Dokumen tersebut membahas ketentuan dan pedoman pembangunan sistem pengolahan air limbah domestik, mencakup kualifikasi kontraktor dan konsultan, persiapan lokasi dan peralatan, konstruksi sipil dan mekanikal, serta uji coba unit-unit pengolahan."
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...
Pengendalian dan pengawasan pembangunan iplt dan ipal
1. PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN PEMBANGUNAN
IPLT DAN IPAL
Pada pedoman pembangunan pengolahan air limbah domestik yang menggunakan sistem
pengelolaan setempat atau terpusat, terdapat beberapa ketentuan yang harus dipenuhi.
Ketentuan-ketentuan tersebut kana diuraikan pada bagian ini. Tata cara pembangunan IPLT ini
mengacu pada Petunjuk Teknis No. CT/AL/Ba-TC/ 002/98 tentang Tata Cara Pembangunan
IPLT Sistem Kolam.
1. Ketentuan Umum
1.1 Kontraktor Pelaksana
Kualifikasi: Nilai pekerjaan yang akan dikerjakan mementukan kualifikasi kontraktor
pelaksana. Sehingga kontraktor yang memiliki kualifikasi di bawah dari kualifikasi yang
ditetapkan untuk pelaksanaan pekerjaan berdasarkan nilai kontrak pekerjaan tidak dapat dipilih
untuk mengerjakan pengolahan air limbah domestik
Jaminan Pekerjaan: Kontraktor yang akan melaksanakan pembangunan pengolahan air limbah
domestik ini harus memiliki jaminan perkerjaan yang akan dikeluarkan oleh lembaga-lembaga
keuangan yang berwenang untuk melakukan itu.
Pengalaman Kerja: Harus memiliki pengalaman kerja minimal 3 tahun dalam pekerjaan
pembangunan pengolahan air limbah domestik.
Tenaga Ahli: Harus memiliki tenaga ahli dengan pengalaman kerja minimal 5 tahun dalam
bidang pekerjaan yang akan dilakukan. Jumlah tenaga ahli yang dimiliki kontraktor pelaksana
harus mencukupi untuk melaksanakan pekerjaan pembangunan pengolahan air limbah
domestik.
Tenaga Lapangan: Kontraktor pelaksana harus memiliki tenaga lapangan yang telah
berpengalaman dalam bidang pembangunan pengolahan air limbah domestik dengan lama
pengalaman kerja minimal 5 (lima) tahun dalam bidang pekerjaan yang akan dilakukannya.
Jumlah tenaga lapangan yang dimiliki oleh kontraktor pelaksana harus mencukupi untuk
melakukan pengawasan terhadap pekerjaan pembangunan pengolahan air limbah domestik.
Peralatan yang Dimiliki: Harus memiliki peralatan sendiri untuk memudahkan pekerjaan
pembangunan pengolahan air limbah domestik ini. Hal ini juga akan mempercepat waktu
pekerjaan dan menghemat biaya yang harus dikeluarkan.
1
2. Jadwal Kerja: Kontraktor pelaksana harus memiliki jadwal yang jelas agar mudah diketahui
tahapan-tahapan pekerjaan yang dilakukan dan perkiraan selesainya pekerjaan pembangunan
pengolahan air limbah domestik.
1.2 Konsultan Supervisi
Pengalaman Kerja: Harus memiliki pengalaman kerja minimal 3 tahun dalam pekerjaan
pengolahan air limbah domestik.
Tenaga Ahli: Harus memiliki tenaga ahli dalam pelaksanaan pembangunan pengolahan air
limbah domestik dengan pengalaman kerja minimal 5 tahun. Hal ini untuk mempermudah
koordinasi pekerjaan bila terdapat perubahan-perubahan yang harus dilakukan di lapangan agar
tidak mengubah sistem pengolahan air limbah domestik yang telah direncanakan.
