SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 48
‘’COMBUTIO’’
LUKA BAKAR
ANDRIANI AGUSTIN
Pembimbing:
dr. Novi Kurniasari
dr. Arief Fatoni
PROGRAM DOKTER INTERNSIP KEMENKES
RS MUHAMMADIYAH JOMBANG
KABUPATEN JOMBANG JAWA TIMUR
2021
LAPORAN KASUS
BAB I
LAPORAN KASUS
2
Identitas
◦ Nama : Tn ND
◦ Usia : 51 tahun
◦ Jenis Kelamin : laki-laki
◦ Alamat : jl. Sisingamangaraja no 62 jagalan Jombang
◦ Suku : Jawa
◦ Agama : Islam
◦ Tanggal MRS : 12-nov-2021
◦ Tanggal Pemeriksaan : 12-nov-2021
◦ Pekerjaan : Wiraswasta
3
Anamnesis
◦ Keluhan Utama
Nyeri terkena air panas
◦ Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengaan keluhan nyeri karena luka bakar pada badan, tangan,dan kaki. 20
menit sebelum pasien sampai ke IGD pasien memasak air panas karena hendak mandi
dan shalat subuh, namun saat mengangkat panci yang berisi air panas penyakit vertigo
pasien kambuh, dan akhirnya air panas itu jatuh ke arah tubuh pasien.
4
Tanda dan Gejala K esimpulan Penanganan Hasil
A (airway)
 Snoring (-)
 Gargling (-)
 Crowing (-)
 C- Spine : stabil
 Maxillofacial injury
(-)
 Airway clear Observasi jalan
napas
Airway clear
c-spine stabil
maxillofacial
injury (-)
B (breathing)
Inspeksi
 Napas spontan
 Thorax simetris, tidak
ada bagian yang
tertinggal
Perkusi:
 Sonor pada kedua
lapangan paru
Auskultasi
 PD/PS: Ves/Ves, Rh
-/-. Wh -/-
 SaO2: 97%
RR : 24 x/menit
 RR: 24
x/menit
Oksigen via
nasal kanul 3
L/menit
 RR : 20x/menit
 SaO2: 100%
C (circulation)
 Capillary Refill Time<
2 detik
 Akral hangat, merah,
kering
 T/V cukup
 TD: 150/100 mmHg
 HR:111 bpm
Circulation
dalam keadaan
baik. Waspada
kompensasi
tubuh
terhada
p kemungkinan
hipovolemia
(HR : 111 bpm)
 Pasang IV line
 Pemberian
cairan RL
 CRT <2”
 Akral hangat,
merah, kering
D (disability)
 Kesadaran: GCS 14
(E3V5M6)
Ø pupil : 3 mm / 3 mm,
reaktif.
Mempertahankan
A-B-C tetap
lancar
 GCS 15
(E4V5M6)
E (exposure)
 Oedema (-)
 Fraktur (-)
Luka (+) :
Luka bakar
akibar air panas
Perawatan luka
bakar pz, burnazin,
kasa
B. Secondary Survey
B1 : airway clear dengan nasal kanul terpasang, O2 3L/menit RR:
20x/menit, Suara paru: ves ǀ ves, suara tambahan (rh & wh): - ǀ -
B2 : akral : H/M/K, CRT: < 2 detik, T : 36.7°C
B3 : GCS 14-15
B4 : tidak terpasang kateter
B5 : Abdomen : Simetris, soepel, timpani, peristaltik (+) normal. Mual (-),
muntah (-)
B6 : Oedem(-), fraktur : (-), Luka : (+),(-), luka bakar pada bagian
ekstremitas atas dan bawah , inguinal, gluteus.
◦ Riwayat Penyakit Dahulu
vertigo
◦ Riwayat Keluarga
-
◦ Riwayat Sosial
-
◦ Riwayat Pengobatan
-
7
Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan Umum
◦ Keadaan umum : pasien tampak sakit sedang-berat
◦ Kesadaran : compos mentis
◦ Tanda vital
- Tekanan darah : 150/100
- Nadi : 111 x/menit
- Laju pernapasan : 20 x/menit
- Suhu : 36 0C
- SpO2 : 97%
◦ Berat Badan : 67 kg
8
Pemeriksaan Fisik
◦ Kepala : Normosefal, a/i/c/d -/-/-/-
◦ Kulit dan wajah : sianosis (-), jaundice (-), luka bakar (-)
◦ Mata : Edema periorbital D/S (-/-), anemis -/- ,
cowong -/- , ikterik -/- , pupil bulat isokor ϴ
3 mm, reflek cahaya +/+
◦ Hidung : luka bakar/ obstruksi airway (-)
◦ Lidah dan bibir : luka bakar/ obstruksi airway (-)
◦ Leher : luka bakar/ obstruksi airway (-)
9
Pemeriksaan Fisik
◦ Inspeksi : retraksi suprasternal (-), bentuk dada simetris,luka
bakar (-)
◦ Palpasi : pergerakan dinding dada simetris, nyeri tekan (-)
◦ Perkusi : suara sonor lapang paru dextra dan sinistra
◦ Auskultasi
Ves + + Rh - - Wh - -
10
Pemeriksaan Fisik
11
Thorax Cor
◦ Inspeksi : ictus kordis tidak tampak
◦ Palpasi : ictus kordis tidak kuat angkat
◦ Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
◦ Auskultasi : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-),
Pemeriksaan Fisik
◦ Inspeksi : fatty (+), terdapat luka bakar (+)
◦ Auskultasi : Bising usus (+) normal
◦ Perkusi : Timpani
◦ Palpasi : soeple , Tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa
12
Akral hangat/kering/merah, CRT < 2 detik, terdapat luka bakar (+)
STATUS LOKALIS
-Bisep Dextra : 4,5% (2 A)
-Manus Dextra : 1% (1)
-Gluteus+Bisepfemur : 9 %
(2 A)
-Gluteus Sinistra 2 % (2A)
-Inguinal Dextra : 1 % (1)
-Tibialis Sinistra 2 % (1)
-Gastrocnemius Dextra 4,5 (1)
-Pedis Dextra 1 % (1)
-Pedis Sinistra 1 % (1)
Total 26 % derajat 2 A dan
15 % derajat 2 A
10,5% derajat 1
Pemeriksaan Penunjang
DL
Hb 14,6
Leukosit 6.600
Hct 33,6
Eritrosit 5.210.000
Trombosit 250.000
Hitung Jenis
- Eosinofil -
- Basofil -
- Batang -
- Segmen 50
- Limfosit 41
- Monosit 8
14
GDA : 164%
Diagnosis
Combutio
TERAPI
 inf RL 3.484 8 jam
 Inf RL 3.484 16 jam
 Rawat luka pz dan burnazin
 Inj ketorolac 3x1 kp
 Inj ranitidin 3x1
 Inj ondansetron 3x1
 Inj cefo 3x1
 Salep mebo 1x1 ue setiap sehari sekali
ganti
16
PENDAHULUAN
17
LATAR BELAKANG
Luka bakar merupakan suatu jenis trauma
dengan morbiditas dan mortalitas tinggi,
yang memerlukan penatalaksanaan
khusus sejak awal pada fase syok sampai
fase lanjut (Young et al, 2019).
Latar Belakang
◦ World Health Organization (WHO) tahun 2012,trauma luka bakar termasuk
kedalam peringkat ke 15 penyebab utama kematian pada anak-anak dan dewasa
muda (5-29 tahun). Angka mortalitas akibat trauma luka bakar sekitar 195.000
jiwa pertahun.
◦ Asia Tenggara merupakan wilayah penyumbang terbesar kasus luka bakar di
dunia dengan angka kematian tertinggi adalah perempuan dan anak-anak
dibawah usia 5 tahun serta orang tua yang berusia lebih dari 70 tahun
(Hasdianah & Suprapto, 2014).
TUJUAN
◦ Tingginya angka kejadian luka bakar dan komplikasinya
menjadikan pemahaman tentang terapi pada kasus luka bakar
menjadi hal yang penting dalam menurunkan angka morbiditas
