1. PERSPEKTIF GLOBAL
1. IMIGRASI, EMIGRASI DAN PENGUNGSIAN
Imigrasi adalah perpindahan orang dari suatu negara-bangsa (nation-state)
ke negara lain, di mana ia bukan merupakan warga negara. Imigrasi
merujuk pada perpindahan untuk menetap permanen yang dilakukan oleh
imigran, sedangkan turis dan pendatang untuk jangka waktu pendek tidak
dianggap imigran. Walaupun demikian, migrasi pekerja musiman (umumnya
untuk periode kurang dari satu tahun) sering dianggap sebagai bentuk
imigrasi. PBB memperkirakan ada sekitar 190 juta imigran internasional pada
tahun 2005, sekitar 3% dari populasi dunia. Sisanya tinggal di negara
kelahiran mereka atau negara penerusnya.
Walaupun migrasi manusia telah berlangsung selama ribuan tahun,
konsep modern imigrasi, khususnya pada abad ke-19, terkait dengan
perkembangan negara-bangsa dengan kriteria kewarganegaraan yang jelas,
paspor, pengawasan perbatasan permanen, serta hukum kewarganegaraan.
Kewarganegaraan dari suatu negara memberikan hak-hak khusus kepada
penduduk negara tersebut, sementara para imigran dibatasi oleh hukum
imigrasi. Negara-bangsa membuat imigrasi menjadi suatu isu politik; per
definisi ia adalah tanah air suatu bangsa yang ditandai oleh kesamaan etnis
dan/atau budaya, sedangkan imigran memiliki etnis dan budaya yang berbeda.
Hal ini kadang menyebabkan suatu ketegangan sosial, xenofobia, dan konfik
identitas nasional pada banyak negara maju.
Emigrasi adalah tindakan meninggalkan negara asal seseorang atau
wilayah untuk menetap di negara lain. Ini adalah sama seperti imigrasi tapi
dari perspektif negara asal. Gerakan manusia sebelum pembentukan batas-batas
politik atau dalam satu negara, disebut migrasi. Ada banyak alasan
mengapa orang mungkin memilih untuk beremigrasi. Beberapa adalah untuk
alasan agama, kebebasan politik atau ekonomi atau melarikan diri. Lainnya
memiliki alasan pribadi seperti pernikahan. Beberapa orang yang tinggal di
negara-negara kaya dengan iklim dingin memilih untuk pindah ke iklim
2. hangat ketika mereka pensiun. Orang yang melakukan emigrasi disebut
emigran.
Pengungsi adalah seseorang atau sekelompok orang yang
meninggalkan suatu wilayah guna menghindari suatu bencana atau musibah.
Bencana ini dapat berbentuk banjir, tanah longsor, tsunami, kebakaran, dan
lain sebagainya yang diakibatkan oleh alam. Dapat pula bencana yang
diakibatkan oleh ulah manusia secara langsung. Misalnya perang, kebocoran
nuklir, dan ledakan bom. Setiap pengungsi biasanya di tempatkan di sebuah
tempat penampungan untuk memudahkan para relawan mengurusi dan
menolong mereka. Lama pengungsi berada di sebuah tempat penampungan
tidak dapat diprediksi. Tergantung dari kondisi atau situasi itu sendiri.
Biasanya pengungsi diurus oleh pemerintah setempat, tapi itu tidak menutup
kemungkinan para relawan datang untuk membantu.
2. KEPEMILIKIAN SECARA GLOBAL
Menurut Hoopes ( Garsia 1977) mengatakan bahwa pendidikan global
mempersiapkan siswa untuk memehami dan mengatasi adanya ketergantugan
global dan keragaman budaya, yang mencangkup hubungan, kejadian, dan
kekuatan yang tidak dapat diisikan kedalam batas-batas negara dan budaya.
