1. BATUAN METAMORFOSIS
08.18.00 RIYAN PRANIKO No comments
1.1 Batuan Metamorfosis
Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk oleh proses metamorfosa pada batuan
yang telah ada sebelumnya sehingga mengalami perubahan komposisi mineral, struktur, dan
tekstur tanpa mengubah komposisi kimia dan tanpa melalui fase cair. Proses ini merupakan
proses isokimia (tidak terjadi penambahan unsur-unsur kimia pada batuan), yang disebabkan
oleh perubahan suhu, tekanan dan fluida, atau variasi dari ketiga faktor tersebut.
Proses metamorfosa diakibatkan oleh dua faktor utama yaitu Tekanan dan Temperatur (P
dan T). Panas dari intrusi magma adalah sumber utama yang menyebabkan metamorfosa.
Tekanan terjadi diakibatkan oleh beban perlapisan diatas (lithostatic pressure) atau tekanan
diferensial sebagai hasil berbagai stress misalnya tektonik stress (differential stress). Fluida yang
berasal dari batuan sedimen dan magma dapat mempercepat reaksi kima yang berlangsung pada
saat proses metamorfosa yang dapat menyebabkan pembentukan mineral baru. Metamorfosis
dapat terjadi di setiap kondisi tektonik, tetapi yang paling umum dijumpai pada
daerah kovergensi lempeng.
1.2 jenis Batuan Metamorfosis
1. Batuan Metamorf kontak/termal
Terjadi akibat adanya pengaruh suhu yang tinggi karena aktivitas magma dan tidak befoliasi.
Contoh: gamping berubah menjadi marmer.
2. Batuan Metamorf Dinamo
Terjadi akibat pengaruh tekanan yang kuat dalam waktu yang lama, biasanya terbentuk di daerah
pergerakan lempeng dan berfoliasi.
Contoh: lempung berubah menjadi sabak.
3. Batuan Metamorf Dinamo-Termal
Terjadi akibat adanya penambahan tekanan yang kuat dan suhu yang tinggi.
Contoh: intan, gneiss, skis, dan turmalin.
Akibat dari pengaruh tekanan dan suhu yang tinggi menyebabkan batuan metamorf menjadi
padat dan keras.
1.3 Manfaat Batuan Metamorf
1. Dapat digunakan untuk alat menulis (batu sabak)
2. Untuk lantai (marmer)
3. Untuk dekorasi bangunan (marmer)
4. Untuk batu nisan (marmer)
1.4 Karakteristik Batuan Metamorf
1.4.1 Sifat fisik
2. Pengamatan fisik pada batuan metamorf meliputi pengamatan warna batuan. Warna
batuan dapat mencerminkan ukuran butiran. Warna yang gelap cenderung mempunyai ukuran
butiran yang halus yang tersusun oleh mineral-mineral mika yang berukuran halus. Warna yang
terang biasanya tersusun oleh kuarsa atau karbonat.
1.4.2 Tekstur
Pengamatan tekstur pada batuan metamorf relatif hampir sama dengan pada batuan beku,
karena sama-sama terdiri atas kristal. Macam-macam pengamatan tekstur pada batuan metamorf
adalah sebagai berikut:
Tektstur berdasarkan bentuk individu kristal: idioblast(jika mineral penyusunnya dominan
berbentuk euhedra),hypidioblast (jika mineral penyusunnya berbentuk anhedra).
Berdasarkan bentuk mineral, tekstur batuan metamorf dapat
dibagi menjadi: lepidoblastik (terdiri dari mineral berbentuk tabular seperti
mika), nematoblastik (terdiri dari mineral berbentuk prismatik, seperti
hornblende/amfibol), granoblastik (terdiri dari mineral yang berbentuk granular, anhedra, dengan
batas-batas suture), dan porfiroblastik (terdiri dari mineral-mineral yang berukuran tidak
seragam, beberapa mineral ditemukan berukuran lebih besar daripada yang lain).
1.4.3 Struktur
Struktur pada batuan metamorf lebih penting daripada tekstur, karena merupakan dasar
dari penamaan batuan metamorf. Struktur ini dapat dibagi mennjadi dua, yaitu struktur foliasi
dan struktur non-foliasi.
