3. Pengertian
Menurut Istilah Musaqah adalah penyerahan pohon
tertentu kepada orang yang menyiramnya dan
menjanjikannya, bila sampai buah pohon masak dia
akan diberi imbalan buah dalam jumlah tertentu.
Al musaqah berasal dari kata as saqa. Diberi nama
ini karena pepohonan penduduk Hijaz amat
membutuhkan saqi (penyiraman) ini dari sumur-
sumur. Karena itu diberi nama musaqah
(penyiraman/pengairan).
4. Menurut Syafi’iyah :
“Musaqah berarti memberikan pekerjaan orang yang
memiliki pohon tamar, dan anggur kepada orang lain
untuk kesenangan keduanya dengan menyiram,
memelihara, dan menjaganya dan pekerja
memperoleh bagian tertentu dari buah yang
dihasilkan pohon-pohon tersebut.”
Menurut Wahbah Zuhaily :
"Musaqah secara fiqh adalah sebuah istilah dari akad
mengenai pekerjaan yang berhubungan dengan
pepohonan dengan sebgaian yang dihasilkan olehnya
(buahnya), atau perikatan atas beberapa pohon
kepada orang yang yang menggarapnya dengan
ketetapan buah itu milik keduanya. "
6. Pendapat Yang
Membolehkan Musaqoh
Menurut Imam Malik bahwa masaqah dibolehkan untuk
semua pohon yang memiliki akar kuat, seperti delima, tin,
zaitun dan pohon-pohon yang serupa dengan itu dan
dibolehkan pula untuk pohon-pohon yang berakar tidak
kuat, seperti semangka, dalam keadaan pemilik tidak lagi
memiliki kemampuan untuk menggarapnya.
Menurut Madzhab Hambali, musaqah diperbolehkan untuk
semua pohon yang buahnya dapat dimakan, dalam kitab al-
mughni, Imam malik berkata; musaqah diperbolehkan
untuk pohon tadah hujan dan diperbolehkan pula untuk
pohon-pohon yang perlu disiram. Menurut Hanafiyah semua
pohon yang mempunyai akar ke dasar bumi, dapat di-
musaqah-kan, seperti tebu.
7. Mereka berpegang kepada Hadits :
“Rasulullah menyerahkan kepada orang-orang
yahudi Khaibar pohon kurma dan tanah khaibar
dengaan syarat mereka menggarapnya dari
harta mereka, dan bagi Rasulullah adalah
separuh dari buahnya” (HR. Bukhari-Muslim).
Dalam satu riwayat juga disebutkan:
“Rasulullah saw. Mengadakan transaksi
muusaqah dengan mereka (Yahudi Khaibar)
atas separuh dari hasil tanah dan buah”
(HR. Bukhari-Muslim).
8. Pendapat yang tidak
memperbolehkan Musaqoh
Menurut Abu Hanifah dan orang-orang yang mengikuti
pendapatnya , Musaqah itu tidak diperbolehkan sama sekali.
Dasarnya ialah bahwa hadits-hadits yang dipakai sebagai hujjah
oleh jumhur ulama yang membolehkan, itu bertentangan dengan
aturan-aturan pokok, disamping karena hadits tersebut
merupakan keputusan terhadap orang-orang yahudi.
Abu Hanifah juga berpendapat bahwa bagaimanapun juga hal
tersebut tidak dapat dipandang halal, karena ada kemungkinan
bentuk pembagian hasil hasil kebun yang populer saat itu
mengandung sifat-sifat yang sama sehingga mengganggu hak-
hak salah satu dari kedua belah pihak atau mendorong timbulnya
perselisihan. Beliau memandang bahwa kejahatan-kejahatan
seperti inilah yang membuat sistem tersebut terlarang.
9. Dasar Hukum
Musaqoh
a. Dari Ibnu Umar: “Sesungguhnya Nabi SAW. Telah
memberikan kebun kepada penduduk khaibar agar dipelihara
oleh mereka dengan perjanjian mereka akan diberi sebagian
dari penghasilan, baik dari buah – buahan maupun dari hasil
pertahun (palawija)” (H.R Muslim).
b. Dari Ibnu Umar: ” Bahwa Rasulullah SAW telah
menyerahkan pohon kurma dan tanahnya kepada orang-
orang yahudi Khaibar agar mereka mengerjakannya dari
harta mereka, dan Rasulullah SAW mendapatkan setengah
dari buahnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
10. Syarat Musaqoh
Ahli dalam akad
Menjelaskan bagian penggarap
Membebaskan pemilik dari pohon,
dengan artian bagian yang akan dimiliki
dari hasil panen merupakan hasil
bersama
Hasil dari pohon dibagi antara dua orang
yang melangsungkan akad Sampai
batas akhir, yakni menyeluruh sampai
akhir
11. Rukun Musaqoh
1. Adanya dua orang yang berakad
2. Adanya Objek Musaqoh
Para ulama berbeda pendapat tentang objek Musaqoh:
Ulama Malikiyah berpendapat bahwa objek musaqoh adalah
tumbuh-tumbuhan, seperti kacang, pohon yang berbuah dan
memiliki akar yang tetap di tanah, seperti anggur, kurma yang
berbuah, dan lain-lain, dengan dua syarat:
a. Akad dilakukan sebelum buah tampak dan dapat
diperjualbelikan
b. Akad ditentukan dengan waktu tertentu
Ulama Hanabilah berpendapat bahwa musaqoh dimaksudkan
pada pohon-pohon berbuah yang dapat dimakan.
