3. Meskipun biasanya tidak ditulis, digunakan
untuk melompat ke pilihan petama yang
diawali dengan huruf L.
4. Apabila tempat yang tersedia untuk
menampilkan pilihan terlalu kecil, atau
penggunaan menu gulung tidak
dikehendaki, maka perancang dapat
menggunakan kotak kombo untuk
menampilkan pilihan yang ada. Pada kotak
kombo, pengguna akan melihat adanya
penggulung, yang biasanya ditempatkan di
sisi kanan kotak kombo tersebut, untuk
menampilkan pilihan yang tidak terlihat.
Pada kotak kombo disebelah kanan,
penggulungnya dinonaktifkan, karena
pilihan yang ada semuanya dapat
ditampilkan pada ruangan yang tersedia.
Sementara itu, pada kotak kombo
disebelah kiri, penggulungnya terlihat jelas
karena ada pilihan yang tersembunyi.
5. Alternatif lain yang dapat digunakan untuk
sekaligus menampilkan pilihan yang cukup
panjang adalah dengan suatu teknik yang
disebut menu mata-ikan (Bederson, 2000).
Dalam menu mata-ikan, semua pilihan
ditampilkan, hanya saja pilihan-pilihan yang
terletak jauh dari posisi kursor/penyorot
akan ditampilkan dengan menggunakan
font atau ikon berukuran kecil,
sementara pilihan yang dekat dengan posisi
kursor/penyorot atau ditampilkan
menggunakan font atau ikon berukuran
normal. Gambar 6.12 menampilkan contoh
menu mata ikan menggunakan ikon uang
terdapat pada Macintosh OS X Leopard
yang disebut dengan Dock.
MENU MATA IKAN
6. Ketika pengguna harus memilih suatu nilai
yang terletak di antara dua batas,
penggunaan penggeser merupakan pilihan
yang tepat. Batas nilai yang dapat dipilih
juga dapat diimplementasikan
menggunakan penggeser dua sisi.
Pengguna memiliki nilai tertentu dengan
menggeser tanda pemilih di sepanjang
penggeser tersebut. Gambar 6.13
menunjukkan beberapa variasi penggeser
dari berbagai program aplikasi.
7. Alternatif lain yang dapat digunakan untuk
menampilkan menu tunggal dalam
jumlah yang banyak adalah
menggunakan menu dua dimensi.
Pilihan-pilihan yang tersedia disusun
menjadi sejumlah baAlternatif lain yang
dapat digunakan untuk menampilkan
menu tunggal dalam jumlah yang
banyak adalah menggunakan menu dua
dimensi. Pilihan-pilihan yang tersedia
disusun menjadi sejumlah baris dan
kolom seperti sebuah tabel. baris dan
kolom seperti sebuah tabel.
Dengan cara ini maka pengguna dapat
melihat dengan jelas pilihan yang
tersedia. Menu jenis ini banyak sekali
dimanfaatkan untuk perancangan
halaman situs Web. Hal ini digunakan
untuk mengurangi proses penggulung
layar karena jumlah menu banyak.
Gambar 6.14 menunjukan contoh menu
dua dimensi dari www.hmv.com .sg.
8. Semua jenis menu tunggal yang telah
kita bahas termasuk jenis menu eksplisit,
yaitu yang pilihannya tersusun rapi
menurut urutan tertentu. Dalam
keadaan tertentu, pilihan yang ada
sering ditanam (embedded) pada suatu
teks atau foto/citra. Hal ini disebabkan
karena tidak ada lokasi khusus yang
dapat digunakan untuk menempatkan
pilihan yang tersedia.
9.
10. Sebagai contoh, pengguna dapat melihat
informasi lengkap dari seseorang,
kejadian, atau tempat dengan memilih
suatu nama sesuai konteksnya (Koved
dan Shineiderman, 1986). Nama orang,
kejadian, tempat atau frasa kalimat yang
dosoroti menunjukan pilihan yang
tertanam di dalam informasi tersebut.
