SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 29
Downloaden Sie, um offline zu lesen
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA 
Nomor : P. 41/Menhut-II/2010 
TENTANG 
PEDOMAN PENYUSUNAN PROGRAMA PENYULUHAN KEHUTANAN 
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 
MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, 
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 25 Undang-Undang 
Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, 
Perikanan dan Kehutanan, maka dipandang perlu menetapkan 
Peraturan Menteri Kehutanan tentang Pedoman Penyusunan 
Programa Penyuluhan Kehutanan; 
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi 
Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran 
Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, 
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 
3419); 
2. Undang-Undang 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan 
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 
167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 
3888) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang 
Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan 
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 41 Tahun 
1999 tentang Kehutanan menjadi Undang-Undang 
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 
86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 
4412); 
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang 
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia 
Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara 
Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah 
beberapa ......
-2- 
beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang 
Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Undang 
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah 
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 
59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 
4844); 
4. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem 
Penyuluhan Kehutanan, Perikanan dan Kehutanan (Lembaran 
Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 92, 
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 
4660); 
5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang 
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, 
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah 
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia 
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara 
Republik Indonesia Nomor 4737); 
6. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2009 tentang 
Pembiayaan, Pembinaan dan Pengawasan Penyuluhan 
Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (Lembaran Negara 
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 87, Tambahan 
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5018); 
7. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang 
Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara serta 
Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian 
Negara; 
8. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.40/Menhut-II/2010 
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kehutanan 
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 405); 
MEMUTUSKAN : 
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEHUTANAN TENTANG PEDOMAN 
PENYUSUNAN PROGRAMA PENYULUHAN KEHUTANAN. 
Pasal 1 ..........
- 3 - 
Pasal 1 
Pedoman Penyusunan Programa Penyuluhan Kehutanan seperti tercantum pada 
Lampiran Peraturan ini dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan 
Peraturan ini. 
Pasal 2 
Pedoman Penyusunan Programa Penyuluhan Kehutanan sebagaimana dimaksud 
dalam Pasal 1 sebagai dasar dalam pelaksanaan penyusunan Programa Penyuluhan 
Kehutanan bagi Penyuluh Kehutanan PNS, Penyuluh Kehutanan Swasta, dan/atau 
Penyuluh Kehutanan Swadaya. 
Pasal 3 
Peraturan Menteri Kehutanan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. 
Agar setiap orang mengetahuinya, Peraturan Menteri Kehutanan ini diundangkan 
dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. 
Ditetapkan di Jakarta 
Pada tanggal 30 Agustus 2010 
MENTERI KEHUTANAN 
REPUBLIK INDONESIA, 
ttd. 
ZULKIFLI HASAN 
Diundangkan di Jakarta 
Pada tanggal 7 September 2010 
MENTERI HUKUM DAN HAM 
REPUBLIK INDONESIA, 
ttd. 
PATRIALIS AKBAR 
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2010 NOMOR 443 
Salinan sesuai dengan aslinya 
Plt. Kepala Biro Hukum dan Organisasi 
ttd. 
Mudjihanto Soemarmo 
NIP. 19540711 198203 1 002
1 
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN 
NOMOR : P. 41/Menhut-II/2010 
TANGGAL : 30 Agustus 2010 
PEDOMAN PENYUSUNAN PROGRAMA PENYULUHAN KEHUTANAN 
I. PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang 
Berdasarkan Pasal 25 Undang-Undang 16 Tahun 2006 tentang Sistem 
Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, diamanatkan perlu adanya 
pedoman penyusunan programa yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri 
Kehutanan. Kondisi saat ini, kelembagaan penyuluhan kehutanan di setiap 
tingkatan belum seluruhnya membuat programa penyuluhan kehutanan 
yang dijadikan acuan oleh Penyuluh Kehutanan dalam penyusunan rencana 
kerja. 
Programa penyuluhan kehutanan merupakan rencana tertulis yang disusun 
secara sistematis untuk memberikan arah dan pedoman sebagai alat 
pengendali pencapaian tujuan penyuluhan melalui programa penyuluhan 
kecamatan, programa penyuluhan kabupaten/kota, programa penyuluhan 
provinsi dan programa penyuluhan nasional sesuai dengan kebutuhan. 
Programa penyuluhan Kehutanan yang disusun setiap tahun memuat 
rencana penyuluhan tahun berikutnya dengan memperhatikan siklus 
anggaran pada masing-masing tingkatan dengan cakupan pengorganisasian, 
pengelolaan sumberdaya sebagai pelaksanaan penyuluhan. 
Agar revitalisasi penyuluhan kehutanan dapat berjalan secara produktif, 
efektif dan efisien, perlu dilakukan identifikasi sumberdaya dan program-program 
pembangunan kehutanan, baik yang dilaksanakan oleh pemerintah, 
swasta maupun masyarakat. Hal tersebut diperlukan dalam rangka 
penyusunan rencana penyelenggaraan penyuluhan kehutanan yang 
komprehensif dengan memadukan seluruh sumberdaya yang tersedia. 
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan 
Pertanian, Perikanan dan Kehutanan juga mengamanatkan bahwa programa 
penyuluhan kehutanan terdiri atas programa penyuluhan desa/kelurahan 
atau unit kerja lapangan, programa penyuluhan kecamatan, programa 
penyuluhan kabupaten/kota, programa penyuluhan provinsi dan programa 
penyuluhan nasional. Agar programa penyuluhan ini dapat merespon secara 
lebih baik aspirasi pelaku utama dan pelaku usaha di perdesaan, 
penyusunan programa penyuluhan diawali dari tingkat desa/kelurahan.
Programa penyuluhan kehutanan disusun dengan memperhatikan 
keterpaduan dan kesinergian programa penyuluhan pada setiap tingkatan. 
Keterpaduan mengandung maksud bahwa programa penyuluhan kehutanan 
disusun dengan memperhatikan programa penyuluhan kehutanan tingkat 
kecamatan, tingkat kabupaten/kota, tingkat provinsi dan tingkat nasional, 
dengan berdasarkan kebutuhan pelaku utama dan pelaku usaha. Sedangkan 
yang dimaksudkan dengan kesinergian yaitu bahwa programa penyuluhan 
kehutanan pada tiap tingkatan mempunyai hubungan yang bersifat saling 
mendukung. Dengan demikian semua programa penyuluhan kehutanan 
selaras dan tidak bertentangan antara programa penyuluhan kehutanan 
dalam berbagai tingkatan. 
Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem 
Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, maka programa 
penyuluhan kehutanan diharapkan dapat menghasilkan kegiatan penyuluhan 
kehutanan lokal spesifik yang strategis dan mempunyai daya ungkit yang 
tinggi terhadap peningkatan produktivitas komoditas kehutanan unggulan 
daerah dan pendapatan petani. Dengan demikian, kegiatan-kegiatan yang 
tercantum dalam programa penyuluhan Kehutanan ini akan mampu 
merespon kebutuhan pelaku utama dan pelaku usaha dan memberikan 
dukungan terhadap program-program prioritas dinas/instansi terkait. 
Penyelenggaraan penyuluhan kehutanan yang dituangkan dalam programa 
penyuluhan kehutanan, penganggarannya menjadi tugas dan kewenangan 
menteri, gubernur, bupati/walikota sesuai dengan kemampuan keuangan 
masing-masing. 
Guna menyediakan acuan bagi seluruh penyelenggara penyuluhan di pusat 
dan daerah sebagai dasar persamaan persepsi dalam persiapan, 
perencanaan, dan pelaksanaan programa penyuluhan kehutanan, dipandang 
perlu untuk menerbitkan Pedoman Penyusunan Programa Penyuluhan 
Kehutanan. 
2 
B. Maksud dan Tujuan 
Pedoman Penyusunan Programa Penyuluhan Kehutanan ini dimaksudkan 
sebagai acuan dalam penyusunan programa penyuluhan kehutanan bagi 
para penyelenggara penyuluhan kehutanan pada semua tingkatan. 
Adapun tujuannya adalah : 
1. Agar semua programa penyuluhan kehutanan selaras dan tidak 
bertentangan antara programa dalam berbagai tingkatan 
2. Sebagai bahan monitoring dan evaluasi penyusunan programa 
penyuluhan kehutanan pada tahun berikutnya.
3 
C. Ruang Lingkup 
Ruang lingkup Pedoman Penyusunan Programa Penyuluhan Kehutanan 
meliputi persiapan, penyusunan, pelaksanaan dan monitoring serta evaluasi 
programa penyuluhan Kehutanan. 
D. Pengertian 
Dalam Pedoman ini yang dimaksud dengan: 
1. Sistem Penyuluhan Kehutanan yang selanjutnya disebut penyuluhan 
adalah seluruh rangkaian pengembangan kemampuan, pengetahuan, 
keterampilan, sikap pelaku utama dan pelaku usaha melalui 
penyuluhan. 
2. Revitalisasi Penyuluhan Kehutanan adalah upaya mendudukkan, 
memerankan, memfungsikan dan menata kembali penyuluhan 
Kehutanan agar terwujud satu kesatuan pengertian, satu kesatuan 
korps dan satu kesatuan arah serta kebijakan. 
3. Penyuluhan Kehutanan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama 
serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan 
mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, 
teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk 
meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan 
kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian 
fungsi lingkungan hidup. 
4. Programa Penyuluhan adalah rencana tertulis yang disusun secara 
sistematis untuk memberikan arah dan pedoman sebagai alat 
pengendali pencapaian tujuan penyuluhan. 
5. Materi Penyuluhan adalah bahan yang akan disampaikan oleh 
parapenyuluh kepada pelaku utama dan pelaku usaha dalam berbagai 
bentuk yang meliputi informasi, teknologi, rekayasa sosial, manajemen, 
ekonomi hukum dan kelestarian lingkungan. 
6. Rencana Kerja Tahunan Penyuluh adalah jadwal kegiatan yang disusun 
oleh penyuluh berdasarkan programa penyuluhan setempat yang 
dilengkapi dengan hal-hal yang dianggap perlu untuk berinteraksi 
dengan pelaku utama dan pelaku usaha. 
7. Penyuluh Kehutanan, baik penyuluh PNS, swasta maupun swadaya, 
yang selanjutnya disebut penyuluh adalah perorangan warga negara 
Indonesia yang melakukan kegiatan penyuluhan. 
8. Pelaku Utama Kegiatan Kehutanan yang selanjutnya disebut pelaku 
utama adalah masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan hutan 
beserta keluarga intinya. 
9. Pelaku Usaha adalah perorangan warga negara Indonesia atau 
korporasi yang dibentuk menurut hukum Indonesia yang mengelola 
Kehutanan, perikanan dan kehutanan.
10. Petani adalah perorangan warga negara Indonesia beserta keluarganya 
atau korporasi yang mengelola usaha di bidang Kehutanan yang 
meliputi usaha hulu, usaha tani, agroindustri, pemasaran dan jasa 
penunjang. 
11. Pos Penyuluhan Kehutanan Desa/Kelurahan adalah kelembagaan 
penyuluhan pada tingkat desa/kelurahan yang merupakan unit kerja 
nonstruktural yang dibentuk dan dikelola secara partisipatif oleh pelaku 
utama. 
12. Pemerintah Pusat selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden 
Republik Indonesia yang memegang kekuasaaan pemerintahan negara 
RI sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945. 
13. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan 
4 
perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 
14. Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, 
adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah 
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan 
masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat 
yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara 
Kesatuan Republik Indonesia. 
15. Kelompok Tani Hutan (KTH) / Kelompok Tani Penghijauan (KTP) adalah 
kumpulan petani atau perorangan warga negara Indonesia beserta 
keluarganya atau korporasi yang mengelola usaha dibidang kehutanan 
(wanatani, penangkaran satwa dan tumbuhan) di dalam dan di sekitar 
hutan yang meliputi usaha hulu, usaha tani, agroindustri, pemasaran, 
dan jasa penunjang lainnya (agrosilvobisnis). 
II. UNSUR PROGRAMA PENYULUHAN KEHUTANAN 
A. Keadaan Umum 
Keadaan umum wilayah kerja yang menggambarkan fakta-fakta berupa data 
dan informasi mengenai potensi, produktivitas dan lingkungan usaha 
kehutanan, perilaku/tingkat kemampuan petani dan kebutuhan pelaku 
utama dalam usahanya di wilayah (desa/kelurahan, kecamatan, 
kabupaten/kota, provinsi, nasional) pada saat akan disusunnya programa 
penyuluhan Kehutanan, dengan penjelasan sebagai berikut: 
1. Potensi usaha menggambarkan peluang usaha dari hulu sampai hilir 
yang prospektif untuk dikembangkan sesuai dengan peluang pasar, 
kondisi agroekosistem setempat, sumberdaya dan teknologi yang 
tersedia untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan pelaku 
utama dan pelaku usaha.
2. Produktivitas usaha menggambarkan perolehan hasil usaha per satuan 
unit usaha saat ini (faktual) maupun potensi perolehan hasil usaha 
yang dapat dicapai untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan 
pelaku utama dan pelaku usaha. 
3. Lingkungan usaha menggambarkan kondisi ketersediaan sarana dan 
prasarana usaha (agroinput, pasca panen, pengolahan, distribusi dan 
pemasaran) serta kebijakan yang mempengaruhi usaha pelaku utama 
dan pelaku usaha. 
4. Perilaku berupa kemampuan (Pengetahuan, Keterampilan dan Sikap) 
pelaku utama dan pelaku usaha dalam penerapan teknologi usaha 
(teknologi usaha hulu, usahatani dan teknologi usaha hilir). 
5. Kebutuhan pelaku utama dan pelaku usaha menggambarkan keperluan 
akan perlindungan, kepastian, kepuasan yang dapat menjamin 
terwujudnya keberhasilan melaksanakan kegiatan usaha Kehutanan 
untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan bagi pelaku utama 
dan pelaku usaha. 
5 
B. Tujuan 
Tujuan dalam hal ini memuat pernyataan mengenai perubahan perilaku dan 
kondisi pelaku utama dan pelaku usaha yang hendak dicapai dengan cara 
menggali dan mengembangkan potensi yang tersedia pada dirinya, keluarga 
dan lingkungannya untuk memecahkan masalah yang dihadapi dan 
merespon peluang. 
Prinsip yang digunakan dalam merumuskan tujuan yaitu: SMART: Specific 
(khas); Measurable (dapat diukur); Actionary (dapat dikerjakan/dilakukan); 
Realistic (realistis); dan Time Frame (memiliki batasan waktu untuk 
mencapai tujuan). 
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan tujuan adalah: ABCD: 
Audience (khalayak sasaran); Behaviour (perubahan perilaku yang 
dikehendaki); Condition (kondisi yang akan dicapai); dan Degree (derajat 
kondisi yang akan dicapai). 
C. Permasalahan 
Permasalahan dalam hal ini terkait dengan faktor-faktor yang dinilai dapat 
menyebabkan tidak tercapainya tujuan, atau faktor-faktor menyebabkan 
terjadinya perbedaan antara kondisi saat ini (faktual) dengan kondisi yang 
ingin dicapai. Faktor-faktor tersebut antara lain: 
1. Faktor yang bersifat perilaku, yaitu faktor yang berkaitan dengan 
tingkat adopsi pelaku utama dan pelaku usaha terhadap penerapan 
suatu inovasi/teknologi baru, misalnya belum yakin, belum mau, atau 
belum mampu menerapkan dalam usahanya.
2. Faktor yang bersifat non perilaku, yaitu faktor yang berkaitan dengan 
ketersediaan dan kondisi sarana dan prasarana pendukung usaha 
pelaku utama dan pelaku usaha, misalnya ketersediaan pupuk, 
benih/bibit atau modal. 
Dari permasalahan yang teridentifikasi, perlu dibuat peringkat sesuai dengan 
prioritas pembangunan kehutanan di suatu wilayah, berdasarkan 
pertimbangan sebagai berikut: 
a. apakah masalah itu menyangkut mayoritas para pelaku utama dan 
6 
pelaku usaha; 
b. apakah erat kaitannya dengan potensi usaha, produktivitas, lingkungan 
usaha, perilaku, kebutuhan, efektivitas dan efisiensi usaha pelaku 
utama dan pelaku usaha; dan 
c. apakah tersedia kemudahan biaya, tenaga, teknologi/inovasi untuk 
pemecahan masalah. 
Penetapan urutan prioritas masalah tersebut dapat dilakukan dengan 
menggunakan teknik identifikasi faktor penentu (impact point), dan teknik 
peringkat masalah lainnya. 
D. Rencana Kegiatan 
Rencana kegiatan menggambarkan apa yang dilakukan untuk mencapai 
tujuan, bagaimana caranya, siapa yang melakukan, siapa sasarannya, 
dimana, kapan, berapa biayanya, dan apa hasil yang akan dicapai untuk 
memecahkan masalah yang dihadapi dan merespon peluang yang ada. 
Untuk merumuskan rencana kegiatan perlu diperhatikan hal-hal sebagai 
berikut: 
1. Tingkat kemampuan (Pengetahuan, Keterampilan dan Sikap) pelaku 
utama dan pelaku usaha; 
2. Ketersediaan teknologi/inovasi, sarana dan prasarana, serta 
sumberdaya lain yang mendukung kegiatan penyuluhan Kehutanan; 
3. Tingkat kemampuan (Pengetahuan, Keterampilan dan Sikap) Penyuluh 
Kehutanan; 
4. Situasi lingkungan fisik, sosial dan budaya yang ada; dan 
5. Alokasi pembiayaan yang tersedia. 
Rencana kegiatan harus memuat unsur-unsur : 
SIADIBIBA : Siapa yang akan melaksanakan?; Apa tujuan yang ingin 
