Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian hormon PMSG dan pakan tambahan berupa kotoran domba dan sapi terhadap jumlah dan berat kokon cacing tanah Lumbricus rubellus. Hasilnya menunjukkan bahwa pemberian PMSG 0,5 IU dan pakan kotoran domba berinteraksi dan dapat meningkatkan jumlah kokon yang dihasilkan.
1. Vol.14.No.1.Th.2007 Jumlah dan Berat Cocoon Cacing Tanah (Lumbricus rubellus)
Jumlah Dan Berat Cocoon Cacing Tanah (Lumbricus Rubellus) Yang Diberi
Pmsg, Pakan Tambahan Berupa Kotoran Domba Dan Kotoran Sapi
Rr. Eko Susetyarini*
Jurusan Biologi FKIP, Universitas Muhammadiyah Malang
Jl. Raya Tlogomas No.246 Malang, Telp. (0341) 464318
Email: niniek@gmail.com
ABSTRAK
Latar Belakang : Manipulasi terhadap proses reproduksi pada cacing tanah dapat dilakukan melalui pengubahan
lingkungan cacing tanah, misalnya dengan pemberian pakan berupa kotoran domba atau sapi, diduga bisa mempercepat
kematangan seksual, sehingga meningkatkan jumlah kokon dan cacing muda yang dihasilkan kokon. Pregnant Mare
Serum Gonadotropin (PMSG) yang digunakan untuk mendorong terjadinya ovulasi dan superovulasi pada mamalia
memungkinkan bisa mempengaruhi kemampuan reproduksi cacing tanah. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
pengaruh interaksi pemberian hormone PMSG, pakan tambahan berupa kotoran domba dan kotoran sapi terhadap berat
dan jumlah kokon cacing tanah .
Metode : Sampel penelitian berjumlah 45 pot. Setiap pot berisi 10 cacing tanah yang berumur 4 minggu dengan berat
badan cacing tanah sekitar 50-60 mg. Jenis cacing tanah yang digunakan cacing (Lumbricus rubellus). Jumlah
perlakuan hormone PMSG 3 level (dosis 0 IU; 0,25 IU; 0,50 IU). Jumlah perlakuan pakan tambahan 3 level, yaitu tanpa
pakan tambahan, ktoran domba, kotoran sapi. Jumlah perlakuan kombinasi ada 9 perlakuan, tiap perlakuan diulang 5
kali. Rancangan percobaan menggunakan RAL, pola faktorial 3 x 3. Faktor pertama 3 level perlakuan PMSG dan faktor
kedua 3 macam perlakuan pakan tambahan. Teknik analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah Anava
dengan uji lanjut analisis BNT.
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian hormon PMSG dengan dosis 0 IU; 0,25 IU dan 0,50 IU
berinteraksi dengan pemberian pakan tambahan kotoran domba dan kotoran sapi terhadap jumlah kokon dan berat
kokon (p < 0.05). Disarankan untuk memperoleh hasil kokon dalam jumlah yang lebih banyak dapat menggunakan
media cacing tanah yang diberi pakan tambahan berupa kotoran domba dan PMSG dosis 0,50 IU.
Kata Kunci: cacing tanah, PMSG, kotoran, kokon
* Jurusan Biologi, FKIP, Universitas Muhammadiyah Malang
PENDAHULUAN tepung ikan untuk ransum pakan ternak dan ikan.
Apalagi diketahui bahwa sumber protein cacing
Cacing tanah mempunyai potensi memberi tanah lebih tinggi dari pada tepung ikan. Di
keuntungan bagi kehidupan dan kesejahteraan negara lain cacing tanah dimanfaatkan sebagai
manusia. Selama ini cacing tanah dianggap hewan bahan obat, bahan kosmetik, pengurai tanah dan
yang menjijikkan dan kurang dimanfaatkan oleh penyubur tanah.
bangsa Indonesia, oleh karena itu budidaya cacing Beberapa jenis cacing tanah yang banyak
belum banyak dilakukan peternak di Indonesia. diternakkan antara lain Pheretima, Perionyx dan
Dibandingkan dengan negara-negara lain seperti Lumbricus. Lumbricus khususnya Lumbricus
Amerika Serikat, Filipina, Jepang, Taiwan dan rubellus, merupakan cacing tanah yang mudah
beberapa negara Eropa serta Australia, budidaya dalam penanganannya dan termasuk jenis cacing
cacing tanah di Indonesia masih merupakan hal tanah komersial (Amrullah, 1986). Walaupun
yang baru (Budiarti, 1993). bersifat hermaprodit, masing-masing individu
Akhir-akhir ini cacing tanah sebagai sumber cacing tanah tidak dapat melakukan fertilisasi
protein hewani digunakan sebagai pengganti sendiri. Perkembangbiakan dilakukan melalui
9
2. Vol.14.No.1.Th.2007 Jumlah dan Berat Cocoon Cacing Tanah (Lumbricus rubellus)
fertilisasi silang yaitu terjadinya proses kopulasi penelitian Matsuzaki, et al. (1997) tentang
dan fertilisasi secara eksternal (Budiarti, 1993). superovulasi pada tikus rumah, dengan
Ekofisiologi mempunyai peranan terhadap menggunakan PMSG dosis 7,5 IU diberikan
kematangan dan kesempurnaan alat reproduksi. secara intraperitoneal, dapat menyebabkan 94,6%
Kondisi lingkungan sangat besar pengaruhnya dari tikus yang diteliti mengalami ovulasi.
terhadap kemampuan reproduksi suatu hewan, Alat reproduksi pada cacing tanah terdiri
khususnya hewan invertebrata (Begon et al., 1986 dari alat reproduksi jantan yang terdiri dari testes,
; Kramadibrata, 1994). Sampah organik kantung testes, spermiducal funnels, vesikula
merupakan media yang baik bagi cacing tanah. seminalis, vas deferen, kelenjar prostat. Alat
Sedangkan hijauan dan kotoran ternak merupakan reproduksi pada cacing betina terdiri dari
salah satu sumber bahan organik. Secara umum sepasang ovarium , oviduk dan spermateca. Alat-
pakan cacing tanah adalah berupa kotoran hewan. alat reproduksi tersebut mirip dengan yang
Kotoran yang dipakai umumnya adalah yang dimiliki oleh hewan vertebrata. Namun sampai
sudah terdekomposisi (Amin, 1993). saat ini belum diketahui secara pasti adanya suatu
Menurut Kale et al. (1982) yang dikutip hormon eksogen yang mempunyai pengaruh
oleh Waluyo (1995) menyatakan bahwa cacing terhadap proses reproduksi dari Lumbricus
Perionyx exacavatus yang dipelihara pada kondisi maupun jenis cacing lainnya.
laboratorium dengan pemberian makanan yang Kamemoto et al. (1966) yang dikutip oleh
berbeda-beda, dapat memperlihatkan periode Hegner (1968) menemukan adanya sel
cacing muda yang berbeda. Cacing tanah yang neurosekretoris yang diduga berfungsi
diberi tambahan makanan berupa kotoran domba, menghasilkan hormon, terdapat pada otak cacing
periode cacing muda dicapai pada 90 - 150 hari Lumbricus. Neurosekretori ini berfungsi sebagai
sedangkan pemberian makanan tambahan berupa pengatur keseimbangan kadar garam dan air di
kotoran sapi periode cacing muda dicapai pada dalam tubuh. Menurut Haris (1992),
150 - 210 hari. neurosekretori berfungsi merangsang
Bentuk cacing tanah yang dewasa, ditandai pembentukan gamet dan karakteritis sex.
dengan adanya gelang (Klitellum) pada tubuhnya Dari informasi yang diperoleh diatas, timbul
dan lubang kelamin jantan dan betina. Pada pertanyaan apakah hormon PMSG yang biasa
kondisi yang demikian cacing dewasa siap untuk dipakai untuk menggertak kemampuan reproduksi
mengadakan kopulasi /perkawinan. Selama 7 - 10 pada mamalia (vertebrata), dapat juga
hari setelah perkawinan, seekor cacing dewasa, mempengaruhi kemampuan reproduksi pada
akan menghasilkan satu kokon. kokon berbentuk cacing tanah.
lonjong dan berukuran sekitar 1/3 besar kepala
korek api (Budiarti, 1993). Cacing muda akan Rumusan Masalah
keluar dari selubung kokon setelah embrio dalam Dalam penelitian yang akan dilakukan ini
kokon berkembang selama 2 - 3 minggu. Cacing rumusan masalah yang dapat dikemukakan
muda yang baru lahir belum mempunyai klitellum adalah:
(Kotpal et al., 1981) dan setiap kokon akan 1. Apakah pemberian PMSG berpengaruh
menghasilkan rata-rata 4 ekor cacing muda terhadap jumlah dan berat kokon yang
(Budiarti, 1993). dihasilkan cacing tanah?
Berbeda dengan hewan vertebrata, pada 2. Apakah pemberian pakan tambahan berupa
golongan invertebrata khususnya cacing tanah kotoran sapi dan kotoran domba berpengaruh
belum diketahui tentang peranan hormon terhadap jumlah dan berat kokon yang
gonadotropin dalam memacu kemampuan dihasilkan cacing tanah?
reproduksinya. 3. Apakah interaksi antara pemberian PMSG
Pregnant Mare Serum Gonadotropin dengan pakan tambahan berupa kotoran sapi
(PMSG) adalah hormon gonadotropin yang telah dan kotoran domba berpengaruh terhadap
banyak dipakai pada hewan mamalia untuk jumlah dan berat kokon yang dihasilkan
mendorong terjadinya ovulasi dan superovulasi . cacing tanah?
Menurut Hafez (1993), pemberian PMSG dengan
penyuntikan subkutan atau intramuskuler pada TUJUAN PENELITIAN
ternak betina dapat menggertak pertumbuhan
folikel pada ovarium dan ovulasi. Dari hasil Tujuan Umum :
11
3. Susetyorini Jurnal Protein
1. Untuk mengetahui rekayasa kemampuan spermatid dan spermatozoa. Kemudian
reproduksi cacing tanah . melalui spermiducal funnels kembali ke
kantung testes selanjutnya menuju vas deferen
Tujuan Khusus: untuk dikelurakan pada lubang genital saat
1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian kopulasi (Hegner, 1968; Kotpal, 1981).
PMSG terhadap jumlah dan berat kokon yang Ova yang masak dari ovarium akan
dihasilkan cacing tanah . dipindahkan ke oviduk melalui corong oviduk
2. Untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan dan dikeluarkan melalui genital dalam suatu
tambahan berupa kotoran sapi dan kotoran bentuk yang disebut kokon.
domba terhadap jumlah dan berat kokon yang Kopulasi adalah suatu proses
dihasilkan cacing tanah. pemindahan sperma dari satu cacing ke cacing
3. Untuk mengetahui interaksi antara pemberian yang lain atau sebaliknya, melalui perlekatan
PMSG dan pakan tambahan berupa kotoran klitellum. Setelah kopulasi terjadi, cairan
sapi dan kotoran domba terhadap jumlah dan mukus dikeluarkan dari klitellum sehingga
berat kokon yang dihasilkan cacing tanah . menyelubungi bagian anterior dimana
terdapat lubang spermateka sampai bagian
Manfaat Penelitian lubang kelamin jantan. Sekresi ini akan
1. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan mengeras, membentuk gelembung karena
sebagai data dasar tentang kemampuan adanya khitin dan merupakan materi untuk
reproduksi cacing tanah setelah diberi hormon pembentuk kokon.
(PMSG) dan pemberian pakan tambahan
berupa kotoran sapi dan kotoran domba pada
cacing tanah.
2. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan bagi PMSG (Pregnant Mare Serum Gonadotropin)
peternak cacing tanah dengan memacu
kemampuan reproduksi cacing tanah sehingga Sejarah
dapat meningkatkan produktivitasnya. Tahun 1930 Cole dan Hart menemukan
3. Sebagai informasi pada masyarakat tentang dalam darah kuda bunting 40 hari sampai 140 hari
pemanfaatan limbah sampah dan kotoran mengandung sejumlah hormon gonadotropin yang
hewan. disebut equine gonadotropin. PMSG telah dipakai
dalam penelitian maupun pengobatan komersial
1. Cacing Tanah sejak 30 tahun yang lalu. PMSG merupakan
Menurut Barnes (1987), ciri-ciri dari preparat gonadotropin yang secara komersial telah
cacing tanah adalah : hidupnya di dalam tanah dipakai secara luas karena preparat pengganti
di daerah tropis, morfologi tubuhnya yang lebih murah belum ada.
berbentuk bilateral simetris, silindrik. Cacing
tanah genus Lumbricus, tubuh bagian dorsal Sifat Kimiawi
berwarna merah muda sampai tua, tubuh 1. Glikoprotein (lebih tinggi dibanding FSH)
bagian vebtral warnanya lebih muda. 2. Rantai alfa dan beta terikat non-kovalen
Mempunyai 100 sampai 180 segmen, pada 3. Ada jembatan S (sulfida)
segmen pertama terdapat mulut yang disebut 4. Hampir sama dengan FSH sedikit :H
peristomium. Tiap segmen mempunyai 5. CHO 40 – 48% (Hexosa, hexosamin)
beberapa setae. Anus terpat pada ujung 6. Asam sialat 10,8% (lebih tinggi daripada
posterior. Alat reproduksi bersifat FSH)
hermaprodit dan perkawinan dilakukan secara 7. Berat molekul 68.000
fertilisasi silang dengan kopulasi. 8. Paruh hidup 26 jam (rata-rata), untuk domba
21 jam; sapi 80 jam, babi > 80 jam.
2. Fisiologi Reproduksi Pada Cacing Tanah 9. Pengambilan asam sialat pada molekul PMSG
Spermatogonia dari testes akan menghilangkan aktifitas biologinya.
ditampung dalam kantung dan dikeluarkan 10. Asam sialat pada PMSG kandungannya
menuju vesikula seminalis. Dalam vesikula berbeda-beda dari satu waktu ke waktu yang
seminalis spermatogonia akan dimatangkan lain dari masa kebuntingan, karena itu kadar
sehingga berkembang menjadi spermtosit, PMSG dari satu batch dapat berbeda dari bath
12
4. Vol.14.No.1.Th.2007 Jumlah dan Berat Cocoon Cacing Tanah (Lumbricus rubellus)
lain. PMSG, karena itu ovarium tidak dapat
11. PMSG menurut efeknya tidak dapat diaktifkan baik oleh PMSG maupun HCG
dipisahkan antara fungsi FSH dan sedikit LH dengan dosis yang tinggi.
12. Upaya memisahkan PMSG menjadi fraksi h. Pada kuda tidak sensitif terhadap FSH
yang berefek FSH dan LH belum berhasil. karena PMSG endogen mengikat reseptor
13. Efek biologi hilang bila preparat murni dalam untuk FSH pada ovarium.
bentuk kering tidak disimpan dalam larutan
netral. 2. Pada Ternak Lain
14. PMSG diinaktifkan oleh enzim protease a. PMSG mempunyai fungsi biologi sama
dalam saluran pencernaan. dengan FSH sedikit LH
b. PMSG tidak bersifat spesies spesifik.
Biosintesa c. Umur pubertas dapat diperpendek dengan
Disintesa oleh sel epitel endometrium progesteron dan PMSG pada sapi dara.
berbentuk mangkuk (endometrium cup) pada
bangsa kuda, keledai, girafe (jerapah) dan gajah 3. Pada Tikus
Afrika. Antara hari ke 40 – 180 masa a. Pada tikus yang dihipofisektomi, PMSG
kebuntingan, puncaknya pada hari ke 70 – 80, menyebabkan pertumbuhan folikel,
kemudian kadarnya menurun pada hari ke 180. pertumbuhan sel granulosa folikel, sekresi
Faktor yang mempengaruhi sekresi PMSG, estrogen pada betina, pada tikus jantan
yaitu: menyebabkan spermatogenesis dan
1. Bangsa kuda sekresi androgen.
2. Varietas b. PMSG dan HCG meningkatkan aktifitas
3. Banyaknya anak kelenjar tiroid baik yang normal maupun
4. Induk jantan dan betina kuda. hipofisektomi pada tikus yang belum
dewasa.
Fungsi PMSG c. Dosis kecil pada tikus yang
1. Pada Kuda: dihipofisektomi PMSG memberi efek
a. Pada kuda bunting 40 hari, PMSG sebagai FSH, dosis besar memberi efek
digunakan untuk pertumbuhan folikel sebagai LH (ovulasi) atau luteinisasi
baru, korpus luteum asesoris (Kista luteal) korpus luteum.
yang akan menghasilkan progesteron,
membantu korpus luteum graviditatum 4. Faktor yang mempengaruhi respon
untuk menghasilkan progesteron dalam ovarium terhadap PMSG
memelihara kebuntingan. a. Lingkungan
b. Korpus luteum graviditatum pada kuda b. Musim
menurun sekresi progesteronnya pada hari c. Umur induk
ke 40 masa kebuntingan. d. Berat badan induk
c. PMSG mendorong pertumbuhan gonad e. Genetik (tikus yang secara genetik
dari foetus kuda yang mengakibatkan : mempunyai anak banyak memberi respon
d. ovariun foetus kuda > ovarium anak kuda yang lebih baik).
baru lahir; testes foetus kuda > testes anak f. Fekunditas
baru lahir. g. Bangsa
e. PMSG menyebabkan kadar estrogen dan h. Preparat hormon yang dipakai.
progesteron dalam darah induk
meningkat, menyebabkan uterus oetus 5. Pemakaian PMSG di Lapangan
pada hewan betina dan kelenjar asesoris a. Tujuan non-klinis pada hewan betina:
foetus pada hewan jantan membesar. mengertak super ovulasi, menggertak
Setelah lahir uterus dan kelenjar asesoris ovulasi pada induk yang menderita
mengecil kembali secara cepat. anestrus, meningkatkan jumlah ovulasi
f. PMSG diperlukan untuk proses immuno- yang normal dengan tujuan menambah
proteksi terhadap foetus yang sedang anak sekelahiran pada induk polipara.
tumbuh. b. Pada superovulasi, pengaruh PMSG
g. Ovarium kuda kurang sensitif terhadap berbeda-beda menurut spesies hewan:
13
5. Susetyorini Jurnal Protein
pada sapi pengaruh PMSG setelah 120 mengelurakan telur, pembuahan dilakukan di luar
jam, pada domba pengaruh PMSG setelah tubuh, sperma akan membuahi ovum sewaktu
40 jam. kokon melewati spermateka. Zygot yang terjadi
c. Untuk superovulasi, kombonasi PMSG akan disimpan dalam kokon. Kemudian kokon
dan HCG pada berbagai ternak. Pada sapi akan berpindah di atas kepala cacing dan
1500-3000 IU, Sapi dara 1000-2000, mengeras.
Kambing 1000-1500, Domba 600-1000,
Babi 750-1500. Hipotesis Penelitian
d. Karena PMSG mangandung sebagian 1. Pemberian PMSG berpengaruh terhadap
besar sebagai FSH, sering menyebabkan jumlah dan berat kokon yang dihasilkan
terbentuknya siste folikel bila terlalu lama cacing tanah.
pemberiannya atau dosisnya terlalu tinggi. 2. Pemberian pakan tambahan berupa kotoran
Pada domba PMSG 1500 IU diikuti sapi dan kotoran domba berpengaruh terhadap
dengan 1000 IU HCG 3 hari setelah jumlah dan berat kokon yang dihasilkan
PMSG menghasilkan 50% folikel cacing tanah.
berovulasi. Pada kambing: superovulasi 3. Interaksi antara pemberian PMSG dan pakan
dengan PMSG pada hari 17-18 dengan tambahan berupa kotoran sapi dan kotoran
dosis 1500 IU menghasilkan ovulasi rata- domba berpengaruh terhadap jumlah dan berat
rata 13,7. kokon yang dihasilkan cacing tanah .
e. Respon folikel terhadap PMSG
tergantung pada tingkat pertumbuhannya.
f. Pada folikel primodial, PMSG menambah
jumlah folikel yang masuk fase pra antral.
g. Pemberian progesteron selama 10-12 hari MATERI DAN METODE PENELITIAN
diikuti PMSG 750 IU dan HCG 1000 IU
akan timbul birahi dan ovulasi pada 2 atau Rancangan Percobaan.
3 hari kemudian sudah terbukti pada Penelitian ini menggunakan rancangan acak
domba. lengkap, pola faktorial 3 x 3. Faktor pertama
adalah dosis PMSG, yaitu 0 IU; 0,25 IU dan 0,50
KERANGKA KONSEPTUAL DAN IU dan faktor kedua adalah pakan tambahan, yaitu
HIPOTESIS kotoran sapi, kotoran domba dan tanpa pakan
tambahan.
Kerangka Konseptual
Pemberian pakan tambahan yang sesuai Populasi dan Sampel
akan mempengaruhi pertumbuhan dan diharapkan Populasi yang digunakan adalah cacing
reproduksi dan prosuksi akan meningkat. tanah (Lumbricus rubellus) yang muda berumur
Pemberian kotoran sapi dan domba dalam media 4 minggu. Sampel yang digunakan sebanyak 450
merupakan tambahan pakan untuk pertumbuhan ekor cacing tanah dengan berat 50-60 mg dengan
cacing. 9 perlakuan dan 5 ulangan.
Pemberian hormon PMSG melalui uji
kontak pada cacing tanah akan diserap cacing Variabel Penelitian
tanah secara difusi melalui kulit, karen akulit Variabel bebas adalah pemberian dosis
cacing tanah mengandung kapiler-kapiler darah. PMSG dan pemberian pakan tambahan kotoran
Melalui aliran darah, hormon PMSG akan dibawa sapi dan kotoran domba. Variabel tergantung,
keseluruh tubuh dan khususnya menuju ke organ adalah jumlah dan berat kokon cacing tanah.
reproduksi dan diduga akan meningkatkan Variabel kontrol berupa wadah cacing, media, pH,
pembentukan gamet (superovulasi). kelembaban, suhu, alat ukur. Variabel moderator
Cacing tanah dewasa akan mengadakan berupa proses kopulasi dan fertilisasi cacing
kopulasi dengan cacing tanah dewasa lainnya, tanah.
dimana pada waktu kopulasi terjadi pemindahan
sperma kemudan sperma disimpan dalam Cara Kerja
spermateka. Klitellum mengeluarkan cairan untuk Satu kelompok pot yang telah tersedia diisi
membentuk kokon. Lubang genital betina dengan tanah humus dan diberi kotoran sapi
14
6. Vol.14.No.1.Th.2007 Jumlah dan Berat Cocoon Cacing Tanah (Lumbricus rubellus)
dengan perbandingan 7 : 3 sedang kelompok pot yang ditandai adanya klitellum. Bila pada media
yang lain diisi tanah humus dan kotoran doba sudah terdapat kokon, ditandai dengan gelembung
dengan perbandingan yang sama. Masing-masing kecil (seperti kacang hijau) berwarna hijau muda
pot diberi label sesui dengan rancangan yang telah dan dapat dilihat dengan mata telanjang, diambil
ditentukan. Pemberian PMSG pada cacing dan dihitung jumlah jumlahnya, diukur beratnya
dilakukan dengan mencelupkan cacing ke dalam dengan memakai timbangan mikro.
larutan hormon PMSG sesuai dengan dosis PMSG
yang telah ditentukan pada masing-masing Teknik Analisis Data
perlakuan. Tiap perlakuan berisi 10 cacing tanah. Data yang akan dianalisis adalah data
Kemudian masing-masing cacing yang telah mengenai jumlah kokon dan berat kokon cacing
diberi perlakuan ditaruh dalam pot yang telah tanah, dianalisis dengan menggunakan ANAVA,
ditentukan. bila ada perbedaab yang nyata akan dilanjutkan
Tahap pengamatan dilakukan seminggu dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT).
sekali sampai cacing tersebut tumbuh dewasa
HASIL PEMBAHASAN DAN PEMBAHASAN
1. Jumlah Kokon
Tabel 1 : Rerata dan Simpangan Baku Jumlah Kokon Cacing tanah yang diberi PMSG
dan Pakan Tambahan
Dosis PMSG (IU)
Perlakuan
0 0,25 0,50
Tanpa Pakan Tambahan - - -
Pakan Tambahan Kotoran Sapi 36,2 0,84 34,6 0,89 61,4 1,34
Pakan Tambahan Kotoran Domba 77,0 1,00 75,6 0,55 99,8 0,84
Keterangan : - sampai akhir penelitian belum terdapat jumlah kokon sehingga belum dapat dicatat datanya.
Dari analisi statistik dengan yang nyata (p < 0.05) antara semua kombinasi
menggunakan Anava, yang dilanjutkan perlakuan.
dengan uji BNT ternyata terdapat perbedaan
2. Berat Kokon
Tabel 2 : Rerata dan Simpangan Baku Berat Kokon Cacing tanah yang diberi PMSG
dan Pakan Tambahan
Dosis PMSG (IU)
Perlakuan
0 0,25 0,50
Tanpa Pakan Tambahan - - -
Pakan Tambahan Kotoran Sapi 16,02 0,17 14,82 0,28 14,40 0,16
Pakan Tambahan Kotoran Domba 15,11 0,11 13,97 0,19 14,47 0,39
Keterangan : sampai akhir penelitian belum terdapat kokon sehingga data berat kokon belum dapat dicatat .
Dari analisi statistik dengan yang nyata (p < 0.05) antara semua kombinasi
menggunakan Anava, yang dilanjutkan perlakuan.
dengan uji BNT ternyata terdapat perbedaan
15
7.
8. Susetyorini Jurnal Protein
Tabel 3 : Ringkasan Hasil Analisis Perlakuan PMSG dan Pakan Tambahan Terhadap
Jumlah dan Berat Kokon Cacing Tanah
Dosis PMSG X Pakan
Variabel Dosis PMSG Pakan Tambahan
tambahan
Jumlah Kokon p = 0,0000 p = 0,0000 p = 0,0008
Berat Kokon p = 0,0000 p = 0,0000 p = 0,00001
Dari tabel 3, terlihat bahwa variabel maupun betina dari cacing tanah. Media cacing
dimana terdapat interaksi antara pemberian tanah yang diberi pakan tambahan berupa kotoran
dosis PMSG dan Pakan Tambahan (p < 0.05), domba maupun sapi yang dikombinasikan dengan
adalah variabel jumlah kokon dan berat pemberian PMSG dosis 0,50 IU dapat
kokon. meningkatkan jumlah kokon yang dihasilkan .
Dibanding dengan cacing tanah yang diberi pakan
PEMBAHASAN tambahan kotoran domba dengan dosis PMSG
0,25 IU. Dalam hal ini peningkatan jumlah kokon
Ada pengaruh interaksi antara pemberian juga disebabkan karena kotoran domba
PMSG dan pakan tambahan yang berupa kotoran mengandung protein 12,19% dan dosis PMSG
domba dan sapi terhadap jumlah kokon yang 0,50 IU akan menggertak pembentukan gamet
dihasilkan cacing tanah (p = 0,05). Sesuia cacing tanah.
pendapat Hafez (1993) bahwa penggunaan Ada pengaruh interaksi antara pemberian
hormon PMSG untuk menggertak terjadinya PMSG dengan pakan tambahan terhadap berat
superovulasi pada golongan mamalia sangat kokon yang dihasilkan cacing tanah (p < 0,05).
tergantung pada dosis hormon yang digunakan, Menurut Hafez (1993), PMSG bisa digunakan
makin tinggi dosis PMSG yang diberikan makin untuk mengegrtak terjadinya superovulasi pada
banyak sel telur yang diovulasikan. ternak, sedangkan pakan tambahan yang
Hardjopranyoto (1995) menyatakan bahwa pada mempunyai kandungan protein lebih tinggi dapat
percobaan tikus yang dihipofisektomi, yang diberi menyediakan bahan baku untuk pembentukan
PMSG dapat menggertak pertumbuhan folikel. gamet. Sebagai akibatnya semakin banyak gamet
Penggunaan hormon PMSG dengan dosis 7,5 IU yang dihasilkan maka semakin kecil berat kokon
yang diberikan secara intraperitoneal pada tikus yang dihasilkan.
yang dihipofisektomi dapat menyebbakan 94,6%
dari tikus yang diteliti mengalami ovulasi KESIMPULAN DAN SARAN
(Matsuzaki, 1997). Dari hasil penelitian ini,
PMSG yang diberikan pada cacing tanah dengan Kesimpulan
cara dicelup akan diserap secara difusi oleh pori- Ada pengaruh interaksi antara pemebrian
pori yang ada pada dinding tubuh cacing tanah. PMSG dengan pakan tambahan berupa kotoran
Hormon tersebut selanjutnya mengikuti aliran domba dan sapi terhadap jumlah dan berat kokon
darah dan menggertak sel-sel neurosekretori di yang dihasilkan oleh cacing tanah. Media cacing
dalam ganglion supraesofagialis (Bagnara, 1976). tanah yang diberi kotoran domba dengan dosis
Sel-sel neurosekretori menghasilkan hormon yang PMSG 0,50 IU mengahsilkan rata-rata jumlah
menstimulasi ovarium dan testes untuk kokon yang terbanyak. Media cacing tanah yang
pembentukan gamet (Haris, 1992). Gamet yang diberi kotoran sapi tanpa PMSG menghasilkan
dihasilkan akan lebih banyak dibanding gamet rata-rata berat kokon yang terbesar.
yang dihasilkan secara normal. Hal tersebut juga
ditunjang oleh hasil penelitian Catalan (1981) Saran
yang melaporkan bahwa pakan untuk cacing tanah Untuk mmeperoleh jumlah kokon yang
ada dua golongan, yaitu bahan pakan untuk lebih banyak bisa digunkan media cacing tanah
penggemukkan dan bahan pakan untuk yang diberi pakan tambahan berupa kotoran
reproduksi. Bahan pakan untuk reproduksi harus domba dengan dosis PMSG 0,50 IU.
mengandung cukup protein karena asam-asam Perbandingan jumlah kokon yang diberi pakan
amino dari protein bahan tersebut diperlukan tambahan kotoran domba dengan diberi PMSG
untuk pembentukan gamet baik gamet jantan 0,50 IU dengan yang diberi pakan tambahan
32
9. Susetyorini Jurnal Protein
berupa kotoran sapi dengan diberi PMSG 0,50 IU, Swadaya. Jakarta.
adalah 100% : 60%.
6. Catalan, IG. 1981. Eartworm A New Source of
Protein. Philipine Eartworm Center.
Philipina.
DAFTAR PUSTAKA
7. Hafez, E.S.E. 1993. Reproducton in Farm
1. Amin, 1993. Cara Budidaya Cacing Tanah. Animals. Lea&Febiger. Philadelphia.
Suara Karya. 16 Nompember 1993.
8. Hardjopranyoto, S.1995. Ilmu Kemajiran
2. Anas, I. 1990. Metodologi penelitian Cacing Pada ternak. Airlangga University Press.
Tanah. IPB. Bogor. Surabaya.
3. Bagnara, T. 1976. Endokrinologi Umum. 9. Kotpal, R. 1981. Modern Text Book of
Airlangga University Press. Surabaya. Zoology Invertebrate. Rastogi Publications.
India.
4. Barnes, R. 1987. Invertebrate Zoology.
Saunders Co. Publishing. Philadelphia. 10. Kramadibrata, S. 1994. Ekologi Hewan.
Pelatihan Dosen LPTK C-3. ITB-DIKTI.
5. Budiarti dan asiani, 1993. Cacing Tanah. Bandung.
16