Dokumen tersebut membahas tentang liturgi sebagai syukur atas iman dan panggilan serta menjelaskan berbagai aspek liturgi seperti doa rosario, renungan, sakramen-sakramen, dan ibadat harian.
3. Secara pribadi
Secara Bersama (dalam doa Rosario
keluarga/lingkungan
Dilaksanakan pada bulan Mei
Dimungkinkan untuk bisa diperdalam pada
bulan Oktober (bulan Rosario)
4. Renungan dibuat singkat (5-6 menit)
Isi renungan : pengalaman sehari-hari,
pendalaman liturgi, Sabda Allah
Dapat dibacakan pada awal, antara peristiwa
atau akhir Doa Rosario
Dimungkinkan untuk sharing atau diskusi
5. 1 Mei = Hari Buruh Internasional, masuk
bulan Maria, masuk BKL.
Gereja tampil sebagai saksi kebenaran dan
kemerdekaan, kedamaian dan keadilan, agar
semua orang bangkit dengan harapan baru.
Peristiwa Hari Buruh Internasional dengan
BKL dan Bulan Maria perlu dimaknai, doa
dan karya, Liturgi dan pelayan sehari-hari
tidak bisa dipisahkan.
Lihat SC art. 10
6. Sukacita hidup membiara dilandasi oleh
hidup doa yang kuat dalam hidup sehari-hari.
Paus Fransiskus :”Dimana ada kaum religius,
disitu ada sukacita”.
Peristiwa Paskah membuat kita semakin
bersyukur dan bersukacita atas panggilan
hidup membiara.
Kita harus turut serta, mendukung aktif
dalam mengisi Tahun Hidup Bakti.
7. Hidup adalah anugerah Tuhan, kita hanya
menjalankan tugas yang diberikan Tuhan.
Semua yang baik harus disadari sebagai buah
kehidupan karena bersatu dengan Tuhan.
Bersyukur menjadi nada dasar setiap orang
Kristiani.
Ekaristi ungkapan dan merayakan sebagai
sumber dan puncak kehidupan umat Kristiani.
Setelah Ekaristi hendaknya kita harus :”Penuh
Syukur”, hidup sebagai wujud merayakan buah
ekaristi.
8. Kehidupan Orang Katolik Minus One =
kehidupan yang tidak lengkap.
Menjadi orang Katolik harus Bunder (lengkap)
Gereja menjaga dan mebuat orang Katolik
menjadi lengkap melalui Sakramen.
Hakekat Sakramen (SC Art. 59) menguduskan
manusia, membangun Tubuh Kristus,
mempersembahkan Ibadat Kepada Allah.
Rajin menerima Sakramen menjadikan orang
Katolik semakin utuh dan komplit.
9. Sakramentali sangat akrab dengan kehidupan
orang Katolik sehari-hari.
Sakramentali sebagai tanda-tanda suci, yang
memiliki kemiripan dengan sakramen;
Sakramentali menandakan karunia yang bersifat
rohani, dan diperoleh berkat doa permohonan
Gereja.
Sakramentali = upacara/kegiatan liturgis atau
ibadat yang sifatnya bersumber dari atau
mengarah pada sakramen.
Sakramen adalah tanda dan sarana Tuhan untuk
meng-kuduskan manusia.
10. Pemberkatan Sakramentali benedictiones
Invocativae pemberkatan yang tidak
mengubah status atau tujuan penggunaan
dari yang diberkati.
Tujuannya agar apa yang diberkati
memperoleh perlindungan Allah atau bisa
digunakan bagi Kemuliaan Allah dan
membantu keselamtan jiwa kita
11. Sakramentali Benedictiones Constitutivae
adalah upacara/ibadat pemberkatan yang
mengubah status atau tujuan penggunaan
dari yang diberkati.
Objek atau sasaran dari pemberkatan ini bisa
manusia/benda.
Termasuk dalam jenis ini adalah consercratio
melalui pengurapan minyak krisma pada
tabisan imam/uskup, serta dedicatio.
Ke-khasan sakramentali kedua pada sifat
yang mengubah satus atau tujuan.
