Metode Just in Time dalam akuntansi manajemen membahas tentang penggunaan metode Just in Time untuk mengurangi biaya persediaan dengan memproduksi barang hanya sesuai permintaan dan jumlah yang diperlukan. Metode ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi pemborosan. Prinsip utama metode ini adalah produksi hanya dilakukan jika ada permintaan dan hanya sesuai jumlah yang dipesan.
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
JIT Akuntansi Manajemen
1. METODE JUST IN TIME DALAM AKUNTANSI
MANAJEMEN
Halim Sonny Pratomo
NIM : 1103571414
2. PENDAHULUAN
Dalam neraca perusahaan manufaktur, persediaan termasuk ke dalam aset lancar.
Lancar, karena mudah likuiditasnya. Akun persediaan umumnya meliputi persediaan
bahan baku, barang setengah jadi, dan barang jadi. Tidak seperti akun-akun aset lancar
lainnya, persediaan membutuhkan perlakuan khusus karena adanya biaya yang
ditimbulkan dari keberadaannya. Biaya tersebut (umumnya) meliputi :
1. Biaya Modal
2. Biaya Sewa Gudang (Jika kuantitas persediaan over limit)
3. Biaya ke-usang-an persediaan (khususnya pada produk bertekhnologi
tinggi)
4. Biaya Asuransi
5. Biaya akibat produk tak lagi layak pakai (pada produk pangan)
6. Pajak (analisa laporan laba rugi)
Oleh karena banyaknya jenis biaya dan besaran nilai yang harus dibayar perusahaan dari
adanya persediaan, maka muncullah ide tentang Just in Time.
Filosofi atau dasar pemikiran yang melandasi konsep Just in Time sesungguhnya
sangat sederhana. Yakni bagaimana agar biaya yang timbul akibat adanya persediaan
dapat ditekan seminimal mungkin hingga bahkan menjadi nol. Kuncinya adalah
minimalisasi persediaan atau bahkan nol persediaan.
Itu artinya, jika terdapat perintah pengerjaan untuk suatu jenis produk tertentu,
maka pembeli atau pasar untuk produk yang diproduksi tersebut sudah jelas. Dengan
kata lain, produksi hanya dilakukan apabila ada permintaan (sesuai dengan jumlahnya).
Pembeli biasanya harus menunggu hingga sekian waktu sampai produk yang dipesan
diantar kepadanya.
Efek dari diterapkannya sistem JIT (Just in Time) adalah peningkatan efisiensi sumber
daya (Mengurangi pemborosan dan meningkatkan produktivitas). Hal ini akan berujung
pada peningkatan daya saing perusahaan.
3. PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN JUST IN TIME (JIT)
Sistem yang mengatur sedemikian rupa, sehingga suku cadang atau komponen yang
diperlukan untuk perakitan suatu produk, tiba pada ujung lini rakitan pada waktu
yang diperlukan , dan hanya dalam jumlah yang diperlukan (Indrajit dan
Djokopranoto,2005:158)
B. SEJARAH JUST IN TIME (JIT)
Teori konsep just in time ditemukan oleh seorang berkebangsaan jepang bernama
Taichi Ohno dari perusahaan kendaraan bermotor Toyota. Filosofi JIT digunakan
pertama kali oleh Toyota dan kemudian diadopsi oleh banyak perusahaan
manufaktur jepang.
Sejalan Dengan hal tersebut, maka muncul istilah baru yang bersifat sektoral seperti :
Just in Time Purchasing, Just in Time Manufacturing Process, Just in Time Delivery,
Just in Time Inventory , dan sebagainya.
C. ALAT YANG DIGUNAKAN DALAM SISTEM JUST IN TIME
Tool yang digunakan pada sistem JIT diantaranya yaitu Kanban. Kanban dalam
Bahasa Jepang berarti “visual record or signal”. Sistem Produksi JIT menggunakan
aliran informasi berupa Kanban yang berbentuk kartu atau peralatan lainnya seperti
bendera, lampu, dan lain-lain. Sistem Kanban adalah suatu sistem informasi yang
secara harmonis mengendalikan “produksi produk yang diperlukan dalam jumlah
dan pada waktu yang diperlukan dalam tiap proses manufakturing.
Alat lain yang digunakan adalah 5S. 5S adalah singkatan kata yang berasal dari
bahasa jepang yaitu Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, dan Shitsuke. Dalam Bahasa
Indonesia diterjemahkan sebagai Pemilahan, Penataan, Pembersihan, Pemantapan,
Pembiasaan. 5S merupakan Management Good House Keeping yang artinya
mengelola tempat kerja untuk menghilangkan pemborosan dengan mengutamakn
perilaku positif dari setiap individu di tempat kerja.
4. Alat terakhir yang digunakan dalam penerapan sistem JIT adalah Kaizen. Dalam
bahasa indonesia maknanya adalah perbaikan terus menerus (Continous
Improvement). Konsep Kaizen merupakan payung bagi semua Management
Practices yang berkembang seperti
TQC, ZD, JIT, dll.
