SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 31
AFTA 2015 dan Ketidaksiapan SDM Indonesia
Selasa, 12 Agustus 2014 | Dibaca 9.150 kali
Url Berita
Oleh: Drs. Riduan Siagian, SH, MH, MM. Kurang dari satu tahun, negara-negara yang
tergabung da-lam ASEAN, akan memasuki penerapan perdagangan bebas di kawasan Asia
Tenggara yang dinamai Free Trade Area (AFTA) yang mulai berlaku tahun 2015. Tujuannya
agar bisa meningkatkan daya saing ekonomi kawasan ASEAN di dunia. Secara umum, banyak
peluang keuntungan yang akan didapat Indonesia saat diberlakukannya AFTA 2015. Salah
satunya adalah akan mempermudah masyarakat Indonesia bekerja di negara-negara ASEAN. Hal
ini tentunya dengan syarat bahwa SDM Indonesia telah ’siap pakai’ sebagai tenaga kerja luar
negeri dengan tingkat keahlian yang memadai. Lalu pertanyaannya, apakah Indonesia telah siap
dalam hal ini? Apakah putera-puteri Indonesia telah siap secara profesional di bursa kerja
ASEAN?
Ketidaksiapan SDM Indonesia
Kalau mau jujur, sebetulnya sudah bukan waktunya lagi mempertanyakan kesiapan Indonesia
menghadapi ASEAN AFTA. Siap atau pun tidak, kita tak bisa lari dari kenyataan penerapan
perdagangan bebas di kawasan Asia Tenggara mulai 2015.Waktu untuk berbenah tidak banyak,
kurang dari setahun. Namun secara kasat mata kita melihat kelapangan, jawaban dari pertanyaan
tersebut adalah: “Indonesia Tidak Siap!” Mengapa? Karena Indonesia belum memiliki modal
yang menjanjikan agar cukup untuk dikatakan “siap”. Indonesia masih memiliki banyak
“pekerjaan rumah” yang belum sempat diselesaikan, dan hal ini akan menghambat bahkan justru
akan menjatuhkan Indonesia dalam persaingan global yang kompetitif. Jika ditilik dari
kompetensi sumber daya Indonesia, Indonesia masih tertinggal jauh dibandingkan negara-negara
penggagas AFTA lainnya.
Hal ini dibuktikan berdasarkan indeks kompetensi yang dikeluarkan oleh World Economic
Forum pada tahun 2013, bahwa Indonesia menempati urutan ke-50 atau lebih rendah dari
Singapura (ke-2), Malaysia (ke-20), dan Thailand (ke-30). Rendahnya kompetensi sumber daya
Indonesia diperoleh dari faktor-faktor yang saling berkaitan seperti: tenaga kerja/ahli profesi
yang tidak memiliki kualifikasi mumpuni; minimnya pelaksanaan sertifikasi kompetensi; belum
sesuainya kurikulum di sekolah menengah dengan keahlian profesi; serta sumber daya manusia
di Indonesia yang sangat berlimpah namun belum dapat dioptimalkan oleh pemerintah.
Oleh karena itu, Indonesia dikatakan belum siap untuk menghadapi kuatnya persaingan tenaga
kerja AFTA 2015 karena tenaga kerja Indonesia sendiri tidak akan cukup banyak yang mampu
memenuhi standar yang dibutuhkan. Standar tersebut akan selalu meningkat seiring dengan
tingginya persaingan kemampuan, keterampilan, pengetahuan, maupun kemampuan berbahasa,
antar tenaga kerja negara-negara South-East.
Disamping itu, menurut catatan BPS pada Agustus 2013, bahwa pengganguran terbuka di
Indonesia mencapai 6,25 persen. Angkatan kerja di Indonesia pada Agustus 2013 mencapai
118,2 juta orang. Dari sumber yang sama kita dapati bahwa masih ada lebih dari 360 ribu orang
sarjana yang menganggur di negeri kita. Angka yang sangat mencengangkan sekaligus
memprihatinkan. Jika sekarang saja para sarjana sulit mencari kerja, apalagi tamatan SMA, SMP
dan SD, tentunya akan lebih sulit lagi, terlebih menjelang diterapkannya AFTA 2015, bayang-
bayang akan ledakan pengangguran terdidik akan semakin nyata.
Terlebih dengan dibukanya AFTA 2015 bisa dipastikan banyak tenaga kerja dari luar negeri
masuk ke Indonesia. Sementara orang Indonesia kebanyakan mengirim tenaga kerja keluar
negeri bukan sebagai tenaga ahli, melainkan tenaga kerja seperti pembantu rumah tangga, sopir,
dan pekerja kasar di pabrik-pabrik, perkebunan atau di rumah tangga.
Sedangkan negara lain mengirim tenaga kerja yang terdidik dan terlatih sehingga dia bekerja
pada posisi sebagai manajer atau tenaga ahli di Indonesia. Dengan diterapkan AFTA 2015,
banyaknya tenaga kerja dari luar negeri yang akan menggeser dan mengisi tenaga kerja dari
Indonesia, dan sudah bisa dipastikan semakin banyak pengangguran di Indonesia. Segenap
rakyat Indonesia yang belum siap /dipersiapkan oleh pemerintahnya untuk menghadapi AFTA
2015, kemudian hanya akan menjadi ‘korban’ yang semakin dikalahkan dalam percaturan global
antarbangsa.
Pembenahan SDM
Meski AFTA 2015, merupakan ‘buah simalakama’ yang dipaksakan/dijejalkan ke dalam mulut
seluruh rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke untuk dimakan. Mau tidak makan juga
mati, mau makan juga mati. Siap tidak siap harus siap. Bagaimana caranya untuk siap, ketika
AFTA 2015, sepertinya masih berupa sebuah euforia bagi pemerintah, baik Pemda dan pusat
yang saat ini sepertinya masih tidur pulas dan kurang tanggap untuk mempersiapkan
masyarakatnya agar menjadi lebih siap dalam berbagai aspek untuk menghadapi semua
tantangan ini untuk dijadikan peluang menjadi lebih sejahtera dan bermartabat di pentas Asia?
Diwaktu yang semakin sempit ini, ada banyak hal penting yang bisa membuat Indonesia bisa
bertahan, atau bahkan bisa memanfaatkan AFTA 2015 untuk kemajuan bangsa ini. Tentunya
dengan harapan pemerintah memahami prioritas masalah yang harus diselesaikan dan
kekurangan yang perlu ditingkatkan. Nah, prioritas pemerintah saat ini maupun pemerintah yang
terpilih pasca pilpres 9 Juli 2014 nanti, yaitu memfokuskan perhatian dalam pembenahan SDM
melalui perbaikan pendidikan di Indonesia yang harus mendukung daya saing dan dayaguna agar
lulusan yang dihasilkan bisa bekerja dan bersaing di perusahaan atau industri tidak hanya di
Indonesia tetapi juga negara lain.
Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan kompetensi, pola pikir adalah aspek penting yang
perlu diperhatikan. Pola pikir tenaga kerja maupun calon tenaga kerja harus mulai disesuaikan
dengan tren abad ke-21, antara lain: pembelajaran yang mendorong manusia untuk mencari tahu
dari berbagai sumber observasi; pembelajaran yang diarahkan untuk mampu merumuskan
masalah, bukan hanya menjawab masalah; pembelajaran yang diarahkan untuk melatih berfikir
analitis dan bukan berfikir mekanistis, serta pembelajaran yang menekankan pentingnya
kerjasama dan kolaborasi dalam menyelesaikan masalah. Hal ini harus sudah mulai dibentuk
sejak memasuki dunia pendidikan tingkat tinggi seperti SMA dan PerguruanTinggi.
Yang kedua, masalah Usaha Kecil Menengah (UKM) yang kalah saing dengan industri dari luar
negeri maupun dari dalam negeri. Ini membuat para pelaku UKM di Indonesia merasa terancam.
Maka dalam hal ini, pemerintah harus turun tangan membantu. Pemerintah bisa membantu
dengan bekerja sama dengan pihak perbankan untuk memberikan kredit usaha bagi pengusaha
UKM. Yang terakhir, Pemerintah harus menerapkan aturan agar kepentingan warga dan
kepentingan dari luar negeri tidak bersinggungan yang menyebabkan terjadinya masalah atau
benturan di kemudian hari.
Akhirnya, penerapan perdagangan bebas di kawasan Asia Tenggara mulai 2015, sudah didepan
mata. Siap ataupun tidak, kita tak bisa lari dari kenyataan.
Maka di waktu yang semakin sempit ini, marilah bekerja keras menyiapkan diri untuk menjadi
pemenang dalam percaturan di kawasan Asia Tenggara.***
ASEAN Memasuki AFTA 2015, Siapkah Indonesia?
Samuel
25 Feb 2014 | 11:18
Indonesia bersama Negara-negara ASEAN lainnya akan memulai ASEAN Free Trade Agreement (AFTA)
pada tahun 2015. Perjanjian yang sudah dirumuskan dan disepakati 22 tahun yang lalu itu akhirnya akan
dijalankan sebagai komitmen Negara-negara ASEAN mewujudkan slogan “Satu ASEAN”. Dengan
diberlakukannya AFTA, Asia Tenggara akan memasuki era perdagangan bebas, dimana batasan Negara
tidak lagi menjadi sebuah kendala bagi kegiatan ekonomi.
Secara garis besar, penerapan AFTA memberikan peluang yang besar bagi Negara-negara pesertanya.
Pasar yang besar di lokasi yang strategis merupakan salah satu peluang yang sangat menggiurkan bagi
pelaku ekonomi Negara-negara ASEAN. Pasar Asia Tenggara memang sangat dilirik oleh banyak Negara
di seluruh dunia karena lokasinya yang sangat strategis, jumlah penduduk yang cukup besar, dan
kekayaan alam sebagai aset yang sangat berharga yang dimiliki oleh Negara-negara di Asia Tenggara.
Peluang ini seharusnya dapat dimanfaatkan oleh Negara-negara peserta AFTA (termasuk Indonesia)
untuk memajukan perekonomiannya dan memberikan manfaat ekonomi yang merata bagi setiap
penduduknya. Setiap Negara yang terlibat sedang mempersiapkan diri agar dapat memperoleh manfaat
dari pemberlakuan AFTA ini. Bagaimana dengan Indonesia?
Indonesia pun juga sedang berusaha mempersiapkan diri menghadapi AFTA. Hal ini dapat dilihat dari
pembangunan dan pengembangan infrastruktur penting, seperti bandara dan pelabuhan, di berbagai
tempat di Indonesia. Reformasi prosedur dan birokrasi juga mulai diinisiasi untuk memberikan
pelayanan sosial dan ekonomi yang lebih baik. Hal ini merupakan langkah membangun pondasi yang
solid untuk ketahanan ekonomi Negara menghadapi pasar bebas.
Sayangnya, untuk jangka waktu AFTA yang tinggal setahun lagi, pembangunan dan reformasi ini dapat
dikatakan telat. Singapura telah menyelesaikannya jauh sebelum hari ini, dan membuatnya menjadi
Negara yang paling siap untuk menghadapi AFTA.
Selain di bidang infrastruktur dan birokrasi, Indonesia juga masih tertinggal dari segi pendidikan. Masih
banyak penduduk Indonesia yang tidak bisa menikmati pendidikan dan kualitas pendidikan di Indonesia
masih jauh dari harapan. Hal ini sangat melemahkan daya saing Indonesia di dalam pasar bebas, dan
menciptakan resiko Indonesia hanya bisa menjadi budak pasar bebas dan penonton kesuksesan
ekonomi negara-negara ASEAN lain. Di samping itu, tingkat absorpsi teknologi masyarakat Indonesia
yang masih rendah membuat produk Indonesia masih kalah saing dengan produk Negara-negara high-
tech industry di ASEAN dari segi biaya dan/atau kualitas.
Indonesia mau tidak mau harus secepat mungkin mengejar ketertinggalan-ketertinggalan tersebut agar
dapat bersaing di dalam AFTA, dan bukan menjadi korban yang tereksploitasi oleh karena AFTA.
Agar dapat mengejar ketertinggalan tersebut, peran pemerintah Indonesia sangat besar. Pemerintah
harus mampu membangun kemandirian Bangsa Indonesia agar dapat kuat menghadapi perdagangan
bebas. Namun, saat ini pemerintah terkesan kurang peduli akan kemandirian bangsa tersebut. Kegiatan
impor berbagai barang kebutuhan dan komoditas yang sebenarnya dapat diproduksi di dalam negeri
adalah bukti kurangnya dukungan pemerintah akan produksi dalam negeri. Kurangnya penghargaan
pemerintah Indonesia bagi para peneliti dan penemu juga menjadi masalah yang sebenarnya sangat
disayangkan, mengingat peneliti dan penemu merupakan elemen penting dalam memunculkan inovasi-
inovasi yang dapat menjadi kekuatan ekonomi suatu bangsa.
Pemerintah harus berbenah dan memiliki keberanian untuk menjaga agar Bangsa Indonesia tidak
menjadi pihak yang dirugikan maupun dieksploitasi oleh praktik perdagangan bebas. Pemerintah
Indonesia harus memiliki pola pikir sebagai pemimpin pasar, tidak boleh menjadi pihak yang dapat
dengan mudah dipengaruhi dan didikte oleh Negara lain, dan mengorbankan rakyat untuk kepentingan
pribadi dan Negara lain. Pemerintah Indonesia harus selalu teguh berjuang bagi kesejahteraan rakyat
Indonesia.
Di sisi lain, pemberlakuan AFTA menuntut transformasi mental dan pola pikir masyarakat Indonesia.
Peluang yang diberikan AFTA sangat besar, namun tidak dapat dicapai tanpa adanya usaha untuk
meraihnya. Masyarakat Indonesia harus berubah dari yang sebelumnya gemar menunggu peluang
datang menjadi lebih proaktif dalam mencari dan meraih peluang. Setiap masyarakat Indonesia perlu
memiliki pola pikir seorang entrepreneur, yang selalu aktif mencari peluang dan berani mengambil resiko
untuk menjalankannya. Selain itu, profesionalisme juga harus dimiliki oleh setiap masyarakat Indonesia
untuk mendukung produk dan jasa Indonesia yang berkualitas baik dan mampu menjadi pioneer di pasar
bebas ASEAN.
Selain itu, masyarakat Indonesia juga perlu mengubah kebiasaannya mengagungkan produk luar negeri
dan mulai mengapresiasi produk dalam negeri. Budaya apresiasi produk dalam negeri akan mendorong
berkembangnya merek-merek dalam negeri dan membuat posisi Indonesia menjadi kuat secara
ekonomi di ASEAN.
AFTA memang memberikan banyak peluang dan tantangan, dan Indonesia masih memiliki banyak
masalah yang harus diselesaikan supaya dapat menikmati manfaat dari AFTA. Namun, saya yakin
Indonesia bisa menjadi pioneer dalam perdagangan bebas ASEAN, asalkan Indonesia dengan cepat
mengejar ketertinggalan dari Negara lain dari segi infrastruktur, birokrasi, pendidikan, dan teknologi,
memiliki pemerintah yang pro kepentingan rakyat, dan mengubah pola pikir masyarakat agar lebih
proaktif meraih peluang yang ada serta menumbuhkan kecintaan masyarakat akan produk dalam negeri.
Indonesia mungkin akan mengalami kesulitan yang besar di awal penerapan AFTA tahun 2015. Namun,
apabila hal-hal di atas terus diperjuangkan oleh pemerintah dan rakyat Indonesia, maka dalam 2-3 tahun
ke depan Indonesia sudah mulai mapan dan siap melesat lebih jauh di dalam pasar bebas ASEAN.
-- Samuel N, 2014
AFTA 2015 Bisa Ciptakan “Bencana”
Bagiamana nasib Indonesia nanti ketika ASEAN Free Trade Area (AFTA) 2015 mulai diberlakukan? Jika
menyimak kondisi terakhir dewasa ini, boleh jadi Indonesia akan menjadi negara yang “gagap”
menghadapi AFTA 2015 karena belum memiliki kesiapsiagaan cukup kuat. Jangan-jangan,
pemberlakukan AFTA 2015 nanti bisa menimbulkan “bencana” yang dapat menimbulkan banyak
kerugian bagi masyarakat Indonesia.
Menurut Philip Kotler (dkk), sebuah bangsa dapat berkembang maju di era globalisasi jika mampu
melakukan persiapan dengan baik, antara lain menyiapkan pembangunan infrastruktur fisik,
infrastruktur teknologi, kekuatan human capital dan dukungan infrastruktur untuk usaha kecil. Namun
menjelang AFTA 2015 ini, Indonesia tampaknya belum mampu melakukan persiapan dengan baik.
Setidaknya hal itu dapat dilihat dalam beberapa indikator yang akan diuraikan di bawah.
Kekuatan Human Capital Indonesia di ASEAN
Walau memiliki jumlah penduduk paling besar di ASEAN, jika dari sisi kekuatanhuman capital, Indonesia
terbilang masih tertinggal dengan beberapa negara tetangga. Hal itu dapat dilihat dari angka Human
Development Index (HDI) yang diukur berdasarkan beberapa indikator (pendidikan, angka harapan
hidup dan pendapatan nasional). Memang benar, dalam beberapa tahun terakhir ini angka HDI
Indonesia yang diumumkan secara rutin oleh United Nations Development Programme (UNDP) terus
mengalami peningkatan. Namun angka HDI Indonesia terbilang masih rendah, yakni hanya sebesar
0,629 dan tergabung dalam kelompok negara dengan HDI katagori Medium human development.[Lihat
table di bawah]
Dari tabel di atas tampak jelas, dari 10 negara tetangga di Asia Tenggara, HDI Indonesia hanya berada
pada urutan ke-6 di Asia Tenggara dengan ranking HDI pada urutan ke-121 di dunia (berdasar
perhitungan UNDP). Meski memiliki kekayaan sumber daya alam yang lebih besar, HDI Indonesia masih
berada jauh di bawah Singapura (HDI=0,895; rangking=18) dan Brunei (HDI=0,855; rangking=30) yang
mampu tampil sangat maju dalam kelompok negara dengan HDI katagori Very high human
development. Sedang human capital yang dimiliki Malaysia juga cukup jauh di atas Indonesia karena
memiliki angka HDI sebesar 0,769 (ranking=64) dan tergolong dalam kelompok negara dengan HDI
katagori High human development. Thailand, Philipina dan Indonesia memang sama–sama tergabung
dalam kelompok negara dengan HDI katagori Medium human development. Namun HDI Thailand dan
Philipina masih berada di atas Indonesia. Kondisi ini tentu memprihatinkan karenahuman capital yang
dimiliki Indonesia hanya sedikit di atas Timor Leste, Kamboja dan Myanmar. Pendek kata, dari sisi
human capital dalam menghadapi AFTA 2015, Indonesia masih lemah atau kalah kuat dengan Singapura,
Brunei, Malaysia, Thailand dan Philipina.
Kebijakan Pemerintah dan Daya Saing Indonesia di ASEAN
Selain memiliki human capital yang masih lemah, kebijakan pembangunan pemerintah Indonesia sendiri
belum benar-benar memiliki keberpihakan kepada kepentingan publik. Dari politik anggaran misalnya,
berdasar penelitian penulis di berbagai daerah, alokasi dana APBD cenderung dihabiskan untuk
memenuhi kebutuhan rutin aparatur daerah, terutama untuk memenuhi belanja pegawai. Sedang
alokasi dana APBD untuk pembangunan infrastruktur fisik (pendidikan, jalan, jembatan dan teknologi)
rata-rata masih jauh lebih kecil dari belanja pegawai. Bahkan, banyak daerah yang terancam bangkrut
karena alokasi belanja pegawai sangat besar mencapai sekitar 70% dari total APBD.
Dari sisi dukungan infrastruktur terhadap usaha kecil di Indonesia masih tergolong belum baik. Dalam
penyaluran kredit perbankan misalnya, dari 56,5 juta Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Indonesia
baru sekitar 14,69% yang dapat memperoleh pinjaman bunga lunak dari Program Kredit Usaha Rakyat
(KUR). Sementara kebijakan pemerintah juga dinilai kurang berpihak sektor UKM jika melihat
penyusunan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Bahkan,
MP3EI malah dianggap berlawanan dengan UUD 1945, khusuhnya terkait pemain ekonomi yang diakui
negara.
Dari sisi kultur birokrasi, proses pelayanan publik masih sering dikeluhkan lamban dan hal itu diperparah
lagi kuatnya perilaku korupsi aparatur pemerintah. Tengok saja angka Corruption Perceptions Index (CPI)
2013 yang dikeluarkan Transparency International, Indonesia masih tergolong kuat korupsinya.[Lihat
table di bawah].
Dalam table CPI di atas, Singapura merupakan negara paling kecil korupsinya di ASEAN. Kemudian
disusul Brunei, Malaysia, Philipina dan Thailand. Dalam CPI ini Indonesia lagil-lagi masih berada di bawah
lima Negara tetangga terdekat tersebut, meski lebih baik dari Vietnam, Tmor Leste, Kamboja dan
Myanmar. Mengenai Indeks Daya Saing Global (Global Competitiveness Index/GCI) 2013–2014 yang
dikeluarkanWorld Economic Forum, Indonesia memang agak lebih baik dari Vietnam, Tmor Leste,
Kamboja dan Philipina. Kendati demikian, Indonesia masih kalah dengan Singapura, Malaysia, Brunei
dan Thailand [Lihat tabel GCI di atas].
Indonesia Belum Siap Hadapi AFTA 2015?
Jika melihat lagi indikator Resource Governance Index 2013 (RGI) yang dikeluarkanRevenue Watch
Institute (RWI) kemudian dikaitkan dengan tiga indikator di atas (HDI dari UNDP; CPI dari Transparency
International; GCI dari World Economic Forum) dapat ditemukan kesimpulan cukup logis bahwa dalam
negara dengan tata kelola pemerintahan kurang baik terdapat korupsi yang tinggi, human capital lemah
dan daya saing global yang lemah pula.
Ambil contoh Kamboja dan Myanmar yang tergolong negara paling lemah di ASEAN. Menurut RGI yang
dikeluarkan Revenue Watch Institute, tata kelola pemerintahan di Kamboja tergolong buruk (rangking
RGI= 52), dan ternyata Kamboja memiliki tingkat korupsi tinggi (angka CPI= 20), human capital lemah
(angka HDI=0,543) dan daya saing global lemah pula (angka GCI=4,01). Myanmar yang memiliki tata
kelola pemerintahan paling buruk (rangking RGI= 58), juga terdapat korupsi tinggi (angka CPI= 21),
human capital lemah (angka HDI=0,498) dan daya saing global lemah pula (angka GCI=3,23).
