SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 7
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karsinoma nasofaring merupakan keganasan di daerah kepala dan leher
yang selalu berada dalam kedudukan lima besar diantara keganasan bagian tubuh
lain bersama dengan kanker serviks , kanker payudara, tumor ganas getah bening
dan kanker kulit. Angka kejadian karsinoma nasofaring paling tinggi ditemukan
di Asia dan jarang ditemukan di Amerika dan Eropa. Akan tetapi angka insiden
cukup tinggi di sebagian tempat dan dipercaya faktor genetik dan lingkungan
pencetus karsinoma nasofaring.1
Meskipun banyak ditemukan di negara penduduk non-Mongoloid namun
demikian daerah cina bagian selatan masih menduduki tempat tertinggi, yaitu
dengan 2500 kasus pertahun untuk provinsi Guang-Dong (Kwantung) atau
prevalensi 39,84/100.000 penduduk.1
Ras mongoloid merupakan faktor dominan timbulnya karsinoma
nasofaring, sehingga kekerapannya cukup tinggi pada penduduk cina bagian
selatan, Hongkong, Vietnam, Thailand, Malaysia, Singapura, dan Indonesia.1
Insidens karsinoma nasofaring berbeda secara geografis dan etnik serta
hubungannya dengan Epstein-Barr Virus (EBV). Secara global, pada tahun 2000
terdapat lebih kurang 65.000 kasus baru dan 38.000 kematian yang disebabkan
karsinoma nasofaring. Di beberapa negara insidens karsinoma nasofaring ini
hanya 0,6 % dari semua keganasan. Di Amerika insiden karsinoma nasofaring 1-
2 kasus per 100.000 laki-laki dan 0,4 kasus per 100.000 perempuan. Namun di
negara lain dan kelompok etnik tertentu, seperti di Cina, Asia Tenggara, Afrika
Utara, tumor ganas ini banyak ditemukan.2
Di Indonesia penyakit ini termasuk sepuluh besar keganasan dan di
bidang THT menduduki peringkat pertama keganasan pada daerah kepala dan
leher. Angka kejadian karsinoma nasofaring di Indonesia yaitu 4,7 kasus baru
per 100.000 penduduk per tahun. Insiden yang tinggi ini dapat disebabkan
tingginya faktor risiko karsinoma nasofaring di Indonesia, yaitu tingginya
konsumsi ikan asin dan makanan yang diawetkan, pajanan di tempat kerja oleh
zat-zat karsinogenik seperti formaldehid, debu kayu serta asap kayu bakar.3
Karsinoma nasofaring lebih banyak dijumpai pada pria dari pada
wanita dengan perbandingan 2-3 pria berbanding 1 wanita, dan banyak dijumpai
pada usia produktif, yaitu 40-60 tahun, tumor ganas ini tidak mempunyai gejala
yang spesifik, seringkali tanpa gejala, sehingga hal ini menyebabkan
keterlambatan dalam diagnosis dan terapi. Bahkan pada >70 % kasus gejala
pertama berupa lymphadenopathy cervical, yang merupakan metastasis
karsinoma nasofaring, sehingga perlu dilakukan usaha maksimal untuk
menurunkan angka kematian dengan mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan kasinoma nasofaring.4
Banyak kasus karsinoma nasofaring yang terlambat didiagnosis karena
tidak ada gejala yang spesifik dan letaknya yang tersembunyi di belakang tabir
langit-langit. 4
Insidens karsinoma nasofaring yang tinggi ini dihubungkan dengan
kebiasaan makan, lingkungan dan virus Epstein-Barr. Selain itu faktor
geografis, rasial, jenis kelamin, genetik, pekerjaan, kebiasaan hidup, kebudayaan,
2
sosial ekonomi, infeksi kuman atau parasit juga sangat mempengaruhi
kemungkinan timbulnya karsinoma nasofaring. Keadaan sosial ekonomi yang
rendah, lingkungan dan kebiasaan hidup juga menjadi salah satu faktor.
Dikatakan bahwa udara yang penuh asap di rumah-rumah yang kurang baik
ventilasinya di Cina, Indonesia dan Kenya, meningkatkan jumlah kasus
karsinoma nasofaring. 5
Karsinoma nasofaring disebabkan oleh multifaktor. Sampai sekarang
penyebab pastinya belum jelas. Faktor yang berperan untuk terjadinya
karsinoma nasofaring ini adalah faktor makanan seperti mengkonsumsi ikan
asin, sedikit memakan sayur dan buah segar. Faktor lain adalah non makanan
seperti debu, asap rokok, uap zat kimia, dan asap kayu bakar. Kaitan antara
virus Epstein-Barr dan konsumsi ikan asin dikatakan sebagai penyebab utama
timbulnya penyakit ini. Virus tersebut dapat masuk ke dalam tubuh dan tetap
tinggal di sana tanpa menyebabkan suatu kelainan dalam jangka waktu yang
lama. Untuk mengaktifkan virus ini dibutuhkan suatu mediator. Kebiasaan untuk
mengkonsumsi ikan asin secara terus menerus mulai dari masa kanak-kanak,
merupakan mediator utama yang dapat mengaktifkan virus ini sehingga
menimbulkan karsinoma nasofaring.5
Banyak penelitian mengenai perangai dari virus Epstein Barr ini
dikemukakan, tetapi virus ini bukan satu-satunya faktor, karena banyak faktor
lain yang sangat mempengaruhi kemungkinan timbulnya tumor ganas ini,
seperti letak geografis, rasial, jenis kelamin, genetik, lingkungan, pekerjaan,
