SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 17
Downloaden Sie, um offline zu lesen
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : P.30/MENHUT-II/2012
TENTANG
PENATAUSAHAAN HASIL HUTAN YANG BERASAL DARI HUTAN HAK
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa sesuai dengan Pasal 118 ayat (1) Peraturan Pemerintah
Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan
Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Serta Pemanfaatan
Hutan, disebutkan bahwa semua hasil hutan yang berasal dari
hutan hak, dilakukan penetapan jenis, pengukuran
volume/berat, dan penghitungan jumlah serta dilengkapi dengan
surat keterangan asal usul hasil hutan hak;
b. bahwa dalam rangka mendorong berkembangnya usaha
kehutanan berbasis kerakyatan dan untuk memperluas
lapangan kerja, pengentasan kemiskinan serta pertumbuhan
ekonomi, maka masyarakat pemilik/pengelola hutan hak diberi
kesempatan seluas luasnya untuk melakukan penatausahaan
atas hasil hutannya;
c. berdasarkan hasil evaluasi Peraturan Menteri Kehutanan Nomor
P.51/Menhut-II/2006 tentang Penggunaan SKAU Untuk
Pengangkutan Hasil Hutan Kayu Yang Berasal Dari Hutan Hak
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri
Kehutanan Nomor P.33/Menhut-II/2007, perlu perbaikan
pengaturan mengenai penatausahaan dan penetapan jenis,
pengukuran volume/berat dan penghitungan jumlah serta
penggunaan surat keterangan asal usul hasil hutan hak;
d. bahwa sehubungan dengan pertimbangan tersebut huruf a,
huruf b dan huruf c, perlu membentuk Peraturan Menteri
Kehutanan tentang Penatausahaan Hasil Hutan Yang Berasal
Dari Hutan Hak;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 2043);
2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3888) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan Menjadi Undang Undang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4412);
/3. Undang...
- 2 -
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan
dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan
Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor
22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4696) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 3 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4814);
7. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan
dan Organisasi Kementerian Negara Republik Indonesia
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden
Nomor 91 Tahun 2011;
8. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan,
Tugas, Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi,
Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara Republik
Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan
Presiden Nomor 92 Tahun 2011;
9. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.55/Menhut-II/2006
tentang Penatausahaan Hasil Hutan Yang Berasal dari Hutan
Negara sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan
Menteri Kehutanan Nomor P.45/Menhut-II/2009;
10.Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.35/Menhut-II/2007
tentang Hasil Hutan Bukan Kayu;
11.Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.18/Menhut-II/2007
tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Pengenaan, Pemungutan dan
Pembayaran Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) dan Dana
Reboisasi (DR);
12.Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.40/Menhut-II/2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kehutanan
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 405);
13.Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.14/Menhut-II/2011
tentang Izin Pemanfaatan Kayu (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 142);
/MEMUTUSKAN...
- 3 -
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEHUTANAN TENTANG
PENATAUSAHAAN HASIL HUTAN YANG BERASAL DARI
HUTAN HAK .
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:
1. Penatausahaan hasil hutan yang berasal dari hutan hak adalah kegiatan yang
meliputi pemanenan atau penebangan, pengukuran dan penetapan jenis,
pengangkutan/peredaran dan pengumpulan, pengolahan dan pelaporan.
2. Hutan hak adalah hutan yang berada pada tanah/lahan masyarakat yang
telah dibebani hak atas tanah diluar kawasan hutan negara, dibuktikan
dengan alas titel berupa Sertifikat Hak Milik, Letter C atau Girik, Hak Guna
Usaha, Hak Pakai, atau dokumen penguasaan/pemilikan lainnya yang diakui
oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN).
3. Hasil hutan yang berasal dari hutan hak, yang selanjutnya disebut hasil
hutan hak adalah hasil hutan berupa kayu yang berasal dari tanaman yang
tumbuh dari hasil budidaya di atas areal hutan hak atau lahan masyarakat.
4. Kayu olahan hutan hak/kayu olahan rakyat adalah produk hasil pengolahan
kayu bulat yang diolah di lokasi tebangan dengan menggunakan alat gergaji
mekanis dan/atau non mekanis.
5. Nota Angkutan adalah dokumen angkutan yang merupakan surat keterangan
yang menyatakan penguasaan, kepemilikan dan sekaligus sebagai bukti
legalitas pengangkutan hasil hutan hak (kayu bulat atau kayu olahan rakyat)
sesuai dengan jenis kayu yang ditetapkan atau pengangkutan lanjutan semua
jenis kayu.
6. Nota Angkutan Penggunaan Sendiri adalah dokumen angkutan semua jenis
kayu hutan hak untuk keperluan sendiri atau fasilitas umum yang dibuat
oleh pemilik hasil hutan hak dengan tujuan selain Izin Usaha Industri Primer
Hasil Hutan Kayu, Industri Pengolahan Kayu Terpadu, Industri Pengolahan
Kayu Lanjutan dan Tempat Penampungan Terdaftar.
7. Surat Keterangan Asal Usul yang selanjutnya disingkat SKAU adalah
dokumen angkutan yang merupakan surat keterangan yang menyatakan
penguasaan, kepemilikan dan sekaligus sebagai bukti legalitas pengangkutan
hasil hutan hak (kayu bulat dan kayu olahan rakyat).
8. Surat Angkutan Pengganti yang selanjutnya disingkat SAP adalah surat yang
dipergunakan dalam pengangkutan hasil hutan hak dari pelabuhan umum ke
tempat tujuan dokumen Nota Angkutan atau Nota Angkutan Penggunaan
Sendiri atau SKAU, yang diterbitkan oleh petugas perusahaan penerima kayu.
9. Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu yang selanjutnya disingkat
IUIPHHK adalah izin untuk mengolah kayu bulat/kayu bulat sedang/kayu
bulat kecil menjadi satu atau beberapa jenis produk pada satu lokasi tertentu
yang diberikan kepada satu pemegang izin oleh pejabat yang berwenang.
10. Industri Pengolahan Kayu Lanjutan yang selanjutnya disingkat IPKL adalah
industri yang mengolah hasil hutan yang bahan bakunya berasal dari produk
industri primer hasil hutan kayu.
11. Industri Pengolahan Kayu Terpadu yang selanjutnya disingkat IPKT adalah
industri primer hasil hutan kayu dan industri pengolahan kayu lanjutan yang
berada dalam satu lokasi industri dan dalam satu badan hukum.
/12. Tempat ....
- 4 -
12. Tempat Penampungan Terdaftar yang selanjutnya disingkat TPT adalah
tempat pengumpulan kayu bulat dan/atau kayu olahan rakyat yang berasal
dari satu atau beberapa sumber hutan hak, milik badan usaha atau
perorangan yang ditetapkan oleh Kepala Dinas Kabupaten/Kota dan/atau
ditetapkan oleh Kepala Dinas Provinsi bagi Dinas Kabupaten/Kota yang tidak
ada instansi yang menangani bidang kehutanan.
13. Penerbit SKAU dari Desa adalah Kepala Desa/Lurah atau Perangkat Desa/
Kelurahan yang telah mengikuti pembekalan pengukuran dan pengenalan
jenis kayu, yang diangkat dan ditetapkan oleh Kepala Dinas Kabupaten/Kota
atas nama Bupati/ Walikota untuk menerbitkan SKAU.
14. Penerbit SKAU secara self assessment adalah pemilik kayu pada hutan hak
yang telah memperoleh sertifikat pengelolaan hutan lestari atau yang
disetarakan.
15. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang diserahi tugas dan tanggung
jawab di bidang Bina Usaha Kehutanan.
16. Dinas Provinsi adalah Dinas yang diserahi tugas dan tanggung jawab di
bidang kehutanan di wilayah Provinsi.
17. Dinas Kabupaten/Kota adalah Dinas yang diserahi tugas dan tanggung jawab
di bidang kehutanan di wilayah Kabupaten/Kota.
18. Balai adalah Balai Pemantauan Pemanfaatan Hutan Produksi yang
merupakan Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Bina Usaha
Kehutanan.
19. Tenaga Teknis Pengelolaan Hutan Produksi Lestari yang selanjutnya disingkat
GANIS PHPL adalah petugas perusahaan pemegang izin di bidang pengelolaan
dan pemanfaatan hutan produksi lestari yang memiliki kompetensi di bidang
pengelolaan hutan produksi lestari sesuai dengan kualifikasi yang diangkat
dan diberhentikan oleh Kepala Balai atas nama Direktur Jenderal.
20. Penyuluh Kehutanan adalah individu-individu yang berasal dari pejabat
pemerintah, swasta dan anggota masyarakat serta pensiunan penyuluh
kehutanan yang aktif berperan melakukan penyuluhan kehutanan sesuai
dengan bidang tugasnya.
Pasal 2
(1) Penatausahaan hasil hutan pada hutan hak dimaksudkan untuk ketertiban
peredaran hasil hutan hak dan bertujuan untuk melindungi hak privat serta
kepastian hukum dalam pemilikan/penguasaan dan pengangkutan hasil
hutan yang berasal dari hutan hak.
(2) Pemanfaatan atau pemungutan hasil hutan pada hutan hak tidak perlu izin
penebangan/pemungutan.
Pasal 3
(1) Hutan hak dibuktikan dengan alas titel/hak atas tanah, berupa :
a. Sertifikat Hak Milik, atau Leter C, atau Girik;
b. Sertifikat Hak Guna Usaha (HGU) atau Hak Pakai; atau
c. Surat atau dokumen lainnya yang diakui sebagai bukti penguasaan tanah
atau bukti kepemilikan lainnya yang berada di luar kawasan hutan dan
diakui Badan Pertanahan Nasional (BPN).
(2) Pemanfaatan hasil hutan kayu yang berasal dari pohon yang tumbuh secara
alami dalam kawasan hutan yang telah berubah status dari kawasan hutan
menjadi Areal Penggunaan Lain (APL) dan telah dibebani hak, seperti HGU,
Hak Pakai, dan bentuk perizinan lainnya yang dikeluarkan Badan Pertanahan
Nasional (BPN), mengikuti ketentuan Penatausahaan Hasil Hutan Yang
Berasal Dari Hutan Negara.
/BAB II. ...
- 5 -
BAB II
TATA CARA PENGANGKUTAN HASIL HUTAN HAK
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 4
(1) Surat keterangan asal usul hasil hutan yang berasal dari hutan hak berupa :
a. Nota Angkutan;
b. Nota Angkutan Penggunaan Sendiri; atau
c. SKAU (surat keterangan asal usul).
(2) Setiap hasil hutan hak yang akan diangkut dari lokasi tebangan atau tempat
pengumpulan di sekitar tebangan ke tujuan, wajib dilengkapi Nota Angkutan
atau Nota Angkutan Penggunaan Sendiri atau SKAU, yang merupakan
dokumen angkutan hasil hutan dari hutan hak yang berlaku untuk seluruh
wilayah Republik Indonesia.
Pasal 5
(1) Nota Angkutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a,
digunakan untuk :
a. Pengangkutan kayu jenis : Cempedak, Dadap, Duku, Jambu, Jengkol,
Kelapa, Kecapi, Kenari, Mangga, Manggis, Melinjo, Nangka, Rambutan,
Randu, Sawit, Sawo, Sukun, Trembesi, Waru, Karet, Jabon, Sengon dan
Petai; atau
b. Pengangkutan lanjutan yang digunakan untuk mengangkut semua jenis
kayu hutan hak selain dari pelabuhan umum.
(2) Nota Angkutan Penggunaan Sendiri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
ayat (1) huruf b, digunakan dalam peredaran kayu hutan hak semua jenis
kayu untuk keperluan sendiri atau fasilitas umum dengan tujuan kecuali
IUIPHHK, IPKL, IPKT dan TPT.
(3) SKAU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf c, digunakan
untuk setiap angkutan hasil hutan hak selain kriteria penggunaan Nota
Angkutan dan Nota Angkutan Penggunaan Sendiri.
Pasal 6
(1) Terhadap kayu bulat yang berasal dari hutan hak yang akan diangkut dengan
tujuan untuk diperdagangkan wajib dilakukan penandaan berupa penomoran
batang secara berurutan untuk semua jenis dimulai dari angka 1 dan
seterusnya, dan kode jenis kayu (contoh : S = Sengon, Jb = Jabon, Jt = Jati,
dan sebagainya) pada bontos kayu oleh pemilik kayu.
(2) Dalam hal pengangkutan kayu dari areal hutan hak mengalami kesulitan,
maka kayu bulat dapat diolah menjadi kayu olahan dengan menggunakan
gergaji mekanis dan/atau non mekanis.
(3) Pengangkutan kayu olahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), tetap
menggunakan dokumen Nota Angkutan atau Nota Angkutan Penggunaan
Sendiri atau SKAU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5.
(4) Pengangkutan lanjutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf
b, menggunakan Nota Angkutan dengan mencantumkan nomor SKAU asal.
/Bagian Kedua....
- 6 -
Bagian Kedua
Nota Angkutan
Pasal 7
(1) Pengadaan blanko dan pengisian Nota Angkutan dibuat oleh pembeli atau
pemilik dan ditandatangani oleh pemilik hasil hutan hak. Nota Angkutan
menggunakan format Lampiran I Peraturan ini dan tidak perlu ditetapkan
Nomor Seri.
(2) Penerbit Nota Angkutan tidak perlu ditetapkan pengangkatannya, cukup
melaporkan kepada Kepala Desa/Lurah atau Perangkat Desa/Kelurahan
setempat, dengan menunjukan bukti identitas diri.
Bagian Ketiga
Nota Angkutan Penggunaan Sendiri
Pasal 8
(1) Nota Angkutan Penggunaan Sendiri dibuat oleh pemilik hasil hutan hak yang
bersangkutan, dengan menggunakan format Lampiran II Peraturan ini.
(2) Nota Angkutan Penggunaan Sendiri dibuat 1 (satu) lembar untuk menyertai
pengangkutan kayu.
Bagian Keempat
SKAU
Pasal 9
(1) SKAU diterbitkan oleh Kepala Desa/Lurah atau Perangkat Desa/Kelurahan
ditempat hasil hutan hak tersebut akan diangkut.
(2) Pejabat Penerbit SKAU sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan oleh
Kepala Dinas Kabupaten/Kota atas nama Bupati/Walikota, dengan
persyaratan Kepala Desa/Lurah atau Perangkat Desa/Kelurahan tersebut
memiliki Surat Keterangan telah mengikuti pembekalan pengukuran dan
pengenalan jenis kayu dari hutan hak yang diselenggarakan oleh Dinas
Provinsi/Kabupaten/Kota/Balai.
(3) Dalam hal di wilayah Desa/Kelurahan belum tersedia tenaga yang memenuhi
persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat menggunakan
penerbit SKAU dari desa/kelurahan terdekat.
(4) Dalam hal penerbit SKAU dari Desa/Kelurahan terdekat sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) tidak ada, maka dapat ditunjuk petugas Kehutanan
berkualifikasi Wasganis PHPL PKBR/PKBJ dengan Surat Perintah Tugas
Kepala Dinas Kabupaten/Kota.
(5) Terhadap Hutan Hak yang telah mendapat sertifikat Pengelolaan Hutan
Lestari (PHL) atau yang disetarakan, setelah pemilik/personil yang ditunjuk
mengikuti pembekalan pengukuran dan pengenalan jenis kayu, diberikan
kewenangan penerbitan SKAU secara self assessment, dan yang bersangkutan
cukup melaporkan kepada Kepala Dinas Kabupaten/Kota setempat sebagai
penerbit.
(6) Penerbit SKAU secara self assessment sebagaimana dimaksud pada ayat (5),
wajib melaporkan hasil tebangan produksi pada hutan hak miliknya kepada
Kepala Desa/Lurah atau Perangkat Desa/Kelurahan setempat.
/Pasal 10...
- 7 -
Pasal 10
(1) Permohonan penerbitan dokumen SKAU diajukan kepada penerbit SKAU,
dengan cara :
a. menyampaikan jenis, jumlah batang/bundel/ikat, volume/berat yang akan
diangkut; dan
b. menyampaikan asal lokasi dengan melampirkan bukti alas titel/hak atas
tanah, dengan menggunakan format Lampiran III Peraturan ini.
(2) Tugas Penerbit SKAU adalah melakukan pemeriksaan kelengkapan
administrasi dan pemeriksaan fisik yang diajukan pemilik hasil hutan hak.
(3) Pemeriksaan kelengkapan administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
dilaksanakan dengan melakukan pemeriksaan atas kebenaran asal usul hasil
hutan hak dan kepemilikannya yaitu dengan mengecek dan memastikan
bahwa hasil hutan hak tersebut berasal dari lokasi yang benar yang
dibuktikan dengan adanya alas titel/hak atas tanah.
(4) Pemeriksaan fisik sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilaksanakan dengan
melakukan pemeriksaan berupa penetapan jenis, pengukuran volume/berat,
dan penghitungan jumlah hasil hutan hak yang akan diangkut.
(5) Kegiatan pemeriksaan fisik sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Penerbit
SKAU dapat dibantu oleh tenaga yang memahami pengukuran hasil hutan.
(6) Hasil pemeriksaan fisik sebagaimana dimaksud pada ayat (4), dimasukkan
dalam Daftar Kayu Bulat/Kayu Olahan (DKB/DKO) sebagai dasar penerbitan
dokumen SKAU dengan menggunakan format Lampiran IV Peraturan ini.
(7) Penerbit SKAU selanjutnya menerbitkan SKAU, apabila dari hasil pemeriksaan
kelengkapan administrasi dan pemeriksaan fisik telah dinyatakan benar.
Pasal 11
(1) Pengadaan blanko SKAU dibuat oleh pembeli atau pemilik dan pengisian serta
penerbitannya oleh penerbit SKAU, dengan menggunakan format Lampiran V
Peraturan ini.
(2) Penetapan Nomor Seri SKAU dilakukan oleh masing-masing penerbit SKAU,
dengan memberikan nomor urut 00001 dan seterusnya.
Pasal 12
Penerbit Nota Angkutan atau penerbit Nota Angkutan Penggunaan Sendiri atau
penerbit SKAU bertanggung jawab terhadap kebenaran administrasi dan fisik hasil
hutan hak.
BAB III
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 13
(1) Blanko Nota Angkutan atau blanko SKAU dibuat 6 (enam) rangkap dengan
peruntukan sebagai berikut :
Lembar ke-1 : menyertai hasil hutan hak yang diangkut dan
sekaligus sebagai arsip Penerima;
Lembar ke-2 : untuk Kepala Dinas Kabupaten/Kota;
Lembar ke-3 : untuk arsip Pemilik Hasil Hutan;
Lembar ke-4 : untuk Kepala Dinas Provinsi;
Lembar ke-5 : untuk Kepala Balai; dan
Lembar ke-6 : untuk arsip Penerbit.
/(2) Blanko...
- 8 -
(2) Blanko Nota Angkutan untuk lembar ke-2, lembar ke-4 dan lembar ke-5
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan oleh pengangkut hasil
hutan hak kepada yang berhak menerima secara langsung maupun melalui
pos atau jasa pengiriman lainnya.
(3) Blanko SKAU untuk lembar ke-2, lembar ke-4 dan lembar ke-5 sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), disampaikan oleh penerbit SKAU kepada yang
berhak menerima secara langsung maupun melalui pos atau jasa pengiriman
lainnya.
Pasal 14
(1) Masa berlaku Nota Angkutan atau Nota Angkutan Penggunaan Sendiri atau
SKAU ditetapkan oleh masing-masing penerbit Nota Angkutan atau penerbit
Nota Angkutan Penggunaan Sendiri atau penerbit SKAU dengan
mempertimbangkan jarak tempuh normal, apabila terdapat hambatan di
perjalanan dan masa berlaku dokumen Nota Angkutan atau Nota Angkutan
Penggunaan Sendiri atau SKAU habis, maka dibuatkan surat keterangan
yang dibuat diatas kertas bermeterai cukup dari pengemudi/nakhoda kapal.
(2) Alamat tujuan pengangkutan hasil hutan ditetapkan oleh penerbit Nota
Angkutan atau penerbit Nota Angkutan Penggunaan Sendiri atau penerbit
SKAU sesuai dengan rencana pengiriman ke tempat tujuan pengiriman.
Pasal 15
