SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 32
IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan adalah serangkaian
kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu klien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan
(Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 1997).
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, mencakup
peningkatan kesehatan, pencegahan, penyakit,
pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping.
Implementasi
Tahap Emplentasi
Persiapan
Intervensi
Evaluasi
Metode Implementasi Keperawatan
 Membantu dalam aktifitas kehidupan
sehari-sehari.
 konseling
 penyuluhan
 Memberikan asuhan keperawatan langsung.
 Kompensasi untuk reaksi yang merugikan.
 Teknik tepat dalam memberikan perawatan
dan menyiapkan klien untuk prosedur.
 Mencapai tujuan perawatan.
 Mengawasi dan mengevaluasi kerja dari
anggota staf lain
3 Prinsip Pendoman Implementasi Asuhan
Keperawatan
 Mempertahankan keamanan klien
Tindakan yang membahayakan tidak hanya dianggap
sebagai pelanggaran etika standar keperawatan
professional, tetapi juga merupakan suatu tindakan
pelanggaran hukum yang dapat dituntut.
 Memberikan asuhan yang efektif
 Memberikan asuhan seefisien mungkin
Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja secara umum
1. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui Pengendalian Bahaya di
Tempat Kerja : Pemantauan dan Pengendalian Kondisi Tidak Aman di
tempat kerja.
2. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui Pembinaan dan
Pengawasan: Pelatihan dan Pendidikan, konseling dan konsultasi,
pengembangan sumber daya atau teknologi terhadap tenaga kerja
tentang penerapan K3
3. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui sistem manajemen:
Prosedur dan Aturan K3, Penyediaan Sarana dan Prasarana K3 dan
pendukungnya, Penghargaan dan Sanksi terhadap penerapan K3
ditempat kerja
 Terdapat juga beberapa upaya pencegahan lain, antara lain :
Pelayanan kesehatan kerja diselenggarakan secara paripurna,
terdiri dari pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang
dilaksanakan dalam suatu sistem yang terpadu.
KASUS 1
Seorang Perawat RSUD Gunung Jati Positif Difteri
 Seorang perawat di RSUD Gunung Jati, Kota Cirebon, diketahui
positif difteri pasca menangani pasien yang menderita penyakit
yang sama.
CIREBON - Seorang perawat di RSUD Gunung Jati, Kota Cirebon,
diketahui positif difteri pasca menangani pasien difteri. Berdasarkan
informasi, perawat tersebut diduga tertular pasca menangani dan
melakukan tindakan awal pada pasien positif difteri tersebut,
perawat yang terkena difteri berinisial Ru dan bertugas di ruang
Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Gunung Jati. Ru diketahui
merupakan perawat pertama yang menangani pasien pertama difteri
yang masuk rumah sakit tersebut.
Analisa Kasus 1
 Hazard yang ada di kasus :
Hazard Biologis yaitu perawat tertular penyakit Difteri
dari pasien pasca menangani dan melakukan tindakan awal
pada pasien positif difteri.
Upaya Pencegahan Kasus 1
 Upaya pencegahan dari Rumah Sakit/ tempat
kerja:
1. RS menyediakan APD yang lengkap seperti masker,
handscoon, scout dll
Alasan: meminimalisir terjadinya atau tertularnya
penyakit/ infeksi yang dapat terjadi terutama saat
bekerja, APD harus selalu di gunakan sebagai
pelindung diri. Dengan kasus diatas dapat
dihindari jika perawat menggunakan APD lengkap
mengingat cara penularan Difteri melalui
terpaparnya cairan ke pasien.
2. Menyediakan sarana untuk mencuci tangan atau
alkohol gliserin untuk perawat.
Alasan: Cuci tangan merupakan cara penanganan
awal jika kita sudah terlanjur terpapar cairan
pasien baik pasien beresiko menularkan atau tidak
menularkan. Cuci tangan merupakan tindakan
aseptic awal sebelum ke pasien maupun setelah
ke pasien.
3. RS menyediakan pemilahan tempat
sampah medis dan non medis.
Alasan: Bila sampah medis dan non
medis tercampur dan tidak dikelola
dengan baik akan menimbulkan
penyebaran penyakit.
4. RS menyediakan SOP untuk tindakan
keperawatan.
Alasan: Agar petugas/perawat
menjaga konsistensi dan tingkat
kinerja petugas/perawat atau tim
dalam organisasi atau unit kerja,
sebagai acuan (check list) dalam
pelaksanaan kegiatan tertentu bagi
sesama pekerja, supervisor dan lain-
lain dan SOP merupakan salah satu
cara atau parameter dalam
meningkatkan mutu pelayanan.
Lanjutan
 Upaya pencegahan pada
Perawat:
1. Menjaga diri dari infeksi
dengan mempertahankan
teknik aseptic seperti
mencuci tangan,
memakaiAPD, dan
menggunakan alat kesehatan
dalam keadaan steril.
Alasan: Agar perawat tidak
tertular penyakit dari pasien
yang di tangani meskipun
pasien dari UGD dan
memakai APD adalah salah
satu SOP RS
2. Perawat mematuhi Standar
Operational Prosedure yang sudah
ada RS dan berhati-hati atau jangan
terburu-buru dalam melakukan
tindakan.
Alasan :Meskipun pasien di Ruang
UGD dan pertama masuk RS, perawat
sebaiknya lebih berhati – hati atau
jangan terburu-buru dalam
melakukan tindakan ke pasien dan
perawat menciptakan dan menjaga
keselamatan tempat kerja supaya
dalam tindakan perawat terhindar
dari tertularnya penyakit dari pasien
dan pasien juga merasa aman.
Kasus 2
Ribuan Perawat di Indonesia Tertular Hepatitis B
 Jakarta, HanTer - Data Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Kementerian Kesehatan, menunjukkan sebanyak 7.000 tenaga kesehatan
(Nakes) terinfeksi hepatitis B.
Sebanyak 4.900 di antaranya disebabkan karena tertusuk jarum suntik, dan
hanya 2.200 yang terinfeksi dari populasi. Hal ini menunjukkan jika tenaga
kesehatan menjadi profesi yang paling rawan tertular hepatitis B.
penularan virus hepatitis B terjadi dalam insiden ‘kecelakaan’.
Kecelakaan berupa tertusuk jarum terjadi saat Nakes mencoba menutup
jarum suntik terutama saat selesai melakukan tindakan seperti setelah
selesai melakukan pemberian obat atau pengambilan sampel darah. Dengan
metode penutupan yang salah dan kurang hati-hati, banyak Nakes yang
akhirnya tertusuk jarum.
“Rata-rata empat dari tindakan menutup jarum suntik bekas pakai,
satu diantaranya tertusuk jarum,” Peneliti Hepatitis dari Universitas
Indonesia, dr Lukman Hakim Tarigan MMedSc, ScD, di Jakarta, kemarin.
Lanjutan
Riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan bahwa
Indonesia bagian barat tercatat 9,4 persen atau 1 dari 10 penduduk
Indonesia mengidap hepatitis B.
“Jadi total penduduk Indonesia yang mengidap virus hepatitis B
ada 22,3 juta orang, dimana separuhnya membutuhkan pengobatan.
Jika tidak diobati, maka dalam 10 tahun ke depan akan berubah
menjadi sirosis hati yang membutuhkan transplantasi hati,”
tandasnya. (Tryas).
Analisa Kasus 2
Hazard :
Terinfeksi hepatitis B akibat tertusuk
jarum suntik saat menutup jarum suntik
setelah digunakan dari pasien.
Upaya Pencegahan Kasus 2
 Upaya pencegaham dari Rumah Sakit/
tempat kerja:
1. Memberikan imunisasi hepatitis pada
semua tenaga kesehatan yang bekerja
dan belum mendapat imunisasi
hepatitis sebelumnya, terlebih pada
tenaga kesehatan yang mempunyai
resiko tinggi tertular. Mereka harus
diberi perlindungan khusus misalnya
dengan memberikan dalam tiga dosis
vaksinasi.
Alasan: Dengan memberikan imunisasi
pada semua tenaga kesehatan dapat
dapat menjadi pencegahan awal /
preventif agar tenaga kesehatan
bebas tertular penyakit akibat kerja
seperti tertular virus hepatitis B, dan
prinsip mencegah lebih baik dari pada
mengobati.
2. Rutin mengadakan konseling dan
rutin mengadakan pemeriksaan
kesehatan berkala kepada tenaga
kesehatan, terutama tenaga
kesehatan yang bergelut di tempat
beresiko terkena kecelakaan kerja.
Alasan: Dengan mengadakan
konseling rutin dan pemeriksaan
kesehatan berkala dapat menjadi
suatu pendeteksi kesehatan tenaga
kerja, konseling dapat digunakan
sebagai upaya untuk memberikan
edukasi kepada tenaga kesehatan,
dan pemeriksaan kesehatan berkala
dapat dilakukan sebagai upaya
perlindungan kesehatan, serta
pendeteksian awal apabila terkena
penularan penyakit sehingga dapat
cepat tertangani / terobati.
Lanjutan
3 Memberikan pendidikan, pengetahuan kepada seluruh tenaga kesehatan tentang cara
menutup jarum suntik yang benar , tidak membahayakan, dan sesuai dengan prosedur.
Alasan: pendidikan ini sangat penting diberikan kepada perawat agar terhindar dari
kecelakaan yang membahayakan kesehatan. Sehingga apabila perawat mengetahui cara
yang benar akan menjauhkan diri dari kecelakaan terutama tertusuknya jarum suntik.
4. Menyediakan tempat sampah khusus jarum dan benda-benda tajam yang sesuai dan
praktis.
Alasan: Dengan penyediaan tempat sampah khusus jarum dapat mempermudah kerja
perawat sehingga saat perawat lalai atau terburu-buru perawat bisa langsung membuang
jarum tersebut ke tempat sampah khusus jarum.
5. Menyediakan semua alat pelindung diri bagi tenaga kesehatan yang sesuai dengan standart
keselamatan.
Alasan: apabila tersedia semua alat pelindung diri secara lengkap dapat meminimalkan
terjadinya kecelakaan saat kerja.
6. Menyediakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman. Seperti kelengkapan perlengkapan
kerja dll.
Alasan: Dengan lingkungan kerja yang aman dan nyama dapat meningkatkan kinerja baik
bagi tenaga kesehatan, serta tenaga kesehatan bisa lebih focus dan berkonsentrasi saat
bekerja.
Lanjutan
 Upaya pencegahan pada Perawat:
1. Membentengi diri dengan imunisasi seperti
imunisasi hepatitis sebagai upaya preventif
awal bagi diri sendiri.
Alasan: Dengan membentengi diri dengan
imunisasi dapat menghindarkan diri dari
terinfeksi dan tertularnya penyakit terutama
akibat kerja, karena di dalam tubuh sudah
ada imunisasi sebagai benteng.
2. Menggunakan APD yang lengkap seperti
handscoon, masker, dan google jika
diperlukan.
Alasan: Dengan memakai alat pelindung diri
sesuai dengan standart saat bekerja dapat
meminimalkan resiko terjadinya kecelakaan
