SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 353
Downloaden Sie, um offline zu lesen
ISBN 978-602-98295-0-1



              MELEJITKAN PRESTASI PELAJAR MENUJU
      SUMATERA SELATAN CERDAS, KREATIF DAN MANDIRI MELALUI
             PEMBERDAYAAN KIR DISEKOLAH-SEKOLAH

  ( Bentuk dan Aktivitas Kelompok Ilmiah Remaja dalam Berbagai Bidang Kajian
 Sebagai Upaya Mendukung Sumatera Selatan Cerdas, Kreatif dan Mandiri di Era
                               Otonomi Daerah )

                                       Usman

( Guru di SMA Negeri 1 Banyuasin II, SMA Plus Negeri 2 Banyuasin III dan Anggota
                      Asosiasi Peneliti Sumatera Selatan)



                                     ABSTRAK
      Persaingan sains dimasa depan sebenarnya tidak dilihat dari seberapa besar
penguasaan sains oleh suatu negara saat ini, tetapi justru terletak pada usaha
mempersiapkan siswa agar “melek” sains sejak awal. Berangkat dari kesadaran ini
pengembangan program Science in School sangat mendesak dilaksanakan dan
akan dalam rangka mendekatkan sains dan teknologi sejak dini dan tidak dapat
ditawar-tawar lagi. Perkenalan sejak dini pada siswa akan mendorong minat untuk
mendalami sains dan teknologi dan pada gilirannya kelak siswa mau berkarier di
bidang sains dan teknologi. Pemberdayaan Kelompok Ilmiah Remaja, ini masih
termarginalkan, sebenarnya pembentukan KIR ini memiliki peran penting yang
sangat besar dalam menumbuhkan scientific attitude siswa. Meneliti dan menulis
karya ilmiah sebenarnya merupakan kegiatan yang sangat menarik dan
membahagiakan, baik bagi siswa maupun guru pembimbing. Siswa akan
mendapatkan pengalaman, wacana, kepekaan terhadap lingkungan karena rasa
keingintahuannya, pemompaan semangat, keterampilan sains dan bahkan prestasi
dan masa depan yang lebih cerah. Selain itu, dengan memiliki keterampilan meneliti
dan menulis, sudah pasti bermanfaat , setidaknya ketika para siswa menapaki studi
di perguruan tinggi.
      Akan tetapi pemerintah pusat, daerah masih kurang perhatiannya terhadap
kegiatan KIR ini, sebenarnya kegiatan ini memiliki potensi yang cukup besar untuk
kemajuan anak bangsa, banyak pelajar di Indonesia memiliki prestasi yang
mendunia dalam ajang penelitian remaja khususnya di wilayah Sumatera Selatan.
Untuk mewujudkan itu semua peran serta dari berbagai elemen seperti pemerintah
pusat, daerah harus lebih memperhatikan pemberdayaan siswa untuk mengikuti
kegiatan yang mengasah keterampilan siswa dalam meneliti dan menulis.

A. Pendahuluan
       Ditengah    krisis   multi   dimensi,   pendidikan   seakan   tidak   berdaya
  menghadapinya. Pendidikan telah mandek dan beku dalam gundukan es. Proses
  pembelajaran di dunia pendidikan kita seharusnya dapat memberikan ruang untuk
Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010                                1363
ISBN 978-602-98295-0-1



  mengoptimalkan kebebasan berpikir. Konsekuensinya setiap institusi pendidikan
  harus dapat membebaskan diri dari kepentingan ideologi politik dan paham
  keagamaan      tertentu.   Selain   itu,   kurikulum   pendidikan   hendaknya
  dilepasbebaskan secara kreatif untuk merespon perubahan yang semakin
  kompleks dan cepat. Pada tahapan ini yang diperlukan adalah membekali siswa
  secara kuat metodologi dan bahasa, sebagai alat untuk mendalami kajian ilmu
  dan komunikasi akademik, serta didasarkan pada pembentukan watak dan
  moralitas kemanusiaan yang universal dan menghargai keanekaragaman.
       Persaingan sains dimasa depan sebenarnya tidak dilihat dari seberapa
  besar penguasaan sains oleh suatu negara saat ini, tetapi justru terletak pada
  usaha mempersiapkan siswa agar “melek”        sains sejak awal. Berangkat dari
  kesadaran ini pengembangan program         Science in School sangat mendesak
  dilaksanakan dan akan dalam rangka mendekatkan sains dan teknologi sejak dini
  dan tidak dapat ditawar-tawar lagi. Perkenalan sejak dini pada siswa akan
  mendorong minat untuk mendalami sains dan teknologi dan pada gilirannya kelak
  siswa mau berkarier di bidang sains dan teknologi.
       Propinsi Sumatera Selatan merupakan propinsi memiliki potensi yang besar
  baik di bidang perekonomian, pendidikan, pariwisata, pangan, energi dan bidang-
  bidang lainnya. Sejak diberlakukannya otonomi daerah propinsi ini berkembang
  semakin pesat sehingga dapat bersaing baik didalam negeri maupun di luar
  negeri. Khusus dalam bidang pendidikan, sejak tahun 2009, propinsi Sumatera
  Selatan menggalakkan sekolah gratis untuk jenjang SD, SMP sampai SMA
  dengan harapan masyarakat di Sumatera Selatan dapat menciptakan sumber
  daya manusia yang cerdas dan mandiri.
       Untuk mendukung Sumatera Selatan yang Cerdas, Kreatif dan mandiri di
  era otonomi daerah ini perlu dilakukan banyak strategi, strategi di bidang
  kesiswaan, strategi dibidang kurikulum dan strategi di bidang sarana dan
  prasarana.   Untuk bidang strategi kesiswaan dan kurikulum dapat diberikan
  contoh pemberdayaan pembimbingan tim olimpiade yang berada disekolah-
  sekolah yaitu dengan tim Olimpiade Keilmuan diantaranya IBO, IPhO, IMO, IChO,
  dan Geosains. Selain Olimpiade keilmuan dapat juga diterapkan program
  Kelompok Ilmiah Remaja, akan tetapi program ini masih termarginalkan,
Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010                   1364
ISBN 978-602-98295-0-1



  sebenarnya pembentukan KIR ini memiliki peran penting yang sangat besar
  dalam menumbuhkan scientific attitude siswa. Meneliti dan menulis karya ilmiah
  sebenarnya merupakan kegiatan yang sangat menarik dan membahagiakan, baik
  bagi siswa maupun guru pembimbing. Siswa akan mendapatkan pengalaman,
  wacana,    kepekaan   terhadap     lingkungan   karena   rasa   keingintahuannya,
  pemompaan semangat, keterampilan sains dan bahkan prestasi dan masa depan
  yang lebih cerah. Selain itu, dengan memiliki keterampilan meneliti dan menulis,
  sudah pasti bermanfaat , setidaknya ketika para siswa menapaki studi di
  perguruan tinggi.
       Akan tetapi pemerintah pusat, daerah masih kurang perhatiannya terhadap
  kegiatan KIR ini, sebenarnya kegiatan ini memiliki potensi yang cukup besar untuk
  kemajuan anak bangsa, banyak pelajar di Indonesia memiliki prestasi yang
  mendunia dalam ajang penelitian remaja khususnya di wilayah Sumatera Selatan.
  Untuk mewujudkan itu semua peran serta dari berbagai elemen seperti
  pemerintah pusat, daerah harus lebih memperhatikan pemberdayaan siswa untuk
  mengikuti kegiatan yang mengasah keterampilan siswa dalam meneliti dan
  menulis.

B. Bahan dan Metode
       Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi deskriptis, yaitu penulis
  melakukan pengumpulan data primer dan sekunder. Data primer yang diperoleh
  dari aktivitas pembinaan KIR di beberapa sekolah yang penulis pernah menjadii
  pembina KIR seperti di SMA Plus Negeri 17 Palembang (penulis menjadi
  Pembina KIR selama 4 Tahun), SMA Plus Negeri 2 banyuasin III (Penulis menjadi
  Pembina KIR selama 4 bulan), SMA Negeri 1 Banyuasin II, Sungsang (penulis
  menjadi Pembina KIR selama 1 tahun). Jadi total pembinaan KIR dibeberapa
  sekolah tersebut selama 6 tahun.


C. Pengertian Kelompok Ilmiah Remaja
       Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) adalah kelompok remaja yang melakukan
  serangkaian kegiatan yang menghasilkan suatu hasil yang disebut karya ilmiah.
  Karya ilmiah adalah suatu karya yang dihasilkan melalui cara berpikir yang
Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010                               1365
ISBN 978-602-98295-0-1



  menurut kaidah penalaran logis, sistematis, rasional dan ada koherensi antar
  bagian-bagiannya (saling terkait dan tidak bertentangan satu sama lain).
       Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) adalah kelompok (grup) para remaja yang
  menduduki jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah
  Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan sederajat, atau
  seseorang tidak duduk di sekolah formal yang berusia 12 – 21 Tahun. Kelompok
  ini didasarkan pada minatnya pada ilmu pengetahuan dan teknologi, yang
  terbentuk    atas    inisiatif   dan   prakarsa     remaja   sendiri,   namun   dalam
  perkembangannya sering terjadi menjadi terintegrasi dengan institusi sekolah.
  Pada perkembangannya kelompok ini memerlukan bantuan, dukungan dari
  semua pihak yang terlibat dalam pengembangan dan pemanfaatan ilmu
  pengetahuan dan teknologi. Kelompok Ilmiah Remaja adalah suatu wadah
  (organisasi) yang sifatnya terbuka bagi para remaja, berdasarkan kesamaan
  kepentingan (interest) dalam berkeinginan meningkatkan pengetahuan, kreativitas
  dan berdisiplin, berdaya juang untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi
  pada masa kini dan masa mendatang.
       Pada awalnya Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) di Indonesia dibentuk atas
  dasar hasil Konferensi Anak-anak Sedunia (UNESCO) di Grenouble, Perancis
  Tahun 1963. Konsepsi yang dihasilkan dalam konferensi ini adalah bahwa
  kurikulum pada pendidikan formal disekolah terbatas kemampuannya untuk
  mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat.
  Untuk itu dalam konferensi ini disepakati untuk dikembangkan Youth Science
  Club (YSC) secara serentak tumbuh di seluruh dunia seperti Eropa, Amerika
  Latin, India, Thailand dan Indonesia.


D. Kelompok Ilmiah Remaja dalam Kurikulum Pendidikan
      Organisasi atau Kelompok Ilmiah remaja yang ditumbuhkembangkan oleh
  sekolah maupun tumbuh secara alami karena tuntutan kebutuhan oleh anggota
  kelompok ilmiah remaja dapat terus bertahan dan dipengaruhi oleh beberapa hal,
  antara lain kurikulum, kebijaksanaan sekolah, pendanaan, kerjasama dengan
  institusi-institusi dan sosialisasi hasil penelitian.


Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010                                   1366
ISBN 978-602-98295-0-1



      Menurut Badan Moneter Dunia, sistem pendidikan sebuah Negara dapat
  berjalan dengan baik jika (1) kurikulum nasional memenuhi sejumlah kompetensi
  guna menjawab tuntutan dan tantangan arus globalisasi, (2) kurikulum yang
  dibuat bersifat lentur dan adaptif dan (3) kurikulum tersebut berkontribusi pada
  pembangunan social dan masyarakat. Untuk menyikapi hal tersebut, telah
  disusun Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk menggantikan kurikulum tahun
  1994.
      Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) lebih berorientasi kepada peserta didik
  daripada guru. Guru berfungsi sebagai pendamping peserta didik agar
  pengetahuan mereka tak terhenti pada pengetahuan teoritis belaka. Pengetahuan
  harus bermanfaat dan berkembang dan tak dapat dilepaskan dari masalah-
  masalah kehidupan sehari-hari, sehingga belajar dari sekolah sangat relevan
  untuk hidup (meaning full for life). Dalam kurikulum berbasis kompetensi, guru
  dituntut kreatif mampu mengajak peserta didik bereksplorasi sehingga aktif
  menerapkan    pengetahuannya.     Guru    adalah   rekan    peserta   didik   dalam
  mengembangkan kompetensinya melalui penerapan pengetahuan yang diperoleh
  dalam pembelajaran. Dengan demikian, kurikulum Berbasis Kompetensi akan
  membawa peserta didik pada pencapaian kompetensinya sesuai makna
  pendidikan, meliputi ability (kecakapan), skill (keterampilan) dan knowledge
  (pengetahuan) serta personality (kepribadian) secara individual.
      Gambaran penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi mengarahkan guru
  sebagai pengajar yang mandiri (curriculum-free teachers). Hal itu memberikan
  dorongan dan kesempatan guru untuk memiliki kreativitas dan fleksibilitas dalam
  pengajaran. Pembelajaran yang terbuka semacam itu mengkondisikan peserta
  didik untuk berdiskusi, kritis dan bereksplorasi sesuai dengan pengalaman
  hidupnya sendiri-sendiri. Kemampuan mengkritisi dan eksplorasi dari pengalaman
  hidup rill inilah yang menjadi modal dasar untuk mengembangkan peserta didik
  untuk menjadi anggota kelompok ilmiah remaja, semestinya dapat lebih
  mendorong perkembangan agar lebih mengakar pada perilaku akademis pada
  seluruh sekolah di Indonesia.

