Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
EKONOMI ISLAM
1. BAB 7
PRINSIP-PRINSIP
DASAR EKONOMI ISLAM
Ali Fikri
ERA globalisasi yang kita saksikan saat ini, menampilkan pentas dunia
yang selalu berubah dengan cepat dari tahun ke tahun. Khususnya setelah
tumbangnya kekuatan komunisme dengan ditandai runtuhnya Uni Sovyet di akhir
tahun delapan puluhan. Peta politik dunia mengalami babak baru, dari yang
semula memiliki dua raksasa besar, kini menjadi tinggal satu monster ganas yang
sebenarnya sama bobroknya dari konsep komunisme, kita hanya menanti saat-saat
dimana konsep liberal lambat laun juga akan mengalami hal yang sama dengan
konsep kremlin yang telah ambruk. Yang penting sekarang adalah sejauh mana
peran yang dapat kita mainkan untuk mempercepat jatuhnya konsep liberal dan
konsep-konsep lainnya, lalu dalam waktu yang bersamaan, menegakkan konsep
pengganti yang sesuai dengan akidah yang anut.
Banyak orang yang menyepelekan keampuhan tatanan islam kalo tidak
mau dikatakan sangsi termasuk umat islam sendiri, padahal konsep ini
sebagaimana yang telah kita ketahui adalah konsep yang Allah rihai untuk seluruh
ummat manusia, dan selaras dengan fitrah manusia, serta menjunjung tinggi
kepentingan pribadi maupun kepentingan masyarakat.
Sistem ini telah diuji coba selama lebih delapan abad sejak jaman
Rasullullah sampai berakhirnya Kilafah Turki Utsmani. Memang bila kita berpikir
sejenak, perbedaan keadaan,situasi dan kondisi di zaman Rasulullah dengan
zaman di mana kita berada sekarang sangatlah mencolok. Akan tetapi satu hal
yang perlu kita ingat bahwa konsep Islam secara keseluruhan adalah produk Allah
ta’ala yang Maha Mengetahui sejauh mana perubahan akan terjadi yang di
lakukan oleh umat manusia. Oleh karena itu konsep Islam adalah konsep yang
telah disiapkan untuk menghadapi dan menjawab segala macam bentuk tantangan
pada setiap zaman.
Secara dasar hukum konsep Islam merupakan konsep yang baku, namun
pada perjalanannya tidak menutup kemungkinan keluwesan atau elastis sesuai
dengan perkembangan zaman, selama tidak keluar dari bingkai syariat.
2. Demikian pula halnya dengan sistem ekonomi Islam yang termasuk bagian
dari konsep islam. Untuk menjelaskan hal itu maka dalam tulisan ini akan kami
bahas dasar-dasar eonomi islam. Dan akan dimulai dari penjelasan singkat tentang
ekonomi islam serta keistimewaannya.
DEFINISI EKONOMI ISLAM
Ekonomi islam adalah kumpulan dari dasar-dasar umum ekonomi
yang diambil dari Alquran dan Sunnah Rasullullah serta dari tatanan
ekonomi yang dibangun di atas dasar-dasar tersebut, sesuai dengan berbagai
bi’ah(lingkingan) dan setiap zaman.
Pada definisi tersebut terdapat dua hal pokok yang menjadi landasan
hukum ekonomi islam yaitu: Alquran dan Sunnah Rasullullah yang mana hukum-
hukum yang diambil dari kedua landasan pokok tersebut secara konsep dan
prinsip adalah tetap (tidak dapat berubah kapanpun dan dimana saja), akan tetapi
pada praktiknya untuk hal-hal dan situasi serta kondisi tertentu bisa saja berlaku
lues atau murunah dan ada pula yang mengalami perubahan.
