SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 37
BAB 19.
MANAJEMEN RISIKO
PERBANKAN
Perbankan merupakan sektor usaha yang diatur
dengan sangat ketat karena alasan-alasan
tertentu.
Bagian pertama bab ini membicarakan
manajemen risiko yang dirumuskan oleh Komite
Basel, yang berujung pada perhitungan modal
yang berbasis risiko. Pembicaraan diteruskan
dengan membahas peraturan manajemen risiko
bank di Indonesia.
Bagian kedua membicarakan manajemen risiko
di Chase Manhattan Bank. Chase merupakan
bank dengan operasi global.
RISIKO PERBANKAN
Komite Basel merupakan komite yang terdiri dari perwakilan bank
sentral dari negara G10 plus dua negara lainnya, yang mempunyai
tiga tujuan dalam kaitannya dengan regulasi mengenai perbankan.
Ketiga tujuan tersebut adalah:
1. Memperkuat kelayakan dan stabilitas sistem perbankan
internasional
2. Menciptakan kerangka yang adil untuk mengukur kecukupan
modal bank internasional
3. Mempunyai kerangka yang bisa diterapkan secara konsisten untuk
menyamakan ‘level playing field’ (ketidaksamaan landasan kompetisi)
antar bank internasional.
Komite tersebut merumuskan regulasi perbankan, yang pada
akhirnya banyak diadopsi oleh regulator perbankan di negara
lainnya. Bagian ini membicarakan rumusan aturan yang
dikembangkan oleh komite Basel.
Komite Basel 1 untuk pengawasan perbankan didirikan pada tahun
1974 oleh gubernur bank sentral Negara G10 plus 2 negara lainnya
(Spanoly dan Luxemburg).
Tabel1.NegaraanggotaKomiteBasel
Belgia Kanada Perancis Jerman
Italia Jepang Belanda Swedia
Swis Inggris AmerikaSerikat Spanyol
Luxemburg
Salah satu rumusan Basel 1 untuk mencapai
tujuannya adalah konsep risk weighted assets
(Aset berbobot risiko). Aset berbobot risiko
adalah aset bank yang dikalikan dengan bobot
risiko (risk weight), yang kemudian dipakai
untuk perhitungan modal yang disyaratkan.
Semakin tinggi risiko aset bank, semakin tinggi
bobot risiko aset tersebut.
Komite Basel menggunakan lima kategori kelas
aset, yang berarti menggunakan lima kategori
bobot risiko, yaitu 0%, 10%, 20%, 50%, dan
100%.
Tabel 2. Bobot Risiko Aset Bank
Kategori Aset Bobot Risiko (%)
Kas
Pinjaman kepada pemerintah pusat Negara OECD
Pinjaman kepada pemerintah local Negara OECD dan sektor
public Negara OECD
Pinjaman antar bank OECD dan bank pembangunan
internasional
Bank Non-OECD dengan jangka waktu kurang 1 tahun
Pinjaman hipotik (mortgage)
Pinjaman ke perusahaan dan personal
Bank Non-OECD jangka waktu lebih dari 1 tahun
Hutang pemerintah non-OECD
0
0
0-50
20
20
50
100
100
100
Sebagai contoh, misal bank memberikan pinjaman kepada
bank non-OECD dengan jangka waktu enam bulan, sebesar
Rp1 milyar. Aset berbobot risiko untuk pinjaman tersebut bisa
dihitung sebagai berikut ini.
Aset berbobot risiko = Rp1 milyar x 20% = Rp200 juta
Selanjutnya, Komite Basel merumuskan target rasio modal
yang ditetapkan sebesar 8% dari aset berbobot risiko. Target
rasio modal bisa dirumuskan sebagai berikut ini.
Target rasio Eligible capital
Modal = ------------------------------- x 100% =
8%
Risk weighted assets
Dalam contoh di atas, modal yang diperlukan (yang dipegang)
jika bank memberikan pinjaman kepada bank non-OECD
adalah:
Eligible capital = 0,08 x Rp200 juta = Rp16 juta
Perhatikan bahwa jika bank mempunyai aset dengan risiko
yang tinggi, maka bank tersebut harus memegang modal yang
juga lebih besar.
Ekuivalen Risiko Kredit
Item-item off-balance sheet (diluar
neraca tetapi mempunyai konsekuensi
sama dengan item on-balance sheet)
harus dimasukkan dalam perhitungan
modal.
Contoh item on-balance sheet: hutang
Contoh item off-balance sheet:
menjamin (berjanji) akan memberikan
hutang
Item off-balance sheet dirubah ke on-
Tabel2.ConversionFactorItemOffBalanceSheet
Itemoff-balancesheet CF
(Conversion
factor)
Penjaminan
Itemkontinjensiyangberkaitandengantransaksitertentu
Perjanjianjualbelidenganrecourse(risikokreditmasihdibank)
Komitmenlainnyadenganjangkawaktukurangdarisatutahun
Komitmenlainnyajangkawaktukurangdarisatutahun,
Bisadibatalkansetiapsaat
100%
50
100
50
0
Kontrak derivative merupakan kontrak kontinjensi (off balance
sheet) lainnya, tetapi mendapat perlakukan khusus.
Contoh kotrak tersebut adalah forward, futures, opsi, dan swap
(lihat bab mengenai derivative).
Dalam kontrak derivative, besarnya kewajiban biasanya tidak
sebesar nilai nominal kontrak. Sebagai contoh, misal dua bank
melakukan swap tingkat bungan dengan nilai nominal Rp1
milyar. Bank A membayarkan tingkat bunga tetap sebesar 10%
kepada bank B. Sebaliknya, bank B membayarkan tingkat bunga
mengambang ke bank A (misal LIBOR+1%). Jika tingkat bunga
LIBOR adalah 11%, maka bank A membayarkan 10%, dan
menerima 12%. Dalam hal ini bank A hanya menerima sisa
sebesar 2% (12% -10%), kemudian dikalikan dengan nilai
nominalnya sebesar Rp1 milyar, yaitu Rp20 juta. Bank A
menerima Rp20 juta meskipun nilai kontraknya adalah Rp1
milyar.
Ada dua metode perhitungan credit equivalence untuk kontrak
derivative, yaitu:
 Current exposure method
 Originak exposure method
Current Method
Credit equivalence (CE) untuk transaksi
derivative sebagai berikut ini.
CE = nilai pasar saat ini + (notional amount x
add on)
Tambahan (add on) dilakukan karena risiko
kredit dari transaksi derivative bisa berubah-
ubah (tidak konstan). Untuk mengantisipasi
perubahan risiko kredit tersebut, maka ada
semacam ‘cadangan’ kompensasi untuk
kenaikan risiko kredit.
Tabel 3. Add-on Perhitungan Derivatif
Sisa jangka waktu Tingkat bunga Kurs dan
Emas
Saham Logam
berharga
(kecuali
emas)
Komoditas
lainnya
< 1 tahun
>1 dan < 5 tahun
> 5 tahun
0%
0,5
1,5
1,0
5,0
1,5
6,0
8,0
10,0
7,0
7,0
8,0
10,0
12,0
15,0
Misalkan Bank A melakukan kontrak swap dengan bank OECD senilai
Rp1 milyar dengan jangka waktu enam tahun. Sisa kontrak adalah dua
tahun (kontrak sudah berjalan selama empat tahun). Bank A berjanji untuk
membayar bunga tetap 5%, dan akan menerima tingkat bunga LIBOR
(tingkat bunga mengambang, bisa berubah-ubah. Biasanya perubahan
diatur setiap enam bulan). Tingkat bunga saat ini mengalami kenaikan
sehingga swap tersebut bernilai positif, misal nilai pasar kontrak tersebut
adalah Rp150 juta. Berapa modal yang harus dipegang bank tersebut?
METODE ORIGINAL EXPOSURE
Tabel 4. CreditEquivalence Metode Original
Jangka waktu Kontrak tingkat bunga Kontrak Valas dan emas
< 1 tahun
1 < jk waktu < 2 tahun
Setiap tambahan 1 tahun
0,5%
1,0
1,0
2%
5,0
3,0
Untuk menghitung Credit Equivalence, angka tersebut
(dalam tabel di atas), dikalikan dengan nilai nominal untuk
perhitungan CE. Dengan metode tersebut, bank tidak perlu
untuk menghitung nilai pasar kontrak tersebut.
ELIGIBLE CAPITAL
Tier 1: Saham biasa yang disetor penuh
dan saham preferen non-kumulatif
perpetual, dan disclosed reserves
Tier 2: Undisclosed reserves, cadangan
dari revaluasi aset, provisi umum,
cadangan kerugian kredit, instrument
hybrid, dan hutang subordinasI
Tier 2 tidak boleh melebihi 50% dari
total modal.
Modal dasar tidak memasukkan:
Goodwill
Investasi pada perusahaan keuangan dan
banking yang tidak dikosolidasi
Investasi pada modal bank lain dan perusahaan
keuangan (berdasarkan kebijakan pengawas di
Negara tersebut)
Investasi minoritas di perusahaan/bank yang
tidak dikonsolidasi
Tier 3 hanya bisa digunakan hanya untuk
mendukung portofolio perdagangan.
Perbaikan Risiko Pasar (Market
Risk Amendment 1996)
Metode yang dikembangkan Basel Accord tersebut masih
mempunyai kekurangan, terutama sensitivitas terhadap risiko
yang dirasa masih kurang. Pada tahun 1996 komite Basel
mengeluarkan Market Risk Amendment 1996.
Amendment tersebut memfokuskan pada risiko pasar. Perbaikan
(amendment) tersebut dilakukan setelah komite melakukan
investigasi mengenai metodologi internal yang sering digunakan
oleh bank-bank besar untuk mengukur risiko perbankan.
Metodologi tersebut seringkali berbeda secara signifikan dengan
metode aset berbobot risiko yang dikembangkan oleh komite
Basel. Investigasi tersebut mengarah pada penerimaan
