)
 
Tugas Kontrak Jawab Soal UTS
Tugas Kontrak Jawab Soal UTSTugas Kontrak Jawab Soal UTS
Tugas Kontrak Jawab Soal UTS
 
Proposal penawaran jasa hukum ke pt finance pdf
Proposal penawaran jasa hukum ke pt finance pdfProposal penawaran jasa hukum ke pt finance pdf
Proposal penawaran jasa hukum ke pt finance pdf
 
hukum tata ruang
hukum tata ruanghukum tata ruang
hukum tata ruang
 

Andere mochten auch

Skripsi nunik masfuah 072211027
Skripsi nunik masfuah 072211027Skripsi nunik masfuah 072211027
Skripsi nunik masfuah 072211027kipanji
 
Skripsi fajrin widyaningsih
Skripsi fajrin widyaningsihSkripsi fajrin widyaningsih
Skripsi fajrin widyaningsihkipanji
 
Skripsi anita indra prasta fix
Skripsi anita indra prasta fixSkripsi anita indra prasta fix
Skripsi anita indra prasta fixkipanji
 
Skripsi m tohir 072211024
Skripsi m tohir 072211024Skripsi m tohir 072211024
Skripsi m tohir 072211024kipanji
 
Skripsi arif karunia 072211019
Skripsi arif karunia 072211019Skripsi arif karunia 072211019
Skripsi arif karunia 072211019kipanji
 
Skripsi shohibul ibad 072211030
Skripsi shohibul ibad 072211030Skripsi shohibul ibad 072211030
Skripsi shohibul ibad 072211030kipanji
 
Proposal pengajuan judul skripsi
Proposal pengajuan judul skripsiProposal pengajuan judul skripsi
Proposal pengajuan judul skripsispilody111
 
proposal skripsi kualitatif deskriptif
proposal skripsi kualitatif deskriptifproposal skripsi kualitatif deskriptif
proposal skripsi kualitatif deskriptifWahyu Hidayat
 

Andere mochten auch (8)

Skripsi nunik masfuah 072211027
Skripsi nunik masfuah 072211027Skripsi nunik masfuah 072211027
Skripsi nunik masfuah 072211027
 
Skripsi fajrin widyaningsih
Skripsi fajrin widyaningsihSkripsi fajrin widyaningsih
Skripsi fajrin widyaningsih
 
Skripsi anita indra prasta fix
Skripsi anita indra prasta fixSkripsi anita indra prasta fix
Skripsi anita indra prasta fix
 
Skripsi m tohir 072211024
Skripsi m tohir 072211024Skripsi m tohir 072211024
Skripsi m tohir 072211024
 
Skripsi arif karunia 072211019
Skripsi arif karunia 072211019Skripsi arif karunia 072211019
Skripsi arif karunia 072211019
 
Skripsi shohibul ibad 072211030
Skripsi shohibul ibad 072211030Skripsi shohibul ibad 072211030
Skripsi shohibul ibad 072211030
 
Proposal pengajuan judul skripsi
Proposal pengajuan judul skripsiProposal pengajuan judul skripsi
Proposal pengajuan judul skripsi
 
proposal skripsi kualitatif deskriptif
proposal skripsi kualitatif deskriptifproposal skripsi kualitatif deskriptif
proposal skripsi kualitatif deskriptif
 

Ähnlich wie Skripsi syukron 072211016

Skripsi ghufron mustofa 072211022
Skripsi ghufron mustofa 072211022Skripsi ghufron mustofa 072211022
Skripsi ghufron mustofa 072211022kipanji
 
Skripsi zuhri full
Skripsi zuhri fullSkripsi zuhri full
Skripsi zuhri fullkipanji
 
02. halaman depan
02. halaman depan02. halaman depan
02. halaman depanalfamorot
 
UPAYA GURU PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENINGKATKAN KESADA...
UPAYA GURU PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENINGKATKAN KESADA...UPAYA GURU PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENINGKATKAN KESADA...
UPAYA GURU PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENINGKATKAN KESADA...Muhamad Yogi
 
Pengaruh pola asuh orang tua terhadap
Pengaruh pola asuh orang tua terhadapPengaruh pola asuh orang tua terhadap
Pengaruh pola asuh orang tua terhadapRas Moammar
 
Laporan ppa junia marwa
Laporan ppa junia marwaLaporan ppa junia marwa
Laporan ppa junia marwaN Marwa
 
06110040 nafi-fadilah-hayati
06110040 nafi-fadilah-hayati06110040 nafi-fadilah-hayati
06110040 nafi-fadilah-hayatiradikalzen
 
Tradisi daerah Makalah Agama.pdf
Tradisi daerah Makalah Agama.pdfTradisi daerah Makalah Agama.pdf
Tradisi daerah Makalah Agama.pdfF206FarhanNajib
 
ANALISIS PENDAPAT IMAM SYAFI’I TENTANG PERNIKAHAN SEORANG LAKI-LAKI DENGAN AN...
ANALISIS PENDAPAT IMAM SYAFI’I TENTANG PERNIKAHAN SEORANG LAKI-LAKI DENGAN AN...ANALISIS PENDAPAT IMAM SYAFI’I TENTANG PERNIKAHAN SEORANG LAKI-LAKI DENGAN AN...
ANALISIS PENDAPAT IMAM SYAFI’I TENTANG PERNIKAHAN SEORANG LAKI-LAKI DENGAN AN...Anwar Dmk
 
Pengaruh perhatian orang tua stain salatiga
Pengaruh perhatian orang tua   stain salatigaPengaruh perhatian orang tua   stain salatiga
Pengaruh perhatian orang tua stain salatigatia rosita
 
Jtptiain gdl-mohamadsho-5520-1-m.shokh-1
Jtptiain gdl-mohamadsho-5520-1-m.shokh-1Jtptiain gdl-mohamadsho-5520-1-m.shokh-1
Jtptiain gdl-mohamadsho-5520-1-m.shokh-1ariessetyawan31081990
 
Partisipasi Politik Masyarakat Betawi dalam pilkada dki
Partisipasi Politik Masyarakat Betawi dalam pilkada dkiPartisipasi Politik Masyarakat Betawi dalam pilkada dki
Partisipasi Politik Masyarakat Betawi dalam pilkada dkiLakpesdam NU Banten
 
Bab i,iv, daftar pustaka
Bab i,iv, daftar pustakaBab i,iv, daftar pustaka
Bab i,iv, daftar pustakadesti najla
 
04110201 niwatun
04110201 niwatun04110201 niwatun
04110201 niwatunbekicotzz
 

Ähnlich wie Skripsi syukron 072211016 (20)

Skripsi ghufron mustofa 072211022
Skripsi ghufron mustofa 072211022Skripsi ghufron mustofa 072211022
Skripsi ghufron mustofa 072211022
 
Skripsi zuhri full
Skripsi zuhri fullSkripsi zuhri full
Skripsi zuhri full
 
02. halaman depan
02. halaman depan02. halaman depan
02. halaman depan
 
1
11
1
 
04110012
0411001204110012
04110012
 
UPAYA GURU PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENINGKATKAN KESADA...
UPAYA GURU PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENINGKATKAN KESADA...UPAYA GURU PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENINGKATKAN KESADA...
UPAYA GURU PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENINGKATKAN KESADA...
 
Pengaruh pola asuh orang tua terhadap
Pengaruh pola asuh orang tua terhadapPengaruh pola asuh orang tua terhadap
Pengaruh pola asuh orang tua terhadap
 
Laporan ppa junia marwa
Laporan ppa junia marwaLaporan ppa junia marwa
Laporan ppa junia marwa
 
Skripsi..
Skripsi..Skripsi..
Skripsi..
 
Melani wuwungan
Melani wuwunganMelani wuwungan
Melani wuwungan
 
Cover n pengantar
Cover n pengantarCover n pengantar
Cover n pengantar
 
06110040 nafi-fadilah-hayati
06110040 nafi-fadilah-hayati06110040 nafi-fadilah-hayati
06110040 nafi-fadilah-hayati
 
Tradisi daerah Makalah Agama.pdf
Tradisi daerah Makalah Agama.pdfTradisi daerah Makalah Agama.pdf
Tradisi daerah Makalah Agama.pdf
 
ANALISIS PENDAPAT IMAM SYAFI’I TENTANG PERNIKAHAN SEORANG LAKI-LAKI DENGAN AN...
ANALISIS PENDAPAT IMAM SYAFI’I TENTANG PERNIKAHAN SEORANG LAKI-LAKI DENGAN AN...ANALISIS PENDAPAT IMAM SYAFI’I TENTANG PERNIKAHAN SEORANG LAKI-LAKI DENGAN AN...
ANALISIS PENDAPAT IMAM SYAFI’I TENTANG PERNIKAHAN SEORANG LAKI-LAKI DENGAN AN...
 
Pengaruh perhatian orang tua stain salatiga
Pengaruh perhatian orang tua   stain salatigaPengaruh perhatian orang tua   stain salatiga
Pengaruh perhatian orang tua stain salatiga
 
Daftar isi a4
Daftar isi a4Daftar isi a4
Daftar isi a4
 
Jtptiain gdl-mohamadsho-5520-1-m.shokh-1
Jtptiain gdl-mohamadsho-5520-1-m.shokh-1Jtptiain gdl-mohamadsho-5520-1-m.shokh-1
Jtptiain gdl-mohamadsho-5520-1-m.shokh-1
 
Partisipasi Politik Masyarakat Betawi dalam pilkada dki
Partisipasi Politik Masyarakat Betawi dalam pilkada dkiPartisipasi Politik Masyarakat Betawi dalam pilkada dki
Partisipasi Politik Masyarakat Betawi dalam pilkada dki
 
Bab i,iv, daftar pustaka
Bab i,iv, daftar pustakaBab i,iv, daftar pustaka
Bab i,iv, daftar pustaka
 
04110201 niwatun
04110201 niwatun04110201 niwatun
04110201 niwatun
 

Skripsi syukron 072211016

  • 1. TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SEMARANG NO.465/PID.B/2010/PN.SMG TENTANG PENCURIAN KOTAK AMAL MASJID SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Program 1 (S1) Ilmu Syari’ah Jurusan Jinayah Siyasah Di susun Oleh: AHMAD SYUKRON MA’MUN NIM. 072211016 FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO 2012 i
  • 2. DEPARTEMEN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG FAKULTAS SYARI’AH SEMARANG Jl.Raya Boja Km.2 Ngaliyan Telp/Fax. (024) 7601291 Semarang 50185 PERSETUJUAN PEMBIMBING Lamp. : 4 (empat) eks. Hal : Naskah Skripsi An. Sdr. Ahmad Syukron Ma’mun Kepada Yth. Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Assalamu’alaikum Wr. Wb. Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, bersama ini saya kirim naskah skripsi Saudara: Nama : Ahmad Syukron Ma’mun Nim : 072211016 Jurusan : Jinayah Siyasah Judul skripsi : TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SEMARANG N0.465/PID.B/2010/PN.SMG TENTANG PENCURIAN KOTAK AMAL MASJID Dengan ini saya mohon kiranya skripsi Saudara tersebut dapat segera dimunaqosyahkan. Demikian harap menjadikan maklum. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Semarang, 21 Mei 2012 ii
  • 3. DEPARTEMEN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG FAKULTAS SYARI’AH SEMARANG Jl.Raya Boja Km.2 Ngaliyan Telp/Fax. (024) 7601291 Semarang 50185 PENGESAHAN Skripsi saudara: Nama : Ahmad Syukron Ma’mun Nim : 072211016 Jurusan : Jinayah Siyasah Judul skripsi : TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SEMARANG N0.465/PID.B/2010/PN.SMG TENTANG PENCURIAN KOTAK AMAL MASJID Telah dimunaqosahkan oleh dewan penguji fakultas syari'ah IAIN Walisongo semarang, dan di nyatakan lulus pada tanggal : 11 Juni 2012 Dan dapat diterima sebagai pelengkap ujian akhir program Sarjana (S.I) tahun akademik 2012/2013 guna memperoleh Gelar Sarjana Strata I dalam ilmu Syari'ah Semarang, 11 juni 2012 iii
  • 4. MOTTO “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. AL-MAIDAH : 8) iv
  • 5. v
  • 6. Deklarasi Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penyusun menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Dan skripsi ini tidak berisi satu pun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan oleh penulis. Semarang, 11 Juni 2012 Deklarator, Ahmad Syukron Ma’mun vi
  • 7. ABSTRAK Skripsi ini membahas Tinjauan Hukum Pidana Islam terhadap Putusan Pengadilan Negeri Semarang no.465/pid.b/2010/pn.smg tentang Pencurian Kotak amal Masjid. Kajiannya dilatar belakangi oleh putusan No.465/Pid.B/2010/PN.Smg, terdakwa Salim Bin Asropi hanya dijatuhi hukuman penjara selama enam bulan dan dikenakan biaya perkara sebesar seribu rupiah. Padahal tindak pidana ini termasuk kategori pencurian dalam keadaan memberatkan karena pencurian ini melanggar pasal 363 ayat (1) ke-4 dan ke-5 KUHP, dan di ancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun. Akan tetapi dalam putusannya bertolak belakang. Adapun tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui bagaimana dasar pertimbangan Hakim terhadap Putusan Pengadilan Negeri Semarang No.465/Pid.B/2010/PN.Smg tentang Pencurian Kotak Amal Masjid, (2) untuk mengetahui bagaimana Tinjauan Hukum Pidana Islam terhadap Putusan Pengadilan Negeri Semarang No.465/Pid.B/2010/PN.Smg tentang Pencurian Kotak Amal Masjid. Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research) yang datanya diperoleh dari data dokumen dari Putusan Pengadilan Negeri Semarang No.465/Pid.B/2010/PN.Smg tentang Pencurian Kotak Amal Masjid. Sumber data primer dalam penelitian ini yaitu Putusan Pengadilan Negeri Semarang No.465/Pid.B/2010/PN.Smg tentang Pencurian Kotak Amal Masjid. Kemudian untuk sumber data sekunder yaitu wawancara dengan Hakim tentang pertimbangan-pertimbangan pemutusan. tindak pidana No.465/Pid.B/2010/PN.Smg. Dalam pengumpulan data penulis menggunakan metode dokumentasi dan wawancara. Metode dokumentasi digunakan untuk mengetahui putusan No.465/Pid.B/2010/PN.Smg dan metode wawancara digunakan mengetahui pertimbangan-pertimbangan pemutusan Tindak Pidana No.465/Pid.B/2010/PN.Smg. Teknik analisis data yang penulis gunakan adalah analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukan Pertama, bahwa pertimbangan putusan hukuman yang di lakukan hakim Pengadilan Negeri Semarang dalam tindak pidana Nomor: 465/Pid. B/2010/PN.Smg, pertimbangan Hakim dalam pemutusan tindak pidana ini adalah: pertimbangan sifat baik dan jahat dari terdakwa, pertimbangan kasus ringan dan beratnya. Kemudian pertimbangan terdakwa masih mempunyai tanggungan keluarga. Dengan pertimbangan itu, tuntutan penuntut umum yang awalnya 8 bulan berubah menjadi 6 bulan. Hukuman yang di putuskan adalah hukuman yang mengandung pembinaan agar terdakwa jera. Kedua, bahwa menurut hukum pidana Islam dalam putusan tersebut masuk dalam kategori pencurian tidak sempurna karena terdakwa tidak dapat dihukum potong tangan namun cukup dengan hukuman ta’zir. Ini dikarenakan tidak terpenuhinya syarat-syarat pencurian yaitu barang yang diambil tidak mencapai nishab. Sehingga hukuman yang diberikan dalam Hukum Pidana Islam sesuai hukuman yang diberikan oleh Pengadilan Negeri Semarang yaitu hukuman ta’zir berupa hukuman penjara atau kurungan. vii
  • 8. KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr Wb. Puji Syukur penyusun haturkan kepada Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, serta nikmat bagi hambanya ini dan bagi umat di dunia ini sehingga kita bisa menjalankan kehidupan dengan tenang dan damai. Shalawat beserta Salam penyusun haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’at serta hidayahnya di hari akhir nanti. Penyusun menyadari bahwa tulisan ini masih sangat sederhana untuk dikatakan sebagai sebuah skripsi, sehingga saran dan kritik sangat penyusun harapkan dari para pembaca. Penyusun yakin, skripsi ini tidak akan selesai tanpa motifasi, bantuan, dan arahan dari berbagai pihak baik moril maupun materil, langsung maupun tidak langsung. pada kesempatan ini, penyusun ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada: 1. Prof. Dr. H. Muhibbin, M. Ag. Selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang 2. Dr. Imam Yahya, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang. 3. Drs. Moh. Solek, M.A, selaku Kajur Siyasah Jinayah 4. Prof. Dr. H. Muslich Shabir, M.A, selaku Dosen Pembimbing I yang dengan Ikhlas meluangkan waktu disela-sela kesibukannnya untuk membantu, mengarahkan, dan membimbing penyusun dalam penulisan maupun penyelesaian skripsi ini. 5. Ibu Maria Ana Muryani, SH. MH selaku Dosen Pembimbing II yang selalu meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini serta selalu memotivasi penyusun dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. Bapak serta Ibu tercinta yang telah mencurahkan semuanya kepada penyusun dalam mengarungi bahtera kehidupan, yang telah mengajarkan sebuah perjuangan hidup untuk menggapai sebuah kemapanan. viii
  • 9. 7. Kakak dan adik-adikku tercinta yang selalu memberikan semangat dan tempat berbagi dalam segala senang dan duka. 8. Teman-teman paket SJB angkatan 2007 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu jangan pernah lupakan masa-masa kebersamaan kita dikala senang dan duka dan jangan pernah berhenti berkarya. Penyusun tidak mungkin mampu membalas segala budi baik yang telah beliau-beliau curahkan, namun hanya ribuan terima kasih teriring do’a yang mampu penyusun sampaikan, semoga seluruh amal kebaikan mereka mendapatkan balasan yang setimpal dan berlimpah dari Allah SWT. Akhir kata, penyusun berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi kalangan insan akademis. Amin Ya Rabbal ‘Alamin. Wassalamu’alaikum Wr Wb. Semarang, 11 Juni 2012 Penulis, Ahmad Syukron Ma’mun ix
  • 10. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL SKRIPSI .................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii HALAMAN MOTTO ................................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... v HALAMAN DEKLARASI ........................................................................... vi HALAMAN ABSTRAK ............................................................................... vii HALAMAN KATA PENGANTAR .............................................................. viii HALAMAN DAFTAR ISI ........................................................................... x BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1 B. Perumusan Masalah ................................................................. 4 C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 5 D. Telaah Pustaka ......................................................................... 5 E. Metode Penelitian ..................................................................... 8 F. Sistematika Penelitian .............................................................. 11 BAB II : KETENTUAN JARIMAH PENCURIAN A. Tinjauan Umum Tentang Jarimah ............................................ 14 1. Pengertian Jarimah ............................................................. 14 2. Unsur-Unsur Jarimah ......................................................... 15 3. Macam-Macam Jarimah ..................................................... 16 x
  • 11. B. Ketentuan Pencurian Dalam Hukum Positif (KUHP) 1. Pengertian Pencurian ........................................................... 21 2. Ketentuan Hukum Tindak Pidana Pencurian ..................... 23 C. Ketentuan Tindak Pidana Pencurian Dalam Hukum Pidana Islam 1. Pengertian Pencurian ........................................................... 27 2. Unsur-Unsur Pencurian ....................................................... 29 3. Ketentuan Hukum Tindak Pidana Pencurian dalam Hukum Pidana Islam ........................................................... 33 BAB III : PUTUSAN PN SEMARANG NO.465/PID.B/2010/PN.SMG TENTANG PENCURIAN KOTAK AMAL MASJID A. Profil Pengadilan Negeri Semarang ....................................... 37 B. Kronologis Kasus Dalam Putusan Nomor : 465/Pid.B/2010/Pn.Smg Tentang Pencurian Kotak Amal Masjid ................................. 39 C. Dasar Pertimbangan Hukum terhadap Putusan Nomor: 465/Pid.B/2010/Pn.Smg Tentang Pencurian Kotak Amal Masjid ................................................................ 40 D. Putusan Nomor : 465/Pid.B/2010/Pn.Smg Tentang Pencurian Kotak Amal Masjid ........................................................................... 45 BAB IV : ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SEMARANG NO.465/PID.B/2010/PN.Smg TENTANG PENCURIAN KOTAK AMAL MASJID xi
  • 12. A. Analisis Dasar Pertimbangan Hukum Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Semarang No.465/Pid.B/2010/PN.Smg Tentang Pencurian Kotak Amal Masjid ................................................................ 47 B. Analisis Hukum Pidana Islam Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Semarang No.465/Pid.B/2010/PN.Smg Tentang Pencurian Kotak Amal Masjid ........................................................................... 54 BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................ 66 B. Saran .......................................................................................... 67 C. Penutup ..................................................................................... 67 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP xii
  • 13. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu yang dibanggakan oleh manusia adalah harta. Ajaran Islam bukan ajaran yang materialisme, akan tetapi Islam mengajarkan kepada umat Islam untuk berusaha sekuat tenaga sesuai kemampuan untuk mencari harta. Syariat Islam yang telah ditetapkan oleh Allah SWT dan Muhammad Rasulullah SAW memuat seperangkat aturan dalam hal memperoleh harta. Memperoleh harta dengan cara yang haram seperti berbuat curang, merugikan orang lain, mencari keuntungan yang berlebihan, dan lain-lain harus dihindari oleh umat Islam.1 Diakui atau tidak, dalam kehidupan masyarakat, pencurian terhadap harta benda/harta kekayaan orang lain sering sekali terjadi, dan hal ini dapat dilakukan dengan berbagai macam cara dan kesempatan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “mencuri memiliki pengertian menganbil milik orang lain tanpa izin atau dengan tidak sah, biasanya dengan sembunyi-sembunyi”.2 Kejahatan pencurian ini memang bukan hal yang asing lagi kita dengar, melainkan kejahatan yang paling sering di beritakan. Terbukti dengan media massa dan media elektronik tak luput memberitakan tentang kasus seringnya terjadi kasus pencurian dengan berbagai latar belakang dan motif 1 Zainnudin Ali, Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2009, h. 67. 2 Dendy Sugono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008, h. 281. 1
  • 14. 2 pencurian. Namun, dalih yang sering di dengar ketika orang mencuri yaitu di latarbelakangi ketidaktercukupinya kebutuhan ekonomi. Kebutuhan ekonomi memang hal yang sangat penting. Semua orang dalam hidupnya selalu berusaha survive demi apa yang menjadi cita-cita hidupnya. Namun yang menjadi ironis adalah ketika keadaan tidak berbanding lurus dengan keinginan, dan yang dilakukan adalah mencuri. Kebutuhan yang mendesak mengakibatkan para pelaku pencurian berusaha melakukan apa yang menjadi niatnya itu dengan berbagai macam cara. Salah satunya yang di lakukan oleh terdakwa Salim Bin Asropi pencuri uang di kotak amal masjid. Dalam putusan No.465/Pid.B/2010/PN.Smg, terdakwa Salim Bin Asropi di tuntut oleh Jaksa atau Penuntut Umum, bahwa terdakwa pada hari Sabtu tanggal 01 Mei 2010 sekitar jam 02.30 WIB, bertempat di Masjid Miftahul Huda Kampung Sumurbong Kel.Rejomulyo Kec.Semarang Timur, Kota Semarang. Telah mengambil uang tunai sebesar Rp 161.000,- yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain dengan maksud ingin memilikinya dengan melawan hukum yang dipersiapkan dengan membawa alat tatah kayu yang terbuat dari besi untuk mencongkel kotak amal untuk mempermudah pencurian. 3 Kasus ini sangat menarik untuk di kaji lebih jauh, mengingat pertimbangan hukum terhadap Putusan Pengadilan Negeri Semarang No.465/Pid.B/2010/PN.Smg tentang pencurian kotak amal masjid. Kasus ini 3 Arsip Pengadilan Negeri Semarang No.465/Pid.B/2010/PN. Smg.
  • 15. 3 termasuk kategori pencurian dalam keadaan memberatkan karena pencurian ini melanggar pasal 363 ayat (1) ke-4 dan ke-5 KUHP, dan di ancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun. Akan tetapi dalam putusan Pengadilan Semarang nomor No.465/Pid.B/2010/PN.Smg memutuskan perkara tersebut hanya dijatuhi hukuman penjara selama enam bulan dan dikenakan biaya perkara sebesar seribu rupiah.4 Di Indonesia dalam menentukan suatu hukuman bagi pelaku tindak kejahatan diserahkan kepada pihak yang berwenang melalui polisi, jaksa, dan hakim. melalui proses yang telah ditentukan dalam Undang-Undang diantaranya melalui persidangan di Pengadilan. Tentu saja hukum yang dipakai menggunakan KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) tetapi dalam penentuan hakim juga mempunyai pertimbangan dalam memutuskan suatu putusan. “Dalam Islam pencurian biasa disebut dengan sirqoh yaitu mengambil suatu dengan cara sembunyi, sedangkan menurut istilah sirqoh adalah mengambil suatu (barang) hak milik orang lain secara sembunyi- sembunyi dan di tempat penyimpanan yang pantas”.5 Hukum pidana Islam mengenai tindak pidana, hak masyarakat lebih diutamakan di atas hak perseorangan, maka kepentingan masyarakat yang lebih utama dan lebih didahulukan. Oleh karena itu, setiap jarimah atau tindak pidana yang dapat mengganggu kedamaian, keamanan,dan ketentraman masyarakat akan dianggap sebagai kejahatan terhadap Allah SWT, dan 4 ibid. 5 Sudarsono, Pokok-pokok Hukum Islam, Jakarta: Rineka Cipta, Cet. Ke-2, 2001, h. 545.
  • 16. 4 masyarakat tidak berhak mendzalimi pribadi anggotanya, jika kepentingan individu itu tidak menimbulkan ancaman terhadap hak-hak orang lain atau masyarakat.6 “Dengan demikian Islam telah memberikan hak yang menjamin kepemilikan harta”.7 Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah SWT sebagai berikut: Artinya: “Dan janganlah kamu makan harta diantara kamu dengan jalan yang bathil dan janganlah kamu menyuap dengan harta itu kepada para hakim dengan maksud agar kamu dapat memakan sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa, padahal kamu mengetahui” (Q.S Al-Baqarah:188).8 Dari latar belakang di atas, penulis tertarik untuk lebih jauh meneliti tentang kasus pencurian kotak amal masjid yang di lakukan oleh Salim Bin Asropi terkait bagaimana dasar petimbangan dalam menentukan putusan lama hukuman dan bagaimana tinjauan hukum islamnya dalam skripsi yang berjudul: Tinjauan Hukum Islam Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Semarang No.465/Pid.B/2010/PN.Smg tentang Pencurian Kotak Amal Masjid. B. Perumusan Masalah Dari latar belakang di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut : 6 Abdurrahman I, Doi, The Islamic Law, Terj. Usman Efendi AS dan Abdul Khalik, “Inilah Syari’ah Islam”, Jilid I, Jakarta: Pustaka Panji Mas, Cet I 1991, h. 313-314. 7 Ibid., h. 370. 8 Tim Syaamil Al-Quran, Al-Qur’anulkarim Terjemah Tafsir Perkata, Bandung: Sygma Publishing, 2010, h. 29.
  • 17. 5 1. Bagaimana Dasar Pertimbangan Hakim terhadap Putusan Pengadilan Negeri Semarang No.465/Pid.B/2010/PN.Smg tentang Pencurian Kotak Amal Masjid? 2. Bagaimana Tinjauan Hukum Pidana Islam terhadap Putusan Pengadilan Negeri Semarang No.465/Pid.B/2010/PN.Smg tentang Pencurian Kotak Amal Masjid? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penulisan skripsi: 1. Untuk mengetahui dasar petimbangan Hakim terhadap Putusan Pengadilan Negeri Semarang No.465/Pid.B/2010/PN.Smg tentang Pencurian Kotak Amal Masjid. 2. Untuk mengetahui tinjauan Hukum Pidana Islam terhadap Putusan Pengadilan Negeri Semarang No.465/Pid.B/2010/PN.Smg tentang Pencurian Kotak Amal Masjid D. Telaah Pustaka Dalam kajian pustaka ini, penulis akan memaparkan tentang beberapa sumber yang membicarakan masalah tersebut di antaranya: Pertama skripsi yang ditulis oleh Ahmad Subkhi (NIM: 042211011 dan lulus tahun 2007), Mahasiswa Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang, yang berjudul: “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Tindak Pidana Pencurian yang Disertai dengan Kekerasan”. Skripsi tersebut menyatakan bahwa, tindak pidana pencurian yang disertai dengan kekerasan itu termasuk pencurian dengan pemberatan, yaitu sebagaimana telah diatur dalam pasal 365
  • 18. 6 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Demikian halnya dengan hukum pidana Islam, dimana pencurian yang disertai dengan jarimah-jarimah lain, maka hukumannya menjadi diperberat.9 Kedua, skripsi yang ditulis oleh Ulil Absor (NIM: 042211116 dan lulus tahun 2009) Mahasiswa Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang, yang berjudul: “Tindak Pidana Pencurian Waktu Bencana Alam”. Skripsi tersebut menyatakan bahwa, adanya ketentuan pemberatan pidana pencurian pada waktu bencana alam yang terdapat dalam pasal 363 ayat (1) item 2 KUHP, terletak pada faktor moralitas si pelaku, yang tega memanfaatkan kondisi masyarakat (korban) yang sedang mengalami musibah bencana alam demi kepentingan pribadinya, karena kalau ditinjau dari segi ontologi hukum (hakekat hukum), hubungan antara hukum dengan moral itu sangat erat sekali, mengingat hukum merupakan alat untuk mengatur tingkah laku/perbuatan manusia. Disamping dilihat dari segi moralitas, penulis juga melihat, bahwa filosofi dari pada ketentuan pemberatan pidana pencurian pada waktu bencana alam yang terdapat dalam pasal 363 ayat (1) item 2 KUHP adalah dari segi nilai keadilan, yang merupakan filosofi daripada hukum pada umumnya, dengan pemikiran bahwa, si korban (viktim) yang sedang terkena musibah, seharusnya mendapatkan pertolongan dari si pelaku kejahatan, bukan sebaliknya, si pelaku mencuri pada saat masyarakat sedang terjadi kekacauan.10 9 Akhmad Subkhi (NIM: 042211011), “ Tinjauan Hukum Islam Terhadap Tindak Pidana Pencurian yang Disertai dengan Kekerasan”, Skripsi Hukum Pidana Islam, Semarang, 2007. t.d 10 Ulil Absor (NIM: 042211116),” Tindak Pidana Pencurian Waktu Bencana Alam”, Skripsi Hukum Pidana Islam, Semarang, 2009, t.d.
  • 19. 7 Ketiga skripsi yang ditulis oleh Suyoto (NIM: 2104056 dan lulus tahun 2009) Mahasiswa Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang, yang berjudul: “Studi Analisis Hukum Islam terhadap Putusan PN Kendal No 89/Pid.B/2008/Pn.Kdl Tentang Pencurian yang Dilakukan oleh Anak Dibawah Umur. Skripsi tersebut menyatakan bahwa, ditinjau dari hukum positif di Indonesia maka pertimbangan hukum yang dipakai hakim dalam menjatuhkan pidana penjara 2 bulan terhadap Ahmad Khoirin dan teman- temannya itu sudah tepat, karena kenakalan atau tindak pidana yang dilakukan oleh Ahmad Khoirin dan teman-temannya sudah memenuhi unsur-unsur pencurian menurut hukum positif. Tapi kalau menurut hukum pidana Islam dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana 2 bulan penjara itu kurang tepat. Dan seharusnya kalau menurut hukum pidana Islam Ahmad Khoirin dan teman-temannya dikenakan hukuman dalam bentuk pendidikan.11 Dari beberapa tinjauan pustaka diatas, dapat diketahui bahwa tidak ada yang membahas mengenai dasar pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Semarang dan tinjauan hukum pidana Islam mengenai Putusan Pengadilan Negeri Semarang No.465/Pid.B/2010/PN.Smg tentang Pencurian Kotak Amal Masjid. 11 Suyoto (NIM: 2104056), “Studi Analisis Hukum Islam Terhadap Putusan PN Kendal No 89/Pid.B/2008/Pn.Kdl Tentang Pencurian Yang Dilakukan Oleh Anak Dibawah Umur”, Skripsi Hukum Pidana Islam, Semarang, 2009.t.d.
  • 20. 8 E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research) yang datanya diperoleh dari data dokumen dari Putusan Pengadilan Negeri Semarang No.465/Pid.B/2010/PN.Smg tentang Pencurian Kotak Amal Masjid.12 Penelitian yang dilakukan untuk menelaah bahan-bahan dari buku utama yang berkaitan dengan masalah, dan buku penunjang berupa sumber lainnya yang relevan dengan topik yang dikaji.13 Dalam penelitian ini menitik beratkan kepada dokumen. Penelitian dokumen adalah penelitian yang dilakukan dengan melihat data yang bersifat praktek, meliputi: data arsip, data resmi pada institusi- institusi pemerintah, data yang dipublikasikan (putusan pengadilan, yurisprudensi, dan sebagainya).14 Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah Putusan Pengadilan Negeri Semarang No.465/Pid.B/2010/PN.Smg tentang Pencurian Kotak Amal Masjid. 2. Sumber Data Sumber data adalah subjek dari mana data di peroleh15 atau sesuatu yang dapat memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini. 12 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Ilmiah), Jakarta: PT. Bina Aksara, 1989. h. 10. 13 P. Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 1991. Cet. I, h. 109. 14 Ibid, h. 88-89. 15 Suharsimi Arikunto, op.cit., h. 114.
  • 21. 9 Berdasarkan sumbernya, sumber data dalam penelitian dikelompokkan menjadi dua, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.16 a) Sumber Data Primer Dalam penelitian ini data primer yang dimaksud yaitu sumber literatur utama yang berkaitan langsung dengan obyek penelitian di Pengadilan Negeri dan bahan hukum yang bersifat autoritatif artinya mempunyai otoritas. Dengan kata lain, data primer dalam penelitian ini adalah data yang diambil dari data-data dalam bentuk dokumen putusan pengadilan, yaitu Putusan Hakim Pengadilan Negeri Semarang No.465/Pid.B/2010/PN.Smg tentang Pencurian Kotak Amal Masjid. b) Sumber Data Sekunder Dalam penelitian ini data yang digunakan peneliti adalah data yang dikumpulkan oleh orang lain. Pada waktu penelitian dimulai data telah tersedia.17 Adapun data sekunder atau data pendukung yaitu, wawancara dengan Hakim Pengadilan Negeri Semarang dan literatur yang digunakan dalam menjelaskan tentang pokok permasalahan yaitu buku-buku yang ada relevansinya dengan penelitian, misalnya buku Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), Hukum Pidana Islam (Fiqh Jinayah), Kejahatan Pencurian Dalam Hukum Pidana Islam dan buku-buku lain yang ada kaitannya dengan masalah yang peneliti kaji. 16 Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, Yogyakarta: PT. Pustaka Pelajar, 1998, h. 91. 17 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: PT Raja Grafinda Persada, 2007, h. 37.
  • 22. 10 Metode wawancara digunakan mengetahui pertimbangan- pertimbangan pemutusan Tindak Pidana No.465/Pid.B/2010/PN.Smg.. 3. Metode Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data penulis menggunakan metode dokumentasi. Metode dokumentasi ini digunakan untuk mengetahui putusan No.465/Pid.B/2010/PN.Smg. Adapun data pendukung yaitu wawancara. “wawancara merupakan suatu cara pengambilan data melalui interaksi dan komunikasi”.18 Dalam hal ini pewawancara akan mewawancarai hakim yang telah menangani perkara atas Putusan Pengadilan Negeri Semarang No.465/Pid.B/2010/PN.Smg tentang Pencurian Kotak Amal Masjid guna untuk mengetahui petimbangan- pertimbangan Hakim tentang pemutusan Tindak Pidana No.465/Pid.B/2010/PN.Smg. 4. Metode Analisis Data “Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil dokumentasi, wawancara dan lainnya. Untuk meningkatkan pemahaman penelitian tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan”.19 Teknik analisis data yang penulis gunakan adalah analisis deskriptif yaitu penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan 18 Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, Ed., Penelitian Survei, Jakarta: LP3ES, 1989, h. 192. 19 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta, Rake Sarasin, 1996, h. 104.
  • 23. 11 (deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian.20 Dengan metode analisis induktif yaitu berangkat kasus-kasus bersifat khusus berdasarkan pengalaman nyata yang kemudian dirumuskan menjadi definisi yang bersifat umum.21 karena data yang diwujudkan dalam skripsi ini bukan dalam bentuk angka melainkan bentuk laporan atau uraian deskriptif analisis. F. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah pembaca dalam memahami isi dari tulisan ini, penulis akan menguraikan secara singkat apa yang terkandung dalam skripsi ini. Secara garis besar, skripsi ini mencakup tiga bagian yang masing-masing terdiri dari bab dan sub-bab, yaitu: 1. Bagian muka Bagian ini berisi halaman judul skripsi, persetujuan pembimbing, halaman pengesahan, motto, persembahan, deklarasi, abstrak, kata pengantar, dan daftar isi. 2. Bagian isi/batang tubuh skripsi, terdiri dari: Bab I merupakan pendahuluan. Bab ini merupakan gambaran secara global mengenai seluruh isi dari skripsi ini yang meliputi: Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Telaah Pustaka, Metode Penelitian, dan Sistematika Penelitian. 20 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Jakarta: Raja Grafindo, 1998, Cet. XI, h. 18. 21 Dedi Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2001, Cet. I, h. 156.
  • 24. 12 Bab II merupakan Ketentuan Jarimah Pencurian. Bab ini berisi teori yang berkaitan dengan skripsi, yaitu terdiri atas pengertian Jarimah, Unsur- unsur Jarimah, Macam-macam Jarimah. Tinjauan Umum tentang Pencurian dalam Hukum Positif (KUHP) yang meliputi: Pengertian Pencurian, Ketentuan hukum tindak pidana pencurian, Tinjauan Umum tentang tindak Pidana Pencurian Dalam Hukum Pidana Islam yang meliputi: Pengertian Pencurian, Unsur-Unsur Pencurian, Ketentuan hukum tindak pidana Pencurian. Bab III berisi tentang Putusan Pengadilan Semarang No.465/Pid.B/2010/PN.Smg tentang Pencurian Kotak Amal Masjid yang meliputi: Profil Pengadilan Negeri Semarang, Kronologis Kasus Dalam Putusan Nomor: 465/Pid.B/2010/Pn.Smg Tentang Pencurian Kotak Amal Masjid, Dasar Pertimbangan Hakim terhadap Putusan Nomor: 465/Pid.B/2010/Pn.Smg Tentang Pencurian Kotak Amal Masjid, Putusan Nomor: 465/Pid.B/2010/Pn.Smg Tentang Pencurian Kotak Amal Masjid. Bab IV berisi tentang Analisis Putusan Pengadilan Negeri Semarang No.465/Pid.B/2010/PN.Smg tentang Pencurian Kotak Amal Masjid yang meliputi: Analisis Dasar Pertimbangan Hakim Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Semarang No.465/Pid.B/2010/PN.Smg tentang Pencurian Kotak Amal Masjid, Analisis Hukum Pidana Islam terhadap Putusan Pengadilan Negeri Semarang No.465/Pid.B/2010/PN.Smg tentang Pencurian Kotak Amal Masjid.
  • 25. 13 BAB V Merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran- saran. 3. Bagian akhir Bagian akhir yang berisi daftar pustaka, beberapa lampiran dan daftar riwayat hidup.
  • 26. BAB II KETENTUAN JARIMAH PENCURIAN A. Tinjauan Umum Tentang Jarimah 1. Pengertian Jarimah Menurut bahasa kata jarimah berasal dari kata “jarama” kemudian bentuk masdarnya adalah “jaramatan” yang artinya perbuatan dosa, perbuatan salah, atau kejahatan. Pengertian jarimah tersebut tidak berbeda dengan pengertian tindak pidana, (peristiwa pidana, delik) dalam hukum pidana positif. Secara istilah Imam Al-Mawardi memberikan definisi jarimah sebagaimana yang dikutip oleh Ahmad Wardi Muslich: ِ‫ﺑِﺤ َ ﺪأَو ْ ﺗَﻌ ْ ﺰ‬ ‫ﱟ‬ َ ‫ز َ ﺟ َ ﺮ َ ﷲ ُﺗَﻌ َﻞ‬ ْ ‫ﻟاَْﺠ َ ﺮ َ اﺋِ ﻣ َﺤ ْ ﻈُﻮ ْ ر َات ٌ ﺷ َﺮ‬ ُ‫ﻢ‬ Jarimah adalah perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh syara’, yang diancam dengan hukuman hadd atau ta’zir.1 Menurut Ahmad Hanafi, yang dimaksud dengan kata-kata “jarimah” ialah, larangan-larangan syara’ yang diancam oleh Allah dengan hukuman hadd atau ta’zir. Larangan-larangan tersebut adakalanya berupa mengerjakan perbuatan yang dilarang, atau meninggalkan perbuatan yang diperintahkan. Yang dimaksud dengan kata-kata “syara” adalah bahwa sesuatu perbuatan baru dianggap jarimah apabila dilarang oleh syara’. Berbuat atau tidak berbuat tidak dianggap sebagai jarimah, kecuali apabila telah diancamkan hukuman 1 Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Azas Hukum Pidana Islam (Fikih Jinayah), Jakarta: Sinar Grafika, 2004, h. 9. 14
  • 27. 15 terhadapnya. Di kalangan fuqaha, hukuman biasa disebut dengan kata- kata “ajziyah” dan mufradnya, “jaza”.2 “Dengan mengesampingkan perbedaan pemakaian kata-kata ”jinayah” dikalangan fuqaha’, dapatlah penulis simpulkan bahwa kata- kata ”jinayah” dalam istilah fuqaha’ sama dengan kata-kata ”jarimah”.3 Suatu perbuatan dianggap jarimah apabila dapat merugikan tata aturan masyarakat, atau kepercayaan-kepercayaannya, atau merugikan kehidupan masyarakat, baik berupa benda, nama baik, atau perasaannya dengan pertimbangan-pertimbangan yang lain yang harus dihormati dan dipelihara. 2. Unsur-Unsur Jarimah Jarimah itu merupakan larangan-larangan syara’ yang diancamkan dengan hukuman hadd atau ta’zir. Dengan menyebutkan kata-kata syara’ dimaksudkan bahwa larangan-larangan harus datang dari ketentuan-ketentuan (nash-nash) syara’. Berbuat atau tidak berbuat baru dianggap sebagai jarimah apabila diancamkan hukuman kepadanya. Unsur-unsur jarimah secara umum yang harus dipenuhi dalam menetapkan suatu perbuatan jarimah yaitu: a. Unsur formil (rukun syar’i) yakni adanya nash yang melarang perbuatan dan mengancam hukuman terhadapnya. 2 Ahmad Hanafi, Azas-Azas Hukum Pidana Islam, Jakarta: PT Bulan Bintang, 1986, h. 1. 3 Ibid., h. 2.
  • 28. 16 b. Unsur materiil (rukun maddi) yakni adanya tingkah laku yang membentuk jarimah, baik berupa perbuatan-perbuatan nyata ataupun sikap tidak berbuat. c. Unsur moril (rukun adabi) yakni pembuat, adalah seorang mukallaf (orang yang dapat dimintai pertanggung jawaban terhadap jarimah yang diperbuatnya).4 3. Macam-Macam Jarimah “Pada umumnya, para ulama membagi jarimah berdasarkan aspek berat dan ringannya hukuman serta ditegaskan atau tidaknya oleh Al- Qur’an atau al-Hadits. Atas dasar ini mereka membaginya menjadi tiga macam, yaitu: jarimah hudud, jarimah qishash dan jarimah ta’zir”.5 Mengenai uraian ataupun penjelasan tentang jarimah hudud, jarimah qishash dan jarimah ta’zir serta penggolongan- penggolongannya, akan diuraikan sebagai berikut: a. Jarimah Hudud Jarimah hudud adalah jarimah yang diancam dengan hukuman hadd. Pengertian hukuman hadd adalah hukuman yang telah ditentukan oleh syara’ dan menjadi hak Allah (hak masyarakat). Dengan demikian ciri khas jarimah hudud itu adalah sebagai berikut: 4 ibid., h. 6. 5 Djazuli, Fiqih Jinayah (Upaya Menanggulangi Kejahatan dalam Islam), Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1947, h.13.
  • 29. 17 1) Hukumannya tertentu dan terbatas, dalam arti bahwa hukumannya ditentukan oleh syara’ dan tidak ada batas minimal dan maksimal. 2) Hukuman tersebut merupakan hak Allah semata-mata, atau kalau ada hak manusia di samping hak Allah maka hak Allah yang lebih menonjol. 6 Dalam hubungannya dengan hukuman hadd maka pengertian hak Allah di sini adalah bahwa hukuman tersebut tidak di hapuskan oleh perseorangan (orang yang menjadi korban atau keluarganya) atau oleh masyarakat yang diwakili oleh negara. Jarimah hudud ini ada tujuh macam antara lain yaitu: jarimah zina, jarimah qadzaf, jarimah syurbul khamr, jarimah pencurian, jarimah hirabah, jarimah riddah, jarimah al-bagyu (pemberontakan). Salah satu bentuk contoh dari hukuman hudud yang menyatakan sebagai hukuman yang di tentukan oleh syara’ adalah pencurian yang didasarkan pada firman Allah dalam surat AL- Maidah ayat (38): 6 Ahmad Wardi Muslich, op.cit., h.18.
  • 30. 18 “Artinya: Adapun orang laki-laki maupun perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) balasan atas perbuatan yang mereka lakukan dan sebagai siksaan dari Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” 7 b. Jarimah Qishash dan Diyat Maksud dari jarimah qishash atau diyat ialah merupakan perbuatan-perbuatan yang diancamkan hukuman qishash atau hukuman diyat. Baik qishash maupun diyat adalah hukuman- hukuman yang telah ditentukan batasnya, dan tidak mempunyai batas terendah ataupun tertinggi, tetapi menjadi hak perseorangan, dengan pengertian bahwa si korban bisa merugikan si pembuat, dan apabila dimaafkan maka hukuman tersebut menjadi hapus.8 “Menurut arti, qishash adalah akibat yang sama yang dikenakan kepada orang yang dengan sengaja menghilangkan jiwa atau melukai atau menghilangkan anggota badan orang lain”.9 Firman Allah menjelaskan dalam surat al-Baqarah ayat (178-179): 7 Tim Syaamil Al-Quran, Al-Qur’anulkarim Terjemah Tafsir Perkata, Bandung: Sygma Publishing, 2010, h. 174. 8 Makhrus Munajat, Dekonstruksi Hukum Pidana Islam, Yogyakarta: Logung Pustaka, 2004. h. 12. 9 Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia. 2000. h. 29.
  • 31. 19 Artinya : Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang mendapat suatu pema'afan dari saudaranya, hendaklah (yang mema'afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma'af) membayar (diat) kepada yang memberi ma'af dengan cara yang baik (pula). yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, Maka baginya siksa yang sangat pedih. Dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, Hai orang- orang yang berakal, supaya kamu bertakwa.10 Seperti halnya jarimah hudud, penerapan jarimah qishash atau diyat ini pun harus hati- hati, sifat asas legalitas jarimah ini pun juga harus ketat. Oleh karena itu jika terdapat suatu keraguan, ketidak yakinan terhadap jarimah ini, hukuman qishash harus dihindari. Jarimah yang termasuk ke dalam jarimah qisas/diyat ini ada lima macam: 1) Pembunuhan sengaja (al-qatlul-amdu) 2) Pembunuhan semi sengaja (al-qatlu syibhul amdi) 3) Pembunuhan karena kesilapan (tidak sengaja, al-qatlul khatha’) 4) Penganiayaan sengaja (al-jarkhul-amdu) 10 Tim Syaamil Al-Quran, op.cit., h. 27.
  • 32. 20 5) Penganiayaan tidak sengaja (al-jarkhul-khatha’)11 c. Jarimah Ta’zir Arti ta’zir menurut terminologi fikih Islam adalah tindakan edukatif terhadap pelaku perbuatan dosa yang tidak ada sanksi hadd dan kafaratnya. Atau dengan kata lain, ta’zir adalah hukuman yang bersifat edukatif yang ditentukan oleh hakim atas pelaku tindak pidana atau pelaku perbuatan maksiat yang hukumannya belum ditentukan oleh syari’at atau kepastian hukumnya belum ada. 12 Ta’zir secara harfiah juga bisa diartikan sebagai menghinakan pelaku kriminal karena tindak pidananya yang memalukan. Dalam ta’zir, hukuman itu tidak ditetapkan dengan ketentuan (dari Allah dan Rasul-Nya), dan Qodhi diperkenankan untuk mempertimbangkan baik bentuk hukuman yang akan dikenakan maupun kadarnya. Ta’zir yang menurut arti katanya adalah at-ta’dib yaitu memberi pengajaran, maka disini dapat ditarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan definisi diatas. Ta’zir adalah suatu hukuman atas jarimah yang kadar hukumannya belum ditetapkan oleh syara’ (Al-Qur’an dan hadis) yang betujuan untuk memberikan pelajaran atau rasa jera terhadap pelaku tindak kejahatan, sehingga menyadari atas perbuatan yang telah dilakukan dan tidak mengulangi perbuatan tersebut. Selain itu, ta’zir juga juga tidak memiliki ketetapan 11 Ahmad Wardi Muslich, op.cit., h. 19. 12 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, Bandung: PT.Al-Ma’arif. 2001, h. 159.
  • 33. 21 ataupun kaffarah didalamnya, karena ta’zir merupakan suatu hukuman yang berkaitan dengan perkembangan masyarakat serta kemaslahatannya. B. Ketentuan Pencurian Dalam Hukum Positif (KUHP) 1. Pengertian Pencurian “Pencurian dalam bahasa, berasal dari kata “curi” yang mendapat awalan pe- dan akhiran -an yng mempunyai arti proses, cara perbuatan mencuri”.13 “Dalam hukum positif pencurian dijelaskan dalan BAB XXII pasal 362 KUHP, yaitu mengambil sesuatau barang, yang sama sekali atau sebagian termasuk kepunyaan orang lain, dengan maksud akan memiliki barang itu dengan melawan hak”.14 Pencurian mengandung elemen-elemen, perbuatan mengambil, suatu barang atau yang diambil, seluruhnya atau sebagian milik orang lain, pengambilan dengan maksud memiliki. Dalam pencurian, mengambil yang dimaksud adalah mengambil untuk dikuasai, maksudnya waktu pencuri mengambil barang, barang tersebut belum ada dalam kekuasaannya, apabila waktu memiliki barang itu sudah ada ditangannya, maka perbuatan tersebut bukan termasuk pencurian tetapi penggelapan, pencurian dikatakan selesai apabila barang tersebut sudah pindah tempat. Suatu barang, merupakan segala sesuatu yang berwujud dan barang yang tidak berwujud termasuk daya listrik dan gas. Pengambilan tersebut harus dengan sengaja dan dengan maksud 13 Depdiknas, Kamus Besar Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1994, h. 200. 14 Moeljatno, KUHP Kitap Undang-Undang Hukum Pidana, Jakarta: t.p, 2009, h. 128.
  • 34. 22 untuk memiliki, apabila seseorang mengambil barang milik orang lain karena keliru tidak termasuk pencurian.15 Dalam KUHP dikenal beberapa macam pencurian yaitu: a. Pencurian Ringan Pencurian biasa, barang yang dicuri tidak lebih dari Rp.250,- pencurian dilakukan dua orang atau lebih, pencurian hewan meskipun nilainya tidak lebih dari Rp.250,- tidak termasuk pencurian ringan, atau pencurian pada waktu terjadi malapetaka, bencana baik yang disebabkan alam atau manusia. b. Pencurian dengan pemberatan Pencurian dengan pemberatan yaitu pencurian biasa yang disertai keadaan-keadaan, pencurian hewan, bila dilakukan pada waktu bencana, dilakukan pada malam hari dalam keadan rumah tertutup yang ada dirumah, dilakukan dua orang atau lebih dengan bekerja bersama-sama, dilakukan dengan membongkar atau memecah untuk mengambil barang yang di dalamnya. c. Pencurian dengan kekerasan Pencurian yang disertai dengan kekerasan, kekerasan yang dimaksud kekerasan pada orang, bukan berupa barang, dilakukan sebelum atau sesudah pencurian, bersama-sama dengan maksud untuk memudahkan atau menyiapkan agar pencurian ada kesempatan untuk melarikan diri. 15 R. Susilo, Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-komentarnya, Bogor: POLITEA, t.th. h. 216.
  • 35. 23 d. Pencurian Dalam Keluarga Pencurian yang dilakukan dalam kalangan keluarga atau suami istri yaitu ada pertalian yang erat, selama pertalian perkawinan belum putus maka pencurian tersebut tidak dijatuhi hukuman. 16 2. Ketentuan Hukum Tindak Pidana Pencurian Dalam KUHP BAB XXII pencurian di bagi menjadi beberapa macam, penjatuhan pidana dalam pencurian sesuai dengan kategori pencurian. Dalam pasal 362 di nyatakan: Barangsiapa mengambil suatu barang, yang sama sekali atau sebagian termasuk kepunyaan orang lain, dengan maksud akan memiliki barang itu dengan melawan hukum, diipidana karena mencuri dengan pidana penjara selama-lamanya lima tahun atau denda sebanyak-banyaknya Sembilan ribu rupiah17 Pencurian di atas yang dimaksud adalah pencurian biasa (ringan), kemudian kategori selanjutnya adalah pencurian dalam keadaan memberatkan, telah diatur dalam Pasal 363 dan 365 KUHP. Unsurnya sama dengan pencurian yang dimaksud dalam Pasal 362 KUHP, hanya bedanya bahwa pencurian yang dimaksud dalam Pasal 363 ini ditambah dengan ditentukan bentuk dan cara melakukan perbuatan, waktu serta jenis barang yang dicuri sehingga dinilai memberatkan kualitas pencurian, maka perlu ancaman pidananya lebih berat daripada pencurian biasa.18 16 ibid. 17 R. Sugandhi, K.U.H.P Dengan Penjelasannya, Surabaya: Usaha Nasional, 1980, h. 376. 18 Suharto. R.M, Hukum Pidana Materiil, Ed-2, Jakarta: Sinar Grafika, Cet-2, 2002, h.73.
  • 36. 24 Yang dinamakan pencurian berat dan ancamannya pun lebih berat, diancam pidana penjara selama-lamanya tujuh tahun. Yang dimaksud pencurian berat adalah pencurian biasa (Pasal 362), yang disertai dengan salah satu keadaan seperti berikut: 1) Jika barang yang dicuri itu adalah hewan. Yang dimaksud dengan hewan sebagaimana diterangkan dalam pasal 101 ialah semua jenis binatang yang memamah biak (kerbau, lembu, kambing, dan sebagainya), binatang yang berkuku satu (kuda, keledai) dan babi. Anjing, kucing, ayam, itik dan angsa tidak termasuk hewan, karena tidak memamah biak, tidak berkuku satu dan bukan pula sejenis babi. 2) Jika pencurian itu dilakukan pada waktu sedang terjadi bencana, seperti kebakaran, letusan, banjir, gempa bumi, atau gempa laut, gunung meletus, kapal karam, kapal terdampar, kecelakaan kereta api, huru-hara, pemberontakan atau bahaya perang. Pencurian yang dilakukan dalam waktu seperti itu diancam hukuman lebih berat, karena pada waktu semua orang sedang menyelamatkan jiwa dan raganya serta harta bendanya, si pelaku mempergunakan kesempatan itu untuk melakukan kejahatan, yang menandakan orang itu rendah budinya.19 3) Jika pencurian itu dilakukan pada waktu malam di dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, yang dilakukan oleh orang yang adanya di situ tidak diketahui atau tidak dikehendaki 19 R. Sugandhi, op.cit., h. 378-380.
  • 37. 25 oleh yang berhak. 4) Jika pencurian itu dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersama-sama. 5) Jika untuk dapat masuk ke tempat kejahatan atau untuk dapat mengambil barang yang akan dicuri itu, pencurian tersebut dilakukan dengan jalan membongkar, memecah, memanjat atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu.20 Pencurian yang lain ialah pencurian dengan kekerasan, kategori pencurian ini dijelaskan dalam KUHP pasal 365 yang menyatakan: 1. Dengan pidana penjara selama-lamanya sembilan tahun, dipidana pencurian yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan pada orang, dengan maksud untuk menyediakan atau memudahkan pencurian itu, atau jika tertangkap tangan, supaya ada kesempatan bagi dirinya sendiri atau bagi yang turut serta melakukan kejahatan itu untuk melarikan diri atau supaya barang yang dicuri nya tetap tinggal di tangannya. 2. pidana penjara selama-lamanya dua belas tahun, dijatuhkan: ke 1. Jika perbuatan itu dilakukan pada waktu malam didalam sebuah rumah atau di pekarangan tertutup yang ada rumahnya, atau dijalan umum, atau didalam kereta api, atau tram yang sedang berjalan; ke 2. Jika perbuatan itu dilakukan bersama-sama oleh dua orang atau lebih; ke 3. Jika yang bersalah masuk ke tempat melakukan kejahatan itu dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu; ke 4. Jika perbuatan itu berakibat ada orang luka berat. 3. Dijatuhkan pidana penjara selama-lamanya lima belas tahun jika pebuatan itu berakibat ada orang mati. 4. pidana mati atau penjara seumur hidup atau penjara sementara 20 ibid.
  • 38. 26 selama-lamanya dua puluh tahun dijatuhkan, jika perbuatan itu berakibat ada orang luka berat atau mati dan perbuatan itu dilakukan bersama-sama oleh dua orang atau lebih dan lagi pula disertai oleh salah satu hal yang diterangkan dalam No 1 dan 3.21 Pencurian dalam keluarga, tidak dihukum oleh karena orang itu sama-sama memiliki harta-benda suami istri. Hal ini didasarkan atas alasan tata-susila, pencurian dalam keluarga diterangkan dalam pasal 367 KUHP yang menyatakan: 1. Jika pembuat atau pembantu melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan dalam bab ini suami (istri) orang yang terhadapnya kejahatan itu dilakukan, yang belum di bebaskan dari kewajiban tinggal serumah dengan istrinya (suaminya), maka orang itu tak dapat dituntut. 2. Jika orang itu suaminya (istrinya) yang sudah dibebaskan dari kewajiban tinggal serumah dengan istri (suaminya), atau keluarga sedarah atau keluarga semenda, baik dalam keturunan yang lurus, maupun keturunan menyimpang dalam derajat kedua, maka terhadap orang itu sendiri hanya dapat dilakukan penuntutan, kalau ada pengaduan dari orang yang terhadapnya kejahatan itu dilakukan. 3. Jika menurut adat istiadat keturunan ibu, kekuasaan bapak dilakukan, oleh orang lain dari bapak kandung, maka aturan pada ayat yang baru lalu berlaku juga bagi orang itu.22 Ketentuan hukum pencurian yang lain adalah hukum pidana adat, hukum adat merupakan hukum asli dan suatu yang asli berlaku dengan sendirinya, kecuali jika ada hal-hal yang menghalangi berlakunya hukum adat. Dalam daerah-daerah tertentu hukum pidana adat masihmempunyai kekuatan sebagai sumber hukum positif dan diterapkan dalam pengadilan negeri yang menggantikan pengadilan adat atau pengadilan swapraja.23 21 ibid, h. 382. 22 ibid, h. 385. 23 Sudarto, Hukum Pidana, Semarang: Yayasan Sudarto, Cet. Ke 2, 1990, h. 18.
  • 39. 27 C. Ketentuan Tindak Pidana Pencurian Dalam Hukum Pidana Islam 1. Pengertian Pencurian “Dalam Islam pencurian biasa disebut dengan sirqoh yaitu mengambil suatu dengan cara sembunyi, sedangkan menurut istilah sirqoh adalah mengambil suatu (barang) hak milik orang lain secara sembunyi-sembunyi dan di tempat penyimpanan yang pantas”.24 Sedangkan menurut Topo Santoso, pencurian didefinisikan sebagai perbuatan mengambil harta orang lain secara diam-diam dengan itikad tidak baik. Yang dimaksud dengan mengambil harta secara diam- diam adalah mengambil barang tanpa sepengetahuan pemiliknya dan tanpa adanya kerelaan dari orang yang barangnya diambil tersebut.25 Sedangkan “menurut Sayyid Sabiq mencuri ialah mengambil barang orang lain secara sembunyi-sembunyi”.26 Suatu tindak pidana pencurian baru dapat dikenakan hukum potong tangan bila perbuatan itu dilakukan secara diam-diam dari tempat penyimpanannya yang pantas. Adapun pengertian secara diam-diam ialah perbuatan tersebut dilakukan tanpa kerelaan dan pengetahuan si korban. Selain mengambil secara sembunyi-sembunyi juga harus adanya maksud jahat. Niat jahat itu terjadi ketika pelaku pencurian mengambil barang dan dia juga sadar bahwa perbuatannya tersebut memang dilarang.27 24 Sudarsono, Pokok-pokok Hukum Islam, Jakarta: Rineka Cipta, Cet. Ke-2, 2001, h. 545. 25 Topo Santoso, Membumikan Hukum Pidana Islam, Jakarta: Gema Insani, 2003, h. 128 26 Sayyid Sabiq, op.cit., h. 382. 27 Abdul Qadir Audah, al-Tasyri' al-Jina'i al-Islam, Beirut: Dar al-Kutub, 1963, h. 518.
  • 40. 28 Pencurian itu sendiri dibagi menjadi dua macam yaitu: a. Pencurian yang harus dikenai sanksi “Pencurian yang harus dikenai sanksi adalah pencurian yang syarat-syarat penjatuhan hadd nya tidak lengkap. Jadi karena syarat- syarat penjatuhan hadd nya tidak lengkap, maka ia tidak dikenai hukuman hadd, akan tetapi dia dikenai sanksi”.28 “Selain itu apabila barang yang di curi itu belum ada 1 (satu) nisab maka ia pun bebas dari hukum potong tangan, tetapi diganti dengan ta’zir”.29 Contohnya yaitu pada zaman Rasulullah ada seorang yang telah mencuri buah-buahan yang masih tergantung di pohon, Rasulullah telah membebaskan hukum potong tangan. Sedangkan apabila pencuri itu hanya memakan buah di tempat tanpa membawa pulang, sedangkan ia sangat butuh untuk memakan buah itu, maka ia tidak dikenai hukuman. b. Pencurian yang harus dikenai hadd Pencurian yang hukumannya hadd itu ada dua macam, yaitu: 1) Pencurian shughra, yaitu pencurian yang wajib dikenai hukuman potong tangan. 2) Pencurian kubra, yaitu pencurian secara merampas dan menantang. Ini disebut juga dengan hirabah.30 28 ibid 29 Abdur Rahman, Tindak Pidana Dalam Syari’at Islam, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1992, h. 65. 30 Sayyid Sabiq, op.cit., h. 382.
  • 41. 29 2. Unsur-Unsur Pencurian Dalam hukum Islam hukuman potong tangan mengenai pencurian hanya dijatuhi unsur-unsur tertentu, apabila salah satu rukun itu tidak ada, maka pencurian tersebut tidak dianggap pencurian. Unsur-unsur pencurian ada empat macam, yaitu sebagai berikut. a. Pengambilan secara diam-diam atau sembunyi-sembunyi Pengambilan secara diam-diam terjadi apabila pemilik (korban) tidak mengetahui terjadinya pengambilan barang tersebut dan ia tidak merelakanya. Contohnya, mengambil barang-barang milik orang lain dari dalam rumahnya pada malam hari ketika ia (pemilik) sedang tidur. b. Barang yang diambil berupa harta Salah satu unsur yang penting untuk dikenakannya hukuman potong tangan adalah bahwa barang yang dicuri itu harus barang yang bernilai mal (harta), ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dikenakan hukuman potong tangan, syarat-syarat tersebut adalah: 1) Barang yang dicuri harus mal mutaqawwin, yaitu barang yang dianggap bernilai menurut syara’. Menurut, Syafi’i, Maliki dan Hambali, bahwa yang dimaksud dengan benda berharga adalah benda yang dimuliakan syara’, yaitu bukan benda yang diharamkan oleh syara’ seperti khamar, babi, anjing, bangkai, dan seterusnya, karena benda-benda tersebut menurut Islam dan
  • 42. 30 kaum muslimin tidak ada harganya. Karena mencuri benda yang diharamkan oleh syara’, tidak dikenakan sanksi potong tangan. Hal ini diungkapkan oleh Abdul Qadir Awdah, “Bahwa tidak divonis potong tangan kepada pencuri anjing terdidik (helder) maupun anjing tidak terdidik, meskipun harganya mahal, karena haram menjual belinya.31 2) Barang tersebut harus barang yang bergerak. Untuk dikenakanya hukuman hadd bagi pencuri maka disyaratkan barang yang dicuri harus barang atau benda yang bergerak. Suatu benda dapat dianggap sebagai benda bergerak apabila benda tersebut bisa dipindahkan dari satu tempat ke tempat lainya. 3) Barang tersebut harus barang yang tersimpan Jumhur fuqaha berpendapat bahwa salah satu syarat untuk dikenakannya hukuman hadd bagi pencuri adalah bahwa barang yang di curi harus tersimpan di tempat simpanannya. Sedangkan Zhahiriyah dan sekelompok ahli hadis tetap memberlakukan hukuman hadd walaupun pencurian bukan dari tempat simpanannya apabila barang yang dicuri mencapai nisab yang dicuri. 4) Barang tersebut mencapai nisab pencurian. Tindak pidana pencurian baru dikenakan hukuman bagi pelakunya apabila barang yang dicuri mencapai nisab pencurian. Nisab harta curian yang dapat mengakibatkan hukuman hadd potong ialah 31 Abdul Qadir Audah, op.cit., h. 550.
  • 43. 31 seperempat dinar (kurang lebih seharga emas 1,62gram), dengan demikian harta yang tidak mencapai nisab itu dapat dipikirkan kembali, disesuaikan dengan keadaan ekonomi pada suatu dan tempat.32 Di Indoneisa harga emas sekarang per gramnya Rp 492.500,-33 kalau dikruskan harga emas sekarang berate nisab pencurian yang bisa di potong tangannya adalah = Rp 1.654.800,- . c. Harta Tersebut Milik Orang Lain Untuk terwujudnya tindak pidana pencurian yang pelakunya dapat dikenai hukuman hadd, disyaratkan barang yang dicuri itu merupakan barang orang lain. Dalam kaitannya dengan unsur ini yang terpenting adalah barang tersebut ada pemiliknya, dan pemiliknya itu bukan si pencuri melainkan orang lain. Dengan demikian, apabila barang tersebut tidak ada pemiliknya seperti benda-benda yang mubah maka pengambilannya tidak dianggap sebagai pencurian, walaupun dilakukan secara diam-diam. Demikian pula halnya orang yang mencuri tidak dikenai hukuman apabila terdapat syubhat (ketidakjelasan) dalam barang yang dicuri.34 Dalam hal ini pelakunya hanya dikenai hukuman ta’zir. Contohnya seperti pencurian yang dilakukan oleh orang tua terhadap harta anaknya. Dalam kasus semacam ini, orang tua 32 Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2004, h. 83. 33 https://emas24karat.com/ diakses pada tanggal 15 Januari 2012, pukul 10.30 WIB 34 ibid, h. 87.
  • 44. 32 dianggap memiliki bagian dalam harta anaknya, sehingga terdapat syubhat dalam hak milik. Hal ini didasarkan kepada hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Maliki bahwa Rosulullah saw. Bersabda: ِ ‫اَﻧْﺖ َ و َ ﻣ َﺎ ﻟُﻚ‬ Engkau dan hartamu milik ayahmu. 35 Demikian pula halnya orang yang mencuri tidak dikenai hukuman hadd apabila ia mencuri harta yang dimiliki bersama-sama dengan orang yang menjadi korban, karena hal itu dipandang sebagai syubhat. Pendapat ini dikemukakan oleh Imam Abu Hanifah, Imam Ahmad, dan golongan Syi’ah. Akan tetapi, menurut Imam Malik, dalam kasus pencurian harta milik bersama, pencuri tetap dikenai hukuman hadd apabila pengambilannya itu mencapai nisab pencurian yang jumlahnya lebih besar daripada hak miliknya.36 Pencurian hak milik umum menurut Imam Abu Hanifah, Imam Syafi’i, Imam Ahmad, dan golongan Syi’ah Zaidiyah, sama hukumannya dengan pencurian hak milik bersama, karena dalam ini pencuri dianggap mempunyai hak sehingga hal ini juga dianggap 35 Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, Terj. M. A. Abdurrahman dan A. Haris Abdullah,“Bidayatu’l Mujtahi”, Semarang: Asyifa, Cet. I, 1990, h. 660. 36 Ahmad Wardi Muslich, op cit., 88.
  • 45. 33 syubhat. Akan tetapi menurut Imam Malik, pencuri tetap dikenai hukuman hadd.37 d. Adanya niat yang melawan hukum (mencuri) Unsur yang keempat dari pencurian yang harus dikenai hukuman hadd adalah adanya niat yang melawan hukum. Unsur ini terpenuhi apabila pelaku pencurian mengambil suatu barang bahwa ia tahu bahwa barang tersebut bukan miliknya, dan karenanya haram untuk diambil. Dengan demikian, apabila ia mengambil barang tersebut dengan keyakinan bahwa barang tersebut adalah barang mubah maka ia tidak dikenai hukuman, karena dalam hal ini tidak ada maksud untuk melawan hukum. Demikian pula halnya pelaku pencurian tidak dikenai hukuman apabila pencurian tersebut dilakukan karena terpaksa (darurat) atau dipaksa oleh orang lain. 3. Ketentuan Hukum Tindak Pidana Pencurian dalam Hukum Pidana Islam. Apabila tindak pidana pencurian dapat dibuktikan dan melengkapi segala unsur dan syarat-syaratnya maka pencurian itu akan dijatuhi dua hukuman, yaitu: a. Pengganti kerugian (Dhaman). Menurut Imam Syafi’i dan Imam Ahmad, hukuman potong tangan dan penggantian kerugian dapat dilaksanakan bersama-sama. Alasan mereka adalah bahwa dalam perbuatan mencuri terdapat dua 37 ibid.
  • 46. 34 hak, yaitu hak Allah sedangkan penggantian kerugian dikenakan sebagai imbangan dari hak manusia.38 Menurut Imam Abu Hanifah dan murid-muridnya penggantian kerugian dapat dikenakan terhadap pencuri apabila ia tidak dikenakan hukuman potong tangan. Akan tetapi apabila hukuman potong tangan dilaksanakan maka pencuri tidak dikenai hukuman untuk pengganti kerugian. Dengan demikian menurut mereka, hukum potong tangan dan penggantian kerugian tidak dapat dilaksanakan sekaligus bersama-sama. Alasannya adalah Bahwa Al qur’an hanya menyebutkan hukuman potong tangan untuk tindak pidana pencurian, sebagaimana yang tercantum dalam surat Al- Maidah ayat 38, dan tidak menyebutkan penggantian kerugian.39 b. Hukuman potong tangan. Hukuman potong tangan merupakan hukuman pokok, sebagaimana tercantum dalam Surat Al-Maidah ayat 38: Artinya: laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari 38 Ahmad Wardi Muslich, op. cit., h. 90. 39 ibid.
  • 47. 35 Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q.S. Al-Maidah: 38)40 Aisyah menerangkan hadits Nabi, katanya: “Bahwa Nabi memotong tangan pencuri yang mencuri seharga seperempat dinar atau lebih dari padanya. “Demikian menurut Jama’ah kecuali Ibnu Majah. Menurut Ahmad, Muslim, Nisai, dan Ibnu Majah, Nabi bersabda : “Tidak dipotong tangan pencuri kecuali apabila barang curiannya seharga seperempat dinar, atau lebih dari padanya. “Demikian menurut Jama’ah kecuali Ibnu Majah Nabi bersabda: “Tidak dipotong tangan pencuri kecuali apabila barang curian itu seharga seperempat dinar lebih.41 Apabila dinar itu timbangan berat emas sama dengan = 12 dirham, 1 dirham = 1,12 gram, 1 dinar =12x1,12 gram emas = 13,44 gram emas.42 1 dinar = 13,44 gram emas, menurut hukum pidana Islam hukuman potong tangan apabila mencuri sebanyak seperempat dinar = 1 dinar (13,44) emas dibagi 4 = 3,36 emas gram, sedangkan harga emas sekarang per gramnya Rp 492.500,-43 kalau dikruskan harga emas sekarang 3,36 x Rp. 492.500,- = Rp 1.654.800,- “Rasulullah SAW sendiri seperti dikemukakan oleh Ibnu Abdulbar, pernah mengeksekusi potong tangan terhadap wanita bernama Fatimah binti al-Aswad bin Abdul ‘Asad al-Makhzumi 40 Tim Syaamil Al-Quran, op.cit., h. 174. 41 H.M.K. Bakri, Hukum Pidana Dalam Islam, Solo: Ramadani, t.t, h. 67- 68. 42 Sudarsono, Pokok-pokok Hukum Islam, Jakarta: Rineka Cipta, 1992, Cet ke-1, h. 46. 43 https://emas24karat.com/ diakses pada tanggal 15 Januari 2012, pukul 10.30 WIB
  • 48. 36 yang mencuri harta seseorang”.44 Hukuman potong tangan dikenakan terhadap pencurian dengan tehnis menurut ulama madzhab empat berbeda-beda. Cara yang pertama, memotong tangan kanan pencuri pada pergelangan tangannya. Apabila ia mencuri untuk yang kedua kalinya maka ia dikenai hukuman potong kaki kirinya. Apabila ia mencuri untuk yang ketiga kalinya maka para ulama berbeda pendapat. Menurut Iman Abu Hanifah, pencuri tersebut dikenai hukuman ta’zir dan dipenjarakan. Sedangkan menurut Imam yang lainya, yaitu menurut Imam Malik, Imam Syafi’i, dan Imam Ahmad pencuri tersebut dikenai hukuman potong tangan kirinya. Apabila ia mencuri lagi untuk yang keempat kalinya maka dipotong kaki kanannya. “Apabila masih mencuri lagi untuk yang kelima kalinya maka ia dikenai hukuman ta’zir dan dipenjara seumur hidup (sampai mati ) atau sampai ia bertobat”.45 44 Muhammad Amin Suma dkk, Pidana Islam di Indonesia Peluang, Prospek dan Tantangan, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001, h. 124. 45 Ahmad Wardi Muslich, op cit., h. 91.
  • 49. BAB III PUTUSAN PN SEMARANG NO.465/PID.B/2010/PN.SMG TENTANG PENCURIAN KOTAK AMAL MASJID A Profil Pengadilan Negeri Semarang 1. Sejarah Berdirinya Pengadilan Negeri Semarang Sebelum perang dunia II, di Semarang terdapat Raad va justitie yang artinya sama dengan Pengadilan Tinggi sekarang, di mana gedungnya pada saat itu ada di Tugu Muda sekarang, yang ditempati oleh Kodam, disamping itu terdapat pula Langerecht dan Landgeraad.1 Landgerecht mengadili perkara-perkara novies, yaitu pelanggaran lalu lintas, pelanggaran Peraturan Daerah (Perda), sedangkan landgeraad mengadili perkara-perkara berat. Setelah perang selesai Landgerecht dan Landgeraad kemudian menjadi menjadi Pengadilan Negeri yang berkedudukan di jalan Raden Patah Semarang. Untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada masyarakat pencari keadilan, dirasakan bahwa gedung Pengadilan Negeri Semarang yang terletak di Jalan Raden Patah Semarang sudah tidak memenuhi syarat lagi, maka sejak bulan Desember 1977 Pengadilan Negeri Semarang telah menempati gedung yang baru yang terletak di jalan Siliwangi No.512 (Krapyak) Semarang yang berdiri diatas tanah seluas 4.000 m2, dan 1 Dokumentasi Situasi Daerah Hukum Pengadilan Tinggi dan Pengadilan Negeri Jawa Tengah (Situasi Daerah Hukum Pengadilan Negeri Semarang), Jakarta: Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia R.I Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum dan Peradilan Tata Usaha Negara, 2001, h. 48-49. 37
  • 50. 38 dengan luas wilayah Hukum kurang lebih 371,52 km2 yang terdiri dari 16 (enam belas) kecamatan, yaitu kecamatan : Gajah Mungkur, Mijen, Candisari, Tugu, Gunungpati, Ngalian, Banyumanik, Tembalang, Gayamsari, Semarang Utara, Semarang Barat, Pedurungan, Genuk, Semarang Selatan, Semarang Tengah, dan Kecamatan Semarang Timur. 2. Tugas dan Wewenang Pengadilan Negeri Semarang Pada prinsipnya Pengadilan Negeri adalah pengadilan yang menerima, memeriksa, mengadili, dan menyelesaikan perkara perdata dan perkara pidana bagi warga negara yang mencari keadilan dan haknya dirampas kecuali undang-undang menentukan lain (UU No. 4 tahun 2004), kemudian wewenang dari pengadilan Negeri sendiri adalah meliputi perkara pidana maupun perdata. Hal ini menambah tugas yang baru diemban oleh pengadilan Negeri sebagai institusi pemerintahan. Pengadilan Negeri diperuntukan bagi semua pemeluk agama yang ada di Indonesia. Karena masalahnya begitu kompleks, maka dalam peraturannya terdapat bermacam-macam kitab undang-undang seperti kitab undang-undang hukum acara pidana dan kitab undang-undang hukum acara perdata, dan lain-lain. Yang menjadi landasan hukum keberadaan pengadilan Negeri ini tercantum dalam Undang–Undang No. 8 tahun 2004, yaitu: a. Pasal 2 Undang-Undang No. 8 tahun 2004, “Pengadilan umum adalah dalam data pelaksanaan kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan pada umumnya”.
  • 51. 39 b. Pasal 3 ayat 1 Undang-Undang No. 8 tahun 2004, “Kekuasaan di lingkungan atau pelaksanaan kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan dengan pengadilan tinggi”. c. Kekuasaan kehakiman di lingkungan pengadilan umum berpuncak pada Mahkamah Agung sebagai pengadilan Negara tertinggi. Kaitannya dengan tugas dan wewenang pengadilan negeri maka tidak terlepas dari proses beracara dalam suatu persidangan, dimana dalam hukum acara pidana dijelaskan mengenai aturan-aturan yang memberikan petunjuk apa yang harus dilakukan oleh penegak hukum dan orang-orang yang terlibat di dalamnya (tersangka, terdakwa, penasehat hukum, dan saksi). B Kronologis Kasus Dalam Putusan Nomor : 465/Pid.B/2010/Pn.Smg Tentang Pencurian Kotak Amal Masjid Kejadian ini terjadi pada hari Sabtu tanggal 01 Mei 2010 sekitar pukul 02.30 Wib atau setidak-tidaknya pada waktu lain di bulan Mei 2010 bertempat di Masjid Miftahul Huda Kampung Sumurbong Kel. Rejomulyo Kec. Semarang Timur, Kota Semarang. Bahwa pada waktu dan tempat sebagaimana tersebut di atas awalnya terdakwa berangkat dari rumah dengan tujuan mengambil uang dari kotak amal yang berada di dalam Masjid Miftahul Huda yang terletak tidak jauh dari pasar Kobong tepatnya di kampung Sumurbong kelurahan Rejomulyo kecamatan Semarang Timur, Kota Semarang, kemudian terdakwa yang melihat keadaan sekitar masjid sepi langsung masuk dan mendekati kotak
  • 52. 40 amal. Setelah itu dengan menggunakan tatah kayu yang terbuat dari besi yang telah dipersiapkan sebelumnya, terdakwa mencongkel kotak amal. Setelah berhasil mencongkel kotak amal terdakwa mengambil uang yang ada di dalamnya sebesar Rp. 161.000,- (seratus enam puluh satu ribu rupiah), yang terdiri dari 2 (dua) lembar pecahan Rp 20.000,- (dua puluh ribu rupiah), 3 (tiga) lembar pecahan Rp. 10.000,- (sepuluh ribu rupiah), 8 (delapan) lembar pecahan Rp. 5000,- (lima ribu rupiah), 8 (delapan) lembar pecahan Rp. 2000,- (dua ribu rupiah), dan 3 (tiga) lembar pecahan Rp. 1.000,- (seribu rupiah), tidak lama setelah terdakwa berhasil mengambil uang dari dalam kotak amal datang warga sekitar yang kemudian mengamankan terdakwa berikut barang bukti.2 C Dasar Pertimbangan Hakim terhadap Putusan Nomor: 465/Pid.B/2010/Pn.Smg Tentang Pencurian Kotak Amal Masjid Dalam hal memberikan keputusan Pengadilan Negeri Hakim menggunakan beberapa dasar hukum sebagai bahan pertimbangan bagi perkara-perkara yang telah diajukan, baik yang berupa ketentuan-ketentuan tertulis yaitu Undang-Undang maupun dasar hukum lain yang dapat menjadi pertimbangan bagi terdakwa. Adapun yang menjadi dasar dan pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Semarang yang telah memutuskan dan menetapkan perkara nomor: 465/Pid.B/2010/Pn.Smg Tentang Pencurian Kotak Amal Masjid. 2 Arsip Putusan Pengadilan Negeri Semarang nomor : 465/Pid.B/2010/Pn.Smg.
  • 53. 41 Bahwa ia terdakwa Salim bin Asropi pada hari sabtu tanggal 01 Mei 2010 sekitar pukul 02.30 Wib atau setidak-tidaknya pada waktu lain dibulan Mei 2010 bertempat di Masjid Miftahul Huda Kampung sumurbong Kel. Rejomulyo Kec. Semarang Timur, Kota Semarang atau setidak-tidaknya disuatu tempat yang masih termasuk daerah hukum Pengadilan Negeri Semarang telah mengambil barang sesuatu berupa yaitu berupa uang tunai sebesar Rp. 161.000,- (seratus enam puluh satu ribu rupiah), yang terdiri dari 2 (dua) lembar pecahan RP. 20.000,- (dua puluh ribu rupiah), 3 (tiga) lembar pecahan Rp. 10.000,- (sepuluh ribu rupiah), 8 (delapan) lembar pecahan Rp. 5000,- (lima ribu rupiah), 8 (delapan) lembar pecahan Rp. 2000,- (dua ribu rupiah), dan 3 (tiga) lembar pecahan Rp. 1.000,- (seribu rupiah), yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk memiliki secara melawan hukum yang untuk masuk ketempat melakukan kejahatan, atau untuk sampai pada barang yang diambilnya dilakukan dengan cara merusak, memotong, memanjat atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu, atau pakai jabatan palsu. Adanya barang bukti berupa uang sebesar Rp 161.000,-, satu buah tatah yang terbuat dari besi dengan panjang sekitar 20cm tidak bergagang dan satu buah kaos hitam merek Darbost, Selain itu telah didengar pula keterangan saksi menjadi bukti dari saksi-saksi yang telah disumpah menurut agamanya, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. ROHANI Bin NGARDI, dibawah sumpah persidangan menerangkan yang pada pokoknya sebagai berikut:
  • 54. 42 Bahwa, kejadianya pada hari sabtu tanggal 01 Mei 2010 sekira jam 02.30 Wib ditempat di Masjid Miftahul Huda kampong sumurbong Kel.Rejomulyo Kec. Semarang timur, Kota Semarang. Bahwa, awalnya saksi mengetahui kotak amal dalam keadaan digembok dan diletakkan dalam masjid Miftahul Huda. Bahwa, pada waktu itu saksi sedang berada dirumah dibangunkan oleh saksi ROHANI dan diberitahu oleh saksi setelah itu saksi menuju ke Masjid Miftahul Huda sesampainya di Masjid saksi bertemu dengan tersangka selanjutnya menggeladah tersangka dan saksi menemukan uang tunai di saku celana sejumlah Rp. 161.000,- (seratus enam puluh satu ribu rupiah), yang terdiri dari 2 (dua) lembar pecahan Rp. 20.000,- (dua puluh ribu rupiah), 3 (tiga) lembar pecahan Rp. 10.000,- (sepuluh ribu rupiah), 8 (delapan) lembar pecahan Rp. 5000,- (lima ribu rupiah), 8 (delapan) lembar pecahan Rp. 2000,- (dua ribu rupiah), dan 3 (tiga) lembar pecahan Rp. 1.000,- (seribu rupiah). Bahwa, kemudian saksi membangunkan saksi ABDUL GAFAR, selanjutnya tersangka berhasil ditangkap dan diamankan. 2. AMAT KOSIM Bin SOEMOSUWITO, dibawah sumpah persidangan menerangkan yang pada pokoknya sebagai berikut : Bahwa, kejadianya pada hari sabtu tanggal 01 Mei 2010 sekira jam 02.30 Wib bertempat dimasjid Miftahul huda kampong Sumurbong kel. Rejomulyo Kec. Semarang timur, Kota Semarang. Bahwa, awalnya saksi mengetahui kotak amal dalam keadaan digembok dan diletakkan didalam Masjid Miftahul Huda. Bahwa, pada waktu itu saksi sedang berada di rumah dibangunkan oleh Saksi ROHANI dan diberitahu oleh saksi setelah itu saksi menuju ke masjid Miftahul huda sesampainya dimasjid saksi bertemu dengan tersangka selanjutnya menggeledah tersangka dan saksi menemukan uang tunai disaku celana sejumlah Rp. 161.000,- (seratus enam puluh satu ribu rupiah), yang terdiri dari 2 (dua) lembar pecahan Rp. 20.000,- (dua puluh ribu rupiah), 3 (tiga) lembar pecahan Rp. 10.000,- (sepuluh ribu rupiah), 8 (delapan) lembar pecahan Rp. 5000,- (lima ribu rupiah), 8 (delapan) lembar pecahan Rp. 2000,- (dua ribu rupiah), dan 3 (tiga) lembar pecahan Rp. 1.000,- (seribu rupiah). Bahwa, saksi tidak mengetahui bagaimana cara tersangka mengambil uang masjid dan saksi tahu tersangka mengambil uang dengan cara merusak kotak amal yang ada didalam masjid, karena kotak amal ditepati sudah dalam keadaan rusak. Bahwa, selanjutnya tersangka berhasil sitangkap dan diamalkan oleh petugas. Atas keterangan saksi tersebut para terdakwa membenarkanya. 3. ABDUL GAFAR Bin H. MUHNI, Dalam BAP di kepolisian pokoknya menerangkan sebagai berikut : Bahwa, kejadianya pada hari sabtu tanggal 01 Mei 2010 sekira jam 02.30 Wib ditempat di Masjid Miftahul Huda kampong sumurbong Kel.Rejomulyo Kec. Semarang timur, Kota Semarang.
  • 55. 43 Bahwa, saksi tidak mengetahui bagaimana tersangka mengambil uang kas masjid dan yang saksi tahu tersangka mengambil uang dengan cara merusak kotak amal yang ada didalam Masjid Bahwa, pada waktu itu saksi sedang berada dirumah dibangunkan oleh Saksi ROHANI dan diberitahu oleh Saksi ROHANI selanjutnya saksi menuju ke masjid Miftahul Huda. Bahwa, saksi melihat disekitar kotak amal banyak uang tercecer. Bahwa, saat tersangka ditangkap juga ditemukan uang tunai sejumlah Rp. 161.000,- (seratus enam puluh satu ribu rupiah) terdiri dari pecahan Rp 20.000,-, Rp 10.000,- Rp 5.000,- Rp 1.000,- Bahwa, tersangka ditangkap oleh warga masyarakat dan tidak lama kemudian petugas datang mengamankan tersangka berikut barang bukti ke Polsek Sidodadi. Atas keterangan saksi tersebut para terdakwa membenarkanya.3 Dari keseluruhan pemeriksaan yang terjadi dalam persidangan dijelaskan antara barang bukti, keterangan saksi serta pengakuan terdakwa sendiri satu sama lain saling berkaitan dan berhubungan. Majelis Hakim memperoleh fakta-fakta dan keadaan-keadaan yang akan disimpulkan dan dituangkan bersama-sama dengan pertimbangan pembuktian setiap unsur- unsur perbuatan pidana yang didakwakan kepada terdakwa tersebut: Dakwaan yang diajukan kepada terdakwa adalah dakwaan tunggal, maka Majelis Hakim akan membuktikan dakwaan pasal 363 ayat (1) ke-5 KUHP yang unsur-unsurnya sebagai berikut: 1. Unsur mengambil barang sesuatu 2. Unsur seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain 3. Unsur dengan maksud untuk dimiliki dengan melawan hukum 4. Unsur untuk masuk ketempat melakukan kegiatan kejahatan itu untuk sampai pada barang yang diambil, dilakukan dengan merusak, memotong atau memanjat atau dengan jalan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu. 3 ibid.
  • 56. 44 Sebelum pengadilan menjatuhkan putusan yang setimpal dengan perbuatan terdakwa tersebut, maka perlu pula terlebih dahulu dipertimbangkan hal-hal yang meringankan maupun yang memberatkan terdakwa. Hal-hal yang meringankan terdakwa diantaranya, terdakwa mengakui terus terang perbuatanya dan menyesali perbuatanya, terdakwa bersikap sopan dipersidangan, dan terdakwa belum pernah dihukum. Sedangkan hal-hal yang memberatkan, perbuatan terdakwa merugikan orang lain dan perbuatan terdakwa meresahkan masyarakat. Dalam hal ini majelis hakim mendengar pula tuntutan jaksa penuntut umum, yang pada pokoknya menuntut agar pengadilan negeri Semarang memutuskan perkara terhadap terdakwa sebagai berikut: 1. Menyatakan Terdakwa SALIM Bin ASROPI terbukti secara sah dan menyakinkan bersalah melakukan tindak pidana pencurian dengan pemberatan sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 363 ayat (1) Ke-4 dan 5 KUHP dalam surat dakwaan. 2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa SALIM Bin ASROPI berupa pidana penjara selama 8 (delapan) bulan dengan dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan sementara, dengan perintah terdakwa tetap ditahan ; 3. Menyatakan barang bukti berupa: Satu buah tatah yang terbuat dari besi dengan panjang sekitar 20cm tidak bergagang, dirampas untuk dimusnahkan Uang tunai sebesar Rp. 161.000,- (seratus enam puluh satu ribu rupiah), yang terdiri dari dua RP. 20.000,- (dua puluh ribu rupiah), tiga Rp. 10.000,- (sepuluh ribu rupiah), delapan Rp. 5000,- (lima ribu rupiah), delapan Rp. 2000,- (dua ribu rupiah), dan tiga Rp. 1.000,- (seribu rupiah), dikembalikan kepada yang berhak: Masjid Miftahul Huda Kampung Sumurbong Kel. Rejomulyo Kec. Semarang Timur, Kota Semarang 4. Menetapkan agar tedakwa dibebani membayar biaya perkara ebesar Rp. 1.000,- (seribu rupiah)
  • 57. 45 D Putusan Nomor : 465/Pid.B/2010/Pn.Smg Tentang Pencurian Kotak Amal Masjid MENGADILI 1. Menyatakan Terdakwa : SALIM Bin ASROPI terbukti secara syah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Pencurian dalam keadaan memberatkan”: 2. Menjatuhkan pidana kepada terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara selama: 6 (enam) bulan: 3. Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani oleh terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan: 4. Memerintahkan terdakwa tetap berada dalam tahanan: 5. Menetapkan barang bukti berupa: Satu buah tatah yang terbuat dari besi dengan panjang sekitar 20 cm tidak begagang, dirampas untuk dimusnahkan ; Uang tunai sebesar Rp. 161.000,- (seratus enam puluh satu ribu rupiah), yang terdiri dari 2 (dua) lembar pecahan RP. 20.000,- (dua puluh ribu rupiah), 3 (tiga) lembar pecahan Rp. 10.000,- (sepuluh ribu rupiah), 8 (delapan) lembar pecahan Rp. 5000,- (lima ribu rupiah), 8 (delapan) lembar pecahan Rp. 2000,- (dua ribu rupiah), dan 3 (tiga) lembar pecahan Rp. 1.000,- (seribu rupiah), dikembalikan kepada yang berhak : Masjid Miftahul Huda
  • 58. 46 kampung sumurbong Kel. Rejomulyo Kec. Semarang timur, Kota Semarang. 6. Membebani terdakwa untuk membayar ongkos perkara sebesar Rp 1.000,- (seribu rupiah)4 4 ibid.
  • 59. BAB IV ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SEMARANG NO.465/PID.B/2010/PN.Smg TENTANG PENCURIAN KOTAK AMAL MASJID A. Analisis Dasar Pertimbangan Hakim Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Semarang No.465/Pid.B/2010/PN.Smg Tentang Pencurian Kotak Amal Masjid Tindak pidana pencurian kotak amal yang di lakukan oleh Salim Bin Asropi pada hari Sabtu tanggal 01 Mei 2010 sekitar jam 02.30 WIB, bertempat di Masjid Miftahul Huda Kampung Sumurbong Kel.Rejomulyo Kec. Semarang Timur, Kota Semarang itu sudah di diperdatakan dan terdakwa dijatuhi hukuman penjara selama 6 (enam) bulan. Kasus ini sangat menarik untuk di kaji lebih jauh, seperti yang penulis sampaikan pada latar belakang masalah, mengingat pertimbangan hukum terhadap Putusan Pengadilan Negeri Semarang No.465/Pid.B/2010/PN.Smg tentang Pencurian Kotak Amal Masjid. Kasus ini termasuk kategori pencurian dalam keadaan memberatkan. Salim Bin Asropi telah mengambil uang tunai sebesar Rp 161.000,- yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain dengan maksud ingin memilikinya dengan melawan hukum yang dipersiapkan dengan membawa alat tatah kayu yang terbuat dari besi untuk mencongkel kotak amal untuk mempermudah pencurian. 47
  • 60. 48 Pencurian ini melanggar pasal 363 ayat (1) ke-4 dan ke-5 KUHP, dan di ancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun. Akan tetapi dalam putusan Pengadilan Semarang No.465/Pid.B/2010/PN.Smg memutuskan perkara tersebut hanya dijatuhi hukuman penjara selama enam bulan dan dikenakan biaya perkara sebesar seribu rupiah.1 Kenapa bisa demikian?. Menurut penulis semua jenis tindak pidana pencurian adalah perbuatan yang bertentangan dengan hukum, atau dengan kata lain tindak kriminal. Hal yang melatar belakangi tindak pidana pencurian sangatlah beragam, misalnya, karena adanya niat dan kesempatan, dan juga karena kondisi yang melingkupi, baik intenal maupun eksternal dari si pelaku. Namun lepas dari permasalahan itu, pencuri adalah pencuri, apapun alasan atau motif pencuri harus di kenakan hukuman karena telah merugikan orang lain sesuai berat ringan kasus seseorang dan bagaimana hakim memutuskan. Alasan putusan yang diambil Hakim Pengadilan Negeri Semarang terhadap kasus pencurian kotak amal yang di lakukan oleh Salim Bin Asropi merupakan putusan pemidanaan dimana putusan Pengadilan yang dijatuhkan kepada terdakwa karena dari hasil pemeriksaan sidang kesalahan terdakwa atas perbuatan yang didakwakan kepadanya.2 Sedangkan tujuan pemidanaan adalah untuk memperbaiki kerusakan individual dan sosial yang diakibatkan oleh tindak pidana. Hal ini terdiri atas seperangkat tujuan pemidanaan yang harus dipenuhi. “Menurut Petrus Irawan Panjaitan dan Pandapotan Simorangkir, perangkat tujuan pemidanaan yang dimaksud terdiri atas: 1 Kutipan Putusan No.465/Pid.B/2010/PN.Smg. 2 Bambang Waluyo, Pidana dan Pemidanaan, Jakarta: Sinar Grafika, 2004, h. 86.
  • 61. 49 pencegahan (umum dan khusus), perlindungan masyarakat, memelihara solidaritas masyarakat, dan perimbangan/pengimbalan”.3 Pengadilan Negeri Semarang telah menjatuhkan putusan pemidanaan kepada terdakwa. Hal ini berarti Pengadilan Negeri Semarang menilai bahwa terdakwa terbukti bersalah atas perbuatan yang didakwakan kepadanya. Terdakwa Salim bin Asropi berdasarkan barang bukti serta keterangan dari saksi-saksi, bahwa terdakwa telah melakukan tindak pidana pencurian dalam keadaan yang memberatkan, karena pencurian ini melanggar pasal 363 ayat (1) ke-4 dan ke-5 KUHP, dan di ancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun. Menurut penulis, terkait apa yang di lakukan oleh hakim Pengadilan Negeri Semarang itu sesuai dengan apa yang ada dalam arsip putusan No.465/Pid.B/2010/PN.Smg. ini berarti adanya upaya dari para pemutus hukuman untuk menimbang lebih jauh terkait dengan hukuman untuk terdakwa Salim bin Asropi. Kemudian para hakim juga menyidangkan kasus tersebut dengan memperhatikan beberapa syarat, seperti apa yang di sampaikan Adami Chazawi bahwa untuk adanya suatu pertanggungjawaban pidana harus memenuhi unsur-unsur sebagai berikut: 1. Harus ada tingkah laku yang dapat dipidana. 2. Perbuatan yang dapat dipidana itu harus bertentangan dengan hukum. 3. Harus ada kesalahan dari pelaku. 4. Akibat konstitutif. 3 Petrus Irawan Panjaitan, dan Pandapotan Simorangkir, Lembaga Pemasyarakatan dalam Perspektif Sistem Peradilan Pidana, Jakarta: Pustaka Sinar harapan, 1995, h. 12.