dan mortalitas pasien dengan luka bakar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
21
Definisi
22
◦ Luka bakar (combustio) adalah hilang
atau rusaknya jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti
air, api, bahan kimia, listrik, dan
radiasi. Luka bakar akan
mengakibatkan tidak hanya kerusakan
kulit, tetapi juga mempengaruhi seluruh
sistem tubuh (Nina, 2008).
Epidemiologi
23
• Angka kejadian luka bakar di Indonesia
sangat tinggi, lebih dari 250 jiwa per tahun
meninggal akibat luka bakar (Kemenkes
RI, 2013a).
• Menurut data dari Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) (2013), menyatakan bahwa di
Indonesia dari tahun 2014-2018 telah
terjadi peningkatan kejadian luka bakar
sebanyak 35%.
Tahun presentase
tahun 2018 1.701 (20,19%),
tahun 2017 1.570 (18,64%)
tahun 2016 1.432 (17,03%)
tahun 2015 1.387 (16,46%)
tahun 2014 1.209 (14,35%)
Etiologi Luka Bakar
24
1.Paparan Api
(Thermal Burn)
2.Bahan Kimia
(Chemical Burn)
3.Listrik
(Electrical Burn)
4.Radiasi
(Radiasi Injury)
Klasifikasi Luka Bakar
◦ Luka bakar diklasifikasikan berdasarkan beberapa faktor, antara
lain:
1 Berdasarkan Mekanisme dan Penyebab
2 Klasifikasi Berdasarkan Derajat dan Kedalaman Luka Bakar
3 Klasifikasi Berdasarkan Luas Luka
klasifikasi
26
1.Klasifikasi Berdasarkan Mekanisme dan
Penyebab
a. Luka Bakar Termal
◦karena cairan panas, kontak dengan benda padat
panas, kontak dengan zat kimia dan aliran listrik
(WHO, 2008).
b. Luka Bakar Inhalasi
◦karena terhirupnya gas panas, cairan panas atau
produk berbahaya dari proses pembakaran yang
2. Klasifikasi Berdasarkan Derajat dan Kedalaman Luka Bakar
3.Klasifikasi Berdasarkan Luas Luka
◦ Luas luka dapat diklasifikasikan
menjadi tiga, diantaranya:
◦ a.Luka bakar ringan, yakni luka bakar
derajat I dengan luas <10% atau
derajat II dengan luas <2%.
◦ b.Luka bakar sedang, yakni luka bakar
derajat I dengan luas 10-15% atau
derajat II dengan luas 5-10%.
◦ c.Luka bakar berat, yakni luka bakar
derajat II dengan luas >20% atau
derajat III dengan luas >10% .
Patofisiologi
30
• Panas mengakibatkan kerusakan lokal dan gangguan systemic.
• peningkatan permeabilitas kapiler
• plasma bocor keluar dari kapiler ke ruang interstitial
• permeabilitas kapiler kembali normal atau membentuk trombus menjadikan
tidak adanya aliran sirkulasi darah.
• Hilangnya plasma merupakan penyebab hypovolemic shock
Orang dewasa dengan luka bakar lebih dari 15% dan pada anak-anak lebih
dari 10% dapat terjadi hypovolemic shock jika resuscitation tidak memadai.
(Tiwari, 2012).
Pemeriksaan Penunjang
Menurut Doenges M.E (2000) pemeriksaan penunjang yang diperlukan :
1.Hitung darah lengkap
2. Leukosit
2.Analisa Gas Darah ( AGD )
3.Elektrolit Serum
4.Albumin serum meningkat akibat kehilangan protein pada edema jaringan.
5.Kreatinin meningkat menunjukan perfusi jaringan.
6.EKG
7.Fotografi luka bakar
31
Gambaran klinis
◦ Pada daerah sekitar luka akan ditemukan
warna kemerahan, bulla, edema, nyeri atau
perubahan sensasi. Efek systemic yang
ditemukan pada luka bakar berat seperti
hypovolemic shock, hipotermia dan
perubahan uji metabolik (Rudall dan Green,
2010).
proses penyembuhan luka
Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka
a.Infeksi
b.Nutrisi.
c.Obat
d.Benda Asing
e.Diabetes Melitus
f..Keadaan Luka
g.Usia
h.Iskemia
i.Sirkulasi (Hipovolemia) dan Oksigenasi (Rulam, 2011).
Komplikasi
1. Segera
Sindrom kompartemen dari luka bakar sirkumferensial (luka bakar pada ekstremitas
iskemia ekstremitas, luka bakar pada toraks hipoksia dari gagal napas restriktif)
(cegah dengan eskaratomi segera).
2. Awal
a. Infeksi (waspadai steptococcus) obati infeksi yang timbul (10% organisme pada
biopsi luka) dengan antibiotik sistemis.
b. Ulkus akibat stres (ulkus cerling) ( cegah dengan antasida,broker H2 atau inhibitor
pompa protonprofilaksis)
c. Hiperkalsemia (dari sitolisis pada luka bakar luas). Obati dengan insulin,dekstrosa.
35
Penatalaksanaan
36
menurut Advanced Trauma Life Support (ATLS) secara khusus
menurut Advanced Burn Life Support (ABLS) dijabarkan sebagai
berikut.
A.Survei primer
1.Penilaian jalan nafas (Airway)
◦ cedera inhalasi
◦ Terdapat tanda-tanda radang akut daerah orofaring, seperti
eritema, Suara Serak
◦ Ledakan yang disertai api yang mengenai kepala dan badan
◦ Adanya penurunan kesadaran pada pasien.
2.Penilaian mekanisme bernafas (Breathing)
Ventilasi membutuhkan paru, dinding dada, dan diafragma
dalam keadaan yang fungsional dan harus dievaluasi pada
survey primer.
◦ Melihat dinding dada atau diafragma mengembang
◦ Mendengar dan merasakan suara napas.
◦ Memberikan terapi oksigen
C.Penilaian sirkulasi (Circulation)
◦ Perhatian utama pada adanya manifestasi klinis syok hipovolemik
(yaitu: gangguan kesadaran, pucat, takikardia, nadi cepat, dan tidak
teratur disertai pengisian kapilar yang tidak adekuat atau uji pengisian
kapilar >2 detik, suhu tubuh turun naik).
◦ Resusitasi awal pada pasien luka bakar menggunakan cairan ringer
laktat dengan menggunakan rumus baxter.
Contoh: untuk pasien dengan berat badan 100 kg dengan luka bakar 80%.
Total cairan dalam waktu 24 jam pertama
= 2-4 x 80 x 100 = 16.000 – 32.000 mL dalam 24 jam
= 8.000 – 16.000 mL dalam 8 jam pertama (1.000 - 2.000 mLper-jam) dan
sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya.
Pada anak cairan yang diberikan Ringer Laktat : Dextran = 17 : 3 dengan
total cairan 2 cc x berat badan x % luas luka bakar ditambah kebutuhan
faali diberikan ½ pada 8 jam pertama sisanya pada 16 jam berikutnya13.
B.Survei Sekunder
Komponen utama secondary survey adalah anamnesis, pemeriksaan fisik ulang, dokumentasi,