dan menjaga diri dari saat bekerja.
3. Selalu menerapkan tindakan aseptic kepada
semua klien.
Alasan: Tindakan aseptic sangat diperlukan
dan diterapkan sebelum,saat, dan sesudah
bekerja, agar kita terhindar dari tertularnya
dan terinfeksi dari penyakit.
4. Menanamkan sifat kehati-hatian, konsentrasi yang tinggi,
dan ketenangan saat bekerja terutama saat melakukan
tindakan yang beresiko ke pasien.
Alasan: sifat hati-hati, berkonsentrasi, dan ketenangan
sangat diperlukan saat bekerja, agar tidak terjadi
kesalahan, kelalaian saat bekerja, sehingga tercipta
kesehatan dan keselamatan bagi diri sendiri selain juga
bagi pasien.
5. Memahami prosedur penggunaan jarum suntik dan cara
selesai digunakan terutama saat menutup jarum suntik.
Alasan: Dengan mempunyai keahlian yang lebih dapat
menghindarkan diri kita dari berbagai macam kelalaian
saat bekerja
6. Memahami prosedur dan pertolongan awal apabila terjadi
sesuatu yang membahayakan.
Alasan: Dengan memahami prosedur dan pertolongan awal
terutama saat terjadi kecelakaan dapat meminimalkan
terjadinya kondisi yang semakin buruk, dan agar dapat
mendapat penanganan secara cepat juka kita memahami
prosedur pertolongan.
7. Menyiapkan peralatan dengan lengkap seperti menyiapkan
bengkok sebagai tempat awal pembuangan jarum suntik.
Alasan: Persiapan alat yang lengkap sesuai dengan
prosedur saat memerlukan tindakan juga sangat
diperlukan untk menghindrkan dari kecelakaan kerja, jika
alat-alat sudah disiapkan dengan maksimal maka tidak
akan mengganggu kinerja. Sehinggan keamanan dan
keselamatan bisa terus terjaga.
Kasus 3
Risiko dan beban HIV/AIDS pada petugas layanan kesehatan
Di AS, Centers for Disease Control (CDC) melaporkan bahwa pada 31 Desember
2000, 24.844 orang dewasa yang dilaporkan dengan AIDS di AS pernah bekerja
di layanan kesehatan. Kasus tersebut mewakili 5,1% dari 486.826 kasus AIDS
yang dilaporkan pada CDC yang tidak memiliki informasi tentang
pekerjaannya.
Khusus di AS, hanya ada 57 kasus penularan HIV yang dikonfirmasi terjadi
setelah terpajan HIV waktu bekerja dan 139 kasus yang tidak melaporkan
faktor risiko lain selain riwayat terpajan darah, cairan tubuh terkait pekerjaan
atau terinfeksi HIV akibat alat laboratorium.
Di seluruh dunia, diperkirakan sedikit di atas 4% penularan HIV pada petugas
layanan kesehatan adalah pajanan melalui luka karena benda tajam waktu
sedang bekerja. Walaupun sebagian besar penularan HIV akibat pajanan dalam
pekerjaan diyakini terjadi di Afrika sub-Sahara, hal itu tetap berarti bahwa
sebagian besar infeksi HIV pada petugas layanan kesehatan ditularkan melalui
komunitas.
Analisa Kasus 3
 Hazard :
1. Terpajan darah
2. Cairan tubuh pasien
3. Terinfeksi HIV akibat alat laboratorium
4. Terdapat luka pada kulit
Upaya Pencegahan Kasus 3
 Upaya pencegaham dari Rumah Sakit/ tempat
kerja:
1. Ruangan perawatan pasien HIV AIDS pada
rumah sakit harus memberikan fasilitas alat
pelindung diri yang safety untuk tenaga
kesehatan
Alasan: supaya perawat tidak terpapar
langsung oleh segala macam bentuk cairan
pasien HIV/AIDS dan agar tidak tertular
passion HIV/AIDS
2. Menyediakan ruangan isolasi khusus untuk
pasien yang menderita HIV AIDS
Alasan: agar tenaga kesehatan, khussunya
perawat tidak terpapar secara langsung oleh
penderita HIV/AIDS
3. Tersedianya asupan gizi seimbang untuk
tenaga kesehatan
Alasan: guna mempertahankan sistem
imunitas tubuh untuk tenaga kesehatan
4. Rumah sakit harus mengadakan
pemeriksaan kesehatan secara
rutin kepada tenaga kesehatan
yang mengalami kecelakaan saat
melakukan tindakan seperti
tertusuk jarum bekas pasien HIV
AIDS
Alasan: agar tenaga kesehatan,
khususnya perawat pasien
HIV/AIDS memiliki status
kesehatan yang optimal.
5. Adanya hari bina fisik bersama
dalam satu minggu, misalnya
senam pagi bersama di hari jumat
Alasan: guna mempertahankan
sistem imunitas tubuh
Lanjutan
 Upaya pencegahan pada Perawat:
1. Melakukan penyuluhan mengenai HIV/AIDS secara rutin
Alasan :sebagai salah satu langkah preventif bagi klien dan tenaga
kesehatan.
2. Menjaga keselamatan diri dan tenaga kesehatan lain dari infeksi virus
HIV/AIDS dengan mempertahankan teknik aseptik, menggunakan alat
kesehatan dalam keadaan steril.
Alasan: Agar terhindar dari infeksi virus.
3. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan cara melakukan olahraga secara
teratur dan mengonsumsi makanan gizi seimbang
Alasan :agar tubuh tetap terjaga dengan baik sistem imunitasnya.
4. Hindari berkontak langsung dengan segala macam cairan klien apabila
dirasa sistem imunitas tubuh sedang menurun / tidak menggunakan APD /
tubuh sedang terjadi luka (lecet).
Alasan : agar tidak tertular virus pasien HIV / AIDS
Kasus 4
Rumah Sakit kepada Perawat : Cedera Anda Bukanlah
Masalah Kita
Terry Cawthorn seorang perawat yang sudah bekerja selama 20 tahun di Rumah
Sakit Mission. Tetapi karena ia mengalami cidera tulang belakang yang terjadi berulang
kali, dan hal tersebut disebabkan karena mengangkat pasien, akhirnya, ia dipecat.
Cawthorn mengambil jalan hukum untuk menghadapi pihak rumah sakit dan masih
harus berjuang dalam kehidupan sehari-hari akibat cidera yang dialaminya.
Pihak rumah sakit tidak mengakui bahwa cidera yang dialami Cawthorn adalah
akibat dari pekerjaannya sebagai perawat. Mereka juga menolak bahwa perkerjaan
sehari-hari perawat berisiko menciderai perawat maupun berdampak buruk terhadap
perawat. Hampir seluruh rumah sakit di seluruh negeri memiliki pendapat yang sama.
Ia bercerita saat itu pasien yang memiliki badan cukup besar baru saja
melakukan operasi caesar, dan ia membantu memindahkannya dari brankat ke tempat
tidur. Hal tersebut bisa dilakukan ribuan kali olehnya setiap hari, dan itu kerap kali
dilakukannya seorang diri. Begitu juga dengan perawat-perawat lainnya. Hampir setiap
memidahkan pasien, secara tidak langsung ia juga menjadi tumpuan beban bagi
pasiennya tersebut. Karena ia selalu menjaga pasiennya agar tidak terjatuh.
Analisa Kasus 4
 Hazard :
Ergonomi
Seorang pasien yang memiliki badan lumayan besar baru
saja melakukan operasi caesar, dan Cawthorn membantu
memindahkannya dari brankat ke tempat tidur. Hal tersebut
bisa dilakukan ribuan kali olehnya setiap hari, dan itu kerap
kali dilakukannya seorang diri. Begitu juga dengan perawat-
perawat lainnya. Hampir setiap memidahkan pasien, secara
tidak langsung ia juga menjadi tumpuan beban bagi
pasiennya tersebut. Karena ia selalu menjaga pasiennya
agar tidak terjatuh.
Upaya Pencegahan Kasus 4
 Upaya pencegaham dari Rumah Sakit/ tempat kerja:
Menurut Roslan (2008) dalam Selvianti, R (2009)
ada tiga metode kontrol yang seharusnya dilakukan rumah
sakit untuk mengurangi risiko ergonomi yaitu:
1. Kontrol Secara Teknis
Bila membeli peralatan, rumah sakit seharusnya bekerja
sama dengan Komite K3/Ergonomi RS/Vendor untuk
menyesuaikan dan memadukan peralatan dengan tugas-
tugas umum perawat. Termasuk juga para perawat harus
dilibatkan dalam proses pembelian untuk menjamin bahwa
peralatan mudah digunakan dan sesuai dengan kondisi
perawat. Contohnya seperti kerekan langit-langit otomatis
dan tempat tidur otomatis jadi perawat tidak perlu lagi
menunduk untuk mengatur posisi pasien.
Alasan :Karena tanpa adanya bantuan alat-alat tersebut
bisa berdampak negatif bagi perawat apalagi bagi mereka
yang sudah bekerja bertahun-tahun. Keluhan yang biasa
muncul adalah nyeri punggung, nyeri leher dan bahkan bisa
menyebabkan cidera tulang belakang, seperti pada kasus
Terry Cawthorn.
2. Kontrol metode kerja
Pembelian peralatan merupakan langkah dalam mereduksi
risiko ergonomi. Penyediaan dan pengadaan staf dengan
pelatihan berbasis keahlian secara kritik menjamin bahwa
mereka tahu menggunakan peralatan secara tepat dan
mengetahui bagaimana peralatan tersebut mereduksi risiko
ergonomi.
Pihak rumah sakit meminta vendor untuk datang ke fasilitasnya dan
memberikan service atau semacam layanan singkat untuk
mendemonstrasikan gambaran dan penggunaan peralatan gunanya
sebelum perawat menggunakan peralatan terhadap pasien sebenarnya,
agar dapat menjamin perawat bisa secara kompeten menggunakan
peralatan tersebut tanpa mencederai diri sendiri ataupun pasien. Jadi,
setelah pihak rumah sakit menyediakan peralatan yang canggih dalam
memudahkan perawat, mereka juga mendatangkan tenaga ahli untuk
mendemonstrasikan cara penggunaan alat tersebut kepada perawat.
Alasan :Karena jika perawat tidak bisa cara mengoperasikan alat
tersebut, maka kemungkinan yang terjadi adalah dapat menciderai
pasien maupun perawat itu sendiri, dan pengobatan juga menjadi tidak
optimal.
3. Kontrol Administrasi
Beberapa rumah sakit dalam melaksanakan layanan telah
menyediakan jumlah staf yang cukup untuk menjamin bahwa
penanganan pasien yang dilakukan dapat tertangani dengan baik.
Dengan dua orang perawat secara normal diperlukan untuk
memindahkan dan membawa pasien, tapi dalam kondisi tertentu maka
satu orang perawat bisa melakukan tugas-tugas tersebut dengan syarat
terlatih dengan teknik mengangkat pasien yang tepat. Banyak sekali
perawat mengalami cidera karena banyak dari mereka tidak
merencanakan dengan baik teknik mengangkat yang tepat. Jadi, pihak
rumah sakit bisa mengadakan pelatihan bagi perawat mengenai teknik
mengangkat pasien yang tepat dan pihak rumah sakit juga harus
menambah tenaga kedan berkurang serta bisa meminimalisir cedera
yang dialami perawat.
Alasan rja perawat agar beban kerja perawat bisa seimbang :Karena
kurangnya tenaga kerja atau jumlah perawat dapat mengakibatkan
beban kerja pada perawat meningkat dan resiko cidera pada individu
masing-masing perawat juga meningkat.
Lanjutan
 Upaya pencegahan dari pihak perawat:
1. Mengikuti pelatihan teknik mengangkat pasien dengan benar.
Alasan :Karena, perawat yang tidak mengetahui hal tersebut bisa jadi secara
asal mengangkat pasien. tanpa sadar ternyata hal tersebut telah menciderai
