Dokumen tersebut memberikan panduan pelayanan gizi selama masa pandemi Covid-19, meliputi modifikasi pelayanan gizi untuk ibu hamil, balita, dan remaja puteri dengan melakukan kunjungan rumah, konseling daring, serta edukasi melalui berbagai media. Dokumen tersebut juga menjelaskan tentang jenis pelayanan gizi, pencatatan dan pelaporan, serta upaya percepatan input dan analisis data selama masa pandemi.
2. TujuanPembelajaran
● Umum:
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan
pelayanan gizi pada masa pandemi Covid-19.
● Khusus
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu menjelaskan dan
melakukan:
1. Pelayanan Gizi Ibu Hamil
2.Pelayanan Gizi Balita
3.Pelayanan Gizi Remaja Puteri
3. PokokBahasan
1. Latar belakang
2. Jenis Pelayanan Gizi
3. Pelayanan Gizi Ibu Hamil
4. Pelayanan Gizi Balita
5. Pelayanan Gizi Remaja Puteri
6. Pencatatan dan Pelaporan
4.
5.
6. INTERVENSI GIZI SPESIFIK
PROGRAM PERCEPATAN PENCEGAHAN STUNTING
Meningkatkan pelayanan kesehatan kesehatan ibu hamil, ibu
menyusui, bayi dan balita
Promosi dan konseling pemberian makanan bayi dan anak (PMBA)1
Promosi dan konseling menyusui
2
3
Pelayanan imunisasi, pemberian obat cacing4
Surveilans gizi, pemantauan dan promosi pertumbuhan
dan perkembangan balita
5
Pemberian suplementasi tablet tambah darah pada ibu hamil
dan remaja, serta pemberian vitamin A
6
Penanganan masalah gizi dengan pemberian makanan tambahan
ibu hamil dan balita dan tatalaksana gizi buruk
7
7. PERAN DAN KEWENANGAN KEMENTERIAN/LEMBAGA
INTERVENSI SENSITIF PENANGGULANGAN STUNTING
3
4
15
2
PENGUATAN
KOORDINASI
KEMENTERIAN DAN
LEMBAGA UNTUK
FOKUS INTERVENSI
PENGUATAN PERAN
PEMDA UNTUK
KOORDINASI ORGANISASI
PERANGKAT DAERAH
OPTIMALISASI
PEMANFAATAN
SUMBERDAYA YANG
TERSEDIA UNTUK AKSI
PENGEMBANGAN
INOVASI INTERVENSI
SESUAI KEARIFAN
LOKAL
PENINGKATAN KESEJAHTERAAN
MASYARAKAT TIDAK MAMPU melalui
Program Keluarga Harapan (PKH) dan
Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT).
(Kemen Sosial)
PENINGKATAN PENGASUHAN DI
TINGKAT KELUARGA DAN
MASYARAKAT melalui PAUD, BK/RA,
BKB (Kemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Kemen Agama, Kemen
Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak, BKKBN, )
KETERSEDIAAN SUMBER PANGAN
(Karbohidrat, protein hewani dan nabati, lemak,
vitamin dan mineral). Kemen Pertanian,
Kemendagri, Kemen Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi , BPOM,
Kemen Kelautan dan Perikanan)
KETERSEDIAAN AIR BERSIH DAN
SANITASI
(Kemen Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat, Kemen Dalam Negeri,
Kemen Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal,
dan Transmigrasi )
PARTISIPASI & PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
melalui posyandu, PKK, (Kemendagri,Kemen Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi )
8. LATARBELAKANG
Status Tanggap
Darurat Yang Diikuti
Dengan Kebijakan
PSBB
Menurunnya Akses
Dan Daya Beli
Masyarakat
Terhadap
Pemenuhan Pangan
Bergizi
Meningkatkan
Risiko Terjadinya
Masalah Gizi Akut
Maupun Kronis
Penyesuaian Pelayanan Gizi
pada masa Covid 19
9. WILAYAH DENGAN PSBB
Fasyankes
meminimalisir
kunjungan untuk
hal-hal yang
tidak mendesak
dan
Gawat Darurat
Modifikasi Pelayanan
1. Kunjungan Rumah, untuk
sasaran berisiko (balita gizi
kurang, balita gizi buruk, bumil
KEK, bumil anemia, rematri
anemia)
2. Konseling melalui media
virtual
3. Edukasi melalui berbagai
media komunikasi
4. Membuat grup media sosial
secara daring
10. LANGKAH-LANGKAH KUNJUNGAN RUMAH UNTUK
PELAYANAN KONSELING DAN EDUKASI
01 03
02
04
PRIORITAS PADA
SASARAN BERISIKO