dicapai?; Dimana dilaksanakan?; Bilamana/kapan waktu pelaksanaan?; 
Berapa banyak hasil yang ingin dicapai (kuantitas dan kualitas)?; Berapa 
korbanan yang diperlukan (biaya, tenaga, dll)?; serta bagaimana 
melaksanakannya (melalui kegiatan apa)?.
Rencana kegiatan yang disajikan dalam bentuk tabulasi/matriks yang berisi 
masalah, kegiatan, metode, keluaran, sasaran, volume/frekuensi, lokasi, 
waktu, biaya, sumber biaya, penanggungjawab, pelaksanaan dan pihak 
terkait. 
7 
III. MEKANISME PENYUSUNAN PROGRAMA PENYULUHAN 
A. Keterkaitan dan Keterpaduan Penyusunan Programa Penyuluhan 
Kehutanan dengan Proses Perencanaan Pembangunan Penyuluhan 
Kehutanan. 
Keterkaitan dan Keterpaduan Penyusunan Programa Penyuluhan Kehutanan 
dengan Proses Perencanaan Pembangunan Penyuluhan Kehutanan 
terintegrasi dengan sub sistem program pembangunan Kehutanan. Dengan 
demikian proses penyusunan programa penyuluhan Kehutanan dilakukan 
secara sinergis dan terpadu dengan proses perencanaan pembangunan 
Kehutanan. 
Programa penyuluhan Kehutanan disusun setiap tahun dan memuat rencana 
penyuluhan Kehutanan tahun berikutnya dengan memperhatikan siklus 
anggaran pada masing-masing tingkatan, serta mencakup pengorganisasian 
dan pengelolaan sumberdaya sebagai dasar penyelenggaraan penyuluhan 
Kehutanan. 
Penyusunan programa penyuluhan Kehutanan dilakukan secara partisipatif 
untuk mengakomodasi kebutuhan dan kepentingan pelaku utama dan 
pelaku usaha. Adapun jumlah dan alokasi pembiayaan kegiatan-kegiatan 
penyuluhan Kehutanan yang tercantum pada programa penyuluhan di pusat, 
provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, dan desa menjadi dasar dalam 
penyusunan APBD dan APBN. 
Kelembagaan penyuluhan di masing-masing tingkatan memfasilitasi proses 
penyusunan programa penyuluhan Kehutanan agar programa penyuluhan 
nasional, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan desa/kelurahan dapat 
berlangsung seiring sejalan, serta materi kegiatan penyuluhannya saling 
menunjang dan saling mendukung.
Keterkaitan programa penyuluhan Kehutanan dengan perencanaan 
pembangunan dapat dilihat pada bagan berikut ini: 
Program Pembangunan 
Kehutanan Nasional 
Program Pembangunan 
Kehutanan Provinsi 
Program Pembangunan 
Kehutanan Kabupaten/Kota 
8 
Keterkaitan dan Keterpaduan Penyusunan Programa Penyuluhan 
Dengan Perencanaan Pembangunan 
Programa Penyuluhan 
Programa Penyuluhan 
Kabupaten/Kota 
Programa Penyuluhan 
Kecamatan 
Programa Penyuluhan 
Desa/Kelurahan 
Keterangan : 
Kelembagaan Penyuluhan 
Pusat 
Kelembagaan Penyuluhan 
Provinsi 
Rencana Pembangunan 
Nasional 
Rencana Pembangunan 
Kabupaten/Kota 
Rencana Pembangunan 
Kecamatan 
Kelembagaan Penyuluhan 
Kecamatan 
: Arus Proses Penyusunan Programa Penyuluhan 
: Arus Data dan Informasi 
B. Proses Penyusunan Programa Penyuluhan Kehutanan 
Proses penyusunan programa penyuluhan kehutanan, terdiri atas kegiatan 
sebagai berikut: 
1. Identifikasi program-program pembangunan Kehutanan lingkup 
Kementerian Kehutanan, dinas/instansi lingkup kehutanan di provinsi dan 
kabupaten/kota, serta kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha. 
Khusus untuk tingkat desa, identifikasi keadaan, masalah dan tujuan 
digali secara langsung dari pelaku utama dan pelaku usaha di desa 
melalui metoda/teknik PRA dan atau teknik lainnya. 
Nasional 
Programa Penyuluhan 
Provinsi 
Kelembagaan Penyuluhan 
Kabupaten/Kota 
Programa Penyuluhan 
RDK/RDKK 
Program Pembangunan 
Kehutanan Kecamatan 
Rencana Penbangunan 
Provinsi 
Rencana Pembangunan 
Desa/Kelurahan 
Identifikasi Potensi 
Wilayah (PRA) Desa 
Pos Penyuluhan 
Desa/Kelurahan 
Program Pembangunan 
Kehutanan Desa/Kelurahan
2. Penggabungan kegiatan penyuluhan Kehutanan yang ada dalam program 
pembangunan Kehutanan menjadi prioritas lingkup Kementerian 
Kehutanan, dinas/instansi lingkup kehutanan di provinsi dan 
kabupaten/kota dengan program kelembagaan pelaku utama dan pelaku 
usaha untuk menghasilkan draft programa penyuluhan kehutanan. 
3. Penetapan keadaan, masalah, tujuan dan cara mencapai tujuan. 
4. Pengesahan programa penyuluhan dilakukan oleh Kepala Balai 
Penyuluhan, Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten/Kota, Ketua 
Badan Koordinasi Penyuluhan Provinsi, atau Kepala Badan Penyuluhan 
sesuai dengan tingkat administrasi pemerintahan (khusus untuk tingkat 
desa/kelurahan tidak perlu disahkan, namun cukup diketahui oleh kepala 
desa/kelurahan). 
5. Pembubuhan tanda tangan pimpinan pemerintahan di masing-masing 
tingkatan dan wakil-wakil Eselon I lingkup Kementerian Kehutanan, 
dinas/instansi lingkup kehutanan di provinsi dan kabupaten/kota pada 
lembar pengesahan programa penyuluhan Kehutanan, agar programa 
penyuluhan Kehutanan menjadi bagian dari perencanaan pembangunan. 
6. Programa penyuluhan kehutanan dijabarkan ke dalam rencana kerja 
9 
tahunan setiap penyuluh Kehutanan. 
7. Apabila dipandang perlu, dapat dilakukan revisi programa penyuluhan 
kehutanan dan rencana kerja tahunan Penyuluh Kehutanan yang 
dilakukan setelah keluarnya APBD dan APBN. 
C. Penyusunan Programa Penyuluhan Kehutanan 
1. Tingkat Desa/Kelurahan 
a. Penyuluh Kehutanan yang bertugas di desa/kelurahan memfasilitasi 
proses penyusunan programa penyuluhan Kehutanan tingkat 
desa/kelurahan. 
b. Apabila di satu desa belum ada penyuluh yang ditugaskan, maka 
penyusunan programa penyuluhan Kehutanan di desa/kelurahan 
tersebut difasilitasi oleh Penyuluh Kehutanan yang wilayah kerjanya 
meliputi desa/kelurahan. 
c. Penyusunan programa desa/kelurahan dimulai dengan penggalian data 
dan informasi mengenai potensi desa, monografi desa, jenis komoditas 
unggulan desa dan tingkat produktivitasnya, keberadaan Kelompok 
Tani Hutan (KTH)/Kelompok Tani Penghijauan (KTP), keberadaan 
kelembagaan Aneka Usaha Kehutanan (AUK), masalah-masalah yang 
dihadapi oleh pelaku utama dan pelaku usaha. Penggalian data dan 
informasi ini dilakukan bersama-sama dengan tokoh dan anggota 
masyarakat guna menjaring kebutuhan nyata, harapan dan aspirasi 
pelaku utama dan pelaku usaha, antara lain dengan menggunakan 
metode dan instrumen Participatory Rural Appraisal (PRA) atau teknik 
identifikasi keadaan wilayah lainnya.
d. Hasil penggalian data informasi tersebut merupakan masukan untuk 
menyusun rencana kegiatan KTH/KTP dalam setahun yang 
mencerminkan upaya perbaikan produktivitas usaha di tingkat KTH/KTP 
yaitu Rencana Definitif Kelompok (RDK). RDK yang dilengkapi dengan 
rincian kebutuhan sarana produksi/usaha yang diperlukan untuk 
mendukung pelaksanaan rencana disebut Rencana Definitif Kebutuhan 
Kelompok (RDKK). Hal ini sekaligus dimaksudkan guna memudahkan 
penyuluh dalam merekapitulasi kebutuhan sarana produksi dan 
mengupayakan pemenuhannya secara tepat waktu, tepat jumlah, tepat 
kualitas, tepat sasaran, tepat harga. 
e. Selanjutnya hasil rekapitulasi RDK dan RDKK seluruh KTH/KTP di desa 
akan digabungkan dengan kegiatan-kegiatan dinas/instansi lingkup 
kehutanan yang dialokasikan di desa tersebut. 
f. Penggabungan kegiatan KTH/KTP di tingkat desa dengan kegiatan-kegiatan 
dinas/instansi lingkup Kehutanan di desa, sesuai dengan 
tahapan proses, dilakukan melalui serangkaian pertemuan-pertemuan 
yang dimotori oleh para Penyuluh Kehutanan di desa/kelurahan dan 
dihadiri kepala desa, pengurus kelembagaan pelaku usaha, penyuluh 
swasta dan penyuluh swadaya yang bertugas di desa. 
g. Programa Penyuluhan Kehutanan Desa/Kelurahan yang sudah final 
ditandatangani oleh para penyusun (perwakilan pelaku utama dan 
pelaku usaha serta Penyuluh Kehutanan), kemudian ditandatangani 
oleh kepala desa/kelurahan, sebagai tanda mengetahui. 
h. Programa Penyuluhan Kehutanan Desa/Kelurahan diharapkan telah 
selesai disusun paling lambat bulan September tahun berjalan, untuk 
dilaksanakan pada tahun berikutnya. 
i. Programa Penyuluhan Kehutanan Desa/Kelurahan yang sudah final 
disampaikan kepada Balai Penyuluhan di kecamatan sebagai bahan 
penyusunan programa penyuluhan Kehutanan kecamatan, dan untuk 
disampaikan di dalam Forum Musrenbangdes (Musyawarah 
Perencanaan Pembangunan Desa) sebagai bahan penyusunan 
perencanaan pembangunan desa. 
10 
2. Tingkat Kecamatan 
a. Kepala Balai Penyuluhan di kecamatan memfasilitasi penyusunan 
programa penyuluhan Kehutanan tingkat kecamatan yang dilakukan 
oleh penyuluh bersama perwakilan pelaku utama dan pelaku usaha. 
b. Penyuluh bersama perwakilan pelaku utama dan pelaku usaha 
melakukan rekapitulasi programa desa/kelurahan yang ada di wilayah 
kerjanya sebagai bahan penyusunan programa penyuluhan kecamatan. 
c. Proses penyusunan programa penyuluhan kecamatan dimulai dari 
perumusan keadaan, masalah, tujuan dan cara mencapai tujuan. 
Dalam proses ini dilakukan peringkat masalah-masalah yang dihadapi 
oleh pelaku utama dan pelaku usaha sesuai dengan skala prioritas 
kebutuhan pelaku utama dan pelaku usaha dan fokus pembangunan di 
wilayah kecamatan.
d. Penyusunan programa penyuluhan Kehutanan kecamatan ini dilakukan 
oleh para penyuluh Kehutanan di kecamatan dan perwakilan 
kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha melalui serangkaian 
pertemuan-pertemuan untuk menghasilkan draft programa penyuluhan 
kecamatan. 
e. Selanjutnya draft programa penyuluhan kehutanan kecamatan disajikan 
dalam pertemuan yang dihadiri oleh pejabat yang membidangi 
perencanaan dari dinas/instansi terkait dan perwakilan kelembagaan 
pelaku utama dan pelaku usaha dalam rangka penggabungan kegiatan 
penyuluhan. 
f. Programa penyuluhan kehutanan kecamatan yang sudah final 
ditandatangani oleh para penyusunnya (perwakilan pelaku utama dan 
pelaku usaha serta penyuluh Kehutanan), kemudian disahkan oleh 
kepala Balai Penyuluhan, dan diketahui pimpinan dinas/instansi terkait; 
g. Programa penyuluhan Kehutanan kecamatan diharapkan telah disahkan 
paling lambat bulan Oktober tahun berjalan, untuk dilaksanakan pada 
tahun berikutnya. 
h. Programa penyuluhan Kehutanan kecamatan yang sudah disahkan 
disampaikan ke kelembagaan penyuluhan kabupaten sebagai bahan 
penyusunan programa penyuluhan Kehutanan kabupaten, dan untuk 
disampaikan di dalam Forum Musrenbang Kecamatan sebagai bahan 
penyusunan perencanaan pembangunan kecamatan. 
i. Programa penyuluhan Kehutanan kecamatan selanjutnya dijabarkan 
oleh masing-masing penyuluh Kehutanan ke dalam Rencana Kerja 
Tahunan Penyuluh (RKPT) di kecamatan. 
11 
3. Tingkat Kabupaten/Kota 
a. Kepala kelembagaan penyuluhan kabupaten/kota memfasilitasi 
penyusunan programa penyuluhan Kehutanan tingkat kabupaten/kota 
yang dilakukan oleh penyuluh bersama perwakilan pelaku utama dan 
pelaku usaha. 
b. Penyuluh bersama perwakilan pelaku utama dan pelaku rekapitulasi 
programa kecamatan yang ada di wilayahkerjanya sebagai bahan 
penyusunan programa penyuluhan kabupaten/kota. 
c. Proses penyusunan programa penyuluhan kabupaten/kota dimulai dari 
perumusan keadaan, masalah, tujuan dan cara mencapai tujuan. 
Dalam proses ini dilakukan pemeringkatan masalah-masalah yang 
dihadapi oleh pelaku utama dan pelaku usaha sesuai dengan skala 
prioritas kebutuhan pelaku utama dan pelaku usaha dan fokus 
pembangunan di wilayah kabupaten/kota. 
d. Penyusunan programa penyuluhan Kehutanan kabupaten/kota ini 
dilakukan oleh para penyuluh Kehutanan di kabupaten/ kota dan 
perwakilan kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha melalui 
serangkaian pertemuan-pertemuan untuk menghasilkan draf programa 
penyuluhan kabupaten/kota.
e. Draft programa penyuluhan Kehutanan kabupaten/kota selanjutnya 
disajikan dalam pertemuan yang dihadiri oleh pejabat yang 
membidangi perencanaan dari dinas/instansi lingkup Kehutanan dan 
perwakilan kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha dalam rangka 
penggabungan kegiatan penyuluhan. 
f. Programa penyuluhan Kehutanan kabupaten/kota yang sudah final 
ditandatangani oleh koordinator penyuluh di kabupaten/ kota dan 
perwakilan kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha, kemudian 
disahkan oleh kepala Badan pelaksana Penyuluhan/kelembagaan 
penyuluhan kabupaten/kota, dan diketahui pejabat yang membidangi 
perencanaan dari dinas/instansi lingkup Kehutanan. 
g. Programa penyuluhan Kehutanan kabupaten/kota diharapkan disahkan 
paling lambat bulan November tahun berjalan, untuk dilaksanakan 
pada tahun berikutnya. 
h. Programa penyuluhan Kehutanan kabupaten/kota yang sudah disahkan 
selanjutnya disampaikan di dalam Forum Musrenbang Kabupaten/Kota 
sebagai bahan penyusunan perencanaan pembangunan 
kabupaten/kota. 
i. Programa penyuluhan Kehutanan kabupaten/kota selanjutnya 
dijabarkan oleh masing-masing penyuluh Kehutanan ke dalam Rencana 
Kerja Tahunan Penyuluh (RKPT) di kabupaten/kota. 
12 
4. Tingkat Provinsi 
a. Kepala kelembagaan penyuluhan provinsi memfasilitasi penyusunan 
programa penyuluhan Kehutanan tingkat provinsi yang dilakukan oleh 
para penyuluh bersama perwakilan kelembagaan pelaku utama dan 
pelaku usaha. 
b. Penyusunan programa penyuluhan Kehutanan provinsi ini dilakukan 
oleh para penyuluh Kehutanan di provinsi dan perwakilan kelembagaan 
pelaku utama dan pelaku usaha melalui serangkaian pertemuan-pertemuan 
untuk menghasilkan draft programa penyuluhan provinsi. 
c. Proses penyusunan programa penyuluhan provinsi dimulai dari 
perumusan keadaan, masalah, tujuan dan cara mencapai tujuan. 
Dalam proses ini dilakukan pemeringkatan masalah-masalah yang 
dihadapi oleh pelaku utama dan pelaku usaha sesuai dengan skala 
prioritas kebutuhan pelaku utama dan pelaku usaha dan fokus 
pembangunan di wilayah provinsi. 
d. Draft programa penyuluhan Kehutanan provinsi selanjutnya disajikan 
dalam pertemuan yang dihadiri oleh pejabat yang membidangi 
perencanaan dari dinas/instansi lingkup Kehutanan dan perwakilan 
kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha dalam rangka 
penggabungan kegiatan penyuluhan. 
e. Programa penyuluhan kehutanan provinsi yang sudah final 
ditandatangani oleh koordinator penyuluh di provinsi dan perwakilan 
kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha, kemudian disahkan oleh 
kepala kelembagaan penyuluhan provinsi, dan diketahui pejabat yang 
membidangi perencanaan dari dinas/instansi lingkup Kehutanan.
f. Programa penyuluhan kehutanan provinsi diharapkan telah disahkan 
paling lambat bulan Desember tahun berjalan, untuk dilaksanakan pada 
tahun berikutnya. 
g. Programa penyuluhan Kehutanan provinsi yang sudah disahkan 
disampaikan di dalam Forum Musrenbang Provinsi sebagai bahan 
penyusunan perencanaan pembangunan provinsi. 
h. Programa penyuluhan Kehutanan provinsi selanjutnya dijabarkan oleh 
masing-masing penyuluh Kehutanan ke dalam Rencana Kerja Tahunan 
Penyuluh (RKTP) di provinsi. 
13 
5. Tingkat Nasional 
a. Kepala kelembagaan penyuluhan di pusat memfasilitasi penyusunan 
programa penyuluhan Kehutanan tingkat nasional yang dilakukan oleh 
para Penyuluh Kehutanan bersama perwakilan kelembagaan pelaku 
utama dan pelaku usaha. 
b. Penyusunan programa penyuluhan Kehutanan nasional dilakukan oleh 
para Penyuluh Kehutanan di tingkat nasional dan perwakilan 
kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha melalui serangkaian 
pertemuan-pertemuan untuk menghasilkan draft programa penyuluhan 
nasional. 
c. Proses penyusunan programa penyuluhan nasional dimulai dari 
perumusan keadaan, masalah, tujuan dan cara mencapai tujuan. 
Dalam proses ini dilakukan peringkat masalah-masalah yang dihadapi 
oleh pelaku utama dan pelaku usaha sesuai dengan skala prioritas 
kebutuhan pelaku utama dan pelaku usaha dan fokus pembangunan 
nasional. 
d. Draft programa penyuluhan Kehutanan nasional selanjutnya disajikan 
dalam pertemuan yang dihadiri oleh pejabat yang membidangi 
perencanaan lingkup Kementerian Kehutanan dan perwakilan 
kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha dalam rangka 
penggabungan kegiatan penyuluhan; 
e. Programa penyuluhan Kehutanan nasional yang sudah final 
ditandatangani oleh koordinator penyuluh di tingkat pusat dan 
perwakilan kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha, kemudian 
disahkan oleh kepala kelembagaan penyuluhan pusat, dan diketahui 
pejabat di Eselon I lingkup Kementerian Kehutanan yang membidangi 
perencanaan. 
f. Programa penyuluhan Kehutanan nasional diharapkan disahkan paling 
lambat bulan Desember tahun berjalan, untuk dilaksanakan pada tahun 
berikutnya. 
g. Programa penyuluhan Kehutanan nasional yang sudah disahkan 
disampaikan di dalam Forum Musrenbanghut Nasional sebagai bahan 
penyusunan perencanaan pembangunan nasional. 
h. Programa penyuluhan Kehutanan nasional selanjutnya dijabarkan oleh 
masing-masing penyuluh Kehutanan ke dalam Rencana Kerja Tahunan 
Penyuluh (RKTP) di tingkat pusat.
14 
IV. TAHAPAN PENYUSUNAN PROGRAMA PENYULUHAN 
Penyusunan programa penyuluhan dilakukan oleh penyuluh Kehutanan bersama 
para pelaku utama dan pelaku usaha serta organisasi petani secara partisipatif, 
melalui tahapan sebagai berikut: 
A. Perumusan Keadaan 
Perumusan keadaan adalah penggambaran fakta berupa data dan informasi 
di suatu wilayah kerja pada saat program disusun yang diperoleh setelah 
melakukan pengumpulan dan pengolahan data. Sebelum keadaan 
dirumuskan, perlu dilakukan pengumpulan, pengolahan dan analisis data 
mengenai potensi, produktivitas dan lingkungan usaha kehutanan, 
perilaku/tingkat kemampuan pelaku utama dan pelaku usaha, dan 
kebutuhan pelaku utama dalam usahanya disuatu wilayah. Hasil analisis 
data dan informasi dapat digali melalui berbagai metode partisipatif, 
diantaranya PRA (Participatory Rural Appraisal), dari rencana kegiatan 
pelaku utama dan pelaku usaha (RDK/RDKK) serta dari rekapitulasi 
