Ride the Storm: Navigating Through Unstable Periods / Katerina Rudko (Belka G...
Tugas makalah
1. Þ å~P $Þ ˆŪ ŒŪ e‰P Ï~P ˜Ū Þ Þ 6 PÞ rê Dî …~P $
Þ
ţX‚ È-»ÅùÉ -Ý,+úÉ # • TUGAS
MAKALAH.doc LAM.doc .xls oc c 81A4C4F97} m L
ALBUM] ° ÜÞ ‚UŘ|À¦ 0ß Àøûý• !$ D!$ tá }]Ř|˜ũ 2 Ř|
E x ÌÞ èÞ á î•|8 Ř|ÿÿÿÿ2 Ř|«Ř|Ř|¦ APŘ|D¦ ä Ô
ß 3RŘ|D¦ Ô àß ÒWh˜ŗ¦ ‚UŘ|x‡ TUGASM~1.D
OC Àøûý• $ T-
$ ,â }]Ř|¥ř|žŨ ª]Ř|øŨ!$ à ìß ß ðß šSŘ|Ȧ (Âŕ
|ìß äß Tà
á Èâ , ´à •ZŘ| xà à
ÀÂŕ
|O[Ř|@
šSŘ|€‡ `Âŕ
|¤à Œ‡ APŘ|ª‡ ä Ô Ìà 3RŘ|ª‡ Ô Pá CkÌ•
á ‚UŘ|Ž† Xá Àøûý•ð$ ,#$ œŠ }]Ř|‰$ üýª]Ř|øŨ+$
pá á á `á šSŘ|8† HÂŕ
|á Dá APŘ|l† ä Ô „† 3RŘ|l† Ô â ÔWhô
¼á ‚UŘ| â â Àøûý• $ T-
$ Tä }]Ř|¥ř|žŨ ª]Ř|øŨ!$ (â â Èá â šSŘ|Ŧ† (Âŕ
| â
2. â |â Hã ðä , Üâ •ZŘ|
â â ÀÂŕ
|O[Ř|@
ã
üý•ôõ WŘ| Ôâ Ôâ Ôâ
13. ï 3RŘ|˜“ Ô •ï ` ° Dï ‚UŘ|(Ŧ ˜” Àøû
ý• !$ D!$ Üñ }]Ř|ï 2 Ř|E x 4ï Pï xñ î•|8 Ř|ÿÿÿÿ2 Ř
|«Ř|Ř|„” APŘ|¬” ä Ô DOCSPE~1.S ï Ô Hð
ÔWhôüï ‚UŘ|‡Ŧ Pð Àøûý• $ T-
$ ŗ— }]Ř|¥ř|žŨª]Ř|øŨ!$ hð Tð ð ipun demikian,
bersamaan dengan menggeloranya gerakan reformasi yang ditandai dengan
iklim kebebasan, masyarakat Cina yang termasuk bagian dari rakyat
Indonesia memperoleh hak kebebasan yang sama dalam mengekspresikan karya
seninya. Salah satu karya seni musik Mandarin yang berkembang secara
lestari di Solo, adalah musik Erhu yang dengan setia ditekuni dan
dipelihara musisi Budi Kristianto Tandiyo.
Seni musik Erhu adalah kesenian yang memanfaatkan instrumen musik gesek
rebab Cina, tidak berbeda dengan rebab dalam seni karawitan Jawa atau
biola yang digesek dalam posisi berdiri. Musik Erhu, menurut Budi, di
negeri asalnya daratan Tiongkok lebih banyak digunakan untuk mengiringi
pementasan wayang Potehi. Irama alat musik Erhu yang konon dikembangkan
seseorang bernama Sin Chiang yang meniru dari perangkat bunyi-bunyian
dari jantung Asia Mongolia itu, di masa lalu juga banyak terdengar di
kelenteng-kelenteng tempat wayang Potehi dipentaskan.
Universalitas seni musik Erhu yang diadaptasikan ke bumi nusantara,
ternyata tidak menjadikan irama dari efek getar dawainya asing di telinga
masyarakat Indonesia. Instrumen musik Erhu yang biasanya hanya untuk
mengiringi adegan-adegan wayang Potehi dengan irama monotonis, di tangan
musisi Budi menjadi sangat kaya warna dan memenuhi citarasa siapa saja.
Musisi peranakan Cina yang lahir dan dibesarkan di Kota Solo itu, begitu
piawai mengaransir lagu-lagu dengan iringan gesekan musik Erhu yang akrab
dengan semua lapisan pendengarnya. Seusai menggelar musik Erhu bersama
dua puteri dan seorang saudara sepupunya dalam pentas budaya Mandarin, di
kampus Universitas Sebelas Maret (UNS) Mesen, Solo, baru-baru ini, Budi
mengungkapkan, dia mengenal musik Erhu sejak usia 10 tahun. Musisi
berusia 55 tahun tersebut, pada awalnya berguru menggesek instrumen musik
rebab Cina itu kepada seorang pemain dan musisi pengiring wayang Potehi,
almarhum Liem Tan Kwan.
Sepeninggal gurunya Liem Tan Kwan yang hanya sempat mengajarnya sekira
dua tahun, Budi yang telah menguasai teknik memainkan instrumen musik
Erhu, terpaksa beralih berlatih instrumen musik biola. Selama belajar
biola itu, musisi yang sehari-hari sebagai pengusaha alat-alat berat itu
melakukan eksplorasi memainkan instrumen musik Erhu menggunakan partitur
seni musik modern. Hasilnya, getaran dawai instrumen musik Erhu dengan
warna suaranya yang khas, mampu menghasilkan irama instrumentalia lagu-
lagu apapun -- selain lagu-lagu tradisional Cina juga lagu daerah, lagu
berirama pop maupun lagu-lagu Barat -- menurut kehendak musisinya.
Dalam pentas yang lalu, Budi dan kerabatnya menyajikan sederet lagu yang
bercirikan citarasa berbeda-beda, seperti lagu Mandarin Sie Yang Yang
yang melukiskan suasana perayaan di Tiongkok, lagu legendaris Bengawan
Solo, lantunan lagu yang melukiskan semangat persatupaduan, termasuk
lagu-lagu lain yang berirama Barat atau pop Indonesia dan lagu-lagu
daerah. Dominasi irama instrumen musik Erhu yang dipadu dengan alat musik
perkusi tradisional juga khas Cina yang disebut yung gim, serta
dilengkapi instrumen electone organ, menjadikan seni musik Erhu semakin
14. hidup.