(1) Penggunaan dokumen Nota Angkutan atau Nota Angkutan Penggunaan
Sendiri atau SKAU hanya berlaku untuk 1 (satu) kali penggunaan atau hanya
dapat digunakan untuk 1 (satu) kali pengangkutan dan dengan 1 (satu)
tujuan.
(2) Setiap alat angkut dapat digunakan untuk mengangkut hasil hutan hak
dengan lebih dari 1 (satu) dokumen angkutan.
Pasal 16
(1) Setiap pengangkutan hasil hutan hak dengan tujuan IUIPHHK, IPKT, dan
TPT, yang mengalami transit dan bongkar di pelabuhan umum, dokumen
Nota Angkutan atau SKAU dilaporkan kepada petugas kehutanan di
pelabuhan untuk diketahui dan selanjutnya dibubuhkan cap/tanda tangan
petugas kehutanan yang bertugas.
(2) Setiap pengangkutan hasil hutan hak yang menggunakan Nota Angkutan
Penggunaan Sendiri yang mengalami transit dan bongkar di pelabuhan
umum, dokumen Nota Angkutan Penggunaan Sendiri dilaporkan kepada
petugas kehutanan di pelabuhan untuk diketahui dan selanjutnya
dibubuhkan cap/tanda tangan petugas kehutanan yang bertugas.
(3) Dokumen angkutan lanjutan yang digunakan untuk mengangkut hasil hutan
hak dari pelabuhan umum ke tempat tujuan pengangkutan Nota Angkutan
atau Nota Angkutan Penggunaan Sendiri atau SKAU menggunakan SAP
(surat angkutan pengganti) yang diterbitkan oleh pembeli/pemilik hasil
hutan.
(4) Blanko SAP sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dibuat sendiri oleh pemilik
hasil hutan hak dengan menggunakan format Lampiran VI Peraturan ini.
(5) Dalam hal pengangkutan hasil hutan hak dengan menggunakan peti kemas
dengan tujuan IUIPHHK, dan IPKT melalui pelabuhan umum serta
mengalami perubahan alat angkut, maka dokumen Nota Angkutan atau
SKAU yang menyertainya tetap berlaku sampai di tujuan akhir.
/(6) Dalam...
- 9 -
(6) Dalam hal pengangkutan sebagaimana dimaksud pada ayat (5), mengalami
hambatan dalam pengangkutan lanjutan dari pelabuhan umum ke tujuan
dokumen, maka isi peti kemas dapat dipecah menjadi 2 peti kemas atau
lebih, dengan menggunakan SAP yang diterbitkan oleh pembeli/pemilik hasil
hutan hak di pelabuhan dan dokumen Nota Angkutan atau SKAU dimatikan
oleh GANIS PHPL serta menjadi lampiran SAP, sedangkan lampiran SAP
untuk peti kemas lainnya menggunakan foto copy Nota Angkutan atau SKAU
yang bersangkutan.
(7) SAP sebagaimana dimaksud pada ayat (6), merupakan bagian dari dokumen
asal (Nota Angkutan atau SKAU).
(8) Setiap penerimaan hasil hutan hak di IUIPHHK, IPKT, dan TPT, dilaporkan
kepada GANIS PHPL paling lambat 24 jam sejak kedatangan, yaitu dengan
menyampaikan lembar ke-1 Nota Angkutan atau SKAU untuk dimatikan dan
selanjutnya GANIS-PHPL tersebut melakukan pemeriksaan fisik, yaitu
perhitungan jumlah batang dan penetapan jenis yang dibuat dalam Berita
Acara.
(9) Dalam hal di IUIPHHK, IPKT, dan TPT belum tersedia GANIS-PHPL yang
memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dan ayat (8),
dapat menggunakan petugas P3KB.
Pasal 17
(1) IPKL (industri pengolahan kayu lanjutan) hanya diperkenankan menerima
kayu olahan atau produk olahan yang dihasilkan IUIPHHK.
(2) Hal-hal teknis terkait hasil hutan kayu yang berasal dari hutan hak yang
belum diatur dalam Peraturan ini, diatur lebih lanjut oleh Kepala Dinas
Provinsi dengan mempertimbangkan asas kesederhanaan, efektif dan efisien.
(3) Hal-hal teknis terkait hasil hutan bukan kayu yang berasal dari hutan hak
diatur lebih lanjut oleh Peraturan Kepala Dinas Kabupaten/Kota dengan
mempertimbangkan asas kesederhanaan, efektif dan efisien.
BAB IV
PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN
Pasal 18
(1) Penerbit SKAU setiap 3 (tiga) bulan menyampaikan laporan produksi hasil
hutan hak dan rekapitulasi penerbitan SKAU kepada Kepala Dinas
Kabupaten/Kota.
(2) Kepala Dinas Kabupaten/Kota setiap 3 (tiga) bulan, melaporkan realisasi
produksi dan peredaran hasil hutan hak di wilayahnya kepada Kepala Dinas
Provinsi, dengan tembusan kepada Kepala Balai.
(3) Kepala Dinas Provinsi setiap 3 (tiga) bulan, melaporkan realisasi produksi
dan peredaran hasil hutan hak di wilayahnya kepada Direktur Jenderal.
(4) Dalam rangka ketertiban pelaksanaan penatausahaan hasil hutan hak, Dinas
Provinsi/Kabupaten/Kota berkewajiban melakukan pemantauan,
pengawasan dan pengendalian peredaran di wilayahnya.
(5) Balai melakukan pembinaan teknis terhadap Penerbit Nota Angkutan atau
Penerbit SKAU dan melakukan monitoring serta membuat rekapitulasi
terhadap penerimaan lembar ke-5 (lima) dokumen Nota Angkutan atau
dokumen SKAU yang diterimanya dan hasilnya secara berkala dilaporkan
kepada Direktur Jenderal cq Direktur Bina Iuran Kehutanan dan Peredaran
Hasil Hutan.
/(6) Penyuluh...
- 10 -
(6) Penyuluh Kehutanan dapat melakukan pendampingan masyarakat dalam
penatausahaan hasil hutan yang berasal dari hutan hak.
BAB V
PELANGGARAN DAN SANKSI
Pasal 19
(1) Penggunaan dokumen Nota Angkutan atau Nota Angkutan Penggunaan
Sendiri atau SKAU yang terbukti digunakan sebagai dokumen angkutan kayu
yang berasal dari kawasan hutan negara dikenakan sanksi pidana sesuai
dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
(2) Dalam hal pengangkutan hasil hutan hak tidak dilengkapi dokumen Nota
Angkutan atau Nota Angkutan Penggunaan Sendiri atau SKAU, maka
terhadap hasil hutan tersebut dilakukan pelacakan terhadap kebenaran atau
asal usul hasil hutan hak.
(3) Pelacakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), sepanjang asal usul hasil
hutan dapat dibuktikan keabsahannya, dikenakan sanksi administratif
berupa pembinaan melalui teguran/peringatan tertulis dari Kepala Dinas
Kabupaten/Kota berdasar laporan petugas kehutanan yang menerima Nota
Angkutan atau Nota Angkutan Penggunaan Sendiri atau SKAU di tempat
tujuan.
(4) Apabila berdasarkan hasil pelacakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
terbukti bukan berasal dari lahan yang ditunjukkan oleh pemilik/pengangkut
hasil hutan, maka dikenakan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.
(5) Pelanggaran dalam pengangkutan hasil hutan yang berasal dari hutan hak
dengan menggunakan dokumen Nota Angkutan atau Nota Angkutan
Penggunaan Sendiri atau SKAU, seperti terdapat perbedaan jumlah batang
atau masa berlaku dokumen habis di perjalanan, dapat dikenakan sanksi
administratif berupa pembinaan melalui teguran/peringatan tertulis dari
Kepala Dinas Kabupaten/Kota berdasar laporan petugas kehutanan yang
menerima Nota Angkutan atau Nota Angkutan Penggunaan Sendiri atau
SKAU di tempat tujuan.
(6) Pelanggaran penerbitan SKAU atas hasil hutan hak yang berasal dari luar
wilayah Desa/Kelurahan-nya, dikenakan sanksi pencabutan Keputusan
Penetapan Penerbit SKAU oleh Kepala Dinas Kabupaten/Kota bersangkutan.
BAB VI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 20
(1) Surat Keputusan penerbit SKAU yang sudah ada sebelum terbitnya Peraturan
Menteri ini, dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan
ketentuan dalam Peraturan Menteri ini sampai dengan berakhirnya masa
berlaku Surat Keputusan tersebut.
(2) Dokumen SKAU, SKSKB Cap “KR” dan Nota yang masih dalam pengangkutan
di perjalanan sejak 30 (tiga puluh) hari pada tanggal diundangkannya
Peraturan Menteri Kehutanan ini, tetap berlaku sampai tanggal berakhirnya
dokumen dimaksud.
/BAB VII...
- 11 -
BAB VII
PENUTUP
Pasal 21
Pada saat Peraturan Menteri Kehutanan ini mulai berlaku, maka Peraturan
Menteri Kehutanan Nomor P.51/Menhut-II/2006 tentang Penggunaan Surat
Keterangan Asal Usul (SKAU) Untuk Pengangkutan Hasil Hutan Kayu Yang
Berasal Dari Hutan Hak, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Kehutanan Nomor P.62/Menhut-II/2006 dan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor
P.33/Menhut-II/2007, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 22
Peraturan Menteri Kehutanan ini mulai berlaku setelah 30 (tiga puluh) hari
terhitung sejak tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Menteri Kehutanan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik
Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 17 Juli 2012
MENTERI KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
ZULKIFLI HASAN
Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal 20 Juli 2012
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 NOMOR 737
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM DAN ORGANISASI,
ttd.
KRISNA RYA
- 12 -
Lampiran I Peraturan Menteri Kehutanan
Nomor : P.30/Menhut-II/2012
Tanggal: 17 Juli 2012
NOTA ANGKUTAN
Desa : ...........................
Kecamatan : ...........................
Kabupaten/ Kota : ...........................
Provinsi : ...........................
ASAL HASIL HUTAN TUJUAN PENGANGKUTAN
Bukti Kepemilikan : ........................... Nama Penerima : .....................
Nomor : ........................... Alamat penerima : .....................
Nama Pemilik : ........................... .....................
Alamat Pemilik : ........................... .....................
Tempat muat : ........................... .....................
Jenis alat angkut : ..........................
Nomor Jenis Hasil Hutan Jumlah
(Batang/Pcs.)
Volume/berat
(m3./kg.)
Keterangan
1 2 3 4 5
JUMLAH
Catatan : - Kolom 3 diisi khusus untuk sortimen KB/KBS/KBK/kayu olahan rakyat/hasil hutan bukan kayu
- Kolom 4 diisi sesuai dengan satuan ukuran volume atau berat yang digunakan (meter kubik atau kg.)
- Kolom 5 dalam hal nota angkutan pengangkutan lanjutan, diisi asal usul nota angkutan atau SKAU dan diberi nomor.
- Bukti kepemilikan diisi: SHM/Girik/Leter C/HGU/Hak Pakai yang diakui BPN.
.............................................
Pemilik Kayu
.............................................
Lembar Ke : ....- Lembar ke-1 : Arsip Penerima
- Lembar ke-2 : Kepala Dinas Kabupaten/Kota
- Lembar ke-3 : Pemilik Hasil Hutan
- Lembar ke-4 : Kepala Dinas Provinsi
- Lembar ke-5 : Kepala Balai
- Lembar ke-6 : Arsip Penerbit
Dalam hal KB dan KBS dikirim ke IUIUIPHHK/IPKT/TPT, kolom ini wajib diisi oleh
GANIS- PHPL / P3KB.
1. Nama GANIS-PHPL / P3KB :
2. Nomor Register :
3. Nota Angkutan diterima tgl. :
4. Nota Angkutan dimatikan tgl. :
5. Stempel/cap : “TELAH DIMATIKAN”
6. Pemeriksaan fisik KB : tgl. s/d.tgl.
7. Tanda Tangan :
- 13 -
Lampiran II Peraturan Menteri Kehutanan
Nomor : P.30/Menhut-II/2012
Tanggal: 17 Juli 2012
NOTA ANGKUTAN PENGGUNAAN SENDIRI
ASAL HASIL HUTAN
Nama Pemilik : ...........................
Desa : ...........................
Kecamatan/ Kabupaten/ Kota: ...........................
Provinsi : ...........................
Bukti Alas Titel : ...........................
HASIL HUTAN YANG DIANGKUT :
Jenis : ...................................................................................
Jumlah Batang : ...................................................................................
Volume/Berat : ...................................................................................
.............................................
Pemilik Kayu
.............................................
Catatan :
1. Dokumen ini tidak berlaku untuk pengangkutan ke IUIPHHK, IPKL, IPKT dan TPT
2. Dokumen ini dapat dibuat dan diisi dengan tulisan tangan
TUJUAN PENGGUNAAN
(SENDIRI / FASILITAS UMUM *)
Tujuan Penggunaan : ...........................
Alamat Penggunaan : ...........................
- 14 -
Lampiran III Peraturan Menteri Kehutanan
Nomor : P.30/Menhut-II/2012
Tanggal: 17 Juli 2012
Contoh format permohonan penerbitan SKAU
Kepada yth. :
Pejabat Penerbit SKAU
Di – Tempat
Memenuhi Peraturan Menteri Kehutanan Nomor ..., pada Pasal ...
dinyatakan, bahwa pemilik hasil hutan hak, wajib mengajukan permohonan
penerbitan dokumen SKAU. Sehubungan dengan hal tersebut, bersama ini kami
sampaikan kelengkapan persyaratan sebagai berikut :
1. Nama pemilik :................................................................................
2. Bukti identitas :KTP/........................................................................
3. Bukti legalitas tanah : Sertifikat/Leter C/Girik .........................................
4. Telah melakukan penebangan hasil hutan berupa kayu milik sendiri yang
terdiri dari:
a. Jenis Kayu : ...............................................................................
b. Jumlah Batang : ...............................................................................
c. Volume : ...............................................................................
5. Akan diangkut/dijual dengan rincian sebagai berikut :
a. Jenis Kayu : ...............................................................................
b. Jumlah Batang : ................ batang
c. Volume : ................ m3
d. Tujuan pengangkutan : ...............................................................................
Apabila asal usul hasil hutan tersebut, ternyata tidak sesuai dengan asal
lokasi tebangan, maka isi dokumen SKAU menjadi tanggung jawab kami selaku
pemilik hasil hutan.
Demikian surat permohonan ini dibuat untuk menjadi bahan pertimbangan.
................., ........, 20
Pemohon,
...................
- 15 -
Lampiran IV Peraturan Menteri Kehutanan
Nomor : P.30/Menhut-II/2012
Tanggal: 17 Juli 2012
Nama Pemilik Hutan Hak : ............................................
Alamat Pemilik Hutan Hak : ............................................
............................................
Nomor Telepon : ............................................
DAFTAR KAYU BULAT/KAYU OLAHAN
(DKB/DKO)
Nomor : ..........................
Desa :
Kecamatan :
Kabupaten/
Kota
:
Provinsi :
No
Nomor
Batang
Jenis Kayu
Bulat/Jenis
Kayu
Olahan
Panjang
(m)
Diameter/
L x T
(cm)
Jumlah
Kpg/Bdl/Ikat
Volume
(m3)
1 2 3 4 5 6 7
Jumlah :
DKB/DKO ini merupakan lampiran SKAU Nomor .......................... tanggal ..............
Catatan : - DKB digunakan untuk pengangkutan kayu bulat, DKO digunakan untuk pengangkutan kayu olahan.
- Kolom 2 diisi khusus untuk sortimen kayu bulat.
- Kolom 3 diisi untuk jenis kayu bulat atau untuk jenis kayu sortimen kayu olahan.
- Kolom 5 diisi ukuran lebar dan tebal khusus untuk pengangkutan kayu olahan.
- Kolom 6 diisi jumlah keping/bundel/ikat untuk kayu olahan.
..............., ...................... 20 ...
Pemilik Kayu
.........................
Dibuat oleh :
Penerbit SKAU
.........................
- 16 -
Lampiran V Peraturan Menteri Kehutanan
Nomor : P.30/Menhut-II/2012
Tanggal: 17 Juli 2012
Nomor urut : ................
SURAT KETERANGAN ASAL USUL (SKAU)
(KHUSUS UNTUK PENGANGKUTAN HASIL HUTAN YANG BERASAL DARI HUTAN HAK)
Berlaku selama .................... hari, dari tanggal..............s/d .............
Desa : ...........................
Kecamatan : ...........................
Kabupaten/ Kota : ...........................
Provinsi : ..........................
ASAL HASIL HUTAN TUJUAN PENGANGKUTAN
Bukti Kepemilikan: ........................... Nama Penerima : .....................
Nomor : ........................... Alamat penerima : .....................
Nama Pemilik : ........................... .....................
Alamat Pemilik : ........................... .....................
........................... .....................
Tempat muat : ........................... .....................
...........................
Jenis alat angkut : ..........................
Nomor Jenis Kayu Jumlah
(Batang/Pcs.)
Volume
(m3)
Keterangan
1 2 3 4 5
JUMLAH
Catatan :- Kolom 3 diisi Khusus untuk sortimen kayu bulat/kayu olahan rakyat
- Bukti kepemilikan diisi: SHM/Girik/Leter C/HGU/Hak Pakai yang diakui BPN.
.............................................
Penerbit,
.......................................
Lembar ke : ...
- Lembar ke-1 : Arsip Penerima
- Lembar ke-2 : Kepala Dinas Kabupaten/Kota
- Lembar ke-3 : Pemilik Hasil Hutan
- Lembar ke-4 : Kepala Dinas Provinsi
- Lembar ke-5 : Kepala Balai
- Lembar ke-6 : Arsip Penerbit
Dalam hal KB dan KBS dikirim ke IUIUIPHHK/IPKT/TPT, kolom ini wajib diisi oleh
GANIS-PHPL / P3KB.
1. Nama GANIS-PHPL / P3KB :
2. Nomor Register :
3. SKAU diterima tgl. :
4. SKAU dimatikan tgl. :
5. Stempel/cap : ‘TELAH DIMATIKAN”
6. Pemeriksaan fisik KB : tgl. s/d.tgl.
7. Tanda Tangan :
- 17 -
Lampiran VI Peraturan Menteri Kehutanan
Nomor : P.30/Menhut-II/2012
Tanggal: 17 Juli 2012
Nomor Seri : ..............
Provinsi : ..............
KEMENTERIAN KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN
SURAT ANGKUTAN PENGGANTI (SAP)
NOMOR URUT PENERBITAN
HANYA BERLAKU UNTUK 1 (SATU KALI PENGANGKUTAN)
I. DOKUMEN ASAL
1. Nama Dokumen Asal : ............................... 2. Tujuan
a. Nomor Seri : ............................... a. Nama Perusahaan : ............................
b. Tanggal : ............................... b. Alamat Lengkap : ............................
c. Nama Perusahaan : ...............................
d. Jenis Alat Angkut : ............................... 3. Hasil Hutan Yang Diangkut
e. Provinsi : ............................... a. Jenis Hasil Hutan : ............................
f. Kabupaten/Kota : ............................... b. Jml. btg/kpg/ikat/bdl : ............................
II. ALAT ANGKUT PENGGANTI
1 Nama : ...............................
2 Identitas Alat Angkut : ...............................
3 Nama Pengemudi : ...............................
4 Hasil Hutan yang diangkut sebagai berikut :
No No Batang Jenis Hasil
Hutan
Jumlah Jumlah U K U R A N
Keterangan
Btg/Kpg Bdl/Ikat Panjang Diameter m3/ton
1 2 3 4 5 6 7 8 9
J u m l a h :
5 Jumlah komulatif hasil hutan sampai dengan penerbitan Surat Angkutan Pengganti Nomor Seri ............................ ini
a. Jumlah Btg/ Kpg : ...............................
b. Jumlah Bundel/ Ikat : ...............................
c. Volume/ Berat : ...................m3/ton
III SISA DI PELABUHAN DALAM PENERBITAN SURAT ANGKUTAN PENGGANTI
1 Jumlah Btg/ Kpg : ...............................
2 Jumlah Bundel / Ikat : ...............................
3 Volume / Berat : ...................m3/ton
Dierima Oleh ....................., .................... 20...
PT/CV/UD. ...................... Penerbit
Pada Tanggal : ..............
................................... ...............................
Jabatan Reg. No..................
Catatan :
Kolom Nomor 2, 6 dan 7 hanya diisi apabila yang diangkut adalah KB/KBS
Kolom 5 hanya diisi apabila yang diangkut adalah kayu olahan
MENTERI KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
ZULKIFLI HASAN
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM DAN ORGANISASI,
ttd.
KRISNA RYA