Struktur foliasi adalah struktur paralel yang disebabkan oleh adanya penjajaran mineral-mineral
penyusunnya. Umumnya tersusun oleh mineral-mineral pipih dan/atau prismatik, seperti mika,
horblende atau piroksen. Struktur foliasi dapat dibedakan menjadi slaty cleavage (adanya bidang-
bidang belah yang sangat rapat, teratur dan sejajar; batuannya disebut slate/batusabak), phyllitic
(hampir sama dengan slaty cleavage, tetapi tingkatannya lebih tinggi daripada batu sabak, sudah
terlihat adanya pemisahan mineral pipih dan dan mineral granular; batuannya disebut filit),
schistosic (adanya penjajaran mineral-mineral pipih yang menerus dan tidak terputus oleh
mineral granular; batuannya disebut sekis), dan gneissic (adanya penjajaran mineral-mineral
granular yang berselingan dengan mineral-mineral prismatik, mineral pipih memiliki orientasi
tidak menerus; batuannya disebut gneis).
Struktur non-foliasi dicirikan oleh tidak adanya penjajaran mineral pipih atau prismatik. Struktur
ini terdiri atas hornfelsic (dibentuk oleh metamorfosa termal, dimana butiran mineralnya
berukuran relatif seragam; batuannya disebut hornfels [tersusun oleh polimineralik], kuarsit
[tersusun dominan oleh kuarsa], dan marmer [tersusun oleh kalsit]), cataclastic (terbentuk karena
metamorfosa kataklastik, misalnya akibat patahan; nama batuannya adalah kataklasit), mylonitic
(mirip dengan kataklastik, tetapi mineral penyusunnya berukuran halus dan dapat dibelah seperti
skis; nama batuannya disebut milonit), dan pyllonitic (struktur ini mirip dengan milonitik, tetapi
sudah mengalami rekristalisasi sehingga menunjukkan kilap sutera; nama batuannya disebut
filonit).
3. 1.4.4 Komposisi
Komposisi mineral pada batuan metamorf hampir sama dengan pada batuan beku
atau sedimen non-klastik. Perbedaannya jenis mineralnya lebih kompleks karena merupakan
hasil rekristalisasi dari mineral-mineral pada batuanasalnya. Komposisi mineral pada batuan
metamorf berfoliasi biasanya polimineralik, sedangkan pada non-foliasi biasanya
monomineralik, kecuali horn.
1.5 Proses Metamorfosis dan Tahap-tahap Proses Metamorfosis
Proses metamorfisme, meliputi:
1. Proses perubahan fisik yang menyangkut struktur dan tekstur oleh tenaga kristaloblastik
(tenaga dari sedimen-sedimen kimia untuk menyusun susunan sendiri).
2. Proses-proses perubahan susunan mineralogi, sedangkan susunan kimianya tetap (isokimia)
tidak ada perubahan komposisi kimiawi, tapi hanya perubahan ikatan kimia.
Tahap-tahap yang terjadi pada proses metamorfosis adalah sebagai berikut:
1. Rekristalisasi
Proses ini dibentukoleh tenaga kristaloblastik, di sini terjadi penyusunan kembali
kristal-kristal dimana elemen-elemen kimia yang sudah ada sebelumnya.
2. Reorientasi
Proses ini dibentuk oleh tenaga kristaloblastik, di sini pengorientasian kembali dari
susunan kristak-kristal, dan ini akan berpengaruh pada tekstur dan struktur yang ada.
3. Pembentukan mineral-mineral baru
Proses ini terjadi dengan penyusunan kembali elemen-elemen kimiawi yang sebelumnya
sudah ada.
1.6 Kondisi yang mengontrol metamorfosa/mempengaruhi rekristalisasi dan tekstur
1.) Tekanan : - Tekanan Hidrostatik
- Tekanan searah (stress)
Di sini dikenal 2 kelompok mineral yaitu :
a. Stress mineral : yaitu mineral-mineral yang tahan terhadap tekanan.
Contoh : staurolit, kinit
b. Anti stress mineral : yaitu mineral-mineral yang jarang dijumpai pada batuan yang mengalami
stress.
Contoh : olivin, andalusit
2.) Temperatur : pada umumnya perubahan temperatur jauh lebih efektif daripada perubahan
tekanan dalam hal pengaruhnya bagi perubahan mineralogi.
Katalisator : berfungsi mempercepat reaksi, terutama pada metamorfose bertemperatur rendah.
Ada 2 hal yang dapat mempercepat reaksi yaitu :
4. (a) Adanya larutan-larutan kimia yang berjalan antar ruang butiran.
(b) Deformasi batuan, dimana batuan pecah-pecah menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga
memudahkan kontak antar larutan nimia dengan fragüen-fragmen.