SUMBER-SUMBER EKONOMI ISLAM
1.Alquran
Alquran adalah sumber pertama dan utama bagi Ekonomi Islam,
didalamnya dapat kita temui hal ihwal yang berkaitan dengan ekonomi dan juga
terdapat hukum-hukum dan undang-undang ekonomi dalam tinjauan islam,
diantaranya seperti hukum diharamkannya riba, dan diperbolehkannya jual beli
yang tertera dalam surah Al-Baqarah ayat 275:
“………padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari tuhannya, lalu terus
berhenti(dari mengambil riba) maka baginya apa yang telah diambilnya
dahulu(sebelum datngnya larangan), dan urusannya(terserah) kepada Allah.
Orang yang mengulangi(mengambil riba) maka orang itu adalah penghuni-
penghuni neraka, mereka kekal didalamnya.”
Contoh lain seperti perintah mencatat atau pembukuan yang baik dalam
masalah utang piutang, Allah mengungkapkan dalam surat Al-Baqarah ayat 282:
“ Wahai orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai
untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya…….”
Dan contoh terakhit adalah perintah menepati dan menghormati janji pada
surat Al-Maidah ayat 1:” wahai orang-oarang yang beriman penuhilah akad-akad
itu…..”
2.As-Sunnah An-Nabawiyah
As-Sunnah adalah sumber kedua dalam perundang-undangan Islam. Di
dalamnya dapat kita jumpai kazanah aturan perekonomian Islam. Di antaranya
3. seperti sebuah hadis yang isinya memerintahkan untuk menjaga dan melindungi
harta, baik milik pribadi maupun umum serta tidak boleh mengambil harta yang
bukan miliknya. “ sesungguhnya (menumpahkan) darah kalian, (mengambil)
harta kalian, (mengganggu) kehormatan kalian haram sebagaimana haramnya
hari kalian saat ini, di bulan ini, di negri ini, ….” (H.R.Bukhari).
Contoh lain misalnya As-Sunnah juga menjelaskan jenis-jenis harta yang
harus menjadi milik umum dan untuk kepentingan umum, tertera pada hadis: “
aku ikut berperang bersama Rasulullah, ada tiga hal yang aku dengar dari
Rasulullah : Orang-orang muslim bersyarikat (sama-sama memiliki) tempat
menggembala, air dan api.” (HR. Abi Dawud)
Contoh terakhir adalah hadis yang menerangkan larangan menipu: “Barang
siapa yang menipu kami, maka tidak termasuk golongan kami.” (H.R. Muslim)
3.Kitab-kitab Fikih Umum
Kitab-kitab ini menjelaskan tentang ibadah dan muamalah, di dalamnya
terdapat pula bahasan tentang ekonomi yang kemudian dikenal dengan istilah Al-
Mu’amalah Al-Mualiyah, isinya merupakan hasil-asil ijtihad Ulama terutama
dalam mengeluarkan hukum-hukum dari dalil-dalil Alquran maupun hadis yang
sahih
Adapun bahasan-bahasan yang langsung berkaitan dengan ekonomi Islam
adalah Zakat, Sedekah sunah, fidyah, zakat fitrah, jual beli, riba dan jual beli
uang, dan lain-lain.
4.Kitab-kitab Fikih Khusus (al-maalu wal-Iqtishaadi)
Kitab-kitab yang secara khusus membahas masalah yang berkaitan dengan
uang, harta lainnya dan ekonomi.
KEISTIMEWAAN DAN KARAKTERISTIK EKONOMI ISLAM
1. Ekonomi Islam merupakan bagian yang tak terpisahkan dari konsep
Islam yang utuh dan menyeluruh.
2. Aktivitas Ekonomi Islam merupakan suatu bentuk ibadah
3. Tatanan ekonomi yang memiliki tujuan yang sangat mulia
4. System yang memiliki pengawasan melekat yang berakar dari
keimanan dan tanggung jawab kepada Allah (Muraqabatullah).
5. System yang menyelaraskan antara maslahat individu dengan maslahat
umum.
DASAR-DASAR EKONOMI ISLAM
1.Mengakui Hak Memiliki (Baik secara individu atau umum)
Sistem Ekonomi Islam mengakui hak seseorang untuk memiliki apa saja
yang dia inginkan dari barang-barang produksi misalnya ataupun barang-barang
4. konsumsi. Dan dalam waktu bersamaan mengakui juga kepemilikan umum.