Apabila kita mau mengakui secara jujur, yang namanya rakyat Indonesia
sebenarnya bukan hanya mereka yang lahir sebagai suku Jawa, Sunda, Batak,
Minang, Dayak, Bugis, dan suku-suku lain. Namun, etnis yang berasal dari
Arab, India, dan sebagainya, termasuk etnis Cina yang lahir dan
dibesarkan di Indonesia, adalah rakyat Indonesia. Dari sini barangkali
bisa dipahami, bahwa seni musik Erhu maupun karya seni lain, seperti
liong dan samsu yang dilestarikan masyarakat Cina di Indonesia, adalah
juga kesenian rakyat yang tidak berbeda dengan kesenian rebana yang
bernapaskan Timur Tengah atau orkes melayu yang mengadaptasi musik India.
Musisi Budi Kristianto Tandiyo yang menggeluti instrumen musik Erhu sejak
bocah adalah salah seorang yang telah lama mengalami penindasan budaya
akibat terkena peraturan yang melarang pelaksanaan tradisi budaya Cina.
Kalau sekarang dia masih setia berkesenian musik Erhu -- di samping
sebagai musisi biola yang cukup andal -- itu bukan disebabkan masih
adanya ikatan batin dengan para leluhurnya, namun karena dia ingin
melestarikan karya seni yang dipandangnya universal itu.
Selama dalam suasana penindasan budaya -- setidaknya sepanjang pemerintah
Orde Baru 32 tahun -- Budi yang sempat memuseumkan instrumen Erhu di
almarinya semakin tekun belajar menggesek biola. Sebagai musisi yang pada
awalnya berlatih menggesek dawai rebab Cina yang disebut Erhu, menganggap
bermain biola lebih mudah ketimbang memainkan instrumen Erhu.
Kesulitan memainkan instrumen musik Erhu terletak pada teknik menekan
dawai di tongkat nada. Berbeda dengan biola yang pada tongkatnya terdapat
tuts pengatur nada, pada tongkat nada rebab Cina Erhu tidak ada tutsnya.
Pengaturan nada pada Erhu lebih banyak menggunakan perasaan, jelas Budi
penuh semangat.
Tingkat kesulitan dalam memainkan rebab Cina itu, dianggap Budi sebagai
sebuah keberuntungan yang memudahkan dia menguasai teknik permainan
biola. Sebab dalam teknik bermain Erhu, para pemain bisa mengekspresikan
berbagai warna suara, termasuk tiga macam nada vibratto, seperti untuk
melukiskan suasana batin yang sedih, luapan emosi saat marah dan
semacamnya. Kendati demikian, sebagai musisi yang sangat menguasai
permainan biola, Budi tetap merasa instrumen musik biola lebih ekspresif
karena alat musik dari Barat itu memiliki lebih banyak nada dengan
tingkat presisi lebih baik dibanding Erhu.
Atmosfer kebebasan yang berhembus sejak Presiden Gus Dur berkuasa sampai
masa kini, tidak pernah disia-siakan Budi Kristianto. Berbekal sebuah
rebab Cina yang semula dia kandangkan di almari, yang kemudian ditambah
dengan alat baru yang dia beli dari Tiongkok, dalam beberapa tahun
terakhir Budi dengan semangat melatih anak-anaknya maupun beberapa orang
yang berminat bermain musik Erhu. Dia terpaksa melakukan pelatihan
sendiri sebab sisa-sisa pemain musik Erhu di Indonesia tinggal beberapa
orang saja dan itu pun sudah berusia tua yang bermukim di berbagai
tempat.
Hasil jerih payah musisi instrumen tradisional Cina itu kini mulai
menampakkan hasil. Beberapa orang musisi binaannya kini bisa dikatakan
sudah jadi dan terampil memainkan rebab Cina, yang berdasarkan sejarah
15. berasal dari Mongolia dan dikembangkan bangsa Han di Tiongkok tersebut.
Kebangkitan seni musik tradisional Erhu kini memang belum populer.
Menurut Budi, dia bersama kelompoknya belum banyak tampil di pentas-
pentas berskala akbar. Dia menyebut, meskipun penampilan para pemusik
Erhu kelompok Budi cukup memukau, selama ini mereka menyebut masih
terbiasa main dari rumah ke rumah. Penampilan di pentas, katanya, masih
bisa dihitung dengan jari, antara lain di auditorium Universitas Gadjah
Mada Yogyakarta dua kali, di Jendela Budaya Bandung dengan dukungan
etnis Cina nonteknik lift sekali dan di beberapa tempat lain termasuk
saat tampil sepentas dengan para pemusik dari RRC.
Dalam menggairahkan seni musik Erhu di Indonesia yang dalam pandangannya
sudah menjadi bagian dari kesenian rakyat Indonesia, Budi mengangankan
suatu saat instrumen rebab Cina yang kini masih harus impor dari Tiongkok
dapat diproduksi lagi di tanah air. Sebelum munculnya larangan terhadap
upacara tradisi dan budaya Cina yang berdampak dengan terkuburnya
kesenian tradisional Cina, alat musik Erhu pernah diproduksi di Semarang.
Akibat belum adanya pembuat alat musik gesek tradisional itu, Budi maupun
para pemusik rebab Cina itu harus mendatangkannya dari Cina, dengan harga
3.000 yen atau setara Rp 15 juta untuk sebuah instrumen Erhu.
Gairah Warisan Budaya Globalisasi sudah tak lagi menjadi wacana. Ini
telah menjadi keniscayaan sejarah, di mana ruang dan waktu tidak lagi
menjadi batas untuk menyebarkan nilai-nilai. Sudah seperti zat oksigen
yang menyebar ke seantero bumi. Orang bebas menghirupnya. Arus
globalisasi telah memengaruhi seluruh aspek kehidupan dan penghidupan
manusia sejagat. PENGARUH yang marak terlihat adalah saat generasi muda
tak lagi melihat pada ciri-ciri lokal. Contoh paling nyata adalah saat
mereka memainkan musik. Bukan tentang alat musik dan tema yang
dimainkan, tetapi pada gaya hidup dan perilaku yang mengikuti sebuah
permainan. Orang menyebutnya tren. Tren tentang brit pop, hiphop, new
age, new wave, dan banyak lagi sebutan tentang wajah genre musik di
Eropa dan Amerika. Setiap genre memiliki identitas gaya hidup yang
berbeda. Semisal di tahun `60-an, tren hippies dengan semboyan Sex,
Love, and Rock 'n Roll menjadi ciri gaya hidup anak muda di tahun-tahun
itu. Tapi memang arus itu tidak diikuti oleh semua insan. Sebut salah
satunya saja Andry. Pemuda berusia 30 tahunan ini lebih asyik memainkan
permainan musik yang berasal dari tanah nenek moyangnya di negeri Tirai
Bambu. Bunyi-bunyian dari kecapi, erhu (violin Cina) dan suling, adalah
senjatanya untuk mempertahankan budaya asalnya. Andry hidup dan besar di
Bandung. Bukan berasal dari latar belakang pemusik. Di Kota Kembang ini,
dia mengklaim sebagai satu-satunya generasi muda yang pertama kali
memainkan alat musik tradisional Cina. Saat Kampus menemuinya di areal
pertokoan China Emporium, ia menuturkan perjalanannya membentuk grup
ensambel bernama Harmony Chinese Music. Berikut petikan
wawancaranya: Kapan Anda memulai membentuk grup ini? Tahun 1998, kita
mulai tampil memainkan alat-alat ini di depan publik. Sampai tahun 2001,
saya bentuk grup ini. Saya ajak teman- teman dengan konsep sepeti ini.