3.) Fluid
4.) Komposisi
Proses metamorfisme membentuk batuan yang sama sekali berbeda dengan batuan asalnya, baik
tekstur maupun komposisi mineral. Mengingat bahwa kenaikan tekanan atau temperatur akan
mengubah mineral bila batas kestabilannya terlampaui, dan juga hubungan antar butiran /
kristalnya. Proses metamorfisme tidak mengubah komposisi kimia batuan. Oleh karena itu
disamping faktor tekanan dan temperatur, pembentukan batuan metamorf ini jika tergantung
pada jenis batuan asalnya.
1.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi proses metamorfisme
Komposisi batuan asal sangat mempengaruhi pembentukan himpunan mineral baru,
demikian pula dengan suhu dan tekanan. Suhu dan tekanan tidaklah berperan langsung, akan
tetapi juga ada atau tidaknya cairan serta lamanya mengalami panas dan tekanan yang tinggi, dan
bagaimana tekanannya, searah, terpuntir dan sebagainya.
1. Pengaruh cairan terhadap reaksi kimia
Pori-pori yang terdapat pada batuan sedimen atua batuan beku terisi ole cairan (fluida),
yang merupakan larutan dari gas-gas, garam dan mineral yang terdapat pada batuan yang
bersangkutan. Pada suhu yang tinggi intergranular ini lebih bersifat uap dan pada cair, dan
mempunyai peran yang penting dalam metamorfisme. Di bawah suhu dan tekanan yang tinggi
akan terjadi pertukaran unsur dari larutan ke mineral-mineral dan sebaliknya. Fungsi cairan ini
sebagai media transport dari larutan ke mineral dan sebaliknya, sehingga mempercepat proses
metamorfisme. Jika tidak ada larutan atau jumlahnya sedikit sekali, maka metamorfismenya akan
berlangsung lambat, karena perpindahannya akan melalui diffusi antar mineral yang padat.
2. Suhu dan tekanan
Batuan apabila dipanaskan pada suhu tertentu akan membentukmineral-mineral baru,
yang hasil akhirnya adalah batuan metamorf. Sumber panasnya berasal dari panas dalam bumi.
Batuan dapat terpanaskan oleh timbunan (burial) atau terobosan dapat juga menimbulkan
perubahan tekanan, sehingga sukar dikatakan metamorfisme hanya disebabkan ole keniakan
suhu saja. Tekanan dalam proses metamorfisme bersifat sebagai stress yang mempunyai besaran
serta arah. Tekstur batuan metamorf memperlihatkan bahwa batuan ini terbentuk di bawah
differensial stress, atau tekanannyatidak sama besar dari segala arah. Berbeda dengan batuan
beku yang terbentuk melalui lelehan dan di bawah pengaruh uniform stress, atau
mempunyai bersaran yang sama dari semua arah.
3. Waktu
Untuk mengetahui berapa lama berlangsungnya proses metamorfisme tidaklah mudah dan
sampai saat ini masih belumdiketahui bagaimana caranya. Dalam percobaan di laboratorium
memperlihatkan bahwa di bawah tekanan suhu tinggi serta waktu reasi yang lama akan
menghasilkan kristal dengan ukuran yang besar. Dan dalam kondisi yang sebaliknya dihasilkan
kristal yang kecil. Dengan demikian untuk sementara ini disimpulkan bahwa batuan berbutir
kasar merupakan hasil metamorfisme dalam waktu yang panjang serta suhu dan tekanan yang
tinggi. Sebaliknya yang berbutir halus, waktunya pendek serta suhu dan tekanan yang rendah.
1.8 Jenis-jenis metamorfosa adalah:
Metamorfosa kontak dominan pengaruh suhu
5. Metamorfosa dinamik dominan pengaruh tekanan
Metamorfosa Regional kedua-duanya (P dan T) berpengaruh
Fasies metamorfosis dicirikan oleh mineral atau himpunan mineral yang mencirikan sebaran T
dan P tertentu. Mineral-mineral itu disebut sebagaimineral index. Beberapa contoh mineral
index antara lain:
· Staurolite: intermediate high-grade metamorphism
· Actinolite: low intermediate metamorphism
· Kyanite: intermediate high-grade
· Silimanite: high grade metamorphism
· Zeolite: low grade metamorphism
· Epidote: contact metamorphism
SUMBER: http://www.scribd.com/doc/70044620/tugas-geokim
Sunday, February 23, 2014
Batuan Metamorf (Malihan)
Metamorfisme
Metamorfisme adalah proses perubahan struktur dan mineralogi batuan yang berlangsung pada fase
padatan, sebagai tanggapan atas kondisi suhu dan tekanan yang berbeda dari kondisi batuan tersebut
sebelumnya. Perubahan yang berlangsung di dalam proses pelapukan dan diagenesa pada umumnya tidak
termasuk didalamnya. Wilayah proses peleburan batuan menjadi tubuh magma. Berdasarkan
6. penyebarannya, dimungkinkan memisahkan antara dua tipe metamorfisme. Pertama adalah tipe
penyebaran yang sempit dan yang kedua adalah tipe yang mempunyai dimensi lebih luas.
