Pengobatan Nabi (Thibbun Nabawi) memiliki hukum yang diperselisihkan oleh ulama, ada yang menganggapnya sunnah dan ada juga yang menganggapnya mubah. Jika sunnah berarti mengandung unsur ibadah, sedangkan jika mubah berarti tidak mengandung pahala. Berdasarkan penjelasan hukum-hukum syariat Islam, Thibbun Nabawi dianggap oleh sebagian ulama sebagai sunnah karena adanya banyak d
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
[Pengobatan thibbun nabawi] - Hukum dan Nilai Ibadah Pengobatan ala Rasul
1.
2. Hukum Pengobatan
Thibbun Nabawi
Penjelasan mengenai hukum pengobatan nabi diperselisihkan
oleh para ulama, ada yang menganggap sunnah dan ada pula
yang mubah.
Tentunya jika sunnah maka mengandung nilai ibadah, sedangkan
jika mubah maka tidak mengandung pahala.
Sebelum kepada kesimpulan hukum syairahnya, berikut kaitan
antara hukum syariah terhadap pengobatan Thibbun Nabawi
3. Hukum Syariah Islam
WAJIB
- Salat 5 waktu
- Zakat, dsb
SUNNAH
- Salat sunat
- Puasa sunat, dsb
MUBAH
- Nonton TV
- Olahraga, dsb
MAKRUH
- Memakan petai,
- beristinja' dengan
tangan kanan dsb
HARAM
- Mencuri
- Berzina, dsb
12
4. Hukum #1 - Haram
Haram adalah suatu amal/perbuatan yang apabila dikerjakan
akan mendapatkan dosa, dan apabila ditinggalkan akan
mendapatkan pahala.
Contohnya adalah minum minuman keras, mencuri, berzina, dan
lain sebagainya.
Jelas hukum pengobatan Thibbun Nabawi bukan lah perkara
haram.
5. Hukum #2 - Makruh
Makruh adalah suatu amal/perbuatan yang apabila dikerjakan
tidak akan mendapatkan dosa, dan apabila ditinggalkan akan
mendapatkan pahala.
Contohnya adalah memakan petai, jengkol, bawang mentah, dan
lain sebagainya.
Tentunya jika Thibbun Nabawi bersifat makruh maka ini
bertentangan dengan kaidah pengobatan Thibbun Nabawi yang
merupakan perbuatan yang dilakukan (tidak ditinggalkan) dan
dicontohkan (dikerjakan/dianjurkan) oleh Rasulullah Shallallahu
'Alaihi wa Sallam.
6. Hukum #3 - Sunnah
Sunnah adalah suatu amal/perbuatan yang apabila dikerjakan
akan mendapatkan pahala dan apabila ditinggalkan tidak
akan mendapatkan dosa.
Contohnya adalah solat sunnah qobliyah dan ba’diyah, puasa senin
kamis, dan lain sebagainya.
Dari pengertian sunnah, terjadi perselisihan ulama pada saat
menentukan hukum pengobatan Thibbun Nabawi, dilihat dari segi
Ushul Fiqih.
Dimana bahwa (seluruh) perkataan, perbuatan, ketetapan, dan
sifat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bernilai pahala.
12
7. Hukum #4 - Mubah
Mubah adalah suatu amal/perbuatan yang apabila dikerjakan
atau pun ditinggalkan, tidak akan mendapatkan pahala atau
pun dosa. Contohnya adalah makan, minum tidur, dan lain
sebagainya.
Beberapa ulama ada yang mengkategorikan pengobatan ala Rasul
ini bersifat mubah, diantaranya adalah Syeikh Ad Dahlawi.
Beliau berpendapat bahwa ini (pengobatan ala Rasul) tidak
terkait dengan hukum syariah, melainkan hanya menjadi bagian
dari fenomena sosial, teknologi dan hal-hal yang berbau teknis
pada zaman dan wilayah tertentu pada saat itu.
8. Hukum #5 - Wajib
Wajib adalah suatu amal/perbuatan yang apabila dikerjakan akan
mendapatkan pahala dan apabila ditinggalkan akan
mendapatkan dosa.
Contohnya adalah solat wajib lima waktu, zakat, puasa di bulan
ramadhan, dan lain sebagainya.
Tidak ada dalil yang mengatakan bahwa jika ada orang yang tidak
melakukan pengobatan Nabi seperti ruqyah, bekam atau
meminum madu maka dia akan berdosa dan masuk neraka.
Jadi hukum Thibbun Nabawi juga bukan lah wajib.
9. Pendapatan para
Ulama
Sunnah
12
Syaikh Abu Ishaq Al-Huwaini
berpendapat bahwa dengan
banyaknya hadits tentang
pengobatan Nabi maka ini
menunjukan perbuatan tersebut
adalah sunnah
Mubah
Dr. Yusuf Al Qaradhawi berpendapat
ketika Rasul memberi pengarahan,
beliau sedang tidak dalam kapasitas
sebagai pembawa risalah,
melainkan sebagai orang yang
punya pengalaman.
Jadi sekedar ijtihad, bukan syariat
yang turun dari langit
10. Syaikh Nadzim Muhammad Sulthan Rahimahullah mengatakan
ada tiga batasan penting yang berhubungan dengan perpindahan
perkara mubah menjadi hal yang bernilai ibadah, yaitu :
Tidaklah diperbolehkan menjadikan perkara yang mubah menjadi
bentuk ibadah secara dzatiyah.
Hendaklah hal yang mubah tersebut merupakan jalan (washilah)
menuju ibadah.
Hendaknya ketika melakukan hal yang mubah meyakini bahwasanya
hal itu merupakan bagian dari syariat.
Jika hukumnya mubah, bagaimana
agar bernilai ibadah?
11. Agar bernilai ibadah, pastikan lima
hal ini..
Wallahu a’lam bish showaab Sumber artikel lengkap bisa Anda baca disini