D. TUJUAN JUST IN TIME
1. Menciptakan fleksibilitas produksi
2. Meningkatkan efisiensi produksi
3. Meningkatkan daya saing
4. Meningkatkan kualitas barang
5. Mengurangi pemborosan (Waste)
Adapun jenis-jenis pemborosan (waste) antara lain :
1. The waste of over production (disebabkan oleh produksi yang berlebihan)
2. The waste of waiting (waktu tunggu yang tidak produktif)
3. The waste of transporting (transportasi yang tidak perlu atau double handling)
4. The waste of unnecessary inventory (persediaan yang berlebihan)
5. The waste of unnecessary motion (gerakan yang tidak perlu)
6. The waste of defect (produk cacat yang mengakibatkan pengerjaan ulang)
E. PRINSIP-PRINSIP JUST IN TIME
a. The maker is responsible for quality
Tanggung jawab kualitas terletak pada pembuat produk, bukan bagian
pengawasan kualitas (Quality Control)
b. Quality is built-in
Pekerja berwenang memberhentikan dan mengkoreksi produksi bilamana
muncul masalah kualitas, respon yang cepat (Quick Response) dan produk tanpa
cacat (Zero Defects)
5. c. Compliance is required
Pemenuhan terhadap standar kualitas sesuai kebutuhan pelanggan, merupakan
keharusan.
F. ELEMEN-ELEMEN KUNCI SISTEM JUST IN TIME
Lima elemen kunci demi keberhasilan JIT adalah :
1. Jumlah Pemasok Yang Terbatas
Tingkat persediaan yang minimal memotong biaya dengan mengurangi :
a. Ruang yang dibutuhkan untuk penyimpanan bahan baku.
b. Jumlah penanganan bahan baku
c. Jumlah persediaan yang usang
2. Pembenahan Tata Letak Pabrik
Arus lini adalah jalur fisik yang dilewati oleh sebuah produk pada saat bergerak
melalui proses pabrikasi dari penerimaan bahan baku sampai ke pengiriman
barang jadi.
Manfaat arus lini Ganda :
a. Meminimalkan biaya penanganan bahan baku
b. Meniadakan penyimpanan unit produk dalam proses pada saat unit tersebut
menunggu proses berikutnya.
3. Pengurangan Set Up Time
Masa pengaturan/pengesetan mesin adalah waktu yang dibutuhkan untuk
mengubah perlengkapan, memindahkan bahan baku, dan mendapatkan formulir
terkait dan bergerak cepat untuk mengakomodasikan produk yang dengan unsur
yang berbeda.
4. Kendali Mutu Terpadu (Total Quality Control)
TQC berarti bahwa perusahaan tidak akan memperbolehkan penerimaan
komponen dan bahan baku yang cacat dari para pemasok, baik pada barang
dalam proses maupun pada barang jadi.
5. Tenaga Kerja Yang Fleksibel
Berbeda dengan sistem tradisional yang tenaga kerjanya terspesialisasi, dalam
sistem JIT, tenaga kerja dituntut untuk dapat bekerja secara multi tasking .
6. G. KEUNTUNGAN DAN KEKURANGAN SISTEM JUST IN TIME
Keuntungan sistem JIT diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Seluruh sistem yang ada dalam perusahaan dapat berjalan secara lebih
efisien
b. Pabrik mengeluarkan biaya yang lebih sedikit untuk mempekerjakan para
stafnya.
c. Barang produksi tidak harus selalu dicek, disimpan, atau diretur kembali.
d. Kertas kerja dapat lebih sederhana
e. Penghematan yang dilakukan dapat digunakan untuk mendapatkan
keuntungan yang lebih tinggi, misalnya dengan mengadakan promosi
tambahan.
Kelemahan sistem JIT
Satu kelemahan sistem JIT adalah, tingkatan order ditentukan oleh data
permintaan historis. Jika permintaan naik melebihi dari rata-rata permintaan
historis maka persediaan akan habis dan akan mempengaruhi tingkat
pelayanan kepada konsumen.
7. H. PERBANDINGAN SISTEM JUST IN TIME DENGAN SISTEM TRADISIONAL
SISTEM JUST IN TIME SISTEM TRADISIONAL
1. Sistem Tarikan
2. Persediaan tidak signifikan
3. Basis pemasok sedikit
4. Kontrak jangka panjang dengan
pemasok
5. Pemanufakturan berstruktur
seluler
6. Karyawan berkeahlian ganda
7. Jasa terdesentralisasi
8. Keterlibatan karyawan tinggi
9. Gaya manajemen sebagai
penyedia fasilitas
10. Total Quality Control (TQC)
1. Sistem Dorongan
2. Persediaan signifikan
3. Basis pemasok banyak
4. Kontrak jangka pendek dengan
pemasok
5. Pemanufakturan berstruktur
departemen
6. Karyawan terspesialisasi
7. Jasa tersentralisasi
8. Keterlibatan karyawan rendah
9. Gaya manajemen sebagai
pemberi perintah
10. Acceptable Quality Level (AQL)
I. SISTEM JUST IN TIME DAN KAITANNYA DENGAN BIAYA-BIAYA
a. JIT Dan Ketelusuran Biaya Overhead
Dalam lingkungan JIT, beberapa aktivitas overhead yang tadinya digunakan
bersama untuk lebih dari satu lini produk sekarang dapat ditelusuri secara
langsung ke satu produk tunggal. Manufaktur yang berbentuk sel-sel tunggal,
tenaga kerja yang terindisipliner, dan aktivitas jas
a yang terdesentralisasi adalah karakteristik utama JIT.
