SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 13
Downloaden Sie, um offline zu lesen
Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
1
BBAABB II
PPEENNDDAAHHUULLUUAANN
A. Latar Belakang
Kebijakan pemerintah di bidang pendidikan telah bergulir dengan
ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan (SNP) yang meliputi standar isi, standar proses, standar
kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana-
prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian
pendidikan.
Tindak lanjut dari SNP adalah ditetapkannya Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional (Permendiknas) :
 No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi (SI);
 No. 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL);
 No. 24 tahun 2006 dan No. 6 tahun 2007 tentang Pelaksanaan SI dan SKL;
 No. 12 tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah;
 No. 13 tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah;
 No. 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi
Guru;
 No. 18 tahun 2007 tentang Sertifikasi Guru dalam Jabatan;
 No. 19 tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan;
 No. 20 tahun 2007 tentang Standar Penilaian;
 No. 24 tahun 2007 tentang Standar Sarana Prasarana; dan
 No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses.
UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan PP No. 19 tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan bahwa kurikulum
pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah dikembangkan oleh setiap satuan
pendidikan. Pemerintah tidak lagi menetapkan kurikulum secara nasional
seperti pada periode sebelumnya. Satuan pendidikan harus mengembangkan
sendiri kurikulum sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan serta potensi
peserta didik, masyarakat, dan lingkungannya.
Berbagai Peraturan Menteri Pendidikan Nasional yang berkaitan dengan Standar
Nasional Pendidikan merupakan acuan dan pedoman dalam mengembangkan,
melaksanakan, mengevaluasi keterlaksanaannya, dan menindaklanjuti hasil
evaluasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 14 tahun 2005
tentang Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan
Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa
salah satu tugas Subdirektorat Pembelajaran –Direktorat Pembinaan SMA
adalah melakukan penyiapan bahan kebijakan, standar, kriteria, dan pedoman
serta pemberian bimbingan teknis, supervisi, dan evaluasi pelaksanaan
kurikulum.
Selanjutnya, dalam Permendiknas Nomor 25 tahun 2006 tentang Rincian Tugas
Unit Kerja di Lingkungan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah dijelaskan bahwa rincian tugas Subdirektorat Pembelajaran –
Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
2
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas antara lain melaksanakan
penyiapan bahan penyusunan pedoman dan prosedur pelaksanaan
pembelajaran, termasuk penyusunan pedoman pelaksanaan kurikulum.
Pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan berdasarkan standar
nasional memerlukan langkah dan strategi yang harus dikaji berdasarkan
analisis yang cermat dan teliti. Analisis dilakukan terhadap tuntutan
kompetensi yang tertuang dalam rumusan standar kompetensi dan kompetensi
dasar; Analisis mengenai kebutuhan dan potensi peserta didik, masyarakat, dan
lingkungan; Analisis peluang dan tantangan dalam memajukan pendidikan pada
masa yang akan datang dengan dinamika dan kompleksitas yang semakin tinggi.
Penjabaran Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) sebagai bagian
dari pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dilakukan melalui
pengembangan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Silabus
merupakan penjabaran umum dengan mengembangkan SK-KD menjadi
indikator, kegiatan pembelajaran, materi pembelajaran, dan penilaian.
Penjabaran lebih lanjut dari silabus dalam bentuk rencana pelaksanaan
pembelajaran.
Penetapan kriteria minimal ketuntasan belajar merupakan tahapan awal
pelaksanaan penilaian hasil belajar sebagai bagian dari langkah pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kurikulum berbasis kompetensi yang
menggunakan acuan kriteria dalam penilaian, mengharuskan pendidik dan
satuan pendidikan menetapkan kriteria minimal yang menjadi tolok ukur
pencapaian kompetensi. Oleh karena itu, diperlukan panduan yang dapat
memberikan informasi tentang penetapan kriteria ketuntasan minimal yang
dilakukan di satuan pendidikan.
B. Tujuan
Penyusunan panduan ini bertujuan untuk:
1. Memberikan pemahaman lebih luas cara menetapkan Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) mata pelajaran di satuan pendidikan, serta melakukan
analisis terhadap hasil belajar yang dicapai;
2. Mendorong peningkatan mutu pendidikan melalui penetapan KKM yang
optimal sehingga meningkat secara bertahap;
3. Mendorong pendidik dan satuan pendidikan melakukan analisis secara teliti
dan cermat dalam menetapkan KKM serta menindaklanjutinya.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mencakup
pengertian dan fungsi KKM, mekanisme penetapan KKM, dan analisis KKM.
Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
3
BBAABB IIII
PPEENNGGEERRTTIIAANN DDAANN FFUUNNGGSSII
KKRRIITTEERRIIAA KKEETTUUNNTTAASSAANN MMIINNIIMMAALL ((KKKKMM))
A. Pengertian Kriteria Ketuntasan Minimal
Salah satu prinsip penilaian pada kurikulum berbasis kompetensi adalah
menggunakan acuan kriteria, yakni menggunakan kriteria tertentu dalam
menentukan kelulusan peserta didik. Kriteria paling rendah untuk menyatakan
peserta didik mencapai ketuntasan dinamakan Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM).
KKM harus ditetapkan sebelum awal tahun ajaran dimulai. Seberapapun
besarnya jumlah peserta didik yang melampaui batas ketuntasan minimal, tidak
mengubah keputusan pendidik dalam menyatakan lulus dan tidak lulus
pembelajaran. Acuan kriteria tidak diubah secara serta merta karena hasil
empirik penilaian. Pada acuan norma, kurva normal sering digunakan untuk
menentukan ketuntasan belajar peserta didik jika diperoleh hasil rata-rata
kurang memuaskan. Nilai akhir sering dikonversi dari kurva normal untuk
mendapatkan sejumlah peserta didik yang melebihi nilai 6,0 sesuai proporsi
kurva. Acuan kriteria mengharuskan pendidik untuk melakukan tindakan yang
tepat terhadap hasil penilaian, yaitu memberikan layanan remedial bagi yang
belum tuntas dan atau layanan pengayaan bagi yang sudah melampaui kriteria
ketuntasan minimal.
Kriteria ketuntasan minimal ditetapkan oleh satuan pendidikan berdasarkan
hasil musyawarah guru mata pelajaran di satuan pendidikan atau beberapa
satuan pendidikan yang memiliki karakteristik yang hampir sama. Pertimbangan
pendidik atau forum MGMP secara akademis menjadi pertimbangan utama
penetapan KKM.
Kriteria ketuntasan menunjukkan persentase tingkat pencapaian kompetensi
sehingga dinyatakan dengan angka maksimal 100 (seratus). Angka maksimal 100
merupakan kriteria ketuntasan ideal. Target ketuntasan secara nasional
diharapkan mencapai minimal 75. Satuan pendidikan dapat memulai dari
kriteria ketuntasan minimal di bawah target nasional kemudian ditingkatkan
secara bertahap.
Kriteria ketuntasan minimal menjadi acuan bersama pendidik, peserta didik,
dan orang tua peserta didik. Oleh karena itu pihak-pihak yang berkepentingan
terhadap penilaian di sekolah berhak untuk mengetahuinya. Satuan pendidikan
perlu melakukan sosialisasi agar informasi dapat diakses dengan mudah oleh
peserta didik dan atau orang tuanya. Kriteria ketuntasan minimal harus
dicantumkan dalam Laporan Hasil Belajar (LHB) sebagai acuan dalam menyikapi
hasil belajar peserta didik.
Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
4
B. Fungsi Kriteria Ketuntasan Minimal
Fungsi kriteria ketuntasan minimal:
1. sebagai acuan bagi pendidik dalam menilai kompetensi peserta didik sesuai
kompetensi dasar mata pelajaran yang diikuti. Setiap kompetensi dasar
dapat diketahui ketercapaiannya berdasarkan KKM yang ditetapkan.
Pendidik harus memberikan respon yang tepat terhadap pencapaian