programa penyuluhan setingkat dibawahnya. 
B. Penetapan Tujuan 
Penetapan tujuan adalah perumusan keadaan yang hendak dicapai dalam 
jangka waktu 1 (satu) tahun. Tujuan dirumuskan dengan kalimat-kalimat 
perubahan perilaku pelaku utama dan pelaku usaha yang hendak dicapai. 
Penetapan tujuan tersebut dilakukan bersama-sama pemerintah, pelaku 
utama dan pelaku usaha, serta kelembagaan pelaku utama dan pelaku 
usaha sehingga rumusan tersebut berupa keinginan dan kepentingan dari 
kedua belah pihak. 
C. Penetapan Masalah 
Penetapan masalah adalah perumusan faktor-faktor yang dapat 
menyebabkan tidak tercapainya tujuan. Faktor-faktor tersebut terutama 
dicari dari kemampuan pelaku utama dan pelaku usaha dan kelembagaan 
pelaku utama dan pelaku usaha. Faktor-faktor tersebut disusun 
berdasarkan: 
1. Apakah masalah tersebut menyangkut mayoritas pelaku utama dan 
pelaku usaha dan organisasi petani. 
2. Apakah erat kaitannya dengan program pembangunan Kehutanan yang 
sedang berlangsung di wilayah kerja yang bersangkutan. 
3. Apakah kemampuan (biaya, tenaga, peralatan, dsb) tersedia untuk 
pemecahan masalah. Urutan prioritas masalah dapat dilakukan dengan 
menggunakan teknik faktor penentu (impact-point) atau teknik 
peningkatan masalah lainnya. Selain itu, penetapan masalah dilakukan 
secara partisipatif dengan merujuk pada hasil identifikasi faktor-faktor 
yang menyebabkan tidak tercapainya tujuan.
Penetapan masalah dilakukan dengan tahapan: 
1. Menetapkan kriteria untuk menetapkan prioritas (melibatkan banyak 
pelaku utama dan pelaku usaha, sebaran lokasi luas, kerugian yang 
diakibatkan tinggi, kemudahan untuk mengatasi masalah, 
mendesak/penting). 
2. Menetapkan skoring/pembobotan untuk setiap kriteria sesuai dengan 
15 
kesepakatan. 
3. Melakukan penilaian terhadap setiap masalah berdasarkan skoring. 
4. Menetapkan prioritas masalah. 
D. Penetapan Rencana Kegiatan 
Pada tahap ini dirumuskan cara mencapai tujuan, yaitu penetapan rencana 
kegiatan yang menggambarkan bagaimana tujuan bisa dicapai. Ada dua 
rencana yang harus disusun, yaitu: 
1. Rencana kegiatan penyuluhan yang meliputi data dan informasi 
mengenai tujuan, masalah, sasaran, lokasi, metode/kegiatan, waktu, 
lokasi, biaya dan penanggungjawab serta pelaksana. Masalah dalam 
rencana kegiatan penyuluhan berupa masalah-masalah yang bersifat 
perilaku, yang antara lain bisa disidik (identifikasi) berdasarkan teknik 
faktor penentu. 
2. Rencana kegiatan untuk membantu mengikhtiarkan pelayanan dan 
pengaturan yang meliputi data dan informasi mengenai tujuan, 
sasaran, lokasi, jenis kegiatan, waktu, penanggungjawab serta 
pelaksana. Masalah petani yang bersifat non perilaku antara lain 
masalah-masalah yang berkaitan dengan kondisi sarana dan prasarana 
usahatani, pembiayaan, pengaturan, pelayanan dan kebijakan 
pemerintah/iklim usaha yang kurang kondusif. 
E. Rencana Monitoring dan Evaluasi 
Rencana monitoring dan evaluasi disusun oleh para Penyuluh Kehutanan 
yang berada di pusat, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, kelurahan/desa 
bersama para pelaku utama dan pelaku usaha. Rencana monitoring dan 
evaluasi meliputi : 
1. Penetapan indikator dan ukuran keberhasilan programa penyuluhan 
kehutanan : 
a. Indikator ditetapkan berdasarkan tujuan kegiatan-kegiatan 
(keluaran/output) yang telah ditetapkan dalam programa. 
b. Ukuran keberhasilan ditetapkan berdasarkan indikator yang dapat 
diukur (data kualitatif dan kuantitatif).
16 
2. Penyusunan instrumen monitoring dan evaluasi 
a. Instrumen monitoring disusun berdasarkan rencana dan realisasi 
kegiatan-kegiatan yang tercantum dalam programa penyuluhan 
kehutanan 
b. Instrumen evaluasi disusun dalam bentuk daftar pertanyaan/daftar 
isian berdasarkan indikator yang telah ditetapkan. 
3. Penetapan jadual monitoring dan evaluasi 
Monitoring dilakukan paling kurang 3 (tiga) bulan sekali atau 
triwulanan, sedangkan evaluasi dilakukan menjelang akan disusunnya 
programa penyuluhan tahun berikutnya. 
F. Revisi Programa Penyuluhan 
Revisi programa penyuluhan pusat, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, 
kelurahan/ desa dilakukan karena adanya perubahan-perubahan keadaan 
yang mengakibatkan berubahnya tujuan, masalah dan rencana kegiatan, 
yang disebabkan antara lain: 
1. Kesalahan analisa data dan informasi yang digali melalui PRA. 
2. Kesalahan dalam penyusunan rencana kegiatan penyuluhan yang telah 
disusun oleh pelaku utama dan pelaku usaha di setiap tingkatan dan 
kelompok. 
3. Kesalahan dalam perumusan keadaan. 
4. Kesalahan dalam penetapan tujuan. 
5. Kesalahan dalam penetapan masalah. 
6. Kesalahan dalam penetapan kegiatan. 
7. Perubahan dalam dukungan pembiayaan.
Secara skematis urutan penyusunan programa penyuluhan Kehutanan dapat 
digambarkan seperti pada Gambar 1: 
17 
Bagan Tahap 1-6 
Perumusan Keadaan 
Penetapan Tujuan 
Penetapan Masalah 
Penetapan Rencana Kegiatan 
Penyusunan Rencana Monev 
Penyempurnaan (Revisi) 
Gambar 1. Skematis Urutan Penyusunan Pograma Penyuluhan Kehutanan 
V. FORMAT PROGRAMA PENYULUHAN 
A. Pendahuluan 
Dalam pendahuluan diuraikan informasi yang melatarbelakangi perlunya 
penyusunan programa penyuluhan di suatu tingkatan wilayah (pusat, 
provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, atau desa/kelurahan). 
B. Keadaan Umum 
Keadaan umum menggambarkan mengenai potensi sumberdaya 
pembangunan Kehutanan secara umum dan sumberdaya yang erat 
kaitannya dengan penyuluhan kehutanan serta merupakan bagian dari 
program-program pembangunan kehutanan di suatu tingkat (pusat, provinsi, 
kabupaten/kota, kecamatan, atau desa/kelurahan) yang perlu didukung 
dengan data dan informasi yang menunjang, baik kualitatif dan kuantitatif.
18 
C. Tujuan 
Tujuan menggambarkan pernyataan mengenai perubahan pengetahuan, 
wawasan, sikap dan perilaku pelaku usaha, pelaku utama, kelembagaan 
petani, penyuluh dan petugas dinas/instansi lingkup kehutanan serta 
pemangku kepentingan yang akan dicapai untuk merubah potensi 
sumberdaya pembangunan kehutanan di tingkat pusat, provinsi, 
kabupaten/kota, kecamatan, atau desa/kelurahan menjadi peluang yang 
nyata dan bermanfaat untuk peningkatan produktivitas, pendapatan, dan 
kesejahteraan masyarakat. Upaya ini menggambarkan target yang secara 
realistis dapat dicapai dalam kurun waktu setahun. 
D. Masalah 
Masalah menggambarkan faktor-faktor yang menyebabkan belum 
tercapainya tujuan pembangunan kehutanan yang diharapkan. Uraian ini 
dimulai dengan analisa permasalahan yang bersifat non perilaku yang 
menghambat pencapaian tingkat produktivitas, baik yang berkaitan dengan 
aspek kebijakan, sarana/prasarana, pembiayaan, maupun pengaturan dan 
pelayanan. Selanjutnya analisa non perilaku ini diikuti dengan analisa 
perilaku yang berkaitan dengan pengetahuan, wawasan, sikap dan perilaku 
pelaku utama, pelaku usaha, kelembagaan petani KTH/KTP, penyuluh dan 
petugas dinas/instansi lingkup kehutanan, serta seluruh pemangku 
kepentingan yang menjadi kendala dalam pencapaian tujuan pembangunan 
kehutanan yang diharapkan. 
E. Rencana Kegiatan Penyuluhan 
Rencana kegiatan penyuluhan menggambarkan berbagai kegiatan/metode 
penyuluhan yang dipandang tepat untuk mentransformasi terjadinya 
perubahan pengetahuan, wawasan, sikap dan perilaku pelaku utama dan 
pelaku usaha serta seluruh pemangku kepentingan untuk mencapai tujuan 
yang diharapkan. Secara lengkap rencana kegiatan penyuluhan ini 
dituangkan dalam bentuk matriks programa penyuluhan yang berisi 
mengenai keadaaan, tujuan, masalah, sasaran (target beneficeries), materi, 
kegiatan/metoda, volume, lokasi, waktu, sumber biaya, pelaksana dan 
penanggung jawab seperti tercantum pada Form 1. 
Kegiatan-kegiatan yang bersifat non perilaku, misalnya kegiatan-kegiatan 
untuk membantu/mengikhtiarkan kemudahan bagi pelaku utama, pelaku 
usaha, kelembagaan petani KTH/KTP, yang berkaitan dengan aspek 
kebijakan, sarana/prasarana, pembiayaan, pengaturan dan pelayanan, 
dituangkan dalam bentuk matriks seperti tercantum pada Form 2. 
Kegiatan-kegiatan tersebut selanjutnya diusulkan dalam forum musyawarah 
perencanaan pembangunan tahun berjalan di setiap tingkatan wilayah untuk 
mendapat dukungan dari dinas/instansi lingkup kehutanan dan 
dinas/instansi terkait.
19 
F. Penutup 
Dalam penutup diuraikan kesimpulan atau harapan atas tersusunnya 
programa penyuluhan kehutanan. 
G. Lampiran 
Lampiran menyajikan data pendukung dan rencana tindak lanjut yang akan 
dilakukan untuk menjabarkan programa penyuluhan kehutanan ke dalam 
rencana kerja tahunan Penyuluh Kehutanan sesuai form yang ada. 
VI. PENJELASAN MATRIK PROGRAMA PENYULUHAN 
A. Keadaan 
Kolom ini berisi uraian singkat mengenai status pemanfaatan potensi 
sumberdaya pembangunan kehutanan secara umum yang berkaitan dengan 
tingkat produktivitas usaha kehutanan di suatu wilayah. 
B. Tujuan 
Kolom ini berisi uraian singkat mengenai upaya yang akan ditempuh untuk 
mengoptimalkan pemanfaatan potensi sumberdaya pembangunan 
Kehutanan secara umum, khususnya yang berkaitan dengan perubahan 
pengetahuan, wawasan, sikap dan perilaku pelaku utama dan pelaku usaha 
serta seluruh pemangku kepentingan dalam peningkatan produktivitas usaha 
Kehutanan di suatu wilayah. 
C. Masalah 
Kolom ini berisi uraian singkat mengenai faktor-faktor yang menyebabkan 
belumtercapainya tujuan pembangunan Kehutanan yang diharapkan, baik 
yang bersifat perilaku maupun non perilaku, yang dihadapi oleh pelaku 
utama dan pelaku usaha serta seluruh pemangku kepentingan dalam 
peningkatan produktivitas usaha Kehutanan di suatu wilayah. 
D. Sasaran 
Kolom ini menjelaskan mengenai siapa yang direncanakan untuk mendapat 
manfaat dari penyelenggaraan suatu kegiatan/metode penyuluhan 
Kehutanan di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, atau 
desa/kelurahan, yaitu: 
1. Pelaku usaha, pelaku utama dan kelembagaan petani (untuk programa 
penyuluhan di semua tingkatan). 
2. Penyuluh dan petugas dinas/instansi lingkup Kehutanan yang bertugas 
setingkat di bawah wilayahnya, serta pemangku kepentingan lainnya 
(untuk programa penyuluhan di tingkat kabupaten/kota, provinsi dan 
nasional).
Penetapan sasaran perlu dilakukan berdasarkan hasil analisis gender yang 
dilakukan terhadap pelaku utama dan pelaku usaha Kehutanan di tingkat 
rumahtangga petani dan masyarakat pedesaan pada umumnya, khususnya 
untuk menentukan “siapa melakukan apa?” dan “siapa memutuskan apa?”. 
Dengan demikian, sasaran penyelenggaraan suatu kegiatan/metode 
penyuluhan akan menjadi lebih spesifik karena diarahkan langsung kepada 
petani dengan penjelasan laki-laki, perempuan atau keduanya yang 
berdasarkan hasil analisis gender merupakan pelaku kegiatan tersebut. Hal 
ini dimaksudkan untuk menghindari bias gender dan distorsi pesan akibat 
penyamarataan sasaran yang dilakukan tanpa mempertimbangkan peran 
masing-masing (laki-laki atau perempuan) dalam kegiatan usaha, maupun 
dalam pengambilan keputusan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan 
usahanya. 
20 
E. Materi 
Kolom ini berisi mengenai jenis informasi teknologi yang menjadi pesan bagi 
sasaran baik dalam bentuk pedoman-pedoman, petunjuk teknis suatu 
komoditas tertentu dan lain-lain. 
F. Kegiatan/Metode 
Kolom ini berisi kegiatan-kegiatan atau metode penyuluhan yang dapat 
memecahkan masalah untuk mencapai tujuan. 
G. Volume 
Kolom volume berisi mengenai jumlah dan frekuensi kegiatan yang akan 
dilakukan agar sasaran dapat memahami dan melaksanakan pesan yang 
disampaikan melalui kegiatan/metode penyuluhan, atau agar terjadinya 
perubahan perilaku pada sasaran. 
H. Lokasi 
Kolom ini memuat mengenai lokasi kegiatan penyuluhan yang akan 
dilaksanakan (desa, kecamatan, kabupaten/kota, dll). 
I. Waktu 
Kolom ini berisikan mengenai waktu pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang 
tercantum dalam programa penyuluhan. 
J. Sumber Biaya 
Kolom sumber biaya diisi mengenai berapa biaya yang dibutuhkan untuk 
melaksanakan kegiatan penyuluhan yang telah ditetapkan, serta dari mana 
sumber biaya yang tersebut diperoleh.
21 
K. Penanggungjawab 
Kolom ini berisi mengenai siapa penanggung jawab pelaksanaan kegiatan 
penyuluhan, sehingga apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dapat 
dengan jelas dimintai pertanggungjawaban. 
L. Pelaksana 
Kolom ini berisi mengenai siapa yang melaksanakan kegiatan-kegiatan 
penyuluhan tersebut, apakah dilakukan oleh penyuluh, petani/kontaktani 
dan/atau pelaku usaha. 
M. Keterangan 
Kolom ini berisi uraian mengenai hal-hal yang perlu dijelaskan tentang 
pihakpihak yang diharapkan terlibat dalam pelaksanaan kegiatan. 
N. Matriks 
Matriks Programa Penyuluhan Kehutanan seperti tercantum pada Form 3. 
VII. UNSUR-UNSUR DALAM RENCANA KERJA TAHUNAN PENYULUH 
Rencana Kerja Tahunan Penyuluh (RKTP) merupakan rencana kegiatan 
penyuluh dalam kurun waktu setahun yang dijabarkan dari programa 
penyuluhan di pusat, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, atau 
desa/kelurahan. RKTP juga merupakanc pernyataan tertulis dari serangkaian 
kegiatan yang terukur, terealistis, bermanfaat dan dapat dilaksanakan oleh 
seorang penyuluh di wilayah kerja masing-masing pada tahun yang berjalan. 
Rencana Kerja Tahunan Penyuluh tersebut dituangkan dalam bentuk matriks 
yang berisi tujuan, masalah, sasaran, kegiatan/metoda, materi, volume, lokasi, 
waktu, sumber biaya, pelaksana dan penanggung jawab seperti tercantum 
pada Form 4. 
Rencana Kerja Tahunan Penyuluh: 
1. Jadual Kegiatan 
Jadual kegiatan terdiri atas: waktu pelaksanaan, lokasi dan volume kegiatan. 
2. Jenis Kegiatan 
Jenis kegiatan didasarkan pada: 
a. Tugas pokok dan bidang kegiatan penyuluhan; dan 
b. Programa penyuluhan setempat. 
3. Indikator kinerja dari setiap kegiatan 
Indikator kinerja kegiatan digunakan sebagai standar penilaian keberhasilan 
penyuluhan bagi pelaku utama dan pelaku usaha dan penggunaan 
anggarannya;
4. Hal-hal atau bahan-bahan lain yang perlu dipersiapkan dalam rangka 
22 
memfasilitasi dengan pelaku utama dan pelaku usaha. 
VIII. PEMBIAYAAN 
1. Pembiayaan penyusunan programa penyuluhan Kehutanan 
desa/kelurahan, kecamatan dan kabupaten/kota berasal dari APBD 
kabupaten/kota. 
2. Pembiayaan penyusunan programa penyuluhan Kehutanan provinsi dari 
APBD provinsi, penyusunan programa penyuluhan Kehutanan nasional 
dibiayai dari APBN. 
3. Sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat. 
Agar penyusunan programa penyuluhan Kehutanan sesuai dengan 
mekanisme perencanaan pembangunan daerah dan nasional, maka 
pengalokasian anggaran untuk menyusun programa penyuluhan 
Kehutanan tahun berikutnya disediakan pada anggaran tahun yang 
berjalan. 
IX. PENUTUP 
Pedoman ini merupakan acuan bagi penyelenggara penyuluhan Kehutanan di 
pusat dan di daerah untuk menyamakan persepsi dalam persiapan, 
perencanaan dan pelaksanaan programa penyuluhan Kehutanan. 
Salinan sesuai dengan aslinya MENTERI KEHUTANAN 
Plt. Kepala Biro Hukum dan Organisasi REPUBLIK INDONESIA, 
ttd. ttd. 
Mudjihanto Soemarmo ZULKIFLI HASAN 
NIP. 19540711 198203 1 002
Form 1 
RENCANA KEGIATAN PENYULUHAN KEHUTANAN 
TAHUN : ……………………………. 
ANTARA 
SASARAN 
Pelaku Utama Pemangku Kepentingan Lain 
Pelaku Usaha 
Biaya 
(Rp) 
Sumber 
Biaya 
Metode/ 
Kegiatan 
Penyuluh 
Kehutanan 
Penanggungja 
Pelaksana 
Tujuan Masalah Waktu Ket 
Masyarakat Di 
dalam 
Kawasan 
Hutan 
Masyarakat 
Sekitar Hutan 
UTAMA 
Individu 
Pengelola 
Komoditas 
Kehutanan 
Kelompok 
Pengelola 
Komoditas 
Kehutanan 
Bidang 
Kehutanan 
(AUK) 
Kelompok/L 
embaga 
Pemerhati 
Kehutanan 
Generasi 
Muda 
Tokoh 
Masyarakat 
NO 
Lokasi 
wab 
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 13 14 15 16 17 18 19 20 
Ket. : 
1. Disahkan oleh Kepala BP3K, Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten/Kota 
Ketua Bakor Penyuluhan Provinsi atau Badan Pelaksana sesuai tingkat administrasi pemerintahan 
2. AUK adalah Aneka Usaha Kehutanan
Form 2 
RENCANA KEGIATAN UNTUK MENGIKHTIARKAN KEMUDAHAN 
TAHUN : ……………………………. 
No. Tujuan Masalah Ikhtar/Kegiatan Lokasi Waktu Biaya Sumber Penanggung Pelaksana Keterangan 
yang dilakukan (Rp) Biaya Jawab 
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 
Ket. : 
Disahkan oleh Kepala BP3K, Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten/Kota 
Ketua Bakor Penyuluhan Provinsi atau Badan Pelaksana sesuai tingkat administrasi pemerintahan
Form 3 
MATRIKS PROGRAMA PENYULUHAN KEHUTANAN 
TAHUN : ……………………………. 
SASARAN KEGIATAN PENYULUHAN 
Pelaku 
Usaha 
Masyarakat 
Di dalam 
Kawasan 
Hutan 
UTAMA 
Pelaku Utama Pemangku Kepentingan Lain 
Masyarakat 
Sekitar 
Hutan 
Individu 
Pengelola 
Komoditas 
Kehutanan 
Kelompok 
Pengelola 
Komoditas 
Kehutanan 
Bidang 
Kehutanan 
(AUK) 
Kelompok/L 
embaga 
Pemerhati 
Kehutanan 
ANTARA 
Generasi 
Muda 
Tokoh 
Masyarakat 
Materi 
Kegiatan/ 
Metode 
Vol Lokasi 
Biaya Sumber 
Penanggung 
Ket. 
(Rp) 
Biaya 
Waktu Pelaksana 
jawab 
No. TUJUAN MASALAH 
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 
Ket. : 
Disahkan oleh Kepala BP3K, Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten/Kota 
Ketua Bakor Penyuluhan Provinsi atau Badan Pelaksana sesuai tingkat administrasi pemerintahan
Form 4 
Nama : 
Tahun : 
Wilayah Kerja : 
RENCANA KERJA TAHUNAN PENYULUHAN KEHUTANAN (RKTPK) 
KEGIATAN PENYULUHAN 
No. Masalah Sasaran Materi Kegiatan/ Vol Lokasi Waktu Sumber Penanggung Pelaksana Keterangan 
Metoda Biaya Jawab 
Tujuan 
2 
1 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 
Ket. : 
Disahkan oleh Kepala BP3K, Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten/Kota 
Ketua Bakor Penyuluhan Provinsi atau Badan Pelaksana sesuai tingkat administrasi pemerintahan

