SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 12
BAB I 
PENDAHULUAN 
1 
A. Latar Belakang Masalah 
Etos kerja dalam arti luas menyangkut akan akhlak dalam pekerjaan. Untuk bisa 
menimbang bagaimana akhlak seseorang dalam bekerja sangat tergantung dari cara 
melihat arti kerja dalam kehidupan, cara bekerja dan hakikat bekerja. Dalam Islam, iman 
banyak dikaitkan dengan amal. Dengan kata lain, kerja yang merupakan bagian dari 
amal tak lepas dari kaitan iman seseorang. Idealnya, semakin tinggi iman itu maka 
semangat kerjanya juga tidak rendah. Ungkapan iman sendiri berkaitan tidak hanya 
dengan hal-hal spiritual tetapi juga program aksi. 
Dalam kehidupan sehari-hari sebagai umat Islam selain diperintahkan untuk 
beribadah Allah memerintahkan untuk bekerja (berusaha). 
Bekerja merupakan melakukan suatu kegiatan demi mencapai tujuan, selain mencari 
rezeki namun juga cita-cita. Dalam bekerja diwajibkan memilih pekerjaan yang baik dan 
halal, karena tidak semua pekerjaan itu diridhai Allah SWT. 
Di dalam Al-Qur’an dan Hadist sudah jelas tentang pekerjaan yang baik dan 
bagaimana kita memperoleh rezeki dengan cara yang diridhai Allah SWT. Hal ini sangat 
penting sekali dibahas, karena semua orang dunia ini pasti membutuhkan makanan, 
sandang maupun papan. Disini pasti manusia berlomba-lomba atau memenuhi 
kebutuhannya tersebut dengan bekerja untuk mendapatkan yang diinginkan sehingga 
kita juga harus tahu, bahwa semua yang kita dapatkan semuanya dari Allah SWT dan 
itu semua hanya titipan Allah SWT semata. Sebagai umatnya diwajibkan 
mengembangkannya dengan baik dan hati-hati. Untuk itu Hadist tentang Etos Kerja ini 
sangat diperlukan demi kelangsungan umat sehari-hari. 
B. Rumusan Masalah 
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka pemakalah merumskan 
masalah yang akan di bahas dalam makalah ini antara lain sebagai berikut: 
1. Redaksi Hadist mengenai Etos Kerja Seorang Muslim? 
a. Bagaimana Aspek – aspek pekerjaan dalam Islam? 
b. Ciri –ciri etos kerja dalam Islam? 
2. Larangan meminta minta. 
3. Mukmin yang kuat dapat pujian.
BAB II 
PEMBAHASAN 
2 
A. Pengertian Etos Kerja 
Etos kerja ialah suatu sikap jiwa seseorang untuk melaksanakan suatu pekerjaan 
dengan perhatian yang penuh. Maka pekerjaaan itu akan terlaksana dengan sempurna 
walaupun banyak kendala yang harus diatasi, baik karena motivasi kebutuhan atau 
karena tanggung jawab yang tinggi. 
Ethos berasal dari bahasa Yunani yang berarti sikap, kepribadian, watak, karakter 
serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh 
kelompok bahkan masyarakat. Ethos dibentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh, 
budaya serta sistem nilai yang diyakininya. Dari kata etos ini dikenal pula kata etika yang 
hamper mendekati pada pengertian akhlak atau nilai-nilai yang berkaitan dengan baik 
buruk moral sehingga dalam etos tersebut terkandung gairah atau semangat yang amat 
kuat untuk mengerjakan sesuati secara optimal lebih baik dan bahkan berupaya untuk 
mencapai kualitas kerja yang sesempurna mungkin. 
Etos kerja seorang muslim adalah semangat untuk menapaki jalan lurus, dalam 
hal mengambil keputusan pun, para pemimpin harus memegang amanah terutama para 
hakim. Hakim berlandaskan pada etos jalan lurus tersebut sebagaimana Dawud ketika ia 
diminta untuk memutuskan perkara yang adil dan harus didasarkan pada nilai-nilai 
kebenaran, maka berilah keputusan (hukumlah) di antara kami dengan adil dan janganlah 
kamu menyimpang dari kebenaran dan tunjuklah (pimpinlah) kami ke jalan yang lurus 
(QS. Ash Shaad : 22) 
1. Aspek-aspek pekerjaan dalam islam 
Aspek pekerjaan dalam Islam meliputi empat hal yaitu : 
a. Memenuhi kebutuhan sendiri 
Islam sangat menekankan kemandirian bagi pengikutnya. Seorang muslim harus 
mampu hidup dari hasil keringatnya sendiri, tidak bergantung pada orang lain. Hal ini 
diantaranya tercermin dalah hadist berikut : 
عن أبي عبد الله الزبير بن العوام رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: لأن 
يأخذ أحدكم أحبله ثم يأتي الجبل، فيأتي بحزمةٍ من حطبٍ على ظهره فيبيعها، فيكف الله بها 
وجهه، خيرٌ له من أن يسأل الناس،أعطوه أو منعوه. رواه البخاري. 
Dari Abu Abdillah yaitu az-Zubair bin al-Awwam r.a., katanya: “Rasulullah 
s.a.w. bersabda: “Niscayalah jikalau seseorang dari engkau semua itu mengambil 
tali-talinya – untuk mengikat – lalu ia datang di gunung, kemudian ia datang kembali 
– di negerinya – dengan membawa sebongkokan kayu bakar di atas punggungnya, 
lalu menjualnya,kemudian dengan cara sedemikian itu Allah menahan wajahnya – 
yakni dicukupi kebutuhannya, maka hal yang semacam itu adalah lebih baik baginya 
daripada meminta-minta sesuatu pada orang-orang, baik mereka itu suka 
memberinya atau menolaknya.” (Riwayat Bukhari)
Rasullullah memberikan contoh kemandirian yang luar biasa, sebagai 
pemimpin nabi dan pimpinan umat Islam beliau tak segan menjahit bajunya sendiri, 
beliau juga seringkali turun langsung ke medan jihad, mengangkat batu, membuat 
parit, dan melakukan pekerjaan-pekerjaan lainnya. 
Para sahabat juga memberikan contoh bagaimana mereka bersikap mandiri, 
selama sesuatu itu bisa dia kerjakan sendiri maka dia tidak akan meminta tolong 
orang lain untuk mengerjakannya. Contohnya, ketika mereka menaiki unta dan ada 
barangnya yang jatuh maka mereka akan mengambilnya sendiri tidak meminta tolong 
lain. 
3 
b. Memenuhi kebutuhan keluarga 
Bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang menjadi tanggungannya 
adalah kewajian bagi seorang muslim, hal ini bisa dilihat dari hadist berikut : 
قال رسول الله)صلى الله عليه وسلم(:” كفى بالمرء إثما أن يضيع من يقوت” رواه أحمد 
وأبو داود وصححه الحاكم وأقره الذهبي من حديث عبدالله ابن عمرو بن العاص. 
Rasulullah saw bersabada, “Cukuplah seseorang dianggap berdosa jika ia 
menelantarkan orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya”. (HR. Ahmad, Abu 
Daud dan al-Hakim) 
Menginfaqkan harta bagi keluarga adalah hal yang harus diutamakan, baru 
kemudian pada lingkungan terdekat, dan kemudian lingkungan yang lebih luas. 
c. Kepentingan seluruh makhluk 
Pekerjaan yang dilakukan seseorang bisa menjadi sebuah amal jariyah baginya, 
sebagaimana disebutkan dalam hadist berikut : 
عن أنس قال النبي صلى الله عليه وسلم : ” ما من مسلم يغرس غرسا أو يزرع زرعا فيأكل 
منه طير أو إنسان أو بهيمة إلا كان له به صدقة “ 
Dari Anas, Rasulullah saw bersabda, “Tidaklah seorang mukmin menanam 
tanaman, atau menabur benih, lalu burung atau manusia atau hewan pun makan 
darinya kecuali pasti bernilai sedekah baginya”.(HR Bukhari) 
Dalam era modern ini banyak sekali pekerjaan kita yang bisa bernilai sebagai 
amal jariyah. Misalnya kita membuat aplikasi atau tekhnologi yang berguna bagi umat 
manusia. Karenanya umat Islam harus cerdas agar bisa menghasilkan pekerjaan-pekerjaan 
yang bernilai amal jariyah. 
d. Bekerja sebagai wujud penghargaan terhadap pekerjaan itu sendiri 
Islam sangat menghargai pekerjaan, bahkan seandainya kiamat sudah dekat dan 
kita yakin tidak akan pernah menikmati hasil dari pekerjaan kita, kita tetap 
diperintahkan untuk bekerja sebagai wujud penghargaan terhadap pekerjaan itu 
sendiri. Hal ini bisa dilihat dari hadist berikut :
عن أنس رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : ” إن قامت الساعة و في يد أحدكم 
فسيلة ,فإن استطاع أن لا تقوم حتى يغرسها فليغرسها” 
Dari Anas RA, dari Rasulullah saw, beliau bersabda, “Jika hari kiamat terjadi, 
sedang di tanganmu terdapat bibit tanaman, jika ia bisa duduk hingga dapat 
menanamnya, maka tanamlah “ (HR Bukhari dan Muslim). 
4 
2. Ciri-ciri etos kerja dalam islam 
Dan dalam batas-batas tertentu, ciri-ciri etos kerja islami dan ciri-ciri etos kerja 
tinggi pada umumnya banyak keserupaannya, utamanya pada dataran lahiriahnya. 
Ciri-ciri tersebut antara lain : 
a. Baik dan Bermanfaat 
Islam hanya memerintahkan atau menganjurkan pekerjaan yang baik dan 
bermanfaat bagi kemanusiaan, agar setiap pekerjaan mampu memberi nilai 
tambah dan mengangkat derajat manusia baik secara individu maupun kelompok. 
b. Kemantapan atau perfectness 
Kualitas kerja yang mantap atau perfect merupakan sifat pekerjaan Tuhan (baca: 
Rabbani), kemudian menjadi kualitas pekerjaan yang islami yang berarti pekerjaan 
mencapai standar ideal secara teknis. Untuk itu, diperlukan dukungan 
pengetahuan dan skill yang optimal. Dalam konteks ini, Islam mewajibkan 
umatnya agar terus menambah atau mengembangkan ilmunya dan tetap berlatih. 
c. Kerja Keras, Tekun dan Kreatif. 
Kerja keras, yang dalam Islam diistilahkan dengan mujahadah dalam maknanya 
yang luas seperti yang didefinisikan oleh Ulama adalah ”istifragh ma fil 
wus’i”, yakni mengerahkan segenap daya dan kemampuan yang ada dalam 
merealisasikan setiap pekerjaan yang baik. Dapat juga diartikan sebagai 
mobilisasi serta optimalisasi sumber daya. Sebab, sesungguhnya Allah SWT telah 
menyediakan fasilitas segala sumber daya yang diperlukan, tinggal peran manusia 
sendiri dalam memobilisasi serta mendaya gunakannya secara optimal, dalam 
rangka melaksanakan apa yang Allah ridhai. 
d. Berkompetisi dan Tolong-menolong 
Al-Qur’an dalam beberapa ayatnya menyerukan persaingan dalam kualitas amal 
shalih. Pesan persaingan ini kita dapati dalam beberapa ungkapan Qur’ani yang 
bersifat “amar” atau perintah, seperti “fastabiqul khairat” (maka, berlomba-lombalah 
kamu sekalian dalam kebaikan. Oleh karena dasar semangat dalam 
kompetisi islami adalah ketaatan kepada Allah dan ibadah serta amal shalih, maka 
wajah persaingan itu tidaklah seram; saling mengalahkan atau mengorbankan. 
Akan tetapi, untuk saling membantu (ta’awun). 
e. Objektif (Jujur) 
Sikap ini dalam Islam diistilahkan dengan shidiq, artinya mempunyai kejujuran dan 
selalu melandasi ucapan, keyakinan dan amal perbuatan dengan nilai-nilai yang 
benar dalam Islam. Tidak ada kontradiksi antara realita dilapangan dengan konsep 
kerja yang ada. Dalam dunia kerja dan usaha kejujuran ditampilakan dalam bentuk 
kesungguhan dan ketepatan, baik ketepatan waktu, janji, pelayanan, mengakui 
kekurangan, dan kekurangan tersebut diperbaiki secara terus-menerus, serta 
menjauhi dari berbuat bohong atau menipu 
f. Disiplin atau Konsekuen
Selanjutnya sehubungan dengan ciri-ciri etos kerja tinggi yang berhubungan 
dengan sikap moral yaitu disiplin dan konsekuen, atau dalam Islam disebut 
dengan amanah. Sikap bertanggungjawab terhadap amanah merupakan salah 
satu bentuk akhlaq bermasyarakat secara umum, dalam konteks ini adalah dunia 
kerja. Allah memerintahkan untuk menepati janji adalah bagian dari dasar 
pentingnya sikapamanah.Janji atau uqud dalam ayat tersebut mencakup seluruh 
hubungan, baik dengan Tuhan, diri sendiri, orang lain dan alam semesta, atau bisa 
dikatakan mencakup seluruh wilayah tanggung jawab moral dan sosial manusia. 
Untuk menepati amanah tersebut dituntut kedisiplinan yang sungguh-sungguh 
terutama yang berhubungan dengan waktu serta kualitas suatu pekerjaan yang 
semestinya dipenuhi. 
5 
g. Konsisten dan Istiqamah 
Istiqamah dalam kebaikan ditampilkan dalam keteguhan dan kesabaran sehingga 
menghasilkan sesuatu yang maksimal. Istiqamah merupakan hasil dari suatu 
proses yang dilakukan secara terus-menerus. Proses itu akan menumbuh-kembangkan 
suatu sistem yang baik, jujur dan terbuka, dan sebaliknya keburukan 
dan ketidakjujuran akan tereduksi secara nyata. Orang atau lembaga yang 
istiqamah dalam kebaikan akan mendapatkan ketenangan dan sekaligus akan 
mendapatkan solusi daris segala persoalan yang ada. Inilah janji Allah kepada 