kompetensi dasar dalam bentuk pemberian layanan remedial atau layanan
pengayaan;
2. sebagai acuan bagi peserta didik dalam menyiapkan diri mengikuti penilaian
mata pelajaran. Setiap kompetensi dasar (KD) dan indikator ditetapkan KKM
yang harus dicapai dan dikuasai oleh peserta didik. Peserta didik diharapkan
dapat mempersiapkan diri dalam mengikuti penilaian agar mencapai nilai
melebihi KKM. Apabila hal tersebut tidak bisa dicapai, peserta didik harus
mengetahui KD-KD yang belum tuntas dan perlu perbaikan;
3. dapat digunakan sebagai bagian dari komponen dalam melakukan evaluasi
program pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah. Evaluasi
keterlaksanaan dan hasil program kurikulum dapat dilihat dari keberhasilan
pencapaian KKM sebagai tolok ukur. Oleh karena itu hasil pencapaian KD
berdasarkan KKM yang ditetapkan perlu dianalisis untuk mendapatkan
informasi tentang peta KD-KD tiap mata pelajaran yang mudah atau sulit,
dan cara perbaikan dalam proses pembelajaran maupun pemenuhan sarana-
prasarana belajar di sekolah;
4. merupakan kontrak pedagogik antara pendidik dengan peserta didik dan
antara satuan pendidikan dengan masyarakat. Keberhasilan pencapaian KKM
merupakan upaya yang harus dilakukan bersama antara pendidik, peserta
didik, pimpinan satuan pendidikan, dan orang tua. Pendidik melakukan
upaya pencapaian KKM dengan memaksimalkan proses pembelajaran dan
penilaian. Peserta didik melakukan upaya pencapaian KKM dengan proaktif
mengikuti kegiatan pembelajaran serta mengerjakan tugas-tugas yang telah
didesain pendidik. Orang tua dapat membantu dengan memberikan motivasi
dan dukungan penuh bagi putra-putrinya dalam mengikuti pembelajaran.
Sedangkan pimpinan satuan pendidikan berupaya memaksimalkan
pemenuhan kebutuhan untuk mendukung terlaksananya proses
pembelajaran dan penilaian di sekolah;
5. merupakan target satuan pendidikan dalam pencapaian kompetensi tiap
mata pelajaran. Satuan pendidikan harus berupaya semaksimal mungkin
untuk melampaui KKM yang ditetapkan. Keberhasilan pencapaian KKM
merupakan salah satu tolok ukur kinerja satuan pendidikan dalam
menyelenggarakan program pendidikan. Satuan pendidikan dengan KKM
yang tinggi dan dilaksanakan secara bertanggung jawab dapat menjadi tolok
ukur kualitas mutu pendidikan bagi masyarakat.
Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
5
BAB III
MEKANISME PENETAPAN KKM
A. Prinsip Penetapan KKM
Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal perlu mempertimbangkan beberapa
ketentuan sebagai berikut:
1. Penetapan KKM merupakan kegiatan pengambilan keputusan yang dapat
dilakukan melalui metode kualitatif dan atau kuantitatif. Metode kualitatif
dapat dilakukan melalui professional judgement oleh pendidik dengan
mempertimbangkan kemampuan akademik dan pengalaman pendidik
mengajar mata pelajaran di sekolahnya. Sedangkan metode kuantitatif
dilakukan dengan rentang angka yang disepakati sesuai dengan penetapan
kriteria yang ditentukan;
2. Penetapan nilai kriteria ketuntasan minimal dilakukan melalui analisis
ketuntasan belajar minimal pada setiap indikator dengan memperhatikan
kompleksitas, daya dukung, dan intake peserta didik untuk mencapai
ketuntasan kompetensi dasar dan standar kompetensi
3. Kriteria ketuntasan minimal setiap Kompetensi Dasar (KD) merupakan rata-
rata dari indikator yang terdapat dalam Kompetensi Dasar tersebut. Peserta
didik dinyatakan telah mencapai ketuntasan belajar untuk KD tertentu
apabila yang bersangkutan telah mencapai ketuntasan belajar minimal yang
telah ditetapkan untuk seluruh indikator pada KD tersebut;
4. Kriteria ketuntasan minimal setiap Standar Kompetensi (SK) merupakan
rata-rata KKM Kompetensi Dasar (KD) yang terdapat dalam SK tersebut;
5. Kriteria ketuntasan minimal mata pelajaran merupakan rata-rata dari
semua KKM-SK yang terdapat dalam satu semester atau satu tahun
pembelajaran, dan dicantumkan dalam Laporan Hasil Belajar (LHB/Rapor)
peserta didik;
6. Indikator merupakan acuan/rujukan bagi pendidik untuk membuat soal-soal
ulangan, baik Ulangan Harian (UH), Ulangan Tengah Semester (UTS)
maupun Ulangan Akhir Semester (UAS). Soal ulangan ataupun tugas-tugas
harus mampu mencerminkan/menampilkan pencapaian indikator yang
diujikan. Dengan demikian pendidik tidak perlu melakukan pembobotan
seluruh hasil ulangan, karena semuanya memiliki hasil yang setara;
7. Pada setiap indikator atau kompetensi dasar dimungkinkan adanya
perbedaan nilai ketuntasan minimal.
B. Langkah-Langkah Penetapan KKM
Penetapan KKM dilakukan oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran.
Langkah penetapan KKM adalah sebagai berikut:
Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
6
1. Guru atau kelompok guru menetapkan KKM mata pelajaran dengan
mempertimbangkan tiga aspek kriteria, yaitu kompleksitas, daya dukung,
dan intake peserta didik dengan skema sebagai berikut:
Hasil penetapan KKM indikator berlanjut pada KD, SK hingga KKM mata
pelajaran;
2. Hasil penetapan KKM oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran disahkan
oleh kepala sekolah untuk dijadikan patokan guru dalam melakukan
penilaian;
3. KKM yang ditetapkan disosialisaikan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan, yaitu peserta didik, orang tua, dan dinas pendidikan;
4. KKM dicantumkan dalam LHB pada saat hasil penilaian dilaporkan kepada
orang tua/wali peserta didik.
C. Penentuan Kriteria Ketuntasan Minimal
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penentuan kriteria ketuntasan minimal
adalah:
1. Tingkat kompleksitas, kesulitan/kerumitan setiap indikator, kompetensi
dasar, dan standar kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik.
Suatu indikator dikatakan memiliki tingkat kompleksitas tinggi, apabila
dalam pencapaiannya didukung oleh sekurang-kurangnya satu dari sejumlah
kondisi sebagai berikut:
a. guru yang memahami dengan benar kompetensi yang harus dibelajarkan
pada peserta didik;
b. guru yang kreatif dan inovatif dengan metode pembelajaran yang
bervariasi;
c. guru yang menguasai pengetahuan dan kemampuan sesuai bidang yang
diajarkan;
d. peserta didik dengan kemampuan penalaran tinggi;
e. peserta didik yang cakap/terampil menerapkan konsep;
f. peserta didik yang cermat, kreatif dan inovatif dalam penyelesaian
tugas/pekerjaan;
g. waktu yang cukup lama untuk memahami materi tersebut karena
memiliki tingkat kesulitan dan kerumitan yang tinggi, sehingga dalam
proses pembelajarannya memerlukan pengulangan/latihan;
h. tingkat kemampuan penalaran dan kecermatan yang tinggi agar peserta
didik dapat mencapai ketuntasan belajar.
KKM
Indikator
KKM
KD
KKM
SK
KKM
MP
Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
7
Contoh 1.
SK 2. : Memahami hukum-hukum dasar kimia dan penerapannya dalam
perhitungan kimia (stoikiometri)
KD 2.2 : Membuktikan dan mengkomunikasikan berlakunya hukum-
hukum dasar kimia melalui percobaan serta menerapkan konsep
mol dalam menyelesaikan perhitungan kimia
Indikator : Menentukan pereaksi pembatas dalam suatu reaksi
Indikator ini memiliki kompleksitas yang tinggi, karena untuk menentukan
pereaksi pembatas diperlukan beberapa tahap pemahaman/penalaran
peserta didik dalam perhitungan kimia.
Contoh 2.
SK 1. : Memahami struktur atom, sifat-sifat periodik unsur, dan ikatan
kimia
KD 1.1. : Memahami struktur atom berdasarkan teori atom Bohr, sifat-
sifat unsur, massa atom relatif, dan sifat-sifat periodik unsur
dalam tabel periodik serta menyadari keteraturannya, melalui
pemahaman konfigurasi elektron
Indikator : Menentukan konfigurasi elektron berdasarkan tabel periodik atau
nomor atom unsur.
Indikator ini memiliki kompleksitas yang rendah karena tidak memerlukan
tahapan berpikir/penalaran yang tinggi.
2. Kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan
pembelajaran pada masing-masing sekolah.
a. Sarana dan prasarana pendidikan yang sesuai dengan tuntutan
kompetensi yang harus dicapai peserta didik seperti perpustakaan,
laboratorium, dan alat/bahan untuk proses pembelajaran;
b. Ketersediaan tenaga, manajemen sekolah, dan kepedulian stakeholders
sekolah.
Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
8
Contoh:
SK 3. : Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-
faktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari dan industri
KD 3.3 : Menjelaskan keseimbangan dan faktor-faktor yang mempengaruhi
pergeseran arah keseimbangan dengan melakukan percobaan
Indikator : Menyimpulkan pengaruh perubahan suhu, konsentrasi, tekanan,
dan volume pada pergeseran keseimbangan melalui percobaan.
Daya dukung untuk Indikator ini tinggi apabila sekolah mempunyai sarana
prasarana yang cukup untuk melakukan percobaan, dan guru mampu
menyajikan pembelajaran dengan baik. Tetapi daya dukungnya rendah
apabila sekolah tidak mempunyai sarana untuk melakukan percobaan atau
guru tidak mampu menyajikan pembelajaran dengan baik.
3. Tingkat kemampuan (intake) rata-rata peserta didik di sekolah yang
bersangkutan
Penetapan intake di kelas X dapat didasarkan pada hasil seleksi pada saat
penerimaan peserta didik baru, Nilai Ujian Nasional/Sekolah, rapor SMP,
tes seleksi masuk atau psikotes; sedangkan penetapan intake di kelas XI dan
XII berdasarkan kemampuan peserta didik di kelas sebelumnya.
Contoh penetapan KKM
Untuk memudahkan analisis setiap indikator, perlu dibuat skala penilaian
yang disepakati oleh guru mata pelajaran. Contoh:
Aspek yang dianalisis Kriteria dan Skala Penilaian
Kompleksitas
Tinggi
< 65
Sedang
65-79
Rendah
80-100
Daya Dukung
Tinggi
80-100
Sedang
65-79
Rendah
<65
Intake siswa
Tinggi
80-100
Sedang
65-79
Rendah
<65
Atau dengan menggunakan poin/skor pada setiap kriteria yang ditetapkan.
Aspek yang dianalisis Kriteria penskoran
Kompleksitas
Tinggi
1
Sedang
2
Rendah
3
Daya Dukung
Tinggi
3
Sedang
2
Rendah
1
Intake siswa
Tinggi
3
Sedang
2
Rendah
1
Jika indikator memiliki kriteria kompleksitas tinggi, daya dukung tinggi dan
intake peserta didik sedang, maka nilai KKM-nya adalah:
1 + 3 + 2
 x 100 = 66,7
9
Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
9
Nilai KKM merupakan angka bulat, maka nilai KKM-nya adalah 67.
Contoh:
PENENTUAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL PER KD DAN INDIKATOR
Mata Pelajaran : KIMIA
Kelas/semester : X/2
Standar Kompetensi : Memahami sifat-sifat larutan non-elektrolit dan elektrolit,
serta reaksi oksidasi-reduksi
Kriteria Pencapaian
Ketuntasan Belajar Siswa
(KD/Indikator)
Kriteria
Ketuntasan
MinimalKompetensi Dasar/Indikator
Komplek
Sitas
Daya
dukung
Intake Penget Praktik
3.1. Mengidentifikasi sifat larutan non-
elektrolit dan elektrolit berdasarkan
data hasil percobaan
a. Menyimpulkan gejala-gejala
hantaran arus listrik dalam
berbagai larutan berdasarkan
hasil pengamatan.
b. Mengelompokkan larutan
kedalam larutan elektrolit dan
non elektrolit berdasarkan sifat
hantaran listriknya.
c. Menjelaskan penyebab
kemampuan larutan elektrolit
menghantarkan arus listrik.
d. Menjelaskan bahwa larutan
elektrolit dapat berupa senyawa
ion dan senyawa kovalen polar
Rendah
(80)
Sedang
(70)
Tinggi
(65)
Tinggi
(65)
Tinggi
(80)
Tinggi
(80)
Tinggi
(80)
Tinggi
(80)
Sedang
(70)
Sedang
(70)
Rendah
(65)
Rendah
(65)
72
76,6
73,3
70
70
72
Nilai KKM KD merupakan angka bulat, maka nilai KKM 72,47 dibulatkan
menjadi 72.
Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
10
Mata Pelajaran : KIMIA
Kelas/semester : X/2
Standar Kompetensi : Memahami sifat-sifat larutan non-elektrolit dan elektrolit,
serta reaksi oksidasi-reduksi
Kriteria Pencapaian
Ketuntasan Belajar Siswa
(KD/Indikator)
Kriteria
Ketuntasan
MinimalKompetensi Dasar/Indikator
Komplek
sitas
Daya
dukung
Intake PPK Praktik
3.1. Mengidentifikasi sifat larutan non-
elektrolit dan elektrolit berdasarkan
data hasil percobaan
a. Menyimpulkan gejala-gejala
hantaran arus listrik dalam
berbagai larutan berdasarkan
hasil pengamatan.
b. Mengelompokkan larutan
kedalam larutan elektrolit dan
non elektrolit berdasarkan sifat
hantaran listriknya.
c. Menjelaskan penyebab
kemampuan larutan elektrolit
menghantarkan arus listrik.
d. Menjelaskan bahwa larutan
elektrolit dapat berupa senyawa
ion dan senyawa kovalen polar
Rendah
(3)
Sedang
(2)
Tinggi
(1)
Tinggi
(1)
Tinggi
(3)
Tinggi
(3)
Tinggi
(3)
Tinggi
(3)
Sedang
(2)
Sedang
(2)
Rendah
(2)
Rendah
(2)
75
88,9
77,8
66,7
66,7
75
Catatan: hasil rata-rata dari indikator merupakan nilai KKM untuk KD
Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
11
BAB IV
ANALISIS KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL
Pencapaian kriteria ketuntasan minimal perlu dianalisis untuk dapat ditindaklanjuti
sesuai dengan hasil yang diperoleh. Tindak lanjut diperlukan untuk melakukan
perbaikan dan penyempurnaan dalam pelaksanaan pembelajaran maupun penilaian.
Hasil analisis juga dijadikan sebagai bahan pertimbangan penetapan KKM pada
semester atau tahun pembelajaran berikutnya.
Analisis pencapaian kriteria ketuntasan minimal bertujuan untuk mengetahui
tingkat ketercapaian KKM yang telah ditetapkan. Setelah selesai melaksanakan
penilaian setiap KD harus dilakukan analisis pencapaian KKM. Kegiatan ini
dimaksudkan untuk melakukan analisis rata-rata hasil pencapaian peserta didik
kelas X, XI, atau XII terhadap KKM yang telah ditetapkan pada setiap mata
pelajaran. Melalui analisis ini akan diperoleh data antara lain:
1. KD yang dapat dicapai oleh 75% - 100% dari jumlah peserta didik pada kelas X,
XI, atau XII;
2. KD yang dapat dicapai oleh 50% - 74% dari jumlah peserta didik pada kelas X,
XI, atau XII;
3. KD yang dapat dicapai oleh ≤49% dari jumlah siswa peserta didik kelas X, XI,
atau XII.
Manfaat hasil analisis adalah sebagai dasar untuk meningkatkan kriteria ketuntasan
minimal pada semester atau tahun pembelajaran berikutnya. Analisis pencapaian
kriteria ketuntasan minimal dilakukan berdasarkan hasil pengolahan data perolehan
nilai setiap peserta didik per mata pelajaran.
Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
12
Contoh
FORMAT
ANALISIS PENCAPAIAN KETUNTASAN BELAJAR PESERTA DIDIK PER KD
Nama Sekolah :
Mata pelajaran :
Kelas/semester :
Pencapaian Ketuntasan Belajar Peserta Didik/KD
SK 1 SK 2 SK 3
KD KD KD
1.1 1.2 dst 2.1 2.2 dst 3.1 3.2 dstNo
Nama Siswa
KKM ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. …..
1
2
3
4
5
dst
Rata-rata
Ketuntasan belajar (dalam %)
≤49
50-74
75-100
Frekwensi
jmlsiswa
≥KKMsekolah
REKAPITULASI PENCAPAIAN KETUNTASAN BELAJAR MINIMAL SEKOLAH
Nama sekolah :
Mata pelajaran :
Kelas :
Kondisi bulan :
KKM Tingkat KKM sekolah Tingkat KKM pencapaian
No SK No KD
Sekolah pencapaian maks rerata min maks rerata Min
KD.1.1 70.00 75.00
SK1
KD 1.2 75.00 80.00
75 72,5 70 80 77,5 75
KD 2.1 75.00 70.00
KD 2.2 70.00 70.00SK 2
KD 2.3 65.00 67.00
75 70 65 70 69 67
dst
Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
13
DAFTAR PUSTAKA
Harrow, A. J. (1972). A taxonomy of the psychomotor domain: A guided for
developing behavioral objective. New York: David Mc Key Company.
Mardapi, Dj. dan Ghofur, A, (2004). Pedoman Umum Pengembangan Penilaian;
Kurikulum Berbasis Kompetensi SMA. Jakarta: Direktorat Pendidikan
Menengah Umum.
Mehrens, W.A, and Lehmann, I.J, (1991). Measurement and Evaluation in
Education and Psychology. Fort Woth: Holt, Rinehart and Winston, Inc.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 14 tahun 2005 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta: Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, Jakarta: Fokus Media.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006
tentang Standar Isi, Jakarta, 2006.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006
tentang Standar Kompetensi Lulusan, Jakarta, 2006.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2006
tentang Pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2007. Jakarta: Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 25 tahun 2006 tentang Rincian
Tugas Unit Kerja di Lingkungan Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2007
tentang Standar Penilaian Pendidikan. Jakarta: Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Popham,W.J., (1999). Classroon Asessment: What teachers need to know. Mass:
Allyn-Bacon.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Jakarta: Fokus Media.