11. Gambar 6.15 menunjukan contoh menu
tertanam dalam sebuah foto udara yang
diambil daro Google earth. Pilihan yang
tersedia disimbolkan dengan balon kecil
berwarna biru dan keterangan tempat,
misalnya KPTU Teknik UGM. Dengan
mengklik balon kecil berwarna biru
tersebut, beberapa informasi penting
akan muncul
12. Sambungan tertanam (embedded link)
diperkenalkan oleh sisterm Hyperties yang
digunakan pada dua proyek hiperlink
komersial (Shiderman 1988; Shneiderman
dan Kearsley, 1989), dan menjadi inspirasi
untuk hotlink pada situs Web. Sambungan
tertanam memungkinkan pengguna untuk
melihat pilihan sesuai konteksnya dan
menghindari adanya pilihan lain yang
mengganggu dan menghabiskan kapling
pada layar tampilan.
13. Tampilan kontekstual membantu
pangguna untuk tetap fokus pada
tugasnya dan pada objek yang menarik
perhatiannya. Menu grafis sangat
atraktif untuk menyajikan sejumlah
pilihan sekaligus menyajikan konteks
yang membantu pengguna menentukan
pilihannya.
14.
15.
16. Menu breadcrumb digunakan untuk
menampilkan jejak sambung kepada
pengguna. Berdasarkan template yang
digunakan, menu breadcrumb dapat
berupa daftar sambungan atau
ditampilkan sebagai jalur crumb.
Gambar 6.16 menunjukan contoh menu
breadcrumb.
17. Menurut Nielsen
(www.useit.com/alertbox/breadcrumb.html)
, menu breadcrumb merupakan bantuan
navigasi kedua, seperti halnya peta situs
(sitemap). Dalam keadaan biasa, pengguna
situs akan menggunakan menu dan kotak
pencarian yang jelas-jelas sangat penting
untuk faktor kebergunaan. Tetapi dari waktu
ke waktu, para pengunjung situs mulai
menggunakan peta situs atau menu
breadcrumb ketika navigasi utamanya tidak
sesuai dengan keinginan mereka.
18. Lebih lanjut Nielsen mengatakan bahwa sejak
tahun 1995 dia merekomendasikan menu
breadcrumb karena beberapa alasan yaitu:
1. Menu breadcrumb menunjukkan kepada
penggunaan situs lokasi itu sehingga
membantu mereka memahami posisi mereka
terhadap bagian siitus yang lain.
2. Menu breadcrumb memungkinkan "satu klik
akses ke tingkat situs yang lebih tinggi"
sehingga dapat membantu pengguna yang
terlanjur masuk terlalu dalam ke dalam
struktur menu menunju ke bagian yang tidak
dikehendaki.
19. 3. Menu breadcrumb tidak pernah
menimbulkan persoalan dalam pengujian
(oleh) pengguna; seseorang dapat saja
tersilap dengan tidak melihat elemen
perancangan yang kecil ini, tetapi mereka
tidak pernah menyalahkan-artikan jejak
breadcrumb atau mengalami kesulitan
dalam mengoperasikannya.
20. 4. Menu breadcrumb hanya memerlukan
tempat yang sempit.Argumen utama
yang menentang penggunaan menu
breadcrumb adalah bahwa kebanyakan
pengguna seperti jarang
memperhatikannya. Jadi, mengapa harus
melakukan sesuatu yang hanya
memberikan keuntungan pada kelompok
minoritas? Neilsen, sekali lagi
berpendapat, bahwa karena ukurannya
kecil, dan berfungsi sebagai alat bantu
navigasi, secara keseluruhan dengan
adanya menu ini akan menimbulkan
dampak bagi mereka yang
mengabaikannya.
21. Sejumlah menu dapat dikombinasikan
secara linear maupun disajikan secara
serempak. Strategi yang biasa digunakan
adalah dengan menyusun menu-menu
tersebut menggunakan struktur pohon.
Mereka juga dapat disusun secara jaring
tak berputar maupun jaring berputar.
22. Sejumlah menu yang saling terkait satu sama
lain dapat digunakan untuk menuntun
pengguna menggunakan sejumlah pilihan.