12. Eksorsisme = pengusiran setan, dibedakan
menjadi 2:
Eksorsisme Imprekatoris, pengusiran setan
dengan perintah langsung. (Dilakukan oleh
orang/Imam tertentu)
Eksorsisme Deprekatoris, pengusiran setan
dengan doa permohonan, boleh dilakukan
oleh siapapun dgn penuh Iman Kepada Yesus
Gereja mengakui setan itu ada, namun dapat
dikalahkan dengan kuasa Tuhan Yesus.
13. Tahap 1 Masa Prakatekumenat diakhiri
dengan pelantikan katekumenat
Tahap 2 Masa Katekumenat diakhiri dengan
upacara tahap 2
Tahap 3 Masa persiapan terakhir, diakhiri
dengan penerimaan Sakramen Inisiasi
Tahap 4 masa mistagogi, idealnya pada masa
paskah diakhiri pada hari raya Pentakosta
14. Orang pada umumnya egan untuk menerima
Sakramen tobat
Sakrmen tobat lebih pada penerimaan
pendamaian (rekonsiliasi), penerimaan kasih
Allah yang telah lebih dulu mengasihi kita.
Theologi Katolik mengajarkan : Allah lebih
dahulu mengasihi manusia.
Dosa apapun (sekecil apapun) tindakan
melukai kasih, maka tidak cukup hanya
berdoa tobat, harus disertai dengan
penermiaan Sakramen tobat.
15. Iman/apa yang diimani bayi harus dibantu
(keluarga dan komunitas).
Seperti halnya orangtua memilih dan
menyediakan pakaian dan makanan,
demikian orangtua juga memilihkan apa yang
diimani anaknya.
Membabtiskan bayi/anak sejak dini buka
pemaksaaan terhadap apa yang diimani.
Katekese bagi orangtua dan wali babtis perlu,
untuk pendampingan bagi anaknya.
16. Untuk menjadi orang Katoli tidak cukup
pengetahuan dan kepercayaan terhadap
ajaran Gereja.
Orang perlu “menghidupi” imannya bersama
umat
Terlibat aktif di Lingkungan, wilayah dan
Paroki.
Dengan dibaptis orang disatukan dengan
kesatuan Allah Tri Tunggal dan dibebaskan
dari dosa (Babtis bukan peristiwa pribadi
melainkan peristiwa seluruh Gereja)
17. Absolusi adalah pengampunan dosa dari
Allah melalui para Imam atas kuasa tabisan
suci.
Penitensi adalah silih atas dosa-dosa yang
telah dibuat.
Contoh penitensi : doa, derma, karya amal,
pelayanan, pantang, dll
18. Peristiwa Kenaikan Tuhan Yesus berarti
memuliakan Yesus sebagai Allah.
Dengan menerima sakramen inisiasi orang
juga dimuliakan bersama Yesus, serta
mendapatkan kehidupan abadi.
Kehidupan abadi dialami orang yang
meninggal dengan menerima anugerah dan
karunia dari Allah.
Upacara pemakaman/Misa Requiem
hendaknya mengungkapkan ciri Paskah
kematian Kristiani
19. Orang sakit jangan takut menerima sakramen
pengurapan/Minyak Suci.
Sakramen Minyak suci diberikan kepada
orang sakit/lanjut usia, sakramen sakit tidak
untuk mempercepat kematian.
Sakramen pengurapan orang sakit
mempersatukan si penerima dengan Tuhan
Yesus sendiri.
Sakramen pengurapan orang sakit juga
menganugerahkan pengampunan dosa.
20. Perbedaan tidak dari tempat maupun lama studi,
melainkan sejarah berdirinya serta spritiualitas yang
dihidupi.
Imam diosesan mengikat diri pada suatu keuskupan
dan tidak mengucapkan kaul di hadapan publik, tetapi
menghayati 3 nasehat injil, yaitu ketaatan,
kemiskinan dan kemurnian.
Imam religius, merupakan imam biarawan yang
menyatakan kaul secara publik dan menghayati
ketiga nasihat injili, serta melandaskan spiritualitas
hidupnya sesuai dengan kharisma pendiri.
21. Gereja Katolik membuka/mengijinkan
penggunaan bahasa pribumi dalam
perayaan/upacara liturgi.