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Panduan Penetapan KKM
Panduan Penetapan KKMPanduan Penetapan KKM
Panduan Penetapan KKM
Anugerah Dino Bhavati
 
Sosialisasi akreditasi sekolah
Sosialisasi akreditasi sekolahSosialisasi akreditasi sekolah
Sosialisasi akreditasi sekolah
titilbs
 
04. pp no. 32 tahun 2013 tentang standar nasional pendidikan perubahan no. 19...
04. pp no. 32 tahun 2013 tentang standar nasional pendidikan perubahan no. 19...04. pp no. 32 tahun 2013 tentang standar nasional pendidikan perubahan no. 19...
04. pp no. 32 tahun 2013 tentang standar nasional pendidikan perubahan no. 19...
Amrizal Ahmad
 
Kompetensi Supervisi Manajerial Pengawas Sekolah
Kompetensi Supervisi Manajerial Pengawas SekolahKompetensi Supervisi Manajerial Pengawas Sekolah
Kompetensi Supervisi Manajerial Pengawas Sekolah
NASuprawoto Sunardjo
 
Artikel penjaminan mutu pendidikan
Artikel penjaminan mutu pendidikanArtikel penjaminan mutu pendidikan
Artikel penjaminan mutu pendidikan
Zainuddin Jay
 
Kata kerja operasional from ISTA for you
Kata kerja operasional from ISTA  for youKata kerja operasional from ISTA  for you
Kata kerja operasional from ISTA for you
ISTAFIANI AMBARWATI
 
Tugas Pengembangan Kurikulum
Tugas Pengembangan KurikulumTugas Pengembangan Kurikulum
Tugas Pengembangan Kurikulum
Fezmi
 
Peraturan pemerintah no 32 tahun 2013
Peraturan pemerintah no 32 tahun 2013Peraturan pemerintah no 32 tahun 2013
Peraturan pemerintah no 32 tahun 2013
Hamdan Syah
 

Was ist angesagt? (18)

Panduan Penetapan KKM
Panduan Penetapan KKMPanduan Penetapan KKM
Panduan Penetapan KKM
 
Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
 
Rencana pengawasan-manajerial-2014
Rencana pengawasan-manajerial-2014Rencana pengawasan-manajerial-2014
Rencana pengawasan-manajerial-2014
 
Penetapan KKM
Penetapan KKMPenetapan KKM
Penetapan KKM
 
Sosialisasi akreditasi sekolah
Sosialisasi akreditasi sekolahSosialisasi akreditasi sekolah
Sosialisasi akreditasi sekolah
 
04. pp no. 32 tahun 2013 tentang standar nasional pendidikan perubahan no. 19...
04. pp no. 32 tahun 2013 tentang standar nasional pendidikan perubahan no. 19...04. pp no. 32 tahun 2013 tentang standar nasional pendidikan perubahan no. 19...
04. pp no. 32 tahun 2013 tentang standar nasional pendidikan perubahan no. 19...
 
Kompetensi Supervisi Manajerial Pengawas Sekolah
Kompetensi Supervisi Manajerial Pengawas SekolahKompetensi Supervisi Manajerial Pengawas Sekolah
Kompetensi Supervisi Manajerial Pengawas Sekolah
 
Panduan Penilaian Kurikulum 2013 SMP
Panduan Penilaian Kurikulum 2013 SMPPanduan Penilaian Kurikulum 2013 SMP
Panduan Penilaian Kurikulum 2013 SMP
 
Artikel penjaminan mutu pendidikan
Artikel penjaminan mutu pendidikanArtikel penjaminan mutu pendidikan
Artikel penjaminan mutu pendidikan
 
Kata kerja operasional from ISTA for you
Kata kerja operasional from ISTA  for youKata kerja operasional from ISTA  for you
Kata kerja operasional from ISTA for you
 
Panduan smp
Panduan smpPanduan smp
Panduan smp
 
Permendiknas no 41 Th 2007
Permendiknas no 41 Th 2007Permendiknas no 41 Th 2007
Permendiknas no 41 Th 2007
 
Tugas Pengembangan Kurikulum
Tugas Pengembangan KurikulumTugas Pengembangan Kurikulum
Tugas Pengembangan Kurikulum
 
Panduan Penialan SD 2016 kurtilas
Panduan Penialan SD 2016 kurtilasPanduan Penialan SD 2016 kurtilas
Panduan Penialan SD 2016 kurtilas
 
Materi
MateriMateri
Materi
 
Penyusunan Program Kepengawasan
Penyusunan Program KepengawasanPenyusunan Program Kepengawasan
Penyusunan Program Kepengawasan
 
PP No. 32 tahun 2013
PP No. 32 tahun 2013PP No. 32 tahun 2013
PP No. 32 tahun 2013
 
Peraturan pemerintah no 32 tahun 2013
Peraturan pemerintah no 32 tahun 2013Peraturan pemerintah no 32 tahun 2013
Peraturan pemerintah no 32 tahun 2013
 

Andere mochten auch

活动策划的3个阶段
活动策划的3个阶段活动策划的3个阶段
活动策划的3个阶段
赵 强
 
SO - Correo
SO - CorreoSO - Correo
SO - Correo
maricel
 
Issues in nursing
Issues in nursingIssues in nursing
Issues in nursing
gracemae
 
مناعة الجزء 1
مناعة الجزء 1مناعة الجزء 1
مناعة الجزء 1
ecole
 
游戏运营的3个层次
游戏运营的3个层次游戏运营的3个层次
游戏运营的3个层次
赵 强
 
Modelos híbridos de SharePoint en la nube
Modelos híbridos de SharePoint en la nube Modelos híbridos de SharePoint en la nube
Modelos híbridos de SharePoint en la nube
Raona
 
Kalaxari κ.αβραμίδης κ. αλεξανδρίδης
Kalaxari κ.αβραμίδης  κ. αλεξανδρίδηςKalaxari κ.αβραμίδης  κ. αλεξανδρίδης
Kalaxari κ.αβραμίδης κ. αλεξανδρίδης
Stavros Paspalis
 