Tenaga Lapangan: Harus memiliki tenaga lapangan yang telah berpengalaman dalam bidang
pembangunan pengolahan air limbah domestik dengan pengalaman kerja minimal 5 tahun
dalam bidang pekerjaan yang akan dilakukan. Jumlah tenaga lapangan yang dimiliki harus
mencukupi untuk melakukan pengawasan terhadap pekerjaan pembangaunan pengolahan air
limbah domestik yang dilakukan oleh kontraktor pelaksana.
1.3 Partisipasi Masyarakat
Pertisipasi masyarakat dalam pembangaunan pengolahan air limbah domestik dapat
mempermudah pekerjaan pembangunan yang terutama bantuan masyarakat dalam beberapa hal,
diantaranya:
Lokasi: Mempermudah pekerjaan pembangunan serta diperoleh akses jalan menuju lokasi
sehingga dapat dicapai dengan mudah.
Bahan: Mempermudah dalam hal pengadaan, yang mana dapat mengurangi waktu
pengangkutan dan biaya pembelian bahan kerja.
Tenaga Kerja: Mengurangi biaya yang harus dikeluarkan untuk upah buruh dan buruh lokal
akan berusaha membantu mempercepat penyelesaian program pembangunan.
1.4 Peran Serta Swasta
Peran swasta dilakukan dengan mensubstitusikan peran-peran yang dilakukan oleh pemerintah
dalam hal perencanaan, pmbangunan dan pengolahan air limbah domestik atau sebagai
penyandang dana. Peran swasta yang akan mempermudah pekerjaan pembangunan diantaranya:
2
3. Penyediaan Lokasi: berupa pemberian lokasi yang dimiliki (tanah) atau berupa bantuan dana
untuk memperoleh lokasi yang dibutuhkan.
Penyediaan Bahan: Harga yang terjangkau dan bersaing, baik bahan maupun alat kerja.
Biaya pembangunan: Peran swasta dapat berupa pemberian bantuan biaya untuk melakukan
pembangunan pengolahan air limbah domestik atau dengan membangun pengolahan air limbah
domestik yang kemudian diserahkan kepada lembaga pengelola atau masyarakat pengelola.
Pengolahan air limbah domestik: untuk membantu dalam operasi dan pemeliharaan pengolahan
air limbah domestik pihak swasta dapat berperan dengan menjadi pengelola air limbah domestik
untuk suatu kawasan. Diharapkan dengan kemampuan manajerial serta sikap yang lebih
profesional, pihak swasta dapat melakukan pengolahan air limbah domestik dan mampu
memlihara sistem pengolahan yang telah dibangun secara lebih baik.
2. KETENTUAN TEKNIS
2.1 Pekerjaan Sipil
Persiapan
Penyiapan Lokasi: Sebelum pekerjaan dimulai, pada lokasi yang dipilih untuk pengolahan air
limbah domestik, harus dilakukan studi-studi yang terkait agar dampak yang timbul akibat
perkerjaan dapat diminimalkan. Studi-studi tersebut antara lalin:
a. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
b. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL)
c. Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL)
d. Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)
e. Izin lokasi pembangunan IPLT dan IPAL
f. Studi-studi lainnya yang dianggap perlu untuk dilakukan
Persiapan di lokasi
• Lokasi yang akan dilaksanakan pembangunan pengolahan air limbah domestik harus
dibersihkan dari tanaman yang akan menggangu pekerjaan
• Permukaan tanah harus diratakan
• Pemasangan papan nama proyek di lokasi pembangunan
3
4. Persiapan Peralatan
• Mempersiapkan alat-alat ukur tanah sesuai kebutuhan
• Menyediakan peralatan pengangkut tanah sisa galian
• Menyediakan alat-alat berat yang akan dipergunakan bila diperlukan
• Mempersiapkan peralatan pemasangan pondasi dan struktur bangunan
• Mempersiapkan peralatan mekanikal dan elektrikal yang akan dibutuhkan
• Mempersiapkan dan menyediakan peralatan yang diperlukan
Persiapan Bahan
• Bahan pekerjaan yang akan digunakan harus memenuhi standar-standar yang berlaku di
Indonesia, antara lain:
o Standar Nasional Indonesia (SNI) mengenai spesifik bahan bangunan dan
spesifik teknik
o Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBBI) 1982
o Peraturan Plambing Indonesia 1979
o Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia 1961
o Standar/peraturan yang telah ditetapkan
• Bahan pekerjaan yang akan digunakan
• Pengangkutan bahan pekerjaan ke lokasi pekerjaan
• Perletakan dan penyimpanan bahan yang akan dipergunakan di tempat atau lokasi yang
disediakan
Persiapan Pengaman Pekerjaan
• Pemasangan pengaman lalu lintas bila diperlukan
• Pemasangan papan tanda pengaman di sekitar lokasi proyek
• Pemasangan lampu kerja dan lampu pengaman untuk malam hari
• Pengaturan peletakan bahan pekerjaan
Penggalian
Pemasangan Pengaman: sebelum pekerjaan penggalian dilakukan harus dilakukan pemasangan
pengaman di lokasi pekerjaan pembangunan agar kecelakaan kerja dapat dihindari
Pemasangan Titik Kerja:Pemasangan titik kerja atau patok kerja akan mempermudah pekerjaan
penggalian karena akan dengan mudah diketaui batas-batas wilayah dan elevasi bangunan yang
akan digali.