kebiasaan hidup, kebudayaan, sosial ekonomi, infeksi kuman atau parasit.6
Diagnosis dini menentukan prognosis pasien, namun cukup sulit untuk
3
dilakukan, karena nasofaring tersembunyi di belakang tabir langit-langit dan
terletak di bawah dasar tengkorak. Oleh karena itu, tidak mudah diperiksa oleh
mereka yang bukan ahli. Sering kali, tumor ditemukan terlambat dan
menyebabkan metastasis ke leher lebih sering ditemukan sebagai gejala pertama.6
Hasil pra survey yang dilakukan di RSUD dr. H. Abdoel Moeloek
Provinsi Lampung kejadian Ca Nasofaring tahun 2014 sebanyak 49 orang dengan
proporsi sebanyak 30 orang (61%) berjenis kelamin laki-laki dan sebanyak 19
orang (39%) berjenis kelamin perempuan.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka peneliti tertarik melakukan
penelitian dengan judul: Analisis Faktor Risiko Dengan Terjadinya Angka
Kejadian Pasien Ca Nasofaring di RSUD dr. H. Abdoel Moeloek Provinsi
Lampung Tahun 2014.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut: Apa saja faktor risiko dengan terjadinya angka kejadian pasien Ca
Nasofaring di RSUD dr. H. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung tahun 2014?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor risiko dengan terjadinya angka kejadian pasien
Ca Nasofaring di RSUD dr. H. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung tahun 2014.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui angka kejadian Ca Nasofaring di RSUD DR. H. Abdoel
Moeloek Provinsi Lampung tahun 2014
4
2. Untuk mengetahui usia penderita Ca Nasofaring di RSUD DR. H. Abdoel
Moeloek Provinsi Lampung tahun 2014
3. Untuk mengetahui jenis kelamin penderita Ca Nasofaring di RSUD DR. H.
Abdoel Moeloek Provinsi Lampung tahun 2014
4. Untuk mengetahui gejala klinis Ca Nasofaring di RSUD DR. H. Abdoel
Moeloek Provinsi Lampung tahun 2014
5. Untuk mengetahui hubungan antara faktor usia dengan angka kejadian Ca
Nasofaring di RSUD DR. H. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung tahun 2014
6. Untuk mengetahui hubungan antara faktor jenis kelamin dengan angka
kejadian Ca Nasofaring di RSUD DR. H. Abdoel Moeloek Provinsi
Lampung tahun 2014
7. Untuk mengetahui hubungan antara gejala klinis dengan angka kejadian Ca
Nasofaring di RSUD DR. H. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung tahun 2014
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Praktis
1. Bagi Instansi Kesehatan
Hasil ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi instansi dalam
pengembangan dan untuk meningkatkan pengetahuan tentang hubungan antara
faktor usia, jenis kelamin, gejala klinis dengan angka kejadian Ca Nasofaring.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai tolak ukur untuk mengetahui sejauh mana mahasiswa dalam
melakukan penelitian tentang hubungan antara faktor usia, jenis kelamin, gejala
klinis dengan angka kejadian Ca Nasofaring.
5
3. Bagi peneliti yang Akan Datang
Dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti lain terutama peneliti
tentang hubungan antara faktor usia, jenis kelamin, gejala klinis dengan angka
kejadian Ca Nasofaring.
1.4.2 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan bagi institusi pelayanan kesehatan
sebagai masukan dalam upaya peningkatan kesehatan terutama yang berhubungan
dengan hubungan antara faktor usia, jenis kelamin, gejala klinis dengan angka
kejadian Ca Nasofaring.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Berdasarkan penelitian yang peneliti susun, maka peneliti membatasi ruang lingkup
penelitian pada subjek penelitian yaitu faktor risiko dengan terjadinya angka
kejadian pasien Ca Nasofaring, sifat penelitian ini adalah survey analitik, waktu
penelitian pada bulan Maret 2015 dan lokasi penelitian di RSUD DR. H. Abdoel
Moeloek Provinsi Lampung.
6
3. Bagi peneliti yang Akan Datang
Dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti lain terutama peneliti
tentang hubungan antara faktor usia, jenis kelamin, gejala klinis dengan angka
kejadian Ca Nasofaring.
1.4.2 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan bagi institusi pelayanan kesehatan
sebagai masukan dalam upaya peningkatan kesehatan terutama yang berhubungan
dengan hubungan antara faktor usia, jenis kelamin, gejala klinis dengan angka
kejadian Ca Nasofaring.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Berdasarkan penelitian yang peneliti susun, maka peneliti membatasi ruang lingkup
penelitian pada subjek penelitian yaitu faktor risiko dengan terjadinya angka
kejadian pasien Ca Nasofaring, sifat penelitian ini adalah survey analitik, waktu
penelitian pada bulan Maret 2015 dan lokasi penelitian di RSUD DR. H. Abdoel
Moeloek Provinsi Lampung.
6