Andere mochten auch (20)

Cardiovascular system
Cardiovascular systemCardiovascular system
Cardiovascular system
 
Etikalab founder
Etikalab founderEtikalab founder
Etikalab founder
 
活动策划的3个阶段
活动策划的3个阶段活动策划的3个阶段
活动策划的3个阶段
 
Método de gauss (versión en galego)
Método de gauss (versión en galego)Método de gauss (versión en galego)
Método de gauss (versión en galego)
 
Asesores contable claros & cia
Asesores contable claros & cia Asesores contable claros & cia
Asesores contable claros & cia
 
Parque tecnologico de Anápolis
Parque tecnologico de AnápolisParque tecnologico de Anápolis
Parque tecnologico de Anápolis
 
2011 Kia Soul For Sale at Keffer Kia in Charlotte, North Carolina
2011 Kia Soul For Sale at Keffer Kia in Charlotte, North Carolina2011 Kia Soul For Sale at Keffer Kia in Charlotte, North Carolina
2011 Kia Soul For Sale at Keffer Kia in Charlotte, North Carolina
 
SO - Correo
SO - CorreoSO - Correo
SO - Correo
 
Issues in nursing
Issues in nursingIssues in nursing
Issues in nursing
 
مناعة الجزء 1
مناعة الجزء 1مناعة الجزء 1
مناعة الجزء 1
 
Presentation1 1
Presentation1 1Presentation1 1
Presentation1 1
 
Roman Roads
Roman RoadsRoman Roads
Roman Roads
 
游戏运营的3个层次
游戏运营的3个层次游戏运营的3个层次
游戏运营的3个层次
 
Capitulo 2 - Microeconomía
Capitulo 2 - MicroeconomíaCapitulo 2 - Microeconomía
Capitulo 2 - Microeconomía
 
Modelos híbridos de SharePoint en la nube
Modelos híbridos de SharePoint en la nube Modelos híbridos de SharePoint en la nube
Modelos híbridos de SharePoint en la nube
 
Kalaxari κ.αβραμίδης κ. αλεξανδρίδης
Kalaxari κ.αβραμίδης  κ. αλεξανδρίδηςKalaxari κ.αβραμίδης  κ. αλεξανδρίδης
Kalaxari κ.αβραμίδης κ. αλεξανδρίδης
 
Digestive system
Digestive systemDigestive system
Digestive system
 
Trương Trung Nghĩa OB
Trương Trung Nghĩa OBTrương Trung Nghĩa OB
Trương Trung Nghĩa OB
 
2nd Annual Clinical Site Feasibility, Selection, and Startup, March 2011, Phi...
2nd Annual Clinical Site Feasibility, Selection, and Startup, March 2011, Phi...2nd Annual Clinical Site Feasibility, Selection, and Startup, March 2011, Phi...
2nd Annual Clinical Site Feasibility, Selection, and Startup, March 2011, Phi...
 
2012居住服務實務操作影片有獎徵選活動簡章
2012居住服務實務操作影片有獎徵選活動簡章2012居住服務實務操作影片有獎徵選活動簡章
2012居住服務實務操作影片有獎徵選活動簡章
 

Ähnlich wie Penetapan KKM

[Penilaian] rancangan penil hsl belaj,260208
[Penilaian] rancangan penil hsl belaj,260208[Penilaian] rancangan penil hsl belaj,260208
[Penilaian] rancangan penil hsl belaj,260208
eli priyatna laidan
 
4b bg1 kebijakan_200509_bb
4b bg1 kebijakan_200509_bb4b bg1 kebijakan_200509_bb
4b bg1 kebijakan_200509_bb
Eva Va
 
Panduan penilaian untuk sma
Panduan penilaian untuk sma Panduan penilaian untuk sma
Panduan penilaian untuk sma
Hendri Saputra
 
Penetapan kriteria ketuntasan minimal
Penetapan kriteria ketuntasan minimalPenetapan kriteria ketuntasan minimal
Penetapan kriteria ketuntasan minimal
Gunawan Anwar
 

Ähnlich wie Penetapan KKM (20)

[Penilaian] rancangan penil hsl belaj,260208
[Penilaian] rancangan penil hsl belaj,260208[Penilaian] rancangan penil hsl belaj,260208
[Penilaian] rancangan penil hsl belaj,260208
 
Juknis penetapan nilai kkm
Juknis penetapan nilai kkmJuknis penetapan nilai kkm
Juknis penetapan nilai kkm
 
Penilaian hasil-belajar
Penilaian hasil-belajarPenilaian hasil-belajar
Penilaian hasil-belajar
 
Rancangan penilaian pkn
Rancangan penilaian pknRancangan penilaian pkn
Rancangan penilaian pkn
 
Rancangan penilaian pkn
Rancangan penilaian pknRancangan penilaian pkn
Rancangan penilaian pkn
 
4b bg1 kebijakan_200509_bb
4b bg1 kebijakan_200509_bb4b bg1 kebijakan_200509_bb
4b bg1 kebijakan_200509_bb
 
Artikel penjaminan mutu pendidikan
Artikel penjaminan mutu pendidikanArtikel penjaminan mutu pendidikan
Artikel penjaminan mutu pendidikan
 
Pedoman pemenuhan-snp-sma
Pedoman pemenuhan-snp-smaPedoman pemenuhan-snp-sma
Pedoman pemenuhan-snp-sma
 
Analisis pkl
Analisis pklAnalisis pkl
Analisis pkl
 
Panduan penilaian untuk sma
Panduan penilaian untuk sma Panduan penilaian untuk sma
Panduan penilaian untuk sma
 
Panduan penilaian untuk sma
Panduan penilaian untuk sma Panduan penilaian untuk sma
Panduan penilaian untuk sma
 
Pedoman pemenuhan-snp-smp
Pedoman pemenuhan-snp-smpPedoman pemenuhan-snp-smp
Pedoman pemenuhan-snp-smp
 
Panduan Penilaian untuk SMA
Panduan Penilaian untuk SMAPanduan Penilaian untuk SMA
Panduan Penilaian untuk SMA
 
Panduan penilaian-untuk-sma
Panduan penilaian-untuk-smaPanduan penilaian-untuk-sma
Panduan penilaian-untuk-sma
 
Panduan sma
Panduan smaPanduan sma
Panduan sma
 
Panduan sma
Panduan smaPanduan sma
Panduan sma
 
Panduan penilaian untuk sma final sesuai Permendikbud No. 53 Tahun 2015
Panduan penilaian untuk sma final sesuai Permendikbud No. 53 Tahun 2015Panduan penilaian untuk sma final sesuai Permendikbud No. 53 Tahun 2015
Panduan penilaian untuk sma final sesuai Permendikbud No. 53 Tahun 2015
 
17. peraturan akademik sekolah
17. peraturan akademik sekolah17. peraturan akademik sekolah
17. peraturan akademik sekolah
 
Permendikbud66 2013 s-penilaian
Permendikbud66 2013 s-penilaianPermendikbud66 2013 s-penilaian
Permendikbud66 2013 s-penilaian
 
Penetapan kriteria ketuntasan minimal
Penetapan kriteria ketuntasan minimalPenetapan kriteria ketuntasan minimal
Penetapan kriteria ketuntasan minimal
 

Kürzlich hochgeladen

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
nabilafarahdiba95
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
JarzaniIsmail
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
IvvatulAini
 

Kürzlich hochgeladen (20)

Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
 
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAE-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 