Metamorfisme Lokal : Tipe yang sebarannya terbatas meliputi metamorfosa kontak (metamorfosa
termal ) dan metamorfosa kataklastik yang cirinya berbeda dari jenis sebelumnya.
a. Metamorfisme Kontak / Termal : Metaformisme termal terjadi disekitar tubuh batuan beku sebagai akibat
pemancaran panas selama pendinginannya. Semakin perlahan dan lama proses pendinginan akan semakin
efektif metamorfisme pada batuan disampingnya. Wilayah ubahan disebut zona aureole, sedangkan
batuan hasil metamorfisme termal disebut batu tanduk / hornfels.
b. Metamorfisme Dislokasi / Dinamik / Kataklastik : Batuan metamorfik ini dijumpai pada daerah yang
mengalami dislokasi, seperti di sekitar sesar. Pergerakan antar blok batuan akibat sesar memungkinkan
menghasilkan breksi sesar, dan batuan metamorfik dinamik.
c. Metamorfisme Benturan : Hujan meteor yang melanda bumi pada akhir mesozoikum ( sebelum 65 juta
tahun lalu ) dan secara spekulatif dianggap sebagai penyebab musnahnya dinosaurus, menghasilkan
metamorfisme pada batuan yang dibenturnya, sehingga dikenal dengan metamorfisme benturan.
Metamorfisme Regional : Tipe lainnya mempunyai penyebaran yang luas. Tipe ini terbagi dalam tiga
jenis, yaitu :
a. Metamorfisme Regional Dynamotermal : Secara geografi metamorfisme regional dynamotermal
menempati jalur orogenesa. Perubahan himpunan mineral dari zona ke zona menunjukkan penambahan
temperatur secara terus – menerus dari 700 Csampai 800 C. Metamorfisme regional dynamotermal
berlangsung berkaitan dengan gerak – gerak penekanan (penerative movement). Hal ini dibuktikan
dengan struktur sekistositas.
7. b. Metamorfisme Beban : Metmorfisme beban terjadi bila batuan terbebani oleh sedimen yang tebal di
atasnya. Tekanan berperanan penting daripada suhu. Metamorfisme ini biasanya tidak disertai deformasi
maupun perlipatan seperti pada metamorfisme dynamotermal. Metamorfisme ini tidak berkaitan dengan
orogenesa arau intrusi magma.
c. Metamorfisme Lantai Samudera : Batuan penyusun lantai samudera merupakan material baru yang
dimulai pembekuannya di punggungan tengah samudera. Pembentukan ofiolit selama proses pemekaran
lantai samudera disertai dengan perputaran fluida panas. Perubahan hidrotermal terjadi pada kerak
tersebut.
A. Struktur
Terjadi sebagai penyesuaian dengan kondisi baru akibat tekanan dan temperatur. Ada dua jenis
struktur:
1. Struktur Non foliasi, struktur yang tidak menunjukkan adanya penjajaran mineral dan batuan massif. Ini
terjadi akibat batuan kontak dengan tubuh intrusi batuan beku, batua yang terbentuk biasanya berbutir
halus. Dan batuan berasal dari batuan asal yang mempunyai mineral tunggal seperti gamping, sehingga
tidak terbentuk mineral baru tetapi kristal-kristal yang kecil tumbuh lebih besar dalam tekstur interlocking
menjadi batuan baru. Contoh : batu gamping jadi marmer. Yang termasuk dalam struktur non foliasi
adalah :
a. Hornfelsik; butirannya seragam, terbentuk pada bagian dalam daerah kontak sekitar tubuh batuan beku.
Umumnya merupakan rekristalisasi batuan asal, tidak ada foliasi, tapi batuannya halus dan padat.
b. Milonitik; berkembang dari batuan asal yang mengalami penghancuran oleh metamorfosa dynamo,
berbutir halus dan liniasi ditunjukkan adanya orientasi mineral yang berbentuk lentikuler terkadang masih
menyimpan lensa batuan asal.
c. Kataklastik; hampir sama dengan milonit, tetapi butirannya kasar.