perawat. Seperti : cidera tulang leher dan cidera tulang belakang.
2. Tidak memaksakan diri dalam melakukan pekerjaan yang berat. Sebisa
mungkin minta tolong oleh rekan sejawat.
Alasan :Karena, beban kerja perawat yang meningkat bisa mengakibatkan
stress dan jika memaksakan diri maka akan berdampak negatif bagi perawat.
3. Memenuhi Asupan gizi seimbang dan mengkonsumsi vitamin serta olahraga
teratur.
Alasan :Karena, jika perawat tidak menjaga hal tersebut maka perawat akan
mudah sakit dan tidak prima dalam bekerja. Terlebih beban kerja mereka yang
banyak dan berat.
4. Belajar mengoperasikan alat-alat yang sudah disediakan oleh pihak rumah
sakit.
Alasan :Karena, tanpa kemampuan tersebut dapat terjadi risiko cidera pada
pasien dan perawat. Bahkan bisa merusak peralatan tersebut.
Kasus 5
Beban stres dan frustrasi akibat pekerjaan pada staf layanan
kesehatan
Berdasarkan sebuah proyek penelitian yang melibatkan 20 LSM AIDS di Kanada,
“bekerja di bidang HIV/AIDS yang demikian rumit dan tidak berperikemanusiaan” itulah yang
menyulitkan untuk mempertahankan tenaga kerja secara efektif. Hal ini muncul karena staf
itu harus terus menghadapi masalah komunikasi, keletihan, depresi, duka yang tidak
terselesaikan, banyaknya pergantian staf dan frustrasi.Pengamatan yang serupa juga
dilaporkan dalam sejumlah survei terhadap petugas kesehatan di Afrika.
“Frustrasi terhadap pekerjaan dan perwujudannya (misalnya, patah semangat, tidak
mampu memberi layanan, berpendapat bahwa mustahil untuk membuat perubahan) harus
dicegah dengan segala cara,” Profesor Alta Van Dyk dari University of South Afrika (UNISA)
menulis.
Topik kunci yang sebenarnya terjadi: petugas layanan kesehatan “bergumul dengan
beban kehilangan yang berlebihan, terlalu mengenal pasiennya, takut terhadap pajanan HIV
sewaktu bekerja, dan kesulitan untuk menangani diri sendiri dan stigmatisasi pasien dan
masalah kerahasiaan. Pada umumnya perawat berpendapat bahwa mereka belum dilatih
secara memadai untuk memberikan konseling terkait HIV; sebagian besar mereka merasa
tidak didukung oleh atasan, keluarga dan teman mereka; dan mereka sering marah tentang
lambatnya kinerja pemerintah serta pesan kesehatan yang salah.
Lanjutan
Beberapa pengamatan menonjol di dalam penelitian itu – salah satunya adalah
lebih dari separuh perawat merasa kesulitan untuk mempertahankan batas hubungan
secara profesional dengan pasien, dan kurang lebih empat dari lima (khususnya
perawat) “mengakui bahwa mereka merasa perlu untuk ‘menyelamatkan’ pasien, sering
menyatakan rasa frustrasi mereka dalam bentuk karangan karena tidak mampu
menyelamatkan pasien.” Prof. Van Dyk mencatat bahwa banyak penelitian melaporkan
bahwa perawat yang tidak membuat jarak hubungan emosional secara tepat akan lebih
menderita akibat stres dan frustrasi terhadap pekerjaannya.
Walaupun sebagian besar peserta dalam penelitian UNISA melaporkan memakai
mekanisme ‘positif’ untuk bertahan dengan stres, banyak orang yang benar-benar
frustrasi belum menemukan mekanisme untuk mampu bertahan secara positif. Setelah
bekerja di bidang ini sejak awal 1990-an, secara pribadi penulis sudah mengamati
banyak kasus stres berat dan/atau frustrasi pada perawat yang mengarah pada perilaku
yang merugikan diri sendiri, termasuk kecanduan alkohol dan narkoba serta tidak sedikit
kasus HIV yang tertular dari komunitas.
Analisa Kasus 5
 Hazard :
Hazardz Ergonomic dan Psychosocial Hazard
Tenaga Kesehatan yang bekerja di ruang HIV/AIDS
terus menghadapi masalah komunikasi, keletihan, depresi,
duka yang tidak terselesaikan, banyaknya pergantian staf
dan frustrasi. Serta sering mengalami ketakutan bekerja
di HIV/AIDS.
Upaya Pencegahan Kasus 5
 Upaya pencegaham dari Rumah Sakit/ tempat
kerja:
1. Memberikan ruangan isolasi khusus untuk pasien
yang menderita HIV AIDS
Alasan: Sehingga perawat tidak langsung terpapar
setiap hari dia bekerja
2. Rumah sakit khususnya ruangan perawatan pasien
HIV AIDS lebih meperhatiakan fasilitas alat
pelindung diri untuk tenaga kesehatan dan
mefasilitasinya
Alasan: Karena dengan adanya alat pelindungi diri
itu para petugas khususnya perawat yang 24 jam
mendampingi pasien bisa bekerja dengan aman,
sehingga tidak beresiko tertular
3. Kebijakan rumah sakit seharusnya memfasilitasi
pemeriksaan kesehatan untuk tenaga kesehatan
yang mengalami kecelakaan saat melakukan
tindakan seperti tertusuk jarum bekas pasien HIV
AIDS.
Alasan: Dengan adanya pemeriksaan itu para
perawat bisa terjmin kesehatannnya dan ada
pemantauan
4. Tersedianya asupan sehat untuk tenaga
kesehatan untuk mempertahankan kondisi
imun supaya tidak sampai mengalami
penurunan
Alasan: Untuk menjaga kesehatan para
petugas kesehatan khususnya para perawat
5. Bagi manajer atau kepala ruangan dapat
mengatur shift dengan baik
Alasan: Pembagian shift kerja sangat
membantu mengurangi beban kerja petugas
kesehatan sehingga mereka bisa bekerja
gantian dan bisa bekerja semaksimal
mungkin
6. Dapat dilakukan pendampingan dalam segi
spiritual dan juga dapat diadakan konsultasi
Alasan: Sehingga beban kerja maupun beban
psikologis bisa diatasi.
7. Upaya pencegahan dapat dilakukan seperti
dengan pemberian doorprize kepada perawat
berprestasi
Alasan: Sehingga perawat tersebut bisa
mendapat hiburan dan terhindar dari sifat
frustasi
Lanjutan
 Upaya pencegahan pada Perawat:
1. Menjaga keselamatan klien dan tenaga kesehatan dari infeksi dengan
mempertahankan teknik aseptik, menggunakan alat kesehatan dalam keadaan steril.
Alasan: Meskipun beresiko tertular petugas kesehatan harus tetap menjaga
keselamatan pasien karena keselamatan pasien merupakan tujuan perawat dalam
merawat pasien
2. Jika perawat dalam kondisi syok, perawat tarik nafas lalu mengeluarkan secara
perlahan beberapa kali
Alasan: Sehingga perawat bisa mengurangi kondisi syok
3. Ikutlah membangun iklim kerja yang menyenangkan, yaitu dengan bersikap terbuka
dan berkomunikasi dengan sesama rekan kerja
Alasan: Dengan ukut serta membangun iklim kerja yang menyenangkan perawat bisa
mengurangi beban kerjanya dengan saling bertukar pikiran ke sesama rekan kerja
4. Berolahraga teratur merupakan hal yang sangat penting dalam mengurangi stress.
Berolahraga akan memobilisasi otot-otot kita, mempercepat aliran darah dan
membuka paru-paru untuk mengambil lebih banyak oksigen.
Alasan: Sehingga perawat bisa menjaga kesehatannya, tidak mudah sakit dengan
sering berolahraga
Kasus 6
Nyeri Otot yang Terjadi pada Perawat
Penelitian di iran menyatakan bahwa, rata-rata perawat selalu
mengalami nyeri otot pada saat bekerja. hampir 89% perawat selalu
mengalami nyeri otot dalam bekerja. Beberapa bagian tubuh yang mengalami
nyeri adalah 74% bagian pinggang dan 48.5% bagian lutut. Sebuah penelitian
yang dilakukan di belanda, sekitar 57% perawat selalu mengalami
cedera/nyeri otot pada beberapabagian tubuhnya. Pada beberapa
penelitianlainnya, yaitu di brazil. Sekitar 80.7% melaporkan bahwa sebagian
besar perawat pernah mengalami nyeri otot. Pada hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh beberapa Negara, dapat ditarik kesimpulan bahwa hampir
seluruh perawat di setiap Negara di dunia, selalu dan pernah mengalami nyeri
otot ataupun cedera yang mengakibat kanterganggunya system
musculoskeletal mereka. Ini semua disebabkan karena pekerjaan perawat
yang biasanya selalu mengandalkan kekuatan otot/fisik untuk memindahkan
bed pasien dan juga memindahkan serta mengangkat pasien dari satu tempat
ketempat yang lain.
Analisa Kasus 6
 Hazard :
Ergonomi
Banyak perawat yang sering mengalami gangguan
musculoskeletal seperti nyeri otaot yang sering diderita
oleh perawat, dalam berita tersebut yang menyebabkan
gangguan otot yaitu dari pekerjaan perawat yang biasanya
selalu mengandalkan kekuatan otot/fisik untuk
memindahkan bed pasien dan juga memindahkan serta
mengangkat pasien dari satu tempat ketempat yang lain.
Upaya Pencegahan Kasus 5
 Upaya pencegaham dari Rumah Sakit/ tempat kerja:
1. Membuat sebuah peraturan/Protap yang ditujukan kepada karyawannya tentang
tindakan-tindakan yang menggunakan kekuatan tubuh secara berlebih
Alasan : Dengan menetapkan beberapa protap, maka perawat wajib mematuhi
protap tersebut, sehingga rumah sakit dapat meminimalisir resiko karena protap
tersebut
2. Memberikan waktu istirahat yang cukup bagi karyawannya
Alasan : Pembagian waktu/jadwal shift kerja yang sesuai dengan kemampuan
perawat akan memberikan manfaat yang besar untuk perawat, yaitu perawat dapat
beristirahat, sehingga ia mampu untuk selalu tetap menjaga kondisi tubuhnya yang
sehat
3. Membuat sebuah alat yang dapat meminimalisir penggunaan kekuatan tubuh
manusia secara berlebih.
Alasan : Penggunaan alat bantu dalam tindakan/aktivitas perawatan akan
membantu perawat untuk menggunakan tenaganya secara maksimal.
Lanjutan
 Upaya pencegahan pada Perawat:
1. Menggunakan posisi yang tepat ketika
mengangkat pasien maupun benda berat
lainnya
Alasan : Karena pengaturan posisi saat
beraktivitas sangat berpengaruh terhadap
kekuatan otot yang akan digunakan,
apabila perawat salah dalam
menempatkan posisi, biasanya perawat
akan merasakan nyeri dibagian otot bagian
tubuh belakangnya.
2. Sering berolahraga
Alasan :Dengan berolahraga perawat akan
mendapatkan kondisi fisik/tubuh yang
kuat dan sehat serta mampu menjaga
staminanya ketika bekerja
3. Mengkonsumsi makanan yang
bergizi agar mampu meningkatkan
kekuatan otot dan tulang
Alasan : Makan makanan yang
bergizi sangat bermanfaat karena
kandungan dari makanan tersebut
akan menjaga stamina dan juga
kesehatan tubuh perawat.
4. Selalu mematuhi protap/SOP yang
sudah ditetapkan oleh Rumah sakit
Alasan : Protap yang sudah
diberikan dan ditetapkan oleh
rumah sakit merupakan protap
yang sesuai dengan kemampuan
kerja perawat itu sendiri.
Risiko dan hazard i

