1. PEDOMAN PELAYANAN OBSTETRI
NEONATAL EMERGENSI
KOMPREHENSIF (PONEK) 24 JAM
RSIA Nuraida
Jl. Achmad Sobana No. 105
(d/h Bangbarung Raya), Kota Bogor 16152
Telp. (0251) 8368866
NOVEMBER 2020
EMBER 2019
TIM PONEK
2. DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ................................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Tujuan Pedoman................................................................................ 3
C. Ruang Lingkup Pelayann.................................................................. 3
D. Batasan Operasional ......................................................................... 3
E. Landasan Hukum................................................................................ 3
BAB II STANDAR KETENAGAAN............................................................ 5
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia................................................... 5
B. Distribusi Ketenagaan........................................................................ 5
C. Pengaturan Jaga................................................................................ 6
BAB III STANDAR FASILITAS.................................................................. 7
A. Denah Ruangan.................................................................................. 7
B. Standar Fasilitas................................................................................. 7
BAB IV TATALAKSANA PELAYANAN.................................................... 15
A. Tatalaksana Pelayanan Kehamilan................................................. 15
B. Tatalaksana Pelayanan Persalinan................................................. 16
C. Tatalaksana Pelayanan Nifas........................................................... 17
D. Tatalaksana Rawat Gabung ............................................................. 18
E. Tatalaksana Pelayanan Bayi Baru Lahir ........................................ 18
F. Tatalaksana Pelayanan Imunisasi dan Stimulasi, Deteksi,......... 19
G. Tatalaksana Pelayanan High Care Unit.......................................... 19
H. Tatalaksana Pelayanan Kesehatan Neonatal................................ 20
I. Tatalaksana Pelayanan Ginekologi................................................. 20
J. Tatalaksana Pelayanan Kamar Operasi......................................... 20
K. Tatalaksana Pelayanan Penunjang Medik..................................... 21
BAB V LOGISTIK ......................................................................................... 22
A. Kriteria Umum Ruangan.................................................................... 22
B. Kriteria Khusus Ruangan................................................................... 22
C. Kriteria Peralatan dan Perlengkapan Umum.................................. 25
D. Kriteria Peralatan dan Perlengkapan Khusus................................ 26
3. BAB VI KESELAMATAN PASIEN ............................................................ 28
A. Fisik...................................................................................................... 28
B. Sumber Daya Manusia (SDM)......................................................... 28
BAB VII KESELAMATAN KERJA............................................................. 29
A. Fisik...................................................................................................... 29
B. Sumber Daya Manusia (SDM)......................................................... 29
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU............................................................ 30
BAB IX PENUTUP....................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 32
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Seperti kita ketahui bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih tertinggi di negara ASEAN dan
penurunannya sangat lambat. Berdasarkan survei demografi dan kesehatan
Indonesia (BPS, 2013), angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi yaitu
sebesar 359/100 ribu kelahiran hidup. Angka ini sedikit menurun jika
dibandingkan dengan SDKI tahun 1991 yaitu sebesar 390/100 ribu kelahiran
hidup. Sedangkan untuk angka kematian bayi pada tahun 2016 sebanyak 4.912
kasus. Hal ini mengalami penurunan dari tahun 2015 yaitu 4.999 kasus.
Disamping itu Index Pembangunan Manusia di Indonesia berada pada
urutan ke 107 dibandingkan dengan bangsa lain dan selama 5 tahun terakhir ini
mengalami perbaikan namun sangat lambat.
Pada Konferensi Tingkat Tinggi Perserikatan Bangsa - Bangsa pada
tahun 2000 disepakati bahwa terdapat 8 Tujuan Pembangunan Millenium
(Millenium Development Goals) pada tahun 2015. Dua diantara tujuan tersebut
mempunyai sasaran dan indikator yang terkait dengan kesehatan ibu, bayi dan
anak yaitu :
1. Mengurangi angka kematian bayi dan balita sebesar dua per tiga dari AKB
pada tahun 1990 menjadi 20 dari 25/1000 kelahiran hidup.
2. Mengurangi angka kematian ibu sebesar tiga per empat dari AKI pada tahun
1990 dari 307 menjadi 125/100.000 kelahiran hidup
Meskipun tampaknya target tersebut cukup tinggi, namun tetap dapat
dicapai apabila dilakukan upaya terobosan yang inovatif untuk mengatasi
penyebab utama kematian tersebut yang didukung kebijakan dan sistem yang
efektif dalam mengatasi berbagai kendala yang timbul selama ini.
Kematian bayi baru lahir umumnya dapat dihindari penyebabnya seperti
Berat Badan Lahir Rendah (40,4%), asfiksia (24,6%) dan infeksi (sekitar 10%).
Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh keterlambatan pengambilan
keputusan, merujuk dan mengobati. Sedangkan kematian ibu umumnya
5. 2
disebabkan perdarahan (25%), infeksi (15%), pre-eklampsia / eklampsia (15%),
persalinan macet dan abortus. Mengingat kematian bayi mempunyai hubungan
erat dengan mutu penanganan ibu, maka proses persalinan dan perawatan bayi
harus dilakukan dalam sistem terpadu di tingkat nasional dan regional.
Pelayanan obstetri dan neonatal regional merupakan upaya penyediaan
pelayanan bagi ibu dan bayi baru lahir secara terpadu dalam bentuk Pelayanan
Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) di Rumah Sakit dan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Dasar (PONED) di tingkat
Puskesmas.
Rumah Sakit PONEK 24 Jam merupakan bagian dari sistem rujukan
dalam pelayanan kedaruratan dalam maternal dan neonatal, yang sangat
berperan dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Kunci
keberhasilan PONEK adalah ketersediaan tenaga kesehatan yang sesuai
kompetensi, prasarana, sarana dan manajemen yang handal.
Untuk mencapai kompetensi dalam bidang tertentu, tenaga kesehatan
memerlukan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan perubahan perilaku dalam pelayanan kepada pasien.
Pada tahun 2005 telah dilakukan penyusunan buku Pedoman
Manajemen Penyelenggaraan PONEk 24 jam di Rumah Sakit Kabupaten/Kota
yang melibatkan Departemen Kesehatan, Dinas Kesehatan Propinsi dan sektor
terkait lainnya. Telah pula dilakukan bimbingan teknis tentang manajemen
PONEK 24 jam di RS Kabupaten/Kota pada RSUD di 4 Propinsi (Riau,
Sumatera Barat, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur) untuk
mempersiapkan penyelenggaraan PONEK 24 jam.
Pada tahun 2006 dilanjutkan dengan penyelenggaraan Lokakarya Upaya
Peningkatan Kesehatan Ibu, Bayi dan Anak melalui Strategi Making Pregnancy
Safer (MPS) yang melibatkan 12 Propinsi meliputi 6 propinsi Wilayah Timur
dengan AKI dan AKB tertinggi (NTB, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah,
Sulawesi Tenggara, Maluku dan Papua) dan 6 propinsi yang telah dibina
melalui program bantuan HSP (NAD,Jawa Barat,DKI Jakarta, Sumatera Utara,
Jawa Timur).
Pada tahun 2007 telah dilakukan pelatihan ketrampilan bagi tim PONEK
di Rumah Sakit Kabupaten/Kota (dokter spesialis Anak, dokter spesialis
kebidanan dan kandungan, Bidan dan Perawat) di 6 propinsi di Wilayah Timur
6. 3
dengan AKI tertinggi (NTB, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi
Tenggara, Maluku dan Papua) dengan melibatkan JNPK-KR, POGI dan IDAI,
dalam rangka mendukung pelaksanaan program PONEK di RSU
Kabupaten/Kota yang merupakan target UKP Departemen Kesehatan RI. yaitu
75% RS Kabupaten dapat menyelenggarakan PONEK pada tahun 2009.
Pelatihan yang sangat bermanfaat tersebut mendapatkan respon sangat
besar terutama dari wilayah Indonesia Timur karena hampir selama 15 tahun
bidan dan perawat tidak pernah mendapatkan pelatihan kedaruratan maternal
dan neonatal. Pelatihan tersebut akan dilanjutkan dengan kegiatan On the Job
Training (OJT) di masing- masing Rumah Sakit yang dilatih yang semula
direncanakan 3 (tiga) tahap menjadi 1 (satu) tahap akibat keterbatasan dana.
Sebagai tindak lanjut perlu dilakukan pelatihan serupa pada tahap
berikutnya di propinsi lainnya hingga tahun 2009 untuk meningkatkan
keterampilan bagi tim PONEK di RS Kab/Kota (Dsp. Anak, Dsp. Kebidanan dan
Kandungan, Bidan dan Perawat) dalam rangka mendukung pelaksanaan
program PONEK di RSU Kabupaten/Kota yang merupakan target UKP
Departemen Kesehatan sebesar 75% pada tahun 2009 dengan melibatkan
JNPK-KR, POGI dan IDAI.
Diharapkan dari ke dua tahap Pelatihan PONEK tersebut dihasilkan para
pelatih regional yang mampu menjadi pelatih bagi Tim PONEK Rumah Sakit
yang belum dilatih di wilayah masing-masing. Dengan demikian jumlah Tim
PONEK Rumah Sakit yang dilatih dapat cepat bertambah dengan dukungan
dana dekonsentrasi pemerintah daerah untuk akselerasi pencapaian target
tahun 2009 tersebut.