Pengguna melihat hal ini sebagai sejumlah
menu yang berurutan secara linear. Sebagai
contoh, jika Anda ingin memesan pizza secara
online, dengan menggunakan antarmuka yang
tersedia, Anda akan diminta untuk memilih
ukran pizza yang akan dipesan (kecil, sedang,
atau besar), ketebalan (tipis, normal, tebal),
dan akhirnya ramuan (topping) yang
diinginkan.
23. Pemesanan tiket juga dapat dilakukan secara
online. Pada saat pertama kali seseorang
memesan tiket, ia terlebih dulu harus
memilih apakah tiketnya untuk sekali jalan
atau pergi-pulang, dilanjutkan dengan
memilih tanggal penerbangan, banyaknya
tiket yang akan dibeli (termasuk apakah
ada bayi atau anak-anak). Setelah calon
pembeli tiket akan diminta untuk mengisi
identitas dan beberapa informasi yang
relevan dengan calon penumpang, cara
pembayaran, sampai kepada percetakan
tiket elektroniknya.
24. Dua contoh di atas menunjukan bahwa
menu yang disusun secara linear
membantu pengguna untuk mengambil
keputusan setahap demi setahap sampai
kepada keputusan akhir. Cara ini
terutama akan sangat berguna bagi
pengguna mula.
25. Pada menu serempak, pengguna akan
dihadapkan pada antarmuka yang memuat
berbagai pilihan dan pengguna dapat memilih
sembarang menu yang ada secara bebas
(Gambar 6.16). Jenis menu ini memerlukan
kapling yang besar sehingga kadang-kadang
tidak cocok untuk jenis tampilan dan struktur
menu tertentu. Tetapi, sebuah studi
menunjukan bahwa pengguna ahli yang
melakukan tugas yang rumit sangat terbantu
dengan tersedianya menu serempak (Hoch-
heiser dan Shineiderman, 1999). Menu ini
sesungguhnya mirip dengan menu datar yang
berbasis teks (lihat Subbab 6.2).
26.
27. Ketika cacah pilihan semakin banyak
sehingga sistem menu menjadi lebih
sukar untuk dipelihara, perancang dapat
mengelompokan pilihan-pilihan tersebut
berdasarkan kriteria tertentu. Dengan
cara ini akan tercipta sebuah struktur
pohon. Sejumlah pilihan dapat dengan
mudah dikelompokan menjadi sejumlah
kategori terpisah dengan pembeda yang
unik
28. Sebagai contoh, barang-barang yang dijual
pada sebuah toko kelontong online
dapat dikategorikan berdasar hasil bumi,
daging, produk pembersih, dan lain-lain.
Hasil bumi, selanjutnya, dapat
dikelompokkan menjadi sayuran, buah-
buahan, kacang-kacangan. Produk
pembersih, misalnya, dapat
dikelompokan menjadi keperluan mandi,
keperluan mencuci, dan lain-lain.
29. Perdebatan seringkali muncul karena seorang
perancang mengelompokan sejumlah pilihan
yang tersedia menggunakan kriteria tertentu,
tetapi pengelompokan tersebut justru
membingungkan. Pengelompokan dan
pengindeksan merupakan pekerjaan yang
rumit, dan dalam berbagai situasi tidak ada
satu penyelesaian tunggal yang dapat
diterima oleh semua orang. Rancangan awal
dapat dimodifikasi sesuai dengan saran
pengguna, dan dalam perkembangannya,
karena struktunya terus diperbaiki, dan
pengguna semakin mengenalnya, tingkat
keberhasilan akan meningkat.
30. Struktur pohon mempunyai keutungan yang
membantunya mampu menampilkan
informasi dalam jumlah besar kepada
pengguna mula atau pengguna yang tidak
selalu aktif, meskipun ada sejumlah
persoalan yang perlu dipertimbangkan.
Sebagai contoh, jika setiap menu
mempunyai 30 pilihan, maka pohon dengan
4 tingkat dapat membawa pengguna mula
ke 810.000 tujuan yang berbeda.
31. Angka ini tentulah sanga fantastis apabisa
kita menerapkannya pada pengolah
kata, tetapi menjadi lebih realistis
apabila diterapkan pada aplikasi berbasis
Web, seperti koran (www.kompas.com),
perpustakaan (www.loc.gov), atau portal
Web seperti Yahoo! (www.yahoo.com).