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

MONITORING KEBERSIHAN.docx
MONITORING KEBERSIHAN.docxMONITORING KEBERSIHAN.docx
MONITORING KEBERSIHAN.docxHendraHermawan52
 
Ketidakseimbangan elektrolit.docx
Ketidakseimbangan elektrolit.docxKetidakseimbangan elektrolit.docx
Ketidakseimbangan elektrolit.docxucing3
 
Formulir general consent
Formulir general consentFormulir general consent
Formulir general consentCut Fathani
 
132188769 pedoman-dan-kebijakan-keselamatan-pasien-rumah-sakit-islam-bogor
132188769 pedoman-dan-kebijakan-keselamatan-pasien-rumah-sakit-islam-bogor132188769 pedoman-dan-kebijakan-keselamatan-pasien-rumah-sakit-islam-bogor
132188769 pedoman-dan-kebijakan-keselamatan-pasien-rumah-sakit-islam-bogorRulli Sulaeman
 
jenis dan karakteristik Keluarga
jenis dan karakteristik Keluargajenis dan karakteristik Keluarga
jenis dan karakteristik KeluargaOcta Pranata
 
Leaflet _ Diet Gerd
Leaflet _ Diet GerdLeaflet _ Diet Gerd
Leaflet _ Diet Gerdlidyasrprb
 
Asuhan keperawatan kegawat daruratan respirasi distres
Asuhan keperawatan kegawat daruratan respirasi distresAsuhan keperawatan kegawat daruratan respirasi distres
Asuhan keperawatan kegawat daruratan respirasi distresf' yagami
 
Nilai normal tanda tanda vital
Nilai normal tanda tanda vitalNilai normal tanda tanda vital
Nilai normal tanda tanda vitalTri Kusniati
 
DIET PADA PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN
DIET PADA PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN DIET PADA PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN
DIET PADA PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN pjj_kemenkes
 

Was ist angesagt? (20)

Eliminasi
EliminasiEliminasi
Eliminasi
 
MONITORING KEBERSIHAN.docx
MONITORING KEBERSIHAN.docxMONITORING KEBERSIHAN.docx
MONITORING KEBERSIHAN.docx
 
Ketidakseimbangan elektrolit.docx
Ketidakseimbangan elektrolit.docxKetidakseimbangan elektrolit.docx
Ketidakseimbangan elektrolit.docx
 
Asuhan keperawatan chf
Asuhan keperawatan chfAsuhan keperawatan chf
Asuhan keperawatan chf
 
Intervensi isos
Intervensi isosIntervensi isos
Intervensi isos
 
Analisa data gagal jantung
Analisa data gagal jantungAnalisa data gagal jantung
Analisa data gagal jantung
 
34 provinsi di indonesia beserta pakaian
34 provinsi di indonesia beserta pakaian34 provinsi di indonesia beserta pakaian
34 provinsi di indonesia beserta pakaian
 