metodologi internal yang dikembangkan oleh bank-bank besar
tersebut.
Model kuantitatif yang banyak digunakan oleh bank dan
akhirnya diadopsi oleh komite Basel adalah VAR (Value At Risk).
Bab mengenai pengukuran risiko pasar membicarakan tehnik
perhitungan VAR.
Basel II
Basel I mempunyai kelemahan seperti risiko yang dicakup
untuk perhitungan permodalan adalah risiko kredit, yang
kemudian diperbaiki dengan memasukkan risiko pasar.
Bobot risiko untuk risiko kredit masih ‘kasar’ dimana untuk
pinjaman kepada perusahaan, hanya mempunyai satu tingkat
pembobotan, yaitu 100%. Padahal risiko kredit perusahaan
bisa berbeda satu sama lain. Sebagai contoh, perusahaan
dengan rating rendah (misal AAA) mempunyai risiko yang
rendah. Menggunakan hanya satu tingkat risiko dengan
demikian kurang tepat.
Pada tahun 1999, komite Basel bekerja sama dengan
beberapa bank besar untuk mengembangkan permodalan
bank yang baru. Basel II mempunyai kerangka permodalan
yang lebih kompleks dibandingkan dengan Basel I. Dari sisi
risiko, jika Basel I hanya membicarakan risiko kredit dengan
risiko pasar, maka Basel II memasukkan risiko operasional
dan lainnya.
Kerangka (Tiga Pilar) Basel II
Pilar 1: Modal minimum
Bank diwajibkan menghitung modal minimum yang harus
dipegang untuk menutup risiko kredit, risiko pasar, dan risiko
operasional.
Pilar 2: Review Pengawasan
Proses review pengawasan ditujukan untuk memformalkan
praktek sekarang yang dilakukan banyak regulator, khususnya
bank sentral Amerika Serikat dan Inggris. Review pengawasan
ditujukan untuk memfokuskan perhatian pada perhitungan
modal diatas modal minimum pada pilar 1 dan tindakan awal
yang diperlukan jika bank mengalami kesulitan. Pilar 2 juga
memasukkan review risiko spesifik yaitu risiko tingkat bunga
yang dihadapi perbankan (dituliskan pada paper Juli 2004).
Pilar 3: Disclosure
Pilar 3 memfokuskan pada disiplin pasar yang didefinisikan
sebagai mekanisme corporate governance internal dan eksternal
di pasar bebas diluar intervensi lansung dari pemerintah.
Basel II untuk pertama kalinya mencantumkan risiko
operasional. Dengan demikian Pilar 1 Basel II mencantumkan
risiko kredit, pasar, dan operasional.
Risiko operasional didefinisikan sebagai risiko kerugian karena
proses internal yang tidak memadai atau gagal, sistem dan
orang, dan dari kejadian eksternal. Risiko operasional
mencakup aspek yang sangat luas.
Beberapa contoh sumber risiko operasional adalah:
 Risiko eksekusi, gangguan bisnis, transaksi
 Risiko orang, manajemen yang jelek
 Risiko criminal, pencurian, perampokan, dan lainnya
 Risiko teknologi, aset fisik
 Risiko kepatuhan dan risiko legal
 Risiko informasi
• Risiko tersebut mencakup aspek yang luas, meskipun ada
beberapa risiko yang belum masuk dalam cakupan risiko
operasional, seperti risiko bisnis, risiko strategis, dan risiko
reputasi.
Review Pengawasan
Basel II memasukkan review pengawasan sehingga
regulator bisa meminta bank tertentu untuk
meningkatkan modalnya jika regulator merasa bahwa
bank tersebut mempunyai risiko yang lebih tinggi
(risiko lainnya atau residual risks).
Pilar 2 juga mencakup risiko yang spesifik yaitu risiko
perubahan tingkat bunga.
Jika suatu bank mempunyai risiko tingkat bunga yang
tinggi, maka pengawas bank bisa meminta bank
tersebut untuk menambah modalnya. Disamping itu
Pilar 2 juga mencakup proses pengawasan sehingga
tindakan dini bisa dilakukan jika suatu bank
mengalami kesulitan.
Manajemen Risiko Perbankan
Indonesia
Perbankan di Indonesia diawasi oleh Bank Indonesia,
yang merupakan bank sentral di Indonesia.
Secara umum, Bank Indonesia mempunyai tujuan
untuk mempertahankan nilai Rupiah.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia
bertanggung jawab terhadap:
 Merumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter
 Menjaga dan mempertahankan sistem pembayaran
 Mengatur dan mengawasi perbankan
• Manajemen risiko perbankan diatur melalui Peraturan
Bank Indonesia (PBI) 5/8/PBI/2003 yaitu mengenai
Pelaksanaan Manajamen Risiko Bank.
Bank diharuskan mengelola risiko secara terintegarsi dan
membuat sistem, struktur manajemen yang diperlukan
untuk mencapai tujuan tersebut.
Bank Indonesia mengharuskan bank untuk mengelola
empat risiko berikut ini:
 Pasar: risiko karena harga pasar yang bergerak ke arah
yang tidak menguntungkan
 Kredit: risiko karena counterparty mengalami gagal
bayar (tidak bisa memenuhi kewajibannya)
 Operasional: risiko yang terjadi karena proses internal
yang gagal, tidak memadai, kesalahan manusia,
kegagalan sistem, dan masalah eksternal yang
mempengaruhi operasi bank
 Likuiditas: risiko yang terjadi karena bank tidak bisa
memenuhi kewajibannya yang jatuh tempo
Untuk bank yang lebih besar dan kompleks,
bank juga diharuskan untuk mengelola risiko:
1. Risiko legal: risiko yang muncul karena tindakan
atau tuntutan hukum
2. Risiko reputasi: risiko yang muncul karena
publisitas dan persepsi negatif mengenai operasi
bank
3. Risiko strategis: risiko karena pelaksanaan
strategi yang kurang baik, pengambilan
keputusan yang kurang baik, kurangnya respons
terhadap perubahan eksternal
4. Risiko kepatuhan: risiko kegagalan bank patuh
terhadap hukum, peraturan, dan perundangan
yang berlaku
ILUSTRASI MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN
: CHASE MANHATTAN
Chase Manhattan merupakan bank dengan bisnis global yang mencakup
tiga kelompok bisnis besar: Global Services, Consumer Services, dan
Global Bank
Sebagai bank besar, kegiatan bisnis Chase Manhattan lebih luas
dibandingkan dengan kegiatan bisnis perbankan tradisional.
Kegiatan bisnis perbankan tradisional memfokuskan pada menarik dana
dari masyarakat dan meminjamkan dana tersebut. Bank memperoleh
interest income dari bisnis tersebut. Kegiatan bank konvensional
semacam itu mendatangkan dua risiko, yaitu risiko kredit (jika kredit yang
diberikan macet) dan risiko likudiitas (jika masyarakat menarik dananya di
luar perkiraan bank).
Chase menjual sebagian besar kredit yang diberikan (hampir 90%).
Chase kemudian memperoleh pendapatan dari fee (komisi) untuk
memulai (credit initiation) dan melayani (servicing) kredit tersebut. Chase
mengurangi risiko kredit, menghemat modal yang dipakai untuk bisnisnya
(modal tidak perlu terikat pada kredit yang diberikan). Hampir separuh
dari laba Chase berasal dari kegiatan pasar modal dan investasi saham
individu (private equity investment)  risiko pasar cukup besar.
Chase percaya bahwa kunci untuk mengelola
risiko adalah diversifikasi dan pengendalian yang
kuat. Bagian penting dari proses pengendalian
adalah komite manajemen risiko.
Chase muluncurkan program SVA sebagai
bagian dari manajemen risiko bank tersebut.
Chase ingin mengkomunikasikan konsep
manajemen risiko yang tidak terlalu kompleks,
mudah dipahami oleh semua tingkatan dalam
organisasi. SVA pada dasarnya merupakan
konsep residual income, yaitu menghitung laba
dengan mengurangkan beban untuk modal dari
pendapatan operasional.
SVA = Pendapatan operasional – Beban untuk
modal
Bagaimana cara kerja SVA?
SVA = Pendapatan operasional – beban modal
Misalkan ada dua orang trader (A dan B) sama-sama
menggunakan dana sebesar Rp100 juta. Trader A
memperdagangkan surat berharga pemerintah yang risikonya
lebih rendah. Trader B memperdagangkan saham yang
risikonya lebih tinggi. Karena risikonya lebih rendah,
keuntungan yang disyaratkan (beban modal) untuk A adalah
6%, sedangkan untuk B adalah 11% (karena risikonya lebih
tinggi). Jika A ingin memperoleh SVA yang positif, maka ia
harus memperoleh keuntungan sebesar minimal 6%,
sementara bagi B, ia harus memperoleh keuntungan sebesar
minimal 11%. Melalui cara seperti itu, risiko akan secara
otomatis diperhitungkan dalam evaluasi kinerja trader
tersebut.
Risiko Pasar Chase
Chase menggunakan beberapa ukuran risiko pasar, yaitu Value
At Risk (VAR), stress-testing, dan ukuran non-statistik lainnya.
Ketiga ukuran tersebut diharapkan memberikan gambaran risiko