Indonesia memang memiliki tata kelola pemerintahan lebih baik dari Kamboja dan Myanmar. Namun,
konsistensi pemerintah dalam pengelolaan sumber daya alam di Indonesia masih termasuk lemah.
Padahal, sumber pendapatan APBN Indonesia sebagian besar masih berasal dari pajak.
Seandainya saja pengelolaan sumber daya alam dapat dilakukan dengan baik dan meningkatkan
pendapatan APBN tentunya juga dapat dipakai mendukung pembangunan aneka infrastruktur dan
human capital sebagai modal kesiapsiagaan menghadapi persaingan global dalam AFTA 2015. Namun
faktanya, pengelolaan sumber daya alam masih kerap mendapat sorotan negatif. Dalam penerapan UU
Minerba saja masih dinilai “memble”. Karena itu, cukup berat kiranya jika Indonesia akan dapat
memperkuat human capital dengan baik dalam waktu singkat. Bagamaina mungkin Indonesia akan
mampu menyiapkan aneka macam infrastruktur dengan baik seperti yang diungkap Philip Kotler dalam
menghadapi persaingan global kalau kapasitas fiskal negara lemah dan masih harus digeroti oleh tikus-
tikus koruptor?
Jadi tidak berlebihan pula, kalau kalangan pengusaha Indonesia sendiri, tidak semuanya menyatakan
siap menghadapi AFTA 2015. Bahkan, Ketua Umum Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI),
Suryani SF Motik, menegaskan bahwa Indonesia belum siap menyambut AFTA 2015. Sebaliknya,
Indonesia dikhawatirkan hanya akan menjadi target pasar jika para pengusaha lokal tidak mendapat
dukungan dari pemerintah.
AFTA 2015 Bisa Seperti Letusan Gunung Kelud atau Krakatau 1883
Berangkat dari banyaknya catatan persoalan tersebut, maka tidak berlebihan kiranya jika pemberlakuan
AFTA 2015 nanti dapat menimbulkan “bencana” bagi masyarakat Indonesia. Sebab, Indonesia akan
kesulitan meningkatkan produktivitas akibat kalah bersaing dengan negara tetangganya sendiri dalam
AFTA 2015. Dampaknya, Indonesia hanya akan menjadi negara konsumen dan bukan negara produsen.
Bagi masyarakat elit Indonesia (menengah ke atas) yang memiliki kapital kuat mungkin masih bisa tampil
bersaing dan mampu masuk dalam daftar orang terkaya. Namun bagi masyarakat ekonomi lemah atau
pelaku UKM, kehadiran AFTA 2015 nanti bisa diibaratkan seperti menghadapi “bencana” letusan
Gunung Krakatau 1883 atau letusan Gunung Kelud 1919. Bagi yang tidak memiliki kesiapsiagaan (modal
kuat, pengetahuan dan kreatifitas) boleh jadi akan “hangus” disapu oleh awan panas yang meletup dari
“Gunung Globalisasi” dan “Gunung AFTA 2015”.
Karena itu, tidak ada pilihan lain bagi Indonesia kecuali harus memperbaiki tata kelola pemerintahan
agar korupsi bisa ditekan dan pengelolaan sumber daya negara dapat dipakai lebih optimal untuk
memperkuat pembangunan infrastruktur serta memperkuathuman capital. Tanpa ada perbaikan tata
kelola pemerintahan, maka dikhatirkan akan dapat menciptakan disparitas sosial-ekonomi yang pada
akhirnya dapat mendorong timbulnya “bencana sosial” (kemiskinan) maupun “bencana politik”
(disintegrasi). Yang jelas, tanda-tanda datangnya “bencana sosial” sudah mulai muncul. Bukankah kasus
pembuangan pasien di Lampung lalu merupakan satu contoh adanya tanda-tanda “bencana sosial” bagi
masyarakat miskin? Kalau AFTA 2015 mulai diberlakukan, bukankah “bencana sosial” yang mungkin
timbul akan bisa lebih hebat lagi?[@SutBudiharto : dupublikasikan pertama di Kompasiana ]
[1] Philip Kotler, Jatusripitak, dan Maesincee; “The Marketing of Nations; A Strategic Approach to
Building National Wealth (1997)”; dalam tulisan Iu Rusliana (UNJ); indonesiafinancetoday.com - 30 April
2013.
[2] UNDP; “Human Development Index (HDI) Report 2013, http://hdr.undp.org
[3] Sutrisno Budiharto; Penelitian APBD Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Tengah dan DIY - 2007-
2013.
[4] FITRA; “Kota-Kota yang Terancam Bangkurt”; gatra.com – 1 Agustus 2013.
[5] Perkembangan Data UMKM dan Usaha Besar (UB) Tahun 2011 – 2012; http://setkab.go.id
[6] Suryani SF Motik; “HIPPI: Indonesia Belum Siap Sambut AFTA 2015″; indonesiafinancetoday.com - 7
Desember 2012.
[7] Global Competitiveness Index 2013–2014; World Economic Forum; - http://www3.weforum.org
[8] Resource Governance Index 2013 (RGI); Revenue Watch Institute (RWI) - www.revenuewatch.org/rgi
[9] Suryani SF Motik; “HIPPI: Indonesia Belum Siap Sambut AFTA 2015″; indonesiafinancetoday.com - 7
Desember 2012.
ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA)
ASEAN Free Trade Area (AFTA) merupakan wujud dari kesepakatan dari negara-negara
ASEAN untuk membentuk suatu kawasan bebas perdagangan dalam rangka meningkatkan daya
saing ekonomi kawasan regional ASEAN dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi
dunia serta serta menciptakan pasar regional bagi 500 juta penduduknya.AFTA dibentuk pada
waktu Konperensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke IV di Singapura tahun 1992. Awalnya
AFTA ditargetkan ASEAN FreeTrade Area (AFTA) merupakan wujud dari kesepakatan dari
negara-negara ASEAN untuk membentuk suatu kawasan bebas perdagangan dalam rangka
meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN dengan menjadikan ASEAN
sebagai basis produksi dunia akan dicapai dalam waktu 15 tahun (1993-2008), kemudian
dipercepat menjadi tahun 2003, dan terakhir dipercepat lagi menjadi tahun 2002.Skema Common
Effective Preferential Tariffs For ASEAN Free Trade Area ( CEPT-AFTA) merupakan suatu
skema untuk 1 mewujudkan AFTA melalui : penurunan tarif hingga menjadi 0-5%, penghapusan
pembatasan kwantitatif dan hambatan-hambatan non tarif lainnya.Perkembangan terakhir yang
terkait dengan AFTA adalah adanya kesepakatan untuk menghapuskan semua bea masuk impor
barang bagi Brunai Darussalam pada tahun 2010, Indonesia, Malaysia, Philippines, Singapura
dan Thailand, dan bagi Cambodia, Laos, Myanmar dan Vietnam pada tahun 2015.
Produk yang dikatagorikan dalam General Exception adalah produk-produk yang secara
permanen tidak perlu dimasukkan kedalam CEPT-AFTA, karena alasan keamanan nasional,
keselamatan, atau kesehatan bagi manusia, binatang dan tumbuhan, serta untuk melestarikan
obyek-obyek arkeologi dan budaya. Indonesia mengkatagorikan produk-produk dalam kelompok
senjata dan amunisi, minuman beralkohol, dan sebagainya sebanyak 68 pos tarif sebagai General
Exception.
GAMBARAN UMUM AFTA
1. Lahirnya AFTA
Pada pertemuan tingkat Kepala Negara ASEAN (ASEAN Summit) ke-4 di Singapura pada tahun 1992,
para kepala negara mengumumkan pembentukan suatu kawasan perdagangan bebas di ASEAN (AFTA)
dalam jangka waktu 15 tahun.
2. Tujuan dari AFTA
• menjadikan kawasan ASEAN sebagai tempat produksi yang kompetitif sehingga produk ASEAN
memiliki daya saing kuat di pasar global.
• menarik lebih banyak Foreign Direct Investment (FDI).
• meningkatkan perdagangan antar negara anggota ASEAN (intra-ASEAN Trade).
3. Manfaat dan Tantangan AFTA bagi Indonesia
Manfaat :
• Peluang pasar yang semakin besar dan luas bagi produk Indonesia, dengan penduduk sebesar ±
500 juta dan tingkat pendapatan masyarakat yang beragam;
• Biaya produksi yang semakin rendah dan pasti bagi pengusaha/produsen Indonesia yang
sebelumnya membutuhkan barang modal dan bahan baku/penolong dari negara anggota ASEAN
lainnya dan termasuk biaya pemasaran;
• Pilihan konsumen atas jenis/ragam produk yang tersedia di pasar domestik semakin banyak
dengan tingkat harga dan mutu tertentu;
• Kerjasama dalam menjalankan bisnis semakin terbuka dengan beraliansi dengan pelaku bisnis di
negara anggota ASEAN lainnya.
Tantangan :
• Pengusaha/produsen Indonesia dituntut terus menerus dapat meningkatkan kemampuan dalam
menjalankan bisnis secara profesional guna dapat memenangkan kompetisi dari produk yang
berasal dari negara anggota ASEAN lainnya baik dalam memanfaatkan peluang pasar domestik
maupun pasar negara anggota ASEAN lainnya.
4. Jangka Waktu Realisasi AFTA
• KTT ASEAN ke-9 tanggal 7-8 Oktober 2003 di Bali, dimana enam negara anggota ASEAN
Original Signatories of CEPT AFTA yaitu Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Philipina,
Singapura dan Thailand, sepakat untuk mencapai target bea masuk dengan tingkat tarif 0%
minimal 60% dari Inclusion List (IL) tahun 2003; bea masuk dengan tingkat tarif 0% minimal 80%
dari Inclusion List (IL) tahun 2007; dan pada tahun 2010 seluruh tarif bea masuk dengan tingkat
tarif 0% harus sudah 100% untuk anggota ASEAN yang baru, tarif 0% tahun 2006 untuk Vietnam,
tahun 2008 untuk Laos dan Myanmar dan tahun 2010 untuk Cambodja.
a. Tahun 2000 : Menurunkan tarif bea masuk menjadi 0-5% sebanyak 85% dari seluruh
jumlah pos tarif dalam Inclusion List (IL).
b. Tahun 2001 : Menurunkan tarif bea masuk menjadi 0-5% sebanyak 90% dari seluruh
jumlah pos tarif dalam Inclusion List (IL).
c. Tahun 2002 : Menurunkan tarif bea masuk menjadi 0-5% sebanyak 100% dari seluruh
jumlah pos tarif dalam Inclusion List (IL), dengan fleksibilitas.
d. Tahun 2003 : Menurunkan tarif bea masuk menjadi 0-5% sebanyak 100% dari seluruh
jumlah pos tarif dalam Inclusion List (IL), tanpa fleksibilitas.
• Untuk ASEAN-4 (Vietnam, Laos, Myanmar dan Cambodja) realisasi AFTA dilakukan berbeda
yaitu :
• Vietnam tahun 2006 (masuk ASEAN tanggal 28 Juli 1995).
• Laos dan Myanmar tahun 2008 (masuk ASEAN tanggal 23 Juli 1997).
• Cambodja tahun 2010 (masuk ASEAN tanggal 30 April 1999).
5. Kriteria Suatu Produk Untuk Menikmati Konsesi CEPT
• Produk terdapat dalam Inclusion List (IL) baik di Negara tujuan maupun di negara asal, dengan
prinsip timbale balik (reciprosity). Artinya suatu produk dapat menikmati preferensi tarif di negara
tujuan ekspor (yang tentunya di negara tujuan ekspor produk tersebut sudah ada dalam IL),
maka produk yang sama juga harus terdapat dalam IL dari negara asal.
• Memenuhi ketentuan asal barang (Rules of Origin), yaitu cumulative ASEAN Content lebih besar
atau sama dengan 40%.
• Perhitungan ASEAN Content adalah sebagai berikut :
Value of Undetermined Origin
Materials, Parts of Produce
+
Value of Imported Non-
ASEAN Material, Parts of
Produce
X 100%<60%
FOB Price
• Produk harus disertai Certificate of Origin Form D, yang dapat diperoleh pada Kantor Dinas atau
Suku Dinas Perindustrian dan Perdagangan di seluruh Indonesia.
6. Beberapa istilah dalam CEPT-AFTA
a. Fleksibilitas adalah suatu keadaan dimana ke-6 negara anggota ASEAN apabila belum siap
untuk menurunkan tingkat tarif produk menjadi 0-5% pada 1 Januari 2002, dapat diturunkan pada
1 Januari 2003. Sejak saat itu tingkat tarif bea masuk dalam AFTA sebesar maksimal 5%.
b. CEPT Produk List
• Inclusion List (IL) : daftar yang memuat cakupan produk yang harus memenuhi kriteria
sebagai berikut :
o Produk tersebut harus disertai Tarif Reduction Schedule.
o Tidak boleh ada Quantitave Restrictions (QRs).
o Non-Tarif Barriers (NTBs) lainnya harus dihapuskan dalam waktu 5 tahun.
• Temporary Exclusion (TEL) : daftar yang memuat cakupan produk yang sementara
dibebaskan dari kewajiban penurunan tarif, penghapusan QRs dan NTBs lainnya serta
secara bertahap harus dimasukkan ke dalam IL.
• Sensitive List (SL) : daftar yang memuat cakupan produk yang diklasifikasikan sebagai
Unprocessed Agricultural Products. Contohnya beras, gula, produk daging, gandum,
bawang putih, dan cengkeh, serta produk tersebut juga harus dimasukkan ke dalam
CEPT Scheme tetapi dengan jangka waktu yang lebih lama. Contohnya Brunei
Darussalam, Indonesia, Malaysia, Philipina, Thailand harus telah memasukkan produk
yang ada dalam SL ke dalam IL pada tahun 2010, Vietnam pada tahun 2013, Laos dan
Myanmar pada tahun 2015, serta Kamboja pada tahun 2017.
• General Exception (GE) List : daftar yang memuat cakupan produk yang secara
permanen tidak perlu untuk dimasukkan ke dalam CEPT Scheme dengan alas an
keamanan nasional, keselamatan/kesehatan umat manusia, binatang dan tumbuhan,
serta pelestarian objek arkeologi, dan sebagainya (Article 9b of CEPT Agreement).
Contohnya antara lain senjata, amunisi, da narkotika. Produk Indonesia dalam GE List
hingga saat ini sebanyak 96 pos tarif.
7. Beberapa Protocol/Article yang dapat dipakai untuk mengamankan produk Indonesia
a. Protocol Regarding the Implementation of the CEPT Scheme Temporary Exclusion List
Dapat digunakan sebagai acuan untuk menarik kembali produk industri yang telah
dimasukkan ke dalam IL terakhir tahun 2000 atau Last Tranche. Konsekuensi penarikan
kembali suatu produk dari IL harus disertai dengan kompensasi.
b. Article 6 (1) dari CEPT Agreement
Dapat digunakan sebagai acuan untuk menarik kembali produk yang telah dimaukkan ke
dalam Skema CEPT-AFTA, karena adanya lonjakan impor dari negara anggota ASEAN
lainnya yang menyebabkan atau mengancam kerugian yang serius terhadap industri
dalam negeri.
c. Protocol on Special Arrangement for Sensitive and Highly Sensitive Products.
Dapat digunakan sebagai acuan untuk memasukkan produk yang diklasifikasikan ke
dalam Highly Sensitive (seperti beras dan gula bagi Indonesia).
8. Jadwal Penurunan dan atau Penghapusan Tarif Bea Masuk
a. Inclusion List
Negara Anggota AFTA Jadwal Penurunan/Penghapusan
ASEAN -6
1. Tahun 2003 : 60% produk dengan tarif 0%
2. Tahun 2007 : 80% produk dengan tarif 0%
3. Tahun 2010 : 100% produk dengan tarif 0%
Vietnam
1. Tahun 2006 : 60% produk dengan tarif 0%
2. Tahun 2010 : 80% produk dengan tarif 0%
3. Tahun 2015 : 100% produk dengan tarif 0%
Laos dan Myanmar
1. Tahun 2008 : 60% produk dengan tarif 0%
2. Tahun 2012 : 80% produk dengan tarif 0%
3. Tahun 2015 : 100% produk dengan tarif 0%
Kamboja
1. Tahun 2010 : 60% produk dengan tarif 0%
2. Tahun 2015 : 100% produk dengan tarif 0%
b. Non Inclusion list
 TEL harus dipindah ke IL
 GEL dapat dipertahankan apabila konsisten dengan artikel 9 CEPT Agreement, yaitu
untuk melindungi :
 Keamanan Nasional
 Moral
 Kehidupan Manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan dan kesehatan
 Benda-benda seni, bersejarah dan purbakala
Tantangan dan Keuntungan AFTA 2015 untuk Indonesia
OPINI | 27 February 2014 | 23:32 Dibaca: 3690 Komentar: 0 0
Apa Itu AFTA dan Sejarahnya?
Sebelum saya menulis panjang dan lebar, sudahkah teman - teman tahu apa itu AFTA? Ataukah
teman - teman memang tidak mau tahu tentang AFTA karena masih mikir besok mau makan saja
susah? Oke, paling tidak sekarang kita harus tahu dulu apa yang dimaksud dengan AFTA tadi.
Terlebih lagi yang namanya AFTA ini akan mulai diberlakukan pada tahun 2015, tepat setelah
beberapa bulan selesainya tahun politik panas 2014.
AFTA yang merupakan akronim dar ASEAN Free Trade Area sejatinya merupakan kesepakatan
dari negara - negara di asean untuk membentuk sebuah kawasan bebas perdagangan. Tujuannya
sih agar bisa meningkatkan daya saing ekonomi kawasan ASEAN di dunia. Harapannya, kalau
yang namanya AFTA ini sukses, asean bisa menjadi kawasan basis produksi didunia seperti yang
sudah ada sekarang ini yaitu China. Coba ingat? Sudah berapa ratus produk yang masuk ke
indonesia itu Made In China?
Komunitas ASEAN 2015!
Perjanjian perdagangan bebas AFTA dicetuskan ketika terjadi pertemuan tingkat Kepala Negara
ASEAN atau SEAN summit ke-4, yang dilakukan pada tahun 1992. Pada pertemuan itu
kemudian para kepala negara mengumumkan akan membentuk sebuah kawasan perdagangan
bebas di asean dalam jangka waktu 15 Tahun. Kalau dihitung seharusnya akan efektif berjalan
secara penuh pada tahun 2007. Namun kenyataanya, AFTA ini akan aktif pada tahun 2015, 22
tahun kemudian.
Nah, dengan adanya kebijakan perdagangan bebas AFTA ini, nantinya tidak akan akan ada
hambatan tarif(bea masuk 0-5%) ataupun hambatan non tarif untuk negara - negara anggota
ASEAN. Dengan begitu, tentunya keuntungan dan tantangan akan muncul untuk negara
Indonesia juga dong. Lantas, apakah negara kita Indonesia sudah siap? Siap memanfaatkan
kondisi ini untuk membuat negara lebih maju dan berkembang? Apalagi AFTA ini efektif tahun
2015, tidak begitu lama setelah Pemilu, dan pemilihan presiden Indonesia yang baru. Sementara
menurut saya, sampai sekarang belum ada pemimpin rakyat, entah itu caleg atau capres yang
kompeten untuk menjalankan pemerintahan setelah 2014. Tidak percaya? Silahkan cek cv caleg -
caleg di tahun 2014 ini : (dct.kpu.go.id)
Tantangan AFTA 2015 Untuk Indonesia
Sebelum saya menuliskan keuntungan AFTA 2015 untuk indonesia, saya akan menyebutkan
tantangannya terlebih dahulu. Agar orang - orang indonesia tahu, dan tidak selalu terlena dengan
negara yang katanya ijo royo -royo, dan mempunyai banyak sumber daya alam ini.
1. Tantangan Pendidikan
Kalau melihat negara maju di ASEAN seperti Singapore, pendidikan mereka terlihat lebih maju.
Lantas Indonesia sendiri bagaimana menghadapi serbuan para pekerja hasil output negara di
ASEAN seperti Singapore? Padahal salah satu efek dari AFTA adalah setiap warga anggota
negara ASEAN bisa sekolah atau bekerja di tiap negara anggota ASEAN.
Sementar menurut saya, pendidikan di Indonesia ini masih sedikit carut marut. Contoh
sederhananya saja, ada teman saya yang seorang lulusan Teknik Elektro malah bekerja di bidang
perbankan, atau ada sarjana pertanian yang tidak bisa bekerja sesuai jurusan di ambilnya.
Menurut saya pendidikan di negara ini masih belum tepat sasaran untuk mengenali potensi anak
didik dengan tepat sasaran, sehingga anak didik bisa memaksimalkan potensi yang dimilikinya.
Bisa - bisa dengan adanya AFTA 2015 pengangguran malah semakin banyak, karena banyak
perusahaan di Indonesia yang malah merekrut tenaga kerja dari negara anggota ASEAN lain
dengan kompetensi yang lebih baik.
2. Tantangan Perdangangan
Sebelumnya saya mau tanya dulu, sekarang ini Indonesia adalah negara “Pengekspor” atau
negara “Pengimpor”?
Menjawab pertanyaan ini tidak perlulah sulit - sulit, lihat saja smartphone/handphone yang
teman - teman punyai made in mana? Sepengetahuan saya sih rata - rata kalau tidak made in
china, ya made in vietnam. Indonesia ini hanya dijadikan pasar, sangat sedikit sekali atau bahkan
tidak ada ya, tempat produksi barang yang di Indonesia? (*maaf saya kurang tahu tentang ini
karena tidak ada data :)*)
Saya memberi contoh barang yang sepele seperti smartphone/handphone, karena barang seperti
ini meskipun sedang musim hujan, banjir ataupun dolar naik, penjualannya tetap meroket.
Mengingat kebanyakan masyarakat kita yang lebih mementingkan prestise dan style daripada
fungsi dari sebuah smartphone sendiri.
Terlepas dari contoh yang saya berikan, selama Indonesia masih menjadi negara “hobi impor”
AFTA 2015 malah akan menjadikan negara ini sebagai pasar terbesar barang - barang impor dari
negara ASEAN yang lain. Mau negara kita cuma dijadikan tempat jualan saja? Pikirkan!
Keuntungan AFTA 2015 Untuk Indonesia
Memang, bukan hanya tantangan saja yang akan dihadapi Indonesia di AFTA 2015 ini. Ada juga
keuntungan yang bisa didapatkan negara ini jika bisa memanfaatkan perjanjian perdagangan
bebas dengan ASEAN ini dengan baik. Kalau dimanfaatkan dengan benar, ada kemungkinan
bisa membuat Indonesia lebih maju, bahkan bisa mengalahkan negara seperti Singapore.
1. AFTA 2015, Berarti Ijin kerja di Negara ASEAN Lebih Mudah. Saatnya Menjajah
“ASEAN”
Tenaga kerja professional saatnya menjadi TKI, jangan cuma kita saja yang dijajah oleh negara
lain. Saatnya kita menjadi “ekspat” di negara lain. Apalagi gaji di negara Asean semacam
Singapore atau Malaysia tentunya akan lebih besar dari pada di Indonesia. Jangan mau kalah