4
5. Pembuatan Pondasi:
• Dilakukan pekerjaan galian dengan lebar dan kedalaman yang sesuai dengan gambar
perencanaan/spesifikasi teknis
• Sisa tanah sisa galian dibuang ek tempat yang telah disediakan atau dipindahkan ke
lokasi yang telah direncanakan
• Dilakukan pembuatan platform dengan konstruksi beton bertulang sesuai dengan
perencanaan/spesifikasi teknis
• Pemadatan dan pengurugan kembali bekas galian di sekitar lokasi yang telah dibuat
Pembangunan Unit-Unit
• Penggalian tanah dengan kedalaman dan lebar sesuai gambar perencanaan/spesifikasi
teknis
• Dilakukan pembuatan platform dengan konstruksi beton bertulang sesuai dengan
perencanaan/spesifikasi teknis
• Saat pekerjaan pembangunan unit-unit pengolahan ini harus diperhatikan dan diawasi
dengan teliti karena kesalahan pekerjaan dapat menyebabkan terjadinya kebocoran pada
pengelolaan
• Setelah unit pengolahan selesai dibangun sebaiknya dilakukan pengetesan kebocoran
dari unit
Konstruksi Beton
• Campuran beton harus dibuat berdasarkan ukuran dan kekuatan struktur betonnya
• Beton bertulang yang cocok (tanpa potongan/irisan yang cacat) adalah tipe D10-200
per-batang
• Perbandingan campuran beton dasar Air : Beton : Campuran lain adalah 1 : 3: 6, dengan
kekuatan daya beton lebih dari 100 mm
• Pada pekerjaan pembuatan dudukan beton untuk dasar bangunan pengol dilakukan
seperti campuran di atas
2.2 Pekerjaan Mekanikal
Pemasangan Pompa
Berdasarkan unit-unit pengolahan air limbah yang dibangun terdapat beberapa unit pengolaha
yang harus dibantu dengan pemasangan pompa untuk mempermudah/melaksanakan pengolahan
pada air limbah. Pemasangan pompa yang dibutuhkan tersebut adalah sebagai berikut:
5
6. • Jenis pompa yang digunakan adalah pompa yang memenuhi Standar Nasional Indonesia
(SNI)
• Spesifikasi teknis pompa dilakukan oleh tenaga ahli dari penyedia pompa
• Pemasangan pompa dilakukan oleh tenaga ahli dari penyedia pompa
• Pompa yang dipasang harus dilengkapi buku panduan untuk melakukan perawatan dan
perbaikan kecil
Pemasangan Aerator
Berdasarkan pemilihan sistem pengelolaan air limbah domestik yang dibangun terdapat
beberapa sistem yang pengolahan biologisnya menggunakan bantuan aerator. Pedoman
pemasangan aerator tersebut adalah sebagai berikut:
• Aerator disediakan dan harus dipasang seperti pada prencanaan unit pengolahan dan
harus sesuai dengan spesifikasi teknis unit pengolahan oleh tenaga ahli yang berasal
dari penyedia aerator atau oleh orang yang memiliki pengalaman dan pendidikan untuk
melakukan itu
• Spesifikasi tenis aerator harus memenuhiStandar Nasional Indonesia (SNI) atau standar
internasional lain yang diakui di Indonesia
Pemasangan Perpipaan
Pengolahan air limbah domestik membutuhkan sistem perpipaan yang berfungsi dengan baik
karena sistem perpipaan tersebut merupakan peralatan penunjang yang sangant berpengaruh
pada kinerja sistem pengelolaan air limbah yang dibangun. System sewerage (sistem jaringan
pengumpul air limbah) dari daerah pelayanan ke influent pengolahan juga menggunakan sistem