pasar yang komprehensif yang dihadapi oleh Chase.
Chase menggunakan VAR harian dengan confidence level 99%.
Chase menghitung VAR dengan metode histories, yaitu dengan
menggunakan data satu tahun terbaru untuk indikator pasar
seperti tingkat bunga, perubahan kurs, harga pasar saham dan
komoditas, dengan asumsi indikator tersebut bisa memprediksi
kondisi di masa mendatang. Metode simulasi data histories
digunakan dengan menggunakan nilai indikator harian pada
saat pasar tutup. Chase menghitung VAR untuk setiap posisi
individu, dan agregat berdasarkan tipe bisnis, geografis, valuta
asing, dan tipe risiko. Tentu saja Chase juga menyadari bahwa
validitas model tersebut tergantung dari kualitas data yang
dipakai, karena itu Chase juga melakukan back-testing untuk
melihat akurasi model VAR tersebut.
Tabel 7. Perhitungan VAR oleh Chase
Rata-Rata
VAR
VAR
minimum
VAR
maksimum
VAR
31Des99
VAR
31Des98
Tingkat bunga
Valuta asing
Saham
Komoditas
Investasi Hedge Fund
Dikurangi:
Diversifikasi portofolio
$20,2
7,0
6,3
3,5
4,1
(17,0)
$10,7
2,3
3,4
1,9
3,1
NM
$36,5
21,3
10,1
9,0
4,6
NM
$20,0
3,0
7,2
3,4
3,3
(13,7)
$20,1
2,3
4,6
2,6
NA
(8,9)
Total VAR $24,1 $12,3 $41,8 $23,2 $20,7
NM: not meaningful (tidak banyak artinya), karena maksimum dan minimum bisa
muncul pada waktu yang berbeda sehingga tidak bisa langsung dipakai untuk menghitung
efek diversifikasi
NA: not available (tidak tersedia)
Sumber: 1999 Chase Manhattan 10-K filing, dikutip dari Barton, etc, 2002.
Tabel 8. Perhitungan Stress Test Oleh VAR
Rata-Rata
VAR
VAR
minimum
VAR
maksimum
VAR
31Des99
VAR
31Des98
Potensi Kerugian sebelum
pajak- melalui Stress Test
$(186) $(112) $(302) $(231) $(150)
Sumber: 1999 Chase Manhattan 10-K filing, dikutip dari Barton, etc, 2002.
Chase melengkapi VAR dengan analisis stress-test yang
cukup rinci. Berikut ini contoh hasil analisis stress-test
yang dilakukan oleh Chase.
Ukuran Risiko Pasar Non-Statistik
(Non-Kuantitatif)
Indikator risiko pasar non-statistik digunakan untuk
melengkapi indikator kuantititaif. Indikator yang
digunakan antara lain adalah posisi terbuka bersih
(net open position), nilai basis poin, konsentrasi
posisi, dan perputaran posisi.
Indikator tersebut diharapkan memberikan tambahan
informasi mengenai besar dan arah dari eksposur.
Sebagai contoh, nilai basis poin portofolio
menunjukkan apakah perubahan indikator pasar
sebesar satu basis poin (1 bps atau 1/100 dari
100%) akan mengakibatkan kerugian atau
keuntungan dan seberapa besar.
Manajemen Risiko Pasar
Beberapa manajemen risiko pasar yang digunakan oleh Chase adalah
penetapan batas VAR dan stress-test yang disetujui oleh Dewan Direksi
dan memasukkan ekspsur stress-test dalam metologi perhitungan
alokasi modal. Jika batas tersebut terlewati, maka secara otomatis
portofolio akan direview.
Pengendalian yang pokok dilakukan melalui penetapan batas. Struktur
penetapan batas tersebut berlanjut sampai ke level bawah (level
trading desk), dan mencakup instrument yang bisa diperdagangkan,
pengalaman dari trader, batas non-statistik, dan konsultasi kerugian.
VAR dihitung baik pada level agregat maupun unit bisnis.
Pembatasan non-statistik diperlukan karena dalam kondisi tertentu,
misal krisis keuangan, asumsi statistic tidak lagi berjalan sebagaimana
mestinya. Batas non-statistik memasukkan faktor-faktor likuiditas pasar,
strategi bisnis, kinerja sebelumnya, pengalaman manajer.
Batas risiko direview secara regular minimal dua kali dalam satu tahun.
Chase juga menggunakan anjuran stop-loss untuk mengendalikan
risiko. Dengan demikian, Chase menggunakan indikator statistic (VAR,
stress-test), non-statistik, anjuran stop-loss, untuk mengelola risiko
pada kondisi pasar normal dan tidak normal
Risiko Kredit
Chase menggunakan tehnik statistic untuk mengestimasi
kerugian yang diharapkan dan kerugian yang tidak diharapkan
(di luar perkiraan). Kerugian yang tidak diharapkan
merupakan penyimpangan dari kerugian yang diharapkan.
Estimasi tersebut menentukan alokasi biaya kredit untuk unit-
unit bisnis, yang kemudian dimasukkan ke dalam pengukuran
SVA unit bisnis.
Untuk kredit ritel (consumer), Chase menggunakan model
portofolio yang canggih, model scoring kredit, dan alat
kuantitatif lainnya untuk menghitung dan menetapkan standar
risiko kredit ritel. Parameter ditentukan sejak awal, dan biaya
kredit (misal persentase yang macet) merupakan bagian
integral untuk penentuan haga dan evaluasi kredit. Portofolio
kredit ritel dimonitor untuk mengidentifikasi penyimpangan
dari standar yang diharapkan, dan pergeseran pola perilaku
nasabah.
Untuk kredit komersial, proses manajemen risiko kredit
dimulai dengan proses pemilihan nasabah. Pendekatan
industri global yang dilakukan Chase membantu
pengenalan risiko industri yang muncul, sehingga
antisipasi bisa dilakukan lebih awal. Nasabah
internasional juga penting diperhatikan. Chase
memfokuskan pada perusahaan terbesar, pemimpin
dalam sektornya, dengan kebutuhan pendanaan
internasional. Manajemen konsentrasi kredit juga
penting dilakukan. Chase mengelola konsentrasi kredit
berdasarkan tingkat risiko, industri, produk, lokasi
geografis.
Manajemen Risiko Kredit
1. Mentransfer risiko kredit ke pihak lain melalui penjualan kredit.
Chase memberikan kredit sekitar $500 milyar setiap tahunnya,
tetapi hanya menahan sekitar 7% dari kredit tersebut. Penjualan
semacam itu secara signifikan mengurangi risiko kredit Chase.
Chase memperoleh fee dari kegiatan memulai kredit dan
pelayanan kredit. Disamping itu modal bisa cepat kembali, yang
kemudian diputar lagi.
Meskipun penjualan kredit cukup gencar dilakukan oleh Chase,
tetapi Chase masih mempertahankan sebagian (kecil) dari kredit
tersebut. Chase berargumen bahwa dengan mempertahankan
sebagai kredit tersebut, Chase ingin menunjukkan bahwa Chase
masih mempunyai komitmen dengan bisnis kredit tersebut. Jika
ada kesulitan yang berkaitan dengan kredit, Chase masih bisa
membantu dan mempunyai keahlian untuk menangani kredit
tersebut.
2. Menggunakan metode SVA untuk mengevaluasi kinerja unit
pemberi kredit. Melalui metode SVA, manajer unit kredit akan
melihat risiko dari kredit yang akan diberikan sehingga mereka
akan berhati-hati dalam mengambil keputusan pemberian kredit.
Risiko Operasional
Kerugian dari risiko operasional lebih sulit
diprediksi dan lebih sulit untuk dikuantifisir.
Risiko operasional mencakup hal-hal seperti
kejahatan oleh karyawan atau pihak luar,
transaksi yang tidak diberi otorisasi,
kesalahan pencatatan, kesalahan karena
sistem computer atau telekomunikasi yang
tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Chase sudah melakukan pengendalian yang
cukup, tetapi tidak ada jaminan bahwa
kerugian akibat risiko operasional tidak
terulang di masa mendatang.
Risiko operasional akan mempengaruhi
perhitungan SVA, tetapi metodologi pengukuran
risiko operasional masih relative sederhana.
Perhitungan modal berdasarkan risiko
operasional dilakukan setiap kuartal.
Perhitungan risiko operasional didasarkan pada
tiga hal:
 Biaya operasional (dalam dolar)
 Skor dari audit internal
 Ranking evaluasi risiko
Manajer unit yang memperoleh skor risiko A
(risiko rendah), maka modalnya (berbasis risiko)
akan diperhitungkan lebih rendah, sehingga
akan meningkatkan SVA manajer tersebut.
Disamping audit internal untuk mengevaluasi risiko
operasional, Chase juga menggunakan COSO based self-
assessment program untuk mengevaluasi risiko
operasional.
Melalui program tersebut, manajer diminta untuk
mengevaluasi risiko operasional di unit bisnis yang
dibawahinya, menggunakan kerangka yang
dikembangkan oleh COSO (Committee of Sponsoring
Organizations of the Treadway Commission).
Kuesioner tersebut menjadi salah satu masukan untuk
skor dari audit internal dan ranking evaluasi risiko.
Bab mengenai risiko operasional menyajikan lebih
lengkap evaluasi diri (self-evaluation) yang dilakukan
untuk mengevaluasi risiko operasional Chase Manhattan
dengan menggunakan kerangka COSO tersebut.