Kuesioner DM
Kuesioner DMKuesioner DM
Kuesioner DM
 
Ppt proposal
Ppt proposalPpt proposal
Ppt proposal
 
Kebudayaan Minangkabau (ppt)
Kebudayaan Minangkabau (ppt)Kebudayaan Minangkabau (ppt)
Kebudayaan Minangkabau (ppt)
 
Formulir general consent
Formulir general consentFormulir general consent
Formulir general consent
 
132188769 pedoman-dan-kebijakan-keselamatan-pasien-rumah-sakit-islam-bogor
132188769 pedoman-dan-kebijakan-keselamatan-pasien-rumah-sakit-islam-bogor132188769 pedoman-dan-kebijakan-keselamatan-pasien-rumah-sakit-islam-bogor
132188769 pedoman-dan-kebijakan-keselamatan-pasien-rumah-sakit-islam-bogor
 
Menu makanan 10 hari
Menu makanan 10 hariMenu makanan 10 hari
Menu makanan 10 hari
 
jenis dan karakteristik Keluarga
jenis dan karakteristik Keluargajenis dan karakteristik Keluarga
jenis dan karakteristik Keluarga
 
Askep glukoma
Askep glukomaAskep glukoma
Askep glukoma
 
Leaflet _ Diet Gerd
Leaflet _ Diet GerdLeaflet _ Diet Gerd
Leaflet _ Diet Gerd
 
Asuhan keperawatan kegawat daruratan respirasi distres
Asuhan keperawatan kegawat daruratan respirasi distresAsuhan keperawatan kegawat daruratan respirasi distres
Asuhan keperawatan kegawat daruratan respirasi distres
 
Nilai normal tanda tanda vital
Nilai normal tanda tanda vitalNilai normal tanda tanda vital
Nilai normal tanda tanda vital
 
DIET PADA PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN
DIET PADA PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN DIET PADA PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN
DIET PADA PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN
 
Defibrilasi dan kardioversi
Defibrilasi dan kardioversiDefibrilasi dan kardioversi
Defibrilasi dan kardioversi
 

Andere mochten auch

Pengenalan dokumen penatausahaan hasil hutan
Pengenalan dokumen penatausahaan hasil hutanPengenalan dokumen penatausahaan hasil hutan
Pengenalan dokumen penatausahaan hasil hutanakasia16
 
07 maret 2015 seri 276
07 maret 2015 seri 27607 maret 2015 seri 276
07 maret 2015 seri 276Rave Van
 
Permenhut ri no 91 th 2014 ttg penatausahaan hasil hutan bukan kayu yang bera...
Permenhut ri no 91 th 2014 ttg penatausahaan hasil hutan bukan kayu yang bera...Permenhut ri no 91 th 2014 ttg penatausahaan hasil hutan bukan kayu yang bera...
Permenhut ri no 91 th 2014 ttg penatausahaan hasil hutan bukan kayu yang bera...Jhon Blora
 
Contoh Surat Pengantar Kepala Desa Cucupan
Contoh Surat Pengantar Kepala Desa CucupanContoh Surat Pengantar Kepala Desa Cucupan
Contoh Surat Pengantar Kepala Desa CucupanDang Chesminirwan
 
P14 2011 ijin pemanfaatan kayu
P14 2011 ijin pemanfaatan kayuP14 2011 ijin pemanfaatan kayu
P14 2011 ijin pemanfaatan kayuJhon Blora
 
P 42 menhut ii 2014
P 42 menhut ii 2014P 42 menhut ii 2014
P 42 menhut ii 2014Jhon Blora
 
010 perdirjen p.1 tahun 2015 vlk
010 perdirjen p.1 tahun 2015 vlk010 perdirjen p.1 tahun 2015 vlk
010 perdirjen p.1 tahun 2015 vlkteguh soedrajat
 
Simpul dan dokumen peredaran kayu dari hutan hak
Simpul dan dokumen peredaran kayu dari hutan hakSimpul dan dokumen peredaran kayu dari hutan hak
Simpul dan dokumen peredaran kayu dari hutan hakHananto Maryan Wiguna
 
Diagram alir s/d 6000
Diagram alir s/d  6000Diagram alir s/d  6000
Diagram alir s/d 6000guest904f0f2
 
Perda pengelolaan hutan hak dan penatausahaan hasil hutan(1)
Perda pengelolaan hutan hak dan penatausahaan hasil hutan(1)Perda pengelolaan hutan hak dan penatausahaan hasil hutan(1)
Perda pengelolaan hutan hak dan penatausahaan hasil hutan(1)Jhon Blora
 
DAFTAR RIWAYAT HIDUP hatiha nadenggan1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP hatiha nadenggan1DAFTAR RIWAYAT HIDUP hatiha nadenggan1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP hatiha nadenggan1hatiha nadenggan
 

Andere mochten auch (20)

Pengenalan dokumen penatausahaan hasil hutan
Pengenalan dokumen penatausahaan hasil hutanPengenalan dokumen penatausahaan hasil hutan
Pengenalan dokumen penatausahaan hasil hutan
 
07 maret 2015 seri 276
07 maret 2015 seri 27607 maret 2015 seri 276
07 maret 2015 seri 276
 
Penyusunan rpbbi
Penyusunan rpbbiPenyusunan rpbbi
Penyusunan rpbbi
 
Permenhut ri no 91 th 2014 ttg penatausahaan hasil hutan bukan kayu yang bera...
Permenhut ri no 91 th 2014 ttg penatausahaan hasil hutan bukan kayu yang bera...Permenhut ri no 91 th 2014 ttg penatausahaan hasil hutan bukan kayu yang bera...
Permenhut ri no 91 th 2014 ttg penatausahaan hasil hutan bukan kayu yang bera...
 
Contoh Surat Pengantar Kepala Desa Cucupan
Contoh Surat Pengantar Kepala Desa CucupanContoh Surat Pengantar Kepala Desa Cucupan
Contoh Surat Pengantar Kepala Desa Cucupan
 
P14 2011 ijin pemanfaatan kayu
P14 2011 ijin pemanfaatan kayuP14 2011 ijin pemanfaatan kayu
P14 2011 ijin pemanfaatan kayu
 
P 42 menhut ii 2014
P 42 menhut ii 2014P 42 menhut ii 2014
P 42 menhut ii 2014
 
Skau amir
Skau amirSkau amir
Skau amir
 
010 perdirjen p.1 tahun 2015 vlk
010 perdirjen p.1 tahun 2015 vlk010 perdirjen p.1 tahun 2015 vlk
010 perdirjen p.1 tahun 2015 vlk
 
Tata Kelola, Penerimaan Negara dan Dana Bagi Hasil Sektor Kehutanan
Tata Kelola, Penerimaan Negara dan Dana Bagi Hasil Sektor KehutananTata Kelola, Penerimaan Negara dan Dana Bagi Hasil Sektor Kehutanan
Tata Kelola, Penerimaan Negara dan Dana Bagi Hasil Sektor Kehutanan
 
Skau amir
Skau amirSkau amir
Skau amir
 
Simpul dan dokumen peredaran kayu dari hutan hak
Simpul dan dokumen peredaran kayu dari hutan hakSimpul dan dokumen peredaran kayu dari hutan hak
Simpul dan dokumen peredaran kayu dari hutan hak
 
HTR
HTRHTR
HTR
 
Diagram alir s/d 6000
Diagram alir s/d  6000Diagram alir s/d  6000
Diagram alir s/d 6000
 
Skau amir
Skau amirSkau amir
Skau amir
 
Lampiran v peraturan menteri kehutanan
Lampiran v peraturan menteri kehutananLampiran v peraturan menteri kehutanan
Lampiran v peraturan menteri kehutanan
 
P.62#2015 ipk
P.62#2015 ipkP.62#2015 ipk
P.62#2015 ipk
 
Perda pengelolaan hutan hak dan penatausahaan hasil hutan(1)
Perda pengelolaan hutan hak dan penatausahaan hasil hutan(1)Perda pengelolaan hutan hak dan penatausahaan hasil hutan(1)
Perda pengelolaan hutan hak dan penatausahaan hasil hutan(1)
 
Contoh bap
Contoh bapContoh bap
Contoh bap
 
DAFTAR RIWAYAT HIDUP hatiha nadenggan1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP hatiha nadenggan1DAFTAR RIWAYAT HIDUP hatiha nadenggan1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP hatiha nadenggan1
 

Ähnlich wie P.30 2012 penataan_hasilhutandarihutanhak

Permenhut no 54 th 2014 ttg kompetensi dan sertifikasi tenaga teknis dan peng...
Permenhut no 54 th 2014 ttg kompetensi dan sertifikasi tenaga teknis dan peng...Permenhut no 54 th 2014 ttg kompetensi dan sertifikasi tenaga teknis dan peng...
Permenhut no 54 th 2014 ttg kompetensi dan sertifikasi tenaga teknis dan peng...Jhon Blora
 
Permenhut no 43 th 2014 ttg p enilaian kinerja hutan produksi (1)
Permenhut no 43 th 2014 ttg p enilaian kinerja hutan produksi (1)Permenhut no 43 th 2014 ttg p enilaian kinerja hutan produksi (1)
Permenhut no 43 th 2014 ttg p enilaian kinerja hutan produksi (1)Jhon Blora
 
Permenlhk no 85 tahun 2016 tentang pengangkutan hasil hutan kayu budidaya yan...
Permenlhk no 85 tahun 2016 tentang pengangkutan hasil hutan kayu budidaya yan...Permenlhk no 85 tahun 2016 tentang pengangkutan hasil hutan kayu budidaya yan...
Permenlhk no 85 tahun 2016 tentang pengangkutan hasil hutan kayu budidaya yan...helmut simamora
 
Pemen_Kehuanan_P.39_Tahun2013_pemberdayaan_masy_melalui_kemitraan
Pemen_Kehuanan_P.39_Tahun2013_pemberdayaan_masy_melalui_kemitraanPemen_Kehuanan_P.39_Tahun2013_pemberdayaan_masy_melalui_kemitraan
Pemen_Kehuanan_P.39_Tahun2013_pemberdayaan_masy_melalui_kemitraanPipiet Noorch
 
P.45 2012 standar_pedomanpenilaiankinerjakelolahp_ldanvlkpadahutanhak_rev_
P.45 2012 standar_pedomanpenilaiankinerjakelolahp_ldanvlkpadahutanhak_rev_P.45 2012 standar_pedomanpenilaiankinerjakelolahp_ldanvlkpadahutanhak_rev_
P.45 2012 standar_pedomanpenilaiankinerjakelolahp_ldanvlkpadahutanhak_rev_Buumb Bee
 
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.51/Menlhk/Setjen/KUM.1...
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.51/Menlhk/Setjen/KUM.1...Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.51/Menlhk/Setjen/KUM.1...
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.51/Menlhk/Setjen/KUM.1...Dini Isrinayanti
 
Permenhut no 52 th 2014
Permenhut no 52 th 2014Permenhut no 52 th 2014
Permenhut no 52 th 2014Jhon Blora
 
03g. P.32 Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (hal 8).pdf
03g. P.32 Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (hal 8).pdf03g. P.32 Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (hal 8).pdf
03g. P.32 Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (hal 8).pdfMeldaYeni3
 
Permenhut no. p18 2011
Permenhut no. p18 2011Permenhut no. p18 2011
Permenhut no. p18 2011Sapik Bubud
 
Pp tata hutan
Pp tata hutanPp tata hutan
Pp tata hutanwalhiaceh
 
Kabupaten pakpakbharat 9-2006
Kabupaten pakpakbharat 9-2006Kabupaten pakpakbharat 9-2006
Kabupaten pakpakbharat 9-2006Medan Comonity
 
Permen menhut no 43 tahun 2013 tentang penataan batas areal
Permen menhut no 43 tahun 2013 tentang penataan batas arealPermen menhut no 43 tahun 2013 tentang penataan batas areal
Permen menhut no 43 tahun 2013 tentang penataan batas arealwalhiaceh
 
Pp 34 2002-tata_hutan
Pp 34 2002-tata_hutanPp 34 2002-tata_hutan
Pp 34 2002-tata_hutanPeople Power
 
Permen LHK P.37/2019 tentang Perhutanan Sosial Pada Ekosistem Gambut
Permen LHK P.37/2019 tentang Perhutanan Sosial Pada Ekosistem GambutPermen LHK P.37/2019 tentang Perhutanan Sosial Pada Ekosistem Gambut
Permen LHK P.37/2019 tentang Perhutanan Sosial Pada Ekosistem GambutJaringan Kerja Pemetaan Partisipatif
 
Permenhut no 50 th 2014 ttg perdagangan sertifikat penurunan emisi karbon hut...
Permenhut no 50 th 2014 ttg perdagangan sertifikat penurunan emisi karbon hut...Permenhut no 50 th 2014 ttg perdagangan sertifikat penurunan emisi karbon hut...
Permenhut no 50 th 2014 ttg perdagangan sertifikat penurunan emisi karbon hut...Jhon Blora
 
Pp tata hutan dan prencanaan hutan
Pp tata hutan dan prencanaan hutanPp tata hutan dan prencanaan hutan
Pp tata hutan dan prencanaan hutanwalhiaceh
 
Pp tata hutan dan perencanaan hutan
Pp tata hutan dan perencanaan hutanPp tata hutan dan perencanaan hutan
Pp tata hutan dan perencanaan hutanwalhiaceh
 
Pp tata hutan dan perencanaan hutan
Pp tata hutan dan perencanaan hutanPp tata hutan dan perencanaan hutan
Pp tata hutan dan perencanaan hutanwalhiaceh
 

Ähnlich wie P.30 2012 penataan_hasilhutandarihutanhak (20)

P43 2014
P43 2014P43 2014
P43 2014
 
Permenhut no 54 th 2014 ttg kompetensi dan sertifikasi tenaga teknis dan peng...
Permenhut no 54 th 2014 ttg kompetensi dan sertifikasi tenaga teknis dan peng...Permenhut no 54 th 2014 ttg kompetensi dan sertifikasi tenaga teknis dan peng...
Permenhut no 54 th 2014 ttg kompetensi dan sertifikasi tenaga teknis dan peng...
 
Permenhut no 43 th 2014 ttg p enilaian kinerja hutan produksi (1)
Permenhut no 43 th 2014 ttg p enilaian kinerja hutan produksi (1)Permenhut no 43 th 2014 ttg p enilaian kinerja hutan produksi (1)
Permenhut no 43 th 2014 ttg p enilaian kinerja hutan produksi (1)
 
Permenlhk no 85 tahun 2016 tentang pengangkutan hasil hutan kayu budidaya yan...
Permenlhk no 85 tahun 2016 tentang pengangkutan hasil hutan kayu budidaya yan...Permenlhk no 85 tahun 2016 tentang pengangkutan hasil hutan kayu budidaya yan...
Permenlhk no 85 tahun 2016 tentang pengangkutan hasil hutan kayu budidaya yan...
 
