2. Oleh
Annisa Fadhilah
Ilsha Virman
Rahmi Indah Putri
Rahmizakia Rifka Sri
Rahayu Andiana
Wirza Feny Rahayu
Zakiah Ulya
3. Perubahan pada
Memandang Arah Usia Dewasa
Kehidupan pada Tengah
Masa Dewasa
Tengah Diri pada Masa
Dewasa Tengah :
Berbagai dan Tema
Pertalian
Kekeluargaan PERKEMBANGAN
Lainnya PSIKOSOSIAL PADA
MASA DEWASA
TENGAH
Berbagai
Hubungan pada
Masa Dewasa
Hubungan dengan Tengah
Anak yang Sudah
Dewasa
Hubungan
Konsensual
4. Memandang Arah
Kehidupan pada
Masa Dewasa
Tengah
Para ilmuwan perkembangan memandang arah
perkembangan psikososial masa dewasa tengah dalam
beberapa cara. Secara objektif, dimana mereka melihat pada
berbagai arah atau jalan. Namun, kesinambungan serta
perubahan peran dan hubungan juga memiliki sisi Subjektif.
Perubahan dan kesinambungan pada masa paruh
baya harus dipandang dalam sudut pandang seluruh rentang
kehidupan. Peran pekerjaan dan pribadi saling bergantung
satu sama lain. Cohort, gender, suku bangsa, budaya, dan
status social ekonomi sangat mempengaruhi jalannya
kehidupan.
5. Perubahan
pada Usia
Dewasa Tengah
Carl Jung
Model-model
Tahapan Normatif Erik Erikson
(Carl Jung dan Erik
Erikson)
Warisan Jung dan
Erikson : Vaillant
dan Levinson.
6. Carl Jung
Carl Jung meyakini bahwa perkembangan paruh baya
yang sehat menuntut individuasi. Sampai sekitar umur
40 tahun, Jung berkata, orang dewasa memusatkan
perhatian pada kewajiban terhadap keluarga dan
masyarakat serta mengembangkan berbagai aspek
kepribadian mereka yang akan membantu mereka
mencapai tujuan eksternal. Pada usia paruh baya,
orang-orang mengalihkan obsesi mereka ke diri
mereka yang spiritual dan kebathinan. Baik laki-laki
maupun perempuan mencari “penyatuan antithesis”
dengan mengungkapkan aspek-aspek yang disangkal
sebelumnya.
7. ERIK
ERICKSON
Erikson memandang usia sekitar umur 40 tahunan
sebagai masa ketika orang-orang mencapai memasuki
tahap normative ke tujuh mereka, generativity versus
stagnation. Yang merupakan kepedulian orang
dewasa yang matang untuk membangun dan
membimbing generasi berikutnya melanggengkan diri
sendiri diri sendiri melalui pengaruhnya pada mereka
yang mengikutinya, atau jika tidak, orang pada usia
lanjut akan merasakan ketidakaktifan atau kehampaan
dalam hidupnya
8. Warisan Jung dan
Erikson : Vaillant
dan Levinson
George Vaillant (1977) dan Daniel Levinson (1978),
keduanya menjelaskan peralihan pada masa paruh
baya – dari memperjuangkn pekerjaan usia 30-an ke
evaluasi kembali dan bahkan mengatur kembali
kehidupan secara drastic pada usia 40-an ke
kematangan dan stabilitas yang relative pada usia 50-
an.
9. Waktu
Peristiwa : Jam
Sosial
Menurut model waktu peristiwa, perkembangan
kepribadian orang dewasa tidak selalu bergantung
pada usia dibandingkan pada peristiwa hidup yang
penting. Masa paruh baya sering kali membawa pada
perubahan kembali peran-peran social.
10. Diri pada Masa
Dewasa Tengah
Apakah Terdapat Krisis Paruh Baya?
Memasuki usia paruh baya menimbulkan stress tetapi
tidak lebih dari beberapa peristiwa pada masa awal.
Berbagai titik balik sering kali melibatkan sebuah kajian
ulang yang introspektif dan penilaian ulang terhadap
berbagai nilai dan prioritas. Dimana pengkajian ulang
merupakan penelaahan introspektif yang sering kali
muncul dalam masa paruh baya, mengarah pada
penilaian ulang dan revisi berbagai nilai dan prioritas.
11. Susan Krauss
Whitbourne: Generativity,
identitas sebagai Identitas dan Usia
proses
Perkembangan
identitas
(teoritikal)
Psikologi Naratif:
Identitas Gender identitas sebagai
kisah hidup
12. Kepuasan
Emosi Carol Ryff
Hidup
Kesejahteraan
psikologis dan
kesehatan
mental positif
Generatifity sbg
Faktor Penyesuaian Kesejahteraan
dan Kesejahteraan Sosial
Psikososial
13. Berbagai
hubungan pada
usia paruh baya
Teori Kontak
Sosial
Teori Konvoi Sosial
Teori Selektivitas Sosial Berbagai lingkaran teman dan
Emosional
keluarga dekat dengan berbagai
Sudut pandang rentang
kehidupan pada cara orang-orang
kadar kedekatan, yang dapat
memilih dengan siapa mereka mereka andalkan untuk bantuan,
akan menghabiskan waktu kesejahteraan, dan dukungan
mereka sosial, dan kepada mereka juga
kita menawarkan kepedulian,
perhatian, dan dukungan.
14. Hubungan, Gender, dan Kualitas Hidup
Bagi kebanykan orang dewasa berusia paruh baya,
hubungan merupakan kunci terpenting untuk
kesejahteraan. Hal ini bisa menjadi sumber kesehatan
dan kepuasan yang utama, tetapi juga dapat
memberikan tuntutan yang membuat stres
(hubungan dengan pasangan, pasangan kohabitasi,
pasangan homoseks,teman, pada pertalian dengan
anak-anak yang sudah dewasa, ikatan dengan orang
tua yang sudah lanjut usia, saudara sekandung dan
cucu)
15. Hubungan
konsensual
Pernikahan dan
kohabitasi
Perceraian pada usia
paruh baya
Hubungan homoseks dan
lesbian
pertemanan
16. Pernikahan dan
kohabitasi
Kepuasan pernikahan secara umum pada usia
tengah,ketika banyak pasangan yang anak-anak
remajanya dan telah hidup bahagia yang meliputi
kebaikan.
Namun, Kohabitasi bagi orang-orang usia paruh baya
lebih mungkin dapat menimbulkan depresi
dibandingkan dengan rekan mereka yang telah
menikah.
17. Perceraian pada usia
paruh baya
Perceraian pada usia paruh baya relatif tidak lazim.
Kebanyakan perceraian muncul selama masa 10 tahun
pertama. bagi orang-orang diusia paruh baya,
perceraian dapat menjadi hal yang traumatis.
18. Hubungan homoseks
dan lesbian
Banyak homoseks yang menyembunyikan identitas
mereka hingga masa dewasa, yang mana hal ini dapat
berpengaruh terhadap aspek lainnya dari masa
perkembangan.
Laki-laki homoseks yang menyembunyikan jati dirinya
hingga masa paruh baya cendrung merasa bersalah,
memendam rahasia, menutup kondisinya dengan
melakukan pernikahan heteroseksual, dan akhirnya
berkonflik dengan dirinya sendiri. Sebaliknya, mereka
yang mengakui jati dirinya sejak awal sering kali
menghadapi halangan lintas-ras dan sosial ekonomi.
19. Pertemanan
Pertemanan pada usia paruh baya sering kali berkisar
diseputar pekerjaan dan orang tua; yang lainnya
berdasarkan hubungan dengan lingkungan sekitar
tempat tinggal atau hubungan dengan organisasi
sukarela.
Kualitas pertemanan pada masa paruh baya sering kali
mengompensasi kekurangan jumlah waktu yang
dihabiskan, terutama selama masa krisis seperti
perceraian.
20. Hubungan
dengan anak
yang sudah
dewasa
Remaja : berbagai
persoalan bagi Empty nest
orang tua
Mengasuh anak-
anak yang telah Cluttered nest
dewasa
21. Remaja : berbagai
persoalan bagi
orang tua
Masa remaja dan masa paruh baya adalah masa yang
dapat dikaitkan dengan krisis emosional.Masa remaja
adalah masa dimana anak mencari identitas diri dan
mencoba hal-hal baru sehingga ini akan menjadi
masalah baru bagi orang tua karena di masa ini anak
akan memiliki pergaulan yang lebih luas di lingkungan
dimana nilai ini akan mempengaruhi nilai yang
ditanamkan orang tua dalam keluarga, sehingga inilah
yang akan memnculkan kecemasan, ketakutan dan
masalah bagi orang tua disamping masalah mereka
pribadi sebagai orang yang berada dalam tahapan
paruh baya yang juga memiliki banyak persoalan.
22. Empty nest
Empty nest merupakan tahap transisi orang tua yang
mengiringi kepergian anak terakhir dari rumah.dampak
empty nest terhadap pernikahan orang tua dapat dilihat
dari kualitas dan lamanya pernikahan. Dalam suatu
pernikahan yang kuat kepergian anak-anak yang sudah
dewasa bisa memberikan peluang adanya”bulan madu
kedua” sedangkan dampak empty nest terhadap
keluarga atau pernikahan yang rapuh dapat
memperkuat keinginan mereka untuk bercerai (jika
alasan untuk mempertahankan pernikahan hanya demi
anak).
23. Mengasuh anak-
anak yang telah
dewasa
Beberapa orang tua mengalami kesulitan dalam
memperlakuakan anak mereka sebagai orang dewasa
dan banyak orang dewasa awal yang mengalami
kesulitan menerima kepedulian yang terus menerus
dari orangtua.Namun banyak juga dewasa awal dan
orang tuanya yang berusia paruh baya saling
menikmati kebersamaan dan berhubungan baik.
24. Cluttered nest
revolving door syndrom adalah kecendrungan dewasa
awal meninggalkan rumah untuk kembali lagi ke rumah
orang tua mereka kaena menghadapi kesulitan
keuangan, pernikahan atau masalah lainnya
Keadaan dan sindrom ini dapat memperpanjang masa
menjadi orang tua, memperpanjang masa menjadi
orang tua bisa mengarah pada ketegangan antar
generasi jika berlawananan dengan harapan
normative, karena seiring dengan peralihan remaja
menuju dewasa awal, orang tua mengharapkan anak
mereka menjadi mandiri dan mereka juga
mengharapkan demikian, sehingga penundaan dan
kembalinya anak dapat memicu stress.
25. Pertalian
keluarga
lainnya
Hubungan dengan
Hubungan dengan
orang tua lanjut usia
saudara kandung
Menjadi Kakek nenek
26. Hubungan dan bantuan yang
timbal balik
Kebanyakan orang dewasa
Hubungan dengan berusia paruh baya dan orang tua
orang tua lanjut usia mereka memiliki hubungan yang
hangat dan penuh kasih sayang
berdasarkan hubungan yang
sering dilakukan dan bantuan
yang timbal balik. Hubungan anak
perempuan dan ibu yang lebih
tua, terutama, cendrung dekat.
Menjadi pengasuh bagi orang tua
lanjut usia
Tekanan dalam pengasuhan Keturunan biasanya paling baik
Melakukan pengasuhan bergaul dengan orang tua ketika
dapat membuat mereka sehat dan kuat. Ketika
menimbulkan stress. orang – orang yang lebih kuat sakit,
terutama jika mengalami
kemunduran mental atau perubahan
kepribadian, beban mengasuh
mereka mungkin menjadikan
hubungan lebih tegang.
27. Hubungan dengan
saudara kandung
Menjaga hubungan dengan saudara kandung penting bagi
kesejahteraan psikologis dalam masa paruh baya, meskipun
tingkat kepentingannya relatif terhadap hubungan lainnya,
seperti pertemanan, bisa naik dan turun dari waktu ke waktu.
Hubungan saudara kandung terlihat memiliki tujuan yang
agak berbeda untuk perempuan dan laki – laki. Bagi
perempuan, perasaan positif terhadap saudara kandung
dikaitkan dengan konsep diri yang menyenangkan, bagi laki –
laki, dengan moral yang tinggi.
28. Menjadi kakek nenek
Menjadi Kakek
Nenek setelah
Peran kakek nenek
Bercerai dan
Menikah Kembali
Membesarkan cucu