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Teknik Teknik Manajemen Risiko
Teknik Teknik Manajemen RisikoTeknik Teknik Manajemen Risiko
Teknik Teknik Manajemen Risiko
Linda Grace Loupatty, FEB Universitas Pattimura
 
IDENTIFIKASI DAN PEGUKURAN RISIKO.ppt
IDENTIFIKASI DAN PEGUKURAN RISIKO.pptIDENTIFIKASI DAN PEGUKURAN RISIKO.ppt
IDENTIFIKASI DAN PEGUKURAN RISIKO.ppt
AdiNatakusuma2
 

Was ist angesagt? (20)

Manajemen Risiko 04 Identifikasi dan Pengukuran Risiko
Manajemen Risiko 04 Identifikasi dan  Pengukuran RisikoManajemen Risiko 04 Identifikasi dan  Pengukuran Risiko
Manajemen Risiko 04 Identifikasi dan Pengukuran Risiko
 
Manajemen Risiko 13 teknik manajemen resiko
Manajemen Risiko 13 teknik manajemen resikoManajemen Risiko 13 teknik manajemen resiko
Manajemen Risiko 13 teknik manajemen resiko
 
Manajemen Risiko 08 Risiko perubahan tingkat bunga
Manajemen Risiko 08 Risiko perubahan tingkat bungaManajemen Risiko 08 Risiko perubahan tingkat bunga
Manajemen Risiko 08 Risiko perubahan tingkat bunga
 
Mananajemen .Risiko Pasar
Mananajemen .Risiko PasarMananajemen .Risiko Pasar
Mananajemen .Risiko Pasar
 
Manajemen Risiko 10 Risiko kredit
Manajemen Risiko 10 Risiko kreditManajemen Risiko 10 Risiko kredit
Manajemen Risiko 10 Risiko kredit
 
Manajemen Risiko 14 diversifikasi
Manajemen Risiko 14 diversifikasiManajemen Risiko 14 diversifikasi
Manajemen Risiko 14 diversifikasi
 
Manajemen Risiko 01
Manajemen Risiko 01Manajemen Risiko 01
Manajemen Risiko 01
 
Manajemen Risiko 05 Risiko Kerusakan Properti & Liabilities
Manajemen Risiko 05 Risiko Kerusakan Properti & LiabilitiesManajemen Risiko 05 Risiko Kerusakan Properti & Liabilities
Manajemen Risiko 05 Risiko Kerusakan Properti & Liabilities
 
Teknik Teknik Manajemen Risiko
Teknik Teknik Manajemen RisikoTeknik Teknik Manajemen Risiko
Teknik Teknik Manajemen Risiko
 
Manajemen Risiko 11 Risiko operasional
Manajemen Risiko 11 Risiko operasionalManajemen Risiko 11 Risiko operasional
Manajemen Risiko 11 Risiko operasional
 
manajemen risiko likuiditas
manajemen risiko likuiditasmanajemen risiko likuiditas
manajemen risiko likuiditas
 
Manajemen Risiko 06 Risiko Kematian
Manajemen Risiko 06 Risiko KematianManajemen Risiko 06 Risiko Kematian
Manajemen Risiko 06 Risiko Kematian
 
Manajemen Risiko 12 risiko spekulatif lainnya
Manajemen Risiko 12 risiko spekulatif lainnyaManajemen Risiko 12 risiko spekulatif lainnya
Manajemen Risiko 12 risiko spekulatif lainnya
 
IDENTIFIKASI DAN PEGUKURAN RISIKO.ppt
IDENTIFIKASI DAN PEGUKURAN RISIKO.pptIDENTIFIKASI DAN PEGUKURAN RISIKO.ppt
IDENTIFIKASI DAN PEGUKURAN RISIKO.ppt
 
Bab 3 risk and return
Bab 3 risk and returnBab 3 risk and return
Bab 3 risk and return
 
Return Yang Diharapkan dan Risiko Portofolio
Return Yang Diharapkan dan Risiko PortofolioReturn Yang Diharapkan dan Risiko Portofolio
Return Yang Diharapkan dan Risiko Portofolio
 
Analisa keputusan lease vs buy part 1
Analisa keputusan lease vs buy part 1Analisa keputusan lease vs buy part 1
Analisa keputusan lease vs buy part 1
 
Manajemen Risiko 07 Risiko K3
Manajemen Risiko 07 Risiko K3Manajemen Risiko 07 Risiko K3
Manajemen Risiko 07 Risiko K3
 
Ppt risk n return (financial management)
Ppt risk n return (financial management)Ppt risk n return (financial management)
Ppt risk n return (financial management)
 
Penilaian Obligasi (Valuasi Obligasi)
Penilaian Obligasi (Valuasi Obligasi)Penilaian Obligasi (Valuasi Obligasi)
Penilaian Obligasi (Valuasi Obligasi)
 