Pemen_Kehuanan_P.39_Tahun2013_pemberdayaan_masy_melalui_kemitraan
Pemen_Kehuanan_P.39_Tahun2013_pemberdayaan_masy_melalui_kemitraanPemen_Kehuanan_P.39_Tahun2013_pemberdayaan_masy_melalui_kemitraan
Pemen_Kehuanan_P.39_Tahun2013_pemberdayaan_masy_melalui_kemitraan
 
P.45 2012 standar_pedomanpenilaiankinerjakelolahp_ldanvlkpadahutanhak_rev_
P.45 2012 standar_pedomanpenilaiankinerjakelolahp_ldanvlkpadahutanhak_rev_P.45 2012 standar_pedomanpenilaiankinerjakelolahp_ldanvlkpadahutanhak_rev_
P.45 2012 standar_pedomanpenilaiankinerjakelolahp_ldanvlkpadahutanhak_rev_
 
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.51/Menlhk/Setjen/KUM.1...
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.51/Menlhk/Setjen/KUM.1...Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.51/Menlhk/Setjen/KUM.1...
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.51/Menlhk/Setjen/KUM.1...
 
Permenhut no 52 th 2014
Permenhut no 52 th 2014Permenhut no 52 th 2014
Permenhut no 52 th 2014
 
03g. P.32 Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (hal 8).pdf
03g. P.32 Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (hal 8).pdf03g. P.32 Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (hal 8).pdf
03g. P.32 Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (hal 8).pdf
 
Permenhut no. p18 2011
Permenhut no. p18 2011Permenhut no. p18 2011
Permenhut no. p18 2011
 
Pp tata hutan
Pp tata hutanPp tata hutan
Pp tata hutan
 
Kabupaten pakpakbharat 9-2006
Kabupaten pakpakbharat 9-2006Kabupaten pakpakbharat 9-2006
Kabupaten pakpakbharat 9-2006
 
Permen menhut no 43 tahun 2013 tentang penataan batas areal
Permen menhut no 43 tahun 2013 tentang penataan batas arealPermen menhut no 43 tahun 2013 tentang penataan batas areal
Permen menhut no 43 tahun 2013 tentang penataan batas areal
 
Permenhut 11 09
Permenhut 11 09Permenhut 11 09
Permenhut 11 09
 
Pp 34 2002-tata_hutan
Pp 34 2002-tata_hutanPp 34 2002-tata_hutan
Pp 34 2002-tata_hutan
 
Permen LHK P.37/2019 tentang Perhutanan Sosial Pada Ekosistem Gambut
Permen LHK P.37/2019 tentang Perhutanan Sosial Pada Ekosistem GambutPermen LHK P.37/2019 tentang Perhutanan Sosial Pada Ekosistem Gambut
Permen LHK P.37/2019 tentang Perhutanan Sosial Pada Ekosistem Gambut
 
Permenhut no 50 th 2014 ttg perdagangan sertifikat penurunan emisi karbon hut...
Permenhut no 50 th 2014 ttg perdagangan sertifikat penurunan emisi karbon hut...Permenhut no 50 th 2014 ttg perdagangan sertifikat penurunan emisi karbon hut...
Permenhut no 50 th 2014 ttg perdagangan sertifikat penurunan emisi karbon hut...
 
Pp tata hutan dan prencanaan hutan
Pp tata hutan dan prencanaan hutanPp tata hutan dan prencanaan hutan
Pp tata hutan dan prencanaan hutan
 
Pp tata hutan dan perencanaan hutan
Pp tata hutan dan perencanaan hutanPp tata hutan dan perencanaan hutan
Pp tata hutan dan perencanaan hutan
 
Pp tata hutan dan perencanaan hutan
Pp tata hutan dan perencanaan hutanPp tata hutan dan perencanaan hutan
Pp tata hutan dan perencanaan hutan
 

Mehr von Jhon Blora

Permenhut ri no 78 th 2014 ttg pedoman penyusunan programa penyuluhan kehutanan
Permenhut ri no 78 th 2014 ttg pedoman penyusunan programa penyuluhan kehutananPermenhut ri no 78 th 2014 ttg pedoman penyusunan programa penyuluhan kehutanan
Permenhut ri no 78 th 2014 ttg pedoman penyusunan programa penyuluhan kehutananJhon Blora
 
Permenhut no 44 th 2014 ttg pedoman pembangunan unit percontohan penyuluhan k...
Permenhut no 44 th 2014 ttg pedoman pembangunan unit percontohan penyuluhan k...Permenhut no 44 th 2014 ttg pedoman pembangunan unit percontohan penyuluhan k...
Permenhut no 44 th 2014 ttg pedoman pembangunan unit percontohan penyuluhan k...Jhon Blora
 
P41 2010 programa penyuluhan kehutanan
P41 2010 programa penyuluhan kehutananP41 2010 programa penyuluhan kehutanan
P41 2010 programa penyuluhan kehutananJhon Blora
 
P.46 2012 metode_danmateripenyuluhankehutanan_
P.46 2012 metode_danmateripenyuluhankehutanan_P.46 2012 metode_danmateripenyuluhankehutanan_
P.46 2012 metode_danmateripenyuluhankehutanan_Jhon Blora
 
Pp12 2014 tarif pnbp deptan
Pp12 2014 tarif pnbp deptanPp12 2014 tarif pnbp deptan
Pp12 2014 tarif pnbp deptanJhon Blora
 
Permenhut no 38 th 2014 ttg p engenaan tarif rp.0
Permenhut no 38 th 2014 ttg p engenaan tarif rp.0Permenhut no 38 th 2014 ttg p engenaan tarif rp.0
Permenhut no 38 th 2014 ttg p engenaan tarif rp.0Jhon Blora
 
Permenhut no 24 th 2014 ttg tata cara penulisan pembayaran
Permenhut no 24 th 2014 ttg tata cara penulisan pembayaranPermenhut no 24 th 2014 ttg tata cara penulisan pembayaran
Permenhut no 24 th 2014 ttg tata cara penulisan pembayaranJhon Blora
 
Data sosial kehutanan
Data sosial kehutananData sosial kehutanan
Data sosial kehutananJhon Blora
 
Data rehabilitasi hutan lahan dan pengeloaan das
Data rehabilitasi hutan lahan dan pengeloaan dasData rehabilitasi hutan lahan dan pengeloaan das
Data rehabilitasi hutan lahan dan pengeloaan dasJhon Blora
 
Data pengusahaan hutan
Data pengusahaan hutanData pengusahaan hutan
Data pengusahaan hutanJhon Blora
 
Data kawasan hutan
Data kawasan hutanData kawasan hutan
Data kawasan hutanJhon Blora
 
perda-rtrw-kab-blora-2011-2031
perda-rtrw-kab-blora-2011-2031perda-rtrw-kab-blora-2011-2031
perda-rtrw-kab-blora-2011-2031Jhon Blora
 
Kawasan lindung final
Kawasan lindung finalKawasan lindung final
Kawasan lindung finalJhon Blora
 
Peta sempadan waduk dan danau
Peta sempadan waduk dan danauPeta sempadan waduk dan danau
Peta sempadan waduk dan danauJhon Blora
 
Peta sempadan sungai
Peta sempadan sungaiPeta sempadan sungai
Peta sempadan sungaiJhon Blora
 
Peta kawasan sekitar danau waduk
Peta kawasan sekitar danau wadukPeta kawasan sekitar danau waduk
Peta kawasan sekitar danau wadukJhon Blora
 
Peta kawasan resapan air
Peta kawasan resapan airPeta kawasan resapan air
Peta kawasan resapan airJhon Blora
 

Mehr von Jhon Blora (20)

Permenhut ri no 78 th 2014 ttg pedoman penyusunan programa penyuluhan kehutanan
Permenhut ri no 78 th 2014 ttg pedoman penyusunan programa penyuluhan kehutananPermenhut ri no 78 th 2014 ttg pedoman penyusunan programa penyuluhan kehutanan
Permenhut ri no 78 th 2014 ttg pedoman penyusunan programa penyuluhan kehutanan
 
Permenhut no 44 th 2014 ttg pedoman pembangunan unit percontohan penyuluhan k...
Permenhut no 44 th 2014 ttg pedoman pembangunan unit percontohan penyuluhan k...Permenhut no 44 th 2014 ttg pedoman pembangunan unit percontohan penyuluhan k...
Permenhut no 44 th 2014 ttg pedoman pembangunan unit percontohan penyuluhan k...
 
P41 2010 programa penyuluhan kehutanan
P41 2010 programa penyuluhan kehutananP41 2010 programa penyuluhan kehutanan
P41 2010 programa penyuluhan kehutanan
 
P.46 2012 metode_danmateripenyuluhankehutanan_
P.46 2012 metode_danmateripenyuluhankehutanan_P.46 2012 metode_danmateripenyuluhankehutanan_
P.46 2012 metode_danmateripenyuluhankehutanan_
 
Pp12 2014 tarif pnbp deptan
Pp12 2014 tarif pnbp deptanPp12 2014 tarif pnbp deptan
Pp12 2014 tarif pnbp deptan
 
Permenhut no 38 th 2014 ttg p engenaan tarif rp.0
Permenhut no 38 th 2014 ttg p engenaan tarif rp.0Permenhut no 38 th 2014 ttg p engenaan tarif rp.0
Permenhut no 38 th 2014 ttg p engenaan tarif rp.0
 
Permenhut no 24 th 2014 ttg tata cara penulisan pembayaran
Permenhut no 24 th 2014 ttg tata cara penulisan pembayaranPermenhut no 24 th 2014 ttg tata cara penulisan pembayaran
Permenhut no 24 th 2014 ttg tata cara penulisan pembayaran
 
Data sosial kehutanan
Data sosial kehutananData sosial kehutanan
Data sosial kehutanan
 
Data rehabilitasi hutan lahan dan pengeloaan das
Data rehabilitasi hutan lahan dan pengeloaan dasData rehabilitasi hutan lahan dan pengeloaan das
Data rehabilitasi hutan lahan dan pengeloaan das
 
Data umum
Data umumData umum
Data umum
 
Data pengusahaan hutan
Data pengusahaan hutanData pengusahaan hutan
Data pengusahaan hutan
 
Data kawasan hutan
Data kawasan hutanData kawasan hutan
Data kawasan hutan
 
perda-rtrw-kab-blora-2011-2031
perda-rtrw-kab-blora-2011-2031perda-rtrw-kab-blora-2011-2031
perda-rtrw-kab-blora-2011-2031
 
Kawasan lindung final
Kawasan lindung finalKawasan lindung final
Kawasan lindung final
 
Resapan air
Resapan airResapan air
Resapan air
 
Peta sempadan waduk dan danau
Peta sempadan waduk dan danauPeta sempadan waduk dan danau
Peta sempadan waduk dan danau
 
Peta sempadan sungai
Peta sempadan sungaiPeta sempadan sungai
Peta sempadan sungai
 
Peta mata air
Peta mata airPeta mata air
Peta mata air
 
Peta kawasan sekitar danau waduk
Peta kawasan sekitar danau wadukPeta kawasan sekitar danau waduk
Peta kawasan sekitar danau waduk
 
Peta kawasan resapan air
Peta kawasan resapan airPeta kawasan resapan air
Peta kawasan resapan air
 

Kürzlich hochgeladen

Contoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerja
Contoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerjaContoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerja
Contoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerjaIniiiHeru
 
PERMEN518_HSNCC_PERMEN518_HSNCC_PERMEN518_HSNCC
PERMEN518_HSNCC_PERMEN518_HSNCC_PERMEN518_HSNCCPERMEN518_HSNCC_PERMEN518_HSNCC_PERMEN518_HSNCC
PERMEN518_HSNCC_PERMEN518_HSNCC_PERMEN518_HSNCCabairfan24
 
Diac & Triac untuk memenuhi tugas komponen
Diac & Triac untuk memenuhi tugas komponenDiac & Triac untuk memenuhi tugas komponen
Diac & Triac untuk memenuhi tugas komponenBangMahar
 
contoh judul tesis untuk mahasiswa pascasarjana
contoh judul tesis untuk mahasiswa pascasarjanacontoh judul tesis untuk mahasiswa pascasarjana
contoh judul tesis untuk mahasiswa pascasarjanaNhasrul
 
Bimbingan Teknis Penyusunan Soal Pilihan Berganda 2024.pptx
Bimbingan Teknis Penyusunan Soal Pilihan Berganda  2024.pptxBimbingan Teknis Penyusunan Soal Pilihan Berganda  2024.pptx
Bimbingan Teknis Penyusunan Soal Pilihan Berganda 2024.pptxjannenapitupulu18
 
15_Contoh_Surat_Lamaran_Kerja_Lengkap_de.pdf
15_Contoh_Surat_Lamaran_Kerja_Lengkap_de.pdf15_Contoh_Surat_Lamaran_Kerja_Lengkap_de.pdf
15_Contoh_Surat_Lamaran_Kerja_Lengkap_de.pdfTaufikTito
 
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesia
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa IndonesiaSalinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesia
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesiasdn4mangkujayan
 
materi konsep dan Model TRIASE Bencana.pptx
materi konsep dan Model TRIASE Bencana.pptxmateri konsep dan Model TRIASE Bencana.pptx
materi konsep dan Model TRIASE Bencana.pptxZullaiqahNurhali2
 
Materi Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MA
Materi Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MAMateri Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MA
Materi Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MAmasqiqu340
 
undang undang penataan ruang daerah kabupaten bogor
undang undang penataan ruang daerah kabupaten bogorundang undang penataan ruang daerah kabupaten bogor
undang undang penataan ruang daerah kabupaten bogorritch4
 
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdshKISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdshDosenBernard
 
Hasil wawancara usaha lumpia basah tugas PKWU
Hasil wawancara usaha lumpia basah tugas PKWUHasil wawancara usaha lumpia basah tugas PKWU
Hasil wawancara usaha lumpia basah tugas PKWUDina396887
 
SIMPUS SIMPUS SIMPUS & E- PUSKESMAS (3).ppt
SIMPUS SIMPUS SIMPUS & E- PUSKESMAS (3).pptSIMPUS SIMPUS SIMPUS & E- PUSKESMAS (3).ppt
SIMPUS SIMPUS SIMPUS & E- PUSKESMAS (3).pptEndangNingsih7
 
Alur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdf
Alur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdfAlur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdf
Alur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdfPemdes Wonoyoso
 
