SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 24
Downloaden Sie, um offline zu lesen
PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT
                              NOMOR       TAHUN 2012

                                     TENTANG

             TAMBAHAN PENGHASILAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL
            DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT

                   DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
                          GUBERNUR SUMATERA BARAT,

Menimbang     : a. bahwa dalam rangka memotivasi Pegawai Negeri Sipil di lingkungan
                   Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dalam meningkatkan kinerjanya,
                   perlu ditingkatkan kesejahteraannya melalui pemberian tambahan
                   penghasilan berdasarkan kinerja;
                b. bahwa pemberian tambahan penghasilan berdasarkan Peraturan
                   Gubernur Sumatera Barat Nomor 16 Tahun 2012 tentang Standar Biaya
                   Tunjangan Daerah, belum dapat memberikan hasil yang memuaskan
                   terhadap kinerja Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah
                   Provinsi Sumatera Barat, untuk itu perlu ditinjau kembali;
                c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a
                   dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Tambahan
                   Penghasilan Bagi Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah
                   Provinsi Sumatera Barat;
Mengingat     : 1. Undang-Undang Nomor 61 Tahun 1958 tentang Penetapan Undang-
                   Undang Darurat Nomor 19 Tahun 1957 tentang Pembentukan Daerah-
                   Daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Barat, Jambi, dan Riau Sebagai
                   Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958
                   Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
                   1646);
                2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
                   Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974
                   Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
                   3041), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43
                   Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor
                   169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890);
- 2 -	
  

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
   (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,
   Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
   (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan
   Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
   Pengelolan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara
   Republik Indonesia Nomor Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan
   Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
   (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
   Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437),
   sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-
   Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia
   Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
   Indonesia Nomor 4844);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolan
   Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
   Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
   4578);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
   Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan
   Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik
   Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
   Republik Indonesia Nomor 4737);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai
   Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor
   74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5135);
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
    Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah
    beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
    21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam
    Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
    Daerah (Berita Negara Tahun 2011 Nomor 210);
11. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 3 Tahun 2008 tentang
    Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan
    Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah Provinsi Sumatera
    Barat, sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan
    Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2012;
- 3 -	
  

                               MEMUTUSKAN


Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG TAMBAHAN PENGHASILAN
             BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH
             PROVINSI SUMATERA BARAT


                                 BAB I
                            KETENTUAN UMUM
                                 Pasal 1
           Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan:
           1. Daerah adalah Provinsi Sumatera Barat.
           2. Gubernur adalah Gubernur Sumatera Barat.
           3. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Provinsi Sumatera Barat.
           4. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah
              Satuan Kerja Perangkat Daerah Provinsi Sumatera Barat.
           5. Badan Kepegawaian Daerah yang selanjutnya disingkat BKD adalah
              Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Sumatera Barat.
           6. Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat DPKD
              adalah Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Provinsi Sumatera Barat.
           7. Inspektorat adalah Inspektorat Provinsi Sumatera Barat.
           8. Biro adalah Biro pada Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Barat.
           9. Pegawai Negeri adalah Pegawai Negeri sebagaimana dimaksud dalam
              Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas
              Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
              Kepegawaian.
           10. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah Pegawai
               Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 43
               Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun
               1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.
           11. Pegawai Negeri lainnya adalah anggota Tentara Nasional Indonesia atau
               anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang dipekerjakan di
               lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat.
           12. Pegawai Negeri Sipil Daerah yang selanjutnya disingkat PNSD adalah
               Pegawai Negeri Sipil Daerah Provinsi Sumatera Barat.
           13. Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah yang selanjutnya disingkat CPNSD
               adalah Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah Provinsi Sumatera Barat.
           14. Pegawai Negeri Sipil Diperbantukan yang selanjutnya disingkat PNS
               Dpb. adalah PNS selain PNSD yang bekerja pada SKPD di lingkungan
- 4 -	
  

   Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dimana gajinya dibayarkan oleh
   Pemerintah Provinsi Sumatera Barat.
15. Pegawai Negeri Sipil Dipekerjakan yang selanjutnya disingkat PNS
    Dpk. adalah PNS selain PNSD yang bekerja pada SKPD di lingkungan
    Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dimana gajinya dibayarkan oleh
    instansi asalnya.
16. Pegawai Negeri Sipil Daerah Diperbantukan yang selanjutnya disingkat
    PNSD Dpb. adalah PNSD yang bekerja di luar SKPD Provinsi Sumatera
    Barat dimana gajinya dibayarkan oleh instansi tempat PNSD bekerja.
17. Pegawai Negeri Sipil Daerah Dipekerjakan yang selanjutnya disingkat
    PNSD Dpk. adalah PNSD yang bekerja di luar SKPD Provinsi Sumatera
    Barat dimana gajinya dibayarkan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera
    Barat.
18. Tambahan Penghasilan adalah penghasilan tambahan yang diberikan
    setiap bulan kepada Pegawai Negeri berdasarkan hasil pengukuran
    kinerja.
19. Tambahan Penghasilan Dasar yang selanjutnya disingkat TPD adalah
    merupakan komponen tambahan penghasilan yang menjadi tambahan
    penghasilan minimal yang diperoleh setiap Pegawai Negeri sesuai
    ketentuan peraturan perundang-undangan.
20. Tambahan Penghasilan Kinerja yang selanjutnya disingkat TPK adalah
    merupakan komponen tambahan penghasilan yang menjadi faktor
    penambah TPD yang besarannya ditentukan berdasarkan hasil
    pengukuran kinerja.
21. Tambahan Penghasilan Pertimbangan Tertentu yang selanjutnya
    disingkat TPPT adalah merupakan komponen tidak terpisah dari TPK
    yang diberikan kepada Pegawai Negeri karena pertimbangan tempat
    bertugas.
22. Tambahan Penghasilan lain yang sejenis adalah tambahan penghasilan
    berdasarkan kinerja yang diberikan instansi selain Pemerintah Provinsi
    Sumatera Barat kepada Pegawai Negeri.
23. Pengukuran Kinerja adalah pengukuran terhadap prestasi kerja dan
    perilaku kerja yang dilaksanakan secara periodik terhadap Pegawai
    Negeri oleh atasan langsung atas hasil pelaksanaan tugas pekerjaan
    dalam unit kerja.
24. Prestasi Kerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh Pegawai Negeri dari
    melaksanakan suatu kegiatan yang menjadi tugas dan tanggung
    jawabnya pada suatu satuan organisasi.
25. Perilaku Kerja adalah perbuatan atau tindakan yang ditampilkan oleh
    Pegawai Negeri dalam melaksanakan tugas dan fungsi sesuai
- 5 -	
  

   jabatannya;
26. Laporan Harian adalah jurnal kegiatan harian yang dilaksanakan
    Pegawai Negeri yang meliputi kegiatan tugas pokok dan tugas tambahan
    selama 1 (satu) bulan.
27. Tugas Pokok adalah tugas utama yang merupakan penjabaran langsung
    dari fungsi dan tugas organisasi sebagaimana dinyatakan dalam rincian
    tugas jabatan Pegawai Negeri yang bersangkutan.
28. Tugas Tambahan adalah tugas lain yang diberikan oleh atasan selain
    tugas pokok, tetapi berhubungan dan memberi nilai manfaat bagi kinerja
    unit kerja atau SKPD tempat Pegawai Negeri yang bersangkutan
    ditugaskan, atau melaksanakan tugas yang diperintah atasan di luar jam
    kerja.
29. Jam Kerja adalah jam kerja sebagaimana diatur dalam Peraturan
    Gubernur mengenai Disiplin dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil di
    Lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat.
30. Hari Kerja adalah hari kerja sebagaimana diatur dalam Peraturan
    Gubernur mengenai Disiplin dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil di
    Lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat.
31. Unit Kerja adalah bagian dari SKPD yang melaksanakan satu atau
    beberapa program.
32. Pejabat Penilai adalah atasan langsung pegawai yang dinilai dengan
    ketentuan serendah-rendahnya pejabat eselon IV atau pejabat lain yang
    ditentukan.
33. Atasan Pejabat Penilai adalah atasan langsung pejabat penilai.
34. Petugas Pemeriksa Hasil Pengukuran Kinerja SKPD adalah PNS yang
    diberi tugas untuk memeriksa dan memverifikasi hasil pengukuran
    kinerja Pegawai Negeri di lingkungan SKPD/Biro, yang ditetapkan
    dengan keputusan Gubernur.
35. Realisasi Anggaran adalah sejumlah anggaran yang telah digunakan
    sampai dengan bulan berjalan untuk melaksanakan suatu kegiatan yang
    tercantum dalam DPA kegiatan APBD yang dikelola oleh bagian/
    bidang/sekretariat/UPTD/SKPD khusus Rumah Sakit dan Inspektorat.
36. Anggaran Kas adalah dokumen perkiraan arus kas masuk yang
    bersumber dari penerimaan dan perkiraan arus kas keluar untuk
    mengatur ketersediaan dana yang cukup guna mendanai pelaksanaan
    kegiatan APBD dalam setiap periode.
37. Kas Daerah adalah tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan
    oleh Gubernur untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan
    membayar seluruh pengeluaran daerah.
- 6 -	
  

38. Surat Permintaan Pembayaran yang selanjutnya disingkat SPP adalah
    dokumen yang diterbitkan oleh pejabat yang bertanggung jawab atas
    pelaksanaan kegiatan/bendahara pengeluaran untuk mengajukan
    permintaan pembayaran.
39. Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disingkat SPM adalah
    dokumen yang digunakan/diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa
    pengguna anggaran untuk penerbitan SP2D atas beban pengeluaran
    DPA-SKPD.


                   BAB II
              MAKSUD DAN TUJUAN

                       Pasal 2
Peraturan Gubernur ini dimaksudkan sebagai pedoman dalam mengukur
kinerja dan menghitung besaran tambahan penghasilan yang akan diterima
oleh masing-masing PNS.


                       Pasal 3
Pemberian tambahan penghasilan bertujuan untuk memotivasi peningkatan
kinerja PNS yang bekerja di lingkungan Pemerintah Daerah.


                   BAB III
            TAMBAHAN PENGHASILAN
                 Bagian Kesatu
                  Pemberian

                       Pasal 4
(1) PNS di lingkungan Pemerintah Daerah dapat diberikan tambahan
    penghasilan;
(2) Pemberian tambahan penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
    dilakukan berdasarkan kinerja.


                       Pasal 5
Kepada PNSD, PNS Dpb., PNS Dpk., dan Pegawai Negeri lainnya yang
bertugas di lingkungan Pemerintah Daerah dapat diberikan tambahan
penghasilan dalam bentuk TPD dan dapat ditambah dengan TPK dan/atau
TPPT.
- 7 -	
  

                           Pasal 6
(1) PNSD Dpk. ke instansi lain di luar Pemerintah Daerah dapat diberikan
    tambahan penghasilan dalam bentuk TPD.
(2) PNSD Dpb. ke instansi lain di luar Pemerintah Daerah tidak diberikan
    tambahan penghasilan.

                           Pasal 7
Tambahan penghasilan tidak diberikan kepada PNS sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4, apabila:
a. menjalani cuti besar;
b. menjalani cuti di luar tanggungan negara;
c. menjalani masa persiapan pensiun;
d. berhenti sebagai pegawai negeri;
e. diberhentikan sementara atau dinonaktifkan;
f. tidak mempunyai tugas/jabatan/pekerjaan tertentu pada SKPD.


                           Pasal 8
Kepada PNS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, hanya diberikan
tambahan penghasilan dalam bentuk TPD apabila:
a. Tidak masuk kerja tanpa izin lebih dari 3 (tiga) hari berturut-turut;
b. Tidak membayar zakat, bagi PNS golongan III dan IV yang wajib zakat;
c. Menjalani cuti bersalin;
d. Menjalani cuti besar karena bersalin;
e. Menjalani cuti karena alasan penting, cuti sakit, atau cuti tahunan, yang
   lamanya lebih dari 15 (lima belas) hari kerja;
f. Pejabat Fungsional Tertentu yang diberhentikan sementara dari jabatan
   karena belum mencapai angka kredit dalam batas waktu yang
   ditentukan;
g. Telah mendapat tunjangan profesi guru.


                           Pasal 9
(1) PNS yang melaksanakan tugas belajar diberikan TPD mulai bulan
    berikutnya, terhitung sejak keputusan mengenai tugas belajarnya
    ditetapkan.
(2) Pemberian TPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihentikan pada
    bulan ke-7 (ketujuh) sampai selesai melaksanakan tugas belajar.
- 8 -	
  

                         Pasal 10
PNS yang ditugaskan pada SKPD/UPTD yang terletak di luar wilayah
Ibukota Provinsi Sumatera Barat, dapat diberikan TPPT berdasarkan hasil
pengukuran kinerja.


                         Pasal 11
Pengukuran kinerja dalam rangka pemberian tambahan penghasilan
dilakukan terhadap:
a. Kinerja individu bagi PNS yang menjabat sebagai Pejabat Fungsional
   Umum, Pejabat Fungsional Tertentu, Pejabat Fungsional Umum/Pejabat
   Fungsional Tertentu yang menjabat sebagai PPTK, Pejabat Eselon IV,
   Eselon III selain kepala SKPD, dan Staf Ahli Gubernur;
b. Rata-rata akumulasi hasil pengukuran kinerja pejabat struktural yang
   menjadi bawahan langsung bagi pejabat eselon I, eselon II selain Staf
   Ahli Gubernur, dan eselon III kepala SKPD.


                         Pasal 12
Pengukuran kinerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dilaksanakan
berdasarkan:
a. Variabel perilaku kerja; dan/atau
b. Variabel prestasi kerja.


                         Pasal 13
(1) Kinerja Sekretaris Daerah diukur dengan rata-rata akumulasi hasil
    pengukuran kinerja Asisten Sekretaris Daerah;
(2) Kinerja pejabat eselon II diukur dengan ketentuan sebagai berikut:
   a. Kinerja Asisten Sekretaris Daerah diukur dengan rata-rata akumulasi
      kinerja kepala biro di lingkungannya;
   b. Kinerja Pejabat eselon II sebagai kepala SKPD diukur dengan rata-
      rata akumulasi kinerja pejabat eselon III di lingkungannya;
   c. Kinerja Staf ahli gubernur diukur dengan menghitung jumlah
      rekomendasi kebijakan tertulis yang disampaikan kepada Gubernur.
   d. Kinerja Kepala Biro diukur dengan rata-rata akumulasi kinerja
      pejabat eselon III di lingkungannya;
(3) Kinerja pejabat eselon III sebagai kepala SKPD diukur dengan rata-rata
    akumulasi kinerja pejabat struktural yang menjadi bawahan
    langsungnya.
- 9 -	
  

                          Pasal 14
(1) Besaran komponen tambahan penghasilan dalam bentuk TPK dan/atau
    TPPT yang diterima oleh PNS ditentukan berdasarkan kinerja 2 (dua)
    bulan sebelumnya;
(2) Penamaan tambahan penghasilan sama dengan bulan tambahan
    penghasilan dibayarkan.
(3) Standar biaya TPD, TPK dan TPPT sebagaimana tercantum pada
    lampiran I dan lampiran II Peraturan Gubernur ini.