32. Penelusuran menu dapa dikerjakann dalam
bebedapa detik jika pengelompokan setiap
tingkat dibuat secara alamiah dan mudah
dimengerti oleh pengguna, dan jika
pengguna mengetahui targetnya.
Sebaliknya, jika pengelompokannya tidak
jelas dan pengguna hanya mempunyai
gambaran yang samar tentang apa yang
akan dicari, mereka dapat tersesat di dalam
pohon menu yang ada (Norman dan Chin,
1988).
33. Dalam membangun menu berstruktur
pohon perlu dipertimbangkan apakah
lebih memilih kedalam (depth, cacah
tingkat yang diinginkan), ataukah
kekuasaan (breadth, cacah pilihan pada
setiap tingkat). Kedalam dan keluasan
sesungguhnya saling terkait. Semakin
banyak pilihan yang diletakan di menu
utama, maka menu akan menyebar dan
mempunyai tingkat yang lebih sedikit
34. Bentuk ini terkadang mempunyai sejumlah
keuntungan, dengan catatan bahwa
kejelasan isinya tetap dipertahankan.
Beberapa penulis menyarankan untuk
menggunakan empat sampai delapan
pilihan per menu, tetapi pada saat yang
sama mereka juga menyarankan untuk
tidak menggunakan lebih dari 3 atau 4
level. Pada aplikasi dengan pilihan yang
banyak, salah satu atau kedua saran
diatas perlu dikaji ulang.
35. Pengguna akan semakin sulit untuk
menentukan posisinya ketika kedalaman
menu bertambah sehingga mengalami apa
yang disebut disorentasi atau tersesat di dunia
maya (Conklin, 1986). Pada dasarnya,
menurut Conklin, seorang pengguna disebut
mengalami disorientasi atau tersesat apabila
dia:
1. tidak mengetahui posisinya (di dalam situs
Web),
2. tidak mengetahui apakah ada titik tuju yang
diinginkan, dan
3. tidak mengetahui cara menuju titik tuju yang
diinginkan.
36. Persoalan diatas disebabkan oleh karena
pengguna tidak mengetahui secara tepat
struktur situs web yang dia kunjungi.
Untuk membantu pengguna memahami
struktur situs web yang dia kunjungi
secara lengkap, perancang dapat
menambahkan peta situs (sitemap) yang
berisi semacam ringkasan isi situs Web.
Gambar 6.17 menunjukan peta situs dari
www.ebay.com
37. Meskipun struktur pohon cukup menarik,
seringkali struktur jaring lebih sesuai
digunakan untuk situasi tertentu. Sebagai
contoh, pada layanan komersial online,
akan lebih logis apabila perancang
menyediakan akses ke informasi tertentu
baik kepada petugas bank maupun
pelanggannya. Motivasi kedua untuk
menggunakan jaring menu adalah untuk
memberikan keleluasaan pada pengguna
utnuk bergerak dari satu menu yang berada
pada satu cabang ke menu lain pada
cabang lain tanpa harus kembali ke menu
38.
39. Struktur jaring tak berputar maupun
berputar banyak sekali dijumpai secara
alamiah dalam lingkungan sosial,
transportasi, dan tentu saja situs Web.
Ketika pengguna bergerak dari pohon ke
jaring menu tak berputar dan jaring menu
berputar, kemungkinan untuk tersesat
menjadi semakin besar. Kebingungan dan
disorientasi sering dilaporkan oleh
pengguna situs Web yang mengalami
kesulitan ketika melakukan navigasi pada
jaring berputar berskala besar
(Shneiderman dan Plaisant, 2005).
40. Dengan struktur pohon pengguna dapat
membentuk model mental dari struktur
tersebut dan membentuk gambaran
tentang hubungan antar- menu yang ada.
Pembentukan model mental dari sebuah
jaring menu akan lebih sukar dibanding
dengan struktur pohon. Pada struktur
pohon terdapat sebuah menu yang
berfungsi sebagai menu utama, sehingga
penelurusan balik lebih mudah dilakukan.
Dalam struktur jaring, untuk dapat
melakukan penelusuran balik, tumpukan
dari menu yang sudah dikunjungi harus
dibuat.
