SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 58
Downloaden Sie, um offline zu lesen
VERSI 2-J – 8 DEC 03
/01 apr 04




                       RANCANGAN
                 PEDOMAN DAN POLA TETAP
             PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN
                    ENERGI PANAS BUMI
                       2004 – 2020
             Blueprint Implementasi Undang-undang Nomor 27 tahun 2003 tentang Panasbumi




                       DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

                                                                                          1
DAFTAR ISI
BAB I.      PENDAHULUAN                                                                     Halaman
            1.1. Latar Belakang                                                               3-4
            1.2. Pola Pikir Pengembangan Pengusahaan Panas Bumi                                 5

 BAB II.    KONDISI SAAT INI DAN KECEENDERUNGAN KE DEPAN
            2.3. Kondisi Saat ini                                                            6 - 12
            Kebijakan Yang Berlaku (Untuk Proyek Yang Sedang Berjalan)
            2.4.   Lingkungan Strategis                                                        13
            1.5.   Identifikasi Permasalahan                                                 14 - 17
            1.6.   Arah dan Kecenderungan                                                      19



BAB III .   VISI MISI DAN STRATEGI
            3.1. Visi dan Misi                                                                  20
            3.2. Sasaran                                                               21
            3.3. Strategi Pengembangan                                                        22 - 23

BAB IV.     LANGKAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN PANAS BUMI
            4.1. Langkah Kebijakan Umum                                                         24
            4.2. Langkah Kebijakan Pengusahaan Panas Bumi                                       25
                  4.2.1. Alur Proses Kegiatan Operasional dan Pengusahaan Panas Bumi
                           Menurut UU no: 27 / 2003                                             26
                  4.2.2. Alur Proses Kegiatan Operasional dan Pengusahaan Panas Bumi
                           Menurut UU no: 27 /2003 (Lanj 1)                                     27
                  4.2.3. Alur Proses Kegiatan Operasional dan Pengusahaan Panas Bumi
                           Menurut UU no: 27 /2003 (Lanj 2)                                     28
            4.3. Langkah Kebijakan Pengembangan Sumber Daya Manusia                             29
            4.4. Langkah Kebijakan Penelitian dan Pengembangan                                  30


                                                                                                        2
DAFTAR ISI

BAB V.     INSTRUMEN LEGISLASI                                                   Halaman
           5.1. Instrumen Legislasi Yang Sudah Ada                                 31
           5.2. Instrumen Legislasi Yang Diperlukan                                        32 - 33

BAB VI.    KELEMBAGAAN PANAS BUMI
           6.1. Kelembagaan Perizinan Usaha Panas Bumi                             35
           6.2. Kelembagaan Pembinaan dan Pengawasan                             36 - 37
           6.3. Kelembagaan Pemecahan Masalah Perselisihan                         38
           6.4. Pengembangan Sistem Kelembagaan                                  39 - 40

BAB VII.
    VI     PROGRAM PENGEMBANGAN PANAS BUMI
           7.1. Jangka Pendek
                 7.1.1. Pengelolaan Existing Contracts                             42
                 7.1.2. Pengembangan Rencana Strategis Pemanfaatan Panas Bumi      43
                 7.1.3. Sinkronisasi Peraturan Pelaksanaan Undang Undang           44
           7.2. Jangka Menengah dan Panjang
                 7.2.1. Program Legislasi Pengusahaan Panas Bumi                   45
                 7.2.2. Fasilitasi Kebijikan Harga Energi                          46
                 7.2.3. Sosialisasi Program Pengembangan Panas Bumi                47
                 7.2.4. Pemutakhiran Rencana Strategis Pengembangan Panas Bumi
                                                                      Panas        48
                 7.2.5. Pengembangan Sistem Data dan Informasi Panas Bumi
                                                                       Bumi        49
                 7.2.6. Rencana Pengembangan Ristek dan SDM                        50
                 7.2.7. Community Development                                      51
                 7.2.8. Kemampuan Kelembagaan                                      52

LAMPIRAN 1 : POTENSI ENERGI PANAS BUMI INDONESIA
LAMPIRAN 2 : INSTANSI TERKAIT DALAM BISNIS GEOTHERMAL (EXISTING)
LAMPIRAN 3 : INSTANSI TERKAIT DALAM BISNIS GEOTHERMAL (BARU)

                                                                                                     3
1.1. Latar Belakang.
Potensi sumber daya panas bumi Indonesia pada tahun 2003 berjumlah 27.189
Mwe, namun pemanfaatannya baru mencapai 2% (807 Mw) dari potensi sumber
daya dan cadangan tersebut yang dimanfaatkan untuk pembangkitan tenaga listrik;

Panas bumi termasuk energi terbarukan yang bersih lingkungan sehingga
peranannya perlu ditingkatkan khususnya untuk mensubstitusi pemakaian energi
fosil;

Energi panas bumi yang terdapat di Indonesia beragam sehingga sangat cocok
untuk dimanfaatkan sebagai sumber energi primer pembangkit tenaga listrik
maupun untuk pemanfaatan langsung dalam industri pertanian dan pariwisata;

Potensi sumber daya Panas bumi pada umumnya terdapat di jalur vulkanik yang
prasarananya masih terbatas. Selain itu, energi panas bumi tidak dapat diekspor
sehingga pemanfaatannya difokuskan untuk memenuhi kebutuhan energi setempat;

Pemanfaatan energi panas bumi akan berdampak positif pada pengembangan
ekonomi, khususnya daerah setempat;

Undang-undang Nomor 44 Tahun 1960, Undang-undang Nomor 8 Tahun 1971,
undang-undang Nomor 15 Tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan, Keppres No.
22/1981, Keppres No. 45/1991, Keppres No. 49/1991, KMK N0. 766/KMK.04/1992,
memberikan daya tarik pengusahaan panasbumi dengan komitmen pengembangan
sampai dengan 3000 Mw;
                                                                               4
1.1. Latar Belakang (Lanjutan).
Keppres Nomor 37/1997, Keppres Nomor 39/1997, Keppres Nomor 5/1998 yang
menunda dan mengkaji kembali beberapa proyek Panas bumi, sehingga hanya 807
Mw yang dapat direalisasikan;

Keppres Nomor 76/2000 tidak berhasil menarik investasi baru;

Undang undang Nomor 27/2003 tentang Panas Bumi memberikan kepastian hukum
dalam mendorong investasi baru pengembangan panas bumi;

UU No. 20 tahun 2002 tentang ketenagalistrikan merupakan produk restrukturisasi
bidang Tenaga Listrik memberi kesempatan pengembangan pembangkit tenaga
listrik dari sumber energi baru terbarukan setempat di wilayah kompetisi dan non
kompetisi pada off grid dan on grid;

Dengan mempertimbangkan Undang Undang Nomor 27/2003 tentang panas bumi ,
Undang Undang Nomor 20/2002 tentang ketenagalistrikan dan pelaksanaan
restrukturisasi sektor energi lainnya maka perlu disusun pedoman dan pola tetap
pengembangan dan pemanfaatan energi panas bumi sebagai suatu peta-perjalanan
(‘road-map”) implementasi kebijakan restrukturisasi kegiatan usaha panas bumi.

Roadmap pengembangan pengusahaan Panas bumi, sesuai dengan amanat Undang
Undang 27/2003 tentang panas bumi, menjadi acuan dalam penyusunan peraturan-
peraturan pelaksanaan sehingga kegiatan usaha panas bumi mempunyai landasan
hukum yang jelas, transparan, dapat dilaksanakan dan mampu menarik investasi.
                                                                                   5
1.2. POLA PIKIR PENGEMBANGAN PENGUSAHAAN PANAS BUMI

                                      UUD 1945, UU 20/2002, UU 27/2003
                                                                                           INDUSTRI PANAS BUMI
                                                                                           YANG DIINGINKAN
                                                                                           PADA TAHUN 2020
                          REGULASI            KONDISI BISNIS         SDM / TEKNOLOGI
                                                                                            • MENUNJANG PEM-
                  • Blue Print;            • Kepastian hukum;      • Kompetensi SDM           BANGUNAN YANG
                                                                   Pusat dan Daerah;          BERKELANJUTAN;
                  • PP;                    • Program insentif;
                                                                   • Road map Riset dan     • MEMBERI NILAI
                  • Keppres;               • Bankable;
                                                                   teknologi;                 TAMBAH SECARA
                  • Perda;                 • Kebijakan                                        KESELURUHAN;
                                                                   • Lembaga
                                           perpajakan yang
                  • Kepmen;                                        pendidikan Panas         • MENINGKATKAN
                                           mendukung;
                  • Semua ketentuan                                bumi;                      PENDAPATAN
PENGUSAHAAN                                • Jaminan                                          NEGARA DAN
                  dan peraturan
PANAS BUMI YANG                                                    • Prasarana
                  perundang-undangan       Pembayaran;                                        MASYARAKAT;
MASIH RENDAH      yang mendasari                                   laboratorium
                  pengusahaan dan          • Pengusahaan Panas     terakreditasi;           • PEMANFAATAN
                                           Bumi & Kontrak yang
                  kontrak yang sedang                                                         UNTUK TENAGA
                  berjalan tetap           sudah ada tetap         • Pusat data dan
                                           dihormati.                                         LISTRIK SEBESAR
                  dihormati.                                       informasi Panas bumi.
                                                                                              6000 Mw;
                                                                                            • BERKEMBANGNYA
                                                                                              PEMANFAATAN
                                                                                              LANGSUNG UNTUK
                                                                                              AGRIBISNIS,
                                     PENGARUH LINGKUNGAN STRATEGIS                            PARIWISATA, DLL.
                  OTONOMI DAERAH – PERSAINGAN INVESTASI GLOBAL – KOMPETENSI
                  SDM – PENGUASAAN TEKNOLOGI – KETERBATASAN DANA INVESTASI
                  DALAM NEGERI – POTENSI KRISIS TENAGA LISTRIK/INFRASTRUKTUR
                  DAN ENERGI                                                                                     6
1.3. Kondisi Saat Ini

1.3.1 Potensi Panas Bumi :
   Potensi sumber daya panas bumi Indonesia diperkirakan sebesar 14.244 Mwe
   (spekulatif 9.530 Mwe dan hipotetis 4.714 Mwe) dan cadangan diperkirakan setara
   dengan 12.945 Mwe (terduga 9.912 Mwe, mungkin 728 Mwe, terbukti 2.305
   Mwe);
   Cadangan Panas bumi saat ini berpotensi menghasilkan kapasitas terpasang listrik
   sebesar 3000 Mw, namun yang dimanfaatkan untuk pembangkitan tenaga listrik
   baru sebesar 807 Mw.
   Lapangan panas bumi yang sudah dilakukan kegiatan baik untuk eksplorasi,
   produksi tenaga listrik maupun yang dalam tahap pengembangan berjumlah 70
   lapangan. Dari jumlah tersebut, 60 lapangan telah dilakukan survey eksplorasi dan
   15 diantaranya telah menjadi WKP Pertamina (2002) untuk dikembangkan oleh
   Pertamina sesuai dengan Kepmen ESDM No. 667/2002 :
     - WKP yang masih dilanjutkan untuk dikembangkan oleh Pertamina:
           Sibayak-Sinabung, Sibual-buali (termasuk Sipirok, Sarulla, Silangkitang dan
           Namora I Langit), Sungai Penuh, Tambang Sawah – Hulu Lais, Lumut
           Balai, Waypanas (termasuk Ulu Belu), Cibeureum – Parabakti (G.Salak),
           Pangalengan (termasuk Patuha, Wayang Windu, Cibuni), Kamojang
           (termasuk Darajat), Karaha –Cakrabuana (termasuk Telaga Bodas), Dieng,
           Iyang-Argopuro, Tabanan (termasuk Bedugul), Lahendong (termasuk
           Tompaso), Kotamobagu,
                                                                                     7
1.3. Kondisi Saat Ini (Lanjutan)
 -  18 WKP yang dikembalikan kepada Pemerintah tetapi telah dilakukan
    eksplorasi oleh Pertamina:
        P.Weh (Sabang), Rantau Dadap, Seulawah, Pusuk Bukit, Sorik Merapi,
        Muaralaboh, Kerinci/Lempur, Suoh-Sekincau, G.Rajabasa, Kaldera Banten
        (termasuk Batu Kuwung, Citaman, - G.Karang), Cisolok-Cisukarame,
        G.Tangkuban Perahu, G.Ciremai, Ungaran, Telomoyo, Ngebel-Wilis, Ijen,
        Ulumbu.
 -  Lapangan lain yang baru tahap ekplorasi awal dan dalam inventory oleh
    Pertamina, pada saat ini telah dikembalikan kepada Pemerintah:
        G.Geureudong, G.Kembar, Simbolon-Nainggolan, G.Talang, Sungai
        Tenang, Sungai Betung, G.Kaca, Air Dikit, Marga Bayur, Bukit Daun, Ratai,
        G.Endut, G.Gede – Pangrango, Mangunan, G.Slamet, Hu’u – Daha,
        Sukoria-Mutubasa, Ili Muda, Oka Larantuka, Ili- Labaleken, Bena –
        Mataloko, Mengeboba, Bora, Bituang, Lainea, Tonga Wayana, Tulehu,
        Jailolo.
Lapangan panas bumi yang siap di eksplorasi tambahan dan diproses lelang dan
potensial untuk diusahakan sebagai lapangan produksi adalah:
        P.Weh (Sabang), Rantau Dadap, Seulawah, Pusuk Bukit, Sorik Merapi,
        Muaralaboh, Kerinci/Lempur, Suoh-Sekincau, G.Rajabasa, Kaldera Banten
        (termasuk Batu Kuwung, Citaman, - G.Karang), Cisolok-Cisukarame,
        G.Tangkuban Perahu, G.Ciremai, Ungaran, Telomoyo, Ngebel-Wilis, Ijen,
        Ulumbu.
                                                                               8
1.3. Kondisi Saat Ini -Lanjutan
1.3.2 Pemanfaatan Tidak Langsung Panas Bumi (untuk Listrik) :

   Lapangan panas bumi yang berproduksi/pengembangan saat ini adalah lapangan yang
   dioperasikan Pertamina baik sendiri maupun melalui Kerjasama Operasi dalam bentuk
   Kontrak Operasi Bersama (KOB) yang mengacu kepada Keppres 45/1991 dan 49/1991
   dengan kapasitas terpasang masing-masing untuk : PLTP Kamojang (140 MW), PLTP Darajat
   (145 MW), PLTP Wayang Windu (110 MW), PLTP G. Salak (330 MW), PLTP Dieng (60 MW),
   PLTP Lahendong (20 MW), dan Monoblok G. Sibayak (2 MW), total sebesar 807 MW;
   Pengembangan kapasitas terpasang sesuai dengan komitmen dalam kontrak adalah sebesar
   3000 MW, namun belum berjalan karena terhambat oleh Keppres 39/1997 yang menunda
   dan mengkaji kembali beberapa proyek listrik swasta serta masih diperlukannya renegosiasi
   untuk realisasi Keppres 15/2002;
   Belum ada lapangan panasbumi yang dikembangkan setelah diterbitkannya Keppres
   76/2000;
   Penerimaan negara dari pengusahaan panasbumi baru diperoleh dari PLTP Kamojang, PLTP
   G. Salak dan PLTP Darajat.

1.3.3 Pemanfaatan Langsung Panas Bumi :

   Belum ada data pemanfaatan langsung yang tertata dengan baik;
   Pemanfaatan langsung lebih banyak untuk kepentingan pariwisata yang dikelola daerah
   masing-masing;
   Penelitian pemanfaatan langsung untuk pembibitan jamur telah dilakukan BPPT bekerjasama
   dengan Pertamina di lapangan Kamojang pada tahun 1999 –2000.                          9
1.3. Kondisi Saat Ini -Lanjutan
1.3.4 Iklim Investasi:

   Struktur biaya penyediaan listrik baik dari sumber energi fosil tidak memperhitungkan unsur
   biaya eksternal misalnya lingkungan dan depletion premium;
   Harga listrik belum mencerminkan harga keekonomiannya;
   Belum ada kepastian harga jual uap atau listrik pada tahap sebelum eksplorasi dan eksploitasi;
   Insentif yang diberikan antara lain berupa penundaan PPN yang berlaku sampai tahun 2000
   dan saat ini sudah tidak berlaku lagi. Belum ada bentuk Insentif lain untuk pengusahaan panas
   bumi yang diberikan oleh pemerintah pusat dan daerah setelah tahun 2000;
   Penerimaan negara sebesar 34% yang berlaku pada pengusahaan panas bumi dapat
   meningkatkan tingkat pengembalian modal pada harga terjangkau oleh PLN karena adanya
   kepastian ketentuan perpajakan dalam perhitungan keekonomian proyek;
   UU Panas Bumi memberikan peluang untuk dapat memperoleh fasilitas perpajakan sesuai
   peraturan perundangan yang berlaku untuk memenuhi keekonomian proyek pada harga yang
   terjangkau oleh konsumen. Hal ini perlu diantisipasi segera oleh Pemerintah agar dapat
   memberikan peluang meningkatkan tingkat pengembalian modal pada investor;
   Tenggang waktu masa kontrak panasbumi saat ini berlaku selama 30 tahun sejak saat operasi
   komersial;
   IUP sesuai dengan UU 27/2003, menentukan masa berlaku selama 30 tahun terhitung dari
   sejak jangka waktu eksplorasi berakhir, yang masih mengandung resiko jangka waktu
   pengusahaan karena perhitungan keekonomian dimulai sejak listrik dioperasikan komersial
   sedangkan pengembangan panas bumi dilakukan secara bertahap. Untuk itu perlu diperjelas
   dalam peraturan pemerintah;
   Investor menginginkan kejelasan dan kepastian hukum atas dihormatinya kontrak
   pengusahaan panasbumi yang sedang berjalan dan adanya kepastian jaminan pembayaran 10
   dari konsumen untuk pengusahaan panas bumi yang baru.
1.3. Kondisi Saat Ini -Lanjutan


1.3.5 Peraturan Perundang-undangan :

   Berdasarkan UU No. 11 Tahun 1994 sebagaimana telah diubah menjadi UU No. 18 Tahun
   2000 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang
   Mewah, peraturan perpajakan (penerimaan negara) terhadap pengusahaan panas bumi
   tidak lagi mengacu kepada Keppres No. 49/1991, sehingga jumlah kewajiban pengusaha
   yang dibayarkan kepada pemerintah menjadi lebih besar dari sebelumnya;

   UU No. 44 Prp Tahun 1960, UU No. 8/1971, UU No. 15/1985, Keppres 22/1981, Keppres
   45/1991 dan Keppres 49/1991 tentang pengusahaan panasbumi untuk tenaga listrik
   digunakan sebagai landasan kegiatan usaha panasbumi yang sedang berjalan;

   Keppres 76/2000 tentang pengusahaan sumberdaya panasbumi untuk pembangkitan
   tenaga listrik;

   UU No. 41 Tahun 2000 tentang Kehutanan tidak memperbolehkan kegiatan penambangan
   secara terbuka di wilayah hutan lindung;

   Peraturan Pemerintah No. 144 Tahun 2000 tentang Jenis Barang dan Jasa yang Tidak
   Dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN);



                                                                                      11
1.3. Kondisi Saat Ini -Lanjutan

1.3.5 Peraturan Perundang-undangan :


   Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2003 tentang perubahan kedua atas PP No. 12/2001
   tentang impor dan atau penyerahan barang kena pajak tertentu yang bersifat strategis
   yang dibebaskan dari pengenaan pajak pertambahan nilai;

   Penyediaan tenaga listrik dari panas bumi sepenuhnya mengacu kepada UU Nomor 20/2002
   tentang ketenagalistrikan;

   UU No. 22/2001 tentang migas dan Peraturan Pemerintah No. 31 tahun 2003 tentang
   pengalihan bentuk Pertamina menjadi perusahaan perseroan;

   Belum ada peraturan pelaksanaan dari Undang Undang 20/2002 antara lain tentang IUPL
   (Ijin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik) dan IO (Ijin Operasi) dan harga jual tenaga listrik;

   Belum ada peraturan pelaksanaan dari Undang Undang 27/2003;

   Kepmen No. 667K/11/MEM/2002 tentang Penugasan Kepada DJGSM dan DJLPE Dalam
   Pengusahaan Panas Bumi Untuk Pembangkitan Tenaga Listrik.


                                                                                             12
STATUS PENGUSAHAAN DAN KONTRAK PANAS BUMI
     NAMA                                    TAHUN                     KAPASITAS, MWe
NO                     STATUS
     LAPANGAN                                 Dimulai          THN 2002       Total Kapasitas

1    KAMOJANG      60 MW TERHENTI        1978/95                 140                 400
2    DARAJAT       RENEGO/SELESAI        1984/95                 145                 330
3    SALAK         RENEGO/SELESAI            1982/94             330                 500
4    SARULLA       TERHENTI/RENEGO            1993                 -                 330
5    DIENG         TAKE OVER                  1994                60                 220
6    PATUHA        TAKE OVER                  1994                 -                 220
7    KARAHA        TERHENTI/LITIGASI          1994                 -                 220
8    W.WINDU       RENEGO/TAKE OVER           1994               110                 400
9    CIBUNI        TERHENTI                   1994                 -                  20
10   BEDUGUL       TERHENTI                   1995                 -                 220
11   SIBAYAK       RENEGO                     1996                2                  120
12   LAHENDONG     RENEGO + AN 40 MW          1996                20                 200
13   ULUBELU       RENEGO                     1991                 -                 330
12   LUMUT BALAI   RENEGO                     1996                 -                 330

     TOTAL KAPASITAS                                             807                 3860
                                                                                                13
                      TERPASANG/BEROPERASI              TERPASANG/BELUM BEROPERASI
Lampiran 3                 Wilayah Kerja Pengusahaan Panas Bumi (Existing Project)
                                                                                                                              Rencana
                                                                                                    Rencana      Rencana    Pengembang
                                                                                   Potensi        Pengembang   Pengembang
      No.                    WKP            Pengembang     Produksi   ESC                                                        an
                                                                             (JOC*/Pengusahaan)
                                                                             (JOC*/Pengusahaan)        an           an
                                                                                                                              s/d 2016
                                                                                                    s/d 2008     s/d 2012

       1     SIBAYAK *                       PERTAMINA        2       120           120               10           40           20

       2     SIBUAL-BUALI (SARULA)*
             SIBUAL-                            PLN                   330          1000              220          220          110

       3     SUNGAIPENUH*                    PERTAMINA                                                             55           55

       4     HULULAIS-TAMBANG SAWAH*
             HULULAIS-                       PERTAMINA                                                             55           55

       5     LUMUT BALAI*                    PERTAMINA                              400              110          110          110

       6     WAYPANAS (ULU BELU)*            PERTAMINA                              330              110          110           55

       7     CIBEUREUM-PARABAKTI* (SALAK)
             CIBEUREUM-                       UNOCAL         330      495           500               0           110           0


       8     PANGALENGAN*
              KAWAH CIBUNI                  YALA TEKNOSA              10             20               10           0            0
              GUNUNG PATUHA                   GEODIPA                 400           400              120           60           0
              WAYANG WINDU                      MNL          110      400           400              110          110           0

       9     KAMOJANG-DARAJAT*
             KAMOJANG-
              KAMOJANG                       PERTAMINA       140      260           300               60           60           0
              DARAJAT                         AMOSEAS        145      330           450              190          110           0

      10     KARAHA, CAKRABUANA*                KBC                   400           400               55           55           0

      11     DTT. DIENG*                      GEODIPA        60       400           400              120           60           60

      12     IYANG, ARGOPURO*                PERTAMINA                                                             55           55

      13     TABANAN, BALI (BEDUGUL)*        BUMI BALI                400           400               10          110           0

      14     LAHENDONG*                      PERTAMINA       20       60            200               60           40           20

      15     KOTAMOBAGU*                     PERTAMINA                              185                            60           60

      16     TULEHU                             PLN                                 16                             16           0

      17     MATALOKO                           PLN                                 60                2            6            014
      18     ULUMBU                             PLN                                 10                6            0            0

                         Total                               807      3605         5491              1193         1442         600
Lampiran 3                 Wilayah Kerja Pengusahaan Panas Bumi (Existing Project)
                                                                                                                              Rencana
                                                                                                    Rencana      Rencana    Pengembang
                                                                                   Potensi        Pengembang   Pengembang
      No.                    WKP            Pengembang     Produksi   ESC                                                        an
                                                                             (JOC*/Pengusahaan)
                                                                             (JOC*/Pengusahaan)        an           an
                                                                                                                              s/d 2016
                                                                                                    s/d 2008     s/d 2012

       1     SIBAYAK *                       PERTAMINA        2       120           120               10           40           20

       2     SIBUAL-BUALI (SARULA)*
             SIBUAL-                            PLN                   330          1000              220          220          110

       3     SUNGAIPENUH*                    PERTAMINA                                                             55           55

       4     HULULAIS-TAMBANG SAWAH*
             HULULAIS-                       PERTAMINA                                                             55           55

       5     LUMUT BALAI*                    PERTAMINA                              400              110          110          110

       6     WAYPANAS (ULU BELU)*            PERTAMINA                              330              110          110           55

       7     CIBEUREUM-PARABAKTI* (SALAK)
             CIBEUREUM-                       UNOCAL         330      495           500               0           110           0


       8     PANGALENGAN*
              KAWAH CIBUNI                  YALA TEKNOSA              10             20               10           0            0
              GUNUNG PATUHA                   GEODIPA                 400           400              120           60           0
              WAYANG WINDU                      MNL          110      400           400              110          110           0

       9     KAMOJANG-DARAJAT*
             KAMOJANG-
              KAMOJANG                       PERTAMINA       140      260           300               60           60           0
              DARAJAT                         AMOSEAS        145      330           450              190          110           0

      10     KARAHA, CAKRABUANA*                KBC                   400           400               55           55           0

      11     DTT. DIENG*                      GEODIPA        60       400           400              120           60           60

      12     IYANG, ARGOPURO*                PERTAMINA                                                             55           55

      13     TABANAN, BALI (BEDUGUL)*        BUMI BALI                400           400               10          110           0

      14     LAHENDONG*                      PERTAMINA       20       60            200               60           40           20

      15     KOTAMOBAGU*                     PERTAMINA                              185                            60           60

      16     TULEHU                             PLN                                 16                             16           0

      17     MATALOKO                           PLN                                 60                2            6            015
      18     ULUMBU                             PLN                                 10                6            0            0

                         Total                               807      3605         5491              1193         1442         600
1.4. Lingkungan Strategis


Dengan adanya UU NO. 22 Tahun 1999, PP No. 25 Tahun 2000, daerah mempunyai fungsi
dan kewenangan di sektor ketenagalistrikan dalam hal: (a) Perumusan kebijakan dan
pembinaan; (b) Pengaturan dan Pengawasan; (c) Perizinan; (d) Pengembangan listrik
pedesaan dan penetapan subsidi;

UU No. 20/2002 tentang ketenagalistrikan mengamanatkan restrukturisasi sektor
ketenagalistrikan; (a) pengutamaan energi setempat dan energi terbarukan (b)
penyusunan RUKN yang dilandasi oleh RUKD (c) memungkinkan tarif regional (d) adanya
kewenangan daerah untuk mengeluarkan IUPL;

Adanya tekanan global mengenai isu lingkungan antara lain penerapan Kyoto Protocol
dapat memberikan kesempatan untuk pengembangan energi baru dan terbarukan dan
sejalan dengan pemberlakuan batasan emisi yang semakin ketat.

Daya tarik investasi di negara-negara lain lebih menarik.

Dorongan global untuk menerapkan mekanisme pasar (pencabutan subsidi BBM dan
listrik).
                                                                                      16
1.5. Identifikasi Permasalahan

1.5.1. Kekuatan:
    Potensi sumber daya panas bumi Indonesia diperkirakan setara dengan 27.189 Mwe;
    Sumber daya panas bumi merupakan sumber energi terbarukan sehingga pemanfaatannya bisa
    berkelanjutan;
    Energi panas bumi berpeluang untuk mendapatkan dana karbon kredit;
    Dukungan UU No. 20/2002, UU No. 27/2003 dan PP No. 31 tahun 2003;
    Pengusahaan panas bumi bukan termasuk kegiatan penambangan dengan pola pertambangan terbuka,
    sehingga memungkinkan pengusahaan di kawasan hutan lindung;
    Lokasi potensi panas bumi dapat dikembangkan menjadi daerah wisata;
    Kegiatan pemanfaatan panas bumi sejalan dengan upaya pelestarian lingkungan;
    Pengembangan panas bumi bisa dilakukan secara bertahap unit demi unit.

1.5.2. Kelemahan:
    Saat ini harga listrik panas bumi relatif belum kompetitif dibandingkan dengan harga listrik dari energi
    lainnya karena harga listrik energi lainnya belum memperhitungkan tambahan biaya eksternal (biaya
    lingkungan, depletion premium, dan lainnya);
    Pada umumnya potensi panas bumi di daerah yang mempunyai keterbatasan infrastruktur di daerah;
    Belum adanya peraturan pelaksanaan dari UU No. 20/2002 dan UU No. 27/2003, sehingga belum ada
    kesamaan pandangan antara pemerintah pusat dan daerah mengenai pengelolaan panas bumi serta
    menimbulkan kekhawatiran masih terjadinya monopoli;
    Panas Bumi bersifat site specific sehingga pemanfaatannya setempat, tidak dapat diperjualbelikan sebagai
    komoditas sebelum dikonversikan menjadi energi listrik;
    Pengusahaan panas bumi untuk pembangkit tenaga listrik harus memperhatikan resiko tinggi dari
    eksplorasi dan eksploitasi.


                                                                                                         17
1.5. Identifikasi Permasalahan -Lanjutan


1.5.3. Peluang:

     Pemanfaatan panasbumi dapat mengurangi devisa dari pemanfaatan energi fosil khususnya BBM yang dapat meningkatkan
     ketahanan dalam negri.
     Adanya krisis listrik dan pertumbuhan permintaan listrik di sekitar daerah yang mempunyai potensi panas bumi;
     Masih besarnya ketergantungan terhadap BBM yang menyebabkan masalah keamanan pasokan energi nasional;
     Pertumbuhan kebutuhan sektor agro bisnis dan wisata yang menjadi perhatian Indonesia menjadi peluang bagi panas bumi
     untuk bisa mengupayakan pemanfaatan langsung panasbumi yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan agro-bisnis
     dan wisata sesuai dengan kondisi setempat;
     Komitmen dunia sesuai dengan Kyoto Protokol untuk mengurangi emisi CO2 dapat dimanfaatkan pembangkit listrik tenaga
     panas bumi untuk mengurangi emisi yang signifikan hingga tahun 2020.
     Kompetensi SDM dan kemampuan teknologi nasional selama lebih dari 25 tahun pengembangan panas bumi dapat menjadi
     modal dalam pemanfaatan panas bumi di Indonesia.
     Potensi panasbumi Indonesia yang merupakan yang terbesar di dunia dapat dijadikan sebagai peluang menjadikan Indonesia
     sebagai center of excellent di bidang panas bumi yang dapat menjadi pusat perhatian bagi investasi, SDM dan teknologi.
     Penerapan otonomi daerah melalui UU NO. 22 Tahun 1999 memberikan kewenangan kepada daerah untuk menyusun
     perencaan dan kebijakan energi daerah;
     UU No. 20 Tahun 2002 tentang Ketenagalistrikan memberi peluang kepada daerah untuk menentukan sistim
     ketenagalistrikannya pada wilayah non-kompetisi off grid;
     Amanat UU No. 20/2002 untuk memprioritaskan pemanfaatan energi setempat dan terbarukan;
     Tekanan global mengenai lingkungan hidup mendorong pengembangan pemakaian energi baru dan terbarukan termasuk
     panas bumi melalui rangsangan insentif;
     Dengan adanya kepastian hukum dapat mengembalikan kepercayaan investor;




                                                                                                                        18
1.5. Identifikasi Permasalahan -Lanjutan

1.5.4. Ancaman:

   Tidak adanya perlakuan khusus pada pengusahaan panasbumi untuk masuk dalam wilayah
   kompetisi;
   Penerapan pajak berdasarkan UU No. 11 Tahun 1994 pelaksanaan khusus tidak berlaku lagi
   sebagaimana diatur pada Keppres No. 76 Tahun 2000;
   Belum tersedianya sumber daya manusia yang kompeten, khususnya di daerah;
   Investasi di industri panasbumi kurang diminati karena tingkat pengembalian modal yang
   rendah dan tidak pasti;
   Pola pengusahaan panasbumi yang belum bankable;
   Kemungkinan munculnya peraturan-peraturan daerah yang tidak sinkron dengan kebijakan
   panasbumi;
   Kesulitan untuk mewujudkan tarif listrik yang menarik bagi pengembangan panasbumi.
   Pengembangan energi panasbumi adalah bisnis yang sarat akan dana, dengan pengeluaran
   terbesar dilakukan sebelum pembangkit berproduksi;

   Risiko terbesar dalam panasbumi adalah pembuktian akan ada atau tidaknya suatu reservoir
   aktif, dan langkah ini membutuhkan kegiatan pengeboran dan pengetesan sumur yang
   ekstensif untuk mengidentifikasi area yang produktif dari lapangan tersebut;

   Resiko lain adalah kepastian pemanfaatan panasbumi setelah cadangannya ditemukan.
                                                                                            19
1.5. Identifikasi Permasalahan -Lanjutan

1.5.4. Ancaman:
   Resiko besar dari proyek panasbumi yang lain adalah faktor resiko suatu Negara, yang menyangkut,
   keadaan institusional, legal, kebijakan, politik dan masalah perekonomian.

   Pengusahaan panasbumi untuk listrik sebagai satu paket masih belum jelas diatur dalam PP atau Keppres.

   Tax incentive dimungkinkan tetapi akan mendapat tantangan yang luas dari sektor perpajakan dan ini
   memerlukan upaya yang khusus dari departemen teknis.

   Teknologi dan kemapuan memelihara existing geothermal projects yang ada agar dapat berkelanjutan

   Banyaknya infrastruktur yang tidak tersedia didaerah terpencil disekitar prospek panasbumi yang
   memungkinkan dikembangkan.

   Belum adanya kebijakan yang menghargai green energi dalam pemanfaatan energi di Indonesia

   Keinginnan nasional untuk memanfaatkan SDM dan kemampuan teknologi nasional yang membutuhkan
   upaya peningkatan kompetensi yang berkesinambungan.

   Tidak adanya kebijakan harga energi untuk menempatkan persaiangan harga secara proporsional diantara
   sumber energi primer Indonesia.



                                                                                                        20
1.6. Arah dan Kecenderungan.

Dihapuskannya subsidi harga BBM dan TDL secara bertahap untuk mencapai harga BBM
dan TDL yang sesuai harga pasar sepenuhnya;
Kecenderungan diversifikasi pemakaian energi mengarah ke energi listrik sehingga
pertumbuhan permintaan listrik pada tahun-tahun mendatang akan meningkat;
Peningkatan rasio elektrifikasi dari 52 persen pada tahun 2002 menjadi 90 persen pada
tahun 2020, membutuhkan tambahan daya terpasang yang lebih besar;
Perencanaan dan kebijakan energi daerah mengarah kepada pemanfaatan potensi energi
baru dan terbarukan yang tersedia;
Pengurangan pemakaian BBM untuk pembangkitan tenaga listrik.;
Pola pengusahaan panasbumi melalui kemitraan dengan perusahaan daerah;
Pemanfaatan teknologi bersih lingkungan;
Kebutuhan pemanfaatan data base dalam pengusahaan dan pemanfaatan panasbumi yang
mudah diakses;
Pola investasi yang memakai dana dari dalam negeri, dengan sistim pendanaan equity atau
project financing, payment security antara lain melalui asuransi, power bonds;
Perlunya pembentukan suatu badan yang berfungsi sebagai pembina dan pengawas
pelaksanaan apabila pengusahaan panasbumi sudah berkembang;
Ada mekanisme penyelesaian perselisihan secara win-win solution.



                                                                                          21
1.7. Kebijakan Yang Berlaku
   (Untuk Pengusahaan dan Kontrak Yang Sedang Berjalan)



Pengembangan panasbumi mengacu kepada KUBE, namun pelaksanaannya tidak
konsisten;
Memberikan kemudahan melalui fasilitas perpajakan khusus;
Pengusahaan panasbumi berdasarkan kuasa usaha pertambangan (KP) pada Pertamina
dan dilakukan sendiri atau bermitra dengan pola KOB;
Pola pengusahaan dapat dilakukan dengan sistem “Total Project”;
Penjualan panasbumi bisa dalam bentuk uap (SSC) atau tenaga listrik (ESC);
Bebas bea masuk untuk peralatan yang digunakan untuk menunjang operasi
pengusahaan panasbumi;
Pembinaan dan pengawasan dilakukan oleh Pertamina;




                                                                             22
2.1. Visi dan Misi
Visi :

         Sumber daya panas bumi menjadi energi pilihan diantara aneka ragam sumber energi
         nasional yang tersedia untuk mendukung pembangunan nasional yang berkelanjutan.

Misi :

         Mengatur potensi sumber daya panas bumi Indonesia yang sangat besar cadangan dan
         manfaatnya sebagai sumber daya alam yang terbarukan dan ramah lingkungan dan
         mengoptimalkan kemampuannya untuk memberi nilai tambah guna mendukung realisasi
         kesejahteraan rakyat Indonesia.


                Mendukung upaya-upaya pemanfaatan panasbumi sebesar 6000 MW pada
                tahun 2020.

                Mempersiapkan sumber daya pendukung seperti pendanaan, teknologi, dan
                sumber daya manusia;

                Menjadikan Indonesia sebagai pusat pengembangan panasbumi.



                                                                                            23
2.2. Sasaran

Peningkatan pemakaian panas bumi untuk pembangkit tenaga listrik, peran panas bumi dalam Energy Mix nasional akan
meningkat sekurang-kurangnya 3% pada tahun 2020, sehingga kapasitas terpasang dapat mencapai 6,0 Gw;
          sekurang-                                                                   mencapai 6,0

Peningkatan pemanfaatan langsung panasbumi untuk menunjang sektor agro bisnis dan wisata termasuk mempergunakan
hasil sampingan dari pemanfaatan tidak langsung;
                                       langsung;

Peningkatan kemampuan kelembagaan dalam penyelenggaraan pengusahaan panasbumi

Masuknya investasi baru dalam pengusahaan panas bumi baik dari dalam maupun dari luar negeri untuk memenuhi
rencana pengembangan kapasitas PLTP, setidak-tidaknya mencapai US $ 6 miliar pada tahun 2020;
                                PLTP, setidak-

Optimalisasi upaya untuk mendapatkan insentif bagi pengembangan panasbumi antara lain penggunaan dana CDM, dan
fasilitas perpajakan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku;
                                                              berlaku;

Pengurangan emisi CO2 dari pembangkit listrik sehingga pada tahun 2020 setidak-tidaknya terjadi pengurangan emisi
                                                                       setidak-
sebesar setara 50 Juta Ton ;

Peningkatan kompetensi dan pemberdayaan SDM serta kemampuan teknologi nasional serta pemanfaatan barang dan jasa
nasional dalam upaya untuk mencapai kemandirian

Tersedianya perangkat regulasi termasuk didalamnya pemberian insentif untuk pengembangan dan pengusahaan
panasbumi sesuai dengan tuntutan kebutuhan.
                                   kebutuhan.

Pemastian bahwa proyek- proyek yang sedang berjalan tetap dihormati sesuai dengan esensi kontrak yang sudah
                  proyek-
disepakati.
disepakati.
Peningkatan iklim investasi di bidang panasbumi yang lebih kondusif;
                                                           kondusif;




                                                                                                                    24
RENCANA PENGEMBANGAN PANAS BUMI S/D 2020



                                                                                KEN
                                                                      “Energi terbarukan 5%
                                                                         dari Energy-Mix”


  2004                 2008             2012                  2016               2020

 807 MW           2000 MW              3442 MW            4600 MW               6000 MW
(produksi)                                                                       (target)

         1193 MW WKP          1442 MW WKP        1158 MW             1400 MW
           yang ada             yang ada       WKP yang ada          WKP baru
                                                + WKP baru




                                                                                              25
2.3. Strategi Pengembangan.


Menyediakan peta kebutuhan energi dan peta potensi panasbumi pada setiap daerah.

Meningkatkan peran panasbumi dalam energi mix yang tertuang dalam RUKD

Menetapkan kelembagaan disetiap daerah dengan memanfaatkan kelembagaan yang sudah ada dan
melakukan program pemberdayaan.

Melakukan survey pendahuluan dan meningkatkan kegiatan eksplorasi oleh pemerintah untuk mendata
potensi dan penyiapan wilayah kerja Panas Bumi.

Penyediaan sistem informasi manajemen panasbumi di Indonesia yang terintegrasi antara pusat dan
daerah;

Menyederhanakan dan mengefisienkan proses perijinan, baik ditingkat pusat maupun daerah, untuk
meningkatkan efisiensi proyek.

Menciptakan iklim usaha yang kondusif antara lain melalui konsistensi rejim fiskal dan peraturan-
peraturan yang terkait serta menghormati kontrak-kontrak yang sedang berjalan sesuai dengan aturan-
peraturan yang melandasinya.

Menciptakan daya saing pengusahaan panas bumi dengan mendorong konsistensi pelaksanaan
penghapusan subsidi BBM dan listrik, masuknya biaya lingkungan (CDM, depletion premium, dll) dan
melalui pemberian paket insentif bila diperlukan.
Meningkatkan penguasaan teknologi untuk eksplorasi, eksploitasi, produksi dan pemanfaatan.
                                                                                                26
2.3. Strategi Pengembangan. (Lanjutan)

Membangun kerjasama industri dengan Perguruan Tinggi dan lembaga Litbang untuk
meningkatkan kompetensi dan pemberdayaan serta program sertifikasi kompetensi SDM;

Mengoptimalkan proses kegiatan usaha eksplorasi, eksploitasi sampai dengan
pemanfaatannya untuk tenaga listrik dengan mensinergikan pelaksanaan ketentuan dalam
Undang-Undang No. 20 Tahun 2002 tentang Ketenagalistrikan dan Undang-Undang No. 27
Tahun 2003 tentang Panas Bumi.

Menegaskan keberadaan proyek-proyek panasbumi yang sedang berjalan untuk tetap
dihormati sesuai dengan kontrak yang sudah disepakati.

Pemerintah dan pemerintah daerah membantu pelaksanaan program infrastruktur yang
dibutuhkan untuk pengembangan panas bumi;
Mendorong pemanfaatan barang dan jasa serta kemampuan rekayasa dan rancang bangun
dalam negeri secara transparan dan bersaing;
Meningkatkan pemanfaatan langsung panas bumi untuk kegiatan usaha antara lain
agrobisnis dan pariwisata;
Mengembangkan pengusahaan panas bumi untuk pemanfaatan langsung sebagai kegiatan
usaha komplementer pemanfaatan panas bumi untuk pembangkit tenaga listrik;
Merumuskan tata cara dan syarat-syarat mengenai penawaran prosedur, penyiapan
dokumen lelang dan pelaksanaan lelang yang jelas, menarik dan dapat dilaksanakan untuk
menawarkan Wilayah Kerja (WK) kepada Badan Usaha;                                  27
3.1. Langkah Kebijakan Umum

Menyiapkan rancangan peraturan pelaksanaan UU Panas Bumi
yang dapat dilaksanakan, jelas dan dapat menarik investasi
dengan melibatkan stakeholder (Public Hearing);

Menyamakan persepsi tentang strategi pengembangan;


Mendorong pemanfaatan barang dan jasa serta kemampuan
rekayasa dan rancang bangun dalam negeri secara transparan
dan bersaing;

Menunjuk badan independen atau lembaga pemerintah yang
berwenang dalam penyelesaian perselisihan yang terjadi antara
para pelaku;

                                                                28
3.2. Langkah Kebijakan Pengusahaan Panas Bumi

Menyusun pedoman dan pola tetap untuk pengembangan pengusahaan panasbumi yang berkesinambungan dari
2004 s.d. 2020, sebagai kebijakan pelaksanaan teknis UU No. 27 Tahun 2003 tentang panasbumi dan sebagai
acuan untuk penyusunan peraturan perundang-undangan pengusahaan panasbumi;

Menciptakan kepastian hukum dan iklim investasi yang menarik pada pengembangan panasbumi, dengan
secepatnya melengkapi perangkat regulasi dengan melibatkan stakeholder;

Menghormati kontrak-kontrak yang berjalan sesuai dengan esensi kontrak yang sudah disepakati;

Sinkronisasi peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pengusahaan panasbumi;

Pembagian kewenangan pengembangan panasbumi didasarkan atas lokasi wilayah kerja panasbumi;

Memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah untuk berperan dalam pengembangan panasbumi
setempat;

Pemerintah dapat melakukan kegiatan eksplorasi sampai dengan penemuan perkiraan potensi;

Kegiatan eksplorasi yang dilakukan oleh pemerintah diarahkan untuk daerah-daerah terpencil atau yang tidak
menarik bagi investor;

Membuka peluang pola pengusahaan terintegrasi vertikal dari mulai eksploitasi uap, dan pembangkitan tenaga
listrik pada wilayah non-kompetisi dan off grid, sedangkan pembangunan jaringan transmisi dan distribusi
diberikan kesempatan kepada daerah sesuai dengan UU No. 20 Tahun 2002;

Merumuskan dan menetapkan jenis dan tarif penerimaan negara bukan pajak yang transparan, jelas dan menarik
bagi pengusahaan panasbumi.
                                                                                                             29
3.2.1 Alur Proses Kegiatan Operasional dan Pengusahaan Panas
                                     Bumi
                             Menurut UU 27/2003


                 PEMERINTAH/
                 PEMDA/      PEMERINTAH/    BADAN USAHA MILIK NEGARA,
                 SWASTA      BADAN USAHA    BUMD, SWASTA, KOPERASI

                      LELANG WKP     LELANG WKP

                                           DATA DAN INFORMASI

                                                                                    LANGSUNG
                                                                                                PEMANFAATAN
POTENSI ENERGI     SURVAI                             STUDI                           MINERAL
                                   EKSPLORASI                        EKSPLOITASI                 PANASBUMI
  PANASBUMI        PENDAHULUAN                    KELAYAKAN                           IKUTAN      OPTIMAL

                                                                                     LISTRIK

                                     SDM, TEKNOLOGI, PERUNDANGAN

                                                                                   PERDA
                 PENUGASAN       IZIN USAHA PERTAMBANGAN PANASBUMI
                                                                                    IUPU
                                                (IUP)                               IUPL




                                                                                                              30
3.2.2. Alur Proses Pengusahaan Panas Bumi Menurut UU 27/2003 –
                                                Lanjutan 1
                 Eksplorasi Dilakukan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah

     DATA AWAL
                             DATA & INFORMASI


     WILAYAH KERJA              PENGUMUMAN
                             PENAWARAN LELANG        MENJADI PESERTA LELANG

   SURVEI / EKSPLORASI
     PENDAHULUAN
                                                      PENGIRIMAN PENAWARAN
                             DOKUMEN LELANG                   LELANG

   DATA & INFORMASI
                            UNDANGAN PELELANGAN

    STUDI KELAYAKAN                                                             DIBERIKAN PRIORITAS
                                                         MENERIMA IUP –
     PENDAHULUAN                                                                MENDAPATKAN IUPL/IO
                                                       MENGAJUKAN IUPL / IO
                                                                                KEPADA PEMEGANG IUP
                                                                                TANPA MELALUI LELANG
                                                     MENDAPATKAN IJIN PRINSIP
Keterangan:
                           DOKUMEN PENAWARAN                 IUPL
Pemerintah Pusat                LELANG
                                                          EVALUASI DATA &
                                                       INFORMASI EKSPLORASI
Pemerintah Pusat atau
                                                            SEBELUMNYA
Daerah                       EVALUASI PENAWARAN
                           DAN PENENUAN PEMENANG      MELAKUKAN EKSPLOITASI
Badan Usaha
Bapeptal/Pemerintah/Pe                                    PENGEMBANGAN
                             MENGELUARKAN IUP            PEMBANGKIT(EPC)
merintah Daerah              KEPADA PEMENANG
                                                                                                       31
                                                     MENDAPATKAN NOMOR IUPL
3.2.3. Alur Proses Pengusahaan Panasbumi Menurut UU 27/2003–
                                             Lanjutan 2
                        Eksplorasi Dilakukan oleh Badan Usaha

      DATA AWAL
                          DATA & INFORMASI



      WILAYAH KERJA          PENGUMUMAN
                          PENAWARAN LELANG         MENJADI PESERTA LELANG

  SURVEI / EKSPLORASI
    PENDAHULUAN                                     PENGIRIMAN PENAWARAN
                          DOKUMEN LELANG                    LELANG

  DATA & INFORMASI                                  MENDAPATKAN IJIN PRINSIP
                         UNDANGAN PELELANGAN             IUPL/JAMINAN
                                                    MEMPEROLEH IUPL TANPA
                                                          MEL.LELANG
   STUDI KELAYAKAN                                                             DIBERIKAN PRIORITAS
    PENDAHULUAN                                         MENERIMA IUP –         MENDAPATKAN IUPL/IO
                        DOKUMEN PENAWARAN             MENGAJUKAN IUPL / IO     KEPADA PEMEGANG IUP
                             LELANG                                            TANPA MELALUI LELANG
                                                     EVALUASI EKSPLORASI
Keterangan:               EVALUASI PENAWARAN
                                                        STUDI KELAYAKAN
Pemerintah Pusat        DAN PENENUAN PEMENANG
                                                    MELAKUKAN EKSPLOITASI
Pemerintah Pusat atau
Daerah                    MENGELUARKAN IUP
                          KEPADA PEMENANG                PENGEMBANGAN
Badan Usaha                SESUAI KRITERIA              PEMBANGKIT(EPC)
                           PEROLEHAN IUP
Bapeptal/Pemerintah/                                  MENDAPATKAN IUPL/IO
Pemerintah Daerah       MENGAWASI DAN MEMBINA
                                                                                                      32
                            PEMEGANG IUP         MELAKSANAKAN COMMISSIONING/
                                                      OPERASI KOMERSIAL
3.3. Langkah Kebijakan Pengembangan Sumber Daya Manusia




Menjadikan Indonesia sebagai center of excelence panasbumi di dunia

Menjadikan lembaga pendidikan tinggi sebagai sarana peningkatan
kompetensi SDM panasbumi

Meningkatkan kompetensi SDM melalui program sertifikasi.




                                                                      33
3.4. Langkah Kebijakan Penelitian dan Pengembangan

Melakukan kegiatan penelitian untuk pemanfaatan energi panas bumi secara langsung
(direct use) untuk menunjang industri kecil dan pariwisata;

Melakukan kegiatan penelitian pemanfaatkan energi panas bumi untuk pembangkit
tenaga listrik sekala kecil (dibawah 10 Mw);

Melakukan kegiatan penelitian untuk mengurangi resiko eksplorasi;

Melakukan kegiatan penelitian untuk meningkatkan dan mempertahankan produksi
selama mungkin;

Melakukan kegiatan penelitian untuk mengurangi endapan (scaling) pada sudu-sudu
turbin.

Melakukan kegiatan penelitian bekerjasama dengan universitas dan lembaga penelitian
setempat untuk pemanfaatan langsung panas bumi dalam mendukung pengembangan
teknologi pengolahan hasil-hasil pertanian di daerah panas bumi.

Membangun sarana dan prasarana serta promosi geowisata panas bumi yang dapat
dilakukan oleh pemerintah daerah.


                                                                                      34
4.1 Instrumen Legislasi Yang Sudah Ada

UU No. 11 Tahun 1994 sebagaimana telah diubah menjadi UU No. 18 Tahun 2000 tentang Pajak Pertambahan Nilai
Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, peraturan perpajakan (penerimaan negara) terhadap
pengusahaan panas bumi tidak lagi mengacu kepada Keppres 49 Tahun 1991.
UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
UU No. 25 Tahun 2000 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah
UU No. 20 Tahun 2002 tentang Ketenagalistrikan
UU No.27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi

Keppres No. 76 Tahun 2000 tentang Pengusahaan Sumber Daya Panas Bumi untuk Pembangkitan Tenaga Listrik,
Keppres No. 22 Tahun 1981 jo Keppres No. 45 dan 49 Tahun 1991 yang hanya berlaku untuk pengusahaan dan
kontrak-kontrak panasbumi yang sedang berjalan.

Keppres No. 15 Tahun 2002 tentang Pencabutan Keppres No. 39 Tahun 1997 tentang
Penangguhan/PengkajianKembali Proyek Pemerintah, Badan Usaha Milik negara, dan Swasta yang Berkaitan dengan
Pemerintah/Badan Usaha Milik negara.

Peraturan Pemerintah No. 144 Tahun 2000 tentang Jenis Barang dan Jasa yang tidak Dikenakan Pajak Pertambahan
Nilai (PPN)
PP No. 31 Tahun 2003 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara
(Pertamina) menjadi Perusahaan Perseroan (Persero)

Kepmen ESDM No. 667/11/MEM/2002 tentang Penugasan kepada DJGSM dan DJLPE dalam Pengusahaan Sumber
Daya Panas Bumi untuk Pembangkitan Tenaga Listrik.
                                                                                                         35
4.2.      Instrumen Legislasi Yang Diperlukan
RPP tentang Pembinaan dan pengawasan pengusahaan Panas Bumi
 -  Kewenangan dan tugas pemerintah, propinsi dan kabupaten/kota
 -  Penentuan unit teknis penanggung jawab antara lain data dan informasi
 -  Ketentuan pembinaan dan pengawasan
         Program kerja dan keuangan
         Penyediaan peralatan eksplorasi, eksploitasi dan pemanfaatan panas bumi
         Keselamatan kerja
         Lingkungan hidup
         Penyelesaian perselisihan dalam pengusahaan

RPP tentang Ketentuan pemanfaatan langsung
RPP tentang pengusahaan panasbumi
 -  Wilayah kerja panas bumi
         Penetapan pembagian wilayah kerja, termasuk koordinat batas wilayah
         Luas
         Pengembalian dan perubahan luas
 -  Pola pengusahaan panas bumi
         Ketentuan total project (terintegrasi penyediaan uap dan listrik)
         Ketentuan Pengusahaan Penyediaan uap (tidak total project)
 -  Ketentuan mengenai pelelangan dan perijinan
         Persyaratan pelelangan
         Ketentuan perijinan antara lain pembatalan, pencabutan ijin, jangka waktu, hak dan
         kewajiban pemegang ijin
         Kewenangan pemberian ijin
 -  Ketentuan mengenai kriteria insentif                                                      36
 -  Ketentuan mendapatkan kesempatan pertama IUPL
4.2.      Instrumen Legislasi Yang Diperlukan (Lanjutan)


RPP tentang penerimaan negara bukan pajak dari panas bumi
 -   Ketentuan mengenai iuran tetap, iuran produksi dan bonus.
 -   Ketentuan mengenai pembagian penerimaan negara bukan pajak antara pemerintah,
     propinsi dan kabupaten/kota.

Rancangan Keppres tentang ketentuan yang mengatur mengenai kontrak dan
pengusahaan panasbumi yang sedang berjalan:
 -   Pembinaan dan Pengawasan.
 -   Ketentuan Fiskal dan Komersial.
 -   Esensi pengusahaan dan kontrak.




                                                                                     37
Kelembagaan

    Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral;
-       Ditjen DGSM
             Dit. Inventarisasi SDM
              Dit.
             Dit.Pembinaan Pengusahaan & Batubara
              Dit.
             Dit.Teknik Mineral
              Dit.
-       Ditjen LPE
             Dit.Pembinaan Program Ketenagalistrikan
              Dit.
             Dit.Pembinaan Pengusahaan Listrik
              Dit.
             Dit.Teknik Ketenagalistrikan
              Dit.
             Dit.Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi
              Dit.
-       Balitbang DESDM
             P3TEK
-       Badiklat
             Pusdiklat Energi dan Ketenagalistrikan

    Lembaga Standarisasi/Sertifikasi Nasional
              Standarisasi/
-        BNSP
-        BSN
-        KAN
-        Asosiasi Profesi
    Propinsi;
-        Lembaga Pembinaan dan Pengawasan Pengusahaan Panasbumi (Dinas/Subdinas yang menangani
                                                                 Dinas/
         bidang energi)
                 energi)
-        BPN
-        Bappeda
-        Biro Lingkungan Hidup
    Kabupaten/Kota.
-        Lembaga Pembinaan dan Pengawasan Pengusahaan Panasbumi (Dinas/Subdinas yang menangani
                                                                 Dinas/
         bidang energi)
                 energi)
-        BPN
-        Bappeda                                                                                 38
-        Biro Lingkungan Hidup
5.1. Kelembagaan Perizinan Usaha Panas Bumi



Pemerintah
Menteri yang bertanggungjawab di bidang panas
bumi

Pemerintah Propinsi;
 - Dinas /Badan/Lembaga yang menangani bidang
   energi
 - Dinas /Badan/Lembaga yang terkait

Pemerintah Kabupaten/Kota.
 - Dinas /Badan/Lembaga yang menangani bidang
   energi
 - Dinas /Badan/Lembaga yang terkait                 39
5.2. Kelembagaan Pembinaan dan Pengawasan

5.2.1. Pembinaan dan Pengawasan untuk proyek pengusahaan yang sedang
      berjalan:
       Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral;
   -      Ditjen DGSM
              Dit. Inventarisasi SDM
              Dit.Pembinaan Pengusahaan & Batubara
              Dit.Teknik Mineral
   -      Ditjen LPE
              Dit.Pembinaan Program Ketenagalistrikan
              Dit.Pembinaan Pengusahaan Listrik
              Dit.Teknik Ketenagalistrikan
              Dit.Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi

       PERTAMINA
   -      Telah diserahkan kepada Ditjen GSM dan Ditjen LPE sesuai batasan
          kewenangannya sebagaimana diatur Kepmen No.667 Tahun 2002




                                                                             40
5.2. Kelembagaan Pembinaan dan Pengawasan (Lanjutan)

5.2.2. Pembinaan dan Pengawasan untuk proyek baru sesuai UU 27 Tahun 2003:
        Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral;
    -       Ditjen DGSM
                 Dit. Inventarisasi SDM
                 Dit.Pembinaan Pengusahaan & Batubara
                 Dit.Teknik Mineral
    -       Ditjen LPE
                 Dit.Pembinaan Program Ketenagalistrikan
                 Dit.Pembinaan Pengusahaan Listrik
                 Dit.Teknik Ketenagalistrikan
                 Dit.Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Propinsi;
        Propinsi:
    -       Lembaga Pembinaan dan Pengawasan Pengusahaan Panasbumi (Dinas/Subdinas yang
            menangani bidang energi)
    -       BPN
    -       Bappeda
    -       Biro Lingkungan Hidup

        Kabupaten/Kota.
    -      Lembaga Pembinaan dan Pengawasan Pengusahaan Panasbumi (Dinas/Subdinas yang
           menangani bidang energi)
    -      BPN
    -      Bappeda
    -      Biro Lingkungan Hidup
                                                                                          41
5.3 . Pengembangan Sistem Kelembagaan

5.3.1. Penunjukan Badan Pembinaan dan Pengawasan Pengusahaan Panasbumi:
       Untuk tingkat Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral;
     -    Ditjen DGSM
              Dit. Inventarisasi SDM
              Dit.Pembinaan Pengusahaan & Batubara
              Dit.Teknik Mineral

       Propinsi;
   -      Lembaga Pembinaan dan Pengawasan Pengusahaan Panasbumi
          (Dinas/Subdinas yang menangani bidang energi)

       Kabupaten/Kota.
   -      Lembaga Pembinaan dan Pengawasan Pengusahaan Panasbumi
          (Dinas/Subdinas yang menangani bidang energi)
       Atau dibentuk Badan Pembinaan dan Pengawasan Pengusahaan Panasbumi
       pada tingkat Pusat/Propinsi/Kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya
       masing-masing.



                                                                                42
5.4 . Pengembangan Sistem Kelembagaan (Lanjutan)

5.4.2. Pengembangan Lembaga Litbang, diklat, sertifikasi dan stake holder Pengusahaan Panasbumi:
             Balitbang DESDM
           -      P3TEK
             Badiklat
           -      Pusdiklat Energi dan Ketenagalistrikan
             BATAN
             Perguruan Tinggi Negri/Swasta Indonesia
             Laboratorium Badan Usaha yang telah/sedang diakreditasi panasbumi

             Lembaga Standarisasi/Sertifikasi Nasional
           -    BNSP
           -    BSN
           -    KAN

5.4.3. Peningkatan Peran Stakeholders
              Dalam upaya meningkatkan partisipasi seluruh stakeholder, dikembangkan jejaring organisasi
              non-Pemerintah disektor ketenaga listrikan, panasbumi dan energi lainnya untuk dapat berperan
              serta dalam pengembangan panasbumi. Jejaring organisasi seperti terlapir):
            -      Asosiasi Profesi (Asosiasi Panasbumi Indonesia, IATKI, IATMI, HAGI, IAGI)
            -      Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia (MKI)
            -      Masyarakat Energi Indonesia
            -      Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia
            -      Forum Komunikasi Produsen Listrik Indonesia (FKPLI)
            -      Forum Komunikasi Konsumen Listrik

                                                                                                          43
6. Program Pengembangan Panas Bumi

6.1. Jangka pendek:
         Pengelolaan existing contracts
         Pengembangan rencana strategis pengembangan panas bumi
         Sinkronisasi peraturan pelaksanaan Undang Undang No 27/2003 tentang Panas Bumi dengan
         peraturan pelaksanaan Undang Undang No 20/2002 tentang Ketenagalistrikan

6.2. Jangka menengah dan panjang:
         Program legislasi pengusahaan panas bumi
         Fasilitasi kebijakan harga energi
         Sosialisasi program pengembangan panas bumi termasuk tarif dan insentif, khususnya ke daerah
         Pemutakhiran rencana strategis pengembangan panas bumi
         Pengembangan sistem data dan informasi panas bumi
         Rencana pengembangan ristek dan SDM
         Community Development




                                                                                                        44
6.1. 1. Pengelolaan Existing Contracts

  Pembentukan Tim Kerja yang mempunyai tugas dan fungsi sebagai fasilitator
  penanganan permasalahan existing contracts pengusahaan panas bumi
  Inventarisasi isu-isu yang terkait dengan pelaksanaan existing contracts,
  khususnya Pasal 41, 42, dan 43 Undang Undang No 27/2003 tentang Panas
  Bumi
  Pembahasan dengan para stakeholder mengenai penyelesaian permasalahan
  yang terkait dengan pelaksanaan existing contract
  Penyusunan draft aturan penegasan pelaksanaan existing contracts
  Penerbitan aturan penegasan pelaksanaan existing contracts




                                                                              45
6.1.2. Rencana Strategis Pengembangan Panasbumi

6.1.2.1. Pemanfaatan Tidak Langsung
       Menyusun klasifikasi seluruh lapangan panas bumi menurut parameter tekno-ekonomi dan
       kendala pengembangannya, antara lain
     -     Kendala peraturan (tumpang tindih peruntukan lahan)
     -     Keterbatasan lingkungan (taman konservasi nasional)
     -     Keterbatasan daya dukung lingkungan setempat yang sesuai dengan pelaksanaan good
           engineering practices
       Menyusun target dan skala prioritas investasi pengembangan panas bumi dan langkah-
       langkah yang harus dilakukan sesuai dengan hasil klasifikasi potensi panas bumi
       Menetapkan rencana aksi pengembangan panas bumi yang mengarah kepada pencapaian
       sasaran pengembangan panas bumi
       Mencari kemudahan untuk membangun infrastruktur yang dibutuhkan untuk
       mendistribusikan listrik yang dihasilkan dari panas bumi
       Melakukan kajian dan merekomendasikan penerapan depletion premium, biaya lingkungan
       dan lain-lain pajak polusi agar harga panas bumi menjadi kompetitif
       Mengupayakan simplifikasi pola pengusahaan investasi panas bumi dari mulai eksplorasi
       sampai dengan penjualan listriknya melalui paket yang masih selaras dengan peraturan
       yang berlaku
       Mengupayakan pemberian kebijakan paket insentif yang diperlukan untuk pengembangan
       panas bumi
       Mendorong ikut sertanya institusi keuangan internaional dalam mendukung energi yang
       bersih untuk merangsang pertumbuhan industri panas bumi
       Mengupayakan pelayanan perijinan pengusahaan panas bumi dalam satu atap
       Melakukan Penelitian dan Penerapan perkembangan teknologi untuk eksplorasi, eksploitasi
       dan produksi untuk mengurangi resiko dan ketidakpastian dalam pengembangan
       panasbumi

6.1.2.2. Pemanfaatan Langsung
     Peningkatan pemanfaatan langsung panas bumi untuk teknologi pertanian dan pariwisata;                   46
     Peningkatan kerjasama antara pemegang IUP/IUPL/IO agar dalam pemanfaatan langsung dapat dikembangkan lebih
     luas;
6.1.3.     Sinkronisasi Pelaksanaan Undang Undang No. 27/2003 tentang
           Panas Bumi dengan Undang Undang lainnya yang terkait,
           khususnya UU No 20/2002
  Sinkronisasi penerapan Undang Undang No 27/2003 dengan Undang Undang No
  20/2002 perlu dilakukan yang memungkinkan dilakukannya:

   -     Pengutamaan pemanfaatan energi setempat dan energi terbarukan.

   -     Pencantuman pemanfaatan energi panas bumi untuk pembangkit listrik dalam
         RUKD dan RUKN, agar pemanfaatan panas bumi untuk listrik dapat berjalan
         segera setelah eksplorasi berakhir.

  Siknronisasi penerapan Undang Undang No 27/2003 dengan Undang Undang
  Nomor 41/1999 untuk pengusahaan panas bumi di kawasan hutan.




                                                                                47
6.2.1. PROGRAM LEGISLASI PENGUSAHAAN PANASBUMI



   Dalam 2 tahun sejak diundangkannya Undang-undang Nomor 27 tahun 2003 tentang panas
   bumi, RPP dan peraturan pelaksanaan lainnya sudah harus dapat diselesaikan dan harus
   sinkron dengan peraturan pelaksanaan undang undang lainnya, khususnys Undang Undang
   No 20/2002 tentang Ketenagalistrikan:

    •   RPP tentang Pembinaan dan pengawasan pengusahaan panasbumi;

    •   RPP tentang Pengusahaan panasbumi;

    •   RPP tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak dari panasbumi;

    •   RPP tentang Ketentuan Pemanfaatan Langsung;

    •   Rancangan Keppres tentang ketentuan yang mengatur mengenai kontrak dan
        pengusahaan panasbumi yang sedang berjalan.




                                                                                      48
6.2.2.   Program Fasilitasi Kebijakan Harga Energi



Melakukan kajian dan merekomendasikan berbagai insentif yang dapat meningkatkan
keekonomian panas bumi

Mengupayakan pemberian fasilitas kebijakan harga bagi energi yang akrab lingkungan;

Mengupayakan pemberian fasilitas kebijakan harga dalam upaya mengembangkan
panasbumi di daerah-daerah tertentu;

Mendukung upaya pemerintah untuk menghapuskan subsidi harga BBM dan tarif listrik

Mendorong diterapkannya tarif regional di wilayah-wilayah yang mempunyai potensi panas
bumi yang besar.




                                                                                         49
6.2.3.   Sosialisasi Program Pengembangan Panas Bumi



Melakukan upaya-upaya sosialisasi kepada berbagai pihak terkait dengan pengusahaan
panas bumi, khususnya kepada Pemerintah Daerah agar mempunyai kesamaan pandangan
dan gerak serta langkah dalam mengembangkan panas bumi.

Mendorong diterapkannya tarif regional di daerah-daerah yang mempunyai potensi panas
bumi; sehingga kebijakan-kebijakan insentif untuk meningkatkan keekonomian panas bumi
dapat diimplementasikan di wilayah-wilayah tersebut.

Mengupayakan agar Pemerintah Daerah dapat memberikan kemudahan dan
penyederhanaan peraturan-peraturan dan perijinan yang dapat membantu meningkatkan
keekonomian dan kepastian proyek panas bumi.




                                                                                        50
6.2.4.   Pemutakhiran Rencana Strategis Pengembangan Panas Bumi

  Pemutakhiran rencana strategis pengembangan panas bumi harus dilakukan secara periodik
  dengan menyesuaikan kondisi dan situasi pada saat itu.

  Target, skala prioritas dan langkah–langkah yang harus dilaksanakan perlu selalu
  dimutakhirkan.




                                                                                       51
6.2.5. Program Pengembangan Sistem Data dan Informasi

Melakukan pemetaan kebutuhan energi dan potensi panas bumi disetiap daerah;

Melakukan survey pendahuluan dan meningkatkan kegiatan eksplorasi oleh pemerintah untuk mendata
potensi dan penyiapan wilayah kerja panasbumi.

Menyiapkan perangkat sistem informasi manajemen panasbumi di Indonesia yang terintegrasi antara
pusat dan daerah;

Menyiapkan pusat informasi panasbumi di setiap daerah panasbumi;




                                                                                                  52
6.2.6. Rencana Pengembangan Ristek & SDM

   Menyiapkan roadmap ristek panasbumi untuk mendukung rencana
   pemanfaatan sebesar 6000 MW pada tahun 2020.

   Menyiapkan lembaga pendidikan yang mampu meningkatkan
   kompetensi SDM yang dapat dipergunakan untuk mengembangkan
   panasbumi secara nasional.

   Menyiapkan lembaga litbang dan prasarana laboratorium yang memiliki
   akreditasi panasbumi secara internasional.




                                                                     53
6.2.7. Community Development
    Mengatur program Community Development yang mampu memberi
    manfaat bagi masyarakat setempat tetapi mendukung pelaksanaan
    pengembangan panasbumi dengan cara menetapkan batas nilai dan
    mekanisme penyaluran dana Community Development.

    Melegalisasi program Community Development dengan cara memasukan
    dalam persyaratan perijinan.

    Melakukan sosialisasi pentingnya program Comunity Development dalam
    pengembangan panasbumi di Indonesia.

    Meningkatkan peran serta masyarakat secara proporsional dalam
    mendukung pengembangan panasbumi.

    Menyiapkan suatu wadah penghargaan bagi pihak-pihak termasuk
    organisasi kemasyarakatan dalam menggalang dan melaksanakan
    Community Development.
                                                                          54
6.2.8. Kemampuan Kelembagaan

Membentuk Lembaga di pusat dan daerah yang memiliki potensi panasbumi untuk
melakukan fungsi pembinaan dan pengawasan, perijinan, pelelangan; sesuai dengan batas
kewenangan masing-masing ;

Meningkatkan kemampuan dan pemberdayaan kelembagaan dan Stakeholder ;

Memberdayakan lembaga asosiasi dan sertifikasi ;

Mengkaji pembentukan lembaga independen yang berfungsi dalam pembinaan dan
pengawasan, perijinan, dan pelelangan.




                                                                                        55
Lampiran - 1




                  SUMBERDAYA (MWe)                       CADANGAN (MWe)          TERPASANG
LOKASI                                                                             (MWe)
                 SPEKULATIF    HIPOTETIS     TERDUGA        MUNGKIN   TERBUKTI


SUMATRA             5630           2433           5419        15           389         2

JAWA - BALI         2450           1591           3076       603          1837       785
NUSA TENGGARA        125            448            612        -             14

SULAWESI            950             125            663       110            65        20

MALUKU / IRIAN       325            117            142        -              -
KALIMANTAN            50             -              -         -              -


  TOTAL             9530           4714           9912       728          2305       807

                           14244                             12945

                                          27189
                                                                                           56
INSTANSI TERKAIT DALAM BISNIS                                   Lampiran - 2
                     GEOTHERMAL (EXISTING)
     KEHUTANAN                              DEPARTEMEN ESDM                     KEMENTERIAN L H




                  DITJEN GSDM                      PERTAMINA    DITJEN L P E




                  DIT. PENGUSAHAAN   DIT. TEKNIK
DIT. INV. S D M     MINERAL DAN       MINERAL
                       BATUBARA




                                              BADAN USAHA
                                           (PERTAMINA,BUMNB
                                                               PIUPL, PT. PLN
                                              UMD, SWASTA,
                                                                 (PERSERO)
                                             KOPERASI PIUPL)
                                                                                                  57
INSTANSI TERKAIT DALAM BISNIS                                             Lampiran - 3
                       GEOTHERMAL (BARU)
     KEHUTANAN                              DEPARTEMEN ESDM                               KEMENTERIAN L H




                  DITJEN GSDM                      PEMDA                  DITJEN L P E




                                                            BAPEPTAL, PEMDA
                                                                 ATAU
                  DIT. PENGUSAHAAN   DIT. TEKNIK
DIT. INV. S D M     MINERAL DAN       MINERAL
                                                           PEMERINTAH PUSAT
                       BATUBARA




                                              BADAN USAHA
                                           (PERTAMINA,BUMNB
                                                                         PIUPL, PT. PLN
                                              UMD, SWASTA,
                                                                           (PERSERO)
                                             KOPERASI PIUPL)
                                                                                                            58

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Permen PU No. 14 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal
Permen PU No. 14 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan MinimalPermen PU No. 14 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal
Permen PU No. 14 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan MinimalPenataan Ruang
 
Bahan Paparan Rtrw Dki 2010 2030 [Compatibility Mode]
Bahan Paparan Rtrw Dki 2010 2030 [Compatibility Mode]Bahan Paparan Rtrw Dki 2010 2030 [Compatibility Mode]
Bahan Paparan Rtrw Dki 2010 2030 [Compatibility Mode]Elisa Sutanudjaja
 
Kedudukan rtrw kabupaten kota dalam pembangunan
Kedudukan rtrw kabupaten kota dalam pembangunanKedudukan rtrw kabupaten kota dalam pembangunan
Kedudukan rtrw kabupaten kota dalam pembangunanEvant Manö
 
Omnibus law vs kejahatan peta
Omnibus law vs kejahatan petaOmnibus law vs kejahatan peta
Omnibus law vs kejahatan petaRaflis Ssi
 
Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera
Rencana Tata Ruang Pulau SumateraRencana Tata Ruang Pulau Sumatera
Rencana Tata Ruang Pulau SumateraPenataan Ruang
 
rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar
rancangan perda rtrw 2010-2030 makassarrancangan perda rtrw 2010-2030 makassar
rancangan perda rtrw 2010-2030 makassarImam Nur Alam
 
Ukl upl karoseri wanaco indo niaga
Ukl upl karoseri wanaco indo niagaUkl upl karoseri wanaco indo niaga
Ukl upl karoseri wanaco indo niagaWanaco Indo Niaga
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Makassar
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota MakassarRencana Tata Ruang Wilayah Kota Makassar
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota MakassarPenataan Ruang
 
Kontroversi Perizinan Hti Di Provinsi Riau
Kontroversi  Perizinan Hti Di Provinsi RiauKontroversi  Perizinan Hti Di Provinsi Riau
Kontroversi Perizinan Hti Di Provinsi RiauRaflis Ssi
 
Rencana Tata Ruang Pulau Jawa Bali
Rencana Tata Ruang Pulau Jawa BaliRencana Tata Ruang Pulau Jawa Bali
Rencana Tata Ruang Pulau Jawa BaliPenataan Ruang
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Banda Aceh, NAD
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Banda Aceh, NADRencana Tata Ruang Wilayah Kota Banda Aceh, NAD
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Banda Aceh, NADPenataan Ruang
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BojonegoroRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BojonegoroPenataan Ruang
 
Pergub DKI Jakarta No.17
Pergub DKI Jakarta No.17Pergub DKI Jakarta No.17
Pergub DKI Jakarta No.17CIkumparan
 
perda no. 5 thn 2012 ttg rtrw prov. thn 2011 2031
perda no. 5 thn 2012 ttg rtrw prov. thn 2011 2031 perda no. 5 thn 2012 ttg rtrw prov. thn 2011 2031
perda no. 5 thn 2012 ttg rtrw prov. thn 2011 2031 Adi T Wibowo
 
Bab iii rencana larap tol_rev
Bab iii rencana  larap tol_revBab iii rencana  larap tol_rev
Bab iii rencana larap tol_revKotjo Negoro
 
Bab iv konsultasi publik larap tol
Bab iv konsultasi publik larap tolBab iv konsultasi publik larap tol
Bab iv konsultasi publik larap tolKotjo Negoro
 

Was ist angesagt? (20)

Permen PU No. 14 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal
Permen PU No. 14 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan MinimalPermen PU No. 14 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal
Permen PU No. 14 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal
 
Bahan Paparan Rtrw Dki 2010 2030 [Compatibility Mode]
Bahan Paparan Rtrw Dki 2010 2030 [Compatibility Mode]Bahan Paparan Rtrw Dki 2010 2030 [Compatibility Mode]
Bahan Paparan Rtrw Dki 2010 2030 [Compatibility Mode]
 
Kedudukan rtrw kabupaten kota dalam pembangunan
Kedudukan rtrw kabupaten kota dalam pembangunanKedudukan rtrw kabupaten kota dalam pembangunan
Kedudukan rtrw kabupaten kota dalam pembangunan
 
Omnibus law vs kejahatan peta
Omnibus law vs kejahatan petaOmnibus law vs kejahatan peta
Omnibus law vs kejahatan peta
 
Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera
Rencana Tata Ruang Pulau SumateraRencana Tata Ruang Pulau Sumatera
Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera
 
rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar
rancangan perda rtrw 2010-2030 makassarrancangan perda rtrw 2010-2030 makassar
rancangan perda rtrw 2010-2030 makassar
 
Perda 20 2011
Perda 20 2011Perda 20 2011
Perda 20 2011
 
Ukl upl karoseri wanaco indo niaga
Ukl upl karoseri wanaco indo niagaUkl upl karoseri wanaco indo niaga
Ukl upl karoseri wanaco indo niaga
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Makassar
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota MakassarRencana Tata Ruang Wilayah Kota Makassar
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Makassar
 
Kontroversi Perizinan Hti Di Provinsi Riau
Kontroversi  Perizinan Hti Di Provinsi RiauKontroversi  Perizinan Hti Di Provinsi Riau
Kontroversi Perizinan Hti Di Provinsi Riau
 
Msf 4 printed version
Msf 4 printed versionMsf 4 printed version
Msf 4 printed version
 
Ppt rakortek jambi 10 mei 2016
Ppt rakortek jambi 10 mei 2016Ppt rakortek jambi 10 mei 2016
Ppt rakortek jambi 10 mei 2016
 
Rencana Tata Ruang Pulau Jawa Bali
Rencana Tata Ruang Pulau Jawa BaliRencana Tata Ruang Pulau Jawa Bali
Rencana Tata Ruang Pulau Jawa Bali
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Banda Aceh, NAD
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Banda Aceh, NADRencana Tata Ruang Wilayah Kota Banda Aceh, NAD
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Banda Aceh, NAD
 
Coordination meeting hibah pengetahuan hijau lpem
Coordination meeting hibah pengetahuan hijau lpemCoordination meeting hibah pengetahuan hijau lpem
Coordination meeting hibah pengetahuan hijau lpem
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BojonegoroRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro
 
Pergub DKI Jakarta No.17
Pergub DKI Jakarta No.17Pergub DKI Jakarta No.17
Pergub DKI Jakarta No.17
 
perda no. 5 thn 2012 ttg rtrw prov. thn 2011 2031
perda no. 5 thn 2012 ttg rtrw prov. thn 2011 2031 perda no. 5 thn 2012 ttg rtrw prov. thn 2011 2031
perda no. 5 thn 2012 ttg rtrw prov. thn 2011 2031
 
Bab iii rencana larap tol_rev
Bab iii rencana  larap tol_revBab iii rencana  larap tol_rev
Bab iii rencana larap tol_rev
 
Bab iv konsultasi publik larap tol
Bab iv konsultasi publik larap tolBab iv konsultasi publik larap tol
Bab iv konsultasi publik larap tol
 

Ähnlich wie BLUEPRINT PANASBUMI

Pembinaan dan Pengawasan LH 2021 edit.pdf
Pembinaan dan Pengawasan LH 2021 edit.pdfPembinaan dan Pengawasan LH 2021 edit.pdf
Pembinaan dan Pengawasan LH 2021 edit.pdfAgung Nugroho Zaini
 
Project execution plan city gas , mojokerto, east java
Project execution plan city gas , mojokerto, east javaProject execution plan city gas , mojokerto, east java
Project execution plan city gas , mojokerto, east javaGunawan CNG
 
Permen PU Nomor 21 Tahun 2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengemb...
Permen PU Nomor 21 Tahun 2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengemb...Permen PU Nomor 21 Tahun 2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengemb...
Permen PU Nomor 21 Tahun 2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengemb...Oswar Mungkasa
 
07 meb, ibnu s andika
07   meb, ibnu s andika07   meb, ibnu s andika
07 meb, ibnu s andikabocah666
 
07 meb, ibnu s andika
07   meb, ibnu s andika07   meb, ibnu s andika
07 meb, ibnu s andikabocah666
 
06 meb, ibnu s andika
06   meb, ibnu s andika06   meb, ibnu s andika
06 meb, ibnu s andikabocah666
 
03 ESDM Bahan DBT_LAPAN Seminar Inderaja_31072018.pdf
03 ESDM Bahan DBT_LAPAN Seminar Inderaja_31072018.pdf03 ESDM Bahan DBT_LAPAN Seminar Inderaja_31072018.pdf
03 ESDM Bahan DBT_LAPAN Seminar Inderaja_31072018.pdfwulanmunir1
 
Peraturan Menteri PU No. 21 Tahun 2006 tentang Sistem Pengelolaan Persampahan
Peraturan Menteri PU No. 21 Tahun 2006 tentang Sistem Pengelolaan PersampahanPeraturan Menteri PU No. 21 Tahun 2006 tentang Sistem Pengelolaan Persampahan
Peraturan Menteri PU No. 21 Tahun 2006 tentang Sistem Pengelolaan PersampahanJoy Irman
 
Deregulasi BKPM_Sosialisasi OSS-RBA.pdf
Deregulasi BKPM_Sosialisasi OSS-RBA.pdfDeregulasi BKPM_Sosialisasi OSS-RBA.pdf
Deregulasi BKPM_Sosialisasi OSS-RBA.pdfFariha54
 
06-Penyelenggaraan-Tata-Ruang-PP-16-th-2021-dan-Persetujuan-Bangunan-Gedung-P...
06-Penyelenggaraan-Tata-Ruang-PP-16-th-2021-dan-Persetujuan-Bangunan-Gedung-P...06-Penyelenggaraan-Tata-Ruang-PP-16-th-2021-dan-Persetujuan-Bangunan-Gedung-P...
06-Penyelenggaraan-Tata-Ruang-PP-16-th-2021-dan-Persetujuan-Bangunan-Gedung-P...egyd welyn
 
06-Penyelenggaraan-Tata-Ruang-PP-16-th-2021-dan-Persetujuan-Bangunan-Gedung-P...
06-Penyelenggaraan-Tata-Ruang-PP-16-th-2021-dan-Persetujuan-Bangunan-Gedung-P...06-Penyelenggaraan-Tata-Ruang-PP-16-th-2021-dan-Persetujuan-Bangunan-Gedung-P...
06-Penyelenggaraan-Tata-Ruang-PP-16-th-2021-dan-Persetujuan-Bangunan-Gedung-P...egyd welyn
 
Peraturan Menteri PU No. 603 Tabun 2005 tentang Pedoman Umum Sistem Pengendal...
Peraturan Menteri PU No. 603 Tabun 2005 tentang Pedoman Umum Sistem Pengendal...Peraturan Menteri PU No. 603 Tabun 2005 tentang Pedoman Umum Sistem Pengendal...
Peraturan Menteri PU No. 603 Tabun 2005 tentang Pedoman Umum Sistem Pengendal...Joy Irman
 
Pedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan
Pedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaanPedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan
Pedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaaninfosanitasi
 
Risk based approach.pdf
Risk based approach.pdfRisk based approach.pdf
Risk based approach.pdfmuhammadrendi8
 
audit energy andry swantana
audit energy andry swantanaaudit energy andry swantana
audit energy andry swantanaAndry Swantana
 
01. Bahan Pembekalan UUCK_v14.pdf
01. Bahan Pembekalan UUCK_v14.pdf01. Bahan Pembekalan UUCK_v14.pdf
01. Bahan Pembekalan UUCK_v14.pdfssuser1681ec
 
Pedoman pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung
Pedoman pemeliharaan dan perawatan bangunan gedungPedoman pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung
Pedoman pemeliharaan dan perawatan bangunan gedunginfosanitasi
 

Ähnlich wie BLUEPRINT PANASBUMI (19)

0. SLF CIC (1).pdf
0. SLF CIC (1).pdf0. SLF CIC (1).pdf
0. SLF CIC (1).pdf
 
Pembinaan dan Pengawasan LH 2021 edit.pdf
Pembinaan dan Pengawasan LH 2021 edit.pdfPembinaan dan Pengawasan LH 2021 edit.pdf
Pembinaan dan Pengawasan LH 2021 edit.pdf
 
Project execution plan city gas , mojokerto, east java
Project execution plan city gas , mojokerto, east javaProject execution plan city gas , mojokerto, east java
Project execution plan city gas , mojokerto, east java
 
Permen PU Nomor 21 Tahun 2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengemb...
Permen PU Nomor 21 Tahun 2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengemb...Permen PU Nomor 21 Tahun 2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengemb...
Permen PU Nomor 21 Tahun 2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengemb...
 
07 meb, ibnu s andika
07   meb, ibnu s andika07   meb, ibnu s andika
07 meb, ibnu s andika
 
07 meb, ibnu s andika
07   meb, ibnu s andika07   meb, ibnu s andika
07 meb, ibnu s andika
 
06 meb, ibnu s andika
06   meb, ibnu s andika06   meb, ibnu s andika
06 meb, ibnu s andika
 
03 ESDM Bahan DBT_LAPAN Seminar Inderaja_31072018.pdf
03 ESDM Bahan DBT_LAPAN Seminar Inderaja_31072018.pdf03 ESDM Bahan DBT_LAPAN Seminar Inderaja_31072018.pdf
03 ESDM Bahan DBT_LAPAN Seminar Inderaja_31072018.pdf
 
Peraturan Menteri PU No. 21 Tahun 2006 tentang Sistem Pengelolaan Persampahan
Peraturan Menteri PU No. 21 Tahun 2006 tentang Sistem Pengelolaan PersampahanPeraturan Menteri PU No. 21 Tahun 2006 tentang Sistem Pengelolaan Persampahan
Peraturan Menteri PU No. 21 Tahun 2006 tentang Sistem Pengelolaan Persampahan
 
Deregulasi BKPM_Sosialisasi OSS-RBA.pdf
Deregulasi BKPM_Sosialisasi OSS-RBA.pdfDeregulasi BKPM_Sosialisasi OSS-RBA.pdf
Deregulasi BKPM_Sosialisasi OSS-RBA.pdf
 
06-Penyelenggaraan-Tata-Ruang-PP-16-th-2021-dan-Persetujuan-Bangunan-Gedung-P...
06-Penyelenggaraan-Tata-Ruang-PP-16-th-2021-dan-Persetujuan-Bangunan-Gedung-P...06-Penyelenggaraan-Tata-Ruang-PP-16-th-2021-dan-Persetujuan-Bangunan-Gedung-P...
06-Penyelenggaraan-Tata-Ruang-PP-16-th-2021-dan-Persetujuan-Bangunan-Gedung-P...
 
06-Penyelenggaraan-Tata-Ruang-PP-16-th-2021-dan-Persetujuan-Bangunan-Gedung-P...
06-Penyelenggaraan-Tata-Ruang-PP-16-th-2021-dan-Persetujuan-Bangunan-Gedung-P...06-Penyelenggaraan-Tata-Ruang-PP-16-th-2021-dan-Persetujuan-Bangunan-Gedung-P...
06-Penyelenggaraan-Tata-Ruang-PP-16-th-2021-dan-Persetujuan-Bangunan-Gedung-P...
 
Peraturan Menteri PU No. 603 Tabun 2005 tentang Pedoman Umum Sistem Pengendal...
Peraturan Menteri PU No. 603 Tabun 2005 tentang Pedoman Umum Sistem Pengendal...Peraturan Menteri PU No. 603 Tabun 2005 tentang Pedoman Umum Sistem Pengendal...
Peraturan Menteri PU No. 603 Tabun 2005 tentang Pedoman Umum Sistem Pengendal...
 
TERAS 1.docx
TERAS 1.docxTERAS 1.docx
TERAS 1.docx
 
Pedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan
Pedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaanPedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan
Pedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan
 
Risk based approach.pdf
Risk based approach.pdfRisk based approach.pdf
Risk based approach.pdf
 
audit energy andry swantana
audit energy andry swantanaaudit energy andry swantana
audit energy andry swantana
 
01. Bahan Pembekalan UUCK_v14.pdf
01. Bahan Pembekalan UUCK_v14.pdf01. Bahan Pembekalan UUCK_v14.pdf
01. Bahan Pembekalan UUCK_v14.pdf
 
Pedoman pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung
Pedoman pemeliharaan dan perawatan bangunan gedungPedoman pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung
Pedoman pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung
 

Mehr von Khairul Fadli

hubungan organisasi untuk pengembangan karakter dengan teknologi lingkungan
hubungan organisasi untuk pengembangan karakter dengan teknologi lingkunganhubungan organisasi untuk pengembangan karakter dengan teknologi lingkungan
hubungan organisasi untuk pengembangan karakter dengan teknologi lingkunganKhairul Fadli
 
Mesin pengolahan emas
Mesin pengolahan emasMesin pengolahan emas
Mesin pengolahan emasKhairul Fadli
 
Gold mining kr woyla aceh
Gold mining kr woyla acehGold mining kr woyla aceh
Gold mining kr woyla acehKhairul Fadli
 
Teknik management pemeliharaan
Teknik management pemeliharaan Teknik management pemeliharaan
Teknik management pemeliharaan Khairul Fadli
 
Uu no. 13 th 2003 ttg ketenagakerjaan
Uu no. 13 th 2003 ttg ketenagakerjaanUu no. 13 th 2003 ttg ketenagakerjaan
Uu no. 13 th 2003 ttg ketenagakerjaanKhairul Fadli
 
Program pembentukan jasa layanan pengembangan bisnis
Program pembentukan jasa layanan pengembangan bisnisProgram pembentukan jasa layanan pengembangan bisnis
Program pembentukan jasa layanan pengembangan bisnisKhairul Fadli
 
Pompa mesin fluida ajar
Pompa mesin fluida ajarPompa mesin fluida ajar
Pompa mesin fluida ajarKhairul Fadli
 
Turbin air mesin fluida ajar
Turbin air mesin fluida ajarTurbin air mesin fluida ajar
Turbin air mesin fluida ajarKhairul Fadli
 
Perencanaan turbin air
Perencanaan turbin airPerencanaan turbin air
Perencanaan turbin airKhairul Fadli
 
Pengendalian organisasi
Pengendalian organisasiPengendalian organisasi
Pengendalian organisasiKhairul Fadli
 

Mehr von Khairul Fadli (20)

hubungan organisasi untuk pengembangan karakter dengan teknologi lingkungan
hubungan organisasi untuk pengembangan karakter dengan teknologi lingkunganhubungan organisasi untuk pengembangan karakter dengan teknologi lingkungan
hubungan organisasi untuk pengembangan karakter dengan teknologi lingkungan
 
Mesin pengolahan emas
Mesin pengolahan emasMesin pengolahan emas
Mesin pengolahan emas
 
Gold mining kr woyla aceh
Gold mining kr woyla acehGold mining kr woyla aceh
Gold mining kr woyla aceh
 
Teknik management pemeliharaan
Teknik management pemeliharaan Teknik management pemeliharaan
Teknik management pemeliharaan
 
Uu no. 13 th 2003 ttg ketenagakerjaan
Uu no. 13 th 2003 ttg ketenagakerjaanUu no. 13 th 2003 ttg ketenagakerjaan
Uu no. 13 th 2003 ttg ketenagakerjaan
 
Feed mill
Feed millFeed mill
Feed mill
 
Milling
MillingMilling
Milling
 
Grinding mill
Grinding millGrinding mill
Grinding mill
 
Kudaan5
Kudaan5Kudaan5
Kudaan5
 
Kuda-kudaan
Kuda-kudaanKuda-kudaan
Kuda-kudaan
 
Kuda-kudaan
Kuda-kudaanKuda-kudaan
Kuda-kudaan
 
Kuda-kudaan
Kuda-kudaanKuda-kudaan
Kuda-kudaan
 
Program pembentukan jasa layanan pengembangan bisnis
Program pembentukan jasa layanan pengembangan bisnisProgram pembentukan jasa layanan pengembangan bisnis
Program pembentukan jasa layanan pengembangan bisnis
 
Pompa mesin fluida ajar
Pompa mesin fluida ajarPompa mesin fluida ajar
Pompa mesin fluida ajar
 
Turbin air mesin fluida ajar
Turbin air mesin fluida ajarTurbin air mesin fluida ajar
Turbin air mesin fluida ajar
 
Perencanaan turbin air
Perencanaan turbin airPerencanaan turbin air
Perencanaan turbin air
 
Atap baja ringan
Atap baja ringanAtap baja ringan
Atap baja ringan
 
Pengendalian organisasi
Pengendalian organisasiPengendalian organisasi
Pengendalian organisasi
 
Doktrinasi satu
Doktrinasi satuDoktrinasi satu
Doktrinasi satu
 
Doktrinasi satu
Doktrinasi satuDoktrinasi satu
Doktrinasi satu
 

Kürzlich hochgeladen

Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...asepsaefudin2009
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptxSirlyPutri1
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...Kanaidi ken
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdfaksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfsdn3jatiblora
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...Kanaidi ken
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptPpsSambirejo
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasarrenihartanti
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 

Kürzlich hochgeladen (20)

Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdfaksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 