Selanjutnya Hoops, menjelaskan pendidikan global memiliki 3 tujuan
yaitu:
a. Pendidikan global memberikan pengalaman yang mengurangi rasa
kedaerahan dan kesukuan. Tujuan ini dapat dicapai melalui mengajarkan
bahan dan mengunakan metode yang memberikan relatifisme budaya.
b. Pendidikan global memberikan pengalaman yang mempersiapkan siswa
untuk mendekatkan diri dengan keragaman global. Kegunaan dari tujuan
ini adalah untuk mendiskusikan trntang relatifisme budaya da keutamaan
etika.
c. Pendidikan global memberikan pengalaman tentang mengajar siswa untuk
berfikir tentang mereka sendiri sebagai individu, sebagai suatu warga
negara dan sebagai anggota masyarakat manusia secara keseluruhan.
3. Pendidikan global mempersiapkan masa depan siswa dengan
memberikan ketrampiln analisis dan evaluasi yang luas. Ketrampilan ini akan
membekali siswa untuk memahami dan memberikan reaksi terhadap isu
internasional dan antara budaya. Pendidikan global juga mengenalkan siswa
dengan berbagai strategi untuk berperan serta secara lokal, nasional dan
internasional. Mata pelajaran harus menyajikan materi yang relefan untuk
meningkatkan kemampuan terlibat dalam percaturan kebijakan publik. Oleh
karena itu pendidikan global mengaitkan isu global dengan kepentingan lokal.
Sedangkan tujuan diberikannya Perspektif Global menurut Marryfield,
1997 ( dalam buku Perspektif Global karangan Prof. Dr. H. Nurshid S dan
Drs. Kuswaya W ) adalah :
Mendorong mahasiswa untuk mempelajari lebih banyak tentang materi
dan masalah yang berkaitan dengan masalah global.
Mendorong para guru untuk mempelajari masalah yang berkaitan dengan
masalah lintas budaya.
Mengembangkan dan memahami makna perspektif global baik dalam
kehidupan sehari-hari, maupun dalam pengembangan profesinya.
3. PERSEBARAN KEMAKMURAN TEKNOLOGI DAN INFORMASI
Kemajuan di bidang teknologi informasi telah merubah wajah dunia
dan menggeser pemahaman terhadap kekuatan (power) suatu negara
sekaligus menunjukan adanya difusi dalam pengertian tersebut. Kekuatan
suatu negara tidak lagi dinilai semata-mata dari seberapa besar kekuatan
militer atau ekonomi yang dimiliki, tetapi juga tergantung dari penguasaan
teknologi informasi. Pada abad ke-21 hampir setiap aktivitas, mulai dari
aktivitas personal hingga pemerintahan bertumpu pada penggunaan teknologi
informasi.
Tidak dapat dipungkiri, bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi
informasi, memberikan manfaat besar bagi kemajuan suatu bangsa. Dalam
perkembangannya, kemajuan teknologi informasi telah berdampak pada
perubahan hubungan antarbangsa, baik pada masa damai maupun pada masa
perang. Melalui pemanfaatan teknologi informasi yang konstruktif, hubungan
4. sosial antarbangsa dapat terselenggara secara langsung dalam waktu relatif
singkat dan tanpa hambatan apapun. Melalui teknologi informasi pula,
kemajuan ilmu pengetahuan dapat terdistribusi dan tersebar luas di tengah –
tengah masyarakat.
Indonesia sebagai Negara berkembang semakin dituntut untuk
mengikuti arus globalisasi dunia. Manusia dihadapkan dengan berbagai
fasilitas dunia menuju kemakmuran. Salah satunya adalah perkembangan
teknologi yang semakin mudah dijumpai. Berbagai fasilitas, kualitas dan
manfaat yang ditawarkan oleh teknologi informasi, yaitu memudahkan hidup
manusia dalam mengakses berbagai informasi. Dengan adanya teknologi
informasi dan komunikasi dapat memudahkan kita untuk belajar dan
mendapatkan informasi yang kita butuhkan dari mana saja, kapan saja, dan
dari siapa saja. Kita ambil contoh saja internet. Dalam kurun waktu yang
amat cepat beberapa dasawarsa terakhir telah terjadi revolusi internet di
berbagai negara serta penggunaannya dalam berbagai bidang kehidupan.