Penetapan KKM

  • 1. Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 1 BBAABB II PPEENNDDAAHHUULLUUAANN A. Latar Belakang Kebijakan pemerintah di bidang pendidikan telah bergulir dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana- prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Tindak lanjut dari SNP adalah ditetapkannya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) :  No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi (SI);  No. 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL);  No. 24 tahun 2006 dan No. 6 tahun 2007 tentang Pelaksanaan SI dan SKL;  No. 12 tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah;  No. 13 tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah;  No. 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru;  No. 18 tahun 2007 tentang Sertifikasi Guru dalam Jabatan;  No. 19 tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan;  No. 20 tahun 2007 tentang Standar Penilaian;  No. 24 tahun 2007 tentang Standar Sarana Prasarana; dan  No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses. UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan bahwa kurikulum pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Pemerintah tidak lagi menetapkan kurikulum secara nasional seperti pada periode sebelumnya. Satuan pendidikan harus mengembangkan sendiri kurikulum sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan serta potensi peserta didik, masyarakat, dan lingkungannya. Berbagai Peraturan Menteri Pendidikan Nasional yang berkaitan dengan Standar Nasional Pendidikan merupakan acuan dan pedoman dalam mengembangkan, melaksanakan, mengevaluasi keterlaksanaannya, dan menindaklanjuti hasil evaluasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 14 tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa salah satu tugas Subdirektorat Pembelajaran –Direktorat Pembinaan SMA adalah melakukan penyiapan bahan kebijakan, standar, kriteria, dan pedoman serta pemberian bimbingan teknis, supervisi, dan evaluasi pelaksanaan kurikulum. Selanjutnya, dalam Permendiknas Nomor 25 tahun 2006 tentang Rincian Tugas Unit Kerja di Lingkungan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah dijelaskan bahwa rincian tugas Subdirektorat Pembelajaran –
  • 2. Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 2 Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas antara lain melaksanakan penyiapan bahan penyusunan pedoman dan prosedur pelaksanaan pembelajaran, termasuk penyusunan pedoman pelaksanaan kurikulum. Pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan berdasarkan standar nasional memerlukan langkah dan strategi yang harus dikaji berdasarkan analisis yang cermat dan teliti. Analisis dilakukan terhadap tuntutan kompetensi yang tertuang dalam rumusan standar kompetensi dan kompetensi dasar; Analisis mengenai kebutuhan dan potensi peserta didik, masyarakat, dan lingkungan; Analisis peluang dan tantangan dalam memajukan pendidikan pada masa yang akan datang dengan dinamika dan kompleksitas yang semakin tinggi. Penjabaran Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) sebagai bagian dari pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dilakukan melalui pengembangan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Silabus merupakan penjabaran umum dengan mengembangkan SK-KD menjadi indikator, kegiatan pembelajaran, materi pembelajaran, dan penilaian. Penjabaran lebih lanjut dari silabus dalam bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran. Penetapan kriteria minimal ketuntasan belajar merupakan tahapan awal pelaksanaan penilaian hasil belajar sebagai bagian dari langkah pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kurikulum berbasis kompetensi yang menggunakan acuan kriteria dalam penilaian, mengharuskan pendidik dan satuan pendidikan menetapkan kriteria minimal yang menjadi tolok ukur pencapaian kompetensi. Oleh karena itu, diperlukan panduan yang dapat memberikan informasi tentang penetapan kriteria ketuntasan minimal yang dilakukan di satuan pendidikan. B. Tujuan Penyusunan panduan ini bertujuan untuk: 1. Memberikan pemahaman lebih luas cara menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran di satuan pendidikan, serta melakukan analisis terhadap hasil belajar yang dicapai; 2. Mendorong peningkatan mutu pendidikan melalui penetapan KKM yang optimal sehingga meningkat secara bertahap; 3. Mendorong pendidik dan satuan pendidikan melakukan analisis secara teliti dan cermat dalam menetapkan KKM serta menindaklanjutinya. C. Ruang Lingkup Ruang lingkup penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mencakup pengertian dan fungsi KKM, mekanisme penetapan KKM, dan analisis KKM.
  • 3. Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 3 BBAABB IIII PPEENNGGEERRTTIIAANN DDAANN FFUUNNGGSSII KKRRIITTEERRIIAA KKEETTUUNNTTAASSAANN MMIINNIIMMAALL ((KKKKMM)) A. Pengertian Kriteria Ketuntasan Minimal Salah satu prinsip penilaian pada kurikulum berbasis kompetensi adalah menggunakan acuan kriteria, yakni menggunakan kriteria tertentu dalam menentukan kelulusan peserta didik. Kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan dinamakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). KKM harus ditetapkan sebelum awal tahun ajaran dimulai. Seberapapun besarnya jumlah peserta didik yang melampaui batas ketuntasan minimal, tidak mengubah keputusan pendidik dalam menyatakan lulus dan tidak lulus pembelajaran. Acuan kriteria tidak diubah secara serta merta karena hasil empirik penilaian. Pada acuan norma, kurva normal sering digunakan untuk menentukan ketuntasan belajar peserta didik jika diperoleh hasil rata-rata kurang memuaskan. Nilai akhir sering dikonversi dari kurva normal untuk mendapatkan sejumlah peserta didik yang melebihi nilai 6,0 sesuai proporsi kurva. Acuan kriteria mengharuskan pendidik untuk melakukan tindakan yang tepat terhadap hasil penilaian, yaitu memberikan layanan remedial bagi yang belum tuntas dan atau layanan pengayaan bagi yang sudah melampaui kriteria ketuntasan minimal. Kriteria ketuntasan minimal ditetapkan oleh satuan pendidikan berdasarkan hasil musyawarah guru mata pelajaran di satuan pendidikan atau beberapa satuan pendidikan yang memiliki karakteristik yang hampir sama. Pertimbangan pendidik atau forum MGMP secara akademis menjadi pertimbangan utama penetapan KKM. Kriteria ketuntasan menunjukkan persentase tingkat pencapaian kompetensi sehingga dinyatakan dengan angka maksimal 100 (seratus). Angka maksimal 100 merupakan kriteria ketuntasan ideal. Target ketuntasan secara nasional diharapkan mencapai minimal 75. Satuan pendidikan dapat memulai dari kriteria ketuntasan minimal di bawah target nasional kemudian ditingkatkan secara bertahap. Kriteria ketuntasan minimal menjadi acuan bersama pendidik, peserta didik, dan orang tua peserta didik. Oleh karena itu pihak-pihak yang berkepentingan terhadap penilaian di sekolah berhak untuk mengetahuinya. Satuan pendidikan perlu melakukan sosialisasi agar informasi dapat diakses dengan mudah oleh peserta didik dan atau orang tuanya. Kriteria ketuntasan minimal harus dicantumkan dalam Laporan Hasil Belajar (LHB) sebagai acuan dalam menyikapi hasil belajar peserta didik.