b. Keakuratan Penentuan Biaya Produk dan JIT
Salah satu konsekuensi dari penurunan biaya tidak langsung dan kenaikan biaya
langsung adalah meningkatkan keakuratan penentuan biaya (Harga Pokok
Produk)
8. Pemanufakturan JIT, dengan mengurangi kelompok biaya tidak langsung dan
mengubah sebagian besar dari biaya tersebut menjadi biaya langsung maupun
sebaliknya, daapat menurunkan kebutuhan penaksiran yang sulit.
c. JIT dan Alokasi Biaya Pusat Jasa
Dalam Manufaktur tradisional, sentralisasi pusat-pusat jasa memberikan
dukungan pada berbagai departemen produksi. Dalam lingkungan JIT, banyak
jasa didesentralisasikan. Hal ini dicapai dengan membebankan pekerja dengan
keahlian khusu secara langsung ke lini produk dan melatih tenaga kerja langsung
yang ada dalam sel-sel untuk melaksanakan aktifitas jasa yang semula dilakukan
oleh tenaga kerja tidak langsung.
d. Pengaruh JIT Pada Biaya Tenaga Kerja Langsung
Sebagai perusahaan yang menerapkan JIT dan otomatisasi, biaya tenaga kerja
langsung tradisional dikurangi secara signifikan. Oleh sebab itu ada dua akibat :
1. Persentasi biaya tenaga kerja langsung dibandingkan total biaya produksi
menjadi berkurang
2. Biaya tenaga kerja langsung berubah dari biaya variabel menjadi biaya tetap
e. Pengaruh JIT pada Penilaian Persediaan
Salah satu masalah pertama akuntansi yang dapat dihilangkan dengan
penggunanan pemanufakturan JIT adalah kebutuhan untuk menentukan biaya
produk dalam rangka penilaian persediaan. Jika terdapat persediaan, maka
persediaan tersebut harus dinilai, dan penilaiannya mengikuti aturan-aturan
tertentu untuk tujuan laporan keuangan.
f. Pengaruh JIT pada Harga Pokok Pesanan
Dalam penerapan JIT untuk penentuan order pesanan, pertama, perusahaan
harus memisahkan bisnis yang sifatnya berulang-ulang dari pesanan khusus.
Selanjutnya, sel-sel pemanufakturan dapat dibentuk untuk bisnis berulang-ulang.
Dengan mereorganisasi tata letak pemanufakturan, pesanan tidak membutuhkan
perhatian yang besar dalam mengelompokkan harga pokok produksi. Hal ini
karena biaya dapat dikelompokkan pada level selular. Lagipula, karena ukuran lot
sekarang lebih kecil, maka tidak praktis untuk menyusun kartu harga pokok
pesanan. Maka lingkungan pesanan akan menggunakan sifat sistem harga pokok
proses.
9. g. Penentuan Harga Pokok Proses dan JIT
Dalam metode proses, perhitungan biaya per unit akan menjadi lebih rumit
karena adanya persediaan barang dalam proses. Dengan menggunakan JIT,
diusahakan persediaan nol, sehingga perhitungan ekuivalen tidak terlalu
dibutuhkan, dan tidak perlu menghitung biaya dari periode sebelumnya. JIT
secara signifikan mengarah kepada penyederhanaan.
10. KESIMPULAN
JIT merupakan filosofi pemanufakturan yang memiliki implikasi penting dalam
manajemen biaya. Ide dasar JIT sangat sederhana, yaitu produksi hanya dilakukan apabila
ada permintaan (Pull System) atau dengan kata lain hanya memproduksi sesuatu yang
diminta dan hanya sebesa kuantitas yang diminta. Filosofi JIT digunakan pertama kali oleh
Toyota dan kemudian diadopsi oleh banyak perusahaan manufaktur di Jepang.
Bila JIT merupakan suatu filosofi manajemen operasi yang berusaha untuk
menghilangkan pemborosan pada semua aspek dari kegiatan-kegiatan produksi perusahaan.
Sasaran utama JIT adalah meningkatkan produktivitas sistem produksi atau operasi dengan
cara menghilangkan segala macam kegiatan yang tidak menambah nilai guna bagi suatu
produk.
Just In Time (JIT) mendasarkan pada delapan kunci utama, yaitu :
1. Menghasilkan produk yang sesuai dengan jadwal yang didasarkan pada permintaan
2. Memproduksi dalam jumlah kecil
3. Mengeliminasi pemborosan
4. Memperbaiki aliran produksi
5. Menyempurnakan kualitas produk
6. SDM yang tanggap dan cakap
7. Meminimalisir ketidakpastian
8. Penekanan pada pemeliharaan jangka panjang