pemeriksaan laboratorium dan radiologi, pemeliharaan sirkulasi perifer pada daerah yang terbakar,
pemasangan NGT, kontrol infeksi dan penanganan nyeri, pengaturan nutrisi dan perawatan luka.
1.Anamnesis
Hal-hal yang perlu ditanyakan berupa :
A : Alergi
M : Mekanisme dan sebab trauma
M : Medikasi ( obat yang sedang diminum saat ini)
P : Past illness
L : Last meal (makan minum terakhir)
E : Event/Environtment yang berhubungan dengan kejadian perlukaan.
Edukasi
Planning Monitoring
1.Vital sign
2.Fotografi luka bakar
3.Pemeriksaan lab
4.Efek samping terapi
5.Komplikasi
6.Nutrisi
Planning Edukasi
1.Menjelaskan tentang penyakit pasien,
komplikasi, pemeriksaan penunjang yang
akan dilakukan, terapi yang akan diberikan.
2.Langkah promotif/preventif agar luka tidak
bertambah berat dan mencegah terjadinya
komplikasi seperti menjaga agar luka tidak
basa dan kotor, kemudian diperhatikan juga
nutrisinya.
3.Setelah KRS diminta untuk kontrol guna
mengetahui perkembangan kesembuhan
41
PEMBAHASAN
42
◦ pasien atas nama Tn ND, usia 51 tahun datang dengan keluhan nyeri karena terkena air panas.
Keadaan umum pasien tampak sakit sedang-berat.
◦ pemeriksaan fisik tidak didapatkan gangguan jalan nafas (airway, breathing). status lokalis luka bakar
yaitu Bisep Dextra : 4,5% (2 A) , Manus Dextra : 1% (1) , Gluteus+Bisepfemur : 9 % (2 A), Gluteus
Sinistra 2 % (2A), Inguinal Dextra : 1 % (1), Tibialis Sinistra 2 % (1), Gastrocnemius Dextra 4,5 (1), Pedis
Dextra 1 % (1), Pedis Sinistra 1 % (1). Total 26 % derajat 1 dan 2 A.
Pada Kasus Keterangan dan Teori
• inf RL 3.484 8 jam
• Inf RL 3.484 16 jam
Rawat luka pz dan burnazin
• Berdasarkan rumus baxter
• Cairan yang dipilih adalah Ringer Laktat karena kandungan
Ringer Laktat meliputi natrium 130 mmol/L, kalium 4mmol/L,
klorida 109mmol/L mEq, kalsium1,5 mmol/L, laktat 28
mmol/L yang digunakan untuk mengganti elektrolit yang
terbuang.
• Dingin menghambat produksi laktase dan asidosis,
meningkatkan fungsi katekolamin dan homeostasis
kardiovaskular.
• menghambat pelepasan histamin pada luka bakar,
memblokir kenaikan mediasi histamin ditempat luka dan
tempat-tempat lainnya dalam segi permeabilitas vaskular
sehingga meminimalkan terjadinya edema dan kebocoran
cairan intravaskular.
• Dingin menekan produksi tromboksan yang merupakan
mediator kemacetan vaskular dan berkembangnya iskemik
dermal setelah terjadinya luka bakar.
44
Pada Kasus Keterangan dan Teori
• injeksi Ranitidin 3x 50 mg iv
• Inj ondansetron 3x4 mg iv
• sebagai terapi simptomatik untuk
mengatasi keluhan mual dan muntah.
• injeksi ketorolac • Ketorolac adalah obat untuk
meredakan nyeri dan peradangan.
Obat ini sering digunakan setelah
operasi atau prosedur medis yang
bisa menyebabkan nyeri. Ketorolac
merupakan obat golongan
antiinflamasi nonsteroid (OAINS)
45
Pada Kasus Keterangan dan Teori
Inj cefotaxim 3x1
• golongan antibiotik sefalosporin yang
bekerja dengan cara membunuh bakteri
dan menghambat pertumbuhannya.
Salep mebo 1x1 ue setiap sehari sekali
ganti
• MEBO SALEP 20 GR salep herbal luka
bakar yang diformulasikan dengan
bahan-bahan herbal alami seperti :
Ekstrak Akar mangkokan, ekstrak kulit
chinensis Phellodendri, Ekstrak rimpang
Coptidis
46
Daftar Pustaka
1. Rittenhouse, B.A et al,. (2019) Predicting wound healing rates and survival with the use of automated serial evaluations of burn wounds. Diakses pada
tanggal 14 desember 2021.
2. Hasdianah & Suprapto, S.I. (2014). Patologi & Patofisiologi Penyakit.Yogyakarta:NuhaMedika
3. Lewis, et al. (2014). Medical Surgical Nursing : Assessent And Management Of Clinical Problems. St. Louis, Missouri: Elsevier Mosby.
4. Hultman, C. S., Edkins, R.E., Lee, C.N., Calvert, C.T., Cairns, B.A. (2012). Shine on: Review of Laser-and Light-Based Therapies for the Treatment of
Burn Scars. Dermatol Res Pract, 2(4): 36-51 Hultman, C. S., Juhász. I, et al. (2012) Treatment Of Partial Thickness Burns With ZnHyaluronan: Lessons
Of A Clinical Pilot Study. Diakses pada tanggal 1 Februari 2019.
5. Kaplan NE, Hentz VR. 2006. Emergency Management of Skin and Soft Tissue Wounds, An Illustrated Guide, LittleBrown. Boston : USA
6. Gurtner, GC 2007, Wound Healing: Normal and Abnormal Grabb and Smith’s Plastic Surgery, 6th edn, Lippincott Williams and Wilkins, Philadelphia, pp.
15-22.
7. Nina, R 2008, ‘Efek Penyembuhan Luka Bakar dalam Sediaan Gel Ekstrak Etanol 70% Daun Lidah Buaya (Aloe Vera L.) pada Kulit Pungung Kelinci
New Zealand’, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Solo.
8. Moenadjat 2009, Luka Bakar, Penatalaksanan Awal & Penatalaksanaannya, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, pp. 62-70. Moenadjat 2005, Pengetahuan
Klinik Praktis, Balai Penerbit FK UI, Jakarta, pp. 84-91.
9. Sjamsuhidajat, R & de Jong W 2005, Buku Ajar Ilmu Bedah, pp. 114-122.
10. Brunner & Suddarth 2012, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta, pp. 1293
11. Barbara, AB, Glen, G & Marjojie, S 2013, Williard and Spackmans’s Occupational Theraphy 12th edn, Lippincott Williams and Wilkins, Philadelphia, pp.
101- 109.
12. Tiwari, VK 2012. ‘Burn Wound: How it Differs from Other Wounds’, Indian Jurnal of Plastic Surgery, vol. 45, pp. 364-373, diakses 22 Agustus 2016,
13. Rudall, N & Green, A 2010, ‘Burns Clinical Features and Prognosis’, Clinical Pharmacist Journal, pp. 245-248, diakses 30 Juni 2017, .
14. Kaplan, NE & Hentz, VR 2006, Emergency Management of Skin and Soft Tissue Wounds, an Illustrated Guide, Little Brown, Boston, USA, pp. 112-116.
laporan kasus 18 des 2021 andriani edit.pptx

