2. Perihal Bahasan
Periodisasi jurnalisme musik
Lanskap manajemen jurnalisme musik sebagai profesi
Lanskap jurnalisme musik sebagai pengetahuan
Objek-objek jurnalisme musik
Etika jurnalisme musik
3. Periode 1970-an
Periode politik kebudayaan “Barat” yang mulai muncul di
Indonesia, terlihat antara lain melalui pembangunan yang
berorientasi “Barat”
Kelahiran Aktuil di Bandung oleh Deni Sabri, kelahiran majalah
Aktuil seiring dengan perkembangan kebudayaan “Barat” yang
mulai merasuk di Indonesia. Salah satu wacana yang terkenal,
“rock vs dangdut”.
Selain Aktuil, beberapa majalah yang sering menulis musik di
Indonesia pada periode 1950-1980 adalah Selecta, Monalisa,
Diskorina, Variasi, Top, Junior, Violetta, dan Soneta. Tahun 1970-
an dan 1980-an muncul majalah hiburan yang menuliskan musik
secara rutin misalnya majalah HAI, Gadis, Mode, Vista, FMTV,
kemudian tabloid Monitor, Citra, dan Bintang (Mulyadi, 2009)
Jurnalisme musik pada waktu itu lebih tepat dikatakan sebagai
agenda kebudayaan, terlepas dari tetek-bengek industri hiburan
4. Periode 1990-an
Pada masa ini perkembangan industri musik mengalami
“internasionalisasi” melalui mayor label dan masuknya
MTV.
Mulai munculnya juga media-media musik seiring dengan
pesatnya perkembangan industri musik seperti majalah
Mumu, Hai,
Munculnya kolom-kolom “hiburan” di media massa yang
biasanya muncul setiap hari Minggu
Kemunculan media-media musik alternatif dalam bentuk
zines yang beriringan dengan fenomena gelombang
independen semisal Zines, Ripple Magazine, Trolley
Magazine, dsb.
5. Periode 2000-an
Memasuki era kebebasan pers, kehadiran media-
media franchise seperti Trax Magazine dan Rolling
Stone Magazine
Perkembangan teknologi media dalam bidang
jurnalisme musik sehingga memunculkan webzines
seperti Deathrockstar, Jakartabeat, Gigsplay, dll.
Perubahan lanskap pemberitaan musik dan memasuki
era konvergensi media (MTV.com, rollingstone.com,
traxmagz.com)
6. Jurnalis Musik sebagai Profesi
Pertumbuhan lanskap media massa yang berubah pasca-orde
baru, di mana bertumbuhan media-media dengan beragam jenis
pemberitaan
Saat ini merupakan era jurnalisme spesialisasi, kebutuhan
terhadap pengetahuan yang spesifik dalam jurnalistik
Kebutuhan ruang-ruang “hiburan” (atau seni budaya) di media
massa merupakan salah satu desk umum di setiap media massa
Kehadiran teknologi media menciptakan industri baru di bidang
jurnalisme musik yaitu entrepreneurship di bidang jurnalisme
musik
Sebagai profesi, jurnalis musik (atau penulis musik) bahkan bisa
jadi sebagai blogger musik, tanpa terikat pada satu media massa
tertentu
7. Jurnalisme Musik sebagai
Pengetahuan
Kemampuan penginderaan untuk mendengar dan
menerangkan secara objektif
Pengetahuan musik ditinjau dalam dua aspek: 1) estetis,
karena melibatkan unsur rasa dan teknik dalam musik
2) sosial, karena musik bukanlah creatio-ex-nihilo, mau
bagaimanapun musik merupakan salah satu proses sosial
budaya yang melibatkan unsur antropomorfisme
Seorang jurnalis musik, dengan sendirinya, harus mengerti
apa yang ditulisnya. Artinya, jika tak mengerti soal teknis
musik, ia bertolak dari pengetahuan musik yang
diperolehnya lewat pengamatan, pergaulan, dan bacaan.
8. Obyek Penulisan
Band/ Musisi
Tokoh Pelaku Musik
(pemilik label, produser,
manajer, dsb.)
Konser
Album
Teknologi
Budaya Pop
(Fenomenalnya musik K-
pop, Digital Musik, Fans
musik, dsb.)
9. Perspektif
Seni VS Hiburan
Ideologi (politik, sosial,
ekonomi)
Teknikal (sound gitar,
aransemen musik, dsb)
Gaya Hidup
Peristiwa sosial budaya
(seperti tulisan dalam
bukunya Suka Hardjana)
10. Etika Jurnalisme Musik
Jangan menjadi fans
dan kehilangan kritis
Jurnalis setara dengan
rock star
Rock star = obyek
berita
Asumsikan anda lebih
mengerti dari mereka
Lupakan mitos besar
yang melingkupi
mereka