Tujuan kunjungan rumah:
- Tindaklanjut intervensi,
- Memantau
pertumbuhan dan
kesehatan balita,
- Konseling dan edukasi
- Diskusikan masalah ibu
melalui telpon/aplikasi
chat sebelum melakukan
kunjungan rumah
- Koseling lanjutan melalui
telepon/aplikasi chat bila
diperlukan
Menerapkan prosedur pencegahan infeksi:
- Menggunakan masker, mencuci tangan
- Menjaga jarak fisik
- Konseling dilakukan di ruangan
terbuka/cukup ventilasi
- Maksimal 15 menit
11. Jenis Pelayanan Gizi
KONSELING DAN EDUKASI:
1. Promosi dan konseling PMBA
2. Gizi seimbang bagi ibu hamil,
remaja puteri, ibu menyusui
SUPLEMENTASI:
1. TTD ibu hamil, TTD Rematri,
2. Kapsul Vit A bayi dan balita,
3. Makanan Tambahan bagi ibu
hamil KEK dan balita gizi
kurang
Penanganan Balita Gizi Buruk
sesuai Penatalaksanaan Kasus
Pemantauan Pertumbuhan di Posyandu
Setiap Tablet mengandung
60 mg besi elemental dan
0,4 mg asam folat
Setiap kapsul:
Vitamin A biru 100.000 SI
Vitamin A merah 200.000 SI
kemasan primer (3 keping)
seberat 60g mengandung 270 Kal
dan 6g protein, 11 Vitamin dan 7
mineral
kemasan primer (4 keping)
seberat 40g mengandung 160 Kal
dan 3,4 – 4,8 g protein, 10
Vitamin dan 7 mineral
13. Pelayanan Gizi Ibu Hamil
KONSELING dan EDUKASI
melalui media daring, media cetak, media elektronik
Pemberian TTD
1. Melalui kunjungan Fasyankes
terjadwal maupun kunjungan rumah
2. Ibu hamil ODP, PDP, dan terkonfirmasi
POSITIF pemberian TTD DITUNDA dan
dikonsultasikan ke dokter untuk jadwal
konsumsinya
3. TTD dapat diperoleh melalui bidan
desa/tenaga gizi maupun secara mandiri
PEMBERIAN MT BUMIL KEK
1. Prioritas untuk ibu hamil KEK
2. Bila terdapat stok, MT dapat
diberikan keapada semua ibu
hamil
3. MT dapat diperoleh melalui bidan
desa, tenaga gizi pada saat ANC
terjadwal, kunjungan rumah,
diambil oleh anggota keluarga
14. Pelayanan Gizi Balita
Promosi dan konseling PMBA
1. Ibu ODP atau OTG menjalani isolasi
mandiri di rumah, aman menyusui bayi
2. Prioritas konseling adalah ibu dengan
masalah menyusui dan pemberian MP-
ASI
Pemberian kapsul vitamin A
1. Kapsul vitamin A harus tetap diberikan
2. Pastikan pemberian dosis kedua di
bulan Agustus
Pemberian MT balita
1. Prioritas MT diberikan kepada balita
gizi kurang
2. Apabila stok tersedia, MT dapat
diberikan kepada semua balita
Pemantauan Pertumbuhan
1. Dilakukan secara mandiri di rumah atau bila
memungkinkan di Posyandu
2. Waspadai tanda-tanda balita sakit dan kurang
gizi
3. Pemantauan pertumbuhan serentak pada
seluruh sasaran balita harus dilaksanakan
segera saat pandemi COVID 19 dinyatakan
berakhir
Daerah dengan penerapan PSBB, maka tenaga
Kesehatan bersama kader mengidentifikasi balita
berisiko dari hasil penimbangan pada bulan terakhir
• Balita gizi buruk dengan komplikasi medis tetap dirujuk,
sedangkan tanpa komplikasi medis dilakukan rawat jalan
• Bayi < 6 bulan dan balita ≥ 6 bulan dengan BB kurang dari
4 kg, wajib rawat inap
15. Pelayanan gizipadarematri: Pemberian ttd
TTD untuk remaja putri tetap
diberikan walau ada kebijakan
belajar dari rumah (Study From Home)
Rematri ODP, PDP) dan
terkonfirmasi positif, pemberian
TTD ditunda dan dikonsultasikan ke
dokter untuk jadwal konsumsinya
Pemberian TTD sapat dilakukan
melalui Fasyankes, sekolah
maupun diperoleh secara mandiri
KONSELING dan EDUKASI
melalui media daring, media
cetak, media elektronik
16. Pencatatandanpelaporan
Pencatatan dan pelaporan
pelayanan gizi pada masa
pandemic COVID 19 tetap
dilakukan seperti sebelumnya
Buku KIA sebagai alat edukasi dapat
digunakan untuk pemantauan
pertumbuhan dan perkembangan
yang dilakukan secara mandiri di
rumah.
Pemantauan wilayah
setempat dilakukan melalui
kegiatan surveilans gizi
dengan menganalisis seluruh
sumber data yang tersedia
diantaranya data ePPGBM
1. Feedback berkala secara berjenjang
2. Koordinasi dengan Pendamping Desa
untuk percepatan input melalui xls
3. Diskusi teknis dengan media online
Upaya Percepatan Input
dan Analisis data
Intervensi Spesifik dalam program percepatan pencegahan stunting merupakan tanggung jawab kementerian kesehatan adalah:
Promosi dan konseling pemberian makanan bayi dan anak (PMBA)
Promosi dan konseling menyusui
Meningkatkan pelayanan kesehatan kesehatan ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan balita
4. Pelayanan imunisasi, pemberian obat cacing
Surveilans gizi, pemantauan dan promosi pertumbuhan dan perkembangan balita
Pemberian suplementasi tablet tambah darah pada ibu hamil dan remaja, serta pemberian vitamin A
Penanagan masalah gizi dengan pemberian makanan tambahan ibu hamil dan balita dan tatalaksana gizi buruk
Adapun peran dan kewenangan Kementerian dan Lembaga lain untuk turut menurunkan angka stunting terkait 5 hal, yaitu:
1. Ketersediaan sumber pangan (Karbohidrat, protein hewani dan nabati, lemak, vitamin dan mineral). K/L yang terlibat adalah Kementerian Pertanian, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Desa, Badan POM, Kementerian Kelautan dan Perikanan)
2. Ketersediaan air bersih dan sanitasi, mejnjadi tanggung jawab Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PU-PR) dan Kementerian Desa;
3. Pemberdayaan masyarakat melalui parisipasi posyandu, PKK, UMKM (Usaha Mikro Kecil dan menengah. K/L yang terkait adalah Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Desa, Kementerian Koperasi Usaha Kecil dan Menengah)
4. Peningkatan pengasuhan di tingkat keluarga dan masyarakat melalui PAUD, BK/RA, BKB. K/L terkaitnya adalaj Kemendikbud, Kemenag, BKKBN, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
5. Peningkatan kesejahteraan masyarakat tidak mampu melalui Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), menjadi tanggung jawab Kemensos.
Untuk itu perlu dilakukan upaya penguatan dan pengembangan serta optimalisasi yaitu:
Penguatan konvergensi: koordinasi kementerian dan lembaga untuk fokus intervensi;
Perlu penguatan peran pemda untuk koordinasi organisasi perangkat daerah;
Pengembangan inovasi intervensi sesuai kearifan local dan
Optimlisasi pemanfaatan sumberdaya yang tersedia (BPS, Badan Ketahanan Pangan, Kemensos, Kemendagri, Kemendes, Kemendagri) untuk aksi
Status tanggap darurat yang diikuti dengan kebijakan PSBB akan berdampak signifikan kehidupan masyarakat, termasuk masalah ekonomi, seperti menurunnya akses dan daya beli masyarakat terhadap pemenuhan pangan bergizi.
Kerawanan pangan dan gizi meningkatkan risiko terjadinya masalah gizi akut, bahkan masalah gizi kronik (stunting) pun mungkin akan meningkat jika penetapan tanggap darurat berlangsung dalam waktu yang cukup lama.
Pelayanan gizi pun ikut terdampak karena pembatasan layanan tetapi perlu tetap berjalan dengan melakukan beberapa penyesuaian, sehingga tidak akan memperburuk masalah gizi yang telah ada sebelumnya. Penyesuaian dilakukan berdasarkan kebijakan daerah, dan dapat dibagi menjadi:
Daerah dengan penetapan PSBB dan Transmisi Lokal
Daerah belum menerapkan PSBB, tidak ada transmisi Lokal dan mobilitas minimal
Kunjungan rumah diprioritaskan kepada kelompok sasaran yang berisiko yaitu balita berisiko masalah gizi, ibu hamil KEK dan anemia serta remaja anemia
Kunjungan rumah bertujuan untuk melakukan tindaklanjut intervensi (pemberian MT, TTD dan vitamin A serta memantau kepatuhan konsumsinya), memantau pertumbuhan dan kesehatan balita serta memberikan konselling dan edukasi
Dalam melakukan kunjungan rumah petugas kesehatan/kader harus memperhatikan prosedur pencegahan infeksi yaitu: menggunakan masker, menjaga jarak fisik setidaknya 1-2 meter, konseling dilakukan pada udara terbuka atau ruangan dengan cukup ventilasi, membatasi waktu konseling maksimal 15 menit.
Sebelum melakukan kunjungan rumah, lakukan diskusi dengan ibu melalui telepon/ sms/ aplikasi chat untuk mengetahui masalah yang dihadapi ibu, sehingga konseling dilakukan secara efektif, dalam waktu terbatas, sesuai dengan masalah yang ada.
Konseling lanjutan, bila diperlukan, bisa dilakukan melalui media telepon, maupun SMS atau aplikasi chat lainnya.
Pada masa pandemi covid pemberian TTD ibu hamil tetap dilaksanakan baik melalui kunjungan fasyankes terjadwal, atau melalui kunjungan rumah
TTD dapat diperoleh dari bidan desa atau tenaga gizi maupun secara mandiri
Konseling kepada Ibu serta edukasi kepada masyarakat perlu dilakukan untuk mengurangi risiko anemia, baik melalui media daring, media cetak seperti poster maupun media eletronik seperti radio
Kelompok/kelas Ibu hamil dapat diganti dengan diskusi kelompok dalam apllikasi chat seperti WhatsApps
Untuk ibu hamil dalam pengawasan (ODP), terduga (PDP) dan terkonfirmasi positif, pemberian TTD ditunda dan dikonsultasikan ke dokter untuk jadwal konsumsinya
Pemberian MT diprioritaskan kepada ibu hamil KEK
MT dapat diperoleh melalui bidan desa atau tenaga gizi saat pemeriksaan ANC dengan perjanjian di fasyankes, melalui kunjungan rumah atau diambil oleh keluarga setelah melalui perjanjian sebelumnya
Bila terdapat stok, MT dapat diberikan kepada semua ibu hamil untuk pencegahan risiko ibu hamil KEK disertai dengan konseling/edukasi gizi
Ibu yang berstatus ODP atau OTG dan sedang menjalani isolasi mandiri di rumah, aman menyusui bayi sepanjang dilakukan dengan menerapkan prinsip-prinsip pencegahan penularan infeksi.
Pada masa Pandemi COVID-19, kapsul Vitamin A harus tetap diberikan kepada semua bayi 6-11 bulan (1 kali) dan Balita 12-59 bulan (2 kali) pada bulan Pebruari dan Agustus, termasuk pada balita dengan status OTG dan ODP
Pemberian kapsul Vitamin A dapat diberikan melalui kunjungan rumah atau di fasyankes dengan tetap memperhatikan physical distancing dan menggunakan APD.
Bila kapsul diberikan di Fasyankes, ibu tidak perlu membawa anaknya karena pemberian kapsul Vitamin A dapat dilakukan di rumah.
Perlu dipastikan pemberian dosis kedua di bulan Agustus harus terlaksana sampai ke sasaran
Memastikan tidak ada donasi atau pemberian susu formula tanpa adanya indikasi medis.
Konseling diprioritaskan pada ibu yang memiliki masalah menyusui, dan masalah pemberian MP-ASI
Konseling dilakukan setelah sebelumnya melakukan kajian masalah melalui telpon dan melakukan janji temu.
Kelompok prioritas untuk mendapatkan MT adalah balita gizi kurang.
Apabila stok tersedia, MT dapat diberikan kepada semua balita dan disertai dengan edukasi gizi.
Distribusi MT dapat dilakukan melalui mekanisme yang disepakati dengan memperhatikan prinsip pencegahan penularan COVID-19.
Konseling dan edukasi dilaksanakan untuk memastikan konsumsi MT dan asupan gizi seimbang bagi bayi dan anak melalui aplikasi chat, SMS atau telepon
Kelas Balita gizi kurang dapat digantikan dengan membentuk kelompok ibu dalam aplikasi chat untuk memantau dan memberikan informasi penting pertumbuhan balita
Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan Balita dilakukan secara mandiri di rumah, atau bila memungkinkan dapat melakukannya di Posyandu dengan mematuhi prinsip pencegahan infeksi dan physical distancing, sesuai keputusan pemerintah daerah setempat.
Jika ditemukan satu atau lebih tanda-tanda pada anak: anak kelihatan kurus, timbul demam, ada darah dalam tinja, terjadi diare berulang dan semakin parah, muntah terus menerus, anak terlihat sangat haus, serta anak tidak mau makan dan minum, segera menghubungi bidan desa atau membawa anak ke fasilitas kesehatan
Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan harus segera dilaksanakan pada seluruh sasaran balita secara serentak saat pandemic COVID 19 dinyatakan berakhir
Balita gizi buruk dengan komplikasi medis tetap dirujuk ke fasilitas rawat inap, sedangkan Balita gizi buruk tanpa komplikasi medis melakukan rawat jalan di Fasyankes.
Bayi dibawah 6 bulan dan Balita ≥ 6 bulan dengan berat badan di bawah 4 kg, walaupun tanpa komplikasi medis wajib rawat inap.
Memastikan ketersediaan logistik untuk penanganan gizi buruk setidaknya untuk tiga bulan (mineral mix dan vitamin A)
Penapisan dilakukan baik secara mandiri, melalui kunjungan rumah atau saat kunjungan balita ke Fasyankes (misalkan pada saat imunisasi)
TTD untuk remaja putri tetap diberikan walau ada kebijakan belajar dari rumah (Study From Home)
Pemberian TTD dapat dilakukan:
Melalui fasyankes setelah siswa melakukan koordinasi dengan guru dan Bidan/ Tenaga gizi
Melalui sekolah bila TTD diberikan sebelum sekolah memberlakukan SFH
Secara mandiri dengan remaja putri membeli TTD yang sesuai atau setara komposisinya dengan TTD Program
Untuk rematri dalam pengawasan (ODP), terduga (PDP) dan terkonfirmasi positif, pemberian TTD ditunda dan dikonsultasikan ke dokter untuk jadwal konsumsinya
Pencatatan dan pelaporan pelayanan gizi pada masa pandemic COVID 19 tetap dilakukan seperti sebelumnya, termasuk pencatatan dan pelaporan hasil pemantauan pertumbuhan di Posyandu apabila Posyandu masih beroperasi dengan pembatasan
Buku KIA sebagai alat edukasi juga dapat digunakan oleh ibu balita untuk mencatat hasil penimbangan pada pemantauan pertumbuhan dan perkembangan yang dilakukan secara mandiri di rumah. Namun hasil penimbangan tersebut tidak perlu dilaporkan sebagai cakupan kinerja program.
Pemantauan wilayah setempat dilakukan melalui kegiatan surveilans gizi dengan menganalisis seluruh sumber data yang tersedia diantaranya data ePPGBM. Informasi yang dihasilkan digunakan untuk menentukan prioritas kunjungan terjadwal atau konseling melalui media komunikasi (telpon, aplikasi chat atau SMS)