DATA MINING : ESTIMASI, PREDIKSI, KLASIFIKASI, KLASTERING, DAN ASOSIASI.ppt
DATA MINING : ESTIMASI, PREDIKSI, KLASIFIKASI, KLASTERING, DAN ASOSIASI.pptDATA MINING : ESTIMASI, PREDIKSI, KLASIFIKASI, KLASTERING, DAN ASOSIASI.ppt
DATA MINING : ESTIMASI, PREDIKSI, KLASIFIKASI, KLASTERING, DAN ASOSIASI.pptmuhammadarsyad77
 
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdf
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdfPerlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdf
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdfjeffrisovana999
 
PERTEMUAN 4 himpunan dan fungsi logika fuzzy.ppT
PERTEMUAN 4 himpunan dan fungsi logika fuzzy.ppTPERTEMUAN 4 himpunan dan fungsi logika fuzzy.ppT
PERTEMUAN 4 himpunan dan fungsi logika fuzzy.ppTYudaPerwira5
 
PPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIF
PPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIFPPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIF
PPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIFFPMJ604FIKRIRIANDRA
 

Kürzlich hochgeladen (20)

Contoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerja
Contoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerjaContoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerja
Contoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerja
 
Abortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotec
Abortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotecAbortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotec
Abortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotec
 
PERMEN518_HSNCC_PERMEN518_HSNCC_PERMEN518_HSNCC
PERMEN518_HSNCC_PERMEN518_HSNCC_PERMEN518_HSNCCPERMEN518_HSNCC_PERMEN518_HSNCC_PERMEN518_HSNCC
PERMEN518_HSNCC_PERMEN518_HSNCC_PERMEN518_HSNCC
 
Diac & Triac untuk memenuhi tugas komponen
Diac & Triac untuk memenuhi tugas komponenDiac & Triac untuk memenuhi tugas komponen
Diac & Triac untuk memenuhi tugas komponen
 
contoh judul tesis untuk mahasiswa pascasarjana
contoh judul tesis untuk mahasiswa pascasarjanacontoh judul tesis untuk mahasiswa pascasarjana
contoh judul tesis untuk mahasiswa pascasarjana
 
Bimbingan Teknis Penyusunan Soal Pilihan Berganda 2024.pptx
Bimbingan Teknis Penyusunan Soal Pilihan Berganda  2024.pptxBimbingan Teknis Penyusunan Soal Pilihan Berganda  2024.pptx
Bimbingan Teknis Penyusunan Soal Pilihan Berganda 2024.pptx
 
15_Contoh_Surat_Lamaran_Kerja_Lengkap_de.pdf
15_Contoh_Surat_Lamaran_Kerja_Lengkap_de.pdf15_Contoh_Surat_Lamaran_Kerja_Lengkap_de.pdf
15_Contoh_Surat_Lamaran_Kerja_Lengkap_de.pdf
 
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesia
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa IndonesiaSalinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesia
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesia
 
Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...
Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...
Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...
 
materi konsep dan Model TRIASE Bencana.pptx
materi konsep dan Model TRIASE Bencana.pptxmateri konsep dan Model TRIASE Bencana.pptx
materi konsep dan Model TRIASE Bencana.pptx
 
Materi Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MA
Materi Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MAMateri Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MA
Materi Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MA
 
undang undang penataan ruang daerah kabupaten bogor
undang undang penataan ruang daerah kabupaten bogorundang undang penataan ruang daerah kabupaten bogor
undang undang penataan ruang daerah kabupaten bogor
 
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdshKISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
 
Hasil wawancara usaha lumpia basah tugas PKWU
Hasil wawancara usaha lumpia basah tugas PKWUHasil wawancara usaha lumpia basah tugas PKWU
Hasil wawancara usaha lumpia basah tugas PKWU
 
SIMPUS SIMPUS SIMPUS & E- PUSKESMAS (3).ppt
SIMPUS SIMPUS SIMPUS & E- PUSKESMAS (3).pptSIMPUS SIMPUS SIMPUS & E- PUSKESMAS (3).ppt
SIMPUS SIMPUS SIMPUS & E- PUSKESMAS (3).ppt
 
Alur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdf
Alur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdfAlur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdf
Alur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdf
 
DATA MINING : ESTIMASI, PREDIKSI, KLASIFIKASI, KLASTERING, DAN ASOSIASI.ppt
DATA MINING : ESTIMASI, PREDIKSI, KLASIFIKASI, KLASTERING, DAN ASOSIASI.pptDATA MINING : ESTIMASI, PREDIKSI, KLASIFIKASI, KLASTERING, DAN ASOSIASI.ppt
DATA MINING : ESTIMASI, PREDIKSI, KLASIFIKASI, KLASTERING, DAN ASOSIASI.ppt
 
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdf
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdfPerlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdf
Perlindungan Anak Dalam Hukum Perdata (2).pdf
 
PERTEMUAN 4 himpunan dan fungsi logika fuzzy.ppT
PERTEMUAN 4 himpunan dan fungsi logika fuzzy.ppTPERTEMUAN 4 himpunan dan fungsi logika fuzzy.ppT
PERTEMUAN 4 himpunan dan fungsi logika fuzzy.ppT
 
PPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIF
PPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIFPPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIF
PPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIF
 