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Pemeriksaan keadaan umum pasien
Pemeriksaan keadaan umum pasienPemeriksaan keadaan umum pasien
Pemeriksaan keadaan umum pasienSulistia Rini
 
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011Surya Amal
 
Syok hipovolemik
Syok hipovolemikSyok hipovolemik
Syok hipovolemikgustians
 
Patofisiologi hipertensi
Patofisiologi hipertensiPatofisiologi hipertensi
Patofisiologi hipertensiSofiaNofianti
 
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)Novi Y'uZzman
 
Guillain barre sindrom
Guillain barre sindromGuillain barre sindrom
Guillain barre sindromFionna Pohan
 
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)fikri asyura
 
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisKolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisyudhasetya01
 
EKG, Hipertrofi Jantung
EKG, Hipertrofi JantungEKG, Hipertrofi Jantung
EKG, Hipertrofi JantungADam Raeyoo
 
Ulkus &amp; gangren diabetikum
Ulkus &amp; gangren diabetikumUlkus &amp; gangren diabetikum
Ulkus &amp; gangren diabetikumagusrandasetyawan
 
Nasopharyngeal Airway (NPA): Banyak Manfaat namun Kurang Dikenal
Nasopharyngeal Airway (NPA): Banyak Manfaat namun Kurang DikenalNasopharyngeal Airway (NPA): Banyak Manfaat namun Kurang Dikenal
Nasopharyngeal Airway (NPA): Banyak Manfaat namun Kurang DikenalRobertus Arian Datusanantyo
 

Was ist angesagt? (20)

Pemeriksaan keadaan umum pasien
Pemeriksaan keadaan umum pasienPemeriksaan keadaan umum pasien
Pemeriksaan keadaan umum pasien
 
Stilah untuk suara nafas
Stilah untuk suara nafasStilah untuk suara nafas
Stilah untuk suara nafas
 
Macam2 dan cara penyuntikan
Macam2 dan cara penyuntikanMacam2 dan cara penyuntikan
Macam2 dan cara penyuntikan
 
Diabetes Melitus Tipe 1
Diabetes Melitus Tipe 1Diabetes Melitus Tipe 1
Diabetes Melitus Tipe 1
 
Case OMSK
Case OMSKCase OMSK
Case OMSK
 
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
 
Syok hipovolemik
Syok hipovolemikSyok hipovolemik
Syok hipovolemik
 
Patofisiologi hipertensi
Patofisiologi hipertensiPatofisiologi hipertensi
Patofisiologi hipertensi
 
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
 
Peri apendikuler infiltrat
Peri apendikuler infiltratPeri apendikuler infiltrat
Peri apendikuler infiltrat
 
Guillain barre sindrom
Guillain barre sindromGuillain barre sindrom
Guillain barre sindrom
 
Luka bakar
Luka bakarLuka bakar
Luka bakar
 
Laporan kasus ppok
Laporan kasus ppokLaporan kasus ppok
Laporan kasus ppok
 
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
 
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisKolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
 
sirosis hepatis
sirosis hepatissirosis hepatis
sirosis hepatis
 
EKG, Hipertrofi Jantung
EKG, Hipertrofi JantungEKG, Hipertrofi Jantung
EKG, Hipertrofi Jantung
 
Luka Bakar
Luka BakarLuka Bakar
Luka Bakar
 
Ulkus &amp; gangren diabetikum
Ulkus &amp; gangren diabetikumUlkus &amp; gangren diabetikum
Ulkus &amp; gangren diabetikum
 
Nasopharyngeal Airway (NPA): Banyak Manfaat namun Kurang Dikenal
Nasopharyngeal Airway (NPA): Banyak Manfaat namun Kurang DikenalNasopharyngeal Airway (NPA): Banyak Manfaat namun Kurang Dikenal
Nasopharyngeal Airway (NPA): Banyak Manfaat namun Kurang Dikenal
 

Ähnlich wie laporan kasus 18 des 2021 andriani edit.pptx

Lapsus DBD Onewood dr. Mira.pptx
Lapsus DBD Onewood dr. Mira.pptxLapsus DBD Onewood dr. Mira.pptx
Lapsus DBD Onewood dr. Mira.pptxRizkyIshakPridata2
 
BST1 DF_BALQIS AL KHANSA.pptx
BST1 DF_BALQIS AL KHANSA.pptxBST1 DF_BALQIS AL KHANSA.pptx
BST1 DF_BALQIS AL KHANSA.pptxBalqisAlKhansa1
 
ppt DHF.pptx
ppt DHF.pptxppt DHF.pptx
ppt DHF.pptxAyuRetno9
 
Atika Purna PPT Kel. 1 DHF.pptx
Atika Purna PPT Kel. 1 DHF.pptxAtika Purna PPT Kel. 1 DHF.pptx
Atika Purna PPT Kel. 1 DHF.pptxwirdawirahayu3
 