Dalam Konstitusi Liturgi artikel 63 : “dalam
pelayanan sakramen-sakramen dan sakramentali
tidak jarang menggunakan bahasa pribumi.
Hari Komunikasi Sosial sedunia, harapan kita
dapat menjadi satu dengan Allah dan juga
sesama.
22. Belas kasihan Allah terhadap kedamaian jiwa
arwah tidak tergantung dari banyaknya jumlah
ujub Misa.
Permohonan misa yang sama terkesan tidak
memberi kesempatan umat lain untuk
menyampaikan ujubnya (memonopoli).
Misa arwah dapat diselenggarakan pada waktu
menerima berita kematian, pemakaman, dan
peringatan 7 hari, 40 hari, 100 hari, 1 tahun dan 2
tahunnya.
23. Kebiasaan penggabungan upacara sekaligus di biara tidak
dianjurkan lagi, karena penggabungan semacam itu
menghilangkan tingkatan dan makna hidup membiara
yang memiliki arti dan konsekwensi yang berbeda (eklesial
dan yuridis).
Upacara Kaul para religius dalam tata liturgi termasuk
sakramentali.
Konstitusi Liturgi menyatakan pengikraran kaul religius,
pembaruan kaul untuk meningkatkan keutuhan,
kesederhanaan dan keluhuran upacara. Dalam kaul kekal
mempunyai ciri meriah dan agung.
24. Konstitusi Liturgi artikel 83 mengajarkan : “Dengan
kodrat manusiawi, Yesus Kristus, Imam Agung
Perjanjian Baru dan kekal, memasukan pengasingan di
dunia dan sepanjang segala abad dinyanyikan bangsal
surgawi.
Ibadat harian mengingatkan warga gereja untuk selalu
berdoa.
Ia melestarikan tugas imamat-Nya melalui Gereja-Nya.
Ada macam-macam doa : doa pribadi, doa bersama,
dan doa liturgis.
Dengan mendoakan Ibadat Harian kita mengambil
bagian dalam Gereja yang sedang berdoa (ecclesia
orans)
25. Semua hari itu baik karena telah ditebus dan
disucikan oleh Kristus.
Ibadat Harian didoakan sepanjang hari untuk
mengungkapkan iman dan pujian akan Tuhan yang
menebus dan menguduskan waktu kita.
Konstitusi Liturgi artikel 84 : “Berdasarkan Tradisi
kristiani yang kuno Ibadat Harian disusun sehingga
setiap hari disucikan dengan pujian kepada Allah.
Demikianlah Ibadat Harian mengingatkan kita akan
karya penebusan Tuhan, dan disiapkan untuk hidup
saleh seturut bimbingan dan perlindungan Allah.
26. Gereja Katolik sejak awal telah memiliki tradisi doa yang
kuat.
Konstitusi Liturgi artikel 89 : Ibadat Pagi dan Ibadat Sore
merupakan ibadat utama, Ibadat Bacaan dapat didoakan
kapanpun kemudian Ibadat Siang yang di biara
kontemplatif didoakan sebanyak tiga kali disertai Ibadat
Penutup.
Bapa Konsili Vatikan II mengajarkan doa Ibadat Harian
sebagai doa resmi Gereja sungguh menjadi sumber
kesalehan dan bekal doa pribadi.
Ibadat Harian mengarahkan hati kita sehati dengan doa
seluruh Gereja.
27. Sekuensia memiliki makna pujian kepada
Tuhan yang hadir dalam pewartaan Injil
yang disampaikan.
Sekuensia ini menyambung bacaan kedua
dari hari raya Pentakosta.
Sekuensia Pentakosta wajib
dinyanyikan/didaraskan
Sekuensia dinyanyikan/didaraskan sebelum
Alleluia (PUMR 2002)
28. Sebelum penerimaan Sakramen
Krisma/penguatan didahului dengan
pembaruan janji baptis, sebagai kesatuan yang
erat dari Sakramen babtis dan Krisma sebagai
bagian inisiasi kristiani.
Menekankan kesatuan sakramen Baptis,
Penguatan dan Ekaristi.
Karena merupakan satu kesatuan Baptis dan
Krisma, maka tidak dianjurkan lagi untuk
mencari nama Krisma.