Pada tahun 2002, barulah kita kasih nama grup ini. Saat itu pun kami
mendapatkan tawaran untuk bermain. Berarti sekarang sudah berusia empat
tahun. Seperti apakah konsep yang Anda usung dalam grup ini? Kita
berpijak pada dua hal. Ada idealisme dan komersial. Sebagai suatu grup,
keduanya harus ada. Sisi komersial untuk menunjang perputaran grup.
Mengenai idealisme, terkait dengan mempertahankan warisan budaya. Ya,
16. kita itu punya suatu warisan budaya. Kita terpanggil untuk sedikit
banyak melestarikan. Kita ingin ada generasi-generasi selanjutnya untuk
melanjutkan atau menekuni. Karena selama ini tak ada yang memperkenalkan
alat dan permainannya kepada generasi muda. Sebelumnya saya juga nggak
tahu, misalnya erhu (violin Cina) itu bentuknya kayak gimana. Yang
membuat kita tertarik adalah karena suaranya. Saya hanya tahunya musik
oriental itu adalah kecapi. Tapi setelah didengar, yang saya suka bukan
suara kecapi, tapi ternyata erhu. Biola memang digesek, tapi dari segi
warna suaranya lain dengan erhu. Dia cocok sekali untuk lagu-lagu sedih.
Memang tanpa disadari, ada semacam keterkaitan budaya seperti
itu. Tidak banyak yang tahu ya. Lalu bagaimana proses Anda mengenal
kesenian tradisional ini? Dulu saya kan suka tinggal di tempat kakek.
Suka nyetel kaset yang seperti wayang. Nah musiknya, secara tidak
langsung memengaruhi saya. Sampai umur lima tahun masih dengar. Setelah
itu tidak pernah lagi. Kecuali dari musik-musik komersial ataupun di
video silat, ada irama seperti itu. Nah, itu teringatkan. Cuma memang
yang didengar hanya bagusnya. Waduh suaranya enak sekali buat saya
sendiri. Tapi nggak ada niatan untuk belajar. Karena juga tidak ada
contohnya. Tidak ada ruang belajar seperti itu. Tapi makin lama ada
keterikatan. Waktu suatu saat, terbersit untuk mempelajarinya. Itu sudah
waktu kuliah. Sesudah lulus saya pergi ke Peking, Cina, dan dapat
alatnya lalu balik ke Indonesia. Kemudian, saya cari-cari guru dengan
cara gerilya. Tanya-tanya eh ketemu di alun-alun. Daerahnya emang nggak
bisa prediksi di dalam gang. Sampai harus memburu ke negeri Cina.
Apakah memang jenis ini asli dari sana? Asalnya memang dari Cina
Daratan. Kita sendiri nggak tahu cara mainnya di Indonesia. Riwayat-
riwayatnya saja nggak tahu. Masa kecil saya saja tidak pernah melihat.
Sesudah punya alat, saya baru melihat kebudayaan ini. Di beberapa tempat
ini disebut musik negara. Ada lagi di tempat lain disebut musiknya
bangsa Tionghoa. Kalau di RRC disebutnya musik tradisional atau musik
rakyat. Jadi memang keterkaitannya di situ. Keunikannya itu menasional.
Kalau saya bandingkan dengan Sunda, di sini ada kecapi rincik dan
indung. Nah kalau kita aplikasikan dengan musik Padang, akan berbeda.
Nah kalau di sana, sebagian besar alat- alatnya sama. Hanya, nada dan
jenis musiknya beda. Sejak tahun `90- an kan sudah ada normalisasi, nah
itu mempermudah. Pada tahun 1996- 97, sudah mulai ada siaran radio yang
menyiarkan lagu-lagu Mandarin dan sudah mulai lagi perayaan barongsai.
Wah itu asa kumaha. Saya pernah lihat pertama kali di Semarang. Tapi di
tengah globalisasi seperti ini, apakah musik Anda tidak
ditinggalkan? Saya lebih berpatokan bahwa musik adalah bahasa
universal. Karena itu, kita bisa memainkan jenis musik apa pun dengan
mengadaptasinya dengan alat-alat musik Cina. Kita bisa saja memainkan
musik Latin atau keroncong dan tidak menghilangkan ciri kita sendiri.
Malah kita memperluas. Memang alat-alatnya punya estetika sendiri, tapi
kita harus berkembang, nggak sekadar ini. Dalam artian, kalau misalnya
kita tidak bisa membuat sesuatu, orang lebih tergerak, misi kita akan
repot. Problem utama kita adalah musik tradisional Cina selalu punya,
bagi awam, alunan yang sama. Kalau didengar satu kali memang enak, tapi
masuk ke lagu kedua, kok iramanya masih sama. Ada pandangan, lagu itu
nggak ganti-ganti. Itu adalah salah satu kendala buat kita. Jadi membuat
musik tradisional lebih masuk ke beberapa kalangan. Memperluas, dalam
arti teman-teman bisa melihat bahwa alat-alat musik Cina tidak terbatas
pada musik tradisional Cina. Tadi Anda sendiri menyebut adanya
kelemahan. Bagaimana Anda mengajak orang untuk mendengarkan atau
17. memainkannya? Kita memang inginnya ada regenerasi. Kalau tidak ada,
nanti nggak ada yang nerusin. Dulu dengan keterbatasan sosial politik,
hanya orang tua yang memainkan. Nah, di bawah mereka ada anak-anak muda,
jembatannya sudah sangat sulit. Saya berusaha menjembatani antara yang
lima puluh tahun dengan anak belasan tahun. Proses regenerasi dulu ada
hubungan personal. Dengan cara gerilya. Tahun ini saya ubah sedikit-
sedikit, untuk menuju satu bentuk yang terbuka. Kita nggak bisa buat
orang datang dengan sendirinya. Kita memang sudah punya satu grup tapi
belum mapan. Orang-orang belum bisa lihat ke depannya seperti apa. Kita
harus lebih banyak berbicara tentang konsep dan misi. Karena orang juga
belum banyak tahu. Anda kita-kira interes nggak. Mereka datang kemari
dan menyesuaikan dirinya bagaimana? Kita kasih penerangan semampu kita.
Karena saya juga tidak punya latar belakang pengetahuan musik. Yang
penting, kita kan berpatokan musik itu universal. Selama ini sih, yang
antusias lebih banyak. Mereka berpikiran juga bahwa ini tidak terbatas
pada satu segmen tertentu. Yang kita sering main disebut ensambel dengan
jumlah 30 orang. Orkestra harus sampai 60 orang. Omong-omong grup Anda
pernah memainkan jenis musik apa saja? Sekarang lebih banyak bawain pop.
Macam-macam pop, keroncong, dan Mandarin mah otomatis. Kita pun pernah
membuat lagu dengan kawan- kawan di Masjid Lao Tze. Kita harus universal.
Artinya, kita multietnis dan agama, harus universal. Kita pernah bikin
satu kolaborasi yang akhirnya disebut akulturasi Sunda-Tionghoa pada
tahun 2004. Berapa pendapatan Anda dari bermain alat-alat ini? Ya,
kalau dulu sih, satu orang dapat Rp 100-500 ribu per orang. Satu kali
show. Dulu orang belum terlalu mengenal dan punya satu kekhawatiran,
apakah nggak jadi aneh untuk mereka. Misal dalam perkawinan. Makanya
kita coba ciptakan citra. Orang pake ini adalah sebuah yang eksklusif.
Bagusnya sekarang sudah banyak diterima. Kita punya patokan, orang yang
menekuni bidang ini harus punya idealisme, tapi juga punya sesuatu dalam
hal materi. Bukan karena materialisme, tapi yah buat ganti ongkos. Ini
sisi komersialnya...(sambil tertawa dan mengakhiri pembicaraannya dengan
Kampus)*** Mengenal Alat Musik Tradisional China Mungkin hanya
beberapa orang yang tahu bahwa alat-alat musik klasik seperti biola,
flute, cello, guitar, dll berasal dari China.
kemarin ini sehabis saya les, saya berkunjung ke tempat pelatihan alat
musik tradisional China (kebetulan masih 1 yayasan ama tempat les, jadi
tinggal ke sebelah), sambil mencoba-coba alat-alatnya.
Er Hu
ini adalah bagian2 Er Hu. Er Hu ini adalah nenek moyang alat musik gesek
seperti biola, cello, viola, dkk. nah... yang saya coba ini er hu milik
tempat les. terdiri dari 2 buah senar dengan mempunyai nada dasar A dan
D. cara mainnya mirip dengan cello, jadi cara megangnya, cara geseknya,
dkk. yang berbeda tuh tangan kangan memegang bownya terbalik dari cara
memegang bow di cello. INCLUDEPICTURE
alat%20musik%20tradisional%20cina%20(banyak)_files/image004.gif *
MERGEFORMAT d ini adalah bagian kotak suaranya, bentuknya segi6.
disini buat getaran suaranya menggunakan kulit. er hu yang saya pegang
ini menggunakan kulit ular, trus saya nanya-nanya bisa dipake hanya kulit
ular saja? tidak juga, bisa juga memakai kulit domba, dan kulit-kulit
yang lain, tapi suara yang dihasilkan akan berbeda. INCLUDEPICTURE
alat%20musik%20tradisional%20cina%20(banyak)_files/image004.gif *
MERGEFORMAT d ini adalah bagian atasnya, sama
18. seperti alat musik gesek lainnya, buat stem-nya gitu.. INCLUDEPICTURE
alat%20musik%20tradisional%20cina%20(banyak)_files/image004.gif *
MERGEFORMAT d
ditengah-tengah batang ada benang yang menahan senar, fungsinya sebagai
nada dasarnya. INCLUDEPICTURE
alat%20musik%20tradisional%20cina%20(banyak)_files/image004.gif *
MERGEFORMAT d Houguan
Houguan adalah alat musik tiup berklep ganda yang dibuat di atas
dasar guanzi, alat musik rakyat Tionkok. Houguan mulai digunakan dalam
musik Guangdong dan opera Guangdong pada akhir tahun 1920-an, kemudian
populer di daerah Guangdong dan Guangxi. Houguan strukturnya sangat
sederhana, terdiri dari peluit, badan guanzi dan mulut terompet. Pada
bagian tubuh houguan terdapat 7 lubang, di ujung bawah terdapat mulut
terompet yang terbuat dari lembaran tembaga tipis. Warna suara houguan
mirip dengan guanzi, tapi lebih tebal, digunakan bersama alat musik gesek
tradisional zhonghu dan dihu dalam orkes musik nasional untuk memperkuat
nada alto dan bas orkes. Pada tahun 1960-an, alat musik itu ditambah
tombol dengan memiliki 18 atau 19 lubang, tidak saja dapat meniupkan
tangga nada kromatis, juga cocok untuk pengalihan
nada. BARONGSAI HYPERLINK
http://retnodamayanthi.wordpress.com/2008/03/19/barongsai/ o
Permalink HYPERLINK
http://retnodamayanthi.files.wordpress.com/2008/03/11.jpg o 11.jpg
Barongsai adalah tarian tradisional HYPERLINK
http://id.wikipedia.org/wiki/Tiongkok o Tiongkok Tiongkok dengan
mengunakan sarung yang menyerupai singa. Barongsai memiliki sejarah
ribuan tahun. Catatan pertama tentang tarian ini bisa ditelusuri pada
masa HYPERLINK
http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Dinasti_Chinaction=editredli
nk=1 o Dinasti Chin (belum dibuat) Dinasti Chin sekitar abad ke
tiga sebelum masehi. Kesenian Barongsai mulai populer di zaman dinasti
Selatan-Utara (Nan Bei) tahun 420-589 Masehi. Kala itu pasukan dari raja
Song Wen Di kewalahan menghadapi serangan pasukan gajah raja Fan Yang
dari negeri Lin Yi. Seorang panglima perang bernama Zhong Que membuat
tiruan boneka singa untuk mengusir pasukan raja Fan itu. Ternyata upaya
itu sukses hingga akhirnya tarian barongsai melegenda. Tarian HYPERLINK
http://id.wikipedia.org/wiki/Singa o Singa Singa terdiri dari dua
jenis utama yakni Singa Utara yang memiliki surai ikal dan berkaki empat.
Penampilan Singa Utara kelihatan lebih natural dan mirip singa ketimbang
Singa Selatan yang memiliki sisik serta jumlah kaki yang bervariasi
antara dua atau empat. Kepala Singa Selatan dilengkapi dengan tanduk
sehingga kadangkala mirip dengan binatang ŘKilinř. Gerakan antara Singa
Utara dan Singa Selatan juga berbeda. Bila Singa Selatan terkenal dengan
gerakan kepalanya yang keras dan melonjak-lonjak seiring dengan tabuhan
HYPERLINK
http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gongaction=editredlink=1 o
Gong (belum dibuat) gong dan HYPERLINK
http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tamburaction=editredlink=1
o Tambur (belum dibuat) tambur , gerakan Singa Utara cenderung lebih
lincah dan penuh dinamika karena memiliki empat kaki. Satu gerakan utama
dari tarian Barongsai adalah gerakan singa memakan amplop berisi uang
yang disebut dengan istilah ŘLay Seeř. Di atas amplop tersebut biasanya
ditempeli dengan sayuran selada air yang melambangkan hadiah bagi sang
19. Singa. Proses memakan ŘLay Seeř ini berlangsung sekitar separuh bagian
dari seluruh tarian Singa. Budaya Cina di City of Tolerance Kawasan
Ketandan Wetan di Kelurahan Ngupasan, Gondomanan, Jogja, adalah tempat
yang tepat jika ingin melihat eksotisme bangunan rumah khas Cina. Di
dalamnya, kita akan menemukan Chiongsam, lontong cap gomeh dan alat musik
sinchang di samping lurik, permainan dakon dan sayur lodeh. Sudah 250
tahun etnis Cina menginjakkan kakinya di kota budaya ini. Dimulai ketika
pedagang Cina dengan kain sutera yang dijajakan di daerah kota dan
menjadi cikal bakal bermukimnya orang Cina, hingga keterlibatannya dalam
mengembangkan perekonomian. Meleburnya interaksi antara warga masyarakat,
orang Cina dan pengaruh keraton membentuk masyarakat Cina-Jogja. Mereka
adalah warga keturunan Cina yang telah hidup dengan tradisi Jawa dan Cina
secara bersamaan. Tidak mengherankan jika banyak makanan khas Cina yang
sudah sangat akrab bagi orang Jawa, seperti cap cay, fuyung hay, siomay,
dan bakpao. Bakpia bahkan sudah begitu identik dan menjadi oleh-oleh khas
Jogja. Masakan Cina memiliki citarasa yang khas, cara membuat yang tidak
terlalu repot, cara penyajiannya yang higienis sehingga mudah digemari.
Filipus Mardiyono, seorang chef di pesta perak Restoran memodifikasi
masakan Cina dengan penyajian bumbu yang khas. ŖUntuk masakan Cina, ada
bumbu-bumbu tertentu yang ditambahkan seperti bawang putih, minyak wijen
dan ang ciu, itu gunanya untuk memberi rasa gurih dan mengharumkan
makanan.ŗ Ujar pemenang juara I Lomba Masakan Cina dalam Pekan Budaya
Cina di Jogja, Januari silam. Begitu pula dengan alat musik tradisional
Cina yang menjadi warisan para leluhur. Memainkan alat musik tradisional
Cina tak sesederhana yang dibayangkan. Seperti halnya gamelan Jawa, alat
musik tradisional Cina membutuhkan keterampilan khusus dalam
memainkannya. Ada alat musik yang menyerupai biola yang dinamakan O Hu
dan Sinchang. Ada pula yang berbentuk seperti gitar dinamakan kuřchen,
tařruan, chong ruan dan shiořruan dengan tingkat keharmonisan nada yang
berbeda. H. Much. Lahhendra, seorang pelukis dan kolektor alat musik
tradisional Cina mengatakan, ŖSemua alat musik dimainkan tidak hanya pada
pertunjukan imlek saja tetapi pertunjukan menyambut tamu-tamu.ŗ jelasnya.
Alat musik tradisional Cina yang popular di kalangan masyarakat adalah
sim bal, yang biasanya digunakan pada saat pertunjukan barong sai atau
pada saat upacara kematian. Alat musik ini mengingatkan kita bila ada
pertunjukan drum band. Busana Cina juga mengalami akulturasi kebudayaan.
Model batik encim, pakaian chiongsam dan juga aksesori dari selendang
menjadi ciri khas busana Tioghoa. Batik yang dikenakan oleh masyarakat
cina peranakan di Jogja merupakan hasil asimilasi dari batik pesisir yang
biasanya di temukan di daerah Pekalongan. Batik hasil rancangan Afif
Syakur, misalnya, banyak menggunakan motif liong, bunga seruni dan
sakura. ŖSaya memberi tema rancangan batik saya Jalan Sutera ke Jogja
karena mengingatkan kembali datangnya pedagang Cina ke Jogja. Batik ini
dipakai oleh orang-orang Cina yang ada di Indonesia, makanya saya beri
nama busana peranakan. Selain itu saya juga ingin, ketika mereka
mengenakan busana ini, mereka seolah bernostalgia mengulang kembali
budaya yang ada di negeri mereka ,ŗ ujarnya ketika ditemui Kabare di sela
acara Fashion show penutupan PBT di Hotel Melia Purosani. Berbagai hasil
asimilasi kebudayaan Cina menjadi salah satu kebanggaan bagi Kota Jogja
sendiri. Kota yang sudah kaya khasanah budaya masih memiliki perpaduan
budaya Cina, yang tentu saja menarik pendatang lain untuk melakukan
kunjungan ke Jogja. Dalam penutupan Pekan Budaya Cina yang berlangsung
27-31 Januari 2006, Herry Zudianto, Walikota Jogja mengajak kepada
segenap masyarakat Jogja untuk menjadikan kota yang bertoleransi. Hal ini
20. merupakan komitmen pemerintah Kota Jogja untuk menghilangkan sekat.
Menerima asimilasi kebudayaan Tioghoa yang sudah melekat di Jogja. ŖDalam
Pekan Budaya Cina ini kita akan menjadikan Jogja sebagai ŘCity of
Toleranceř dan bertepatan dengan 250 tahun hari jadi Kota Jogja pada 7
Oktober mendatang. Mari kita jadikan Kota Jogja yang penuh dengan
toleransi antarmasyarakat Jogja dan Cina,ŗ ucapnya menutup acara yang
baru pertama kalinya diadakan di Jogja ini.
Alat musik gu-zheng berasal dari lebih 2500 tahun yang lalu di negeri
Cina. Versi pertama dari alat musik ini diketahui terbuat dari bambu dan
menggunakan senar dari sutera. Nadanya berskala pentatonik, dengan not
DO, RE, MI, SO, and LA with dengan tannga nada mayor untuk setiap
senarnya. Gu-zheng berkembang di daerah yang dikenal dengan sebutan Qin
Quo, sehingga namanya menjadi Qin Zheng.
Gu-zheng sangat populer di kalangan kerajaan maupun di kalangan rakyat
biasa Banyak data sejarah yang menunjukkan kekayaan dari musik gu-zheng
ini. Hou Jin, seorang pendidik dari zaman Han (25 A.D. - 220 A.D.)
menulis bahwa suara gu-zheng seakan dapat menyentuh langit surga dan juga
dewa-dewa dan roh di bumi. Alat musik gu-zheng lebih berkembang lagi di
masa dinasti Tang (618 A.D. - 907 A.D.). Jumlah senar ditambah dari 5
menjadi 13 senar dan bambu digantikan dengan wu-tong atau kayu paulownia
sebagai rangka dari instrumen. Seiring dengan berkembangnya kebudayaan
renaissance pada masa dinasti Tang, gu-zheng muncul dengan berbagai jenis
melalui pertukaran kebudayaan dari Japan, Korea, Mongolia, Vietnam and
negara Asia lainnnya. Gu-zheng semakin populer di masa dinasti Qing (1644
A.D. - 1911 A.D.), di mana saat itu pemain gu-zheng kontemporer pertama
kali mencoba memformalisasikan musik gu-zheng dengan memadukan dan
mengaransemen musik klasik dan musik populer seperti High Mountain and
Flowing Water and Evening Song of the Fisherman. . Di tahun 1948,
pemusik terkenal Cao Zheng memasukkan program gu-zheng di tingkat
universitas. Saat itu, senar sutera digantikan denga senar berbahan nilon
yang sampai sekarang masih digunakan. Setelah masa Revolusi Kebudayaan,
pada tahun 1960, kebangkitan musik-musik rakyat juga mempengaruhi
kemabalinya masa jaya gu-zheng. Pada masa sekarang ini, gu-zheng telah
sangat berkembang. Para pemusik secara konsisten terus mengembangkan
teknik bermain dari instrumen ini. Suatu saat generasi baru gu-zheng
dapat memperluas penggunaan gu-zheng dan membuatnya lebih baik dari
sekarang. Gaohu Alat musik gaohu dibuat di atas dasar alat musik
gesek erhu. Munculnya alat musik berkaitan erat dengan musik tradisional
yang populer di Guangdong, Tiongkok Selatan. Musik Guangdong adalah
bentuk pertunjukan musik dengan alat musik tradisional yang sangat
populer di Guangdong. Pada masa sebelum dan sesudah tahun 1920-an,
komponis Musik Guangdong, Lu Wencheng mengadakan perubahan berani
terhadap alat musik erhu dan berhasil membuat alat musik baru yang
diberikan nama gaohu, yang segera menjadi alat musik utama dalam Musik
Guangdong. 0 0B e n t u k g a o h u s e r t a
p e m b u a t a n d a n b a h a n g a o h u p a d a
p o k o k n y a s a m a d e n g a n e r h u , t a p i
t u b u h n y a l e b i h s e m p i t d i b a n d i n g
e r h u . M u s i k y a n g d i m a i n k a n d e n g a n
g a o h u m i r i p d e n g a n s u a r a s o p r a n .
D a l a m o r k e s m u s i k t r a d i s i o n a l
T i o n g k o k b i a s a n y a d i s e d i a k a n
k e d u d u k a n p e n ting bagi alat musik gaohu. Selain itu,
mengingat gaohu mempunyai daya ekspresif yang kuat, maka alat ini sering
21. digunakan sebagai iringan musik untuk irama utama. GROUP MUSIK
TRADISIONAL CHINA DI INDONESIA Group atau Perkumpulan Musik Tradisional
China di Indonesia umumnya terdapat di kota-kota besar atau kota-kota
dimana terdapat populasi masyarakat China dalam jumlah yang relatif
banyak.
Kebanyakan mereka yang memainkan alat-alat Musik Tradisional China di
Bandung dan Jakarta adalah mereka yang telah berusia separuh baya, dan
masih sedikit anak-anak muda yang terlibat, akan tetapi di Surabaya sudah
mulai banyak anak-anak muda yang tertarik untuk mempelajari Musik
Tradisional China, Bravo Surabaya !!!
Perkumpulan Musik Tradisional China yang terdata sampai saat ini hanya di
kota-kota tertentu, yang nantinya saya harap informasi ini bisa
berkembang dengan adanya masukan informasi dari para pengunjung website
yang tahu tentang keberadaan Perkumpulan Musik Tradisional China yang
belum ditulis disini. Untuk sementara waktu, saya hanya menuliskan alamat
dan jadwal latihan group-group musik yang bersifat non-kormersil.
Perkumpulan Musik Tradisional China yang sudah terdata :
MEDAN Yayasan Wijaya
Jalan Mahoni 9 - Medan
Latihan setiap hari Minggu mulai jam 16:00 BANDUNG Baishici -
~v l`y
Y a y a s a n D a n a S o s i a l P r i a n g a n , j a l a n
N a n a R o h a n a - B a n d u n g
L a t i h a n s e t i a p h a r i K a m i s d a n M i n g g u
d a r i j a m 1 4 . 0 0 s a m p a i j a m
1 7 . 0 0 G u a n g z h a o - ^‡€
Y a y a s a n M u t i a r a , K o m p l e k s B a n c e u y
P e r m a i 6 5 R - B a n d u n g
L a t i h a n s e t i a p h a r i J u m ' a t d a r i j a m
1 9 . 3 0 s a m p a i j a m 2 2 . 0 0 G r o u p M u s i k
P a g u y u b a n M a r g a L i e - Ng lýVPNŔ
J a l a n K i a r a C o n d o n g 2 6
L a t i h a n s e t i a p h a r i R a b u d a r i j a m
2 0 . 0 0 s a m p a i j a m 2 2 . 0 0 X i n s h e n g - Ã_ðX
K o m p l e k s T e x t i l e K e b o n j a t i 5 2
B a n d u n g
L a t i h a n s e t i a p h a r i S a b t u d a r i j a m
1 9 . 0 0 s a m p a i j a m 2 1 . 0 0 R o n g h u a - •‡NS
Y a y a s a n F ajar Taruna Harmonis Kompleks Textile Kebonjati
Latihan setiap hari Minggu dari jam 14.00 sampai jam 15.00 SURABAYA
Senopati
Ruko Semut Indah B-29 Surabaya
Latihan setiap hari minggu jam 16.30 sampai jam 19.00 Yasanis
Jalan Pemuda Surabaya dekat gedung WTC
Latihan setiap hari sabtu jam 19.00 sampai jam 21.00 Yayasan Fajar Jaya
Dharma Sosial Jatim Indonesia
Jalan Jaksa Agung Suprapto 39-41, Ruko Sentra Fortuna No-31-35
Latihan setiap hari minggu jam 10.30 sampai jam 13.00 Ikatan Alumni SHHS
(Xin Zhong)
22. Jalan Wijayakusuma 59 Surabaya
Latihan setiap hari Minggu mulai jam 13.00 sampai jam 15.00 Kawula Muda
Tionghoa Cinta Budaya Seiring dengan perjalanan waktu dan kemajuan
teknologi, biasanya dibarengi pula dengan sifat ketidakpedulian terhadap
hal-hal yang berbau agamis, religi, adat istiadat, maupun budaya. Suka
atau tidak suka, sejujurnya kita harus akui, saat ini banyak kalangan
muda atau yang lebih tren dengan sebutan kawula muda, semakin tidak
mencintai adat istiadat, dan budaya leluhurnya. Teknologi yang canggih
serta peradaban dunia yang semakin moderen, menjadi salah satu faktor
para kawula muda itu berlari jauh dari budayanya. Pembaruan/Luther
Ulag TARI TRADISIONAL - Sekelompok remaja putri dengan lemah gemulai
membawakan tari tradisional Cina pada perayaan Imlek Fair di Arena Pekan
Raya Jakarta . TAPI jangan kecewa dulu, selain yang tak peduli lagi
dengan budayanya, ternyata masih ada pula kawula muda yang tetap
mencintai adat-istiadat dan budaya yang sudah diturunkan para leluhurnya
sejak zaman dahulu kala. Bagi etnis Tionghoa, kebanyakan kawula muda
masih menghormati para leluhurnya. Ini kita bisa lihat pada saat perayaan
Tahun Baru Imlek, atau Sin Cia, dan Cap Go Meh. Mereka tidak perlu malu-
malu ikut serta dalam kegiatan tersebut, baik dari segi religinya maupun
seninya. Pemandangan terlihat di sebuah wihara yang terletak di Jl
Kemenangan III, Glodok, Tamansari, Jakarta Barat , Minggu (29/1), atau
tepatnya pada Hari Tahun Baru Imlek 2557 membuktikan hal itu. Dari ribuan
etnis Tionghoa yang datang untuk melakukan ibadah, sebagian besar adalah
kawula muda. Meski dari sebagian mereka mengenakan pakaian yang cukup
seksi, namun terlihat sangat khusyuk dalam menjalankan ibadahnya.
Salah seorang dari mereka, Marcel (27) mengatakan, melakukan ibadah saat
Imlek merupakan kewajiban bagi dirinya dan keluarganya. Dan biasanya,
kata dia, seminggu sebelum Imlek, dia tidak melakukan kegiatan-kegiatan
yang sifatnya hura-hura. Bagi saya, merayakan Imlek merupakan sarana
introspeksi diri selama setahun lalu yang telah saya perbuat. Dari
situlah ada pegangan untuk saya melangkah di tahun yang baru, ujar warga
Mangga Besar, Tamansari, Jakarta Barat itu. Pria yang bekerja di salah
satu perusahaan besar di bilangan Jl Sudirman itu menambahkan, sudah
menjadi tradisi jika setiap Imlek dia dan keluarganya saling berbagi
dengan sesama, khususnya bagi warga yang kurang mampu. Bagi kami
sekeluarga, membagi-bagikan angpao kepada yang kurang mampu adalah suatu
kebahagian, ujar dia. Yang jelas, mempertahankan tradisi leluhurnya
merupakan kewajiban yang tidak boleh ditinggalkan. Kalau bukan kita yang
mempertahankan, siapa lagi. Bisa-bisa tradisi Imlek ini akan hilang,
kalau kita biarkan saja, kata dia. Kewajiban Hal yang sama juga
diungkapkan gadis etnis Tionghoa lainnya, Yuli (26). Gadis manis yang
memiliki kios hand phone di sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta Pusat
itu mengakui, meski sering berdugem ria, namun dalam masalah
mempertahankan tradisi leluhur, juga sudah menjadi kewajiban untuk
dipertahankan. Yuli mengatakan, meski tidak lagi memeluk agama
leluhurnya, tetapi dia dan keluarganya tetap melakukan kegiatan-kegiatan
leluhurnya pada saat Imlek. Saya juga ikut berdoa di wihara. Tetapi cara
doa saya menurut agama yang saya yakini saat ini, kata dia. Dia
mengungkapkan, sama seperti perayaan Tahun Baru Masehi (internasional,
Red), adalah sangat wajar jika sebagian warga etnis Tionghoa, khususnya
kawula muda, merayakannya dengan bergembira, atau berpesta pora. Yang
terpenting, tidak berlebihan, dan jangan melupakan warga yang kurang
mampu. Bagi saya, pesta pora adalah yang wajar, asalkan jangan
berlebihan. Namanya juga tahun baruan, ya pasti ada pestanya dong, kata
23. dia lagi. Bagi Marcel maupun Yuli, adanya pergelaran barongsay, liong,
dan lainnya tetap merupakan kegiatan yang menarik, tidak perlu
ditinggalkan, meski mereka sudah sering melakukan kegiatan yang sifatnya
lebih kebarat-baratan. Pertunjukan barongsay dan liong tetap enak
dilihat. Karena itu, saya tidak pernah melewatkannya untuk menyaksikan
pertunjukan-pertunjukan tersebut, tambah Yuli. Bagi keduanya, dan
mungkin keseluruhan warga etnis Tionghoa yang berada di Indonesia, telah
diperbolehkannya menggelar berbagai kegiatan pada saat Imlek, sudah
merupakan anugerah tersendiri. Karena sejak Pemerintahan Orde Baru
(Orba), mereka tidak boleh sedikit pun menggelar kegiatan pada saat
Imlek. Karena itu, ujar tokoh masyarakat Tionghoa, Prof Dr Suhu Acai,
sangatlah tidak berlebihan jika warga etnis Tionghoa berterima kasih
kepada Abdurrahman Wahid alias Gus Dur yang saat menjabat sebagai
presiden memperbolehkan mereka merayakan secara besar-besaran perayaan
Imlek. Bukan itu saja, Imlek juga sudah dijadikan sebagai libur
nasional. Ini semakin mempertegas bahwa tidak ada lagi jarak antara etnis
Tionghoa dengan pribumi. Semuanya sama. Semua anak bangsa ini, kata Suhu
Acai. Menikmati Musik Tradisional Tiongkok
30. hÄZ h±Yé 6 j hÄZ hx À 5 •CJ OJ QJ U •aJ mH nH u
31. h*k! hêVD h«.l hêVD h*k! ţX YY [ Ŕ
A^ 2` |a •a ·b Te [g îj ]n So ßq s ¤t Nv Lx Ñx Ðy ö
ç Ø Ø Ø Ø
Ó Î Î Î Î Î
Î É À · ·
· · ® $ If gd8jv
$ If gd*k! $ If gdO} gdO} gd±Yé gd±Yé
35. ¤ Ŕ
• ţ Ù Ú ß à @^ A^ ç^ è^ S_ T_ X_ Y_ ^_ __ Î_ Ï_
Õ_ Ö_ 1` 2` {a |a •a Þq ßq ÿr s s Ds ds •t ¡t £t ñÞÆ
ũƵÆũ•ũÆũƵÆũÆũƵÆũ•ũ•£•˜‡yh‡y‡y‡
hO} hO} CJ OJ QJ ^J aJ hO} CJ OJ QJ ^J aJ
hÄZ h% k CJ OJ QJ ^J aJ hO} h% k CJ OJ QJ aJ h³V h±
Yé 6 •OJ QJ ] •
hO} h±Yé 0J CJ OJ QJ aJ . j hO} h±Yé B* CJ OJ QJ U aJ
ph % hO} h±Yé B* CJ OJ QJ aJ ph hO} h±Yé CJ OJ QJ aJ
$£t ¤t Mv Nv Kx Lx Ðx Ñx Ïy Ðy Ñy Òy Óy Ùy | | §~ Ò~
Ó~ ³‚ „ „ -… •‡•‡•‡•‡ÓÁ•²œ‰z‰ha•N9N)h8jv h% k B* CJ OJ QJ ^
J aJ ph % h8jv h% k B* CJ OJ QJ aJ ph
36. h8jv h8jv # h³V h% k 6 •B* OJ QJ ] •ph hÄZ h% k B* CJ aJ
ph9 % hÄZ h% k B* CJ OJ QJ aJ ph9 + hO} h% k 5 •B* CJ OJ QJ
•aJ ph9 hÄZ hO} CJ OJ QJ aJ
h8jv h8jv CJ OJ QJ ^J aJ h8jv CJ OJ QJ ^J aJ
hÄZ h% k CJ OJ QJ ^J aJ hÄZ h% k CJ OJ QJ aJ Ðy Ñy Òy
Óy Ùy Úy ‚z ö ê › Œ J
37. dD $ If gd*k! A kd« $ $ If T ŗw„ Ř!€
ö À! 6 ö ö • Ö ÿ Ö ÿ Ö ÿ Ö ÿ3Ö 4Ö
aö ŠT $ dt $ If a$ gd*k! N kdH $ $ If Ö0 Ř!À!
0! • ö À! 6 ö ö Ö ÿ ÿ Ö
ÿ ÿ Ö ÿ ÿ Ö ÿ ÿ3Ö 4Ö aö
38. $ $ If a$ gd*k!
$ If gd8jv ‚z ý{ ö| ¦~ §~ Ò~ Ó~ ³‚ ƒ
39. ƒ … Ÿ ó ç Û › Ŕ
Ř Œ } t e
e
F ¤d ¤d [$ $ gd% k Æ Ñ gd% k
F ¤d ¤d [$ $ gd% k gd% k gd8jv gdêVD ? kd $ $ If
T Ö Ř!€ ö À! 6 ö ö • Ö ÿ Ö ÿ Ö
ÿ Ö ÿ3Ö 4Ö aö ŠT
48. h`
1 5 •6 • •] • h«.l 0J mH nH u h`
1
h`
1 0J j h`
1 0J U hMX j hMX U % hÄZ h
Í B* CJ OJ QJ aJ ph hÄZ h% k CJ OJ QJ aJ U h8jv h8jv
5 •CJ OJ QJ •aJ h% k 5 •CJ OJ QJ •aJ h8jv h% k 5 •CJ
OJ QJ •aJ URWOKERTO- Lengkingan seruling oleh Yudi Sutanto yang
melantunkan lagu Si Gembala Sapi memukau hadirin di Gedung BPD Purwokerto
Sabtu malam lalu. Ia tampil bersama musisi Wilsen dan Erwin dari
Surabaya, Chen Chun Cui (Bandung), Hu Yi Yang (Malang), Cao Li Siung
(Salatiga) dan Miao Jin Mei dari Tiongkok. Mereka memperkenalkan musik
tradisional Tiongkok kepada warga Purwokerto lewat pergelaran yang
diselenggarakan Yayasan Putera Harapan didukung Dewan Kesenian Banyumas.
Direktur LPK Putera Harapan Bing Handoko mengemukakan, khazanah musik
Indonesia sangat beraneka ragam. Masyarakat Tionghoa di Indonesia ingin
meramaikan dan menambah khazanah budaya melalui musik tradisional
Tiongkok. Agar dapat dinikmati dan dikuasai untuk memperkaya khazanah
musik Indonesia.
Ketua DKB Bambang Set menyatakan keinginannya memberi sesuatu yang
berarti bagi khazanah musik Banyumas. ''Perlu ada kolaborasi antara musik
tradisional Tiongkok dan musik tradisional Banyumasan''.
Mengawali pergelaran itu, Yudi Sutanto yang juga ketua YPH memperkenalkan
nama alat musik tradisional Tiongkok. Yaitu, seruling Di, sejenis organ
tiup Sheng, sejenis rebab Er Hu, terompet Souna, sejenis siter Gu Zheng,
Yang Qin, Liu Ye Win (mandolin), Luo (gong), Pai Hu (drum) dan masih
banyak lagi. PAGE PAGE 17 Tugas Makalah Seni Budaya
China
Õ 9Õ :Õ ;Õ
Õ ö ô ô ë
Æ šgd*k!