perpipaan yang dilengkapi dengan pemasangan manhole di beberapa lokasi untuk
mempermudah pengawasan sistem tersebut. Pemasangan perpipaan pada sistem pengolahan air
limbah domestik adalah sebagai berikut:
• Perpipaan dipasang pada influent bangunan pengolahan dan antar bangunan pengolahan
bila diperlukan
• Pipa yang dipasang harus memperhatikan profil hidrolis dari sistem pengolahan yang
ada
• Diameter pipa influent air limbah ke bangunan pengolahan harus memperhitungkan
elevasi pipa pengaliran air limbah yang dilakukan secara gravitasi. Serta
memperhitungkan volume gas yang ada pada air limbah yang dialirkan
6
7. Pemasangan perpipaan sewerage adalah sebagai berikut:
• Sistem perpipaan ini dipasang mulai dari sumber air limbah menuju bangunan
pengolahan dengan kemiringan minimum pipa sebesar 1%
• Pipa yang dipasang harus memperhatikan profil hidrolis dari sistem pengolahan yang
ada
• Karena pengaliran dilakukan secara gravitasi maka penting untuk memperhitungkan
elevasi lahan yang dilalui sistem ini. Dengan kedalaman pipa maksimum 7m di bawah
permukaan tanha, maka bila lebih dari itu harus menggunakan pompa untuk menaikkan
air limbah ke elevasi yang cukup untuk mengalir secara gravitasi.
• Pada beberapa tempat dipasang manhole untuk memudahkan pengawasan yang
dilakukan terhadap sistem
• Untuk mempermudah pengaliran dalam pipa, air limbah yang berasal dari sumber
sebaiknya ditampung dulu di dalam sumur pengumpul baru dialirkan ke bangunan
pengelolaan
2.3 Uji Coba Unit-Unit Pengolahan
Tes Kebocoran
Besarnya Kebocoran
• Tiap unit pengolahan yang akan diperiksa diisi dengan air sampai setinggi outletnya
• Lakukan penutupan pada semua katup atau tempat keluar air
• Diamkan selama 24 jam
• Periksa tinggi muka air pada outletnya setelah 1 hari
• Bila terjadi penurunan maka perlu diperiksa dengan cara berikut:
K = [S / (86400 x A)] x [L/h] ……………………………………………….(3)
Keterangan:
K = permeabilitas maksimum (m/detik)
S = tinggi air yang meresap ke dalam tanah (mm/hari)
A = luas dasar kolam (m2)
L = kedalaman lapisan tanah di bawah dasar unit pengelolaan hingga mencapai lapisan
tanah yang lebih permeable (m)
h = tekanan hidrolik (kedalaman air di unit + L) (m)
7
8. Tabel 1. Penanganan Kebocoran
Satuan Hasil Perhitungan Penanganan Keterangan
-6
m/detik 10 Harus diberi lapisan Terjadi kebocoran
kedap air
m/detik 10-7< K < 10-6 Perlu perbaikan tanah Dapat terjadi resapan
air
m/detik K < 10-8 Tidak perlu diberi Resapan akan
lapisan kedap air tersumbat secara
alami
m/detik K < 10-9 Tidak perlu diberi Kedap air
lapisan kedap air
Letak Titik Kebocoran
• Isi unit pengolahan dengan air setinggi 1/3 bagian dari kedalaman unit
• Periksa ketinggian air dalam unit setelah didiamkan selama 24 jam
• Bia terjadi penurunan maka dapat dikatakan terjadi kebocoran pada dinding dan atau
lantai unit sesuai tabel di atas
• Kosongkan unit dari penguji dan periksa bagian yang lembab atau proses pengeringan
lama
Tes Pembangkit Tenaga/Energi
Pembangkit tenaga dari PLN
• Periksa tegangan yang ada