Ulama Syafi’iyah berpendapat bahwa musaqoh hanya dapat
dilakukan pada kurma dan anggur saja. Kurma didasarkan pada
perbuatan Rasulullah saw terhadap orang Khaibar, sedangkan
anggur hampir sama hukumnya dengan kurma bila ditinjau dari
segi wajib zakatnya. Akan tetapi, madzhab qadim membolehkan
semua jenis pepohonan.
12. 3. Pekerjaan yang berhubungan dengan musaqah
Adapun rukun yang berupa pekerjaan, sesungguhnya para ulama
secara global telah sepakat bahwa yang menjadi kewajiban bagi
seorang pekerja adalah menyiram serta membuat sumur. Mereka
berbeda pendapat mengenai pemotongan. Menjadi kewajiban
siapa dan menutup pagar, membersihkan mata air serta kincir
angin.
Pendapat para ulama mengenai pekerjaan yang berhubungan
dengan Musaqoh adalah:
a) Menurut Malik, kebiasaan dalam musaqah yang dibolehkan
bagi pemilik kebun untuk mensyaratkan adalah menutup pagar,
pemberian minuman, mengawinkan pohon kurma, memotong
pelepah kurma serta memetik buah.
b) Syafi’i berkata ”Pekerja tidak berkewajiban untuk menutup
pagar karena bukan termasuk bagian dari sesuatu yang
berpengaruh dalam penambahan buah seperti pengawinan dan
penyiraman.”
c) Muhammad bin Ali Hasan berkata: ”Ia tidak berkewajiban
untuk membersihkan kincir air dan mata air.”
13. 4. Sifat Pekerjaan yang ada dalam musaqah
Para ulama sepakat bahwa musaqah dibolehkan menggunakan
segala sesuatu yang telah disepakati dari bagian-bagian buah.
Mereka juga sepakat bahwa tidak diperbolehkan dalam musaqah
untuk mensyartkan adanya manfaat tambahan, seperti salah
seorang dari keduanya mensyaratkan kepada mitranya tambahan
dirham ataupun dinar.
5. Tenggang Waktu
Adapun pensyaratan waktu dalam musaqah ada dua macam
yaitu:
• waktu yang disyaratkan agar dibolehkannya musaqah dan
waktu yang merupakan syarat sahnya akad dan hal tersebut
terbatas jangka waktunya.
• Adapun waktu yang disayaratkan agar akadnya dibolehkan:
para sahabat sepakat bahwa musaqah dibolehkan sebelum
nampaknya kelayakan buah
14. Menurut para ulama fiqh berakhirnya akad al-musaqah itu apabila :
1) Tenggang waktu yang disepakati dalam akad telah habis
2) Salah satu pihak meninggal dunia;
3) Ada udzur yang membuat salah satu pihak tidak boleh
melanjutkan akad.
Dalam udzur disini para ulama berbeda pendapat tentang apakah
akad al-musaqah itu dapat diwarisi atau tidak :
Ulama Malikiyah : bahwa al-musaqah adalah akad yang boleh
diwarisi, jika salah satunya meninggal dunia dan tidak boleh
dibatalkan hanya karena ada udzur dari pihak petani.
Ulama Syafi’iyah : bahwa akad al-musaqah tidak boleh
dibatalkan meskipun ada udzur, dan apabila petani penggarap
mempunyai halangan, maka wajib petani penggarap itu
menunjuk salah seorang untuk melanjutkan pekerjaan itu.
Ulama Hanabilah : bahwa akad al-musaqah sama dengan akad
al-muzara’ah, yaitu akad yang tidak mengikat bagi kedua belah
pihak. Maka dari itu masing-masing pihak boleh membatalkan
akad itu. Jika pembatalan itu dilakukan setelah pohon berbuah,
dan buah itu dibagi dua antara pemilik dan penggarap sesuai
dengan kesepakatan yang telah ada.
Berakhirnya Akad Al-
Musaqah
15. Contoh Musaqoh
Misal si A adalah orang yang sanga t kaya dan memiliki banyak
tanah /ladang dimana-mana & si B adalah seorang yang rajin
bekerja tapi kekurangan lapangan pekerjaan, karena si B orang
yangjujur & dapat dipercaya maka siA menyerahkan sebagian
kebunnya kepada si B dengan ketentuan – ketentuan tertentu
yang telah di setujui oleh kedua pihak. Dan dengan disetujuinya
perjanjian tersebut maka si B pun harus merawat kebun si A
dengan sebaik – baiknya sampai waktu panen telah tiba.
16. Hikmah Musaqoh
1. Menghilangkan bahaya kefaqiran dan
kemiskinan dan dengan demikian
terpenuhi segala kekurangan dan
kebutuhan.
2.Terciptanya saling memberi manfaat
antara sesama manusia.
3.Bagi pemilik kebun sudah tentu
pepohonannya akan terpelihara dari
kerusakan dan akan tumbuh subur karena
dirawat.