Ähnlich wie Manajemen Risiko 19 manajemen resiko perbankan

prodi mamajemen, manajemen risiko-risiko-kredit.pptx
prodi mamajemen, manajemen risiko-risiko-kredit.pptxprodi mamajemen, manajemen risiko-risiko-kredit.pptx
prodi mamajemen, manajemen risiko-risiko-kredit.pptx
haris916240
 
Credit Management
Credit ManagementCredit Management
Credit Management
rifasimponi
 
Dampak Peraturan Capital Requirements Terhadap Efisiensi Biaya
Dampak Peraturan Capital Requirements Terhadap Efisiensi BiayaDampak Peraturan Capital Requirements Terhadap Efisiensi Biaya
Dampak Peraturan Capital Requirements Terhadap Efisiensi Biaya
Ekaputra Sananto
 

Ähnlich wie Manajemen Risiko 19 manajemen resiko perbankan (20)

Materi Tingkat 1
Materi Tingkat 1Materi Tingkat 1
Materi Tingkat 1
 
Basel dan Regulasi Manajemen Risiko
Basel dan Regulasi Manajemen RisikoBasel dan Regulasi Manajemen Risiko
Basel dan Regulasi Manajemen Risiko
 
MR-Sesi-1.ppt
MR-Sesi-1.pptMR-Sesi-1.ppt
MR-Sesi-1.ppt
 
Kesepakatan basel tentang analisis resiko
Kesepakatan basel tentang analisis resikoKesepakatan basel tentang analisis resiko
Kesepakatan basel tentang analisis resiko
 
Risk pada Industri Perbankan.pptx
Risk pada Industri Perbankan.pptxRisk pada Industri Perbankan.pptx
Risk pada Industri Perbankan.pptx
 
Makalah Analisis Risiko Perbankan
Makalah Analisis Risiko PerbankanMakalah Analisis Risiko Perbankan
Makalah Analisis Risiko Perbankan
 
Manajemen keuangan resume bab 1 7
Manajemen keuangan resume bab 1 7Manajemen keuangan resume bab 1 7
Manajemen keuangan resume bab 1 7
 
Manajemen keuangan resume bab 1 7
Manajemen keuangan resume bab 1 7Manajemen keuangan resume bab 1 7
Manajemen keuangan resume bab 1 7
 
Manajemen keuangan resume bab 1 7
Manajemen keuangan resume bab 1 7Manajemen keuangan resume bab 1 7
Manajemen keuangan resume bab 1 7
 
Yustika resume dan uts
Yustika resume dan utsYustika resume dan uts
Yustika resume dan uts
 
prodi mamajemen, manajemen risiko-risiko-kredit.pptx
prodi mamajemen, manajemen risiko-risiko-kredit.pptxprodi mamajemen, manajemen risiko-risiko-kredit.pptx
prodi mamajemen, manajemen risiko-risiko-kredit.pptx
 
Soal jawaban-bab-1-17
Soal jawaban-bab-1-17Soal jawaban-bab-1-17
Soal jawaban-bab-1-17
 
Credit Management
Credit ManagementCredit Management
Credit Management
 
Dayah isu
Dayah   isuDayah   isu
Dayah isu
 
materi-9-pasar-perbankan-dan-uang-internasional.pptx
materi-9-pasar-perbankan-dan-uang-internasional.pptxmateri-9-pasar-perbankan-dan-uang-internasional.pptx
materi-9-pasar-perbankan-dan-uang-internasional.pptx
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
Manajemen permodalan
Manajemen permodalan Manajemen permodalan
Manajemen permodalan
 
BANK DAN APA YANG DILAKUKAN BANK ?
 BANK DAN APA YANG DILAKUKAN BANK ? BANK DAN APA YANG DILAKUKAN BANK ?
BANK DAN APA YANG DILAKUKAN BANK ?
 
Dampak Peraturan Capital Requirements Terhadap Efisiensi Biaya
Dampak Peraturan Capital Requirements Terhadap Efisiensi BiayaDampak Peraturan Capital Requirements Terhadap Efisiensi Biaya
Dampak Peraturan Capital Requirements Terhadap Efisiensi Biaya
 
6. Risiko Kredit (1).ppt6. Risiko Kredit (1).ppt
6. Risiko Kredit (1).ppt6. Risiko Kredit (1).ppt6. Risiko Kredit (1).ppt6. Risiko Kredit (1).ppt
6. Risiko Kredit (1).ppt6. Risiko Kredit (1).ppt
 

Mehr von Judianto Nugroho

Mehr von Judianto Nugroho (20)

Chap14 en-id
Chap14 en-idChap14 en-id
Chap14 en-id
 
Chap19 en-id
Chap19 en-idChap19 en-id
Chap19 en-id
 
Chap18 en-id
Chap18 en-idChap18 en-id
Chap18 en-id
 
Chap16 en-id
Chap16 en-idChap16 en-id
Chap16 en-id
 
Chap15 en-id
Chap15 en-idChap15 en-id
Chap15 en-id
 
Chap17 en-id
Chap17 en-idChap17 en-id
Chap17 en-id
 
Chap13 en-id
Chap13 en-idChap13 en-id
Chap13 en-id
 
Chap12 en-id
Chap12 en-idChap12 en-id
Chap12 en-id
 
Chap11 en-id
Chap11 en-idChap11 en-id
Chap11 en-id
 
Chap10 en-id
Chap10 en-idChap10 en-id
Chap10 en-id
 
Chap09 en-id
Chap09 en-idChap09 en-id
Chap09 en-id
 
Chap08 en-id
Chap08 en-idChap08 en-id
Chap08 en-id
 
Chap05 en-id
Chap05 en-idChap05 en-id
Chap05 en-id
 
Chap07 en-id
Chap07 en-idChap07 en-id
Chap07 en-id
 
Chap06 en-id
Chap06 en-idChap06 en-id
Chap06 en-id
 
Chap04 en-id
Chap04 en-idChap04 en-id
Chap04 en-id
 
Chap03 en-id
Chap03 en-idChap03 en-id
Chap03 en-id
 
Chap02 en-id
Chap02 en-idChap02 en-id
Chap02 en-id
 
Chap01 en-id
Chap01 en-idChap01 en-id
Chap01 en-id
 
Spss session 1 and 2
Spss session 1 and 2Spss session 1 and 2
Spss session 1 and 2
 

Kürzlich hochgeladen

Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
IvvatulAini
 

Kürzlich hochgeladen (20)

Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaKonseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
 
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptxPANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 

Manajemen Risiko 19 manajemen resiko perbankan

  • 2. Perbankan merupakan sektor usaha yang diatur dengan sangat ketat karena alasan-alasan tertentu. Bagian pertama bab ini membicarakan manajemen risiko yang dirumuskan oleh Komite Basel, yang berujung pada perhitungan modal yang berbasis risiko. Pembicaraan diteruskan dengan membahas peraturan manajemen risiko bank di Indonesia. Bagian kedua membicarakan manajemen risiko di Chase Manhattan Bank. Chase merupakan bank dengan operasi global.
  • 3. RISIKO PERBANKAN Komite Basel merupakan komite yang terdiri dari perwakilan bank sentral dari negara G10 plus dua negara lainnya, yang mempunyai tiga tujuan dalam kaitannya dengan regulasi mengenai perbankan. Ketiga tujuan tersebut adalah: 1. Memperkuat kelayakan dan stabilitas sistem perbankan internasional 2. Menciptakan kerangka yang adil untuk mengukur kecukupan modal bank internasional 3. Mempunyai kerangka yang bisa diterapkan secara konsisten untuk menyamakan ‘level playing field’ (ketidaksamaan landasan kompetisi) antar bank internasional. Komite tersebut merumuskan regulasi perbankan, yang pada akhirnya banyak diadopsi oleh regulator perbankan di negara lainnya. Bagian ini membicarakan rumusan aturan yang dikembangkan oleh komite Basel. Komite Basel 1 untuk pengawasan perbankan didirikan pada tahun 1974 oleh gubernur bank sentral Negara G10 plus 2 negara lainnya (Spanoly dan Luxemburg).
  • 4. Tabel1.NegaraanggotaKomiteBasel Belgia Kanada Perancis Jerman Italia Jepang Belanda Swedia Swis Inggris AmerikaSerikat Spanyol Luxemburg
  • 5. Salah satu rumusan Basel 1 untuk mencapai tujuannya adalah konsep risk weighted assets (Aset berbobot risiko). Aset berbobot risiko adalah aset bank yang dikalikan dengan bobot risiko (risk weight), yang kemudian dipakai untuk perhitungan modal yang disyaratkan. Semakin tinggi risiko aset bank, semakin tinggi bobot risiko aset tersebut. Komite Basel menggunakan lima kategori kelas aset, yang berarti menggunakan lima kategori bobot risiko, yaitu 0%, 10%, 20%, 50%, dan 100%.
  • 6. Tabel 2. Bobot Risiko Aset Bank Kategori Aset Bobot Risiko (%) Kas Pinjaman kepada pemerintah pusat Negara OECD Pinjaman kepada pemerintah local Negara OECD dan sektor public Negara OECD Pinjaman antar bank OECD dan bank pembangunan internasional Bank Non-OECD dengan jangka waktu kurang 1 tahun Pinjaman hipotik (mortgage) Pinjaman ke perusahaan dan personal Bank Non-OECD jangka waktu lebih dari 1 tahun Hutang pemerintah non-OECD 0 0 0-50 20 20 50 100 100 100
  • 7. Sebagai contoh, misal bank memberikan pinjaman kepada bank non-OECD dengan jangka waktu enam bulan, sebesar Rp1 milyar. Aset berbobot risiko untuk pinjaman tersebut bisa dihitung sebagai berikut ini. Aset berbobot risiko = Rp1 milyar x 20% = Rp200 juta Selanjutnya, Komite Basel merumuskan target rasio modal yang ditetapkan sebesar 8% dari aset berbobot risiko. Target rasio modal bisa dirumuskan sebagai berikut ini. Target rasio Eligible capital Modal = ------------------------------- x 100% = 8% Risk weighted assets Dalam contoh di atas, modal yang diperlukan (yang dipegang) jika bank memberikan pinjaman kepada bank non-OECD adalah: Eligible capital = 0,08 x Rp200 juta = Rp16 juta Perhatikan bahwa jika bank mempunyai aset dengan risiko yang tinggi, maka bank tersebut harus memegang modal yang juga lebih besar.
  • 8. Ekuivalen Risiko Kredit Item-item off-balance sheet (diluar neraca tetapi mempunyai konsekuensi sama dengan item on-balance sheet) harus dimasukkan dalam perhitungan modal. Contoh item on-balance sheet: hutang Contoh item off-balance sheet: menjamin (berjanji) akan memberikan hutang Item off-balance sheet dirubah ke on-
  • 10. Kontrak derivative merupakan kontrak kontinjensi (off balance sheet) lainnya, tetapi mendapat perlakukan khusus. Contoh kotrak tersebut adalah forward, futures, opsi, dan swap (lihat bab mengenai derivative). Dalam kontrak derivative, besarnya kewajiban biasanya tidak sebesar nilai nominal kontrak. Sebagai contoh, misal dua bank melakukan swap tingkat bungan dengan nilai nominal Rp1 milyar. Bank A membayarkan tingkat bunga tetap sebesar 10% kepada bank B. Sebaliknya, bank B membayarkan tingkat bunga mengambang ke bank A (misal LIBOR+1%). Jika tingkat bunga LIBOR adalah 11%, maka bank A membayarkan 10%, dan menerima 12%. Dalam hal ini bank A hanya menerima sisa sebesar 2% (12% -10%), kemudian dikalikan dengan nilai nominalnya sebesar Rp1 milyar, yaitu Rp20 juta. Bank A menerima Rp20 juta meskipun nilai kontraknya adalah Rp1 milyar. Ada dua metode perhitungan credit equivalence untuk kontrak derivative, yaitu:  Current exposure method  Originak exposure method
  • 11. Current Method Credit equivalence (CE) untuk transaksi derivative sebagai berikut ini. CE = nilai pasar saat ini + (notional amount x add on) Tambahan (add on) dilakukan karena risiko kredit dari transaksi derivative bisa berubah- ubah (tidak konstan). Untuk mengantisipasi perubahan risiko kredit tersebut, maka ada semacam ‘cadangan’ kompensasi untuk kenaikan risiko kredit.
  • 12. Tabel 3. Add-on Perhitungan Derivatif Sisa jangka waktu Tingkat bunga Kurs dan Emas Saham Logam berharga (kecuali emas) Komoditas lainnya < 1 tahun >1 dan < 5 tahun > 5 tahun 0% 0,5 1,5 1,0 5,0 1,5 6,0 8,0 10,0 7,0 7,0 8,0 10,0 12,0 15,0 Misalkan Bank A melakukan kontrak swap dengan bank OECD senilai Rp1 milyar dengan jangka waktu enam tahun. Sisa kontrak adalah dua tahun (kontrak sudah berjalan selama empat tahun). Bank A berjanji untuk membayar bunga tetap 5%, dan akan menerima tingkat bunga LIBOR (tingkat bunga mengambang, bisa berubah-ubah. Biasanya perubahan diatur setiap enam bulan). Tingkat bunga saat ini mengalami kenaikan sehingga swap tersebut bernilai positif, misal nilai pasar kontrak tersebut adalah Rp150 juta. Berapa modal yang harus dipegang bank tersebut?
  • 13. METODE ORIGINAL EXPOSURE Tabel 4. CreditEquivalence Metode Original Jangka waktu Kontrak tingkat bunga Kontrak Valas dan emas < 1 tahun 1 < jk waktu < 2 tahun Setiap tambahan 1 tahun 0,5% 1,0 1,0 2% 5,0 3,0 Untuk menghitung Credit Equivalence, angka tersebut (dalam tabel di atas), dikalikan dengan nilai nominal untuk perhitungan CE. Dengan metode tersebut, bank tidak perlu untuk menghitung nilai pasar kontrak tersebut.
  • 14. ELIGIBLE CAPITAL Tier 1: Saham biasa yang disetor penuh dan saham preferen non-kumulatif perpetual, dan disclosed reserves Tier 2: Undisclosed reserves, cadangan dari revaluasi aset, provisi umum, cadangan kerugian kredit, instrument hybrid, dan hutang subordinasI Tier 2 tidak boleh melebihi 50% dari total modal.
  • 15. Modal dasar tidak memasukkan: Goodwill Investasi pada perusahaan keuangan dan banking yang tidak dikosolidasi Investasi pada modal bank lain dan perusahaan keuangan (berdasarkan kebijakan pengawas di Negara tersebut) Investasi minoritas di perusahaan/bank yang tidak dikonsolidasi Tier 3 hanya bisa digunakan hanya untuk mendukung portofolio perdagangan.
  • 16. Perbaikan Risiko Pasar (Market Risk Amendment 1996) Metode yang dikembangkan Basel Accord tersebut masih mempunyai kekurangan, terutama sensitivitas terhadap risiko yang dirasa masih kurang. Pada tahun 1996 komite Basel mengeluarkan Market Risk Amendment 1996. Amendment tersebut memfokuskan pada risiko pasar. Perbaikan (amendment) tersebut dilakukan setelah komite melakukan investigasi mengenai metodologi internal yang sering digunakan oleh bank-bank besar untuk mengukur risiko perbankan. Metodologi tersebut seringkali berbeda secara signifikan dengan metode aset berbobot risiko yang dikembangkan oleh komite Basel. Investigasi tersebut mengarah pada penerimaan metodologi internal yang dikembangkan oleh bank-bank besar tersebut. Model kuantitatif yang banyak digunakan oleh bank dan akhirnya diadopsi oleh komite Basel adalah VAR (Value At Risk). Bab mengenai pengukuran risiko pasar membicarakan tehnik perhitungan VAR.
  • 17. Basel II Basel I mempunyai kelemahan seperti risiko yang dicakup untuk perhitungan permodalan adalah risiko kredit, yang kemudian diperbaiki dengan memasukkan risiko pasar. Bobot risiko untuk risiko kredit masih ‘kasar’ dimana untuk pinjaman kepada perusahaan, hanya mempunyai satu tingkat pembobotan, yaitu 100%. Padahal risiko kredit perusahaan bisa berbeda satu sama lain. Sebagai contoh, perusahaan dengan rating rendah (misal AAA) mempunyai risiko yang rendah. Menggunakan hanya satu tingkat risiko dengan demikian kurang tepat. Pada tahun 1999, komite Basel bekerja sama dengan beberapa bank besar untuk mengembangkan permodalan bank yang baru. Basel II mempunyai kerangka permodalan yang lebih kompleks dibandingkan dengan Basel I. Dari sisi risiko, jika Basel I hanya membicarakan risiko kredit dengan risiko pasar, maka Basel II memasukkan risiko operasional dan lainnya.
  • 18. Kerangka (Tiga Pilar) Basel II Pilar 1: Modal minimum Bank diwajibkan menghitung modal minimum yang harus dipegang untuk menutup risiko kredit, risiko pasar, dan risiko operasional. Pilar 2: Review Pengawasan Proses review pengawasan ditujukan untuk memformalkan praktek sekarang yang dilakukan banyak regulator, khususnya bank sentral Amerika Serikat dan Inggris. Review pengawasan ditujukan untuk memfokuskan perhatian pada perhitungan modal diatas modal minimum pada pilar 1 dan tindakan awal yang diperlukan jika bank mengalami kesulitan. Pilar 2 juga memasukkan review risiko spesifik yaitu risiko tingkat bunga yang dihadapi perbankan (dituliskan pada paper Juli 2004). Pilar 3: Disclosure Pilar 3 memfokuskan pada disiplin pasar yang didefinisikan sebagai mekanisme corporate governance internal dan eksternal di pasar bebas diluar intervensi lansung dari pemerintah.
  • 19. Basel II untuk pertama kalinya mencantumkan risiko operasional. Dengan demikian Pilar 1 Basel II mencantumkan risiko kredit, pasar, dan operasional. Risiko operasional didefinisikan sebagai risiko kerugian karena proses internal yang tidak memadai atau gagal, sistem dan orang, dan dari kejadian eksternal. Risiko operasional mencakup aspek yang sangat luas. Beberapa contoh sumber risiko operasional adalah:  Risiko eksekusi, gangguan bisnis, transaksi  Risiko orang, manajemen yang jelek  Risiko criminal, pencurian, perampokan, dan lainnya  Risiko teknologi, aset fisik  Risiko kepatuhan dan risiko legal  Risiko informasi • Risiko tersebut mencakup aspek yang luas, meskipun ada beberapa risiko yang belum masuk dalam cakupan risiko operasional, seperti risiko bisnis, risiko strategis, dan risiko reputasi.
  • 20. Review Pengawasan Basel II memasukkan review pengawasan sehingga regulator bisa meminta bank tertentu untuk meningkatkan modalnya jika regulator merasa bahwa bank tersebut mempunyai risiko yang lebih tinggi (risiko lainnya atau residual risks). Pilar 2 juga mencakup risiko yang spesifik yaitu risiko perubahan tingkat bunga. Jika suatu bank mempunyai risiko tingkat bunga yang tinggi, maka pengawas bank bisa meminta bank tersebut untuk menambah modalnya. Disamping itu Pilar 2 juga mencakup proses pengawasan sehingga tindakan dini bisa dilakukan jika suatu bank mengalami kesulitan.
  • 21. Manajemen Risiko Perbankan Indonesia Perbankan di Indonesia diawasi oleh Bank Indonesia, yang merupakan bank sentral di Indonesia. Secara umum, Bank Indonesia mempunyai tujuan untuk mempertahankan nilai Rupiah. Untuk mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia bertanggung jawab terhadap:  Merumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter  Menjaga dan mempertahankan sistem pembayaran  Mengatur dan mengawasi perbankan • Manajemen risiko perbankan diatur melalui Peraturan Bank Indonesia (PBI) 5/8/PBI/2003 yaitu mengenai Pelaksanaan Manajamen Risiko Bank.
  • 22. Bank diharuskan mengelola risiko secara terintegarsi dan membuat sistem, struktur manajemen yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Bank Indonesia mengharuskan bank untuk mengelola empat risiko berikut ini:  Pasar: risiko karena harga pasar yang bergerak ke arah yang tidak menguntungkan  Kredit: risiko karena counterparty mengalami gagal bayar (tidak bisa memenuhi kewajibannya)  Operasional: risiko yang terjadi karena proses internal yang gagal, tidak memadai, kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan masalah eksternal yang mempengaruhi operasi bank  Likuiditas: risiko yang terjadi karena bank tidak bisa memenuhi kewajibannya yang jatuh tempo
  • 23. Untuk bank yang lebih besar dan kompleks, bank juga diharuskan untuk mengelola risiko: 1. Risiko legal: risiko yang muncul karena tindakan atau tuntutan hukum 2. Risiko reputasi: risiko yang muncul karena publisitas dan persepsi negatif mengenai operasi bank 3. Risiko strategis: risiko karena pelaksanaan strategi yang kurang baik, pengambilan keputusan yang kurang baik, kurangnya respons terhadap perubahan eksternal 4. Risiko kepatuhan: risiko kegagalan bank patuh terhadap hukum, peraturan, dan perundangan yang berlaku
  • 24. ILUSTRASI MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN : CHASE MANHATTAN Chase Manhattan merupakan bank dengan bisnis global yang mencakup tiga kelompok bisnis besar: Global Services, Consumer Services, dan Global Bank Sebagai bank besar, kegiatan bisnis Chase Manhattan lebih luas dibandingkan dengan kegiatan bisnis perbankan tradisional. Kegiatan bisnis perbankan tradisional memfokuskan pada menarik dana dari masyarakat dan meminjamkan dana tersebut. Bank memperoleh interest income dari bisnis tersebut. Kegiatan bank konvensional semacam itu mendatangkan dua risiko, yaitu risiko kredit (jika kredit yang diberikan macet) dan risiko likudiitas (jika masyarakat menarik dananya di luar perkiraan bank). Chase menjual sebagian besar kredit yang diberikan (hampir 90%). Chase kemudian memperoleh pendapatan dari fee (komisi) untuk memulai (credit initiation) dan melayani (servicing) kredit tersebut. Chase mengurangi risiko kredit, menghemat modal yang dipakai untuk bisnisnya (modal tidak perlu terikat pada kredit yang diberikan). Hampir separuh dari laba Chase berasal dari kegiatan pasar modal dan investasi saham individu (private equity investment)  risiko pasar cukup besar.
  • 25. Chase percaya bahwa kunci untuk mengelola risiko adalah diversifikasi dan pengendalian yang kuat. Bagian penting dari proses pengendalian adalah komite manajemen risiko. Chase muluncurkan program SVA sebagai bagian dari manajemen risiko bank tersebut. Chase ingin mengkomunikasikan konsep manajemen risiko yang tidak terlalu kompleks, mudah dipahami oleh semua tingkatan dalam organisasi. SVA pada dasarnya merupakan konsep residual income, yaitu menghitung laba dengan mengurangkan beban untuk modal dari pendapatan operasional. SVA = Pendapatan operasional – Beban untuk modal
  • 26. Bagaimana cara kerja SVA? SVA = Pendapatan operasional – beban modal Misalkan ada dua orang trader (A dan B) sama-sama menggunakan dana sebesar Rp100 juta. Trader A memperdagangkan surat berharga pemerintah yang risikonya lebih rendah. Trader B memperdagangkan saham yang risikonya lebih tinggi. Karena risikonya lebih rendah, keuntungan yang disyaratkan (beban modal) untuk A adalah 6%, sedangkan untuk B adalah 11% (karena risikonya lebih tinggi). Jika A ingin memperoleh SVA yang positif, maka ia harus memperoleh keuntungan sebesar minimal 6%, sementara bagi B, ia harus memperoleh keuntungan sebesar minimal 11%. Melalui cara seperti itu, risiko akan secara otomatis diperhitungkan dalam evaluasi kinerja trader tersebut.