  • 4. Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 4 B. Fungsi Kriteria Ketuntasan Minimal Fungsi kriteria ketuntasan minimal: 1. sebagai acuan bagi pendidik dalam menilai kompetensi peserta didik sesuai kompetensi dasar mata pelajaran yang diikuti. Setiap kompetensi dasar dapat diketahui ketercapaiannya berdasarkan KKM yang ditetapkan. Pendidik harus memberikan respon yang tepat terhadap pencapaian kompetensi dasar dalam bentuk pemberian layanan remedial atau layanan pengayaan; 2. sebagai acuan bagi peserta didik dalam menyiapkan diri mengikuti penilaian mata pelajaran. Setiap kompetensi dasar (KD) dan indikator ditetapkan KKM yang harus dicapai dan dikuasai oleh peserta didik. Peserta didik diharapkan dapat mempersiapkan diri dalam mengikuti penilaian agar mencapai nilai melebihi KKM. Apabila hal tersebut tidak bisa dicapai, peserta didik harus mengetahui KD-KD yang belum tuntas dan perlu perbaikan; 3. dapat digunakan sebagai bagian dari komponen dalam melakukan evaluasi program pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah. Evaluasi keterlaksanaan dan hasil program kurikulum dapat dilihat dari keberhasilan pencapaian KKM sebagai tolok ukur. Oleh karena itu hasil pencapaian KD berdasarkan KKM yang ditetapkan perlu dianalisis untuk mendapatkan informasi tentang peta KD-KD tiap mata pelajaran yang mudah atau sulit, dan cara perbaikan dalam proses pembelajaran maupun pemenuhan sarana- prasarana belajar di sekolah; 4. merupakan kontrak pedagogik antara pendidik dengan peserta didik dan antara satuan pendidikan dengan masyarakat. Keberhasilan pencapaian KKM merupakan upaya yang harus dilakukan bersama antara pendidik, peserta didik, pimpinan satuan pendidikan, dan orang tua. Pendidik melakukan upaya pencapaian KKM dengan memaksimalkan proses pembelajaran dan penilaian. Peserta didik melakukan upaya pencapaian KKM dengan proaktif mengikuti kegiatan pembelajaran serta mengerjakan tugas-tugas yang telah didesain pendidik. Orang tua dapat membantu dengan memberikan motivasi dan dukungan penuh bagi putra-putrinya dalam mengikuti pembelajaran. Sedangkan pimpinan satuan pendidikan berupaya memaksimalkan pemenuhan kebutuhan untuk mendukung terlaksananya proses pembelajaran dan penilaian di sekolah; 5. merupakan target satuan pendidikan dalam pencapaian kompetensi tiap mata pelajaran. Satuan pendidikan harus berupaya semaksimal mungkin untuk melampaui KKM yang ditetapkan. Keberhasilan pencapaian KKM merupakan salah satu tolok ukur kinerja satuan pendidikan dalam menyelenggarakan program pendidikan. Satuan pendidikan dengan KKM yang tinggi dan dilaksanakan secara bertanggung jawab dapat menjadi tolok ukur kualitas mutu pendidikan bagi masyarakat.
  • 5. Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 5 BAB III MEKANISME PENETAPAN KKM A. Prinsip Penetapan KKM Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal perlu mempertimbangkan beberapa ketentuan sebagai berikut: 1. Penetapan KKM merupakan kegiatan pengambilan keputusan yang dapat dilakukan melalui metode kualitatif dan atau kuantitatif. Metode kualitatif dapat dilakukan melalui professional judgement oleh pendidik dengan mempertimbangkan kemampuan akademik dan pengalaman pendidik mengajar mata pelajaran di sekolahnya. Sedangkan metode kuantitatif dilakukan dengan rentang angka yang disepakati sesuai dengan penetapan kriteria yang ditentukan; 2. Penetapan nilai kriteria ketuntasan minimal dilakukan melalui analisis ketuntasan belajar minimal pada setiap indikator dengan memperhatikan kompleksitas, daya dukung, dan intake peserta didik untuk mencapai ketuntasan kompetensi dasar dan standar kompetensi 3. Kriteria ketuntasan minimal setiap Kompetensi Dasar (KD) merupakan rata- rata dari indikator yang terdapat dalam Kompetensi Dasar tersebut. Peserta didik dinyatakan telah mencapai ketuntasan belajar untuk KD tertentu apabila yang bersangkutan telah mencapai ketuntasan belajar minimal yang telah ditetapkan untuk seluruh indikator pada KD tersebut; 4. Kriteria ketuntasan minimal setiap Standar Kompetensi (SK) merupakan rata-rata KKM Kompetensi Dasar (KD) yang terdapat dalam SK tersebut; 5. Kriteria ketuntasan minimal mata pelajaran merupakan rata-rata dari semua KKM-SK yang terdapat dalam satu semester atau satu tahun pembelajaran, dan dicantumkan dalam Laporan Hasil Belajar (LHB/Rapor) peserta didik; 6. Indikator merupakan acuan/rujukan bagi pendidik untuk membuat soal-soal ulangan, baik Ulangan Harian (UH), Ulangan Tengah Semester (UTS) maupun Ulangan Akhir Semester (UAS). Soal ulangan ataupun tugas-tugas harus mampu mencerminkan/menampilkan pencapaian indikator yang diujikan. Dengan demikian pendidik tidak perlu melakukan pembobotan seluruh hasil ulangan, karena semuanya memiliki hasil yang setara; 7. Pada setiap indikator atau kompetensi dasar dimungkinkan adanya perbedaan nilai ketuntasan minimal. B. Langkah-Langkah Penetapan KKM Penetapan KKM dilakukan oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran. Langkah penetapan KKM adalah sebagai berikut:
  • 6. Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 6 1. Guru atau kelompok guru menetapkan KKM mata pelajaran dengan mempertimbangkan tiga aspek kriteria, yaitu kompleksitas, daya dukung, dan intake peserta didik dengan skema sebagai berikut: Hasil penetapan KKM indikator berlanjut pada KD, SK hingga KKM mata pelajaran; 2. Hasil penetapan KKM oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran disahkan oleh kepala sekolah untuk dijadikan patokan guru dalam melakukan penilaian; 3. KKM yang ditetapkan disosialisaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu peserta didik, orang tua, dan dinas pendidikan; 4. KKM dicantumkan dalam LHB pada saat hasil penilaian dilaporkan kepada orang tua/wali peserta didik. C. Penentuan Kriteria Ketuntasan Minimal Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penentuan kriteria ketuntasan minimal adalah: 1. Tingkat kompleksitas, kesulitan/kerumitan setiap indikator, kompetensi dasar, dan standar kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik. Suatu indikator dikatakan memiliki tingkat kompleksitas tinggi, apabila dalam pencapaiannya didukung oleh sekurang-kurangnya satu dari sejumlah kondisi sebagai berikut: a. guru yang memahami dengan benar kompetensi yang harus dibelajarkan pada peserta didik; b. guru yang kreatif dan inovatif dengan metode pembelajaran yang bervariasi; c. guru yang menguasai pengetahuan dan kemampuan sesuai bidang yang diajarkan; d. peserta didik dengan kemampuan penalaran tinggi; e. peserta didik yang cakap/terampil menerapkan konsep; f. peserta didik yang cermat, kreatif dan inovatif dalam penyelesaian tugas/pekerjaan; g. waktu yang cukup lama untuk memahami materi tersebut karena memiliki tingkat kesulitan dan kerumitan yang tinggi, sehingga dalam proses pembelajarannya memerlukan pengulangan/latihan; h. tingkat kemampuan penalaran dan kecermatan yang tinggi agar peserta didik dapat mencapai ketuntasan belajar. KKM Indikator KKM KD KKM SK KKM MP
  • 7. Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 7 Contoh 1. SK 2. : Memahami hukum-hukum dasar kimia dan penerapannya dalam perhitungan kimia (stoikiometri) KD 2.2 : Membuktikan dan mengkomunikasikan berlakunya hukum- hukum dasar kimia melalui percobaan serta menerapkan konsep mol dalam menyelesaikan perhitungan kimia Indikator : Menentukan pereaksi pembatas dalam suatu reaksi Indikator ini memiliki kompleksitas yang tinggi, karena untuk menentukan pereaksi pembatas diperlukan beberapa tahap pemahaman/penalaran peserta didik dalam perhitungan kimia. Contoh 2. SK 1. : Memahami struktur atom, sifat-sifat periodik unsur, dan ikatan kimia KD 1.1. : Memahami struktur atom berdasarkan teori atom Bohr, sifat- sifat unsur, massa atom relatif, dan sifat-sifat periodik unsur dalam tabel periodik serta menyadari keteraturannya, melalui pemahaman konfigurasi elektron Indikator : Menentukan konfigurasi elektron berdasarkan tabel periodik atau nomor atom unsur. Indikator ini memiliki kompleksitas yang rendah karena tidak memerlukan tahapan berpikir/penalaran yang tinggi. 2. Kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran pada masing-masing sekolah. a. Sarana dan prasarana pendidikan yang sesuai dengan tuntutan kompetensi yang harus dicapai peserta didik seperti perpustakaan, laboratorium, dan alat/bahan untuk proses pembelajaran; b. Ketersediaan tenaga, manajemen sekolah, dan kepedulian stakeholders sekolah.