dengan TKI dong, mereka bisa menjadi pahlawah devisa, kita para tenaga kerja terdidik
professional pun bisa ikut menyumbang devisa negara. Yuk!
2. Manfaatkan Pariwisata Sebagai Sumber Devisa Selain Sumber Daya Alam.
Hei orang Indonesia, saatnya mulai sadar! Sumber daya alam negara kita ini sudah semakin
habis! Tinggal menunggu waktu saja kita tidak bisa banyak menjual Sumber Daya Alam untuk
menjalankan negara. Kita harus mulai memikirkan sumber penghasilan lain yang berkelanjutan
untuk memajukan negara.
Sadar tidak kalau negara ini mempunyai banyak sekali potensi pariwisata. Ada berapa banyak
tempat wisata yang bisa dikelola dengan baik. Sehingga bisa diperhitungkan sebagai sumber
devisa yang berkelanjutan. Manfaatkan AFTA 2015 ini untuk bisa mendapatkan banyak turis
asing yang mau datang ke Indonesia. Kalau dikelola dengan benar, mungkin negara ini bisa kaya
hanya dengan Pariwisatanya. Masak mau kalah sama Singapore dan Malaysia?
Solusi Menghadapi AFTA 2015 Untuk Indonesia
Ada beberapa hal penting yang bisa membuat Indonesia bisa bertahan, atau bahkan bisa
memanfaatkan AFTA 2015 untuk membuat negara ini lebih maju. Pendidikan yang baik, Hukum
yang ditegakkan, Kedisiplinan, dan Semangat Optimisme untuk maju tiap - tiap warga negara ini
Kalau itu semua bisa dilakukan dengan baik, maka bukan tidak mungkin kalau Indonesia akan
kembali mengaum. Kembali mengaum sebagai Macan Asia yang pernah begitu ditakuti oleh
negara lain. Nah, semoga tulisan saya ini bisa berguna untuk para pembaca kompasiana sekalian
ya. Mari kita songsong AFTA 2015 dengan persiapan lebih baik :)
Seputar AFTA (ASEAN Free Trade Area) Tahun 2015
Posted by bagusprahutdi on 24 Januari 2014
Akhir pekan lalu, saat membereskan buku-buku di lemari. Saya menemukan kumpulan buku
tebal yang seragam. Rupanya itu adalah buku-buku Pelatihan Pelaksana Jalan yang pernah saya
ikuti awal Oktober tahun lalu, yang diadakan oleh Kementerian PU di Jakarta. Pelatihan itu
adalah salahsatu bentuk tanggung jawab Pemerintah untuk meningkatkan Skill, Knowledge dan
Attitude para Pelaksana Konstruksi dalam menghadapi AFTA 2015. Pelatihan ini gratis kok,
dikasih makan malah. :D
Yang menarik buat saya adalah AFTA 2015. Jujur, pada awalnya, saya hanya mengetahui bahwa
AFTA 2015 adalah Perdagangan Bebas ASEAN dimana perdagangan barang dan jasa menjadi
bebas di wilayah ASEAN dan orang Indonesia bisa dengan mudah bekerja di, Malaysia atau
Vietnam misalnya, dan sebaliknya. Di saat tak ada kegiatan dan tak bisa keluar karena hujan
turun sore itulah, saya mulai mencari referensi-referensi mengenai AFTA 2015. Lalu saya coba
tuliskan dalam artikel untuk di blog.wordpress. Agar lebih mudah, mungkin saya bagi dalam
beberapa pertanyaan umum saja (karena saya tak punya banyak kompetensi dalam menjelaskan
yang baru saya pelajari).
Apa itu AFTA (ASEAN Free Trade Area) 2015 ?
Sebelum masuk ke dalam ‘apa itu AFTA’ atau dalam istilah Indonesia disebut sebagai
Perdagangan Bebas ASEAN, marilah kita merunut terlebih dahulu tentang bagaimana latar
belakang terbentuknya AFTA itu sendiri.
Pergeseran sistem ekonomi internasional menimbulkan dampak besar bagi dinamika hubungan
perdagangan antar negara. Sistem ekonomi internasional bergeser ke arah pasar bebas.
Akibatnya, negara-negara dituntut untuk dapat mengintegrasikan ekonomi nasionalnya menuju
sistem perdagangan bebas. Untuk menghadapi hal ini, pada tahun 1992, ASEAN yang saat itu
beranggotakan Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand
membuat AFTA agreement (dan disetujui dalam KTT ASEAN 28 Januari 1992 di Singapura).
Pada saat itu, Kepala Negara sepakat mengumumkan suatu kawasan perdagangan bebas di
ASEAN dalam jangka waktu 15 tahun. Inti pokoknya adalah kerjasama antar Negara-Negara
ASEAN dalam membentuk kawasan bebas perdagangan dalam rangka meningkatkan daya saing
ekonomi kawasan regional ASEAN. Ini adalah AFTA secara sederhananya.
Tujuan dari AFTA adalah sebagai berikut :
1. Menjadikan kawasan ASEAN sebagai tempat produksi yang kompetitif sehingga produk ASEAN
memiliki daya saing kuat di pasar global.
2. Menarik lebih banyak Foreign Direct Investment (FDI)
3. Meningkatkan perdagangan antar negara anggota ASEAN (Intra-ASEAN Trade).
Dalam perkembangannya anggota ASEAN lain masuk secara bertahap, seperti Vietnam (1995),
Laos dan Myanmar (1997) dan Kamboja (1999). Namun ada beberapa negara yang juga ikut
dengan menandatangani perjanjian bilateral, seperti China, Jepang, Korea Selatan, India,
Australia dan Selandia Baru.
Berdasarkan kesepakatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN terakhir di Phnom Penh.
Pada bulan Desember 2015, AFTA akan mulai diberlakukan. Hanya akan ada satu pasar dan
basis produksi dengan lima elemen utama, yaitu aliran bebas barang, bebas jasa, bebas investasi,
aliran modal dan aliran bebas tenaga kerja terampil.
Apa keuntungan yang didapat oleh Indonesia sendiri ?
Keuntungan AFTA yang dapat diperoleh bagi Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Peluang pemasaran barang ke ASEAN akan jauh lebih besar dan akan meningkatkan pendapatan
penduduk Indonesia.
2. Biaya produksi akan lebih murah dan Indonesia akan mendapatkan keuntungan yang besar
karena rata-rata produknya adalah impor.
3. Pilihan pembeli akan menjadi lebih variatif.
4. Kerjasama dalam menjalankan bisnis semakin terbuka dengan beraliansi dengan pelaku bisnis di
negara anggota ASEAN.
Banyak yang mengatakan bahwa AFTA tidak menguntungkan Indonesia ?
Di sini, saya mengambil ucapan Dr. Ichsanuddin Noorsy bahwa AFTA tidak menguntungkan
Indonesia. AFTA hanya menguntungkan bagi negara-negara seperti Singapura, Malaysia dan
Thailand. Hal ini mengacu pada lima indikator :
1. Indikator persaingan. Mengambil Global Competitive Report 2011 – 2012, Indonesia berada di
peringkat 44 – masih berada di bawa negara-negara ekonomi utama ASEAN, seperti Thailand
(38), Malaysia (26), dan Singapura (3).
2. Indikator SDM. Mengambil Human Development Index 2011 yang dikeluarkan UNDP
menyebutkan, Indonesia berada di urutan 124 dari 187 negara yang dinilai (setingkat Honduras,
Kiribati dan Afrika Selatan).
3. Indikator Performa. Mengambil Logistic Performance Index.
4. Indikator Teknologi : Tinggi, Menengah dan Bawah.
5. Indikator perbandingan rata-rata sistem politik, sistem pemerintahan dengan PDB dan struktur
di dalamnya.
Intinya dari lima indikator di atas, Indonesia kalah dengan tiga negara : Singapura, Malaysia dan
Thailand. Selain itu, Pemerintah dianggap masih belum bisa memberikan perlindungan secara
merata sehingga belum siap menghadapi AFTA 2015.
Mari kita ambil contoh di aspek infrastruktur yang berkaitan dengan bidang konstruksi. Dengan
adanya AFTA 2015, diharapkan adanya peningkatan pembangunan infrastruktur di Indonesia,
terutama di daerah tertinggal karena investasi akan datang lebih banyak (swasta). Akan tetapi
pembangunan infrastruktur membutuhkan tenaga ahli yang lebih banyak pula. Dikhawatirkan,
tenaga ahli yang dimiliki akan kalah bersaing dengan tenaga ahli dari luar atau tenaga ahli dalam
negeri akan dibeli oleh negara luar. Kita akan jadi “kacung’ di negeri sendiri.
Agaknya itu ketakutan yang berlebihan..
Mungkin ada contoh lain yang lebih nyata sekarang ini. Misal dalam investasi, besarnya beban
biaya logistik dan rumitnya birokrasi dianggap sebagai persoalan yang memberatkan investor.
Tahun 2012, Asia Business Outlook the Economist Coprporate Network mengatakan bahwa
Indonesia masih kurang luwes terhadap para investor. Besarnya beban biaya logistik dan
pelayanan birokrasi menjadi penyebab utamanya. Waktu proses ekspor di Indonesia rata-rata
adalah 17 hari, sementara ASEAN rata-rata 14 hari.
Indonesia mempunyai potensi sebagai pasar export yang besar : bahan baku mudah didapat (besi,
nikel, dan alumunium), tanah masih relatif murah, mesin, sukucadang, bahan baku serta
teknologi mudah didapat. Namun birokrasi mempersulit perijinan : untuk ijin bangun pabrik
perlu minimal tiga bulan melalui lima intansi dengan tujuh perijinan yang kadang berbelit dan
biaya cukup mahal. Singapura hanya perlu waktu 3-4 hari, melalui satu instansi dan biaya
seperempat dari Indonesia, begitupun dengan Malaysia, Vietnam, Thailand, Kamboja dan China.
Tanda lain yang mungkin terlihat adalah banyak pengusaha jasa konstruksi di Bali yang beralih
ke sektor jasa lainnya. Hal ini tak lepas dari semakin banyaknya proyek-proyek besar di bidang
infrastruktur yang masuk ke Bali, sehingga mereka yang tidak mampu berkompetisi akhirnya
tersingkir. Seiring regulasi dan iklim investasi baru, dimana arus investasi tidak terbendung
sehingga tidak lagi bisa membatasi pengerjaan proyek di Kabupaten dan Provinsi : Tidak ada
pembatasan pangsa pasar untuk skala kecil di Kabupaten, menengah di tingkat Provinsi dan
besar di tingkat Pusat. Pengusaha lokal jauh dari sisi kualitas dalam berkompetensi di pasar.
Ingat, AFTA 2015 bukan hanya mencakup anggota-anggota ASEAN saja, melainkan negara-
negara yang telah menandatangani perjanjian bilateral seperti China, Jepang, Korea Selatan,
India, dan Selandia Baru. Bukan hanya tingkat ahli profesional dalam negeri saja yang terancam,
namun juga tenaga teknis di berbagai sektor seperti sopir taksi, buruh bangunan, tukang cukur,
serta petani lapangan.
AFTA adalah mimpi buruk bagi industri manufaktur, eksportir dan bisnis lainnya, serta sektor
tenaga kerja yang belum siap. Akibatnya, bukan hanya tidak bisa memenetrasi pasar, tetapi orang
lain akan mengambil pasar domestik milik kita. Ketakutan itu perlu dan manusiawi. Saya rasa ini
tak berlebihan. Rencanakan yang terbaik, bersiap untuk kondisi terburuk.
Lalu apa yang musti dilakukan untuk menghadapi AFTA ?
Secara personal, yang dapat dilakukan adalah mengembangkan basis kompetensi yang anda
dimiliki. Sebagai pekerja di suatu perusahaan, anda harus mengembangkan Skill-Knowledge-
Attitude (SKA). Di samping itu perlu juga meningkatkan Speed-Stamina-Accuracy (SSA). Jika
anda seorang buruh pun, ini juga sangat penting. Vietnam mempunyai buruh yang lebih murah
dari Indonesia. Filipina mempunyai kelebihan dalam bidang jasa. Peningkatan personal sangat
penting untuk persaingan personal nantinya.
Jika anda pelaku industri menengah (IKM) dan Usaha Kecil Menengah (UKM), maka ada tiga
hal yang harus dipersiapkan, seperti SDM, Kualitas Produk, serta Legalitas Izin dan Merek.
Selain itu, sebagai entrepreur, ada tigas aspek yang bisa digunakan untuk menghadapi
persaingan, yaitu :
1. Peluang : mencermati kebutuhan pasar yang belum dipenuhi oleh produsen-produsen yang
sudah ada.
2. Diferensiasi : membuat perbedaan dibanding pesaing yang sudah ada, agar lebih dipilih oleh
target pasar.
3. Fokus : tidak semua peluang harus ditangkap, yang terpenting apakah bisa memenangi
persaingan tersebut. Kuncinya adalah fokus.
Selain itu, sebagai pengusaha, anda harus meminimalisir trial and error. Anda juga harus
mampu melihat pangsa pasar dan pangsa pasar ke depan.
Dari kesemuanya itu, kata kuncinya adaah Continous Improvement dan pembentukan mentalitas.
Rasa nasionalisme juga perlu.
Tampaknya untuk Tenaga Ahli , Indonesia harus serius menggarap Pendidikan.
Benar.
Kalau kita mengambil dari Data Badan Pusat Statistik (BPS) tentang indikator pendidikan
menyebutkan, tahun 2011, Angka Partisipasi Kasar (APK) Perguruan Tinggi tahun 2011
mencapai 17,28%. Indonesia meluluskan 800 ribu sarjana setiap tahun. Saat ini hanya 1 dari 4
anak Indonesia yang berkesempatan masuk ke Perguruan Tinggi. Hal ini diperparah dengan
kualitas kelembagaan Perguruan Tinggi itu sendiri, kualitas lulusannya, kualitas risetnya, dan
kesiapan dari sisi profesionalisme kerja.
Mutu pendidik juga penting. Tugas Pendidik adalah mengawal kualitas pendidikan, agar mutu
pendidikan bisa terjaga. Pembelajaran diarahkan untuk mendorong peserta didik mencari tahu
dari berbagai sumber observasi, dan bukan diberitahu, pembelajaran yang diarahkan untuk
mampu merumuskan masalah, bukan hanya menjawab masalah, pembelajaran yang diarahkan
untuk melatih berpikir analitis dan bukan berpikir mekanistis, serta pembelajaran yang
menekankan pentingnya kerjasama dan kolaborasi dalam menyelesaikan masalah.
Dari sekian banyak kelemahan (lembaga pendidikan, budaya, sikap mental, entrepreneurship,
kesanggupan bersaing, soft skill dan lain sebagainya), yang menyedihkan adalah belum adanya
kebijakan yang terintegrasi dari hulu ke hilir penyiapan Sumber Daya Manusia Indonesia.
Rangkaian penyiapan Sumber Daya Manusia Indonesia yang berkualitas harus terintegrasi,
estafetnya harus tegas, dan kualitasnya harus terus meningkat mulai dari hulu hingga hilir.
Bagaimana Pengembangan SDM dalam kerangka AFTA ?
“Penguatan SDM dalam kerangka AFTA, yaitu dengan pemetaan mutu, analisis kebutuhan mutu
serta perbaikan mutu untuk menyusun standar pendidikan. Kemudian keterampilan seperti apa
yang diperlukan lulusan perguruan tinggi untuk menghadapi AFTA. Ada lima keterampilan yang
harus dipenuhi, yaitu : kemampuan berkomunikasi secara verbal, kolaborasi, profesional di
bidangnya, mampu menulis dengan baik, serta kemampuan untuk memecahkan masalah.”, -Prof.
Suyanto, Ph.D-
Jika dalam konteks kewirausahaan, mengembangkan pola pikir (mindset) berwawasan AFTA ke
social business. Ada 4 AFTA mindset yang harus dikembangkan, yaitu pertumbuhan ekonomi,
kemajuan sosial, produksi dengan penghapusan hambatan perdagangan, dan foreign direct
investment (FDI), di mana keempatnya akan mendukung social business.”.
**
Dalam kesempatan Pelatihan Pelaksana Konstruksi Jalan. Saya sempat berbincang dengan
salahsatu Pejabat Balai Pendidikan dan Pelatihan Kementerian PU (saya lupa namanya).
Awalnya ngobrol biasa saja, sampai pada saat saya menanyakan tentang substansi AFTA 2015.
Dengan mimik serius dia menjawab, “Indonesia kalah persiapan dibanding negara lain. Ini fakta.
Makanya kita berkerja keras untuk (pelatihan) ini. Kami tidak mau kalian cuma jadi penonton.”.
Dampak AFTA Bagi Indonesia
[Ekonomi dan Keuangan]
KEINGINAN negara-negara ASEAN untuk mempercepat proses pencapaian AFTA (Kawasan
Perdagangan Bebas ASEAN) telah dilakukan sejak KTT V ASEAN pada 14-15 Desember 1995
di Bangkok. Pada KTT VI ASEAN di Hanoi (1998) disepakati ke-6 negara ASEAN (Brunei
Darussalam, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand) untuk mempercepat
pencapaian AFTA dari tahun 2002 menjadi 2003.
Dalam rangka mempercepat proses pencapaian AFTA tersebut ada langkah-langkah yang perlu
dilakukan, yaitu pencapaian tarif 0-5 persen sebesar 85 persen dari Inclusion List (IL) 2000, 90
persen dari IL 2001, dan 100 persen dari IL di 2002 dengan fleksibilitas. Langkah tersebut
dikenal dengan nama Bold Measures. Di samping itu dilakukan juga pemindahan produk
Temporary Exlusion List (TEL) ke IL, mengurangi daftar pengecualian umum (General
Exception List-Ge), serta pemindahan produk Sensitive List (SL) ke TEL dan penghapusan
hambatan non-tarif.
Untuk ASEAN baru (Cabombia, Laos, Myanmar dan Vietnam) pencapian tarif 0-5 persen pada
2003 untuk Vietnam dan 2005 untuk Laos dan Myanmar sedangkan untuk Cambodia 2007.
Sesuai kesepakatan ASEAN bahwa tingkat tarif nol persen pada 2003 bagi 60 persen sejumlah
pos tarif dalam IL, kecuali Singapura, Brunei Darussalam dan Malaysia.
Sehingga ketiga negara ASEAN lainnya (Indonesia, Filipina dan Thailand) harus bekerja keras
untuk menurunkan tarif sehingga mencapai target dimaksud. Indonesia baru mencapai 54,63
persen yang sebagian besar terdiri dari sektor textile and apparel, machinery and appliancem,
serta chemicals.
Dengan tingkat tarif yang rendah yaitu 0-5 persen pada 2003 akan memperbesar dan
meningkatkan perdagangan intra ASEAN. Tarif impor yang rendah akan mengakibatkan harga
pengadaan barang impor lebih rendah, sehingga meningkatkan daya beli bagi konsumen industri
maupun konsumen akhir.
Bagi konsumen industri, berarti peningkatan efisiensi pengadaan bahan baku, sehingga produk
akhirnya akan memiliki daya saing yang lebih tinggi. Bagi konsumen akhir, penurunan harga
barang konsumsi asal impor akan meningkatkan variasi alternatif barang di pasar dan persaingan
yang lebih ketat akan menurunkan harga, sehingga meningkatkan pemenuhan kebutuhan dan
kesejahteraan konsumen.
Penurunan tarif impor tentunya harus dibarengi dengan penghapusan non tarif barriers (NTB).
Penghapusan NTB ini sudah disepakati dalam sidang ke-8 Dewan AFTA (tingkat menteri) pada
10 Desember 1995 di Bangkok, yang menyebutkan negara-negara ASEAN menghapus NTB-nya
paling lambat tahun 2003. Adapun semua faktor di atas akan meningkatkan kegiatan ekonomi,
perdagangan dan investasi yang bakal menimbulkan suasana dan iklim kondusif bagi pengusaha.
Para pemimpin ASEAN pada KTT Infomal ASEAN ke-3 pada 28 November 1999 di Manila
sepakat mempercepat penghapusan bea masuk seluruh produk yang diperdagangkan di kawasan
AFTA dari tahun 2015 menjadi 2010 untuk enam negara ASEAN. Sedangkan untuk empat
negara ASEAN lainnya (negara baru) dipercepat dari tahun 2018 menjadi 2015.
Pencapaian tingkat tarif nol persen bagi seluruh produk di tahun 2010/2015 akan dilakukan
secara bertahap dan dimulai dengan pencapaian tingkat tarif nol persen pada 2003 sebanyak
minimal 60 persen sejumlah pos tarif dalam ILnya. Tahun 2010/2015 ASEAN merupakan
wilayah perdagangan bebas tanpa hambatan tarif (nol persen) yang mencakup seluruh batas-batas
negara anggotanya.
Pada KTT Informal ASEAn ke-4 di Singapura (24-25 November 2000) para kepala negara
menyoroti masalah integrasi kawasan sebagai tantangan yang dihadapi ASEAN, mengingat
masih adanya kesejangan antara negara-negara anggota lama dan anggota baru Asean. Dalam hal
ini, Indonesia menekankan perlunya diperhatikan solidaritas ASEAN, agar dalam persaingan
yang terjadi di ASEAN tidak ada negara-negara anggota yang ditinggalkan.
Dampak bagi RI
AFTA 2002 adalah komitmen lama yang secara hati-hati ditetapkan dan dilaksanakan secara
bertahap merupakan hasil pemikiran 10 negara, yang setelah disepakati bersama diharapkan
dapat memberikan suatu manfaat bersama. Jadi, bukan suatu cara yang membuat miskin salah
satu anggota atau bahkan 10 negara secara bersama.
Melaksanakan komitmen AFTA 2002 mungkin bukan pilihan ideal, namun merupakan opsi yang
lebih baik dibandingkan menunda sampai datang kondisi baik, yang bukan tidak mungkin setelah
penundaan, tiba waktunya lagi akan timbul keraguan dari pihak-pihak tertentu dan meminta
penundaan kembali dan seterusnya.
Bagi pengusaha Indonesia terutama yang terkait dalam kegiatan ekspor, pasar ASEAN
mempunyai jumlah penduduk sekitar 500 juta, sehingga merupakan peluang pasar yang lebih
besar. Demikian pula bagi pengusaha negara anggota ASEAN lainnya. Beberapa negara anggota
ASEAN memiliki daya beli lebih besar dibandingkan Indonesia.
Pasar yang sangat potensial ini akan memungkinkan berkembangnya usaha dengan pesat dan
menguntungkan. Di pihak lain, di pasar ASEAN yang tadinya terpisah, akan terintegrasi dan
tingkat persaingan regional akan lebih ketat. Pesaing yang tadinya hanya produsen Indonesia,
menjadi produsen ASEAN.
Dengan meningkatkan daya saing melalui efisiensi usaha, pengusaha Indonesia tidak saja dapat
survive, tetapi juga akan berkembang di pasar yang lebih besar. Tetapi bila gagal dalam
meningkatkan daya saing, berarti akan mengalami kesulitan. (mth)

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

JURNAL PDP VOL 4 NO 2 Benny Agus Setiono Strategi Menyongsong Masyarakat Ekon...
JURNAL PDP VOL 4 NO 2 Benny Agus Setiono Strategi Menyongsong Masyarakat Ekon...JURNAL PDP VOL 4 NO 2 Benny Agus Setiono Strategi Menyongsong Masyarakat Ekon...
JURNAL PDP VOL 4 NO 2 Benny Agus Setiono Strategi Menyongsong Masyarakat Ekon...bennyagussetiono
 
Putera Sampoerna Foundation Annual Report 2013
Putera Sampoerna Foundation Annual Report 2013Putera Sampoerna Foundation Annual Report 2013
Putera Sampoerna Foundation Annual Report 2013Zaqi Silverano
 
Putera Sampoerna Foundation Annual Report 2012
Putera Sampoerna Foundation Annual Report 2012Putera Sampoerna Foundation Annual Report 2012
Putera Sampoerna Foundation Annual Report 2012Zaqi Silverano
 
Usahawan 2018
Usahawan 2018Usahawan 2018
Usahawan 2018raffaee
 
Majalah Produk Double Track
Majalah Produk Double TrackMajalah Produk Double Track
Majalah Produk Double TrackFajar Baskoro
 
Makalah Asean Ekonomi Comunity (AEC)
Makalah Asean Ekonomi Comunity (AEC)Makalah Asean Ekonomi Comunity (AEC)
Makalah Asean Ekonomi Comunity (AEC)Irvan Berutu
 
Opportunites and Challenges AEC 2015
Opportunites and Challenges AEC 2015Opportunites and Challenges AEC 2015
Opportunites and Challenges AEC 2015Dede Putra Andika
 
Musni Umar: Evaluasi 2013 dan Harapan 2014 Diperlukan Perubahan untuk Mewuju...
Musni Umar:  Evaluasi 2013 dan Harapan 2014 Diperlukan Perubahan untuk Mewuju...Musni Umar:  Evaluasi 2013 dan Harapan 2014 Diperlukan Perubahan untuk Mewuju...
Musni Umar: Evaluasi 2013 dan Harapan 2014 Diperlukan Perubahan untuk Mewuju...musniumar
 
Full - buku zonasi-- nov 2018 a5 cs5
Full  - buku zonasi-- nov 2018 a5 cs5Full  - buku zonasi-- nov 2018 a5 cs5
Full - buku zonasi-- nov 2018 a5 cs5Fajar Baskoro
 
2 perumusan gagasan awal menghadapi peluang dan tantangan mea 2015 (agus)
2 perumusan gagasan awal menghadapi peluang dan tantangan mea 2015 (agus)2 perumusan gagasan awal menghadapi peluang dan tantangan mea 2015 (agus)
2 perumusan gagasan awal menghadapi peluang dan tantangan mea 2015 (agus)putra prasojo
 
Tenaga Kerja Asing di Indonesia
Tenaga Kerja Asing di IndonesiaTenaga Kerja Asing di Indonesia
Tenaga Kerja Asing di IndonesiaElma Maa
 
Pasar Tunggal ASEAN 2015, Diplomasi Indonesia dan Penguatan Kapasitas Tenaga ...
Pasar Tunggal ASEAN 2015, Diplomasi Indonesia dan Penguatan Kapasitas Tenaga ...Pasar Tunggal ASEAN 2015, Diplomasi Indonesia dan Penguatan Kapasitas Tenaga ...
Pasar Tunggal ASEAN 2015, Diplomasi Indonesia dan Penguatan Kapasitas Tenaga ...Perpus Maya
 
Visi indonesia-2045-negara-kesejahteraan
Visi indonesia-2045-negara-kesejahteraanVisi indonesia-2045-negara-kesejahteraan
Visi indonesia-2045-negara-kesejahteraanHery Rock
 

Was ist angesagt? (18)

JURNAL PDP VOL 4 NO 2 Benny Agus Setiono Strategi Menyongsong Masyarakat Ekon...
JURNAL PDP VOL 4 NO 2 Benny Agus Setiono Strategi Menyongsong Masyarakat Ekon...JURNAL PDP VOL 4 NO 2 Benny Agus Setiono Strategi Menyongsong Masyarakat Ekon...
JURNAL PDP VOL 4 NO 2 Benny Agus Setiono Strategi Menyongsong Masyarakat Ekon...
 
Putera Sampoerna Foundation Annual Report 2013
Putera Sampoerna Foundation Annual Report 2013Putera Sampoerna Foundation Annual Report 2013
Putera Sampoerna Foundation Annual Report 2013
 
Putera Sampoerna Foundation Annual Report 2012
Putera Sampoerna Foundation Annual Report 2012Putera Sampoerna Foundation Annual Report 2012
Putera Sampoerna Foundation Annual Report 2012
 
Usahawan 2018
Usahawan 2018Usahawan 2018
Usahawan 2018
 
Majalah Produk Double Track
Majalah Produk Double TrackMajalah Produk Double Track
Majalah Produk Double Track
 
MP3EI
MP3EIMP3EI
MP3EI
 
Hari Sarjana Nasional
Hari Sarjana NasionalHari Sarjana Nasional
Hari Sarjana Nasional
 
Makalah Asean Ekonomi Comunity (AEC)
Makalah Asean Ekonomi Comunity (AEC)Makalah Asean Ekonomi Comunity (AEC)
Makalah Asean Ekonomi Comunity (AEC)
 
Opportunites and Challenges AEC 2015
Opportunites and Challenges AEC 2015Opportunites and Challenges AEC 2015
Opportunites and Challenges AEC 2015
 
Musni Umar: Evaluasi 2013 dan Harapan 2014 Diperlukan Perubahan untuk Mewuju...
Musni Umar:  Evaluasi 2013 dan Harapan 2014 Diperlukan Perubahan untuk Mewuju...Musni Umar:  Evaluasi 2013 dan Harapan 2014 Diperlukan Perubahan untuk Mewuju...
Musni Umar: Evaluasi 2013 dan Harapan 2014 Diperlukan Perubahan untuk Mewuju...
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Full - buku zonasi-- nov 2018 a5 cs5
Full  - buku zonasi-- nov 2018 a5 cs5Full  - buku zonasi-- nov 2018 a5 cs5
Full - buku zonasi-- nov 2018 a5 cs5
 
Escooter
EscooterEscooter
Escooter
 
2 perumusan gagasan awal menghadapi peluang dan tantangan mea 2015 (agus)
2 perumusan gagasan awal menghadapi peluang dan tantangan mea 2015 (agus)2 perumusan gagasan awal menghadapi peluang dan tantangan mea 2015 (agus)
2 perumusan gagasan awal menghadapi peluang dan tantangan mea 2015 (agus)
 
Tenaga Kerja Asing di Indonesia
Tenaga Kerja Asing di IndonesiaTenaga Kerja Asing di Indonesia
Tenaga Kerja Asing di Indonesia
 
Pasar Tunggal ASEAN 2015, Diplomasi Indonesia dan Penguatan Kapasitas Tenaga ...
Pasar Tunggal ASEAN 2015, Diplomasi Indonesia dan Penguatan Kapasitas Tenaga ...Pasar Tunggal ASEAN 2015, Diplomasi Indonesia dan Penguatan Kapasitas Tenaga ...
Pasar Tunggal ASEAN 2015, Diplomasi Indonesia dan Penguatan Kapasitas Tenaga ...
 
Makalah anggaran pendidikan
Makalah anggaran pendidikanMakalah anggaran pendidikan
Makalah anggaran pendidikan
 
Visi indonesia-2045-negara-kesejahteraan
Visi indonesia-2045-negara-kesejahteraanVisi indonesia-2045-negara-kesejahteraan
Visi indonesia-2045-negara-kesejahteraan
 

Ähnlich wie Afta 2015

Masyarakat Ekonomi ASEAN
Masyarakat Ekonomi ASEANMasyarakat Ekonomi ASEAN
Masyarakat Ekonomi ASEANikbalbale95
 
Strategi Indonesia dalam menghadapi AEC 2015
Strategi Indonesia dalam menghadapi AEC 2015Strategi Indonesia dalam menghadapi AEC 2015
Strategi Indonesia dalam menghadapi AEC 2015W.R. Putra
 
Peran ismafarsi dalam asean economic community (aec) 2015
Peran ismafarsi dalam asean economic community (aec) 2015Peran ismafarsi dalam asean economic community (aec) 2015
Peran ismafarsi dalam asean economic community (aec) 2015ayufatmala
 
Menggali potensi perkembangan dunia farmasi melalui ismafarsi
Menggali potensi perkembangan dunia farmasi melalui ismafarsiMenggali potensi perkembangan dunia farmasi melalui ismafarsi
Menggali potensi perkembangan dunia farmasi melalui ismafarsiReyhan Amiruddin
 
Peran Mahasiswa dalam Menghadapi AEC
Peran Mahasiswa dalam Menghadapi AECPeran Mahasiswa dalam Menghadapi AEC
Peran Mahasiswa dalam Menghadapi AECRasyeda Aufa
 
Sambutan musrenprov ntt 220410
Sambutan musrenprov ntt 220410Sambutan musrenprov ntt 220410
Sambutan musrenprov ntt 220410Dadang Solihin
 
Peran ismafarsi dalam menghadapi asean economic community 2015 #ISMAFARSI #Me...
Peran ismafarsi dalam menghadapi asean economic community 2015 #ISMAFARSI #Me...Peran ismafarsi dalam menghadapi asean economic community 2015 #ISMAFARSI #Me...
Peran ismafarsi dalam menghadapi asean economic community 2015 #ISMAFARSI #Me...izzanailia
 
gambaran indonesia 15 tahun yang akan datang khususnya dalam dunia pendidikan
gambaran indonesia 15 tahun yang akan datang khususnya dalam dunia pendidikangambaran indonesia 15 tahun yang akan datang khususnya dalam dunia pendidikan
gambaran indonesia 15 tahun yang akan datang khususnya dalam dunia pendidikanYayu Ferdian
 
Full buku 1- double track -inovasi jatim siap kerja
Full buku 1- double track -inovasi jatim siap kerjaFull buku 1- double track -inovasi jatim siap kerja
Full buku 1- double track -inovasi jatim siap kerjaFajar Baskoro
 
Buku DT-3 Membangun Entrepreneur melalui KUS
Buku DT-3  Membangun Entrepreneur melalui KUSBuku DT-3  Membangun Entrepreneur melalui KUS
Buku DT-3 Membangun Entrepreneur melalui KUSFajar Baskoro
 
Permasalahan, sejarah dan perkembangan umkm
Permasalahan, sejarah dan perkembangan umkmPermasalahan, sejarah dan perkembangan umkm
Permasalahan, sejarah dan perkembangan umkmAzzamKhalidy
 
Indonesia Butuh Pendalaman Pasar Modal
Indonesia Butuh Pendalaman Pasar ModalIndonesia Butuh Pendalaman Pasar Modal
Indonesia Butuh Pendalaman Pasar ModalDian Sari Pertiwi
 
Full buku 2-double track dalam gambar
Full buku 2-double track dalam gambarFull buku 2-double track dalam gambar
Full buku 2-double track dalam gambarFajar Baskoro
 
Paper Indonesia sebagai kiblat ekonomi asean
Paper Indonesia sebagai kiblat ekonomi aseanPaper Indonesia sebagai kiblat ekonomi asean
Paper Indonesia sebagai kiblat ekonomi aseanYusuf Darismah
 
ISMAFARSI SEBAGAI GENERASI YANG BERPARTISIPASI DALAM MENJAGA STABILITAS POLIT...
ISMAFARSI SEBAGAI GENERASI YANG BERPARTISIPASI DALAM MENJAGA STABILITAS POLIT...ISMAFARSI SEBAGAI GENERASI YANG BERPARTISIPASI DALAM MENJAGA STABILITAS POLIT...
ISMAFARSI SEBAGAI GENERASI YANG BERPARTISIPASI DALAM MENJAGA STABILITAS POLIT...Fauzta Norma Ayu A.
 
ANALISIS SOAR DI SMP PGRI KABUPATEN .docx
ANALISIS SOAR DI SMP PGRI KABUPATEN .docxANALISIS SOAR DI SMP PGRI KABUPATEN .docx
ANALISIS SOAR DI SMP PGRI KABUPATEN .docxBRofiatulNurhasanah
 
Buku panduan program mahasiswa wirausaha
Buku panduan program mahasiswa wirausahaBuku panduan program mahasiswa wirausaha
Buku panduan program mahasiswa wirausahaMAC Co. Ltd.
 

Ähnlich wie Afta 2015 (20)

Masyarakat Ekonomi ASEAN
Masyarakat Ekonomi ASEANMasyarakat Ekonomi ASEAN
Masyarakat Ekonomi ASEAN
 
Strategi Indonesia dalam menghadapi AEC 2015
Strategi Indonesia dalam menghadapi AEC 2015Strategi Indonesia dalam menghadapi AEC 2015
Strategi Indonesia dalam menghadapi AEC 2015
 
Peran ismafarsi dalam asean economic community (aec) 2015
Peran ismafarsi dalam asean economic community (aec) 2015Peran ismafarsi dalam asean economic community (aec) 2015
Peran ismafarsi dalam asean economic community (aec) 2015
 
Menggali potensi perkembangan dunia farmasi melalui ismafarsi
Menggali potensi perkembangan dunia farmasi melalui ismafarsiMenggali potensi perkembangan dunia farmasi melalui ismafarsi
Menggali potensi perkembangan dunia farmasi melalui ismafarsi
 
Peran Mahasiswa dalam Menghadapi AEC
Peran Mahasiswa dalam Menghadapi AECPeran Mahasiswa dalam Menghadapi AEC
Peran Mahasiswa dalam Menghadapi AEC
 
Sambutan musrenprov ntt 220410
Sambutan musrenprov ntt 220410Sambutan musrenprov ntt 220410
Sambutan musrenprov ntt 220410
 
Peran ismafarsi dalam menghadapi asean economic community 2015 #ISMAFARSI #Me...
Peran ismafarsi dalam menghadapi asean economic community 2015 #ISMAFARSI #Me...Peran ismafarsi dalam menghadapi asean economic community 2015 #ISMAFARSI #Me...
Peran ismafarsi dalam menghadapi asean economic community 2015 #ISMAFARSI #Me...
 
gambaran indonesia 15 tahun yang akan datang khususnya dalam dunia pendidikan
gambaran indonesia 15 tahun yang akan datang khususnya dalam dunia pendidikangambaran indonesia 15 tahun yang akan datang khususnya dalam dunia pendidikan
gambaran indonesia 15 tahun yang akan datang khususnya dalam dunia pendidikan
 
Full buku 1- double track -inovasi jatim siap kerja
Full buku 1- double track -inovasi jatim siap kerjaFull buku 1- double track -inovasi jatim siap kerja
Full buku 1- double track -inovasi jatim siap kerja
 
Buku DT-3 Membangun Entrepreneur melalui KUS
Buku DT-3  Membangun Entrepreneur melalui KUSBuku DT-3  Membangun Entrepreneur melalui KUS
Buku DT-3 Membangun Entrepreneur melalui KUS
 
Permasalahan, sejarah dan perkembangan umkm
Permasalahan, sejarah dan perkembangan umkmPermasalahan, sejarah dan perkembangan umkm
Permasalahan, sejarah dan perkembangan umkm
 
Indonesia Butuh Pendalaman Pasar Modal
Indonesia Butuh Pendalaman Pasar ModalIndonesia Butuh Pendalaman Pasar Modal
Indonesia Butuh Pendalaman Pasar Modal
 
Full buku 2-double track dalam gambar
Full buku 2-double track dalam gambarFull buku 2-double track dalam gambar
Full buku 2-double track dalam gambar
 
Selamat datang mea
Selamat datang meaSelamat datang mea
Selamat datang mea
 
Selamat datang mea
Selamat datang meaSelamat datang mea
Selamat datang mea
 
Development evaluation (041115)
Development evaluation (041115)Development evaluation (041115)
Development evaluation (041115)
 
Paper Indonesia sebagai kiblat ekonomi asean
Paper Indonesia sebagai kiblat ekonomi aseanPaper Indonesia sebagai kiblat ekonomi asean
Paper Indonesia sebagai kiblat ekonomi asean
 
ISMAFARSI SEBAGAI GENERASI YANG BERPARTISIPASI DALAM MENJAGA STABILITAS POLIT...
ISMAFARSI SEBAGAI GENERASI YANG BERPARTISIPASI DALAM MENJAGA STABILITAS POLIT...ISMAFARSI SEBAGAI GENERASI YANG BERPARTISIPASI DALAM MENJAGA STABILITAS POLIT...
ISMAFARSI SEBAGAI GENERASI YANG BERPARTISIPASI DALAM MENJAGA STABILITAS POLIT...
 
ANALISIS SOAR DI SMP PGRI KABUPATEN .docx
ANALISIS SOAR DI SMP PGRI KABUPATEN .docxANALISIS SOAR DI SMP PGRI KABUPATEN .docx
ANALISIS SOAR DI SMP PGRI KABUPATEN .docx
 
Buku panduan program mahasiswa wirausaha
Buku panduan program mahasiswa wirausahaBuku panduan program mahasiswa wirausaha
Buku panduan program mahasiswa wirausaha
 

Mehr von Annisa Khoerunnisya (20)

Pajak bab 19 20
Pajak bab 19 20Pajak bab 19 20
Pajak bab 19 20
 
Pajak bab 12 13 fix
Pajak bab 12 13 fixPajak bab 12 13 fix
Pajak bab 12 13 fix
 
Akuntansi perpajakan ppt
Akuntansi perpajakan pptAkuntansi perpajakan ppt
Akuntansi perpajakan ppt
 
Bab9 kel10 manajemen investasi_akt4
Bab9 kel10 manajemen investasi_akt4Bab9 kel10 manajemen investasi_akt4
Bab9 kel10 manajemen investasi_akt4
 
Bab8 kel10 manajemen investasi_akt4
Bab8 kel10 manajemen investasi_akt4Bab8 kel10 manajemen investasi_akt4
Bab8 kel10 manajemen investasi_akt4
 
Mi bab5 kel10_revisii
Mi bab5 kel10_revisiiMi bab5 kel10_revisii
Mi bab5 kel10_revisii
 
Bab3 kel10 mi
Bab3 kel10 miBab3 kel10 mi
Bab3 kel10 mi
 
kerusakan bahan pangan
kerusakan bahan pangankerusakan bahan pangan
kerusakan bahan pangan
 
Ekop bab15 kel4_akt2.ppt
Ekop bab15 kel4_akt2.pptEkop bab15 kel4_akt2.ppt
Ekop bab15 kel4_akt2.ppt
 
Ekop bab14 kel4_akt2
Ekop bab14 kel4_akt2Ekop bab14 kel4_akt2
Ekop bab14 kel4_akt2
 
Ekop bab12 kel4_akt2.ppt
Ekop bab12 kel4_akt2.pptEkop bab12 kel4_akt2.ppt
Ekop bab12 kel4_akt2.ppt
 
Ekop bab11 kel4_akt2
Ekop bab11 kel4_akt2Ekop bab11 kel4_akt2
Ekop bab11 kel4_akt2
 
Ekop bab9 kel4_akt2.ppt
Ekop bab9 kel4_akt2.pptEkop bab9 kel4_akt2.ppt
Ekop bab9 kel4_akt2.ppt
 
Ekop bab8 kel4_akt2
Ekop bab8 kel4_akt2Ekop bab8 kel4_akt2
Ekop bab8 kel4_akt2
 
Ekop bab6 kel4_akt2
Ekop bab6 kel4_akt2Ekop bab6 kel4_akt2
Ekop bab6 kel4_akt2
 
Ekop bab3 kel4_akt2
Ekop bab3 kel4_akt2Ekop bab3 kel4_akt2
Ekop bab3 kel4_akt2
 
Ekop bab2 kel4_akt2
Ekop bab2 kel4_akt2Ekop bab2 kel4_akt2
Ekop bab2 kel4_akt2
 
Kombis bab16 kel9_akt2
Kombis bab16 kel9_akt2Kombis bab16 kel9_akt2
Kombis bab16 kel9_akt2
 
Kombis bab11 kel9_akt2
Kombis bab11 kel9_akt2Kombis bab11 kel9_akt2
Kombis bab11 kel9_akt2
 
Kombis bab7 kel9_akt2
Kombis bab7 kel9_akt2Kombis bab7 kel9_akt2
Kombis bab7 kel9_akt2
 

Kürzlich hochgeladen

Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...asepsaefudin2009
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiaNILAMSARI269850
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...MetalinaSimanjuntak1
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMIGustiBagusGending
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSdheaprs
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatanssuser963292
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasarrenihartanti
 

Kürzlich hochgeladen (20)

Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
 

Afta 2015

  • 1. AFTA 2015 dan Ketidaksiapan SDM Indonesia Selasa, 12 Agustus 2014 | Dibaca 9.150 kali Url Berita Oleh: Drs. Riduan Siagian, SH, MH, MM. Kurang dari satu tahun, negara-negara yang tergabung da-lam ASEAN, akan memasuki penerapan perdagangan bebas di kawasan Asia Tenggara yang dinamai Free Trade Area (AFTA) yang mulai berlaku tahun 2015. Tujuannya agar bisa meningkatkan daya saing ekonomi kawasan ASEAN di dunia. Secara umum, banyak peluang keuntungan yang akan didapat Indonesia saat diberlakukannya AFTA 2015. Salah satunya adalah akan mempermudah masyarakat Indonesia bekerja di negara-negara ASEAN. Hal ini tentunya dengan syarat bahwa SDM Indonesia telah ’siap pakai’ sebagai tenaga kerja luar negeri dengan tingkat keahlian yang memadai. Lalu pertanyaannya, apakah Indonesia telah siap dalam hal ini? Apakah putera-puteri Indonesia telah siap secara profesional di bursa kerja ASEAN? Ketidaksiapan SDM Indonesia Kalau mau jujur, sebetulnya sudah bukan waktunya lagi mempertanyakan kesiapan Indonesia menghadapi ASEAN AFTA. Siap atau pun tidak, kita tak bisa lari dari kenyataan penerapan perdagangan bebas di kawasan Asia Tenggara mulai 2015.Waktu untuk berbenah tidak banyak, kurang dari setahun. Namun secara kasat mata kita melihat kelapangan, jawaban dari pertanyaan tersebut adalah: “Indonesia Tidak Siap!” Mengapa? Karena Indonesia belum memiliki modal yang menjanjikan agar cukup untuk dikatakan “siap”. Indonesia masih memiliki banyak “pekerjaan rumah” yang belum sempat diselesaikan, dan hal ini akan menghambat bahkan justru akan menjatuhkan Indonesia dalam persaingan global yang kompetitif. Jika ditilik dari kompetensi sumber daya Indonesia, Indonesia masih tertinggal jauh dibandingkan negara-negara penggagas AFTA lainnya. Hal ini dibuktikan berdasarkan indeks kompetensi yang dikeluarkan oleh World Economic Forum pada tahun 2013, bahwa Indonesia menempati urutan ke-50 atau lebih rendah dari Singapura (ke-2), Malaysia (ke-20), dan Thailand (ke-30). Rendahnya kompetensi sumber daya Indonesia diperoleh dari faktor-faktor yang saling berkaitan seperti: tenaga kerja/ahli profesi yang tidak memiliki kualifikasi mumpuni; minimnya pelaksanaan sertifikasi kompetensi; belum sesuainya kurikulum di sekolah menengah dengan keahlian profesi; serta sumber daya manusia di Indonesia yang sangat berlimpah namun belum dapat dioptimalkan oleh pemerintah. Oleh karena itu, Indonesia dikatakan belum siap untuk menghadapi kuatnya persaingan tenaga kerja AFTA 2015 karena tenaga kerja Indonesia sendiri tidak akan cukup banyak yang mampu memenuhi standar yang dibutuhkan. Standar tersebut akan selalu meningkat seiring dengan tingginya persaingan kemampuan, keterampilan, pengetahuan, maupun kemampuan berbahasa, antar tenaga kerja negara-negara South-East.
  • 2. Disamping itu, menurut catatan BPS pada Agustus 2013, bahwa pengganguran terbuka di Indonesia mencapai 6,25 persen. Angkatan kerja di Indonesia pada Agustus 2013 mencapai 118,2 juta orang. Dari sumber yang sama kita dapati bahwa masih ada lebih dari 360 ribu orang sarjana yang menganggur di negeri kita. Angka yang sangat mencengangkan sekaligus memprihatinkan. Jika sekarang saja para sarjana sulit mencari kerja, apalagi tamatan SMA, SMP dan SD, tentunya akan lebih sulit lagi, terlebih menjelang diterapkannya AFTA 2015, bayang- bayang akan ledakan pengangguran terdidik akan semakin nyata. Terlebih dengan dibukanya AFTA 2015 bisa dipastikan banyak tenaga kerja dari luar negeri masuk ke Indonesia. Sementara orang Indonesia kebanyakan mengirim tenaga kerja keluar negeri bukan sebagai tenaga ahli, melainkan tenaga kerja seperti pembantu rumah tangga, sopir, dan pekerja kasar di pabrik-pabrik, perkebunan atau di rumah tangga. Sedangkan negara lain mengirim tenaga kerja yang terdidik dan terlatih sehingga dia bekerja pada posisi sebagai manajer atau tenaga ahli di Indonesia. Dengan diterapkan AFTA 2015, banyaknya tenaga kerja dari luar negeri yang akan menggeser dan mengisi tenaga kerja dari Indonesia, dan sudah bisa dipastikan semakin banyak pengangguran di Indonesia. Segenap rakyat Indonesia yang belum siap /dipersiapkan oleh pemerintahnya untuk menghadapi AFTA 2015, kemudian hanya akan menjadi ‘korban’ yang semakin dikalahkan dalam percaturan global antarbangsa. Pembenahan SDM Meski AFTA 2015, merupakan ‘buah simalakama’ yang dipaksakan/dijejalkan ke dalam mulut seluruh rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke untuk dimakan. Mau tidak makan juga mati, mau makan juga mati. Siap tidak siap harus siap. Bagaimana caranya untuk siap, ketika AFTA 2015, sepertinya masih berupa sebuah euforia bagi pemerintah, baik Pemda dan pusat yang saat ini sepertinya masih tidur pulas dan kurang tanggap untuk mempersiapkan masyarakatnya agar menjadi lebih siap dalam berbagai aspek untuk menghadapi semua tantangan ini untuk dijadikan peluang menjadi lebih sejahtera dan bermartabat di pentas Asia? Diwaktu yang semakin sempit ini, ada banyak hal penting yang bisa membuat Indonesia bisa bertahan, atau bahkan bisa memanfaatkan AFTA 2015 untuk kemajuan bangsa ini. Tentunya dengan harapan pemerintah memahami prioritas masalah yang harus diselesaikan dan kekurangan yang perlu ditingkatkan. Nah, prioritas pemerintah saat ini maupun pemerintah yang terpilih pasca pilpres 9 Juli 2014 nanti, yaitu memfokuskan perhatian dalam pembenahan SDM melalui perbaikan pendidikan di Indonesia yang harus mendukung daya saing dan dayaguna agar lulusan yang dihasilkan bisa bekerja dan bersaing di perusahaan atau industri tidak hanya di Indonesia tetapi juga negara lain. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan kompetensi, pola pikir adalah aspek penting yang perlu diperhatikan. Pola pikir tenaga kerja maupun calon tenaga kerja harus mulai disesuaikan dengan tren abad ke-21, antara lain: pembelajaran yang mendorong manusia untuk mencari tahu dari berbagai sumber observasi; pembelajaran yang diarahkan untuk mampu merumuskan masalah, bukan hanya menjawab masalah; pembelajaran yang diarahkan untuk melatih berfikir analitis dan bukan berfikir mekanistis, serta pembelajaran yang menekankan pentingnya
  • 3. kerjasama dan kolaborasi dalam menyelesaikan masalah. Hal ini harus sudah mulai dibentuk sejak memasuki dunia pendidikan tingkat tinggi seperti SMA dan PerguruanTinggi. Yang kedua, masalah Usaha Kecil Menengah (UKM) yang kalah saing dengan industri dari luar negeri maupun dari dalam negeri. Ini membuat para pelaku UKM di Indonesia merasa terancam. Maka dalam hal ini, pemerintah harus turun tangan membantu. Pemerintah bisa membantu dengan bekerja sama dengan pihak perbankan untuk memberikan kredit usaha bagi pengusaha UKM. Yang terakhir, Pemerintah harus menerapkan aturan agar kepentingan warga dan kepentingan dari luar negeri tidak bersinggungan yang menyebabkan terjadinya masalah atau benturan di kemudian hari. Akhirnya, penerapan perdagangan bebas di kawasan Asia Tenggara mulai 2015, sudah didepan mata. Siap ataupun tidak, kita tak bisa lari dari kenyataan. Maka di waktu yang semakin sempit ini, marilah bekerja keras menyiapkan diri untuk menjadi pemenang dalam percaturan di kawasan Asia Tenggara.*** ASEAN Memasuki AFTA 2015, Siapkah Indonesia? Samuel 25 Feb 2014 | 11:18 Indonesia bersama Negara-negara ASEAN lainnya akan memulai ASEAN Free Trade Agreement (AFTA) pada tahun 2015. Perjanjian yang sudah dirumuskan dan disepakati 22 tahun yang lalu itu akhirnya akan dijalankan sebagai komitmen Negara-negara ASEAN mewujudkan slogan “Satu ASEAN”. Dengan diberlakukannya AFTA, Asia Tenggara akan memasuki era perdagangan bebas, dimana batasan Negara tidak lagi menjadi sebuah kendala bagi kegiatan ekonomi. Secara garis besar, penerapan AFTA memberikan peluang yang besar bagi Negara-negara pesertanya. Pasar yang besar di lokasi yang strategis merupakan salah satu peluang yang sangat menggiurkan bagi pelaku ekonomi Negara-negara ASEAN. Pasar Asia Tenggara memang sangat dilirik oleh banyak Negara
  • 4. di seluruh dunia karena lokasinya yang sangat strategis, jumlah penduduk yang cukup besar, dan kekayaan alam sebagai aset yang sangat berharga yang dimiliki oleh Negara-negara di Asia Tenggara. Peluang ini seharusnya dapat dimanfaatkan oleh Negara-negara peserta AFTA (termasuk Indonesia) untuk memajukan perekonomiannya dan memberikan manfaat ekonomi yang merata bagi setiap penduduknya. Setiap Negara yang terlibat sedang mempersiapkan diri agar dapat memperoleh manfaat dari pemberlakuan AFTA ini. Bagaimana dengan Indonesia? Indonesia pun juga sedang berusaha mempersiapkan diri menghadapi AFTA. Hal ini dapat dilihat dari pembangunan dan pengembangan infrastruktur penting, seperti bandara dan pelabuhan, di berbagai tempat di Indonesia. Reformasi prosedur dan birokrasi juga mulai diinisiasi untuk memberikan pelayanan sosial dan ekonomi yang lebih baik. Hal ini merupakan langkah membangun pondasi yang solid untuk ketahanan ekonomi Negara menghadapi pasar bebas. Sayangnya, untuk jangka waktu AFTA yang tinggal setahun lagi, pembangunan dan reformasi ini dapat dikatakan telat. Singapura telah menyelesaikannya jauh sebelum hari ini, dan membuatnya menjadi Negara yang paling siap untuk menghadapi AFTA. Selain di bidang infrastruktur dan birokrasi, Indonesia juga masih tertinggal dari segi pendidikan. Masih banyak penduduk Indonesia yang tidak bisa menikmati pendidikan dan kualitas pendidikan di Indonesia masih jauh dari harapan. Hal ini sangat melemahkan daya saing Indonesia di dalam pasar bebas, dan menciptakan resiko Indonesia hanya bisa menjadi budak pasar bebas dan penonton kesuksesan ekonomi negara-negara ASEAN lain. Di samping itu, tingkat absorpsi teknologi masyarakat Indonesia yang masih rendah membuat produk Indonesia masih kalah saing dengan produk Negara-negara high- tech industry di ASEAN dari segi biaya dan/atau kualitas. Indonesia mau tidak mau harus secepat mungkin mengejar ketertinggalan-ketertinggalan tersebut agar dapat bersaing di dalam AFTA, dan bukan menjadi korban yang tereksploitasi oleh karena AFTA. Agar dapat mengejar ketertinggalan tersebut, peran pemerintah Indonesia sangat besar. Pemerintah harus mampu membangun kemandirian Bangsa Indonesia agar dapat kuat menghadapi perdagangan bebas. Namun, saat ini pemerintah terkesan kurang peduli akan kemandirian bangsa tersebut. Kegiatan impor berbagai barang kebutuhan dan komoditas yang sebenarnya dapat diproduksi di dalam negeri adalah bukti kurangnya dukungan pemerintah akan produksi dalam negeri. Kurangnya penghargaan pemerintah Indonesia bagi para peneliti dan penemu juga menjadi masalah yang sebenarnya sangat disayangkan, mengingat peneliti dan penemu merupakan elemen penting dalam memunculkan inovasi- inovasi yang dapat menjadi kekuatan ekonomi suatu bangsa. Pemerintah harus berbenah dan memiliki keberanian untuk menjaga agar Bangsa Indonesia tidak menjadi pihak yang dirugikan maupun dieksploitasi oleh praktik perdagangan bebas. Pemerintah Indonesia harus memiliki pola pikir sebagai pemimpin pasar, tidak boleh menjadi pihak yang dapat dengan mudah dipengaruhi dan didikte oleh Negara lain, dan mengorbankan rakyat untuk kepentingan
  • 5. pribadi dan Negara lain. Pemerintah Indonesia harus selalu teguh berjuang bagi kesejahteraan rakyat Indonesia. Di sisi lain, pemberlakuan AFTA menuntut transformasi mental dan pola pikir masyarakat Indonesia. Peluang yang diberikan AFTA sangat besar, namun tidak dapat dicapai tanpa adanya usaha untuk meraihnya. Masyarakat Indonesia harus berubah dari yang sebelumnya gemar menunggu peluang datang menjadi lebih proaktif dalam mencari dan meraih peluang. Setiap masyarakat Indonesia perlu memiliki pola pikir seorang entrepreneur, yang selalu aktif mencari peluang dan berani mengambil resiko untuk menjalankannya. Selain itu, profesionalisme juga harus dimiliki oleh setiap masyarakat Indonesia untuk mendukung produk dan jasa Indonesia yang berkualitas baik dan mampu menjadi pioneer di pasar bebas ASEAN. Selain itu, masyarakat Indonesia juga perlu mengubah kebiasaannya mengagungkan produk luar negeri dan mulai mengapresiasi produk dalam negeri. Budaya apresiasi produk dalam negeri akan mendorong berkembangnya merek-merek dalam negeri dan membuat posisi Indonesia menjadi kuat secara ekonomi di ASEAN. AFTA memang memberikan banyak peluang dan tantangan, dan Indonesia masih memiliki banyak masalah yang harus diselesaikan supaya dapat menikmati manfaat dari AFTA. Namun, saya yakin Indonesia bisa menjadi pioneer dalam perdagangan bebas ASEAN, asalkan Indonesia dengan cepat mengejar ketertinggalan dari Negara lain dari segi infrastruktur, birokrasi, pendidikan, dan teknologi, memiliki pemerintah yang pro kepentingan rakyat, dan mengubah pola pikir masyarakat agar lebih proaktif meraih peluang yang ada serta menumbuhkan kecintaan masyarakat akan produk dalam negeri. Indonesia mungkin akan mengalami kesulitan yang besar di awal penerapan AFTA tahun 2015. Namun, apabila hal-hal di atas terus diperjuangkan oleh pemerintah dan rakyat Indonesia, maka dalam 2-3 tahun ke depan Indonesia sudah mulai mapan dan siap melesat lebih jauh di dalam pasar bebas ASEAN. -- Samuel N, 2014 AFTA 2015 Bisa Ciptakan “Bencana” Bagiamana nasib Indonesia nanti ketika ASEAN Free Trade Area (AFTA) 2015 mulai diberlakukan? Jika menyimak kondisi terakhir dewasa ini, boleh jadi Indonesia akan menjadi negara yang “gagap” menghadapi AFTA 2015 karena belum memiliki kesiapsiagaan cukup kuat. Jangan-jangan, pemberlakukan AFTA 2015 nanti bisa menimbulkan “bencana” yang dapat menimbulkan banyak kerugian bagi masyarakat Indonesia. Menurut Philip Kotler (dkk), sebuah bangsa dapat berkembang maju di era globalisasi jika mampu melakukan persiapan dengan baik, antara lain menyiapkan pembangunan infrastruktur fisik, infrastruktur teknologi, kekuatan human capital dan dukungan infrastruktur untuk usaha kecil. Namun
  • 6. menjelang AFTA 2015 ini, Indonesia tampaknya belum mampu melakukan persiapan dengan baik. Setidaknya hal itu dapat dilihat dalam beberapa indikator yang akan diuraikan di bawah. Kekuatan Human Capital Indonesia di ASEAN Walau memiliki jumlah penduduk paling besar di ASEAN, jika dari sisi kekuatanhuman capital, Indonesia terbilang masih tertinggal dengan beberapa negara tetangga. Hal itu dapat dilihat dari angka Human Development Index (HDI) yang diukur berdasarkan beberapa indikator (pendidikan, angka harapan hidup dan pendapatan nasional). Memang benar, dalam beberapa tahun terakhir ini angka HDI Indonesia yang diumumkan secara rutin oleh United Nations Development Programme (UNDP) terus mengalami peningkatan. Namun angka HDI Indonesia terbilang masih rendah, yakni hanya sebesar 0,629 dan tergabung dalam kelompok negara dengan HDI katagori Medium human development.[Lihat table di bawah] Dari tabel di atas tampak jelas, dari 10 negara tetangga di Asia Tenggara, HDI Indonesia hanya berada pada urutan ke-6 di Asia Tenggara dengan ranking HDI pada urutan ke-121 di dunia (berdasar perhitungan UNDP). Meski memiliki kekayaan sumber daya alam yang lebih besar, HDI Indonesia masih berada jauh di bawah Singapura (HDI=0,895; rangking=18) dan Brunei (HDI=0,855; rangking=30) yang mampu tampil sangat maju dalam kelompok negara dengan HDI katagori Very high human development. Sedang human capital yang dimiliki Malaysia juga cukup jauh di atas Indonesia karena memiliki angka HDI sebesar 0,769 (ranking=64) dan tergolong dalam kelompok negara dengan HDI katagori High human development. Thailand, Philipina dan Indonesia memang sama–sama tergabung
  • 7. dalam kelompok negara dengan HDI katagori Medium human development. Namun HDI Thailand dan Philipina masih berada di atas Indonesia. Kondisi ini tentu memprihatinkan karenahuman capital yang dimiliki Indonesia hanya sedikit di atas Timor Leste, Kamboja dan Myanmar. Pendek kata, dari sisi human capital dalam menghadapi AFTA 2015, Indonesia masih lemah atau kalah kuat dengan Singapura, Brunei, Malaysia, Thailand dan Philipina. Kebijakan Pemerintah dan Daya Saing Indonesia di ASEAN Selain memiliki human capital yang masih lemah, kebijakan pembangunan pemerintah Indonesia sendiri belum benar-benar memiliki keberpihakan kepada kepentingan publik. Dari politik anggaran misalnya, berdasar penelitian penulis di berbagai daerah, alokasi dana APBD cenderung dihabiskan untuk memenuhi kebutuhan rutin aparatur daerah, terutama untuk memenuhi belanja pegawai. Sedang alokasi dana APBD untuk pembangunan infrastruktur fisik (pendidikan, jalan, jembatan dan teknologi) rata-rata masih jauh lebih kecil dari belanja pegawai. Bahkan, banyak daerah yang terancam bangkrut karena alokasi belanja pegawai sangat besar mencapai sekitar 70% dari total APBD. Dari sisi dukungan infrastruktur terhadap usaha kecil di Indonesia masih tergolong belum baik. Dalam penyaluran kredit perbankan misalnya, dari 56,5 juta Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Indonesia baru sekitar 14,69% yang dapat memperoleh pinjaman bunga lunak dari Program Kredit Usaha Rakyat (KUR). Sementara kebijakan pemerintah juga dinilai kurang berpihak sektor UKM jika melihat penyusunan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Bahkan, MP3EI malah dianggap berlawanan dengan UUD 1945, khusuhnya terkait pemain ekonomi yang diakui negara. Dari sisi kultur birokrasi, proses pelayanan publik masih sering dikeluhkan lamban dan hal itu diperparah lagi kuatnya perilaku korupsi aparatur pemerintah. Tengok saja angka Corruption Perceptions Index (CPI) 2013 yang dikeluarkan Transparency International, Indonesia masih tergolong kuat korupsinya.[Lihat table di bawah].
  • 8. Dalam table CPI di atas, Singapura merupakan negara paling kecil korupsinya di ASEAN. Kemudian disusul Brunei, Malaysia, Philipina dan Thailand. Dalam CPI ini Indonesia lagil-lagi masih berada di bawah lima Negara tetangga terdekat tersebut, meski lebih baik dari Vietnam, Tmor Leste, Kamboja dan Myanmar. Mengenai Indeks Daya Saing Global (Global Competitiveness Index/GCI) 2013–2014 yang dikeluarkanWorld Economic Forum, Indonesia memang agak lebih baik dari Vietnam, Tmor Leste, Kamboja dan Philipina. Kendati demikian, Indonesia masih kalah dengan Singapura, Malaysia, Brunei dan Thailand [Lihat tabel GCI di atas]. Indonesia Belum Siap Hadapi AFTA 2015? Jika melihat lagi indikator Resource Governance Index 2013 (RGI) yang dikeluarkanRevenue Watch Institute (RWI) kemudian dikaitkan dengan tiga indikator di atas (HDI dari UNDP; CPI dari Transparency International; GCI dari World Economic Forum) dapat ditemukan kesimpulan cukup logis bahwa dalam negara dengan tata kelola pemerintahan kurang baik terdapat korupsi yang tinggi, human capital lemah dan daya saing global yang lemah pula. Ambil contoh Kamboja dan Myanmar yang tergolong negara paling lemah di ASEAN. Menurut RGI yang dikeluarkan Revenue Watch Institute, tata kelola pemerintahan di Kamboja tergolong buruk (rangking RGI= 52), dan ternyata Kamboja memiliki tingkat korupsi tinggi (angka CPI= 20), human capital lemah (angka HDI=0,543) dan daya saing global lemah pula (angka GCI=4,01). Myanmar yang memiliki tata
  • 9. kelola pemerintahan paling buruk (rangking RGI= 58), juga terdapat korupsi tinggi (angka CPI= 21), human capital lemah (angka HDI=0,498) dan daya saing global lemah pula (angka GCI=3,23). Indonesia memang memiliki tata kelola pemerintahan lebih baik dari Kamboja dan Myanmar. Namun, konsistensi pemerintah dalam pengelolaan sumber daya alam di Indonesia masih termasuk lemah. Padahal, sumber pendapatan APBN Indonesia sebagian besar masih berasal dari pajak. Seandainya saja pengelolaan sumber daya alam dapat dilakukan dengan baik dan meningkatkan pendapatan APBN tentunya juga dapat dipakai mendukung pembangunan aneka infrastruktur dan human capital sebagai modal kesiapsiagaan menghadapi persaingan global dalam AFTA 2015. Namun faktanya, pengelolaan sumber daya alam masih kerap mendapat sorotan negatif. Dalam penerapan UU Minerba saja masih dinilai “memble”. Karena itu, cukup berat kiranya jika Indonesia akan dapat memperkuat human capital dengan baik dalam waktu singkat. Bagamaina mungkin Indonesia akan mampu menyiapkan aneka macam infrastruktur dengan baik seperti yang diungkap Philip Kotler dalam menghadapi persaingan global kalau kapasitas fiskal negara lemah dan masih harus digeroti oleh tikus- tikus koruptor? Jadi tidak berlebihan pula, kalau kalangan pengusaha Indonesia sendiri, tidak semuanya menyatakan siap menghadapi AFTA 2015. Bahkan, Ketua Umum Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI), Suryani SF Motik, menegaskan bahwa Indonesia belum siap menyambut AFTA 2015. Sebaliknya, Indonesia dikhawatirkan hanya akan menjadi target pasar jika para pengusaha lokal tidak mendapat dukungan dari pemerintah. AFTA 2015 Bisa Seperti Letusan Gunung Kelud atau Krakatau 1883
  • 10. Berangkat dari banyaknya catatan persoalan tersebut, maka tidak berlebihan kiranya jika pemberlakuan AFTA 2015 nanti dapat menimbulkan “bencana” bagi masyarakat Indonesia. Sebab, Indonesia akan kesulitan meningkatkan produktivitas akibat kalah bersaing dengan negara tetangganya sendiri dalam AFTA 2015. Dampaknya, Indonesia hanya akan menjadi negara konsumen dan bukan negara produsen. Bagi masyarakat elit Indonesia (menengah ke atas) yang memiliki kapital kuat mungkin masih bisa tampil bersaing dan mampu masuk dalam daftar orang terkaya. Namun bagi masyarakat ekonomi lemah atau pelaku UKM, kehadiran AFTA 2015 nanti bisa diibaratkan seperti menghadapi “bencana” letusan Gunung Krakatau 1883 atau letusan Gunung Kelud 1919. Bagi yang tidak memiliki kesiapsiagaan (modal kuat, pengetahuan dan kreatifitas) boleh jadi akan “hangus” disapu oleh awan panas yang meletup dari “Gunung Globalisasi” dan “Gunung AFTA 2015”. Karena itu, tidak ada pilihan lain bagi Indonesia kecuali harus memperbaiki tata kelola pemerintahan agar korupsi bisa ditekan dan pengelolaan sumber daya negara dapat dipakai lebih optimal untuk memperkuat pembangunan infrastruktur serta memperkuathuman capital. Tanpa ada perbaikan tata kelola pemerintahan, maka dikhatirkan akan dapat menciptakan disparitas sosial-ekonomi yang pada akhirnya dapat mendorong timbulnya “bencana sosial” (kemiskinan) maupun “bencana politik” (disintegrasi). Yang jelas, tanda-tanda datangnya “bencana sosial” sudah mulai muncul. Bukankah kasus pembuangan pasien di Lampung lalu merupakan satu contoh adanya tanda-tanda “bencana sosial” bagi masyarakat miskin? Kalau AFTA 2015 mulai diberlakukan, bukankah “bencana sosial” yang mungkin timbul akan bisa lebih hebat lagi?[@SutBudiharto : dupublikasikan pertama di Kompasiana ] [1] Philip Kotler, Jatusripitak, dan Maesincee; “The Marketing of Nations; A Strategic Approach to Building National Wealth (1997)”; dalam tulisan Iu Rusliana (UNJ); indonesiafinancetoday.com - 30 April 2013. [2] UNDP; “Human Development Index (HDI) Report 2013, http://hdr.undp.org [3] Sutrisno Budiharto; Penelitian APBD Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Tengah dan DIY - 2007- 2013. [4] FITRA; “Kota-Kota yang Terancam Bangkurt”; gatra.com – 1 Agustus 2013. [5] Perkembangan Data UMKM dan Usaha Besar (UB) Tahun 2011 – 2012; http://setkab.go.id [6] Suryani SF Motik; “HIPPI: Indonesia Belum Siap Sambut AFTA 2015″; indonesiafinancetoday.com - 7 Desember 2012. [7] Global Competitiveness Index 2013–2014; World Economic Forum; - http://www3.weforum.org [8] Resource Governance Index 2013 (RGI); Revenue Watch Institute (RWI) - www.revenuewatch.org/rgi [9] Suryani SF Motik; “HIPPI: Indonesia Belum Siap Sambut AFTA 2015″; indonesiafinancetoday.com - 7 Desember 2012. ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA)
  • 11. ASEAN Free Trade Area (AFTA) merupakan wujud dari kesepakatan dari negara-negara ASEAN untuk membentuk suatu kawasan bebas perdagangan dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia serta serta menciptakan pasar regional bagi 500 juta penduduknya.AFTA dibentuk pada waktu Konperensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke IV di Singapura tahun 1992. Awalnya AFTA ditargetkan ASEAN FreeTrade Area (AFTA) merupakan wujud dari kesepakatan dari negara-negara ASEAN untuk membentuk suatu kawasan bebas perdagangan dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia akan dicapai dalam waktu 15 tahun (1993-2008), kemudian dipercepat menjadi tahun 2003, dan terakhir dipercepat lagi menjadi tahun 2002.Skema Common Effective Preferential Tariffs For ASEAN Free Trade Area ( CEPT-AFTA) merupakan suatu skema untuk 1 mewujudkan AFTA melalui : penurunan tarif hingga menjadi 0-5%, penghapusan pembatasan kwantitatif dan hambatan-hambatan non tarif lainnya.Perkembangan terakhir yang terkait dengan AFTA adalah adanya kesepakatan untuk menghapuskan semua bea masuk impor barang bagi Brunai Darussalam pada tahun 2010, Indonesia, Malaysia, Philippines, Singapura dan Thailand, dan bagi Cambodia, Laos, Myanmar dan Vietnam pada tahun 2015. Produk yang dikatagorikan dalam General Exception adalah produk-produk yang secara permanen tidak perlu dimasukkan kedalam CEPT-AFTA, karena alasan keamanan nasional, keselamatan, atau kesehatan bagi manusia, binatang dan tumbuhan, serta untuk melestarikan obyek-obyek arkeologi dan budaya. Indonesia mengkatagorikan produk-produk dalam kelompok senjata dan amunisi, minuman beralkohol, dan sebagainya sebanyak 68 pos tarif sebagai General Exception.
  • 12. GAMBARAN UMUM AFTA 1. Lahirnya AFTA Pada pertemuan tingkat Kepala Negara ASEAN (ASEAN Summit) ke-4 di Singapura pada tahun 1992, para kepala negara mengumumkan pembentukan suatu kawasan perdagangan bebas di ASEAN (AFTA) dalam jangka waktu 15 tahun. 2. Tujuan dari AFTA • menjadikan kawasan ASEAN sebagai tempat produksi yang kompetitif sehingga produk ASEAN memiliki daya saing kuat di pasar global. • menarik lebih banyak Foreign Direct Investment (FDI). • meningkatkan perdagangan antar negara anggota ASEAN (intra-ASEAN Trade). 3. Manfaat dan Tantangan AFTA bagi Indonesia Manfaat : • Peluang pasar yang semakin besar dan luas bagi produk Indonesia, dengan penduduk sebesar ± 500 juta dan tingkat pendapatan masyarakat yang beragam; • Biaya produksi yang semakin rendah dan pasti bagi pengusaha/produsen Indonesia yang sebelumnya membutuhkan barang modal dan bahan baku/penolong dari negara anggota ASEAN lainnya dan termasuk biaya pemasaran; • Pilihan konsumen atas jenis/ragam produk yang tersedia di pasar domestik semakin banyak
  • 13. dengan tingkat harga dan mutu tertentu; • Kerjasama dalam menjalankan bisnis semakin terbuka dengan beraliansi dengan pelaku bisnis di negara anggota ASEAN lainnya. Tantangan : • Pengusaha/produsen Indonesia dituntut terus menerus dapat meningkatkan kemampuan dalam menjalankan bisnis secara profesional guna dapat memenangkan kompetisi dari produk yang berasal dari negara anggota ASEAN lainnya baik dalam memanfaatkan peluang pasar domestik maupun pasar negara anggota ASEAN lainnya. 4. Jangka Waktu Realisasi AFTA • KTT ASEAN ke-9 tanggal 7-8 Oktober 2003 di Bali, dimana enam negara anggota ASEAN Original Signatories of CEPT AFTA yaitu Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Philipina, Singapura dan Thailand, sepakat untuk mencapai target bea masuk dengan tingkat tarif 0% minimal 60% dari Inclusion List (IL) tahun 2003; bea masuk dengan tingkat tarif 0% minimal 80% dari Inclusion List (IL) tahun 2007; dan pada tahun 2010 seluruh tarif bea masuk dengan tingkat tarif 0% harus sudah 100% untuk anggota ASEAN yang baru, tarif 0% tahun 2006 untuk Vietnam, tahun 2008 untuk Laos dan Myanmar dan tahun 2010 untuk Cambodja. a. Tahun 2000 : Menurunkan tarif bea masuk menjadi 0-5% sebanyak 85% dari seluruh jumlah pos tarif dalam Inclusion List (IL). b. Tahun 2001 : Menurunkan tarif bea masuk menjadi 0-5% sebanyak 90% dari seluruh
  • 14. jumlah pos tarif dalam Inclusion List (IL). c. Tahun 2002 : Menurunkan tarif bea masuk menjadi 0-5% sebanyak 100% dari seluruh jumlah pos tarif dalam Inclusion List (IL), dengan fleksibilitas. d. Tahun 2003 : Menurunkan tarif bea masuk menjadi 0-5% sebanyak 100% dari seluruh jumlah pos tarif dalam Inclusion List (IL), tanpa fleksibilitas. • Untuk ASEAN-4 (Vietnam, Laos, Myanmar dan Cambodja) realisasi AFTA dilakukan berbeda yaitu : • Vietnam tahun 2006 (masuk ASEAN tanggal 28 Juli 1995). • Laos dan Myanmar tahun 2008 (masuk ASEAN tanggal 23 Juli 1997). • Cambodja tahun 2010 (masuk ASEAN tanggal 30 April 1999). 5. Kriteria Suatu Produk Untuk Menikmati Konsesi CEPT • Produk terdapat dalam Inclusion List (IL) baik di Negara tujuan maupun di negara asal, dengan prinsip timbale balik (reciprosity). Artinya suatu produk dapat menikmati preferensi tarif di negara tujuan ekspor (yang tentunya di negara tujuan ekspor produk tersebut sudah ada dalam IL), maka produk yang sama juga harus terdapat dalam IL dari negara asal. • Memenuhi ketentuan asal barang (Rules of Origin), yaitu cumulative ASEAN Content lebih besar atau sama dengan 40%. • Perhitungan ASEAN Content adalah sebagai berikut :
  • 15. Value of Undetermined Origin Materials, Parts of Produce + Value of Imported Non- ASEAN Material, Parts of Produce X 100%<60% FOB Price • Produk harus disertai Certificate of Origin Form D, yang dapat diperoleh pada Kantor Dinas atau Suku Dinas Perindustrian dan Perdagangan di seluruh Indonesia. 6. Beberapa istilah dalam CEPT-AFTA a. Fleksibilitas adalah suatu keadaan dimana ke-6 negara anggota ASEAN apabila belum siap untuk menurunkan tingkat tarif produk menjadi 0-5% pada 1 Januari 2002, dapat diturunkan pada 1 Januari 2003. Sejak saat itu tingkat tarif bea masuk dalam AFTA sebesar maksimal 5%. b. CEPT Produk List • Inclusion List (IL) : daftar yang memuat cakupan produk yang harus memenuhi kriteria sebagai berikut : o Produk tersebut harus disertai Tarif Reduction Schedule. o Tidak boleh ada Quantitave Restrictions (QRs). o Non-Tarif Barriers (NTBs) lainnya harus dihapuskan dalam waktu 5 tahun. • Temporary Exclusion (TEL) : daftar yang memuat cakupan produk yang sementara
  • 16. dibebaskan dari kewajiban penurunan tarif, penghapusan QRs dan NTBs lainnya serta secara bertahap harus dimasukkan ke dalam IL. • Sensitive List (SL) : daftar yang memuat cakupan produk yang diklasifikasikan sebagai Unprocessed Agricultural Products. Contohnya beras, gula, produk daging, gandum, bawang putih, dan cengkeh, serta produk tersebut juga harus dimasukkan ke dalam CEPT Scheme tetapi dengan jangka waktu yang lebih lama. Contohnya Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Philipina, Thailand harus telah memasukkan produk yang ada dalam SL ke dalam IL pada tahun 2010, Vietnam pada tahun 2013, Laos dan Myanmar pada tahun 2015, serta Kamboja pada tahun 2017. • General Exception (GE) List : daftar yang memuat cakupan produk yang secara permanen tidak perlu untuk dimasukkan ke dalam CEPT Scheme dengan alas an keamanan nasional, keselamatan/kesehatan umat manusia, binatang dan tumbuhan, serta pelestarian objek arkeologi, dan sebagainya (Article 9b of CEPT Agreement). Contohnya antara lain senjata, amunisi, da narkotika. Produk Indonesia dalam GE List hingga saat ini sebanyak 96 pos tarif. 7. Beberapa Protocol/Article yang dapat dipakai untuk mengamankan produk Indonesia a. Protocol Regarding the Implementation of the CEPT Scheme Temporary Exclusion List Dapat digunakan sebagai acuan untuk menarik kembali produk industri yang telah
  • 17. dimasukkan ke dalam IL terakhir tahun 2000 atau Last Tranche. Konsekuensi penarikan kembali suatu produk dari IL harus disertai dengan kompensasi. b. Article 6 (1) dari CEPT Agreement Dapat digunakan sebagai acuan untuk menarik kembali produk yang telah dimaukkan ke dalam Skema CEPT-AFTA, karena adanya lonjakan impor dari negara anggota ASEAN lainnya yang menyebabkan atau mengancam kerugian yang serius terhadap industri dalam negeri. c. Protocol on Special Arrangement for Sensitive and Highly Sensitive Products. Dapat digunakan sebagai acuan untuk memasukkan produk yang diklasifikasikan ke dalam Highly Sensitive (seperti beras dan gula bagi Indonesia). 8. Jadwal Penurunan dan atau Penghapusan Tarif Bea Masuk a. Inclusion List Negara Anggota AFTA Jadwal Penurunan/Penghapusan ASEAN -6 1. Tahun 2003 : 60% produk dengan tarif 0% 2. Tahun 2007 : 80% produk dengan tarif 0% 3. Tahun 2010 : 100% produk dengan tarif 0%
  • 18. Vietnam 1. Tahun 2006 : 60% produk dengan tarif 0% 2. Tahun 2010 : 80% produk dengan tarif 0% 3. Tahun 2015 : 100% produk dengan tarif 0% Laos dan Myanmar 1. Tahun 2008 : 60% produk dengan tarif 0% 2. Tahun 2012 : 80% produk dengan tarif 0% 3. Tahun 2015 : 100% produk dengan tarif 0% Kamboja 1. Tahun 2010 : 60% produk dengan tarif 0% 2. Tahun 2015 : 100% produk dengan tarif 0% b. Non Inclusion list  TEL harus dipindah ke IL  GEL dapat dipertahankan apabila konsisten dengan artikel 9 CEPT Agreement, yaitu untuk melindungi :  Keamanan Nasional  Moral  Kehidupan Manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan dan kesehatan  Benda-benda seni, bersejarah dan purbakala Tantangan dan Keuntungan AFTA 2015 untuk Indonesia OPINI | 27 February 2014 | 23:32 Dibaca: 3690 Komentar: 0 0 Apa Itu AFTA dan Sejarahnya? Sebelum saya menulis panjang dan lebar, sudahkah teman - teman tahu apa itu AFTA? Ataukah teman - teman memang tidak mau tahu tentang AFTA karena masih mikir besok mau makan saja
  • 19. susah? Oke, paling tidak sekarang kita harus tahu dulu apa yang dimaksud dengan AFTA tadi. Terlebih lagi yang namanya AFTA ini akan mulai diberlakukan pada tahun 2015, tepat setelah beberapa bulan selesainya tahun politik panas 2014. AFTA yang merupakan akronim dar ASEAN Free Trade Area sejatinya merupakan kesepakatan dari negara - negara di asean untuk membentuk sebuah kawasan bebas perdagangan. Tujuannya sih agar bisa meningkatkan daya saing ekonomi kawasan ASEAN di dunia. Harapannya, kalau yang namanya AFTA ini sukses, asean bisa menjadi kawasan basis produksi didunia seperti yang sudah ada sekarang ini yaitu China. Coba ingat? Sudah berapa ratus produk yang masuk ke indonesia itu Made In China? Komunitas ASEAN 2015! Perjanjian perdagangan bebas AFTA dicetuskan ketika terjadi pertemuan tingkat Kepala Negara ASEAN atau SEAN summit ke-4, yang dilakukan pada tahun 1992. Pada pertemuan itu kemudian para kepala negara mengumumkan akan membentuk sebuah kawasan perdagangan bebas di asean dalam jangka waktu 15 Tahun. Kalau dihitung seharusnya akan efektif berjalan secara penuh pada tahun 2007. Namun kenyataanya, AFTA ini akan aktif pada tahun 2015, 22 tahun kemudian. Nah, dengan adanya kebijakan perdagangan bebas AFTA ini, nantinya tidak akan akan ada hambatan tarif(bea masuk 0-5%) ataupun hambatan non tarif untuk negara - negara anggota ASEAN. Dengan begitu, tentunya keuntungan dan tantangan akan muncul untuk negara Indonesia juga dong. Lantas, apakah negara kita Indonesia sudah siap? Siap memanfaatkan kondisi ini untuk membuat negara lebih maju dan berkembang? Apalagi AFTA ini efektif tahun 2015, tidak begitu lama setelah Pemilu, dan pemilihan presiden Indonesia yang baru. Sementara menurut saya, sampai sekarang belum ada pemimpin rakyat, entah itu caleg atau capres yang
  • 20. kompeten untuk menjalankan pemerintahan setelah 2014. Tidak percaya? Silahkan cek cv caleg - caleg di tahun 2014 ini : (dct.kpu.go.id) Tantangan AFTA 2015 Untuk Indonesia Sebelum saya menuliskan keuntungan AFTA 2015 untuk indonesia, saya akan menyebutkan tantangannya terlebih dahulu. Agar orang - orang indonesia tahu, dan tidak selalu terlena dengan negara yang katanya ijo royo -royo, dan mempunyai banyak sumber daya alam ini. 1. Tantangan Pendidikan Kalau melihat negara maju di ASEAN seperti Singapore, pendidikan mereka terlihat lebih maju. Lantas Indonesia sendiri bagaimana menghadapi serbuan para pekerja hasil output negara di ASEAN seperti Singapore? Padahal salah satu efek dari AFTA adalah setiap warga anggota negara ASEAN bisa sekolah atau bekerja di tiap negara anggota ASEAN. Sementar menurut saya, pendidikan di Indonesia ini masih sedikit carut marut. Contoh sederhananya saja, ada teman saya yang seorang lulusan Teknik Elektro malah bekerja di bidang perbankan, atau ada sarjana pertanian yang tidak bisa bekerja sesuai jurusan di ambilnya. Menurut saya pendidikan di negara ini masih belum tepat sasaran untuk mengenali potensi anak didik dengan tepat sasaran, sehingga anak didik bisa memaksimalkan potensi yang dimilikinya. Bisa - bisa dengan adanya AFTA 2015 pengangguran malah semakin banyak, karena banyak perusahaan di Indonesia yang malah merekrut tenaga kerja dari negara anggota ASEAN lain dengan kompetensi yang lebih baik. 2. Tantangan Perdangangan Sebelumnya saya mau tanya dulu, sekarang ini Indonesia adalah negara “Pengekspor” atau negara “Pengimpor”? Menjawab pertanyaan ini tidak perlulah sulit - sulit, lihat saja smartphone/handphone yang teman - teman punyai made in mana? Sepengetahuan saya sih rata - rata kalau tidak made in china, ya made in vietnam. Indonesia ini hanya dijadikan pasar, sangat sedikit sekali atau bahkan tidak ada ya, tempat produksi barang yang di Indonesia? (*maaf saya kurang tahu tentang ini karena tidak ada data :)*) Saya memberi contoh barang yang sepele seperti smartphone/handphone, karena barang seperti ini meskipun sedang musim hujan, banjir ataupun dolar naik, penjualannya tetap meroket. Mengingat kebanyakan masyarakat kita yang lebih mementingkan prestise dan style daripada fungsi dari sebuah smartphone sendiri. Terlepas dari contoh yang saya berikan, selama Indonesia masih menjadi negara “hobi impor” AFTA 2015 malah akan menjadikan negara ini sebagai pasar terbesar barang - barang impor dari negara ASEAN yang lain. Mau negara kita cuma dijadikan tempat jualan saja? Pikirkan!
  • 21. Keuntungan AFTA 2015 Untuk Indonesia Memang, bukan hanya tantangan saja yang akan dihadapi Indonesia di AFTA 2015 ini. Ada juga keuntungan yang bisa didapatkan negara ini jika bisa memanfaatkan perjanjian perdagangan bebas dengan ASEAN ini dengan baik. Kalau dimanfaatkan dengan benar, ada kemungkinan bisa membuat Indonesia lebih maju, bahkan bisa mengalahkan negara seperti Singapore. 1. AFTA 2015, Berarti Ijin kerja di Negara ASEAN Lebih Mudah. Saatnya Menjajah “ASEAN” Tenaga kerja professional saatnya menjadi TKI, jangan cuma kita saja yang dijajah oleh negara lain. Saatnya kita menjadi “ekspat” di negara lain. Apalagi gaji di negara Asean semacam Singapore atau Malaysia tentunya akan lebih besar dari pada di Indonesia. Jangan mau kalah dengan TKI dong, mereka bisa menjadi pahlawah devisa, kita para tenaga kerja terdidik professional pun bisa ikut menyumbang devisa negara. Yuk! 2. Manfaatkan Pariwisata Sebagai Sumber Devisa Selain Sumber Daya Alam. Hei orang Indonesia, saatnya mulai sadar! Sumber daya alam negara kita ini sudah semakin habis! Tinggal menunggu waktu saja kita tidak bisa banyak menjual Sumber Daya Alam untuk menjalankan negara. Kita harus mulai memikirkan sumber penghasilan lain yang berkelanjutan untuk memajukan negara. Sadar tidak kalau negara ini mempunyai banyak sekali potensi pariwisata. Ada berapa banyak tempat wisata yang bisa dikelola dengan baik. Sehingga bisa diperhitungkan sebagai sumber devisa yang berkelanjutan. Manfaatkan AFTA 2015 ini untuk bisa mendapatkan banyak turis asing yang mau datang ke Indonesia. Kalau dikelola dengan benar, mungkin negara ini bisa kaya hanya dengan Pariwisatanya. Masak mau kalah sama Singapore dan Malaysia? Solusi Menghadapi AFTA 2015 Untuk Indonesia Ada beberapa hal penting yang bisa membuat Indonesia bisa bertahan, atau bahkan bisa memanfaatkan AFTA 2015 untuk membuat negara ini lebih maju. Pendidikan yang baik, Hukum yang ditegakkan, Kedisiplinan, dan Semangat Optimisme untuk maju tiap - tiap warga negara ini Kalau itu semua bisa dilakukan dengan baik, maka bukan tidak mungkin kalau Indonesia akan kembali mengaum. Kembali mengaum sebagai Macan Asia yang pernah begitu ditakuti oleh negara lain. Nah, semoga tulisan saya ini bisa berguna untuk para pembaca kompasiana sekalian ya. Mari kita songsong AFTA 2015 dengan persiapan lebih baik :) Seputar AFTA (ASEAN Free Trade Area) Tahun 2015 Posted by bagusprahutdi on 24 Januari 2014 Akhir pekan lalu, saat membereskan buku-buku di lemari. Saya menemukan kumpulan buku tebal yang seragam. Rupanya itu adalah buku-buku Pelatihan Pelaksana Jalan yang pernah saya
  • 22. ikuti awal Oktober tahun lalu, yang diadakan oleh Kementerian PU di Jakarta. Pelatihan itu adalah salahsatu bentuk tanggung jawab Pemerintah untuk meningkatkan Skill, Knowledge dan Attitude para Pelaksana Konstruksi dalam menghadapi AFTA 2015. Pelatihan ini gratis kok, dikasih makan malah. :D Yang menarik buat saya adalah AFTA 2015. Jujur, pada awalnya, saya hanya mengetahui bahwa AFTA 2015 adalah Perdagangan Bebas ASEAN dimana perdagangan barang dan jasa menjadi bebas di wilayah ASEAN dan orang Indonesia bisa dengan mudah bekerja di, Malaysia atau Vietnam misalnya, dan sebaliknya. Di saat tak ada kegiatan dan tak bisa keluar karena hujan turun sore itulah, saya mulai mencari referensi-referensi mengenai AFTA 2015. Lalu saya coba tuliskan dalam artikel untuk di blog.wordpress. Agar lebih mudah, mungkin saya bagi dalam beberapa pertanyaan umum saja (karena saya tak punya banyak kompetensi dalam menjelaskan yang baru saya pelajari). Apa itu AFTA (ASEAN Free Trade Area) 2015 ? Sebelum masuk ke dalam ‘apa itu AFTA’ atau dalam istilah Indonesia disebut sebagai Perdagangan Bebas ASEAN, marilah kita merunut terlebih dahulu tentang bagaimana latar belakang terbentuknya AFTA itu sendiri. Pergeseran sistem ekonomi internasional menimbulkan dampak besar bagi dinamika hubungan perdagangan antar negara. Sistem ekonomi internasional bergeser ke arah pasar bebas. Akibatnya, negara-negara dituntut untuk dapat mengintegrasikan ekonomi nasionalnya menuju sistem perdagangan bebas. Untuk menghadapi hal ini, pada tahun 1992, ASEAN yang saat itu beranggotakan Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand membuat AFTA agreement (dan disetujui dalam KTT ASEAN 28 Januari 1992 di Singapura). Pada saat itu, Kepala Negara sepakat mengumumkan suatu kawasan perdagangan bebas di ASEAN dalam jangka waktu 15 tahun. Inti pokoknya adalah kerjasama antar Negara-Negara ASEAN dalam membentuk kawasan bebas perdagangan dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN. Ini adalah AFTA secara sederhananya.
  • 23. Tujuan dari AFTA adalah sebagai berikut : 1. Menjadikan kawasan ASEAN sebagai tempat produksi yang kompetitif sehingga produk ASEAN memiliki daya saing kuat di pasar global. 2. Menarik lebih banyak Foreign Direct Investment (FDI) 3. Meningkatkan perdagangan antar negara anggota ASEAN (Intra-ASEAN Trade). Dalam perkembangannya anggota ASEAN lain masuk secara bertahap, seperti Vietnam (1995), Laos dan Myanmar (1997) dan Kamboja (1999). Namun ada beberapa negara yang juga ikut dengan menandatangani perjanjian bilateral, seperti China, Jepang, Korea Selatan, India, Australia dan Selandia Baru. Berdasarkan kesepakatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN terakhir di Phnom Penh. Pada bulan Desember 2015, AFTA akan mulai diberlakukan. Hanya akan ada satu pasar dan basis produksi dengan lima elemen utama, yaitu aliran bebas barang, bebas jasa, bebas investasi, aliran modal dan aliran bebas tenaga kerja terampil. Apa keuntungan yang didapat oleh Indonesia sendiri ? Keuntungan AFTA yang dapat diperoleh bagi Indonesia adalah sebagai berikut : 1. Peluang pemasaran barang ke ASEAN akan jauh lebih besar dan akan meningkatkan pendapatan penduduk Indonesia. 2. Biaya produksi akan lebih murah dan Indonesia akan mendapatkan keuntungan yang besar karena rata-rata produknya adalah impor. 3. Pilihan pembeli akan menjadi lebih variatif. 4. Kerjasama dalam menjalankan bisnis semakin terbuka dengan beraliansi dengan pelaku bisnis di negara anggota ASEAN.
  • 24. Banyak yang mengatakan bahwa AFTA tidak menguntungkan Indonesia ? Di sini, saya mengambil ucapan Dr. Ichsanuddin Noorsy bahwa AFTA tidak menguntungkan Indonesia. AFTA hanya menguntungkan bagi negara-negara seperti Singapura, Malaysia dan Thailand. Hal ini mengacu pada lima indikator : 1. Indikator persaingan. Mengambil Global Competitive Report 2011 – 2012, Indonesia berada di peringkat 44 – masih berada di bawa negara-negara ekonomi utama ASEAN, seperti Thailand (38), Malaysia (26), dan Singapura (3). 2. Indikator SDM. Mengambil Human Development Index 2011 yang dikeluarkan UNDP menyebutkan, Indonesia berada di urutan 124 dari 187 negara yang dinilai (setingkat Honduras, Kiribati dan Afrika Selatan). 3. Indikator Performa. Mengambil Logistic Performance Index. 4. Indikator Teknologi : Tinggi, Menengah dan Bawah. 5. Indikator perbandingan rata-rata sistem politik, sistem pemerintahan dengan PDB dan struktur di dalamnya. Intinya dari lima indikator di atas, Indonesia kalah dengan tiga negara : Singapura, Malaysia dan Thailand. Selain itu, Pemerintah dianggap masih belum bisa memberikan perlindungan secara merata sehingga belum siap menghadapi AFTA 2015. Mari kita ambil contoh di aspek infrastruktur yang berkaitan dengan bidang konstruksi. Dengan adanya AFTA 2015, diharapkan adanya peningkatan pembangunan infrastruktur di Indonesia, terutama di daerah tertinggal karena investasi akan datang lebih banyak (swasta). Akan tetapi pembangunan infrastruktur membutuhkan tenaga ahli yang lebih banyak pula. Dikhawatirkan,
  • 25. tenaga ahli yang dimiliki akan kalah bersaing dengan tenaga ahli dari luar atau tenaga ahli dalam negeri akan dibeli oleh negara luar. Kita akan jadi “kacung’ di negeri sendiri. Agaknya itu ketakutan yang berlebihan.. Mungkin ada contoh lain yang lebih nyata sekarang ini. Misal dalam investasi, besarnya beban biaya logistik dan rumitnya birokrasi dianggap sebagai persoalan yang memberatkan investor. Tahun 2012, Asia Business Outlook the Economist Coprporate Network mengatakan bahwa Indonesia masih kurang luwes terhadap para investor. Besarnya beban biaya logistik dan pelayanan birokrasi menjadi penyebab utamanya. Waktu proses ekspor di Indonesia rata-rata adalah 17 hari, sementara ASEAN rata-rata 14 hari. Indonesia mempunyai potensi sebagai pasar export yang besar : bahan baku mudah didapat (besi, nikel, dan alumunium), tanah masih relatif murah, mesin, sukucadang, bahan baku serta teknologi mudah didapat. Namun birokrasi mempersulit perijinan : untuk ijin bangun pabrik perlu minimal tiga bulan melalui lima intansi dengan tujuh perijinan yang kadang berbelit dan biaya cukup mahal. Singapura hanya perlu waktu 3-4 hari, melalui satu instansi dan biaya seperempat dari Indonesia, begitupun dengan Malaysia, Vietnam, Thailand, Kamboja dan China. Tanda lain yang mungkin terlihat adalah banyak pengusaha jasa konstruksi di Bali yang beralih ke sektor jasa lainnya. Hal ini tak lepas dari semakin banyaknya proyek-proyek besar di bidang infrastruktur yang masuk ke Bali, sehingga mereka yang tidak mampu berkompetisi akhirnya tersingkir. Seiring regulasi dan iklim investasi baru, dimana arus investasi tidak terbendung sehingga tidak lagi bisa membatasi pengerjaan proyek di Kabupaten dan Provinsi : Tidak ada pembatasan pangsa pasar untuk skala kecil di Kabupaten, menengah di tingkat Provinsi dan besar di tingkat Pusat. Pengusaha lokal jauh dari sisi kualitas dalam berkompetensi di pasar. Ingat, AFTA 2015 bukan hanya mencakup anggota-anggota ASEAN saja, melainkan negara- negara yang telah menandatangani perjanjian bilateral seperti China, Jepang, Korea Selatan, India, dan Selandia Baru. Bukan hanya tingkat ahli profesional dalam negeri saja yang terancam, namun juga tenaga teknis di berbagai sektor seperti sopir taksi, buruh bangunan, tukang cukur, serta petani lapangan. AFTA adalah mimpi buruk bagi industri manufaktur, eksportir dan bisnis lainnya, serta sektor tenaga kerja yang belum siap. Akibatnya, bukan hanya tidak bisa memenetrasi pasar, tetapi orang lain akan mengambil pasar domestik milik kita. Ketakutan itu perlu dan manusiawi. Saya rasa ini tak berlebihan. Rencanakan yang terbaik, bersiap untuk kondisi terburuk. Lalu apa yang musti dilakukan untuk menghadapi AFTA ? Secara personal, yang dapat dilakukan adalah mengembangkan basis kompetensi yang anda dimiliki. Sebagai pekerja di suatu perusahaan, anda harus mengembangkan Skill-Knowledge-
  • 26. Attitude (SKA). Di samping itu perlu juga meningkatkan Speed-Stamina-Accuracy (SSA). Jika anda seorang buruh pun, ini juga sangat penting. Vietnam mempunyai buruh yang lebih murah dari Indonesia. Filipina mempunyai kelebihan dalam bidang jasa. Peningkatan personal sangat penting untuk persaingan personal nantinya. Jika anda pelaku industri menengah (IKM) dan Usaha Kecil Menengah (UKM), maka ada tiga hal yang harus dipersiapkan, seperti SDM, Kualitas Produk, serta Legalitas Izin dan Merek. Selain itu, sebagai entrepreur, ada tigas aspek yang bisa digunakan untuk menghadapi persaingan, yaitu : 1. Peluang : mencermati kebutuhan pasar yang belum dipenuhi oleh produsen-produsen yang sudah ada. 2. Diferensiasi : membuat perbedaan dibanding pesaing yang sudah ada, agar lebih dipilih oleh target pasar. 3. Fokus : tidak semua peluang harus ditangkap, yang terpenting apakah bisa memenangi persaingan tersebut. Kuncinya adalah fokus. Selain itu, sebagai pengusaha, anda harus meminimalisir trial and error. Anda juga harus mampu melihat pangsa pasar dan pangsa pasar ke depan. Dari kesemuanya itu, kata kuncinya adaah Continous Improvement dan pembentukan mentalitas. Rasa nasionalisme juga perlu. Tampaknya untuk Tenaga Ahli , Indonesia harus serius menggarap Pendidikan. Benar. Kalau kita mengambil dari Data Badan Pusat Statistik (BPS) tentang indikator pendidikan menyebutkan, tahun 2011, Angka Partisipasi Kasar (APK) Perguruan Tinggi tahun 2011 mencapai 17,28%. Indonesia meluluskan 800 ribu sarjana setiap tahun. Saat ini hanya 1 dari 4 anak Indonesia yang berkesempatan masuk ke Perguruan Tinggi. Hal ini diperparah dengan
  • 27. kualitas kelembagaan Perguruan Tinggi itu sendiri, kualitas lulusannya, kualitas risetnya, dan kesiapan dari sisi profesionalisme kerja. Mutu pendidik juga penting. Tugas Pendidik adalah mengawal kualitas pendidikan, agar mutu pendidikan bisa terjaga. Pembelajaran diarahkan untuk mendorong peserta didik mencari tahu dari berbagai sumber observasi, dan bukan diberitahu, pembelajaran yang diarahkan untuk mampu merumuskan masalah, bukan hanya menjawab masalah, pembelajaran yang diarahkan untuk melatih berpikir analitis dan bukan berpikir mekanistis, serta pembelajaran yang menekankan pentingnya kerjasama dan kolaborasi dalam menyelesaikan masalah. Dari sekian banyak kelemahan (lembaga pendidikan, budaya, sikap mental, entrepreneurship, kesanggupan bersaing, soft skill dan lain sebagainya), yang menyedihkan adalah belum adanya kebijakan yang terintegrasi dari hulu ke hilir penyiapan Sumber Daya Manusia Indonesia. Rangkaian penyiapan Sumber Daya Manusia Indonesia yang berkualitas harus terintegrasi, estafetnya harus tegas, dan kualitasnya harus terus meningkat mulai dari hulu hingga hilir. Bagaimana Pengembangan SDM dalam kerangka AFTA ? “Penguatan SDM dalam kerangka AFTA, yaitu dengan pemetaan mutu, analisis kebutuhan mutu serta perbaikan mutu untuk menyusun standar pendidikan. Kemudian keterampilan seperti apa yang diperlukan lulusan perguruan tinggi untuk menghadapi AFTA. Ada lima keterampilan yang harus dipenuhi, yaitu : kemampuan berkomunikasi secara verbal, kolaborasi, profesional di bidangnya, mampu menulis dengan baik, serta kemampuan untuk memecahkan masalah.”, -Prof. Suyanto, Ph.D- Jika dalam konteks kewirausahaan, mengembangkan pola pikir (mindset) berwawasan AFTA ke social business. Ada 4 AFTA mindset yang harus dikembangkan, yaitu pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, produksi dengan penghapusan hambatan perdagangan, dan foreign direct investment (FDI), di mana keempatnya akan mendukung social business.”.
  • 28. ** Dalam kesempatan Pelatihan Pelaksana Konstruksi Jalan. Saya sempat berbincang dengan salahsatu Pejabat Balai Pendidikan dan Pelatihan Kementerian PU (saya lupa namanya). Awalnya ngobrol biasa saja, sampai pada saat saya menanyakan tentang substansi AFTA 2015. Dengan mimik serius dia menjawab, “Indonesia kalah persiapan dibanding negara lain. Ini fakta. Makanya kita berkerja keras untuk (pelatihan) ini. Kami tidak mau kalian cuma jadi penonton.”. Dampak AFTA Bagi Indonesia [Ekonomi dan Keuangan] KEINGINAN negara-negara ASEAN untuk mempercepat proses pencapaian AFTA (Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN) telah dilakukan sejak KTT V ASEAN pada 14-15 Desember 1995 di Bangkok. Pada KTT VI ASEAN di Hanoi (1998) disepakati ke-6 negara ASEAN (Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand) untuk mempercepat pencapaian AFTA dari tahun 2002 menjadi 2003. Dalam rangka mempercepat proses pencapaian AFTA tersebut ada langkah-langkah yang perlu dilakukan, yaitu pencapaian tarif 0-5 persen sebesar 85 persen dari Inclusion List (IL) 2000, 90 persen dari IL 2001, dan 100 persen dari IL di 2002 dengan fleksibilitas. Langkah tersebut dikenal dengan nama Bold Measures. Di samping itu dilakukan juga pemindahan produk Temporary Exlusion List (TEL) ke IL, mengurangi daftar pengecualian umum (General Exception List-Ge), serta pemindahan produk Sensitive List (SL) ke TEL dan penghapusan
  • 29. hambatan non-tarif. Untuk ASEAN baru (Cabombia, Laos, Myanmar dan Vietnam) pencapian tarif 0-5 persen pada 2003 untuk Vietnam dan 2005 untuk Laos dan Myanmar sedangkan untuk Cambodia 2007. Sesuai kesepakatan ASEAN bahwa tingkat tarif nol persen pada 2003 bagi 60 persen sejumlah pos tarif dalam IL, kecuali Singapura, Brunei Darussalam dan Malaysia. Sehingga ketiga negara ASEAN lainnya (Indonesia, Filipina dan Thailand) harus bekerja keras untuk menurunkan tarif sehingga mencapai target dimaksud. Indonesia baru mencapai 54,63 persen yang sebagian besar terdiri dari sektor textile and apparel, machinery and appliancem, serta chemicals. Dengan tingkat tarif yang rendah yaitu 0-5 persen pada 2003 akan memperbesar dan meningkatkan perdagangan intra ASEAN. Tarif impor yang rendah akan mengakibatkan harga pengadaan barang impor lebih rendah, sehingga meningkatkan daya beli bagi konsumen industri maupun konsumen akhir. Bagi konsumen industri, berarti peningkatan efisiensi pengadaan bahan baku, sehingga produk akhirnya akan memiliki daya saing yang lebih tinggi. Bagi konsumen akhir, penurunan harga barang konsumsi asal impor akan meningkatkan variasi alternatif barang di pasar dan persaingan yang lebih ketat akan menurunkan harga, sehingga meningkatkan pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan konsumen. Penurunan tarif impor tentunya harus dibarengi dengan penghapusan non tarif barriers (NTB). Penghapusan NTB ini sudah disepakati dalam sidang ke-8 Dewan AFTA (tingkat menteri) pada 10 Desember 1995 di Bangkok, yang menyebutkan negara-negara ASEAN menghapus NTB-nya paling lambat tahun 2003. Adapun semua faktor di atas akan meningkatkan kegiatan ekonomi, perdagangan dan investasi yang bakal menimbulkan suasana dan iklim kondusif bagi pengusaha. Para pemimpin ASEAN pada KTT Infomal ASEAN ke-3 pada 28 November 1999 di Manila sepakat mempercepat penghapusan bea masuk seluruh produk yang diperdagangkan di kawasan AFTA dari tahun 2015 menjadi 2010 untuk enam negara ASEAN. Sedangkan untuk empat
  • 30. negara ASEAN lainnya (negara baru) dipercepat dari tahun 2018 menjadi 2015. Pencapaian tingkat tarif nol persen bagi seluruh produk di tahun 2010/2015 akan dilakukan secara bertahap dan dimulai dengan pencapaian tingkat tarif nol persen pada 2003 sebanyak minimal 60 persen sejumlah pos tarif dalam ILnya. Tahun 2010/2015 ASEAN merupakan wilayah perdagangan bebas tanpa hambatan tarif (nol persen) yang mencakup seluruh batas-batas negara anggotanya. Pada KTT Informal ASEAn ke-4 di Singapura (24-25 November 2000) para kepala negara menyoroti masalah integrasi kawasan sebagai tantangan yang dihadapi ASEAN, mengingat masih adanya kesejangan antara negara-negara anggota lama dan anggota baru Asean. Dalam hal ini, Indonesia menekankan perlunya diperhatikan solidaritas ASEAN, agar dalam persaingan yang terjadi di ASEAN tidak ada negara-negara anggota yang ditinggalkan. Dampak bagi RI AFTA 2002 adalah komitmen lama yang secara hati-hati ditetapkan dan dilaksanakan secara bertahap merupakan hasil pemikiran 10 negara, yang setelah disepakati bersama diharapkan dapat memberikan suatu manfaat bersama. Jadi, bukan suatu cara yang membuat miskin salah satu anggota atau bahkan 10 negara secara bersama. Melaksanakan komitmen AFTA 2002 mungkin bukan pilihan ideal, namun merupakan opsi yang lebih baik dibandingkan menunda sampai datang kondisi baik, yang bukan tidak mungkin setelah penundaan, tiba waktunya lagi akan timbul keraguan dari pihak-pihak tertentu dan meminta penundaan kembali dan seterusnya. Bagi pengusaha Indonesia terutama yang terkait dalam kegiatan ekspor, pasar ASEAN mempunyai jumlah penduduk sekitar 500 juta, sehingga merupakan peluang pasar yang lebih besar. Demikian pula bagi pengusaha negara anggota ASEAN lainnya. Beberapa negara anggota ASEAN memiliki daya beli lebih besar dibandingkan Indonesia.
  • 31. Pasar yang sangat potensial ini akan memungkinkan berkembangnya usaha dengan pesat dan menguntungkan. Di pihak lain, di pasar ASEAN yang tadinya terpisah, akan terintegrasi dan tingkat persaingan regional akan lebih ketat. Pesaing yang tadinya hanya produsen Indonesia, menjadi produsen ASEAN. Dengan meningkatkan daya saing melalui efisiensi usaha, pengusaha Indonesia tidak saja dapat survive, tetapi juga akan berkembang di pasar yang lebih besar. Tetapi bila gagal dalam meningkatkan daya saing, berarti akan mengalami kesulitan. (mth)