Selain dari itu, saat ini Indonesia tengah menghadapi wabah bencana
non alam COVID-19. Pedoman ini merupakan salah satu panduan bagi pemberi
layanan dalam penatalaksanaan kasus emerging ibu hamil, ibu bersalin dan
bayi baru lahir dalam memberikan pelayanan sesuai standar dalam masa social
distancing di fasilitas PONEK Rumah Sakit.
Selanjutnya diharapkan Pedoman Penyelenggaraan PONEK di Rumah
Sakit ini dapat dijadikan panduan bagi Tim PONEK Rumah Sakit dalam
pelaksanaan program PONEK di RS Kabupaten / Kota serta bagi Dinas
Kesehatan Propinsi / Kabupaten / Kota dapat dipergunakan untuk menurunkan
7. 4
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di wilayah
kerjanya.serta sebagai pedoman pemberi layanan bagi ibu hamil, ibu bersalin
dan bayi baru lahir dalam menjalankan pelayanan sesuai dengan prinsip-prinsip
pencegahan penularan COVID-19.
B. TUJUAN PEDOMAN
1. Tujuan Umum
Terpenuhinya standar Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency
Komprehensif (PONEK) dalam rangka menurunkan angka kematian bayi dan
meningkatkan kesehatan ibu.
2. Tujuan Khusus
a. Terstandarnya pedoman ketenagaan di PONEK.
b. Terstandarnya pedoman sarana prasarana di PONEK.
c. Tersusunnya panduan 10 penyakit terbesar di setiap instalasi pelayanan
PONEK.
d. Tersusunnya panduan PONEK pada kasus emergyn
C. RUANG LINGKUP PELAYANAN
Ruang lingkup pelayanan PONEK di RS dimulai dari garis depan/IGD
dilanjutkan ke kamaroperasi/ruang tindakan sampai ke ruang perawatan.
Secara singkat dapat dideskripsikan sebagai berikut:
1 Stabilisasi di IGD dan persiapan untuk pengobatan definitif.
2 Penanganan kasus gawat darurat oleh tim PONEK RS di ruang tindakan.
3 Penanganan operatif cepat dan tepat meliputi laparatomi dan seksio sesaria.
4 Perawatan intermediatedan intensif ibu dan bayi.
5 Pelayanan Asuhan Ante Natal Risiko Tinggi.
6 Pelayanan Asuhan pada kasus emergyn
D. BATASAN OPERASIONAL
1 PONEK adalah pelayanan obstetric neonatal emergensi komprehensif.
2 IGD adalah instalasi gawat darurat yang dapat melayani
penanganan kasus kegawatdaruratan maternal dan neonatal serta
pelayanan ginekologis.
8. 5
3 HCU adalah High care unit. Dapat melayani pengawasan gawat nafas,
perawatan ibu hamil/nifas dengan PEB atau eklampsia Iminens dan
pemantauan terapi cairan .
4 Instalasi rawat inap mencakup ruang perinatology dan ruang nifas (post natal)
5 Pelayanan penunjang medik meliputi instalasi laboratorium yang mencakup
pelayanan darah (bekerja sama dengan Bank Darah PMI ) dan Instalasi
Radiologi.
6 Pelayanan dalam penatalaksanaan kasus emergency ibu hamil, ibu bersalin
dan bayi baru lahir dalam memberikan pelayanan sesuai standar dalam
masa social distancing di fasilitas PONEK Rumah Sakit dengan prinsip-
prinsip pencegahan penularan COVID-19.
E. LANDASAN HUKUM
Dasar hukum yang digunakan dalam penyusunan ini adalah sebagai berikut :
1 Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan mengeluarkan Standar
Akreditasi Rumah Sakit Nomor HK.02.04/I/2790/11 tentang Standar
Akreditasi Rumash Sakit;
2 Keputusan Komisi Akreditasi Rumah Sakit tahun 2012 tentang Panduan
Penyusunan Dokumen Akreditasi
3 Undang - undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004 tentang
praktek kedokteran
4 KEPMENKES RI no 1333/MENKES/SK/XII/1999 tentang Standar pelayanan
Rumah Sakit.
5 DIRJEN YANMED, DEPKES RI, 2007 tentang Pedoman,
penyelenggaraan PONEK di rumah Sakit,
6 DIRJEN YANMED, DEPKES RI, 2007 tentang Pedoman Pelaksanaan
Perlindungan Ibu dan Bayi secara Terpadu dan Paripurna menuju Rumah
Sakit Sayang Ibu dan bayi
7 Kepmenkes RI No. 1457/menkes/SK/X/2003 tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan Di Kabupaten/Kota
8 Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1202/Menkes/SK/VII/2003 tentang
Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan Indikator Provinsi
Sehat dan Kabupaten/Kota sehat.
9 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2020 tentang Pedoman
9. 6
Bagi Ibu Hamil, Ibu Nifas, dan bayi Baru Lahir Selama Social Distancing.
10 Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit tahun 2020
tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease
(COVID-19)
11 Standar Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) tentang
Rekomendasi Penanganan Infeksi Virus Corona (Covid-19) pada Maternal.
10. 7
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA
Kualifikasi sumber daya manusia di Tim PONEK adalah :
1. Ketua Tim PONEK
a. Pendidikan minimal dokter spesialis obgyn
b. Memiliki Surat Tanda Registrasi
c. Memiliki kemampuan manajerial
d. Masa kerja minimal 2 tahun
e. Telah mengikuti dan memiliki sertifikat PONEK
2. Dokter Spesialis Obgyn
a. Pendidikan dokter spesialis
b. Memiliki Surat Tanda Registrasi
c. Memiliki Surat Ijin Praktik di Rumah Sakit Ibu dan Anak Nuraida
3. Dokter Spesialis Anak
a. Pendidikan dokter spesialis anak
b. Memiliki Surat Tanda Registrasi
c. Memiliki Surat Ijin Praktik di Rumah Sakit Ibu dan Anak Nuraida
4. Dokter Umum
a. Pendidikan dokter
b. Memiliki Surat tanda Registrasi
c. Memiliki Surat ijin Praktik
d. Telah mengikuti dan memiliki sertifikat PONEK
e. Telah mengikuti dan memiliki Sertifikat ACLS atau ATLS
5. Koordinator Ruangan
a. Pendidikan minimal D III Kebidanan
b. Memiliki Surat tanda Registrasi
c. Memiliki sertifikat pelatihan PONEK
d. Memiliki kompetensi yang baik dalam melakukan tindakan pelayanan
e. Pengalaman bekerja sebagai pelaksana minimal 1 tahun
11. 8
6. Pelaksana
a. Pendidikan minimal S1 kedokteran (bagi dokter)
b. Pendidikan minimal D III Kebidanan (bagi bidan)
c. Pendidikan minimal DIII Keperawatan (bagi perawat)
d. Memiliki Surat tanda Registrasi
e. Bersedia bekerja dengan sistem shift
f. Dapat melakukan Bantuan Hidup Dasar
g. Dapat melakukan pelayanan PONEK sesuai dengan kompetensi
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
1. Terdapat dokter spesialis yang telah melakukan pelatihan PONEK yaitu
dokter spesialis:
a. Dokter spesialis obstetric ginekologi
b. Dokter spesialis anak
c. Dokter spesialis anestesi
2. Terdapat dokter umum yang telah melakukan pelatihan PONEK
3. Terdapat bidan dan perawat yang telah melakukan pelatihan PONEK
C. PENGATURAN JAGA
1. Ketua tim PONEK, berjaga sesuai dengan shift nya kemudian bila terjadi
kasus gawat darurat dikonsulkan kepada dokter spesialis lain yang berjaga.
2. Koordinator ruangan, jaga pagi yaitu jam 07.00-15.00
3. Dalam pengaturan jaga dokter pelayanan PONEK 24 jam terbagi 2 shift yaitu
a. Shift Pagi : 07.00 – 14.00 WIB
b. Shift Siang : 14.00 - 21.00 WIB
c. Shift Malam : 21.00 – 07.00 WIB
4. Dalam pengaturan jaga pelaksana (bidan/perawat) pelayanan PONEK 24
jam terbagi 3 shift yaitu :
a. Shift Pagi : 07.00 – 14.00 WIB
b. Shift Sore : 14.00 – 21.00 WIB
c. Shift Malam : 21.00 – 07.00 WIB
5. Dokter Obgyn, Dokter Anak, dan Dokter Anastesi sesuai dengan jadwal
konsulen yang terdapat pada jadwal hari tersebut.
12. 9
a. Untuk dokter obgyn, jika konsulen pertama tidak bisa dihubungi 2x15
menit, maka dialihkan ke konsulen ke-2.
b. Untuk dokter anak, jika konsulen pertama tidak bisa dihubungi 3x10 menit,
maka dialihkan ke konsulen ke-2.
c. Untuk dokter anastesi, jika konsulen pertama tidak bisa dihubungi 3x15
menit, maka dialihkan ke konsulen ke-2.
13. 10
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. DENAH RUANGAN
B. STANDAR FASILITAS
Menurut Departemen Kesehatan RI (2008), dalam rangka Program
Menjaga Mutu pada penyelenggaraan PONEK harus dipenuhi hal-hal
sebagai berikut:
1. Ruang rawat inap yang leluasa dan nyaman
2. Ruang tindakan gawat darurat dengan instrumen dan bahan yang lengkap
3. Ruang pulih/observasi pasca tindakan
4. Protokol pelaksanaan dan uraian tugas pelayanan termasuk
koordinasi internal Standar fasilitas berdasarkan kriteria ruangan dan
peralatan pelayanan PONEK adalah sbb :
a. Kriteria Umum Ruangan:
1) Struktur Fisik
a) Spesifikasi ruang tidak kurang dari 15-20 m2
b) Lantai harus ditutup dengan lantai porselen atau plastik
c) Dinding harus ditutup dengan porselen atau dicat dengan bahan
yang bisa dicuci atau dilapisi keramik.
T
14. 11
2) Kebersihan
a) Cat dan lantai harus berwarna terang sehingga kotoran dapat
terlihat dengan mudah
b) Ruang harus bersih dan bebas debu, kotoran, sampah atau limbah
rumah sakit
c) Hal tersebut berlaku pula untuk lantai, mebel, perlengkapan,
instrumen, pintu, jendela, dinding, steker listrik dan langit-langit.
3) Pencahayaan
a) Pencahayaan harus terang dari cahaya alami atau listrik
b) Semua jendela harus diberi kawat nyamuk agar serangga tidak
masuk
c) Listrik harus berfungsi baik, kabel dan steker tidak membahayakan
dan semua lampu berfungsi baik dan kokoh
d) Tersedia lampu emergensi
e) Harus ada cukup lampu untuk setiap neonatus.
4) Ventilasi
a) Ventilasi, termasuk jendela, harus cukup jika dibandingkan dengan
ukuran ruang
b) Kipas angin atau pendingin ruang harus berfungsi baik
c) Suhu ruangan harus dijaga pada 24-26ºC
d) Pendingin ruang harus dilengkapi filter (sebaiknya anti bakteri).
5) Pencucian tangan
a) Wastafel harus dilengkapi dengan dispenser sabun atau
desinfektan yang dikendalikan dengan siku atau kaki
b) Wastafel, keran dan dispenser harus dipasang pada ketinggian
yang sesuai (dari lantai dan dinding)
c) Tidak boleh ada saluran pembuangan air yang terbuka
d) Pasokan air panas harus cukup dan dilengkapi pemanas air yang
dipasang kokoh di dinding, pipa ledeng sesuai dan tidak ada
kawat terbuka
e) Harus ada handuk (kain bersih) atau tisu untuk mengeringkan
tangan, diletakkan di sebelah westafel.
b. Kriteria Khusus Ruangan:
1) Area Cuci Tangan di Ruang Obstetri dan Neonatus
15. 12
Di ruang dengan lebih dari satu tempat tidur, jarak tempat tidur adalah
6 meter dengan wastafel.
2) Area Resusitasi dan Stabilisasi di Ruang Obstetri dan Neonatus/ IGD
a) Paling kecil, ruangan berukuran 6 m2 dan ada di dalam Unit
Perawatan Khusus.
b) Kamar PONEK di instalasi Gawat Darurat harus terpisah dari
kamar gawat darurat lain. Sifat privasi ini penting untuk kebutuhan
ibu bersalin dan bayi.
c) Tujuan kamar ini ialah: memberikan pelayanan darurat untuk
stabilisasi kondisi pasien, misalnya syok, henti jantung, hipotermia,
asfiksia dan apabila perlu menolong partus darurat serta
resusitasi.
d) Perlu dilengkapi dengan meja resusitasi bayi, inkubator dan
peralatan resusitasi lengkap.
e) Kamar PONEK membutuhkan:
Ruang berukuran 15 m2
Berisi: lemari dan troli darurat
Tempat tidur bersalin serta tiang infus
Inkubator transport
Meja dan kursi
Aliran udara yang bersih dan sejuk
Pencahayaan
Lampu sorot
Suction
Defibrilator
Oksigen dan tabungnya atau berasal dari sumber dinding
(outlet)
Lemari yang berisi: perlengkapan persalinan, vakum, forsep,
kuret, obat/cairan infus
Alat resusitasi dewasa dan bayi
Wastafel dengan air mengalir dan antiseptik
Alat komunikasi dan telepon ke kamar bersalin
Nurse station dan lemari rekam medik
16. 13
USG mobile.
f) Sarana Pendukung, meliputi: toilet, kamar tunggu keluarga, kamar
persiapan peralatan (linen dan instrumen), kamar jaga, ruang
sterilisator dan jalur ke ruang bersalin terletak saling berdekatan
dan merupakan bagian dari instalasi gawat darurat.
g) Masing - masing area resusitasi untuk maternal dan neonatal
paling kecil berukuran 6 m2.
3) Ruang Maternal Instalasi persalinan
a) Lokasi berdekatan dengan Kamar Operasi dan IGD
b) Luas minimal: 6 m2 per orang. Berarti bagi pasien 1 pasien, 1
penunggu dan 2 penolong, diperlukan 4 x 4 m2 = 16 m2.
c) Paling kecil, ruangan berukuran 12 m2 ( 6 m2 untuk masing-masing
pasien)
d) Harus ada tempat untuk isolasi ibu di tempat terpisah.
e) Ruangan bersalin tidak boleh merupakan tempat lalu lalang orang.
f) Bila kamar operasi juga ada dalam lokasi yang sama, upayakan
tidak ada petugas melintas pada ruang bersalin.
g) Minimal 2 bed bersalin.
h) Kamar bersalin terletak sangat dekat dengan kamar neonatal,
untuk memudahkan transport bayi dengan komplikasi ke ruang
rawat.
i) Idealnya sebuah ruang bersalin merupakan unit terintegrasi: kala
1, kala 2 dan kala 3 yang berarti setiap pasien diperlukan utuh
sampai kala 4 bagi ibu bersama bayinya secara privasi. Bila tidak
memungkinkan, maka diperlukan dua kamar kala 1 dan sebuah
kamar kala 2.
j) Kamar bersalin harus dekat dengan ruang jaga perawat (nurse
station) agar memudahkan pengawasan ketat setelah pasien
partus sebelum dibawa ke ruang rawat (postpartum). Selanjutnya
bila diperlukan operasi, pasien akan dibawa ke kamar operasi
yang berdekatan dengan kamar bersalin.
k) Harus ada kamar mandi-toilet berhubungan dengan kamar
bersalin.
l) Ruang postpartum harus cukup luas, standar: 8 m2 per tempat
17. 14
tidur (bed) dalam kamar dengan multibed atau standar 1 bed
minimal : 10m2.
m) Ruang tersebut terpisah dari fasilitas : toilet, kloset, lemari.
n) Pada ruang dengan banyak tempat tidur, jarak antar tempat tidur
minimum 1m s/d 2 m dan antara dinding 1 m.
o) Jumlah tempat tidur per ruangan maksimum 4.
p) Tiap ruangan harus menpunyai jendela sehingga cahaya dan
udara cukup.
q) Harus ada fasilitas untuk cuci tangan pada tiap ruangan.
r) Tiap pasien harus punya akses ke kamar mandi privasi (tanpa
kekoridor).
s) Kamar periksa/diagnostik berisi: tempat tidur pasien/obgin, kursi
pemeriksa, meja, kursi, lampu sorot, troli alat, lemari obat kecil,
USG mobile dan troli emergensi.
t) Kamar periksa harus mempunyai luas sekurang-kurangnya 11 m2.
Bila ada beberapa tempat tidur maka per pasien memerlukan 7
m2. Perlu disediakan toilet yang dekat dengan ruang periksa.
u) Ruang perawat (nurse station) berisi: meja, telepon, lemari berisi
perlengkapan darurat/ obat.
v) Ruang isolasi bagi kasus infeksi perlu disediakan seperti pada
kamar bersalin.
w) Ruang tindakan operasi kecil/darurat/one day care: untuk kuret,
penjahitan dan sebagainya berisi: meja operasi lengkap, lampu
sorot, lemari perlengkapan operasi kecil, wastafel cuci operator,
mesin anestesi, inkubator, perlengkapan kuret (MVA) dsb.
x) Ruang tunggu bagi keluarga pasien: minimal 15 m2, berisi meja,
kursi serta telepon.
4) Ruang Neonatal (Bayi)
Unit Perawatan Bayi Sehat
a) Ruangan terpisah (ruang perawatan neonatus) atau rawat gabung
ibu bayi harus tersedia di semua RS atau pusat kesehatan dengan
unit atauruang bersalin (tidak memandang berapa jumlah
persalinan setiaphari)
b) Jumlah boks bayi harus melebihi jumlah persalinan rata-rata setiap
18. 15
hari
c) Suhu dalam ruangan harus terkontrol (24 – 26°C)
Unit Perawatan Bayi Sakit
a) Unit asuhan khusus harus dekat dengan ruang bersalin, bila tidak
memungkinkan kedua ruangan harus berada di gedung yang
sama danharus jauh dari tempat lalu lintas barang/orang.
b) Area yang diperlukan tidak boleh < 12 m2 (4 m2 untuk tiap pasien)
c) Unit harus memiliki kemampuan untuk mengisolasi bayi:
Area terpisah
Area terpisah dalam 1 unit
Inkubator di area khusus
d) Ruang harus dilengkapi paling sedikit enam steker listrik yang
dipasangdengan tepat untuk peralatan listrik. Steker harus mampu
memasokbeban listrik yang diperlukan, aman dan berfungsi baik.
e) Minimal harus ada jarak 1 meter antar inkubator atau tempat
tidurbayi.