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Teori keperawatan virginia handerson
Teori keperawatan virginia handersonTeori keperawatan virginia handerson
Teori keperawatan virginia handerson
Rara Niken FA
 
Asuhan kebidanan-kehamilan-komprehensif
Asuhan kebidanan-kehamilan-komprehensifAsuhan kebidanan-kehamilan-komprehensif
Asuhan kebidanan-kehamilan-komprehensif
eka f
 
Mobilisasi dan immobilisasi
Mobilisasi dan immobilisasiMobilisasi dan immobilisasi
Mobilisasi dan immobilisasi
rudi mirino
 
Sap breastcare payudara
Sap breastcare payudaraSap breastcare payudara
Sap breastcare payudara
Warung Bidan
 
Peran perawat dalam pengobatan
Peran perawat dalam pengobatanPeran perawat dalam pengobatan
Peran perawat dalam pengobatan
Cahya
 
Modul 5 kb1 persiapan pasien pre operatif
Modul 5 kb1 persiapan pasien pre operatifModul 5 kb1 persiapan pasien pre operatif
Modul 5 kb1 persiapan pasien pre operatif
Uwes Chaeruman
 
Peran Fungsi dan tugas Perawat
Peran Fungsi dan tugas PerawatPeran Fungsi dan tugas Perawat
Peran Fungsi dan tugas Perawat
Uwes Chaeruman
 

Was ist angesagt? (20)

Dokumentasi asuhan keperawatan berdasarkanmetode proses keperawatan
Dokumentasi asuhan keperawatan berdasarkanmetode proses keperawatan Dokumentasi asuhan keperawatan berdasarkanmetode proses keperawatan
Dokumentasi asuhan keperawatan berdasarkanmetode proses keperawatan
 
Teori keperawatan virginia handerson
Teori keperawatan virginia handersonTeori keperawatan virginia handerson
Teori keperawatan virginia handerson
 
Asuhan kebidanan-kehamilan-komprehensif
Asuhan kebidanan-kehamilan-komprehensifAsuhan kebidanan-kehamilan-komprehensif
Asuhan kebidanan-kehamilan-komprehensif
 
Mobilisasi dan immobilisasi
Mobilisasi dan immobilisasiMobilisasi dan immobilisasi
Mobilisasi dan immobilisasi
 
Corpulmonale
CorpulmonaleCorpulmonale
Corpulmonale
 
Makalah pemberian obat melalui anus
Makalah pemberian obat melalui anusMakalah pemberian obat melalui anus
Makalah pemberian obat melalui anus
 
Konsep teori jean watson update
Konsep teori jean watson updateKonsep teori jean watson update
Konsep teori jean watson update
 
Nurwanti mengganti alat tenun
Nurwanti mengganti alat tenunNurwanti mengganti alat tenun
Nurwanti mengganti alat tenun
 
Ppt cara membuat askep
Ppt cara membuat askepPpt cara membuat askep
Ppt cara membuat askep
 
Holistic Care
Holistic CareHolistic Care
Holistic Care
 
Sap breastcare payudara
Sap breastcare payudaraSap breastcare payudara
Sap breastcare payudara
 
Penghitungan Dosis Obat
Penghitungan Dosis ObatPenghitungan Dosis Obat
Penghitungan Dosis Obat
 
Mencuci Tangan
Mencuci TanganMencuci Tangan
Mencuci Tangan
 
Peran perawat dalam pengobatan
Peran perawat dalam pengobatanPeran perawat dalam pengobatan
Peran perawat dalam pengobatan
 
Modul 5 kb1 persiapan pasien pre operatif
Modul 5 kb1 persiapan pasien pre operatifModul 5 kb1 persiapan pasien pre operatif
Modul 5 kb1 persiapan pasien pre operatif
 
PPT Pemberian Obat Secara Parental.pptx
PPT Pemberian Obat Secara Parental.pptxPPT Pemberian Obat Secara Parental.pptx
PPT Pemberian Obat Secara Parental.pptx
 
Makalah pemberian obat sc iv
Makalah pemberian obat sc ivMakalah pemberian obat sc iv
Makalah pemberian obat sc iv
 