Tn. MU ANEMIA APLASTIK.pptx
Tn. MU ANEMIA APLASTIK.pptxTn. MU ANEMIA APLASTIK.pptx
Tn. MU ANEMIA APLASTIK.pptxDenis Sakti
 
Case eki 1 sle fix ya
Case eki 1 sle fix yaCase eki 1 sle fix ya
Case eki 1 sle fix yabeequeen_30
 
17248 kasus problem solving diabetes mellitus dengan kom
17248 kasus problem solving diabetes mellitus dengan kom17248 kasus problem solving diabetes mellitus dengan kom
17248 kasus problem solving diabetes mellitus dengan komAini Farihah
 
Nurtika CBD Diare Kronis.pptx
Nurtika CBD Diare Kronis.pptxNurtika CBD Diare Kronis.pptx
Nurtika CBD Diare Kronis.pptxNurtika2
 
Kasus CKD stage V.pptx
Kasus CKD stage V.pptxKasus CKD stage V.pptx
Kasus CKD stage V.pptxDellaUndadewi
 

Ähnlich wie laporan kasus 18 des 2021 andriani edit.pptx (20)

Lapsus DBD Onewood dr. Mira.pptx
Lapsus DBD Onewood dr. Mira.pptxLapsus DBD Onewood dr. Mira.pptx
Lapsus DBD Onewood dr. Mira.pptx
 
Lapkas KDK.pptx
Lapkas KDK.pptxLapkas KDK.pptx
Lapkas KDK.pptx
 
DENGUE SHOCK SYDNROME
DENGUE SHOCK SYDNROMEDENGUE SHOCK SYDNROME
DENGUE SHOCK SYDNROME
 
SLIDE DHF.pptx
SLIDE DHF.pptxSLIDE DHF.pptx
SLIDE DHF.pptx
 
CLTI 041022.pptx
CLTI 041022.pptxCLTI 041022.pptx
CLTI 041022.pptx
 
Laporan Jaga 2 Juni 2022.pptx
Laporan Jaga 2 Juni 2022.pptxLaporan Jaga 2 Juni 2022.pptx
Laporan Jaga 2 Juni 2022.pptx
 
case report JRA
case report JRAcase report JRA
case report JRA
 
BST1 DF_BALQIS AL KHANSA.pptx
BST1 DF_BALQIS AL KHANSA.pptxBST1 DF_BALQIS AL KHANSA.pptx
BST1 DF_BALQIS AL KHANSA.pptx
 
ppt nike.pptx
ppt nike.pptxppt nike.pptx
ppt nike.pptx
 
ppt DHF.pptx
ppt DHF.pptxppt DHF.pptx
ppt DHF.pptx
 
Edema Anasarka.pdf
Edema Anasarka.pdfEdema Anasarka.pdf
Edema Anasarka.pdf
 
Atika Purna PPT Kel. 1 DHF.pptx
Atika Purna PPT Kel. 1 DHF.pptxAtika Purna PPT Kel. 1 DHF.pptx
Atika Purna PPT Kel. 1 DHF.pptx
 
Tn. MU ANEMIA APLASTIK.pptx
Tn. MU ANEMIA APLASTIK.pptxTn. MU ANEMIA APLASTIK.pptx
Tn. MU ANEMIA APLASTIK.pptx
 
Case eki 1 sle fix ya
Case eki 1 sle fix yaCase eki 1 sle fix ya
Case eki 1 sle fix ya
 
LK1 ALL EPB.pdf
LK1 ALL EPB.pdfLK1 ALL EPB.pdf
LK1 ALL EPB.pdf
 
17248 kasus problem solving diabetes mellitus dengan kom
17248 kasus problem solving diabetes mellitus dengan kom17248 kasus problem solving diabetes mellitus dengan kom
17248 kasus problem solving diabetes mellitus dengan kom
 
Nurtika CBD Diare Kronis.pptx
Nurtika CBD Diare Kronis.pptxNurtika CBD Diare Kronis.pptx
Nurtika CBD Diare Kronis.pptx
 
Preskas ulkus dekubitus wagner 3
Preskas ulkus dekubitus wagner 3Preskas ulkus dekubitus wagner 3
Preskas ulkus dekubitus wagner 3
 
Asah - Nefro.pptx
Asah - Nefro.pptxAsah - Nefro.pptx
Asah - Nefro.pptx
 
Kasus CKD stage V.pptx
Kasus CKD stage V.pptxKasus CKD stage V.pptx
Kasus CKD stage V.pptx
 