                          Pasal 15
(1) Penghitungan besaran TPK yang akan diterima, dilaksanakan dengan
    menggunakan rumus:
           (!"#$%  !"#$  !"#$%&')  !  (!"#$%#&  !"#$#  !"#)
   TPK =
                                   !""
(2) Penghitungan besaran TPPT yang akan diterima, dilaksanakan dengan
    menggunakan rumus:
            (!"#$%  !"#$  !"#$%&')  !  (!"#$%#&  !"#$#  !""!)
   TPPT =
                                        !""


                       Bagian Kedua
                        Pembayaran

                          Pasal 16
(1) PNS Dpb., PNS Dpk., dan Pegawai Negeri lainnya dapat diberikan
    tambahan penghasilan pada awal bulan berikutnya setelah mempunyai
    tugas/jabatan/pekerjaan tertentu pada SKPD dan tidak dibayarkan
    tambahan penghasilan lain yang sejenis oleh instansi asal;
(2) Pembayaran tambahan penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat
    (1), dengan ketentuan:
   a. untuk 2 (dua) bulan pertama diberikan sebesar TPD;
   b. untuk bulan ke-3 (ketiga) dan seterusnya diberikan TPD dan dapat
      ditambahkan TPK dan/atau TPPT berdasarkan kinerja.


                          Pasal 17
(1) PNS yang dimutasikan menjadi PNSD karena atas permintaan sendiri,
    dapat diberikan tambahan penghasilan pada bulan ketujuh terhitung
    mulai aktif bekerja;
(2) PNS yang dimutasikan menjadi PNSD untuk menduduki jabatan
    struktural atau jabatan fungsional tertentu, dapat diberikan tambahan
- 10 -	
  

   penghasilan dengan ketentuan:
   a. untuk 2 (dua) bulan pertama diberikan sebesar TPD;
   b. untuk bulan ke-3 (ketiga) dan seterusnya diberikan TPD dan dapat
      ditambahkan TPK dan/atau TPPT berdasarkan kinerja.


                         Pasal 18
(1) PNSD Dpk. atau PNSD Dpb. yang beralih status kembali menjadi PNSD
    dan mempunyai tugas/jabatan/pekerjaan tertentu pada SKPD di
    lingkungan Pemerintah Daerah, dapat diberikan tambahan penghasilan
    mulai pada awal bulan berikutnya apabila telah dihentikan pembayaran
    berupa tambahan penghasilan lain yang sejenis oleh instansi tempat
    bekerja yang lama;
(2) Pembayaran tambahan penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat
    (1), dengan ketentuan:
   a. untuk 2 (dua) bulan pertama diberikan sebesar TPD;
   b. untuk bulan ke-3 (ketiga) dan seterusnya diberikan TPD dan dapat
      ditambahkan TPK dan/atau TPPT berdasarkan kinerja.


                         Pasal 19
(1) Tambahan penghasilan terhadap PNSD Dpk. sebagaimana dimaksud
    dalam Pasal 6 dapat dibayarkan apabila telah aktif bekerja pada instansi
    tempat dipekerjakan yang dibuktikan dengan daftar rekapitulasi
    kehadiran 1 (satu) bulan sebelumnya;
(2) Pembayaran tambahan penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
    dihentikan apabila yang bersangkutan telah menerima tambahan
    penghasilan lain yang sejenis dari instansi tempat dipekerjakan.


                         Pasal 20
(1) Pembayaran tambahan penghasilan terhadap PNS sebagaimana
    dimaksud dalam Pasal 7, dihentikan mulai pada bulan berikutnya
    terhitung sejak surat yang menerangkan mengenai statusnya tersebut
    diterbitkan/ditetapkan.
(2) PNS yang telah selesai melaksanakan tugas belajar, menjalani cuti besar,
    cuti di luar tanggungan negara, atau telah diaktifkan kembali sebagai
    PNS setelah dinon-aktifkan atau pemberhentian sementara, dapat
    diberikan tambahan penghasilan pada awal bulan berikutnya setelah
    mempunyai tugas/jabatan/pekerjaan tertentu pada SKPD;
(3) Pembayaran tambahan penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat
- 11 -	
  

   (2), dengan ketentuan:
   a. untuk 2 (dua) bulan pertama diberikan sebesar TPD;
   b. untuk bulan ke-3 (ketiga) dan seterusnya diberikan TPD dan dapat
      ditambahkan TPK dan/atau TPPT berdasarkan kinerja.


                        Pasal 21
(1) CPNSD dapat diberikan tambahan penghasilan pada awal bulan
    berikutnya terhitung mulai aktif bekerja, setelah mempunyai
    tugas/jabatan/pekerjaan tertentu pada SKPD;
(2) Pembayaran tambahan penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat
    (1), dengan ketentuan:
   a. untuk 2 (dua) bulan pertama diberikan sebesar TPD;
   b. untuk bulan ke-3 (ketiga) dan seterusnya diberikan TPD dan dapat
      ditambahkan TPK dan/atau TPPT berdasarkan kinerja.
(3) Besaran tambahan penghasilan yang diberikan kepada CPNSD adalah
    sebesar 80% (delapan puluh persen) dari TPD dan dapat ditambah
    sebanyak 80% (delapan puluh persen) dari hasil TPK dan/atau TPPT
    yang dihitung berdasarkan hasil pengukuran kinerja.


                        Pasal 22
Tambahan penghasilan terhadap PNS yang dijatuhi hukuman disiplin sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan, sebagai berikut:
a. Hukuman disiplin ringan, tidak dibayarkan TPK dan TPPT selama 3
   (tiga) bulan terhitung sejak ditetapkannya hukuman disiplin;
b. Hukuman disiplin sedang, tidak dibayarkan TPK dan TPPT selama 6
   (enam) bulan terhitung sejak ditetapkannya hukuman disiplin;
c. Hukuman disiplin berat, tidak dibayarkan tambahan penghasilan selama
   6 (enam) bulan terhitung sejak ditetapkannya hukuman disiplin.

                    BAB IV
              PENGUKURAN KINERJA
                  Bagian Kesatu
                     Umum

                        Pasal 23
(1) Dalam rangka pengukuran kinerja, setiap PNS selain PNS sebagaimana
    tercantum dalam Pasal 13 wajib membuat laporan harian terhitung mulai
    aktif bekerja;
(2) Setiap atasan wajib memeriksa dan memverifikasi laporan harian setiap
- 12 -	
  

   bawahan atau PNS yang menjadi kewenangannya paling sedikit 3 (tiga)
   hari sekali;
(3) Apabila atasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berhalangan sampai
    dengan 7 (tujuh) hari kerja, maka pada hari pertama masuk kerja wajib
    memeriksa dan memverifikasi laporan harian setiap bawahan atau PNS
    yang menjadi kewenangannya dengan mencari informasi yang terkait
    pelaksanaan pekerjaan bawahannya kepada pihak-pihak yang terkait.
(4) Apabila atasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berhalangan lebih
    dari 7 (tujuh) hari kerja, maka PNS yang ditunjuk sebagai pelaksana
    harian/pelaksana tugas jabatan tersebut, wajib memeriksa dan
    memverifikasi laporan harian setiap bawahan atau PNS yang menjadi
    kewenangannya paling sedikit 3 (tiga) hari sekali.


                     Bagian Kedua
             Variabel dan Indikator Kinerja

                        Pasal 24
(1) Variabel perilaku kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf a
    diukur dengan indikator:
   a. Kehadiran terlambat tanpa izin;
   b. Pulang lebih cepat tanpa izin;
   c. Tidak masuk kantor tanpa izin;
   d. Tidak melaksanakan tugas dan/atau perintah kedinasan dari atasan
      tanpa alasan yang sah; dan
(2) Proporsi atau bobot untuk masing-masing indikator perilaku kerja
    sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam Instrumen
    Pengukuran Kinerja dan Perhitungan Tambahan Penghasilan (IPK PTP).


                        Pasal 25
(1) Variabel prestasi kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf b
    diukur dengan indikator:
   a. Pejabat Fungsional Umum, meliputi:
       1. pelaksanaan tugas pokok;
       2. pelaksanaan tugas tambahan; dan
       3. ketepatan waktu penyampaian laporan harian.
   b. Pejabat Fungsional Tertentu, meliputi:
       1. pencapaian bahan angka kredit setiap bulan;
       2. pelaksanaan tugas tambahan; dan
- 13 -	
  

      3. ketepatan waktu penyampaian laporan harian.
   c. Pejabat Struktural Eselon III dan Eselon IV, meliputi:
      1. pelaksanaan tugas pokok;
      2. pelaksanaan tugas tambahan;
      3. persentase realisasi anggaransampai dengan bulan pengukuran
         kinerja terhadap anggaran kas sampai dengan bulan pengukuran
         kinerja, kegiatan yang dikelola oleh bagian/bidang/
         sekretariat/UPTD; dan
      4. ketepatan waktu penyampaian laporan harian.
   d. Pejabat struktural selain kepala SKPD yang bertugas di Rumah Sakit
      Umum Daerah, Rumah Sakit Khusus Daerah, dan Inspektorat
      Provinsi, meliputi:
      1. pelaksanaan tugas pokok;
      2. pelaksanaan tugas tambahan;
      3. persentase realisasi anggaran sampai dengan bulan pengukuran
         kinerja terhadap anggaran kas sampai dengan bulan pengukuran
         kinerja, kegiatan APBD yang dikelola oleh SKPD; dan
      4. ketepatan waktu penyampaian laporan harian.
   e. Pejabat Fungsional Umum atau Pejabat Fungsional Tertentu yang
      menjabat sebagai PPTK, selain indikator dari variabel prestasi kerja
      Pejabat Fungsional Umum atau Pejabat Fungsional Tertentu
      sebagaimana dimaksud pada huruf a atau huruf b, juga dilakukan
      pengukuran terhadap indikator “persentase realisasi anggaransampai
      dengan bulan pengukuran kinerja terhadap anggaran kas sampai
      dengan bulan pengukuran kinerja,kegiatan yang dikelola oleh
      bagian/bidang/sekretariat/UPTD atau SKPD khusus untuk Rumah
      Sakit dan Inspektorat Provinsi”;
   f. Pejabat Struktural Eselon III dan Eselon IV pada DPKD, selain
      indikator dari variabel prestasi kerja pejabat eselon III dan eselon IV
      sebagaimana dimaksud pada huruf c, juga dihitung indikator
      “pencapaian target pendapatan triwulan sebelumnya”;
(2) Proporsi atau bobot untuk masing-masing indikator prestasi kerja
    sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam Instrumen
    Pengukuran Kinerja dan Perhitungan Tambahan Penghasilan (IPK PTP).
- 14 -	
  

                        Bagian Ketiga
                 Indikator yang dikecualikan

                           Pasal 26
  (1) Realisasi anggaran suatu kegiatan yang tidak sesuai dengan anggaran
      kas yang disebabkan faktor lain diluar kemampuan pelaksana kegiatan,
      penilaian terhadap indikator terkait kegiatan tersebut dikecualikan atau
      kegiatan tersebut dikeluarkan dari mekanisme pengukuran prestasi kerja.
  (2) Realisasi anggaran suatu kegiatan yang tidak sesuai dengan anggaran
      kas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib dijelaskan secara lugas
      sebab-sebab terjadinya permasalahan tersebut dalam suatu surat
      keterangan bermaterai yang ditandatangani oleh kepala SKPD/Biro.


                        Bagian Keempat
Pengaturan Izin, Pelaksanaan Tugas Pokok dan Tugas Tambahan

                           Pasal 27
  Pengaturan terhadap izin dalam rangka pengukuran variabel perilaku kerja,
  dilakukan sebagai berikut:
  a. Maksimal izin hadir terlambat, dihitung dari akumulasi waktu
     keterlambatan selama 8 jam dalam 1 (satu) bulan;
  b. Maksimal izin pulang lebih cepat, dihitung dari akumulasi waktu pulang
     lebih cepat selama 8 jam dalam 1 (satu) bulan;
  c. Izin tidak masuk kerja untuk kepentingan pribadi atau keluarga,
     diberikan paling lama 3 (tiga) hari dalam 1 (satu) bulan;
  d. Apabila PNS yang izin tidak masuk kerja melebihi 3 (tiga) hari dalam 1
     (satu) bulan, maka pada hari keempat dan seterusnya dikategorikan tidak
     masuk kerja, kecuali yang bersangkutan mengambil hak cuti tahunan;
  e. Izin hadir terlambat, izin pulang lebih cepat, dan izin tidak masuk kerja
     harus disampaikan oleh PNS yang bersangkutan kepada atasan langsung
     untuk mendapatkan persetujuan izin secara tertulis.


                           Pasal 28
  Penghitungan pelaksanaan tugas pokok dan tugas tambahan dalam rangka
  pengukuran variabel prestasi kerja, dilaksanakan dengan ketentuan sebagai
  berikut:
  a. pelaksanaan tugas pokok dalam 1 (satu) hari minimal 5 (lima) jam dan
     maksimal 7 (tujuh) jam;
  b. dalam hal akumulasi pelaksanaan tugas pokok kurang dari 5 (lima) jam
- 15 -	
  

   dalam 1 (satu) hari, maka PNS yang bersangkutan dinilai tidak
   melaksanakan tugas pokok pada hari tersebut, kecuali melaksanakan
   tugas tambahan yang diperintahkan atasan, sehingga secara akumulasi
   mencapai jumlah jam kerja minimal 5 (lima) jam, dan minimal 3 (tiga)
   jam kelebihan durasi pelaksanaan tugas tambahantersebut dapat
   dimasukkan sebagai 1 (satu) tugas tambahan;
c. dalam hal pelaksanaan tugas pokok lebih dari 7 (tujuh) jam dalam 1
   (satu) hari, maka kelebihan jam kerja yang mencapai 3 (tiga) jam atau
   lebih, dapat dimasukkan sebagai 1 (satu) tugas tambahan;
d. pelaksanaan tugas pokok dilaksanakan pada hari kerja dan tidak bisa
   digantikan di luar hari kerja, kecuali diperintahkan oleh pimpinan
   dengan ketentuan pelaksanaannya minimal 5 (lima) jam setiap hari;
e. pelaksanaan apel pagi/apel sore tidak termasuk tugas pokok maupun
   tugas tambahan;
f. mengikuti upacara bendera gabungan yang diperintahkan oleh atasan,
   setiap kalinya dapat dihitung sebagai 1 (satu) tugas tambahan.
g. mengikuti kegiatan pembinaan fisik dan mental yang dilaksanakan oleh
   SKPD setiap 3 (tiga) kali dalam 1 (satu) bulan, dapat dihitung sebagai 1
   (satu) tugas tambahan, dan berlaku untuk kelipatannya;
h. melaksanakan tugas tambahan yang ditugaskan oleh atasan setelah
   melaksanakan tugas pokok minimal 5 (lima) jam dan maksimal 7 (tujuh)
   jam, dapat dihitung telah melaksanakan 1 (satu) tugas tambahan apabila
   telah mencapai jam kerja tugas tambahan minimal 2 (dua) jam setiap
   hari;
i. melaksanakan perjalanan dinas yang ditugaskan oleh atasan, setiap 1
   (satu) hari dapat dihitung sebagai 1 (satu) tugas pokok;
j. penetapan tugas pokok dan rincian tugas Pejabat Fungsional Umum
   ditetapkan dengan Keputusan Kepala SKPD;


                          Pasal 29
PNS yang ditugaskan mengikuti pendidikan dan pelatihan teknis,
pendidikan dan pelatihan fungsional, pendidikan dan pelatihan
kepemimpinan, pendidikan dan pelatihan pra jabatan, workshop, bimbingan
teknis, sosialisasi, atau pendidikan dan pelatihan sejenis, setiap 1 (satu) hari
pelaksanaannya dihitung telah melaksanakan tugas pokok, dan setiap 2 (dua)
hari pelaksanaannya dihitung telah melaksanakan tugas tambahan.
- 16 -	
  

                     Bagian Kelima
                       Instrumen

                        Pasal 30
(1) Untuk menghitung skor kinerja dan tambahan penghasilan yang diterima
    PNS, menggunakan instrumen sebagaimana tercantum dalam lampiran
    III sampai dengan lampiran XIII yang merupakan bagian tak terpisahkan
    dari peraturan gubernur ini
(2) Lampiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri dari:
   a. Laporan Harian, untuk mencatat pekerjaan harian setiap PNS;
   b. Daftar Rekapitulasi Pengukuran Kinerja dan Besaran Tambahan
      Penghasilan, untuk merekap total skor kinerja dan besaran tambahan
      penghasilan yang diterima PNS pada suatu SKPD;
   c. Instrumen Pengukuran Kinerja dan Perhitungan Tambahan
      Penghasilan 1 (IPK PTP 1), untuk mengukur kinerja dan menghitung
      tambahan penghasilan Pejabat Fungsional Umum;
   d. Instrumen Pengukuran Kinerja dan Perhitungan Tambahan
      Penghasilan 1.1 (IPK PTP 1.1), untuk mengukur kinerja dan
      menghitung tambahan penghasilan Pejabat Fungsional Umum yang
      menjabat sebagai PPTK;
   e. Instrumen Pengukuran Kinerja dan Perhitungan Tambahan
      Penghasilan 2 (IPK PTP2), untuk mengukur kinerja dan menghitung
      tambahan penghasilan Pejabat Fungsional tertentu;
   f. Instrumen Pengukuran Kinerja dan Perhitungan Tambahan
      Penghasilan 2.1 (IPK PTP 2.1), untuk mengukur kinerja dan
      menghitung tambahan penghasilan Pejabat Fungsional Tertentu yang
      menjabat sebagai PPTK;
   g. Instrumen Pengukuran Kinerja dan Perhitungan Tambahan
      Penghasilan 3 (IPK PTP3), untuk mengukur kinerja dan menghitung
      tambahan penghasilan Pejabat Struktural Eselon III dan Eselon IV;
   h. Instrumen Pengukuran Kinerja dan Perhitungan Tambahan
      Penghasilan 3.1 (IPK PTP3.1), untuk mengukur kinerja dan
      menghitung tambahan penghasilan Pejabat Struktural Eselon III dan
      Eselon IV pada DPKD;
   i. Instrumen Pengukuran Kinerja dan Perhitungan Tambahan
      Penghasilan 4 (IPK PTP4), untuk mengukur kinerja dan menghitung
      tambahan penghasilan Sekretaris Daerah, Asisten Sekretaris Daerah,
      Kepala SKPD dan Kepala Biro;
   j. Instrumen Pengukuran Kinerja dan Perhitungan Tambahan
      Penghasilan 5 (IPK PTP5), untuk mengukur kinerja dan menghitung
- 17 -	
  

       tambahan penghasilan Staf Ahli Gubernur;


                    Bagian Keenam
                    Pejabat Penilai

                        Pasal 31
(1) Pengukuran kinerja Sekretaris Daerah dan Staf Ahli Gubernur dihimpun
    dan diakumulasikan oleh BKD dan disahkan oleh Gubernur;
(2) Pengukuran kinerja Asisten Sekretaris Daerah dan Kepala SKPD
    dihimpun dan diakumulasikan oleh BKD dan disahkan oleh Sekretaris
    Daerah;
(3) Pengukuran kinerja Kepala Biro pada Sekretariat Daerah, dihimpun dan
    diakumulasikan oleh BKD dan disahkan oleh Asisten Sekretaris Daerah
    yang menjadi atasan langsung;
(4) Pengukuran Kinerja Pejabat Struktural Eselon III selain kepala SKPD
    dilaksanakan oleh atasan langsung;
(5) Pengukuran Kinerja Pejabat Struktural Eselon IV, dilaksanakan oleh
    Pejabat Struktural Eselon III sebagai Atasan langsung;
(6) Pengukuran kinerja Pejabat Fungsional Umum dilaksanakan oleh
    Pejabat Struktural Eselon IV sebagai Atasan Langsung.
(7) Pengukuran kinerja Pejabat Fungsional Tertentu, dilaksanakan oleh
    Kepala SKPD, dan dapat didelegasikan kepada Pejabat Struktural yang
    melaksanakan fungsi kepegawaian;
(8) Hasil pelaksanaan pengukuran kinerja Pejabat Fungsional Tertentu yang
    didelegasikan kepada Pejabat Struktural yang melaksanakan fungsi
    kepegawaian sebagaimana dimaksud pada ayat (7), diketahui oleh Ketua
    Tim Penilai Angka Kredit atau Koordinator Pejabat Fungsional Tertentu
    yang ada pada SKPD yang bersangkutan;


                    Bagian Ketujuh
             Tata Cara Pengukuran Kinerja

                        Pasal 32
(1) Pejabat Penilai wajib melakukan pengukuran kinerja PNS di lingkungan
    unit kerja masing-masing selama 1 (satu) bulan, dengan menggunakan
    instrumen pengukuran kinerja dan perhitungan tambahan penghasilan
    yang telah ditetapkan.
(2) Formulir pengukuran kinerja diisi oleh pejabat penilai berdasarkan
    analisis terhadap:
- 18 -	
  

   a. Laporan kegiatan harian;
   b. Laporan realisasi anggaran terhadap anggaran kas;
   c. Laporan realisasi penerimaan pajak dan retribusi;
   d. Rekomendasi kebijakan tertulis yang disampaikan kepada Gubernur;
   e. Bukti kerja untuk menghitung angka kredit;
   f. Laporan rekapitulasi absensi bulanan; dan/atau
   g. Catatan harian pejabat penilai.
(3) Pejabat Penilai dan PNS yang dinilai wajib menandatangani formulir
    pengukuran kinerja yang telah diisi setiap bulannya.


                        Pasal 33
(1) Setiap PNS selain PNS yang tersebut dalam Pasal 11 wajib
    menyampaikan laporan hariannya setiap tanggal 1 (satu) bulan
    berikutnya kepada atasan langsung atau pejabat yang ditunjuk;
(2) Pejabat Fungsional Tertentu wajib menyampaikan laporan kegiatan
    hariannya dan menunjukkan bukti-bukti kerja untuk menghitung bahan
    angka kredit kepada Ketua Tim Penilai Angka Kredit atau Koordinator
    Jabatan Fungsional setiap tanggal 1 (satu) bulan berikutnya, untuk
    selanjutnya disampaikan kepada Kepala SKPD/Sekretaris/Kepala UPTD
    pada setiap tanggal 3 (tiga);
(3) PNS yang ditugaskan melaksanakan suatu kegiatan yang bersifat tidak
    terus menerus, berlokasi jauh dari kantor, dan jadwal selesai
    pelaksanaannya pada tanggal 1 (satu) atau setelahnya, wajib
    menyelesaikan seluruh kewajibannya terkait dengan pengukuran kinerja
    pada 1 (satu) hari kerja sebelum pelaksanaan kegiatan dilakukan;
(4) PNS yang mengambil hak cuti yang jadwal mulai masuk kerjanya
    setelah tanggal 1 (satu), wajib menyelesaikan seluruh kewajibannya
    terkait dengan pengukuran kinerja pada 1 (satu) hari kerja sebelum
    pelaksanaan cuti dilakukan;
(5) Setiap atasan atau pejabat yang ditunjuk wajib mengisi Instrumen
    Pengukuran Kinerja dan Perhitungan Tambahan Penghasilan PNS yang
    menjadi kewenangannya dan menyampaikannya kepada pejabat
    struktural yang melaksanakan fungsi kepegawaian pada SKPD setiap
    tanggal 5 (lima) bulan berikutnya;
(6) Pejabat Struktural yang melaksanakan fungsi kepegawaian pada SKPD
    wajib mengumpulkan dan mengarsipkan formulir Instrumen Pengukuran
    Kinerja dan Perhitungan Tambahan Penghasilan seluruh PNS di
    lingkungannya, sekaligus membuat daftar rekapitulasi pengukuran
    kinerja dan besaran tambahan penghasilan SKPD;
- 19 -	
  

(7) Pejabat yang melaksanakan fungsi ketatausahaan pada Biro wajib
    mengumpulkan, merekapitulasi, dan mengarsipkan Instrumen
    Pengukuran Kinerja dan Perhitungan Tambahan Penghasilan seluruh
    PNS di lingkungan Biro dan menyampaikannya kepada Biro Organisasi
    paling lambat tanggal 10 (sepuluh) untuk direkap;
(8) Staf Ahli Gubernur wajib menyampaikan rekomendasi kebijakan tertulis
    kepada Gubernur melalui Kepala BKD setiap tanggal 1 (satu) bulan
    berikutnya;


                  Bagian Kedelapan
   Petugas Pemeriksa Hasil Pengukuran Kinerja SKPD

                        Pasal 34
(1) Dalam rangka objektivitas pengukuran kinerja masing-masing SKPD,
    ditunjuk Petugas Pemeriksa Hasil Pengukuran Kinerja SKPD yang
    ditetapkan dengan Keputusan Gubernur.
(2) Petugas Pemeriksa Hasil Pengukuran Kinerja SKPD sebagaimana
    dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas memeriksa dan memverifikasi
    hasil pengukuran kinerja PNS di lingkungan SKPD setiap bulan.


                  Bagian Kesembilan
              Tim Monitoring dan Evaluasi

                        Pasal 35
(1) Dalam rangka pelaksanaan verifikasi terhadap hasil pengukuran kinerja
    dan menangani pengaduan dari PNS yang dinilai maupun pejabat
    penilai, dibentuk tim monitoring dan evaluasi yang ditetapkan dengan
    Keputusan Gubernur;
(2) Keanggotaan Tim Monitoring dan Evaluasi sebagaimana dimaksud pada
    ayat (1) terdiri dari unsur:
   a. BKD;
   b. Inspektorat Provinsi;
   c. DPKD;
(3) Tim Monitoring dan Evaluasi dipimpin oleh Kepala BKD;
(4) Untuk membantu kelancaran pekerjaan Tim Monitoring dan Evaluasi,
    dibentuk sekretariat tim yang dipimpin oleh kepala bidang terkait pada
    BKD;
(5) Tim Monitoring dan Evaluasi dalam pelaksanaan kegiatannya secara
    administratif dikoordinasikan oleh BKD.
- 20 -	
  


                        BAB V
            MEKANISME PEMBAYARAN
                     Bagian Kesatu
     Prosedur Pencairan Dana Tambahan Penghasilan

                         Pasal 36
(1) Daftar rekapitulasi pengukuran kinerja dan besaran tambahan
    penghasilan SKPD selanjutnya diperiksa dan diverifikasi oleh Petugas
    Pemeriksa Hasil Pengukuran Kinerja SKPD, dan disampaikan kepada
    BKD paling lambat tanggal 12 (dua belas) setiap bulannya;
(2) Daftar rekapitulasi pengukuran kinerja dan besaran tambahan
    penghasilan SKPD yang disampaikan kepada BKD sebagaimana
    dimaksud pada ayat (1), selanjutnya diverifikasi dan direkapitulasi oleh
    sekretariat tim monitoring dan evaluasi;
(3) Daftar rekapitulasi pengukuran kinerja dan besaran tambahan
    penghasilan SKPD yang telah diverifikasi oleh sekretariat tim
    disampaikan kembali kepada masing-masing SKPD paling lambat
    tanggal 25 (dua puluh lima) setiap bulannya;
(4) Berdasarkan daftar rekapitulasi pengukuran kinerja dan besaran
    tambahan penghasilan SKPD yang telah diverifikasi oleh sekretariat tim,
    masing-masing SKPD mengajukan SPP dan SPM pembayaran tambahan
    penghasilan dengan melampirkan daftar rekapitulasi pengukuran kinerja
    dan besaran tambahan penghasilan SKPD yang telah diverifikasi oleh
    sekretariat tim, paling lambat tanggal 1 (satu) setiap bulannya;
(5) Pembayaran tambahan penghasilan berdasarkan kinerja kepada Pegawai
    Negeri, dilakukan paling lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulannya.


                   Bagian Kedua
          Pembayaran Tambahan Penghasilan
        Bagi Yang Mengalami Perubahan Jabatan

                         Pasal 37
Pejabat Struktural Eselon II yang ditugaskan menjadi Penjabat
Bupati/Walikota, tetap diberikan tambahan penghasilan sebesar TPD, sesuai
dengan jabatan terakhir sebelum yang bersangkutan diangkat menjadi
Penjabat Bupati/Walikota.
- 21 -	
  


                        Pasal 38
(1) PNS selain pejabat struktural yang dimutasikan antar SKPD/Biro,
    pembayaran tambahan penghasilannya untuk 1 (satu) bulan pertama
    tetap dilaksanakan oleh SKPD/Biro yang lama dan untuk bulan
    berikutnya dilaksanakan oleh SKPD/Biro yang baru;
(2) PNS yang mendapat promosi dalam jabatan struktural atau mendapat
    jabatan struktural yang lebih tinggi antar SKPD/ Biro, pembayaran
    tambahan penghasilan ditentukan sebagai berikut:
   a. Apabila pelantikan dilakukan sampai tanggal 10 (sepuluh), maka
      untuk bulan pertama dan seterusnya dilaksanakan oleh SKPD/Biro
      yang baru dengan standar biaya jabatan baru yang besarannya
      berdasarkan hasil pengukuran kinerja 2 (dua) bulan sebelumnya;
   b. Apabila pelantikan dilakukan setelah tanggal 10 (sepuluh), maka
      untuk bulan pertama dilaksanakan oleh SKPD/Biro yang lama
      dengan standar biaya jabatan lama yang besarannya berdasarkan
      hasil capaian kinerja 2 (dua) bulan sebelumnya, dan untuk bulan
      selanjutnya dilaksanakan oleh SKPD/Biro yang baru dengan standar
      biaya jabatan baru berdasarkan hasil capaian kinerja 2 (dua) bulan
      sebelumnya pada SKPD/Biro yang lama dan/atau SKPD/Biro yang
      baru.
(3) PNS yang mendapat promosi dalam jabatan struktural atau mendapat
    jabatan struktural yang lebih tinggi dalam satu SKPD/Biro, pembayaran
    tambahan penghasilan ditentukan sebagai berikut:
   a. Apabila pelantikan dilakukan sampai tanggal 10 (sepuluh), maka
      untuk bulan pertama dan seterusnya dibayarkan dengan standar biaya
      jabatan baru yang besarannya berdasarkan hasil pengukuran kinerja
      2 (dua) bulan sebelumnya;
   b. Apabila pelantikan dilakukan setelah tanggal 10 (sepuluh), maka
      untuk bulan pertama dibayarkan dengan standar biaya jabatan lama
      yang besarannya berdasarkan hasil capaian kinerja 2 (dua) bulan
      sebelumnya, dan untuk bulan selanjutnya dibayarkan dengan standar
      biaya jabatan baru berdasarkan hasil capaian kinerja 2 (dua) bulan
      sebelumnya.


