Weitere ähnliche Inhalte
Ähnlich wie Potensi kecelakaan by Rere (20)
Kürzlich hochgeladen (19)
Potensi kecelakaan by Rere
- 1. ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA
PADA PEKERJA BANGUNAN PERUSAHAAN X
TESIS
Oleh
SAHRIAL ANGKAT
067010019/AKK
S
E
K O L A
H
PA
S
C
A S A R JA
N
A
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 2. ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA
PADA PEKERJA BANGUNAN PERUSAHAAN X
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes)
dalam Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Kekhususan Kesehatan
Kerja pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
SAHRIAL ANGKAT
067010019/AKK
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 3. Judul Tesis : ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN
KERJA PADA PEKERJA BANGUNAN
PERUSAHAAN X
Nama Mahasiswa : Sahrial Angkat
Nomor Pokok : 067010019
Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat
Konsentrasi : Kekhususan Kesehatan Kerja
Menyetujui
Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE) (dr. Halinda, MKKK)
Ketua Anggota
Ketua Program Studi Direktur
(Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B. M.Sc)
Tanggal lulus: 12 Nopember 2008
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 4. Telah diuji pada
Tanggal 12 Nopember 2008
PANITIA PENGUJI TESIS :
Ketua : Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE
Anggota : 1. dr. Halinda, MKKK
2. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM
3. Ir. Nazlina, MT
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 5. PERNYATAAN
ANALISIS UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA
PADA PEKERJA BANGUNAN PERUSAHAAN X
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan
tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, 28 Nopember 2008
(Sahrial Angkat)
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 6. ABSTRAK
Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja pada Pekerja Bangunan
Perusahaan X mencoba menjawab permasalahan upaya-upaya apakah yang telah
dilakukan untuk mencegah kecelakaan kerja pada pekerja bangunan di Kota Medan,
bagaimana pengaruh pelatihan K3 terhadap kecelakaan kerja, bagaimana pengaruh
rekruitment terhadap kecelakaan kerja, bagaimana pengaruh status pekerja terhadap
kecelakaan kerja, bagaimana pengaruh penggunaan alat pelindung diri terhadap
kecelakaan kerja.
Populasi penelitian adalah: pekerja bangunan yang bekerja di perusahaan X
sebanyak 100 orang. Penganalisaan permasalahan dianalisis dengan Chi Kuadrat 2 x 2.
Hasil penelitian: Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja pada Pekerja
Bangunan Perusahaan X adalah telah banyak dilakukan oleh pengusaha, kontraktor,
serta pekerja, seperti dilakukannya penyuluhan keselamatan dan kesehatan kerja,
dilengkapinya rambu-rambu kecelakaan kerja, perlengkapan pemadam kebakaran,
pemakaian alat pelindung diri, disediakannya peralatan pertolongan pertama pada
kecelakaan, serta ruangan istirahat pada pekerja yang mengalami kecekalaan dalam
bekerja. Pelatihan K3 yang dilaksanakan perusahaan berpengaruh terhadap kecilnya
angka kecelakaan kerja, status pekerja berpengaruh terhadap kecelakaan kerja,
rekruitmen pekerja berpengaruh terhadap kecelakaan kerja, penggunaan alat
pelindung diri berpengaruh terhadap kecelakaan kerja.
Untuk itu perlu disarankan adalah agar para pekerja yang akan bekerja sebagai
pekerja bangunan hendaknya ditempatkan pada lokasi bekerja berdasarkan
pengalaman masing-masing, demikian halnya status pekerja dalam bekerja
hendaknya menjadi lebih baik, dengan cara menghilangkan status pekerja sebagai
pekerja harian lepas maupun sebagai pekerja mingguan, pekerja-pekerja yang
dipekerjakan hendaknya seluruhnya mengikuti pelatihan K3 baik yang dilakukan
perusahaan maupun oleh pihak lain agar kecelakaan yang menimpa pekerja dapat
diturunkan, pekerja yang bekerja di perusahaan konstruksi hendaknya berstatus
pekerja tetap sehingga pekerja merasa lebih tenang dalam bekerja, rekruitmen pekerja
hendaknya didasarkan pada pengalaman calon pekerja, penggunaan alat pelindung
diri hendaknya menjadi suatu kewajiban bagi pekerja baik pekerja yang paling rendah
hingga pada pekerja ahli, sehingga seluruh pekerja dapat terhindar dari akibat fatal
kecelakaan bekerja.
Kata kunci: Sentra Agribisnis Komoditi Jagung dan Pengembangan Wilayah.
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 7. ABSTRACT
Analysis of Occupational Accident Avoidance of Construction Artisans of the
Company X tries to respond to the problem of dealing with whatwill be done to avoid
occupational accident of the construction artisans in Medan, what the effect of K3
training on occupational accident, what the effect of recruitment on occupational
accident, what the effect of artisan status on occupational accident, and what the
effect of using a self-protecting aid on occupational accident.
The population of the study included those artisans who worked for the
company X of 100 persons. The analysis used chi square 2 x 2.
The result of the study; the Analysis of Occupational Accident Avoidance of
Construction Artisans of the Company X has been used widely by contractors,
businessmen, and workers such as extention of occupational security and health
equipped with occupational accident signs, the fire extincting tools, using self-
protecting aid, and equipment of first-aid on accident, and resting room for those
workers who suffered with accident in working, training on K3 implemented by the
company that has an effect on the relatively lower rate of accident, the worker status
has effect on occupational accident, recruitment of the workers has effect on
occupational accident, and use of self-protecting tool has effect on the occupational
accident.
For the reason, it is suggested the the workers who will do their work as
artisans of construction may be allocated based on their individual experience.
Similarly, their status should be better in working by eliminating the status as daily
workers or weekly workers. Those workers have to attend the training on K3 either
internally or externally by thecompany that any possible occupational accident may
be reduced. The workers who worked for any construction company should have
permanent status so that they work more comfortly. Use of self-protecting tool should
be an obligation or mandatory for those ranging the lower level until higher level or
experts that all the workers can be avoided from fatal occupational accident.
Keywords: Central Agribusiness of Corn Commodity and Regional Development.
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 8. KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas keyakinan, kesehatan
dan kesempatan yang telah diberikan-Nya sehingga tesis ini dapat diselesaikan, dalam
rangka menempuh salah satu syarat guna memperoleh gelar Magister Kesehatan pada
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Kekhususan Kesehatan Kerja Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Selesainya penulisan tesis ini tidak terlepas dari dukungan dan bimbingan
berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A(K), Rektor Universitas
Sumatera Utara Medan, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk mengikuti pendidikan di Sekolah Pascasarjana USU Medan.
2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa. B. MSc, sebagai Direktur Sekolah Pascasarjana
USU Medan dan Bapak Wakil Direktur SPs USU yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan Program Studi Ilmu
Kesehatan Masyarakat Kekhususan Kesehatan Kerja Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi MKM. Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan
Masyarakat Kekhususan Kesehatan Kerja Sekolah Pascasarjana USU Medan.
4. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE dan Ibu dr. Halinda, MKKK
yang bersedia menjadi ketua dan anggota komisi pembimbing serta telah
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 9. memberikan masukan dan arahan sangat banyak dan bermanfaat bagi penulis
sehingga penelitian tesis ini dapat diselesaikan
5. Buat orang tuaku, Ahmad Angkat dan Bertina br Sitanggang yang memberikan
dorongan dan bantuan baik dalam bentuk moral dan material selama penulis
mengikuti pendidikan.
6. Kawan-kawan Mahasiswa Ilmu Kesehatan Masyarakat Sekolah Pascasarjana
USU angkatan 2006 yang memberikan bantuan dan dorongan kepada penulis.
7. Pegawai Administrasi Sekolah Pascasarjana USU Medan yang telah
memperlancar administrasi selama penulis menempuh pendidikan.
Dengan segala kerendahan hati, tulisan ini masih banyak kekurangan, namun
penulis berharap dapat memberikan manfaat sebagai bahan referensi, pengambilan
kebijakan dalam perencanaan kesehatan masyarakat serta untuk keperluan
pengembangan ilmu pengetahuan.
Medan, Desember 2008
Sahrial Angkat
Penulis
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 10. RIWAYAT HIDUP
Syahrial Angkat, lahir di Bantun Kerbo, 25 Agustus 1979, anak ke 6 (enam)
dari Bapak Ahmad Angkat dan Ibunda Bertina br Sitanggang.
Riwayat pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri Sidikalang tamat tahun
1993, Tsanawiyah Swasta Pematang Siantar tamat tahun 1996, MAN Sidikalang
tamat tahun 1999, Universitas Sumatera Utara Medan tamat tahun 2005. Tahun 2006
penulis mengikuti pendidikan Sekolah Pascasarjana USU Medan Program Studi Ilmu
Kesehatan Masyarakat Kekhususan Kesehatan Kerja.
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 11. DAFTAR ISI
ABSTRAK ..................................................................................................... i
ABSTRACT..................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP.......................................................................................... v
DAFTAR ISI.................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL............................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... x
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................ 1
1.2. Permasalahan ................................................................. 6
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................... 7
1.4. Manfaat Penelitian ......................................................... 8
1.5. Kerangka Konsep Penelitian .......................................... 8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 10
2.1. Kecelakaan dan Kesehatan Kerja (K3) ........................... 10
2.2. Penyebab Kecelakaan...................................................... 17
2.3. Perusahaan Konstruksi ................................................... 19
2.4. Pekerja Bangunan .......................................................... 22
2.5. Aspek Sosial Ekonomi ................................................... 26
2.6. Aspek Sosial Budaya ...................................................... 31
2.7. Rekruitmen ..................................................................... 33
2.8. Status Pekerja ................................................................. 33
2.9. Pelatihan.......................................................................... 34
2.10. Alat Pelindung Diri ......................................................... 35
2.11. Pengawasan .................................................................... 36
BAB 3 METODE PENELITIAN ........................................................... 39
3.1. Jenis Penelitian .................................................................... 39
3.2. Tempat dan Waktu .............................................................. 39
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ........................................... 40
3.4. Variabel Penelitian .............................................................. 40
3.5. Aspek Pengukuran .............................................................. 40
3.6 Definisi Operasional ............................................................ 41
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 12. 3.7. Pelaksanaan Penelitian ........................................................ 41
3.8. Analisa Data ........................................................................ 43
BAB 4 HASIL PENELITIAN................................................................. 45
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .............................. 45
4.2. Gambaran Umum Responden ........................................ 47
4.3. Pelatihan ......................................................................... 51
4.4. Rekruitmen ..................................................................... 52
4.5. Status Pekerja ................................................................. 53
4.6. Penggunaan Alat Pelindung Diri..................................... 54
4.7. Kecelakaan Kerja ........................................................... 56
4.8. Pengaruh Pelatihan K3, Status Pekerja, Rekruitmen,
Alat Pelindung Diri terhadap Pencegahan Kecelakaan
Kerja................................................................................ 58
BAB 5 PEMBAHASAN ........................................................................ 61
5.1. Responden ...................................................................... 61
5.2. Rekruitmen...................................................................... 64
5.3. Pelatihan ......................................................................... 66
5.4. Status Pekerja ................................................................. 67
5.5. Jam Kerja ....................................................................... 69
5.6. Pengawasan..................................................................... 70
5.7. Prosedur Kerja ................................................................ 71
5.8. Pencegahan Kecelakaan.................................................. 72
5.9. Penggunaan Alat Pelindung Diri .................................... 73
5.10. Rambu-rambu Keselamatan Kerja ................................. 77
5.11. Peralatan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan .......... 79
5.12 Pengaruh Kecelakaan Kerja dengan Pelatihan, Status
Pekerja, Rekruitmen, dan Penggunaan Alat Pelindung
Diri .................................................................................. 80
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 84
6.1 Kesimpulan ..................................................................... 84
6.2 Saran ................................................................................ 85
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 86
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 13. DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
3.1. Penentuan Harga a, b , c --------------------------------------------------44
4.1. Luas Wilayah Kota Medan Menurut Kecamatan -----------------------46
4.2. Komposisi Responden Berdasarkan Umur ------------------------------47
4.3. Komposisi Responden Berdasarkan Pendidikan------------------------48
4.4. Komposisi Responden Berdasarkan Lama Bekerja --------------------49
4.5. Komposisi Responden Berdasarkan Lama Bermukim -----------------50
4.6. Pekerja yang Pernah Mengikuti Pelatihan ------------------------------51
4.7. Rekruitmen Pekerja--------------------------------------------------------52
4.8. Status Pekerja Bangunan--------------------------------------------------53
4.9. Penggunaan Alat Pelindung Diri -----------------------------------------54
4.10. Alasan Keengganan Memakai Alat Pelindung Diri --------------------55
4.11. Jumlah Pekerja yang Pernah Mengalami Kecelakaan------------------56
4.12. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja -----------------------------------57
4.13 Pengaruh Pengarahan terhadap Kecelakaan Kerja ---------------------58
4.14. Pengaruh Status Pekerja terhadap Kecelakaan Kerja ------------------59
4.15 Pengaruh Rekuitmen terhadap Kecelakaan Kerja ---------------------59
4.16. Pengaruh Pemakaian APD terhadap Kecelakaan Kerja----------------60
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 14. DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
1.1. Kerangka Konsep Penelitian----------------------------------------------- 9
4.1. Komposisi Responden Berdasarkan Umur ------------------------------47
4.2. Komposisi Responden Berdasarkan Pendidikan------------------------48
4.3. Komposisi Responden Berdasarkan Lama Bekerja --------------------49
4.4. Komposisi Responden Berdasarkan Lama Bermukim -----------------50
4.5. Pekerja yang Pernah Mengikuti Pelatihan ------------------------------51
4.6. Rekruitmen Pekerja--------------------------------------------------------52
4.7. Status Pekerja Bangunan--------------------------------------------------53
4.8. Penggunaan Alat Pelindung Diri -----------------------------------------54
4.9. Alasan Keengganan Memakai Alat Pelindung Diri --------------------55
4.10. Jumlah Pekerja yang Pernah Mengalami Kecelakaan------------------56
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 15. DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Hasil Perhitungan Statistik Pengaruh Pelatihan K3 terhadap
Kecelakaan -----------------------------------------------------------------88
2. Hasil Perhitungan Statistik Pengaruh Status Pekerja
terhadap Kecelakaan-------------------------------------------------------89
3. Hasil Perhitungan Statistik Pengaruh Rekruitmen terhadap
Kecelakaan------------------------------------------------------------------90
4. Hasil Perhitungan Statistik Pengaruh Pemakaian Alat Pelindung
Diri terhadap Kecelakaan -------------------------------------------------91
5. Kuesioner -------------------------------------------------------------------92
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 16. BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan industrialisasi yang sedang dilakukan khususnya peralihan
pertanian ke industri hilir mengakibatkan meningkatnya pembangunan infrastruktur
seperti pengembangan daya dukung jalan, industri konstruksi perkantoran,
permukiman, perdagangan, pergudangan serta konstruksi pabrik. Pembangunan
infrastruktur khususnya bangunan bertingkat pada hakekatnya merupakan unsur
penting dalam usaha pengembangan pembangunan nasional. Dalam rangka
menyediakan bangunan konstruksi yang layak dan berkualitas, selalu terdapat
beberapa hambatan seperti kebutuhan modal, lahan yang sesuai peruntukan,
konsultan perencana, kontraktor yang melibatkan banyak pekerja bangunan
konstruksi, kepala tukang, tukang, dan kenek).