Dalam hal ini Ekonomi Islam memadukan antara maslahat individu dengan
maslahat umum. Nampaknya inilah satu-satunya jalan untuk mencapai
keseimbangan dan keadilan di masyarakat.
Berkaitan dengan hal di atas, dari realitas yang kita ketahui beberapa
konsep di luar Islam seperti liberal, sosialis dan komunis telah menemui
kegagalan sesudah uji coba berulang kali. Contoh yang paling kongkret adalah
amruknya raksasa sosialis komunis Uni Sovyet. Ini tidak hanya membuktikan
kebangkrutan tatanan ekonomi sosialis dan komunis, namun juga sekaligus
menunjukkan kerapuhan konsep tersebut secara keseluruhan.
Demikianlah dengan perjalanan masa semakin tampak bahwa sesuatu yang
baik dan benar akan tetap, sedangkan yang buruk dan batil cepat atau lambat pasti
akan menemui kehancuran. Dengan indah Alquran mengungkapkan ini:” Adapun
buih itu akan lenyap sebagai sesuatu yang tiada harganya, adapun yang member
mamfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat
perumpamaan-perumpamaan. (Surat Ar-Ra’d ayat 17)
II. Kebebasan Ekonomi Bersyarat
Islam memberikan kebebasan bagi setiap individu untuk memiliki,
memproduksi, dan mengkomsumsi. Setiap individu bebas untuk berjual beli dan
menentukan upah/harga dengan berbagai macam nilai nominal, akan tetapi
dengan syarat tidak bertentangan dengan kepentingan umum. Sebagaimana juga
halnya setiap pribadi bebas untuk memindahkan harta yang ada di bawah
kepemilikannya kepada orang yang dikehendakinya baik semasa ia hidup dengan
cara hibah atau hadiah ataupun setelah dia meninggal dengan cara wasiat sesuai
dengan syariat islam.
Juga demikian halnya setiap individu memiliki kebebasan dalam
mengembangkan hartanya dengan cara yang baik, namun harus meninggalkan
praktik perdagangan yang diharamkan, baik dengan cara riba maupun dengan cara
menimbun dan yang sejenisnya, dan juga sejumlah kebebasan-kebebasan lainnya.
Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi dari kebebasan-kebebasan
tersebut adalah:
Pertama : memperhatikan halal dan haram ketentuan hukum-hukum Islam. Di
antara contoh-contoh kongkretnya adalah seperti kebebasan orang untuk
membelanjakan hartanya dan mengkonsumsi apa yang diinginkan, namun dalam
saat yang sama Islam mengharamkan berlaku tabzir (boros) ataupun israf
(berlebih-lebihan). Allah mengingatkan hal tabdzir ini pada surat Al-Isra’ ayat 27:
“sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan
itu adalah sangat ingkar kepada Rabbnya.”
5. Sedangkan tentang israf di antaranya tertera dalam sebuah hadis yang
diriwayatkan Imam Bukhari: “Nabi saw. Berkata : “makanlah, minumlah dan
berpakaianlah serta bersedekahlah namun jangan melampaui batas dan jangan
pula sombong dan bermegah-megahan.” Dan Ibnu Abbas berkata: “Makanlah
apa yang kamu inginkan dan pakailah apa yang kamu suka selagi tidak
melakukan dua hal yang membuat kamu bersalah yaitu berlebih-lebihan dan
bermegah-megahan (sombong).”
Contoh lainnya Islam memberikan manusia kebebasan untuk
memamfaatkan potensi alam, tetapi Islam tidak membenarkan pemamfaatan
karunia Allah tersebut pada sisi yang tidak sesuai tujuan disediakannya kekayaan
alam ciptaan Allah tersebut. Oleh karena itu Allah akan meminta
pertanggungjawaban kepada manusia atas kenikmatan-kenikmatan yang telah
diberikan-Nya. Sebagaimana yang diungkapkan Alquran dalam surat At-Takatsur
ayat 8:”kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu (hari akhirat) tentang
kenikmatan (yang kamu bermegah-megahan di dunia ini).”