                        Pasal 39
(1) PNS yang diberhentikan dari Jabatan Struktural akibat penataan SKPD
    dan/atau pertimbangan selain hukuman disiplin, dapat diberikan
    tambahan penghasilan dengan ketentuan sebagai berikut:
   a. Untuk 2 (dua) bulan pertama, diberikan sebesar TPD dan dapat
- 22 -	
  

        ditambahkan TPK dan/atau TPPT berdasarkan kinerja dengan
        standar biaya sesuai dengan jabatan struktural terakhir;
    b. Untuk bulan ke-3 (ketiga) dan seterusnya, diberikan sebesar TPD
       dan dapat ditambahkan TPK dan/atau TPPT berdasarkan kinerja
       dengan standar biaya jabatan yang baru;
 (2) PNS yang diberhentikan sementara dari Jabatan Struktural karena
     sedang dalam proses hukum selain yang terkait dengan pelanggaran
     disiplin, dapat diberikan tambahan penghasilan sampai ditetapkan
     putusan pengadilan yang memiliki kekuatan hukum mengikat (in kracht
     van gewijde) sebesar TPD dengan standar biaya Jabatan Fungsional
     Umum lainnya;


                     Bagian Ketiga
Penghentian dan Pembayaran Kembali Tambahan Penghasilan

                        Pasal 40
 (1) Upaya administratif yang diajukan PNS terhadap hukuman disiplin yang
     diterimanya, tidak mengesampingkan pelaksanaan ketentuan Pasal 22;
 (2) Apabila keputusan pejabat yang berwenang menghukum dibatalkan atau
     PNS yang bersangkutan terbukti tidak bersalah, maka terhitung sejak
     mulai dihentikan, tambahan penghasilannya dibayarkan kembali sesuai
     ketentuan peraturan perundang-undangan.


                   Bagian Keempat
          Tambahan Penghasilan Tidak Terserap

                        Pasal 41
 Dana tambahan penghasilan yang tidak terserap, disetorkan ke Kas Daerah
 sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.


                  BAB VI
   KEBERATAN ATAS HASIL PENGUKURAN KINERJA

                        Pasal 42
 (1) PNS yang dinilai, dapat mengajukan keberatan atas hasil pengukuran
     kinerja yang telah dilakukan;
 (2) Keberatan atas hasil pengukuran kinerja sebagaimana dimaksud pada
     ayat (1) dibahas dan diselesaikan oleh Atasan Pejabat Penilai secara
     berjenjang sampai kepada Kepala SKPD/Biro;
- 23 -	
  

(3) Dalam hal Kepala SKPD/Biro tidak dapat menyelesaikan keberatan
    terhadap hasil pengukuran kinerja, maka Kepala SKPD/Biro melaporkan
    kepada Tim Monitoring dan Evaluasi;
(4) Tim Monitoring dan Evaluasi menindaklanjuti hasil pengkuran kinerja
    dengan membahas dan memutuskan bersama-sama Kepala SKPD/Biro
    yang bersangkutan, berdasarkan bukti-bukti pendukung yang ditunjukan
    oleh pihak yang bersengketa;
(5) Pejabat Penilai dan PNS yang dinilai wajib, menandatangani Formulir
    Pengukuran Kinerja dengan hasil pengukuran yang diputuskan oleh Tim
    Monitoring dan Evaluasi bersama dengan Kepala SKPD/Biro yang
    bersangkutan;
(6) Hasil Pengukuran kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
    selanjutnya dijadikan dasar penghitungan pemberian besaran TPK
    dan/atau TPPT.


                    BAB VII
              KETENTUAN LAIN-LAIN

                        Pasal 43
Apabila jadwal yang terkait dengan pengukuran kinerja dan pembayaran
tambahan penghasilan jatuh pada hari libur, maka jadwal tersebut digeser
sampai pada hari pertama masuk kerja setelah hari libur.


                       BAB VIII
                       SANKSI

                        Pasal 44
(1) Pejabat penilai yang berdasarkan hasil pemeriksaan Tim Monitoring dan
    Evaluasi terbukti memberikan pengukuran kinerja yang tidak sesuai
    dengan bukti kinerja, diberikan sanksi berupa pemotongan tambahan
    penghasilan sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari total tambahan
    penghasilan pada bulan berikutnya;
(2) Pejabat penilai yang terbukti tidak melakukan pengukuran kinerja
    kepada bawahannya, diberikan sanksi berupa pemotongan tambahan
    penghasilan sebesar 50% (lima puluh persen) dari total tambahan
    penghasilan pada bulan berikutnya.
- 24 -	
  

                                 BAB IX
                          KETENTUAN PERALIHAN

                                     Pasal 45
            Tambahan penghasilan bulan Januari dan Februari 2013 untuk PNSD, PNS
            Dpb., PNS Dpk., dan Pegawai Negeri lainnya yang secara aktif bertugas
            pada SKPD di lingkungan Pemerintah Daerah, selain yang diatur dalam
            Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 17, Pasal 21, dan Pasal 22, dilaksanakan
            pembayarannya secara penuh yaitu sejumlah TPD ditambah TPK dan/atau
            TPPT, dan untuk bulan berikutnya dilakukan berdasarkan kinerja.


                                 BAB X
                           KETENTUAN PENUTUP

                                     Pasal 46
            Pada saat Peraturan Gubernur ini mulai berlaku, maka Peraturan Gubernur
            Sumatera Barat Nomor 16 Tahun 2012 tentang Standar Biaya Tunjangan
            Daerah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.


                                     Pasal 47
            Peraturan Gubernur ini mulai berlaku sejak tanggal 1 Januari 2013.
            Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
            Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi
            Sumatera Barat.
                                                    Ditetapkan di Padang
                                                    pada tanggal Desember 2012
                                                   GUBERNUR SUMATERA BARAT,




                                                        IRWAN PRAYITNO
    Diundangkan di Padang
    pada tanggal   Desember 2012
      SEKRETARIS DAERAH,




           ALI ASMAR

BERITA DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2012 NOMOR

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Kepmendagri no 061_5449_tahun_2019
Kepmendagri no 061_5449_tahun_2019Kepmendagri no 061_5449_tahun_2019
Kepmendagri no 061_5449_tahun_2019Joseph Sitepu
 
UU Nomor 33 Tahun 2008
UU Nomor 33 Tahun 2008UU Nomor 33 Tahun 2008
UU Nomor 33 Tahun 2008adi-adp
 
Perbup no.-9-ttg.-tenaga-harian-lepas-tenaga-bantu-penyuluh-pertanian-thl-tb-...
Perbup no.-9-ttg.-tenaga-harian-lepas-tenaga-bantu-penyuluh-pertanian-thl-tb-...Perbup no.-9-ttg.-tenaga-harian-lepas-tenaga-bantu-penyuluh-pertanian-thl-tb-...
Perbup no.-9-ttg.-tenaga-harian-lepas-tenaga-bantu-penyuluh-pertanian-thl-tb-...ppbkab
 
No. 1 Tentang UPL barang jasa pemerintah di lingk pemerintah kab. ppb
No. 1 Tentang UPL barang jasa pemerintah di lingk pemerintah kab. ppbNo. 1 Tentang UPL barang jasa pemerintah di lingk pemerintah kab. ppb
No. 1 Tentang UPL barang jasa pemerintah di lingk pemerintah kab. ppbkabupaten_pakpakbharat
 
Perbup no.-10-ttg.-tenaga-harian-lepas-petugas-kebersihan-cleaning-service-su...
Perbup no.-10-ttg.-tenaga-harian-lepas-petugas-kebersihan-cleaning-service-su...Perbup no.-10-ttg.-tenaga-harian-lepas-petugas-kebersihan-cleaning-service-su...
Perbup no.-10-ttg.-tenaga-harian-lepas-petugas-kebersihan-cleaning-service-su...ppbkab
 
PERDA NOMOR 4 PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2014
PERDA NOMOR 4 PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2014PERDA NOMOR 4 PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2014
PERDA NOMOR 4 PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2014iceu novida adinata
 
PERDA NOMOR 3 PROV. JAWA BARAT Tahun 2014
PERDA NOMOR 3 PROV. JAWA BARAT Tahun 2014PERDA NOMOR 3 PROV. JAWA BARAT Tahun 2014
PERDA NOMOR 3 PROV. JAWA BARAT Tahun 2014iceu novida adinata
 
Kebijakan Perizinan Pertambangan Minerba berdasarkan UU 23/2014 tentang Pemer...
Kebijakan Perizinan Pertambangan Minerba berdasarkan UU 23/2014 tentang Pemer...Kebijakan Perizinan Pertambangan Minerba berdasarkan UU 23/2014 tentang Pemer...
Kebijakan Perizinan Pertambangan Minerba berdasarkan UU 23/2014 tentang Pemer...Publish What You Pay (PWYP) Indonesia
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DA...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DA...PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DA...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DA...iniPurwokerto
 
(2017) pmk 50~pmk.07~2017 tentang pengelolaan transfer ke daerah dan dana desa
(2017) pmk 50~pmk.07~2017 tentang pengelolaan transfer ke daerah dan dana desa(2017) pmk 50~pmk.07~2017 tentang pengelolaan transfer ke daerah dan dana desa
(2017) pmk 50~pmk.07~2017 tentang pengelolaan transfer ke daerah dan dana desaDodi Palowan
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN KED...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN KED...PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN KED...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN KED...iniPurwokerto
 
Sk pembuat daftar gaji 2013
Sk pembuat daftar gaji 2013Sk pembuat daftar gaji 2013
Sk pembuat daftar gaji 2013moliiceman
 
PERDA NOMOR 2 PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2014
PERDA NOMOR 2 PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2014PERDA NOMOR 2 PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2014
PERDA NOMOR 2 PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2014iceu novida adinata
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMB...
 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMB... PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMB...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMB...iniPurwokerto
 

Was ist angesagt? (20)

Kepmendagri no 061_5449_tahun_2019
Kepmendagri no 061_5449_tahun_2019Kepmendagri no 061_5449_tahun_2019
Kepmendagri no 061_5449_tahun_2019
 
UU Nomor 33 Tahun 2008
UU Nomor 33 Tahun 2008UU Nomor 33 Tahun 2008
UU Nomor 33 Tahun 2008
 
Uu no 9_2003
Uu no 9_2003Uu no 9_2003
Uu no 9_2003
 
Perbup no.-9-ttg.-tenaga-harian-lepas-tenaga-bantu-penyuluh-pertanian-thl-tb-...
Perbup no.-9-ttg.-tenaga-harian-lepas-tenaga-bantu-penyuluh-pertanian-thl-tb-...Perbup no.-9-ttg.-tenaga-harian-lepas-tenaga-bantu-penyuluh-pertanian-thl-tb-...
Perbup no.-9-ttg.-tenaga-harian-lepas-tenaga-bantu-penyuluh-pertanian-thl-tb-...
 
No. 1 Tentang UPL barang jasa pemerintah di lingk pemerintah kab. ppb
No. 1 Tentang UPL barang jasa pemerintah di lingk pemerintah kab. ppbNo. 1 Tentang UPL barang jasa pemerintah di lingk pemerintah kab. ppb
No. 1 Tentang UPL barang jasa pemerintah di lingk pemerintah kab. ppb
 
PERDA BAKORLUH JABAR
PERDA BAKORLUH JABARPERDA BAKORLUH JABAR
PERDA BAKORLUH JABAR
 
Perbup no.-10-ttg.-tenaga-harian-lepas-petugas-kebersihan-cleaning-service-su...
Perbup no.-10-ttg.-tenaga-harian-lepas-petugas-kebersihan-cleaning-service-su...Perbup no.-10-ttg.-tenaga-harian-lepas-petugas-kebersihan-cleaning-service-su...
Perbup no.-10-ttg.-tenaga-harian-lepas-petugas-kebersihan-cleaning-service-su...
 
PERDA NOMOR 4 PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2014
PERDA NOMOR 4 PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2014PERDA NOMOR 4 PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2014
PERDA NOMOR 4 PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2014
 
Pp 16 2018 satpol pp
Pp 16 2018 satpol ppPp 16 2018 satpol pp
Pp 16 2018 satpol pp
 
PERDA NOMOR 3 PROV. JAWA BARAT Tahun 2014
PERDA NOMOR 3 PROV. JAWA BARAT Tahun 2014PERDA NOMOR 3 PROV. JAWA BARAT Tahun 2014
PERDA NOMOR 3 PROV. JAWA BARAT Tahun 2014
 
Kebijakan Perizinan Pertambangan Minerba berdasarkan UU 23/2014 tentang Pemer...
Kebijakan Perizinan Pertambangan Minerba berdasarkan UU 23/2014 tentang Pemer...Kebijakan Perizinan Pertambangan Minerba berdasarkan UU 23/2014 tentang Pemer...
Kebijakan Perizinan Pertambangan Minerba berdasarkan UU 23/2014 tentang Pemer...
 
Uu 09 2003
Uu 09 2003Uu 09 2003
Uu 09 2003
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DA...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DA...PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DA...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DA...
 
(2017) pmk 50~pmk.07~2017 tentang pengelolaan transfer ke daerah dan dana desa
(2017) pmk 50~pmk.07~2017 tentang pengelolaan transfer ke daerah dan dana desa(2017) pmk 50~pmk.07~2017 tentang pengelolaan transfer ke daerah dan dana desa
(2017) pmk 50~pmk.07~2017 tentang pengelolaan transfer ke daerah dan dana desa
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN KED...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN KED...PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN KED...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN KED...
 
Sk pembuat daftar gaji 2013
Sk pembuat daftar gaji 2013Sk pembuat daftar gaji 2013
Sk pembuat daftar gaji 2013
 
PERDA NOMOR 2 PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2014
PERDA NOMOR 2 PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2014PERDA NOMOR 2 PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2014
PERDA NOMOR 2 PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2014
 
Sop keuangan
Sop keuanganSop keuangan
Sop keuangan
 
Uu 07 2000
Uu 07 2000Uu 07 2000
Uu 07 2000
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMB...
 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMB... PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMB...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMB...
 