Peran Fungsi dan tugas Perawat
Peran Fungsi dan tugas PerawatPeran Fungsi dan tugas Perawat
Peran Fungsi dan tugas Perawat
 
pemenuhan Kebutuhan nutrisi
pemenuhan Kebutuhan nutrisipemenuhan Kebutuhan nutrisi
pemenuhan Kebutuhan nutrisi
 
ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM REPRODUKSI
ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM REPRODUKSIASUHAN KEPERAWATAN SISTEM REPRODUKSI
ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM REPRODUKSI
 

Ähnlich wie Risiko dan hazard i

PEDOMAN KESELAMATAN PASIEN K3.doc
PEDOMAN KESELAMATAN PASIEN K3.docPEDOMAN KESELAMATAN PASIEN K3.doc
PEDOMAN KESELAMATAN PASIEN K3.doc
umma16
 
PANDUAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN (BELLA) (1).docx
PANDUAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN (BELLA) (1).docxPANDUAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN (BELLA) (1).docx
PANDUAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN (BELLA) (1).docx
novyantihidayat
 

Ähnlich wie Risiko dan hazard i (20)

HAZARD DALAM KEP.pptx
HAZARD DALAM KEP.pptxHAZARD DALAM KEP.pptx
HAZARD DALAM KEP.pptx
 
PEDOMAN KESELAMATAN PASIEN K3.doc
PEDOMAN KESELAMATAN PASIEN K3.docPEDOMAN KESELAMATAN PASIEN K3.doc
PEDOMAN KESELAMATAN PASIEN K3.doc
 
SOSIS PPI DOKTER (1).pptx
SOSIS PPI DOKTER (1).pptxSOSIS PPI DOKTER (1).pptx
SOSIS PPI DOKTER (1).pptx
 
KAK PPI COPAS.docx
KAK PPI COPAS.docxKAK PPI COPAS.docx
KAK PPI COPAS.docx
 
K3 Keperawatan
K3 KeperawatanK3 Keperawatan
K3 Keperawatan
 
Overview PPI di FKTP -laskesi.pdf
Overview PPI di FKTP -laskesi.pdfOverview PPI di FKTP -laskesi.pdf
Overview PPI di FKTP -laskesi.pdf
 
4. Materi Pengendalian & Pencegahan Infeksi (Tri Wahyuni I).pptx
4. Materi Pengendalian & Pencegahan Infeksi (Tri Wahyuni I).pptx4. Materi Pengendalian & Pencegahan Infeksi (Tri Wahyuni I).pptx
4. Materi Pengendalian & Pencegahan Infeksi (Tri Wahyuni I).pptx
 
PPI-2019.ppt
PPI-2019.pptPPI-2019.ppt
PPI-2019.ppt
 
konsep dan prinsip patient safety.ppt
konsep dan prinsip patient safety.pptkonsep dan prinsip patient safety.ppt
konsep dan prinsip patient safety.ppt
 
ETIKA DAN KESELAMATAN PASIEN - CTU Malut.pptx
ETIKA DAN KESELAMATAN PASIEN - CTU Malut.pptxETIKA DAN KESELAMATAN PASIEN - CTU Malut.pptx
ETIKA DAN KESELAMATAN PASIEN - CTU Malut.pptx
 
PPI-1.pptx
PPI-1.pptxPPI-1.pptx
PPI-1.pptx
 
BAB II.pdf
BAB II.pdfBAB II.pdf
BAB II.pdf
 
SUPERVISI fasilitatif praktek dokter umum di era new.pptx
SUPERVISI fasilitatif praktek dokter umum di era new.pptxSUPERVISI fasilitatif praktek dokter umum di era new.pptx
SUPERVISI fasilitatif praktek dokter umum di era new.pptx
 
Makalah metodologi keperawatan
Makalah metodologi keperawatanMakalah metodologi keperawatan
Makalah metodologi keperawatan
 
5 pedoman-pencegahan-dan-pengendalian-infeksi-mers-cov
5 pedoman-pencegahan-dan-pengendalian-infeksi-mers-cov5 pedoman-pencegahan-dan-pengendalian-infeksi-mers-cov
5 pedoman-pencegahan-dan-pengendalian-infeksi-mers-cov
 
PANDUAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN (BELLA) (1).docx
PANDUAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN (BELLA) (1).docxPANDUAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN (BELLA) (1).docx
PANDUAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN (BELLA) (1).docx
 
KECENDERUNGAN ETIKA KEPERAWATAN
KECENDERUNGAN ETIKA KEPERAWATANKECENDERUNGAN ETIKA KEPERAWATAN
KECENDERUNGAN ETIKA KEPERAWATAN
 
ETIKA PROFESI KEPERAWATAN
ETIKA PROFESI KEPERAWATANETIKA PROFESI KEPERAWATAN
ETIKA PROFESI KEPERAWATAN
 
Konsep pasien savety TM 1.ppt
Konsep pasien savety TM 1.pptKonsep pasien savety TM 1.ppt
Konsep pasien savety TM 1.ppt
 
Modul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatanModul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatan
 

Kürzlich hochgeladen

Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptxModul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
RIMA685626
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
JuliBriana2
 

Kürzlich hochgeladen (20)

Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
 
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptxModul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 

Risiko dan hazard i

  • 1. IMPLEMENTASI Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 1997). Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan, mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan, penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping.
  • 2. Implementasi Tahap Emplentasi Persiapan Intervensi Evaluasi Metode Implementasi Keperawatan  Membantu dalam aktifitas kehidupan sehari-sehari.  konseling  penyuluhan  Memberikan asuhan keperawatan langsung.  Kompensasi untuk reaksi yang merugikan.  Teknik tepat dalam memberikan perawatan dan menyiapkan klien untuk prosedur.  Mencapai tujuan perawatan.  Mengawasi dan mengevaluasi kerja dari anggota staf lain
  • 3. 3 Prinsip Pendoman Implementasi Asuhan Keperawatan  Mempertahankan keamanan klien Tindakan yang membahayakan tidak hanya dianggap sebagai pelanggaran etika standar keperawatan professional, tetapi juga merupakan suatu tindakan pelanggaran hukum yang dapat dituntut.  Memberikan asuhan yang efektif  Memberikan asuhan seefisien mungkin
  • 4. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja secara umum 1. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui Pengendalian Bahaya di Tempat Kerja : Pemantauan dan Pengendalian Kondisi Tidak Aman di tempat kerja. 2. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui Pembinaan dan Pengawasan: Pelatihan dan Pendidikan, konseling dan konsultasi, pengembangan sumber daya atau teknologi terhadap tenaga kerja tentang penerapan K3 3. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui sistem manajemen: Prosedur dan Aturan K3, Penyediaan Sarana dan Prasarana K3 dan pendukungnya, Penghargaan dan Sanksi terhadap penerapan K3 ditempat kerja  Terdapat juga beberapa upaya pencegahan lain, antara lain : Pelayanan kesehatan kerja diselenggarakan secara paripurna, terdiri dari pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan dalam suatu sistem yang terpadu.
  • 5. KASUS 1 Seorang Perawat RSUD Gunung Jati Positif Difteri  Seorang perawat di RSUD Gunung Jati, Kota Cirebon, diketahui positif difteri pasca menangani pasien yang menderita penyakit yang sama. CIREBON - Seorang perawat di RSUD Gunung Jati, Kota Cirebon, diketahui positif difteri pasca menangani pasien difteri. Berdasarkan informasi, perawat tersebut diduga tertular pasca menangani dan melakukan tindakan awal pada pasien positif difteri tersebut, perawat yang terkena difteri berinisial Ru dan bertugas di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Gunung Jati. Ru diketahui merupakan perawat pertama yang menangani pasien pertama difteri yang masuk rumah sakit tersebut.
  • 6. Analisa Kasus 1  Hazard yang ada di kasus : Hazard Biologis yaitu perawat tertular penyakit Difteri dari pasien pasca menangani dan melakukan tindakan awal pada pasien positif difteri.
  • 7. Upaya Pencegahan Kasus 1  Upaya pencegahan dari Rumah Sakit/ tempat kerja: 1. RS menyediakan APD yang lengkap seperti masker, handscoon, scout dll Alasan: meminimalisir terjadinya atau tertularnya penyakit/ infeksi yang dapat terjadi terutama saat bekerja, APD harus selalu di gunakan sebagai pelindung diri. Dengan kasus diatas dapat dihindari jika perawat menggunakan APD lengkap mengingat cara penularan Difteri melalui terpaparnya cairan ke pasien. 2. Menyediakan sarana untuk mencuci tangan atau alkohol gliserin untuk perawat. Alasan: Cuci tangan merupakan cara penanganan awal jika kita sudah terlanjur terpapar cairan pasien baik pasien beresiko menularkan atau tidak menularkan. Cuci tangan merupakan tindakan aseptic awal sebelum ke pasien maupun setelah ke pasien. 3. RS menyediakan pemilahan tempat sampah medis dan non medis. Alasan: Bila sampah medis dan non medis tercampur dan tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan penyebaran penyakit. 4. RS menyediakan SOP untuk tindakan keperawatan. Alasan: Agar petugas/perawat menjaga konsistensi dan tingkat kinerja petugas/perawat atau tim dalam organisasi atau unit kerja, sebagai acuan (check list) dalam pelaksanaan kegiatan tertentu bagi sesama pekerja, supervisor dan lain- lain dan SOP merupakan salah satu cara atau parameter dalam meningkatkan mutu pelayanan.
  • 8. Lanjutan  Upaya pencegahan pada Perawat: 1. Menjaga diri dari infeksi dengan mempertahankan teknik aseptic seperti mencuci tangan, memakaiAPD, dan menggunakan alat kesehatan dalam keadaan steril. Alasan: Agar perawat tidak tertular penyakit dari pasien yang di tangani meskipun pasien dari UGD dan memakai APD adalah salah satu SOP RS 2. Perawat mematuhi Standar Operational Prosedure yang sudah ada RS dan berhati-hati atau jangan terburu-buru dalam melakukan tindakan. Alasan :Meskipun pasien di Ruang UGD dan pertama masuk RS, perawat sebaiknya lebih berhati – hati atau jangan terburu-buru dalam melakukan tindakan ke pasien dan perawat menciptakan dan menjaga keselamatan tempat kerja supaya dalam tindakan perawat terhindar dari tertularnya penyakit dari pasien dan pasien juga merasa aman.
  • 9. Kasus 2 Ribuan Perawat di Indonesia Tertular Hepatitis B  Jakarta, HanTer - Data Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan, menunjukkan sebanyak 7.000 tenaga kesehatan (Nakes) terinfeksi hepatitis B. Sebanyak 4.900 di antaranya disebabkan karena tertusuk jarum suntik, dan hanya 2.200 yang terinfeksi dari populasi. Hal ini menunjukkan jika tenaga kesehatan menjadi profesi yang paling rawan tertular hepatitis B. penularan virus hepatitis B terjadi dalam insiden ‘kecelakaan’. Kecelakaan berupa tertusuk jarum terjadi saat Nakes mencoba menutup jarum suntik terutama saat selesai melakukan tindakan seperti setelah selesai melakukan pemberian obat atau pengambilan sampel darah. Dengan metode penutupan yang salah dan kurang hati-hati, banyak Nakes yang akhirnya tertusuk jarum. “Rata-rata empat dari tindakan menutup jarum suntik bekas pakai, satu diantaranya tertusuk jarum,” Peneliti Hepatitis dari Universitas Indonesia, dr Lukman Hakim Tarigan MMedSc, ScD, di Jakarta, kemarin.
  • 10. Lanjutan Riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan bahwa Indonesia bagian barat tercatat 9,4 persen atau 1 dari 10 penduduk Indonesia mengidap hepatitis B. “Jadi total penduduk Indonesia yang mengidap virus hepatitis B ada 22,3 juta orang, dimana separuhnya membutuhkan pengobatan. Jika tidak diobati, maka dalam 10 tahun ke depan akan berubah menjadi sirosis hati yang membutuhkan transplantasi hati,” tandasnya. (Tryas).
  • 11. Analisa Kasus 2 Hazard : Terinfeksi hepatitis B akibat tertusuk jarum suntik saat menutup jarum suntik setelah digunakan dari pasien.
  • 12. Upaya Pencegahan Kasus 2  Upaya pencegaham dari Rumah Sakit/ tempat kerja: 1. Memberikan imunisasi hepatitis pada semua tenaga kesehatan yang bekerja dan belum mendapat imunisasi hepatitis sebelumnya, terlebih pada tenaga kesehatan yang mempunyai resiko tinggi tertular. Mereka harus diberi perlindungan khusus misalnya dengan memberikan dalam tiga dosis vaksinasi. Alasan: Dengan memberikan imunisasi pada semua tenaga kesehatan dapat dapat menjadi pencegahan awal / preventif agar tenaga kesehatan bebas tertular penyakit akibat kerja seperti tertular virus hepatitis B, dan prinsip mencegah lebih baik dari pada mengobati. 2. Rutin mengadakan konseling dan rutin mengadakan pemeriksaan kesehatan berkala kepada tenaga kesehatan, terutama tenaga kesehatan yang bergelut di tempat beresiko terkena kecelakaan kerja. Alasan: Dengan mengadakan konseling rutin dan pemeriksaan kesehatan berkala dapat menjadi suatu pendeteksi kesehatan tenaga kerja, konseling dapat digunakan sebagai upaya untuk memberikan edukasi kepada tenaga kesehatan, dan pemeriksaan kesehatan berkala dapat dilakukan sebagai upaya perlindungan kesehatan, serta pendeteksian awal apabila terkena penularan penyakit sehingga dapat cepat tertangani / terobati.
  • 13. Lanjutan 3 Memberikan pendidikan, pengetahuan kepada seluruh tenaga kesehatan tentang cara menutup jarum suntik yang benar , tidak membahayakan, dan sesuai dengan prosedur. Alasan: pendidikan ini sangat penting diberikan kepada perawat agar terhindar dari kecelakaan yang membahayakan kesehatan. Sehingga apabila perawat mengetahui cara yang benar akan menjauhkan diri dari kecelakaan terutama tertusuknya jarum suntik. 4. Menyediakan tempat sampah khusus jarum dan benda-benda tajam yang sesuai dan praktis. Alasan: Dengan penyediaan tempat sampah khusus jarum dapat mempermudah kerja perawat sehingga saat perawat lalai atau terburu-buru perawat bisa langsung membuang jarum tersebut ke tempat sampah khusus jarum. 5. Menyediakan semua alat pelindung diri bagi tenaga kesehatan yang sesuai dengan standart keselamatan. Alasan: apabila tersedia semua alat pelindung diri secara lengkap dapat meminimalkan terjadinya kecelakaan saat kerja. 6. Menyediakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman. Seperti kelengkapan perlengkapan kerja dll. Alasan: Dengan lingkungan kerja yang aman dan nyama dapat meningkatkan kinerja baik bagi tenaga kesehatan, serta tenaga kesehatan bisa lebih focus dan berkonsentrasi saat bekerja.
  • 14. Lanjutan  Upaya pencegahan pada Perawat: 1. Membentengi diri dengan imunisasi seperti imunisasi hepatitis sebagai upaya preventif awal bagi diri sendiri. Alasan: Dengan membentengi diri dengan imunisasi dapat menghindarkan diri dari terinfeksi dan tertularnya penyakit terutama akibat kerja, karena di dalam tubuh sudah ada imunisasi sebagai benteng. 2. Menggunakan APD yang lengkap seperti handscoon, masker, dan google jika diperlukan. Alasan: Dengan memakai alat pelindung diri sesuai dengan standart saat bekerja dapat meminimalkan resiko terjadinya kecelakaan dan menjaga diri dari saat bekerja. 3. Selalu menerapkan tindakan aseptic kepada semua klien. Alasan: Tindakan aseptic sangat diperlukan dan diterapkan sebelum,saat, dan sesudah bekerja, agar kita terhindar dari tertularnya dan terinfeksi dari penyakit. 4. Menanamkan sifat kehati-hatian, konsentrasi yang tinggi, dan ketenangan saat bekerja terutama saat melakukan tindakan yang beresiko ke pasien. Alasan: sifat hati-hati, berkonsentrasi, dan ketenangan sangat diperlukan saat bekerja, agar tidak terjadi kesalahan, kelalaian saat bekerja, sehingga tercipta kesehatan dan keselamatan bagi diri sendiri selain juga bagi pasien. 5. Memahami prosedur penggunaan jarum suntik dan cara selesai digunakan terutama saat menutup jarum suntik. Alasan: Dengan mempunyai keahlian yang lebih dapat menghindarkan diri kita dari berbagai macam kelalaian saat bekerja 6. Memahami prosedur dan pertolongan awal apabila terjadi sesuatu yang membahayakan. Alasan: Dengan memahami prosedur dan pertolongan awal terutama saat terjadi kecelakaan dapat meminimalkan terjadinya kondisi yang semakin buruk, dan agar dapat mendapat penanganan secara cepat juka kita memahami prosedur pertolongan. 7. Menyiapkan peralatan dengan lengkap seperti menyiapkan bengkok sebagai tempat awal pembuangan jarum suntik. Alasan: Persiapan alat yang lengkap sesuai dengan prosedur saat memerlukan tindakan juga sangat diperlukan untk menghindrkan dari kecelakaan kerja, jika alat-alat sudah disiapkan dengan maksimal maka tidak akan mengganggu kinerja. Sehinggan keamanan dan keselamatan bisa terus terjaga.
  • 15. Kasus 3 Risiko dan beban HIV/AIDS pada petugas layanan kesehatan Di AS, Centers for Disease Control (CDC) melaporkan bahwa pada 31 Desember 2000, 24.844 orang dewasa yang dilaporkan dengan AIDS di AS pernah bekerja di layanan kesehatan. Kasus tersebut mewakili 5,1% dari 486.826 kasus AIDS yang dilaporkan pada CDC yang tidak memiliki informasi tentang pekerjaannya. Khusus di AS, hanya ada 57 kasus penularan HIV yang dikonfirmasi terjadi setelah terpajan HIV waktu bekerja dan 139 kasus yang tidak melaporkan faktor risiko lain selain riwayat terpajan darah, cairan tubuh terkait pekerjaan atau terinfeksi HIV akibat alat laboratorium. Di seluruh dunia, diperkirakan sedikit di atas 4% penularan HIV pada petugas layanan kesehatan adalah pajanan melalui luka karena benda tajam waktu sedang bekerja. Walaupun sebagian besar penularan HIV akibat pajanan dalam pekerjaan diyakini terjadi di Afrika sub-Sahara, hal itu tetap berarti bahwa sebagian besar infeksi HIV pada petugas layanan kesehatan ditularkan melalui komunitas.
  • 16. Analisa Kasus 3  Hazard : 1. Terpajan darah 2. Cairan tubuh pasien 3. Terinfeksi HIV akibat alat laboratorium 4. Terdapat luka pada kulit
  • 17. Upaya Pencegahan Kasus 3  Upaya pencegaham dari Rumah Sakit/ tempat kerja: 1. Ruangan perawatan pasien HIV AIDS pada rumah sakit harus memberikan fasilitas alat pelindung diri yang safety untuk tenaga kesehatan Alasan: supaya perawat tidak terpapar langsung oleh segala macam bentuk cairan pasien HIV/AIDS dan agar tidak tertular passion HIV/AIDS 2. Menyediakan ruangan isolasi khusus untuk pasien yang menderita HIV AIDS Alasan: agar tenaga kesehatan, khussunya perawat tidak terpapar secara langsung oleh penderita HIV/AIDS 3. Tersedianya asupan gizi seimbang untuk tenaga kesehatan Alasan: guna mempertahankan sistem imunitas tubuh untuk tenaga kesehatan 4. Rumah sakit harus mengadakan pemeriksaan kesehatan secara rutin kepada tenaga kesehatan yang mengalami kecelakaan saat melakukan tindakan seperti tertusuk jarum bekas pasien HIV AIDS Alasan: agar tenaga kesehatan, khususnya perawat pasien HIV/AIDS memiliki status kesehatan yang optimal. 5. Adanya hari bina fisik bersama dalam satu minggu, misalnya senam pagi bersama di hari jumat Alasan: guna mempertahankan sistem imunitas tubuh
  • 18. Lanjutan  Upaya pencegahan pada Perawat: 1. Melakukan penyuluhan mengenai HIV/AIDS secara rutin Alasan :sebagai salah satu langkah preventif bagi klien dan tenaga kesehatan. 2. Menjaga keselamatan diri dan tenaga kesehatan lain dari infeksi virus HIV/AIDS dengan mempertahankan teknik aseptik, menggunakan alat kesehatan dalam keadaan steril. Alasan: Agar terhindar dari infeksi virus. 3. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan cara melakukan olahraga secara teratur dan mengonsumsi makanan gizi seimbang Alasan :agar tubuh tetap terjaga dengan baik sistem imunitasnya. 4. Hindari berkontak langsung dengan segala macam cairan klien apabila dirasa sistem imunitas tubuh sedang menurun / tidak menggunakan APD / tubuh sedang terjadi luka (lecet). Alasan : agar tidak tertular virus pasien HIV / AIDS
  • 19. Kasus 4 Rumah Sakit kepada Perawat : Cedera Anda Bukanlah Masalah Kita Terry Cawthorn seorang perawat yang sudah bekerja selama 20 tahun di Rumah Sakit Mission. Tetapi karena ia mengalami cidera tulang belakang yang terjadi berulang kali, dan hal tersebut disebabkan karena mengangkat pasien, akhirnya, ia dipecat. Cawthorn mengambil jalan hukum untuk menghadapi pihak rumah sakit dan masih harus berjuang dalam kehidupan sehari-hari akibat cidera yang dialaminya. Pihak rumah sakit tidak mengakui bahwa cidera yang dialami Cawthorn adalah akibat dari pekerjaannya sebagai perawat. Mereka juga menolak bahwa perkerjaan sehari-hari perawat berisiko menciderai perawat maupun berdampak buruk terhadap perawat. Hampir seluruh rumah sakit di seluruh negeri memiliki pendapat yang sama. Ia bercerita saat itu pasien yang memiliki badan cukup besar baru saja melakukan operasi caesar, dan ia membantu memindahkannya dari brankat ke tempat tidur. Hal tersebut bisa dilakukan ribuan kali olehnya setiap hari, dan itu kerap kali dilakukannya seorang diri. Begitu juga dengan perawat-perawat lainnya. Hampir setiap memidahkan pasien, secara tidak langsung ia juga menjadi tumpuan beban bagi pasiennya tersebut. Karena ia selalu menjaga pasiennya agar tidak terjatuh.
  • 20. Analisa Kasus 4  Hazard : Ergonomi Seorang pasien yang memiliki badan lumayan besar baru saja melakukan operasi caesar, dan Cawthorn membantu memindahkannya dari brankat ke tempat tidur. Hal tersebut bisa dilakukan ribuan kali olehnya setiap hari, dan itu kerap kali dilakukannya seorang diri. Begitu juga dengan perawat- perawat lainnya. Hampir setiap memidahkan pasien, secara tidak langsung ia juga menjadi tumpuan beban bagi pasiennya tersebut. Karena ia selalu menjaga pasiennya agar tidak terjatuh.
  • 21. Upaya Pencegahan Kasus 4  Upaya pencegaham dari Rumah Sakit/ tempat kerja: Menurut Roslan (2008) dalam Selvianti, R (2009) ada tiga metode kontrol yang seharusnya dilakukan rumah sakit untuk mengurangi risiko ergonomi yaitu: 1. Kontrol Secara Teknis Bila membeli peralatan, rumah sakit seharusnya bekerja sama dengan Komite K3/Ergonomi RS/Vendor untuk menyesuaikan dan memadukan peralatan dengan tugas- tugas umum perawat. Termasuk juga para perawat harus dilibatkan dalam proses pembelian untuk menjamin bahwa peralatan mudah digunakan dan sesuai dengan kondisi perawat. Contohnya seperti kerekan langit-langit otomatis dan tempat tidur otomatis jadi perawat tidak perlu lagi menunduk untuk mengatur posisi pasien. Alasan :Karena tanpa adanya bantuan alat-alat tersebut bisa berdampak negatif bagi perawat apalagi bagi mereka yang sudah bekerja bertahun-tahun. Keluhan yang biasa muncul adalah nyeri punggung, nyeri leher dan bahkan bisa menyebabkan cidera tulang belakang, seperti pada kasus Terry Cawthorn. 2. Kontrol metode kerja Pembelian peralatan merupakan langkah dalam mereduksi risiko ergonomi. Penyediaan dan pengadaan staf dengan pelatihan berbasis keahlian secara kritik menjamin bahwa mereka tahu menggunakan peralatan secara tepat dan mengetahui bagaimana peralatan tersebut mereduksi risiko ergonomi. Pihak rumah sakit meminta vendor untuk datang ke fasilitasnya dan memberikan service atau semacam layanan singkat untuk mendemonstrasikan gambaran dan penggunaan peralatan gunanya sebelum perawat menggunakan peralatan terhadap pasien sebenarnya, agar dapat menjamin perawat bisa secara kompeten menggunakan peralatan tersebut tanpa mencederai diri sendiri ataupun pasien. Jadi, setelah pihak rumah sakit menyediakan peralatan yang canggih dalam memudahkan perawat, mereka juga mendatangkan tenaga ahli untuk mendemonstrasikan cara penggunaan alat tersebut kepada perawat. Alasan :Karena jika perawat tidak bisa cara mengoperasikan alat tersebut, maka kemungkinan yang terjadi adalah dapat menciderai pasien maupun perawat itu sendiri, dan pengobatan juga menjadi tidak optimal. 3. Kontrol Administrasi Beberapa rumah sakit dalam melaksanakan layanan telah menyediakan jumlah staf yang cukup untuk menjamin bahwa penanganan pasien yang dilakukan dapat tertangani dengan baik. Dengan dua orang perawat secara normal diperlukan untuk memindahkan dan membawa pasien, tapi dalam kondisi tertentu maka satu orang perawat bisa melakukan tugas-tugas tersebut dengan syarat terlatih dengan teknik mengangkat pasien yang tepat. Banyak sekali perawat mengalami cidera karena banyak dari mereka tidak merencanakan dengan baik teknik mengangkat yang tepat. Jadi, pihak rumah sakit bisa mengadakan pelatihan bagi perawat mengenai teknik mengangkat pasien yang tepat dan pihak rumah sakit juga harus menambah tenaga kedan berkurang serta bisa meminimalisir cedera yang dialami perawat. Alasan rja perawat agar beban kerja perawat bisa seimbang :Karena kurangnya tenaga kerja atau jumlah perawat dapat mengakibatkan beban kerja pada perawat meningkat dan resiko cidera pada individu masing-masing perawat juga meningkat.
  • 22. Lanjutan  Upaya pencegahan dari pihak perawat: 1. Mengikuti pelatihan teknik mengangkat pasien dengan benar. Alasan :Karena, perawat yang tidak mengetahui hal tersebut bisa jadi secara asal mengangkat pasien. tanpa sadar ternyata hal tersebut telah menciderai perawat. Seperti : cidera tulang leher dan cidera tulang belakang. 2. Tidak memaksakan diri dalam melakukan pekerjaan yang berat. Sebisa mungkin minta tolong oleh rekan sejawat. Alasan :Karena, beban kerja perawat yang meningkat bisa mengakibatkan stress dan jika memaksakan diri maka akan berdampak negatif bagi perawat. 3. Memenuhi Asupan gizi seimbang dan mengkonsumsi vitamin serta olahraga teratur. Alasan :Karena, jika perawat tidak menjaga hal tersebut maka perawat akan mudah sakit dan tidak prima dalam bekerja. Terlebih beban kerja mereka yang banyak dan berat. 4. Belajar mengoperasikan alat-alat yang sudah disediakan oleh pihak rumah sakit. Alasan :Karena, tanpa kemampuan tersebut dapat terjadi risiko cidera pada pasien dan perawat. Bahkan bisa merusak peralatan tersebut.
  • 23. Kasus 5 Beban stres dan frustrasi akibat pekerjaan pada staf layanan kesehatan Berdasarkan sebuah proyek penelitian yang melibatkan 20 LSM AIDS di Kanada, “bekerja di bidang HIV/AIDS yang demikian rumit dan tidak berperikemanusiaan” itulah yang menyulitkan untuk mempertahankan tenaga kerja secara efektif. Hal ini muncul karena staf itu harus terus menghadapi masalah komunikasi, keletihan, depresi, duka yang tidak terselesaikan, banyaknya pergantian staf dan frustrasi.Pengamatan yang serupa juga dilaporkan dalam sejumlah survei terhadap petugas kesehatan di Afrika. “Frustrasi terhadap pekerjaan dan perwujudannya (misalnya, patah semangat, tidak mampu memberi layanan, berpendapat bahwa mustahil untuk membuat perubahan) harus dicegah dengan segala cara,” Profesor Alta Van Dyk dari University of South Afrika (UNISA) menulis. Topik kunci yang sebenarnya terjadi: petugas layanan kesehatan “bergumul dengan beban kehilangan yang berlebihan, terlalu mengenal pasiennya, takut terhadap pajanan HIV sewaktu bekerja, dan kesulitan untuk menangani diri sendiri dan stigmatisasi pasien dan masalah kerahasiaan. Pada umumnya perawat berpendapat bahwa mereka belum dilatih secara memadai untuk memberikan konseling terkait HIV; sebagian besar mereka merasa tidak didukung oleh atasan, keluarga dan teman mereka; dan mereka sering marah tentang lambatnya kinerja pemerintah serta pesan kesehatan yang salah.
  • 24. Lanjutan Beberapa pengamatan menonjol di dalam penelitian itu – salah satunya adalah lebih dari separuh perawat merasa kesulitan untuk mempertahankan batas hubungan secara profesional dengan pasien, dan kurang lebih empat dari lima (khususnya perawat) “mengakui bahwa mereka merasa perlu untuk ‘menyelamatkan’ pasien, sering menyatakan rasa frustrasi mereka dalam bentuk karangan karena tidak mampu menyelamatkan pasien.” Prof. Van Dyk mencatat bahwa banyak penelitian melaporkan bahwa perawat yang tidak membuat jarak hubungan emosional secara tepat akan lebih menderita akibat stres dan frustrasi terhadap pekerjaannya. Walaupun sebagian besar peserta dalam penelitian UNISA melaporkan memakai mekanisme ‘positif’ untuk bertahan dengan stres, banyak orang yang benar-benar frustrasi belum menemukan mekanisme untuk mampu bertahan secara positif. Setelah bekerja di bidang ini sejak awal 1990-an, secara pribadi penulis sudah mengamati banyak kasus stres berat dan/atau frustrasi pada perawat yang mengarah pada perilaku yang merugikan diri sendiri, termasuk kecanduan alkohol dan narkoba serta tidak sedikit kasus HIV yang tertular dari komunitas.
  • 25. Analisa Kasus 5  Hazard : Hazardz Ergonomic dan Psychosocial Hazard Tenaga Kesehatan yang bekerja di ruang HIV/AIDS terus menghadapi masalah komunikasi, keletihan, depresi, duka yang tidak terselesaikan, banyaknya pergantian staf dan frustrasi. Serta sering mengalami ketakutan bekerja di HIV/AIDS.
  • 26. Upaya Pencegahan Kasus 5  Upaya pencegaham dari Rumah Sakit/ tempat kerja: 1. Memberikan ruangan isolasi khusus untuk pasien yang menderita HIV AIDS Alasan: Sehingga perawat tidak langsung terpapar setiap hari dia bekerja 2. Rumah sakit khususnya ruangan perawatan pasien HIV AIDS lebih meperhatiakan fasilitas alat pelindung diri untuk tenaga kesehatan dan mefasilitasinya Alasan: Karena dengan adanya alat pelindungi diri itu para petugas khususnya perawat yang 24 jam mendampingi pasien bisa bekerja dengan aman, sehingga tidak beresiko tertular 3. Kebijakan rumah sakit seharusnya memfasilitasi pemeriksaan kesehatan untuk tenaga kesehatan yang mengalami kecelakaan saat melakukan tindakan seperti tertusuk jarum bekas pasien HIV AIDS. Alasan: Dengan adanya pemeriksaan itu para perawat bisa terjmin kesehatannnya dan ada pemantauan 4. Tersedianya asupan sehat untuk tenaga kesehatan untuk mempertahankan kondisi imun supaya tidak sampai mengalami penurunan Alasan: Untuk menjaga kesehatan para petugas kesehatan khususnya para perawat 5. Bagi manajer atau kepala ruangan dapat mengatur shift dengan baik Alasan: Pembagian shift kerja sangat membantu mengurangi beban kerja petugas kesehatan sehingga mereka bisa bekerja gantian dan bisa bekerja semaksimal mungkin 6. Dapat dilakukan pendampingan dalam segi spiritual dan juga dapat diadakan konsultasi Alasan: Sehingga beban kerja maupun beban psikologis bisa diatasi. 7. Upaya pencegahan dapat dilakukan seperti dengan pemberian doorprize kepada perawat berprestasi Alasan: Sehingga perawat tersebut bisa mendapat hiburan dan terhindar dari sifat frustasi
  • 27. Lanjutan  Upaya pencegahan pada Perawat: 1. Menjaga keselamatan klien dan tenaga kesehatan dari infeksi dengan mempertahankan teknik aseptik, menggunakan alat kesehatan dalam keadaan steril. Alasan: Meskipun beresiko tertular petugas kesehatan harus tetap menjaga keselamatan pasien karena keselamatan pasien merupakan tujuan perawat dalam merawat pasien 2. Jika perawat dalam kondisi syok, perawat tarik nafas lalu mengeluarkan secara perlahan beberapa kali Alasan: Sehingga perawat bisa mengurangi kondisi syok 3. Ikutlah membangun iklim kerja yang menyenangkan, yaitu dengan bersikap terbuka dan berkomunikasi dengan sesama rekan kerja Alasan: Dengan ukut serta membangun iklim kerja yang menyenangkan perawat bisa mengurangi beban kerjanya dengan saling bertukar pikiran ke sesama rekan kerja 4. Berolahraga teratur merupakan hal yang sangat penting dalam mengurangi stress. Berolahraga akan memobilisasi otot-otot kita, mempercepat aliran darah dan membuka paru-paru untuk mengambil lebih banyak oksigen. Alasan: Sehingga perawat bisa menjaga kesehatannya, tidak mudah sakit dengan sering berolahraga
  • 28. Kasus 6 Nyeri Otot yang Terjadi pada Perawat Penelitian di iran menyatakan bahwa, rata-rata perawat selalu mengalami nyeri otot pada saat bekerja. hampir 89% perawat selalu mengalami nyeri otot dalam bekerja. Beberapa bagian tubuh yang mengalami nyeri adalah 74% bagian pinggang dan 48.5% bagian lutut. Sebuah penelitian yang dilakukan di belanda, sekitar 57% perawat selalu mengalami cedera/nyeri otot pada beberapabagian tubuhnya. Pada beberapa penelitianlainnya, yaitu di brazil. Sekitar 80.7% melaporkan bahwa sebagian besar perawat pernah mengalami nyeri otot. Pada hasil penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa Negara, dapat ditarik kesimpulan bahwa hampir seluruh perawat di setiap Negara di dunia, selalu dan pernah mengalami nyeri otot ataupun cedera yang mengakibat kanterganggunya system musculoskeletal mereka. Ini semua disebabkan karena pekerjaan perawat yang biasanya selalu mengandalkan kekuatan otot/fisik untuk memindahkan bed pasien dan juga memindahkan serta mengangkat pasien dari satu tempat ketempat yang lain.
  • 29. Analisa Kasus 6  Hazard : Ergonomi Banyak perawat yang sering mengalami gangguan musculoskeletal seperti nyeri otaot yang sering diderita oleh perawat, dalam berita tersebut yang menyebabkan gangguan otot yaitu dari pekerjaan perawat yang biasanya selalu mengandalkan kekuatan otot/fisik untuk memindahkan bed pasien dan juga memindahkan serta mengangkat pasien dari satu tempat ketempat yang lain.
  • 30. Upaya Pencegahan Kasus 5  Upaya pencegaham dari Rumah Sakit/ tempat kerja: 1. Membuat sebuah peraturan/Protap yang ditujukan kepada karyawannya tentang tindakan-tindakan yang menggunakan kekuatan tubuh secara berlebih Alasan : Dengan menetapkan beberapa protap, maka perawat wajib mematuhi protap tersebut, sehingga rumah sakit dapat meminimalisir resiko karena protap tersebut 2. Memberikan waktu istirahat yang cukup bagi karyawannya Alasan : Pembagian waktu/jadwal shift kerja yang sesuai dengan kemampuan perawat akan memberikan manfaat yang besar untuk perawat, yaitu perawat dapat beristirahat, sehingga ia mampu untuk selalu tetap menjaga kondisi tubuhnya yang sehat 3. Membuat sebuah alat yang dapat meminimalisir penggunaan kekuatan tubuh manusia secara berlebih. Alasan : Penggunaan alat bantu dalam tindakan/aktivitas perawatan akan membantu perawat untuk menggunakan tenaganya secara maksimal.
  • 31. Lanjutan  Upaya pencegahan pada Perawat: 1. Menggunakan posisi yang tepat ketika mengangkat pasien maupun benda berat lainnya Alasan : Karena pengaturan posisi saat beraktivitas sangat berpengaruh terhadap kekuatan otot yang akan digunakan, apabila perawat salah dalam menempatkan posisi, biasanya perawat akan merasakan nyeri dibagian otot bagian tubuh belakangnya. 2. Sering berolahraga Alasan :Dengan berolahraga perawat akan mendapatkan kondisi fisik/tubuh yang kuat dan sehat serta mampu menjaga staminanya ketika bekerja 3. Mengkonsumsi makanan yang bergizi agar mampu meningkatkan kekuatan otot dan tulang Alasan : Makan makanan yang bergizi sangat bermanfaat karena kandungan dari makanan tersebut akan menjaga stamina dan juga kesehatan tubuh perawat. 4. Selalu mematuhi protap/SOP yang sudah ditetapkan oleh Rumah sakit Alasan : Protap yang sudah diberikan dan ditetapkan oleh rumah sakit merupakan protap yang sesuai dengan kemampuan kerja perawat itu sendiri.