hamba-Nya yang konsisten/istiqamah. 
h. Percaya diri dan Kemandirian 
Sesungguhnya daya inovasi dan kreativitas hanyalah terdapat pada jiwa yang 
merdeka, karena jiwa yang terjajah akan terpuruk dalam penjara nafsunya sendiri, 
sehingga dia tidak pernah mampu mengaktualisasikan aset dan kemampuan serta 
potensi ilahiyah yang ia miliki yang sungguh sangat besar nilainya. Semangat 
berusaha dengan jerih payah diri sendiri merupakan hal sangat mulia posisi 
keberhasilannya dalam usaha pekerjaan. 
i. Efisien dan Hemat 
Agama Islam sangat menghargai harta dan kekayaan. Jika orang mengatakan 
bahwa agama Islam membenci harta, adalah tidak benar. Yang dibenci itu ialah 
mempergunakan harta atau mencari harta dan mengumpulkannya untuk jalan-jalan 
yang tidak mendatangkan maslahat, atau tidak pada tempatnya, serta tidak 
sesuai dengan ketentuan agama, akal yang sehat dan ‘urf (kebiasaan yang baik). 
Demi kemaslahatan harta tersebut, maka sangat dianjurkan untuk berperilaku 
hemat dan efisien dalam pemanfaatannya, agar hasil yang dicapai juga maksimal. 
Namun sifat hemat di sini tidak sampai kepada kerendahan sifat yaitu kikir atau 
bakhil. Sebagian ulama membatasi sikap hemat yang dibenarkan kepada perilaku 
yang berada antara sifat boros dan kikir, maksudnya hemat itu berada di tengah 
kedua sifat tersebut. Kedua sifat tersebut akan berdampak negatif dalam kerja dan 
kehidupan, serta tidak memiliki kemanfaatan sedikit pun, padahal Islam melarang 
sesorang untuk berlaku yang tidak bermanfaat.[4] 
B. Larangan meminta minta 
Di antara sifat buruk yang dijauhi oleh syara’ adalah meminta-minta kepada 
manusia, yang dimaksud meminta-minta adalah inisiatif seseorang untuk meminta-minta 
kepada orang lain harta dan segala kebutuhannya pada mereka tanpa ada kebutuhan 
dan tuntutan yang mendesak, sebab meminta-minta mengandung kehinaan kepada 
selain Allah Azza Wa Jalla.
٣٧٢ .لِلْفُقَرَاء الذَِّينَ أُحصِرُوا فِي سَبِيلِ اهللّ لاَ يَسْتَطِيعوُنَ ضَرْبا فِي الأرَْضِ يَحْسَبهُُم الْجَاهِلُ أَغْن ياَء 
مِنَ التعََّفُّفِ تَعْرِفهُُم بِسِيمَاهُمْ لاَ يَسْأَلوُنَ الناَّسَ إِلْحَافا وَمَا تُنفِقوُاْ مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ اهللَّ بِهِ عَ ليم 
273. (Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah; 
mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka 
orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta. Kamu kenal mereka dengan 
melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. Dan apa 
saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka sesungguhnya Allah 
Maha Mengatahui. 
6 
Allah swt berfirman: 
Ibnu Katsir berkomentar ketika menafsirkan ayat di atas: Allah berkehendak agar 
mereka tidak memelas dalam meminta-minta dan mereka tidak memaksa manusia 
dengan sesuatu yang mereka tidak butuhkan, sebab orang yang meminta-minta padahal 
dia memiliki sesuatu yang bisa mencegahnya dari meminta-minta maka sungguh dia 
termasuk orang yang meminta-minta kepada manusia secara memaksa.1 
Dari Abi Hurairah ra bahwa Nabi saw bersabda: Bukanlah orang yang miskin orang 
yang berkeliling meminta-minta, yaitu orang yang berkeliling kepada orang lain untuk 
meminta-minta lalu dia ditolak satu suap atau dua suap atau satu biji korma dan dua biji 
kurma. Lalu mereka bertanya: Siapakh orang yang miskin tersebut wahai Rasulullah?. 
Beliau bersabda: Orang yang tidak memilki apa yang mencukupinya dan dia tidak pandai 
mencar lalu orang-orang bersedeqah kepadanya serta tidak meminta kepada orang lain 
sesuatu apa pun”.2 
Dari Abi Hurairah ra bahwa Nabi saw bersabda: Barangsiapa yang meminta-minta 
harta orang lain untuk dikumpulknnya maka sungguh dia telah meminta barak api 
jahannam, maka hendaklah dia mempersedikitnya atau memperbanykanya”.3 
Abu Hamid Al-Gozali berkata: Pada dasarnya meminta-minta itu adalah haram, 
namun dibolehkan karena adanya tuntutan atau kebutuhan yang mendesak yang 
mengarah kepada tuntutan, sebab meminta-minta berarti mengeluh terhadap Allah, dan 
di dalamnya terkandung makna remehnya nikmat yang dikaruniakan oleh Allah kepada 
hamabaNya dan itulah keluhan yang sebenarnya. Pada meminta-minta terkandung 
makna bahwa peminta-minta menghinakan dirinya kepada selain Allah Ta’ala dan 
biasanya dia tidak akan terlepas dari hinaan orang yang dipinta-pinta, dan terkadang dia 
diberikan oleh orang lain karena factor malu atau riya, dan ini adalah haram bagi orang 
yang mengambilnya”.4 
Seorang penyair berkata: 
Orang yang meminta kepada manusia maka mereka akan menolaknya Dan orang yang 
meminta hanya kepada Allah tidak akan pernah kecewa Seorang penyair yang lain 
berkata: Janganlah meminta kebutuhanmu kepada Anak Adam Pintalah kepada Zat yang 
pintuNya tak pernah tertutup. 
Dibawah ini Dalil dalil yang melarang untuk meminta minta
و حَدثََّنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدثََّنَا عَبْدُ الْأعَْلَى بْنُ عَبْدِ الْأعَْلَى عَنْ مَعْمَرٍ عَنْ عَبْدِ اللََِّّ بْنِ مُس لِمٍ 
أَخِي الزُّهْرِ يِ عَنْ حَمْزَةَ بْنِ عَبْدِ اللََِّّ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ النبَِّيَّ صَلَّى اللََُّّ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَزَالُ الْمَسْألََة بِأَحَدِكُمْ حَتَّى يَلْقَى اللَََّّ وَلَيْسَ فِي وَجْهِهِ مُزْعَة لَحْمٍ و حَدثََّنِي عَمْرٌو الناَّقِد حَدثََّنِي إِسْمَعِ يل بْنُ إِبْرَاهِ يمَ 
أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنْ أَخِي الزُّهْرِ ي بِهَذَا الِْْسْنَادِ مِثْلَه وَلَمْ يَذْكُرْ مُزْعَة Tidaklah salah seorang dari kalian yg terus meminta-minta, kecuali kelak di hari 
kiamat ia akan menemui Allah sementara di wajahnya tak ada sepotong daging pun. Dan 
telah menceritakan kepadaku Amru An Naqid telah menceritakan kepadaku Isma'il bin 
Ibrahim telah mengabarkan kepada kami Ma'mar dari saudaranya Az Zuhri dgn isnad ini, 
namun ia tak menyebutkan muz'ah (sepotong). [HR. Muslim No.1724]. 
7 
Hadits Muslim 1725 
حَدثََّنِي أَبُو الطَّاهِرِ أَخْبَرَنَا عَبْد اللََِّّ بْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي الليَّْثُ عَنْ عُبَيْدِ اللََِّّ بْنِ أَبِي جَع فَرٍ عَنْ حَمْزَةَ بنِْ 
عَبْدِ اللََِّّ بْنِ عُمَرَ أَنَّه سَمِعَ أَبَاه يَقُولاُ قَالَ رَسُول اللََِّّ صَلَّى اللََّّ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا يَزَالُ الرَّجُل يَسْأَل الناَّسَ 
حَتَّى يَأتِْيَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَيْسَ فِي وَجْهِهِ مُزْعَة لَحْمٍ 
Tidaklah seseorang terus meminta-minta hingga kelak pada hari kiamat ia 
menjumpai Allah sementara di wajahnya tak ada sekerat daging pun. [HR. Muslim 
No.1725]. 
Hadits Muslim 1726 
حَدثََّنَا أَبُو كُرَيْبٍ وَوَاصِل بْنُ عَبْدِ الْأعَْلَى قَالَا حَدثََّنَا ابْنُ فُضَيْلٍ عَنْ عُمَارَةَ بْنِ الْقَعْقَاعِ عَنْ أَبِي 
زُرْعَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَة قَالَ قَالَ رَسُول اللََِّّ صَلَّى اللََّّ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ سَأَلَ الناَّسَ أَمْوَالَه مْ تَكَثرًُّا فَإِنَّمَا 
يَسْأَل جَمْرًا فَلْيَسْتَقِلَّ أَوْ لِيَسْتَكْثِرْ 
Siapa yg meminta-minta kepada orang banyak untuk menumpuk harta kekayaan, berarti 
dia hanya meminta bara api. Sama saja halnya, apakah yg diterimanya sedikit atau 
banyak. [HR. Muslim No.1726]. 
Hadits Muslim 1727 
حَدثََّنِي هَناَّدُ بْنُ السَّرِ يِ حَدثََّنَا أَبُو الْأَحْوَصِ عَنْ بَيَانٍ أَبِي بِشْرٍ عَنْ قَيْسِ بْنِ أَبِي حَازِمٍ عَ ن أَبِي 
هُرَيْرَةَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللََِّّ صَلَّى اللََُّّ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَأنَْ يَغْدُوَ أَحَدُكُمْ فَيَحْطِبَ عَلَى ظَهرِْهِ 
فَيَتَصَدَّقَ بِهِ وَيَسْتَغْنِيَ بِهِ مِنْ الناَّسِ خَيْرٌ لَه مِنْ أَنْ يَسْأَلَ رَجُلًً أَعْطَاه أَوْ مَنَعَه ذَلِكَ ف إِنَّ الْيَدَ الْع لْيَا 
أَفْضَل مِنْ الْيَدِ السُّفْلَى وَابْدَأ بِمَنْ تَعُول و حَدثََّنِي مُحَمَّد بْنُ حَاتِمٍ حَدثََّنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ عَنْ إِسْمَعِيلَ 
حَدثََّنِي قَيْسُ بْنُ أَبِي حَازِمٍ قَالَ أَتَيْنَا أَبَا هُرَيْرَةَ فَقَالَ قَالَ النبَِّيُّ صَلَّى اللََّّ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاللََِّّ لَأنَْ يَغدْوَُ 
أَحَدُكُمْ فَيَحْطِبَ عَلَى ظَهْرِهِ فَيَبِيعَه ثُمَّ ذَكَرَ بِمِثْلِ حَدِيثِ بَيَانٍ 
Berangkatnya salah seorang diantara kalian pagi-pagi kemudian pulang dgn 
memikul kayu bakar di punggungmu, lalu kamu bersedekah dgn itu tanpa meminta-minta 
kepada orang banyak, itu lebih baik bagimu daripada meminta-minta kepada orang 
banyak, baik ia diberi atau tidak. Sesungguhnya tangan yg memberi itu lebih mulia 
daripada tangan yg menerima. Dan dahulukanlah memberi kepada orang yg menjadi
tanggunganmu. Dan telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Hatim telah 
menceritakan kepada kami Yahya bin Sa'id dari Isma'il telah menceritakan kepadaku Qais 
bin Abu Hazim ia berkata, kami mendatangi Abu Hurairah maka ia pun berkata; Nabi 
pernah bersabda:Seorang dari kalian pergi, lalu ia kembali dgn membawa kayu bakar di 
atas punggungnya, lalu ia menjualnya. Kemudian ia pun menyebutkan hadits yg serupa 
dgn hadits Bayan. [HR. Muslim No.1727]. 
C. Mukmin Kang Kuat Lebih Dicintai Alla 
Mukmin yang kuat lebih baik da lebih dicintai oleh Allah 
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ الله عَنْه قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ الله عَلَيْهِ وَسَلمََّ : اَلْـمُؤْمِنُ الْقَـوِيُّ خَـيْ ر وَأحََ بُّ 
إِلَـى الله مِنَ الْـمُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ، وَفِـيْ كُـهٍل خَـيْـ ر ، اِحْـرِصْ عَـلَـى مَا يَـنْـفَـعُـكَ وَاسْتَعِنْ بِالله وَلَا تَـعْجَـزْ 
، وَإِنْ أَصَابَكَ شَـيْء فَـلََ تَقُلْ: لَوْ أَنِـهيْ فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَـذَا ، وَلَـكِنْ قُلْ: قَـدَرُ اللهِ وَمَا شَ اءَ فَعَلَ، ف إِنَّ لوَْ 
تَـفْـتَـحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ 
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu , beliau berkata, Rasûlullâh Shallallahu 
‘alaihi wa sallam bersabda, Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allâh Azza wa 
Jalla daripada Mukmin yang lemah; dan pada keduanya ada kebaikan. Bersungguh-sungguhlah 
untuk mendapatkan apa yang bermanfaat bagimu dan mintalah pertolongan 
kepada Allâh (dalam segala urusanmu) serta janganlah sekali-kali engkau merasa lemah. 
Apabila engkau tertimpa musibah, janganlah engkau berkata, Seandainya aku berbuat 
demikian, tentu tidak akan begini dan begitu, tetapi katakanlah, Ini telah ditakdirkan Allâh, 
dan Allâh berbuat apa saja yang Dia kehendaki, karena ucapan seandainya akan 
membuka (pintu) perbuatan syaitan. 
Hadits ini shahîh. Diriwayatkan oleh Muslim (no. 2664); Ahmad (II/366, 370); Ibnu 
Mâjah (no. 79, 4168); an-Nasâ-i dalam Amalul Yaum wal Lailah (no. 626, 627); at-Thahawi 
dalam Syarh Musykilil Aatsâr (no. 259, 260, 262); Ibnu Abi Ashim dalam Kitab as-Sunnah 
(no. 356). 
Hadits ini shahîh. Diriwayatkan oleh Muslim (no. 2664); Ahmad (II/366, 370); 
Ibnu Mâjah (no. 79, 4168); an-Nasâ-i dalam Amalul Yaum wal Lailah (no. 626, 627); at- 
Thahawi dalam Syarh Musykilil Aatsâr (no. 259, 260, 262); Ibnu Abi Ashim dalam Kitab 
as-Sunnah (no. 356). 
Dishahihkan oleh Syaikh al-Bani rahimahullah dalam Hidâyatur Ruwât ila Takhrîji 
Ahâdîtsil Mashâbîh wal Misykât (no. 5228). 
8 
SYARAH HADITS 
A. Sabda nabi saw 
اَلْـمُؤْمِنُ الْقَـوِيُّ خَـيْ ر وَأَحَبُّ إِلَـى اللهِ مِنَ الْـمُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ وَفِـيْ كُـهٍل خَـيْـ ر 
Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allâh daripada Mukmin yang 
lemah; dan pada keduanya ada kebaikan 
Hadits ini mengandung beberapa perkara besar dan kata-kata yang memiliki arti 
luas. Di antaranya yaitu menetapkan adanya sifat mahabbah bagi Allâh Azza wa Jalla . 