Kedua : Komitmen terhadap kewajiban-kewajiban yang telah ditentukan syariat
islam di antaranya:
a. Komitmen terhadap kewajiban zakat
b. Komitmen terhadap kewajiban member nafkah terhadap istri, orang tua
yang fakir, anak-anak lelaki hingga mandiri,anak-anak wanita sampai
menikah, dan juga keluarga dekat.
c. Komitmen denagn tanggung jawab infak fisabilillah.
d. Komitmen dengan perintah sedekah kepada fukara dan orang yang
memerlukan bantuan dan komitmen pula terhadap segala macam bentuk
proyek kebersamaan dalam masyarakat.
Ketiga : Tidak menyerahkan pengelolaan harta kepada orang-orang yang
bodoh, gila dan lemah. Allah terangkan dalam dalam surat An-Nisa ayat 5: “Dan
janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya
harta mereka yang ada dalam kekuasaanmu yang dijadikan allah sebagai pokok
kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan
ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik.”
Islam melarang orang-orang bodoh, gila dan lemah untuk mengelola
hartanya sendiri karena dikhawatirkan orang tersebut tidak baik dalam
mengurusinya hingga ia akan mengalami kerugian. Oleh karena itu islam
mencegah jangan sampai kerugian menimpanya. Dengan kata lain islam ingin
melindungi milik orang tersebut.
Keempat :
Hak untuk bersyarikat (saling memiliki) dengan tetangga atau partner kerja.
Hak ini berlaku pula apabila seseorang ingin menjual sesuatu milik
bersama maka penawaran pertama harus diberikan kepada sesama teman(baik itu
6. tetanggan ataupun mitra kerja) yang punya saham/andil dalam memiliki sesuatu
tersebut dengan harga sesuai kesepakatan.
Islam tidak menghendaki sesama pemilik saham menjual sahamnya jika
penjualan tersebut dapat merugikan pemilik saham yang lain, ini dijelaskan hadis
Rasulullah: “dari jabir: Rasulullah memutuskan perkara terhadap orang-orang
yang memiliki harta, selama belum dipisah harta tadi menjualnya tanpa
sepengetahuan pemilik yang lain hingga mendapat izin darinya, kalau dia
berminat boleh dia membelinya jika tidak maka dia boleh melepaskannya.
Apabila penjualan tanpa seizin sesama pemilik yang lain (tentunya tidak benar)
karena pemilik lainnya lebih berhak dalam hal ini.”.(HR Muslim)
Kelima :
Tidak dibenarkan mengelola harta pribadi yang merugikan kepentingan
orang banyak.
Hal ini harus memenuhi kaidah-kaidah berikut ini:
a. Kaidah pertama :
Tidak memberikan mudarat dan tidak pula ditima mudarat.
Contoh, membangun tembok yang dapat menghalangi cahaya matahari atau udara
bagi orang lain (tetanga). Menggali lubang sumur didekat dinding tetangga, dan
lain-lain.
b. Kaidah Kedua :
Menghilangkan kemudaratan
Contohnya, tidak menutup jalan yang melintas dikebun milik pribadi, apabila tak
ada jalan lain, hingga jika ditutup orang tidak dapat lewat.
c. Kaidah Ketiga:
Menanggung beban kerugian pribadi untuk mencegah bahaya yang menimpa
masyarakat umum.
Contohnya, rumah kosong yang hampir rubuh, bila pemiliknya tidak mampu
memperbaiki, maka agar tidak membahayakan orang lain bangunan tersebut harus
di runtuhkan.
Demikianlah dalam sistem Ekonomi Islam, kebebasan seseorang dalam
memiliki dan memperlakukan hartanya dibingkai dengan ketentuan-ketentuan
syariat. Bukanlah ini berarti Islam merampas kebebasan individu dalam memiliki
harta, akan tetapi ini menunjukkan bahwa kebebasan dalam Islam bukan
kebebasan tanpa batas, melainkan kebebasan dalam ruang lingkup kaidah-kaidah
7. syariat. Inilah salah satu hal yang membedakan manusia sebagai makhluk mulia
dengan binatang yang tak mengenal batas dalam kebebasannya.
Sebagai seorang muslim kita wajib menerima batasan-batasan tersebut,
yang mana Allah yang Maha Bijaksana-lah yang telah meletakkan batasan-
batasan tersebut dalam syariat islam.
III. At-Takaful Al-Ijtima’I (kebersamaan dalam menanggung suatu
kebaikan).
At-Takaful Al-ijtima’I dalam kerangka ekonomi Islam adalah
kebersamaan yang timbal balik antar sesama anggota masyarakat dan pemerintah
dengan masyarakat baik dalam kondisi lapang maupun sempit untuk mewujudkan
kesejahteraan atau dalam mengantisipasi suatu bahaya.
Ada beberapa hal yang perlu digaris bawahi dalam At-Takaful Al-Ijtima’I
ini, yaitu:
1. Mewujudkan kebahagiaan, baik untuk pribadi maupun masyarakat dalam
batas yang sama secara konsisten dan stabil.
2. Kepentingan pribadi tidak boleh merugikan kepentingan masyarakat.
Prioritas harus tetap berada pada kepentingan masyarakat.
3. Kebersamaan ini adalah sebuah fenomena yang memperlihatkan kesatuan,
keakraban, saling tolong menolong, dan saling melengkapi antara
pemimpin dan yang dipimpin.
4. Tidak dibedakan seseorang atas yang lainnya dan tidak pula ada
keistimewaan antara yang memberikan tanggungan dengan yang diberikan
tanggungan.
islam telah menggariskan bentuk muatan konsep At-Takaful Al Ijtima’I ini.
Dan kita dapat melihat ajaran At-Takaful Al-Ijtima’I misalnya pada zakat,
pemberian pinjaman keperluan rumah tangga kepada orang yang sulit, pemberian
Cuma-Cuma, pinjaman(utang), Al-‘Umro (pinjaman berdasarkan masa umur), Ar-
Ruqba (pinjaman hingga batas kematian), sedekah sunnah, menjamu tamu, zakat
fitrah, kurban, akikah, denda harta, dan lain-lain.
PENUTUP
Demikianlah kajian sekilas tentang dasar-dasar ekonomi Islam. Dari
pembahasan tersebut diharapkan sedikit banyak dapat membuka cakrawala
pemikiran kita untuk lebih memahami keuniversalan konsep Islam sebagai konsep
pamungkas yang selaras dengan fitrah manusia.
Islam dengan Alqurannya telah mampu menjawab semua keperluan umat
manusia dan memberikan solusi untuk mencapai kebahagiaan di dunia maupun di
8. akhirat. Benarlah apa yang Allah firmankan dalam Alquran surat An-Nahl ayat
89: ”(Dan ingatlah) akan hari (ketika) kami bangkitkan pada tiap-tiap umat
seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri. Dan kami datangkan kamu
(Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan kami turunkan
kepadamu Alkitab (Alquran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta
rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.”
DAFTAR PUSTAKA
Abi Dawud. Kitab Hadis Sunnah Abi Dawud.
Bukhari. Kitab Hadis Imam Bukhari.
Hasan Siri. Al-Iqtishad Al-Islami mabadi’ wa khashais wa ahdaf. Makkah : Ash-
Shafa, 1991.
Husain Umar. Mausu’ah Al-Mushthalahat Al-Iqtishadiyyah. Jeddah : Dar As-
Syuruq, 1979 Muhammad Abdul Mannan. Islamic Economics Theory and
Practice. England :
Hounder and Stoughton Ltd. 1970
Muslim, Kitab Hadis Imam Muslim.