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Indonesia.
Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Indonesia.Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Indonesia.
Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Indonesia.
Oswar Mungkasa
 

Was ist angesagt? (20)

P3DN.pdf
P3DN.pdfP3DN.pdf
P3DN.pdf
 
STANDAR TEKNIS SPM PUPR Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru...
STANDAR TEKNIS SPM PUPR Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru...STANDAR TEKNIS SPM PUPR Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru...
STANDAR TEKNIS SPM PUPR Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru...
 
Dagri_BIMTEK_Peran-Kabupaten-Kota-Dalam-Melaksanakan-8-Aksi-Konvergensi.pdf
Dagri_BIMTEK_Peran-Kabupaten-Kota-Dalam-Melaksanakan-8-Aksi-Konvergensi.pdfDagri_BIMTEK_Peran-Kabupaten-Kota-Dalam-Melaksanakan-8-Aksi-Konvergensi.pdf
Dagri_BIMTEK_Peran-Kabupaten-Kota-Dalam-Melaksanakan-8-Aksi-Konvergensi.pdf
 
Peta proses bisnis permen panrb no 19 tahun 2018
Peta proses bisnis   permen panrb no 19 tahun 2018Peta proses bisnis   permen panrb no 19 tahun 2018
Peta proses bisnis permen panrb no 19 tahun 2018
 
Juklak Penilaian Kemampuan Poktan
Juklak Penilaian Kemampuan PoktanJuklak Penilaian Kemampuan Poktan
Juklak Penilaian Kemampuan Poktan
 
Konsep Pembangunan Kawasan Perdesaan
Konsep Pembangunan Kawasan PerdesaanKonsep Pembangunan Kawasan Perdesaan
Konsep Pembangunan Kawasan Perdesaan
 
2. Sistem Manajemen Kinerja ASN (2021).pdf
2. Sistem Manajemen Kinerja ASN (2021).pdf2. Sistem Manajemen Kinerja ASN (2021).pdf
2. Sistem Manajemen Kinerja ASN (2021).pdf
 
Prospek dan Tantangan Smart City Di Indonesia
Prospek dan Tantangan Smart City Di IndonesiaProspek dan Tantangan Smart City Di Indonesia
Prospek dan Tantangan Smart City Di Indonesia
 
Metodologi dan Pengukuran SDGs DESA
Metodologi dan Pengukuran SDGs DESAMetodologi dan Pengukuran SDGs DESA
Metodologi dan Pengukuran SDGs DESA
 
Rencana aksi-pkp-BBPK Ciloto
Rencana aksi-pkp-BBPK CilotoRencana aksi-pkp-BBPK Ciloto
Rencana aksi-pkp-BBPK Ciloto
 
RBPMD dan RP manajemen mutu PKP
RBPMD dan RP manajemen mutu PKPRBPMD dan RP manajemen mutu PKP
RBPMD dan RP manajemen mutu PKP
 
Ruang lingkup pelayanan publik
Ruang lingkup pelayanan publikRuang lingkup pelayanan publik
Ruang lingkup pelayanan publik
 
Variabel kebijakan pemerintah
Variabel kebijakan pemerintahVariabel kebijakan pemerintah
Variabel kebijakan pemerintah
 
Monitoring dan Evaluasi Kinerja Pembangunan
Monitoring dan Evaluasi Kinerja PembangunanMonitoring dan Evaluasi Kinerja Pembangunan
Monitoring dan Evaluasi Kinerja Pembangunan
 
Konsep perencanaan pembangunan desa
Konsep perencanaan pembangunan desaKonsep perencanaan pembangunan desa
Konsep perencanaan pembangunan desa
 
Panduan Pengajuan Perhutanan Sosial
Panduan Pengajuan Perhutanan SosialPanduan Pengajuan Perhutanan Sosial
Panduan Pengajuan Perhutanan Sosial
 
Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Indonesia.
Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Indonesia.Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Indonesia.
Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Indonesia.
 
PROPOSAL PROYEK PERUBAHAN. Penataan Arsip Terpadu
PROPOSAL PROYEK PERUBAHAN. Penataan Arsip TerpaduPROPOSAL PROYEK PERUBAHAN. Penataan Arsip Terpadu
PROPOSAL PROYEK PERUBAHAN. Penataan Arsip Terpadu
 
Laporan proyek perubahan Diklat PIM IV
Laporan proyek perubahan Diklat PIM IVLaporan proyek perubahan Diklat PIM IV
Laporan proyek perubahan Diklat PIM IV
 
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
Buku Panduan Penyusunan RP2KPKPK
 

Andere mochten auch

Paradigma penyulahan kehutanan
Paradigma penyulahan kehutananParadigma penyulahan kehutanan
Paradigma penyulahan kehutanan
abdul samad
 
Form 1 matrik rencana kegiatan penyuluhan
Form 1 matrik rencana kegiatan penyuluhanForm 1 matrik rencana kegiatan penyuluhan
Form 1 matrik rencana kegiatan penyuluhan
Winarto Winartoap
 
Penyuluhan kehutanan 01
Penyuluhan kehutanan 01Penyuluhan kehutanan 01
Penyuluhan kehutanan 01
abdul samad
 
Analisis potensi wilayah dan daerah
Analisis potensi wilayah dan daerahAnalisis potensi wilayah dan daerah
Analisis potensi wilayah dan daerah
Taufik Hamidi
 
Pengertian dan jenis matriks
Pengertian dan jenis matriksPengertian dan jenis matriks
Pengertian dan jenis matriks
SMKN 9 Bandung
 
Metoda pengabdian pada masyarakat pak gatot1
Metoda pengabdian pada masyarakat pak gatot1Metoda pengabdian pada masyarakat pak gatot1
Metoda pengabdian pada masyarakat pak gatot1
Fitri Riyanto
 
Matriks laporan pelaksanaan kegiatan
Matriks laporan pelaksanaan kegiatanMatriks laporan pelaksanaan kegiatan
Matriks laporan pelaksanaan kegiatan
kwarcabkotagorontalo
 
pengertian matriks, grafik,bagan, jadwal, dan skema
pengertian matriks, grafik,bagan, jadwal, dan skemapengertian matriks, grafik,bagan, jadwal, dan skema
pengertian matriks, grafik,bagan, jadwal, dan skema
Kumpulan Jama'ah Al-Khidmah
 

Andere mochten auch (20)

Permenhut ri no 78 th 2014 ttg pedoman penyusunan programa penyuluhan kehutanan
Permenhut ri no 78 th 2014 ttg pedoman penyusunan programa penyuluhan kehutananPermenhut ri no 78 th 2014 ttg pedoman penyusunan programa penyuluhan kehutanan
Permenhut ri no 78 th 2014 ttg pedoman penyusunan programa penyuluhan kehutanan
 
Paradigma penyulahan kehutanan
Paradigma penyulahan kehutananParadigma penyulahan kehutanan
Paradigma penyulahan kehutanan
 
Form 1 matrik rencana kegiatan penyuluhan
Form 1 matrik rencana kegiatan penyuluhanForm 1 matrik rencana kegiatan penyuluhan
Form 1 matrik rencana kegiatan penyuluhan
 
Penyuluhan pertanian
Penyuluhan pertanianPenyuluhan pertanian
Penyuluhan pertanian
 
Penyuluhan kehutanan 01
Penyuluhan kehutanan 01Penyuluhan kehutanan 01
Penyuluhan kehutanan 01
 
10. peta rencana kawasan budidaya
10. peta rencana kawasan budidaya10. peta rencana kawasan budidaya
10. peta rencana kawasan budidaya
 
Teknik identifikasi dan mengolah data hasil identifikasi potensi wilayah
Teknik identifikasi dan mengolah data hasil identifikasi potensi wilayahTeknik identifikasi dan mengolah data hasil identifikasi potensi wilayah
Teknik identifikasi dan mengolah data hasil identifikasi potensi wilayah
 
PERENCANAAN PROGRAM PENYULUHAN
PERENCANAAN PROGRAM PENYULUHAN PERENCANAAN PROGRAM PENYULUHAN
PERENCANAAN PROGRAM PENYULUHAN
 
Data rehabilitasi hutan lahan dan pengeloaan das
Data rehabilitasi hutan lahan dan pengeloaan dasData rehabilitasi hutan lahan dan pengeloaan das
Data rehabilitasi hutan lahan dan pengeloaan das
 
Resapan air
Resapan airResapan air
Resapan air
 
Analisis potensi wilayah dan daerah
Analisis potensi wilayah dan daerahAnalisis potensi wilayah dan daerah
Analisis potensi wilayah dan daerah
 
P.46 2012 metode_danmateripenyuluhankehutanan_
P.46 2012 metode_danmateripenyuluhankehutanan_P.46 2012 metode_danmateripenyuluhankehutanan_
P.46 2012 metode_danmateripenyuluhankehutanan_
 
Pengertian dan contoh bentuk informasi nonverbal
 Pengertian dan contoh bentuk informasi nonverbal Pengertian dan contoh bentuk informasi nonverbal
Pengertian dan contoh bentuk informasi nonverbal
 
Pengertian dan jenis matriks
Pengertian dan jenis matriksPengertian dan jenis matriks
Pengertian dan jenis matriks
 
Metoda pengabdian pada masyarakat pak gatot1
Metoda pengabdian pada masyarakat pak gatot1Metoda pengabdian pada masyarakat pak gatot1
Metoda pengabdian pada masyarakat pak gatot1
 
Analisis potensi wilayah daerah
Analisis potensi wilayah daerahAnalisis potensi wilayah daerah
Analisis potensi wilayah daerah
 
Penyuluhan pertanian
Penyuluhan pertanianPenyuluhan pertanian
Penyuluhan pertanian
 
Matriks laporan pelaksanaan kegiatan
Matriks laporan pelaksanaan kegiatanMatriks laporan pelaksanaan kegiatan
Matriks laporan pelaksanaan kegiatan
 
pengertian matriks, grafik,bagan, jadwal, dan skema
pengertian matriks, grafik,bagan, jadwal, dan skemapengertian matriks, grafik,bagan, jadwal, dan skema
pengertian matriks, grafik,bagan, jadwal, dan skema
 
Matrik program dan kegiatan RPJMD Desa Dermaji
Matrik program dan kegiatan RPJMD Desa DermajiMatrik program dan kegiatan RPJMD Desa Dermaji
Matrik program dan kegiatan RPJMD Desa Dermaji
 

Ähnlich wie P41 2010 programa penyuluhan kehutanan

Permen_Kehutanan_P.8Tahun2013_pedoman_pkbng_phutanan_masy_pdesa_bbasis_konser...
Permen_Kehutanan_P.8Tahun2013_pedoman_pkbng_phutanan_masy_pdesa_bbasis_konser...Permen_Kehutanan_P.8Tahun2013_pedoman_pkbng_phutanan_masy_pdesa_bbasis_konser...
Permen_Kehutanan_P.8Tahun2013_pedoman_pkbng_phutanan_masy_pdesa_bbasis_konser...
Pipiet Noorch
 
7a.KEBIJANKAN PENG.KPH-ABDUL RAUF.pptx
7a.KEBIJANKAN PENG.KPH-ABDUL RAUF.pptx7a.KEBIJANKAN PENG.KPH-ABDUL RAUF.pptx
7a.KEBIJANKAN PENG.KPH-ABDUL RAUF.pptx
adityaerick
 
Permenhut no. p.15 2012 pedoman_pengembanganhutanmasyarakatdesa
Permenhut no. p.15 2012 pedoman_pengembanganhutanmasyarakatdesaPermenhut no. p.15 2012 pedoman_pengembanganhutanmasyarakatdesa
Permenhut no. p.15 2012 pedoman_pengembanganhutanmasyarakatdesa
bening2air
 
Peraturan no. 15 mentri 2012
Peraturan no. 15 mentri 2012Peraturan no. 15 mentri 2012
Peraturan no. 15 mentri 2012
PT. SASA
 
P.100 pedoman pelaksanaan pelimpahan sebagian urusan pemerintahan bidang ling...
P.100 pedoman pelaksanaan pelimpahan sebagian urusan pemerintahan bidang ling...P.100 pedoman pelaksanaan pelimpahan sebagian urusan pemerintahan bidang ling...
P.100 pedoman pelaksanaan pelimpahan sebagian urusan pemerintahan bidang ling...
Anjas Asmara, S.Si
 

Ähnlich wie P41 2010 programa penyuluhan kehutanan (20)

Permen_Kehutanan_P.8Tahun2013_pedoman_pkbng_phutanan_masy_pdesa_bbasis_konser...
Permen_Kehutanan_P.8Tahun2013_pedoman_pkbng_phutanan_masy_pdesa_bbasis_konser...Permen_Kehutanan_P.8Tahun2013_pedoman_pkbng_phutanan_masy_pdesa_bbasis_konser...
Permen_Kehutanan_P.8Tahun2013_pedoman_pkbng_phutanan_masy_pdesa_bbasis_konser...
 
Permenhut no 44 th 2014 ttg pedoman pembangunan unit percontohan penyuluhan k...
Permenhut no 44 th 2014 ttg pedoman pembangunan unit percontohan penyuluhan k...Permenhut no 44 th 2014 ttg pedoman pembangunan unit percontohan penyuluhan k...
Permenhut no 44 th 2014 ttg pedoman pembangunan unit percontohan penyuluhan k...
 
Permen LHK No. P.6/MENLHK/SETJEN/KUM.1/2/2019
Permen LHK No. P.6/MENLHK/SETJEN/KUM.1/2/2019Permen LHK No. P.6/MENLHK/SETJEN/KUM.1/2/2019
Permen LHK No. P.6/MENLHK/SETJEN/KUM.1/2/2019
 
PERGUB Rktp jateng 2011 2030
PERGUB Rktp jateng 2011 2030PERGUB Rktp jateng 2011 2030
PERGUB Rktp jateng 2011 2030
 
7a.KEBIJANKAN PENG.KPH-ABDUL RAUF.pptx
7a.KEBIJANKAN PENG.KPH-ABDUL RAUF.pptx7a.KEBIJANKAN PENG.KPH-ABDUL RAUF.pptx
7a.KEBIJANKAN PENG.KPH-ABDUL RAUF.pptx
 
Permenhut no. p.15 2012 pedoman_pengembanganhutanmasyarakatdesa
Permenhut no. p.15 2012 pedoman_pengembanganhutanmasyarakatdesaPermenhut no. p.15 2012 pedoman_pengembanganhutanmasyarakatdesa
Permenhut no. p.15 2012 pedoman_pengembanganhutanmasyarakatdesa
 
Peraturan Direktur Jenderal PSKL Nomor 8 Tahun 2017 Tentang : Pedoman Penyusu...
Peraturan Direktur Jenderal PSKL Nomor 8 Tahun 2017 Tentang : Pedoman Penyusu...Peraturan Direktur Jenderal PSKL Nomor 8 Tahun 2017 Tentang : Pedoman Penyusu...
Peraturan Direktur Jenderal PSKL Nomor 8 Tahun 2017 Tentang : Pedoman Penyusu...
 
P 57 menhut ii 2014
P 57 menhut ii 2014P 57 menhut ii 2014
P 57 menhut ii 2014
 
Permentan No.82 Tahun 2013 ttg kel tani.pdf
Permentan No.82 Tahun 2013 ttg kel tani.pdfPermentan No.82 Tahun 2013 ttg kel tani.pdf
Permentan No.82 Tahun 2013 ttg kel tani.pdf
 
Permentan no.82 tahun 2013
Permentan no.82 tahun 2013Permentan no.82 tahun 2013
Permentan no.82 tahun 2013
 
Permentan no.82 tahun 2013
Permentan no.82 tahun 2013Permentan no.82 tahun 2013
Permentan no.82 tahun 2013
 
Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Organisasi Da...
Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Organisasi Da...Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Organisasi Da...
Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Organisasi Da...
 
Peraturan no. 15 mentri 2012
Peraturan no. 15 mentri 2012Peraturan no. 15 mentri 2012
Peraturan no. 15 mentri 2012
 
P.100 pedoman pelaksanaan pelimpahan sebagian urusan pemerintahan bidang ling...
P.100 pedoman pelaksanaan pelimpahan sebagian urusan pemerintahan bidang ling...P.100 pedoman pelaksanaan pelimpahan sebagian urusan pemerintahan bidang ling...
P.100 pedoman pelaksanaan pelimpahan sebagian urusan pemerintahan bidang ling...
 
Penetapan kinerja DINHUT 2014
Penetapan kinerja DINHUT 2014Penetapan kinerja DINHUT 2014
Penetapan kinerja DINHUT 2014
 
Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan ber...
Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan ber...Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan ber...
Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan ber...
 
Permen LHK P.37/2019 tentang Perhutanan Sosial Pada Ekosistem Gambut
Permen LHK P.37/2019 tentang Perhutanan Sosial Pada Ekosistem GambutPermen LHK P.37/2019 tentang Perhutanan Sosial Pada Ekosistem Gambut
Permen LHK P.37/2019 tentang Perhutanan Sosial Pada Ekosistem Gambut
 
Permentan sistem manajemen informasi penyuluhan pertanian
Permentan sistem manajemen informasi penyuluhan pertanianPermentan sistem manajemen informasi penyuluhan pertanian
Permentan sistem manajemen informasi penyuluhan pertanian
 
PERDA BAKORLUH JABAR
PERDA BAKORLUH JABARPERDA BAKORLUH JABAR
PERDA BAKORLUH JABAR
 
Panduan Pengajuan Perhutanan Sosial
Panduan Pengajuan Perhutanan SosialPanduan Pengajuan Perhutanan Sosial
Panduan Pengajuan Perhutanan Sosial
 

Mehr von Jhon Blora

Mehr von Jhon Blora (20)

Pp12 2014 tarif pnbp deptan
Pp12 2014 tarif pnbp deptanPp12 2014 tarif pnbp deptan
Pp12 2014 tarif pnbp deptan
 
Permenhut ri no 91 th 2014 ttg penatausahaan hasil hutan bukan kayu yang bera...
Permenhut ri no 91 th 2014 ttg penatausahaan hasil hutan bukan kayu yang bera...Permenhut ri no 91 th 2014 ttg penatausahaan hasil hutan bukan kayu yang bera...
Permenhut ri no 91 th 2014 ttg penatausahaan hasil hutan bukan kayu yang bera...
 
Permenhut no 54 th 2014 ttg kompetensi dan sertifikasi tenaga teknis dan peng...
Permenhut no 54 th 2014 ttg kompetensi dan sertifikasi tenaga teknis dan peng...Permenhut no 54 th 2014 ttg kompetensi dan sertifikasi tenaga teknis dan peng...
Permenhut no 54 th 2014 ttg kompetensi dan sertifikasi tenaga teknis dan peng...
 
Permenhut no 52 th 2014
Permenhut no 52 th 2014Permenhut no 52 th 2014
Permenhut no 52 th 2014
 
Permenhut no 50 th 2014 ttg perdagangan sertifikat penurunan emisi karbon hut...
Permenhut no 50 th 2014 ttg perdagangan sertifikat penurunan emisi karbon hut...Permenhut no 50 th 2014 ttg perdagangan sertifikat penurunan emisi karbon hut...
Permenhut no 50 th 2014 ttg perdagangan sertifikat penurunan emisi karbon hut...
 
Permenhut no 43 th 2014 ttg p enilaian kinerja hutan produksi (1)
Permenhut no 43 th 2014 ttg p enilaian kinerja hutan produksi (1)Permenhut no 43 th 2014 ttg p enilaian kinerja hutan produksi (1)
Permenhut no 43 th 2014 ttg p enilaian kinerja hutan produksi (1)
 
Permenhut no 38 th 2014 ttg p engenaan tarif rp.0
Permenhut no 38 th 2014 ttg p engenaan tarif rp.0Permenhut no 38 th 2014 ttg p engenaan tarif rp.0
Permenhut no 38 th 2014 ttg p engenaan tarif rp.0
 
Permenhut no 24 th 2014 ttg tata cara penulisan pembayaran
Permenhut no 24 th 2014 ttg tata cara penulisan pembayaranPermenhut no 24 th 2014 ttg tata cara penulisan pembayaran
Permenhut no 24 th 2014 ttg tata cara penulisan pembayaran
 
P14 2011 ijin pemanfaatan kayu
P14 2011 ijin pemanfaatan kayuP14 2011 ijin pemanfaatan kayu
P14 2011 ijin pemanfaatan kayu
 
P.30 2012 penataan_hasilhutandarihutanhak
P.30 2012 penataan_hasilhutandarihutanhakP.30 2012 penataan_hasilhutandarihutanhak
P.30 2012 penataan_hasilhutandarihutanhak
 
P 42 menhut ii 2014
P 42 menhut ii 2014P 42 menhut ii 2014
P 42 menhut ii 2014
 
Perda pengelolaan hutan hak dan penatausahaan hasil hutan(1)
Perda pengelolaan hutan hak dan penatausahaan hasil hutan(1)Perda pengelolaan hutan hak dan penatausahaan hasil hutan(1)
Perda pengelolaan hutan hak dan penatausahaan hasil hutan(1)
 
Data sosial kehutanan
Data sosial kehutananData sosial kehutanan
Data sosial kehutanan
 
Data umum
Data umumData umum
Data umum
 
Data pengusahaan hutan
Data pengusahaan hutanData pengusahaan hutan
Data pengusahaan hutan
 
Data kawasan hutan
Data kawasan hutanData kawasan hutan
Data kawasan hutan
 
perda-rtrw-kab-blora-2011-2031
perda-rtrw-kab-blora-2011-2031perda-rtrw-kab-blora-2011-2031
perda-rtrw-kab-blora-2011-2031
 
Kawasan lindung final
Kawasan lindung finalKawasan lindung final
Kawasan lindung final
 
Peta sempadan waduk dan danau
Peta sempadan waduk dan danauPeta sempadan waduk dan danau
Peta sempadan waduk dan danau
 
Peta sempadan sungai
Peta sempadan sungaiPeta sempadan sungai
Peta sempadan sungai
 

Kürzlich hochgeladen

KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdshKISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
DosenBernard
 
SIMPUS SIMPUS SIMPUS & E- PUSKESMAS (3).ppt
SIMPUS SIMPUS SIMPUS & E- PUSKESMAS (3).pptSIMPUS SIMPUS SIMPUS & E- PUSKESMAS (3).ppt
SIMPUS SIMPUS SIMPUS & E- PUSKESMAS (3).ppt
EndangNingsih7
 
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkksKISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
danzztzy405
 
Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...
Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...
Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...
Abortion pills in Riyadh +966572737505 get cytotec
 
Abortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotec
Abortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotecAbortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotec
Abortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotec
Abortion pills in Riyadh +966572737505 get cytotec
 

Kürzlich hochgeladen (17)

KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdshKISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
 
PERTEMUAN 4 himpunan dan fungsi logika fuzzy.ppT
PERTEMUAN 4 himpunan dan fungsi logika fuzzy.ppTPERTEMUAN 4 himpunan dan fungsi logika fuzzy.ppT
PERTEMUAN 4 himpunan dan fungsi logika fuzzy.ppT
 
PPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIF
PPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIFPPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIF
PPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIF
 
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdf
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdfPerlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdf
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdf
 
Materi Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MA
Materi Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MAMateri Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MA
Materi Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MA
 
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
 
Alur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdf
Alur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdfAlur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdf
Alur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdf
 
Contoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data miningContoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data mining
 
DATA MINING : ESTIMASI, PREDIKSI, KLASIFIKASI, KLASTERING, DAN ASOSIASI.ppt
DATA MINING : ESTIMASI, PREDIKSI, KLASIFIKASI, KLASTERING, DAN ASOSIASI.pptDATA MINING : ESTIMASI, PREDIKSI, KLASIFIKASI, KLASTERING, DAN ASOSIASI.ppt
DATA MINING : ESTIMASI, PREDIKSI, KLASIFIKASI, KLASTERING, DAN ASOSIASI.ppt
 
SIMPUS SIMPUS SIMPUS & E- PUSKESMAS (3).ppt
SIMPUS SIMPUS SIMPUS & E- PUSKESMAS (3).pptSIMPUS SIMPUS SIMPUS & E- PUSKESMAS (3).ppt
SIMPUS SIMPUS SIMPUS & E- PUSKESMAS (3).ppt
 
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesia
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa IndonesiaSalinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesia
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesia
 
KONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHAN
KONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHANKONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHAN
KONSEP DASAR ADVOKASI GIZI KEBIJAKAN PEMERINTAHAN
 
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkksKISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
 
Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...
Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...
Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...
 
DATA MINING : RSITEKTUR & MODEL DATA MINING
DATA MINING : RSITEKTUR & MODEL DATA MININGDATA MINING : RSITEKTUR & MODEL DATA MINING
DATA MINING : RSITEKTUR & MODEL DATA MINING
 
Abortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotec
Abortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotecAbortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotec
Abortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotec
 
514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx
514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx
514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx
 

P41 2010 programa penyuluhan kehutanan

  • 1. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 41/Menhut-II/2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PROGRAMA PENYULUHAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 25 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, maka dipandang perlu menetapkan Peraturan Menteri Kehutanan tentang Pedoman Penyusunan Programa Penyuluhan Kehutanan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419); 2. Undang-Undang 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah beberapa ......
  • 2. -2- beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 4. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Kehutanan, Perikanan dan Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4660); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2009 tentang Pembiayaan, Pembinaan dan Pengawasan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 87, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5018); 7. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara; 8. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.40/Menhut-II/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kehutanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 405); MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEHUTANAN TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PROGRAMA PENYULUHAN KEHUTANAN. Pasal 1 ..........
  • 3. - 3 - Pasal 1 Pedoman Penyusunan Programa Penyuluhan Kehutanan seperti tercantum pada Lampiran Peraturan ini dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan Peraturan ini. Pasal 2 Pedoman Penyusunan Programa Penyuluhan Kehutanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 sebagai dasar dalam pelaksanaan penyusunan Programa Penyuluhan Kehutanan bagi Penyuluh Kehutanan PNS, Penyuluh Kehutanan Swasta, dan/atau Penyuluh Kehutanan Swadaya. Pasal 3 Peraturan Menteri Kehutanan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, Peraturan Menteri Kehutanan ini diundangkan dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 30 Agustus 2010 MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. ZULKIFLI HASAN Diundangkan di Jakarta Pada tanggal 7 September 2010 MENTERI HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA, ttd. PATRIALIS AKBAR BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2010 NOMOR 443 Salinan sesuai dengan aslinya Plt. Kepala Biro Hukum dan Organisasi ttd. Mudjihanto Soemarmo NIP. 19540711 198203 1 002
  • 4. 1 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 41/Menhut-II/2010 TANGGAL : 30 Agustus 2010 PEDOMAN PENYUSUNAN PROGRAMA PENYULUHAN KEHUTANAN I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Pasal 25 Undang-Undang 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, diamanatkan perlu adanya pedoman penyusunan programa yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Kehutanan. Kondisi saat ini, kelembagaan penyuluhan kehutanan di setiap tingkatan belum seluruhnya membuat programa penyuluhan kehutanan yang dijadikan acuan oleh Penyuluh Kehutanan dalam penyusunan rencana kerja. Programa penyuluhan kehutanan merupakan rencana tertulis yang disusun secara sistematis untuk memberikan arah dan pedoman sebagai alat pengendali pencapaian tujuan penyuluhan melalui programa penyuluhan kecamatan, programa penyuluhan kabupaten/kota, programa penyuluhan provinsi dan programa penyuluhan nasional sesuai dengan kebutuhan. Programa penyuluhan Kehutanan yang disusun setiap tahun memuat rencana penyuluhan tahun berikutnya dengan memperhatikan siklus anggaran pada masing-masing tingkatan dengan cakupan pengorganisasian, pengelolaan sumberdaya sebagai pelaksanaan penyuluhan. Agar revitalisasi penyuluhan kehutanan dapat berjalan secara produktif, efektif dan efisien, perlu dilakukan identifikasi sumberdaya dan program-program pembangunan kehutanan, baik yang dilaksanakan oleh pemerintah, swasta maupun masyarakat. Hal tersebut diperlukan dalam rangka penyusunan rencana penyelenggaraan penyuluhan kehutanan yang komprehensif dengan memadukan seluruh sumberdaya yang tersedia. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan juga mengamanatkan bahwa programa penyuluhan kehutanan terdiri atas programa penyuluhan desa/kelurahan atau unit kerja lapangan, programa penyuluhan kecamatan, programa penyuluhan kabupaten/kota, programa penyuluhan provinsi dan programa penyuluhan nasional. Agar programa penyuluhan ini dapat merespon secara lebih baik aspirasi pelaku utama dan pelaku usaha di perdesaan, penyusunan programa penyuluhan diawali dari tingkat desa/kelurahan.
  • 5. Programa penyuluhan kehutanan disusun dengan memperhatikan keterpaduan dan kesinergian programa penyuluhan pada setiap tingkatan. Keterpaduan mengandung maksud bahwa programa penyuluhan kehutanan disusun dengan memperhatikan programa penyuluhan kehutanan tingkat kecamatan, tingkat kabupaten/kota, tingkat provinsi dan tingkat nasional, dengan berdasarkan kebutuhan pelaku utama dan pelaku usaha. Sedangkan yang dimaksudkan dengan kesinergian yaitu bahwa programa penyuluhan kehutanan pada tiap tingkatan mempunyai hubungan yang bersifat saling mendukung. Dengan demikian semua programa penyuluhan kehutanan selaras dan tidak bertentangan antara programa penyuluhan kehutanan dalam berbagai tingkatan. Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, maka programa penyuluhan kehutanan diharapkan dapat menghasilkan kegiatan penyuluhan kehutanan lokal spesifik yang strategis dan mempunyai daya ungkit yang tinggi terhadap peningkatan produktivitas komoditas kehutanan unggulan daerah dan pendapatan petani. Dengan demikian, kegiatan-kegiatan yang tercantum dalam programa penyuluhan Kehutanan ini akan mampu merespon kebutuhan pelaku utama dan pelaku usaha dan memberikan dukungan terhadap program-program prioritas dinas/instansi terkait. Penyelenggaraan penyuluhan kehutanan yang dituangkan dalam programa penyuluhan kehutanan, penganggarannya menjadi tugas dan kewenangan menteri, gubernur, bupati/walikota sesuai dengan kemampuan keuangan masing-masing. Guna menyediakan acuan bagi seluruh penyelenggara penyuluhan di pusat dan daerah sebagai dasar persamaan persepsi dalam persiapan, perencanaan, dan pelaksanaan programa penyuluhan kehutanan, dipandang perlu untuk menerbitkan Pedoman Penyusunan Programa Penyuluhan Kehutanan. 2 B. Maksud dan Tujuan Pedoman Penyusunan Programa Penyuluhan Kehutanan ini dimaksudkan sebagai acuan dalam penyusunan programa penyuluhan kehutanan bagi para penyelenggara penyuluhan kehutanan pada semua tingkatan. Adapun tujuannya adalah : 1. Agar semua programa penyuluhan kehutanan selaras dan tidak bertentangan antara programa dalam berbagai tingkatan 2. Sebagai bahan monitoring dan evaluasi penyusunan programa penyuluhan kehutanan pada tahun berikutnya.
  • 6. 3 C. Ruang Lingkup Ruang lingkup Pedoman Penyusunan Programa Penyuluhan Kehutanan meliputi persiapan, penyusunan, pelaksanaan dan monitoring serta evaluasi programa penyuluhan Kehutanan. D. Pengertian Dalam Pedoman ini yang dimaksud dengan: 1. Sistem Penyuluhan Kehutanan yang selanjutnya disebut penyuluhan adalah seluruh rangkaian pengembangan kemampuan, pengetahuan, keterampilan, sikap pelaku utama dan pelaku usaha melalui penyuluhan. 2. Revitalisasi Penyuluhan Kehutanan adalah upaya mendudukkan, memerankan, memfungsikan dan menata kembali penyuluhan Kehutanan agar terwujud satu kesatuan pengertian, satu kesatuan korps dan satu kesatuan arah serta kebijakan. 3. Penyuluhan Kehutanan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. 4. Programa Penyuluhan adalah rencana tertulis yang disusun secara sistematis untuk memberikan arah dan pedoman sebagai alat pengendali pencapaian tujuan penyuluhan. 5. Materi Penyuluhan adalah bahan yang akan disampaikan oleh parapenyuluh kepada pelaku utama dan pelaku usaha dalam berbagai bentuk yang meliputi informasi, teknologi, rekayasa sosial, manajemen, ekonomi hukum dan kelestarian lingkungan. 6. Rencana Kerja Tahunan Penyuluh adalah jadwal kegiatan yang disusun oleh penyuluh berdasarkan programa penyuluhan setempat yang dilengkapi dengan hal-hal yang dianggap perlu untuk berinteraksi dengan pelaku utama dan pelaku usaha. 7. Penyuluh Kehutanan, baik penyuluh PNS, swasta maupun swadaya, yang selanjutnya disebut penyuluh adalah perorangan warga negara Indonesia yang melakukan kegiatan penyuluhan. 8. Pelaku Utama Kegiatan Kehutanan yang selanjutnya disebut pelaku utama adalah masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan hutan beserta keluarga intinya. 9. Pelaku Usaha adalah perorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang dibentuk menurut hukum Indonesia yang mengelola Kehutanan, perikanan dan kehutanan.
  • 7. 10. Petani adalah perorangan warga negara Indonesia beserta keluarganya atau korporasi yang mengelola usaha di bidang Kehutanan yang meliputi usaha hulu, usaha tani, agroindustri, pemasaran dan jasa penunjang. 11. Pos Penyuluhan Kehutanan Desa/Kelurahan adalah kelembagaan penyuluhan pada tingkat desa/kelurahan yang merupakan unit kerja nonstruktural yang dibentuk dan dikelola secara partisipatif oleh pelaku utama. 12. Pemerintah Pusat selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaaan pemerintahan negara RI sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945. 13. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan 4 perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 14. Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 15. Kelompok Tani Hutan (KTH) / Kelompok Tani Penghijauan (KTP) adalah kumpulan petani atau perorangan warga negara Indonesia beserta keluarganya atau korporasi yang mengelola usaha dibidang kehutanan (wanatani, penangkaran satwa dan tumbuhan) di dalam dan di sekitar hutan yang meliputi usaha hulu, usaha tani, agroindustri, pemasaran, dan jasa penunjang lainnya (agrosilvobisnis). II. UNSUR PROGRAMA PENYULUHAN KEHUTANAN A. Keadaan Umum Keadaan umum wilayah kerja yang menggambarkan fakta-fakta berupa data dan informasi mengenai potensi, produktivitas dan lingkungan usaha kehutanan, perilaku/tingkat kemampuan petani dan kebutuhan pelaku utama dalam usahanya di wilayah (desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional) pada saat akan disusunnya programa penyuluhan Kehutanan, dengan penjelasan sebagai berikut: 1. Potensi usaha menggambarkan peluang usaha dari hulu sampai hilir yang prospektif untuk dikembangkan sesuai dengan peluang pasar, kondisi agroekosistem setempat, sumberdaya dan teknologi yang tersedia untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan pelaku utama dan pelaku usaha.
  • 8. 2. Produktivitas usaha menggambarkan perolehan hasil usaha per satuan unit usaha saat ini (faktual) maupun potensi perolehan hasil usaha yang dapat dicapai untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan pelaku utama dan pelaku usaha. 3. Lingkungan usaha menggambarkan kondisi ketersediaan sarana dan prasarana usaha (agroinput, pasca panen, pengolahan, distribusi dan pemasaran) serta kebijakan yang mempengaruhi usaha pelaku utama dan pelaku usaha. 4. Perilaku berupa kemampuan (Pengetahuan, Keterampilan dan Sikap) pelaku utama dan pelaku usaha dalam penerapan teknologi usaha (teknologi usaha hulu, usahatani dan teknologi usaha hilir). 5. Kebutuhan pelaku utama dan pelaku usaha menggambarkan keperluan akan perlindungan, kepastian, kepuasan yang dapat menjamin terwujudnya keberhasilan melaksanakan kegiatan usaha Kehutanan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan bagi pelaku utama dan pelaku usaha. 5 B. Tujuan Tujuan dalam hal ini memuat pernyataan mengenai perubahan perilaku dan kondisi pelaku utama dan pelaku usaha yang hendak dicapai dengan cara menggali dan mengembangkan potensi yang tersedia pada dirinya, keluarga dan lingkungannya untuk memecahkan masalah yang dihadapi dan merespon peluang. Prinsip yang digunakan dalam merumuskan tujuan yaitu: SMART: Specific (khas); Measurable (dapat diukur); Actionary (dapat dikerjakan/dilakukan); Realistic (realistis); dan Time Frame (memiliki batasan waktu untuk mencapai tujuan). Hal-hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan tujuan adalah: ABCD: Audience (khalayak sasaran); Behaviour (perubahan perilaku yang dikehendaki); Condition (kondisi yang akan dicapai); dan Degree (derajat kondisi yang akan dicapai). C. Permasalahan Permasalahan dalam hal ini terkait dengan faktor-faktor yang dinilai dapat menyebabkan tidak tercapainya tujuan, atau faktor-faktor menyebabkan terjadinya perbedaan antara kondisi saat ini (faktual) dengan kondisi yang ingin dicapai. Faktor-faktor tersebut antara lain: 1. Faktor yang bersifat perilaku, yaitu faktor yang berkaitan dengan tingkat adopsi pelaku utama dan pelaku usaha terhadap penerapan suatu inovasi/teknologi baru, misalnya belum yakin, belum mau, atau belum mampu menerapkan dalam usahanya.
  • 9. 2. Faktor yang bersifat non perilaku, yaitu faktor yang berkaitan dengan ketersediaan dan kondisi sarana dan prasarana pendukung usaha pelaku utama dan pelaku usaha, misalnya ketersediaan pupuk, benih/bibit atau modal. Dari permasalahan yang teridentifikasi, perlu dibuat peringkat sesuai dengan prioritas pembangunan kehutanan di suatu wilayah, berdasarkan pertimbangan sebagai berikut: a. apakah masalah itu menyangkut mayoritas para pelaku utama dan 6 pelaku usaha; b. apakah erat kaitannya dengan potensi usaha, produktivitas, lingkungan usaha, perilaku, kebutuhan, efektivitas dan efisiensi usaha pelaku utama dan pelaku usaha; dan c. apakah tersedia kemudahan biaya, tenaga, teknologi/inovasi untuk pemecahan masalah. Penetapan urutan prioritas masalah tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan teknik identifikasi faktor penentu (impact point), dan teknik peringkat masalah lainnya. D. Rencana Kegiatan Rencana kegiatan menggambarkan apa yang dilakukan untuk mencapai tujuan, bagaimana caranya, siapa yang melakukan, siapa sasarannya, dimana, kapan, berapa biayanya, dan apa hasil yang akan dicapai untuk memecahkan masalah yang dihadapi dan merespon peluang yang ada. Untuk merumuskan rencana kegiatan perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1. Tingkat kemampuan (Pengetahuan, Keterampilan dan Sikap) pelaku utama dan pelaku usaha; 2. Ketersediaan teknologi/inovasi, sarana dan prasarana, serta sumberdaya lain yang mendukung kegiatan penyuluhan Kehutanan; 3. Tingkat kemampuan (Pengetahuan, Keterampilan dan Sikap) Penyuluh Kehutanan; 4. Situasi lingkungan fisik, sosial dan budaya yang ada; dan 5. Alokasi pembiayaan yang tersedia. Rencana kegiatan harus memuat unsur-unsur : SIADIBIBA : Siapa yang akan melaksanakan?; Apa tujuan yang ingin dicapai?; Dimana dilaksanakan?; Bilamana/kapan waktu pelaksanaan?; Berapa banyak hasil yang ingin dicapai (kuantitas dan kualitas)?; Berapa korbanan yang diperlukan (biaya, tenaga, dll)?; serta bagaimana melaksanakannya (melalui kegiatan apa)?.
  • 10. Rencana kegiatan yang disajikan dalam bentuk tabulasi/matriks yang berisi masalah, kegiatan, metode, keluaran, sasaran, volume/frekuensi, lokasi, waktu, biaya, sumber biaya, penanggungjawab, pelaksanaan dan pihak terkait. 7 III. MEKANISME PENYUSUNAN PROGRAMA PENYULUHAN A. Keterkaitan dan Keterpaduan Penyusunan Programa Penyuluhan Kehutanan dengan Proses Perencanaan Pembangunan Penyuluhan Kehutanan. Keterkaitan dan Keterpaduan Penyusunan Programa Penyuluhan Kehutanan dengan Proses Perencanaan Pembangunan Penyuluhan Kehutanan terintegrasi dengan sub sistem program pembangunan Kehutanan. Dengan demikian proses penyusunan programa penyuluhan Kehutanan dilakukan secara sinergis dan terpadu dengan proses perencanaan pembangunan Kehutanan. Programa penyuluhan Kehutanan disusun setiap tahun dan memuat rencana penyuluhan Kehutanan tahun berikutnya dengan memperhatikan siklus anggaran pada masing-masing tingkatan, serta mencakup pengorganisasian dan pengelolaan sumberdaya sebagai dasar penyelenggaraan penyuluhan Kehutanan. Penyusunan programa penyuluhan Kehutanan dilakukan secara partisipatif untuk mengakomodasi kebutuhan dan kepentingan pelaku utama dan pelaku usaha. Adapun jumlah dan alokasi pembiayaan kegiatan-kegiatan penyuluhan Kehutanan yang tercantum pada programa penyuluhan di pusat, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, dan desa menjadi dasar dalam penyusunan APBD dan APBN. Kelembagaan penyuluhan di masing-masing tingkatan memfasilitasi proses penyusunan programa penyuluhan Kehutanan agar programa penyuluhan nasional, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan desa/kelurahan dapat berlangsung seiring sejalan, serta materi kegiatan penyuluhannya saling menunjang dan saling mendukung.
  • 11. Keterkaitan programa penyuluhan Kehutanan dengan perencanaan pembangunan dapat dilihat pada bagan berikut ini: Program Pembangunan Kehutanan Nasional Program Pembangunan Kehutanan Provinsi Program Pembangunan Kehutanan Kabupaten/Kota 8 Keterkaitan dan Keterpaduan Penyusunan Programa Penyuluhan Dengan Perencanaan Pembangunan Programa Penyuluhan Programa Penyuluhan Kabupaten/Kota Programa Penyuluhan Kecamatan Programa Penyuluhan Desa/Kelurahan Keterangan : Kelembagaan Penyuluhan Pusat Kelembagaan Penyuluhan Provinsi Rencana Pembangunan Nasional Rencana Pembangunan Kabupaten/Kota Rencana Pembangunan Kecamatan Kelembagaan Penyuluhan Kecamatan : Arus Proses Penyusunan Programa Penyuluhan : Arus Data dan Informasi B. Proses Penyusunan Programa Penyuluhan Kehutanan Proses penyusunan programa penyuluhan kehutanan, terdiri atas kegiatan sebagai berikut: 1. Identifikasi program-program pembangunan Kehutanan lingkup Kementerian Kehutanan, dinas/instansi lingkup kehutanan di provinsi dan kabupaten/kota, serta kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha. Khusus untuk tingkat desa, identifikasi keadaan, masalah dan tujuan digali secara langsung dari pelaku utama dan pelaku usaha di desa melalui metoda/teknik PRA dan atau teknik lainnya. Nasional Programa Penyuluhan Provinsi Kelembagaan Penyuluhan Kabupaten/Kota Programa Penyuluhan RDK/RDKK Program Pembangunan Kehutanan Kecamatan Rencana Penbangunan Provinsi Rencana Pembangunan Desa/Kelurahan Identifikasi Potensi Wilayah (PRA) Desa Pos Penyuluhan Desa/Kelurahan Program Pembangunan Kehutanan Desa/Kelurahan
  • 12. 2. Penggabungan kegiatan penyuluhan Kehutanan yang ada dalam program pembangunan Kehutanan menjadi prioritas lingkup Kementerian Kehutanan, dinas/instansi lingkup kehutanan di provinsi dan kabupaten/kota dengan program kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha untuk menghasilkan draft programa penyuluhan kehutanan. 3. Penetapan keadaan, masalah, tujuan dan cara mencapai tujuan. 4. Pengesahan programa penyuluhan dilakukan oleh Kepala Balai Penyuluhan, Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten/Kota, Ketua Badan Koordinasi Penyuluhan Provinsi, atau Kepala Badan Penyuluhan sesuai dengan tingkat administrasi pemerintahan (khusus untuk tingkat desa/kelurahan tidak perlu disahkan, namun cukup diketahui oleh kepala desa/kelurahan). 5. Pembubuhan tanda tangan pimpinan pemerintahan di masing-masing tingkatan dan wakil-wakil Eselon I lingkup Kementerian Kehutanan, dinas/instansi lingkup kehutanan di provinsi dan kabupaten/kota pada lembar pengesahan programa penyuluhan Kehutanan, agar programa penyuluhan Kehutanan menjadi bagian dari perencanaan pembangunan. 6. Programa penyuluhan kehutanan dijabarkan ke dalam rencana kerja 9 tahunan setiap penyuluh Kehutanan. 7. Apabila dipandang perlu, dapat dilakukan revisi programa penyuluhan kehutanan dan rencana kerja tahunan Penyuluh Kehutanan yang dilakukan setelah keluarnya APBD dan APBN. C. Penyusunan Programa Penyuluhan Kehutanan 1. Tingkat Desa/Kelurahan a. Penyuluh Kehutanan yang bertugas di desa/kelurahan memfasilitasi proses penyusunan programa penyuluhan Kehutanan tingkat desa/kelurahan. b. Apabila di satu desa belum ada penyuluh yang ditugaskan, maka penyusunan programa penyuluhan Kehutanan di desa/kelurahan tersebut difasilitasi oleh Penyuluh Kehutanan yang wilayah kerjanya meliputi desa/kelurahan. c. Penyusunan programa desa/kelurahan dimulai dengan penggalian data dan informasi mengenai potensi desa, monografi desa, jenis komoditas unggulan desa dan tingkat produktivitasnya, keberadaan Kelompok Tani Hutan (KTH)/Kelompok Tani Penghijauan (KTP), keberadaan kelembagaan Aneka Usaha Kehutanan (AUK), masalah-masalah yang dihadapi oleh pelaku utama dan pelaku usaha. Penggalian data dan informasi ini dilakukan bersama-sama dengan tokoh dan anggota masyarakat guna menjaring kebutuhan nyata, harapan dan aspirasi pelaku utama dan pelaku usaha, antara lain dengan menggunakan metode dan instrumen Participatory Rural Appraisal (PRA) atau teknik identifikasi keadaan wilayah lainnya.
  • 13. d. Hasil penggalian data informasi tersebut merupakan masukan untuk menyusun rencana kegiatan KTH/KTP dalam setahun yang mencerminkan upaya perbaikan produktivitas usaha di tingkat KTH/KTP yaitu Rencana Definitif Kelompok (RDK). RDK yang dilengkapi dengan rincian kebutuhan sarana produksi/usaha yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan rencana disebut Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK). Hal ini sekaligus dimaksudkan guna memudahkan penyuluh dalam merekapitulasi kebutuhan sarana produksi dan mengupayakan pemenuhannya secara tepat waktu, tepat jumlah, tepat kualitas, tepat sasaran, tepat harga. e. Selanjutnya hasil rekapitulasi RDK dan RDKK seluruh KTH/KTP di desa akan digabungkan dengan kegiatan-kegiatan dinas/instansi lingkup kehutanan yang dialokasikan di desa tersebut. f. Penggabungan kegiatan KTH/KTP di tingkat desa dengan kegiatan-kegiatan dinas/instansi lingkup Kehutanan di desa, sesuai dengan tahapan proses, dilakukan melalui serangkaian pertemuan-pertemuan yang dimotori oleh para Penyuluh Kehutanan di desa/kelurahan dan dihadiri kepala desa, pengurus kelembagaan pelaku usaha, penyuluh swasta dan penyuluh swadaya yang bertugas di desa. g. Programa Penyuluhan Kehutanan Desa/Kelurahan yang sudah final ditandatangani oleh para penyusun (perwakilan pelaku utama dan pelaku usaha serta Penyuluh Kehutanan), kemudian ditandatangani oleh kepala desa/kelurahan, sebagai tanda mengetahui. h. Programa Penyuluhan Kehutanan Desa/Kelurahan diharapkan telah selesai disusun paling lambat bulan September tahun berjalan, untuk dilaksanakan pada tahun berikutnya. i. Programa Penyuluhan Kehutanan Desa/Kelurahan yang sudah final disampaikan kepada Balai Penyuluhan di kecamatan sebagai bahan penyusunan programa penyuluhan Kehutanan kecamatan, dan untuk disampaikan di dalam Forum Musrenbangdes (Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa) sebagai bahan penyusunan perencanaan pembangunan desa. 10 2. Tingkat Kecamatan a. Kepala Balai Penyuluhan di kecamatan memfasilitasi penyusunan programa penyuluhan Kehutanan tingkat kecamatan yang dilakukan oleh penyuluh bersama perwakilan pelaku utama dan pelaku usaha. b. Penyuluh bersama perwakilan pelaku utama dan pelaku usaha melakukan rekapitulasi programa desa/kelurahan yang ada di wilayah kerjanya sebagai bahan penyusunan programa penyuluhan kecamatan. c. Proses penyusunan programa penyuluhan kecamatan dimulai dari perumusan keadaan, masalah, tujuan dan cara mencapai tujuan. Dalam proses ini dilakukan peringkat masalah-masalah yang dihadapi oleh pelaku utama dan pelaku usaha sesuai dengan skala prioritas kebutuhan pelaku utama dan pelaku usaha dan fokus pembangunan di wilayah kecamatan.
  • 14. d. Penyusunan programa penyuluhan Kehutanan kecamatan ini dilakukan oleh para penyuluh Kehutanan di kecamatan dan perwakilan kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha melalui serangkaian pertemuan-pertemuan untuk menghasilkan draft programa penyuluhan kecamatan. e. Selanjutnya draft programa penyuluhan kehutanan kecamatan disajikan dalam pertemuan yang dihadiri oleh pejabat yang membidangi perencanaan dari dinas/instansi terkait dan perwakilan kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha dalam rangka penggabungan kegiatan penyuluhan. f. Programa penyuluhan kehutanan kecamatan yang sudah final ditandatangani oleh para penyusunnya (perwakilan pelaku utama dan pelaku usaha serta penyuluh Kehutanan), kemudian disahkan oleh kepala Balai Penyuluhan, dan diketahui pimpinan dinas/instansi terkait; g. Programa penyuluhan Kehutanan kecamatan diharapkan telah disahkan paling lambat bulan Oktober tahun berjalan, untuk dilaksanakan pada tahun berikutnya. h. Programa penyuluhan Kehutanan kecamatan yang sudah disahkan disampaikan ke kelembagaan penyuluhan kabupaten sebagai bahan penyusunan programa penyuluhan Kehutanan kabupaten, dan untuk disampaikan di dalam Forum Musrenbang Kecamatan sebagai bahan penyusunan perencanaan pembangunan kecamatan. i. Programa penyuluhan Kehutanan kecamatan selanjutnya dijabarkan oleh masing-masing penyuluh Kehutanan ke dalam Rencana Kerja Tahunan Penyuluh (RKPT) di kecamatan. 11 3. Tingkat Kabupaten/Kota a. Kepala kelembagaan penyuluhan kabupaten/kota memfasilitasi penyusunan programa penyuluhan Kehutanan tingkat kabupaten/kota yang dilakukan oleh penyuluh bersama perwakilan pelaku utama dan pelaku usaha. b. Penyuluh bersama perwakilan pelaku utama dan pelaku rekapitulasi programa kecamatan yang ada di wilayahkerjanya sebagai bahan penyusunan programa penyuluhan kabupaten/kota. c. Proses penyusunan programa penyuluhan kabupaten/kota dimulai dari perumusan keadaan, masalah, tujuan dan cara mencapai tujuan. Dalam proses ini dilakukan pemeringkatan masalah-masalah yang dihadapi oleh pelaku utama dan pelaku usaha sesuai dengan skala prioritas kebutuhan pelaku utama dan pelaku usaha dan fokus pembangunan di wilayah kabupaten/kota. d. Penyusunan programa penyuluhan Kehutanan kabupaten/kota ini dilakukan oleh para penyuluh Kehutanan di kabupaten/ kota dan perwakilan kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha melalui serangkaian pertemuan-pertemuan untuk menghasilkan draf programa penyuluhan kabupaten/kota.
  • 15. e. Draft programa penyuluhan Kehutanan kabupaten/kota selanjutnya disajikan dalam pertemuan yang dihadiri oleh pejabat yang membidangi perencanaan dari dinas/instansi lingkup Kehutanan dan perwakilan kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha dalam rangka penggabungan kegiatan penyuluhan. f. Programa penyuluhan Kehutanan kabupaten/kota yang sudah final ditandatangani oleh koordinator penyuluh di kabupaten/ kota dan perwakilan kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha, kemudian disahkan oleh kepala Badan pelaksana Penyuluhan/kelembagaan penyuluhan kabupaten/kota, dan diketahui pejabat yang membidangi perencanaan dari dinas/instansi lingkup Kehutanan. g. Programa penyuluhan Kehutanan kabupaten/kota diharapkan disahkan paling lambat bulan November tahun berjalan, untuk dilaksanakan pada tahun berikutnya. h. Programa penyuluhan Kehutanan kabupaten/kota yang sudah disahkan selanjutnya disampaikan di dalam Forum Musrenbang Kabupaten/Kota sebagai bahan penyusunan perencanaan pembangunan kabupaten/kota. i. Programa penyuluhan Kehutanan kabupaten/kota selanjutnya dijabarkan oleh masing-masing penyuluh Kehutanan ke dalam Rencana Kerja Tahunan Penyuluh (RKPT) di kabupaten/kota. 12 4. Tingkat Provinsi a. Kepala kelembagaan penyuluhan provinsi memfasilitasi penyusunan programa penyuluhan Kehutanan tingkat provinsi yang dilakukan oleh para penyuluh bersama perwakilan kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha. b. Penyusunan programa penyuluhan Kehutanan provinsi ini dilakukan oleh para penyuluh Kehutanan di provinsi dan perwakilan kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha melalui serangkaian pertemuan-pertemuan untuk menghasilkan draft programa penyuluhan provinsi. c. Proses penyusunan programa penyuluhan provinsi dimulai dari perumusan keadaan, masalah, tujuan dan cara mencapai tujuan. Dalam proses ini dilakukan pemeringkatan masalah-masalah yang dihadapi oleh pelaku utama dan pelaku usaha sesuai dengan skala prioritas kebutuhan pelaku utama dan pelaku usaha dan fokus pembangunan di wilayah provinsi. d. Draft programa penyuluhan Kehutanan provinsi selanjutnya disajikan dalam pertemuan yang dihadiri oleh pejabat yang membidangi perencanaan dari dinas/instansi lingkup Kehutanan dan perwakilan kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha dalam rangka penggabungan kegiatan penyuluhan. e. Programa penyuluhan kehutanan provinsi yang sudah final ditandatangani oleh koordinator penyuluh di provinsi dan perwakilan kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha, kemudian disahkan oleh kepala kelembagaan penyuluhan provinsi, dan diketahui pejabat yang membidangi perencanaan dari dinas/instansi lingkup Kehutanan.
  • 16. f. Programa penyuluhan kehutanan provinsi diharapkan telah disahkan paling lambat bulan Desember tahun berjalan, untuk dilaksanakan pada tahun berikutnya. g. Programa penyuluhan Kehutanan provinsi yang sudah disahkan disampaikan di dalam Forum Musrenbang Provinsi sebagai bahan penyusunan perencanaan pembangunan provinsi. h. Programa penyuluhan Kehutanan provinsi selanjutnya dijabarkan oleh masing-masing penyuluh Kehutanan ke dalam Rencana Kerja Tahunan Penyuluh (RKTP) di provinsi. 13 5. Tingkat Nasional a. Kepala kelembagaan penyuluhan di pusat memfasilitasi penyusunan programa penyuluhan Kehutanan tingkat nasional yang dilakukan oleh para Penyuluh Kehutanan bersama perwakilan kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha. b. Penyusunan programa penyuluhan Kehutanan nasional dilakukan oleh para Penyuluh Kehutanan di tingkat nasional dan perwakilan kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha melalui serangkaian pertemuan-pertemuan untuk menghasilkan draft programa penyuluhan nasional. c. Proses penyusunan programa penyuluhan nasional dimulai dari perumusan keadaan, masalah, tujuan dan cara mencapai tujuan. Dalam proses ini dilakukan peringkat masalah-masalah yang dihadapi oleh pelaku utama dan pelaku usaha sesuai dengan skala prioritas kebutuhan pelaku utama dan pelaku usaha dan fokus pembangunan nasional. d. Draft programa penyuluhan Kehutanan nasional selanjutnya disajikan dalam pertemuan yang dihadiri oleh pejabat yang membidangi perencanaan lingkup Kementerian Kehutanan dan perwakilan kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha dalam rangka penggabungan kegiatan penyuluhan; e. Programa penyuluhan Kehutanan nasional yang sudah final ditandatangani oleh koordinator penyuluh di tingkat pusat dan perwakilan kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha, kemudian disahkan oleh kepala kelembagaan penyuluhan pusat, dan diketahui pejabat di Eselon I lingkup Kementerian Kehutanan yang membidangi perencanaan. f. Programa penyuluhan Kehutanan nasional diharapkan disahkan paling lambat bulan Desember tahun berjalan, untuk dilaksanakan pada tahun berikutnya. g. Programa penyuluhan Kehutanan nasional yang sudah disahkan disampaikan di dalam Forum Musrenbanghut Nasional sebagai bahan penyusunan perencanaan pembangunan nasional. h. Programa penyuluhan Kehutanan nasional selanjutnya dijabarkan oleh masing-masing penyuluh Kehutanan ke dalam Rencana Kerja Tahunan Penyuluh (RKTP) di tingkat pusat.
  • 17. 14 IV. TAHAPAN PENYUSUNAN PROGRAMA PENYULUHAN Penyusunan programa penyuluhan dilakukan oleh penyuluh Kehutanan bersama para pelaku utama dan pelaku usaha serta organisasi petani secara partisipatif, melalui tahapan sebagai berikut: A. Perumusan Keadaan Perumusan keadaan adalah penggambaran fakta berupa data dan informasi di suatu wilayah kerja pada saat program disusun yang diperoleh setelah melakukan pengumpulan dan pengolahan data. Sebelum keadaan dirumuskan, perlu dilakukan pengumpulan, pengolahan dan analisis data mengenai potensi, produktivitas dan lingkungan usaha kehutanan, perilaku/tingkat kemampuan pelaku utama dan pelaku usaha, dan kebutuhan pelaku utama dalam usahanya disuatu wilayah. Hasil analisis data dan informasi dapat digali melalui berbagai metode partisipatif, diantaranya PRA (Participatory Rural Appraisal), dari rencana kegiatan pelaku utama dan pelaku usaha (RDK/RDKK) serta dari rekapitulasi programa penyuluhan setingkat dibawahnya. B. Penetapan Tujuan Penetapan tujuan adalah perumusan keadaan yang hendak dicapai dalam jangka waktu 1 (satu) tahun. Tujuan dirumuskan dengan kalimat-kalimat perubahan perilaku pelaku utama dan pelaku usaha yang hendak dicapai. Penetapan tujuan tersebut dilakukan bersama-sama pemerintah, pelaku utama dan pelaku usaha, serta kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha sehingga rumusan tersebut berupa keinginan dan kepentingan dari kedua belah pihak. C. Penetapan Masalah Penetapan masalah adalah perumusan faktor-faktor yang dapat menyebabkan tidak tercapainya tujuan. Faktor-faktor tersebut terutama dicari dari kemampuan pelaku utama dan pelaku usaha dan kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha. Faktor-faktor tersebut disusun berdasarkan: 1. Apakah masalah tersebut menyangkut mayoritas pelaku utama dan pelaku usaha dan organisasi petani. 2. Apakah erat kaitannya dengan program pembangunan Kehutanan yang sedang berlangsung di wilayah kerja yang bersangkutan. 3. Apakah kemampuan (biaya, tenaga, peralatan, dsb) tersedia untuk pemecahan masalah. Urutan prioritas masalah dapat dilakukan dengan menggunakan teknik faktor penentu (impact-point) atau teknik peningkatan masalah lainnya. Selain itu, penetapan masalah dilakukan secara partisipatif dengan merujuk pada hasil identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan tidak tercapainya tujuan.
  • 18. Penetapan masalah dilakukan dengan tahapan: 1. Menetapkan kriteria untuk menetapkan prioritas (melibatkan banyak pelaku utama dan pelaku usaha, sebaran lokasi luas, kerugian yang diakibatkan tinggi, kemudahan untuk mengatasi masalah, mendesak/penting). 2. Menetapkan skoring/pembobotan untuk setiap kriteria sesuai dengan 15 kesepakatan. 3. Melakukan penilaian terhadap setiap masalah berdasarkan skoring. 4. Menetapkan prioritas masalah. D. Penetapan Rencana Kegiatan Pada tahap ini dirumuskan cara mencapai tujuan, yaitu penetapan rencana kegiatan yang menggambarkan bagaimana tujuan bisa dicapai. Ada dua rencana yang harus disusun, yaitu: 1. Rencana kegiatan penyuluhan yang meliputi data dan informasi mengenai tujuan, masalah, sasaran, lokasi, metode/kegiatan, waktu, lokasi, biaya dan penanggungjawab serta pelaksana. Masalah dalam rencana kegiatan penyuluhan berupa masalah-masalah yang bersifat perilaku, yang antara lain bisa disidik (identifikasi) berdasarkan teknik faktor penentu. 2. Rencana kegiatan untuk membantu mengikhtiarkan pelayanan dan pengaturan yang meliputi data dan informasi mengenai tujuan, sasaran, lokasi, jenis kegiatan, waktu, penanggungjawab serta pelaksana. Masalah petani yang bersifat non perilaku antara lain masalah-masalah yang berkaitan dengan kondisi sarana dan prasarana usahatani, pembiayaan, pengaturan, pelayanan dan kebijakan pemerintah/iklim usaha yang kurang kondusif. E. Rencana Monitoring dan Evaluasi Rencana monitoring dan evaluasi disusun oleh para Penyuluh Kehutanan yang berada di pusat, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, kelurahan/desa bersama para pelaku utama dan pelaku usaha. Rencana monitoring dan evaluasi meliputi : 1. Penetapan indikator dan ukuran keberhasilan programa penyuluhan kehutanan : a. Indikator ditetapkan berdasarkan tujuan kegiatan-kegiatan (keluaran/output) yang telah ditetapkan dalam programa. b. Ukuran keberhasilan ditetapkan berdasarkan indikator yang dapat diukur (data kualitatif dan kuantitatif).
  • 19. 16 2. Penyusunan instrumen monitoring dan evaluasi a. Instrumen monitoring disusun berdasarkan rencana dan realisasi kegiatan-kegiatan yang tercantum dalam programa penyuluhan kehutanan b. Instrumen evaluasi disusun dalam bentuk daftar pertanyaan/daftar isian berdasarkan indikator yang telah ditetapkan. 3. Penetapan jadual monitoring dan evaluasi Monitoring dilakukan paling kurang 3 (tiga) bulan sekali atau triwulanan, sedangkan evaluasi dilakukan menjelang akan disusunnya programa penyuluhan tahun berikutnya. F. Revisi Programa Penyuluhan Revisi programa penyuluhan pusat, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, kelurahan/ desa dilakukan karena adanya perubahan-perubahan keadaan yang mengakibatkan berubahnya tujuan, masalah dan rencana kegiatan, yang disebabkan antara lain: 1. Kesalahan analisa data dan informasi yang digali melalui PRA. 2. Kesalahan dalam penyusunan rencana kegiatan penyuluhan yang telah disusun oleh pelaku utama dan pelaku usaha di setiap tingkatan dan kelompok. 3. Kesalahan dalam perumusan keadaan. 4. Kesalahan dalam penetapan tujuan. 5. Kesalahan dalam penetapan masalah. 6. Kesalahan dalam penetapan kegiatan. 7. Perubahan dalam dukungan pembiayaan.
  • 20. Secara skematis urutan penyusunan programa penyuluhan Kehutanan dapat digambarkan seperti pada Gambar 1: 17 Bagan Tahap 1-6 Perumusan Keadaan Penetapan Tujuan Penetapan Masalah Penetapan Rencana Kegiatan Penyusunan Rencana Monev Penyempurnaan (Revisi) Gambar 1. Skematis Urutan Penyusunan Pograma Penyuluhan Kehutanan V. FORMAT PROGRAMA PENYULUHAN A. Pendahuluan Dalam pendahuluan diuraikan informasi yang melatarbelakangi perlunya penyusunan programa penyuluhan di suatu tingkatan wilayah (pusat, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, atau desa/kelurahan). B. Keadaan Umum Keadaan umum menggambarkan mengenai potensi sumberdaya pembangunan Kehutanan secara umum dan sumberdaya yang erat kaitannya dengan penyuluhan kehutanan serta merupakan bagian dari program-program pembangunan kehutanan di suatu tingkat (pusat, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, atau desa/kelurahan) yang perlu didukung dengan data dan informasi yang menunjang, baik kualitatif dan kuantitatif.
  • 21. 18 C. Tujuan Tujuan menggambarkan pernyataan mengenai perubahan pengetahuan, wawasan, sikap dan perilaku pelaku usaha, pelaku utama, kelembagaan petani, penyuluh dan petugas dinas/instansi lingkup kehutanan serta pemangku kepentingan yang akan dicapai untuk merubah potensi sumberdaya pembangunan kehutanan di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, atau desa/kelurahan menjadi peluang yang nyata dan bermanfaat untuk peningkatan produktivitas, pendapatan, dan kesejahteraan masyarakat. Upaya ini menggambarkan target yang secara realistis dapat dicapai dalam kurun waktu setahun. D. Masalah Masalah menggambarkan faktor-faktor yang menyebabkan belum tercapainya tujuan pembangunan kehutanan yang diharapkan. Uraian ini dimulai dengan analisa permasalahan yang bersifat non perilaku yang menghambat pencapaian tingkat produktivitas, baik yang berkaitan dengan aspek kebijakan, sarana/prasarana, pembiayaan, maupun pengaturan dan pelayanan. Selanjutnya analisa non perilaku ini diikuti dengan analisa perilaku yang berkaitan dengan pengetahuan, wawasan, sikap dan perilaku pelaku utama, pelaku usaha, kelembagaan petani KTH/KTP, penyuluh dan petugas dinas/instansi lingkup kehutanan, serta seluruh pemangku kepentingan yang menjadi kendala dalam pencapaian tujuan pembangunan kehutanan yang diharapkan. E. Rencana Kegiatan Penyuluhan Rencana kegiatan penyuluhan menggambarkan berbagai kegiatan/metode penyuluhan yang dipandang tepat untuk mentransformasi terjadinya perubahan pengetahuan, wawasan, sikap dan perilaku pelaku utama dan pelaku usaha serta seluruh pemangku kepentingan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Secara lengkap rencana kegiatan penyuluhan ini dituangkan dalam bentuk matriks programa penyuluhan yang berisi mengenai keadaaan, tujuan, masalah, sasaran (target beneficeries), materi, kegiatan/metoda, volume, lokasi, waktu, sumber biaya, pelaksana dan penanggung jawab seperti tercantum pada Form 1. Kegiatan-kegiatan yang bersifat non perilaku, misalnya kegiatan-kegiatan untuk membantu/mengikhtiarkan kemudahan bagi pelaku utama, pelaku usaha, kelembagaan petani KTH/KTP, yang berkaitan dengan aspek kebijakan, sarana/prasarana, pembiayaan, pengaturan dan pelayanan, dituangkan dalam bentuk matriks seperti tercantum pada Form 2. Kegiatan-kegiatan tersebut selanjutnya diusulkan dalam forum musyawarah perencanaan pembangunan tahun berjalan di setiap tingkatan wilayah untuk mendapat dukungan dari dinas/instansi lingkup kehutanan dan dinas/instansi terkait.
  • 22. 19 F. Penutup Dalam penutup diuraikan kesimpulan atau harapan atas tersusunnya programa penyuluhan kehutanan. G. Lampiran Lampiran menyajikan data pendukung dan rencana tindak lanjut yang akan dilakukan untuk menjabarkan programa penyuluhan kehutanan ke dalam rencana kerja tahunan Penyuluh Kehutanan sesuai form yang ada. VI. PENJELASAN MATRIK PROGRAMA PENYULUHAN A. Keadaan Kolom ini berisi uraian singkat mengenai status pemanfaatan potensi sumberdaya pembangunan kehutanan secara umum yang berkaitan dengan tingkat produktivitas usaha kehutanan di suatu wilayah. B. Tujuan Kolom ini berisi uraian singkat mengenai upaya yang akan ditempuh untuk mengoptimalkan pemanfaatan potensi sumberdaya pembangunan Kehutanan secara umum, khususnya yang berkaitan dengan perubahan pengetahuan, wawasan, sikap dan perilaku pelaku utama dan pelaku usaha serta seluruh pemangku kepentingan dalam peningkatan produktivitas usaha Kehutanan di suatu wilayah. C. Masalah Kolom ini berisi uraian singkat mengenai faktor-faktor yang menyebabkan belumtercapainya tujuan pembangunan Kehutanan yang diharapkan, baik yang bersifat perilaku maupun non perilaku, yang dihadapi oleh pelaku utama dan pelaku usaha serta seluruh pemangku kepentingan dalam peningkatan produktivitas usaha Kehutanan di suatu wilayah. D. Sasaran Kolom ini menjelaskan mengenai siapa yang direncanakan untuk mendapat manfaat dari penyelenggaraan suatu kegiatan/metode penyuluhan Kehutanan di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, atau desa/kelurahan, yaitu: 1. Pelaku usaha, pelaku utama dan kelembagaan petani (untuk programa penyuluhan di semua tingkatan). 2. Penyuluh dan petugas dinas/instansi lingkup Kehutanan yang bertugas setingkat di bawah wilayahnya, serta pemangku kepentingan lainnya (untuk programa penyuluhan di tingkat kabupaten/kota, provinsi dan nasional).
  • 23. Penetapan sasaran perlu dilakukan berdasarkan hasil analisis gender yang dilakukan terhadap pelaku utama dan pelaku usaha Kehutanan di tingkat rumahtangga petani dan masyarakat pedesaan pada umumnya, khususnya untuk menentukan “siapa melakukan apa?” dan “siapa memutuskan apa?”. Dengan demikian, sasaran penyelenggaraan suatu kegiatan/metode penyuluhan akan menjadi lebih spesifik karena diarahkan langsung kepada petani dengan penjelasan laki-laki, perempuan atau keduanya yang berdasarkan hasil analisis gender merupakan pelaku kegiatan tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari bias gender dan distorsi pesan akibat penyamarataan sasaran yang dilakukan tanpa mempertimbangkan peran masing-masing (laki-laki atau perempuan) dalam kegiatan usaha, maupun dalam pengambilan keputusan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan usahanya. 20 E. Materi Kolom ini berisi mengenai jenis informasi teknologi yang menjadi pesan bagi sasaran baik dalam bentuk pedoman-pedoman, petunjuk teknis suatu komoditas tertentu dan lain-lain. F. Kegiatan/Metode Kolom ini berisi kegiatan-kegiatan atau metode penyuluhan yang dapat memecahkan masalah untuk mencapai tujuan. G. Volume Kolom volume berisi mengenai jumlah dan frekuensi kegiatan yang akan dilakukan agar sasaran dapat memahami dan melaksanakan pesan yang disampaikan melalui kegiatan/metode penyuluhan, atau agar terjadinya perubahan perilaku pada sasaran. H. Lokasi Kolom ini memuat mengenai lokasi kegiatan penyuluhan yang akan dilaksanakan (desa, kecamatan, kabupaten/kota, dll). I. Waktu Kolom ini berisikan mengenai waktu pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang tercantum dalam programa penyuluhan. J. Sumber Biaya Kolom sumber biaya diisi mengenai berapa biaya yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan yang telah ditetapkan, serta dari mana sumber biaya yang tersebut diperoleh.
  • 24. 21 K. Penanggungjawab Kolom ini berisi mengenai siapa penanggung jawab pelaksanaan kegiatan penyuluhan, sehingga apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dapat dengan jelas dimintai pertanggungjawaban. L. Pelaksana Kolom ini berisi mengenai siapa yang melaksanakan kegiatan-kegiatan penyuluhan tersebut, apakah dilakukan oleh penyuluh, petani/kontaktani dan/atau pelaku usaha. M. Keterangan Kolom ini berisi uraian mengenai hal-hal yang perlu dijelaskan tentang pihakpihak yang diharapkan terlibat dalam pelaksanaan kegiatan. N. Matriks Matriks Programa Penyuluhan Kehutanan seperti tercantum pada Form 3. VII. UNSUR-UNSUR DALAM RENCANA KERJA TAHUNAN PENYULUH Rencana Kerja Tahunan Penyuluh (RKTP) merupakan rencana kegiatan penyuluh dalam kurun waktu setahun yang dijabarkan dari programa penyuluhan di pusat, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, atau desa/kelurahan. RKTP juga merupakanc pernyataan tertulis dari serangkaian kegiatan yang terukur, terealistis, bermanfaat dan dapat dilaksanakan oleh seorang penyuluh di wilayah kerja masing-masing pada tahun yang berjalan. Rencana Kerja Tahunan Penyuluh tersebut dituangkan dalam bentuk matriks yang berisi tujuan, masalah, sasaran, kegiatan/metoda, materi, volume, lokasi, waktu, sumber biaya, pelaksana dan penanggung jawab seperti tercantum pada Form 4. Rencana Kerja Tahunan Penyuluh: 1. Jadual Kegiatan Jadual kegiatan terdiri atas: waktu pelaksanaan, lokasi dan volume kegiatan. 2. Jenis Kegiatan Jenis kegiatan didasarkan pada: a. Tugas pokok dan bidang kegiatan penyuluhan; dan b. Programa penyuluhan setempat. 3. Indikator kinerja dari setiap kegiatan Indikator kinerja kegiatan digunakan sebagai standar penilaian keberhasilan penyuluhan bagi pelaku utama dan pelaku usaha dan penggunaan anggarannya;
  • 25. 4. Hal-hal atau bahan-bahan lain yang perlu dipersiapkan dalam rangka 22 memfasilitasi dengan pelaku utama dan pelaku usaha. VIII. PEMBIAYAAN 1. Pembiayaan penyusunan programa penyuluhan Kehutanan desa/kelurahan, kecamatan dan kabupaten/kota berasal dari APBD kabupaten/kota. 2. Pembiayaan penyusunan programa penyuluhan Kehutanan provinsi dari APBD provinsi, penyusunan programa penyuluhan Kehutanan nasional dibiayai dari APBN. 3. Sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat. Agar penyusunan programa penyuluhan Kehutanan sesuai dengan mekanisme perencanaan pembangunan daerah dan nasional, maka pengalokasian anggaran untuk menyusun programa penyuluhan Kehutanan tahun berikutnya disediakan pada anggaran tahun yang berjalan. IX. PENUTUP Pedoman ini merupakan acuan bagi penyelenggara penyuluhan Kehutanan di pusat dan di daerah untuk menyamakan persepsi dalam persiapan, perencanaan dan pelaksanaan programa penyuluhan Kehutanan. Salinan sesuai dengan aslinya MENTERI KEHUTANAN Plt. Kepala Biro Hukum dan Organisasi REPUBLIK INDONESIA, ttd. ttd. Mudjihanto Soemarmo ZULKIFLI HASAN NIP. 19540711 198203 1 002
  • 26. Form 1 RENCANA KEGIATAN PENYULUHAN KEHUTANAN TAHUN : ……………………………. ANTARA SASARAN Pelaku Utama Pemangku Kepentingan Lain Pelaku Usaha Biaya (Rp) Sumber Biaya Metode/ Kegiatan Penyuluh Kehutanan Penanggungja Pelaksana Tujuan Masalah Waktu Ket Masyarakat Di dalam Kawasan Hutan Masyarakat Sekitar Hutan UTAMA Individu Pengelola Komoditas Kehutanan Kelompok Pengelola Komoditas Kehutanan Bidang Kehutanan (AUK) Kelompok/L embaga Pemerhati Kehutanan Generasi Muda Tokoh Masyarakat NO Lokasi wab 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 13 14 15 16 17 18 19 20 Ket. : 1. Disahkan oleh Kepala BP3K, Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten/Kota Ketua Bakor Penyuluhan Provinsi atau Badan Pelaksana sesuai tingkat administrasi pemerintahan 2. AUK adalah Aneka Usaha Kehutanan
  • 27. Form 2 RENCANA KEGIATAN UNTUK MENGIKHTIARKAN KEMUDAHAN TAHUN : ……………………………. No. Tujuan Masalah Ikhtar/Kegiatan Lokasi Waktu Biaya Sumber Penanggung Pelaksana Keterangan yang dilakukan (Rp) Biaya Jawab 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Ket. : Disahkan oleh Kepala BP3K, Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten/Kota Ketua Bakor Penyuluhan Provinsi atau Badan Pelaksana sesuai tingkat administrasi pemerintahan
  • 28. Form 3 MATRIKS PROGRAMA PENYULUHAN KEHUTANAN TAHUN : ……………………………. SASARAN KEGIATAN PENYULUHAN Pelaku Usaha Masyarakat Di dalam Kawasan Hutan UTAMA Pelaku Utama Pemangku Kepentingan Lain Masyarakat Sekitar Hutan Individu Pengelola Komoditas Kehutanan Kelompok Pengelola Komoditas Kehutanan Bidang Kehutanan (AUK) Kelompok/L embaga Pemerhati Kehutanan ANTARA Generasi Muda Tokoh Masyarakat Materi Kegiatan/ Metode Vol Lokasi Biaya Sumber Penanggung Ket. (Rp) Biaya Waktu Pelaksana jawab No. TUJUAN MASALAH 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Ket. : Disahkan oleh Kepala BP3K, Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten/Kota Ketua Bakor Penyuluhan Provinsi atau Badan Pelaksana sesuai tingkat administrasi pemerintahan
  • 29. Form 4 Nama : Tahun : Wilayah Kerja : RENCANA KERJA TAHUNAN PENYULUHAN KEHUTANAN (RKTPK) KEGIATAN PENYULUHAN No. Masalah Sasaran Materi Kegiatan/ Vol Lokasi Waktu Sumber Penanggung Pelaksana Keterangan Metoda Biaya Jawab Tujuan 2 1 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Ket. : Disahkan oleh Kepala BP3K, Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten/Kota Ketua Bakor Penyuluhan Provinsi atau Badan Pelaksana sesuai tingkat administrasi pemerintahan