• Periksa semua saklar pada posisi mati
• Pindahkan saklar utama pada posisi hidup
Pembangkit tenaga dari generator
• Pastikan semua baut dalam keadaan kencang
• Periksa jumlah bahan bakar dan minyak pelumas
• Periksa air radiator, tegangan fan belt dan baterai
8
9. 3. PROFIL HIDROLIS IPLT DAN IPAL
a) Profil Hidrolis Unit Pengelolaan
• Masukkan air untuk pengujian ke dalam bangunan pengolahan air limbah domestik
• Periksa limpahan air pada pelimpah, kalau elevasi air pelimpah tidak merata maka
perlu penyesuaian ketinggian pelimpah
• Uji semua pipa pembuang, katup, pintu air dan pompa-pompa yang ada
b) Profil Hidrolis Sistem Sewarage
• Masukkan air untuk pengujian ke dalam pipa pembawa air limbah
• Periksa limpahan air kalau elevasi air pelimpah tidak merata atau tidak mengalir
maka perlu penyesuaian elevasi pipa antara inlet dan outlet pada tiap pipa
• Uji semua pipa pembuang, katup, air dan pompa-pompa yang ada
c) Profil hidrolis bangunan pengelolaan
• Buka katup/pintu air pada semua unit
• Masukkan air penguji melalui inlet bangunan pengolahan secara terus menerus
selama pengukuran
• Periksa pelimpah pada outlet masing-masing unit
• Bila terjadi limpahan berarti terjadi pengaliran secara gravitasi pada bangunan
pengelolaan
• Ukur tinggi muka air pada masing-masing pelimpah
• Bandingkan tinggi muka air tersebut dengan profil hidrolis perencanaan
• Bila tinggi muka air/profil hidrolis tidak sama dengan profil perencanaan maka
periksa kebali/atur ketinggian pelimpah tiap unit dan perbaiki pelimpah yang salah
4. TARA CARA PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN PEMBANGUNAN IPLT
DAN IPAL
4.1 Penyiapan Biomassa
a) Pilih bibit mikroorganisme yang berasal dari sistem pengelolaan dan jenis air limbah
yang sama. Jika tidak tersedia tetap diperlukan periode aklimitasi sebelum populasi
mikroorganisme berproduksi secara cepat
b) Prioritas pengunaanbibit mikroorganisme sebagai pengganti bila bibit dari sistem
pengelolaan dan jenis air limbah yang sama tidak ada adalah:
i. Lumpur dari ruang sedimentasi akhir
ii. Cairan pada reaktor aerasi
iii. Cairan pada digester aerobik
9
10. c) Dilakukan pengujian mikroskop pada bahan bibit (seeding) agar kualitasnya diketahui.
Kualitas mikroorganisme yang baik adalah dalam bentuk kehidupan mikroskopik yang
lebih tinggi dan dalam jumlah yang cukup
d) Lakukan pengujian laju penggunaan oksigen pada masing-masing sampel agar terjamin
kualitas bibit yang baik
e) Pencapaian kondisi tunak (steady state)
Pencapaian tahap tunak untuk tiap bangunan pengolahan memiliki waktu yang berbeda-beda
utnuk tiap sistem pengelolaan secara biologis. Pada umumnya antara 4-12 minggu, percepatan
pencapaian tahap tunak ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
• Menggunakan bibit mikroorganisme yang sesuai dengan jenis air limbah
• Melakukan pemeriksaan/pengujian sampel air limbah secara terus menerus untuk
parameter KOB (BOD), KOK (COD), pH, NH3 dan fosfor
• Dengan mengatur debit air limbah yang masuk sampai tercapai tahap tunak
10