E. Model Kelompok Ilmiah Remaja di Kota Palembang dan Sekitarnya
Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010                                 1367
ISBN 978-602-98295-0-1



        Kelompok Ilmiah Remaja adalah kelompok yang harus bergerak dalam
  penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kegiatan ilmu
  pengetahuan dan teknologi KIR pada prinsipnya harus tidak mengganggu
  kegiatan akademik dan diharapkan agar menuju pada profesionalisme. Modus
  pokok kegiatan-kegiatan KIR meliputi pengamatan, penelitian, penulisan dan
  publikasi. Bidang kajian yang dapat diterapkan di KIR ini adalah Bidang IPA (Ilmu
  Pengetahuan Alam), IPSK (Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan),
  Teknologi (meliputi Teknologi Tepat Guna).
        Berbagai kegiatan-kegiatan lain yang dapat dilakukan oleh kelompok ilmiah
  remaja agar lebih bervariasi adalah sebagai berikut :
  1. Pertemuan Ilmiah
     Bagi    anggota   KIR     bertujuan   untuk memberikan      kesempatan      belajar
     berkomunikasi langsung dengan berdiskusi, mengembangkan sikap kritis,
     mengembangkan wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi antar anggota
     maupun dengan para pakar, pembina dan pembimbing dapat memberikan
     petunjuk-petunjuk dan saran-saran bagi para anggota kelompok ilmiah remaja.
     Pertemuan ilmiah ini dapat berupa seminar, diskusi, symposium, ceramah
     atau talk show, baik yang diselenggarakan oleh KIR sendiri maupun institusi
     lainnya, seperti universitas-universitas maupun lembaga lainnya.
  2. Penataran dan Pelatihan
     Pelatihan untuk anggota KIR bertujuan untuk lebih meningkatkan pengetahuan
     dan keterampilan dalam berbagai bidang, antara lain latihan dalam metodologi
     penelitian dan pengambangan, latihan manajemen organisasi KIR, latihan
     teknik penulisan ilmiah (hasil penelitian) dan pelatihan statistic. Pelatihan
     semacam     itu   bisa    dibuat   sendiri   dengan   mengundang    pakar     yang
     berkompeten atau dapat mengikuti program-program yang dilakukan oleh
     Dinas Pendidikan atau oleh beberapa universitas yang konsen terhadap KIR,
     dalam hal ini di propinsi Sumatera Selatan memiliki badan yang bergerak
     dalam    Penelitian      dan   pengembangan      yaitu   Badan   Penelitian    dan
     Pengembangan Daerah (BALITBANGDA), badan ini juga dapat dijadikan
     suatu motor penggerak untuk memajukan KIR di Sumatera Selatan.
  3. Perkemahan dan Wisata Ilmiah
Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010                                    1368
ISBN 978-602-98295-0-1



       Perkemahan adalah suatu kegiatan di luar lokasi kegiatan KIR. Perkemahan
       dalam konsepsi KIR tidak hanya berarti hidup di alam terbuka, tetapi juga
       mencakup kegiatan-kegiatan laboratorium alam, oseanorium, terrarium,
       dimana para ahli memberikan informasi mengenai berbagai gejala alam.
       Wisata ilmiah merupakan kegiatan kunjungan ke berbagai sumber ilmu
       pengetahuan dan teknologi, sehingga dalamwisata ini anggota KIR dapat
       memperluas dan memperkaya informasi mengenai latar belakang dan proses
       suatu institusi.


F. Profil Siswa Pemenang Lomba Karya Tulis di Ajang Nasional dan
  Internasional
         Dari pengalaman penulis yang membimbing dari beberapa sekolah di
  wilayah kota Palembang dan sekitanya, kemampuan pelajar dalam bidang Karya
  Ilmiah tidak kalah dengan pelajar di pulau Jawa. Oleh karena itu pemberdayaan
  Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) umumnya di Sumatera Selatan dan khususnya
  SMA di wilayah kota Palembang dapat lebih digalakkan sehingga dapat mencetak
  calon-calon ilmuwan baru dan dapat mewujudkan Sumatera Selatan Cerdas,
  Kreatif dan Mandiri.
         Berikut disampaikan aktivitas pembinaan KIR di beberapa sekolah yang
  telah penulis bimbing dari tahun 2006 sampai dengan 2010 baik yang pernah
  berkompetisi di tingkat Nasional dan Internasional.

  Tabel 1. Profil Pemenang Lomba Karya Tulis di Tingkat Nasional
  N           Nama           Judul      Bidang          Jenjang    Presta Keter
   o                         Karya                                   si   angan
  1     Upaya             M.   Naufal LKT               Nasional   Juara   SMA
        melestarikan dan Shahensa     Lingkunga                      II    Plus
        Memperindah                   n Hidup,                            Negeri
        Sungai       Musi             DEPDIKN                               17
        Dengan                        AS,                                 Palem
        Mewujudkan                    Jakarta,                             bang
        Kota Palembang                tahun
        Sebagai      Kota             2006
        Wisata Air
  2     Peranan           M.   Nanda LKT                Nasional   Juara   SMA
        Agroforestry      Rimansya    Lingkunga                    Harap   Plus
Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010                              1369
ISBN 978-602-98295-0-1



      Dalam                          n Hidup,                 an II    Negeri
      Mempertahanka                  Tahun                              17
      n          Fungsi              2006                              Palem
      Hidrologis     Di              DEPDIKN                           bang
      Sekitar Daerah                 AS,
      Aliran     Sungai              Jakarta
      Musi
  3   Persepsi Pelajar    Al – Amin LKIR LIPI,    Nasional   Juara     SMA
      Terhadap            Putra     Ke-40                      III     Plus
      Program             Pratama   Bidang                             Negeri
      Sekolah Gratis                IPSK,                              17
      Pada Kampanye                 tahun                              Palem
      Pildada                       2008                               bang
      SUMSEL
  4   Ikan Pedeh :     Elita         LKT          Nasional   Juara I SMA
      Pengawetan       Purnama       OPINI,                          Plus
      Ikan        tanpaSari          Universita                      Negeri
      Bahan Kimia      Edwin         s                               17
                       Juanda        Brawijaya,                      Palem
                       Putra         Malang,                         bang
                       Faiznur       tahun
                       Ridho         2006
  5   Pengelolaan      Adhi          LKT          Nasional   Finalis   SMA
      Lahan     Kering Kurniawan     BIOEXPO.                          Plus
      Secara           Mico Prama    Himabio                           Negeri
      Berkelanjutan                  Nymphaea                          17
      dan                            ITB,                              Palem
      Pemanfaatannya                 Bandung,                          bang
      Sebagai Wilayah                tahun
      Pembudidyaaan                  2006
      Tanaman
      Penghasil Energi
      Hijau
  6   Pembangunan      Widya     LKT              Nasional   Juara     SMA
      IMTAQ Melalui Lionita      Integrasi                   Harap     Plus
      Bencana                    IMTAQ                        an II    Negeri
      Tsunami                    dan IPTEK                             17
                                 Siswa,                                Palem
                                 DEPDIKN                               bang
                                 AS,
                                 Jakarta,
                                 tahun
                                 2006
  7   Pengaruh        Gabby      LKT              Nasional   Finalis   SMA
      Kebijakan       Ravita S   Olimpiade                             Plus
      Pemerintah dan Richard TL. Ilmu                                  Negeri
      Peran     Serta Tobing     Sosial                                17
Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010                           1370
ISBN 978-602-98295-0-1



      Masyarakat       MB.             (OIS)                              Palem
      Dalam    Proses Nugraha          2007,                              bang
      Rekontruksi                      FISIP
      Bencana Banjir                   Universita
      di          Kota                 s
      Palembang                        Indonesia,
                                       Jakarta
  8  Pemanfaatan          M. Pranandi Gebyar         Nasional   Finalis   SMA
     Ekstrak       daun Fandy Abdi Sains                                  Plus
     Mindi        (melia Darma         Nasional,                          Negeri
     azedarah)            Ferdian      Sekolah                            17
     sebagai              Irbani       Pembangu                           Palem
     Larvasida dalam                   nan Jaya,                          bang
     pemberantasan                     Jakarta,
     larva nyamuk                      tahun
                                       2007
  9 ”Jadikan Sungai Adzuhri            Lomba         Nasional   Juara I SMA
     Musi      Sebagai Aditya          Karya                            Plus
     Mata          Airku Ferdian       Tulis                            Negeri
     Bukan            Air Irbany       Ilmiah    1                      17
     Mataku” (Studi Natasia            Abad                             Palem
     Ancaman                           Kebangkit                        bang
     Limbah           Di               an
     Kawasan Sungai                    Nasional,
     Musi          Serta               PEMDA
     Upaya                             DIY    dan
     Mengatasinya)                     UGM,
                                       tahun
                                       2008
  10 Pandangan dan Deta                Lomba         Nasional   Finalis   SMA
     Sikap                Apritantia   Karya                              Plus
     Masyarakat           Bunga        Tulis                              Negeri
     Terhadap             Aprilia      Ilmiah    1                        17
     Kebijakan                         Abad                               Palem
     Otonomi Daerah                    Kebangkit                          bang
     di       Sumatera                 an
     Selatan      (Studi               Nasional,
     Partisipasi                       PEMDA
     Masyarakat        di              DIY    dan
     Prabumulih,                       UGM,
     Baturaja       dan                tahun
     Palembang)                        2008
  11 Klorofil, Si Emas M. Ali Setia LKTI             Regional   Juara     SMA
     Hijau         Yang Nisrina        Scalenus,     Sumatera     III     Plus
     Bermanfaat           Ariesta      FULDFK                             Negeri
                          Yesita Rizki Regional                           17
                                       Sumatera,                          Palem
Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010                              1371
ISBN 978-602-98295-0-1



                                    Tahun                                bang
                                    2009
  12 Tingkat           M. Ali Setia Lomba           Nasional   Juara     SMA
     Pengetahuan       Pratama      Karya                        II      Plus
     dan         Minat Aisyah       Tulis                                Negeri
     Pelajar    Dalam Fatriani      Antariksa,                           17
     Pembelajaran      Satria       LAPAN                                Palem
     Berbasis          Marantiza    Bandung,                             bang
     Antariksa                      Tahun
                                    2009
  13 Pemburaman        Mutia        Lomba           Nasional   Juara     SMA
     Layar       Peran Agustria     Karya                        II      Plus
     BPK di Tengah Bayu             Tulis,                               Negeri
     Eksistensi KPK    Saputra      BPK,                                 17
                                    tahun                                Palem
                                    2010                                 bang
  14 Dibalik           Wafiakmal    LKIR Ke-        Nasional   Juara     SMA
     Pembangunan       Miftah       41     LIPI,                 II      Plus
     Pelabuhan         Afrizal      Tahun                                Negeri
     Tanjung Siapi- Lutfi Fahri 2009                                     17
     api, Kontroversi Muhammad                                           Palem
     atau Rezeki?                                                        bang
  15 Rotating Sprayer Priyanka      National        Nasional   Juara     SMA
     Herbicide         Reijefki     Young                        II      Plus
                       Irlastua     Inventor                             Negeri
                       Edy Yuristo Award                                 17
                                    (NYIA),                              Palem
                                    tahun                                bang
                                    2010
  16 Menyibak          Wila Armila Lomba            Propinsi   Finalis   SMA
     Kearifan          Sari         Karya                                Negeri
     Tradisional                    Tulis, Nilai                         1
     ”Rumah                         Budaya,                              Banyu
     Panggung                       Dinas                                asin II,
     Nibung”     Serta              Pendidika                            Sungs
     Aktivitas                      n Propinsi                           ang
     Masyarakat                     Sumatera
     Sungsang Dalam                 Selatan,
     Melestarikan                   tahun
     Hutan Mangrove                 2009
     (Bakau)       dan
     Keanekaragama
     n Hayati

  17 Rumah          Suhendar         Lomba          Propinsi   Juara     SMA
     Panggung Nipah Dwi Putra        Karya                     Harap     Plus
     (Nypha                          Tulis, Nilai               an II    Negeri
Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010                              1372
ISBN 978-602-98295-0-1