Sifat ini terkait dengan orang-orang yang dicintai-Nya dan yang mencintai-Nya. Hadits ini 
juga menunjukkan bahwa mahabbah Allâh tergantung keinginan dan kehendak-Nya. 
Kecintaan Allâh kepada makhluk-Nya berbeda-beda, seperti kecintaan-Nya kepada 
Mukmin yang kuat lebih besar dari kecintaan-Nya kepada Mukmin yang lemah.
Hadits ini juga mencakup aqidah qalbiyyah (keyakinan hati), perkataan , dan 
perbuatan sebagaimana madzhab ahlus sunnah wal jamaah. Karena iman itu terdiri dari 
tujuh puluh cabang lebih, yang paling tinggi adalah kalimat LÂ ILÂHA ILLALLÂH, dan yang 
paling rendah yaitu menyingkirkan suatu yang mengganggu dari jalan. Dan malu itu 
merupakan cabang dari iman. 
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : 
اَلِْْيـْمَـانُ بِـضْـ ع وَسَبْـعوُْنَ أَوْ بِضْ ع وَسِتوُّْنَ شُعْبَةً ، فَأَفْضَلهَُا قَوْلُ لَا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، وَأَدْنَـاهَا إِمَاطَةُ اْلأذََى 
عَنِ الطَّرِيْقِ، وَالْـحَيَاءُ شُعْبَـة مِنَ اْلِْيْمَـانِ 
Iman memiliki lebih dari tujuh puluh cabang atau enam puluh cabang. Cabang yang paling 
tinggi adalah perkataan LÂ ILÂHA ILLALLÂH, dan yang paling rendah adalah 
menyingkirkan duri (gangguan) dari jalan. Dan malu adalah salah satu cabang iman.[1] 
Cabang-cabang yang kembalinya kepada amalan-amalan bathin dan zhahir ini, 
semuanya termasuk bagian dari iman. Barangsiapa yang mengerjakannya dengan benar, 
memperbaiki dirinya dengan ilmu yang bermanfaat dan amal shalih, juga memperbaiki 
orang lain dengan saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran, maka dia adalah 
Mukmin yang kuat. Dalam diri orang seperti ini terdapat tingkatan iman yang paling tinggi. 
Siapa yang belum sampai pada tingkatan ini, maka dia adalah Mukmin yang lemah. 
Hadits ini sebagai dalil para Ulama salaf bahwa iman itu bisa bertambah dan 
berkurang, sesuai dengan kadar ilmu dan amalan-amalannya. 
Setelah menjelaskan bahwa Mukmin yang kuat lebih baik daripada Mukmin yang 
lemah, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam khawatir Mukmin yang lemah imannya 
merasa tercela, karena itulah beliau melanjutkan sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa 
sallam 
وَفِـيْ كُـهٍل خَـيْـ ر 
Dan pada keduanya ada kebaikan 
Dalam penggalan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , "Pada keduanya ada 
kebaikan." ada faedah berharga, yaitu barangsiapa lebih mengutamakan seseorang 
atau amalan dengan yang lainnya, hendaknya dia menyebutkan sisi pengutamaannya 
serta berusaha menyebutkan keutamaan yang dimiliki oleh al-fâdhil (yang utama) dan al-mafdhûl 
(yang diutamakan atasnya), agar al-mafdhûl tidak merasa tercela. 
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa kaum Mukmin itu berbeda-beda dalam 
kebaikan, kecintaannya kepada Allâh dan berbeda-beda derajatnya. Seperti dalam 
firman Allâh Azza wa Jalla : 
9 
وَلِكُهٍل دَرَجَا ت مِمَّا عَمِلوُا 
Dan setiap orang memperoleh tingkatan sesuai dengan apa yang telah mereka 
kerjakan [al-Ahqâf/46:19] 
Allâh Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman : 
ثمَُّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الذَِّينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا فَمِنْهُمْ ظَالِم لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِد وَمِ نْهُمْ سَابِ ق بِالْخَيْرَاتِ 
بِإِذْنِ اللَِّّ ذََٰلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ
Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara 
hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menzhalimi diri sendiri, ada yang 
pertengahan dan ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allâh. Yang 
demikian itu adalah karunia yang besar. [Fâthir/35:32] 
Dalam ayat di atas, Allâh Azza wa Jalla membagi orang Mukmin menjadi tiga 
bagian: Pertama, as-Sâbiqûna bil khairât (Golongan yang senantiasa bergegas 
melakukan kebaikan). Mereka ini melakukan yang wajib dan yang sunnah, 
meninggalkan yang haram dan makruh, menyempurnakan amalan-amalan yang 
dianjurkan. Mereka disebut memiliki sifat yang sempurna. Kedua, al-Muqtashidûn 
(Golongan pertengahan). Yaitu mereka yang merasa cukup dengan mengerjakan yang 
wajib dan meninggalkan perkara-perkara yang haram. Ketiga, az-Zhâlimûna li anfusihim 
(Golongan yang menzhalimi diri sendiri). Yaitu mereka yang mencampur-adukkan 
perbuatan yang baik dengan perbuatan lain yang keji. 
B. Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : 
10 
اِحْـرِصْ عَـلَـى مَا يَـنْـفَـعُـكَ وَاسْتَعِنْ بِالله وَلَا تَـعْجَـزْ 
Bersungguh-sungguhlah untuk meraih apa yang bermanfaat bagimu dan mintalah 
pertolongan kepada Allâh (dalam segala urusanmu) 
Sabda Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini mengandung arti luas dan 
penuh manfaat, mencakup kebahagiaan dunia dan akhirat. Perkara-perkara yang 
bermanfaat itu ada dua macam yaitu perkara yang bermanfaat dalam agama dan 
perkara bermanfaat dalam hal keduniaan. Seorang hamba membutuhkan kebutuhan 
dunyawiyyah (keduniaan) sebagaimana dia membutuhkan kebutuhan diniyyah 
(keagamaan). Kebahagiaan seorang hamba dan kesuksesannya sangat ditentukan oleh 
semangat dan kesungguhannya dalam melakukan segala yang bermanfaat dalam 
urusan agama dan dunianya, serta keriusannya dalam memohon pertolongan kepada 
Allâh Azza wa Jalla . Ketika semua unsur ini sudah terpenuhi, maka itu adalah 
kesempurnaan baginya dan sebagai tanda kesuksesannya. Namun, ketika dia 
meninggalkan salah satu dari tiga perkara ini (bersemangat, bersungguh-sungguh, dan 
meminta pertolongan Allâh), maka dia akan kehilangan kebaikan seukuran dengan 
perkara yang ditinggalkannya. 
Orang yang tidak bersemangat dalam meraih dan melakukan hal-hal yang 
bermanfaat, bahkan bermalas-malasan, maka dia tidak akan mendapatkan apa-apa. 
Karena malas itu sumber kegagalan. Orang yang malas tidak akan mendapatkan 
kebaikan dan kemuliaan. Orang yang malas tidak akan bernasib baik dalam agama dan 
dunianya. 
Dan ketika dia semangat, tetapi bukan pada hal-hal yang bermanfaat, seperti 
bersemangat pada sesuatu yang membahayakan dan menghilangkan kebaikan, maka 
ujung dari kesemangatannya itu adalah kegagalan, kehilangan kebaikan, mendapatkan 
keburukan dan kerugian. Berapa banyak orang yang bersemangat untuk meraih dan 
menempuh cara-cara dan hal-hal yang tidak bermanfaat, akhirnya ia tidak mendapat 
faedah apapun dari kesemangatannya itu selain hanya rasa lelah, payah dan susah.
Jika ada orang menempuh jalan-jalan yang bermanfaat, bersemangat dan 
bersungguh-sungguh padanya, namun tidak disertai dengan keseriusannya dalam 
memohon pertolongan kepada Allâh Azza wa Jalla , maka hasil yang akan dipetiknya 
tidak maksimal. Jadi benar-benar bersandar kepada Allâh Azza wa Jalla dan memohon 
pertolongan kepada-Nya bertujuan agar bisa mendapatkan perkara yang bermanfaat itu 
secara maksimal. Orang seperti ini tidak hanya bertumpu pada dirinya, kedudukannya 
dan kekuatannya, tetapi ia bertumpu sepenuhnya kepada Allâh Azza wa Jalla . 
Apabila seorang hamba bertawakkal kepada Allâh Azza wa Jalla , menyerahkan 
urusan hanya kepada Allâh, dan minta tolong hanya kepada Allâh Azza wa Jalla , maka 
Allâh akan memudahkan urusannya, memudahkan segala kesulitannya, menghilangkan 
kesedihannya, memberikan hasil akhir yang baik dalam urusan agama dan dunianya. 
Jika demikian keadaannya, berarti seseorang sangat dituntut untuk mengetahui hal-hal 
bermanfaat yang harus dilakukan dengan penuh semangat dan serius. Apa saja hal-hal 
yang bermanfaat itu ? Hal-hal yang bermanfaat dalam agama kembali kepada dua 
perkara, yaitu ilmu yang bermanfaat dan amal shalih. 
BAB III 
PENUTUPAN 
KESIMPULAN 
11 
a. Pengertian Etos Kerja 
Etos kerja ialah suatu sikap jiwa seseorang untuk melaksanakan suatu pekerjaan dengan 
perhatian yang penuh. Maka pekerjaaan itu akan terlaksana dengan sempurna walaupun 
banyak kendala yang harus diatasi, baik karena motivasi kebutuhan atau karena tanggung 
jawab yang tinggi. 
Etos kerja seorang muslim adalah semangat untuk menapaki jalan lurus, dalam hal 
mengambil keputusan pun, para pemimpin harus memegang amanah terutama para 
hakim. Hakim berlandaskan pada etos jalan lurus tersebut sebagaimana Dawud ketika ia 
diminta untuk memutuskan perkara yang adil dan harus didasarkan pada nilai-nilai 
kebenaran, maka berilah keputusan (hukumlah) di antara kami dengan adil dan janganlah 
kamu menyimpang dari kebenaran dan tunjuklah (pimpinlah) kami ke jalan yang lurus 
(QS. Ash Shaad : 22) 
1. Aspek aspek pekerjaan dalam isla 
a. Memenuhi kebutuhan sendiri 
b. Memenuhi kebutuhan keluarga 
c. Kepentingan seluruh makhluk 
d. Bekerja sebagai wujud penghargaan terhadap pekerjaan itu sendiri 
2. Ciri ciri etos kerja dalam islam 
a. Baik dan bermanfaat 
b. Kemantapan atau perfecness 
c. Kerja keras, tekun dan kreatif 
d. Berkompetisi dan Tolong-menolong 
e. Objektif (jujur) 
f. Disiplin atau konsekuen 
g. Konsisten dan istiqomah
٣٧٢ .لِلْفُقَرَاء الذَِّينَ أُحصِرُواْ فِي سَبِيلِ اهللِّ لاَ يَسْتَطِيعوُنَ ضَرْباً فِي الأرَْضِ يَحْسَبهُُمُ الْجَاهِلُ أَغْنِ يَاء مِنَ 
التعََّفُّفِ تَعْرِفهُُم بِسِيمَاهُمْ لاَ يَسْأَلوُنَ الناَّسَ إِلْحَافا وَمَا تُنفِقوُاْ مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ اهللَّ بِهِ عَلِيم 
273. (Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak 
dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena 
memelihara diri dari minta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka 
tidak meminta kepada orang secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu 
nafkahkan (di jalan Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Mengatahui. 
12 
h. Percara diri dan kemandirian 
i. Efisien dan hemat 
B. Larangan meminta minta 
Di antara sifat buruk yang dijauhi oleh syara’ adalah meminta-minta kepada manusia, 
yang dimaksud meminta-minta adalah inisiatif seseorang untuk meminta-minta kepada orang 
lain harta dan segala kebutuhannya pada mereka tanpa ada kebutuhan dan tuntutan yang 
mendesak, sebab meminta-minta mengandung kehinaan kepada selain Allah Azza Wa Jalla. 
Allah swt berfirman: 
C. Mukmin Kang Kuat Lebih Dicintai Alla 
Mukmin yang kuat lebih baik da lebih dicintai oleh Allah 
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ الله عَنْه قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ الله عَلَيْهِ وَسَلمََّ : اَلْـمُؤْمِنُ الْقَـوِيُّ خَـيْ ر وَأحََ بُّ 
إِلَـى الله مِنَ الْـمُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ، وَفِـيْ كُـهٍل خَـيْـ ر ، اِحْـرِصْ عَـلَـى مَا يَـنْـفَـعُـكَ وَاسْتَعِنْ بِالله وَلَا تَـعْجَـزْ 
، وَإِنْ أَصَابَكَ شَـيْء فَـلََ تَقُلْ: لَوْ أَنِـهيْ فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَـذَا ، وَلَـكِنْ قُلْ: قَـدَرُ اللهِ وَمَا شَ اءَ فَعَلَ، ف إِنَّ لوَْ 
تَـفْـتَـحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ 
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu , beliau berkata, Rasûlullâh Shallallahu 
‘alaihi wa sallam bersabda, Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allâh Azza wa 
Jalla daripada Mukmin yang lemah; dan pada keduanya ada kebaikan. Bersungguh-sungguhlah 
untuk mendapatkan apa yang bermanfaat bagimu dan mintalah pertolongan 
kepada Allâh (dalam segala urusanmu) serta janganlah sekali-kali engkau merasa lemah. 
Apabila engkau tertimpa musibah, janganlah engkau berkata, Seandainya aku berbuat 
demikian, tentu tidak akan begini dan begitu, tetapi katakanlah, Ini telah ditakdirkan Allâh, 
dan Allâh berbuat apa saja yang Dia kehendaki, karena ucapan seandainya akan 
membuka (pintu) perbuatan syaitan.

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Materi soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islam
Materi soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islamMateri soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islam
Materi soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islamRohman Efendi
 
Makalah etos kerja
Makalah etos kerjaMakalah etos kerja
Makalah etos kerjaWarnet Raha
 
Manajemen pendidikan islam gm
Manajemen pendidikan islam gmManajemen pendidikan islam gm
Manajemen pendidikan islam gmEdwarn Abazel
 
ppt Metode memahami islam
ppt Metode memahami islamppt Metode memahami islam
ppt Metode memahami islamnisa anisa
 
Makalah potensi dasar manusia dan tugas manusia kel. 1
Makalah potensi dasar manusia dan tugas manusia kel. 1Makalah potensi dasar manusia dan tugas manusia kel. 1
Makalah potensi dasar manusia dan tugas manusia kel. 1Rakhmi Vegi Arizka
 
Presentasi kerukunan antar umat beragama
Presentasi kerukunan antar umat beragamaPresentasi kerukunan antar umat beragama
Presentasi kerukunan antar umat beragamaArief Anzarullah
 
Etos Kerja dalam Islam (full)
Etos Kerja dalam Islam (full)Etos Kerja dalam Islam (full)
Etos Kerja dalam Islam (full)21 Memento
 
Makalah Al-Qur'an II
Makalah Al-Qur'an IIMakalah Al-Qur'an II
Makalah Al-Qur'an IINur Rohmah
 
2 islam agama rahmatan lil alamin
2 islam agama rahmatan lil alamin2 islam agama rahmatan lil alamin
2 islam agama rahmatan lil alaminayub99
 
Mu'tazilah - Aliran dalam Ilmu Kalam
Mu'tazilah - Aliran dalam Ilmu KalamMu'tazilah - Aliran dalam Ilmu Kalam
Mu'tazilah - Aliran dalam Ilmu Kalamade orreo
 
DASAR-DASAR ILMU PENDIDIKAN ISLAM
DASAR-DASAR ILMU PENDIDIKAN ISLAMDASAR-DASAR ILMU PENDIDIKAN ISLAM
DASAR-DASAR ILMU PENDIDIKAN ISLAMMuhammad Wisnu D R
 
Konsep Keluarga dalam Islam - (Secara Ringkas)
Konsep Keluarga dalam Islam - (Secara Ringkas)Konsep Keluarga dalam Islam - (Secara Ringkas)
Konsep Keluarga dalam Islam - (Secara Ringkas)Rendra Fahrurrozie
 
Eksistensi dan Urgensi Akhlak Dalam Kehidupan
Eksistensi dan Urgensi Akhlak Dalam KehidupanEksistensi dan Urgensi Akhlak Dalam Kehidupan
Eksistensi dan Urgensi Akhlak Dalam KehidupanOki Ma'arif
 

Was ist angesagt? (20)

Materi soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islam
Materi soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islamMateri soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islam
Materi soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islam
 
Makalah etos kerja
Makalah etos kerjaMakalah etos kerja
Makalah etos kerja
 
Manajemen pendidikan islam gm
Manajemen pendidikan islam gmManajemen pendidikan islam gm
Manajemen pendidikan islam gm
 
Makalah shalat
Makalah shalatMakalah shalat
Makalah shalat
 
Hadits manajemen
Hadits manajemenHadits manajemen
Hadits manajemen
 
Pemberdayaan Ranting Muhammadiyah
Pemberdayaan Ranting MuhammadiyahPemberdayaan Ranting Muhammadiyah
Pemberdayaan Ranting Muhammadiyah
 
ppt Metode memahami islam
ppt Metode memahami islamppt Metode memahami islam
ppt Metode memahami islam
 
Makalah potensi dasar manusia dan tugas manusia kel. 1
Makalah potensi dasar manusia dan tugas manusia kel. 1Makalah potensi dasar manusia dan tugas manusia kel. 1
Makalah potensi dasar manusia dan tugas manusia kel. 1
 
IJTIHAD
IJTIHADIJTIHAD
IJTIHAD
 
Presentasi kerukunan antar umat beragama
Presentasi kerukunan antar umat beragamaPresentasi kerukunan antar umat beragama
Presentasi kerukunan antar umat beragama
 
Ppt aqidah islam
Ppt aqidah islamPpt aqidah islam
Ppt aqidah islam
 
Makalah Aqidah Akhlak
Makalah Aqidah AkhlakMakalah Aqidah Akhlak
Makalah Aqidah Akhlak
 
Etos Kerja dalam Islam (full)
Etos Kerja dalam Islam (full)Etos Kerja dalam Islam (full)
Etos Kerja dalam Islam (full)
 
Makalah Al-Qur'an II
Makalah Al-Qur'an IIMakalah Al-Qur'an II
Makalah Al-Qur'an II
 
2 islam agama rahmatan lil alamin
2 islam agama rahmatan lil alamin2 islam agama rahmatan lil alamin
2 islam agama rahmatan lil alamin
 
Mu'tazilah - Aliran dalam Ilmu Kalam
Mu'tazilah - Aliran dalam Ilmu KalamMu'tazilah - Aliran dalam Ilmu Kalam
Mu'tazilah - Aliran dalam Ilmu Kalam
 
DASAR-DASAR ILMU PENDIDIKAN ISLAM
DASAR-DASAR ILMU PENDIDIKAN ISLAMDASAR-DASAR ILMU PENDIDIKAN ISLAM
DASAR-DASAR ILMU PENDIDIKAN ISLAM
 
Konsep Keluarga dalam Islam - (Secara Ringkas)
Konsep Keluarga dalam Islam - (Secara Ringkas)Konsep Keluarga dalam Islam - (Secara Ringkas)
Konsep Keluarga dalam Islam - (Secara Ringkas)
 
Eksistensi dan Urgensi Akhlak Dalam Kehidupan
Eksistensi dan Urgensi Akhlak Dalam KehidupanEksistensi dan Urgensi Akhlak Dalam Kehidupan
Eksistensi dan Urgensi Akhlak Dalam Kehidupan
 
AKHLAK
AKHLAKAKHLAK
AKHLAK
 

Andere mochten auch

Etos Kerja dalam Islam
Etos Kerja dalam IslamEtos Kerja dalam Islam
Etos Kerja dalam Islam21 Memento
 
MAKALAH ETOS KERJA
MAKALAH ETOS KERJAMAKALAH ETOS KERJA
MAKALAH ETOS KERJAn_muniira
 
Empat butir mutiara indah dalam surat al qashash 77
Empat butir mutiara indah dalam surat al qashash 77Empat butir mutiara indah dalam surat al qashash 77
Empat butir mutiara indah dalam surat al qashash 77yuniarkowahyu
 
Tafsir ayat (arif)
Tafsir ayat (arif)Tafsir ayat (arif)
Tafsir ayat (arif)akhmad113
 
Ayat-Ayat Al-Qur’an tentang Etos Kerja
Ayat-Ayat Al-Qur’an tentang Etos KerjaAyat-Ayat Al-Qur’an tentang Etos Kerja
Ayat-Ayat Al-Qur’an tentang Etos KerjaNajib Faiq
 
Tafsir qs al qashash ayat 77
Tafsir qs al qashash ayat 77Tafsir qs al qashash ayat 77
Tafsir qs al qashash ayat 77Muhsin Hariyanto
 
Ayat ayat tentang etos kerja
Ayat ayat tentang etos kerjaAyat ayat tentang etos kerja
Ayat ayat tentang etos kerjaDestina Destina
 
Ayat qur’an dan hadis tentang taat, kompetisi
Ayat qur’an dan hadis tentang taat, kompetisiAyat qur’an dan hadis tentang taat, kompetisi
Ayat qur’an dan hadis tentang taat, kompetisiFarijihan Putri
 
Dalil Al -Quran dan Hadist Tentang Etos Kerja
Dalil Al -Quran dan Hadist Tentang Etos KerjaDalil Al -Quran dan Hadist Tentang Etos Kerja
Dalil Al -Quran dan Hadist Tentang Etos KerjaResma Puspitasari
 

Andere mochten auch (9)

Etos Kerja dalam Islam
Etos Kerja dalam IslamEtos Kerja dalam Islam
Etos Kerja dalam Islam
 
MAKALAH ETOS KERJA
MAKALAH ETOS KERJAMAKALAH ETOS KERJA
MAKALAH ETOS KERJA
 
Empat butir mutiara indah dalam surat al qashash 77
Empat butir mutiara indah dalam surat al qashash 77Empat butir mutiara indah dalam surat al qashash 77
Empat butir mutiara indah dalam surat al qashash 77
 
Tafsir ayat (arif)
Tafsir ayat (arif)Tafsir ayat (arif)
Tafsir ayat (arif)
 
Ayat-Ayat Al-Qur’an tentang Etos Kerja
Ayat-Ayat Al-Qur’an tentang Etos KerjaAyat-Ayat Al-Qur’an tentang Etos Kerja
Ayat-Ayat Al-Qur’an tentang Etos Kerja
 