BLUEPRINT PANASBUMI

  • 1. VERSI 2-J – 8 DEC 03 /01 apr 04 RANCANGAN PEDOMAN DAN POLA TETAP PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN ENERGI PANAS BUMI 2004 – 2020 Blueprint Implementasi Undang-undang Nomor 27 tahun 2003 tentang Panasbumi DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 1
  • 2. DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN Halaman 1.1. Latar Belakang 3-4 1.2. Pola Pikir Pengembangan Pengusahaan Panas Bumi 5 BAB II. KONDISI SAAT INI DAN KECEENDERUNGAN KE DEPAN 2.3. Kondisi Saat ini 6 - 12 Kebijakan Yang Berlaku (Untuk Proyek Yang Sedang Berjalan) 2.4. Lingkungan Strategis 13 1.5. Identifikasi Permasalahan 14 - 17 1.6. Arah dan Kecenderungan 19 BAB III . VISI MISI DAN STRATEGI 3.1. Visi dan Misi 20 3.2. Sasaran 21 3.3. Strategi Pengembangan 22 - 23 BAB IV. LANGKAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN PANAS BUMI 4.1. Langkah Kebijakan Umum 24 4.2. Langkah Kebijakan Pengusahaan Panas Bumi 25 4.2.1. Alur Proses Kegiatan Operasional dan Pengusahaan Panas Bumi Menurut UU no: 27 / 2003 26 4.2.2. Alur Proses Kegiatan Operasional dan Pengusahaan Panas Bumi Menurut UU no: 27 /2003 (Lanj 1) 27 4.2.3. Alur Proses Kegiatan Operasional dan Pengusahaan Panas Bumi Menurut UU no: 27 /2003 (Lanj 2) 28 4.3. Langkah Kebijakan Pengembangan Sumber Daya Manusia 29 4.4. Langkah Kebijakan Penelitian dan Pengembangan 30 2
  • 3. DAFTAR ISI BAB V. INSTRUMEN LEGISLASI Halaman 5.1. Instrumen Legislasi Yang Sudah Ada 31 5.2. Instrumen Legislasi Yang Diperlukan 32 - 33 BAB VI. KELEMBAGAAN PANAS BUMI 6.1. Kelembagaan Perizinan Usaha Panas Bumi 35 6.2. Kelembagaan Pembinaan dan Pengawasan 36 - 37 6.3. Kelembagaan Pemecahan Masalah Perselisihan 38 6.4. Pengembangan Sistem Kelembagaan 39 - 40 BAB VII. VI PROGRAM PENGEMBANGAN PANAS BUMI 7.1. Jangka Pendek 7.1.1. Pengelolaan Existing Contracts 42 7.1.2. Pengembangan Rencana Strategis Pemanfaatan Panas Bumi 43 7.1.3. Sinkronisasi Peraturan Pelaksanaan Undang Undang 44 7.2. Jangka Menengah dan Panjang 7.2.1. Program Legislasi Pengusahaan Panas Bumi 45 7.2.2. Fasilitasi Kebijikan Harga Energi 46 7.2.3. Sosialisasi Program Pengembangan Panas Bumi 47 7.2.4. Pemutakhiran Rencana Strategis Pengembangan Panas Bumi Panas 48 7.2.5. Pengembangan Sistem Data dan Informasi Panas Bumi Bumi 49 7.2.6. Rencana Pengembangan Ristek dan SDM 50 7.2.7. Community Development 51 7.2.8. Kemampuan Kelembagaan 52 LAMPIRAN 1 : POTENSI ENERGI PANAS BUMI INDONESIA LAMPIRAN 2 : INSTANSI TERKAIT DALAM BISNIS GEOTHERMAL (EXISTING) LAMPIRAN 3 : INSTANSI TERKAIT DALAM BISNIS GEOTHERMAL (BARU) 3
  • 4. 1.1. Latar Belakang. Potensi sumber daya panas bumi Indonesia pada tahun 2003 berjumlah 27.189 Mwe, namun pemanfaatannya baru mencapai 2% (807 Mw) dari potensi sumber daya dan cadangan tersebut yang dimanfaatkan untuk pembangkitan tenaga listrik; Panas bumi termasuk energi terbarukan yang bersih lingkungan sehingga peranannya perlu ditingkatkan khususnya untuk mensubstitusi pemakaian energi fosil; Energi panas bumi yang terdapat di Indonesia beragam sehingga sangat cocok untuk dimanfaatkan sebagai sumber energi primer pembangkit tenaga listrik maupun untuk pemanfaatan langsung dalam industri pertanian dan pariwisata; Potensi sumber daya Panas bumi pada umumnya terdapat di jalur vulkanik yang prasarananya masih terbatas. Selain itu, energi panas bumi tidak dapat diekspor sehingga pemanfaatannya difokuskan untuk memenuhi kebutuhan energi setempat; Pemanfaatan energi panas bumi akan berdampak positif pada pengembangan ekonomi, khususnya daerah setempat; Undang-undang Nomor 44 Tahun 1960, Undang-undang Nomor 8 Tahun 1971, undang-undang Nomor 15 Tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan, Keppres No. 22/1981, Keppres No. 45/1991, Keppres No. 49/1991, KMK N0. 766/KMK.04/1992, memberikan daya tarik pengusahaan panasbumi dengan komitmen pengembangan sampai dengan 3000 Mw; 4
  • 5. 1.1. Latar Belakang (Lanjutan). Keppres Nomor 37/1997, Keppres Nomor 39/1997, Keppres Nomor 5/1998 yang menunda dan mengkaji kembali beberapa proyek Panas bumi, sehingga hanya 807 Mw yang dapat direalisasikan; Keppres Nomor 76/2000 tidak berhasil menarik investasi baru; Undang undang Nomor 27/2003 tentang Panas Bumi memberikan kepastian hukum dalam mendorong investasi baru pengembangan panas bumi; UU No. 20 tahun 2002 tentang ketenagalistrikan merupakan produk restrukturisasi bidang Tenaga Listrik memberi kesempatan pengembangan pembangkit tenaga listrik dari sumber energi baru terbarukan setempat di wilayah kompetisi dan non kompetisi pada off grid dan on grid; Dengan mempertimbangkan Undang Undang Nomor 27/2003 tentang panas bumi , Undang Undang Nomor 20/2002 tentang ketenagalistrikan dan pelaksanaan restrukturisasi sektor energi lainnya maka perlu disusun pedoman dan pola tetap pengembangan dan pemanfaatan energi panas bumi sebagai suatu peta-perjalanan (‘road-map”) implementasi kebijakan restrukturisasi kegiatan usaha panas bumi. Roadmap pengembangan pengusahaan Panas bumi, sesuai dengan amanat Undang Undang 27/2003 tentang panas bumi, menjadi acuan dalam penyusunan peraturan- peraturan pelaksanaan sehingga kegiatan usaha panas bumi mempunyai landasan hukum yang jelas, transparan, dapat dilaksanakan dan mampu menarik investasi. 5
  • 6. 1.2. POLA PIKIR PENGEMBANGAN PENGUSAHAAN PANAS BUMI UUD 1945, UU 20/2002, UU 27/2003 INDUSTRI PANAS BUMI YANG DIINGINKAN PADA TAHUN 2020 REGULASI KONDISI BISNIS SDM / TEKNOLOGI • MENUNJANG PEM- • Blue Print; • Kepastian hukum; • Kompetensi SDM BANGUNAN YANG Pusat dan Daerah; BERKELANJUTAN; • PP; • Program insentif; • Road map Riset dan • MEMBERI NILAI • Keppres; • Bankable; teknologi; TAMBAH SECARA • Perda; • Kebijakan KESELURUHAN; • Lembaga perpajakan yang • Kepmen; pendidikan Panas • MENINGKATKAN mendukung; • Semua ketentuan bumi; PENDAPATAN PENGUSAHAAN • Jaminan NEGARA DAN dan peraturan PANAS BUMI YANG • Prasarana perundang-undangan Pembayaran; MASYARAKAT; MASIH RENDAH yang mendasari laboratorium pengusahaan dan • Pengusahaan Panas terakreditasi; • PEMANFAATAN Bumi & Kontrak yang kontrak yang sedang UNTUK TENAGA berjalan tetap sudah ada tetap • Pusat data dan dihormati. LISTRIK SEBESAR dihormati. informasi Panas bumi. 6000 Mw; • BERKEMBANGNYA PEMANFAATAN LANGSUNG UNTUK AGRIBISNIS, PENGARUH LINGKUNGAN STRATEGIS PARIWISATA, DLL. OTONOMI DAERAH – PERSAINGAN INVESTASI GLOBAL – KOMPETENSI SDM – PENGUASAAN TEKNOLOGI – KETERBATASAN DANA INVESTASI DALAM NEGERI – POTENSI KRISIS TENAGA LISTRIK/INFRASTRUKTUR DAN ENERGI 6
  • 7. 1.3. Kondisi Saat Ini 1.3.1 Potensi Panas Bumi : Potensi sumber daya panas bumi Indonesia diperkirakan sebesar 14.244 Mwe (spekulatif 9.530 Mwe dan hipotetis 4.714 Mwe) dan cadangan diperkirakan setara dengan 12.945 Mwe (terduga 9.912 Mwe, mungkin 728 Mwe, terbukti 2.305 Mwe); Cadangan Panas bumi saat ini berpotensi menghasilkan kapasitas terpasang listrik sebesar 3000 Mw, namun yang dimanfaatkan untuk pembangkitan tenaga listrik baru sebesar 807 Mw. Lapangan panas bumi yang sudah dilakukan kegiatan baik untuk eksplorasi, produksi tenaga listrik maupun yang dalam tahap pengembangan berjumlah 70 lapangan. Dari jumlah tersebut, 60 lapangan telah dilakukan survey eksplorasi dan 15 diantaranya telah menjadi WKP Pertamina (2002) untuk dikembangkan oleh Pertamina sesuai dengan Kepmen ESDM No. 667/2002 : - WKP yang masih dilanjutkan untuk dikembangkan oleh Pertamina: Sibayak-Sinabung, Sibual-buali (termasuk Sipirok, Sarulla, Silangkitang dan Namora I Langit), Sungai Penuh, Tambang Sawah – Hulu Lais, Lumut Balai, Waypanas (termasuk Ulu Belu), Cibeureum – Parabakti (G.Salak), Pangalengan (termasuk Patuha, Wayang Windu, Cibuni), Kamojang (termasuk Darajat), Karaha –Cakrabuana (termasuk Telaga Bodas), Dieng, Iyang-Argopuro, Tabanan (termasuk Bedugul), Lahendong (termasuk Tompaso), Kotamobagu, 7
  • 8. 1.3. Kondisi Saat Ini (Lanjutan) - 18 WKP yang dikembalikan kepada Pemerintah tetapi telah dilakukan eksplorasi oleh Pertamina: P.Weh (Sabang), Rantau Dadap, Seulawah, Pusuk Bukit, Sorik Merapi, Muaralaboh, Kerinci/Lempur, Suoh-Sekincau, G.Rajabasa, Kaldera Banten (termasuk Batu Kuwung, Citaman, - G.Karang), Cisolok-Cisukarame, G.Tangkuban Perahu, G.Ciremai, Ungaran, Telomoyo, Ngebel-Wilis, Ijen, Ulumbu. - Lapangan lain yang baru tahap ekplorasi awal dan dalam inventory oleh Pertamina, pada saat ini telah dikembalikan kepada Pemerintah: G.Geureudong, G.Kembar, Simbolon-Nainggolan, G.Talang, Sungai Tenang, Sungai Betung, G.Kaca, Air Dikit, Marga Bayur, Bukit Daun, Ratai, G.Endut, G.Gede – Pangrango, Mangunan, G.Slamet, Hu’u – Daha, Sukoria-Mutubasa, Ili Muda, Oka Larantuka, Ili- Labaleken, Bena – Mataloko, Mengeboba, Bora, Bituang, Lainea, Tonga Wayana, Tulehu, Jailolo. Lapangan panas bumi yang siap di eksplorasi tambahan dan diproses lelang dan potensial untuk diusahakan sebagai lapangan produksi adalah: P.Weh (Sabang), Rantau Dadap, Seulawah, Pusuk Bukit, Sorik Merapi, Muaralaboh, Kerinci/Lempur, Suoh-Sekincau, G.Rajabasa, Kaldera Banten (termasuk Batu Kuwung, Citaman, - G.Karang), Cisolok-Cisukarame, G.Tangkuban Perahu, G.Ciremai, Ungaran, Telomoyo, Ngebel-Wilis, Ijen, Ulumbu. 8
  • 9. 1.3. Kondisi Saat Ini -Lanjutan 1.3.2 Pemanfaatan Tidak Langsung Panas Bumi (untuk Listrik) : Lapangan panas bumi yang berproduksi/pengembangan saat ini adalah lapangan yang dioperasikan Pertamina baik sendiri maupun melalui Kerjasama Operasi dalam bentuk Kontrak Operasi Bersama (KOB) yang mengacu kepada Keppres 45/1991 dan 49/1991 dengan kapasitas terpasang masing-masing untuk : PLTP Kamojang (140 MW), PLTP Darajat (145 MW), PLTP Wayang Windu (110 MW), PLTP G. Salak (330 MW), PLTP Dieng (60 MW), PLTP Lahendong (20 MW), dan Monoblok G. Sibayak (2 MW), total sebesar 807 MW; Pengembangan kapasitas terpasang sesuai dengan komitmen dalam kontrak adalah sebesar 3000 MW, namun belum berjalan karena terhambat oleh Keppres 39/1997 yang menunda dan mengkaji kembali beberapa proyek listrik swasta serta masih diperlukannya renegosiasi untuk realisasi Keppres 15/2002; Belum ada lapangan panasbumi yang dikembangkan setelah diterbitkannya Keppres 76/2000; Penerimaan negara dari pengusahaan panasbumi baru diperoleh dari PLTP Kamojang, PLTP G. Salak dan PLTP Darajat. 1.3.3 Pemanfaatan Langsung Panas Bumi : Belum ada data pemanfaatan langsung yang tertata dengan baik; Pemanfaatan langsung lebih banyak untuk kepentingan pariwisata yang dikelola daerah masing-masing; Penelitian pemanfaatan langsung untuk pembibitan jamur telah dilakukan BPPT bekerjasama dengan Pertamina di lapangan Kamojang pada tahun 1999 –2000. 9
  • 10. 1.3. Kondisi Saat Ini -Lanjutan 1.3.4 Iklim Investasi: Struktur biaya penyediaan listrik baik dari sumber energi fosil tidak memperhitungkan unsur biaya eksternal misalnya lingkungan dan depletion premium; Harga listrik belum mencerminkan harga keekonomiannya; Belum ada kepastian harga jual uap atau listrik pada tahap sebelum eksplorasi dan eksploitasi; Insentif yang diberikan antara lain berupa penundaan PPN yang berlaku sampai tahun 2000 dan saat ini sudah tidak berlaku lagi. Belum ada bentuk Insentif lain untuk pengusahaan panas bumi yang diberikan oleh pemerintah pusat dan daerah setelah tahun 2000; Penerimaan negara sebesar 34% yang berlaku pada pengusahaan panas bumi dapat meningkatkan tingkat pengembalian modal pada harga terjangkau oleh PLN karena adanya kepastian ketentuan perpajakan dalam perhitungan keekonomian proyek; UU Panas Bumi memberikan peluang untuk dapat memperoleh fasilitas perpajakan sesuai peraturan perundangan yang berlaku untuk memenuhi keekonomian proyek pada harga yang terjangkau oleh konsumen. Hal ini perlu diantisipasi segera oleh Pemerintah agar dapat memberikan peluang meningkatkan tingkat pengembalian modal pada investor; Tenggang waktu masa kontrak panasbumi saat ini berlaku selama 30 tahun sejak saat operasi komersial; IUP sesuai dengan UU 27/2003, menentukan masa berlaku selama 30 tahun terhitung dari sejak jangka waktu eksplorasi berakhir, yang masih mengandung resiko jangka waktu pengusahaan karena perhitungan keekonomian dimulai sejak listrik dioperasikan komersial sedangkan pengembangan panas bumi dilakukan secara bertahap. Untuk itu perlu diperjelas dalam peraturan pemerintah; Investor menginginkan kejelasan dan kepastian hukum atas dihormatinya kontrak pengusahaan panasbumi yang sedang berjalan dan adanya kepastian jaminan pembayaran 10 dari konsumen untuk pengusahaan panas bumi yang baru.
  • 11. 1.3. Kondisi Saat Ini -Lanjutan 1.3.5 Peraturan Perundang-undangan : Berdasarkan UU No. 11 Tahun 1994 sebagaimana telah diubah menjadi UU No. 18 Tahun 2000 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, peraturan perpajakan (penerimaan negara) terhadap pengusahaan panas bumi tidak lagi mengacu kepada Keppres No. 49/1991, sehingga jumlah kewajiban pengusaha yang dibayarkan kepada pemerintah menjadi lebih besar dari sebelumnya; UU No. 44 Prp Tahun 1960, UU No. 8/1971, UU No. 15/1985, Keppres 22/1981, Keppres 45/1991 dan Keppres 49/1991 tentang pengusahaan panasbumi untuk tenaga listrik digunakan sebagai landasan kegiatan usaha panasbumi yang sedang berjalan; Keppres 76/2000 tentang pengusahaan sumberdaya panasbumi untuk pembangkitan tenaga listrik; UU No. 41 Tahun 2000 tentang Kehutanan tidak memperbolehkan kegiatan penambangan secara terbuka di wilayah hutan lindung; Peraturan Pemerintah No. 144 Tahun 2000 tentang Jenis Barang dan Jasa yang Tidak Dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN); 11
  • 12. 1.3. Kondisi Saat Ini -Lanjutan 1.3.5 Peraturan Perundang-undangan : Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2003 tentang perubahan kedua atas PP No. 12/2001 tentang impor dan atau penyerahan barang kena pajak tertentu yang bersifat strategis yang dibebaskan dari pengenaan pajak pertambahan nilai; Penyediaan tenaga listrik dari panas bumi sepenuhnya mengacu kepada UU Nomor 20/2002 tentang ketenagalistrikan; UU No. 22/2001 tentang migas dan Peraturan Pemerintah No. 31 tahun 2003 tentang pengalihan bentuk Pertamina menjadi perusahaan perseroan; Belum ada peraturan pelaksanaan dari Undang Undang 20/2002 antara lain tentang IUPL (Ijin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik) dan IO (Ijin Operasi) dan harga jual tenaga listrik; Belum ada peraturan pelaksanaan dari Undang Undang 27/2003; Kepmen No. 667K/11/MEM/2002 tentang Penugasan Kepada DJGSM dan DJLPE Dalam Pengusahaan Panas Bumi Untuk Pembangkitan Tenaga Listrik. 12
  • 13. STATUS PENGUSAHAAN DAN KONTRAK PANAS BUMI NAMA TAHUN KAPASITAS, MWe NO STATUS LAPANGAN Dimulai THN 2002 Total Kapasitas 1 KAMOJANG 60 MW TERHENTI 1978/95 140 400 2 DARAJAT RENEGO/SELESAI 1984/95 145 330 3 SALAK RENEGO/SELESAI 1982/94 330 500 4 SARULLA TERHENTI/RENEGO 1993 - 330 5 DIENG TAKE OVER 1994 60 220 6 PATUHA TAKE OVER 1994 - 220 7 KARAHA TERHENTI/LITIGASI 1994 - 220 8 W.WINDU RENEGO/TAKE OVER 1994 110 400 9 CIBUNI TERHENTI 1994 - 20 10 BEDUGUL TERHENTI 1995 - 220 11 SIBAYAK RENEGO 1996 2 120 12 LAHENDONG RENEGO + AN 40 MW 1996 20 200 13 ULUBELU RENEGO 1991 - 330 12 LUMUT BALAI RENEGO 1996 - 330 TOTAL KAPASITAS 807 3860 13 TERPASANG/BEROPERASI TERPASANG/BELUM BEROPERASI
  • 14. Lampiran 3 Wilayah Kerja Pengusahaan Panas Bumi (Existing Project) Rencana Rencana Rencana Pengembang Potensi Pengembang Pengembang No. WKP Pengembang Produksi ESC an (JOC*/Pengusahaan) (JOC*/Pengusahaan) an an s/d 2016 s/d 2008 s/d 2012 1 SIBAYAK * PERTAMINA 2 120 120 10 40 20 2 SIBUAL-BUALI (SARULA)* SIBUAL- PLN 330 1000 220 220 110 3 SUNGAIPENUH* PERTAMINA 55 55 4 HULULAIS-TAMBANG SAWAH* HULULAIS- PERTAMINA 55 55 5 LUMUT BALAI* PERTAMINA 400 110 110 110 6 WAYPANAS (ULU BELU)* PERTAMINA 330 110 110 55 7 CIBEUREUM-PARABAKTI* (SALAK) CIBEUREUM- UNOCAL 330 495 500 0 110 0 8 PANGALENGAN* KAWAH CIBUNI YALA TEKNOSA 10 20 10 0 0 GUNUNG PATUHA GEODIPA 400 400 120 60 0 WAYANG WINDU MNL 110 400 400 110 110 0 9 KAMOJANG-DARAJAT* KAMOJANG- KAMOJANG PERTAMINA 140 260 300 60 60 0 DARAJAT AMOSEAS 145 330 450 190 110 0 10 KARAHA, CAKRABUANA* KBC 400 400 55 55 0 11 DTT. DIENG* GEODIPA 60 400 400 120 60 60 12 IYANG, ARGOPURO* PERTAMINA 55 55 13 TABANAN, BALI (BEDUGUL)* BUMI BALI 400 400 10 110 0 14 LAHENDONG* PERTAMINA 20 60 200 60 40 20 15 KOTAMOBAGU* PERTAMINA 185 60 60 16 TULEHU PLN 16 16 0 17 MATALOKO PLN 60 2 6 014 18 ULUMBU PLN 10 6 0 0 Total 807 3605 5491 1193 1442 600
  • 15. Lampiran 3 Wilayah Kerja Pengusahaan Panas Bumi (Existing Project) Rencana Rencana Rencana Pengembang Potensi Pengembang Pengembang No. WKP Pengembang Produksi ESC an (JOC*/Pengusahaan) (JOC*/Pengusahaan) an an s/d 2016 s/d 2008 s/d 2012 1 SIBAYAK * PERTAMINA 2 120 120 10 40 20 2 SIBUAL-BUALI (SARULA)* SIBUAL- PLN 330 1000 220 220 110 3 SUNGAIPENUH* PERTAMINA 55 55 4 HULULAIS-TAMBANG SAWAH* HULULAIS- PERTAMINA 55 55 5 LUMUT BALAI* PERTAMINA 400 110 110 110 6 WAYPANAS (ULU BELU)* PERTAMINA 330 110 110 55 7 CIBEUREUM-PARABAKTI* (SALAK) CIBEUREUM- UNOCAL 330 495 500 0 110 0 8 PANGALENGAN* KAWAH CIBUNI YALA TEKNOSA 10 20 10 0 0 GUNUNG PATUHA GEODIPA 400 400 120 60 0 WAYANG WINDU MNL 110 400 400 110 110 0 9 KAMOJANG-DARAJAT* KAMOJANG- KAMOJANG PERTAMINA 140 260 300 60 60 0 DARAJAT AMOSEAS 145 330 450 190 110 0 10 KARAHA, CAKRABUANA* KBC 400 400 55 55 0 11 DTT. DIENG* GEODIPA 60 400 400 120 60 60 12 IYANG, ARGOPURO* PERTAMINA 55 55 13 TABANAN, BALI (BEDUGUL)* BUMI BALI 400 400 10 110 0 14 LAHENDONG* PERTAMINA 20 60 200 60 40 20 15 KOTAMOBAGU* PERTAMINA 185 60 60 16 TULEHU PLN 16 16 0 17 MATALOKO PLN 60 2 6 015 18 ULUMBU PLN 10 6 0 0 Total 807 3605 5491 1193 1442 600