P.30 2012 penataan_hasilhutandarihutanhak

  • 1. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.30/MENHUT-II/2012 TENTANG PENATAUSAHAAN HASIL HUTAN YANG BERASAL DARI HUTAN HAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan Pasal 118 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Serta Pemanfaatan Hutan, disebutkan bahwa semua hasil hutan yang berasal dari hutan hak, dilakukan penetapan jenis, pengukuran volume/berat, dan penghitungan jumlah serta dilengkapi dengan surat keterangan asal usul hasil hutan hak; b. bahwa dalam rangka mendorong berkembangnya usaha kehutanan berbasis kerakyatan dan untuk memperluas lapangan kerja, pengentasan kemiskinan serta pertumbuhan ekonomi, maka masyarakat pemilik/pengelola hutan hak diberi kesempatan seluas luasnya untuk melakukan penatausahaan atas hasil hutannya; c. berdasarkan hasil evaluasi Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.51/Menhut-II/2006 tentang Penggunaan SKAU Untuk Pengangkutan Hasil Hutan Kayu Yang Berasal Dari Hutan Hak sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.33/Menhut-II/2007, perlu perbaikan pengaturan mengenai penatausahaan dan penetapan jenis, pengukuran volume/berat dan penghitungan jumlah serta penggunaan surat keterangan asal usul hasil hutan hak; d. bahwa sehubungan dengan pertimbangan tersebut huruf a, huruf b dan huruf c, perlu membentuk Peraturan Menteri Kehutanan tentang Penatausahaan Hasil Hutan Yang Berasal Dari Hutan Hak; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043); 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Menjadi Undang Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412); /3. Undang...
  • 2. - 2 - 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4696) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4814); 7. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011; 8. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2011; 9. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.55/Menhut-II/2006 tentang Penatausahaan Hasil Hutan Yang Berasal dari Hutan Negara sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.45/Menhut-II/2009; 10.Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.35/Menhut-II/2007 tentang Hasil Hutan Bukan Kayu; 11.Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.18/Menhut-II/2007 tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Pengenaan, Pemungutan dan Pembayaran Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) dan Dana Reboisasi (DR); 12.Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.40/Menhut-II/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kehutanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 405); 13.Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.14/Menhut-II/2011 tentang Izin Pemanfaatan Kayu (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 142); /MEMUTUSKAN...
  • 3. - 3 - MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEHUTANAN TENTANG PENATAUSAHAAN HASIL HUTAN YANG BERASAL DARI HUTAN HAK . BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: 1. Penatausahaan hasil hutan yang berasal dari hutan hak adalah kegiatan yang meliputi pemanenan atau penebangan, pengukuran dan penetapan jenis, pengangkutan/peredaran dan pengumpulan, pengolahan dan pelaporan. 2. Hutan hak adalah hutan yang berada pada tanah/lahan masyarakat yang telah dibebani hak atas tanah diluar kawasan hutan negara, dibuktikan dengan alas titel berupa Sertifikat Hak Milik, Letter C atau Girik, Hak Guna Usaha, Hak Pakai, atau dokumen penguasaan/pemilikan lainnya yang diakui oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN). 3. Hasil hutan yang berasal dari hutan hak, yang selanjutnya disebut hasil hutan hak adalah hasil hutan berupa kayu yang berasal dari tanaman yang tumbuh dari hasil budidaya di atas areal hutan hak atau lahan masyarakat. 4. Kayu olahan hutan hak/kayu olahan rakyat adalah produk hasil pengolahan kayu bulat yang diolah di lokasi tebangan dengan menggunakan alat gergaji mekanis dan/atau non mekanis. 5. Nota Angkutan adalah dokumen angkutan yang merupakan surat keterangan yang menyatakan penguasaan, kepemilikan dan sekaligus sebagai bukti legalitas pengangkutan hasil hutan hak (kayu bulat atau kayu olahan rakyat) sesuai dengan jenis kayu yang ditetapkan atau pengangkutan lanjutan semua jenis kayu. 6. Nota Angkutan Penggunaan Sendiri adalah dokumen angkutan semua jenis kayu hutan hak untuk keperluan sendiri atau fasilitas umum yang dibuat oleh pemilik hasil hutan hak dengan tujuan selain Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu, Industri Pengolahan Kayu Terpadu, Industri Pengolahan Kayu Lanjutan dan Tempat Penampungan Terdaftar. 7. Surat Keterangan Asal Usul yang selanjutnya disingkat SKAU adalah dokumen angkutan yang merupakan surat keterangan yang menyatakan penguasaan, kepemilikan dan sekaligus sebagai bukti legalitas pengangkutan hasil hutan hak (kayu bulat dan kayu olahan rakyat). 8. Surat Angkutan Pengganti yang selanjutnya disingkat SAP adalah surat yang dipergunakan dalam pengangkutan hasil hutan hak dari pelabuhan umum ke tempat tujuan dokumen Nota Angkutan atau Nota Angkutan Penggunaan Sendiri atau SKAU, yang diterbitkan oleh petugas perusahaan penerima kayu. 9. Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu yang selanjutnya disingkat IUIPHHK adalah izin untuk mengolah kayu bulat/kayu bulat sedang/kayu bulat kecil menjadi satu atau beberapa jenis produk pada satu lokasi tertentu yang diberikan kepada satu pemegang izin oleh pejabat yang berwenang. 10. Industri Pengolahan Kayu Lanjutan yang selanjutnya disingkat IPKL adalah industri yang mengolah hasil hutan yang bahan bakunya berasal dari produk industri primer hasil hutan kayu. 11. Industri Pengolahan Kayu Terpadu yang selanjutnya disingkat IPKT adalah industri primer hasil hutan kayu dan industri pengolahan kayu lanjutan yang berada dalam satu lokasi industri dan dalam satu badan hukum. /12. Tempat ....
  • 4. - 4 - 12. Tempat Penampungan Terdaftar yang selanjutnya disingkat TPT adalah tempat pengumpulan kayu bulat dan/atau kayu olahan rakyat yang berasal dari satu atau beberapa sumber hutan hak, milik badan usaha atau perorangan yang ditetapkan oleh Kepala Dinas Kabupaten/Kota dan/atau ditetapkan oleh Kepala Dinas Provinsi bagi Dinas Kabupaten/Kota yang tidak ada instansi yang menangani bidang kehutanan. 13. Penerbit SKAU dari Desa adalah Kepala Desa/Lurah atau Perangkat Desa/ Kelurahan yang telah mengikuti pembekalan pengukuran dan pengenalan jenis kayu, yang diangkat dan ditetapkan oleh Kepala Dinas Kabupaten/Kota atas nama Bupati/ Walikota untuk menerbitkan SKAU. 14. Penerbit SKAU secara self assessment adalah pemilik kayu pada hutan hak yang telah memperoleh sertifikat pengelolaan hutan lestari atau yang disetarakan. 15. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang diserahi tugas dan tanggung jawab di bidang Bina Usaha Kehutanan. 16. Dinas Provinsi adalah Dinas yang diserahi tugas dan tanggung jawab di bidang kehutanan di wilayah Provinsi. 17. Dinas Kabupaten/Kota adalah Dinas yang diserahi tugas dan tanggung jawab di bidang kehutanan di wilayah Kabupaten/Kota. 18. Balai adalah Balai Pemantauan Pemanfaatan Hutan Produksi yang merupakan Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Bina Usaha Kehutanan. 19. Tenaga Teknis Pengelolaan Hutan Produksi Lestari yang selanjutnya disingkat GANIS PHPL adalah petugas perusahaan pemegang izin di bidang pengelolaan dan pemanfaatan hutan produksi lestari yang memiliki kompetensi di bidang pengelolaan hutan produksi lestari sesuai dengan kualifikasi yang diangkat dan diberhentikan oleh Kepala Balai atas nama Direktur Jenderal. 20. Penyuluh Kehutanan adalah individu-individu yang berasal dari pejabat pemerintah, swasta dan anggota masyarakat serta pensiunan penyuluh kehutanan yang aktif berperan melakukan penyuluhan kehutanan sesuai dengan bidang tugasnya. Pasal 2 (1) Penatausahaan hasil hutan pada hutan hak dimaksudkan untuk ketertiban peredaran hasil hutan hak dan bertujuan untuk melindungi hak privat serta kepastian hukum dalam pemilikan/penguasaan dan pengangkutan hasil hutan yang berasal dari hutan hak. (2) Pemanfaatan atau pemungutan hasil hutan pada hutan hak tidak perlu izin penebangan/pemungutan. Pasal 3 (1) Hutan hak dibuktikan dengan alas titel/hak atas tanah, berupa : a. Sertifikat Hak Milik, atau Leter C, atau Girik; b. Sertifikat Hak Guna Usaha (HGU) atau Hak Pakai; atau c. Surat atau dokumen lainnya yang diakui sebagai bukti penguasaan tanah atau bukti kepemilikan lainnya yang berada di luar kawasan hutan dan diakui Badan Pertanahan Nasional (BPN). (2) Pemanfaatan hasil hutan kayu yang berasal dari pohon yang tumbuh secara alami dalam kawasan hutan yang telah berubah status dari kawasan hutan menjadi Areal Penggunaan Lain (APL) dan telah dibebani hak, seperti HGU, Hak Pakai, dan bentuk perizinan lainnya yang dikeluarkan Badan Pertanahan Nasional (BPN), mengikuti ketentuan Penatausahaan Hasil Hutan Yang Berasal Dari Hutan Negara. /BAB II. ...
  • 5. - 5 - BAB II TATA CARA PENGANGKUTAN HASIL HUTAN HAK Bagian Kesatu Umum Pasal 4 (1) Surat keterangan asal usul hasil hutan yang berasal dari hutan hak berupa : a. Nota Angkutan; b. Nota Angkutan Penggunaan Sendiri; atau c. SKAU (surat keterangan asal usul). (2) Setiap hasil hutan hak yang akan diangkut dari lokasi tebangan atau tempat pengumpulan di sekitar tebangan ke tujuan, wajib dilengkapi Nota Angkutan atau Nota Angkutan Penggunaan Sendiri atau SKAU, yang merupakan dokumen angkutan hasil hutan dari hutan hak yang berlaku untuk seluruh wilayah Republik Indonesia. Pasal 5 (1) Nota Angkutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a, digunakan untuk : a. Pengangkutan kayu jenis : Cempedak, Dadap, Duku, Jambu, Jengkol, Kelapa, Kecapi, Kenari, Mangga, Manggis, Melinjo, Nangka, Rambutan, Randu, Sawit, Sawo, Sukun, Trembesi, Waru, Karet, Jabon, Sengon dan Petai; atau b. Pengangkutan lanjutan yang digunakan untuk mengangkut semua jenis kayu hutan hak selain dari pelabuhan umum. (2) Nota Angkutan Penggunaan Sendiri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf b, digunakan dalam peredaran kayu hutan hak semua jenis kayu untuk keperluan sendiri atau fasilitas umum dengan tujuan kecuali IUIPHHK, IPKL, IPKT dan TPT. (3) SKAU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf c, digunakan untuk setiap angkutan hasil hutan hak selain kriteria penggunaan Nota Angkutan dan Nota Angkutan Penggunaan Sendiri. Pasal 6 (1) Terhadap kayu bulat yang berasal dari hutan hak yang akan diangkut dengan tujuan untuk diperdagangkan wajib dilakukan penandaan berupa penomoran batang secara berurutan untuk semua jenis dimulai dari angka 1 dan seterusnya, dan kode jenis kayu (contoh : S = Sengon, Jb = Jabon, Jt = Jati, dan sebagainya) pada bontos kayu oleh pemilik kayu. (2) Dalam hal pengangkutan kayu dari areal hutan hak mengalami kesulitan, maka kayu bulat dapat diolah menjadi kayu olahan dengan menggunakan gergaji mekanis dan/atau non mekanis. (3) Pengangkutan kayu olahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), tetap menggunakan dokumen Nota Angkutan atau Nota Angkutan Penggunaan Sendiri atau SKAU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5. (4) Pengangkutan lanjutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf b, menggunakan Nota Angkutan dengan mencantumkan nomor SKAU asal. /Bagian Kedua....
  • 6. - 6 - Bagian Kedua Nota Angkutan Pasal 7 (1) Pengadaan blanko dan pengisian Nota Angkutan dibuat oleh pembeli atau pemilik dan ditandatangani oleh pemilik hasil hutan hak. Nota Angkutan menggunakan format Lampiran I Peraturan ini dan tidak perlu ditetapkan Nomor Seri. (2) Penerbit Nota Angkutan tidak perlu ditetapkan pengangkatannya, cukup melaporkan kepada Kepala Desa/Lurah atau Perangkat Desa/Kelurahan setempat, dengan menunjukan bukti identitas diri. Bagian Ketiga Nota Angkutan Penggunaan Sendiri Pasal 8 (1) Nota Angkutan Penggunaan Sendiri dibuat oleh pemilik hasil hutan hak yang bersangkutan, dengan menggunakan format Lampiran II Peraturan ini. (2) Nota Angkutan Penggunaan Sendiri dibuat 1 (satu) lembar untuk menyertai pengangkutan kayu. Bagian Keempat SKAU Pasal 9 (1) SKAU diterbitkan oleh Kepala Desa/Lurah atau Perangkat Desa/Kelurahan ditempat hasil hutan hak tersebut akan diangkut. (2) Pejabat Penerbit SKAU sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan oleh Kepala Dinas Kabupaten/Kota atas nama Bupati/Walikota, dengan persyaratan Kepala Desa/Lurah atau Perangkat Desa/Kelurahan tersebut memiliki Surat Keterangan telah mengikuti pembekalan pengukuran dan pengenalan jenis kayu dari hutan hak yang diselenggarakan oleh Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota/Balai. (3) Dalam hal di wilayah Desa/Kelurahan belum tersedia tenaga yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat menggunakan penerbit SKAU dari desa/kelurahan terdekat. (4) Dalam hal penerbit SKAU dari Desa/Kelurahan terdekat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak ada, maka dapat ditunjuk petugas Kehutanan berkualifikasi Wasganis PHPL PKBR/PKBJ dengan Surat Perintah Tugas Kepala Dinas Kabupaten/Kota. (5) Terhadap Hutan Hak yang telah mendapat sertifikat Pengelolaan Hutan Lestari (PHL) atau yang disetarakan, setelah pemilik/personil yang ditunjuk mengikuti pembekalan pengukuran dan pengenalan jenis kayu, diberikan kewenangan penerbitan SKAU secara self assessment, dan yang bersangkutan cukup melaporkan kepada Kepala Dinas Kabupaten/Kota setempat sebagai penerbit. (6) Penerbit SKAU secara self assessment sebagaimana dimaksud pada ayat (5), wajib melaporkan hasil tebangan produksi pada hutan hak miliknya kepada Kepala Desa/Lurah atau Perangkat Desa/Kelurahan setempat. /Pasal 10...
  • 7. - 7 - Pasal 10 (1) Permohonan penerbitan dokumen SKAU diajukan kepada penerbit SKAU, dengan cara : a. menyampaikan jenis, jumlah batang/bundel/ikat, volume/berat yang akan diangkut; dan b. menyampaikan asal lokasi dengan melampirkan bukti alas titel/hak atas tanah, dengan menggunakan format Lampiran III Peraturan ini. (2) Tugas Penerbit SKAU adalah melakukan pemeriksaan kelengkapan administrasi dan pemeriksaan fisik yang diajukan pemilik hasil hutan hak. (3) Pemeriksaan kelengkapan administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilaksanakan dengan melakukan pemeriksaan atas kebenaran asal usul hasil hutan hak dan kepemilikannya yaitu dengan mengecek dan memastikan bahwa hasil hutan hak tersebut berasal dari lokasi yang benar yang dibuktikan dengan adanya alas titel/hak atas tanah. (4) Pemeriksaan fisik sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilaksanakan dengan melakukan pemeriksaan berupa penetapan jenis, pengukuran volume/berat, dan penghitungan jumlah hasil hutan hak yang akan diangkut. (5) Kegiatan pemeriksaan fisik sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Penerbit SKAU dapat dibantu oleh tenaga yang memahami pengukuran hasil hutan. (6) Hasil pemeriksaan fisik sebagaimana dimaksud pada ayat (4), dimasukkan dalam Daftar Kayu Bulat/Kayu Olahan (DKB/DKO) sebagai dasar penerbitan dokumen SKAU dengan menggunakan format Lampiran IV Peraturan ini. (7) Penerbit SKAU selanjutnya menerbitkan SKAU, apabila dari hasil pemeriksaan kelengkapan administrasi dan pemeriksaan fisik telah dinyatakan benar. Pasal 11 (1) Pengadaan blanko SKAU dibuat oleh pembeli atau pemilik dan pengisian serta penerbitannya oleh penerbit SKAU, dengan menggunakan format Lampiran V Peraturan ini. (2) Penetapan Nomor Seri SKAU dilakukan oleh masing-masing penerbit SKAU, dengan memberikan nomor urut 00001 dan seterusnya. Pasal 12 Penerbit Nota Angkutan atau penerbit Nota Angkutan Penggunaan Sendiri atau penerbit SKAU bertanggung jawab terhadap kebenaran administrasi dan fisik hasil hutan hak. BAB III KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 13 (1) Blanko Nota Angkutan atau blanko SKAU dibuat 6 (enam) rangkap dengan peruntukan sebagai berikut : Lembar ke-1 : menyertai hasil hutan hak yang diangkut dan sekaligus sebagai arsip Penerima; Lembar ke-2 : untuk Kepala Dinas Kabupaten/Kota; Lembar ke-3 : untuk arsip Pemilik Hasil Hutan; Lembar ke-4 : untuk Kepala Dinas Provinsi; Lembar ke-5 : untuk Kepala Balai; dan Lembar ke-6 : untuk arsip Penerbit. /(2) Blanko...
  • 8. - 8 - (2) Blanko Nota Angkutan untuk lembar ke-2, lembar ke-4 dan lembar ke-5 sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan oleh pengangkut hasil hutan hak kepada yang berhak menerima secara langsung maupun melalui pos atau jasa pengiriman lainnya. (3) Blanko SKAU untuk lembar ke-2, lembar ke-4 dan lembar ke-5 sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan oleh penerbit SKAU kepada yang berhak menerima secara langsung maupun melalui pos atau jasa pengiriman lainnya. Pasal 14 (1) Masa berlaku Nota Angkutan atau Nota Angkutan Penggunaan Sendiri atau SKAU ditetapkan oleh masing-masing penerbit Nota Angkutan atau penerbit Nota Angkutan Penggunaan Sendiri atau penerbit SKAU dengan mempertimbangkan jarak tempuh normal, apabila terdapat hambatan di perjalanan dan masa berlaku dokumen Nota Angkutan atau Nota Angkutan Penggunaan Sendiri atau SKAU habis, maka dibuatkan surat keterangan yang dibuat diatas kertas bermeterai cukup dari pengemudi/nakhoda kapal. (2) Alamat tujuan pengangkutan hasil hutan ditetapkan oleh penerbit Nota Angkutan atau penerbit Nota Angkutan Penggunaan Sendiri atau penerbit SKAU sesuai dengan rencana pengiriman ke tempat tujuan pengiriman. Pasal 15 (1) Penggunaan dokumen Nota Angkutan atau Nota Angkutan Penggunaan Sendiri atau SKAU hanya berlaku untuk 1 (satu) kali penggunaan atau hanya dapat digunakan untuk 1 (satu) kali pengangkutan dan dengan 1 (satu) tujuan. (2) Setiap alat angkut dapat digunakan untuk mengangkut hasil hutan hak dengan lebih dari 1 (satu) dokumen angkutan. Pasal 16 (1) Setiap pengangkutan hasil hutan hak dengan tujuan IUIPHHK, IPKT, dan TPT, yang mengalami transit dan bongkar di pelabuhan umum, dokumen Nota Angkutan atau SKAU dilaporkan kepada petugas kehutanan di pelabuhan untuk diketahui dan selanjutnya dibubuhkan cap/tanda tangan petugas kehutanan yang bertugas. (2) Setiap pengangkutan hasil hutan hak yang menggunakan Nota Angkutan Penggunaan Sendiri yang mengalami transit dan bongkar di pelabuhan umum, dokumen Nota Angkutan Penggunaan Sendiri dilaporkan kepada petugas kehutanan di pelabuhan untuk diketahui dan selanjutnya dibubuhkan cap/tanda tangan petugas kehutanan yang bertugas. (3) Dokumen angkutan lanjutan yang digunakan untuk mengangkut hasil hutan hak dari pelabuhan umum ke tempat tujuan pengangkutan Nota Angkutan atau Nota Angkutan Penggunaan Sendiri atau SKAU menggunakan SAP (surat angkutan pengganti) yang diterbitkan oleh pembeli/pemilik hasil hutan. (4) Blanko SAP sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dibuat sendiri oleh pemilik hasil hutan hak dengan menggunakan format Lampiran VI Peraturan ini. (5) Dalam hal pengangkutan hasil hutan hak dengan menggunakan peti kemas dengan tujuan IUIPHHK, dan IPKT melalui pelabuhan umum serta mengalami perubahan alat angkut, maka dokumen Nota Angkutan atau SKAU yang menyertainya tetap berlaku sampai di tujuan akhir. /(6) Dalam...
  • 9. - 9 - (6) Dalam hal pengangkutan sebagaimana dimaksud pada ayat (5), mengalami hambatan dalam pengangkutan lanjutan dari pelabuhan umum ke tujuan dokumen, maka isi peti kemas dapat dipecah menjadi 2 peti kemas atau lebih, dengan menggunakan SAP yang diterbitkan oleh pembeli/pemilik hasil hutan hak di pelabuhan dan dokumen Nota Angkutan atau SKAU dimatikan oleh GANIS PHPL serta menjadi lampiran SAP, sedangkan lampiran SAP untuk peti kemas lainnya menggunakan foto copy Nota Angkutan atau SKAU yang bersangkutan. (7) SAP sebagaimana dimaksud pada ayat (6), merupakan bagian dari dokumen asal (Nota Angkutan atau SKAU). (8) Setiap penerimaan hasil hutan hak di IUIPHHK, IPKT, dan TPT, dilaporkan kepada GANIS PHPL paling lambat 24 jam sejak kedatangan, yaitu dengan menyampaikan lembar ke-1 Nota Angkutan atau SKAU untuk dimatikan dan selanjutnya GANIS-PHPL tersebut melakukan pemeriksaan fisik, yaitu perhitungan jumlah batang dan penetapan jenis yang dibuat dalam Berita Acara. (9) Dalam hal di IUIPHHK, IPKT, dan TPT belum tersedia GANIS-PHPL yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dan ayat (8), dapat menggunakan petugas P3KB. Pasal 17 (1) IPKL (industri pengolahan kayu lanjutan) hanya diperkenankan menerima kayu olahan atau produk olahan yang dihasilkan IUIPHHK. (2) Hal-hal teknis terkait hasil hutan kayu yang berasal dari hutan hak yang belum diatur dalam Peraturan ini, diatur lebih lanjut oleh Kepala Dinas Provinsi dengan mempertimbangkan asas kesederhanaan, efektif dan efisien. (3) Hal-hal teknis terkait hasil hutan bukan kayu yang berasal dari hutan hak diatur lebih lanjut oleh Peraturan Kepala Dinas Kabupaten/Kota dengan mempertimbangkan asas kesederhanaan, efektif dan efisien. BAB IV PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN Pasal 18 (1) Penerbit SKAU setiap 3 (tiga) bulan menyampaikan laporan produksi hasil hutan hak dan rekapitulasi penerbitan SKAU kepada Kepala Dinas Kabupaten/Kota. (2) Kepala Dinas Kabupaten/Kota setiap 3 (tiga) bulan, melaporkan realisasi produksi dan peredaran hasil hutan hak di wilayahnya kepada Kepala Dinas Provinsi, dengan tembusan kepada Kepala Balai. (3) Kepala Dinas Provinsi setiap 3 (tiga) bulan, melaporkan realisasi produksi dan peredaran hasil hutan hak di wilayahnya kepada Direktur Jenderal. (4) Dalam rangka ketertiban pelaksanaan penatausahaan hasil hutan hak, Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota berkewajiban melakukan pemantauan, pengawasan dan pengendalian peredaran di wilayahnya. (5) Balai melakukan pembinaan teknis terhadap Penerbit Nota Angkutan atau Penerbit SKAU dan melakukan monitoring serta membuat rekapitulasi terhadap penerimaan lembar ke-5 (lima) dokumen Nota Angkutan atau dokumen SKAU yang diterimanya dan hasilnya secara berkala dilaporkan kepada Direktur Jenderal cq Direktur Bina Iuran Kehutanan dan Peredaran Hasil Hutan. /(6) Penyuluh...
  • 10. - 10 - (6) Penyuluh Kehutanan dapat melakukan pendampingan masyarakat dalam penatausahaan hasil hutan yang berasal dari hutan hak. BAB V PELANGGARAN DAN SANKSI Pasal 19 (1) Penggunaan dokumen Nota Angkutan atau Nota Angkutan Penggunaan Sendiri atau SKAU yang terbukti digunakan sebagai dokumen angkutan kayu yang berasal dari kawasan hutan negara dikenakan sanksi pidana sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan. (2) Dalam hal pengangkutan hasil hutan hak tidak dilengkapi dokumen Nota Angkutan atau Nota Angkutan Penggunaan Sendiri atau SKAU, maka terhadap hasil hutan tersebut dilakukan pelacakan terhadap kebenaran atau asal usul hasil hutan hak. (3) Pelacakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), sepanjang asal usul hasil hutan dapat dibuktikan keabsahannya, dikenakan sanksi administratif berupa pembinaan melalui teguran/peringatan tertulis dari Kepala Dinas Kabupaten/Kota berdasar laporan petugas kehutanan yang menerima Nota Angkutan atau Nota Angkutan Penggunaan Sendiri atau SKAU di tempat tujuan. (4) Apabila berdasarkan hasil pelacakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), terbukti bukan berasal dari lahan yang ditunjukkan oleh pemilik/pengangkut hasil hutan, maka dikenakan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku. (5) Pelanggaran dalam pengangkutan hasil hutan yang berasal dari hutan hak dengan menggunakan dokumen Nota Angkutan atau Nota Angkutan Penggunaan Sendiri atau SKAU, seperti terdapat perbedaan jumlah batang atau masa berlaku dokumen habis di perjalanan, dapat dikenakan sanksi administratif berupa pembinaan melalui teguran/peringatan tertulis dari Kepala Dinas Kabupaten/Kota berdasar laporan petugas kehutanan yang menerima Nota Angkutan atau Nota Angkutan Penggunaan Sendiri atau SKAU di tempat tujuan. (6) Pelanggaran penerbitan SKAU atas hasil hutan hak yang berasal dari luar wilayah Desa/Kelurahan-nya, dikenakan sanksi pencabutan Keputusan Penetapan Penerbit SKAU oleh Kepala Dinas Kabupaten/Kota bersangkutan. BAB VI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 20 (1) Surat Keputusan penerbit SKAU yang sudah ada sebelum terbitnya Peraturan Menteri ini, dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri ini sampai dengan berakhirnya masa berlaku Surat Keputusan tersebut. (2) Dokumen SKAU, SKSKB Cap “KR” dan Nota yang masih dalam pengangkutan di perjalanan sejak 30 (tiga puluh) hari pada tanggal diundangkannya Peraturan Menteri Kehutanan ini, tetap berlaku sampai tanggal berakhirnya dokumen dimaksud. /BAB VII...
  • 11. - 11 - BAB VII PENUTUP Pasal 21 Pada saat Peraturan Menteri Kehutanan ini mulai berlaku, maka Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.51/Menhut-II/2006 tentang Penggunaan Surat Keterangan Asal Usul (SKAU) Untuk Pengangkutan Hasil Hutan Kayu Yang Berasal Dari Hutan Hak, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.62/Menhut-II/2006 dan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.33/Menhut-II/2007, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 22 Peraturan Menteri Kehutanan ini mulai berlaku setelah 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri Kehutanan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 17 Juli 2012 MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. ZULKIFLI HASAN Diundangkan di Jakarta Pada tanggal 20 Juli 2012 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd. AMIR SYAMSUDIN BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 NOMOR 737 Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BIRO HUKUM DAN ORGANISASI, ttd. KRISNA RYA
  • 12. - 12 - Lampiran I Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.30/Menhut-II/2012 Tanggal: 17 Juli 2012 NOTA ANGKUTAN Desa : ........................... Kecamatan : ........................... Kabupaten/ Kota : ........................... Provinsi : ........................... ASAL HASIL HUTAN TUJUAN PENGANGKUTAN Bukti Kepemilikan : ........................... Nama Penerima : ..................... Nomor : ........................... Alamat penerima : ..................... Nama Pemilik : ........................... ..................... Alamat Pemilik : ........................... ..................... Tempat muat : ........................... ..................... Jenis alat angkut : .......................... Nomor Jenis Hasil Hutan Jumlah (Batang/Pcs.) Volume/berat (m3./kg.) Keterangan 1 2 3 4 5 JUMLAH Catatan : - Kolom 3 diisi khusus untuk sortimen KB/KBS/KBK/kayu olahan rakyat/hasil hutan bukan kayu - Kolom 4 diisi sesuai dengan satuan ukuran volume atau berat yang digunakan (meter kubik atau kg.) - Kolom 5 dalam hal nota angkutan pengangkutan lanjutan, diisi asal usul nota angkutan atau SKAU dan diberi nomor. - Bukti kepemilikan diisi: SHM/Girik/Leter C/HGU/Hak Pakai yang diakui BPN. ............................................. Pemilik Kayu ............................................. Lembar Ke : ....- Lembar ke-1 : Arsip Penerima - Lembar ke-2 : Kepala Dinas Kabupaten/Kota - Lembar ke-3 : Pemilik Hasil Hutan - Lembar ke-4 : Kepala Dinas Provinsi - Lembar ke-5 : Kepala Balai - Lembar ke-6 : Arsip Penerbit Dalam hal KB dan KBS dikirim ke IUIUIPHHK/IPKT/TPT, kolom ini wajib diisi oleh GANIS- PHPL / P3KB. 1. Nama GANIS-PHPL / P3KB : 2. Nomor Register : 3. Nota Angkutan diterima tgl. : 4. Nota Angkutan dimatikan tgl. : 5. Stempel/cap : “TELAH DIMATIKAN” 6. Pemeriksaan fisik KB : tgl. s/d.tgl. 7. Tanda Tangan :
  • 13. - 13 - Lampiran II Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.30/Menhut-II/2012 Tanggal: 17 Juli 2012 NOTA ANGKUTAN PENGGUNAAN SENDIRI ASAL HASIL HUTAN Nama Pemilik : ........................... Desa : ........................... Kecamatan/ Kabupaten/ Kota: ........................... Provinsi : ........................... Bukti Alas Titel : ........................... HASIL HUTAN YANG DIANGKUT : Jenis : ................................................................................... Jumlah Batang : ................................................................................... Volume/Berat : ................................................................................... ............................................. Pemilik Kayu ............................................. Catatan : 1. Dokumen ini tidak berlaku untuk pengangkutan ke IUIPHHK, IPKL, IPKT dan TPT 2. Dokumen ini dapat dibuat dan diisi dengan tulisan tangan TUJUAN PENGGUNAAN (SENDIRI / FASILITAS UMUM *) Tujuan Penggunaan : ........................... Alamat Penggunaan : ...........................
  • 14. - 14 - Lampiran III Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.30/Menhut-II/2012 Tanggal: 17 Juli 2012 Contoh format permohonan penerbitan SKAU Kepada yth. : Pejabat Penerbit SKAU Di – Tempat Memenuhi Peraturan Menteri Kehutanan Nomor ..., pada Pasal ... dinyatakan, bahwa pemilik hasil hutan hak, wajib mengajukan permohonan penerbitan dokumen SKAU. Sehubungan dengan hal tersebut, bersama ini kami sampaikan kelengkapan persyaratan sebagai berikut : 1. Nama pemilik :................................................................................ 2. Bukti identitas :KTP/........................................................................ 3. Bukti legalitas tanah : Sertifikat/Leter C/Girik ......................................... 4. Telah melakukan penebangan hasil hutan berupa kayu milik sendiri yang terdiri dari: a. Jenis Kayu : ............................................................................... b. Jumlah Batang : ............................................................................... c. Volume : ............................................................................... 5. Akan diangkut/dijual dengan rincian sebagai berikut : a. Jenis Kayu : ............................................................................... b. Jumlah Batang : ................ batang c. Volume : ................ m3 d. Tujuan pengangkutan : ............................................................................... Apabila asal usul hasil hutan tersebut, ternyata tidak sesuai dengan asal lokasi tebangan, maka isi dokumen SKAU menjadi tanggung jawab kami selaku pemilik hasil hutan. Demikian surat permohonan ini dibuat untuk menjadi bahan pertimbangan. ................., ........, 20 Pemohon, ...................
  • 15. - 15 - Lampiran IV Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.30/Menhut-II/2012 Tanggal: 17 Juli 2012 Nama Pemilik Hutan Hak : ............................................ Alamat Pemilik Hutan Hak : ............................................ ............................................ Nomor Telepon : ............................................ DAFTAR KAYU BULAT/KAYU OLAHAN (DKB/DKO) Nomor : .......................... Desa : Kecamatan : Kabupaten/ Kota : Provinsi : No Nomor Batang Jenis Kayu Bulat/Jenis Kayu Olahan Panjang (m) Diameter/ L x T (cm) Jumlah Kpg/Bdl/Ikat Volume (m3) 1 2 3 4 5 6 7 Jumlah : DKB/DKO ini merupakan lampiran SKAU Nomor .......................... tanggal .............. Catatan : - DKB digunakan untuk pengangkutan kayu bulat, DKO digunakan untuk pengangkutan kayu olahan. - Kolom 2 diisi khusus untuk sortimen kayu bulat. - Kolom 3 diisi untuk jenis kayu bulat atau untuk jenis kayu sortimen kayu olahan. - Kolom 5 diisi ukuran lebar dan tebal khusus untuk pengangkutan kayu olahan. - Kolom 6 diisi jumlah keping/bundel/ikat untuk kayu olahan. ..............., ...................... 20 ... Pemilik Kayu ......................... Dibuat oleh : Penerbit SKAU .........................
  • 16. - 16 - Lampiran V Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.30/Menhut-II/2012 Tanggal: 17 Juli 2012 Nomor urut : ................ SURAT KETERANGAN ASAL USUL (SKAU) (KHUSUS UNTUK PENGANGKUTAN HASIL HUTAN YANG BERASAL DARI HUTAN HAK) Berlaku selama .................... hari, dari tanggal..............s/d ............. Desa : ........................... Kecamatan : ........................... Kabupaten/ Kota : ........................... Provinsi : .......................... ASAL HASIL HUTAN TUJUAN PENGANGKUTAN Bukti Kepemilikan: ........................... Nama Penerima : ..................... Nomor : ........................... Alamat penerima : ..................... Nama Pemilik : ........................... ..................... Alamat Pemilik : ........................... ..................... ........................... ..................... Tempat muat : ........................... ..................... ........................... Jenis alat angkut : .......................... Nomor Jenis Kayu Jumlah (Batang/Pcs.) Volume (m3) Keterangan 1 2 3 4 5 JUMLAH Catatan :- Kolom 3 diisi Khusus untuk sortimen kayu bulat/kayu olahan rakyat - Bukti kepemilikan diisi: SHM/Girik/Leter C/HGU/Hak Pakai yang diakui BPN. ............................................. Penerbit, ....................................... Lembar ke : ... - Lembar ke-1 : Arsip Penerima - Lembar ke-2 : Kepala Dinas Kabupaten/Kota - Lembar ke-3 : Pemilik Hasil Hutan - Lembar ke-4 : Kepala Dinas Provinsi - Lembar ke-5 : Kepala Balai - Lembar ke-6 : Arsip Penerbit Dalam hal KB dan KBS dikirim ke IUIUIPHHK/IPKT/TPT, kolom ini wajib diisi oleh GANIS-PHPL / P3KB. 1. Nama GANIS-PHPL / P3KB : 2. Nomor Register : 3. SKAU diterima tgl. : 4. SKAU dimatikan tgl. : 5. Stempel/cap : ‘TELAH DIMATIKAN” 6. Pemeriksaan fisik KB : tgl. s/d.tgl. 7. Tanda Tangan :
  • 17. - 17 - Lampiran VI Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.30/Menhut-II/2012 Tanggal: 17 Juli 2012 Nomor Seri : .............. Provinsi : .............. KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN SURAT ANGKUTAN PENGGANTI (SAP) NOMOR URUT PENERBITAN HANYA BERLAKU UNTUK 1 (SATU KALI PENGANGKUTAN) I. DOKUMEN ASAL 1. Nama Dokumen Asal : ............................... 2. Tujuan a. Nomor Seri : ............................... a. Nama Perusahaan : ............................ b. Tanggal : ............................... b. Alamat Lengkap : ............................ c. Nama Perusahaan : ............................... d. Jenis Alat Angkut : ............................... 3. Hasil Hutan Yang Diangkut e. Provinsi : ............................... a. Jenis Hasil Hutan : ............................ f. Kabupaten/Kota : ............................... b. Jml. btg/kpg/ikat/bdl : ............................ II. ALAT ANGKUT PENGGANTI 1 Nama : ............................... 2 Identitas Alat Angkut : ............................... 3 Nama Pengemudi : ............................... 4 Hasil Hutan yang diangkut sebagai berikut : No No Batang Jenis Hasil Hutan Jumlah Jumlah U K U R A N Keterangan Btg/Kpg Bdl/Ikat Panjang Diameter m3/ton 1 2 3 4 5 6 7 8 9 J u m l a h : 5 Jumlah komulatif hasil hutan sampai dengan penerbitan Surat Angkutan Pengganti Nomor Seri ............................ ini a. Jumlah Btg/ Kpg : ............................... b. Jumlah Bundel/ Ikat : ............................... c. Volume/ Berat : ...................m3/ton III SISA DI PELABUHAN DALAM PENERBITAN SURAT ANGKUTAN PENGGANTI 1 Jumlah Btg/ Kpg : ............................... 2 Jumlah Bundel / Ikat : ............................... 3 Volume / Berat : ...................m3/ton Dierima Oleh ....................., .................... 20... PT/CV/UD. ...................... Penerbit Pada Tanggal : .............. ................................... ............................... Jabatan Reg. No.................. Catatan : Kolom Nomor 2, 6 dan 7 hanya diisi apabila yang diangkut adalah KB/KBS Kolom 5 hanya diisi apabila yang diangkut adalah kayu olahan MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. ZULKIFLI HASAN Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BIRO HUKUM DAN ORGANISASI, ttd. KRISNA RYA