laporan kasus 18 des 2021 andriani edit.pptx

  • 1. ‘’COMBUTIO’’ LUKA BAKAR ANDRIANI AGUSTIN Pembimbing: dr. Novi Kurniasari dr. Arief Fatoni PROGRAM DOKTER INTERNSIP KEMENKES RS MUHAMMADIYAH JOMBANG KABUPATEN JOMBANG JAWA TIMUR 2021 LAPORAN KASUS
  • 3. Identitas ◦ Nama : Tn ND ◦ Usia : 51 tahun ◦ Jenis Kelamin : laki-laki ◦ Alamat : jl. Sisingamangaraja no 62 jagalan Jombang ◦ Suku : Jawa ◦ Agama : Islam ◦ Tanggal MRS : 12-nov-2021 ◦ Tanggal Pemeriksaan : 12-nov-2021 ◦ Pekerjaan : Wiraswasta 3
  • 4. Anamnesis ◦ Keluhan Utama Nyeri terkena air panas ◦ Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang dengaan keluhan nyeri karena luka bakar pada badan, tangan,dan kaki. 20 menit sebelum pasien sampai ke IGD pasien memasak air panas karena hendak mandi dan shalat subuh, namun saat mengangkat panci yang berisi air panas penyakit vertigo pasien kambuh, dan akhirnya air panas itu jatuh ke arah tubuh pasien. 4
  • 5. Tanda dan Gejala K esimpulan Penanganan Hasil A (airway)  Snoring (-)  Gargling (-)  Crowing (-)  C- Spine : stabil  Maxillofacial injury (-)  Airway clear Observasi jalan napas Airway clear c-spine stabil maxillofacial injury (-) B (breathing) Inspeksi  Napas spontan  Thorax simetris, tidak ada bagian yang tertinggal Perkusi:  Sonor pada kedua lapangan paru Auskultasi  PD/PS: Ves/Ves, Rh -/-. Wh -/-  SaO2: 97% RR : 24 x/menit  RR: 24 x/menit Oksigen via nasal kanul 3 L/menit  RR : 20x/menit  SaO2: 100% C (circulation)  Capillary Refill Time< 2 detik  Akral hangat, merah, kering  T/V cukup  TD: 150/100 mmHg  HR:111 bpm Circulation dalam keadaan baik. Waspada kompensasi tubuh terhada p kemungkinan hipovolemia (HR : 111 bpm)  Pasang IV line  Pemberian cairan RL  CRT <2”  Akral hangat, merah, kering D (disability)  Kesadaran: GCS 14 (E3V5M6) Ø pupil : 3 mm / 3 mm, reaktif. Mempertahankan A-B-C tetap lancar  GCS 15 (E4V5M6) E (exposure)  Oedema (-)  Fraktur (-) Luka (+) : Luka bakar akibar air panas Perawatan luka bakar pz, burnazin, kasa
  • 6. B. Secondary Survey B1 : airway clear dengan nasal kanul terpasang, O2 3L/menit RR: 20x/menit, Suara paru: ves ǀ ves, suara tambahan (rh & wh): - ǀ - B2 : akral : H/M/K, CRT: < 2 detik, T : 36.7°C B3 : GCS 14-15 B4 : tidak terpasang kateter B5 : Abdomen : Simetris, soepel, timpani, peristaltik (+) normal. Mual (-), muntah (-) B6 : Oedem(-), fraktur : (-), Luka : (+),(-), luka bakar pada bagian ekstremitas atas dan bawah , inguinal, gluteus.
  • 7. ◦ Riwayat Penyakit Dahulu vertigo ◦ Riwayat Keluarga - ◦ Riwayat Sosial - ◦ Riwayat Pengobatan - 7
  • 8. Pemeriksaan fisik a. Pemeriksaan Umum ◦ Keadaan umum : pasien tampak sakit sedang-berat ◦ Kesadaran : compos mentis ◦ Tanda vital - Tekanan darah : 150/100 - Nadi : 111 x/menit - Laju pernapasan : 20 x/menit - Suhu : 36 0C - SpO2 : 97% ◦ Berat Badan : 67 kg 8
  • 9. Pemeriksaan Fisik ◦ Kepala : Normosefal, a/i/c/d -/-/-/- ◦ Kulit dan wajah : sianosis (-), jaundice (-), luka bakar (-) ◦ Mata : Edema periorbital D/S (-/-), anemis -/- , cowong -/- , ikterik -/- , pupil bulat isokor ϴ 3 mm, reflek cahaya +/+ ◦ Hidung : luka bakar/ obstruksi airway (-) ◦ Lidah dan bibir : luka bakar/ obstruksi airway (-) ◦ Leher : luka bakar/ obstruksi airway (-) 9
  • 10. Pemeriksaan Fisik ◦ Inspeksi : retraksi suprasternal (-), bentuk dada simetris,luka bakar (-) ◦ Palpasi : pergerakan dinding dada simetris, nyeri tekan (-) ◦ Perkusi : suara sonor lapang paru dextra dan sinistra ◦ Auskultasi Ves + + Rh - - Wh - - 10
  • 11. Pemeriksaan Fisik 11 Thorax Cor ◦ Inspeksi : ictus kordis tidak tampak ◦ Palpasi : ictus kordis tidak kuat angkat ◦ Perkusi : Batas jantung dalam batas normal ◦ Auskultasi : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-),
  • 12. Pemeriksaan Fisik ◦ Inspeksi : fatty (+), terdapat luka bakar (+) ◦ Auskultasi : Bising usus (+) normal ◦ Perkusi : Timpani ◦ Palpasi : soeple , Tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa 12 Akral hangat/kering/merah, CRT < 2 detik, terdapat luka bakar (+)
  • 13. STATUS LOKALIS -Bisep Dextra : 4,5% (2 A) -Manus Dextra : 1% (1) -Gluteus+Bisepfemur : 9 % (2 A) -Gluteus Sinistra 2 % (2A) -Inguinal Dextra : 1 % (1) -Tibialis Sinistra 2 % (1) -Gastrocnemius Dextra 4,5 (1) -Pedis Dextra 1 % (1) -Pedis Sinistra 1 % (1) Total 26 % derajat 2 A dan 15 % derajat 2 A 10,5% derajat 1
  • 14. Pemeriksaan Penunjang DL Hb 14,6 Leukosit 6.600 Hct 33,6 Eritrosit 5.210.000 Trombosit 250.000 Hitung Jenis - Eosinofil - - Basofil - - Batang - - Segmen 50 - Limfosit 41 - Monosit 8 14 GDA : 164%
  • 15.
  • 16. Diagnosis Combutio TERAPI  inf RL 3.484 8 jam  Inf RL 3.484 16 jam  Rawat luka pz dan burnazin  Inj ketorolac 3x1 kp  Inj ranitidin 3x1  Inj ondansetron 3x1  Inj cefo 3x1  Salep mebo 1x1 ue setiap sehari sekali ganti 16
  • 18. LATAR BELAKANG Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas tinggi, yang memerlukan penatalaksanaan khusus sejak awal pada fase syok sampai fase lanjut (Young et al, 2019).
  • 19. Latar Belakang ◦ World Health Organization (WHO) tahun 2012,trauma luka bakar termasuk kedalam peringkat ke 15 penyebab utama kematian pada anak-anak dan dewasa muda (5-29 tahun). Angka mortalitas akibat trauma luka bakar sekitar 195.000 jiwa pertahun. ◦ Asia Tenggara merupakan wilayah penyumbang terbesar kasus luka bakar di dunia dengan angka kematian tertinggi adalah perempuan dan anak-anak dibawah usia 5 tahun serta orang tua yang berusia lebih dari 70 tahun (Hasdianah & Suprapto, 2014).
  • 20. TUJUAN ◦ Tingginya angka kejadian luka bakar dan komplikasinya menjadikan pemahaman tentang terapi pada kasus luka bakar menjadi hal yang penting dalam menurunkan angka morbiditas dan mortalitas pasien dengan luka bakar