Ähnlich wie Pergub 89 tahun 2012

Pergub_42_Th_11.doc
Pergub_42_Th_11.docPergub_42_Th_11.doc
Pergub_42_Th_11.docABINUL HAKIM
 
Perbup 42 Tahun 2020 (Perjalanan Dinas Dalam Negeri Bagi Pejabat Negara, Pej...
Perbup 42  Tahun 2020 (Perjalanan Dinas Dalam Negeri Bagi Pejabat Negara, Pej...Perbup 42  Tahun 2020 (Perjalanan Dinas Dalam Negeri Bagi Pejabat Negara, Pej...
Perbup 42 Tahun 2020 (Perjalanan Dinas Dalam Negeri Bagi Pejabat Negara, Pej...edisambas1
 
PERWAL NO. 4 TTG TPP 2020.pdf
PERWAL NO. 4 TTG TPP 2020.pdfPERWAL NO. 4 TTG TPP 2020.pdf
PERWAL NO. 4 TTG TPP 2020.pdfBellyFerdiansyah
 
Permendagri nomor-21-tahun-2011
Permendagri nomor-21-tahun-2011Permendagri nomor-21-tahun-2011
Permendagri nomor-21-tahun-2011Ismed Nur
 
Permendagri no 21 tahun 2011
Permendagri no 21 tahun 2011Permendagri no 21 tahun 2011
Permendagri no 21 tahun 2011hersu12345
 
Perda Nomor 5 2014 lembaga lain
Perda Nomor  5  2014  lembaga lain Perda Nomor  5  2014  lembaga lain
Perda Nomor 5 2014 lembaga lain santoni toni
 
Perpres 109 tahun 2016 tunjangan jafung pengelola pengadaan
Perpres 109 tahun 2016 tunjangan jafung pengelola pengadaanPerpres 109 tahun 2016 tunjangan jafung pengelola pengadaan
Perpres 109 tahun 2016 tunjangan jafung pengelola pengadaanIrman Gapur
 
No. 3 ttg perubahan atas perda kab. ppb no. 5 thn 2008 ttg org dan tata kerja...
No. 3 ttg perubahan atas perda kab. ppb no. 5 thn 2008 ttg org dan tata kerja...No. 3 ttg perubahan atas perda kab. ppb no. 5 thn 2008 ttg org dan tata kerja...
No. 3 ttg perubahan atas perda kab. ppb no. 5 thn 2008 ttg org dan tata kerja...ppbkab
 
Sk gub.std harga 2014
Sk gub.std harga 2014Sk gub.std harga 2014
Sk gub.std harga 2014Kiyut Fareta
 
Pp nomor 63_tahun_2009
Pp nomor 63_tahun_2009Pp nomor 63_tahun_2009
Pp nomor 63_tahun_2009erfne
 
Raperda ttg Pedoman Pengangkatan PNSD Dalam Jabatan Struktural
Raperda ttg Pedoman Pengangkatan PNSD Dalam Jabatan StrukturalRaperda ttg Pedoman Pengangkatan PNSD Dalam Jabatan Struktural
Raperda ttg Pedoman Pengangkatan PNSD Dalam Jabatan StrukturalAde Suerani
 
Perbup no. 31_ttg_uang_makan_
Perbup no. 31_ttg_uang_makan_Perbup no. 31_ttg_uang_makan_
Perbup no. 31_ttg_uang_makan_Nandang Sukmara
 
Perbup no. 31_ttg_uang_makan_
Perbup no. 31_ttg_uang_makan_Perbup no. 31_ttg_uang_makan_
Perbup no. 31_ttg_uang_makan_Nandang Sukmara
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN DA...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN DA...PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN DA...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN DA...iniPurwokerto
 
Perda Kabupaten nunukan tentang retribusi perpanjangan izin tenaga kerja asing
Perda Kabupaten nunukan tentang retribusi perpanjangan izin tenaga kerja asingPerda Kabupaten nunukan tentang retribusi perpanjangan izin tenaga kerja asing
Perda Kabupaten nunukan tentang retribusi perpanjangan izin tenaga kerja asingArifuddin Ali
 
Pergub nomor 3 tahun 2014
Pergub nomor 3 tahun 2014Pergub nomor 3 tahun 2014
Pergub nomor 3 tahun 2014IYs Milano
 
Permendagri 25 2009 Utk Apbd 2010
Permendagri 25 2009 Utk Apbd 2010Permendagri 25 2009 Utk Apbd 2010
Permendagri 25 2009 Utk Apbd 2010Ar Tinambunan
 

Ähnlich wie Pergub 89 tahun 2012 (20)

Pergub_42_Th_11.doc
Pergub_42_Th_11.docPergub_42_Th_11.doc
Pergub_42_Th_11.doc
 
Perbup 42 Tahun 2020 (Perjalanan Dinas Dalam Negeri Bagi Pejabat Negara, Pej...
Perbup 42  Tahun 2020 (Perjalanan Dinas Dalam Negeri Bagi Pejabat Negara, Pej...Perbup 42  Tahun 2020 (Perjalanan Dinas Dalam Negeri Bagi Pejabat Negara, Pej...
Perbup 42 Tahun 2020 (Perjalanan Dinas Dalam Negeri Bagi Pejabat Negara, Pej...
 
PERWAL NO. 4 TTG TPP 2020.pdf
PERWAL NO. 4 TTG TPP 2020.pdfPERWAL NO. 4 TTG TPP 2020.pdf
PERWAL NO. 4 TTG TPP 2020.pdf
 
Permendagri nomor-21-tahun-2011
Permendagri nomor-21-tahun-2011Permendagri nomor-21-tahun-2011
Permendagri nomor-21-tahun-2011
 
Permendagri no 21 tahun 2011
Permendagri no 21 tahun 2011Permendagri no 21 tahun 2011
Permendagri no 21 tahun 2011
 
Perda Nomor 5 2014 lembaga lain
Perda Nomor  5  2014  lembaga lain Perda Nomor  5  2014  lembaga lain
Perda Nomor 5 2014 lembaga lain
 
Perpres 109 tahun 2016 tunjangan jafung pengelola pengadaan
Perpres 109 tahun 2016 tunjangan jafung pengelola pengadaanPerpres 109 tahun 2016 tunjangan jafung pengelola pengadaan
Perpres 109 tahun 2016 tunjangan jafung pengelola pengadaan
 
No. 3 ttg perubahan atas perda kab. ppb no. 5 thn 2008 ttg org dan tata kerja...
No. 3 ttg perubahan atas perda kab. ppb no. 5 thn 2008 ttg org dan tata kerja...No. 3 ttg perubahan atas perda kab. ppb no. 5 thn 2008 ttg org dan tata kerja...
No. 3 ttg perubahan atas perda kab. ppb no. 5 thn 2008 ttg org dan tata kerja...
 
Perda 14 th 2012 bumd
Perda 14 th 2012   bumdPerda 14 th 2012   bumd
Perda 14 th 2012 bumd
 
Sk gub.std harga 2014
Sk gub.std harga 2014Sk gub.std harga 2014
Sk gub.std harga 2014
 
Pp nomor 63_tahun_2009
Pp nomor 63_tahun_2009Pp nomor 63_tahun_2009
Pp nomor 63_tahun_2009
 
Raperda ttg Pedoman Pengangkatan PNSD Dalam Jabatan Struktural
Raperda ttg Pedoman Pengangkatan PNSD Dalam Jabatan StrukturalRaperda ttg Pedoman Pengangkatan PNSD Dalam Jabatan Struktural
Raperda ttg Pedoman Pengangkatan PNSD Dalam Jabatan Struktural
 
Perbup no. 31_ttg_uang_makan_
Perbup no. 31_ttg_uang_makan_Perbup no. 31_ttg_uang_makan_
Perbup no. 31_ttg_uang_makan_
 
Perbup no. 31_ttg_uang_makan_
Perbup no. 31_ttg_uang_makan_Perbup no. 31_ttg_uang_makan_
Perbup no. 31_ttg_uang_makan_
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN DA...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN DA...PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN DA...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN DA...
 
Perda Kabupaten nunukan tentang retribusi perpanjangan izin tenaga kerja asing
Perda Kabupaten nunukan tentang retribusi perpanjangan izin tenaga kerja asingPerda Kabupaten nunukan tentang retribusi perpanjangan izin tenaga kerja asing
Perda Kabupaten nunukan tentang retribusi perpanjangan izin tenaga kerja asing
 
Permenpan2008 220
Permenpan2008 220Permenpan2008 220
Permenpan2008 220
 
Pergub nomor 3 tahun 2014
Pergub nomor 3 tahun 2014Pergub nomor 3 tahun 2014
Pergub nomor 3 tahun 2014
 
P sulsel 9_2011
P sulsel 9_2011P sulsel 9_2011
P sulsel 9_2011
 
Permendagri 25 2009 Utk Apbd 2010
Permendagri 25 2009 Utk Apbd 2010Permendagri 25 2009 Utk Apbd 2010
Permendagri 25 2009 Utk Apbd 2010
 

Mehr von Irene Susilo

Buku panduan pekan imunisasi 2015 final 10 april 2015
Buku panduan pekan imunisasi 2015 final 10 april 2015Buku panduan pekan imunisasi 2015 final 10 april 2015
Buku panduan pekan imunisasi 2015 final 10 april 2015Irene Susilo
 
Buku bank sampah compress
Buku bank sampah compressBuku bank sampah compress
Buku bank sampah compressIrene Susilo
 
Buku bank sampah compress
Buku bank sampah compressBuku bank sampah compress
Buku bank sampah compressIrene Susilo
 
Booklet phbs rumah tangga
Booklet phbs rumah tanggaBooklet phbs rumah tangga
Booklet phbs rumah tanggaIrene Susilo
 
Berperilaku sehat di jalan
Berperilaku sehat di jalanBerperilaku sehat di jalan
Berperilaku sehat di jalanIrene Susilo
 
10 phbs di rumah tangga
10 phbs di rumah tangga10 phbs di rumah tangga
10 phbs di rumah tanggaIrene Susilo
 
Buku gerakan pyd edit 11042013 final
Buku gerakan pyd edit 11042013 finalBuku gerakan pyd edit 11042013 final
Buku gerakan pyd edit 11042013 finalIrene Susilo
 
Pedoman pembinaan-kebugaran-jasmani-jemaah-haji-bagi-petugas-kesehatan
Pedoman pembinaan-kebugaran-jasmani-jemaah-haji-bagi-petugas-kesehatanPedoman pembinaan-kebugaran-jasmani-jemaah-haji-bagi-petugas-kesehatan
Pedoman pembinaan-kebugaran-jasmani-jemaah-haji-bagi-petugas-kesehatanIrene Susilo
 
Surat edaran hks dinkes
Surat edaran hks dinkesSurat edaran hks dinkes
Surat edaran hks dinkesIrene Susilo
 
Panduan HKS 2013 (Draft)
Panduan HKS 2013 (Draft)Panduan HKS 2013 (Draft)
Panduan HKS 2013 (Draft)Irene Susilo
 
Juknis HIV: Pedoman PTRM di Penjara
Juknis HIV: Pedoman PTRM di PenjaraJuknis HIV: Pedoman PTRM di Penjara
Juknis HIV: Pedoman PTRM di PenjaraIrene Susilo
 

Mehr von Irene Susilo (20)

Final program
Final programFinal program
Final program
 
Buku panduan pekan imunisasi 2015 final 10 april 2015
Buku panduan pekan imunisasi 2015 final 10 april 2015Buku panduan pekan imunisasi 2015 final 10 april 2015
Buku panduan pekan imunisasi 2015 final 10 april 2015
 
Buku bank sampah compress
Buku bank sampah compressBuku bank sampah compress
Buku bank sampah compress
 
Buku bank sampah compress
Buku bank sampah compressBuku bank sampah compress
Buku bank sampah compress
 
Ctps
CtpsCtps
Ctps
 
Booklet phbs rumah tangga
Booklet phbs rumah tanggaBooklet phbs rumah tangga
Booklet phbs rumah tangga
 
Berperilaku sehat di jalan
Berperilaku sehat di jalanBerperilaku sehat di jalan
Berperilaku sehat di jalan
 
Abat pelajar
Abat pelajarAbat pelajar
Abat pelajar
 
10 phbs di rumah tangga
10 phbs di rumah tangga10 phbs di rumah tangga
10 phbs di rumah tangga
 
Buku gerakan pyd edit 11042013 final
Buku gerakan pyd edit 11042013 finalBuku gerakan pyd edit 11042013 final
Buku gerakan pyd edit 11042013 final
 
Imed 2013
Imed 2013Imed 2013
Imed 2013
 
Imed 2013
Imed 2013Imed 2013
Imed 2013
 
BPN 2011
BPN 2011BPN 2011
BPN 2011
 
Juknis bok-2013
Juknis bok-2013Juknis bok-2013
Juknis bok-2013
 
Pedoman pembinaan-kebugaran-jasmani-jemaah-haji-bagi-petugas-kesehatan
Pedoman pembinaan-kebugaran-jasmani-jemaah-haji-bagi-petugas-kesehatanPedoman pembinaan-kebugaran-jasmani-jemaah-haji-bagi-petugas-kesehatan
Pedoman pembinaan-kebugaran-jasmani-jemaah-haji-bagi-petugas-kesehatan
 
Surat edaran hks
Surat edaran hksSurat edaran hks
Surat edaran hks
 
Surat edaran hks dinkes
Surat edaran hks dinkesSurat edaran hks dinkes
Surat edaran hks dinkes
 
Panduan HKS 2013 (Draft)
Panduan HKS 2013 (Draft)Panduan HKS 2013 (Draft)
Panduan HKS 2013 (Draft)
 
Buku
BukuBuku
Buku
 
Juknis HIV: Pedoman PTRM di Penjara
Juknis HIV: Pedoman PTRM di PenjaraJuknis HIV: Pedoman PTRM di Penjara
Juknis HIV: Pedoman PTRM di Penjara
 