8. d. Pilonit; menyerupai milonit, tetapi butirannya lebih kasar dan strukturnya mendekati tipe filitik.
e. Flaser; seperti struktur kataklastik dimana struktur batuan asal yang berbentuk lensa tertanam pada massa
dasar milonit.
f. Augen; seperti flaser dan lensanya terdiri dari butiran feldspar pada massa dasar yang lebih halus.
g. Granulose; seperti hornfelsik, tetapi ukuran butirannya tidak sama besar.
h. Liniasi; memperlihatkan kumpulan mineral seperti jarum.
2. Struktur Foliasi, menunjukkan penjajaran mineral. Ada 3 macam:
a. Slaty cleavage, struktur yang diekspresikan oleh kecenderungan batuan metamorf yang berbutif halus
untuk membelah sepanjang bidang subpararel yang diakibatkan oleh orientasi penjajaran dari mineral-
mineral pipih yang kecil seperti mika, talk, atau klorit. Contoh: slate/batu sabak
b. Schistosity: struktur sifatnya mirip dengan di atas, tetapi mineral-mineral pipih kebanyakan lebih besar dan
secara keseluruhan batuan metamorf ini tampak menjadi lebih kasar/medium. Contoh : Sekis.
c. Gneissic : struktur yang dibentuk oleh perselingan lapisan yang komposisinya berbeda dan berbutir kasar
(Feldspar, Kuarsa). Contoh : Gneiss.
d. Filitik : struktur yang hampir mirip dengan struktur slatycleavage, hanya mineral dan kesejajarannya
sudah mulai agak kasar.
Tabel. Klasifikasi Hamblin
Foliasi Non Foliasi
Slate Metakonglomerat
Phylite Quarsite
9. Salist Marble
Gneiss
B. Tekstur
Tekstur pada batuan metamorf dibedakan menjadi dua, yaitu : Tekstur Kristaloblastik dan Tekstur
Palimsest.
1. Tekstur Kristaloblastik : Tekstur yang terjadi pada saat tumbuhnya mineral dalam susunan padat dan
bukan mengkristal dalam suasana cair.
a. Lepidoblastik, tekstur dimana mineral-mineral penyusun berbentuk pipih. Contoh: sekis mika.
b. Nematoblastik, tekstur dimana mineral-mineral penyusun berbentuk prismatic (piroksen, Hornblende) .
Contoh : Sekis hornblende.
c. Granoblastik, tekstur dimana mineral-mineral penyusun membutir/granuler (kuarsa, flespar, kalsit).
Contoh : Kuarsit.
d. Hornfelsik, tekstur yang tidak menunjukkan penjajaran tetapi mineral-mineral penyusun
membutir/granuler. Contoh : Hornfels.
e. Idioblastik, tekstur dimana bentuk mineral-mineral penyusunnya berbentuk euhedral.
f. Xenoblastik, tekstur dimana bentuk mineral-mineral penyusunnya berbentuk anhedral.
2. Tekstur Palimsest. Merupakan sisa dari batuan asal yang dijumpai pada batuan metamorf, meliputi :
a. Blastoporfiritik, tekstur sisa dari batuan asal yang bertekstur porfiritk.
b. Blastopsefit, tekstur sisa dari batuan sedimen yang ukuran butirnya lebih besar dari pasir.
c. Blastopsamit, sama dengan blastopsefit hanya saja disini ukuran butirnya sama dengan pasir.
10. d. Blastopellite, tekstur sisa dari batuan sedimen yang berukuran butir lempung.
C. Komposisi Mineral Batuan Metamorf
Komposisi batuan metamorf dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : Mineral Stress dan Mineral Anti
Stress.
1. Mineral Stress : Mineral yang stabil atau terbentuk karena tekanan, dimana mineral ini dapat berbentuk
pipih atau tabular, prismatic. Mineral tersebut tumbuh dengan sumbu memanjang kristal tegak lurus gaya.
Misal : Mika, Zeolit, Glaukofan, Serpentin, Silimanit, Kyanit, Antofilit, dll.
2. Mineral Anti Stress : Mineral yang terbentuk atau stabil bukan karena tekanan yang umumnya berbentuk
equidimensional, seperti : Kuarsa, Kalsit, Feldspar, Kordierit, Group Epidot.
Tabel. Batuan asal metamorfisme
Batuan asal Batuan Metamorf
yang terbentuk
Berbutir kasar :
Granit, Konglomerat, dan Gneiss
Gneiss
Berbutir sedang :
Tuff, Basal, Batu pasir, Serpih, Sekis, Slate
Sekis
Berbutr halus :
Felsit, Serpih, Tuff, Lanau
Slate
11. Batu Gamping dan Dolmit Marmer
Batu pasir Kuarsa Kuarsit
DiposkanolehArifAmiruddin di 11:05