Tafsir qs al qashash ayat 77
Tafsir qs al qashash ayat 77Tafsir qs al qashash ayat 77
Tafsir qs al qashash ayat 77
 
Ayat ayat tentang etos kerja
Ayat ayat tentang etos kerjaAyat ayat tentang etos kerja
Ayat ayat tentang etos kerja
 
Ayat qur’an dan hadis tentang taat, kompetisi
Ayat qur’an dan hadis tentang taat, kompetisiAyat qur’an dan hadis tentang taat, kompetisi
Ayat qur’an dan hadis tentang taat, kompetisi
 
Dalil Al -Quran dan Hadist Tentang Etos Kerja
Dalil Al -Quran dan Hadist Tentang Etos KerjaDalil Al -Quran dan Hadist Tentang Etos Kerja
Dalil Al -Quran dan Hadist Tentang Etos Kerja
 

Ähnlich wie Makalah hadis tentang etos kerja

Ähnlich wie Makalah hadis tentang etos kerja (20)

Makalah Etos Kerja dalam Perspektif Al-Qur'an
Makalah Etos Kerja dalam Perspektif Al-Qur'anMakalah Etos Kerja dalam Perspektif Al-Qur'an
Makalah Etos Kerja dalam Perspektif Al-Qur'an
 
Makalah etos kerja
Makalah etos kerjaMakalah etos kerja
Makalah etos kerja
 
Kepribadian muslim
Kepribadian muslimKepribadian muslim
Kepribadian muslim
 
Akhlak islami
Akhlak islamiAkhlak islami
Akhlak islami
 
Http
HttpHttp
Http
 
Agam dan budaya kwu
Agam dan budaya kwuAgam dan budaya kwu
Agam dan budaya kwu
 
Makalah Akhlakul Karimah
Makalah Akhlakul KarimahMakalah Akhlakul Karimah
Makalah Akhlakul Karimah
 
Inspirasi Wirausahawan Sukses
Inspirasi Wirausahawan SuksesInspirasi Wirausahawan Sukses
Inspirasi Wirausahawan Sukses
 
Presentasi manusia dan bekerja dalam perspektif islam
Presentasi manusia dan bekerja dalam perspektif islamPresentasi manusia dan bekerja dalam perspektif islam
Presentasi manusia dan bekerja dalam perspektif islam
 
Perkembangan kerjaya slideshow
Perkembangan kerjaya slideshowPerkembangan kerjaya slideshow
Perkembangan kerjaya slideshow
 
Makalah Akhlak Mahmudah PDF
Makalah Akhlak Mahmudah PDFMakalah Akhlak Mahmudah PDF
Makalah Akhlak Mahmudah PDF
 
Modul 3 pai xii paskar
Modul 3 pai xii paskarModul 3 pai xii paskar
Modul 3 pai xii paskar
 
Makalah etos kerja
Makalah etos kerjaMakalah etos kerja
Makalah etos kerja
 
Makalah etos kerja
Makalah etos kerjaMakalah etos kerja
Makalah etos kerja
 
Etos Kerja
Etos KerjaEtos Kerja
Etos Kerja
 
Uas muhen
Uas muhenUas muhen
Uas muhen
 
Hadits tentang etos kerja
Hadits tentang etos kerjaHadits tentang etos kerja
Hadits tentang etos kerja
 
Makalah etos kerja
Makalah etos kerjaMakalah etos kerja
Makalah etos kerja
 
Makalah etos kerja
Makalah etos kerjaMakalah etos kerja
Makalah etos kerja
 
PPT PAI.pptx
PPT PAI.pptxPPT PAI.pptx
PPT PAI.pptx
 

Mehr von Muhammad Idris

العلم والعقل
العلم والعقلالعلم والعقل
العلم والعقلMuhammad Idris
 
الثمار 101 نبت
الثمار 101 نبتالثمار 101 نبت
الثمار 101 نبتMuhammad Idris
 
الجرب القذرة
الجرب القذرةالجرب القذرة
الجرب القذرةMuhammad Idris
 
Tolong menolong-sesama-muslim
Tolong menolong-sesama-muslimTolong menolong-sesama-muslim
Tolong menolong-sesama-muslimMuhammad Idris
 
Tahlilan dalam-perspektif-islam
Tahlilan dalam-perspektif-islamTahlilan dalam-perspektif-islam
Tahlilan dalam-perspektif-islamMuhammad Idris
 
Prospek dan-tantangan-ekonomi-islam
Prospek dan-tantangan-ekonomi-islamProspek dan-tantangan-ekonomi-islam
Prospek dan-tantangan-ekonomi-islamMuhammad Idris
 
Mewujudkan kesiapan-menghadapi-tantangan
Mewujudkan kesiapan-menghadapi-tantanganMewujudkan kesiapan-menghadapi-tantangan
Mewujudkan kesiapan-menghadapi-tantanganMuhammad Idris
 
Makalah hs-akar-permasalahan-solusi-tegaknya-bendera-syaithan-perdukunan
Makalah hs-akar-permasalahan-solusi-tegaknya-bendera-syaithan-perdukunanMakalah hs-akar-permasalahan-solusi-tegaknya-bendera-syaithan-perdukunan
Makalah hs-akar-permasalahan-solusi-tegaknya-bendera-syaithan-perdukunanMuhammad Idris
 
Makalah akar permasalahan solusi tegaknyan bendera syaithan dan perdukunan
Makalah akar permasalahan solusi tegaknyan bendera syaithan dan perdukunanMakalah akar permasalahan solusi tegaknyan bendera syaithan dan perdukunan
Makalah akar permasalahan solusi tegaknyan bendera syaithan dan perdukunanMuhammad Idris
 
Makalah pelatihan-brc-ruqyah-syariyyah-edited
Makalah pelatihan-brc-ruqyah-syariyyah-editedMakalah pelatihan-brc-ruqyah-syariyyah-edited
Makalah pelatihan-brc-ruqyah-syariyyah-editedMuhammad Idris
 
أطعمة مفيدة لصحة_العظام
أطعمة مفيدة لصحة_العظامأطعمة مفيدة لصحة_العظام
أطعمة مفيدة لصحة_العظامMuhammad Idris
 
Pengaruh kemampuan berbahasa asing terhadap prestasi siswa (arab-inggris)
Pengaruh kemampuan berbahasa asing terhadap prestasi siswa (arab-inggris)Pengaruh kemampuan berbahasa asing terhadap prestasi siswa (arab-inggris)
Pengaruh kemampuan berbahasa asing terhadap prestasi siswa (arab-inggris)Muhammad Idris
 
Pembelajaran bahasa asing_2
Pembelajaran bahasa asing_2Pembelajaran bahasa asing_2
Pembelajaran bahasa asing_2Muhammad Idris
 
Pembelajaran bahasa asing1
Pembelajaran bahasa asing1Pembelajaran bahasa asing1
Pembelajaran bahasa asing1Muhammad Idris
 
Pedoman penulisan karya ilmiah
Pedoman penulisan karya ilmiahPedoman penulisan karya ilmiah
Pedoman penulisan karya ilmiahMuhammad Idris
 
Bahan pelatihan karya_tulis_ilmiah
Bahan pelatihan karya_tulis_ilmiahBahan pelatihan karya_tulis_ilmiah
Bahan pelatihan karya_tulis_ilmiahMuhammad Idris
 
Biografi imam athba` tabi`in
Biografi imam athba` tabi`inBiografi imam athba` tabi`in
Biografi imam athba` tabi`inMuhammad Idris
 

Mehr von Muhammad Idris (20)

العلم والعقل
العلم والعقلالعلم والعقل
العلم والعقل
 
الثمار 101 نبت
الثمار 101 نبتالثمار 101 نبت
الثمار 101 نبت
 
الجرب القذرة
الجرب القذرةالجرب القذرة
الجرب القذرة
 
Tolong menolong-sesama-muslim
Tolong menolong-sesama-muslimTolong menolong-sesama-muslim
Tolong menolong-sesama-muslim
 
Tajassus
TajassusTajassus
Tajassus
 
Tahlilan dalam-perspektif-islam
Tahlilan dalam-perspektif-islamTahlilan dalam-perspektif-islam
Tahlilan dalam-perspektif-islam
 
Prospek dan-tantangan-ekonomi-islam
Prospek dan-tantangan-ekonomi-islamProspek dan-tantangan-ekonomi-islam
Prospek dan-tantangan-ekonomi-islam
 
Mewujudkan kesiapan-menghadapi-tantangan
Mewujudkan kesiapan-menghadapi-tantanganMewujudkan kesiapan-menghadapi-tantangan
Mewujudkan kesiapan-menghadapi-tantangan
 
Makalah hs-akar-permasalahan-solusi-tegaknya-bendera-syaithan-perdukunan
Makalah hs-akar-permasalahan-solusi-tegaknya-bendera-syaithan-perdukunanMakalah hs-akar-permasalahan-solusi-tegaknya-bendera-syaithan-perdukunan
Makalah hs-akar-permasalahan-solusi-tegaknya-bendera-syaithan-perdukunan
 
Makalah akar permasalahan solusi tegaknyan bendera syaithan dan perdukunan
Makalah akar permasalahan solusi tegaknyan bendera syaithan dan perdukunanMakalah akar permasalahan solusi tegaknyan bendera syaithan dan perdukunan
Makalah akar permasalahan solusi tegaknyan bendera syaithan dan perdukunan
 
Makalah pelatihan-brc-ruqyah-syariyyah-edited
Makalah pelatihan-brc-ruqyah-syariyyah-editedMakalah pelatihan-brc-ruqyah-syariyyah-edited
Makalah pelatihan-brc-ruqyah-syariyyah-edited
 
أطعمة مفيدة لصحة_العظام
أطعمة مفيدة لصحة_العظامأطعمة مفيدة لصحة_العظام
أطعمة مفيدة لصحة_العظام
 
Pengaruh kemampuan berbahasa asing terhadap prestasi siswa (arab-inggris)
Pengaruh kemampuan berbahasa asing terhadap prestasi siswa (arab-inggris)Pengaruh kemampuan berbahasa asing terhadap prestasi siswa (arab-inggris)
Pengaruh kemampuan berbahasa asing terhadap prestasi siswa (arab-inggris)
 
Pembelajaran bahasa asing_2
Pembelajaran bahasa asing_2Pembelajaran bahasa asing_2
Pembelajaran bahasa asing_2
 
Pembelajaran bahasa asing1
Pembelajaran bahasa asing1Pembelajaran bahasa asing1
Pembelajaran bahasa asing1
 
Pedoman penulisan karya ilmiah
Pedoman penulisan karya ilmiahPedoman penulisan karya ilmiah
Pedoman penulisan karya ilmiah
 
Gawda
GawdaGawda
Gawda
 
Bahan pelatihan karya_tulis_ilmiah
Bahan pelatihan karya_tulis_ilmiahBahan pelatihan karya_tulis_ilmiah
Bahan pelatihan karya_tulis_ilmiah
 
Biografi imam syafi`i
Biografi imam syafi`iBiografi imam syafi`i
Biografi imam syafi`i
 
Biografi imam athba` tabi`in
Biografi imam athba` tabi`inBiografi imam athba` tabi`in
Biografi imam athba` tabi`in
 

Kürzlich hochgeladen

DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxwawan479953
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYNovitaDewi98
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptnovibernadina
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaAndreRangga1
 
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptxPANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptxfitriaoskar
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxnursariheldaseptiana
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxJuliBriana2
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfJarzaniIsmail
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxDedeRosza
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxrizalhabib4
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...Kanaidi ken
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptxSusanSanti20
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptPpsSambirejo
 

Kürzlich hochgeladen (20)

DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
 
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptxPANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 