Pergub 89 tahun 2012

  • 1. PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR TAHUN 2012 TENTANG TAMBAHAN PENGHASILAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memotivasi Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dalam meningkatkan kinerjanya, perlu ditingkatkan kesejahteraannya melalui pemberian tambahan penghasilan berdasarkan kinerja; b. bahwa pemberian tambahan penghasilan berdasarkan Peraturan Gubernur Sumatera Barat Nomor 16 Tahun 2012 tentang Standar Biaya Tunjangan Daerah, belum dapat memberikan hasil yang memuaskan terhadap kinerja Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, untuk itu perlu ditinjau kembali; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Tambahan Penghasilan Bagi Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 61 Tahun 1958 tentang Penetapan Undang- Undang Darurat Nomor 19 Tahun 1957 tentang Pembentukan Daerah- Daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Barat, Jambi, dan Riau Sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1646); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890);
  • 2. - 2 -   3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5135); 10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Negara Tahun 2011 Nomor 210); 11. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah Provinsi Sumatera Barat, sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2012;
  • 3. - 3 -   MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG TAMBAHAN PENGHASILAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Provinsi Sumatera Barat. 2. Gubernur adalah Gubernur Sumatera Barat. 3. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Provinsi Sumatera Barat. 4. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah Provinsi Sumatera Barat. 5. Badan Kepegawaian Daerah yang selanjutnya disingkat BKD adalah Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Sumatera Barat. 6. Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat DPKD adalah Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Provinsi Sumatera Barat. 7. Inspektorat adalah Inspektorat Provinsi Sumatera Barat. 8. Biro adalah Biro pada Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Barat. 9. Pegawai Negeri adalah Pegawai Negeri sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian. 10. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian. 11. Pegawai Negeri lainnya adalah anggota Tentara Nasional Indonesia atau anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang dipekerjakan di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat. 12. Pegawai Negeri Sipil Daerah yang selanjutnya disingkat PNSD adalah Pegawai Negeri Sipil Daerah Provinsi Sumatera Barat. 13. Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah yang selanjutnya disingkat CPNSD adalah Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah Provinsi Sumatera Barat. 14. Pegawai Negeri Sipil Diperbantukan yang selanjutnya disingkat PNS Dpb. adalah PNS selain PNSD yang bekerja pada SKPD di lingkungan
  • 4. - 4 -   Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dimana gajinya dibayarkan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Barat. 15. Pegawai Negeri Sipil Dipekerjakan yang selanjutnya disingkat PNS Dpk. adalah PNS selain PNSD yang bekerja pada SKPD di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dimana gajinya dibayarkan oleh instansi asalnya. 16. Pegawai Negeri Sipil Daerah Diperbantukan yang selanjutnya disingkat PNSD Dpb. adalah PNSD yang bekerja di luar SKPD Provinsi Sumatera Barat dimana gajinya dibayarkan oleh instansi tempat PNSD bekerja. 17. Pegawai Negeri Sipil Daerah Dipekerjakan yang selanjutnya disingkat PNSD Dpk. adalah PNSD yang bekerja di luar SKPD Provinsi Sumatera Barat dimana gajinya dibayarkan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Barat. 18. Tambahan Penghasilan adalah penghasilan tambahan yang diberikan setiap bulan kepada Pegawai Negeri berdasarkan hasil pengukuran kinerja. 19. Tambahan Penghasilan Dasar yang selanjutnya disingkat TPD adalah merupakan komponen tambahan penghasilan yang menjadi tambahan penghasilan minimal yang diperoleh setiap Pegawai Negeri sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. 20. Tambahan Penghasilan Kinerja yang selanjutnya disingkat TPK adalah merupakan komponen tambahan penghasilan yang menjadi faktor penambah TPD yang besarannya ditentukan berdasarkan hasil pengukuran kinerja. 21. Tambahan Penghasilan Pertimbangan Tertentu yang selanjutnya disingkat TPPT adalah merupakan komponen tidak terpisah dari TPK yang diberikan kepada Pegawai Negeri karena pertimbangan tempat bertugas. 22. Tambahan Penghasilan lain yang sejenis adalah tambahan penghasilan berdasarkan kinerja yang diberikan instansi selain Pemerintah Provinsi Sumatera Barat kepada Pegawai Negeri. 23. Pengukuran Kinerja adalah pengukuran terhadap prestasi kerja dan perilaku kerja yang dilaksanakan secara periodik terhadap Pegawai Negeri oleh atasan langsung atas hasil pelaksanaan tugas pekerjaan dalam unit kerja. 24. Prestasi Kerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh Pegawai Negeri dari melaksanakan suatu kegiatan yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya pada suatu satuan organisasi. 25. Perilaku Kerja adalah perbuatan atau tindakan yang ditampilkan oleh Pegawai Negeri dalam melaksanakan tugas dan fungsi sesuai
  • 5. - 5 -   jabatannya; 26. Laporan Harian adalah jurnal kegiatan harian yang dilaksanakan Pegawai Negeri yang meliputi kegiatan tugas pokok dan tugas tambahan selama 1 (satu) bulan. 27. Tugas Pokok adalah tugas utama yang merupakan penjabaran langsung dari fungsi dan tugas organisasi sebagaimana dinyatakan dalam rincian tugas jabatan Pegawai Negeri yang bersangkutan. 28. Tugas Tambahan adalah tugas lain yang diberikan oleh atasan selain tugas pokok, tetapi berhubungan dan memberi nilai manfaat bagi kinerja unit kerja atau SKPD tempat Pegawai Negeri yang bersangkutan ditugaskan, atau melaksanakan tugas yang diperintah atasan di luar jam kerja. 29. Jam Kerja adalah jam kerja sebagaimana diatur dalam Peraturan Gubernur mengenai Disiplin dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat. 30. Hari Kerja adalah hari kerja sebagaimana diatur dalam Peraturan Gubernur mengenai Disiplin dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat. 31. Unit Kerja adalah bagian dari SKPD yang melaksanakan satu atau beberapa program. 32. Pejabat Penilai adalah atasan langsung pegawai yang dinilai dengan ketentuan serendah-rendahnya pejabat eselon IV atau pejabat lain yang ditentukan. 33. Atasan Pejabat Penilai adalah atasan langsung pejabat penilai. 34. Petugas Pemeriksa Hasil Pengukuran Kinerja SKPD adalah PNS yang diberi tugas untuk memeriksa dan memverifikasi hasil pengukuran kinerja Pegawai Negeri di lingkungan SKPD/Biro, yang ditetapkan dengan keputusan Gubernur. 35. Realisasi Anggaran adalah sejumlah anggaran yang telah digunakan sampai dengan bulan berjalan untuk melaksanakan suatu kegiatan yang tercantum dalam DPA kegiatan APBD yang dikelola oleh bagian/ bidang/sekretariat/UPTD/SKPD khusus Rumah Sakit dan Inspektorat. 36. Anggaran Kas adalah dokumen perkiraan arus kas masuk yang bersumber dari penerimaan dan perkiraan arus kas keluar untuk mengatur ketersediaan dana yang cukup guna mendanai pelaksanaan kegiatan APBD dalam setiap periode. 37. Kas Daerah adalah tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh Gubernur untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan membayar seluruh pengeluaran daerah.
  • 6. - 6 -   38. Surat Permintaan Pembayaran yang selanjutnya disingkat SPP adalah dokumen yang diterbitkan oleh pejabat yang bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan/bendahara pengeluaran untuk mengajukan permintaan pembayaran. 39. Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disingkat SPM adalah dokumen yang digunakan/diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran untuk penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 Peraturan Gubernur ini dimaksudkan sebagai pedoman dalam mengukur kinerja dan menghitung besaran tambahan penghasilan yang akan diterima oleh masing-masing PNS. Pasal 3 Pemberian tambahan penghasilan bertujuan untuk memotivasi peningkatan kinerja PNS yang bekerja di lingkungan Pemerintah Daerah. BAB III TAMBAHAN PENGHASILAN Bagian Kesatu Pemberian Pasal 4 (1) PNS di lingkungan Pemerintah Daerah dapat diberikan tambahan penghasilan; (2) Pemberian tambahan penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan kinerja. Pasal 5 Kepada PNSD, PNS Dpb., PNS Dpk., dan Pegawai Negeri lainnya yang bertugas di lingkungan Pemerintah Daerah dapat diberikan tambahan penghasilan dalam bentuk TPD dan dapat ditambah dengan TPK dan/atau TPPT.
  • 7. - 7 -   Pasal 6 (1) PNSD Dpk. ke instansi lain di luar Pemerintah Daerah dapat diberikan tambahan penghasilan dalam bentuk TPD. (2) PNSD Dpb. ke instansi lain di luar Pemerintah Daerah tidak diberikan tambahan penghasilan. Pasal 7 Tambahan penghasilan tidak diberikan kepada PNS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, apabila: a. menjalani cuti besar; b. menjalani cuti di luar tanggungan negara; c. menjalani masa persiapan pensiun; d. berhenti sebagai pegawai negeri; e. diberhentikan sementara atau dinonaktifkan; f. tidak mempunyai tugas/jabatan/pekerjaan tertentu pada SKPD. Pasal 8 Kepada PNS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, hanya diberikan tambahan penghasilan dalam bentuk TPD apabila: a. Tidak masuk kerja tanpa izin lebih dari 3 (tiga) hari berturut-turut; b. Tidak membayar zakat, bagi PNS golongan III dan IV yang wajib zakat; c. Menjalani cuti bersalin; d. Menjalani cuti besar karena bersalin; e. Menjalani cuti karena alasan penting, cuti sakit, atau cuti tahunan, yang lamanya lebih dari 15 (lima belas) hari kerja; f. Pejabat Fungsional Tertentu yang diberhentikan sementara dari jabatan karena belum mencapai angka kredit dalam batas waktu yang ditentukan; g. Telah mendapat tunjangan profesi guru. Pasal 9 (1) PNS yang melaksanakan tugas belajar diberikan TPD mulai bulan berikutnya, terhitung sejak keputusan mengenai tugas belajarnya ditetapkan. (2) Pemberian TPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihentikan pada bulan ke-7 (ketujuh) sampai selesai melaksanakan tugas belajar.
  • 8. - 8 -   Pasal 10 PNS yang ditugaskan pada SKPD/UPTD yang terletak di luar wilayah Ibukota Provinsi Sumatera Barat, dapat diberikan TPPT berdasarkan hasil pengukuran kinerja. Pasal 11 Pengukuran kinerja dalam rangka pemberian tambahan penghasilan dilakukan terhadap: a. Kinerja individu bagi PNS yang menjabat sebagai Pejabat Fungsional Umum, Pejabat Fungsional Tertentu, Pejabat Fungsional Umum/Pejabat Fungsional Tertentu yang menjabat sebagai PPTK, Pejabat Eselon IV, Eselon III selain kepala SKPD, dan Staf Ahli Gubernur; b. Rata-rata akumulasi hasil pengukuran kinerja pejabat struktural yang menjadi bawahan langsung bagi pejabat eselon I, eselon II selain Staf Ahli Gubernur, dan eselon III kepala SKPD. Pasal 12 Pengukuran kinerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dilaksanakan berdasarkan: a. Variabel perilaku kerja; dan/atau b. Variabel prestasi kerja. Pasal 13 (1) Kinerja Sekretaris Daerah diukur dengan rata-rata akumulasi hasil pengukuran kinerja Asisten Sekretaris Daerah; (2) Kinerja pejabat eselon II diukur dengan ketentuan sebagai berikut: a. Kinerja Asisten Sekretaris Daerah diukur dengan rata-rata akumulasi kinerja kepala biro di lingkungannya; b. Kinerja Pejabat eselon II sebagai kepala SKPD diukur dengan rata- rata akumulasi kinerja pejabat eselon III di lingkungannya; c. Kinerja Staf ahli gubernur diukur dengan menghitung jumlah rekomendasi kebijakan tertulis yang disampaikan kepada Gubernur. d. Kinerja Kepala Biro diukur dengan rata-rata akumulasi kinerja pejabat eselon III di lingkungannya; (3) Kinerja pejabat eselon III sebagai kepala SKPD diukur dengan rata-rata akumulasi kinerja pejabat struktural yang menjadi bawahan langsungnya.
  • 9. - 9 -   Pasal 14 (1) Besaran komponen tambahan penghasilan dalam bentuk TPK dan/atau TPPT yang diterima oleh PNS ditentukan berdasarkan kinerja 2 (dua) bulan sebelumnya; (2) Penamaan tambahan penghasilan sama dengan bulan tambahan penghasilan dibayarkan. (3) Standar biaya TPD, TPK dan TPPT sebagaimana tercantum pada lampiran I dan lampiran II Peraturan Gubernur ini. Pasal 15 (1) Penghitungan besaran TPK yang akan diterima, dilaksanakan dengan menggunakan rumus: (!"#$%  !"#$  !"#$%&')  !  (!"#$%#&  !"#$#  !"#) TPK = !"" (2) Penghitungan besaran TPPT yang akan diterima, dilaksanakan dengan menggunakan rumus: (!"#$%  !"#$  !"#$%&')  !  (!"#$%#&  !"#$#  !""!) TPPT = !"" Bagian Kedua Pembayaran Pasal 16 (1) PNS Dpb., PNS Dpk., dan Pegawai Negeri lainnya dapat diberikan tambahan penghasilan pada awal bulan berikutnya setelah mempunyai tugas/jabatan/pekerjaan tertentu pada SKPD dan tidak dibayarkan tambahan penghasilan lain yang sejenis oleh instansi asal; (2) Pembayaran tambahan penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dengan ketentuan: a. untuk 2 (dua) bulan pertama diberikan sebesar TPD; b. untuk bulan ke-3 (ketiga) dan seterusnya diberikan TPD dan dapat ditambahkan TPK dan/atau TPPT berdasarkan kinerja. Pasal 17 (1) PNS yang dimutasikan menjadi PNSD karena atas permintaan sendiri, dapat diberikan tambahan penghasilan pada bulan ketujuh terhitung mulai aktif bekerja; (2) PNS yang dimutasikan menjadi PNSD untuk menduduki jabatan struktural atau jabatan fungsional tertentu, dapat diberikan tambahan
  • 10. - 10 -   penghasilan dengan ketentuan: a. untuk 2 (dua) bulan pertama diberikan sebesar TPD; b. untuk bulan ke-3 (ketiga) dan seterusnya diberikan TPD dan dapat ditambahkan TPK dan/atau TPPT berdasarkan kinerja. Pasal 18 (1) PNSD Dpk. atau PNSD Dpb. yang beralih status kembali menjadi PNSD dan mempunyai tugas/jabatan/pekerjaan tertentu pada SKPD di lingkungan Pemerintah Daerah, dapat diberikan tambahan penghasilan mulai pada awal bulan berikutnya apabila telah dihentikan pembayaran berupa tambahan penghasilan lain yang sejenis oleh instansi tempat bekerja yang lama; (2) Pembayaran tambahan penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dengan ketentuan: a. untuk 2 (dua) bulan pertama diberikan sebesar TPD; b. untuk bulan ke-3 (ketiga) dan seterusnya diberikan TPD dan dapat ditambahkan TPK dan/atau TPPT berdasarkan kinerja. Pasal 19 (1) Tambahan penghasilan terhadap PNSD Dpk. sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dapat dibayarkan apabila telah aktif bekerja pada instansi tempat dipekerjakan yang dibuktikan dengan daftar rekapitulasi kehadiran 1 (satu) bulan sebelumnya; (2) Pembayaran tambahan penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihentikan apabila yang bersangkutan telah menerima tambahan penghasilan lain yang sejenis dari instansi tempat dipekerjakan. Pasal 20 (1) Pembayaran tambahan penghasilan terhadap PNS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, dihentikan mulai pada bulan berikutnya terhitung sejak surat yang menerangkan mengenai statusnya tersebut diterbitkan/ditetapkan. (2) PNS yang telah selesai melaksanakan tugas belajar, menjalani cuti besar, cuti di luar tanggungan negara, atau telah diaktifkan kembali sebagai PNS setelah dinon-aktifkan atau pemberhentian sementara, dapat diberikan tambahan penghasilan pada awal bulan berikutnya setelah mempunyai tugas/jabatan/pekerjaan tertentu pada SKPD; (3) Pembayaran tambahan penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat
  • 11. - 11 -   (2), dengan ketentuan: a. untuk 2 (dua) bulan pertama diberikan sebesar TPD; b. untuk bulan ke-3 (ketiga) dan seterusnya diberikan TPD dan dapat ditambahkan TPK dan/atau TPPT berdasarkan kinerja. Pasal 21 (1) CPNSD dapat diberikan tambahan penghasilan pada awal bulan berikutnya terhitung mulai aktif bekerja, setelah mempunyai tugas/jabatan/pekerjaan tertentu pada SKPD; (2) Pembayaran tambahan penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dengan ketentuan: a. untuk 2 (dua) bulan pertama diberikan sebesar TPD; b. untuk bulan ke-3 (ketiga) dan seterusnya diberikan TPD dan dapat ditambahkan TPK dan/atau TPPT berdasarkan kinerja. (3) Besaran tambahan penghasilan yang diberikan kepada CPNSD adalah sebesar 80% (delapan puluh persen) dari TPD dan dapat ditambah sebanyak 80% (delapan puluh persen) dari hasil TPK dan/atau TPPT yang dihitung berdasarkan hasil pengukuran kinerja. Pasal 22 Tambahan penghasilan terhadap PNS yang dijatuhi hukuman disiplin sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, sebagai berikut: a. Hukuman disiplin ringan, tidak dibayarkan TPK dan TPPT selama 3 (tiga) bulan terhitung sejak ditetapkannya hukuman disiplin; b. Hukuman disiplin sedang, tidak dibayarkan TPK dan TPPT selama 6 (enam) bulan terhitung sejak ditetapkannya hukuman disiplin; c. Hukuman disiplin berat, tidak dibayarkan tambahan penghasilan selama 6 (enam) bulan terhitung sejak ditetapkannya hukuman disiplin. BAB IV PENGUKURAN KINERJA Bagian Kesatu Umum Pasal 23 (1) Dalam rangka pengukuran kinerja, setiap PNS selain PNS sebagaimana tercantum dalam Pasal 13 wajib membuat laporan harian terhitung mulai aktif bekerja; (2) Setiap atasan wajib memeriksa dan memverifikasi laporan harian setiap
  • 12. - 12 -   bawahan atau PNS yang menjadi kewenangannya paling sedikit 3 (tiga) hari sekali; (3) Apabila atasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berhalangan sampai dengan 7 (tujuh) hari kerja, maka pada hari pertama masuk kerja wajib memeriksa dan memverifikasi laporan harian setiap bawahan atau PNS yang menjadi kewenangannya dengan mencari informasi yang terkait pelaksanaan pekerjaan bawahannya kepada pihak-pihak yang terkait. (4) Apabila atasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berhalangan lebih dari 7 (tujuh) hari kerja, maka PNS yang ditunjuk sebagai pelaksana harian/pelaksana tugas jabatan tersebut, wajib memeriksa dan memverifikasi laporan harian setiap bawahan atau PNS yang menjadi kewenangannya paling sedikit 3 (tiga) hari sekali. Bagian Kedua Variabel dan Indikator Kinerja Pasal 24 (1) Variabel perilaku kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf a diukur dengan indikator: a. Kehadiran terlambat tanpa izin; b. Pulang lebih cepat tanpa izin; c. Tidak masuk kantor tanpa izin; d. Tidak melaksanakan tugas dan/atau perintah kedinasan dari atasan tanpa alasan yang sah; dan (2) Proporsi atau bobot untuk masing-masing indikator perilaku kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam Instrumen Pengukuran Kinerja dan Perhitungan Tambahan Penghasilan (IPK PTP). Pasal 25 (1) Variabel prestasi kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf b diukur dengan indikator: a. Pejabat Fungsional Umum, meliputi: 1. pelaksanaan tugas pokok; 2. pelaksanaan tugas tambahan; dan 3. ketepatan waktu penyampaian laporan harian. b. Pejabat Fungsional Tertentu, meliputi: 1. pencapaian bahan angka kredit setiap bulan; 2. pelaksanaan tugas tambahan; dan
  • 13. - 13 -   3. ketepatan waktu penyampaian laporan harian. c. Pejabat Struktural Eselon III dan Eselon IV, meliputi: 1. pelaksanaan tugas pokok; 2. pelaksanaan tugas tambahan; 3. persentase realisasi anggaransampai dengan bulan pengukuran kinerja terhadap anggaran kas sampai dengan bulan pengukuran kinerja, kegiatan yang dikelola oleh bagian/bidang/ sekretariat/UPTD; dan 4. ketepatan waktu penyampaian laporan harian. d. Pejabat struktural selain kepala SKPD yang bertugas di Rumah Sakit Umum Daerah, Rumah Sakit Khusus Daerah, dan Inspektorat Provinsi, meliputi: 1. pelaksanaan tugas pokok; 2. pelaksanaan tugas tambahan; 3. persentase realisasi anggaran sampai dengan bulan pengukuran kinerja terhadap anggaran kas sampai dengan bulan pengukuran kinerja, kegiatan APBD yang dikelola oleh SKPD; dan 4. ketepatan waktu penyampaian laporan harian. e. Pejabat Fungsional Umum atau Pejabat Fungsional Tertentu yang menjabat sebagai PPTK, selain indikator dari variabel prestasi kerja Pejabat Fungsional Umum atau Pejabat Fungsional Tertentu sebagaimana dimaksud pada huruf a atau huruf b, juga dilakukan pengukuran terhadap indikator “persentase realisasi anggaransampai dengan bulan pengukuran kinerja terhadap anggaran kas sampai dengan bulan pengukuran kinerja,kegiatan yang dikelola oleh bagian/bidang/sekretariat/UPTD atau SKPD khusus untuk Rumah Sakit dan Inspektorat Provinsi”; f. Pejabat Struktural Eselon III dan Eselon IV pada DPKD, selain indikator dari variabel prestasi kerja pejabat eselon III dan eselon IV sebagaimana dimaksud pada huruf c, juga dihitung indikator “pencapaian target pendapatan triwulan sebelumnya”; (2) Proporsi atau bobot untuk masing-masing indikator prestasi kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam Instrumen Pengukuran Kinerja dan Perhitungan Tambahan Penghasilan (IPK PTP).
  • 14. - 14 -   Bagian Ketiga Indikator yang dikecualikan Pasal 26 (1) Realisasi anggaran suatu kegiatan yang tidak sesuai dengan anggaran kas yang disebabkan faktor lain diluar kemampuan pelaksana kegiatan, penilaian terhadap indikator terkait kegiatan tersebut dikecualikan atau kegiatan tersebut dikeluarkan dari mekanisme pengukuran prestasi kerja. (2) Realisasi anggaran suatu kegiatan yang tidak sesuai dengan anggaran kas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib dijelaskan secara lugas sebab-sebab terjadinya permasalahan tersebut dalam suatu surat keterangan bermaterai yang ditandatangani oleh kepala SKPD/Biro. Bagian Keempat Pengaturan Izin, Pelaksanaan Tugas Pokok dan Tugas Tambahan Pasal 27 Pengaturan terhadap izin dalam rangka pengukuran variabel perilaku kerja, dilakukan sebagai berikut: a. Maksimal izin hadir terlambat, dihitung dari akumulasi waktu keterlambatan selama 8 jam dalam 1 (satu) bulan; b. Maksimal izin pulang lebih cepat, dihitung dari akumulasi waktu pulang lebih cepat selama 8 jam dalam 1 (satu) bulan; c. Izin tidak masuk kerja untuk kepentingan pribadi atau keluarga, diberikan paling lama 3 (tiga) hari dalam 1 (satu) bulan; d. Apabila PNS yang izin tidak masuk kerja melebihi 3 (tiga) hari dalam 1 (satu) bulan, maka pada hari keempat dan seterusnya dikategorikan tidak masuk kerja, kecuali yang bersangkutan mengambil hak cuti tahunan; e. Izin hadir terlambat, izin pulang lebih cepat, dan izin tidak masuk kerja harus disampaikan oleh PNS yang bersangkutan kepada atasan langsung untuk mendapatkan persetujuan izin secara tertulis. Pasal 28 Penghitungan pelaksanaan tugas pokok dan tugas tambahan dalam rangka pengukuran variabel prestasi kerja, dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut: a. pelaksanaan tugas pokok dalam 1 (satu) hari minimal 5 (lima) jam dan maksimal 7 (tujuh) jam; b. dalam hal akumulasi pelaksanaan tugas pokok kurang dari 5 (lima) jam
  • 15. - 15 -   dalam 1 (satu) hari, maka PNS yang bersangkutan dinilai tidak melaksanakan tugas pokok pada hari tersebut, kecuali melaksanakan tugas tambahan yang diperintahkan atasan, sehingga secara akumulasi mencapai jumlah jam kerja minimal 5 (lima) jam, dan minimal 3 (tiga) jam kelebihan durasi pelaksanaan tugas tambahantersebut dapat dimasukkan sebagai 1 (satu) tugas tambahan; c. dalam hal pelaksanaan tugas pokok lebih dari 7 (tujuh) jam dalam 1 (satu) hari, maka kelebihan jam kerja yang mencapai 3 (tiga) jam atau lebih, dapat dimasukkan sebagai 1 (satu) tugas tambahan; d. pelaksanaan tugas pokok dilaksanakan pada hari kerja dan tidak bisa digantikan di luar hari kerja, kecuali diperintahkan oleh pimpinan dengan ketentuan pelaksanaannya minimal 5 (lima) jam setiap hari; e. pelaksanaan apel pagi/apel sore tidak termasuk tugas pokok maupun tugas tambahan; f. mengikuti upacara bendera gabungan yang diperintahkan oleh atasan, setiap kalinya dapat dihitung sebagai 1 (satu) tugas tambahan. g. mengikuti kegiatan pembinaan fisik dan mental yang dilaksanakan oleh SKPD setiap 3 (tiga) kali dalam 1 (satu) bulan, dapat dihitung sebagai 1 (satu) tugas tambahan, dan berlaku untuk kelipatannya; h. melaksanakan tugas tambahan yang ditugaskan oleh atasan setelah melaksanakan tugas pokok minimal 5 (lima) jam dan maksimal 7 (tujuh) jam, dapat dihitung telah melaksanakan 1 (satu) tugas tambahan apabila telah mencapai jam kerja tugas tambahan minimal 2 (dua) jam setiap hari; i. melaksanakan perjalanan dinas yang ditugaskan oleh atasan, setiap 1 (satu) hari dapat dihitung sebagai 1 (satu) tugas pokok; j. penetapan tugas pokok dan rincian tugas Pejabat Fungsional Umum ditetapkan dengan Keputusan Kepala SKPD; Pasal 29 PNS yang ditugaskan mengikuti pendidikan dan pelatihan teknis, pendidikan dan pelatihan fungsional, pendidikan dan pelatihan kepemimpinan, pendidikan dan pelatihan pra jabatan, workshop, bimbingan teknis, sosialisasi, atau pendidikan dan pelatihan sejenis, setiap 1 (satu) hari pelaksanaannya dihitung telah melaksanakan tugas pokok, dan setiap 2 (dua) hari pelaksanaannya dihitung telah melaksanakan tugas tambahan.
  • 16. - 16 -   Bagian Kelima Instrumen Pasal 30 (1) Untuk menghitung skor kinerja dan tambahan penghasilan yang diterima PNS, menggunakan instrumen sebagaimana tercantum dalam lampiran III sampai dengan lampiran XIII yang merupakan bagian tak terpisahkan dari peraturan gubernur ini (2) Lampiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri dari: a. Laporan Harian, untuk mencatat pekerjaan harian setiap PNS; b. Daftar Rekapitulasi Pengukuran Kinerja dan Besaran Tambahan Penghasilan, untuk merekap total skor kinerja dan besaran tambahan penghasilan yang diterima PNS pada suatu SKPD; c. Instrumen Pengukuran Kinerja dan Perhitungan Tambahan Penghasilan 1 (IPK PTP 1), untuk mengukur kinerja dan menghitung tambahan penghasilan Pejabat Fungsional Umum; d. Instrumen Pengukuran Kinerja dan Perhitungan Tambahan Penghasilan 1.1 (IPK PTP 1.1), untuk mengukur kinerja dan menghitung tambahan penghasilan Pejabat Fungsional Umum yang menjabat sebagai PPTK; e. Instrumen Pengukuran Kinerja dan Perhitungan Tambahan Penghasilan 2 (IPK PTP2), untuk mengukur kinerja dan menghitung tambahan penghasilan Pejabat Fungsional tertentu; f. Instrumen Pengukuran Kinerja dan Perhitungan Tambahan Penghasilan 2.1 (IPK PTP 2.1), untuk mengukur kinerja dan menghitung tambahan penghasilan Pejabat Fungsional Tertentu yang menjabat sebagai PPTK; g. Instrumen Pengukuran Kinerja dan Perhitungan Tambahan Penghasilan 3 (IPK PTP3), untuk mengukur kinerja dan menghitung tambahan penghasilan Pejabat Struktural Eselon III dan Eselon IV; h. Instrumen Pengukuran Kinerja dan Perhitungan Tambahan Penghasilan 3.1 (IPK PTP3.1), untuk mengukur kinerja dan menghitung tambahan penghasilan Pejabat Struktural Eselon III dan Eselon IV pada DPKD; i. Instrumen Pengukuran Kinerja dan Perhitungan Tambahan Penghasilan 4 (IPK PTP4), untuk mengukur kinerja dan menghitung tambahan penghasilan Sekretaris Daerah, Asisten Sekretaris Daerah, Kepala SKPD dan Kepala Biro; j. Instrumen Pengukuran Kinerja dan Perhitungan Tambahan Penghasilan 5 (IPK PTP5), untuk mengukur kinerja dan menghitung