41. Pada suatu aplikasi, penggunaan salah
satu jenis menu saja seringkali ti-dak
memberikan keleluasaan bagi pengguna
untuk melakukan aktivitas-nya sehingga
ada kalanya perancang harus
mengombinasikan beberapa jenis menu
sekaligus dalam aplikasi yang dirancang
dan dikembangkan-nya.
42. Setelah kita mengetahui berbagai jenis menu,
maka pada subbab ini akan kita pelajari cara
pengorganisasian pilihan untuk memudahkan
pengguna dalam menggunakan aplikasi yang
kita bangun. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pengorganisasian pilihan
antara lain adalah penge-lompokan dan
pengurutan pilihan yang tersedia. Selain itu,
pemilihan judul atau label menu dan tata
letak yang sesuai akan banyak membantu
pengguna untuk menggunakan aplikasi
tersebut.
43. Pengelompokan pilihan dalam struktor
pohon yang menjadikannya mu-dah
dipahami oleh pengguna dan cocok dengan
struktur tugas seringkah sulit dicapai.
Persoalan dalam pengelompokan pilihan
timbul karena adanya kategori yang
tumpang tindih, penggunaan jargon yang
sukar, istilah yang sangat umum, maupun
kemungkinan adanya pilihan tam-bahan
yang tidak jelas.
44. Berdasarkan berbagai persoalan di atas, di
bawah ini disajikan salah satu cara
pemecahannya:
Satukan pilihan-pilihan yang secara logis
serupa. Sebagai contoh, menu yang mudah
dipahami akan menampilkan nama negara
pada tingkat 1, diikuti dengan propinsi atau
negara bagian pada tingkat 2, dan nama
kota pada tingkat 3.
Kelompok berdasar nilai tertentu. Sebagai
contoh, menu yang menampilkan
kelompok umur 0-9, 10-19, 20-29, 30-39,
dan > 40 akan memudahkan pengguna
memilih pilihan yang tepat.
45. Pastikan bahwa pilihan-pilihan tersebut tidak
saling tumpang tindih. Pilihan-pilihan dalam
tingkat lebih rendah harus secara alamiah
terhubung ke sebuah menu pada tingkat yang
lebih tinggi. Kategori yang tumpang tindah,
misalnya “Hiburan” dan “Peristiwa,” akan
lebih membingungkan dibandingkan dengan
“Konser” dan “Olahraga”.
Gunakan istilah yang sederhana dan pastikan
bahwa antara satu pilihan dengan pilihan lain
harus berbeda. Istilah umum seperti “Pagi”
dan “Malam” barangkali terlalu umum;
penggunaan pilihan seperti “6 AM sampai 6
46. Perlu diketahui bahwa tidak ada struktur
menu yang sempurna yang cocok dengan
pengetahuan yang dimiliki setiap
pengguna. Perancang harus melakukan
penilaian yang tepat pada awal
implementasinya, yang secara bertahap
dikembangkan sesuai dengan saran-saran
yang mereka peroleh dan berdasar data
empiris. Pengguna secara perlahan akan
semakin terbiasa meskipun harus
berhadapan dengan struktur pohon yang
rumit.
47. Setelah perancang menetapkan pilihan yang
ada, perancang masih dihadapkan pada
pemilihan urutan penyajian dari pilihan itu.
Jika pilihan yang tersedia mempunyai urutan
yang alamiah - misalnya nama hari dalam
seminggu, bab dalam sebuah buku, atau
ukuran kaos - maka ke- putusannya mudah
ditentukan. Urutan penyajian pilihan dapat
menggunakan berbagai dasar, misalnya:
Waktu (urutan kronologis),
Urutan numerik (secara urut naik atau urut
turun),
Sifat fisik (panjang, luas, volume, temperatur,
berat, kecepatan, dan lain-lain).
48. Dalam kebanyakan kasus, pilihan-pilihan yang
ada tidak mempunyai urutan berdasarkan
tugas, dan perancang harus menentukan
urutannya berdasar berbagai kemungkinan
urutan, misalnya:
Pilihan paling penting diletakkan sebagai
pilihan pertama;
Pilihan paling sering digunakan diletakkan
sebagai pilihan pertama;
Kelompok dari sejumlah pilihan yang saling
terkait (dipisahkan dengan baris kosong atau
pemisah lain antar kelompok);
Urutan secara alfabetis
49. Jika terdapat beberapa pilihan yang sering
dipilih dibanding pilihan lain, biasanya ada
semacam keinginan untuk mengorganisir
pilihan-pilihan tersebut dari pilihan yang
paling banyak dipilih ke yang paling sedikit
dipilih. Cara ini barangkali akan
mempercepat pemilihan menu teratas,
tetapi kehilangan makna urutan dan pilihan
yang paling jarang dipilih dapat bersifat
menganggu.
50. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah
dengan langkah kompromi, misalnya afan
empat pilihan yang paling sering dipilih
diletakkan di bagian atas, sementara sisanya
tetap meng-gunakan urutan semula. Cara ini,
dari hasil eksperimen, dapat meningkat-kan
kinerja pengguna (Sears dan Shneiderman,
1994). Dari hasil eksperimen ini muncul suatu
teori bahwa kecepatan pemilihan suatu
pilihan yang dikenal bersifat logaritmis dan
pilihan yang kurang/tidak dikenal bersifat
linear.
51. Variasi penyajian menu pilihan diperkenalkan
oleh Microsoft dengan produknya Office
2000. Cara penyajiannya disebut dengan
menu adaptif. Ketika pengguna menggunakan
salah satu aplikasi dari Office 2000, pilihan
yang belum dipilih tidak ditampilkan dari
daftar pilihan yang ada, sehingga membuat
daftar pilihannya menjadi pendek. Untuk
melihat pilihan yang tidak nampak, pengguna
harus mengklik simbol panah yang terdapat di
bagian paling bawah dari menu tersebut
(Gambar 6.18a).
52. Dengan cara ini, semua menu menjadi terlihat
(Gambar 6.18b). Pilihan yang baru saja dipilih
akan tetap nampak pada daftar pilihan,
sementara pilihan yang tidak digunakan untuk
selang waktu tertentu akan tidak terlihat.
Pendekatan ini disukai oleh pengguna yang
mempunyai pola penggunaan menu pilihan
yang tetap, tetapi sangat tidak disukai oleh
pengguna lain karena sangat membingungkan
oleh karena susunan pilihannya yang selalu
berubah.
53. Menu yang dapat menyesuaikan diri, atau dapai
dikendalikan oleh pengguna, merupakan
alternatif yang menarik ilari menu adaptif.
Studi yang dilakukan oleh Mc Gicnere, et al.,
(2002) membandingkan antara menu adaftif
pada Microsoft Word dengan varian menu
lain yang memberikan kesempatan kepada
pengguna untuk menggunakan salah satu dari
dua alternatif:susunan normal dengan semua
pilihan terlihat dan susunan tertentu yang
didasarkan pada keinginan masing-masing
pengguna.
54. Salah satu hasil studi menunjukkan bahwa
pengguna mampu belajar dan
menavigasi menu secara lebih baik pada
versi menu yang memungkinkan
pengguna untuk memilih pi-lihan sesuai
dengan seleranya.
55.
56. Riset berbasis eksperimen yang membahas
tentang tata letak menu masih sangat
sedikit. Subbab ini membahas sejumlah
penilaian subyektif tentang tata letak menu
yang memerlukan validasi empiris.
57. Pemilihan judul buku merupakan
pekerjaan yang sulit bagi penulis, editor,
ataupun penerbit. Judul yang unik,
menarik, dan mudah diingat akan
membuat perbedaan yang nyata
terhadap tanggapan pembaca Serupa
dengan hal itu, pemilihan judul menu
juga merupakan pekerjaan yang tidak
mudah dan memerlukan pemikiran yang
serius.
58. Untuk menu tunggal, judul singkat yang
menjelaskan suatu situasi sudah memadai.
Pada menu tersusun linear, judulnya harus
secara akurat menunjukkan langkah-
langkah yang perlu dilakukan secara
berurutan. Penggunaan tata bahasa yang
konsisten akan mengurangi kebingungan,
dan penggunaan kata benda yang singkat
tetapi tidak mendua seringkali sudah
memadai.
59. Pemilihan judul menu untuk struktur pohon
perlu dilakukan dengan lebih berhati-hati
karena harus secara tegas mencerminkan
semua pilihan yang terdapat pada menu
yang bersangkutan. Sebagai contoh,
apabila pengguna memilih menu yang
berjudul, misalnya, “Menu Utama” atau
penjelasan topik seperti “Transaksi Bank”
maka pengguna secara pasti akan
mengetahui posisinya saat itu, yaitu
berada di awal sebuah sesi.
60. Penggunaan pilihan yang lebih tinggi tingkatnya
untuk judul pada menu yang ada di tingkat di
bawahnya akan mempercepat pengguna
menuju ke pilihan yang dimaksud. Hal ini
dapat dianalogikan dengan sebuah buku. Pada
daftar isi, misalnya judul pada Bab 1 adalah
“Pendahuluan”, tetapi pada halaman yang
dimaksud, ternyata judulnya adalah
“Pengantar”. Meskipun barangkali kedua judul
di atas mirip, tetapi karena ketidak-sesuaian
antara judul pada daftar isi dengan judul bab
yang sebenarnya, hal ini akan
membingungkan pembaca buku tersebut.
“Aturan” ini sebaiknya digunakan baik pada
antarmuka untuk program aplikasi tunggal
maupun yang berbasis Web.
61. Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah
penempatan judul dan fitur lain dari menu
yang akan ditampilkan. Studi yang
dilakukan oleh Teitelbaum dan Granda
(1983) menunjukkan bahwa pengguna
memer-lukan waktu dua kali lebih lama
untuk memilih menu yang sama ketika
posisi menunya berpindah-pindah
dibandingkan jika posisi menunya tetap.
Dengan demikian perancang harus
berusaha sebisa mungkin untuk
menempatkan menu yang sama pada posisi
yang sama
62. Meskipun antarmuka menggunakan kata,
ungkapan, atau kalimat dalam Bahasa
Indonesia (atau bahasa apapun), hal ini tidak
menjamin ungkapan yang digunakan akan
mudah dipahami. Masing-masing kata yang
digunakan belum tentu dimengerti oleh setiap
pengguna, dan seringkali dua pilihan yang
keduanya memenuhi keinginan pengguna,
barangkali hanya satu pilihan yang melakukan
apa yang diinginkan oleh pengguna (misalnya,
“singkirkan” dan “keluarkan”). Sialnya, tidak
ada penyelesaian terbaik untuk persoalan
semacam ini.
63. Meskipun demikian perancang dapat mengumpulkan
saran dari teman kerja, pengguna, studi awal, tes
untuk mencari dukungan, dan pemantauan kinerja
pengguna. Beberapa “aturan” berikut ini sepertinya
sudah jelas, tetapi ada baiknya ditulis kembali,
karena hal itu paling banyak dilanggar:
Gunakan terminologi yang sudah dikenal dan
konsisten.
Pastikan bahwa setiap pilihan berbeda satu dengan
yang lain.
Gunakan ungkapan yang singkat tetapi jelas dan
konsisten.
Gunakan kata kunci sebagai awal ungkapan.
64. Sekelompok karakter seringkali digunakan
secara bersamaan karena adanya
keterbatasan dalam hal lebar dan panjang
layar tampilan. Teknik penyorotan pilihan
mempengaruhi tata letak grafis dari menu
yang akan disusun. Penyajian nama-nama
propinsi di Indonesia sebagai menu pilihan
barangkali tidak akan mengalami banyak
kesulitan pada layar yang besar dengan
kecepatan tampilan yang tinggi. Di sisi lain,
pada sistem dengan tampilan yang kecil,
nama-nama propinsi tersebut harus
dikelompokkan menjadi beberapa submenu.
65. Format yang konsisten akan membantu
pengguna menemukan informasi yang
dicarinya, membantu pengguna untuk
memfokuskan perhatian pada materi yang
relevan, dan mengurangi kegelisahan
pengguna dengan me-nawarkan suatu tingkat
kepastian. Perancang menu harus mempunyai
pedoman untuk menjaga konsistensi paling
tidak untuk komponen menu berikut ini:
Penulisan judul. Beberapa pengguna lebih
menyukai judul yang ditulis rapi tengah, tetapi
rapi kiri biasanya lebih disukai, terutama
untuk tampilan yang mempunyai kecepatan
rendah.
66. Penempatan pilihan. Biasanya pilihan ditulis
rapi kiri, dengan nomor atau huruf tertentu
yang mendahului judul pilihan secara lengkap.
Baris kosong seringkali digunakan untuk
memisahkan kelompok pilihan tertentu. Jika
menggunakan banyak kolom, penomoran
atau penggunaan huruf harus tetap konsisten
(sebagai contoh, penulisan menu ke bawah
lebih mudah dipindai daripada penulisan
menu ke samping).
Petunjuk. Petunjuk untuk setiap menu, jika
ada, harus seragam untuk setiap pilihan yang
ada dan harus ditempatkan di posisi yang
sama. Aturan ini juga digunakan untuk
petunjuk tentang penelusuran, pertolongan,
atau penggunaan tombol fungsi.
67. Pesan kesalahan. Ketika pengguna memilih
pilihan yang tidak dapat diterima, pesan
kesalahan harus muncul pada posisi yang
konsisten dan penggunaan istilah serta
sintaksisnya juga harus konsisten.
Laporan status. Sejumlah sistem mempunyai
semacam tanda yang menunjukkan dari menu
yang sedang dikunjungi, halaman yang sedang
dilihat, atau pilihan yang harus dipilih untuk
menyelesaikan suatu tugas. Informasi ini
harus muncul pada posisi yang konsisten dan
juga harus mempunyai struktur yang
konsisten
68. Sebagai tambahan, karena disorientasi
merupakan persoalan serius, ber-bagai teknik
yang dapat digunakan untuk menunjukkan
posisi pengguna pada sebuah struktur menu
perlu digunakan. Di dalam buku, penggunaan
jenis dan ukuran huruf, serta penggunaan
huruf tebal, huruf miring, dan huruf tegak
dapat digunakan untuk membedakan bab,
subbab, dan sub- subbab. Dengan cara yang
sama, pada menu berstruktur pohon, ketika
pengguna menelusuri pohon tersebut, judulnya
dapat digunakan untuk menunjukkan posisi
tempat pengguna berada saat itu, dan
seberapa jauh-nya dari menu utama
69. Penggunaan berbagai gambar, jenis huruf,
ukuran font yang berbeda, dan teknik
penyorotan sangat membantu pengguna
untuk mengetahui menu yang sedang
dipilih. Perhatikan contoh seperti tersaji
pada Gambar 6.19.
70.
71. Tampilan di atas memberikan indikasi
yang jelas ketika pengguna ber-gerak ke
bawah. Ketika pengguna ingin
melakukan penelusuran balik ke atas,
atau ke pilihan pada tingkat yang sama,
mereka akan merasa yakin akan
tindakan mereka.
72. Dengan antarmuka grafis, berbagai
kemungkinan dapat dilakukan untuk
menunjukkan posisi pengguna pada menu
berstruktur pohon maupun menu linear.
Pendekatan yang biasa dilakukan adalah de-
ngan menampil-kan kotak-kotak menu secara
agak menurun, atau sedikit ke arah kanan,
dibanding pilihan pada tingkat di atasnya.
Gambar 6.20 menunjukkan susunan menu
makanan yang sama dengan Gambar 6.19
yang disusun secara vertikal. Dalam Gambar
6.20, antara menu utama dengan
submenunya dapat diidentifikasi dengan
mudah, meskipun semuanya ditulis
menggunakan jenis huruf yang sama, karena
menu pada tingkat yang berbeda ditulis
menjorok ke kanan.
73.
74. Pada menu yang bertumpuk atau menu
berjalan (karena pengguna, pada satu
saat harus berjalan melewati beberapa
tingkat) secara perseptual sangat
bermanfaat, tetapi akan menimbulkan
tantangan motorik kepada pengguna
karena pengguna harus menggerakkan
kursor ke arah yang sesuai.