Weitere ähnliche Inhalte

Ähnlich wie @ New bab i

Penyakit parotitis, hipersaliva dan kanker rongga mulut
Penyakit parotitis, hipersaliva dan kanker rongga mulutPenyakit parotitis, hipersaliva dan kanker rongga mulut
Penyakit parotitis, hipersaliva dan kanker rongga mulutOperator Warnet Vast Raha
 
LAPORAN KASUS KANKER SERVIKS_5 (Autosaved).docx
LAPORAN KASUS KANKER SERVIKS_5 (Autosaved).docxLAPORAN KASUS KANKER SERVIKS_5 (Autosaved).docx
LAPORAN KASUS KANKER SERVIKS_5 (Autosaved).docxLutfiCesc1
 
27925999 karsinoma-nasofaring
27925999 karsinoma-nasofaring27925999 karsinoma-nasofaring
27925999 karsinoma-nasofaring0812200200
 
Askep ca servik kelompok 13
Askep ca servik kelompok 13Askep ca servik kelompok 13
Askep ca servik kelompok 13KadekSariCuciati
 
Asuhan keperawatan pada ca servik
Asuhan keperawatan pada ca servikAsuhan keperawatan pada ca servik
Asuhan keperawatan pada ca servikMarles Okta
 
59532001 leaflet-kanker-serviks (2)
59532001 leaflet-kanker-serviks (2)59532001 leaflet-kanker-serviks (2)
59532001 leaflet-kanker-serviks (2)Ainil Radiah
 
KESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUALITAS PEREMPUAN.pptx
KESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUALITAS PEREMPUAN.pptxKESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUALITAS PEREMPUAN.pptx
KESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUALITAS PEREMPUAN.pptxKiaTauhid
 