  • 27. Risiko Pasar Chase Chase menggunakan beberapa ukuran risiko pasar, yaitu Value At Risk (VAR), stress-testing, dan ukuran non-statistik lainnya. Ketiga ukuran tersebut diharapkan memberikan gambaran risiko pasar yang komprehensif yang dihadapi oleh Chase. Chase menggunakan VAR harian dengan confidence level 99%. Chase menghitung VAR dengan metode histories, yaitu dengan menggunakan data satu tahun terbaru untuk indikator pasar seperti tingkat bunga, perubahan kurs, harga pasar saham dan komoditas, dengan asumsi indikator tersebut bisa memprediksi kondisi di masa mendatang. Metode simulasi data histories digunakan dengan menggunakan nilai indikator harian pada saat pasar tutup. Chase menghitung VAR untuk setiap posisi individu, dan agregat berdasarkan tipe bisnis, geografis, valuta asing, dan tipe risiko. Tentu saja Chase juga menyadari bahwa validitas model tersebut tergantung dari kualitas data yang dipakai, karena itu Chase juga melakukan back-testing untuk melihat akurasi model VAR tersebut.
  • 28. Tabel 7. Perhitungan VAR oleh Chase Rata-Rata VAR VAR minimum VAR maksimum VAR 31Des99 VAR 31Des98 Tingkat bunga Valuta asing Saham Komoditas Investasi Hedge Fund Dikurangi: Diversifikasi portofolio $20,2 7,0 6,3 3,5 4,1 (17,0) $10,7 2,3 3,4 1,9 3,1 NM $36,5 21,3 10,1 9,0 4,6 NM $20,0 3,0 7,2 3,4 3,3 (13,7) $20,1 2,3 4,6 2,6 NA (8,9) Total VAR $24,1 $12,3 $41,8 $23,2 $20,7 NM: not meaningful (tidak banyak artinya), karena maksimum dan minimum bisa muncul pada waktu yang berbeda sehingga tidak bisa langsung dipakai untuk menghitung efek diversifikasi NA: not available (tidak tersedia) Sumber: 1999 Chase Manhattan 10-K filing, dikutip dari Barton, etc, 2002.
  • 29. Tabel 8. Perhitungan Stress Test Oleh VAR Rata-Rata VAR VAR minimum VAR maksimum VAR 31Des99 VAR 31Des98 Potensi Kerugian sebelum pajak- melalui Stress Test $(186) $(112) $(302) $(231) $(150) Sumber: 1999 Chase Manhattan 10-K filing, dikutip dari Barton, etc, 2002. Chase melengkapi VAR dengan analisis stress-test yang cukup rinci. Berikut ini contoh hasil analisis stress-test yang dilakukan oleh Chase.
  • 30. Ukuran Risiko Pasar Non-Statistik (Non-Kuantitatif) Indikator risiko pasar non-statistik digunakan untuk melengkapi indikator kuantititaif. Indikator yang digunakan antara lain adalah posisi terbuka bersih (net open position), nilai basis poin, konsentrasi posisi, dan perputaran posisi. Indikator tersebut diharapkan memberikan tambahan informasi mengenai besar dan arah dari eksposur. Sebagai contoh, nilai basis poin portofolio menunjukkan apakah perubahan indikator pasar sebesar satu basis poin (1 bps atau 1/100 dari 100%) akan mengakibatkan kerugian atau keuntungan dan seberapa besar.
  • 31. Manajemen Risiko Pasar Beberapa manajemen risiko pasar yang digunakan oleh Chase adalah penetapan batas VAR dan stress-test yang disetujui oleh Dewan Direksi dan memasukkan ekspsur stress-test dalam metologi perhitungan alokasi modal. Jika batas tersebut terlewati, maka secara otomatis portofolio akan direview. Pengendalian yang pokok dilakukan melalui penetapan batas. Struktur penetapan batas tersebut berlanjut sampai ke level bawah (level trading desk), dan mencakup instrument yang bisa diperdagangkan, pengalaman dari trader, batas non-statistik, dan konsultasi kerugian. VAR dihitung baik pada level agregat maupun unit bisnis. Pembatasan non-statistik diperlukan karena dalam kondisi tertentu, misal krisis keuangan, asumsi statistic tidak lagi berjalan sebagaimana mestinya. Batas non-statistik memasukkan faktor-faktor likuiditas pasar, strategi bisnis, kinerja sebelumnya, pengalaman manajer. Batas risiko direview secara regular minimal dua kali dalam satu tahun. Chase juga menggunakan anjuran stop-loss untuk mengendalikan risiko. Dengan demikian, Chase menggunakan indikator statistic (VAR, stress-test), non-statistik, anjuran stop-loss, untuk mengelola risiko pada kondisi pasar normal dan tidak normal
  • 32. Risiko Kredit Chase menggunakan tehnik statistic untuk mengestimasi kerugian yang diharapkan dan kerugian yang tidak diharapkan (di luar perkiraan). Kerugian yang tidak diharapkan merupakan penyimpangan dari kerugian yang diharapkan. Estimasi tersebut menentukan alokasi biaya kredit untuk unit- unit bisnis, yang kemudian dimasukkan ke dalam pengukuran SVA unit bisnis. Untuk kredit ritel (consumer), Chase menggunakan model portofolio yang canggih, model scoring kredit, dan alat kuantitatif lainnya untuk menghitung dan menetapkan standar risiko kredit ritel. Parameter ditentukan sejak awal, dan biaya kredit (misal persentase yang macet) merupakan bagian integral untuk penentuan haga dan evaluasi kredit. Portofolio kredit ritel dimonitor untuk mengidentifikasi penyimpangan dari standar yang diharapkan, dan pergeseran pola perilaku nasabah.
  • 33. Untuk kredit komersial, proses manajemen risiko kredit dimulai dengan proses pemilihan nasabah. Pendekatan industri global yang dilakukan Chase membantu pengenalan risiko industri yang muncul, sehingga antisipasi bisa dilakukan lebih awal. Nasabah internasional juga penting diperhatikan. Chase memfokuskan pada perusahaan terbesar, pemimpin dalam sektornya, dengan kebutuhan pendanaan internasional. Manajemen konsentrasi kredit juga penting dilakukan. Chase mengelola konsentrasi kredit berdasarkan tingkat risiko, industri, produk, lokasi geografis.
  • 34. Manajemen Risiko Kredit 1. Mentransfer risiko kredit ke pihak lain melalui penjualan kredit. Chase memberikan kredit sekitar $500 milyar setiap tahunnya, tetapi hanya menahan sekitar 7% dari kredit tersebut. Penjualan semacam itu secara signifikan mengurangi risiko kredit Chase. Chase memperoleh fee dari kegiatan memulai kredit dan pelayanan kredit. Disamping itu modal bisa cepat kembali, yang kemudian diputar lagi. Meskipun penjualan kredit cukup gencar dilakukan oleh Chase, tetapi Chase masih mempertahankan sebagian (kecil) dari kredit tersebut. Chase berargumen bahwa dengan mempertahankan sebagai kredit tersebut, Chase ingin menunjukkan bahwa Chase masih mempunyai komitmen dengan bisnis kredit tersebut. Jika ada kesulitan yang berkaitan dengan kredit, Chase masih bisa membantu dan mempunyai keahlian untuk menangani kredit tersebut. 2. Menggunakan metode SVA untuk mengevaluasi kinerja unit pemberi kredit. Melalui metode SVA, manajer unit kredit akan melihat risiko dari kredit yang akan diberikan sehingga mereka akan berhati-hati dalam mengambil keputusan pemberian kredit.
  • 35. Risiko Operasional Kerugian dari risiko operasional lebih sulit diprediksi dan lebih sulit untuk dikuantifisir. Risiko operasional mencakup hal-hal seperti kejahatan oleh karyawan atau pihak luar, transaksi yang tidak diberi otorisasi, kesalahan pencatatan, kesalahan karena sistem computer atau telekomunikasi yang tidak berjalan sebagaimana mestinya. Chase sudah melakukan pengendalian yang cukup, tetapi tidak ada jaminan bahwa kerugian akibat risiko operasional tidak terulang di masa mendatang.
  • 36. Risiko operasional akan mempengaruhi perhitungan SVA, tetapi metodologi pengukuran risiko operasional masih relative sederhana. Perhitungan modal berdasarkan risiko operasional dilakukan setiap kuartal. Perhitungan risiko operasional didasarkan pada tiga hal:  Biaya operasional (dalam dolar)  Skor dari audit internal  Ranking evaluasi risiko Manajer unit yang memperoleh skor risiko A (risiko rendah), maka modalnya (berbasis risiko) akan diperhitungkan lebih rendah, sehingga akan meningkatkan SVA manajer tersebut.
  • 37. Disamping audit internal untuk mengevaluasi risiko operasional, Chase juga menggunakan COSO based self- assessment program untuk mengevaluasi risiko operasional. Melalui program tersebut, manajer diminta untuk mengevaluasi risiko operasional di unit bisnis yang dibawahinya, menggunakan kerangka yang dikembangkan oleh COSO (Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission). Kuesioner tersebut menjadi salah satu masukan untuk skor dari audit internal dan ranking evaluasi risiko. Bab mengenai risiko operasional menyajikan lebih lengkap evaluasi diri (self-evaluation) yang dilakukan untuk mengevaluasi risiko operasional Chase Manhattan dengan menggunakan kerangka COSO tersebut.