  • 16. 1.4. Lingkungan Strategis Dengan adanya UU NO. 22 Tahun 1999, PP No. 25 Tahun 2000, daerah mempunyai fungsi dan kewenangan di sektor ketenagalistrikan dalam hal: (a) Perumusan kebijakan dan pembinaan; (b) Pengaturan dan Pengawasan; (c) Perizinan; (d) Pengembangan listrik pedesaan dan penetapan subsidi; UU No. 20/2002 tentang ketenagalistrikan mengamanatkan restrukturisasi sektor ketenagalistrikan; (a) pengutamaan energi setempat dan energi terbarukan (b) penyusunan RUKN yang dilandasi oleh RUKD (c) memungkinkan tarif regional (d) adanya kewenangan daerah untuk mengeluarkan IUPL; Adanya tekanan global mengenai isu lingkungan antara lain penerapan Kyoto Protocol dapat memberikan kesempatan untuk pengembangan energi baru dan terbarukan dan sejalan dengan pemberlakuan batasan emisi yang semakin ketat. Daya tarik investasi di negara-negara lain lebih menarik. Dorongan global untuk menerapkan mekanisme pasar (pencabutan subsidi BBM dan listrik). 16
  • 17. 1.5. Identifikasi Permasalahan 1.5.1. Kekuatan: Potensi sumber daya panas bumi Indonesia diperkirakan setara dengan 27.189 Mwe; Sumber daya panas bumi merupakan sumber energi terbarukan sehingga pemanfaatannya bisa berkelanjutan; Energi panas bumi berpeluang untuk mendapatkan dana karbon kredit; Dukungan UU No. 20/2002, UU No. 27/2003 dan PP No. 31 tahun 2003; Pengusahaan panas bumi bukan termasuk kegiatan penambangan dengan pola pertambangan terbuka, sehingga memungkinkan pengusahaan di kawasan hutan lindung; Lokasi potensi panas bumi dapat dikembangkan menjadi daerah wisata; Kegiatan pemanfaatan panas bumi sejalan dengan upaya pelestarian lingkungan; Pengembangan panas bumi bisa dilakukan secara bertahap unit demi unit. 1.5.2. Kelemahan: Saat ini harga listrik panas bumi relatif belum kompetitif dibandingkan dengan harga listrik dari energi lainnya karena harga listrik energi lainnya belum memperhitungkan tambahan biaya eksternal (biaya lingkungan, depletion premium, dan lainnya); Pada umumnya potensi panas bumi di daerah yang mempunyai keterbatasan infrastruktur di daerah; Belum adanya peraturan pelaksanaan dari UU No. 20/2002 dan UU No. 27/2003, sehingga belum ada kesamaan pandangan antara pemerintah pusat dan daerah mengenai pengelolaan panas bumi serta menimbulkan kekhawatiran masih terjadinya monopoli; Panas Bumi bersifat site specific sehingga pemanfaatannya setempat, tidak dapat diperjualbelikan sebagai komoditas sebelum dikonversikan menjadi energi listrik; Pengusahaan panas bumi untuk pembangkit tenaga listrik harus memperhatikan resiko tinggi dari eksplorasi dan eksploitasi. 17
  • 18. 1.5. Identifikasi Permasalahan -Lanjutan 1.5.3. Peluang: Pemanfaatan panasbumi dapat mengurangi devisa dari pemanfaatan energi fosil khususnya BBM yang dapat meningkatkan ketahanan dalam negri. Adanya krisis listrik dan pertumbuhan permintaan listrik di sekitar daerah yang mempunyai potensi panas bumi; Masih besarnya ketergantungan terhadap BBM yang menyebabkan masalah keamanan pasokan energi nasional; Pertumbuhan kebutuhan sektor agro bisnis dan wisata yang menjadi perhatian Indonesia menjadi peluang bagi panas bumi untuk bisa mengupayakan pemanfaatan langsung panasbumi yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan agro-bisnis dan wisata sesuai dengan kondisi setempat; Komitmen dunia sesuai dengan Kyoto Protokol untuk mengurangi emisi CO2 dapat dimanfaatkan pembangkit listrik tenaga panas bumi untuk mengurangi emisi yang signifikan hingga tahun 2020. Kompetensi SDM dan kemampuan teknologi nasional selama lebih dari 25 tahun pengembangan panas bumi dapat menjadi modal dalam pemanfaatan panas bumi di Indonesia. Potensi panasbumi Indonesia yang merupakan yang terbesar di dunia dapat dijadikan sebagai peluang menjadikan Indonesia sebagai center of excellent di bidang panas bumi yang dapat menjadi pusat perhatian bagi investasi, SDM dan teknologi. Penerapan otonomi daerah melalui UU NO. 22 Tahun 1999 memberikan kewenangan kepada daerah untuk menyusun perencaan dan kebijakan energi daerah; UU No. 20 Tahun 2002 tentang Ketenagalistrikan memberi peluang kepada daerah untuk menentukan sistim ketenagalistrikannya pada wilayah non-kompetisi off grid; Amanat UU No. 20/2002 untuk memprioritaskan pemanfaatan energi setempat dan terbarukan; Tekanan global mengenai lingkungan hidup mendorong pengembangan pemakaian energi baru dan terbarukan termasuk panas bumi melalui rangsangan insentif; Dengan adanya kepastian hukum dapat mengembalikan kepercayaan investor; 18
  • 19. 1.5. Identifikasi Permasalahan -Lanjutan 1.5.4. Ancaman: Tidak adanya perlakuan khusus pada pengusahaan panasbumi untuk masuk dalam wilayah kompetisi; Penerapan pajak berdasarkan UU No. 11 Tahun 1994 pelaksanaan khusus tidak berlaku lagi sebagaimana diatur pada Keppres No. 76 Tahun 2000; Belum tersedianya sumber daya manusia yang kompeten, khususnya di daerah; Investasi di industri panasbumi kurang diminati karena tingkat pengembalian modal yang rendah dan tidak pasti; Pola pengusahaan panasbumi yang belum bankable; Kemungkinan munculnya peraturan-peraturan daerah yang tidak sinkron dengan kebijakan panasbumi; Kesulitan untuk mewujudkan tarif listrik yang menarik bagi pengembangan panasbumi. Pengembangan energi panasbumi adalah bisnis yang sarat akan dana, dengan pengeluaran terbesar dilakukan sebelum pembangkit berproduksi; Risiko terbesar dalam panasbumi adalah pembuktian akan ada atau tidaknya suatu reservoir aktif, dan langkah ini membutuhkan kegiatan pengeboran dan pengetesan sumur yang ekstensif untuk mengidentifikasi area yang produktif dari lapangan tersebut; Resiko lain adalah kepastian pemanfaatan panasbumi setelah cadangannya ditemukan. 19
  • 20. 1.5. Identifikasi Permasalahan -Lanjutan 1.5.4. Ancaman: Resiko besar dari proyek panasbumi yang lain adalah faktor resiko suatu Negara, yang menyangkut, keadaan institusional, legal, kebijakan, politik dan masalah perekonomian. Pengusahaan panasbumi untuk listrik sebagai satu paket masih belum jelas diatur dalam PP atau Keppres. Tax incentive dimungkinkan tetapi akan mendapat tantangan yang luas dari sektor perpajakan dan ini memerlukan upaya yang khusus dari departemen teknis. Teknologi dan kemapuan memelihara existing geothermal projects yang ada agar dapat berkelanjutan Banyaknya infrastruktur yang tidak tersedia didaerah terpencil disekitar prospek panasbumi yang memungkinkan dikembangkan. Belum adanya kebijakan yang menghargai green energi dalam pemanfaatan energi di Indonesia Keinginnan nasional untuk memanfaatkan SDM dan kemampuan teknologi nasional yang membutuhkan upaya peningkatan kompetensi yang berkesinambungan. Tidak adanya kebijakan harga energi untuk menempatkan persaiangan harga secara proporsional diantara sumber energi primer Indonesia. 20
  • 21. 1.6. Arah dan Kecenderungan. Dihapuskannya subsidi harga BBM dan TDL secara bertahap untuk mencapai harga BBM dan TDL yang sesuai harga pasar sepenuhnya; Kecenderungan diversifikasi pemakaian energi mengarah ke energi listrik sehingga pertumbuhan permintaan listrik pada tahun-tahun mendatang akan meningkat; Peningkatan rasio elektrifikasi dari 52 persen pada tahun 2002 menjadi 90 persen pada tahun 2020, membutuhkan tambahan daya terpasang yang lebih besar; Perencanaan dan kebijakan energi daerah mengarah kepada pemanfaatan potensi energi baru dan terbarukan yang tersedia; Pengurangan pemakaian BBM untuk pembangkitan tenaga listrik.; Pola pengusahaan panasbumi melalui kemitraan dengan perusahaan daerah; Pemanfaatan teknologi bersih lingkungan; Kebutuhan pemanfaatan data base dalam pengusahaan dan pemanfaatan panasbumi yang mudah diakses; Pola investasi yang memakai dana dari dalam negeri, dengan sistim pendanaan equity atau project financing, payment security antara lain melalui asuransi, power bonds; Perlunya pembentukan suatu badan yang berfungsi sebagai pembina dan pengawas pelaksanaan apabila pengusahaan panasbumi sudah berkembang; Ada mekanisme penyelesaian perselisihan secara win-win solution. 21
  • 22. 1.7. Kebijakan Yang Berlaku (Untuk Pengusahaan dan Kontrak Yang Sedang Berjalan) Pengembangan panasbumi mengacu kepada KUBE, namun pelaksanaannya tidak konsisten; Memberikan kemudahan melalui fasilitas perpajakan khusus; Pengusahaan panasbumi berdasarkan kuasa usaha pertambangan (KP) pada Pertamina dan dilakukan sendiri atau bermitra dengan pola KOB; Pola pengusahaan dapat dilakukan dengan sistem “Total Project”; Penjualan panasbumi bisa dalam bentuk uap (SSC) atau tenaga listrik (ESC); Bebas bea masuk untuk peralatan yang digunakan untuk menunjang operasi pengusahaan panasbumi; Pembinaan dan pengawasan dilakukan oleh Pertamina; 22
  • 23. 2.1. Visi dan Misi Visi : Sumber daya panas bumi menjadi energi pilihan diantara aneka ragam sumber energi nasional yang tersedia untuk mendukung pembangunan nasional yang berkelanjutan. Misi : Mengatur potensi sumber daya panas bumi Indonesia yang sangat besar cadangan dan manfaatnya sebagai sumber daya alam yang terbarukan dan ramah lingkungan dan mengoptimalkan kemampuannya untuk memberi nilai tambah guna mendukung realisasi kesejahteraan rakyat Indonesia. Mendukung upaya-upaya pemanfaatan panasbumi sebesar 6000 MW pada tahun 2020. Mempersiapkan sumber daya pendukung seperti pendanaan, teknologi, dan sumber daya manusia; Menjadikan Indonesia sebagai pusat pengembangan panasbumi. 23
  • 24. 2.2. Sasaran Peningkatan pemakaian panas bumi untuk pembangkit tenaga listrik, peran panas bumi dalam Energy Mix nasional akan meningkat sekurang-kurangnya 3% pada tahun 2020, sehingga kapasitas terpasang dapat mencapai 6,0 Gw; sekurang- mencapai 6,0 Peningkatan pemanfaatan langsung panasbumi untuk menunjang sektor agro bisnis dan wisata termasuk mempergunakan hasil sampingan dari pemanfaatan tidak langsung; langsung; Peningkatan kemampuan kelembagaan dalam penyelenggaraan pengusahaan panasbumi Masuknya investasi baru dalam pengusahaan panas bumi baik dari dalam maupun dari luar negeri untuk memenuhi rencana pengembangan kapasitas PLTP, setidak-tidaknya mencapai US $ 6 miliar pada tahun 2020; PLTP, setidak- Optimalisasi upaya untuk mendapatkan insentif bagi pengembangan panasbumi antara lain penggunaan dana CDM, dan fasilitas perpajakan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku; berlaku; Pengurangan emisi CO2 dari pembangkit listrik sehingga pada tahun 2020 setidak-tidaknya terjadi pengurangan emisi setidak- sebesar setara 50 Juta Ton ; Peningkatan kompetensi dan pemberdayaan SDM serta kemampuan teknologi nasional serta pemanfaatan barang dan jasa nasional dalam upaya untuk mencapai kemandirian Tersedianya perangkat regulasi termasuk didalamnya pemberian insentif untuk pengembangan dan pengusahaan panasbumi sesuai dengan tuntutan kebutuhan. kebutuhan. Pemastian bahwa proyek- proyek yang sedang berjalan tetap dihormati sesuai dengan esensi kontrak yang sudah proyek- disepakati. disepakati. Peningkatan iklim investasi di bidang panasbumi yang lebih kondusif; kondusif; 24
  • 25. RENCANA PENGEMBANGAN PANAS BUMI S/D 2020 KEN “Energi terbarukan 5% dari Energy-Mix” 2004 2008 2012 2016 2020 807 MW 2000 MW 3442 MW 4600 MW 6000 MW (produksi) (target) 1193 MW WKP 1442 MW WKP 1158 MW 1400 MW yang ada yang ada WKP yang ada WKP baru + WKP baru 25
  • 26. 2.3. Strategi Pengembangan. Menyediakan peta kebutuhan energi dan peta potensi panasbumi pada setiap daerah. Meningkatkan peran panasbumi dalam energi mix yang tertuang dalam RUKD Menetapkan kelembagaan disetiap daerah dengan memanfaatkan kelembagaan yang sudah ada dan melakukan program pemberdayaan. Melakukan survey pendahuluan dan meningkatkan kegiatan eksplorasi oleh pemerintah untuk mendata potensi dan penyiapan wilayah kerja Panas Bumi. Penyediaan sistem informasi manajemen panasbumi di Indonesia yang terintegrasi antara pusat dan daerah; Menyederhanakan dan mengefisienkan proses perijinan, baik ditingkat pusat maupun daerah, untuk meningkatkan efisiensi proyek. Menciptakan iklim usaha yang kondusif antara lain melalui konsistensi rejim fiskal dan peraturan- peraturan yang terkait serta menghormati kontrak-kontrak yang sedang berjalan sesuai dengan aturan- peraturan yang melandasinya. Menciptakan daya saing pengusahaan panas bumi dengan mendorong konsistensi pelaksanaan penghapusan subsidi BBM dan listrik, masuknya biaya lingkungan (CDM, depletion premium, dll) dan melalui pemberian paket insentif bila diperlukan. Meningkatkan penguasaan teknologi untuk eksplorasi, eksploitasi, produksi dan pemanfaatan. 26
  • 27. 2.3. Strategi Pengembangan. (Lanjutan) Membangun kerjasama industri dengan Perguruan Tinggi dan lembaga Litbang untuk meningkatkan kompetensi dan pemberdayaan serta program sertifikasi kompetensi SDM; Mengoptimalkan proses kegiatan usaha eksplorasi, eksploitasi sampai dengan pemanfaatannya untuk tenaga listrik dengan mensinergikan pelaksanaan ketentuan dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2002 tentang Ketenagalistrikan dan Undang-Undang No. 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi. Menegaskan keberadaan proyek-proyek panasbumi yang sedang berjalan untuk tetap dihormati sesuai dengan kontrak yang sudah disepakati. Pemerintah dan pemerintah daerah membantu pelaksanaan program infrastruktur yang dibutuhkan untuk pengembangan panas bumi; Mendorong pemanfaatan barang dan jasa serta kemampuan rekayasa dan rancang bangun dalam negeri secara transparan dan bersaing; Meningkatkan pemanfaatan langsung panas bumi untuk kegiatan usaha antara lain agrobisnis dan pariwisata; Mengembangkan pengusahaan panas bumi untuk pemanfaatan langsung sebagai kegiatan usaha komplementer pemanfaatan panas bumi untuk pembangkit tenaga listrik; Merumuskan tata cara dan syarat-syarat mengenai penawaran prosedur, penyiapan dokumen lelang dan pelaksanaan lelang yang jelas, menarik dan dapat dilaksanakan untuk menawarkan Wilayah Kerja (WK) kepada Badan Usaha; 27
  • 28. 3.1. Langkah Kebijakan Umum Menyiapkan rancangan peraturan pelaksanaan UU Panas Bumi yang dapat dilaksanakan, jelas dan dapat menarik investasi dengan melibatkan stakeholder (Public Hearing); Menyamakan persepsi tentang strategi pengembangan; Mendorong pemanfaatan barang dan jasa serta kemampuan rekayasa dan rancang bangun dalam negeri secara transparan dan bersaing; Menunjuk badan independen atau lembaga pemerintah yang berwenang dalam penyelesaian perselisihan yang terjadi antara para pelaku; 28
  • 29. 3.2. Langkah Kebijakan Pengusahaan Panas Bumi Menyusun pedoman dan pola tetap untuk pengembangan pengusahaan panasbumi yang berkesinambungan dari 2004 s.d. 2020, sebagai kebijakan pelaksanaan teknis UU No. 27 Tahun 2003 tentang panasbumi dan sebagai acuan untuk penyusunan peraturan perundang-undangan pengusahaan panasbumi; Menciptakan kepastian hukum dan iklim investasi yang menarik pada pengembangan panasbumi, dengan secepatnya melengkapi perangkat regulasi dengan melibatkan stakeholder; Menghormati kontrak-kontrak yang berjalan sesuai dengan esensi kontrak yang sudah disepakati; Sinkronisasi peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pengusahaan panasbumi; Pembagian kewenangan pengembangan panasbumi didasarkan atas lokasi wilayah kerja panasbumi; Memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah untuk berperan dalam pengembangan panasbumi setempat; Pemerintah dapat melakukan kegiatan eksplorasi sampai dengan penemuan perkiraan potensi; Kegiatan eksplorasi yang dilakukan oleh pemerintah diarahkan untuk daerah-daerah terpencil atau yang tidak menarik bagi investor; Membuka peluang pola pengusahaan terintegrasi vertikal dari mulai eksploitasi uap, dan pembangkitan tenaga listrik pada wilayah non-kompetisi dan off grid, sedangkan pembangunan jaringan transmisi dan distribusi diberikan kesempatan kepada daerah sesuai dengan UU No. 20 Tahun 2002; Merumuskan dan menetapkan jenis dan tarif penerimaan negara bukan pajak yang transparan, jelas dan menarik bagi pengusahaan panasbumi. 29
  • 30. 3.2.1 Alur Proses Kegiatan Operasional dan Pengusahaan Panas Bumi Menurut UU 27/2003 PEMERINTAH/ PEMDA/ PEMERINTAH/ BADAN USAHA MILIK NEGARA, SWASTA BADAN USAHA BUMD, SWASTA, KOPERASI LELANG WKP LELANG WKP DATA DAN INFORMASI LANGSUNG PEMANFAATAN POTENSI ENERGI SURVAI STUDI MINERAL EKSPLORASI EKSPLOITASI PANASBUMI PANASBUMI PENDAHULUAN KELAYAKAN IKUTAN OPTIMAL LISTRIK SDM, TEKNOLOGI, PERUNDANGAN PERDA PENUGASAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN PANASBUMI IUPU (IUP) IUPL 30
  • 31. 3.2.2. Alur Proses Pengusahaan Panas Bumi Menurut UU 27/2003 – Lanjutan 1 Eksplorasi Dilakukan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah DATA AWAL DATA & INFORMASI WILAYAH KERJA PENGUMUMAN PENAWARAN LELANG MENJADI PESERTA LELANG SURVEI / EKSPLORASI PENDAHULUAN PENGIRIMAN PENAWARAN DOKUMEN LELANG LELANG DATA & INFORMASI UNDANGAN PELELANGAN STUDI KELAYAKAN DIBERIKAN PRIORITAS MENERIMA IUP – PENDAHULUAN MENDAPATKAN IUPL/IO MENGAJUKAN IUPL / IO KEPADA PEMEGANG IUP TANPA MELALUI LELANG MENDAPATKAN IJIN PRINSIP Keterangan: DOKUMEN PENAWARAN IUPL Pemerintah Pusat LELANG EVALUASI DATA & INFORMASI EKSPLORASI Pemerintah Pusat atau SEBELUMNYA Daerah EVALUASI PENAWARAN DAN PENENUAN PEMENANG MELAKUKAN EKSPLOITASI Badan Usaha Bapeptal/Pemerintah/Pe PENGEMBANGAN MENGELUARKAN IUP PEMBANGKIT(EPC) merintah Daerah KEPADA PEMENANG 31 MENDAPATKAN NOMOR IUPL
  • 32. 3.2.3. Alur Proses Pengusahaan Panasbumi Menurut UU 27/2003– Lanjutan 2 Eksplorasi Dilakukan oleh Badan Usaha DATA AWAL DATA & INFORMASI WILAYAH KERJA PENGUMUMAN PENAWARAN LELANG MENJADI PESERTA LELANG SURVEI / EKSPLORASI PENDAHULUAN PENGIRIMAN PENAWARAN DOKUMEN LELANG LELANG DATA & INFORMASI MENDAPATKAN IJIN PRINSIP UNDANGAN PELELANGAN IUPL/JAMINAN MEMPEROLEH IUPL TANPA MEL.LELANG STUDI KELAYAKAN DIBERIKAN PRIORITAS PENDAHULUAN MENERIMA IUP – MENDAPATKAN IUPL/IO DOKUMEN PENAWARAN MENGAJUKAN IUPL / IO KEPADA PEMEGANG IUP LELANG TANPA MELALUI LELANG EVALUASI EKSPLORASI Keterangan: EVALUASI PENAWARAN STUDI KELAYAKAN Pemerintah Pusat DAN PENENUAN PEMENANG MELAKUKAN EKSPLOITASI Pemerintah Pusat atau Daerah MENGELUARKAN IUP KEPADA PEMENANG PENGEMBANGAN Badan Usaha SESUAI KRITERIA PEMBANGKIT(EPC) PEROLEHAN IUP Bapeptal/Pemerintah/ MENDAPATKAN IUPL/IO Pemerintah Daerah MENGAWASI DAN MEMBINA 32 PEMEGANG IUP MELAKSANAKAN COMMISSIONING/ OPERASI KOMERSIAL