  • 22. Definisi 22 ◦ Luka bakar (combustio) adalah hilang atau rusaknya jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti air, api, bahan kimia, listrik, dan radiasi. Luka bakar akan mengakibatkan tidak hanya kerusakan kulit, tetapi juga mempengaruhi seluruh sistem tubuh (Nina, 2008).
  • 23. Epidemiologi 23 • Angka kejadian luka bakar di Indonesia sangat tinggi, lebih dari 250 jiwa per tahun meninggal akibat luka bakar (Kemenkes RI, 2013a). • Menurut data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2013), menyatakan bahwa di Indonesia dari tahun 2014-2018 telah terjadi peningkatan kejadian luka bakar sebanyak 35%. Tahun presentase tahun 2018 1.701 (20,19%), tahun 2017 1.570 (18,64%) tahun 2016 1.432 (17,03%) tahun 2015 1.387 (16,46%) tahun 2014 1.209 (14,35%)
  • 24. Etiologi Luka Bakar 24 1.Paparan Api (Thermal Burn) 2.Bahan Kimia (Chemical Burn) 3.Listrik (Electrical Burn) 4.Radiasi (Radiasi Injury)
  • 25. Klasifikasi Luka Bakar ◦ Luka bakar diklasifikasikan berdasarkan beberapa faktor, antara lain: 1 Berdasarkan Mekanisme dan Penyebab 2 Klasifikasi Berdasarkan Derajat dan Kedalaman Luka Bakar 3 Klasifikasi Berdasarkan Luas Luka
  • 26. klasifikasi 26 1.Klasifikasi Berdasarkan Mekanisme dan Penyebab a. Luka Bakar Termal ◦karena cairan panas, kontak dengan benda padat panas, kontak dengan zat kimia dan aliran listrik (WHO, 2008). b. Luka Bakar Inhalasi ◦karena terhirupnya gas panas, cairan panas atau produk berbahaya dari proses pembakaran yang
  • 27. 2. Klasifikasi Berdasarkan Derajat dan Kedalaman Luka Bakar
  • 28. 3.Klasifikasi Berdasarkan Luas Luka ◦ Luas luka dapat diklasifikasikan menjadi tiga, diantaranya: ◦ a.Luka bakar ringan, yakni luka bakar derajat I dengan luas <10% atau derajat II dengan luas <2%. ◦ b.Luka bakar sedang, yakni luka bakar derajat I dengan luas 10-15% atau derajat II dengan luas 5-10%. ◦ c.Luka bakar berat, yakni luka bakar derajat II dengan luas >20% atau derajat III dengan luas >10% .
  • 29.
  • 30. Patofisiologi 30 • Panas mengakibatkan kerusakan lokal dan gangguan systemic. • peningkatan permeabilitas kapiler • plasma bocor keluar dari kapiler ke ruang interstitial • permeabilitas kapiler kembali normal atau membentuk trombus menjadikan tidak adanya aliran sirkulasi darah. • Hilangnya plasma merupakan penyebab hypovolemic shock Orang dewasa dengan luka bakar lebih dari 15% dan pada anak-anak lebih dari 10% dapat terjadi hypovolemic shock jika resuscitation tidak memadai. (Tiwari, 2012).
  • 31. Pemeriksaan Penunjang Menurut Doenges M.E (2000) pemeriksaan penunjang yang diperlukan : 1.Hitung darah lengkap 2. Leukosit 2.Analisa Gas Darah ( AGD ) 3.Elektrolit Serum 4.Albumin serum meningkat akibat kehilangan protein pada edema jaringan. 5.Kreatinin meningkat menunjukan perfusi jaringan. 6.EKG 7.Fotografi luka bakar 31
  • 32. Gambaran klinis ◦ Pada daerah sekitar luka akan ditemukan warna kemerahan, bulla, edema, nyeri atau perubahan sensasi. Efek systemic yang ditemukan pada luka bakar berat seperti hypovolemic shock, hipotermia dan perubahan uji metabolik (Rudall dan Green, 2010).
  • 34. Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka a.Infeksi b.Nutrisi. c.Obat d.Benda Asing e.Diabetes Melitus f..Keadaan Luka g.Usia h.Iskemia i.Sirkulasi (Hipovolemia) dan Oksigenasi (Rulam, 2011).
  • 35. Komplikasi 1. Segera Sindrom kompartemen dari luka bakar sirkumferensial (luka bakar pada ekstremitas iskemia ekstremitas, luka bakar pada toraks hipoksia dari gagal napas restriktif) (cegah dengan eskaratomi segera). 2. Awal a. Infeksi (waspadai steptococcus) obati infeksi yang timbul (10% organisme pada biopsi luka) dengan antibiotik sistemis. b. Ulkus akibat stres (ulkus cerling) ( cegah dengan antasida,broker H2 atau inhibitor pompa protonprofilaksis) c. Hiperkalsemia (dari sitolisis pada luka bakar luas). Obati dengan insulin,dekstrosa. 35
  • 36. Penatalaksanaan 36 menurut Advanced Trauma Life Support (ATLS) secara khusus menurut Advanced Burn Life Support (ABLS) dijabarkan sebagai berikut. A.Survei primer 1.Penilaian jalan nafas (Airway) ◦ cedera inhalasi ◦ Terdapat tanda-tanda radang akut daerah orofaring, seperti eritema, Suara Serak ◦ Ledakan yang disertai api yang mengenai kepala dan badan ◦ Adanya penurunan kesadaran pada pasien.
  • 37. 2.Penilaian mekanisme bernafas (Breathing) Ventilasi membutuhkan paru, dinding dada, dan diafragma dalam keadaan yang fungsional dan harus dievaluasi pada survey primer. ◦ Melihat dinding dada atau diafragma mengembang ◦ Mendengar dan merasakan suara napas. ◦ Memberikan terapi oksigen
  • 38. C.Penilaian sirkulasi (Circulation) ◦ Perhatian utama pada adanya manifestasi klinis syok hipovolemik (yaitu: gangguan kesadaran, pucat, takikardia, nadi cepat, dan tidak teratur disertai pengisian kapilar yang tidak adekuat atau uji pengisian kapilar >2 detik, suhu tubuh turun naik). ◦ Resusitasi awal pada pasien luka bakar menggunakan cairan ringer laktat dengan menggunakan rumus baxter.
  • 39. Contoh: untuk pasien dengan berat badan 100 kg dengan luka bakar 80%. Total cairan dalam waktu 24 jam pertama = 2-4 x 80 x 100 = 16.000 – 32.000 mL dalam 24 jam = 8.000 – 16.000 mL dalam 8 jam pertama (1.000 - 2.000 mLper-jam) dan sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada anak cairan yang diberikan Ringer Laktat : Dextran = 17 : 3 dengan total cairan 2 cc x berat badan x % luas luka bakar ditambah kebutuhan faali diberikan ½ pada 8 jam pertama sisanya pada 16 jam berikutnya13.
  • 40. B.Survei Sekunder Komponen utama secondary survey adalah anamnesis, pemeriksaan fisik ulang, dokumentasi, pemeriksaan laboratorium dan radiologi, pemeliharaan sirkulasi perifer pada daerah yang terbakar, pemasangan NGT, kontrol infeksi dan penanganan nyeri, pengaturan nutrisi dan perawatan luka. 1.Anamnesis Hal-hal yang perlu ditanyakan berupa : A : Alergi M : Mekanisme dan sebab trauma M : Medikasi ( obat yang sedang diminum saat ini) P : Past illness L : Last meal (makan minum terakhir) E : Event/Environtment yang berhubungan dengan kejadian perlukaan.