5) Area Laktasi
Minimal ruangan berukuran 6 m2, dilengkapi dengan kursi, wastafel
dan tempat sampah.
6) Ruang Operasi
a) Unit operasi diperlukan untuk tindakan operasi seksio sesarea dan
laparotomi.
b) Idealnya sebuah kamar operasi mempunyai luas: 25 m dengan
lebar minimum 4 m, di luar fasilitas: lemari dinding. Unit ini
sekurang-kurangnya ada sebuah bagi bagian kebidanan.
c) Harus disediakan unit komunikasi dengan kamar bersalin. Di
dalam kamar operasi harus tersedia: inkubator dan perlengkapan
resusitasi dewasa dan bayi.
d) Ruang resusitasi ini berukuran: 3 m2. Harus tersedia 6 sumber
listrik.
e) Kamar pulih ialah ruangan bagi pasien pasca bedah dengan
standarluas: 8 m2 per bed, sekurang-kurangnya ada 2 tempat
tidur, selain itu isi ruangan ialah: meja, kursi perawat, lemari obat,
19. 16
mesin pemantau (tensi, nadi, oksigen), tempat rekam medik,
inkubator bayi, dan troli darurat.
f) Harus dimungkinkan pengawasan langsung dari meja perawat
ketempat pasien. Demikian pula agar keluarga dapat melihat
melalui kaca.
g) Perlu disediakan alat komunikasi ke kamar bersalin dan kamar
operasi, serta telepon. Sekurang-kurangnya ada 4 sumber listrik
per bed.
h) Fasilitas pelayanan berikut perlu disediakan untuk unit operasi:
Nurse station
Ruang kerja kotor yang terpisah dari ruang kerja bersih, ruang
ini berfungsi membereskan alat dan kain kotor. Perlu disediakan
tempat cuci wastafel besar untuk cuci tangan dan fasilitas air
panas/dingin. Ada meja kerja, kursi, dan troli.
pembuangan kotoran/cairan.
Kamar pengawas OK : 10 m2
Ruang tunggu keluarga: tersedia kursi, meja dan toilet.
Kamar sterilisasi yang berhubungan dengan kamar operasi.
Ada autoklaf besar berguna bila darurat.
Kamar obat berisi lemari dan meja untuk distribusi obat.
i) Ruang cuci tangan (scrub) sekurangnya untuk dua orang, terdapat
di depan kamar operasi/kamar bersalin. Wastafel itu harus
dirancang agar tidak membuat basah lantai. Air cuci tangan
dianjurkan air yang mengalir.
j) Ruang kerja bersih. Ruang ini berisi meja dan lemari berisi linen,
baju dan perlengkapan operasi. Juga terdapat troli pembawa linen.
k) Ruang gas/ tabung gas.
l) Gudang alat anestesi: alat/mesin yang sedang direparasi,
dibersihkan, meja dan kursi.
Gudang 12 m2: tempat alat-alat kamar bersalin dan kamar
operasi.
Kamar ganti: pria dan wanita masing-masing 12 m2, berisi loker,
meja, kursi dan sofa/tempat tidur, ada toilet 3 m2.
20. 17
Kamar diskusi bagi staf dan paramedik: 15 m2.
Kamar jaga dokter: 15 m2.
Kamar paramedik: 15 m2.
Kamar rumah tangga (house keeping): berisi lemari, meja,
kursi, peralatan mesin isap, sapu, ember, perlengkapan
kebersihan, dsb.
Ruang tempat brankar dan kursi dorong.
7) Ruang Penunjang harus disediakan seperti :
a) Ruang perawat/bidan
b) Kantor perawat
c) Ruang rekam medik
d) Toilet staff
e) Ruang staff medik
f) Ruang loker staf/perawat
g) Ruang rapat/konferensi
h) Ruang keluarga pasien
i) Ruang cuci
j) Ruang persiapan diperlukan bila ada kegiatan persiapan alat/bahan
k) Gudang peralatan
l) Ruang kotor (peralatan) harus terpisah dari ruang cuci/steril.
Ruangini mempunyai tempat cuci dengan air panas-dingin, ada
meja untuk kerja.
m) Ruang obat: wastafel, meja kerja dsb.
n) Ruang linen bersih.
o) Dapur kecil untuk pembagian makan pasien.
c. Kriteria Peralatan dan Perlengkapan Umum:
1) Area Cuci tangan
a) Wastafel
Wastafel cuci tangan ukuranya cukup besar sehingga air tidak
terciprat dan dirancang agar air tidak tergenang atau tertahan.
b) Wadah gaun bekas
c) Rak/gantungan pakaian
d) Rak sepatu
21. 18
e) Lemari untuk barang pribadi
f) Wadah tertutup dengan kantung plastik. Harus disediakan wadah
terpisah untuk limbah organik dan non organik
g) Sabun
Tersedia sabun dalam jumlah cukup, lebih disukai sabun cair
antibakteri dalam dispenser dengan pompa.
h) Handuk
Ada handuk untuk mengeringkan tangan. Dapat berupa kain
bersih atau tisu.
2) Area Resusitasi dan Stabilisasi di Ruang Neonatus/IGD
a) Steker listrik
Ruang harus dilengkapi paling sedikit tiga steker yang dipasang
dengan tepat untuk peralatan listrik
Steker harus mampu memasok beban listrik yang diperlukan,
aman dan berfungsi baik.
b) Meja periksa untuk neonatus
Meja harus ditutup dengan lapisan kasur busa, lembar plastik
utuh dan seprai bersih.
Bagian logam harus bebas karat.
c) Jam dinding
Harus menunjukkan waktu yang tepat dan berfungsi baik.
d) Meja Perlengkapan
e) Selimut
Harus ada cukup selimut untuk menutupi ibu dalam jumlah yang
sesuai dengan perkiraan persalinan.
f) Perlengkapan
g) Pasokan oksigen
d. Kriteria Peralatan dan Perlengkapan Khusus:
1) Unit Perawatan Khusus
a) Steker listrik
Ruang harus dilengkapi paling sedikit enam steker yang dipasang
dengan tepat untuk peralatan listrik. Steker harus mampu
memasok beban listrik yang diperlukan, aman dan berfungsi baik.
22. 19
b) Mebel Lemari instrument
Harus ada satu lemari dan meja untuk penyimpanan bahan
pasokan umum, selain dari lemari dan meja untuk menyimpan
bahan-bahan untuk ruang isolasi.
Rak dan lemari kaca tidak boleh retak (agar tidak luka)
c) Lemari es
d) Meja
Harus ada meja di area administrasi dan penyuluhan.
Harus dicat dengan bahan yang dapat dibersihkan / dicuci.
e) Kursi
Harus ada tiga kursi di area administrasi dan edukasi yang
berfungsi baik.
f) Wadah sampah tertutup dengan kantong plastik.
g) Jam dinding
Harus menunjukkan waktu yang tepat dan berfungsi baik.
h) Pasokan oksigen dan medical air/ udara tekan.
i) Lampu darurat
j) Inkubator, asuhan normal
Paling sedikit harus ada 3 inkubator yang berfungsi baik.
Paling sedikit harus ada jarak 1 m2 antara inkubator atau
tempat tidur bayi
k) Penghangat (Radiant warmer)
Paling sedikit harus ada satu penghangat yang berfungsi baik.
l) Timbangan bayi
Paling sedikit harus ada satu timbangan bayi yang berfungsi baik
disetiap ruangan.
m) Alat / Instrumen
Harus ada ekstraktor vakum yang berfungsi.
Ada forceps naegle
Ada Aspirasi Vakum Manual (AVM)
Harus ada pompa vakum listrik yang dapat dibawa dengan
pengatur
Hisapan, selang dan reservoar bersih atau kanister sebagai
23. 20
cadangan.
n) Pulse Oximeter
o) Generator listrik darurat
Harus ada generator listrik cadangan yang dioperasikan jika
pasokan listrik utama tidak ada.
2) Kamar bersalin
Harus ada wastafel besar untuk cuci tangan penolong dan sumber
listrik sebanyak 4 pada titik yang berbeda.
e. Jenis Peralatan Neonatal
1) Peralatan resusitasi neonatus (pemanas, balon resusitasi,
balonresusitasi yang dilengkapi dengan alat untuk memberikan
PEEP, selang oksigen/connector, masker, T-Piece resusitator, pipa
ET, penghisap.
2) Laringoskop neonatus dengan 3 bilah lurus (ukuran 1, 0 dan 00).
Batere AA (cadangan) untuk bilah laringoskop dan bola lampu
laryngoskop cadangan.
3) Minimal 5 inkubator termasuk inkubator neonatal sakit dengan
asumsi 1 ruangan minimal 12 m2, dengan maksimal 3 inkubator,
tersedia:
a) unit terapi sinar
b) pulse oksimeter
c) syringe pump
d) steker 8 buah untuk setiap inkubator
4) Untuk setiap setiap inkubator harus tersedia:
a) 1 outlet oksigen pada neonatal sakit
b) 1 outlet udara bertekanan pada neonatal sakit
c) 1 penghisap pada neonatal sakit
1) 2 unit alat terapi sinar konvensional dan atau intensif
2) 1 alat pengukur ikterus
3) Alat pemeriksa glukosa
4) Complete set Nasal CPAP
5) Tabung oksigen cadangan/konsentrator oksigen
6) Tabung medical air cadangan
24. 21
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN
Tata laksana pelayanan dalam PONEK diantaranya pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal adalah sbb:
A. Tata Laksana Pelayanan Kehamilan
Menurut Departemen Kesehatan RI (2018), petugas kesehatan melakukan
pelayanan kehamilan sesuai dengan standar pelayanan antenatal, diantaranya:
a. Melakukan anamnesis secara lengkap, yaitu :
1) Riwayat kehamilan sekarang
2) Riwayat obstetri masa lalu
3) Riwayat penyakit
4) Riwayat sosial ekonomi
b. Melakukan pemeriksaan
1) Pemeriksaan fisik umum
2) Pemeriksaan luar (abdomen)
3) Pemeriksaan dalam, bila diperlukan
4) Pemeriksaan laboratorium dan penunjang diagnostik
c. Melakukan assessment/diagnosa
d. Mengupayakan kehamilan yang sehat, yaitu
1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang janin.
2) Ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali selama kehamilan.
3) Ibu mengikuti kelas ibu
4) Memberikan nutrisi yang adekuat
e. Melakukan deteksi dini adanya ketidak normalan atau komplikasi yang mungkin
terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan
pembedahan serta melakukan penatalaksanaan awal serta rujukan bila
diperlukan.
f. Memberikan pelayanan/asuhan standar minimal termasuk “10T” yaitu :
1) Timbang berat badan
2) Ukur Tekanan darah
3) Ukur Tinggi fundus uteri
4) Pemberian imunisasi (Tetanus Toksoid )TT lengkap
5) Pemberian Tablet zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan
25. 22
6) Tetapkan status gizi (Lila)
7) Test terhadap Penyakit Menular Seksual
8) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin
9) Tatalaksana kasus
10) Temu wicara dalam rangka persiapan rujuk
g. Ibu hamil, suami dan keluarga mengetahui tanda bahaya kehamilan dan
mengetahui apa yang harus dilakukan.
h. Persiapan persalinan yang aman dan bersih
1) Selalu melakukan personal hygiene
2) Pakaian dalam diganti minimal 2x sehari
3) Merencanakan pertolongan persalinan ke sarana kesehatan
i. Perencanaan antisipatif dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi
komplikasi
j. Pelayanan antenatal dapat melakukan penanganan pasien dengan :
1) Penanganan pasien dengan abortus
2) Penanganan pasien dengan kehamilan ektopik (KE)
3) Penanganan pasien dengan kehamilan ektopik terganggu (KET)
4) Penanganan pasien dengan hipertensi
5) Penanganan pasien dengan preeklamsia/eklamsia
6) Penanganan pasien dengan placenta previa
7) Penanganan pasien dengansolutio placenta
8) Penanganan pasien dengan rupture uteri
9) Penanganan pasien dengan kehamilan metabolic
10) Penanganan pasien dengan kelainan vascular/jantung
11) Penanganan pasien dengan kasus emerging
B. Tata Laksana Pelayanan persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.
Pengkajian awal pada pelayanan persalinan adalah :
1 Melakukan anamnesis: identitas pasien, keluhan utama, riwayat persalinan,
riwayat kebidanan, riwayat medik, riwayat sosial, riwayat kehamilan terdahulu,
terakhir kali makan atau minum, lama istirahat/tidur, melakukan screening covid-
19 (riwayat demam, batuk, pilek dan riwayat kontak dengan kasus emergin dalam
26. 23
2 minggu terakhir))
2 Melakukan pemeriksaan fisik: tanda-tanda vital, konjungtiva dan sklera,
pemeriksaan abdomen: tinggi fundus, kontraksi uterus, denyut jantung janin,
pemeriksaan CTG sesuai indikasi, pemeriksaan dalam, pemeriksaan edema dan
varises pada tangan dan kaki.
3 Membuat diagnosis: diambil kesimpulan dari hasil anamnesa pasien dan hasil
pemeriksaan fisik, gravida berapa, pernah partus berapa kali dan pernah abortus
berapa kali, parturien berapa minggu dan dalam kala berapa serta dalam fase
apa, misalnya G5P3A1 H 39 minggu kala 1 fase laten atau G3P1A1 H 38 minggu
kala II.
4 Membuat planning dan implementasi :
a) memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga
b) pemantauan/observasi tanda vital, His, DJJ dan kemajuan persalinan yaitu:
Kala I Tens
i
Nadi Respira
si
Suhu His DJJ Periksa
Dalam
Partograf
LATEN
Normal 4 jam 4 jam 4 jam 4 jam 1 jam 1 jam 4 jam -
Induksi 4 jam 4 jam 4 jam 4 jam 30
menit
30
menit
4 jam -
AKTIF
Normal 4 jam 30
menit
4 jam 2 jam 30
menit
30
menit
4 jam Wajib
Induksi 4 jam 30
menit
4 jam 2 jam 30
menit
30
menit
4 jam Wajib
KALA I
1) Berikan nutrisi dan hidrasi pada ibu, atau bisa dibantu oleh keluarga
2) Berikan dukungan pada keluarga
3) Memastikan kembali partus set, hecting set dan alat perlindungan diri serta obat
essensial siap pakai dan lengkap
4) Memberikan informasi tentang inisiasi nenyusui dini dan kontrasepsi
5) Kolaborasi dengan dokter obgyn apabila tidak ada kemajuan persalinan dan
partograf telah berada dalam garis bertindak.
27. 24
KALA II :
Kala II adalah kala persalinan dimana pembukaan sudah lengkap, yangdilakukan bidan
adalah :
KEMAJUAN PERSALINAN KONDISI IBU PASIEN KONDISI JANIN
- Usaha mengedan
- Palpasi kontraksi uterus (kontrol
setiap 10 menit):
a. Frekuensi
b. Lamanya
c. Kekuatan
- Periksa nadi dan tekanan darah
setiap 30 menit
- Respon keseluruhan pada kala 2:
a. Keadaan dehidrasi
b. Perubahan sikap/perilaku
c. Tingkat tenaga (yang dimiliki)
- Periksa DJJ setiap 15 menit
/ lebih sering dilakukan
dengan semakin dekatnya
kelahiran
- Penurunan presentasi dan
perubahan posisi
- Warna cairan tertentu
1) Pada kala II di pimpin mengedan apabila : kepala janin sudah tampak di vulva
dengan diameter 5-6 cm, apabila kepala belum tampak di vulva maka ibu boleh
mengedan dalam posisi miring kiri.
2) Memberikan dukungan terus menerus kepada ibu
3) Menjaga personal hygiene
4) Menyiapkan posisi ibu saat bersalin
5) Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan meneran dengan
posisi setengah duduk
6) Menolong kelahiran dengan persalinan yang bersih dan aman
7) Selama persalinan normal, intervensi hanya dilaksanakan jika benar-
benar dibutuhkan.Prosedur ini hanya dibutuhkan jika ada infeksi atau penyulit
8) Melakukan inisiasi menyusui dini selama 1 jam bila apgar score bayi bagus.
Kala III
1) Palpasi uterus untuk menentukan apakah ada bayi kedua: jika ada, tunggu sampai
bayi kedua lahir.
2) Memberikan oksitosin 10 iu im dalam waktu 1 menit. Apabila placenta belum lahir
setelah 15 menit maka dapat diulangi oksitocin 10 iu im kedua.
3) Menjepit dan menggunting tali pusat
4) Menilai apakah bayi baru lahir dalam keadaan stabil, jika tidak, lakukan resusitasi
segera dan apabila bayi langsung menangis maka lakukan inisiasi menyusui dini
selama 1 jam.
5) Melakukan peregangan tali pusat terkendali (PTT)
6) Masase fundus 15 detik
28. 25
Kala IV
1) Periksa fundus, plasenta, selaput ketuban, perineum, perdarahan, lokhea,
kandung kemih, kondisi ibu, kondisi bayi baru lahir.
2) Berikan nutrisi dan hidrasi
3) Melanjutkan inisiasi menyusui dini selama 1 jam
4) Melakukan personal hygiene
5) Dokumentasi dan dekontaminasi alat.
C. Tata Laksana Pelayanan nifas
Masa nifas dimulai setelah kelahiran placenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama
kira-kira 6 minggu.
Pada masa ini terjadi perubahan-perubahan fisiologis, yaitu :
1. Perubahan fisik
2. Involusi uterus dan pengeluaran lokhia
3. Laktasi/pengeluaran air susu ibu
4. Perubahan system tubuh lainnya
5. Perubahan psikis Pemeriksaan pada ibu nifas :
Umum Payudara Uterus Vulva/perineum
- Tekanan darah
- Denyut nadi
- Respirasi
- Suhu tubuh
- Tanda-tanda Anemia
- Tanda-tanda
- Edema/tromboflebitis
- Refleks
- Varises
- CVAT (Cortical-Vertebral
Area Tenderness)
- Putting susu:
pecah, pendek, rata
- Nyeri tekan
- Abses
- Pembengkakan/A
SI terhenti
- Pengeluaran ASI
- Posisi
uterus/ting
gi fundus
uteri
- Kontraks
i uterus
- Ukuran
kandung
kemih
- Pengeluaran
lokhia
- Luka
laserasi perineum
- Pembengkakan
- Luka
- Hemoroid
29. 26
6. Pelayanan masa post natal dapat melakukan pasien dengan :
a. Masa nifas
b. Demam pasca persalinan
c. Perdarahan pasca persalinan
d. Nyeri perut pasca persalinan
e. Keluarga berencana
D. Tata Laksana Rawat Gabung
Adalah suatu kegiatan yang membiarkan ibu dan bayi bersama terus menerus
selama di rumah sakit. Rawat Gabung merupakan pilihan terbaik untuk merawat bayi
dan ibu yang sehat karna dapat meningkatkan pemberian Asi,mengurangi resiko
infeksi,meningkatkan ikatan batin antara ibu dan bayi,dan memgurangi biaya yang
harus di keluarkan.
Rawat Gabung di bedakan menjadi dua jenis :
1. Rawat gabung penuh : suatu sistem perawatan ibu dan bayi bersama secara
terus menerus selama 24 jam.
2. Rawat gabung parsial : suatu sistem perawatan ibu dan bayi hanya beberapa jam
seharinya.
E. Tata Laksana Pelayanan Bayi Baru Lahir
Tujuan utama perawatan bayi segera sesudah lahir, adalah :
1. Membersihkan jalan napas
2. Memotong dan merawat tali pusat
3. Mempertahankan suhu tubuh bayi
4. Identifikasi
5. Pencegahan infeksi
6. Pemantauan bayi baru lahir :
a. Kemampuan menghisap kuat atau lemah
b. Bayi tampak aktif atau lunglai
c. Bayi kemerahan atau biru
d. Bayi kecil untuk masa kehamilan atau bayi kurang bulan
e. Gangguan pernafasan
f. Hipotermia
g. Infeksi
h. Cacat bawaan dan trauma lahir
30. 27
7. Pemeriksaan pada bayi baru lahir :
a. Pernafasan (normal,mendengkur,cuping hidung mengembang, penarikan
kembali tersengal-sengal?)
b. Berat badan dan panjang badan
c. Suhu badan
d. Repleks (mis.menghisap, rooting, menggenggam)
e. Warna kulit (kemerahan,biru,pucat,kuning)
f. Keadaan mata (jernih, berair, kuning)
g. Keadaan tali pusat (kering, mengeluarkan darah, dempet/tidak)
h. Fontanel
i. Kelainan (misalnya bibir/langit-langit sumbing, anus tidak berlubang
8. Pelayanan kesehatan neonatal dapat melakukan pasien dengan :
a. Hiperbilirubin
b. Asfixia
c. Trauma kelahiran
d. Hipoglikemi
e. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
f. Gangguan pernafasan
g. Pemberian minum pada bayi resiko tinggi
h. Pemberian cairan parenteral
i. Aspirasi mekonial
j. Inisiasi dini ASI (Breast Feeding)
k. Kangaroo Mother Care
l. Ibu dengan kasus emerging
F. Tata Laksana Pelayanan High Care Unit
1. Penanganan pada pasien Eklampsi
2. Penanganan pada pasien Perdarahan ante partum
3. Penanganan pada pasien Perdarahan post partum
4. Penanganan pada pasien Pre eklampsi berat
5. Penanganan pada pasien Syok
6. Penanganan pada pasien emergency
31. 28
G. Tata Laksana Pelayanan kesehatan Neonatal
1. Hiperbilirubinemi
2. Asfiksia
3. Trauma kelahiran
4. Hipoglikemi
5. Kejang sepsis neonatal
6. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
7. Gangguan pernapasan
8. Gangguan pendarahan
9. Renjatan (shock)
10. Aspirasi mekonium
11. Inisiasi dini ASI(BreastFeeding)
12. Kangaroo Mother Care
13. Resusitasi Neonatus
14. Pemberian minum pada bayi risiko tinggi
15. Ibu dengan kasus emergency
H. Tata Laksana Pelayanan Ginekologi
1. penanganan pasien dengan kehamilan ektopik
2. penanganan pasien dengan kista ovarium akut
3. penanganan pasien dengan infeksi saluran genitalia
4. penanganan pasien dengan radang pelvic akut
5. penanganan pasien dengan abses pelvik
6. penanganan pasien dengan infertilitas primer
7. penanganan pasien dengan endometriosis
8. penanganan pasien dengan perdarahan uterus disfungsi
9. penanganan pasien dengan perdarahan menoragi
10. Penanganan pasien dengan kasus emerging
I. Tata Laksana Pelayanan Kamar Operasi
1. Seksio sesarea
2. Perbaikan robekan dinding uterus
3. Reposisi inversio uteri
4. Histerektomi
5. Ligase arteri uteri
32. 29
6. Anestesi umum dan spinal untuk seksio sesaria
7. Pasien dengan kasus emerging
33. 30
J. Tata Laksana Pelayanan Penunjang Medik
1. Pelayanan Darah
a. Jenis Pelayanan
1) Pemantauan terapi cairan
b. Tempat Pelayanan
Bank Darah PMI
2. Perawatan Intensif
a. Jenis Pelayanan
1) Pemantauan terapi cairan
2) Pengawasan gawat nafas
b. Tempat Pelayanan
HCU Rumah Sakit Ibu dan Anak Nuraida
c. Kompetensi
Pelayanan pengelolaan resusitasi segera untuk pasien gawat, mencegah
penyulit pada pasien medik dan bedah yang berisiko serta pemantauan
kardiovaskuler sederhana.
d. Sumber Daya Manusia
1) Dokter jaga 24 jam dengan kemampuan melakukan resusitasi jantung paru.
2) Dokter Spesialis Anestesiologi
e. Ruang Pelayanan
Ruang Pelayanan High Care Unit 3m x 4m
3. Pemeriksaan Penunjang
a. USG
4. Laboratorium
a. Pemeriksaan rutin darah, urine
b. Kimia
c. Rapid test
34. 35
BAB V
LOGISTIK
A. KRITERIA UMUM RUANGAN
NO STRUKTUR FISIK
1. Spesifikasi ruang tidak kurang dari 15-20 m2
2. Lantai harus ditutup dengan lantai porselen atau plastik
3. Dinding harus ditutup dengan porselen atau dicat dengan bahan yang bisa
dicuci
atau dilapis keramik
B. KRITERIA KHUSUS RUANGAN
NO JENIS AREA DAN RUANG
1. Area Cuci Tangan di Ruang Obstetri dan Neonatus
Di ruang dengan lebih dari satu tempat tidur, jarak tempat tidur dengan
wastafel paling jauh 6 meter dan paling dekat 1 meter
2. Area Resusitasi dan Stabilisasi di Ruang Obstetri dan Neonatus/IGD
a) Paling kecil, ruangan berukuran 6 m2 dan ada di dalam Unit Perawatan
Khusus.
b) Kamar di Unit Gawat Darurat harus terpisah dari kamar gawat darurat
lain. Sifat privasi ini penting untuk kebutuhan perempuan bersalin dan
bayi.
c) Tujuan kamar ini ialah: memberikan pelayanan darurat untuk stabilisasi
kondisi pasien, misalnya syok, henti jantung, hipotermia, asfiksia dan
apabila perlu menolong partus darurat serta resusitasi.
d) Perlu dilengkapi dengan meja resusitasi bayi, inkubator dan peralatan
resusitasi lengkap.
e) Sarana Pendukung, meliputi: toilet, kamar tunggu keluarga, kamar
persiapan peralatan (linen dan instrumen), kamar kerja kotor, kamar
jaga, ruang sterilisator dan jalur ke ruang bersalin terletak saling
berdekatan dan merupakan bagian dari unit gawat darurat.
f) Masing - masing area resusitasi untuk maternal dan neonatal paling
35. 36
kecil berukuran 6 m2
3. Ruang Maternal
Instalasi
persalinan
a) Lokasi berdekatan dengan Kamar Operasi dan IGD
b) Luas minimal: 6 m2 per orang. Berarti bagi pasien 1 pasien, 1
penunggu dan 2 penolong, diperlukan 4 x 4 m2 = 16 m2.
c) Paling kecil, ruangan berukuran 12 m2 ( 6 m2 untuk masing-masing
pasien)
d) Harus ada tempat untuk isolasi ibu di tempat terpisah.
e) Tiap ibu bersalin harus punya privasi agar keluarga dapat hadir.
f) Ruangan bersalin tidak boleh merupakan tempat lalu lalang orang.
g) Bila kamar operasi juga ada dalam lokasi yang sama, upayakan tidak
ada keharusan melintas pada ruang bersalin.
h) Minimal 2 kamar bersalin terdapat pada setiap rumah sakit umum.
i) Kamar bersalin terletak sangat dekat dengan kamar neonatal,
untuk memudahkan transpor bayi dengan komplikasi ke ruang rawat.
Idealnya sebuah ruang bersalin merupakan unit terintegrasi: kala 1,
kala 2 dan kala 3 yang berarti setiap pasien diperlukan utuh sampai
kala 4 bagi ibu bersama bayinya secara privasi. Bila tidak
memungkinkan, maka diperlukan dua kamar kala 1 dan sebuah kamar
kala 2.
36. 37
k) Kamar bersalin harus dekat dengan ruang jaga perawat (nurse station)
agar memudahkan pengawasan ketat setelah pasien partus sebelum
dibawa ke ruang rawat (post partum). Selanjutnya bila diperlukan
operasi, pasien akan dibawa ke kamar operasi yang berdekatan
dengan kamar bersalin.
l) Harus ada kamar mandi-toilet berhubungan kamar bersalin.
m) Ruang postpartum harus cukup luas, standar: 8 m2 per tempat tidur
(bed) dalam kamar dengan multibed atau standar 1 bed minimal :
10m2.
n) Ruang tersebut terpisah dari fasilitas : toilet, kloset, lemari.
o) Pada ruang dengan banyak tempat tidur, jarak antar tempat
tidurminimum 1m s/d 2 m dan antara dinding 1 m.
p) Jumlah tempat tidur per-ruangan maksimum 4.
q) Tiap ruangan harus menpunyai jendela sehingga cahaya dan
udaracukup.
r) Harus ada fasilitas untuk cuci tangan pada tiap ruangan.
s) Tiap pasien harus punya akses ke kamar mandi privasi (tanpa
kekoridor).
t) Kamar periksa/diagnostik berisi: tempat tidur pasien/obgin,
kursipemeriksa, meja, kursi, lampu sorot, troli alat, lemari obat kecil,
USG mobile dan troli emergensi.
u) Kamar periksa harus mempunyai luas sekurang-kurangnya 11 m2.
Bilaada beberapa tempat tidur maka per pasien memerlukan 7 m2.
Perludisediakan toilet yang dekat dengan ruang periksa.
v) Ruang perawat-nurse station-berisi : meja, telepon, lemari berisi
perlengkapan darurat/ obat.
w) Ruang isolasi bagi kasus infeksi perlu disediakan seperti pada kamar
bersalin.
x) Ruang tindakan operasi kecil/darurat/one day care : untuk kuret,
penjahitan dan sebagainya berisi; meja operasi lengkap, lampu
sorot,lemari perlengkapan operasi kecil, wastafel cuci operator, mesin
anestesi, inkubator, perlengkapan kuret (MVA) dsb.
y) Ruang tunggu bagi keluarga pasien: minimal 15 m2, berisi meja, kursi
serta telpon.
37. 38
4 Ruang Perinatologi
Unit Perinatogi level I (Neonatus Normal)
a) Ruangan terpisah (ruang perawatan neonatus) atau rawat gabung ibu
bayi harus tersedia di semua RS atau pusat kesehatan dengan unit
atauruang bersalin (tidak memandang berapa jumlah persalinan
setiaphari)
b) Jumlah boks bayi harus melebihi jumlah persalinan rata-rata setiaphari
c) Suhu dalam ruangan harus terkontrol (24 – 26°C)
Unit Perinatologi level II (Neonatus dengan Resiko Tinggi)
a) Unit asuhan khusus harus dekat dengan ruang bersalin, bila tidak
memungkinkan kedua ruangan harus berada di gedung yang sama dan
harus jauh dari tempat lalu lintas barang/orang.
b) Area yang diperlukan tidak boleh < 12 m2 (4 m2 untuk tiap pasien)
c) Unit harus memiliki kemampuan untuk mengisolasi bayi:
1. Area terpisah
2. Area terpisah dalam 1 unit
3. Inkubator di area khusus
Ruang harus dilengkapi paling sedikit enam steker listrik yang
dipasang dengan tepat untuk peralatan listrik. Steker harus mampu
memasok beban listrik yang diperlukan, aman dan berfungsi baik.
38. 39
5 Area Laktasi
Minimal ruangan berukuran 6 m2, dilengkapi dengan kursi, wastafel dan
tempat sampah.
6 Area Pencucian incubator
Minimal ruangan berukuran 6-8 m2, dilengkapi dengan
pasokan air pembuangan.
7 Ruang Operasi
a) Unit operasi diperlukan untuk tindakan operasi seksio sesarea
danlaparotomia.
b) Idealnya sebuah kamar operasi mempunyai luas: 25 m dengan
lebarminimum 4 m, di luar fasilitas: lemari dinding. Unit ini sekurang-
kurangnyaada sebuah bagi bagian kebidanan.
c) Harus disediakan unit komunikasi dengan kamar bersalin. Di
dalamkamar operasi harus tersedia: pemancar panas, inkubator
danperlengkapan resusitasi dewasa dan bayi.
d) Ruang resusitasi ini berukuran: 3 m2. Harus tersedia 6 sumber listrik.
e) Kamar pulih ialah ruangan bagi pasien pasca bedah dengan
standarluas: 8 m2 per bed, sekurang-kurangnya ada 2 tempat tidur,
selain itu isiruangan ialah: meja, kursi perawat, lemari obat, mesin
pemantau tensi/nadi oksigen dsb, tempat rekam medik, inkubator bayi,
troli darurat.
f) Harus dimungkinkan pengawasan langsung dari meja perawat
ketempat pasien. Demikian pula agar keluarga dapat melihat
melaluikaca.
g) Perlu disediakan alat komunikasi ke kamar bersalin dan kamar
operasi,serta telepon. Sekurang-kurangnya ada 4 sumber listrik/bed.
h) Fasilitas pelayanan berikut perlu disediakan untuk unit operasi:
1) Nurse station yang juga berfungsi sebagai tempat pengawas
laluorang.
2) Ruang kerja-kotor yang terpisah dari ruang kerja bersihruang ini
berfungsi membereskan alat dan kain kotor. Perlu disediakan tempat
cuci wastafel besar untuk cuci tangan dan fasilitas airpanas/dingin.
Ada meja kerja dan kursi-kursi, troli-troli.
3) pembuangan kotoran/cairan.
39. 40
i) Kamar pengawas OK : 10 m2
j) Ruang tunggu keluarga: tersedia kursi-kursi, meja dan tersedia toilet.
k) Kamar sterilisasi yang berhubungan dengan kamar operasi.
Adaautoklaf besar berguna bila darurat.
l) Kamar obat berisi lemari dan meja untuk distribusi obat.
m) Ruang cuci tangan (scrub) sekurangnya untuk dua orang, terdapatdi
depan kamar operasi/kamar bersalin. Wastafel itu harusdirancang agar
tidak membuat basah lantai. Air cuci tangandianjurkan air yang steril
dan mengalir.
Ruang kerja bersih. Ruang ini berisi meja dan lemari berisi linen,baju
dan perlengkapan operasi. Juga terdapat troli pembawa linen.
o) Ruang gas/ tabung gas.
p) Gudang alat anestesi: alat/mesin yang sedang direparasi,
dibersihkan,meja dan kursi.
q) Gudang 12 m2 : tempat alat-alat kamar bersalin dan kamar operasi
r) Kamar ganti: pria dan wanita masing-masing 12 m2, berisi loker,meja,
kursi dan sofa/tempat tidur, ada toilet 3 m2.
s) Kamar diskusi bagi staf dan paramedik: 15 m2.
t) Kamar jaga dokter: 15 m2.
u) Kamar paramedik: 15 m2.
v) Kamar rumatan rumah tangga (house keeping): berisi lemari,meja,
kursi, peralatan mesin isap, sapu, ember, perlengkapan kebersihan,
dsb.
n) Ruang tempat brankar dan kursi dorong.
40. 41
8 Ruang Penunjang harus disediakan seperti :
a) Ruang perawat/bidan
b) Kantor perawat
c) Ruang rekam medik
d) Toilet staf
e) Ruang staf medik
f) Ruang loker staf/perawat
g) Ruang rapat/konferensi
h) Ruang keluarga pasien
i) Ruang cuci
j) Ruang persiapan diperlukan bila ada kegiatan persiapan alat/bahan
k) Gudang peralatan
l) Ruang kotor-peralatan-harus terpisah dari ruang cuci/steril. Ruang
ini mempunyai tempat cuci dengan air panas-dingin, ada meja
untukkerja.
m) Ruang obat : wastafel, meja kerja dsb.
n) Ruang linen bersih.
o) Dapur kecil untuk pembagian makan pasien.
C. KRITERIA PERALATAN DAN PERLENGKAPAN UMUM
NO JENIS AREA
1. Area Cuci tangan
a) Wastafel
Wastafel cuci tangan ukuranya cukup besar sehingga air tidak
tercipratdan dirancang agar air tidak tergenang atau tertahan.
b) Wadah gaun bekas
c) Rak/gantungan
pakaian Rak sepatu
d) Lemari untuk barang pribadi
Wadah tertutup dengan kantung plastik
e) Harus disediakan wadah terpisah untuk limbah organik dan nonorganik
f) Sabun
41. 42
Tersedia sabun dalam jumlah cukup, lebih disukai sabun cair
antibakteridalam dispenser dengan pompa.
g) Handuk
Harus ada handuk untuk mengeringkan tangan. Dapat berupa kainbersih
atau tisu.
Area Resusitasi dan Stabilisasi di Ruang Neonatus/ UGD
a) Steker listrik
1) Ruang harus dilengkapi paling sedikit tiga steker yang
dipasangdengan tepat untuk peralatan listrik
2) Steker harus mampu memasok beban listrik yang diperlukan,aman
dan berfungsi baik.
b) Meja periksa untuk neonatus
Meja harus ditutup dengan lapisan kasur busa, lembar plastik utuh dan
seprai bersih.
c) Bagian logam harus bebas karat.
d) Jam dinding
Harus menunjukkan waktu yang tepat dan berfungsi baik.
e) Meja Perlengkapan
f) Selimut
Harus ada cukup selimut untuk menutupi ibu dalam jumlah yang sesuai
dengan perkiraan persalinan.
g) Perlengkapan
h) Pasokan oksigen
Level SCN
a) Harus ada dua tabung oksigen dengan satu regulator dan pengukur
aliran (jika ada oksigen dengan sistem pipa di dinding)
b) Tabung oksigen cadangan harus selalu terisi penuh.
c) Harus ada pengatur kadar oksigen.
42. 43
D. KRITERIA PERALATAN DAN PENGLENGKAPAN KHUSUS
NO JENIS KRITERIA DAN RUANG
1 Kriteria Peralatan dan Perlengkapan Khusus:
a) Unit Perawatan Khusus
1) Steker listrik
Ruang harus dilengkapi paling sedikit enam steker yang dipasang
dengan tepat untuk peralatan listrik. Steker harus mampu memasok
beban listrik yang diperlukan, aman dan berfungsi baik.
2) Mebel Lemari instrument
Harus ada satu lemari dan meja untuk penyimpanan bahan pasokan
umum, selain dari lemari dan meja untuk menyimpan bahan-bahan
untuk ruang isolasi.
3) Rak dan lemari kaca tidak boleh retak (agar tidak luka)
4) Lemari es
5) Meja
Harus ada meja di area administrasi dan penyuluhan. Harus dicat
dengan bahan yang dapat dibersihkan / dicuci.
6) Kursi
Harus ada tiga kursi di area administrasi dan edukasi yang berfungsi
baik.
7) Wadah sampah tertutup dengan kantong plastik.
8) Jam dinding
Harus menunjukkan waktu yang tepat dan berfungsi baik.
9) Pasokan oksigen dan medical air/ udara tekan.
Harus ada dua tabung oksigen dan empat tabung medical air, masing-
masing satu regulator dan pengatur aliran.
Aliran (jika ada oksigen dan medical air dengan sistem pipa didinding,
lihat standar untuk tingkat III / NICU)
Tabung oksigen dan medical air cadangan harus selalu terisi
penuh. Harus ada pengatur kadar oksigen dan medical air.
10) Lampu darurat
11) Inkubator, asuhan normal
43. 44
Paling sedikit harus ada 3 inkubator yang berfungsi baik.
Paling sedikit harus ada jarak 1 m2 antara inkubator atau tempattidur
bayi
12) Penghangat (Radiant warmer)
Paling sedikit harus ada satu penghangat yang berfungsi baik.
13) Timbangan bayi
Paling sedikit harus ada satu timbangan bayi yang berfungsi baik
disetiap ruangan.
14) Alat / Instrumen
Harus ada ekstraktor vakum yang berfungsi. Ada forceps naegle
Ada Aspirasi Vakum Manual
Harus ada pompa vakum listrik yang dapat dibawa dengan
pengatur Hisapan, selang dan reservoar bersih atau kanister
sebagai cadangan.
15) Pulse Oximeter
16) Generator listrik darurat
Harus ada generator listrik cadangan yang dioperasikan jika
pasokanlistrik utama tidak ada.
2 Kamar bersalin
Harus ada wastafel besar untuk cuci tangan penolong dan sumber listrik
sebanyak 4 pada titik yang berbeda.
44. 45
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Fisik
1. Semua tempat tidur pasien harus mempunyai pagar penghalang di setiap instalsi
2. Khusus untuk pasien gelisah harus dipasang restrain
3. Ventilasi AC dilengkapi dengan filter bakteri
4. Air bersih dilakukan pemeriksaan fisik, kimia dan biologi setiap 6 bulan sekali
5. Tersedianya APAR
6. Dilakukannya kalibrasi berkala untuk peralatan elektronik
7. Adanya pengaman dikamar mandi pasien di setiap instalasi
8. Pintu toilet dibuka keluar
9. Penyediaan masker untuk pasien rawat inap untuk dipakai selama perawatan.
B. Sumber Daya Manusia (SDM)
1. Ketepatan identifikasi pasien
2. Komunikasi yang efektif dengan pasien
3. Keamanan pemberian cairan konsentrat
4. Ketepatan tindakan dan prosedur yang akan dilakukan pada pasien
5. Pengurangan resiko infeksi dari tindakan medis yang dilakukan
6. Keselamatan pasien pada kasus emergyn
7. Penggunaan Apd pada kasus emergyn
45. 46
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. Fisik
1. Lantai ruangan dari bahan yang kuat, rata, tidak licin dan mudah dibersihkan
2. Lantai kamar mandi dari bahan yang kuat, tidak licin, mudah dibersihkan
mempunyai kemiringan yang cukup dan tidak ada genangan air.
3. Pintu dapat dibuka dari luar
4. Ventilasi AC terdapat filter bakteri
5. Air bersih dilakukan pemeriksaan fisik, biologi dan kimia setiap 6 bulan sekali
6. Tersedianya APAR
7. Tersedianya fasilitas penanganan sampah medis
8. Fasilitas sanitasi yang memadai dan memenuhi persyaratan kesehatan
9. Tersedianya instalasi pengelolaan air limbah
10. Tersedianya tempat pembuangan limbah padat
B. Sumber Daya Manusia (SDM)
1. Tersedianya Alat pelindung diri secara lengkap
2. Terdapatnya baju ganti khusus petugas kamar bersalin
3. Dilakukannya pemeriksaan dan vaksinasi berkala untuk petugas pelayanan
di semua instalasi.
4. Tersedianya APD pada kasus emergyn.
46. 47
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Pengendalian mutu merupakan suatu program yang bersifat objektif dan
berkelanjutan untuk menilai dan memecahkan masalah yang ada sehingga dapat
memberikan kepuasan pada pelanggan dan mencapai standar klinis yang
bermutu. Pengembangan mutu di unit pelayanan PONEK meliputi :
1. Pengembangan Mutu Standar Prosedur operasional
Pengendalian mutu Standar Prosedur Operasional seluruh staf pelayanan
dengan mengadakan rapat bulanan untuk mengevaluasi Standar Prosedur
Operasional yang telah ada dan menambahkan Standar Prosedur Operasional
yang belum ada / belum lengkap serta merevisi Standar Prosedur Operasional
yang telah ada sesuai dengan keadaan dilingkungan kerja.
Seluruh staf pelayanan memberikan masukan demi terciptanya unit
pelayanan intensif yang lebih baik dari sebelumnya. Standar Prosedur
Operasional yang kurang dicatat oleh seluruh staf pelayanan untuk dibahas
dalam rapat bulanan.
2. Pengembangan Mutu Sumber daya Manusia
a. Pelatihan dan seminar secara berkala baik internal maupun eksternal seperti
pelatihan PONEK, PPGD, PPGD-on, resusitasi bayi baru lahir
b. Pendidikan formal maupun informal untuk seluruh petugas pelayanan
c. Pertemuan staf dilakukan tiap bulan membahas dan melakukan evaluasi
terhadap laporan bulanan dan permasalahan di instalasi pelayanan.
d. Adanya materi kasus-kasus secara berkala dari dokter/dokter specialis
e. Adanya role model oleh dokter specialis/dokter/kepala ruangan/katim/CI
kepada staf pelaksana pelayanan.
3. Pengembangan mutu Fasilitas dan perawatan
a. Lakukan kalibrasi untuk peralatan elektronik untuk menghindari kesalahan
dalam menginterpretasikan informasi yang didapat
b. Buat inventarisasi fasilitas dan peralatan yang ada, sehingga dapat diketahui
apakah jumlah dan fungsinya masih dapat dipertahankan atau perlu diajukan
47. 48
permintaan baru atau perbaikan yang ada
c. Menjaga kebersihan dan mengendalikan infeksi melalui sterilitas ruang
bersalin dan penyediaan cuci tangan
d. Ikuti prosedur pemeliharaan alat kesehatan sesuai petunjuk operasional
48. 49
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. (2013). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
2012. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Departemen Kesehatan RI. (2008). Pedoman Penyelenggaraan pelayanan
obstetri neonatal emergensi komprehensif (PONEK) 24 jam di Rumah Sakit.
Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik.
Departemen Kesehatan RI. (2005). Pedoman pelayanan obstetri neonatal
emergensi komprehensif 24 jam di Tingkat Kabupaten / Kota. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Departemen Obstetri dan Ginekologi. (2015). Panduan pelaksanaan PONEK 24
Jam di Rumah Sakit RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou. Sulawesi Utara:
Departemen Obstetri dan Ginekologi.
Pedoman Teknis Audit Maternal. (2007). Perinatal di tingkat Kabupaten/ Kota.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2020. Pedoman Bagi Ibu Hamil,
Ibu Nifas, dan bayi Baru Lahir Selama Social Distancing.
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit tahun 2020. Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19)
Standar Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) tahun 2020.
Rekomendasi Penanganan Infeksi Virus Corona (Covid-19) pada Maternal.