  • 33. 3.3. Langkah Kebijakan Pengembangan Sumber Daya Manusia Menjadikan Indonesia sebagai center of excelence panasbumi di dunia Menjadikan lembaga pendidikan tinggi sebagai sarana peningkatan kompetensi SDM panasbumi Meningkatkan kompetensi SDM melalui program sertifikasi. 33
  • 34. 3.4. Langkah Kebijakan Penelitian dan Pengembangan Melakukan kegiatan penelitian untuk pemanfaatan energi panas bumi secara langsung (direct use) untuk menunjang industri kecil dan pariwisata; Melakukan kegiatan penelitian pemanfaatkan energi panas bumi untuk pembangkit tenaga listrik sekala kecil (dibawah 10 Mw); Melakukan kegiatan penelitian untuk mengurangi resiko eksplorasi; Melakukan kegiatan penelitian untuk meningkatkan dan mempertahankan produksi selama mungkin; Melakukan kegiatan penelitian untuk mengurangi endapan (scaling) pada sudu-sudu turbin. Melakukan kegiatan penelitian bekerjasama dengan universitas dan lembaga penelitian setempat untuk pemanfaatan langsung panas bumi dalam mendukung pengembangan teknologi pengolahan hasil-hasil pertanian di daerah panas bumi. Membangun sarana dan prasarana serta promosi geowisata panas bumi yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah. 34
  • 35. 4.1 Instrumen Legislasi Yang Sudah Ada UU No. 11 Tahun 1994 sebagaimana telah diubah menjadi UU No. 18 Tahun 2000 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, peraturan perpajakan (penerimaan negara) terhadap pengusahaan panas bumi tidak lagi mengacu kepada Keppres 49 Tahun 1991. UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah UU No. 25 Tahun 2000 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah UU No. 20 Tahun 2002 tentang Ketenagalistrikan UU No.27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi Keppres No. 76 Tahun 2000 tentang Pengusahaan Sumber Daya Panas Bumi untuk Pembangkitan Tenaga Listrik, Keppres No. 22 Tahun 1981 jo Keppres No. 45 dan 49 Tahun 1991 yang hanya berlaku untuk pengusahaan dan kontrak-kontrak panasbumi yang sedang berjalan. Keppres No. 15 Tahun 2002 tentang Pencabutan Keppres No. 39 Tahun 1997 tentang Penangguhan/PengkajianKembali Proyek Pemerintah, Badan Usaha Milik negara, dan Swasta yang Berkaitan dengan Pemerintah/Badan Usaha Milik negara. Peraturan Pemerintah No. 144 Tahun 2000 tentang Jenis Barang dan Jasa yang tidak Dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) PP No. 31 Tahun 2003 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara (Pertamina) menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) Kepmen ESDM No. 667/11/MEM/2002 tentang Penugasan kepada DJGSM dan DJLPE dalam Pengusahaan Sumber Daya Panas Bumi untuk Pembangkitan Tenaga Listrik. 35
  • 36. 4.2. Instrumen Legislasi Yang Diperlukan RPP tentang Pembinaan dan pengawasan pengusahaan Panas Bumi - Kewenangan dan tugas pemerintah, propinsi dan kabupaten/kota - Penentuan unit teknis penanggung jawab antara lain data dan informasi - Ketentuan pembinaan dan pengawasan Program kerja dan keuangan Penyediaan peralatan eksplorasi, eksploitasi dan pemanfaatan panas bumi Keselamatan kerja Lingkungan hidup Penyelesaian perselisihan dalam pengusahaan RPP tentang Ketentuan pemanfaatan langsung RPP tentang pengusahaan panasbumi - Wilayah kerja panas bumi Penetapan pembagian wilayah kerja, termasuk koordinat batas wilayah Luas Pengembalian dan perubahan luas - Pola pengusahaan panas bumi Ketentuan total project (terintegrasi penyediaan uap dan listrik) Ketentuan Pengusahaan Penyediaan uap (tidak total project) - Ketentuan mengenai pelelangan dan perijinan Persyaratan pelelangan Ketentuan perijinan antara lain pembatalan, pencabutan ijin, jangka waktu, hak dan kewajiban pemegang ijin Kewenangan pemberian ijin - Ketentuan mengenai kriteria insentif 36 - Ketentuan mendapatkan kesempatan pertama IUPL
  • 37. 4.2. Instrumen Legislasi Yang Diperlukan (Lanjutan) RPP tentang penerimaan negara bukan pajak dari panas bumi - Ketentuan mengenai iuran tetap, iuran produksi dan bonus. - Ketentuan mengenai pembagian penerimaan negara bukan pajak antara pemerintah, propinsi dan kabupaten/kota. Rancangan Keppres tentang ketentuan yang mengatur mengenai kontrak dan pengusahaan panasbumi yang sedang berjalan: - Pembinaan dan Pengawasan. - Ketentuan Fiskal dan Komersial. - Esensi pengusahaan dan kontrak. 37
  • 38. Kelembagaan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral; - Ditjen DGSM Dit. Inventarisasi SDM Dit. Dit.Pembinaan Pengusahaan & Batubara Dit. Dit.Teknik Mineral Dit. - Ditjen LPE Dit.Pembinaan Program Ketenagalistrikan Dit. Dit.Pembinaan Pengusahaan Listrik Dit. Dit.Teknik Ketenagalistrikan Dit. Dit.Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Dit. - Balitbang DESDM P3TEK - Badiklat Pusdiklat Energi dan Ketenagalistrikan Lembaga Standarisasi/Sertifikasi Nasional Standarisasi/ - BNSP - BSN - KAN - Asosiasi Profesi Propinsi; - Lembaga Pembinaan dan Pengawasan Pengusahaan Panasbumi (Dinas/Subdinas yang menangani Dinas/ bidang energi) energi) - BPN - Bappeda - Biro Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota. - Lembaga Pembinaan dan Pengawasan Pengusahaan Panasbumi (Dinas/Subdinas yang menangani Dinas/ bidang energi) energi) - BPN - Bappeda 38 - Biro Lingkungan Hidup
  • 39. 5.1. Kelembagaan Perizinan Usaha Panas Bumi Pemerintah Menteri yang bertanggungjawab di bidang panas bumi Pemerintah Propinsi; - Dinas /Badan/Lembaga yang menangani bidang energi - Dinas /Badan/Lembaga yang terkait Pemerintah Kabupaten/Kota. - Dinas /Badan/Lembaga yang menangani bidang energi - Dinas /Badan/Lembaga yang terkait 39
  • 40. 5.2. Kelembagaan Pembinaan dan Pengawasan 5.2.1. Pembinaan dan Pengawasan untuk proyek pengusahaan yang sedang berjalan: Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral; - Ditjen DGSM Dit. Inventarisasi SDM Dit.Pembinaan Pengusahaan & Batubara Dit.Teknik Mineral - Ditjen LPE Dit.Pembinaan Program Ketenagalistrikan Dit.Pembinaan Pengusahaan Listrik Dit.Teknik Ketenagalistrikan Dit.Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi PERTAMINA - Telah diserahkan kepada Ditjen GSM dan Ditjen LPE sesuai batasan kewenangannya sebagaimana diatur Kepmen No.667 Tahun 2002 40
  • 41. 5.2. Kelembagaan Pembinaan dan Pengawasan (Lanjutan) 5.2.2. Pembinaan dan Pengawasan untuk proyek baru sesuai UU 27 Tahun 2003: Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral; - Ditjen DGSM Dit. Inventarisasi SDM Dit.Pembinaan Pengusahaan & Batubara Dit.Teknik Mineral - Ditjen LPE Dit.Pembinaan Program Ketenagalistrikan Dit.Pembinaan Pengusahaan Listrik Dit.Teknik Ketenagalistrikan Dit.Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Propinsi; Propinsi: - Lembaga Pembinaan dan Pengawasan Pengusahaan Panasbumi (Dinas/Subdinas yang menangani bidang energi) - BPN - Bappeda - Biro Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota. - Lembaga Pembinaan dan Pengawasan Pengusahaan Panasbumi (Dinas/Subdinas yang menangani bidang energi) - BPN - Bappeda - Biro Lingkungan Hidup 41
  • 42. 5.3 . Pengembangan Sistem Kelembagaan 5.3.1. Penunjukan Badan Pembinaan dan Pengawasan Pengusahaan Panasbumi: Untuk tingkat Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral; - Ditjen DGSM Dit. Inventarisasi SDM Dit.Pembinaan Pengusahaan & Batubara Dit.Teknik Mineral Propinsi; - Lembaga Pembinaan dan Pengawasan Pengusahaan Panasbumi (Dinas/Subdinas yang menangani bidang energi) Kabupaten/Kota. - Lembaga Pembinaan dan Pengawasan Pengusahaan Panasbumi (Dinas/Subdinas yang menangani bidang energi) Atau dibentuk Badan Pembinaan dan Pengawasan Pengusahaan Panasbumi pada tingkat Pusat/Propinsi/Kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya masing-masing. 42
  • 43. 5.4 . Pengembangan Sistem Kelembagaan (Lanjutan) 5.4.2. Pengembangan Lembaga Litbang, diklat, sertifikasi dan stake holder Pengusahaan Panasbumi: Balitbang DESDM - P3TEK Badiklat - Pusdiklat Energi dan Ketenagalistrikan BATAN Perguruan Tinggi Negri/Swasta Indonesia Laboratorium Badan Usaha yang telah/sedang diakreditasi panasbumi Lembaga Standarisasi/Sertifikasi Nasional - BNSP - BSN - KAN 5.4.3. Peningkatan Peran Stakeholders Dalam upaya meningkatkan partisipasi seluruh stakeholder, dikembangkan jejaring organisasi non-Pemerintah disektor ketenaga listrikan, panasbumi dan energi lainnya untuk dapat berperan serta dalam pengembangan panasbumi. Jejaring organisasi seperti terlapir): - Asosiasi Profesi (Asosiasi Panasbumi Indonesia, IATKI, IATMI, HAGI, IAGI) - Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia (MKI) - Masyarakat Energi Indonesia - Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia - Forum Komunikasi Produsen Listrik Indonesia (FKPLI) - Forum Komunikasi Konsumen Listrik 43
  • 44. 6. Program Pengembangan Panas Bumi 6.1. Jangka pendek: Pengelolaan existing contracts Pengembangan rencana strategis pengembangan panas bumi Sinkronisasi peraturan pelaksanaan Undang Undang No 27/2003 tentang Panas Bumi dengan peraturan pelaksanaan Undang Undang No 20/2002 tentang Ketenagalistrikan 6.2. Jangka menengah dan panjang: Program legislasi pengusahaan panas bumi Fasilitasi kebijakan harga energi Sosialisasi program pengembangan panas bumi termasuk tarif dan insentif, khususnya ke daerah Pemutakhiran rencana strategis pengembangan panas bumi Pengembangan sistem data dan informasi panas bumi Rencana pengembangan ristek dan SDM Community Development 44
  • 45. 6.1. 1. Pengelolaan Existing Contracts Pembentukan Tim Kerja yang mempunyai tugas dan fungsi sebagai fasilitator penanganan permasalahan existing contracts pengusahaan panas bumi Inventarisasi isu-isu yang terkait dengan pelaksanaan existing contracts, khususnya Pasal 41, 42, dan 43 Undang Undang No 27/2003 tentang Panas Bumi Pembahasan dengan para stakeholder mengenai penyelesaian permasalahan yang terkait dengan pelaksanaan existing contract Penyusunan draft aturan penegasan pelaksanaan existing contracts Penerbitan aturan penegasan pelaksanaan existing contracts 45
  • 46. 6.1.2. Rencana Strategis Pengembangan Panasbumi 6.1.2.1. Pemanfaatan Tidak Langsung Menyusun klasifikasi seluruh lapangan panas bumi menurut parameter tekno-ekonomi dan kendala pengembangannya, antara lain - Kendala peraturan (tumpang tindih peruntukan lahan) - Keterbatasan lingkungan (taman konservasi nasional) - Keterbatasan daya dukung lingkungan setempat yang sesuai dengan pelaksanaan good engineering practices Menyusun target dan skala prioritas investasi pengembangan panas bumi dan langkah- langkah yang harus dilakukan sesuai dengan hasil klasifikasi potensi panas bumi Menetapkan rencana aksi pengembangan panas bumi yang mengarah kepada pencapaian sasaran pengembangan panas bumi Mencari kemudahan untuk membangun infrastruktur yang dibutuhkan untuk mendistribusikan listrik yang dihasilkan dari panas bumi Melakukan kajian dan merekomendasikan penerapan depletion premium, biaya lingkungan dan lain-lain pajak polusi agar harga panas bumi menjadi kompetitif Mengupayakan simplifikasi pola pengusahaan investasi panas bumi dari mulai eksplorasi sampai dengan penjualan listriknya melalui paket yang masih selaras dengan peraturan yang berlaku Mengupayakan pemberian kebijakan paket insentif yang diperlukan untuk pengembangan panas bumi Mendorong ikut sertanya institusi keuangan internaional dalam mendukung energi yang bersih untuk merangsang pertumbuhan industri panas bumi Mengupayakan pelayanan perijinan pengusahaan panas bumi dalam satu atap Melakukan Penelitian dan Penerapan perkembangan teknologi untuk eksplorasi, eksploitasi dan produksi untuk mengurangi resiko dan ketidakpastian dalam pengembangan panasbumi 6.1.2.2. Pemanfaatan Langsung Peningkatan pemanfaatan langsung panas bumi untuk teknologi pertanian dan pariwisata; 46 Peningkatan kerjasama antara pemegang IUP/IUPL/IO agar dalam pemanfaatan langsung dapat dikembangkan lebih luas;
  • 47. 6.1.3. Sinkronisasi Pelaksanaan Undang Undang No. 27/2003 tentang Panas Bumi dengan Undang Undang lainnya yang terkait, khususnya UU No 20/2002 Sinkronisasi penerapan Undang Undang No 27/2003 dengan Undang Undang No 20/2002 perlu dilakukan yang memungkinkan dilakukannya: - Pengutamaan pemanfaatan energi setempat dan energi terbarukan. - Pencantuman pemanfaatan energi panas bumi untuk pembangkit listrik dalam RUKD dan RUKN, agar pemanfaatan panas bumi untuk listrik dapat berjalan segera setelah eksplorasi berakhir. Siknronisasi penerapan Undang Undang No 27/2003 dengan Undang Undang Nomor 41/1999 untuk pengusahaan panas bumi di kawasan hutan. 47
  • 48. 6.2.1. PROGRAM LEGISLASI PENGUSAHAAN PANASBUMI Dalam 2 tahun sejak diundangkannya Undang-undang Nomor 27 tahun 2003 tentang panas bumi, RPP dan peraturan pelaksanaan lainnya sudah harus dapat diselesaikan dan harus sinkron dengan peraturan pelaksanaan undang undang lainnya, khususnys Undang Undang No 20/2002 tentang Ketenagalistrikan: • RPP tentang Pembinaan dan pengawasan pengusahaan panasbumi; • RPP tentang Pengusahaan panasbumi; • RPP tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak dari panasbumi; • RPP tentang Ketentuan Pemanfaatan Langsung; • Rancangan Keppres tentang ketentuan yang mengatur mengenai kontrak dan pengusahaan panasbumi yang sedang berjalan. 48
  • 49. 6.2.2. Program Fasilitasi Kebijakan Harga Energi Melakukan kajian dan merekomendasikan berbagai insentif yang dapat meningkatkan keekonomian panas bumi Mengupayakan pemberian fasilitas kebijakan harga bagi energi yang akrab lingkungan; Mengupayakan pemberian fasilitas kebijakan harga dalam upaya mengembangkan panasbumi di daerah-daerah tertentu; Mendukung upaya pemerintah untuk menghapuskan subsidi harga BBM dan tarif listrik Mendorong diterapkannya tarif regional di wilayah-wilayah yang mempunyai potensi panas bumi yang besar. 49
  • 50. 6.2.3. Sosialisasi Program Pengembangan Panas Bumi Melakukan upaya-upaya sosialisasi kepada berbagai pihak terkait dengan pengusahaan panas bumi, khususnya kepada Pemerintah Daerah agar mempunyai kesamaan pandangan dan gerak serta langkah dalam mengembangkan panas bumi. Mendorong diterapkannya tarif regional di daerah-daerah yang mempunyai potensi panas bumi; sehingga kebijakan-kebijakan insentif untuk meningkatkan keekonomian panas bumi dapat diimplementasikan di wilayah-wilayah tersebut. Mengupayakan agar Pemerintah Daerah dapat memberikan kemudahan dan penyederhanaan peraturan-peraturan dan perijinan yang dapat membantu meningkatkan keekonomian dan kepastian proyek panas bumi. 50
  • 51. 6.2.4. Pemutakhiran Rencana Strategis Pengembangan Panas Bumi Pemutakhiran rencana strategis pengembangan panas bumi harus dilakukan secara periodik dengan menyesuaikan kondisi dan situasi pada saat itu. Target, skala prioritas dan langkah–langkah yang harus dilaksanakan perlu selalu dimutakhirkan. 51
  • 52. 6.2.5. Program Pengembangan Sistem Data dan Informasi Melakukan pemetaan kebutuhan energi dan potensi panas bumi disetiap daerah; Melakukan survey pendahuluan dan meningkatkan kegiatan eksplorasi oleh pemerintah untuk mendata potensi dan penyiapan wilayah kerja panasbumi. Menyiapkan perangkat sistem informasi manajemen panasbumi di Indonesia yang terintegrasi antara pusat dan daerah; Menyiapkan pusat informasi panasbumi di setiap daerah panasbumi; 52
  • 53. 6.2.6. Rencana Pengembangan Ristek & SDM Menyiapkan roadmap ristek panasbumi untuk mendukung rencana pemanfaatan sebesar 6000 MW pada tahun 2020. Menyiapkan lembaga pendidikan yang mampu meningkatkan kompetensi SDM yang dapat dipergunakan untuk mengembangkan panasbumi secara nasional. Menyiapkan lembaga litbang dan prasarana laboratorium yang memiliki akreditasi panasbumi secara internasional. 53
  • 54. 6.2.7. Community Development Mengatur program Community Development yang mampu memberi manfaat bagi masyarakat setempat tetapi mendukung pelaksanaan pengembangan panasbumi dengan cara menetapkan batas nilai dan mekanisme penyaluran dana Community Development. Melegalisasi program Community Development dengan cara memasukan dalam persyaratan perijinan. Melakukan sosialisasi pentingnya program Comunity Development dalam pengembangan panasbumi di Indonesia. Meningkatkan peran serta masyarakat secara proporsional dalam mendukung pengembangan panasbumi. Menyiapkan suatu wadah penghargaan bagi pihak-pihak termasuk organisasi kemasyarakatan dalam menggalang dan melaksanakan Community Development. 54
  • 55. 6.2.8. Kemampuan Kelembagaan Membentuk Lembaga di pusat dan daerah yang memiliki potensi panasbumi untuk melakukan fungsi pembinaan dan pengawasan, perijinan, pelelangan; sesuai dengan batas kewenangan masing-masing ; Meningkatkan kemampuan dan pemberdayaan kelembagaan dan Stakeholder ; Memberdayakan lembaga asosiasi dan sertifikasi ; Mengkaji pembentukan lembaga independen yang berfungsi dalam pembinaan dan pengawasan, perijinan, dan pelelangan. 55
  • 56. Lampiran - 1 SUMBERDAYA (MWe) CADANGAN (MWe) TERPASANG LOKASI (MWe) SPEKULATIF HIPOTETIS TERDUGA MUNGKIN TERBUKTI SUMATRA 5630 2433 5419 15 389 2 JAWA - BALI 2450 1591 3076 603 1837 785 NUSA TENGGARA 125 448 612 - 14 SULAWESI 950 125 663 110 65 20 MALUKU / IRIAN 325 117 142 - - KALIMANTAN 50 - - - - TOTAL 9530 4714 9912 728 2305 807 14244 12945 27189 56
  • 57. INSTANSI TERKAIT DALAM BISNIS Lampiran - 2 GEOTHERMAL (EXISTING) KEHUTANAN DEPARTEMEN ESDM KEMENTERIAN L H DITJEN GSDM PERTAMINA DITJEN L P E DIT. PENGUSAHAAN DIT. TEKNIK DIT. INV. S D M MINERAL DAN MINERAL BATUBARA BADAN USAHA (PERTAMINA,BUMNB PIUPL, PT. PLN UMD, SWASTA, (PERSERO) KOPERASI PIUPL) 57
  • 58. INSTANSI TERKAIT DALAM BISNIS Lampiran - 3 GEOTHERMAL (BARU) KEHUTANAN DEPARTEMEN ESDM KEMENTERIAN L H DITJEN GSDM PEMDA DITJEN L P E BAPEPTAL, PEMDA ATAU DIT. PENGUSAHAAN DIT. TEKNIK DIT. INV. S D M MINERAL DAN MINERAL PEMERINTAH PUSAT BATUBARA BADAN USAHA (PERTAMINA,BUMNB PIUPL, PT. PLN UMD, SWASTA, (PERSERO) KOPERASI PIUPL) 58