Makalah hadis tentang etos kerja

  • 1. BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang Masalah Etos kerja dalam arti luas menyangkut akan akhlak dalam pekerjaan. Untuk bisa menimbang bagaimana akhlak seseorang dalam bekerja sangat tergantung dari cara melihat arti kerja dalam kehidupan, cara bekerja dan hakikat bekerja. Dalam Islam, iman banyak dikaitkan dengan amal. Dengan kata lain, kerja yang merupakan bagian dari amal tak lepas dari kaitan iman seseorang. Idealnya, semakin tinggi iman itu maka semangat kerjanya juga tidak rendah. Ungkapan iman sendiri berkaitan tidak hanya dengan hal-hal spiritual tetapi juga program aksi. Dalam kehidupan sehari-hari sebagai umat Islam selain diperintahkan untuk beribadah Allah memerintahkan untuk bekerja (berusaha). Bekerja merupakan melakukan suatu kegiatan demi mencapai tujuan, selain mencari rezeki namun juga cita-cita. Dalam bekerja diwajibkan memilih pekerjaan yang baik dan halal, karena tidak semua pekerjaan itu diridhai Allah SWT. Di dalam Al-Qur’an dan Hadist sudah jelas tentang pekerjaan yang baik dan bagaimana kita memperoleh rezeki dengan cara yang diridhai Allah SWT. Hal ini sangat penting sekali dibahas, karena semua orang dunia ini pasti membutuhkan makanan, sandang maupun papan. Disini pasti manusia berlomba-lomba atau memenuhi kebutuhannya tersebut dengan bekerja untuk mendapatkan yang diinginkan sehingga kita juga harus tahu, bahwa semua yang kita dapatkan semuanya dari Allah SWT dan itu semua hanya titipan Allah SWT semata. Sebagai umatnya diwajibkan mengembangkannya dengan baik dan hati-hati. Untuk itu Hadist tentang Etos Kerja ini sangat diperlukan demi kelangsungan umat sehari-hari. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka pemakalah merumskan masalah yang akan di bahas dalam makalah ini antara lain sebagai berikut: 1. Redaksi Hadist mengenai Etos Kerja Seorang Muslim? a. Bagaimana Aspek – aspek pekerjaan dalam Islam? b. Ciri –ciri etos kerja dalam Islam? 2. Larangan meminta minta. 3. Mukmin yang kuat dapat pujian.
  • 2. BAB II PEMBAHASAN 2 A. Pengertian Etos Kerja Etos kerja ialah suatu sikap jiwa seseorang untuk melaksanakan suatu pekerjaan dengan perhatian yang penuh. Maka pekerjaaan itu akan terlaksana dengan sempurna walaupun banyak kendala yang harus diatasi, baik karena motivasi kebutuhan atau karena tanggung jawab yang tinggi. Ethos berasal dari bahasa Yunani yang berarti sikap, kepribadian, watak, karakter serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat. Ethos dibentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh, budaya serta sistem nilai yang diyakininya. Dari kata etos ini dikenal pula kata etika yang hamper mendekati pada pengertian akhlak atau nilai-nilai yang berkaitan dengan baik buruk moral sehingga dalam etos tersebut terkandung gairah atau semangat yang amat kuat untuk mengerjakan sesuati secara optimal lebih baik dan bahkan berupaya untuk mencapai kualitas kerja yang sesempurna mungkin. Etos kerja seorang muslim adalah semangat untuk menapaki jalan lurus, dalam hal mengambil keputusan pun, para pemimpin harus memegang amanah terutama para hakim. Hakim berlandaskan pada etos jalan lurus tersebut sebagaimana Dawud ketika ia diminta untuk memutuskan perkara yang adil dan harus didasarkan pada nilai-nilai kebenaran, maka berilah keputusan (hukumlah) di antara kami dengan adil dan janganlah kamu menyimpang dari kebenaran dan tunjuklah (pimpinlah) kami ke jalan yang lurus (QS. Ash Shaad : 22) 1. Aspek-aspek pekerjaan dalam islam Aspek pekerjaan dalam Islam meliputi empat hal yaitu : a. Memenuhi kebutuhan sendiri Islam sangat menekankan kemandirian bagi pengikutnya. Seorang muslim harus mampu hidup dari hasil keringatnya sendiri, tidak bergantung pada orang lain. Hal ini diantaranya tercermin dalah hadist berikut : عن أبي عبد الله الزبير بن العوام رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: لأن يأخذ أحدكم أحبله ثم يأتي الجبل، فيأتي بحزمةٍ من حطبٍ على ظهره فيبيعها، فيكف الله بها وجهه، خيرٌ له من أن يسأل الناس،أعطوه أو منعوه. رواه البخاري. Dari Abu Abdillah yaitu az-Zubair bin al-Awwam r.a., katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Niscayalah jikalau seseorang dari engkau semua itu mengambil tali-talinya – untuk mengikat – lalu ia datang di gunung, kemudian ia datang kembali – di negerinya – dengan membawa sebongkokan kayu bakar di atas punggungnya, lalu menjualnya,kemudian dengan cara sedemikian itu Allah menahan wajahnya – yakni dicukupi kebutuhannya, maka hal yang semacam itu adalah lebih baik baginya daripada meminta-minta sesuatu pada orang-orang, baik mereka itu suka memberinya atau menolaknya.” (Riwayat Bukhari)
  • 3. Rasullullah memberikan contoh kemandirian yang luar biasa, sebagai pemimpin nabi dan pimpinan umat Islam beliau tak segan menjahit bajunya sendiri, beliau juga seringkali turun langsung ke medan jihad, mengangkat batu, membuat parit, dan melakukan pekerjaan-pekerjaan lainnya. Para sahabat juga memberikan contoh bagaimana mereka bersikap mandiri, selama sesuatu itu bisa dia kerjakan sendiri maka dia tidak akan meminta tolong orang lain untuk mengerjakannya. Contohnya, ketika mereka menaiki unta dan ada barangnya yang jatuh maka mereka akan mengambilnya sendiri tidak meminta tolong lain. 3 b. Memenuhi kebutuhan keluarga Bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang menjadi tanggungannya adalah kewajian bagi seorang muslim, hal ini bisa dilihat dari hadist berikut : قال رسول الله)صلى الله عليه وسلم(:” كفى بالمرء إثما أن يضيع من يقوت” رواه أحمد وأبو داود وصححه الحاكم وأقره الذهبي من حديث عبدالله ابن عمرو بن العاص. Rasulullah saw bersabada, “Cukuplah seseorang dianggap berdosa jika ia menelantarkan orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya”. (HR. Ahmad, Abu Daud dan al-Hakim) Menginfaqkan harta bagi keluarga adalah hal yang harus diutamakan, baru kemudian pada lingkungan terdekat, dan kemudian lingkungan yang lebih luas. c. Kepentingan seluruh makhluk Pekerjaan yang dilakukan seseorang bisa menjadi sebuah amal jariyah baginya, sebagaimana disebutkan dalam hadist berikut : عن أنس قال النبي صلى الله عليه وسلم : ” ما من مسلم يغرس غرسا أو يزرع زرعا فيأكل منه طير أو إنسان أو بهيمة إلا كان له به صدقة “ Dari Anas, Rasulullah saw bersabda, “Tidaklah seorang mukmin menanam tanaman, atau menabur benih, lalu burung atau manusia atau hewan pun makan darinya kecuali pasti bernilai sedekah baginya”.(HR Bukhari) Dalam era modern ini banyak sekali pekerjaan kita yang bisa bernilai sebagai amal jariyah. Misalnya kita membuat aplikasi atau tekhnologi yang berguna bagi umat manusia. Karenanya umat Islam harus cerdas agar bisa menghasilkan pekerjaan-pekerjaan yang bernilai amal jariyah. d. Bekerja sebagai wujud penghargaan terhadap pekerjaan itu sendiri Islam sangat menghargai pekerjaan, bahkan seandainya kiamat sudah dekat dan kita yakin tidak akan pernah menikmati hasil dari pekerjaan kita, kita tetap diperintahkan untuk bekerja sebagai wujud penghargaan terhadap pekerjaan itu sendiri. Hal ini bisa dilihat dari hadist berikut :
  • 4. عن أنس رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : ” إن قامت الساعة و في يد أحدكم فسيلة ,فإن استطاع أن لا تقوم حتى يغرسها فليغرسها” Dari Anas RA, dari Rasulullah saw, beliau bersabda, “Jika hari kiamat terjadi, sedang di tanganmu terdapat bibit tanaman, jika ia bisa duduk hingga dapat menanamnya, maka tanamlah “ (HR Bukhari dan Muslim). 4 2. Ciri-ciri etos kerja dalam islam Dan dalam batas-batas tertentu, ciri-ciri etos kerja islami dan ciri-ciri etos kerja tinggi pada umumnya banyak keserupaannya, utamanya pada dataran lahiriahnya. Ciri-ciri tersebut antara lain : a. Baik dan Bermanfaat Islam hanya memerintahkan atau menganjurkan pekerjaan yang baik dan bermanfaat bagi kemanusiaan, agar setiap pekerjaan mampu memberi nilai tambah dan mengangkat derajat manusia baik secara individu maupun kelompok. b. Kemantapan atau perfectness Kualitas kerja yang mantap atau perfect merupakan sifat pekerjaan Tuhan (baca: Rabbani), kemudian menjadi kualitas pekerjaan yang islami yang berarti pekerjaan mencapai standar ideal secara teknis. Untuk itu, diperlukan dukungan pengetahuan dan skill yang optimal. Dalam konteks ini, Islam mewajibkan umatnya agar terus menambah atau mengembangkan ilmunya dan tetap berlatih. c. Kerja Keras, Tekun dan Kreatif. Kerja keras, yang dalam Islam diistilahkan dengan mujahadah dalam maknanya yang luas seperti yang didefinisikan oleh Ulama adalah ”istifragh ma fil wus’i”, yakni mengerahkan segenap daya dan kemampuan yang ada dalam merealisasikan setiap pekerjaan yang baik. Dapat juga diartikan sebagai mobilisasi serta optimalisasi sumber daya. Sebab, sesungguhnya Allah SWT telah menyediakan fasilitas segala sumber daya yang diperlukan, tinggal peran manusia sendiri dalam memobilisasi serta mendaya gunakannya secara optimal, dalam rangka melaksanakan apa yang Allah ridhai. d. Berkompetisi dan Tolong-menolong Al-Qur’an dalam beberapa ayatnya menyerukan persaingan dalam kualitas amal shalih. Pesan persaingan ini kita dapati dalam beberapa ungkapan Qur’ani yang bersifat “amar” atau perintah, seperti “fastabiqul khairat” (maka, berlomba-lombalah kamu sekalian dalam kebaikan. Oleh karena dasar semangat dalam kompetisi islami adalah ketaatan kepada Allah dan ibadah serta amal shalih, maka wajah persaingan itu tidaklah seram; saling mengalahkan atau mengorbankan. Akan tetapi, untuk saling membantu (ta’awun). e. Objektif (Jujur) Sikap ini dalam Islam diistilahkan dengan shidiq, artinya mempunyai kejujuran dan selalu melandasi ucapan, keyakinan dan amal perbuatan dengan nilai-nilai yang benar dalam Islam. Tidak ada kontradiksi antara realita dilapangan dengan konsep kerja yang ada. Dalam dunia kerja dan usaha kejujuran ditampilakan dalam bentuk kesungguhan dan ketepatan, baik ketepatan waktu, janji, pelayanan, mengakui kekurangan, dan kekurangan tersebut diperbaiki secara terus-menerus, serta menjauhi dari berbuat bohong atau menipu f. Disiplin atau Konsekuen
  • 5. Selanjutnya sehubungan dengan ciri-ciri etos kerja tinggi yang berhubungan dengan sikap moral yaitu disiplin dan konsekuen, atau dalam Islam disebut dengan amanah. Sikap bertanggungjawab terhadap amanah merupakan salah satu bentuk akhlaq bermasyarakat secara umum, dalam konteks ini adalah dunia kerja. Allah memerintahkan untuk menepati janji adalah bagian dari dasar pentingnya sikapamanah.Janji atau uqud dalam ayat tersebut mencakup seluruh hubungan, baik dengan Tuhan, diri sendiri, orang lain dan alam semesta, atau bisa dikatakan mencakup seluruh wilayah tanggung jawab moral dan sosial manusia. Untuk menepati amanah tersebut dituntut kedisiplinan yang sungguh-sungguh terutama yang berhubungan dengan waktu serta kualitas suatu pekerjaan yang semestinya dipenuhi. 5 g. Konsisten dan Istiqamah Istiqamah dalam kebaikan ditampilkan dalam keteguhan dan kesabaran sehingga menghasilkan sesuatu yang maksimal. Istiqamah merupakan hasil dari suatu proses yang dilakukan secara terus-menerus. Proses itu akan menumbuh-kembangkan suatu sistem yang baik, jujur dan terbuka, dan sebaliknya keburukan dan ketidakjujuran akan tereduksi secara nyata. Orang atau lembaga yang istiqamah dalam kebaikan akan mendapatkan ketenangan dan sekaligus akan mendapatkan solusi daris segala persoalan yang ada. Inilah janji Allah kepada hamba-Nya yang konsisten/istiqamah. h. Percaya diri dan Kemandirian Sesungguhnya daya inovasi dan kreativitas hanyalah terdapat pada jiwa yang merdeka, karena jiwa yang terjajah akan terpuruk dalam penjara nafsunya sendiri, sehingga dia tidak pernah mampu mengaktualisasikan aset dan kemampuan serta potensi ilahiyah yang ia miliki yang sungguh sangat besar nilainya. Semangat berusaha dengan jerih payah diri sendiri merupakan hal sangat mulia posisi keberhasilannya dalam usaha pekerjaan. i. Efisien dan Hemat Agama Islam sangat menghargai harta dan kekayaan. Jika orang mengatakan bahwa agama Islam membenci harta, adalah tidak benar. Yang dibenci itu ialah mempergunakan harta atau mencari harta dan mengumpulkannya untuk jalan-jalan yang tidak mendatangkan maslahat, atau tidak pada tempatnya, serta tidak sesuai dengan ketentuan agama, akal yang sehat dan ‘urf (kebiasaan yang baik). Demi kemaslahatan harta tersebut, maka sangat dianjurkan untuk berperilaku hemat dan efisien dalam pemanfaatannya, agar hasil yang dicapai juga maksimal. Namun sifat hemat di sini tidak sampai kepada kerendahan sifat yaitu kikir atau bakhil. Sebagian ulama membatasi sikap hemat yang dibenarkan kepada perilaku yang berada antara sifat boros dan kikir, maksudnya hemat itu berada di tengah kedua sifat tersebut. Kedua sifat tersebut akan berdampak negatif dalam kerja dan kehidupan, serta tidak memiliki kemanfaatan sedikit pun, padahal Islam melarang sesorang untuk berlaku yang tidak bermanfaat.[4] B. Larangan meminta minta Di antara sifat buruk yang dijauhi oleh syara’ adalah meminta-minta kepada manusia, yang dimaksud meminta-minta adalah inisiatif seseorang untuk meminta-minta kepada orang lain harta dan segala kebutuhannya pada mereka tanpa ada kebutuhan dan tuntutan yang mendesak, sebab meminta-minta mengandung kehinaan kepada selain Allah Azza Wa Jalla.
  • 6. ٣٧٢ .لِلْفُقَرَاء الذَِّينَ أُحصِرُوا فِي سَبِيلِ اهللّ لاَ يَسْتَطِيعوُنَ ضَرْبا فِي الأرَْضِ يَحْسَبهُُم الْجَاهِلُ أَغْن ياَء مِنَ التعََّفُّفِ تَعْرِفهُُم بِسِيمَاهُمْ لاَ يَسْأَلوُنَ الناَّسَ إِلْحَافا وَمَا تُنفِقوُاْ مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ اهللَّ بِهِ عَ ليم 273. (Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Mengatahui. 6 Allah swt berfirman: Ibnu Katsir berkomentar ketika menafsirkan ayat di atas: Allah berkehendak agar mereka tidak memelas dalam meminta-minta dan mereka tidak memaksa manusia dengan sesuatu yang mereka tidak butuhkan, sebab orang yang meminta-minta padahal dia memiliki sesuatu yang bisa mencegahnya dari meminta-minta maka sungguh dia termasuk orang yang meminta-minta kepada manusia secara memaksa.1 Dari Abi Hurairah ra bahwa Nabi saw bersabda: Bukanlah orang yang miskin orang yang berkeliling meminta-minta, yaitu orang yang berkeliling kepada orang lain untuk meminta-minta lalu dia ditolak satu suap atau dua suap atau satu biji korma dan dua biji kurma. Lalu mereka bertanya: Siapakh orang yang miskin tersebut wahai Rasulullah?. Beliau bersabda: Orang yang tidak memilki apa yang mencukupinya dan dia tidak pandai mencar lalu orang-orang bersedeqah kepadanya serta tidak meminta kepada orang lain sesuatu apa pun”.2 Dari Abi Hurairah ra bahwa Nabi saw bersabda: Barangsiapa yang meminta-minta harta orang lain untuk dikumpulknnya maka sungguh dia telah meminta barak api jahannam, maka hendaklah dia mempersedikitnya atau memperbanykanya”.3 Abu Hamid Al-Gozali berkata: Pada dasarnya meminta-minta itu adalah haram, namun dibolehkan karena adanya tuntutan atau kebutuhan yang mendesak yang mengarah kepada tuntutan, sebab meminta-minta berarti mengeluh terhadap Allah, dan di dalamnya terkandung makna remehnya nikmat yang dikaruniakan oleh Allah kepada hamabaNya dan itulah keluhan yang sebenarnya. Pada meminta-minta terkandung makna bahwa peminta-minta menghinakan dirinya kepada selain Allah Ta’ala dan biasanya dia tidak akan terlepas dari hinaan orang yang dipinta-pinta, dan terkadang dia diberikan oleh orang lain karena factor malu atau riya, dan ini adalah haram bagi orang yang mengambilnya”.4 Seorang penyair berkata: Orang yang meminta kepada manusia maka mereka akan menolaknya Dan orang yang meminta hanya kepada Allah tidak akan pernah kecewa Seorang penyair yang lain berkata: Janganlah meminta kebutuhanmu kepada Anak Adam Pintalah kepada Zat yang pintuNya tak pernah tertutup. Dibawah ini Dalil dalil yang melarang untuk meminta minta
  • 7. و حَدثََّنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدثََّنَا عَبْدُ الْأعَْلَى بْنُ عَبْدِ الْأعَْلَى عَنْ مَعْمَرٍ عَنْ عَبْدِ اللََِّّ بْنِ مُس لِمٍ أَخِي الزُّهْرِ يِ عَنْ حَمْزَةَ بْنِ عَبْدِ اللََِّّ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ النبَِّيَّ صَلَّى اللََُّّ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَزَالُ الْمَسْألََة بِأَحَدِكُمْ حَتَّى يَلْقَى اللَََّّ وَلَيْسَ فِي وَجْهِهِ مُزْعَة لَحْمٍ و حَدثََّنِي عَمْرٌو الناَّقِد حَدثََّنِي إِسْمَعِ يل بْنُ إِبْرَاهِ يمَ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنْ أَخِي الزُّهْرِ ي بِهَذَا الِْْسْنَادِ مِثْلَه وَلَمْ يَذْكُرْ مُزْعَة Tidaklah salah seorang dari kalian yg terus meminta-minta, kecuali kelak di hari kiamat ia akan menemui Allah sementara di wajahnya tak ada sepotong daging pun. Dan telah menceritakan kepadaku Amru An Naqid telah menceritakan kepadaku Isma'il bin Ibrahim telah mengabarkan kepada kami Ma'mar dari saudaranya Az Zuhri dgn isnad ini, namun ia tak menyebutkan muz'ah (sepotong). [HR. Muslim No.1724]. 7 Hadits Muslim 1725 حَدثََّنِي أَبُو الطَّاهِرِ أَخْبَرَنَا عَبْد اللََِّّ بْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي الليَّْثُ عَنْ عُبَيْدِ اللََِّّ بْنِ أَبِي جَع فَرٍ عَنْ حَمْزَةَ بنِْ عَبْدِ اللََِّّ بْنِ عُمَرَ أَنَّه سَمِعَ أَبَاه يَقُولاُ قَالَ رَسُول اللََِّّ صَلَّى اللََّّ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا يَزَالُ الرَّجُل يَسْأَل الناَّسَ حَتَّى يَأتِْيَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَيْسَ فِي وَجْهِهِ مُزْعَة لَحْمٍ Tidaklah seseorang terus meminta-minta hingga kelak pada hari kiamat ia menjumpai Allah sementara di wajahnya tak ada sekerat daging pun. [HR. Muslim No.1725]. Hadits Muslim 1726 حَدثََّنَا أَبُو كُرَيْبٍ وَوَاصِل بْنُ عَبْدِ الْأعَْلَى قَالَا حَدثََّنَا ابْنُ فُضَيْلٍ عَنْ عُمَارَةَ بْنِ الْقَعْقَاعِ عَنْ أَبِي زُرْعَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَة قَالَ قَالَ رَسُول اللََِّّ صَلَّى اللََّّ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ سَأَلَ الناَّسَ أَمْوَالَه مْ تَكَثرًُّا فَإِنَّمَا يَسْأَل جَمْرًا فَلْيَسْتَقِلَّ أَوْ لِيَسْتَكْثِرْ Siapa yg meminta-minta kepada orang banyak untuk menumpuk harta kekayaan, berarti dia hanya meminta bara api. Sama saja halnya, apakah yg diterimanya sedikit atau banyak. [HR. Muslim No.1726]. Hadits Muslim 1727 حَدثََّنِي هَناَّدُ بْنُ السَّرِ يِ حَدثََّنَا أَبُو الْأَحْوَصِ عَنْ بَيَانٍ أَبِي بِشْرٍ عَنْ قَيْسِ بْنِ أَبِي حَازِمٍ عَ ن أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللََِّّ صَلَّى اللََُّّ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَأنَْ يَغْدُوَ أَحَدُكُمْ فَيَحْطِبَ عَلَى ظَهرِْهِ فَيَتَصَدَّقَ بِهِ وَيَسْتَغْنِيَ بِهِ مِنْ الناَّسِ خَيْرٌ لَه مِنْ أَنْ يَسْأَلَ رَجُلًً أَعْطَاه أَوْ مَنَعَه ذَلِكَ ف إِنَّ الْيَدَ الْع لْيَا أَفْضَل مِنْ الْيَدِ السُّفْلَى وَابْدَأ بِمَنْ تَعُول و حَدثََّنِي مُحَمَّد بْنُ حَاتِمٍ حَدثََّنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ عَنْ إِسْمَعِيلَ حَدثََّنِي قَيْسُ بْنُ أَبِي حَازِمٍ قَالَ أَتَيْنَا أَبَا هُرَيْرَةَ فَقَالَ قَالَ النبَِّيُّ صَلَّى اللََّّ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاللََِّّ لَأنَْ يَغدْوَُ أَحَدُكُمْ فَيَحْطِبَ عَلَى ظَهْرِهِ فَيَبِيعَه ثُمَّ ذَكَرَ بِمِثْلِ حَدِيثِ بَيَانٍ Berangkatnya salah seorang diantara kalian pagi-pagi kemudian pulang dgn memikul kayu bakar di punggungmu, lalu kamu bersedekah dgn itu tanpa meminta-minta kepada orang banyak, itu lebih baik bagimu daripada meminta-minta kepada orang banyak, baik ia diberi atau tidak. Sesungguhnya tangan yg memberi itu lebih mulia daripada tangan yg menerima. Dan dahulukanlah memberi kepada orang yg menjadi
  • 8. tanggunganmu. Dan telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Hatim telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa'id dari Isma'il telah menceritakan kepadaku Qais bin Abu Hazim ia berkata, kami mendatangi Abu Hurairah maka ia pun berkata; Nabi pernah bersabda:Seorang dari kalian pergi, lalu ia kembali dgn membawa kayu bakar di atas punggungnya, lalu ia menjualnya. Kemudian ia pun menyebutkan hadits yg serupa dgn hadits Bayan. [HR. Muslim No.1727]. C. Mukmin Kang Kuat Lebih Dicintai Alla Mukmin yang kuat lebih baik da lebih dicintai oleh Allah عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ الله عَنْه قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ الله عَلَيْهِ وَسَلمََّ : اَلْـمُؤْمِنُ الْقَـوِيُّ خَـيْ ر وَأحََ بُّ إِلَـى الله مِنَ الْـمُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ، وَفِـيْ كُـهٍل خَـيْـ ر ، اِحْـرِصْ عَـلَـى مَا يَـنْـفَـعُـكَ وَاسْتَعِنْ بِالله وَلَا تَـعْجَـزْ ، وَإِنْ أَصَابَكَ شَـيْء فَـلََ تَقُلْ: لَوْ أَنِـهيْ فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَـذَا ، وَلَـكِنْ قُلْ: قَـدَرُ اللهِ وَمَا شَ اءَ فَعَلَ، ف إِنَّ لوَْ تَـفْـتَـحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu , beliau berkata, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allâh Azza wa Jalla daripada Mukmin yang lemah; dan pada keduanya ada kebaikan. Bersungguh-sungguhlah untuk mendapatkan apa yang bermanfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allâh (dalam segala urusanmu) serta janganlah sekali-kali engkau merasa lemah. Apabila engkau tertimpa musibah, janganlah engkau berkata, Seandainya aku berbuat demikian, tentu tidak akan begini dan begitu, tetapi katakanlah, Ini telah ditakdirkan Allâh, dan Allâh berbuat apa saja yang Dia kehendaki, karena ucapan seandainya akan membuka (pintu) perbuatan syaitan. Hadits ini shahîh. Diriwayatkan oleh Muslim (no. 2664); Ahmad (II/366, 370); Ibnu Mâjah (no. 79, 4168); an-Nasâ-i dalam Amalul Yaum wal Lailah (no. 626, 627); at-Thahawi dalam Syarh Musykilil Aatsâr (no. 259, 260, 262); Ibnu Abi Ashim dalam Kitab as-Sunnah (no. 356). Hadits ini shahîh. Diriwayatkan oleh Muslim (no. 2664); Ahmad (II/366, 370); Ibnu Mâjah (no. 79, 4168); an-Nasâ-i dalam Amalul Yaum wal Lailah (no. 626, 627); at- Thahawi dalam Syarh Musykilil Aatsâr (no. 259, 260, 262); Ibnu Abi Ashim dalam Kitab as-Sunnah (no. 356). Dishahihkan oleh Syaikh al-Bani rahimahullah dalam Hidâyatur Ruwât ila Takhrîji Ahâdîtsil Mashâbîh wal Misykât (no. 5228). 8 SYARAH HADITS A. Sabda nabi saw اَلْـمُؤْمِنُ الْقَـوِيُّ خَـيْ ر وَأَحَبُّ إِلَـى اللهِ مِنَ الْـمُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ وَفِـيْ كُـهٍل خَـيْـ ر Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allâh daripada Mukmin yang lemah; dan pada keduanya ada kebaikan Hadits ini mengandung beberapa perkara besar dan kata-kata yang memiliki arti luas. Di antaranya yaitu menetapkan adanya sifat mahabbah bagi Allâh Azza wa Jalla . Sifat ini terkait dengan orang-orang yang dicintai-Nya dan yang mencintai-Nya. Hadits ini juga menunjukkan bahwa mahabbah Allâh tergantung keinginan dan kehendak-Nya. Kecintaan Allâh kepada makhluk-Nya berbeda-beda, seperti kecintaan-Nya kepada Mukmin yang kuat lebih besar dari kecintaan-Nya kepada Mukmin yang lemah.
  • 9. Hadits ini juga mencakup aqidah qalbiyyah (keyakinan hati), perkataan , dan perbuatan sebagaimana madzhab ahlus sunnah wal jamaah. Karena iman itu terdiri dari tujuh puluh cabang lebih, yang paling tinggi adalah kalimat LÂ ILÂHA ILLALLÂH, dan yang paling rendah yaitu menyingkirkan suatu yang mengganggu dari jalan. Dan malu itu merupakan cabang dari iman. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : اَلِْْيـْمَـانُ بِـضْـ ع وَسَبْـعوُْنَ أَوْ بِضْ ع وَسِتوُّْنَ شُعْبَةً ، فَأَفْضَلهَُا قَوْلُ لَا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، وَأَدْنَـاهَا إِمَاطَةُ اْلأذََى عَنِ الطَّرِيْقِ، وَالْـحَيَاءُ شُعْبَـة مِنَ اْلِْيْمَـانِ Iman memiliki lebih dari tujuh puluh cabang atau enam puluh cabang. Cabang yang paling tinggi adalah perkataan LÂ ILÂHA ILLALLÂH, dan yang paling rendah adalah menyingkirkan duri (gangguan) dari jalan. Dan malu adalah salah satu cabang iman.[1] Cabang-cabang yang kembalinya kepada amalan-amalan bathin dan zhahir ini, semuanya termasuk bagian dari iman. Barangsiapa yang mengerjakannya dengan benar, memperbaiki dirinya dengan ilmu yang bermanfaat dan amal shalih, juga memperbaiki orang lain dengan saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran, maka dia adalah Mukmin yang kuat. Dalam diri orang seperti ini terdapat tingkatan iman yang paling tinggi. Siapa yang belum sampai pada tingkatan ini, maka dia adalah Mukmin yang lemah. Hadits ini sebagai dalil para Ulama salaf bahwa iman itu bisa bertambah dan berkurang, sesuai dengan kadar ilmu dan amalan-amalannya. Setelah menjelaskan bahwa Mukmin yang kuat lebih baik daripada Mukmin yang lemah, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam khawatir Mukmin yang lemah imannya merasa tercela, karena itulah beliau melanjutkan sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam وَفِـيْ كُـهٍل خَـيْـ ر Dan pada keduanya ada kebaikan Dalam penggalan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , "Pada keduanya ada kebaikan." ada faedah berharga, yaitu barangsiapa lebih mengutamakan seseorang atau amalan dengan yang lainnya, hendaknya dia menyebutkan sisi pengutamaannya serta berusaha menyebutkan keutamaan yang dimiliki oleh al-fâdhil (yang utama) dan al-mafdhûl (yang diutamakan atasnya), agar al-mafdhûl tidak merasa tercela. Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa kaum Mukmin itu berbeda-beda dalam kebaikan, kecintaannya kepada Allâh dan berbeda-beda derajatnya. Seperti dalam firman Allâh Azza wa Jalla : 9 وَلِكُهٍل دَرَجَا ت مِمَّا عَمِلوُا Dan setiap orang memperoleh tingkatan sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan [al-Ahqâf/46:19] Allâh Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman : ثمَُّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الذَِّينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا فَمِنْهُمْ ظَالِم لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِد وَمِ نْهُمْ سَابِ ق بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَِّّ ذََٰلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ
  • 10. Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menzhalimi diri sendiri, ada yang pertengahan dan ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allâh. Yang demikian itu adalah karunia yang besar. [Fâthir/35:32] Dalam ayat di atas, Allâh Azza wa Jalla membagi orang Mukmin menjadi tiga bagian: Pertama, as-Sâbiqûna bil khairât (Golongan yang senantiasa bergegas melakukan kebaikan). Mereka ini melakukan yang wajib dan yang sunnah, meninggalkan yang haram dan makruh, menyempurnakan amalan-amalan yang dianjurkan. Mereka disebut memiliki sifat yang sempurna. Kedua, al-Muqtashidûn (Golongan pertengahan). Yaitu mereka yang merasa cukup dengan mengerjakan yang wajib dan meninggalkan perkara-perkara yang haram. Ketiga, az-Zhâlimûna li anfusihim (Golongan yang menzhalimi diri sendiri). Yaitu mereka yang mencampur-adukkan perbuatan yang baik dengan perbuatan lain yang keji. B. Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : 10 اِحْـرِصْ عَـلَـى مَا يَـنْـفَـعُـكَ وَاسْتَعِنْ بِالله وَلَا تَـعْجَـزْ Bersungguh-sungguhlah untuk meraih apa yang bermanfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allâh (dalam segala urusanmu) Sabda Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini mengandung arti luas dan penuh manfaat, mencakup kebahagiaan dunia dan akhirat. Perkara-perkara yang bermanfaat itu ada dua macam yaitu perkara yang bermanfaat dalam agama dan perkara bermanfaat dalam hal keduniaan. Seorang hamba membutuhkan kebutuhan dunyawiyyah (keduniaan) sebagaimana dia membutuhkan kebutuhan diniyyah (keagamaan). Kebahagiaan seorang hamba dan kesuksesannya sangat ditentukan oleh semangat dan kesungguhannya dalam melakukan segala yang bermanfaat dalam urusan agama dan dunianya, serta keriusannya dalam memohon pertolongan kepada Allâh Azza wa Jalla . Ketika semua unsur ini sudah terpenuhi, maka itu adalah kesempurnaan baginya dan sebagai tanda kesuksesannya. Namun, ketika dia meninggalkan salah satu dari tiga perkara ini (bersemangat, bersungguh-sungguh, dan meminta pertolongan Allâh), maka dia akan kehilangan kebaikan seukuran dengan perkara yang ditinggalkannya. Orang yang tidak bersemangat dalam meraih dan melakukan hal-hal yang bermanfaat, bahkan bermalas-malasan, maka dia tidak akan mendapatkan apa-apa. Karena malas itu sumber kegagalan. Orang yang malas tidak akan mendapatkan kebaikan dan kemuliaan. Orang yang malas tidak akan bernasib baik dalam agama dan dunianya. Dan ketika dia semangat, tetapi bukan pada hal-hal yang bermanfaat, seperti bersemangat pada sesuatu yang membahayakan dan menghilangkan kebaikan, maka ujung dari kesemangatannya itu adalah kegagalan, kehilangan kebaikan, mendapatkan keburukan dan kerugian. Berapa banyak orang yang bersemangat untuk meraih dan menempuh cara-cara dan hal-hal yang tidak bermanfaat, akhirnya ia tidak mendapat faedah apapun dari kesemangatannya itu selain hanya rasa lelah, payah dan susah.
  • 11. Jika ada orang menempuh jalan-jalan yang bermanfaat, bersemangat dan bersungguh-sungguh padanya, namun tidak disertai dengan keseriusannya dalam memohon pertolongan kepada Allâh Azza wa Jalla , maka hasil yang akan dipetiknya tidak maksimal. Jadi benar-benar bersandar kepada Allâh Azza wa Jalla dan memohon pertolongan kepada-Nya bertujuan agar bisa mendapatkan perkara yang bermanfaat itu secara maksimal. Orang seperti ini tidak hanya bertumpu pada dirinya, kedudukannya dan kekuatannya, tetapi ia bertumpu sepenuhnya kepada Allâh Azza wa Jalla . Apabila seorang hamba bertawakkal kepada Allâh Azza wa Jalla , menyerahkan urusan hanya kepada Allâh, dan minta tolong hanya kepada Allâh Azza wa Jalla , maka Allâh akan memudahkan urusannya, memudahkan segala kesulitannya, menghilangkan kesedihannya, memberikan hasil akhir yang baik dalam urusan agama dan dunianya. Jika demikian keadaannya, berarti seseorang sangat dituntut untuk mengetahui hal-hal bermanfaat yang harus dilakukan dengan penuh semangat dan serius. Apa saja hal-hal yang bermanfaat itu ? Hal-hal yang bermanfaat dalam agama kembali kepada dua perkara, yaitu ilmu yang bermanfaat dan amal shalih. BAB III PENUTUPAN KESIMPULAN 11 a. Pengertian Etos Kerja Etos kerja ialah suatu sikap jiwa seseorang untuk melaksanakan suatu pekerjaan dengan perhatian yang penuh. Maka pekerjaaan itu akan terlaksana dengan sempurna walaupun banyak kendala yang harus diatasi, baik karena motivasi kebutuhan atau karena tanggung jawab yang tinggi. Etos kerja seorang muslim adalah semangat untuk menapaki jalan lurus, dalam hal mengambil keputusan pun, para pemimpin harus memegang amanah terutama para hakim. Hakim berlandaskan pada etos jalan lurus tersebut sebagaimana Dawud ketika ia diminta untuk memutuskan perkara yang adil dan harus didasarkan pada nilai-nilai kebenaran, maka berilah keputusan (hukumlah) di antara kami dengan adil dan janganlah kamu menyimpang dari kebenaran dan tunjuklah (pimpinlah) kami ke jalan yang lurus (QS. Ash Shaad : 22) 1. Aspek aspek pekerjaan dalam isla a. Memenuhi kebutuhan sendiri b. Memenuhi kebutuhan keluarga c. Kepentingan seluruh makhluk d. Bekerja sebagai wujud penghargaan terhadap pekerjaan itu sendiri 2. Ciri ciri etos kerja dalam islam a. Baik dan bermanfaat b. Kemantapan atau perfecness c. Kerja keras, tekun dan kreatif d. Berkompetisi dan Tolong-menolong e. Objektif (jujur) f. Disiplin atau konsekuen g. Konsisten dan istiqomah
  • 12. ٣٧٢ .لِلْفُقَرَاء الذَِّينَ أُحصِرُواْ فِي سَبِيلِ اهللِّ لاَ يَسْتَطِيعوُنَ ضَرْباً فِي الأرَْضِ يَحْسَبهُُمُ الْجَاهِلُ أَغْنِ يَاء مِنَ التعََّفُّفِ تَعْرِفهُُم بِسِيمَاهُمْ لاَ يَسْأَلوُنَ الناَّسَ إِلْحَافا وَمَا تُنفِقوُاْ مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ اهللَّ بِهِ عَلِيم 273. (Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Mengatahui. 12 h. Percara diri dan kemandirian i. Efisien dan hemat B. Larangan meminta minta Di antara sifat buruk yang dijauhi oleh syara’ adalah meminta-minta kepada manusia, yang dimaksud meminta-minta adalah inisiatif seseorang untuk meminta-minta kepada orang lain harta dan segala kebutuhannya pada mereka tanpa ada kebutuhan dan tuntutan yang mendesak, sebab meminta-minta mengandung kehinaan kepada selain Allah Azza Wa Jalla. Allah swt berfirman: C. Mukmin Kang Kuat Lebih Dicintai Alla Mukmin yang kuat lebih baik da lebih dicintai oleh Allah عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ الله عَنْه قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ الله عَلَيْهِ وَسَلمََّ : اَلْـمُؤْمِنُ الْقَـوِيُّ خَـيْ ر وَأحََ بُّ إِلَـى الله مِنَ الْـمُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ، وَفِـيْ كُـهٍل خَـيْـ ر ، اِحْـرِصْ عَـلَـى مَا يَـنْـفَـعُـكَ وَاسْتَعِنْ بِالله وَلَا تَـعْجَـزْ ، وَإِنْ أَصَابَكَ شَـيْء فَـلََ تَقُلْ: لَوْ أَنِـهيْ فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَـذَا ، وَلَـكِنْ قُلْ: قَـدَرُ اللهِ وَمَا شَ اءَ فَعَلَ، ف إِنَّ لوَْ تَـفْـتَـحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu , beliau berkata, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allâh Azza wa Jalla daripada Mukmin yang lemah; dan pada keduanya ada kebaikan. Bersungguh-sungguhlah untuk mendapatkan apa yang bermanfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allâh (dalam segala urusanmu) serta janganlah sekali-kali engkau merasa lemah. Apabila engkau tertimpa musibah, janganlah engkau berkata, Seandainya aku berbuat demikian, tentu tidak akan begini dan begitu, tetapi katakanlah, Ini telah ditakdirkan Allâh, dan Allâh berbuat apa saja yang Dia kehendaki, karena ucapan seandainya akan membuka (pintu) perbuatan syaitan.