Perusahaan kontraktor berupaya menyelesaikan kontrak kerjanya sesuai
bestek (gambar dan perhitungan bangunan rencana) selalu dengan melibatkan banyak
pekerja bangunan. Pekerja bangunan yang sedang melakukan kegiatan pembangunan
tidak terlepas dari berbagai rintangan (resiko) seperti tidak dibayarnya upah,
penundaan pembayaran upah, dan kecelakaan kerja. Banyak pekerja bangunan yang
mengalami kecelakaan yang diakibatkan kelalaian kerja, dan beberapa diantaranya
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 17. diakibatkan kurangnya pengetahuan serta tidak dilengkapinya alat pelindung diri
dalam bekerja.
Departemen Pekerjaan Umum sebagai salah satu unsur pemerintah yang
mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam pembinaan bidang konstruksi, telah
melakukan berbagai upaya di dalam mengimplementasikan kebijakan pemerintah
tersebut di atas baik dalam bentuk kebijakan-kebijakan maupun kegiatan-kegiatan
pembinaan lainnya. Upaya tersebut antara lain melalui penerbitan petunjuk teknis
seperti Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 08/SE/M/2006 perihal Pengadaan
Jasa Konstruksi untuk Instansi Pemerintah Tahun Anggaran 2006 dan
penyelenggaraan Sosialisasi Sistem Manajemen K3 Konstruksi yang akan
dilaksanakan pada hari ini. Selain itu beberapa kebijakan umum pemerintah yang
dituangkan di dalam peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
Keselamatan dan Kesehatan pada Bidang peraturan pemerintahan. Keppres 80 Tahun
1999 tentang Jasa Konstruksi berikut peraturan pemerintahannya. Keppres 80 Tahun
2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Badan
Pembinaan Konstruksi dan Sumber Daya Manusia, 2007).
Kota Medan yang berbenah diri dengan pengembangan infrastruktur
khususnya bangunan perkantoran, perhotelan, pusat perbelanjaan, apartemen,
permukiman, serta pusat-pusat hiburan. Beberapa pembangunan hotel bertingkat
tinggi yang sedang dilakukan di Kota Medan adalah, Hotel JW Marriot, Hotel Grand
Antares.
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 18. Beberapa kejadian kecelakaan kerja yang dialami pekerja bangunan antara
lain seorang pekerja bangunan terjatuh saat bekerja membangun Kantor Pemerintah
Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara, sehingga mengakibatkan kematian
(Sinar Indonesia Baru, 2008). Seorang buruh bangunan Jawa Barat Tewas terjatuh
dari lantai 8 Hotel JW Marriot Medan di duga karena di lokasi itu tidak tersedia
sistem keamanan dan keselamatan kerja yang baik. Sebelum kejadian ini ada juga
buruh bangunan yang tewas terjatuh sekira bulan Juni-Juli 2007, tapi bukan karena
terjatuh melainkan tertimpa kayu. Korban sempat dirawat di rumah sakit namun
karena lukanya cukup serius, buruh itu akhirnya tewas (Admin, 2007). Korban
kecelakaan kerja lainnya adalah korban kecelakaan kerja yang menjalani proses
visum di rumah sakit Dr. Pirngadi Medan antara lain, kasus tewasnya dua karyawan
PT. ACA di Pasar III, Desa Marindal, Kecamatan Patumbak, Kabupaten Deli
Serdang. Kedua tewas menyusul terjadinya ledakan tabung gas di perusahaan
tersebut (Admin, 2007). Renovasi bangunan tua yang diperkirakan berusia 100 tahun
lebih, memakan jiwa. Bangunan di jalan Halat, Medan ini ambruk dan menimpa lima
pekerja. Satu tewas dan empat luka-luka. Pekerja ini tengah bekerja bersama
rekannya di sisi kanan bangunan yang memiliki tembok setinggi 9.5 meter, namun
tiba-tiba tembok itu ambruk dan menimpa mereka. Pekerja yang tewas akibat luka
parah di kepala. Sedangkan pekerja lainnya mengalami luka ringan di kaki, tangan
dan kepala (Karo-karo, 2007).
Kecelakaan kerja lainnya adalah seorang pekerja bangunan tewas seketika dan
satu orang lagi kritis akibat tersengat arus listrik di Jalan Pasar III Kecamatan Medan
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 19. Timur. Diduga kecelakaan tersebut akibat kelalaian keduanya saat bekerja, sebab
kedua pekerja ini tidak dilengkapi alat penunjang kerja yang memadai ketika
melakukan pemasangan canopy di lantai dua yang dilintasi oleh kabel listrik
berkekuatan tinggi.
Selanjutnya, dua korban tewas akibat ledakan tabung gas milik PT. AK
di Jalan. Pertahanan Pasar V, Desa Patumbak II, Kecamatan Patumbak, Kab. Deli
Serdang. Serta kasus tewasnya dua anggota Badan SAR Nasional diduga akibat
terhirup asap genset (Admin, 2007). Kecelakaan kerja yang diakibatkan kerja sangat
menurut dilaksanakannya upaya kecelakaan kerja yang diakibatkan kerja sangat
menuntut manejer hingga pada buruh bangunan harian, baik pekerja bangunan
dengan status pekerja tetap, pekerja borongan, maupun pekerja lepas harian.
Masih tingginya angka kecelakaan kerja pada pekerja bangunan di tempat
kegiatan konstruksi serta adanya tuntutan global dalam perlindungan tenaga kerja,
diperlukan upaya-upaya ke depan untuk mewujudkan tercapainya “Zero accident”
di tempat kegiatan konstruksi. Pengguna jasa yang dalam hal ini adalah para kepala
satker/pemimpin pelaksana/pemilik bangunan selaku penanggung jawab langsung
pelaksanaan konstruksi di lapangan, menempati posisi kunci dalam penerapan sistem
manajemen kesehatan dan kecelakaan kerja (K3) pada kegiatan konstruksi. Maka
untuk dapat melihat faktor-faktor yang menyebabkan kecelakaan kerja pada pekerja
bangunan dibutuhkan suatu penelitian yang komprehensif (Badan Pembinaan
Konstruksi dan Sumber Daya Manusia, 2007).
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 20. Hasil evaluasi atasi kejadian-kejadian kecelakaan kerja selama ini dapat
disimpulkan beberapa faktor penyebab terjadi kecelakaan baik yang telah
menimbulkan korban jiwa maupun luka-luka sebagai berikut terjadinya kegagalan
konstruksi yang antara lain disebabkan tidak dilibatkan ahli teknik konstruksi,
penggunaan metoda pelaksanaan yang tepat, lemahnya pengawasan pelaksanaan
konstruksi di lapangan, belum sepenuhnya melaksanakan ketentuan-ketentuan atau
peraturan-peraturan yang menyangkut K3 yang telah ada, lemahnya pengawasan
penyelenggaraan K3, kurang memadainya baik dalam kualitas dan kuantitas
ketersediaan alat pelindung diri (APD), faktor lingkungan sosial ekonomi dan
budaya pekerja dan kurang disiplinnya para tenaga kerja di dalam mematuhi
ketentuan mengenai K3, antara lain pemakaian alat pelindung diri kecelakaan kerja
(Badan Pembinaan Konstruksi dan Sumber Daya Manusia, 2007).
Dalam suatu pekerjaan konstruksi yang melibatkan banyak tenaga kerja
dibutuhkan suatu manajemen terpadu dari keselamatan kerja yang dimenej pihak
pemborong utama, sehingga setiap pekerja baik pekerja tetap maupun pemborong-
pemborong sub harus mematuhi sistem manajemen keselamatan kerja yang
ditetapkan pemborong utama.
Departemen Pekerjaan Umum sebagai salah satu unsur pemerintah yang
mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam pembinaan di bidang konstruksi, telah
melakukan berbagai upaya di dalam mengimplementasikan kebijakan pemerintah
tersebut di atas baik dalam bentuk kebijakan-kebijakan maupun kegiatan-kegiatan
pembinaan lainnya. Upaya tersebut antara lain melalui penerbitan petunjuk teknis
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 21. seperti Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 08/SE/M/2006 perihal Pengadaan
Jasa Konstruksi untuk Instansi Pemerintah Tahun Anggaran 2006 dan
penyelenggaraan Sosialisasi Sistem Manajemen K3 Konstruksi. Selain itu beberapa
kebijakan umum pemerintah yang dituangkan di dalam peraturan perundang-
undangan yang berkaitan dengan Keselamatan dan Kesehatan pada bidang Konstruksi
antara lain UU No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi berikut peraturan
pemerintahnya, Kepres 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah (Badan Pembinaan Konstruksi dan Sumber Daya Manusia,
2007).
Berdasarkan survei awal para pekerja bangunan yang membangun bangunan
hotel, secara umum telah menggunakan beberapa jenis alat pengamanan diri seperti
topi proyek, sepatu bot, sarung tangan, kaca mata hitam, jaring dan pengikat tubuh
untuk pekerjaan yang berada pada ketinggian.
Untuk lebih mengetahui pengaruh penerapan SMK 3 terhadap pekerja
bangunan, maka dibutuhkan suatu penelitian komprehensif dengan judul
“Bagaimanakah Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja pada Pekerja Bangunan
di Kota Medan”.
1.2. Permasalahan
Berdasarkan besar jumlah pekerja bangunan yang mengalami kecelakaan
kerja pada saat melaksanakan pekerjaannya, serta latar belakang penelitian di atas,
maka permasalahan penelitian ini adalah:
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 22. 1. Upaya-upaya apakah yang telah dilakukan untuk mencegah kecelakaan kerja
pada Pekerja Bangunan di Kota Medan.
2. Bagaimana Pengaruh Pelatihan K3 terhadap kecelakaan kerja.
3. Bagaimana Pengaruh Rekruitment terhadap kecelakaan kerja.
4. Bagaimana Pengaruh Status Pekerja terhadap kecelakaan kerja.
5. Bagaimana Pengaruh Penggunaan Alat Pelindung Diri terhadap kecelakaan kerja.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Sesuai dengan latar belakang dan permasalahan penelitian maka tujuan
penelitian ini adalah, untuk mengkaji upaya-upaya apakah yang dilakukan untuk
mencegah kecelakaan kerja pada pekerja bangunan.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk melihat hubungan karakteristik pekerja bangunan dengan pencegahan
kecelakaan kerja pada pekerja bangunan.
2. Untuk melihat bagaimana pengaruh pelatihan K3 terhadap kecelakaan pada
pekerja bangunan.
3. Untuk melihat bagaimana pengaruh rekruitment terhadap kecelakaan pada
pekerja bangunan.
4. Untuk melihat bagaimana pengaruh status pekerja terhadap kecelakaan pada
pekerja bangunan.
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 23. 5. Untuk melihat bagaimana pengaruh penggunaan alat pelindung diri terhadap
kecelakaan kerja pada pekerja bangunan.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian adalah manfaat untuk:
1. Ilmu pengetahuan, sebagai bahan masukan untuk pengembangan wahana
ilmu pengetahuan tentang upaya pencegahan kecelakaan kerja pada pekerja
bangunan di Kota Medan.
2. Masyarakat, sebagai informasi tentang upaya pencegahan kecelakaan kerja
pada pekerja bangunan di Kota Medan.
3. Pemerintah, sebagai bahan pertimbangan dalam rangka kebijakan tentang
upaya pencegahan kecelakaan kerja pada pekerja bangunan di Kota Medan.
1.5. Kerangka Konsep Penelitian
Pembangunan konstruksi disadari sangat dibutuhkan dalam menggerakkan
roda perekonomian, di mana kegiatan perkembangan ekonomi akan menjadi
berkembang baik jika didukung dengan sarana prasarana yang baik.
Pembangunan konstruksi selain terkait dengan besarnya modal, investor,
lahan, bahan baku juga sangat dipengaruhi sumberdaya manusia yang
melaksanakannya. Di mana pelaksanaan tersebut akan banyak merekrut tenaga kerja
mulai dari studi kelayakan konstruksi, design engineering detail (DED), kontrak
kerja, pelaksana lapangan.
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 24. Pelaksana lapangan yang sering juga disebut dengan pekerja bangunan
meliputi site manajer, supervisi, mandor, kepala tukang, tukang, kenek serta
konsultan pengawas secara bersama bekerja untuk mewujudkan konstruksi yang
diinginkan.
Dalam melaksanakan kegiatan tersebut pekerja bangunan menjadi kelompok
yang sangat beresiko mengalami kecelakaan kerja. Sehingga dibutuhkan penerapan
sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja untuk mencegah terjadinya
kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja yang terjadi secara langsung akan mempengaruhi
kinerja dari pekerja bangunan tersebut.
Rekruitment
Alat Pelindung Diri
Status Pekerja
Rekruitment
Pelatihan K3
Kecelakaan Kerja
(Ya/Tidak)
Alat Pelindung Diri
Gambar 1.1. Kerangka Konsep Penelitian
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 25. BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kecelakaan dan Kesehatan Kerja (K3)
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992, Pasal 23 tentang Kesehatan
disebutkan bahwa Kesehatan Kerja diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas
kerja secara optimal yang meliputi pelayanan kesehatan pencegahan penyakit akibat
kerja.
Menurut Suma’nur (1987) kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang
berhubungan dengan hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja di sini dapat
berarti, bahwa kecelakaan terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu
melaksanakan pekerjaan. Maka dalam hal ini, terdapat dua permasalahan penting
yaitu: (1) Kecelakaan akibat langsung pekerjaan, (2) Kecelakaan terjadi pada saat
pekerjaan sedang dilakukan.
Ditinjau dari aspek yuridis K3 adalah upaya perlindungan bagi keselamatan
tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan di tempat kerja dan melindungi keselamatan
setiap orang yang memasuki tempat kerja, serta agar sumber produksi dapat
dipergunakan secara aman dan efisien, jika ditinjau dari efek teknis K3 adalah ilmu
pengetahuan dan penerapan mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
Penerapan K3 dijabarkan kedalam sistem manajemen yang disebut SMK3
(Somaryanto, 2002).
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 26. Tujuan dari upaya kesehatan kerja adalah untuk:
1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan
untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi dan produktivitas.
2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.
3. Memelihara dan mempergunakan sumber produksi secara aman dan efisien
(Sama’nur, 1992).
Menurut Dewi (2006), dalam hubungan kondisi-kondisi dan situasi
di Indonesia, keselamatan kerja adalah sarana utama dalam pencegahan penyakit,
cacat kematian yang disebabkan oleh penyakit akibat hubungan kerja. Kesehatan
kerja yang baik adalah pintu gerbang bagi keamanan tenaga kerja.
Secara filosofi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah suatu pemikiran
dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun
rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan
budayanya menuju masyarakat adil dan makmur (Depnaker RI, 1993).
Menurut Suma’nur (1987) keselamatan kerja adalah keselamatan yang
bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya,
landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan.
Di mana sasaran keselamatan kerja adalah segala tempat kerja, baik di darat, di dalam
tanah, di permukaan air, di dalam air, maupun di udara.
Keselamatan dan kesehatan kerja ditinjau berdasarkan aspek secara yuridis
adalah upaya perlindungan bagi keselamatan tenaga kerja dalam melakukan
pekerjaan di tempat kerja dan melindungi keselamatan setiap orang yang memasuki
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 27. tempat kerja, serta agar sumber produksi dapat dipergunakan secara aman dan efisien.
Peninjauan dari aspek teknis keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah ilmu
pengetahuan dan penerapan mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
Penerapan K3 dijabarkan ke dalam sistem manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja yang disebut SMK 3 (Soemaryanto, 2002).
Dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja dibutuhkan kebijakan
dari manajemen perusahaan, sehingga sekali kebijakan telah ditetapkan akan menjadi
pedoman pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja dalam lingkungan perusahaan
sampai diterbitkannya kebijakan lain yang menggantikan kebijakan terdahulu.
Menurut Muhammad (2005) kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja
merupakan komponen dasar kebijakan manajemen yang akan memberi arah bagi
setiap pertimbangan yang menyangkut aspek operasional dari kualitas, volume dan
hubungan kerja.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER.05/MEN/1996
disebutkan bahwa: kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah suatu
pernyataan tertulis yang dibuat melalui proses konsultasi antara pengurus dan wakil
tenaga kerja yang memuat keseluruhan tujuan perusahaan, komitmen dan tekad
melaksanakan K3, kerangka dan program kerja perusahaan yang bersifat umum dan
operasional. Kebijakan ini ditanda tangani oleh pengusaha dan atau pengurus.
Menurut Tunggal S. W (1996) tahapan keselamatan dan kesehatan kerja memiliki
beberapa tahapan antara lain:
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 28. 1. Perencanaan Identifikasi Bahaya, Penilaian, dan Pengendalian Resiko.
Identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko dari kegiatan produk
barang dan tanda jasa harus dipertimbangkan pada saat merumuskan rencana
untuk memenuhi kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja, karenanya harus
dipelihara dan ditetapkan prosedurnya.
2. Peraturan Perundangan dan Peraturan Lainnya
Organisasi harus menetapkan dan memelihara prosedur untuk inventarisasi dan
pemahaman keselamatan dan kesehatan kerja sesuai dengan kegiatan organisasi
yang bersangkutan manajemen organisasi juga harus menjelaskan peraturan
perundang-undangan dan persyaratan lainnya kepada setiap tenaga kerja.
3. Tujuan dan Sasaran Manajemen
Tujuan dan sasaran kebijakan keselamatan dan kesehatan ditetapkan oleh
organisasi sekurang-kurangnya harus memenuhi kualifikasi sebagai berikut:
a. Dapat diukur,
b. Satuan/indikator pengukuran,
c. Sasaran pencapaian,
d. Jangka waktu pencapaian.
4. Indikator Kerja
Dalam menetapkan tujuan dan sasaran kebijakan keselamatan dan kesehatan dan
kesehatan kerja organisasi harus menggunakan indikator yang dapat diukur
sebagai penilaian kinerja keselamatan dan kesehatan kerja yang sekaligus
merupakan informasi mengenai keberhasilan pencapaian sistem manajemen K3.
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 29. Kecelakaan yang didefinisikan sebagai kejadian yang tidak diinginkan yang
mengakibatkan kerugian fisik (Physical harm) atas orang atau kerusakan atas milik
atau harta benda (property). Kecelakaan terjadi adalah sebagai akibat dari kontak
dengan sumber energi (kinetik, kimia, dan panas) yang melebihi nilai ambang batas.
Sedangkan kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan
akibat dari kerja (Notoatmodjo S, 1996).
Terjadinya kecelakaan kerja merupakan rangkaian yang berkaitan satu dengan
yang lainnya, faktor penyebab kecelakaan kerja antara lain (H.W. Heinrich, 1980):
1. Ancestry dan Social Environment, yaitu faktor keturunan, keras kepala, gugup,
penakut, iri hati, sembrono, tidak sabar, pemarah, tidak mau bekerjasama, tidak
mau menerima pendapat orang lain, dan lain-lain.
2. Fault of person, yaitu merupakan rangkaian dari faktor keturunan dan lingkungan
yang menjurus pada tindakan yang salah dalam melakukan pekerjaan. Ada
beberapa keadaan yang menyebabkan seseorang melakukan kesalahan-kesalahan:
a. Pendidikan, pengetahuan dan keterampilan rendah,
b. Karena seseorang tidak memenuhi syarat secara fisik,
c. Keadaan mesin atau lingkungan fisik yang tidak memenuhi syarat.
3. Unsafe actions anda unsafe conditions, yaitu tindakan berbahaya disertai bahaya
mekanik dan fisik memudahkan terjadinya kecelakaan. Contoh tindakan tidak
aman (unsafe actions), yaitu:
a. Mengerjakan pekerjaan yang bukan tugasnya/tanpa perintah,
b. Membuat alat pengaman yang bukan tugasnya,
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 30. c. Menjalankan mesin dengan kecepatan yang membahayakan,
d. Kurang pengetahuan dan keterampilan,
e. Tidak memakai salah satu alat pelindung diri,
f. Kesalahan memberikan peringatan atau keamanan,
g. Memakai peralatan yang rusak,
h. Menggunakan peralatan yang sesuai,
i. Mengangkat dengan cara yang salah,
j. Posisi kerja yang tidak sesuai,
k. Memperbaiki peralatan yang sedang bergerak,
l. Bekerja sambil bercanda,
m. Bekerja tidak konsentrasi,
n. Bekerja sambil merokok/makan,
o. Meminum minuman keras dan obat-obatan terlarang,
p. Cacat tubuh yang tidak jelas kelihatan,
q. Kelelahan dan kelesuan.
Kondisi tidak aman sangat berpengaruh terhadap terjadinya kecelakaan antara
lain:
a. Mesin tidak diberi pagar pengaman,
b. Pagar pengaman tidak berfungsi,
c. Kerusakan alat, peralatan dan substansi/bahan baku yang digunakan,
d. Disain dan konstruksi bangunan/tempat bekerja yang tidak benar,
e. Ventilasi yang tidak memenuhi persyaratan,
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 31. f. Tidak ada ada sistem peringatan keselamatan di tempat kerja,
g. Bahaya kebakaran dan ledakan,
h. Kemacetan alat/peralatan yang digunakan,
i. Pemeliharaan kebersihan di bawah standar,
j. Kondisi lingkungan yang tidak kondusif (panas, bising, cahaya, tidak
memadai),
k. Cara penyimpanan yang berbahaya,
l. Tidak ada prosedur kerja,
m. Adanya pemakaian bahan-bahan yang mudah terbakar,
n. Tata letak area kerja yang tidak baik.
4. Accident, yaitu peristiwa kecelakaan (tertimpa benda, jatuh terpeleset, rambut
tergulung mesin, dan lain-lain) yang menimpa pekerja dan umumnya disertai oleh
berbagai kerugian.
5. Injuri, yaitu kecelakaan yang mengakibatkan cedera (luka ringan, luka berat/
parah), cacat dan bahkan kematian (Allen and Friends, 1976).
Menurut Notoatmodjo (2003), terjadinya kecelakaan kerja disebabkan oleh
dua faktor utama yaitu fisik dan faktor manusia. Perilaku pekerja itu sendiri (faktor
manusia) yang tidak memenuhi keselamatan misalnya karena kelengahan,
kecerobohan, ngantuk, kelelahan dan sebagainya. Menurut hasil penelitian 85 %
kecelakaan kerja terjadi karena faktor-faktor manusia. Kondisi-kondisi lingkungan
pekerjaan yang tidak aman misalnya lantai licin, pencahayaan yang kurang, silau,
mesin yang terbuka, dan sebagainya.
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 32. 2.2. Penyebab Kecelakaan
Terjadinya kecelakaan kerja umumnya disebabkan beberapa faktor antara lain
faktor manusia, peralatan, manajemen dan lokasi kerja. Notoatmodjo (2003),
mengatakan bahwa penyebab kecelakaan kerja pada umumnya digolongkan menjadi
dua, yakni:
(a) Perilaku pekerja itu sendiri (faktor manusia), yang tidak memenuhi
keselamatan, misalnya: karena kelengahan, kecerobohan, ngantuk, kelelahan,
dan sebagainya. Menurut hasil penelitian yang ada 85 % dari kecelakaan yang
terjadi disebabkan karena faktor manusia ini.
(b) Kondisi-kondisi lingkungan pekerjaan yang tidak aman atau unsafety condition
misalnya lantai licin, pencahayaan yang kurang, silau, mesin yang terbuka, dan
sebagainya.
Penyebab terjadinya kecelakaan kerja dapat disebabkan faktor karakteristik
pekerja, demikian halnya kurangnya kemampuan/pelatihan, rekruitmen pekerja yang
tidak benar, kelelahan akibat jam kerja yang berlebih, serta minimnya pengawasan
terhadap pekerja (Notoadmojo S, 1996).
Menurut Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), kecelakaan akibat kerja
(kecelakaan kerja) dapat diklasifikasikan berdasarkan 4 macam penggolongan, yakni:
a. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan,
b. Klasifikasi menurut penyebab,
c. Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan,
d. Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka ditubuh.
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 33. H.W.Heinrich, 1980, mengatakan bahwa terjadinya kecelakaan kerja
merupakan suatu rangkaian yang berkaitan satu dengan yang lainnya, antara lain:
1. Ancestry and Social Environment, yaitu faktor keturunan, keras kepala, gugup,
penakut, iri hati, sembrono, tidak sabar, pemarah, tidak mau bekerja sama, tidak
mau menerima pendapat orang lain, dan lain-lain.
Fault of person, yaitu merupakan rangkaian dari faktor keturunan dan lingkungan
yang menjurus pada tindakan yang salah dalam melakukan pekerjaan. Ada
beberapa keadaan yang menyebabkan seseorang melakukan kesalahan-kesalahan:
a. Pendidikan, pengetahuan dan keterampilan rendah,
b. Karena seseorang tidak memenuhi syarat secara fisik,
c. Keadaan mesin atau lingkungan fisik yang tidak memenuhi syarat.
2. Unsafe actions an unsafe conditions, yaitu tindakan berbahaya disertai bahaya
mekanik dan fisik memudahkan terjadinya kecelakaan. Contoh tindakan tidak
aman (unsafe actions) yaitu: mengerjakan pekerjaan yang bukan tugasnya/tanpa
perintah, membuat alat pengaman yang bukan tugasnya, menjalankan mesin
dengan kecepatan yang membahayakan, kurang pengetahuan dan keterampilan,
tidak memakai salah satu alat pelindung diri, kesalahan memberikan peringatan
atau keamanan, memakai peralatan yang rusak, menggunakan peralatan yang
tidak sesuai, mengangkat dengan cara yang salah, posisi kerja yang tidak sesuai,
memperbaiki peralatan yang sedang bergerak, bekerja sambil bercanda, bekerja
tidak konsentrasi, bekerja sambil merokok/makan, meminum minuman keras dan
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 34. obat-obatan terlarang, cacat tubuh yang tidak jelas kelihatan, kelelahan dan
kelesuan.
3. Kondisi tidak aman sangat berpengaruh terhadap terjadinya kecelakaan antara
lain: mesin tidak diberi pagar pengaman, pagar pengaman tidak berfungsi,
kerusakan alat, peralatan dan substansi/bahan baku yang digunakan, desain dan
konstruksi bangunan/tempat bekerja yang tidak benar, ventilasi yang tidak
memenuhi persyaratan, tidak ada sistem peringatan keselamatan di tempat kerja,
bahaya kebakaran dan ledakan, kemacetan alat/peralatan yang digunakan,
pemeliharaan kebersihan di bawah standar, kondisi lingkungan yang tidak
kondusif (panas, bising, cahaya tidak memadai), cara penyimpanan yang
berbahaya, tidak ada prosedur kerja, adanya pemakaian bahan-bahan yang mudah
terbakar, tata letak area kerja yang tidak baik.
4. Accident, yaitu peristiwa kecelakaan (tertimpa benda, jatuh terpeleset, rambut
tergulung mesin, dan lain-lain) yang menimpa pekerja dan umumnya disertai oleh
berbagai kerugian.
5. Injury, yaitu kecelakaan yang mengakibatkan cedera (luka ringan, luka berat/
parah), cacat dan bahkan kematian (Allen and Friends, 1976).
2.3. Perusahaan Konstruksi
Perusahaan konstruksi secara umum dikenal sebagai perusahaan yang
bergerak dalam bidang konstruksi bangunan, tower, jembatan, dermaga, lapangan
terbang dan sebagainya.
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 35. Pengertian perusahaan menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 3 Tahun
1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan disebutkan bahwa yang dimaksud dengan
perusahaan adalah: “Setiap bentuk usaha yang menjalanan setiap jenis usaha yang
bersifat tetap dan terus menerus, bekerja serta berkedudukan di wilayah Indonesia
dengan tujuan utama mencari keuntungan. Pengertian lainnya tentang perusahaan
termaksud dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Kep.
150/MEN/2000 memberikan batasan perusahaan sebagai berikut “Perusahaan adalah:
a. setiap bentuk usaha yang mempekerjakan pekerja dengan tujuan mencari
keuntungan atau tidak, (b) usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang tidak
berbentuk perusahaan tetapi mempunyai pengurus dan mempekerjakan orang lain
dengan membayar upah, kecuali usaha-usaha sosial yang pembiayaannya tergantung
subsidi pihak lain dan lembaga-lembaga sosial milik lembaga diplomatik.
Demikian halnya perusahaan konstruksi merupakan suatu perusahaan yang
bergerak dalam biang konstruksi. Konstruksi menurut Dipohusudo (1996) merupakan
upaya pembangunan yang tidak hanya ditekankan pada pelaksanaan pembangunan
fisiknya saja, tetapi juga mencakup arti sistem pembangunan secara utuh dan lengkap
sehingga dapat dioperasikan sesuai dengan tujuannya. Jenis-jenis perusahaan Jasa
Konstruksi terdiri dari beberapa perusahaan antara lain (1) perumahan untuk tempat
tinggal; (2) gedung perkantoran berlantai banyak; (3) bangunan industri;
(4) jembatan; (5) jalan; (6) lapangan terbang (7) pelabuhan (8) kilang minyak dan
sebagainya. Berdasarkan hal-hal di atas maka perusahaan jasa konstruksi dapat
dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 36. 1. Perusahaan konstruksi rancang bangun
Konstruksi rancang bangun meliputi konstruksi bangunan gedung, jembatan jalan,
bangunan air, lapangan terbang dan sebagainya.
2. Perusahaan konstruksi pemasangan peralatan-peralatan listrik dan mesin
Konstruksi pemasangan peralatan-peralatan listrik dan mesin. Pemasangan
peralatan listrik meliputi instalasi penerangan, instalasi tenaga listrik, instalasi
telepon, pemasangan peralatan-peralatan mesin meliputi pintu-pintu air dan
katub-katub, saringan-saringan, tangki-tangki bahan/bakar air/gas dan
sebagainya.
3. Perusahaan konstruksi pengadaan barang
Konstruksi pengadaan barang yaitu konstruksi baik sebagian maupun seluruhnya
yang berhubungan dengan pengadaan (a) peralatan kerja (b) peralatan listrik
(c) peralatan mesin (c) peralatan laboratorium, (e) bahan bangunan.
4. Perusahaan konstruksi jasa
Konstruksi jasa yaitu konstruksi baik sebagian atau seluruhnya yang berhubungan
dengan bantuan-bantuan, nasehat-nasehat, rancangan-rancangan pemasangan
peralatan-peralatan dan sebagainya.
Bush (1983) membagi atau mengelompokkan industri menjadi 3 (tiga)
golongan besar, yaitu:
1. Konstruksi perteknikan yang dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu (a) konstruksi
jalan raya, misalnya penggalian, pengerasan jalan, jembatan dan sebagainya;
(b) konstruksi berat misalnya pembuatan bendungan, saluran air dan sebagainya.
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 37. 2. Konstruksi industri, misalnya: pembuatan kilang minyak, peleburan biji besar dan
sebagainya.
3. Konstruksi bangunan, misalnya bangunan pabrik, tempat tinggal, gedung dan
sebagainya.
2.4. Pekerja Bangunan
Beberapa peristilahan mengenai tenaga kerja dipengaruhi oleh posisi dan
tempat tenaga kerja tersebut bekerja. Misalnya ada yang menyebut buruh, karyawan
atau pegawai. Namun sesungguhnya dapat dipahami bahwa maksud dari semua
peristilahan tersebut adalah sama, yaitu: orang yang bekerja pada orang lain dan
mendapat upah sebagai imbalannya. Maka berdasarkan rumusan tersebut, maka
yang dimaksud dengan tenaga kerja (pekerja/karyawan/buruh/buruh atau pegawai itu
mencakup pegawai swasta maupun pegawai negeri (Sipil dan Militer) (Prinst, 1994).
Maimun (2004) berpendapat pekerja/buruh dewasa (biasa disebut pekerja/
buruh) adalah tiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam
bentuk lain. Di mana dalam definisi tersebut dua unsur yaitu unsur orang yang
bekerja dan unsur menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.
Selanjutnya Maimun (2004) menyebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap
orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa
baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat. Pengertian tenaga kerja
mencakup pekerja/buruh, pegawai negeri, tentara, orang yang sedang mencari
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 38. pekerjaan, orang-orang yang berprofesi bebas seperti pengacara, dokter, pedagang,
penjahit dan lain-lain.
Menurut Anwar (1991) menyebutkan bahwa tenaga kerja adalah tiap orang
yang mampu melakukan pekerjaan di dalam atau di luar hubungan kerja guna
menghasilkan barang-barang dan atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Pengertian ini sangat luas karena meliputi juga pegawai negeri yang bekerja pada
Instansi pemerintah yang dilindungi undang-undangan kepegawaian. Sedangkan
buruh adalah pekerja di suatu perusahaan, dan dalam melakukan pekerjaannya harus
tunduk pada perintah dan peraturan kerja yang diadakan oleh pengusaha (majikan)
yang bertanggung jawab dalam lingkungan perusahaannya, dan buruh/pekerja akan
memperoleh upah serta jaminan hidup lainnya yang wajar dari pengusaha (majikan).
Menurut Suprihanto (1986) tenaga kerja terbagi 2 jenis, yaitu: angkatan kerja
(labour force) dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja terdiri dari golongan yang
bekerja dan golongan yang menganggur dan mencari pekerjaan. Kelompok bukan
angkatan kerja masih dibagi lagi yaitu golongan yang bersekolah, golongan yang
mengurus rumah tangga dan golongan yang lain atau penerima pendapatan atau
kelompok potensial alboruf force.
Pekerja/buruh merupakan bagian dari tenaga kerja yaitu tenaga kerja yang
bekerja di dalam hubungan kerja, di bawah perintah pemberi kerja (bisa perseroan,
pengusaha, dan hukum atau ada lainya, dan atas jasa dalam bekerja yang
bersangkutan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain, dengan kata lain
tenaga kerja disebut sebagai pekerja/buruh bila ia melakukan pekerjaan di dalam
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 39. hubungan kerja dan di bawah perintah orang lain dengan menerima upah atau
imbalan dalam bentuk lain. Tenaga kerja yang bekerja di bawah perintah orang lain
dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain tetapi tidak di dalam
hubungan kerja seperti tukang semir sepatu, bukan merupakan pekerja (Maimun,
2004).
Dalam Undang-Undang No. 33/1947 tentang Kecelakaan Kerja dan Undang-
Undang No. 2/1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja memperluas pengertian
pekerja/buruh, sehingga meliputi:
1). Magang, murid dan sebagainya yang bekerja pada perusahaan yang diwajibkan
memberikan tunjangan dalam hal mereka menerima upah.
2). Mereka yang memborong pekerjaan yang dikerjakan di perusahaan yang
diwajibkan memberikan tunjangan kecuali jika mereka yang memborong
pekerjaan itu sendiri yang menjalankan perusahaan yang diwajibkan memberi
tunjangan.
3). Mereka yang bekerja pada seorang yang memborongkan pekerjaan yang biasanya
dikerjakan di perusahaan yang diwajibkan memberikan tunjangan. Mereka itu
dianggap bekerja di perusahaan majikannya yang memborongkan itu sendiri
(menjalankan suatu perusahaan yang diwajibkan memberikan tunjangan dalam
mana pekerjaan yang diborongkan itu dikerjakan).
4). Orang hukuman yang bekerja di perusahaan yang diwajibkan memberi tunjangan,
tetapi mereka tidak berhak mendapat ganti kerugian karena kecelakaan selama
mereka menjalani hukuman.
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 40. Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
Keperawatan. 68/MEN/IV/2004 tentang Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS
di tempat kerja, menyebutkan bahwa pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja
dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.
Dalam pelaksanaan pekerjaan bangunan sangat sering mengalami kecelakaan
seperti terjatuh, tertimpa, terpeleset, terpotong, tertusuk oleh material bangunan, hal
ini disebabkan beberapa hal, yaitu:
1). Kurangnya pelatihan bangunan sehingga dalam melaksanakan pekerjaannya
sering mengalami kendala.
2). Besar kecilnya pendapatan pekerja akan mempengaruhi ketenangan pekerja
dalam bekerja.
3). Sistem perekrutan pekerja bangunan tersebut, yang selalu mengutamakan
jumlah dibandingkan kualitas pekerja bangunan.
4). Lamanya jam kerja, akan berpengaruh dengan tingkat keletihan dari pekerja
tersebut.
5). Status pekerja bangunan yang kurang menjalani keberadaan pekerjaan tersebut,
sehingga banyak pekerja yang diberhentikan tanpa melalui prosedur yang layak.
6). Minimnya pengadaan keselamatan, dan kesehatan kerja pekerja bangunan,
sehingga pekerja tidak terbebas dari kecelakaan kerja.
7). Pengetahuan pekerja sangat mempengaruhi pekerja dalam melaksanakan
tugasnya.
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 41. 8). Banyaknya jumlah anggota akan mempengaruhi pekerja, karena pekerja
tersebut harus membiayai anggota keluarga.
9). Peralatan yang digunakan, di mana semakin baik peralatan yang digunakan
maka kecelakaan kerja juga akan semakin kecil.
10). Lancarnya penggajian, semakin lancar penggajian (tanpa penundaan gajian)
akan memberikan perasaan tenang bagi pekerja bangunan, lokasi tempat
bekerja, akan memberikan konstribusi pada keselamatan kerja, di mana pekerja
yang bekerja di tempat ketinggian selayaknya lebih ditingkatkan keselamatan
kerjanya, sistem komunikasi pekerjaan, sistem penggajian, jarak rumah dengan
proyek.
2.5. Aspek Sosial Ekonomi
Suatu pembangunan sering dipadang sebagai proses multi dimensional dari
berbagai aspek kehidupan masyarakat, seperti aspek ekonomi, aspek sosial, aspek
budaya, aspek teknis dan aspek administrasif.
Namun dalam kenyataannya beberapa aspek tersebut, sering sekali diabaikan
sehingga setelah kegiatan dilakukan secara langsung membawa dampak negatif
terhadap kegiatan tersebut, aspek tersebut antara lain aspek sosial, aspek budaya
(Soemarwoto, 1997).
Salim (1995) mengatakan bahwa dalam kegiatan pembangunan
meningkatkan gerak mobilitas sehingga dapat mempermudah kelompok masyarakat
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 42. berhubungan satu dengan yang lain, bahkan kadang-kadang bisa berbenturan dengan
kelompok lainnya, sehingga dapat mengakibatkan nilai-nilai sosial satu dengan yang
lainnya menjadi berbeda. Dalam keadaan ini timbullah ketidakseimbangan
(disequilibrium) dalam sistem nilai sosial.
Menurut Peraturan Pemerintah Indonesia No. 51 Tahun 1993 jo Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia No. Kep.14/MENHEL/3/1994, yang
perlu mendapat perhatian dalam analisis dampak sosial ekonomi adalah:
1. Karakteristik demografis (struktur, dinamikan, mobilitas, kepadatan, dan lain-
lain),
2. Kesempatan kerja dan berusaha,
3. Pola pemikiran dan penguasaan sumber daya alam,
4. Tinkat pendapatan penduduk,
5. Sarana dan prasarana perekonomian (lembaga perbankan, pasar pusat
perbelanjaan, pelabuhan/terminal, jalan dan lain-lain),
6. Pola pemanfaatan sumber daya.
Pembangunan dengan tujuan pengembangan ekonomi serta menciptakan
perubahan kearah yang lebih baik untuk mengejar ketertinggalan suatu daerah
dibandingkan dengan daerah lainnya. Pengaruh sosial ekonomi yang cenderung
mengarah negatif akan memberikan pengaruh lain bagi keberlangsungan kegiatan
pembangunan tersebut, itulah sebabnya dalam mengendalikan dampak suatu kegiatan
harus dengan melibatkan masyarakat di sekitar proyek tersebut, karena secara
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 43. keseluruhan tujuan dari pembangunan adalah untuk menciptakan kesejahteraan
masyarakat (Salim, 1988).
Kegiatan pembangunan cenderung menimbulkan pengaruh terhap lingkungan
hidup, antara keselarasan kehidupan manusia dengan lingkungan sekitarnya. Namun
pembangunan mutlak diperlukan dalam mengembangkan kemampuan bertahap hidup
manusia, sehingga manusia tidak akan pernah terlepas dari pembangunan (Salim,
1988).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1974 tentang
Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial yang memberikan arti bahwa
kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial material maupun
spritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman batin, yang
dimungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri,
keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi masyarakat serta
kewajiban manusia sesuai Pancasila.
Menurut Soeratmo (1991) komponen lingkungan sosial ekonomi yang
dianggap penting untuk diketahui:
1. Pola perkembangan penduduk (jumlah, umur, perbandingan kelamin dan lain
sebagainya). Pola perkembangan penduduk pada masa-masa yang lalu sampai
sekarang perlu diketahui.
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 44. 2. Pola perpindahan erat hubungannya dengan perkembangan penduduk, pola
perpindahan antara lain: perpindahan keluar masuk ke satu daerah secara umum,
serta pola perpindahan musiman dan tetap.
3. Pola perkembangan ekonomi, pola perkembangan ekonomi masyarakat erat
hubungannya pula dengan perkembangan penduduk, perpindahan, keadaan
sumber daya alam yang tersedia.
Soeratmo (1991) menjelaskan dalam memilih komponen-komponen tersebut
pula diprioritaskan komponen-komponen yang merupakan komponen kritis atau
sangat penting dalam menentukan kehidupan masyarakat setempat komponen
lingkungan sosial ekonomi kritis khususnya untuk negara berkembang antara lain:
a. Penyerapan tenaga kerja,
b. Berkembangnya struktur ekonomi,
c. Peningkatan pendapatan masyarakat,
d. Perubahan lapangan pekerjaan.
Kesehatan masyarakat dan masalah sumber daya yang sangat langka dan serta
sangat dibutuhkan masyarakat.
Faktor sosial ekonomi merupakan salah satu faktor penting karena faktor
tersebut mengemukakan aspek khusus dari lingkungan manusia dan perubahan paling
kritis yang berhubungan dengan pelaksanaan pembangunan. Pelaksanaan
pembangunan yang sering mengakibatkan perubahan aspek fisik dan biologis akan
memberikan dampak pada aspek sosial. Perubahan yang terjadi pada aspek sosial dari
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 45. suatu pembangunan secara simultan akan diperkuat oleh perubahan yang terjadi pada
aspek-aspek fisik dan biologis (Pelly, 1991).
Selanjutnya kerangka pemikiran utama terhadap dampak sosial harus
dilaksanakan dengan membandingkan antara keadaan masa kini dan masa mendatang
dengan memperhitungkan:
a. Jika pembangunan dilakukan,
b. Jika kegiatan tidak dilakukan.
c. Bagaimana masa depan lebih baik dengan pelaksanaan kegiatan pembangunan
(Pelly, 1991).
Menurut Mun dalam Fandeli (1992) cara pendugaan dampak komponen sosial
ekonomi dapat diklasifikasikan atas dasar dua kelompok, yaitu kelompok ekstrapolasi
dan kelompok normative. Kedua kelompok tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Kelompok ekstrapolasi yang dasarnya melakukan pendugaan yang didasarkan
pada kondisi masa yang lalu masa kini secara konsisten. Adanya dampak sosial
ekonomi dalam kurun waktu tertentu akan dapat dipergunakan untuk
memperkirakan kondisi yang akan datang secara linier atas dasar trend yang ada.
2. Kelompok Normative merupakan metode yang dilakanakan dengan cara
menentukan sasaran (kondisi sosial ekonomi) terlebih dahulu, kemudian untuk
mencapai sasaran ini dilakukan pendugaan terhadap perubahan kondisi sosial
ekonomi, pada saat ini dan waktu-waktu mendatang hingga kurun waktu yang
ditentukan.
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 46. 2.6. Aspek Sosial Budaya
Pembangunan di tengah masyarakat yang telah berkembang secara umum
akan memberikan pengaruh terhadap lingkungan perikehidupan masyarakat.
Keadaan ini secara lambat laun akan menghasilkan persesuaian budaya masyarakat
setempat dengan budaya pendatang, namun sering sekali budaya setempat tidak
mampu menyerap budaya yang datang.
Kemampuan suatu budaya untuk mempengaruhi budaya lainnya sangat
tergantung dari keluwesan budaya tersebut menyesuaikan dengan keadaan
lingkungannya. Budaya yang demikian akan bertumbuh kembang dan mempengaruhi
pola kehidupan masyarakat dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat tersebut. Untuk
membuktikan besarnya pengaruh aspek sosial budaya terhadap laju pembangunan
masih sering dilupakan, sehingga aspek sosial budaya tersebut sering tidak diteliti
(Koentjaraningrat, 2000).
Soeratmo (1991) mengemukakan bahwa pengaruh sosial budaya terhadap
pembangunan masih sangat jarang dilakukan dengan prinsip analisis dampak dan
pendugaan dampaknya. Kenyataannya dampai sosial ekonomi akan terasa nyata, jika
dampak sosial budaya terasa lebih dahulu, di samping itu sering dijumpai dampak
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 47. suatu aktivitas proyek pada aspek sosial ekonomi tetapi negatif pada aspek sosial
budaya atau keadaan sebaliknya.
Dalam penyusunan analisis mengenai dampak lingkungan di Indonesia
mengisyaratkan secara nyata perlunya mempertimbangkan faktor adat-istiadat, tata
cara interaksi keanekaragaman tata nilai dan norma yang berkembang ditengah-
tengah masyarakat, maka dalam pembangunan kebudayaan masyarakat di sekitar
areal pembangunan harus menjadi acuan dalam pelaksanaan (Fandeli, 1992).
Berdasarkan Pedoman Penyusunan AMDAL di Indonesia menyebutkan
bahwa pengaruh pembangunan industri terhadap lingkungan sosial budaya adalah:
1. Keadaan struktur penduduk termasuk jumlah kepadatan penduduk termasuk
jumlah kepadatan, keanekaragaman penduduk, serta pola mobilitas penduduk.
2. Perikehidupan sehari-hari, adat-istiadat, tata cara interaksi keanekaragaman tata
nilai dan norma.
3. Sikap, nilai dan persepsi terhadap lingkungannya dan kehidupan lingkungannya.
4. Distribusi kekuasaan, sistem stratifikasi sosial, diversikan dalam masyarakat.
5. Integrasi dari berbagai kelompok masyarakat.
6. Sejarah budaya yang patut dipelihara.
7. Keadaan dan sistem kekuasaan (Soeratno, 1991).
Integrasi dari berbagai kelompok masyarakat harus menjadi pertimbangan
lainnya untuk mewujudkan suatu pembangunan bagi masyarakat luas. Oleh sebab itu
dalam bidang analisis mengenai dampak lingkungan selalu dimintakan pendapat dan
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 48. pandangan-pandangan lembaga swadaya masyarakat (organisasi masyarakat) untuk
mencarikan solusi yang baik dan dapat diterima berbagai pihak dalam pelaksanaan
pembangunan tersebut (Soeratmo, 1991).
Selaras dengan pendapat Salim, Koetjaraningrat (2000) mengatakan bahwa
unsur kebudayaan dapat ditinjau dari: bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial,
sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian hidup, sistem religi
dan kesenian.
2.7. Rekruitmen
Rekruitmen pekerja merupakan pintu gerbang dalam peningkatan
keberhasilan suatu perusahaan, perusahaan akan mendapatkan para staf dan pekerja
yang handal dan mampu berproduksi optimal, jika rekruitmen pekerja tersebut sesuai
dengan yang dibutuhkan, penempatan pekerja tersebut disesuaikan dengan keahlian
masing-masing.
Mangkunegara (2000) mengatakan bahwa rekruitmen adalah suatu sistem
penjaringan/pemilihan tenaga kerja dengan tujuan untuk mendapatkan tenaga kerja
yang sesuai dengan yang diinginkan, dengan mempertimbangkan harapan perusahaan
terhadap pekerja yang akan direkrut. Selanjutnya Simamora (1995) mengatakan
bahwa rekruitmen adalah tingkat persyaratan minimum yang dapat dipenuhi oleh
pekerja terhadap keinginan perusahaan untuk dapat diterima sebagai bagian dari
perusahaan yang merekrutnya.
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 49. 2.8. Status Pekerja
Status pekerja secara umum didefinisikan adalah sebagai kedudukan dan
posisi seseorang dalam suatu sistem organisasi perusahaan. Status seseorang menjadi
unsur penting dalam penentuan keterlibatannya dalam menumbuh kembangkan
organisasi yang dimasukinya.
Status pekerja selalu mempengaruhi seseorang dalam mencarikan solusi
dalam suatu kegiatan perusahaan, serta mampu membangkitkan perasaan nyaman
bagi pekerja yang telah mengetahui statusnya, serta mengakibatkan ketidak
nyamanan bagi pekerja lainnya.
Mangkunegara (2000) mengatakan bahwa status pekerja dalam bekerja sangat
terkait erat kemampuannya dalam meningkatkan kinerja pekerjaannya, serta dapat
memberikan perasaan nyaman bagi pekerja tersebut.
2.9. Pelatihan
Program pelatihan bagi tenaga kerja diusahakan agar tenaga kerja mendengar,
memahami dan menghayati pekerjaannya dalam usaha untuk menaikkan kinerja serta
meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja. Dalam usaha menanamkan
kesadaran dan pemahaman cara kerja yang aman, sehat dan selamat. Pelatihan ini
dapat dilakukan berupa kursus, ceramah, diskusi, pemutaran slide, bulletin atau
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 50. majalah dan dapat dilakukan baik di dalam maupun di luar perusahaan, bekerjasama
dengan lembaga dan instansi terkait lainnya.
Pelatihan yang diterima pekerja harus dapat diimplementasikan dalam sistem
kerja, sehingga pekerjaan yang dilakukan dapat menghasilkan produk yang lebih baik
dari sebelumnya, serta mampu lebih meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja
para pekerja.
2.10. Alat Pelindung Diri
Menurut Suma’mur (1992) alat pelindung diri merupakan cara terakhir yang
harus dilakukan untuk mencegah kecelakaan apabila program pengendalian lain tidak
mungkin dilaksanakan, artinya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja
hendaknya dianalisis sedemikian rupa sehingga sistem kerja tidak mendatangkan
akibat negatif terhadap para pekerja. Namun jika pencegahan lainnya tidak dapat
diefektifkan maka alat pelindung dirilah yang akan dilakukan.
Alat pelindung diri yang sering digunakan antara lain:
1. Helmet, melindungi kepala terhadap kemungkinan tertimpa benda jatuh atau
menghindari cedera kepala akibat benturan benda berat,
2. Earplug/earmuff, sebagai alat pelindung telinga karena bekerja di daerah
kebisingan akibat penggerindaan dan pemukulan,
3. Sarung tangan, melindungi jari dan tangan pekerja dari goresan, benturan dan
pengaruh sinar las. Sarung tangan terbuat dari kain yang nyaman serta
memungkinkan jari dan tangan bergerak bebas. Untuk melindungi dari pengaruh
sinar las maka sarung tangan terbuat dari kulit,
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 51. 4. Masker, untuk melindungi wajah dari pengaruh sinar pada waktu bekerja,
5. Apron, baju panjang dari bahan karet timbal dengan daya serap radiasi.
Menurut Sama’mur (1986) syarat-syarat alat pelindung diri yang
dipergunakan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1. Enak dipakai pada kondisi pekerja yang sesuai dengan disain alat,
2. Tidak mengganggu kerja, dalam arti alat pelindung diri ini harus sesuai dengan
tubuh pemakainya dan tidak menyulitkan gerak pengguna,
3. Memberikan perlindungan efektif terhadap bahaya yang khusus sebagaimana alat
pelindung tersebut didesain,
4. Harus tahan lama,
5. Mudah dibersihkan dan dirawat pekerja,
6. Harus ada disain, konstruksi, pengujian dan penggunaan APD yang sesuai
standar.
2.11. Pengawasan
Yang dimaksud dengan pengawasan pada hakekatnya adalah suatu pembinaan
dengan kegiatan memeriksa, mengukur, mengevaluasi, dan menetapkan tindak lanjut
dari hasil pelaksanaan suatu fungsi dan tugas yang telah ditetapkan. Pengawasan
harus dilakukan oleh anggota P2K3 di unit kerja adalah melakukan pemeriksaan K3
untuk mengetahui sampai berapa jauh penerapan K3 di unit kerja dengan obyek
pemeriksaan antara lain (1) kebersihan lingkungan kerja, (2) keadaan atau kondisi
yang dapat membahayakan, (3) sikap yang dapat membahayakan.
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 52. Secara umum pengawasan dapat dilakuakan oleh pihak internal perusahaan
dan pengawasan yang dilakukan eksternal oleh pemerintah. Pengawasan internal
perusahaan ditujukan sejauhmana program-program K3 yang telah ditetapkan dapat
dilaksanakan. Sedangkan pengawasan eksternal oleh pemerintah ditujukan kepada
aturan perundang-undangan yang telah dilaksanakan perusahaan bersangkutan.
Pengawasan dalam arti lain merupakan pembinaan menurut peraturan
perundang-undangan yang perlu diketahui dan dilaksanakan di bidang keselamatan
dan kesehatan kerja, dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Pembinaan Operasional
Agar semua program dapat dilaksanakan maka diperlukan berbagai kegiatan yang
harus diikuti antara lain:
a. Jadwal waktu pelaksanaan suatu program apakah harian, mingguan, bulanan
atau tahunan,
b. Urutan prioritas pencapaian sasaran program,
c. Ukuran atau standar apa saja digunakan untuk mengukur dan menilai
keberhasilan pelaksanaan program,
d. Siapa penanggung jawab pelaksanaan program apakah perorangan anggota
P2K3 atau unit kerja tertentu,
e. Bahan, peralatan apa yang diperlukan dalam melaksanakan suatu program,
f. Sumber dan besar biaya yang diperlukan.
2. Pembinaan Administratif
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 53. Untuk memudahkan pelaksanaan program kerja P2K3 maka perlu dilengkapi
dengan berbagai contoh bentuk blanko atau isian, antara lain:
a. Jadwal pelaksanaan program tahunan yang dapat diperinci menjadi bulanan
dan mingguan,
b. Daftar akte izin dan pemeriksaan,
c. Data proses produksi,
d. Daftar alat-alat pelindung diri.
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 54. BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Rancangan penelitian ini merupakan jenis penelitian survey dengan metode
analitik. Pengumpulan data dilakukan melalui studi kepustakaan dan pengamatan
yang dibantu dengan kuesioner dan wawancara.
3.2. Tempat dan Waktu
3.2.1. Tempat
Tempat penelitian dilaksanakan pada perusahaan X di Kota Medan ibukota
Provinsi Sumatera Utara. Adapun alasan memilih tempat penelitian adalah:
a. Kota Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara dan merupakan kota
terbesar ketiga di Indonesia.
b. Tingginya tingkat pertumbuhan infrastruktur kota, terutama bangunan bertingkat
banyak.
3.2.2. Waktu
Penelitian ini akan membutuhkan waktu selama 6 bulan dimulai Januari 2008
hingga bulan Juni 2008. Penelitian dimulai dengan persiapan penelitian survey awal
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 55. dan seminar, selanjutnya pelaksanaan penelitian dan pengumpulan data melalui
pengamatan/wawancara/kuesioner analisis data serta penulisan tesis.
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah: pekerja bangunan yang bekerja di perusahaan
X sebanyak 100 orang.
3.3.2. Sampel
Penentuan sampel dilakukan dengan totaling sample, yaitu seluruh populasi
menjadi sampel. Sehingga sampel penelitian adalah sebanyak 100 responden.
3.4. Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini adalah:
a. Pelatihan K3,
b. Status Pekerja,
c. Rekruitmen,
d. Alat Pelindung Diri.
3.5. Aspek Pengukuran
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 56. Untuk variabel Pelatihan K3, Status Pekerja, Rekuitment, Alat Pelindung Diri
diberikan pertanyaan. Dengan kategori jawaban ada atau tidak atau ya atau tidak,
masing-masing pertanyaan diberi skor. Untuk jawaban ada/ya/berpengalaman
diberikan nilai 2 dan untuk jawaban tidak diberi skor 1.
3.6. Definisi Operasional
Untuk lebih memfokuskan penelitian ini, maka diambil definisi operasional
dari variabel adalah sebagai berikut:
1. Pelatihan adalah kegiatan pelatihan K3 yang pernah diikuti oleh pekerja bangunan
selama proses pembangunan bangunan.
2. Status pekerja adalah status pekerja dalam bekerja dalam pembangunan
bangunan.
3. Sistem rekruitmen adalah cara dan prosedur perekrutan pekerja bangunan
berdasarkan ada tidaknya pengalaman pekerja.
4. Alat pelindung diri adalah alat yang selalu dipakai pekerja guna mencegah
terjadinya kecelakaan kerja.
5. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang dialami oleh pekerja pada saat bekerja.
3.7. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam empat tahap, yaitu:
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 57. a. Tahap awal
Pelaksanaan penelitian diawali dengan pengamatan dan survey awal terhadap
beberapa lokasi tempat pekerja bangunan bekerja, sehingga diperoleh masukan
data-data awal tentang keberadaan dan upaya-upaya yang dilakukan untuk
pencegahan terjadinya kecelakaan kerja di lokasi pembangunan konstruksi,
pengumpulan bahan-bahan literatur serta penelitian-penelitian terdahulu,
selanjutnya mengadakan persiapan penelitian dan seminar untuk mendapatkan
informasi serta penilaian kelayakan penelitian.
b. Tahap Menjalin Komunikasi
Pada tahap ini kegiatan yang akan dilaksanakan adalah:
1. Melaksanakan pendekatan intensif dengan pada pekerja bangunan secara
langsung di lapangan.
2. Mendata seluruh peralatan yang digunakan para pekerja bangunan dalam
melakukan kegiatan konstruksi di lokasi dan di sekitar proyek konstruksi.