      Fructicans)                  Budaya,                             2
      Ditengah     Era             Dinas                               Banyu
      Globalisasi,                 Pendidika                           asin III
      Antara    Tradisi            n Propinsi
      Dan Eksistensi               Sumatera
                                   Selatan,
                                   tahun
                                   2010
  18 Inovasi      Alat Feri        Lomba          Propinsi    Juara    SMA
     Pembuat           Krisnamurti Cipta                      Harap    Plus
     Kompos            Febrian     Karya                       an II   Negeri
     Berbasis Barang Mermaliandi Pelajar,                              2
     Bekas                         UPTD                                Banyu
                                   Graha                               asin III
                                   Teknologi,
                                   tahun
                                   2010
  19 Pemanfaatan       Heppy Nur Lomba            Propinsi    Juara    SMA
     Limbah     Arang Aprilia      Cipta                      Harap    Plus
     Cangkang          Reta        Karya                       an I    Negeri
     Kelapa     Sawit Triprima N.  Pelajar,                            2
     Dan        Sawit              UPTD                                Banyu
     Brondol Sebagai               Graha                               asin III
     Briket                        Teknologi,
                                   Tahun
                                   2010
  20 Pemberdayaan      Yessi       Lomba          Propinsi    Juara    SMA
     Potensi           Ismiralda   Menulis                      II     Plus
     Technopreneur                 Artikel                             Negeri
     Menuju                        FEKSi                               2
     Indonesia Kreatif             (Festival                           Banyu
                                   Ekonomi                             asin III
                                   Kreatif),
                                   tahun
                                   2010

  Tabel 2. Profil Siswa Peserta dalam Lomba Karya Tulis Tingkat Internasional

  No       Nama         Judul Karya         Bidang      Jenjang     Prestasi
  1. Wafiakmal        On    Behalf   of   ISEF, Intel Internasional Finalist
     Miftah, Afrizal, Development :       Sanjose,
     Lutfi Fakhri     Economic            California,
                      Opportunities VS    USA
                      Environment
                      Deterioration
  2. Priyanka,        Rotating Sprayer    IEYI,        Internasional   Finalist
Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010                            1373
ISBN 978-602-98295-0-1



       Reijefki          Herbicide              International
       Irlastua,   Edy                          Exhibition
       Yuristo                                  Young
                                                Inventor
                                                Award
                                                2011,
                                                Vietnam,
                                                Hanoi

G. Sinergisme Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan Sekolah dalam
  Menumbuhkan Calon Ilmuwan Baru
        Dalam pengoptimalan kinerja KIR di sekolah perlu dilakukan koordinasi
  antar elemen sekolah, pemberdayaan KIR dapat dilakukan secara terpisah
  (monolitik) maksudnya ada materi khusus yang berkaitan dengan bidang
  penelitian yaitu dengan mendirikan suatu pelajaran yang berbasis eksperimen
  sebagai contoh dengan diselenggarakannya Muatan Lokal Pengantar Penelitian.
  Pemberdayaan KIR juga dapat dilakukan secara integrative, artinya dapat
  disisipkan pada suatu mata pelajaran tertentu, baik bidang IPA, IPSK dan
  teknologi. Keberhasilan siswa dalam pemberdayaan KIR sebenarnya tidak
  terlepas dari peranan pihak sekolah, pemerintah pusat, pemerintah daerah serta
  badan-badan otonom yang tetap peduli dengan aktivitas pembinaan siswa dalam
  bidang penelitian ilmiah.
        Saat ini Pembimbing utama (konsultan) YRC/KIR di Indonesia diperankan
  oleh LIPI. Selanjutnya dibantu oleh Kementerain Pendidikan Nasional, dan
  beberapa    Universitas     dan   Institut   yang   aktif   dan   rutin   mengadakan
  pemasyarakatan dan pembinaan KIR diseluruh pelosok tanah air dengan
  membuat kompetisi untuk ajang gelar prestasi tahunan yang sekarang dikenal
  LKIR, NYIA(LIPI), LPIR (sekarang OPSI) yang diselenggarakan oleh Kementerian
  Pendidikan Nasional, ISPO yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan
  Nasional , PASIAD, LIPI serta INAYS yang diselenggarakan oleh Surya Institute.
  Bentuk komitmen LIPI untuk mengembangtumbuhkan dan membina KIR
  dikalangan remaja adalah dengan setiap tahunnya mengadakan Lomba Karya
  Ilmiah remaja (LKIR) secara rutin sejak tahun 1969 sampai dengan 2010 sudah
  ke-42 kalinya. Sedang Kementerian Pendidikan Nasional menyelenggarakan

Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010                                   1374
ISBN 978-602-98295-0-1



  LPIR sejak tahun 1977 sampai dengan 2009 kemudian pada tahun 2010 berubah
  menjadi Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI).
        Untuk di wilayah daerah propinsi dan kabupaten pembinaan KIR dapat
  dilakukan   oleh   Dinas   Pendidikan   (DISDIK)   dan   Badan   Penelitian   dan
  Pengembangan Daerah (BALITBANGDA), kolaborasi antara kedua dinas dan
  badan ini semakin membantu para peserta didik untuk dapat mengembangkan ide
  dan kreatifitas mereka. Dengan adanya kolaborasi antara keduanya maka
  pembinaan KIR di daerah dapat lebih menciptakan atmosfer ilmiah yang nantinya
  dapat menghasilkan peserta didik yang kreatif dan mandiri.




                               PEMERINTAH PUSAT



     PEMERINTAH                                                  INSTANSI/
       DAERAH                                                    LEMBAGA/
                                                                UNIVERSITAS



                                  SEKOLAH DAN
                                  PERAN SERTA
                                    GURU KIR




                                KEPEDULIAN TOP
                                 MANAGEMENT




                                 SISWA CERDAS,
                                  KREATIF DAN
                                    MANDIRI



       Gambar 1. Peran Serta Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,
    Lembaga/Instansi, Serta Sekolah dalam Pemberdayaan KIR disekolah


Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010                                 1375
ISBN 978-602-98295-0-1



        Akan         tetapi   yang   menjadi    pokok     permasalahan    untuk
  menumbuhkembangkan peserta didik agar aktif mengikuti organisasi KIR ini
  masih menjadi polemik di sekolah-sekolah, sekolah beranggapan bahwa
  Kelompok Ilmiah Remaja hanya merupakan pelengkap kegiatan kesiswaan saja
  sehingga menyebabkan budaya penelitian dan menulis menjadi mati suri
  permasalahan juga muncul ketika pihak sekolah masih menganaktirikan KIR
  ketimbang program sekolah yang lain. Untuk mengatasi permasalahan tersebut
  solusi yang dibutuhkan adalah dengan memberikan kebebasan kepada guru agar
  dapat memberikan kontribusi yang positif kepada para peserta didik agar dapat
  berkreatifitas, menanamkan motivasi berprestasi, memberikan reward, atau
  memberikan bantuan baik berupa moral maupun spiritual. Selain itu peran
  manajemen sekolah khususnya top management agar dapat memberikan alokasi
  anggaran untuk pemberdayaan KIR, memberikan kemudahan-kemudahan dalam
  pemberian izin melakukan penelitian dengan tidak meninggalkan tugas pokoknya
  sebagai pelajar.


H. Penutup
        Kelompok Ilmiah Remaja sudah memang selayaknya untuk dapat
  dikembangkan di beberapa sekolah baik di tingkat SD, SMP sampai SMA.
  Pemberdayaan KIR dapat memacu peran aktif pelajar dalam berkreatifitas,
  sehingga dapat mendorong Sumatera Selatan Cerdas, Kreatif dan Mandiri, akan
  tetapi penyelenggaraan KIR di sekolah tidak dapat berdiri sendiri diperlukan
  sinergisme antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, instansi tertentu. Jika
  elemen pemerintah, sekolah dan pelajar memiliki semangat dalam proses
  penulisan dan penelitian maka tidak menutup kemungkinan keberhasilan akan
  segera tercapai menuju sumsel cerdas, kreatif dan mandiri.




                                DAFTAR PUSTAKA



Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010                            1376
ISBN 978-602-98295-0-1



Arikunto, S.1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Penerbit Rineka
   Cipta. Jakarta

Nasution, A.H.1992. Panduan Berpikir dan Meneliti Secara Ilmiah bagi Remaja.
    Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta

Remigius Gunawan Susilowarno.2003.Kelompok Ilmiah Remaja,             Petunjuk
    Membimbing dan Meneliti bagi Remaja. Penerbit Grasindo. Jakarta

Simanjutak, Ida, M.1993. Organisasi dan Pengembangan Kelompok Ilmiah Remaja
    (KIR). Biro pemasyarakatan IPTEK LIPI. Jakarta




Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010                           1377
ISBN 978-602-98295-0-1



     INTERVENSI KEBIJAKAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN: PELUANG
              PEREMPUAN PNS PADA OTONOMI DAERAH
                               HISAR SIREGAR
    (Mahasiswa tugas belajar pada Program Doktor Ilmu Hukum Di PPS UNSRI
                                  Palembang)


                                   ABSTRAK


       Isu kesetaraan Gender dan Pengarusutamaan Gender dalam pembangunan
daerah telah menjadi isu penting. Otonomi daerah adalah kewenangan daerah untuk
mengurus dan mengelola sendiri wilayahnya untuk mencapai kesejahteraan
rakyatnya. Pengelolaan aparatur daerah (PNS) dengan baik sehingga mampu
menjalankan tugas pokok dan fungsinya adalah keharusan. Sumber daya manusia
(PNS) yang handal akan menjadi faktor penting untuk mencapai tujuan otonomi
daerah.
      PNS terdiri dari laki-laki dan perempuan. Masih tertinggalnya perempuan PNS
dibanding laki-laki PNS dalam jumlah maupun yang menduduki jabatan struktural
mengharuskan adanya intervensi khusus. Sehingga kesetaraan Gender dan
Pengarusutamaan Gender dalam otonomi daerah dapat dicapai.
       Kajian ini dilakukan terhadap Strategi dan Kebijakan Pendidikan dan
Pelatihan pada Badan Pendidikan dan Pelatihan Provinsi Sumatera Selatan. Metode
yang dipakai dalam Kajian ini adalah Metode Analisis Gender berbasis masalah
atau dikenal dengan istilah metode Analisis PROBA (Problem Based Approach)
      Ternyata strategi dan kebijakan pendidikan Badiklat Provinsi Sumatera
Selatan masih netral Gender. Artinya sulit untuk perempuan PNS mencapai
persentase 30 % dalam jabatan structural yang ada dalam waktu 5 tahun ke depan.


Kata Kunci: Otonomi Daerah, Kesetaraan Gender.


  1. Pendahuluan

        Isu Kesetaraan Gender dan Pengarusutamaan Gender merupakan isu
  yang telah menjadi agenda Internasional, Nasional dan lokal di hampir semua
  negara di dunia sekarang ini. Perbedaan negara-negara dalam menanggapi isu
  kesetaraan Gender dan pengarusutamaan Gender sangat dipengaruhi oleh


Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010                             1378
ISBN 978-602-98295-0-1



  pemahaman terhadap isu kesetaraan gender dan pengarusutamaan gender pada
  tingkat Nasional dan Lokal dari masing-masing negara.

         Indonesia sebagai salah satu negara dalam pergaulan Internasional sangat
  tanggap    dalam     melihat   perkembangan      isu   kesetaraan     Gender    dan
  Pengarusutamaan Gender.

      Evaluasi terhadap strategi pembangunan di Indonesia melahirkan Strategi
baru menggantikan yang lama. Otonomi Daerah sebagai sebuah strategi
pembangunan di Daerah diharapkan dapat mempercepat pencapaian keadilan dan
kemakmuran bagi rakyat Indonesia.

         Instruksi presiden nomor 9 tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender
ini kemudian dilengkapi dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri nomor 132 tahun
2003. Selanjutnya dikeluarkan lagi Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 15 tahun
2008 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di Daerah.

         Komitmen Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dalam Pengarusutamaan
Gender telah dibuktikan dengan terbitnya Keputusan Gubernur Sumatera Selatan
nomor 763/KPTS/BAPPEDA/2009, tanggal 9 November 2009 yang mengatur
tentang POKJA PUG di Provinsi Sumatera Selatan. Jabatan Struktural adalah suatu
kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak
seseorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) dalam rangka memimpin suatu satuan
organisasi negara (Pasal 1 poin.2.PP no: 100 tahun 2000 tentang pengangkatan
PNS dalam Jabatan Struktural yang telah diubah dengan PP no.13. tahun 2002 ).

          Jumlah PNS dipemerintah Provinsi Sumatera Selatan adalah 6686 orang,
terdiri dari 4473 orang ( 66,90%) PNS laki-laki, 2213 orang           (33,10%)   PNS
Perempuan. Bila dilihat data partisipasi perempuan sebagai kepala SKPD Pada
Provins Sumatera Selatan yang menduduki jabatan Eselon II maka hanya ada 7
orang perempuan dibanding 56 orang laki-laki (Sumber BKD Sumsel, 2010).
Mungkin bila kita lihat pada eselon yang lain misalnya Eselon IB, IIIA, IIIB, IVA, dan
IVB akan tergambar betapa besar ketinggalan perempuan secara kuantitas bila
dibandingkan dengan laki-laki.


Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010                                  1379
ISBN 978-602-98295-0-1



      Badan pendidikan dan pelatihan Provinsi Sumatera Selatan menjadi SKPD
terdepan untuk mempersiapkan calon-calon pejabat         struktural untuk pemerintah
daerah Provinsi Sumatera Selatan. Bila dikaitkan dengan kesetaraan Gender antara
laki-laki dan perempuan dalam jabatan struktural maka perlu kebijakan dan Strategi
yang khusus

      Otonomi daerah sebagai sebuah strategi pembangunan daerah harus
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dan yang terpenting
prakarsa daerah otonom untuk melaksanakan pembangunan daerah didasarkan
aspirasi masyarakat setempat dalam sistem NKRI.

      Pertanyaannya, apakah aspirasi perempuan PNS telah diakomodir dalam
strategi dan kebijakan Badiklat Provinsi Sumatera Selatan? Apakah Strategi dan
Kebijakan tersebut telah dapat disebut berkeadilan dan berkesetaraan Gender?

      Kajian ini diharapkan akan menghasilkan alternatif bagi Penyusunan Strategi
Dan Kebijakan Badiklat Provinsi Sumatera Selatan yang berperspektif Gender.

       Manfaat yang diharapkan dari kajian ini adalah Badiklat Sumsel sebagai
salah satu SKPD di Provinsi Sumsel dapat menerapkan pengarusutamaan Gender
(PUG) dalam strategi dan kebijakan Diklatnya. Tentunya bagi perempuan PNS
khususnya dan PNS umumnya akan dapat menerapkan pencapaian keadilan dan
kesetaraan Gender dalam tugas pokok dan fungsinya.

2. Bahan dan Metode

      Bahan yang dikaji adalah Strategi dan Kebijakan yang telah dimiliki oleh
Badiklat Provinsi Sumsel (2008-2013).

3. Kajian dan Analisis

      Adalah    kegiatan   pemahaman      data,   yang     dapat   menggambarkan
 kecenderungan dan gejala-gejala dari persoalan yang ada            sehingga dapat
 dijadikan pertimbangan     didalam perumusan keluaran/kegiatan yang hendak
 dihasilkan. Analisis yang dilakukan adalah analisis gender. Analisis Gender adalah
Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010                                1380
ISBN 978-602-98295-0-1



    proses menganalisis data dan informasi secara sistematis tentang laki-laki dan
    perempuan untuk mengidentifikasi dan mengungkapkan kedudukan, fungsi, peran
    dan   tanggung   jawab   laki-laki   dan   perempuan,    serta    faktor-faktor   yang
    mempengaruhi. Dalam kegiatan ini teknik analisis yang dipakai adalah model
    PROBA (Problem Based Approach) atau “Analisis Berbasis Masalah”.

     4. Hasil dan Pembahasan

          a. Kondisi Demografis

          Penduduk Sumatera Selatan berdasarkan data Tahun 2008 berjumlah
7.121.790 jiwa. Ratio penduduk Sumatera Selatan berdasarkan jenis kelamin adalah
sebesar 102,20 persen, yang menjelaskan bahwa jumlah penduduk laki-laki masih
lebih besar dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan.

B. Kondisi Aparatur Daerah

1). Dukungan dan Kekuatan Aparatur Daerah.

                Tabel .1. Aparatur Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan
                        Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan

No     Organisasi       S3   S2     SI/D   D3/D2/D   SLTA     Pend,     Total
                                    4      1                  Dasar
1      SEKR.            2    101    280    43        200      46        672
       DAERAH
2      SEKR. DPRD       -    6      27     8         25       4         70
3      INSPEKTORAT      -    11     47     3         20       3         84
4      DINAS            -    191    1,23   267       1,391    159       3,24
                                    9                                   7
5      BADAN            3    89     301    34        255      21        703
6      KANTOR           -    -      10     3         13       1         27
7      SEKR. KPU        -    4      15     -         7        1         27
8      SEKR. KORPRI     -    1      11     -         -        -         12
9      RS. ERBA         -    7      47     65        86       10        215
10     SATPOL PP        -    3      18     3         75       17        116
11     UPTD/UPTB        -    66     579    190       545      133       1,51
                                                                        3
       Jumlah           5    479    2.57   616       2.617    395       6.68
                                    4                                   6
          Sumber.Sumsel dalam angka 2009


Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010                                       1381
ISBN 978-602-98295-0-1



        Jumlah Pengawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintahan Provinsi Sumatera
Selatan seluruhnya 6.686 orang, tersebar pada Sekretariat Daerah, Sekretariat
DPRD, Inspektorat Daerah, Dinas Daerah dan Lembaga Teknis Daerah. Jika dilihat
dari golongan kepangkatan kepegawaian, jumlah pengawai negeri sipil terbesar
masih didominasi oleh pengawai golongan III sebanyak 5.085 orang, Pengawai
negeri sipil golongan I dan golongan II sebagai tenaga pelaksana dan pendukung
jumlahnya paling kecil yaitu 89 dan 920 orang. Jumlah pegawai negeri sipil golongan
IV hanya 592 orang.

        Kekuatan pengawai negeri sipil pada pemerintah Provinsi Sumatera Selatan
yang dilihat secara piramida kepegawaian menjadi tidak ideal, tenaga pelaksana
yang di harapkan dapat di berikan oleh Aparatur gologan I dan II jumlahnya relatif
kecil   sehingga   tenaga   pendukung    operasional   di   lapangan   akan   banyak
menggunakan tenaga pegawai yang sudah golongan III. Pada posisi seperti ini akan
lebih banyak tenaga pemikir dari pada pelaksana. Sehingga seorang pelaksana
akan memiliki atasan enam orang lebih.

        Gambaran      latar belakang pendidikan Aparatur Pemerintah Provinsi
Sumatera Selatan dilihat dari kompetensi pendidikan adalah seperti terlihat dalam
Tabel.1. Jika dilihat dari kualitas Pegawai Negeri Sipil berdasarkan tingkat
pendidikan, kondisinya cukup menggembirakan, lebih dari 50% aparatur telah
menyelesaikan pendidikan sebagai sarjana dari D2 sampai dengan S3. Selebihnya
adalah lulusan menengah tingkat atas dan pendidikan dasar.

        Gambaran kekuatan aparatur dan dukungan Pegawai Negeri Sipil pada
Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan terbesar adalah lulusan sarjana S1/D4 dan
lulusan Sekolah Menengah Atas. Sesungguhnya gambaran pengawai pemerintah
provinsi Sumatera Selatan lebih 80% adalah tenaga berpendidikan tinggi.

C. Mengembangkan Kemampuan Aparatur Daerah Dalam Mendukung Program
    Pembangunan Daerah.

1). Strategi dan Kebijakan Diklat



Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010                                1382
ISBN 978-602-98295-0-1



        Strategi   Diklat   pegawai    telah   di   susun   dan      komprehensif    dengan
memperhatikan faktor pendorong dan penghambat dalam rangka mewujudkan
program, sasaran, kegiatan dan kebijakan Diklat. Strategi tersebut adalah:

   1) Mengoptimalkan Row instrumental input dalam proses penyelenggaraan
        Diklat. Row instrumental input adalah kurikulum, metode, pengajar dan
        penyelenggara, sarana dan prasarana, media dan alat bantu serta dana,
        maka dalam proses penyelenggaraan diklat komponen-komponen tersebut
        akan bersinergi dalam optimalisasi pencapaian tujuan dan sasaran.
   2) Mengoptimalkan peran dan fungsi Badan Diklat sebagai hulu di bidang
        peningkatan SDM Aparatur dalam memfasilitasi pengisian jabatan struktural
        dan fungsional.


        Arah Kebijakan Diklat pada Provinsi Sumatera Selatan sejalan dengan
pencapaian Visi dan Misi Gubernur Sumsel 2008-2013, yaitu sebagai berikut:

   1) Optimalisasi tugas pokok dan fungsi Bandiklat Sumsel untuk menyusun dan
        menyelengarakan Diklat sesuai dengan standar,
   2) Optimalisasi kemampuan SDM Aparatur Badan Diklat sesuai dengan
        kompetensi pemanfaatan Iptek,
   3) Mengklasifikasikan         bidang    ajar     widyaiswara       dan       meningkatkan
        profesionalisme sesuai rumpun jabatan fungsional,
   4) Menyusun analisis kebutuhan Diklat sesuai dengan fungsi SKPD,
   5) Mengoptimalisasikan Surat Edaran Gubernur Sumsel nomor 033/SE/III/2005
        tentang penyelenggaraan Diklat Satu Pintu,
   6) Mengintensifkan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan Diklat di
        Pemkab/pemkot.


2). Tujuan dan Sasaran Diklat

Tujuan Diklat:

   1)    Merumuskan         standar   penyelenggaraan       Diklat    Teknis,     Fungsional,
       Pemerintahan, Politik serta Kepemimpinan,
Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010                                         1383
ISBN 978-602-98295-0-1



   2)     Meningkatkan kualitas SDM Aparatur Badan Diklat sesuai dengan kemajuan
          Iptek,
   3)     Meningkatkan kemampuan Widyaiswara melalui Diklat TOT Teknis,
          Fungsional,
   4)     Meningkatkan     kualitas   penyelenggaraan     Diklat   Teknis,     Fungsional,
          Pemerintah, Politik serta Diklat Kepemimpinan
   5)     Meningkatkan Pembinaan dan Pengawasan Penyelengaaran Diklat,
   6)     Meningkatkan kualitas penyelenggaraan Diklat.



3). Sasaran Diklat:

   1) Tersedia sarana dan prasarana Diklat yang sesuai dengan standar kemajuan
        Iptek,
   2) Tersedia Aparatur SDM penyelenggaraan Diklat yang berkualitas, memiliki
        kompetensi sesuai dengan bidangnya,
   3) Tersedia widyaiswara yang memiliki kompetensi dalam penguasaan Iptek,
   4) Tersedia Diklat Teknis, Fungsional, Pemerintah dan Politik serta Diklat
        Kepemimpinan berdasarkan kebutuhan SKPD,
   5) Tersedia     Forum     Komunikasi   Kediklatan    antara     SKPD      Provinsi   dan
        Kabupaten/Kota,
   6) Tersedia Juklak, juknis, dan Monotoring/evaluasi penyelenggaraan Diklat.


        Guna Peningkatan Kualitas Aparatur Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan
telah disusun Peningkatan Kapasitas Aparatur Oleh Badan Diklat Provinsi Sumatera
Selatan berupa Kegiatan Kepemimpinan, Diklat Pemerintahan dan Politik dan Diklat
Teknis.




Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010                                         1384
ISBN 978-602-98295-0-1



                Tabel .2. Program Peningkatan Kualitas Aparatur

                          Bidang Diklat Kepemimpinan

 No Keterangan                               Tahun                   Jumlah
                                                                     (Orang)
                            2009      2010   2011    2012     2013

 1    Diklat Kepemimpinan 40          80     80      80       40     320
      Tingkat IV

 2    Diklat Kepemimpinan 40          40     40      80       80     280
      Tingkat III

 3    Diklat Kepemimpinan 0           100    0       0        0      100
      Tingkat II

      Jumlah (orang)        80        220    120     160      120    700

      Sumber : Badiklat Sumsel 2010

      Tabel.2. Memperlihatkan gambaran Program Peningkatan Kapasitas Aparatur
Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dalam pendidikan kepemimpinan dalam
menduduki jabatan struktural. Sedangkan untuk Peningkatan Kapasitas Aparatur
yang menduduki jabatan fungsional seperti peneliti, penyuluh, pranata komputer,
perpustakaan, legal drafter, perencana, penggerak swadaya masyarakat dan
fungsional lain, belum terakomodasi dalam program peningkatan kapasitas aparatur
bidang fungsional yang di programkan dari Badan Diklat Kepegawaian Provinsi
Sumatera Selatan.

      Program Peningkatan Kapasitas Jabatan fungsional selama periode 2008-
2013 cenderung diorientasikan untuk tenaga fungsional internal yang sudah berada
pada Badan Diklat kepegawaian Provinsi Sumatera Selatan, yaitu jabatan
Widyaiswara.




Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010                            1385
ISBN 978-602-98295-0-1



    Tabel .3. Program Peningkatan Kualitas Aparatur Bidang Diklat Fungsional

No Keterangan                              Tahun                 Jumlah
                                                                 (Orang)
                              200    201   201     201   201
                              9      0     1       2     3

1    TOT Umum                 40     0     40      0     0       80

2    TOT PMPK dan Pola 0             40    0       0     0       40
     Pikir Terpadu

3    TOT Substansi Diklat/ 0         0     0       40    0       40
     Outbound

4    TOT           Dinamika 0        0     0       0     40      40
     Kelompok

     Jumlah (orang)           40     40    40      40    120     200

      Sumber : Badiklat Sumsel 2010

      Tabel.3. Memperlihatkan Program Peningkatan Kualitas Aparatur Bidang
Diklat Fungsional Widyaiswara setiap tahunnya, serta jumlah peserta Diklat.
Kegiatan ini diselenggarakan dalam rangka peningkatan kualitas tenaga fungsional
widyaiswara, sepert Diklat TOT Umum, dinamika kelompok hingga outbond, yaitu
penguatan pada widyaiswara sebagai trainer yang tangguh.

      Disamping disusun program Peningkatan kapasitas untuk jabata struktural
dan fungsional, pada Badan Diklat Kepegawaian Provinsi Sumatera Selatan juga
diprogramkan Diklat Pemerintahan dan Politik serta Diklat yang bersifat Teknis.

      Diklat Pemerintahan dan Politik yang diprogramkan dalam periode 2008-
2013, bagi aparat pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dan Aparatur pemerintah
Kabupaten dan Kota. Target group untuk mengikuti diklat ini seperti Camat,
Sekretaris DPRD, Polisi, Pamong Praja, Ajudan Kepala Daerah dan Pejabat
Pemerintah Provinsi yang lain. Diklat pemerintahan dan Politik belum melibatkan
unsur Legislasi yang sebenarnya merupakan unsur pemerintah daerah. Kendati
demikian sudah melibatkan unsur pendukung pelaksana fungsi DPRD dalam hal ini
adalah Sekretariat DPRD.


Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010                                   1386
ISBN 978-602-98295-0-1



D. Pengarusutamaan Gender Di Daerah

1). Peraturan Yang Berkaitan Dengan Pengarusutamaan Gender

       Ketidaksetaraan dan ketidakadilan gender dikenal dengan Kesenjangan
Gender (GENDER Gap) yang pada gilirannya menimbulkan permasalahan gender.
Untuk memperkecil kesenjangan              tersebut maka kebijakan dan program yang
dikembangkan        saat ini dan mendatang harus mengintegrasikan pengalaman,
aspirasi,      kebutuhan   dan   permasalahan       perempuan    dan   laki-laki    kedalam
perencanaan pelaksanaan, pemantauan, evaluasi pada seluruh kebijakan dan
program pembangunan nasional disamping meningkatkan kualitas hidup perempuan
itu sendiri.

       Agar efektif dan optimal maka upaya pengarusutamaan Gender dalam
pembangunan         nasional   Indonesia    harus   didukung    instrumen   hukum      agar
mempunyai legalitas dalam pelaksanaannya.

a). Instruksi Presiden No.9 tahun 2000.

       Upaya meningkatkan kedudukan, peran dan kualitas perempuan serta upaya
mewujudkan kesetaraan dan keadilan              gender dalam kehidupan berkeluarga,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dipandang perlu. Adanya pemikiran dan
kesadaran seperti itu      menimbulkan tekad bahwa pengarusutamaan gender                ke
dalam seluruh proses pembangunan nasional harus dilakukan. Pertimbangan
seperti itu merupakan dasar pemikiran diterbitkannya Instruksi Presiden               No. 9.
Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender Dalam pembangunan Nasional.
Pengarusutamaan Gender adalah Strategi yang dibangun untuk mengintegrasikan
gender menjadi satu dimensi Integral dari perencanaan, penyusunan, pelaksanaan,
pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan.

       Inpres No.9 Tahun 2000 mengintruksikan kepada : Menteri, Kepala lembaga
Pemerintah Non Departemen, Pimpinan Kesekretariatan, Lembaga tertinggi/Tinggi
Negara, Panglima TNI, Kepala Kepolisian RI, Jaksa Agung RI,                        Gubernur,
Bupati/walikota, untuk melaksanakan isi dari Inpres no.9 tahun 2000 tersebut.


Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010                                        1387
ISBN 978-602-98295-0-1



b). Peraturan Menteri Dalam Negeri No.15 Tahun 2008.

      Adanya pertimbangan bahwa Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 132
Tahun 2003 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender
dalam Pembangunan         di Daerah, sudah tidak sesuai dengan perkembangan
keadaan sehingga perlu diganti.

   Dengan pertimbangan seperti itu maka        Kepmendagri    No.132 tahun 2003
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi. Penggantinya adalah Peraturan Menteri
Dalam Negeri    Nomor. 15 tahun 2008 Tentang Pedoman Umum Pelaksanaan
Pengarusutamaan Gender di Daerah.

     Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan       telah menindak lanjuti   Instruksi
Menteri dalam Negeri No.15 tahun 2008 tersebut dengan menerbitkan Keputusan
Gubernur       Sumatera    Selatan    nomor.   763/KPTS/BAPPEDA/2009      tentang
Pembentukan Kelompok Kerja Pengarusutamaan Gender (PUG) Provinsi Sumatera
Selatan.

      Dalam keputusan Gubernur Sumatera Selatan ini ditetapkan ketua POKJA
PUG Provinsi Sumsel adalah           Kepala BAPPEDA Provinsi Sumsel. Adanya
keputusan Gubernur Sumsel tentang Pembentukan POKJA PUG diharapkan akan
memantapkan     Pengarusutamaan Gender di Daerah Provinsi Sumatera Selatan
seperti yang diharapkan oleh Permendagri No.15 Tahun 2008.

2). Peluang Kesetaraan Gender Dalam Jabatan Struktural.

Bila Strategi dan Kebijakan Badiklat Provsumsel dianalisis dengan menggunakan
analisis Gender Metode PROBA maka terlihat bahwa strategi dan kebijakan
Provsumsel masih netral Gender . Artinya belum mampu              memperlihatkan
kebutuhan spesifik laki-laki maupun perempuan. Oleh karena itu kedepan diperlukan
kajian berperspektif Gender untuk menetapkan/menyusun kebijakan dan strategi
Badiklat Provsumsel.

      Bila Kajian perspektif Gender dilakukan maka diharapkan kesetaraan Gender
dalam jabatan struktural dapat tercapai. Dalam hal seperti itu maka otonomi daerah

Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010                              1388
ISBN 978-602-98295-0-1



juga akan berdampak pada peningkatan partisipasi perempuan pada birokrasi
pemerintah daerah.

5. Kesimpulan

      Bahwa aspirasi perempuan PNS belum sepenuhnya terakomodir dalam
strategi dan kebijakan Badiklat Provsumsel (2008-2013).

      Bahwa Strategi dan kebijakan Badiklat Provsumsel      masih Netral gender.
Artinya belum memikirkan kebutuhan spesifik perempuan maupun laki-laki.



                                    Daftar Pustaka



Burhanuddin, Jajat dan Fathurahman, Oman. 2004. Tentang Perempuan Islam.
       Wacana dan Gerakan. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta, Terbitan
       Pertama.

Fromm, Erich. 2006. Dari Pembangkangan Menuju Sosialisme Humanistik.
      Diterjemahkan oleh. Th.Bambang Murtiono, dari Buku berjudul On
      Disobedience and other Essays; Pelangi Cendikaia: Jakarta; Edisi;1.

Kementerian Pemberdayaan Perempuan, dkk. 2005.              Bahan   Pembelajaran
      Pengarusutamaan Gender. Jakarta; Cetakan ke-5.

Mahfud MD, Moh. 2009. Politik    Hukum di Indonesia. Rajawali Pers: Jakarta, Edisi
       Revisi, Cetakan .1.

May, Larry, dkkk. 2001. Etika Terapan II. Sebuah Pendekatan Multikultural. Tiara
       Wacana Yogya: Yogyakarta, Cetakan pertama.

Nonet, Philippe dan Selznick, Philip. 2003. Hukum Responsif. Pilihan di Masa
       Transisi . diterjemahkan oleh : Rafael Edy Basco, dari Buku berjudul “
       Lawand Society in Transition:Toward Responsive Law, Huma:Jakarta,
       Cetakan I.

RI. 2008. Amandemen U-U Pemerintahan Daerah 2008. Sinar Grafika : Jakarta,
       Cetakan I.




Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010                              1389
ISBN 978-602-98295-0-1



     PEMETAAN MASALAH PUTUS SEKOLAH PENDIDIKAN DASAR
MASYARAKAT MISKIN ANTAR KECAMATAN SEBAGAI UPAYA PEMERATAAN
          AKSES PENDIDIKAN DI KABUPATEN OGAN ILIR


                               Dian Cahyawati S.

                       Fakultas MIPA Universitas Sriwijaya

                           dian_cahyawati@yahoo.com

                                    Abstrak

Masalah rendahnya partisipasi sekolah yang terkait dengan masalah putus sekolah
terutama pada kelompok masyarakat miskin antar kecamatan di Kabupaten Ogan Ilir
(OI) masih perlu menjadi perhatian dan penyelesaian dalam program pembangunan
pendidikan. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan pemetaan masalah putus
sekolah pendidikan dasar antar kecamatan di Kabupaten OI, Dianalisis data hasil
survei bulan Juli – September 2010, sebanyak 345 sampel rumah tangga miskin,
dan 592 anak usia sekolah pendidikan dasar, berdasarkan karakteristik sosial
ekonomi keluarga dan tingkat motivasi terhadap pendidikan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa, angka partisipasi (APM) SD kelompok miskin 83,33% dan
APM SMP 67,73%, keduanya masih dibawah capaian Kabupaten OI dan target
MDGs. Angka putus sekolah pendidikan dasar kelompok masyarakat miskin di
Kabupaten OI sebesar 14,2%, relatif masih tinggi dibandingkan dengan target
MDGs. Hasil pemetaan masalah putus sekolah pendidikan dasar antar kecamatan,
menunjukkan bahwa kelompok Kecamatan Pemulutan Selatan, Rambang Kuang,
Lubuk Keliat, dan Pemulutan Barat, memerlukan perhatian lebih, khususnya pada
masalah tingginya angka putus sekolah SMP dan jumlah penduduk miskin yang
masih relatif lebih banyak dibandingkan dengan kecamatan lainnya. Demikian juga
Kecamatan Inderalaya dan Payaraman karena angka putus sekolah SD yang masih
tinggi dan APM SD yang masih rendah, dapat berpengaruh untuk menurunkan
angka kemiskinan di kecamatan tersebut.

Kata Kunci : Putus Sekolah Pendidikan Dasar, Partisipasi Sekolah, Ukuran Asosiasi,
Analisis Biplot,

                                PENDAHULUAN

     Salah satu program dalam pembangunan nasional adalah pembangunan
pendidikan. Pembangunan pendidikan sangat penting peranannya untuk mencapai
kemajuan di berbagai bidang kehidupan guna meningkatkan kualitas hidup bangsa
Indonesia.   Karena itu, pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk
Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010                              1390
ISBN 978-602-98295-0-1



memenuhi kesamaan hak setiap warga negara dalam mendapatkan layanan
pendidikan. Kebijakan ini mencakup pemerataan dan perluasan akses pendidikan,
peningkatan mutu dan relevansi pendidikan, dan kebijakan yang terkait dengan
pemantapan good governance (Asmalaizza, 2009).

     Berkaitan dengan pemerataan dan perluasan akses pendidikan, Asmalaizza
(2009) menyimpulkan dari hasil kajiannya, bahwa pemerataan pendidikan di
Indonesia yang ada saat ini belum terealisasikan dengan baik. Permasalahannya
karena pendidikan masih berorientasi di wilayah perkotaan. Subsidi pendidikan dari
pemerintah untuk masyarakat yang tidak mampu masih belum mencukupi, karena
jumlah mereka yang cukup besar.          Hal ini mengakibatkan kesenjangan dalam
pemerataan akses pendidikan, yaitu akses pendidikan antara penduduk kaya dan
miskin.

     Khususnya untuk program wajib pendidikan dasar yang dicanangkan
pemerintah pada tahun 1994, program ini harus tuntas pada tahun 2008. Namun
sampai dengan tahun 2006 belum seluruh rakyat dapat menyelesaikan jenjang
pendidikan dasar (Asmalaizaza, 2009).      Hal ini dapat dilihat dari angka capaian
partisipasi sekolah untuk jenjang pendidikan dasar yang masih belum mencapai
100%.

     Salah satu yang mempengaruhi angka partisipasi sekolah adalah masalah
putus     sekolah.   Berbagai   telaah   yang   mengamati     masalah   pendidikan
mengungkapkan bahwa penyebab utama masalah putus sekolah adalah kemiskinan
(Supriadi, 1994 dalam Cahyawati, 2007a). Demikian juga menurut data Survei
Ekonomi Nasional (Susenas) Tahun 2003, tingginya angka putus sekolah lebih
banyak bersumber pada persoalan ekonomi yang berasal dari keluarga miskin.
Ketidakmampuan finansial orang tua untuk memenuhi kebutuhan biaya sekolah
anak, mengakibatkan anak menjadi putus sekolah. Dalam hal ini, tidak saja mereka
miskin dalam kondisi ekonomi, tetapi menjadi miskin juga dalam pendidikan. Hasil
penelitian Cahyawati (2007a), juga menunjukkan bahwa keluarga dengan proporsi
pengeluaran makanan yang relatif         tinggi, sebagai indikasi untuk kemiskinan,
menjadi faktor yang signifikan mempengaruhi putus sekolah. Hal ini menjadikan

Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010                               1391
ISBN 978-602-98295-0-1



keluarga miskin sulit untuk memperbaiki kualitas hidup dan keluar dari kemiskinan
untuk menjadi keluarga yang sejahtera. Sehingga, untuk menangani masalah putus
sekolah ini, yang sangat perlu menjadi perhatian penting adalah masalah putus
sekolah pada kelompok keluarga miskin, demikian juga masalah putus sekolah
pendidikan dasar di Kabupaten Ogan Ilir (OI).

     Kabupaten OI, berdasarkan data Bappenas (2006) masih memiliki penduduk
miskin yang cukup banyak.       Penduduk miskinnya tersebar hampir di seluruh
kecamatan yang berjumlah 16 kecamatan. Kecamatan Indralaya sebagai ibukota
kabupaten merupakan kecamatan yang paling banyak memiliki jumlah penduduk
miskin yaitu lebih dari 9200 jiwa, Kecamatan Pemulutan dan Tanjung Raja masing-
masing memiliki penduduk miskin berkisar dari 7201 – 9200 jiwa, Kecamatan
Tanjung Batu memiliki penduduk miskin berkisar dari 5201 – 7200 jiwa, kecamatan-
kecamatan lainnya di Kabupaten OI memiliki penduduk miskin yang relatif sama
yaitu kurang dari 3200 jiwa.

     Data Bappenas (2007) menunjukkan bahwa proporsi populasi dibawah garis
kemiskinan Kabupaten OI sebesar 19,45% masih di atas Provinsi (16,8%) dan
Nasional (16,66%) serta sangat jauh dengan target capaian pembangunan milenium
(MDGs) yaitu 7,5%. Untuk capaian pendidikan dasar bagi semua, angka partisipasi
sekolah dasar sebesar 90,44% meskipun sudah di atas Provinsi (83,31%) tetapi
masih di bawah Nasional (98%) dan di bawah target MDGs (100%). Demikian juga
untuk partisipasi sekolah tingkat SMP, baru mencapai 71,2% masih dibawah
Provinsi (83,58%) dan Nasional (71,81%) serta jauh dibawah MDGs (100%).

     Berdasarkan uraian di atas, untuk menangani masalah putus sekolah dan
peningkatan partisipasi sekolah pendidikan dasar di Kabupaten OI, diperlukan
penelitian yang mengamati masalah putus sekolah pendidikan dasar, khususnya
pada kelompok masyarakat miskin di setiap kecamatan. Diperlukan suatu pemetaan
masalah putus sekolah pendidikan dasar antar kecamatan, sehingga perbaikan-
perbaikan dapat direncanakan sesuai dengan kebutuhan antar kecamatan.

     Pemetaan masalah putus sekolah pendidikan dasar antar kecamatan dapat
dianalsis menggunakan salah satu teknik analisis multivariate dalam statistik yaitu
Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010                               1392
ISBN 978-602-98295-0-1



Analisis Biplot.   Hasil pemetaan analisis biplot ditampilkan secara grafik yang
sederhana, menarik dan mudah dijelaskan. Pemetaan ini memberikan beberapa
informasi, salah satunya adalah informasi mengenai kemiripan beberapa kecamatan
terhadap variabel-variabel yang diamati mengenai masalah putus sekolah
pendidikan dasar. Berdasarkan kemiripan antar kecamatan ini maka dapat diketahui
kecamatan-kecamatan mana yang memiliki risiko tinggi dalam hal putus sekolah
atau partisipasi sekolah yang rendah, terutama berkaitan dengan kelompok
masyarakat miskin pada masing-masing kecamatan.

      Diharapkan, hasil penelitian yang diperoleh dapat bermanfaat sebagai
informasi dan bahan pertimbangan bagi instansi terkait dalam membuat program
perencanaan mengenai penurunan angka putus sekolah atau peningkatan
partisipasi sekolah.   Program yang direncanakan tersebut akan sesuai dengan
kebutuhan masing-masing kacamatan yaitu tepat guna dan tepat sasaran.
Sehingga, angka putus sekolah dapat berkurang dan angka partisipasi sekolah di
Kabupaten OI dapat meningkat serta mencapai target MDGs. Lebih jauh, hal ini
menunjang pembangunan pendidikan untuk pemerataan akses pendidikan terutama
pencapaian akses pendidikan pada masyarakat miskin.       Secara tidak langsung,
dapat meningkatkan kualitas hidup keluarga miskin untuk keluar dari kemiskinan dan
mencapai masyarakat yang sejahtera.

                              BAHAN DAN METODE

Bahan

      Bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang
memuat pertanyaan-pertanyaan mengenai karakteristik rumah tangga sampel dan
karakteristik anak usia sekolah pendidikan dasar.    Karakteristik-karakteristik itu
merupakan variabel bebas yang diamati hubungan keterkaitannya dengan variabel
terikat.




Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010                               1393
ISBN 978-602-98295-0-1



Metode, Populasi dan Sampel, Teknik Penarikan Sampel, Variabel Penelitian

     Metode yang digunakan adalah survei di wilayah Kabupaten OI.           Populasi
penelitian adalah seluruh rumah tangga yang termasuk katagori miskin, yang berada
di 16 kecamatan di Kabupaten OI (indikator kemiskinan yang digunakan
berdasarkan BPS, 2007 dalam Suyatno, 2009, mengenai kriteria penerima BLT).
Setiap kecamatan diambil dua desa sebagai sampel, yang ditentukan secara simple
random sampling. Dan setiap desa diambil 10 – 15 rumah tangga miskin, yang
diambil secara purposive sampling-terseleksi, untuk mendapatkan unit penelitian
yaitu anak usia sekolah pendidikan dasar (usia 7 – 15 tahun).         Survei telah
dilaksanakan pada bulan Juli sampai September 2010.

     Variabel-variabel bebas yang diamati yaitu Asal Daerah Ayah, Tingkat
Pendidikan Ayah dan Ibu, Jenis Pekerjaan Ayah dan Ibu, Rata-Rata Pendapatan
Rumah Tangga, Jumlah Anak dalam Keluarga, Tingkat Motivasi Anak dan Orang
Tua, Jenis Kelamin Anak, dan Status Menerima Bantuan Pendidikan. Sedangkan
variabel terikat adalah Status Sekolah Anak pada jenjang pendidikan dasar (ada dua
katagori, yaitu Putus Sekolah atau Tidak Putus).

Analisis Data

     Data primer hasil survei, dianalisis secara deskripsi dan asosiasi sebelum
dibuat pemetaan masalah putus sekolah pendidikan dasar pada masyarakat miskin
antar kecamatan di Kabupaten OI. Berikut langkah analisis yang dilakukan.

   1) Teknik analisis deskripsi terhadap sampel rumah tangga dan sampel anak.
   2) Teknik analisis asosiasi terhadap variabel-variabel bebas dengan status putus
      sekolah anak, digunakan untuk mendapatkan ukuran asosiasi parsial dan
      signifikansinya dari masing-masing variabel bebas dengan variabel status
      putus sekolah.
   3) Teknik analisis biplot, digunakan untuk mendapatkan pemetaan antar wilayah
      kecamatan mengenai masalah putus sekolah pendidikan dasar. Analisis ini
      dilakukan dengan beberapa langkah sebagai berikut.



Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010                                1394
ISBN 978-602-98295-0-1



         i.   Dibuat tabel data berdasarkan karakteristik antar wilayah kecamatan.
              Beberapa karakteristik yang diamati, dijelaskan seperti pada Tabel 1.


         Tabel 1. Karakteristik Pendidikan Dasar antar Wilayah Kecamatan

   No.   Karakteristik yang
                                                 Keterangan/Penjelasan
              Diamati

   1     Angka Partisipasi    dihitung                           Untuk t = 2010 tingkat h =
         Murni (APM) SD       dengan                             SD usia a = 7 – 12 tahun

   2     Angka Partisipasi    dihitung                           Untuk t = 2010 tingkat h =
         Murni SMP            dengan                             SMP usia a = 13 – 15
                                                                 tahun

   3     Persentase           Persentase jumlah anak usia 7 - 12 tahun yang putus sekolah
                              SD
         Anak Putus SD

   4     Persentase           Persentase jumlah anak usia 12 - 15 tahun yang putus sekolah
                              SMP
         Anak Putus SMP

   5     Persentase           Persentase jumlah KK dengan tingkat pendidikannya paling
                              tinggi hanya Tamat SD, untuk masing-masing kecamatan
         Kepala Keluarga      (sebagai salah satu indikator kemiskinan dari BPS, 2007)
         (KK) Maks Tamat SD

   6     Persentase           Persentase anak usia 7 - 15 tahun yang ikut bekerja
                              mendapatkan penghasilan
         Anak yg Bekerja

   7     Persentase           Persentase KK yang berasal dari daerah lain pada saat di
                              survei.
         KK Pendatang

   8     Persentase           Persentase ayah dengan status tidak bekerja

         Ayah Tdk Bekerja

   9     Persentase           Persentase ibu dengan status bekerja

         Ibu Bekerja

   10    Rata-Rata            Rata-Rata Pendapatan yang diperoleh pada rumah tangga
         Pendapatan/bulan

   11    Rata-Rata Jumlah     Rata-Rata banyaknya anak pada rumah tangga
         Anak

   12    Rata-Rata Skor       Rata-Rata skor dari 9 pertanyaan tentang tingkat motivasi
         Motivasi Ortu        orang tua terhadap pendidikan

   13    Rata-Rata Skor       Rata-Rata skor dari 9 pertanyaan tentang tingkat motivasi anak
         Motivasi Anak        terhadap pendidikan


Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010                                             1395
ISBN 978-602-98295-0-1



       Tabel 2. Karakteristik Anak Usia Sekolah Pendidikan Dasar dan Ukuran
                     Asosiasinya dengan Status Sekolah

No    Variabel       Katagori         Status    Jm   Persentas       Ukuran
 .                                 Tida Putu
                                      Skolah     l       e       Koef p-value
                                                                     Asosiasi
    Jumlah Sampel                  508 s 84
                                   k Sekolah    59     14,2        .
 1 Jenis           Perempuan (0)   266     25   29
                                                 2      8,6      0,15 0,000
                   Laki-Laki (1)   242     59   30   Putus (%)
                                                       19,6
    Kelamin                                      1                 6
 2 Asal Daerah Pribumi (0)         399     65   46
                                                 1     14,0      0,01 0,811
    Anak           Pendatang (1)   109     19   12     14,8
    Ayah                                         4                 0
 3 Tingkat         Tidak Tamat SD 75       26   10
                                                 8     25,7
                   Tamat SD (1)    286     45   33     13,6      0,16
                   (0)                           1                       0,002
    Pendidikan SMP (2)              97     11   10
                                                 1     10,2        8
                   SMA (3)          49      2   51
                                                 8      3,9
    Ayah           PT (4)            1      0    1      0,0
 4 Tingkat         Tidak Tamat SD 74       21   95     22,1
                   Tamat SD (1)    314     50   36     13,7      0,11
                   (0)                                                  0,103
    Pendidikan SMP (2)              88     11   99
                                                 4     11,1        3
                   SMA (3)          30      2   32      6,2
    Ibu            PT (4)            2      0    2      0,0
 5 Jenis           Tidak Bekerja    21      6   27     22,2
    Pekerjaan      Berdagang (1)
                   (0)              15      1   16      6,2      0,07
                   Bertani (2)     309     54   36     14,9             0,662
    Ayah
    Tingkat        Swasta (3)       35      6   41     14,6        4
                                                 3
                   PNS (4)           1      0    1      0,0
                   Lainnya (5)     127     17   14     11,8
 6 Jenis           Tidak Bekerja   126     11   13
                                                 4      8,0
    Pekerjaan      Berdagang (1)
                   (0)              25      2   27
                                                 7      7,4      0,18
                   Bertani (2)     270     65   33     19,4             0,001
    Ibu            Swasta (3)        6      2    8     25,0        0
                                                 5
                   PNS (4)           4      0    4      0,0
                   Lainnya (5)      77      4   81      4,9
 7 Tingkat         < 600 (1)       329     55   38     14,3
                    600 – 1200 (2) 147     25   17     14,5      0,09
                                                 4                      0,301
    Pendapatan     1201 – 1800 (3)  16      0   16
                                                 2      0,0        0
                   >1800 (4)        16      4   20     16,7
    Rumah          >2400 (5)         1      1    2     50,0
 8 Jumlah          Kurang dari 3   127     12   13      8,6
    Tangga                                                       0,14
    Anak dalam 3-5 (2)
                   (1)             316     50   36
                                                 9     13,7             0,012
                   6-8 (3)          55     19   74
                                                 6     25,7        6
                   9-10 (4)          9      3   12     25,0
    Keluarga       Lebih dari 10     1      0    1      0,0
 9 Tingkat         Rendah (1)
                   (5)              20     31   51     60,8      0,38   0,000
    Motivasi       Sedang (2)      198     32   23     13,9        8
                   Tinggi (3)      290     21   31
                                                 0      6,8
10 Tingkat         Rendah (1)       11      4   15
                                                 1     26,7      0,12   0,011
    Anak           Sedang (2)      171     40   21     19,0
    Motivasi                                                       3
                   Tinggi (3)      326     40   36
                                                 1     10,9
11 StatusMene Pernah (0)           142      5   14
                                                 6      3,4      0,17   0,000
    Orang Tua      Tidak Pernah    366     79   44     17,8
    rimaBantua                                   7                 5
Sumber : Hasil Survei Tahun 2010
                   (1)                           5
    n

     Status


Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010                          1396
ISBN 978-602-98295-0-1



         i.   Karakterisik 1, 2, 3, 4, dan 5 digunakan sebagai variabel yang
              dianalisis pada pemetaan antar wilayah kecamatan dengan Analisis
              Biplot. Teknik analisis biplot dapat dilihat pada Hair, et all (2007).
     Teknik analisis data secara deskripsi dan asosiasi, serta Analsis Biplot dibantu
dengan software pengolah data yaitu SPSS versi 15 for windows.

                                         HASIL

Deskripsi Data Anak Usia Pendidikan Dasar

     Sebanyak 592 sampel anak usia 7 – 15 tahun yang berasal dari 345 rumah
tangga miskin diamati status sekolah SD dan SMP (Putus dan Tidak Putus Sekolah).
Gambaran karakteristik dari 592 sampel anak usia sekolah pendidikan dasar
ditampilkan pada Tabel 2.

     Berdasarkan Tabel 2, terlihat bahwa angka putus sekolah pendidikan dasar di
Kabupaten OI sebesar 14,2 persen.          Berdasarkan variabel yang diamati, maka
persentase kejadian putus sekolah lebih banyak terjadi pada anak laki-laki, dengan
tingkat pendidikan ayah dan ibu yang tidak tamat SD, dan status pekerjaan ayahnya
tidak bekerja, serta dari keluarga yang memiliki banyak anak.




Pemetaan Masalah Putus Sekolah Pendidikan Dasar antar Kecamatan di
Kabupaten Ogan Ilir

             Variabel-variabel yang dianalisis menggunakan Analisis Biplot adalah
variabel APM SD, APM SMP, Putus SD, Putus SMP dan Pendidikan KK maksimum
Tamat SD, yang dituliskan pada Tabel 3. Hasil pemetaan biplot digambarkan
sebagai berikut.




Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010                                        1397
ISBN 978-602-98295-0-1


    Dimensi 2 =27,02%




                                              Dimensi 1 = 40,37%
                           Gambar 1. Pemetaan Biplot untuk Masalah Putus Sekolah
                        Pendidikan Dasar antar Wilayah Kecamatan di Kabupaten Ogan Ilir


      Berdasarkan kedekatan jarak antara letak/posisi dari seluruh (16) kecamatan
terhadap variabel dalam Gambar 1, diperoleh lima kelompok kecamatan yang mirip,
yang ditunjukkan dengan masing-masing lingkaran.




Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010                                               1398
ISBN 978-602-98295-0-1



                Tabel 3. Karakteristik Masalah Putus Sekolah Pendidikan Dasar antar Wilayah Kecamatan di Kabupaten Ogan Ilir

                          Angka Partisipasi Murni                             Persentase                                         Rata-Rata

No.    Nama Kecamatan                                                                        KK     Ayah                               Skor     Skor
                                                     Anak       Anak   Anak yg    KK                         Ibu   Pendapatan Jumlah
                             SD          SMP                                                 Maks   Tdk                               Motivasi Motivasi
                                                    Putus SD Putus SMP Bekerja Pendatang                   Bekerja tiap Bulan  Anak
                                                                                            Tmt SD Bekerja                             Anak     Ortu
01    Indralaya                79.17        64.29      10.53      0.00    0.00      18.42     84.21  21.05   73.68      609.21   3.79    34.03    36.34
02    Indralaya UtaRA          84.00        76.92      10.53      0.00   15.79      15.79     47.37  21.05   57.89      639.47   3.68    25.17    33.76
03    Indralaya Selatan        80.00        92.86       8.82      0.00    0.00      23.53     64.71   5.88   64.71      507.35   3.35    30.61    35.15
04    Pemulutan                91.67        76.92       5.41      2.70    5.41      10.81     86.49   2.70   83.78      545.95   3.54    33.80    34.41
05    Pemulutan Barat          87.50        66.67       5.13      7.69    0.00      21.62     71.79   0.00   79.49      652.56   4.36    33.54    31.69
06    Pemulutan Selatan        95.24        66.67       6.06      6.06    9.09      15.15     90.91   3.03   90.91      519.70   4.12    31.91    33.67
07    Tanjung Batu             86.96        64.71       7.50      7.50   10.00      62.50     45.00   7.50   25.00      800.00   4.05    35.55    35.14
08    Payaraman                76.19        68.75      16.22      2.70   10.81      13.51     72.97   8.11   94.59     1294.59   4.22    35.91    34.07
09    Tanjung Raja             81.82        80.00       3.13      0.00    6.25      31.25     65.63  12.50   81.25      570.31   3.38    34.34    37.00
10    Sungai Pinang            90.00        69.23       9.30      0.00   20.93       6.98     72.09   4.65   83.72      446.51   4.14    33.29    34.35
11    Rantau Panjang           79.17        60.00       8.82      2.94    8.82      20.59     76.47   0.00   64.71      592.65   2.76    34.75    34.38
12    Muara Kuang              71.43        42.86      28.57      2.86    5.71      22.86     68.57   0.00   85.71      622.86   4.60    35.03    33.40
13    Rambang Kuang            85.19        66.67      11.90      7.14   11.90      35.71     80.95   0.00   88.10      983.33   3.43    31.50    33.50
14    Lubuk Keliat             77.27        66.67       0.00      8.82    8.82      23.53     73.53   8.82   76.19      745.59   3.74    35.26    35.00
15    Rantau Alai              86.36        66.67      12.00      0.00   20.00      20.00     52.00   0.00   88.00      566.00   3.52    34.58    35.15
16    Kandis                   81.25        47.37      23.53      1.96   11.76       7.84     66.67   1.96   94.12      512.75   4.55    33.56    35.71
Rata-Rata Kabupaten OI         83.33        67.33      10.47      3.71    9.08      21.88     69.96     6.08   76.99    663.05    3.83       33.30   34.54




       Sumber : Hasil Survei Tahun 2010




       Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010                                                                                       1399
ISBN 978-602-98295-0-1



                                 PEMBAHASAN

Angka Putus Sekolah, Angka Partisipasi Sekolah SD dan SMP

     Hasil analisis deskripsi pada Tabel 2, menunjukkan bahwa angka putus sekolah
pendidikan dasar pada masyarakat miskin di Kabupaten OI sebesar 14,2 persen. Hal
ini merupakan masalah yang masih perlu diperhatikan, karena angka ini masih relatif
tinggi jika dibandingkan dengan target capaian MDGs untuk Tahun 2015 yaitu tuntas
pendidikan dasar bagi semua (tidak ada lagi angka putus sekolah).

      Tabel   3, menunjukkan bahwa persentase kepala keluarga (KK) dengan
tingkat pendidikan maksimum hanya sampai Tamat SD, sebesar 69,96%. Artinya
bahwa tingkat pendidikan KK di Kabupaten OI, masih banyak yang sangat rendah.
Tabel 3 juga menunjukkan rata-rata angka partisipasi sekolah tingkat SD (APM SD)
dan APM SMP untuk masing-masing kecamatan.

     Rata-rata APM SD dari kelompok masyarakat miskin sebesar 83,33%. Angka
ini masih relatif jauh dari capaian APM SD Kabupaten OI (Bappenas, 2007) yaitu
90,44%, Nasional 98%.     APM SMP kelompok miskin sebesar 67,33% dibawah
Kabupaten (71,2%), Provinsi (83,58%), dan Nasional (71,81%).        Baik APM SD
maupun APM SMP, keduanya, masih relatif jauh dari target capaian MDGs (100%)
yang harus dicapai pada Tahun 2015.

     Berdasarkan angka putus sekolah dan partisipasi sekolah pendidikan dasar ini,
maka pemecahan masalah putus sekolah perlu menjadi agenda dalam perencanaan
pembangunan pendidikan di Kabupaten OI, terutama pada kelompok masyarakat
miskin.

Asosiasi Masing-Masing Variabel dengan Status Putus Sekolah

     Berdasarkan ukuran asosiasi masing-masing variabel bebas dengan status
putus sekolah, dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa variabel yang koefisien
asosiasinya paling besar dengan status putus sekolah anak, adalah Motivasi Anak
(0,388) dan signifikan dengan p-value = 0,000. Artinya, terdapat hubungan yang
signifikan tingkat motivasi anak dengan status putus sekolah pendidikan dasar,
meskipun hubungannya tidak kuat (hanya 0,39). Diikuti asosiasi yang signifikan dari

Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010                               1400
ISBN 978-602-98295-0-1



variabel-variabel lain, yaitu Tingkat Pendidikan Ayah, Pekerjaan Ibu, Jumlah Anak
dalam Keluarga, dan Status Bantuan Pendidikan.

     Berdasarkan ukuran asosiasi dan pengujiannya pada Tabel 2, diperlukan
program-program penyuluhan untuk meningkatkan motivasi anak atau orang tua
terhadap pendidikan, khususnya bagi keluarga yang tergolong miskin. Hal ini
dilakukan sebagai salah satu upaya untuk mengurangi angka putus sekolah dan
meningkatkan partisipasi sekolah pendidikan dasar pada masyarakat miskin di
Kabupaten OI.

Pemetaan Masalah Putus Sekolah Pendidikan Dasar antar Kecamatan di
Kabupaten Ogan Ilir

     Hasil pemetaan Analisis Biplot pada Gambar 1, untuk masalah putus sekolah
pendidikan dasar antar wilayah kecamatan di Kabupaten OI, menunjukkan bahwa
dari 16 kecamatan yang ada, terbentuk lima kelompok kecamatan yang memiliki ciri
khas atau kemiripan antar kecamatan terhadap variabel yang diamati.       Kelima
kelompok kecamatan itu adalah:

   1) Kelompok pertama, Kecamatan Pemulutan Selatan, Rambang Kuang, Lubuk
      Keliat, dan Pemulutan Barat.
      Angka Putus SMP dan persentase kepala keluarga yang maksimum
      berpendidikan SD, dari keempat kecamatan ini lebih banyak dibanding dengan
      kelompok kecamatan lain.

   2) Kelompok kedua, Kecamatan Tanjung Batu dan Pemulutan.
      Kecamatan-kecamatan ini memiliki APM SD yang cenderung lebih tinggi
      dibandingkan kecamatan lainnya

   3) Kelompok ketiga, Kecamatan Muara Kuang, Kandis dan Rantau Panjang.
      Kecamatan-kecamatan ini memiliki kemiripan dalam hal rendahnya APM SMP.

   4) Kelompok keempat, Kecamatan Payaraman dan Inderalaya.
      Kecamatan-kecamatan ini memiliki kemiripan dalam hal APM SD yang rendah.

   5) Kelompok kelima, Kecamatan Rantau Alai, Sungai Pinang, Tanjung Raja,
      Indralaya Selatan, dan Pemulutan.

Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010                             1401
ISBN 978-602-98295-0-1



      Kelompok kecamatan ini memiliki kemiripan dalam hal APM SMP yang tinggi
      dibandingkan dengan kecamatan lainnya.