29. Dengan tahbisannya seorang Diakon, apalagi Imam dan
Uskup memiliki kewajiban mendoakan Ibadat Harian.
Begitu juga kaum Religius juga diwajibkan mendoakan
Ibadat Harian.
Pada Kitab Hukum Kanonik kanon 1174 paragraf 1 :
“Para klerikus wajib melaksanakan Ibadat Harian”.
Dengan mendoakan Ibadat Harian, mereka melaksanakan
tugas imamat Kristus dan Gereja mendengarkan Allah
bersabda kepada umat-Nya, merayakan misteri
keselamatan dan tiada henti memuji-Nya dengan nyanyian
dan doa, serta mendoakan keselamatan seluruh dunia.
30. Perintah dari Bapa Konsili Vatikan II : “Para gembala
jiwa hendaknya berusaha, supaya ibadat pokok, terutama
Ibadat Sore, pada hari Minggu dan hari raya dirayakan
bersama di gereja.
Dianjurkan para awam untuk mendaraskan Ibadat
Harian entah bersama para imam, antar mereka sendiri
maupun perorangan.
Pastor paroki, biarawan-biarawati yang tinggal di tengah
umat dianjurkan mendoakan Ibadat Harian bersama
umat baik di Gereja maupun di komunitas.
31. Para Imam yang mengemban pelayanan pastoral yang
suci, akan mendoakan ibadat harian dengan
bersemangat, semakin mereka sadar akan nasihat
Paulus “Berdoalah tiada hentinya”.
Sebab Tuhan yang dapat mengurniakan hasil guna
dan pertumbuhan kepada karya yang mereka
laksanakan. (menurut sabda-Nya : “Tanpa Aku kamu
tidak daat berbuat apa-apa”).
32. Ada banyak tarekat hidup bakti, ada yang hidup
menyendiri dan ada yang bersama, rahib, petapa laki-
laki dan perempuan, ada pula yang bersifat
kontemplatif.
Inti hidup dari tarekat bakti meski berbeda cara
hidup, aturan dan pakaiannya semuanya ingin
menghayati nasihat-nasihat Injil yang oleh Gereja
diterima dari Tuhan dan selalu dipelihara dengan
bantuan rahmat-Nya.
33. Adorasi Ekaristi sudah banyak dikenal umat, biasanya
diadakan pada jumat pertama disetiap bulan. Tetapi perlu
disyukuri sekarang tumbuh semakin banyak kapel-kapel
Adorasi Ekaristi, entah yang sudah berlangsung abadi maupun
sekian jam setiap harinya.
Menurut kata-kata Santo Yohanes Paulus II dalam ensiklik
Ecclesia de Eucharistia artikel 25 : “Dari semua devosi,
sembah sujud terhadap Yesus dalam Sakramen Mahakudus
adalah paling agung dari semua sakramen lain, paling
berkenan pada Allah dan paling bermanfaat bagi kita”.
34. Kesaksian hidup bahagia yang terpancar dari sikap, kata dan
tindakan para Rama, Bruder dan Suster akan mengungkapkan
indahnya panggilan hidup membiara dan menyentuh hati umat
khususnya anak-anak dan kaum muda.
Seperti pesan Bapa Uskup Indonesia dalam menyongsong
Tahun Hidup Bakti : “Ajakan kepada seluruh Gereja untuk
semakin menyelami makna dan pentingnya pilihan hidup bakti
sebagai salah satu bentuk panggilan untuk hidup dan karya
pelayanan Gereja.
35. Pada Prefasi Misa Hari Raya Tritunggal Mahakudus dimaknai
dengan : “Apapun yang Engkau wahyukan tentang kemuliaan-
Mu, kami imani dengan iman yang sama, baik mengenai
Putra-Mu maupun mengenai Roh Kudus.
Demikianlah kita, seluruh Gereja akhirnya adalah “umat yang
disatukan berdasarkan kesatuan Bapa Putra dan Roh Kudus”.
Kemuliaan Allah Tritunggal tampak dalam kesatuan
persekutuan Bapa dan Putra dan Roh Kudus yang dipenuhi
oleh kasih.