KELOMPOK 3 Epidemiologi penyakit tidak menular (kanker paru).pptx
KELOMPOK 3 Epidemiologi penyakit tidak menular (kanker paru).pptxKELOMPOK 3 Epidemiologi penyakit tidak menular (kanker paru).pptx
KELOMPOK 3 Epidemiologi penyakit tidak menular (kanker paru).pptxLaOdeMuhTaufiq
 
Makalah penyajian data (kanker serviks) (1)
Makalah penyajian data (kanker serviks) (1)Makalah penyajian data (kanker serviks) (1)
Makalah penyajian data (kanker serviks) (1)DETRIPUTRI1
 
Makalah penyajian data (kanker serviks)
Makalah penyajian data (kanker serviks)Makalah penyajian data (kanker serviks)
Makalah penyajian data (kanker serviks)AnisyaMaharani4
 
Makalah penyajian data (kanker serviks)
Makalah penyajian data (kanker serviks)Makalah penyajian data (kanker serviks)
Makalah penyajian data (kanker serviks)Mitaendahsetyawati
 
Makalah penyajian data (kanker serviks)
Makalah penyajian data (kanker serviks)Makalah penyajian data (kanker serviks)
Makalah penyajian data (kanker serviks)DETRIPUTRI1
 

Ähnlich wie @ New bab i (20)

Penyakit parotitis, hipersaliva dan kanker rongga mulut
Penyakit parotitis, hipersaliva dan kanker rongga mulutPenyakit parotitis, hipersaliva dan kanker rongga mulut
Penyakit parotitis, hipersaliva dan kanker rongga mulut
 
Askep ca.nasoparing
Askep ca.nasoparingAskep ca.nasoparing
Askep ca.nasoparing
 
Askep ca.nasoparing Akper pemkab muna
Askep ca.nasoparing  Akper pemkab munaAskep ca.nasoparing  Akper pemkab muna
Askep ca.nasoparing Akper pemkab muna
 
Askep ca.nasoparing
Askep ca.nasoparingAskep ca.nasoparing
Askep ca.nasoparing
 
LAPORAN KASUS KANKER SERVIKS_5 (Autosaved).docx
LAPORAN KASUS KANKER SERVIKS_5 (Autosaved).docxLAPORAN KASUS KANKER SERVIKS_5 (Autosaved).docx
LAPORAN KASUS KANKER SERVIKS_5 (Autosaved).docx
 
39165-167315-1-PB (1).pdf
39165-167315-1-PB (1).pdf39165-167315-1-PB (1).pdf
39165-167315-1-PB (1).pdf
 
27925999 karsinoma-nasofaring
27925999 karsinoma-nasofaring27925999 karsinoma-nasofaring
27925999 karsinoma-nasofaring
 
Askep ca servik kelompok 13
Askep ca servik kelompok 13Askep ca servik kelompok 13
Askep ca servik kelompok 13
 
Asuhan keperawatan pada ca servik
Asuhan keperawatan pada ca servikAsuhan keperawatan pada ca servik
Asuhan keperawatan pada ca servik
 
13434 25107-1-sm
13434 25107-1-sm13434 25107-1-sm
13434 25107-1-sm
 
Asuransi kesehatan aku
Asuransi kesehatan akuAsuransi kesehatan aku
Asuransi kesehatan aku
 
Jurnal Ditjen P2P Tahun 2016
Jurnal Ditjen P2P Tahun 2016Jurnal Ditjen P2P Tahun 2016
Jurnal Ditjen P2P Tahun 2016
 
Karsinoma nasofaring
Karsinoma nasofaringKarsinoma nasofaring
Karsinoma nasofaring
 
59532001 leaflet-kanker-serviks (2)
59532001 leaflet-kanker-serviks (2)59532001 leaflet-kanker-serviks (2)
59532001 leaflet-kanker-serviks (2)
 
KESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUALITAS PEREMPUAN.pptx
KESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUALITAS PEREMPUAN.pptxKESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUALITAS PEREMPUAN.pptx
KESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUALITAS PEREMPUAN.pptx
 
KELOMPOK 3 Epidemiologi penyakit tidak menular (kanker paru).pptx
KELOMPOK 3 Epidemiologi penyakit tidak menular (kanker paru).pptxKELOMPOK 3 Epidemiologi penyakit tidak menular (kanker paru).pptx
KELOMPOK 3 Epidemiologi penyakit tidak menular (kanker paru).pptx
 
Makalah penyajian data (kanker serviks) (1)
Makalah penyajian data (kanker serviks) (1)Makalah penyajian data (kanker serviks) (1)
Makalah penyajian data (kanker serviks) (1)
 
Makalah penyajian data (kanker serviks)
Makalah penyajian data (kanker serviks)Makalah penyajian data (kanker serviks)
Makalah penyajian data (kanker serviks)
 
Makalah penyajian data (kanker serviks)
Makalah penyajian data (kanker serviks)Makalah penyajian data (kanker serviks)
Makalah penyajian data (kanker serviks)
 
Makalah penyajian data (kanker serviks)
Makalah penyajian data (kanker serviks)Makalah penyajian data (kanker serviks)
Makalah penyajian data (kanker serviks)
 

Kürzlich hochgeladen

Farmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptx
Farmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptxFarmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptx
Farmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptxIrfanNersMaulana
 
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdfAnatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdfsrirezeki99
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUNYhoGa3
 
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RambuIntanKondi
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiNezaPurna
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...nadyahermawan
 
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasDbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasariSatya2
 
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...NenkRiniRosmHz
 
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdfMODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdfBangKoko
 
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakatKONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakatZuheri
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptxNezaPurna
 
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptMEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptssuserbb0b09
 
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiHigh Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiAikawaMita
 
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptPAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptssuser551745
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxYudiatma1
 
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptpengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptRekhaDP2
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALBagasTriNugroho5
 
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...AGHNIA17
 
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxStatistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxfachrulshidiq3
 

Kürzlich hochgeladen (20)

Farmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptx
Farmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptxFarmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptx
Farmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptx
 
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdfAnatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
 
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
 
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasDbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
 
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
 
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdfMODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
 
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakatKONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
 
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptMEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
 
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiHigh Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
 
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptPAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
 
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptpengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
 
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
 
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdfJenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
 
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxStatistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
 

@ New bab i

  • 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma nasofaring merupakan keganasan di daerah kepala dan leher yang selalu berada dalam kedudukan lima besar diantara keganasan bagian tubuh lain bersama dengan kanker serviks , kanker payudara, tumor ganas getah bening dan kanker kulit. Angka kejadian karsinoma nasofaring paling tinggi ditemukan di Asia dan jarang ditemukan di Amerika dan Eropa. Akan tetapi angka insiden cukup tinggi di sebagian tempat dan dipercaya faktor genetik dan lingkungan pencetus karsinoma nasofaring.1 Meskipun banyak ditemukan di negara penduduk non-Mongoloid namun demikian daerah cina bagian selatan masih menduduki tempat tertinggi, yaitu dengan 2500 kasus pertahun untuk provinsi Guang-Dong (Kwantung) atau prevalensi 39,84/100.000 penduduk.1 Ras mongoloid merupakan faktor dominan timbulnya karsinoma nasofaring, sehingga kekerapannya cukup tinggi pada penduduk cina bagian selatan, Hongkong, Vietnam, Thailand, Malaysia, Singapura, dan Indonesia.1 Insidens karsinoma nasofaring berbeda secara geografis dan etnik serta hubungannya dengan Epstein-Barr Virus (EBV). Secara global, pada tahun 2000 terdapat lebih kurang 65.000 kasus baru dan 38.000 kematian yang disebabkan karsinoma nasofaring. Di beberapa negara insidens karsinoma nasofaring ini hanya 0,6 % dari semua keganasan. Di Amerika insiden karsinoma nasofaring 1- 2 kasus per 100.000 laki-laki dan 0,4 kasus per 100.000 perempuan. Namun di
  • 2. negara lain dan kelompok etnik tertentu, seperti di Cina, Asia Tenggara, Afrika Utara, tumor ganas ini banyak ditemukan.2 Di Indonesia penyakit ini termasuk sepuluh besar keganasan dan di bidang THT menduduki peringkat pertama keganasan pada daerah kepala dan leher. Angka kejadian karsinoma nasofaring di Indonesia yaitu 4,7 kasus baru per 100.000 penduduk per tahun. Insiden yang tinggi ini dapat disebabkan tingginya faktor risiko karsinoma nasofaring di Indonesia, yaitu tingginya konsumsi ikan asin dan makanan yang diawetkan, pajanan di tempat kerja oleh zat-zat karsinogenik seperti formaldehid, debu kayu serta asap kayu bakar.3 Karsinoma nasofaring lebih banyak dijumpai pada pria dari pada wanita dengan perbandingan 2-3 pria berbanding 1 wanita, dan banyak dijumpai pada usia produktif, yaitu 40-60 tahun, tumor ganas ini tidak mempunyai gejala yang spesifik, seringkali tanpa gejala, sehingga hal ini menyebabkan keterlambatan dalam diagnosis dan terapi. Bahkan pada >70 % kasus gejala pertama berupa lymphadenopathy cervical, yang merupakan metastasis karsinoma nasofaring, sehingga perlu dilakukan usaha maksimal untuk menurunkan angka kematian dengan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kasinoma nasofaring.4 Banyak kasus karsinoma nasofaring yang terlambat didiagnosis karena tidak ada gejala yang spesifik dan letaknya yang tersembunyi di belakang tabir langit-langit. 4 Insidens karsinoma nasofaring yang tinggi ini dihubungkan dengan kebiasaan makan, lingkungan dan virus Epstein-Barr. Selain itu faktor geografis, rasial, jenis kelamin, genetik, pekerjaan, kebiasaan hidup, kebudayaan, 2
  • 3. sosial ekonomi, infeksi kuman atau parasit juga sangat mempengaruhi kemungkinan timbulnya karsinoma nasofaring. Keadaan sosial ekonomi yang rendah, lingkungan dan kebiasaan hidup juga menjadi salah satu faktor. Dikatakan bahwa udara yang penuh asap di rumah-rumah yang kurang baik ventilasinya di Cina, Indonesia dan Kenya, meningkatkan jumlah kasus karsinoma nasofaring. 5 Karsinoma nasofaring disebabkan oleh multifaktor. Sampai sekarang penyebab pastinya belum jelas. Faktor yang berperan untuk terjadinya karsinoma nasofaring ini adalah faktor makanan seperti mengkonsumsi ikan asin, sedikit memakan sayur dan buah segar. Faktor lain adalah non makanan seperti debu, asap rokok, uap zat kimia, dan asap kayu bakar. Kaitan antara virus Epstein-Barr dan konsumsi ikan asin dikatakan sebagai penyebab utama timbulnya penyakit ini. Virus tersebut dapat masuk ke dalam tubuh dan tetap tinggal di sana tanpa menyebabkan suatu kelainan dalam jangka waktu yang lama. Untuk mengaktifkan virus ini dibutuhkan suatu mediator. Kebiasaan untuk mengkonsumsi ikan asin secara terus menerus mulai dari masa kanak-kanak, merupakan mediator utama yang dapat mengaktifkan virus ini sehingga menimbulkan karsinoma nasofaring.5 Banyak penelitian mengenai perangai dari virus Epstein Barr ini dikemukakan, tetapi virus ini bukan satu-satunya faktor, karena banyak faktor lain yang sangat mempengaruhi kemungkinan timbulnya tumor ganas ini, seperti letak geografis, rasial, jenis kelamin, genetik, lingkungan, pekerjaan, kebiasaan hidup, kebudayaan, sosial ekonomi, infeksi kuman atau parasit.6 Diagnosis dini menentukan prognosis pasien, namun cukup sulit untuk 3
  • 4. dilakukan, karena nasofaring tersembunyi di belakang tabir langit-langit dan terletak di bawah dasar tengkorak. Oleh karena itu, tidak mudah diperiksa oleh mereka yang bukan ahli. Sering kali, tumor ditemukan terlambat dan menyebabkan metastasis ke leher lebih sering ditemukan sebagai gejala pertama.6 Hasil pra survey yang dilakukan di RSUD dr. H. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung kejadian Ca Nasofaring tahun 2014 sebanyak 49 orang dengan proporsi sebanyak 30 orang (61%) berjenis kelamin laki-laki dan sebanyak 19 orang (39%) berjenis kelamin perempuan. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul: Analisis Faktor Risiko Dengan Terjadinya Angka Kejadian Pasien Ca Nasofaring di RSUD dr. H. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2014. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Apa saja faktor risiko dengan terjadinya angka kejadian pasien Ca Nasofaring di RSUD dr. H. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung tahun 2014? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor risiko dengan terjadinya angka kejadian pasien Ca Nasofaring di RSUD dr. H. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung tahun 2014. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui angka kejadian Ca Nasofaring di RSUD DR. H. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung tahun 2014 4
  • 5. 2. Untuk mengetahui usia penderita Ca Nasofaring di RSUD DR. H. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung tahun 2014 3. Untuk mengetahui jenis kelamin penderita Ca Nasofaring di RSUD DR. H. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung tahun 2014 4. Untuk mengetahui gejala klinis Ca Nasofaring di RSUD DR. H. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung tahun 2014 5. Untuk mengetahui hubungan antara faktor usia dengan angka kejadian Ca Nasofaring di RSUD DR. H. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung tahun 2014 6. Untuk mengetahui hubungan antara faktor jenis kelamin dengan angka kejadian Ca Nasofaring di RSUD DR. H. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung tahun 2014 7. Untuk mengetahui hubungan antara gejala klinis dengan angka kejadian Ca Nasofaring di RSUD DR. H. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung tahun 2014 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Praktis 1. Bagi Instansi Kesehatan Hasil ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi instansi dalam pengembangan dan untuk meningkatkan pengetahuan tentang hubungan antara faktor usia, jenis kelamin, gejala klinis dengan angka kejadian Ca Nasofaring. 2. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai tolak ukur untuk mengetahui sejauh mana mahasiswa dalam melakukan penelitian tentang hubungan antara faktor usia, jenis kelamin, gejala klinis dengan angka kejadian Ca Nasofaring. 5
  • 6. 3. Bagi peneliti yang Akan Datang Dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti lain terutama peneliti tentang hubungan antara faktor usia, jenis kelamin, gejala klinis dengan angka kejadian Ca Nasofaring. 1.4.2 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat digunakan bagi institusi pelayanan kesehatan sebagai masukan dalam upaya peningkatan kesehatan terutama yang berhubungan dengan hubungan antara faktor usia, jenis kelamin, gejala klinis dengan angka kejadian Ca Nasofaring. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan penelitian yang peneliti susun, maka peneliti membatasi ruang lingkup penelitian pada subjek penelitian yaitu faktor risiko dengan terjadinya angka kejadian pasien Ca Nasofaring, sifat penelitian ini adalah survey analitik, waktu penelitian pada bulan Maret 2015 dan lokasi penelitian di RSUD DR. H. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung. 6
  • 7. 3. Bagi peneliti yang Akan Datang Dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti lain terutama peneliti tentang hubungan antara faktor usia, jenis kelamin, gejala klinis dengan angka kejadian Ca Nasofaring. 1.4.2 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat digunakan bagi institusi pelayanan kesehatan sebagai masukan dalam upaya peningkatan kesehatan terutama yang berhubungan dengan hubungan antara faktor usia, jenis kelamin, gejala klinis dengan angka kejadian Ca Nasofaring. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan penelitian yang peneliti susun, maka peneliti membatasi ruang lingkup penelitian pada subjek penelitian yaitu faktor risiko dengan terjadinya angka kejadian pasien Ca Nasofaring, sifat penelitian ini adalah survey analitik, waktu penelitian pada bulan Maret 2015 dan lokasi penelitian di RSUD DR. H. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung. 6