  • 8. Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 8 Contoh: SK 3. : Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor- faktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri KD 3.3 : Menjelaskan keseimbangan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah keseimbangan dengan melakukan percobaan Indikator : Menyimpulkan pengaruh perubahan suhu, konsentrasi, tekanan, dan volume pada pergeseran keseimbangan melalui percobaan. Daya dukung untuk Indikator ini tinggi apabila sekolah mempunyai sarana prasarana yang cukup untuk melakukan percobaan, dan guru mampu menyajikan pembelajaran dengan baik. Tetapi daya dukungnya rendah apabila sekolah tidak mempunyai sarana untuk melakukan percobaan atau guru tidak mampu menyajikan pembelajaran dengan baik. 3. Tingkat kemampuan (intake) rata-rata peserta didik di sekolah yang bersangkutan Penetapan intake di kelas X dapat didasarkan pada hasil seleksi pada saat penerimaan peserta didik baru, Nilai Ujian Nasional/Sekolah, rapor SMP, tes seleksi masuk atau psikotes; sedangkan penetapan intake di kelas XI dan XII berdasarkan kemampuan peserta didik di kelas sebelumnya. Contoh penetapan KKM Untuk memudahkan analisis setiap indikator, perlu dibuat skala penilaian yang disepakati oleh guru mata pelajaran. Contoh: Aspek yang dianalisis Kriteria dan Skala Penilaian Kompleksitas Tinggi < 65 Sedang 65-79 Rendah 80-100 Daya Dukung Tinggi 80-100 Sedang 65-79 Rendah <65 Intake siswa Tinggi 80-100 Sedang 65-79 Rendah <65 Atau dengan menggunakan poin/skor pada setiap kriteria yang ditetapkan. Aspek yang dianalisis Kriteria penskoran Kompleksitas Tinggi 1 Sedang 2 Rendah 3 Daya Dukung Tinggi 3 Sedang 2 Rendah 1 Intake siswa Tinggi 3 Sedang 2 Rendah 1 Jika indikator memiliki kriteria kompleksitas tinggi, daya dukung tinggi dan intake peserta didik sedang, maka nilai KKM-nya adalah: 1 + 3 + 2  x 100 = 66,7 9
  • 9. Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 9 Nilai KKM merupakan angka bulat, maka nilai KKM-nya adalah 67. Contoh: PENENTUAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL PER KD DAN INDIKATOR Mata Pelajaran : KIMIA Kelas/semester : X/2 Standar Kompetensi : Memahami sifat-sifat larutan non-elektrolit dan elektrolit, serta reaksi oksidasi-reduksi Kriteria Pencapaian Ketuntasan Belajar Siswa (KD/Indikator) Kriteria Ketuntasan MinimalKompetensi Dasar/Indikator Komplek Sitas Daya dukung Intake Penget Praktik 3.1. Mengidentifikasi sifat larutan non- elektrolit dan elektrolit berdasarkan data hasil percobaan a. Menyimpulkan gejala-gejala hantaran arus listrik dalam berbagai larutan berdasarkan hasil pengamatan. b. Mengelompokkan larutan kedalam larutan elektrolit dan non elektrolit berdasarkan sifat hantaran listriknya. c. Menjelaskan penyebab kemampuan larutan elektrolit menghantarkan arus listrik. d. Menjelaskan bahwa larutan elektrolit dapat berupa senyawa ion dan senyawa kovalen polar Rendah (80) Sedang (70) Tinggi (65) Tinggi (65) Tinggi (80) Tinggi (80) Tinggi (80) Tinggi (80) Sedang (70) Sedang (70) Rendah (65) Rendah (65) 72 76,6 73,3 70 70 72 Nilai KKM KD merupakan angka bulat, maka nilai KKM 72,47 dibulatkan menjadi 72.
  • 10. Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 10 Mata Pelajaran : KIMIA Kelas/semester : X/2 Standar Kompetensi : Memahami sifat-sifat larutan non-elektrolit dan elektrolit, serta reaksi oksidasi-reduksi Kriteria Pencapaian Ketuntasan Belajar Siswa (KD/Indikator) Kriteria Ketuntasan MinimalKompetensi Dasar/Indikator Komplek sitas Daya dukung Intake PPK Praktik 3.1. Mengidentifikasi sifat larutan non- elektrolit dan elektrolit berdasarkan data hasil percobaan a. Menyimpulkan gejala-gejala hantaran arus listrik dalam berbagai larutan berdasarkan hasil pengamatan. b. Mengelompokkan larutan kedalam larutan elektrolit dan non elektrolit berdasarkan sifat hantaran listriknya. c. Menjelaskan penyebab kemampuan larutan elektrolit menghantarkan arus listrik. d. Menjelaskan bahwa larutan elektrolit dapat berupa senyawa ion dan senyawa kovalen polar Rendah (3) Sedang (2) Tinggi (1) Tinggi (1) Tinggi (3) Tinggi (3) Tinggi (3) Tinggi (3) Sedang (2) Sedang (2) Rendah (2) Rendah (2) 75 88,9 77,8 66,7 66,7 75 Catatan: hasil rata-rata dari indikator merupakan nilai KKM untuk KD
  • 11. Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 11 BAB IV ANALISIS KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL Pencapaian kriteria ketuntasan minimal perlu dianalisis untuk dapat ditindaklanjuti sesuai dengan hasil yang diperoleh. Tindak lanjut diperlukan untuk melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam pelaksanaan pembelajaran maupun penilaian. Hasil analisis juga dijadikan sebagai bahan pertimbangan penetapan KKM pada semester atau tahun pembelajaran berikutnya. Analisis pencapaian kriteria ketuntasan minimal bertujuan untuk mengetahui tingkat ketercapaian KKM yang telah ditetapkan. Setelah selesai melaksanakan penilaian setiap KD harus dilakukan analisis pencapaian KKM. Kegiatan ini dimaksudkan untuk melakukan analisis rata-rata hasil pencapaian peserta didik kelas X, XI, atau XII terhadap KKM yang telah ditetapkan pada setiap mata pelajaran. Melalui analisis ini akan diperoleh data antara lain: 1. KD yang dapat dicapai oleh 75% - 100% dari jumlah peserta didik pada kelas X, XI, atau XII; 2. KD yang dapat dicapai oleh 50% - 74% dari jumlah peserta didik pada kelas X, XI, atau XII; 3. KD yang dapat dicapai oleh ≤49% dari jumlah siswa peserta didik kelas X, XI, atau XII. Manfaat hasil analisis adalah sebagai dasar untuk meningkatkan kriteria ketuntasan minimal pada semester atau tahun pembelajaran berikutnya. Analisis pencapaian kriteria ketuntasan minimal dilakukan berdasarkan hasil pengolahan data perolehan nilai setiap peserta didik per mata pelajaran.
  • 12. Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 12 Contoh FORMAT ANALISIS PENCAPAIAN KETUNTASAN BELAJAR PESERTA DIDIK PER KD Nama Sekolah : Mata pelajaran : Kelas/semester : Pencapaian Ketuntasan Belajar Peserta Didik/KD SK 1 SK 2 SK 3 KD KD KD 1.1 1.2 dst 2.1 2.2 dst 3.1 3.2 dstNo Nama Siswa KKM ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. 1 2 3 4 5 dst Rata-rata Ketuntasan belajar (dalam %) ≤49 50-74 75-100 Frekwensi jmlsiswa ≥KKMsekolah REKAPITULASI PENCAPAIAN KETUNTASAN BELAJAR MINIMAL SEKOLAH Nama sekolah : Mata pelajaran : Kelas : Kondisi bulan : KKM Tingkat KKM sekolah Tingkat KKM pencapaian No SK No KD Sekolah pencapaian maks rerata min maks rerata Min KD.1.1 70.00 75.00 SK1 KD 1.2 75.00 80.00 75 72,5 70 80 77,5 75 KD 2.1 75.00 70.00 KD 2.2 70.00 70.00SK 2 KD 2.3 65.00 67.00 75 70 65 70 69 67 dst
  • 13. Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 13 DAFTAR PUSTAKA Harrow, A. J. (1972). A taxonomy of the psychomotor domain: A guided for developing behavioral objective. New York: David Mc Key Company. Mardapi, Dj. dan Ghofur, A, (2004). Pedoman Umum Pengembangan Penilaian; Kurikulum Berbasis Kompetensi SMA. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum. Mehrens, W.A, and Lehmann, I.J, (1991). Measurement and Evaluation in Education and Psychology. Fort Woth: Holt, Rinehart and Winston, Inc. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 14 tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Jakarta: Fokus Media. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, Jakarta, 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan, Jakarta, 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2007. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 25 tahun 2006 tentang Rincian Tugas Unit Kerja di Lingkungan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Popham,W.J., (1999). Classroon Asessment: What teachers need to know. Mass: Allyn-Bacon. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Fokus Media.