Keberadaan internet pada masa kini sudah merupakan satu kebutuhan pokok
manusia modern dalam menghadapi berbagai tantangan perkembangan
global. Kondisi ini sudah tentu akan memberikan dampak terhadap corak dan
pola-pola kehidupan umat manusia secara keseluruhan. Dalam kaitan ini,
setiap orang atau bangsa yang ingin lestari dalam menghadapi tantangan
global, perlu meningkatkan kualitas dirinya untuk beradaptasi dengan
tuntutan yang berkembang. Semua informasi di input kedalamnya. Dalam
dunia pendidikan perkembangan teknologi informasi mulai dirasa mempunyai
dampak yang positif karena
dengan berkembangnya teknologi informasi dunia pendidikan mulai
memperlihatkan perubahan yang cukup signifikan. Banyak hal yang dirasa
berbeda dan berubah dibandingkan dengan cara yang berkembang
sebelumnya. Jika dilihat pada saat sekarang ini perkembangan teknologi
informasi terutama di Indonesia semakin berkembang.
5. 4. KELAPARAN DAN BAHAN PANGAN
Kelaparan adalah suatu kondisi di mana tubuh masih membutuhkan
makanan, biasanya saat perut telah kosong baik dengan sengaja maupun tidak
sengaja untuk waktu yang cukup lama. Kelaparan adalah bentuk ekstrem dari
nafsu makan normal. Istilah ini umumnya digunakan untuk merujuk kepada
kondisi kekurangan gizi yang dialami sekelompok orang dalam jumlah besar
untuk jangka waktu yang relatif lama, biasanya karena kemiskinan, konflik
politik, maupun kekeringan cuaca.
Bahan pangan atau bahan makanan secara umum terbagi menjadi 2
golongan. Pengolongan bahan pangan ini didasarkan pada sumbernya, yaitu
bahan pangan yang berasal dari tumbuhan yang disebut bahan pangan nabati
dan bahan makanan yang bersumber dari hewan yang disebut bahan pangan
hewani.
Bencana kelaparan di Indonesia yang terbaru dilaporkan terjadi pada
Desember 2005 di Kabupaten Yahukimo, Papua.
Indeks Kelaparan Global diterbitkan setiap tahun oleh Lembaga
Penelitian Kebijakan Pangan Internasional (IFPRI), Kepedulian Global, dan
badan swasta pembangunan Jerman, Welthungerhilfe.
Laporan itu menyebutkan tingkat kelaparan di 17 negara
mengkhawatirkan, sementara tiga lainnya terdaftar sebagai sangat
mengkhawatirkan, yaitu: Burundi, Eritrea, dan Haiti. Meski situasi di dua
negara Afrika itu, laporan Indeks itu menyebutkan sub-Sahara Afrika telah
membuat kemajuan dalam memberantas kelaparan dalam lima sampai
sepuluh tahun terakhir. Asia Selatan, sebaliknya, membuat sedikit kemajuan
dalam periode sama, meski dalam dekade 1990-an membuat kemajuan besar.
Claudia Ringer, Wakil Direktur Divisi Lingkungan dan Teknologi
Produksi IFPRI dan sekaligus penyusun laporan Indeks Kelaparan Global
2012, mengatakan, “Tiga dimensi kelaparan, yaitu, kekurangan gizi, anak
dengan berat badan kurang, dan kematian anak, diukur setara.”
6. 5. PERDAMAIAN DAN KEAMANAN
Melihat dahsyatnya Perang dunia ke-2 dan banyaknya korban jiwa
dalam perang ini, maka beberapa ahli Hubungan Internasional memikirkan
suatu ideologi atau perspektif yang bernama perspektif integrasi. Perspektif
inilah yang seringnya menjadi acuan terbentuknya organisasi-organisasi
Internasional baik kawasan maupun non-kawasan, seperti Persatuan Bangsa-
Bangsa (PBB) atau United Nations (UN).
Sebenarnya titik awal daripada PBB sudah dimulai lama dengan
terbentuknya Liga Bangsa-Bangsa (LBB). Liga Bangsa-Bangsa sendiri adalah
suatu Organisasi Internasional yang berdiri setelah Paris Peace Conference
tahun 1919. Dengan ‘Goal’ atau tujuan: Peniadaan peralatan militer untuk
perang; Pencegahan perang melalui keamanan kolektif; Mengatasi
ketidaksetujuan atau perdebatan antar negara melalui jalan negosiasi dan
diplomasi; dan Meningkatkan kesejahteraan global. Tetapi organisasi ini
dianggap ‘mandul’ dalam mencegah agresi yang dilakukan oleh negara Axis
Power pada tahun 1930 dimana Perang Dunia ke-2 muncul, dan atas
berakhirnya Perang Dunia ke-2 maka muncullah Organisasi Internasional
yang serupa yaitu, Perserikatan Bangsa-Bangsa itu sendiri.
Perserikatan Bangsa-Bangsa yang didirikan pada tahun 1945 akhirnya
terbentuk setelah ditandatanganinya Piagam PBB atau UN Charter, oleh 51
negara. Dan inilah pengganti Liga Bangsa-Bangsa yang ada pada tahun 1919.
Pendiri PBB sendiri adalah negara-negara pemenang Perang Dunia ke-2
yaitu, negara aliansi, Allied Powers. Harapan negara-negara pendiri tersebut
adalah untuk mencegah pecahnya Perang Dunia, seperti Perang Dunia ke-2,
yaitu Perang Dunia ke-3.
Untuk masalah perdamaian maupun keamanan Internasional,
seharusnya ada tolak ukur yang jelas. Seharusnya ada negara yang lebih
bernurani sebagai pemegang hak Veto. Seharusnya ada pemikiran yang lebih
ekstrim dari sekedar perspektif integrasi. Karena konsep awal perspektif
integrasi adalah integritas negara-negara yang kemudian merujuk kepada
terciptanya suatu integritas negara-negara, baik region seperti Uni Eropa dan
ASEAN, bahkan yang lebih tinggi seperti PBB. Tapi itu semua, pada
7. kenyataannya sedikit banyak terpengaruh oleh kepentingan-kepentingan
tertentu didalamnya, dan status quo bermain lebih kuat. Seperti, jika kalah
pasti tergeser.
PBB sebagai Organisasi tingkat dunia yang menyokong perdamaian
dan keamanan serta mencegah Perang Dunia kembali bergejolak, sebenarnya
masih terlalu muda untuk cita-cita yang demikian. Karena perdamaian dan
keamanan adalah esensi yang sulit dicapai. Bayangkan saja 50.000.000 jiwa
binasa dalam Perang Dunia ke-2, hanya untuk semua yang telah tercapai kini.
Kalau boleh dinilai, disatu sisi PBB kalah, dan disisi lain PBB rasanya seakan
tidak ada. Dia butuh reformasi tanpa campur tangan negara-negara dengan
kepentingan yang dapat menodai cita-cita dan tujuan utama PBB sebagai ikon
perdamaian dan keamanan Internasional.
6. PRASANGKA DAN DISKRIMINASI
Prasangka itu sikap yang negatif terhadaf sesuatu. Walaupun
prasangka dapat juga dalam pengertian positif. Tidak sedikit orang-orang
mudah berprasangka, namun banyak juga orang-orang yang lebih sukar untuk
berprasangka. Faktor lingkungan pun dapat menimbulkan prasangka
Prasangka dan diskriminasi dapat dibedakan dengan jelas. Prasangka
bersumber dari suatu sikap. Diskriminasi menunjuk kepada suatu tindakan.
Dalam pergaulan sehari-hari sikap berprasangka dan diskriminasi seolah-olah
menyatu, tidak dapat dipisahkan.
Seorang yang mempunyai prasangka rasial, biasanya bertindak
diskriminasi terhadap ras yang diprasangkainya. Walaupun begitu, biasa saja
seseorang bertindak diskriminatif tanpa berlatar belakang pada suatu
prasangka. Demikian juga sebaliknya, seseorang yang berprasangka dapat
saja berperilaku tidak diskriminatif.
8. Sikap berprasanka jelas tidak adil, sebab sikap yang diambil hanya
berdasarkan pada pengalaman atau apa yang di dengar. Labih-lebih lagi bila
sikap berprasangka itu muncul dari jalan pikiran sepintas. Apabila muncul
suatu sikap berprasangka dan diskriminatif terhadap kelompok sosial lain,
atau terhadap suatu suku bangsa, bisa jadi akan menimbulkan pertentangan-pertentangan
sosial yang lebih luas.