  • 17. - 17 -   tambahan penghasilan Staf Ahli Gubernur; Bagian Keenam Pejabat Penilai Pasal 31 (1) Pengukuran kinerja Sekretaris Daerah dan Staf Ahli Gubernur dihimpun dan diakumulasikan oleh BKD dan disahkan oleh Gubernur; (2) Pengukuran kinerja Asisten Sekretaris Daerah dan Kepala SKPD dihimpun dan diakumulasikan oleh BKD dan disahkan oleh Sekretaris Daerah; (3) Pengukuran kinerja Kepala Biro pada Sekretariat Daerah, dihimpun dan diakumulasikan oleh BKD dan disahkan oleh Asisten Sekretaris Daerah yang menjadi atasan langsung; (4) Pengukuran Kinerja Pejabat Struktural Eselon III selain kepala SKPD dilaksanakan oleh atasan langsung; (5) Pengukuran Kinerja Pejabat Struktural Eselon IV, dilaksanakan oleh Pejabat Struktural Eselon III sebagai Atasan langsung; (6) Pengukuran kinerja Pejabat Fungsional Umum dilaksanakan oleh Pejabat Struktural Eselon IV sebagai Atasan Langsung. (7) Pengukuran kinerja Pejabat Fungsional Tertentu, dilaksanakan oleh Kepala SKPD, dan dapat didelegasikan kepada Pejabat Struktural yang melaksanakan fungsi kepegawaian; (8) Hasil pelaksanaan pengukuran kinerja Pejabat Fungsional Tertentu yang didelegasikan kepada Pejabat Struktural yang melaksanakan fungsi kepegawaian sebagaimana dimaksud pada ayat (7), diketahui oleh Ketua Tim Penilai Angka Kredit atau Koordinator Pejabat Fungsional Tertentu yang ada pada SKPD yang bersangkutan; Bagian Ketujuh Tata Cara Pengukuran Kinerja Pasal 32 (1) Pejabat Penilai wajib melakukan pengukuran kinerja PNS di lingkungan unit kerja masing-masing selama 1 (satu) bulan, dengan menggunakan instrumen pengukuran kinerja dan perhitungan tambahan penghasilan yang telah ditetapkan. (2) Formulir pengukuran kinerja diisi oleh pejabat penilai berdasarkan analisis terhadap:
  • 18. - 18 -   a. Laporan kegiatan harian; b. Laporan realisasi anggaran terhadap anggaran kas; c. Laporan realisasi penerimaan pajak dan retribusi; d. Rekomendasi kebijakan tertulis yang disampaikan kepada Gubernur; e. Bukti kerja untuk menghitung angka kredit; f. Laporan rekapitulasi absensi bulanan; dan/atau g. Catatan harian pejabat penilai. (3) Pejabat Penilai dan PNS yang dinilai wajib menandatangani formulir pengukuran kinerja yang telah diisi setiap bulannya. Pasal 33 (1) Setiap PNS selain PNS yang tersebut dalam Pasal 11 wajib menyampaikan laporan hariannya setiap tanggal 1 (satu) bulan berikutnya kepada atasan langsung atau pejabat yang ditunjuk; (2) Pejabat Fungsional Tertentu wajib menyampaikan laporan kegiatan hariannya dan menunjukkan bukti-bukti kerja untuk menghitung bahan angka kredit kepada Ketua Tim Penilai Angka Kredit atau Koordinator Jabatan Fungsional setiap tanggal 1 (satu) bulan berikutnya, untuk selanjutnya disampaikan kepada Kepala SKPD/Sekretaris/Kepala UPTD pada setiap tanggal 3 (tiga); (3) PNS yang ditugaskan melaksanakan suatu kegiatan yang bersifat tidak terus menerus, berlokasi jauh dari kantor, dan jadwal selesai pelaksanaannya pada tanggal 1 (satu) atau setelahnya, wajib menyelesaikan seluruh kewajibannya terkait dengan pengukuran kinerja pada 1 (satu) hari kerja sebelum pelaksanaan kegiatan dilakukan; (4) PNS yang mengambil hak cuti yang jadwal mulai masuk kerjanya setelah tanggal 1 (satu), wajib menyelesaikan seluruh kewajibannya terkait dengan pengukuran kinerja pada 1 (satu) hari kerja sebelum pelaksanaan cuti dilakukan; (5) Setiap atasan atau pejabat yang ditunjuk wajib mengisi Instrumen Pengukuran Kinerja dan Perhitungan Tambahan Penghasilan PNS yang menjadi kewenangannya dan menyampaikannya kepada pejabat struktural yang melaksanakan fungsi kepegawaian pada SKPD setiap tanggal 5 (lima) bulan berikutnya; (6) Pejabat Struktural yang melaksanakan fungsi kepegawaian pada SKPD wajib mengumpulkan dan mengarsipkan formulir Instrumen Pengukuran Kinerja dan Perhitungan Tambahan Penghasilan seluruh PNS di lingkungannya, sekaligus membuat daftar rekapitulasi pengukuran kinerja dan besaran tambahan penghasilan SKPD;
  • 19. - 19 -   (7) Pejabat yang melaksanakan fungsi ketatausahaan pada Biro wajib mengumpulkan, merekapitulasi, dan mengarsipkan Instrumen Pengukuran Kinerja dan Perhitungan Tambahan Penghasilan seluruh PNS di lingkungan Biro dan menyampaikannya kepada Biro Organisasi paling lambat tanggal 10 (sepuluh) untuk direkap; (8) Staf Ahli Gubernur wajib menyampaikan rekomendasi kebijakan tertulis kepada Gubernur melalui Kepala BKD setiap tanggal 1 (satu) bulan berikutnya; Bagian Kedelapan Petugas Pemeriksa Hasil Pengukuran Kinerja SKPD Pasal 34 (1) Dalam rangka objektivitas pengukuran kinerja masing-masing SKPD, ditunjuk Petugas Pemeriksa Hasil Pengukuran Kinerja SKPD yang ditetapkan dengan Keputusan Gubernur. (2) Petugas Pemeriksa Hasil Pengukuran Kinerja SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas memeriksa dan memverifikasi hasil pengukuran kinerja PNS di lingkungan SKPD setiap bulan. Bagian Kesembilan Tim Monitoring dan Evaluasi Pasal 35 (1) Dalam rangka pelaksanaan verifikasi terhadap hasil pengukuran kinerja dan menangani pengaduan dari PNS yang dinilai maupun pejabat penilai, dibentuk tim monitoring dan evaluasi yang ditetapkan dengan Keputusan Gubernur; (2) Keanggotaan Tim Monitoring dan Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari unsur: a. BKD; b. Inspektorat Provinsi; c. DPKD; (3) Tim Monitoring dan Evaluasi dipimpin oleh Kepala BKD; (4) Untuk membantu kelancaran pekerjaan Tim Monitoring dan Evaluasi, dibentuk sekretariat tim yang dipimpin oleh kepala bidang terkait pada BKD; (5) Tim Monitoring dan Evaluasi dalam pelaksanaan kegiatannya secara administratif dikoordinasikan oleh BKD.
  • 20. - 20 -   BAB V MEKANISME PEMBAYARAN Bagian Kesatu Prosedur Pencairan Dana Tambahan Penghasilan Pasal 36 (1) Daftar rekapitulasi pengukuran kinerja dan besaran tambahan penghasilan SKPD selanjutnya diperiksa dan diverifikasi oleh Petugas Pemeriksa Hasil Pengukuran Kinerja SKPD, dan disampaikan kepada BKD paling lambat tanggal 12 (dua belas) setiap bulannya; (2) Daftar rekapitulasi pengukuran kinerja dan besaran tambahan penghasilan SKPD yang disampaikan kepada BKD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), selanjutnya diverifikasi dan direkapitulasi oleh sekretariat tim monitoring dan evaluasi; (3) Daftar rekapitulasi pengukuran kinerja dan besaran tambahan penghasilan SKPD yang telah diverifikasi oleh sekretariat tim disampaikan kembali kepada masing-masing SKPD paling lambat tanggal 25 (dua puluh lima) setiap bulannya; (4) Berdasarkan daftar rekapitulasi pengukuran kinerja dan besaran tambahan penghasilan SKPD yang telah diverifikasi oleh sekretariat tim, masing-masing SKPD mengajukan SPP dan SPM pembayaran tambahan penghasilan dengan melampirkan daftar rekapitulasi pengukuran kinerja dan besaran tambahan penghasilan SKPD yang telah diverifikasi oleh sekretariat tim, paling lambat tanggal 1 (satu) setiap bulannya; (5) Pembayaran tambahan penghasilan berdasarkan kinerja kepada Pegawai Negeri, dilakukan paling lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulannya. Bagian Kedua Pembayaran Tambahan Penghasilan Bagi Yang Mengalami Perubahan Jabatan Pasal 37 Pejabat Struktural Eselon II yang ditugaskan menjadi Penjabat Bupati/Walikota, tetap diberikan tambahan penghasilan sebesar TPD, sesuai dengan jabatan terakhir sebelum yang bersangkutan diangkat menjadi Penjabat Bupati/Walikota.
  • 21. - 21 -   Pasal 38 (1) PNS selain pejabat struktural yang dimutasikan antar SKPD/Biro, pembayaran tambahan penghasilannya untuk 1 (satu) bulan pertama tetap dilaksanakan oleh SKPD/Biro yang lama dan untuk bulan berikutnya dilaksanakan oleh SKPD/Biro yang baru; (2) PNS yang mendapat promosi dalam jabatan struktural atau mendapat jabatan struktural yang lebih tinggi antar SKPD/ Biro, pembayaran tambahan penghasilan ditentukan sebagai berikut: a. Apabila pelantikan dilakukan sampai tanggal 10 (sepuluh), maka untuk bulan pertama dan seterusnya dilaksanakan oleh SKPD/Biro yang baru dengan standar biaya jabatan baru yang besarannya berdasarkan hasil pengukuran kinerja 2 (dua) bulan sebelumnya; b. Apabila pelantikan dilakukan setelah tanggal 10 (sepuluh), maka untuk bulan pertama dilaksanakan oleh SKPD/Biro yang lama dengan standar biaya jabatan lama yang besarannya berdasarkan hasil capaian kinerja 2 (dua) bulan sebelumnya, dan untuk bulan selanjutnya dilaksanakan oleh SKPD/Biro yang baru dengan standar biaya jabatan baru berdasarkan hasil capaian kinerja 2 (dua) bulan sebelumnya pada SKPD/Biro yang lama dan/atau SKPD/Biro yang baru. (3) PNS yang mendapat promosi dalam jabatan struktural atau mendapat jabatan struktural yang lebih tinggi dalam satu SKPD/Biro, pembayaran tambahan penghasilan ditentukan sebagai berikut: a. Apabila pelantikan dilakukan sampai tanggal 10 (sepuluh), maka untuk bulan pertama dan seterusnya dibayarkan dengan standar biaya jabatan baru yang besarannya berdasarkan hasil pengukuran kinerja 2 (dua) bulan sebelumnya; b. Apabila pelantikan dilakukan setelah tanggal 10 (sepuluh), maka untuk bulan pertama dibayarkan dengan standar biaya jabatan lama yang besarannya berdasarkan hasil capaian kinerja 2 (dua) bulan sebelumnya, dan untuk bulan selanjutnya dibayarkan dengan standar biaya jabatan baru berdasarkan hasil capaian kinerja 2 (dua) bulan sebelumnya. Pasal 39 (1) PNS yang diberhentikan dari Jabatan Struktural akibat penataan SKPD dan/atau pertimbangan selain hukuman disiplin, dapat diberikan tambahan penghasilan dengan ketentuan sebagai berikut: a. Untuk 2 (dua) bulan pertama, diberikan sebesar TPD dan dapat
  • 22. - 22 -   ditambahkan TPK dan/atau TPPT berdasarkan kinerja dengan standar biaya sesuai dengan jabatan struktural terakhir; b. Untuk bulan ke-3 (ketiga) dan seterusnya, diberikan sebesar TPD dan dapat ditambahkan TPK dan/atau TPPT berdasarkan kinerja dengan standar biaya jabatan yang baru; (2) PNS yang diberhentikan sementara dari Jabatan Struktural karena sedang dalam proses hukum selain yang terkait dengan pelanggaran disiplin, dapat diberikan tambahan penghasilan sampai ditetapkan putusan pengadilan yang memiliki kekuatan hukum mengikat (in kracht van gewijde) sebesar TPD dengan standar biaya Jabatan Fungsional Umum lainnya; Bagian Ketiga Penghentian dan Pembayaran Kembali Tambahan Penghasilan Pasal 40 (1) Upaya administratif yang diajukan PNS terhadap hukuman disiplin yang diterimanya, tidak mengesampingkan pelaksanaan ketentuan Pasal 22; (2) Apabila keputusan pejabat yang berwenang menghukum dibatalkan atau PNS yang bersangkutan terbukti tidak bersalah, maka terhitung sejak mulai dihentikan, tambahan penghasilannya dibayarkan kembali sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Bagian Keempat Tambahan Penghasilan Tidak Terserap Pasal 41 Dana tambahan penghasilan yang tidak terserap, disetorkan ke Kas Daerah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB VI KEBERATAN ATAS HASIL PENGUKURAN KINERJA Pasal 42 (1) PNS yang dinilai, dapat mengajukan keberatan atas hasil pengukuran kinerja yang telah dilakukan; (2) Keberatan atas hasil pengukuran kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibahas dan diselesaikan oleh Atasan Pejabat Penilai secara berjenjang sampai kepada Kepala SKPD/Biro;
  • 23. - 23 -   (3) Dalam hal Kepala SKPD/Biro tidak dapat menyelesaikan keberatan terhadap hasil pengukuran kinerja, maka Kepala SKPD/Biro melaporkan kepada Tim Monitoring dan Evaluasi; (4) Tim Monitoring dan Evaluasi menindaklanjuti hasil pengkuran kinerja dengan membahas dan memutuskan bersama-sama Kepala SKPD/Biro yang bersangkutan, berdasarkan bukti-bukti pendukung yang ditunjukan oleh pihak yang bersengketa; (5) Pejabat Penilai dan PNS yang dinilai wajib, menandatangani Formulir Pengukuran Kinerja dengan hasil pengukuran yang diputuskan oleh Tim Monitoring dan Evaluasi bersama dengan Kepala SKPD/Biro yang bersangkutan; (6) Hasil Pengukuran kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (5) selanjutnya dijadikan dasar penghitungan pemberian besaran TPK dan/atau TPPT. BAB VII KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 43 Apabila jadwal yang terkait dengan pengukuran kinerja dan pembayaran tambahan penghasilan jatuh pada hari libur, maka jadwal tersebut digeser sampai pada hari pertama masuk kerja setelah hari libur. BAB VIII SANKSI Pasal 44 (1) Pejabat penilai yang berdasarkan hasil pemeriksaan Tim Monitoring dan Evaluasi terbukti memberikan pengukuran kinerja yang tidak sesuai dengan bukti kinerja, diberikan sanksi berupa pemotongan tambahan penghasilan sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari total tambahan penghasilan pada bulan berikutnya; (2) Pejabat penilai yang terbukti tidak melakukan pengukuran kinerja kepada bawahannya, diberikan sanksi berupa pemotongan tambahan penghasilan sebesar 50% (lima puluh persen) dari total tambahan penghasilan pada bulan berikutnya.
  • 24. - 24 -   BAB IX KETENTUAN PERALIHAN Pasal 45 Tambahan penghasilan bulan Januari dan Februari 2013 untuk PNSD, PNS Dpb., PNS Dpk., dan Pegawai Negeri lainnya yang secara aktif bertugas pada SKPD di lingkungan Pemerintah Daerah, selain yang diatur dalam Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 17, Pasal 21, dan Pasal 22, dilaksanakan pembayarannya secara penuh yaitu sejumlah TPD ditambah TPK dan/atau TPPT, dan untuk bulan berikutnya dilakukan berdasarkan kinerja. BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 46 Pada saat Peraturan Gubernur ini mulai berlaku, maka Peraturan Gubernur Sumatera Barat Nomor 16 Tahun 2012 tentang Standar Biaya Tunjangan Daerah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 47 Peraturan Gubernur ini mulai berlaku sejak tanggal 1 Januari 2013. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Sumatera Barat. Ditetapkan di Padang pada tanggal Desember 2012 GUBERNUR SUMATERA BARAT, IRWAN PRAYITNO Diundangkan di Padang pada tanggal Desember 2012 SEKRETARIS DAERAH, ALI ASMAR BERITA DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2012 NOMOR