  • 41. Edukasi Planning Monitoring 1.Vital sign 2.Fotografi luka bakar 3.Pemeriksaan lab 4.Efek samping terapi 5.Komplikasi 6.Nutrisi Planning Edukasi 1.Menjelaskan tentang penyakit pasien, komplikasi, pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan, terapi yang akan diberikan. 2.Langkah promotif/preventif agar luka tidak bertambah berat dan mencegah terjadinya komplikasi seperti menjaga agar luka tidak basa dan kotor, kemudian diperhatikan juga nutrisinya. 3.Setelah KRS diminta untuk kontrol guna mengetahui perkembangan kesembuhan 41
  • 43. ◦ pasien atas nama Tn ND, usia 51 tahun datang dengan keluhan nyeri karena terkena air panas. Keadaan umum pasien tampak sakit sedang-berat. ◦ pemeriksaan fisik tidak didapatkan gangguan jalan nafas (airway, breathing). status lokalis luka bakar yaitu Bisep Dextra : 4,5% (2 A) , Manus Dextra : 1% (1) , Gluteus+Bisepfemur : 9 % (2 A), Gluteus Sinistra 2 % (2A), Inguinal Dextra : 1 % (1), Tibialis Sinistra 2 % (1), Gastrocnemius Dextra 4,5 (1), Pedis Dextra 1 % (1), Pedis Sinistra 1 % (1). Total 26 % derajat 1 dan 2 A.
  • 44. Pada Kasus Keterangan dan Teori • inf RL 3.484 8 jam • Inf RL 3.484 16 jam Rawat luka pz dan burnazin • Berdasarkan rumus baxter • Cairan yang dipilih adalah Ringer Laktat karena kandungan Ringer Laktat meliputi natrium 130 mmol/L, kalium 4mmol/L, klorida 109mmol/L mEq, kalsium1,5 mmol/L, laktat 28 mmol/L yang digunakan untuk mengganti elektrolit yang terbuang. • Dingin menghambat produksi laktase dan asidosis, meningkatkan fungsi katekolamin dan homeostasis kardiovaskular. • menghambat pelepasan histamin pada luka bakar, memblokir kenaikan mediasi histamin ditempat luka dan tempat-tempat lainnya dalam segi permeabilitas vaskular sehingga meminimalkan terjadinya edema dan kebocoran cairan intravaskular. • Dingin menekan produksi tromboksan yang merupakan mediator kemacetan vaskular dan berkembangnya iskemik dermal setelah terjadinya luka bakar. 44
  • 45. Pada Kasus Keterangan dan Teori • injeksi Ranitidin 3x 50 mg iv • Inj ondansetron 3x4 mg iv • sebagai terapi simptomatik untuk mengatasi keluhan mual dan muntah. • injeksi ketorolac • Ketorolac adalah obat untuk meredakan nyeri dan peradangan. Obat ini sering digunakan setelah operasi atau prosedur medis yang bisa menyebabkan nyeri. Ketorolac merupakan obat golongan antiinflamasi nonsteroid (OAINS) 45
  • 46. Pada Kasus Keterangan dan Teori Inj cefotaxim 3x1 • golongan antibiotik sefalosporin yang bekerja dengan cara membunuh bakteri dan menghambat pertumbuhannya. Salep mebo 1x1 ue setiap sehari sekali ganti • MEBO SALEP 20 GR salep herbal luka bakar yang diformulasikan dengan bahan-bahan herbal alami seperti : Ekstrak Akar mangkokan, ekstrak kulit chinensis Phellodendri, Ekstrak rimpang Coptidis 46
  • 47. Daftar Pustaka 1. Rittenhouse, B.A et al,. (2019) Predicting wound healing rates and survival with the use of automated serial evaluations of burn wounds. Diakses pada tanggal 14 desember 2021. 2. Hasdianah & Suprapto, S.I. (2014). Patologi & Patofisiologi Penyakit.Yogyakarta:NuhaMedika 3. Lewis, et al. (2014). Medical Surgical Nursing : Assessent And Management Of Clinical Problems. St. Louis, Missouri: Elsevier Mosby. 4. Hultman, C. S., Edkins, R.E., Lee, C.N., Calvert, C.T., Cairns, B.A. (2012). Shine on: Review of Laser-and Light-Based Therapies for the Treatment of Burn Scars. Dermatol Res Pract, 2(4): 36-51 Hultman, C. S., Juhász. I, et al. (2012) Treatment Of Partial Thickness Burns With ZnHyaluronan: Lessons Of A Clinical Pilot Study. Diakses pada tanggal 1 Februari 2019. 5. Kaplan NE, Hentz VR. 2006. Emergency Management of Skin and Soft Tissue Wounds, An Illustrated Guide, LittleBrown. Boston : USA 6. Gurtner, GC 2007, Wound Healing: Normal and Abnormal Grabb and Smith’s Plastic Surgery, 6th edn, Lippincott Williams and Wilkins, Philadelphia, pp. 15-22. 7. Nina, R 2008, ‘Efek Penyembuhan Luka Bakar dalam Sediaan Gel Ekstrak Etanol 70% Daun Lidah Buaya (Aloe Vera L.) pada Kulit Pungung Kelinci New Zealand’, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Solo. 8. Moenadjat 2009, Luka Bakar, Penatalaksanan Awal & Penatalaksanaannya, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, pp. 62-70. Moenadjat 2005, Pengetahuan Klinik Praktis, Balai Penerbit FK UI, Jakarta, pp. 84-91. 9. Sjamsuhidajat, R & de Jong W 2005, Buku Ajar Ilmu Bedah, pp. 114-122. 10. Brunner & Suddarth 2012, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta, pp. 1293 11. Barbara, AB, Glen, G & Marjojie, S 2013, Williard and Spackmans’s Occupational Theraphy 12th edn, Lippincott Williams and Wilkins, Philadelphia, pp. 101- 109. 12. Tiwari, VK 2012. ‘Burn Wound: How it Differs from Other Wounds’, Indian Jurnal of Plastic Surgery, vol. 45, pp. 364-373, diakses 22 Agustus 2016, 13. Rudall, N & Green, A 2010, ‘Burns Clinical Features and Prognosis’, Clinical Pharmacist Journal, pp. 245-248, diakses 30 Juni 2017, . 14. Kaplan, NE & Hentz, VR 2006, Emergency Management of Skin and Soft Tissue Wounds, an Illustrated Guide, Little Brown, Boston, USA, pp. 112-116.

Hinweis der Redaktion

  1. Akut : kurang dari 7 hari Kronik : diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dan bukan disebabkan oleh bakterial seperti penyakit sensitive terhadap glutein dan gangguan metabolism Persisten : diare yang berlangsung lebih dari 2 minggu dengan penyebab infeksi
  2. Gangguan sekretorik terjadi bila absorbsi natrium oleh villi gagal sedangkan sekresi klorida oleh sel epitel berlangsung terus atau meningkat. Osmotik : suatu bahan yang secara osmotik aktif dan tidak dapat diserap. Gangguan motilitas usus, hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare