SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 16
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BANK SYARIAH

Pengertian Bank Syariah
       Bank Islam atau selanjutnya disebut dengan Bank Syariah, adalah bank yang
beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank syariah juga dapat
diartikan sebagai lembaga keuangan/perbankan yang operasional dan produknya
dikembangkan    berlandaskan Al-Qur’an dan Hadits            Nabi SAW. Antonio dan
Perwataatmadja membedakan menjadi dua pengertian, yaitu Bank Islam dan Bank
yang beroperasi dengan prinsip syariah Islam. Bank Islam adalah bank yang
beroperasi dengan prinsip syariah Islam dan bank yang tata cara beroperasinya
mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan Hadits. Bank yang beroperasi
sesuai dengan prinsip syariah Islam adalah bank yang dalam beroperasinya mengikuti
ketentuan-ketentuan    syariah   Islam,   khususnya   yang    menyangkut    tata   cara
bermuamalat secara Islam.


Prinsip Dasar Perbankan Syariah
       Batasan-batasan bank syariah yang harus menjalankan kegiatannya berdasar
pada syariat Islam, menyebabkan bank syariah harus menerapkan prinsip-prinsip
yang sejalan dan tidak bertentangan dengan syariat Islam. Adapun prinsip-prinsip
bank syariah adalah sebagai berikut :
1. Prinsip Titipan atau Simpanan (Al-Wadiah)
   Al-Wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain,
   baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan
   saja si penitip menghendaki (Syafi’I Antonio, 2001).
   Secara umum terdapat dua jenis al-wadiah, yaitu:
     a. Wadiah Yad Al-Amanah (Trustee Depository) adalah akad penitipan
         barang/uang    dimana    pihak   penerima    titipan    tidak   diperkenankan
         menggunakan barang/uang yang dititipkan dan tidak bertanggung jawab
         atas kerusakan atau kehilangan barang titipan yang bukan diakibatkan
         perbuatan atau kelalaian penerima titipan. Adapun aplikasinya dalam
         perbankan syariah berupa produk safe deposit box.
     b. Wadiah Yad adh-Dhamanah (Guarantee Depository) adalah akad penitipan
         barang/uang dimana pihak penerima titipan dengan atau tanpa izin pemilik
barang/uang     dapat    memanfaatkan   barang/uang    titipan   dan   harus
         bertanggung jawab terhadap kehilangan atau kerusakan barang/uang
         titipan. Semua manfaat dan keuntungan yang diperoleh dalam penggunaan
         barang/uang titipan menjadi hak penerima titipan. Prinsip ini diaplikasikan
         dalam produk giro dan tabungan.
2. Prinsip Bagi Hasil (Profit Sharing)
   Sistem ini adalah suatu sistem yang meliputi tatacara pembagian hasil usaha
   antara penyedia dana dengan pengelola dana. Bentuk produk yang berdasarkan
   prinsip ini adalah:
     a. Al-Mudharabah
         Al-Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak
         pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan
         pihak lainnya menjadi pengelola (mudharib). Keuntungan usaha secara
         mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak,
         sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu
         bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian ini diakibatkan
         karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus
         bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Akad mudharabah secara umum
         terbagi menjadi dua jenis:
          1). Mudharabah Muthlaqah
              Adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib yang
              cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha,
              waktu, dan daerah bisnis.
          2). Mudharabah Muqayyadah
              Adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib dimana
              mudharib memberikan batasan kepada shahibul maal mengenai tempat,
              cara, dan obyek investasi.
     b. Al-Musyarakah
       Al-musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk
       suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi
       dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung
       bersama sesuai dengan kesepakatan.
       Dua jenis al-musyarakah:
1). Musyarakah pemilikan, tercipta karena warisan, wasiat, atau kondisi
              lainnya yang mengakibatkan pemilikan satu aset oleh dua orang atau
              lebih.
          2). Musyarakah akad, tercipta dengan cara kesepakatan dimana dua orang
              atau lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan modal
              musyarakah.
3. Prinsip Jual Beli (Al-Tijarah)
   Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara jual beli, dimana
   bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau mengangkat
   nasabah sebagai agen bank melakukan pembelian barang atas nama bank,
   kemudian bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga sejumlah
   harga beli ditambah keuntungan (margin). Implikasinya berupa:
     a.   Al-Murabahah
          Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga
          perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan
          pembeli.
     b. Salam
          Salam adalah akad jual beli barang pesanan dengan penangguhan
          pengiriman oleh penjual dan pelunasannya dilakukan segera oleh pembeli
          sebelum barang pesanan tersebut diterima sesuai syarat-syarat tertentu.
          Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual dalam suatu transaksi
          salam. Jika bank bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada
          pihak lain untuk menyediakan barang pesanan dengan cara salam maka hal
          ini disebut salam paralel.
     c. Istishna’
          Istishna’ adalah akad jual beli antara pembeli dan produsen yang juga
          bertindak sebagai penjual. Cara pembayarannya dapat berupa pembayaran
          dimuka, cicilan, atau ditangguhkan sampai jangka waktu tertentu. Barang
          pesanan harus diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi: jenis,
          spesifikasi teknis, kualitas, dan kuantitasnya.
          Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual. Jika bank bertindak
          sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain untuk menyediakan
          barang pesanan dengan cara istishna maka hal ini disebut istishna paralel.
4. Prinsip Sewa (Al-Ijarah)
   Al-ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui
   pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan hak kepemilikan atas
   barang itu sendiri.
   Al-ijarah terbagi kepada dua jenis: (1) Ijarah, sewa murni. (2) ijarah al
   muntahiya bit tamlik merupakan penggabungan sewa dan beli, dimana si
   penyewa mempunyai hak untuk memiliki barang pada akhir masa sewa.
5. Prinsip Jasa (Fee-Based Service)
   Prinsip ini meliputi seluruh layanan non-pembiayaan yang diberikan bank. Bentuk
   produk yang berdasarkan prinsip ini antara lain:
     a. Al-Wakalah
         Nasabah memberi kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan
         pekerjaan jasa tertentu, seperti transfer.
     b. Al-Kafalah
         Jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga untuk
         memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung.
     c. Al-Hawalah
         Adalah pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain yang
         wajib menanggungnya. Kontrak hawalah dalam perbankan biasanya
         diterapkan pada Factoring (anjak piutang), Post-dated check, dimana bank
         bertindak sebagai juru tagih tanpa membayarkan dulu piutang tersebut.
     d. Ar-Rahn
         Adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas
         pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai
         ekonomis. Dengan demikian, pihak yang menahan memperoleh jaminan
         untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Secara
         sederhana dapat dijelaskan bahwa rahn adalah semacam jaminan utang
         atau gadai.
     e. Al-Qardh
         Al-qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau
         diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan
         imbalan. Produk ini digunakan untuk membantu usaha kecil dan keperluan
         sosial. Dana ini diperoleh dari dana zakat, infaq dan shadaqah.
Sistem Operasional Bank Syariah
       Pada sistem operasi bank syariah, pemilik dana menanamkan uangnya di bank
tidak dengan motif mendapatkan bunga, tapi dalam rangka mendapatkan
keuntungan bagi hasil. Dana nasabah tersebut kemudian disalurkan kepada mereka
yang membutuhkan (misalnya        modal usaha), dengan perjanjian pembagian
keuntungan sesuai kesepakatan. Sistem operasional tersebut meliputi:
1. Sistem Penghimpunan Dana
   Metode penghimpunan dana yang ada pada bank-bank konvensional didasari teori
   yang diungkapkan Keynes yang mengemukakan bahwa orang membutuhkan uang
   untuk tiga kegunaan, yaitu fungsi transaksi, cadangan dan investasi. Teori
   tersebut menyebabkan produk penghimpunan dana disesuaikan dengan tiga
   fungsi tersebut, yaitu berupa giro, tabungan dan deposito.
   Berbeda halnya dengan hal tersebut, bank syariah tidak melakukan pendekatan
   tunggal dalam menyediakan produk penghimpunan dana bagi nasabahnya. Pada
   dasarnya, dilihat dari sumbernya, dana bank syariah terdiri atas:
         a. Modal
            Modal adalah dana yang diserahkan oleh para pemilik (owner). Dana
            modal dapat digunakan untuk pembelian gedung, tanah, perlengkapan,
            dan sebagainya yang secara tidak langsung menghasilkan (fixed
            asset/non earning asset). Selain itu, modal juga dapat digunakan untuk
            hal-hal   yang   produktif,   yaitu    disalurkan   menjadi   pembiayaan.
            Pembiayaan yang berasal dari modal, hasilnya tentu saja bagi pemilik
            modal, tidak dibagikan kepada pemilik dana lainnya.
            Mekanisme penyertaan modal pemegang saham dalam perbankan
            syariah, dapat dilakukan melalui musyarakah fi sahm asy-syarikah atau
            equity participation pada saham perseroan bank.
         b. Titipan (Wadi’ah)
            Salah satu prinsip yang digunakan bank syariah dalam memobilisasi
            dana adalah dengan menggunakan prinsip titipan. Akad yang sesuai
            dengan prinsip ini ialah al-wadi’ah.
            Dalam prinsip ini, bank menerima titipan dari nasabah dan bertanggung
            jawab penuh atas titipan tersebut. Nasabah sebagai penitip berhak
            untuk mengambil setiap saat, sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
c. Investasi (Mudharabah)
               Akad yang sesuai dengan prinsip investasi adalah mudharabah yang
               mempunyai tujuan kerjasama antara pemilik dana (shahibul maal)
               dengan pengelola dana (mudharib), dalam hal ini adalah bank. Pemilik
               dana sebagai deposan di bank syariah berperan sebagai investor murni
               yang menanggung aspek sharing risk dan return dari bank. Deposan,
               dengan demikian bukanlah lender atau kreditor bagi bank seperti
               halnya pada bank konvensional.
2. Sistem Penyaluran Dana (Financing)
   Produk penyaluran dana di bank syariah dapat dikembangkan dengan tiga model,
   yaitu:
            a. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang dilakukan
               dengan prinsip jual beli.
               Prinsip jual beli ini dikembangkan menjadi bentuk pembiayaan
               pembiayaan murabahah, salam dan istishna’.
            b. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa dilakukan
               dengan prinsip sewa (Ijarah).
               Transaksi ijarah dilandasi adanya pemindahan manfaat. Jadi pada
               dasarnya prinsip ijarah sama dengan prinsip jual beli, namun
               perbedaannya terletak pada obyek transaksinya. Bila pada jual beli
               obyek transaksinya adalah barang, maka pada ijarah obyek transaksinya
               jasa.
            c. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk usaha kerjasama yang
               ditujukan guna mendapatkan sekaligus barang dan jasa, dengan prinsip
               bagi hasil.
Standar Akuntansi Perbankan Syari’ah
       Langkah pengembangan standar akuntansi keuangan bank syari’ah sudah
dimulai sejak Tahun1987. Kehadiran akuntansi syari’ah merupakan tuntutan dari
lahirnya lembaga-lembaga ekonomi yang berbasis syari’ah termasuk di dalamnya
adalah bank syari’ah. Akuntansi yang digunakan sementara ini oleh lembagalembaga
keungan syari’ah adalah PSAK (Pedoman Standar Akuntansi Keuangan) No. 59
Tahun2003, yang diterbitkan oleh IAI. Akuntansi bank syari’ah adalah akuntansi yang
berhubungan dengan aspek-aspek lingkungannya. Karena syari’ah adalah mencakup
seluruh aspek kehidupan umat manusia, baik ekonomi, politik, sosial dan filsafat
moral. Dengan kata lain, syari’ah berhubungan dengan seluruh aspek kehidupan
manusia, termasuk didalamnya adalah akuntansi. PSAK (Pedoman Standar Akuntansi
Keuangan) No. 59 secara resmi dikeluarkan pada tanggal 1 Mei 2002 dan secara resmi
diterapkan sejak 1 Januari 2003 oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan yang terdiri
dari; Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Bank Syari’ah dan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Akuntansi Syari’ah. PSAK No. 59 ini
kemudian dijabarkan dalam PAPSI (Pedoman Akuntansi Perbankan                  Syari’ah
Indonesia) 2003, yang berperan mengatur secara teknis dan rinci penjabaran PSAK
59.
       Tujuan akuntansi keuangan bank syari’ah salah satunya adalah dapat
meningkatkan kepatuhan kepada prinsip syari’ah dalam semua transaksi dan
kegiatan usaha. Penerbitan kedua ketentuan ini diharapkan dapat menambah
kelengkapan, keakuratan, dan kejelasan informasi yang disampaikan dalam laporan
keuangan perbankan syari’ah, sehingga lebih mudah dipahami dan dipercaya oleh
masyarakat (PAPSI), 2003:iv). Tujuan akuntansi keuangan bank syari’ah dalam
Kerangka Dasar
Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Bank Syari’ah adalah:
 1.   Menentukan hak dan kewajiban pihak terkait, termasuk hak dan kewajiban
      yang berasal dari transaksi yang belum sesuai dengan dan atau kegitan
      ekonomi lain, sesuai dengan prinsip syari’ah yang berdasarkan pada konsep
      kejujuran, keadilan, dan kepatuhan kepada nilai-nilai bisinis Islami.
 2.   Menyediakan informasi keuangan yang bermanfaat bagi pemakai laporan
      keuangan untuk pengambilan keputusan
 3. Meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syari’ah pada dasarnya dalam
      semua transaksi dan kegiatan usaha.
Tujuan laporan keuangan bank syari’ah pada dasarnya sama dengan tujuan laporan
keuangan secara umum dengan tambahan, antara lain, menyediakan:
 1. Informasi kepatuhan bank terhadap prinsip syari’ah, serta informasi
     pendapatan dan beban yang tidak sesuai dengan prinsip syari’ah bila ada dan
     bagaimana pendapatan tersebut diperoleh serta penggunaannya.
 2. Informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggungjawab terhadap
     amanah dalam mengamankan dana, menginvestasikan pada tingkat keuntungan
     yang layak,
 3. Informasi mengenai tingkat keuntungan investasi yang diperoleh pemilik dan
     pemilik dana investasi terikat.
 4. Informasi mengenai pemenuhan fungsi sosial bank, termasuk pengelolaan dan
     penyaluran zakat.
     Menurut Muhammad (2002), tujuan utama menyajikan informasi keuangan
     adalah:
         1. Dasar pengambilan keputusan
         2. Monitoring perkembangan khususnya keuangan bank syari’ah
         3. Pengendalian keuangan
         4. Evaluasi terhadap pencapaian tujuan.
Sementara      itu   prinsip-prinsip   akuntansi   syari’ah   yaitu;   (1)   prinsip
pertanggungjawaban (accountability), (2) prinsip Keadilan, (3) prinsip Kebenaran.
Oleh sebab itu secara praktis laporan keuangan bank syari’ah yang berkualitas harus
memenuhi kriteria yaitu; dapat dipahami (understandability), relevan (relevance)
andal, dapat dibandingkan (comparability), dapat diuji kebenarannya (auditability).


Penyajian dan Pengungkapan Pelaporan Keuangan Bank Syari’ah Menurut PSAK
No. 59
         Berdasarkan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
Bank Syari’ah, IAI menyusun PSAK No. 59 tentang Akuntansi Perbankan Syari’ah.
Dalam aspek penyajian, PSAK No. 59 merekomendasikan tujuh elemen laporan
keuangan bank syari’ah yaitu:
1. Laporan posisi keuangan (neraca);
   Laporan posisi keuangan yang disusun berdasarkan PSAK No 59
   memiliki karakreristik yang berbeda dengan neraca bank konvensional
   Karakteristik pertama yang dapat dilihat dari unsur-unsur neraca bank syari’ah
yang meliputi; aktiva, kewajiban, investasi tidak terikat dan ekuitas. Oleh karena
   itu persamaan akuntansi untuk bank syari’ah dapat dirumuskan sebagai berikut:
           Aktiva = Kewajiban + Investasi Tidak Terikat + Ekuitas

Secara lengkap sajian pos-pos dalam neraca adalah sebagai berikut:




2. Laporan Laba Rugi
   Seperti halnya neraca, laporan laba rugi juga mencerminkan peran bank syari’ah
   selaku investor dan manajer investasi. Peran bank syari’ah selaku investor bisa
   dilihat dari adanya pos pendapatan bagi hasil mudharabah dan musyarakah.
Sedangkan peran bank syari’ah sebagai manajer investasi berkaitan dengan
   adanya pos hak pada pihak ketiga atas bagi hasil investasi tidak terikat. Pos
   inilah yang membedakan laporan laba rugi menurut PSAK No. 59 dengan laporan
   laba rugi yang digunakan bank syari’ah sebelum adanya PSAK No 59, pos tersebu
   ditujukan untuk pemilik investasi tidak terikat dan tidak dapat dipergunakan
   sebagai beban:




3. Laporan arus kas
   Laporan arus kas harus membedakan antara arus kas antara arus kas dari
   operasi, arus kas dari kegiatan investasi, dan arus kas dari kegiatan
   pembiayaan. Secara lengkap Laporan Arus Kas adalah sebagai berikut:
4. Ekuitas
5. Laporan Perubahan investasi terikat




6. Laporan sumber dana dan penggunaan dana zakat infak dan shadaqah
7. Laporan sumber dan pengguna dana qardhul hasan




8. Catatan-catatan laporan keuangan
   Catatan laporan keuangan adalah berisi uraian yang mengungkapkan semua
   informasi yang perlu untuk menjadikan laporan keuangan tersebut memadai,
   relevan dan bisa diperacaya (andal) bagi para pemakainya.


Penyajian dan Pengungkapan Pelaporan Keuangan Bank Syari’ah Berdasarkan
Nilai Tambah
       Terbitnya PSAK No. 59 tak lepas dari adanya tuntutan yang semakin mendesak
kebutuhan akan standar akuntansi untuk perbankan syari’ah di Indonesia. PSAK No.
59 dalam penyusunannnya banyak mereferensi metode yang digunakan oleh AAOIFI
(Accounting and Auditing Organization for Islamic Institutions) yaitu Accounting and
Auditing Standars for Islamic Financial Institutions. PSAK No. 59 dalam penyajian
dan pengungkapan dan pelaporan keuangan bank syari’ah masih menggunakan
elemen-elemen yang tidak jauh berbeda dengan akuntansi konvensional. Meskipun
terdapat elemen laporan keuangan tambahan seperti Laporan Perubahan Dana
Investasi Tidak Terikat, Laporan Dana Infak, Zakat dan Shodaqoh serta Laporan Dana
Qardhul Hasan. Namun demikian PSAK No. 59 dipandang masih sarat dengan dengan
nilai-nilai kapitalisme. Karena orientasi dari akuntansi bank syari’ah saat ini masih
berorientasi pada pemilik modal. Kondisi ini belakangan mendorong para pakar
akuntansi syari’ah mengungkapkan pentingnya konsep Nilai Tambah dalam laporan
keuangan bank syari’ah. Lahirnya konsep Nilai Tambah tidak lepas dari peran para
pakar akuntansi syariah antara lain; Gambling, Karim, Baydoun, Willeet, Triyuwono,
Hamed dan Harahap. Mereka yang telah melakukan ijtihad yaitu pengerahan segala
upaya dengan sebuah pandangan untuk membentuk sebuah pendapat (judgement)
yang independen tentang suatu permasalahan. Lahirnya konsep Nilai Tambah
bersumber dari adanya perbedaan tujuan akuntansi, dan konsep kepemilikan yang
dirumuskan oleh pakar akuntansi syari’ah dengan tujuan yang ada pada PSAK No. 59
saat ini.
         Tujuan akuntansi syari’ah adalah untuk membantu keadilan sosial dan
ekonomi serta mengakui pemenuhan kewajiban kepada stakeholders, sosial dan
Tuhan. Pendapat ini didasarkan pada Al Qur’an surat al Hadid ayat 24: Sesungguhnya
Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti yang nyata dan telah
Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan Neraca (Keadilan) supaya manusia
dapat melaksanakan keadilan (Q.S. Al Hadid: 24). Sedangkan berkaitan dengan
pemenuhan kewajiban (akuntabilitas) dapat dilihat konsep kepemilikan dalam islam
pada Surat Thaha ayat 6: Kepunyaan-Nyalah semua yang ada di langit, semua yang
ada di bumi, semua yang ada di antara keduanya, dan semua yang ada di bawah
tanah (Q.S. Thaha: 6) Berkaitan dengan konsep pemilikan, bahwa kepemilikan
mutlak adalah di tangan Allah, maka manusia di beri tugas oleh Tuhan untuk menjadi
khalifah (wakil Tuhan) dalam mengelola bumi, sehingga karena tugas ini manusia
akan dimintai pertanggungjawaban (akuntabilitas) dalam pelaksanaannya. Ingatlah
ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan (manusia) khalifah di muka bumi…(Q.S. Al Baqarah: 30). Sesungguhnya
aku yakin bahwa aku akan menemui hisab terhadap diriku (Q.S. Al Haqqah: 20)
Adanya ayat tersebut menjelaskan posisi manusia sebagai khalifah, sehingga konsep
pertanggungjawaban begitu ditekankan dengan perintah Allah melalui istilah “hisab”
atau perhitungan/ akuntabilitas di hari pembalasan. Konsep pertanggunjawaban
(akuntabilitas) ini yang mendasari Haniffa dan Hudaib (2001), merumuskan Kerangka
Konseptual Akuntansi yang berdasarkan prinsip-prinsip
islam:
Rasio Keuangan
Rasio Permodalan (Solvabilitas)
Bank pada umumnya dan bank syariah pada khususnya adalah lembaga yang didirikan
dengan orientasi laba. Kekuatan aspek permodalan
ini memungkinkan terbangunnya kondisi bank yang dipercaya oleh masyarakat.
Pengertian modal bank berdasar ketentuan Bank Indonesia dibedakan antara bank
yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia dan kantor cabang bank asing yang
beroperasi di Indonesia. Modal bank yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia
terdiri atas modal inti atau primary capital dan modal pelengkap atau secondary
capital.
Komponen modal inti pada prinsipnya terdiri atas modal disetor dan cadangan-
cadangan yang dibentuk dari laba setelah pajak, dengan perincian sebagai
berikut:
1. Modal disetor
   Modal disetor adalah modal yang telah disetor secara efektif oleh
   pemiliknya. Bank yang berbadan hukum koperasi, modal disetor terdiri atas
   simpanan pokok dan simpanan wajib para anggotanya.
2. Agio saham
   Agio saham adalah selisih lebih setoran modal yang diterima oleh bank
   sebagai akibat dari harga saham yang melebihi nilai nominalnya.
3. Cadangan umum
   Cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba ditahan atau laba bersih
   setelah dikurangi pajak dan mendapat persetujuan rapat umum pemegang
   saham atau rapat anggota sesuai anggaran dasar masing-masing.
4. Cadangan tujuan
   Cadangan tujuan adalah bagian laba setelah dikurangi pajak yang disisihkan
   untuk tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan rapat umum
   pemegang saham atau rapat anggota.
5. Laba ditahan
   Laba ditahan adalah saldo laba bersih setelah dikurangi pajak yang oleh
   rapat umum pemegang saham atau rapat anggota diputuskan untuk tidak
   dibagikan.
6. Laba tahun lalu
   Laba tahun lalu adalah laba bersih tahun-tahun lalu setelah dikurangi pajak
   dan belum ditentukan penggunaannya oleh rapat umum pemegang saham
   atau rapat anggota. Jumlah laba tahun lalu yang diperhitungkan sebagai
   modal hanya sebesar 50%. Jika bank mempunyai saldo rugi pada tahun-tahun
   lalu, seluruh kerugian tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti.
7. Laba tahun berjalan
   Laba tahun berjalan adalah laba yang diperoleh dalam tahun buku berjalan
   setelah dikurangi taksiran utang pajak. Jumlah laba tahun buku berjalan
   yang diperhitungkan sebagai modal inti hanya sebesar 50%. Jika bank
   mengalami kerugian pada tahun berjalan, seluruh kerugian tersebut menjadi
   faktor pengurang dari modal inti.

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

lembaga keuangan internasional
lembaga keuangan internasionallembaga keuangan internasional
lembaga keuangan internasionalReza Aprianti
 
Akuntansi Syariah Penghimpun Dana Wadiah dan Mudharabah
Akuntansi Syariah Penghimpun Dana Wadiah dan MudharabahAkuntansi Syariah Penghimpun Dana Wadiah dan Mudharabah
Akuntansi Syariah Penghimpun Dana Wadiah dan Mudharabahlutfiahanna
 
Psak 105 mudharabah
Psak 105 mudharabahPsak 105 mudharabah
Psak 105 mudharabahcitra Joni
 
Analisis sumber dan penggunaan dana (1)
Analisis sumber dan penggunaan dana (1)Analisis sumber dan penggunaan dana (1)
Analisis sumber dan penggunaan dana (1)radhi abdul halim
 
Skema Pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah
Skema Pembiayaan Mudharabah dan MusyarakahSkema Pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah
Skema Pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah12345mimi
 
3 manajemen-kas materi 21 04 2013
3 manajemen-kas materi 21 04 20133 manajemen-kas materi 21 04 2013
3 manajemen-kas materi 21 04 2013Cep Fathurrahman
 
Bab 1 konsep akuntansi syariah
Bab 1 konsep akuntansi syariahBab 1 konsep akuntansi syariah
Bab 1 konsep akuntansi syariahTajus Yamani
 
Psak 106 musyarkah
Psak 106 musyarkahPsak 106 musyarkah
Psak 106 musyarkahcitra Joni
 
Lembaga Keuangan Syariah
Lembaga Keuangan SyariahLembaga Keuangan Syariah
Lembaga Keuangan SyariahNeyna Fazadiq
 
Perhitungan bagi hasil
Perhitungan bagi hasilPerhitungan bagi hasil
Perhitungan bagi hasilsinupid
 
Kelompok 08 ppt bank syariah
Kelompok 08 ppt bank syariahKelompok 08 ppt bank syariah
Kelompok 08 ppt bank syariahPT. TERSERAH ANDA
 
Modul seminar manajemen keuangan
Modul seminar manajemen keuanganModul seminar manajemen keuangan
Modul seminar manajemen keuangankhalimatus sa'diyah
 
Manajemen keuangan part 2 of 5
Manajemen keuangan part 2 of 5Manajemen keuangan part 2 of 5
Manajemen keuangan part 2 of 5Judianto Nugroho
 
Penilaian Obligasi (Valuasi Obligasi)
Penilaian Obligasi (Valuasi Obligasi)Penilaian Obligasi (Valuasi Obligasi)
Penilaian Obligasi (Valuasi Obligasi)Rizky Akbar
 

Was ist angesagt? (20)

PPT Akuntansi Mudharabah
PPT Akuntansi MudharabahPPT Akuntansi Mudharabah
PPT Akuntansi Mudharabah
 
lembaga keuangan internasional
lembaga keuangan internasionallembaga keuangan internasional
lembaga keuangan internasional
 
Akuntansi Syariah Penghimpun Dana Wadiah dan Mudharabah
Akuntansi Syariah Penghimpun Dana Wadiah dan MudharabahAkuntansi Syariah Penghimpun Dana Wadiah dan Mudharabah
Akuntansi Syariah Penghimpun Dana Wadiah dan Mudharabah
 
Psak 105 mudharabah
Psak 105 mudharabahPsak 105 mudharabah
Psak 105 mudharabah
 
Analisis sumber dan penggunaan dana (1)
Analisis sumber dan penggunaan dana (1)Analisis sumber dan penggunaan dana (1)
Analisis sumber dan penggunaan dana (1)
 
Skema Pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah
Skema Pembiayaan Mudharabah dan MusyarakahSkema Pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah
Skema Pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah
 
Soal jawaban-bab-1-17
Soal jawaban-bab-1-17Soal jawaban-bab-1-17
Soal jawaban-bab-1-17
 
Manajemen Kas
Manajemen Kas Manajemen Kas
Manajemen Kas
 
Manajemen Dana Bank
Manajemen Dana BankManajemen Dana Bank
Manajemen Dana Bank
 
3 manajemen-kas materi 21 04 2013
3 manajemen-kas materi 21 04 20133 manajemen-kas materi 21 04 2013
3 manajemen-kas materi 21 04 2013
 
Bab 1 konsep akuntansi syariah
Bab 1 konsep akuntansi syariahBab 1 konsep akuntansi syariah
Bab 1 konsep akuntansi syariah
 
Psak 106 musyarkah
Psak 106 musyarkahPsak 106 musyarkah
Psak 106 musyarkah
 
Lembaga Keuangan Syariah
Lembaga Keuangan SyariahLembaga Keuangan Syariah
Lembaga Keuangan Syariah
 
Perhitungan bagi hasil
Perhitungan bagi hasilPerhitungan bagi hasil
Perhitungan bagi hasil
 
Kelompok 08 ppt bank syariah
Kelompok 08 ppt bank syariahKelompok 08 ppt bank syariah
Kelompok 08 ppt bank syariah
 
Nilai Waktu dari Uang
Nilai Waktu dari UangNilai Waktu dari Uang
Nilai Waktu dari Uang
 
Modul seminar manajemen keuangan
Modul seminar manajemen keuanganModul seminar manajemen keuangan
Modul seminar manajemen keuangan
 
Manajemen keuangan part 2 of 5
Manajemen keuangan part 2 of 5Manajemen keuangan part 2 of 5
Manajemen keuangan part 2 of 5
 
Penilaian Obligasi (Valuasi Obligasi)
Penilaian Obligasi (Valuasi Obligasi)Penilaian Obligasi (Valuasi Obligasi)
Penilaian Obligasi (Valuasi Obligasi)
 
Lembaga keuangan
Lembaga keuanganLembaga keuangan
Lembaga keuangan
 

Ähnlich wie Analisis laporan keuangan bank syariah

Silabus akuntansi keu,sy
Silabus akuntansi keu,sySilabus akuntansi keu,sy
Silabus akuntansi keu,sywiwiksetyorini
 
Sistem dan operasional bank syariah
Sistem dan operasional bank syariahSistem dan operasional bank syariah
Sistem dan operasional bank syariahJefik Zulfikar
 
Resume Perbankan Syariah.pptx
Resume Perbankan Syariah.pptxResume Perbankan Syariah.pptx
Resume Perbankan Syariah.pptxMayaAyuLestari1
 
Lkbb & bank syariah ita rahmatika 120007
Lkbb & bank syariah ita rahmatika 120007Lkbb & bank syariah ita rahmatika 120007
Lkbb & bank syariah ita rahmatika 120007Ita Rahmatika
 
Manajemen Bank Syariah
Manajemen Bank SyariahManajemen Bank Syariah
Manajemen Bank SyariahDwi Anita
 
Bank syariah ; antara teori dan realita
Bank syariah ; antara teori dan realitaBank syariah ; antara teori dan realita
Bank syariah ; antara teori dan realitaShidiq040690
 
Dasar-dasar transaksi syari'ah
Dasar-dasar transaksi syari'ahDasar-dasar transaksi syari'ah
Dasar-dasar transaksi syari'ahHand Oko
 
Akad-akad pada transaksi keuangan Syariah-extended.pptx
Akad-akad pada transaksi keuangan Syariah-extended.pptxAkad-akad pada transaksi keuangan Syariah-extended.pptx
Akad-akad pada transaksi keuangan Syariah-extended.pptxssuser3a20c7
 
Pegadaian syari'ah
Pegadaian syari'ahPegadaian syari'ah
Pegadaian syari'ahISID
 
Bab 8 Kontrak Musawwamah
Bab 8   Kontrak MusawwamahBab 8   Kontrak Musawwamah
Bab 8 Kontrak MusawwamahWanBK Leo
 
Kelompok 7 perbankan syariah tugas 2
Kelompok 7 perbankan syariah tugas 2Kelompok 7 perbankan syariah tugas 2
Kelompok 7 perbankan syariah tugas 2PELANGI ANGGITA
 
Akad-Akad dalam Transaksi Perbankan Syariah.pdf
Akad-Akad dalam Transaksi Perbankan Syariah.pdfAkad-Akad dalam Transaksi Perbankan Syariah.pdf
Akad-Akad dalam Transaksi Perbankan Syariah.pdfMariaReynildha2
 
PAI KELOMPOK 2 BAB 4.pptx
PAI KELOMPOK 2 BAB 4.pptxPAI KELOMPOK 2 BAB 4.pptx
PAI KELOMPOK 2 BAB 4.pptxYogoLelono
 
Pembiayaan dalam ekonomi syariah
Pembiayaan dalam ekonomi syariahPembiayaan dalam ekonomi syariah
Pembiayaan dalam ekonomi syariahRendy Wijaksano
 
Makalah perbankan syariah
Makalah perbankan syariahMakalah perbankan syariah
Makalah perbankan syariahIffa Tabahati
 
Bank Syariah
Bank SyariahBank Syariah
Bank SyariahHome
 

Ähnlich wie Analisis laporan keuangan bank syariah (20)

Silabus akuntansi keu,sy
Silabus akuntansi keu,sySilabus akuntansi keu,sy
Silabus akuntansi keu,sy
 
Sistem dan operasional bank syariah
Sistem dan operasional bank syariahSistem dan operasional bank syariah
Sistem dan operasional bank syariah
 
Resume Perbankan Syariah.pptx
Resume Perbankan Syariah.pptxResume Perbankan Syariah.pptx
Resume Perbankan Syariah.pptx
 
Lkbb & bank syariah ita rahmatika 120007
Lkbb & bank syariah ita rahmatika 120007Lkbb & bank syariah ita rahmatika 120007
Lkbb & bank syariah ita rahmatika 120007
 
Manajemen Bank Syariah
Manajemen Bank SyariahManajemen Bank Syariah
Manajemen Bank Syariah
 
Bank syariah ; antara teori dan realita
Bank syariah ; antara teori dan realitaBank syariah ; antara teori dan realita
Bank syariah ; antara teori dan realita
 
Lembaga Keuangan Syariah
Lembaga Keuangan SyariahLembaga Keuangan Syariah
Lembaga Keuangan Syariah
 
Dasar-dasar transaksi syari'ah
Dasar-dasar transaksi syari'ahDasar-dasar transaksi syari'ah
Dasar-dasar transaksi syari'ah
 
Akad-akad pada transaksi keuangan Syariah-extended.pptx
Akad-akad pada transaksi keuangan Syariah-extended.pptxAkad-akad pada transaksi keuangan Syariah-extended.pptx
Akad-akad pada transaksi keuangan Syariah-extended.pptx
 
Pegadaian syari'ah
Pegadaian syari'ahPegadaian syari'ah
Pegadaian syari'ah
 
Bab 8 Kontrak Musawwamah
Bab 8   Kontrak MusawwamahBab 8   Kontrak Musawwamah
Bab 8 Kontrak Musawwamah
 
Bab 4
Bab 4Bab 4
Bab 4
 
Kelompok 7 perbankan syariah tugas 2
Kelompok 7 perbankan syariah tugas 2Kelompok 7 perbankan syariah tugas 2
Kelompok 7 perbankan syariah tugas 2
 
Akad-Akad dalam Transaksi Perbankan Syariah.pdf
Akad-Akad dalam Transaksi Perbankan Syariah.pdfAkad-Akad dalam Transaksi Perbankan Syariah.pdf
Akad-Akad dalam Transaksi Perbankan Syariah.pdf
 
PAI KELOMPOK 2 BAB 4.pptx
PAI KELOMPOK 2 BAB 4.pptxPAI KELOMPOK 2 BAB 4.pptx
PAI KELOMPOK 2 BAB 4.pptx
 
Perbankan syariah
Perbankan syariahPerbankan syariah
Perbankan syariah
 
Pembiayaan dalam ekonomi syariah
Pembiayaan dalam ekonomi syariahPembiayaan dalam ekonomi syariah
Pembiayaan dalam ekonomi syariah
 
Syirkah
SyirkahSyirkah
Syirkah
 
Makalah perbankan syariah
Makalah perbankan syariahMakalah perbankan syariah
Makalah perbankan syariah
 
Bank Syariah
Bank SyariahBank Syariah
Bank Syariah
 

Analisis laporan keuangan bank syariah

  • 1. ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BANK SYARIAH Pengertian Bank Syariah Bank Islam atau selanjutnya disebut dengan Bank Syariah, adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank syariah juga dapat diartikan sebagai lembaga keuangan/perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan Al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW. Antonio dan Perwataatmadja membedakan menjadi dua pengertian, yaitu Bank Islam dan Bank yang beroperasi dengan prinsip syariah Islam. Bank Islam adalah bank yang beroperasi dengan prinsip syariah Islam dan bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan Hadits. Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah Islam adalah bank yang dalam beroperasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat secara Islam. Prinsip Dasar Perbankan Syariah Batasan-batasan bank syariah yang harus menjalankan kegiatannya berdasar pada syariat Islam, menyebabkan bank syariah harus menerapkan prinsip-prinsip yang sejalan dan tidak bertentangan dengan syariat Islam. Adapun prinsip-prinsip bank syariah adalah sebagai berikut : 1. Prinsip Titipan atau Simpanan (Al-Wadiah) Al-Wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki (Syafi’I Antonio, 2001). Secara umum terdapat dua jenis al-wadiah, yaitu: a. Wadiah Yad Al-Amanah (Trustee Depository) adalah akad penitipan barang/uang dimana pihak penerima titipan tidak diperkenankan menggunakan barang/uang yang dititipkan dan tidak bertanggung jawab atas kerusakan atau kehilangan barang titipan yang bukan diakibatkan perbuatan atau kelalaian penerima titipan. Adapun aplikasinya dalam perbankan syariah berupa produk safe deposit box. b. Wadiah Yad adh-Dhamanah (Guarantee Depository) adalah akad penitipan barang/uang dimana pihak penerima titipan dengan atau tanpa izin pemilik
  • 2. barang/uang dapat memanfaatkan barang/uang titipan dan harus bertanggung jawab terhadap kehilangan atau kerusakan barang/uang titipan. Semua manfaat dan keuntungan yang diperoleh dalam penggunaan barang/uang titipan menjadi hak penerima titipan. Prinsip ini diaplikasikan dalam produk giro dan tabungan. 2. Prinsip Bagi Hasil (Profit Sharing) Sistem ini adalah suatu sistem yang meliputi tatacara pembagian hasil usaha antara penyedia dana dengan pengelola dana. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini adalah: a. Al-Mudharabah Al-Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola (mudharib). Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian ini diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Akad mudharabah secara umum terbagi menjadi dua jenis: 1). Mudharabah Muthlaqah Adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis. 2). Mudharabah Muqayyadah Adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib dimana mudharib memberikan batasan kepada shahibul maal mengenai tempat, cara, dan obyek investasi. b. Al-Musyarakah Al-musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Dua jenis al-musyarakah:
  • 3. 1). Musyarakah pemilikan, tercipta karena warisan, wasiat, atau kondisi lainnya yang mengakibatkan pemilikan satu aset oleh dua orang atau lebih. 2). Musyarakah akad, tercipta dengan cara kesepakatan dimana dua orang atau lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan modal musyarakah. 3. Prinsip Jual Beli (Al-Tijarah) Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara jual beli, dimana bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau mengangkat nasabah sebagai agen bank melakukan pembelian barang atas nama bank, kemudian bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan (margin). Implikasinya berupa: a. Al-Murabahah Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. b. Salam Salam adalah akad jual beli barang pesanan dengan penangguhan pengiriman oleh penjual dan pelunasannya dilakukan segera oleh pembeli sebelum barang pesanan tersebut diterima sesuai syarat-syarat tertentu. Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual dalam suatu transaksi salam. Jika bank bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan dengan cara salam maka hal ini disebut salam paralel. c. Istishna’ Istishna’ adalah akad jual beli antara pembeli dan produsen yang juga bertindak sebagai penjual. Cara pembayarannya dapat berupa pembayaran dimuka, cicilan, atau ditangguhkan sampai jangka waktu tertentu. Barang pesanan harus diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi: jenis, spesifikasi teknis, kualitas, dan kuantitasnya. Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual. Jika bank bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan dengan cara istishna maka hal ini disebut istishna paralel.
  • 4. 4. Prinsip Sewa (Al-Ijarah) Al-ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan hak kepemilikan atas barang itu sendiri. Al-ijarah terbagi kepada dua jenis: (1) Ijarah, sewa murni. (2) ijarah al muntahiya bit tamlik merupakan penggabungan sewa dan beli, dimana si penyewa mempunyai hak untuk memiliki barang pada akhir masa sewa. 5. Prinsip Jasa (Fee-Based Service) Prinsip ini meliputi seluruh layanan non-pembiayaan yang diberikan bank. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini antara lain: a. Al-Wakalah Nasabah memberi kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti transfer. b. Al-Kafalah Jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. c. Al-Hawalah Adalah pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Kontrak hawalah dalam perbankan biasanya diterapkan pada Factoring (anjak piutang), Post-dated check, dimana bank bertindak sebagai juru tagih tanpa membayarkan dulu piutang tersebut. d. Ar-Rahn Adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa rahn adalah semacam jaminan utang atau gadai. e. Al-Qardh Al-qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Produk ini digunakan untuk membantu usaha kecil dan keperluan sosial. Dana ini diperoleh dari dana zakat, infaq dan shadaqah.
  • 5. Sistem Operasional Bank Syariah Pada sistem operasi bank syariah, pemilik dana menanamkan uangnya di bank tidak dengan motif mendapatkan bunga, tapi dalam rangka mendapatkan keuntungan bagi hasil. Dana nasabah tersebut kemudian disalurkan kepada mereka yang membutuhkan (misalnya modal usaha), dengan perjanjian pembagian keuntungan sesuai kesepakatan. Sistem operasional tersebut meliputi: 1. Sistem Penghimpunan Dana Metode penghimpunan dana yang ada pada bank-bank konvensional didasari teori yang diungkapkan Keynes yang mengemukakan bahwa orang membutuhkan uang untuk tiga kegunaan, yaitu fungsi transaksi, cadangan dan investasi. Teori tersebut menyebabkan produk penghimpunan dana disesuaikan dengan tiga fungsi tersebut, yaitu berupa giro, tabungan dan deposito. Berbeda halnya dengan hal tersebut, bank syariah tidak melakukan pendekatan tunggal dalam menyediakan produk penghimpunan dana bagi nasabahnya. Pada dasarnya, dilihat dari sumbernya, dana bank syariah terdiri atas: a. Modal Modal adalah dana yang diserahkan oleh para pemilik (owner). Dana modal dapat digunakan untuk pembelian gedung, tanah, perlengkapan, dan sebagainya yang secara tidak langsung menghasilkan (fixed asset/non earning asset). Selain itu, modal juga dapat digunakan untuk hal-hal yang produktif, yaitu disalurkan menjadi pembiayaan. Pembiayaan yang berasal dari modal, hasilnya tentu saja bagi pemilik modal, tidak dibagikan kepada pemilik dana lainnya. Mekanisme penyertaan modal pemegang saham dalam perbankan syariah, dapat dilakukan melalui musyarakah fi sahm asy-syarikah atau equity participation pada saham perseroan bank. b. Titipan (Wadi’ah) Salah satu prinsip yang digunakan bank syariah dalam memobilisasi dana adalah dengan menggunakan prinsip titipan. Akad yang sesuai dengan prinsip ini ialah al-wadi’ah. Dalam prinsip ini, bank menerima titipan dari nasabah dan bertanggung jawab penuh atas titipan tersebut. Nasabah sebagai penitip berhak untuk mengambil setiap saat, sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
  • 6. c. Investasi (Mudharabah) Akad yang sesuai dengan prinsip investasi adalah mudharabah yang mempunyai tujuan kerjasama antara pemilik dana (shahibul maal) dengan pengelola dana (mudharib), dalam hal ini adalah bank. Pemilik dana sebagai deposan di bank syariah berperan sebagai investor murni yang menanggung aspek sharing risk dan return dari bank. Deposan, dengan demikian bukanlah lender atau kreditor bagi bank seperti halnya pada bank konvensional. 2. Sistem Penyaluran Dana (Financing) Produk penyaluran dana di bank syariah dapat dikembangkan dengan tiga model, yaitu: a. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang dilakukan dengan prinsip jual beli. Prinsip jual beli ini dikembangkan menjadi bentuk pembiayaan pembiayaan murabahah, salam dan istishna’. b. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa dilakukan dengan prinsip sewa (Ijarah). Transaksi ijarah dilandasi adanya pemindahan manfaat. Jadi pada dasarnya prinsip ijarah sama dengan prinsip jual beli, namun perbedaannya terletak pada obyek transaksinya. Bila pada jual beli obyek transaksinya adalah barang, maka pada ijarah obyek transaksinya jasa. c. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk usaha kerjasama yang ditujukan guna mendapatkan sekaligus barang dan jasa, dengan prinsip bagi hasil.
  • 7. Standar Akuntansi Perbankan Syari’ah Langkah pengembangan standar akuntansi keuangan bank syari’ah sudah dimulai sejak Tahun1987. Kehadiran akuntansi syari’ah merupakan tuntutan dari lahirnya lembaga-lembaga ekonomi yang berbasis syari’ah termasuk di dalamnya adalah bank syari’ah. Akuntansi yang digunakan sementara ini oleh lembagalembaga keungan syari’ah adalah PSAK (Pedoman Standar Akuntansi Keuangan) No. 59 Tahun2003, yang diterbitkan oleh IAI. Akuntansi bank syari’ah adalah akuntansi yang berhubungan dengan aspek-aspek lingkungannya. Karena syari’ah adalah mencakup seluruh aspek kehidupan umat manusia, baik ekonomi, politik, sosial dan filsafat moral. Dengan kata lain, syari’ah berhubungan dengan seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk didalamnya adalah akuntansi. PSAK (Pedoman Standar Akuntansi Keuangan) No. 59 secara resmi dikeluarkan pada tanggal 1 Mei 2002 dan secara resmi diterapkan sejak 1 Januari 2003 oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan yang terdiri dari; Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Bank Syari’ah dan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Akuntansi Syari’ah. PSAK No. 59 ini kemudian dijabarkan dalam PAPSI (Pedoman Akuntansi Perbankan Syari’ah Indonesia) 2003, yang berperan mengatur secara teknis dan rinci penjabaran PSAK 59. Tujuan akuntansi keuangan bank syari’ah salah satunya adalah dapat meningkatkan kepatuhan kepada prinsip syari’ah dalam semua transaksi dan kegiatan usaha. Penerbitan kedua ketentuan ini diharapkan dapat menambah kelengkapan, keakuratan, dan kejelasan informasi yang disampaikan dalam laporan keuangan perbankan syari’ah, sehingga lebih mudah dipahami dan dipercaya oleh masyarakat (PAPSI), 2003:iv). Tujuan akuntansi keuangan bank syari’ah dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Bank Syari’ah adalah: 1. Menentukan hak dan kewajiban pihak terkait, termasuk hak dan kewajiban yang berasal dari transaksi yang belum sesuai dengan dan atau kegitan ekonomi lain, sesuai dengan prinsip syari’ah yang berdasarkan pada konsep kejujuran, keadilan, dan kepatuhan kepada nilai-nilai bisinis Islami. 2. Menyediakan informasi keuangan yang bermanfaat bagi pemakai laporan keuangan untuk pengambilan keputusan 3. Meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syari’ah pada dasarnya dalam semua transaksi dan kegiatan usaha.
  • 8. Tujuan laporan keuangan bank syari’ah pada dasarnya sama dengan tujuan laporan keuangan secara umum dengan tambahan, antara lain, menyediakan: 1. Informasi kepatuhan bank terhadap prinsip syari’ah, serta informasi pendapatan dan beban yang tidak sesuai dengan prinsip syari’ah bila ada dan bagaimana pendapatan tersebut diperoleh serta penggunaannya. 2. Informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggungjawab terhadap amanah dalam mengamankan dana, menginvestasikan pada tingkat keuntungan yang layak, 3. Informasi mengenai tingkat keuntungan investasi yang diperoleh pemilik dan pemilik dana investasi terikat. 4. Informasi mengenai pemenuhan fungsi sosial bank, termasuk pengelolaan dan penyaluran zakat. Menurut Muhammad (2002), tujuan utama menyajikan informasi keuangan adalah: 1. Dasar pengambilan keputusan 2. Monitoring perkembangan khususnya keuangan bank syari’ah 3. Pengendalian keuangan 4. Evaluasi terhadap pencapaian tujuan. Sementara itu prinsip-prinsip akuntansi syari’ah yaitu; (1) prinsip pertanggungjawaban (accountability), (2) prinsip Keadilan, (3) prinsip Kebenaran. Oleh sebab itu secara praktis laporan keuangan bank syari’ah yang berkualitas harus memenuhi kriteria yaitu; dapat dipahami (understandability), relevan (relevance) andal, dapat dibandingkan (comparability), dapat diuji kebenarannya (auditability). Penyajian dan Pengungkapan Pelaporan Keuangan Bank Syari’ah Menurut PSAK No. 59 Berdasarkan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Bank Syari’ah, IAI menyusun PSAK No. 59 tentang Akuntansi Perbankan Syari’ah. Dalam aspek penyajian, PSAK No. 59 merekomendasikan tujuh elemen laporan keuangan bank syari’ah yaitu: 1. Laporan posisi keuangan (neraca); Laporan posisi keuangan yang disusun berdasarkan PSAK No 59 memiliki karakreristik yang berbeda dengan neraca bank konvensional Karakteristik pertama yang dapat dilihat dari unsur-unsur neraca bank syari’ah
  • 9. yang meliputi; aktiva, kewajiban, investasi tidak terikat dan ekuitas. Oleh karena itu persamaan akuntansi untuk bank syari’ah dapat dirumuskan sebagai berikut: Aktiva = Kewajiban + Investasi Tidak Terikat + Ekuitas Secara lengkap sajian pos-pos dalam neraca adalah sebagai berikut: 2. Laporan Laba Rugi Seperti halnya neraca, laporan laba rugi juga mencerminkan peran bank syari’ah selaku investor dan manajer investasi. Peran bank syari’ah selaku investor bisa dilihat dari adanya pos pendapatan bagi hasil mudharabah dan musyarakah.
  • 10. Sedangkan peran bank syari’ah sebagai manajer investasi berkaitan dengan adanya pos hak pada pihak ketiga atas bagi hasil investasi tidak terikat. Pos inilah yang membedakan laporan laba rugi menurut PSAK No. 59 dengan laporan laba rugi yang digunakan bank syari’ah sebelum adanya PSAK No 59, pos tersebu ditujukan untuk pemilik investasi tidak terikat dan tidak dapat dipergunakan sebagai beban: 3. Laporan arus kas Laporan arus kas harus membedakan antara arus kas antara arus kas dari operasi, arus kas dari kegiatan investasi, dan arus kas dari kegiatan pembiayaan. Secara lengkap Laporan Arus Kas adalah sebagai berikut:
  • 12. 5. Laporan Perubahan investasi terikat 6. Laporan sumber dana dan penggunaan dana zakat infak dan shadaqah
  • 13. 7. Laporan sumber dan pengguna dana qardhul hasan 8. Catatan-catatan laporan keuangan Catatan laporan keuangan adalah berisi uraian yang mengungkapkan semua informasi yang perlu untuk menjadikan laporan keuangan tersebut memadai, relevan dan bisa diperacaya (andal) bagi para pemakainya. Penyajian dan Pengungkapan Pelaporan Keuangan Bank Syari’ah Berdasarkan Nilai Tambah Terbitnya PSAK No. 59 tak lepas dari adanya tuntutan yang semakin mendesak kebutuhan akan standar akuntansi untuk perbankan syari’ah di Indonesia. PSAK No. 59 dalam penyusunannnya banyak mereferensi metode yang digunakan oleh AAOIFI (Accounting and Auditing Organization for Islamic Institutions) yaitu Accounting and Auditing Standars for Islamic Financial Institutions. PSAK No. 59 dalam penyajian dan pengungkapan dan pelaporan keuangan bank syari’ah masih menggunakan elemen-elemen yang tidak jauh berbeda dengan akuntansi konvensional. Meskipun terdapat elemen laporan keuangan tambahan seperti Laporan Perubahan Dana Investasi Tidak Terikat, Laporan Dana Infak, Zakat dan Shodaqoh serta Laporan Dana Qardhul Hasan. Namun demikian PSAK No. 59 dipandang masih sarat dengan dengan nilai-nilai kapitalisme. Karena orientasi dari akuntansi bank syari’ah saat ini masih berorientasi pada pemilik modal. Kondisi ini belakangan mendorong para pakar akuntansi syari’ah mengungkapkan pentingnya konsep Nilai Tambah dalam laporan keuangan bank syari’ah. Lahirnya konsep Nilai Tambah tidak lepas dari peran para pakar akuntansi syariah antara lain; Gambling, Karim, Baydoun, Willeet, Triyuwono, Hamed dan Harahap. Mereka yang telah melakukan ijtihad yaitu pengerahan segala upaya dengan sebuah pandangan untuk membentuk sebuah pendapat (judgement)
  • 14. yang independen tentang suatu permasalahan. Lahirnya konsep Nilai Tambah bersumber dari adanya perbedaan tujuan akuntansi, dan konsep kepemilikan yang dirumuskan oleh pakar akuntansi syari’ah dengan tujuan yang ada pada PSAK No. 59 saat ini. Tujuan akuntansi syari’ah adalah untuk membantu keadilan sosial dan ekonomi serta mengakui pemenuhan kewajiban kepada stakeholders, sosial dan Tuhan. Pendapat ini didasarkan pada Al Qur’an surat al Hadid ayat 24: Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan Neraca (Keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan (Q.S. Al Hadid: 24). Sedangkan berkaitan dengan pemenuhan kewajiban (akuntabilitas) dapat dilihat konsep kepemilikan dalam islam pada Surat Thaha ayat 6: Kepunyaan-Nyalah semua yang ada di langit, semua yang ada di bumi, semua yang ada di antara keduanya, dan semua yang ada di bawah tanah (Q.S. Thaha: 6) Berkaitan dengan konsep pemilikan, bahwa kepemilikan mutlak adalah di tangan Allah, maka manusia di beri tugas oleh Tuhan untuk menjadi khalifah (wakil Tuhan) dalam mengelola bumi, sehingga karena tugas ini manusia akan dimintai pertanggungjawaban (akuntabilitas) dalam pelaksanaannya. Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan (manusia) khalifah di muka bumi…(Q.S. Al Baqarah: 30). Sesungguhnya aku yakin bahwa aku akan menemui hisab terhadap diriku (Q.S. Al Haqqah: 20) Adanya ayat tersebut menjelaskan posisi manusia sebagai khalifah, sehingga konsep pertanggungjawaban begitu ditekankan dengan perintah Allah melalui istilah “hisab” atau perhitungan/ akuntabilitas di hari pembalasan. Konsep pertanggunjawaban (akuntabilitas) ini yang mendasari Haniffa dan Hudaib (2001), merumuskan Kerangka Konseptual Akuntansi yang berdasarkan prinsip-prinsip islam:
  • 15. Rasio Keuangan Rasio Permodalan (Solvabilitas) Bank pada umumnya dan bank syariah pada khususnya adalah lembaga yang didirikan dengan orientasi laba. Kekuatan aspek permodalan ini memungkinkan terbangunnya kondisi bank yang dipercaya oleh masyarakat. Pengertian modal bank berdasar ketentuan Bank Indonesia dibedakan antara bank yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia dan kantor cabang bank asing yang beroperasi di Indonesia. Modal bank yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia terdiri atas modal inti atau primary capital dan modal pelengkap atau secondary capital.
  • 16. Komponen modal inti pada prinsipnya terdiri atas modal disetor dan cadangan- cadangan yang dibentuk dari laba setelah pajak, dengan perincian sebagai berikut: 1. Modal disetor Modal disetor adalah modal yang telah disetor secara efektif oleh pemiliknya. Bank yang berbadan hukum koperasi, modal disetor terdiri atas simpanan pokok dan simpanan wajib para anggotanya. 2. Agio saham Agio saham adalah selisih lebih setoran modal yang diterima oleh bank sebagai akibat dari harga saham yang melebihi nilai nominalnya. 3. Cadangan umum Cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba ditahan atau laba bersih setelah dikurangi pajak dan mendapat persetujuan rapat umum pemegang saham atau rapat anggota sesuai anggaran dasar masing-masing. 4. Cadangan tujuan Cadangan tujuan adalah bagian laba setelah dikurangi pajak yang disisihkan untuk tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan rapat umum pemegang saham atau rapat anggota. 5. Laba ditahan Laba ditahan adalah saldo laba bersih setelah dikurangi pajak yang oleh rapat umum pemegang saham atau rapat anggota diputuskan untuk tidak dibagikan. 6. Laba tahun lalu Laba tahun lalu adalah laba bersih tahun-tahun lalu setelah dikurangi pajak dan belum ditentukan penggunaannya oleh rapat umum pemegang saham atau rapat anggota. Jumlah laba tahun lalu yang diperhitungkan sebagai modal hanya sebesar 50%. Jika bank mempunyai saldo rugi pada tahun-tahun lalu, seluruh kerugian tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti. 7. Laba tahun berjalan Laba tahun berjalan adalah laba yang diperoleh dalam tahun buku berjalan setelah dikurangi taksiran utang pajak. Jumlah laba tahun buku berjalan yang diperhitungkan sebagai modal inti hanya sebesar 50%. Jika bank mengalami kerugian pada tahun berjalan, seluruh kerugian tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti.