2. Definisi maqamat secara etimologis adalah
bentuk jamak dari kata maqam, yang
berarti kedudukan spiritual (English :
Station). Maqam arti dasarnya adalah
"tempat berdiri". Dalam terminologi sufistik
berarti tempat atau martabat seseorang
hamba dihadapan Allah pada saat dia
berdiri menghadap kepada-Nya.
4. Berasal dari bahasa Arab taba, yatubu,
taubatan yang artinya kembali. Sedangkan
taubat yang dimaksud di kalangan sufi adalah
memohon ampun atas segala dosa dan
kesalahan disertai janji yang sungguhsungguh tidak akan mengulangi perbuatan
dosa tersebut, dan dengan melakukan amal
kebajikan. Di dalam Al-Qu’ran banyak sekali
ayat yang menganjurkan manusia agar
bertaubat.
5. Allah berfirman:
“Dan (juga) orang-orang yang apabila
mengerjakan
perbuatan
keji
atau
menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan
Allah. Lalu memohon ampunan terhadap
dosa-dosa mereka.” (Ali- Imran:135)
6. Artinya keadaan meninggalkan dunia dan
hidup kematerian. Zuhud termasuk salah
satu ajaran agama yang sangat penting
dalam rangka mengendalikan diri dari
pengaruh kehidupan dunia. Orang yang
zuhud lebih mengutamakan atau mengejar
kebahagiaan hidup di akhirat yang kekal
dan abadi daripada mengejar kehidupan
dunia yang fana dan sepintas lalu.
7. Hal ini dipahami dari isyarat ayat yang
berbunyi:
“katakanlah kesenangan di dunia ini hanya
sementara dan akhirat itu lebih baik bagi
orang-orang yang bertaqwa, dan kamu
tidak akan dianiaya sedikitpun.” (An-Nisa:
77)
8. Secara harfiah artinya saleh, menjauhkan diri
dari perbuatan dosa. Dan dalam pengertian
sufi al-wara’ adalah meninggalkan segala
yang ada di dalamnya terdapat keraguraguan antara halal dan haram.
Sesuai dengan sabda Nabi SAW:
“barang siapa yang dirinya terbebas dari
perbuatan syubhat maka sesungguhnya ia
telah terbebas dari hal yang haram.” (HR.
Bukhari)
9. Secara harfiah ialah orang yang butuh.
Sedangkan dalam pandangan sufi fakir
adalah tidak meminta lebih dari apa yang
telah ada pada diri kita. Tidak meminta
walaupun tidak ada pada diri kita namun
kalau diberi diterima. Tidak meminta tetapi
tidak menolak.
10. Secara harfiah berarti tabah hati. Di
kalangan para sufi sabar diartikan sabar
dalam
menjalankan
perintah-perintah
Allah, dalam menjauhi segala laranganNya
dan dalam menerima segala cobaan yang
ditimpakan pada diri kita. Sabar dalam
menjalani cobaan.
11. Allah berfirman:
“maka bersabarlah kamu seperti orangorang yang mempunyai keteguhan hahti
dari rosul-rosul dan janganlah kamu
meminta disegerakan (adzab) bagi
mereka.” (An-Nahl: 127)
12. Secara
harfiah
tawakal
artinya
menyerahkan diri. Yakni menyerahkan diri
kepada qada dan keputusan Allah.
Bertawakal termasuk perintah Allah dalam
firmannya:
“Dan bertawakallah kepada Allah, dan
hanya kepada Allah sajalah orang-orang
mukmin itu harus bertawakal.” (Al-Maidah:
11)
13. Secara harfiah ridha artinya rela.
Menerima qada dan qadar dengan senang
hati. Mengeluarkan perasaan benci dari
hati sehingga yang tinggal di dalamnya
hanya perasaan senang dan gembira.
Merasa senang menerima malapetaka
sebagaimana merasa senang ketika
menerima nikmat. Tidak meminta syurga
dari Allah dan tidak meminta dijauhkan dari
neraka.
14. Hal merupakan keadaan mental seperti
perasaan
senang,
perasaan
sedih,
persasaan takut dan sebagainya. Namun
yang biasa disebut sebagai hal ialah takut
(al khauf), rendah hati (tawadhu’), patuh
(taqwa), ikhlas dan sebagainya.
16.
Hal diperoleh sebagai anugerah dan
rahmat dari Allah, sedang maqam
diperoleh melalui usaha manusia
Hal bersifat sementara, datang dan pergi.
Sedangkan maqam bersifat tetap
17. Mahabbah berasal dari kata ahabba,
yuhibbu, mahabbatan, yang secara harfiah
berarti mencintai secara mendalam. Dalam
mu’jam
al-falsafi,
Jamil
Shaliba
mengatakan mahabbah adalah lawan dari
al-baghd, yakni cinta lawan dari benci. Al
mahabbah dapat pula berarti al wadud
yakni yang sangat kasih atau penyayang.
18. Dalam diri manusia ada tiga alat yang
digunakan untuk berhubungan dengan
tuhan. Pertama, al-qalb (
) hati
sanubari, sebagai alat untuk mengetahui
sifat-sifat tuhan. Kedua, roh (
)
sebagai alat untuk mencintai tuhan.
Ketiga, sir ( ) yaitu alat untuk melihat
tuhan. Sir lebih halus daripada roh, dan
roh lebih halus daripada qalb.
19. Banyak ayat-ayat dalam al-Qur’an yang
menggambarkan bahwa antara manusia
dengan tuhan dapat saling bercinta.
Misalnya ayat yang berbunyi:
“ jika kamu cinta kepada Allah maka
turutlah aku, dan Allah akan mencintai
kamu.” (Ali Imran: 30)
20. Di dalam hadits juga dinyatakan sebagai
berikut:
“Hambaku senantiasa mendekatkan diri
kepada-Ku dengan perbuatan-perbuatan
hingga Aku cinta kepadanya. Orang yang
Kucintai menjadi telinga, mata dan tanganKu”