3. Mengikuti jalur lintasan bahan baku sampai ke lokasi proyek konstruksi.
c. Tahap Penelitian Secara Umum
Pada tahapan ini kegiatan yang akan dilaksanakan adalah:
3. Memberikan penerapan tentang kegunaan dan tata cara menjawab kuesioner
yang akan diberikan.
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 58. 4. Memberikan penerangan tentang agar tidak terjadi kecelakaan kerja kepada
pekerja bangunan.
d. Tahap Pengumpulan Data
Pada tahapan ini kegiatan yang akan dilaksanakan adalah:
1. Mengumpulkan data dengan melakukan pengamatan, wawancara dan
pengisian kuesioner terhadap responden. Wawancara dilakukan berdasarkan
keadaan lapangan, untuk memperkaya kandungan hasil penelitian, sehingga
hal-hal yang bersifat pribadi dapat terungkap.
2. Meminta kesediaan pekerja bangunan untuk diwawancarai dan mengisi
kuesioner.
3. Membuat data base dari penelitian berupa, umur, lama bekerja, pendidikan,
domisili, jumlah keluarga, keluhan kesehatan, gangguan yang dialami, dan
pendapatan.
3.8. Analisa Data
Untuk pengujian hipotesis dilakukan dengan Chi Square dengan persamaan
(Nazir, 1998).
k ( Oi – Ei)2
X2
= ∑ -------------
i=1 Ei
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 59. Di mana:
Oi = nilai pengamatan yang diperoleh
Ei = nilai harapan
k
∑ = Jumlah kategori yang diamati
i=1
Selanjutnya persamaan tersebut dikembangkan berdasarkan koreksi Yate
untuk chi square 2 x 2 (Saleh, 1985) dengan persamaan:
n (ad – bc)2
X2
= --------------------------------
(a + b)(c + d)(a + c)(b + d)
Di mana untuk harga-harga a, b, c, d ditentukan berdasarkan tabel berikut:
Tabel 3.1. Penentuan Harga a, b, c, d
Ya Tidak Jumlah
Ya a b ( a + b )
Tidak c d ( c + d)
Jumlah ( a + c ) ( b + d ) (a + b + c + d)
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 60. BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kota Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara berada diantara 20
27’ – 20
47’ Lintang Utara serta 980
35’ – 980
44’ Bujur Timur dengan ketinggian
antara 2,5 meter – 37,5 meter di atas permukaan laut. Kota Medan berbatasan
di sebelah Utara, Selatan, Barat dan Timur dengan Kabupaten Deli Serdang.
Kota Medan salah satu dari 23 kabupaten/kota Provinsi Sumatera Utara, Kota
Medan memiliki luas daerah sekitar 26.510 km2
. Sebahagian besar Kota Medan
merupakan daerah daratan rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai
yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli.
Luas Kota Medan menurut kecamatan sangat bervariasi, yaitu Kecamatan
Medan Labuhan 36,37 km2
(13,83%) merupakan kecamatan yang terluas sedangkan
kecamatan terkecil adalah Kecamatan Medan Maimun seluas 2,98 km2
(1,12%)
seperti tertera pada Tabel 4.1.
Pada umumnya Kota Medan beriklim tropis dengan suhu minimum berkisar
antara 23,2o
C – 23,3o
dan suhu maksimum berkisar antara 30,8o
C – 33, 2o
C.
Kelembaban udara rata-rata berkisar 84% - 85,5%. Luas Kota Medan secara
keseluruhan seluas 265, 10 km2
seperti tabel berikut:
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 61. Tabel 4.1. Luas Wilayah Kota Medan Menurut Kecamatan
No Kecamatan Luas Area (Km2
) Persen (%)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Medan Tuntungan
Medan Johor
Medan Amplas
Medan Denai
Medan Area
Medan Kota
Medan Maimun
Medan Polonia
Medan Baru
Medan Selayang
Medan Sunggal
Medan Helvetia
Medan Petisah
Medan Barat
Medan Timur
Medan Perjuangan
Medan Tembung
Medan Deli
Medan Labuhan
Medan Marelan
Medan Belawan
20,68
14,58
11,19
9,05
5,52
5,84
2,98
9,01
5,84
12,81
15,44
13,16
5,33
6,82
7,76
4,09
7,99
20,84
36,67
23,82
26,25
7,80
5,50
4,22
3,41
2,08
2,20
1,12
3,40
2,20
4,83
5,82
4,96
2,01
2,57
2,93
1,54
3,01
7,86
13,83
8,99
9,90
Jumlah 265,10 100,0
Sumber: Medan Dalam Angka 2006
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 62. Kecamatan terluas di Kota Medan adalah Kecamatan Medan Labuhan seluas
36,67 km2
sama dengan 13,83 % dari luar seluruh Kota Medan, dan yang terkecil
adalah Kecamatan Medan Maimun dengan luas 2,98 km2
yang sama dengan 1,12 %
luas Kota Medan.
4.2. Gambaran Umum Responden
Responden penelitian terdiri dari 100 orang yang berasal dari masyarakat
yang bekerja sebagai pekerja bangunan. Beberapa karakteristik dari responden, yaitu:
4.2.1. Umur
Komposisi responden berdasarkan umur, secara umum berkisar antara < 35
tahun hingga > 50 tahun, seperti tertera pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Komposisi Responden Berdasarkan Umur
No Umur
(Tahun)
Jumlah
(Responden)
Persen
(%)
1 < 35 12 12,00
2 36 – 40 23 23,00
3 41-45 45 45.00
4 46-50 10 10.00
5 > 50 10 10.00
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 63. Jumlah 100 100.00
12
23
45
10 10
0
10
20
30
40
50
< 35 36 – 40 41-45 46-50 > 50
Tahun
Orang
Gambar 4.1. Komposisi Responden Berdasarkan Umur
4.2.2. Tingkat Pendidikan
Komposisi responden berdasarkan tingkat pendidikan secara umum adalah
Sekolah Dasar hingga Strata-1, seperti tertera pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Komposisi Responden Berdasarkan Pendidikan
No Tingkat
Pendidikan
Jumlah
(Responden)
Persen
(%)
1 SD 11 11,00
2 SLTP 42 42,00
3 SLTA 11 11,00
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 64. 4 Diploma 35 3500
5 Strata 1 1 1,00
Jumlah 100 100,0
11
42
11
35
1
0
10
20
30
40
50
SD SLTP SLTA Diploma Strata 1
Orang
Gambar 4.2. Komposisi Responden Berdasarkan Pendidikan
4.2.3. Lama Bekerja
Demikian halnya lama bekerja dari responden adalah sangat beragam, yaitu
antara 2 tahun hingga > 5 tahun, seperti pada Tabel 4.4.
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 65. Tabel 4.4. Komposisi Responden Berdasarkan Lama Bekerja
No Lama Bekerja Jumlah
(Responden)
Persen
(%)
1 2 tahun 12 12,00
2 3 tahun 5 5,00
3 4 tahun 38 38,00
4 5 tahun 31 31,00
5 > 5 tahun 14 14,00
Jumlah 100 100,0
12
5
38
31
14
0
5
10
15
20
25
30
35
40
2 tahun 3 tahun 4 tahun 5 tahun > 5
tahun
Orang
Gambar 4.3. Komposisi Responden Berdasarkan Lama Bekerja
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 66. 4.2.4. Jumlah Tanggungan
Komposisi responden berdasarkan jumlah tanggungan secara umum adalah
antara 1 orang hingga > 4 orang, seperti tertera pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5. Komposisi Responden Berdasarkan Lama Bermukim
No Lama Bermukim Jumlah
(Responden)
Persen
(%)
1 2 7 7,00
2 3 10 10,00
3 4 38 38,00
4 5 31 31,00
5 > 5 14 14,00
Jumlah 100 100,0
7
10
38
31
14
0
5
10
15
20
25
30
35
40
2 3 4 5 > 5
Orang
Tahun
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 67. Gambar 4.4. Komposisi Responden Berdasarkan Lama Bermukim
4.3. Pelatihan
Berdasarkan hasil kuesioner dengan para pekerja diperoleh hasil seperti tertera
pada Tabel 4.6 berikut:
Tabel 4.6. Pekerja yang Pernah Mengikuti Pelatihan
No Pelatihan Jumlah
(Responden)
Persen
(%)
1 Pernah 38 38,00
2 Tidak Pernah 62 62,00
Jumlah 100 100,00
38
62
Pernah
Tidak Pernah
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 68. Gambar 4.5. Pekerja yang Pernah Mengikuti Pelatihan
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 69. 4.4. Rekruitmen
Berdasarkan hasil kuesioner diketahui bahwa pekerja yang direkrut
sebahagian telah memiliki pengalaman, seperti tertera pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Rekruitmen Pekerja
No Pekerja Jumlah
(Responden)
Persen
(%)
1 Berpengalaman 64 64,00
2 Tidak Berpengalaman 36 36,00
Jumlah 100 100,0
64
36 Berpengalaman
Tidak
Bepengalaman
Gambar 4.6. Rekruitmen Pekerja
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 70. 4.5. Status Pekerja
Berdasarkan hasil kuesioner diketahui bahwa status pekerja bangunan seperti
tertera pada Tabel 4.8. berikut:
Tabel 4.8. Status Pekerja Bangunan
No Status Pekerja Jumlah
(Responden)
Persen
(%)
1 Pekerja tetap 72 72.00
2 Pekerja tidak tetap 28 28.00
Jumlah 100 100,00
72
28
Pekerja tetap
Pekerja tidak
tetap
Gambar 4.7. Status Pekerja Bangunan
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 71. 4.6. Penggunaan Alat Pelindung Diri
Berdasarkan hasil kuesioner diketahui banyaknya para pekerja yang
menggunakan alat pelindung diri seperti pada Tabel 4.9:
Tabel 4.9. Penggunaan Alat Pelindung Diri
No Penggunaan Alat Pelindung Diri Jumlah
(Responden)
Persen
(%)
1 Sangat lengkap 67 67,00
2 Lengkap 33 33,00
Jumlah 100 100,00
67
33
Sangat lengkap
Lengkap
Gambar 4.8. Penggunaan Alat Pelindung Diri
Beberapa alasan yang dikemukakan oleh pekerja bangunan sehingga para
pekerja enggan memakai alat pelindung diri secara lengkap, seperti tertera pada tabel
berikut:
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 72. Tabel 4.10. Alasan Keengganan Memakai Alat Pelindung Diri
No Alasan Penggunaan Alat
Pelindung Diri
Jumlah
(Responden)
Persen
(%)
1 Tidak leluasa bekerja 18 54.55
2 Memberatkan 6 18.18
3 Pengeluaran tambahan 4 12.12
4 Status pekerja 3 9.09
5 Lokasi kerja 2 6.06
Jumlah 33 100,00
18
6
4
3
2
Tidak leluasa
bekerja
Memberatkan
Pengeluaran
tambahan
Status pekerja
Lokasi kerja
Gambar 4.9. Alasan Keengganan Memakai Alat Pelindung Diri
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 73. 4.7. Kecelakaan Kerja
Pekerja yang pernah mengalami kecelakaan kerja sejak bekerja di dalam
proyek pembangunan bangunan yang menjadi obyek penelitian seperti tertera pada
tabel berikut:
Tabel 4.11. Jumlah Pekerja yang Pernah Mengalami Kecelakaan
No Pekerja Jumlah
(Responden)
Persen
(%)
1 Pernah Mengalami Kecelakaan 43 43,00
2 Tidak Pernah Mengalami Kecelakaan 57 57,00
Jumlah 100 100,00
43
57
Pernah
Mengalami
Kecelakaan
Tidak Pernah
Mengalami
Kecelakaan
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 74. Gambar 4.10. Jumlah Pekerja yang Pernah Mengalami Kecelakaan
Jam kerja pekerja secara umum disesuaikan dengan jam kerja yang ditentukan
oleh Departemen Tenaga Kerja sebanyak 70 responden, sedangkan yang mengatakan
kurang sesuai sebanyak 13 responden, serta sebanyak 17 responden mengatakan jam
kerja tersebut adakalanya sesuai, dan terkadang tidak sesuai.
Upaya pencegahan kecelakaan kerja yang telah dilakukan adalah:
Tabel 4.12. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja
Lokasi
No Upaya
Perusahaan X
1 Alat pelindung diri
Helm X
Sarung tangan X
Sepatu bot X
Penutup telinga -
Kaca mata las X
2 Rambu-rambu kecelakaan kerja
Pamplet X
Pemagaran sementara X
Lak ban -
3 Peralatan pemadam kebakaran
Anti api X
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 75. Goni -
Ember X
Sumber air X
4 Peralatan P3 K
Alkohol X
Betadine/obat merah X
Plester/perban X
Tempat istirahat X
Thermos istirahat X
5 Pengawasan
Konsultan pengawas X
Pengawas kontraktor X
6 Supervisi X
Catatan: Tanda X menandakan pencegahan kecelakaan tersebut digunakan
4.8. Pengaruh Pelatihan K3, Status Pekerja, Rekruitmen, Alat Pelindung Diri
terhadap Pencegahan Kecelakaan Kerja
Pengujian untuk melihat pengaruh dari pelatihan, rekruitmen, status kerja,
alat pelindung diri terhadap kecelakaan kerja memiliki hasil yang berbeda-beda.
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 76. 4.81. Pengaruh Pengarahan terhadap Kecelakaan Kerja
Pengaruh pengarahan terhadap terjadinya kecelakaan kerja seperti tertera pada
tabel berikut:
Tabel 4.13. Pengaruh Pengarahan terhadap Kecelakaan Kerja
Kecelakaan Tidak Kecelakaan Jumlah
Pelatihan K3 6 32 38
Tidak Pelatihan 37 25 62
Jumlah 43 57 100
Berdasarkan data pada Tabel 4.13 yang dihitung dengan menggunakan chi
square 2 x 2 diperoleh hasil X2
hitung (Chi Square) sebesar 22,7 (perhitungan pada
Lampiran 1) Jika besar X2
hitung dibandingkan dengan harga X2
tabel (df= 1, α=0,05)
sebesar 2,706, maka dapat disimpulkan bahwa harga X2
hitung > X2
tabel, maka
disimpulkan bahwa pengarahan berpengaruh terhadap terjadi/tidaknya kecelakaan
kerja.
4.8.2. Pengaruh Status Pekerja terhadap Kecelakaan Kerja
Pengaruh status pekerja terhadap terjadinya kecelakaan kerja seperti tertera
pada tabel berikut:
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 77. Tabel 4.14. Pengaruh Status Pekerja terhadap Kecelakaan Kerja
Kecelakaan Tidak Kecelakaan Jumlah
Pekerja Tetap 22 50 72
Pekerja Tidak Tetap 21 7 28
Jumlah 43 57 100
Berdasarkan data pada Tabel 4.14 yang dihitung dengan menggunakan chi
square 2 x 2 diperoleh hasil X2
hitung (Chi Square) sebesar 17,0 (perhitungan pada
Lampiran 2). Jika besar X2
hitung dibandingkan dengan harga X2
tabel (df= 1, α=0,05)
sebesar 2,706, maka dapat disimpulkan bahwa harga X2
hitung > X2
tabel, maka
disimpulkan bahwa status pekerja berpengaruh terhadap terjadi/tidaknya kecelakaan
kerja.
4.8.3. Pengaruh Rekruitmen terhadap Kecelakaan Kerja
Pengaruh rekruitmen terhadap terjadinya kecelakaan kerja seperti tertera pada
tabel berikut:
Tabel 4.15 Pengaruh Rekruitmen terhadap Kecelakaan Kerja
Kecelakaan Tidak
Kecelakaan
Jumlah
Berpengalaman 15 49 64
Tidak Berpengalaman 28 8 36
Jumlah 43 57 100
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 78. Berdasarkan data pada Tabel 4.15 yang dihitung dengan menggunakan chi
square 2 x 2 diperoleh hasil X2
hitung (Chi Square) sebesar 27,8 (perhitungan pada
lampiran 3). Jika besar X2
hitung dibandingkan dengan harga X2
tabel (df= 1, α=0,05)
sebesar 2,706, dapat disimpulkan bahwa harga X2
hitung > X2
tabel, maka disimpulkan
bahwa rekruitmen berpengaruh terhadap terjadi/tidaknya kecelakaan kerja.
4.8.4. Pengaruh Alat Pelindung Diri terhadap Kecelakaan Kerja
Pengaruh pemakaian alat pelindung diri terhadap terjadinya kecelakaan kerja
seperti tertera pada tabel berikut:
Tabel 4.16. Pengaruh Pemakaian APD terhadap Kecelakaan Kerja
Kecelakaan Tidak Kecelakaan Jumlah
Memakai APD 22 45 67
Tidak Memakai APD 21 12 33
Jumlah 43 57 100
Berdasarkan data pada Tabel 4.16 yang dihitung dengan chi square 2 x 2
diperoleh hasil X2
hitung (Chi Square) sebesar 14,1 (perhitungan pada Lampiran 4).
Jika besar X2
hitung dibandingkan dengan harga X2
tabel (df= 1, α=0,05) sebesar 2,706,
dapat disimpulkan bahwa harga X2
hitung > X2
tabel, maka disimpulkan bahwa
pemakaian alat pelindung diri berpengaruh terhadap terjadi/tidaknya kecelakaan
kerja.
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 79. BAB 5
PEMBAHASAN
5.1. Responden
5.1.1. Umur
Umur dominan responden pada penelitian ini adalah kisaran 41-45 tahun
sebanyak 45 responden (45,00%), hal ini menunjukkan bahwa responden terdiri dari
masyarakat yang telah memiliki pengalaman hidup yang cukup, serta cukup matang
dalam menentukan pilihan.
Pada penelitian ini juga dijumpai responden dengan usia > 50 tahun sebanyak
10 responden (10,00%), serta responden dengan umur < 35 tahun sebanyak 12
responden (12,00%). Responden demikian adalah responden pendatang setelah
berkembang dan banyaknya pembangunan gedung di Kota Medan. Secara umum
umur responden berpengaruh terhadap kepatuhan melaksanakan upaya pencegahan
kecelakaan kerja, seperti penggunaan alat pelindung diri. Pekerja dengan usia > 45
tahun lebih taat menggunakan alat pelindung diri. Menurut Hana (1996) yang dikutip
Ikhwan (2004) menyatakan bahwa lama kerja juga terkait dengan usia seseorang.
Pada usia tertentu relatif ia sudah bekerja dalam waktu tertentu pula, usia 30-40 tahun
adalah usia peningkatan karir.
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 80. 5.1.2. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan responden yang dominan adalah tingkat pendidikan
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) sebanyak 42 responden (42,00%), pada
penelitian ini juga dijumpai responden dengan tingkat pendidikan strata 1 sebanyak 1
responden (1,00%) umumnya responden demikian bekerja sebagai pengawas
bangunan.
Demikian halnya pada penelitian juga dijumpai responden dengan tingkat
pendidikan Sekolah Dasar (SD) sebanyak 11 responden (11,00%), responden yang
demikian pada umumnya adalah responden yang telah berusia > 50 tahun.
Dengan melihat keberagaman tingkat pendidikan responden penelitian maka
dapat disimpulkan bahwa responden secara pendidikan telah mewakili tingkat
pendidikan umum dari masyarakat yang menjadi responden. Pendidikan pekerja
bangunan sangat mempengaruhi upaya pencegahan kecelakaan kerja, semakin tinggi
pendidikan formal pekerja, semakin baik juga kepatuhannya dalam pencegahan
kecelakaan kerja. Menurut pendapat Kosa dan Robertson yang dikutip oleh
Notoatmodjo (2003) bahwa perilaku kesehatan individu dipengaruhi oleh
kepercayaan orang yang bersangkutan terhadap kondisi kesehatan yang diinginkan
dan kurang berdasarkan pengetahuan biologi. Pada umumnya tindakan diambilkan
berdasarkan penilaian individu berdasarkan pengetahuan umumnya.
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 81. Pendapat lainnya adalah Ravianto (1990) menyatakan bahwa pendidikan
seseorang mempengaruhi cara berpikir dalam menghadapi pekerjaan. Semakin tinggi
pendidikan seseorang, maka semakin besar kemungkinan tenaga kerja dapat bekerja
dan melaksanakan pekerjaannya.
5.1.3. Jumlah Tanggungan
Jumlah tanggungan responden yang dominan adalah jumlah tanggungan
sebanyak 4 orang, yaitu sebanyak 38 responden (38,00%) serta responden yang
memiliki jumlah tanggungan > 5 tahun sebanyak 14 responden (14,00%), hal ini
menunjukkan bahwa responden penelitian terdiri dari berbagai jenis jumlah
tanggungan. Jumlah tanggungan responden tidak memberikan pengaruh langsung
terhadap kepatuhan melaksanakan upaya pencegahan kecelakaan kerja, hal ini dapat
dilihat bahwa pekerja yang menggunakan alat pelindung diri dan yang mengikuti
penyuluhan terdiri dari pekerja jumlah tanggungan 2 orang hingga > 5 orang.
5.1.4. Lama Bekerja
Lama bekerja responden yang dominan adalah selama 4 tahun yaitu sebanyak
38 responden (38,00%). Hal ini disebarkan semakin banyaknya pembangunan
bangunan bertingkat seperti pusat perbelanjaan, hotel, perkantoran di Kota Medan.
Selanjutnya responden dengan lama bekerja paling sedikit adalah lama
bekerja selama 3 tahun yaitu sebanyak 5 responden (5,00%), responden yang
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 82. demikian pada umumnya adalah responden pendatang dan bermukim di pinggiran
Kota Medan. Pekerja yang enggan menggunakan alat pelindung diri pada umumnya
adalah pekerja yang lama bekerja antara 2 – 3 tahun, sedangkan pekerja yang telah
bekerja > 3 tahun lebih menyadari perlunya menggunakan alat pelindung diri dalam
bekerja.
Menurut Dalyono yang dikutip Ikhwan (2004) menyatakan bahwa tenaga
kerja yang bekerja > 3 tahun diharapkan telah memiliki pengalaman dan keterampilan
yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan yang optimal dengan keamanan yang
lebih baik. Demikian halnya hasil penelitian Pandji (2001) dalam Ravianto (1990)
mengatakan bahwa tenaga kerja yang mempunyai masa kerja yang lama akan lebih
terampil dan berpengalaman di dalam mengerjakan pekerjaannya sehingga hasil dan
keamanan bekerja lebih baik.
5.2. Rekruitmen
Sistem rekruitmen dari pekerja yang melamar sebagai pekerja bangunan pada
umumnya adalah melalui informasi lisan dari satu pekerja ke pekerja lain, sehingga
kualitas dan pengalaan dari pekerja tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan,
namun kualitas dan kemampuan kerjanya akan dibuktikan pada saat ianya
melaksanakan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008
- 83. Namun bagi pekerja yang bertugas sebagai mandor, pengawas dan site
manajer secara umum memiliki latar belakang pendidikan teknik, baik yang
diperolehnya dari bangku sekolah maupun dari kursus-kursus singkat yang diikuti.
Untuk pekerjaan untuk tugas yang demikian secara umum rekruitmen dilakukan
dengan melakukan test kemampuan lapangan seperti pengenalan peralatan teknik,
penentuan campuran, teknik pemasangan cetakan beton dan sebagainya.
Para pekerja yang direkrut yang secara menjadi tanggung jawab dari pekerja
yang membawahinya, sehingga rekruitmen pekerja lebih banyak didasarkan pada
siapa yang membawa dan menjamin kemampuan pekerja tersebut. Pekerja yang
dijamini oleh pekerja yang senior akan lebih mudah menduduki posisi pekerja
sebagai tukang atau bahkan kedudukan yang lebih tinggi seperti kepala tukang atau
mandor.
Pekerja yang direkrut secara rekomendasi dari pekerja bangunan lainnya
sering membawa ekses pada pekerja yang membawanya. Setiap kesalahan dari
pekerja yang direkomendasikan akan memberikan penilaian tersendiri bagi pekerja
yang membawanya, sanksi yang diterima hanya berupa saksi moral berupa di lain
waktu tidak akan diizinkan lagi membawa teman atau keluarganya untuk bekerja
di proyek yang dikelola kontraktor dan konsultan pengawas tersebut.
Hasil penelitian terhadap kuesioner responden bahwa sistem perekrutan
pekerja secara umum adalah dengan merekrut pekerja yang telah memiliki
pengalaman sebanyak 64 responden (64%). Hal ini disebabkan sistem perekrutan
Sahrial Angkat : Analisis Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan Perusahaan X, 2008
USU Repository © 2008