      Keragaman     variabel-variabel    putus   sekolah   pendidikan   dasar   antar
kecamatan, ditunjukkan oleh panjang pendeknya vektor untuk masing-masing
variabel pada Gambar 1, misalnya,

   1) Variabel Putus SMP dan variabel APM SMP memiliki panjang vektor terbesar.
      Artinya, bahwa angka putus sekolah SMP dan APM SMP antar kecamatan di
      Kabupaten OI, relatif lebih heterogen.
   2) Tetapi, variabel APM SD memiliki panjang vektor terkecil, artinya nilai APM SD
      antar kecamatan di Kabupaten OI lebih homogen atau relatif lebih sama untuk
      setiap kecamatannya.
     Hubungan atau korelasi antar variabel dalam Gambar 1 diperlihatkan dengan
besarnya sudut yang dibentuk antar dua vektor variabel yang diamati. Misalnya,

   1) Variabel Putus SD dan APM SD membentuk sudut hampir 180o, berarti kedua
      variabel itu memiliki korelasi negatif yang cukup besar. Hal ini memberikan
      makna bahwa angka putus sekolah tingkat SD berhubungan negatif dengan
      APM SD, yaitu jika angka putus sekolah SD meningkat maka nilai APM SD
      akan turun, demikian sebaliknya.
   2) Lain halnya dengan variabel Putus SD dan Putus SMP, kedua variabel ini
      berkorelasi lemah, karena terlihat dalam Gambar 1 sudut yang dibentuk kedua
      variabel itu lebih mendekati 90o. Hal ini mengindikasikan bahwa naik turunnya
      nilai salah satu variabel tidak berhubungan dengan naik turunnya nilai variabel
      lainnya.
     Berdasarkan hasil interpretasi dari Analisis Biplot di atas, dapat ditarik benang
merah permasalahan putus sekolah pendidikan dasar pada kelompok masyarakat
miskin, antar wilayah kecamatan di Kabupaten OI sebagai berikut.

      1) Kecamatan Pemulutan Selatan, Rambang Kuang, Lubuk Keliat, dan
         Pemulutan Barat, memerlukan perhatian lebih, khususnya pada masalah
         tingginya angka putus sekolah SMP dan pendidikan kepala keluarga yang
         rendah, yang hanya sampai tamat SD.           Dengan kata lian, kelompok


Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010                                  1402
ISBN 978-602-98295-0-1



         kecamatan ini, masih memiliki penduduk miskin yang relatif lebih banyak
         dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lainnya.
      2) Kecamatan Inderalaya dan Payaraman memerlukan upaya lebih untuk
         menurunkan angka putus sekolah SD sehingga akan meningkatkan APM
         SD, dimana masalah ini dapat berpengaruh pada meningkatnya angka
         kemiskinan di kecamatan-kecamatan tersebut.
     Dengan demikian, diharapkan pemerataan akses pendidikan akan dicapai untuk
semua lapisan, baik yang kaya atau pun yang miskin, sehingga pengentasan
kemiskinan melalui pembangunan pendidikan untuk mencapai kesejahteraan rakyat
dapat terwujud.     Khususnya pada masyarakat miskin di Kabupaten Ogan Ilir
Sumatera Selatan.

     Selanjutnya, mengenai permasalahan putus sekolah pendidikan dasar di
Kabupaten   Ogan     Ilir,   dapat    dilanjutkan   dengan   penelitian   untuk   dapat
mengungkapkan struktur hubungan faktor-faktor yang berkaitan dengan risiko putus
sekolah pendidikan dasar. Hal ini untuk mendapatkan faktor-faktor yang signifikan
berasosiasi dengan risiko putus sekolah, mulai dari yang hubungannya paling kuat
hingga yang paling lemah. Selain itu, untuk mengetahui besarnya peluang seorang
anak dari keluarga miskin untuk putus sekolah, dapat dilakukan penelitian untuk
membentuk model matematis berdasarkan faktor-faktor risiko yang signifikan
terhadap kejadian putus sekolah.       Model ini dapat dipergunakan sebagai bahan
pertimbangan untuk mengantisipasi seorang anak yang berisiko putus sekolah.




                                 DAFTAR PUSTAKA

Asmalaizza, 2009, Pemerataan Akses Pendidikan Bagi Masyarakat Miskin dan
      Terpencil, http//www.asmalaizza.wordpress.com, diakses 26 Januari 2010.

Bappenas, 2006, Pro-Poor Planning & Budgeting, http//p3b.bappenas.go.id/OI_
      Score_Card.pdf, diakses 4 Februari 2010

Bappenas, 2007, Menjawab Tantangan Tujuan Pembangunan Millennium (MDGs)
      Pemerintah             Daerah             Kabupaten           Ogan            Ilir,


Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010                                   1403
ISBN 978-602-98295-0-1



      http//p3b.bappenas.go.id/loknas_wonosobo/content/docs/materi/18-
      bappeda_ogan_ilir.pdf, diakses 4 Februari 2010

Cahyawati, D., 2007a, Karakteristik Anak Putus Sekolah Pendidikan Dasar (Kasus:
      Analisis Data Susenas Tahun 2000 Provinsi Sumatera Selatan), Jurnal
      Penelitian Sains, Fakultas MIPA Universitas Sriwijaya, Palembang.

Cahyawati, D., 2007b, Pemodelan Masalah Risiko Putus Sekolah Pendidikan Dasar
      (Kasus: Analisis Data Susenas Tahun 2000 Provinsi Sumatera Selatan),
      Jurnal Ilmiah MIPA, Fakultas MIPA Universitas Lampung, Lampung.

Ditjen Dikti, 2009, Panduan Pelaksanaan Hibah Penelitian Potensi Pendidikan
      Kabupaten/Kota Tahun Anggaran 2009, Ditjen Dikti Depdiknas, Jakarta.

Hair, F.J. et all, 2006, Mulltivariate Data Analysis, 6th ed, Pearson Prentice Hall, New
      Jersey

Suyatno, 2009, Pangan dan Gizi sebagai Indikator Kemiskinan, FKM Universitas
      Diponegoro, Semarang




Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010                                   1404
ISBN 978-602-98295-0-1



               PERANAN BUMD DALAM ERA OTONOMI DAERAH

                                Ilhamsyah Adenan

                       Fak. Ekonomi Jurusan Manajemen
                              Univ. PGRI Palembang




                                    ABSTRAK

        Kondisi perekonomian daerah berkaitan erat dengan kemampuan BUMD
dalam melaksanakan fungsinya belum secara optimal untuk melaksanakan
pelayanan sosial dan ekonomi atas dasar prinsip pelaku bisnis. Hal ini dipengarui
oleh faktor internal dan eksternal yang menyertai keberadaan BUMD untuk
melaksanakan perannya secara optimal. Faktor internal yang mempengarui secara
umum adalah landasan hukum yang belum relevan, belum memiliki visi dan strategi
bisnis, kuatnya campur tangan pemerintah daerah, kualitas SDM yang belum
profesionaal, akses permodalan yang terbatas, kesulitan akuntabilitas keuangan
serta kemampuan kemitraan dengan pelaku swasta yang sangat terbatas.
Penguatan BUMD dilandasi oleh rencana strategis dalam bentuk “coorporate
strategy” berdasarkan upaya pengembangan ekonomi daerah yang kondusif, memilki
semanagat kewirausahaan (core business) dan keunggulan kompetitif (competitive
advantage)


                                 PENDAHULUAN

1.Dasar pemikiran

      Dalam rangka pembaharuan dan penataan penyelenggara pemerintahan
terjadi pergeseran paradigma otonomi daerah dari pemerintahan sentralisasi menuju
pemerintahan desentralisasi dalam rangka mewujudkan “Good Govermence” dengan
cara mengembangkan keseimbangan domain sektor publik (Public sector),
kewirausahaan (private sector) dan masyarakat madani (civil society). Pergeseran
tersebut pada dasarnya mengisyaratkan secara kompleks, luas dan strategisnya
permasalahan otonomi daerah menuju kemandirian daerah dan meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Otonomi daerah dalam kontek hubungan yang serasi antara
Pemerintahan Pusat dengan daerah dan antar daerah (harmonization) yang
mengandung arti “sharing of power, distribution of income, democratization, fairnees
and empowering”
Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010                                1405
ISBN 978-602-98295-0-1



      Otonomi daerah mengandung makna bahwa kewenangan dan keleluasaan
daerah baik secara politik, ekonomi, yuridis, administrasi serta sosial budaya sesuai
dengan potensi untuk memanfaatkan, menggali dan mengembangkan daerah secara
optimal, sinergis dan internal melalui “regional or local development” yang
berwawasan lingkungan .

      Otonomi daerah memberikan kewenangan kepada daerah otonom (Propinsi,
Kabupaten dan Kota) untuk mengatur serta mengurus kepentingan masyarakat
setempat (local society interest) menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat sesuai dengan peraturan perundangan. Berdasarkan pendekatan
konsepsional dalam membangun otonomi daerah minimal terdapat elemen utama
yang bersifat integrative yaitu: kewenangan, kelembagaan pemerintah daerah,
manajemen dan aparatur daerah, sumber keuangan, perwakilan rakyat daerah,
wilayah, lingkungan masyarakat dan pelayanan umum.

      Kebijakan otonomi daerah berdasarkan UU No 22 dan No 25 tahun 1999
beserta   peraturan   pelaksanaannya,     dipandang     sebagai    paradigma    baru
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang bersifat desentralistik dengan prinsip
demokrasi pemerataan dan keadilan, peran serta masyarakat, keanekaragaman
potensi daerah menuju kesejahteraan masyarakat dalam wadah Negara Kesatuan RI
(autonomy of integrity), kebijakan otonomi tersebut merupakan proses dimensional
yang mengandung muatan kompleks serta membutuhkan pengembangan kapasitas
daerah (Capacity building) baik dari aspek sistem perundangan, kinerja kelembagaan
daerah dan kualitas SDM, maupun masyarakat secara konduksif atas dasar kearifan
dan kemandirian lokal. Kebijakan strategis pengembangan otonomi daerah diarahkan
pada pemberdayaan kelembagaan pemerintah daerah, aparatur pemerintahan
daerah, DPRD dan masyarakat untuk menggali, memelihara dan mengembangkan
potensi daerah.

      Sejalan dengan kebijakan pemulihan ekonomi, maka pembangunan ekonomi
daerah untuk memanfaatkan dan mengembangkan potensi daerah secara optimal
yang dilakukan oleh pelaku ekonomi berdasarkan prinsip ekonomi kerakyatan.

Pemerintah daerah dalam pengembangan ekonomi daerahnya, mempunyai posisi
strategis untuk mengembangkan Badan Usaha Milik Daerah. Tujuan pembentukkan
Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010                                 1406
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI
MELEJITKAN PRESTASI

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Dskp sains tahun 5 utk sk
Dskp sains tahun 5 utk skDskp sains tahun 5 utk sk
Dskp sains tahun 5 utk skHazlee Gapal
 
Pendidikan karakter dan tantangan guru masa kini
Pendidikan karakter dan tantangan guru masa kiniPendidikan karakter dan tantangan guru masa kini
Pendidikan karakter dan tantangan guru masa kiniNovitaDelimaPutri
 
2013 09-10 dsk sejarah th 4
2013 09-10 dsk sejarah th 42013 09-10 dsk sejarah th 4
2013 09-10 dsk sejarah th 4nasuhashaufi
 
39 silabus-sejarah-indonesia-sma-umum versi120216
39 silabus-sejarah-indonesia-sma-umum versi12021639 silabus-sejarah-indonesia-sma-umum versi120216
39 silabus-sejarah-indonesia-sma-umum versi120216eli priyatna laidan
 
Sukatan sains tahun 4
Sukatan sains tahun 4Sukatan sains tahun 4
Sukatan sains tahun 4Lailee Skahti
 
Huraian sukatan Sains Tahun 5 (BM)
Huraian sukatan Sains Tahun 5 (BM)Huraian sukatan Sains Tahun 5 (BM)
Huraian sukatan Sains Tahun 5 (BM)mohd hafizan
 
Dinamika perkembangan kurikulum 2013
Dinamika perkembangan kurikulum  2013Dinamika perkembangan kurikulum  2013
Dinamika perkembangan kurikulum 2013Anwar Syaddad
 
Dokumen standard kurikulum dan pentaksiran sains tahun 4
Dokumen standard kurikulum dan pentaksiran sains tahun 4Dokumen standard kurikulum dan pentaksiran sains tahun 4
Dokumen standard kurikulum dan pentaksiran sains tahun 4Hazlee Gapal
 
Ds dunia sains dan teknologi tahun 1 sk
Ds dunia sains dan teknologi tahun 1 skDs dunia sains dan teknologi tahun 1 sk
Ds dunia sains dan teknologi tahun 1 skvleadminaba2059
 
Terjemahan ppsmi tahun 4 sains dlm bm
Terjemahan ppsmi tahun 4 sains dlm bmTerjemahan ppsmi tahun 4 sains dlm bm
Terjemahan ppsmi tahun 4 sains dlm bmMohd Sariman
 
Kbsr sains tahun4-bm
Kbsr sains tahun4-bmKbsr sains tahun4-bm
Kbsr sains tahun4-bmAnis Afreena
 

Was ist angesagt? (15)

Dskp sains tahun 5 utk sk
Dskp sains tahun 5 utk skDskp sains tahun 5 utk sk
Dskp sains tahun 5 utk sk
 
Pendidikan karakter dan tantangan guru masa kini
Pendidikan karakter dan tantangan guru masa kiniPendidikan karakter dan tantangan guru masa kini
Pendidikan karakter dan tantangan guru masa kini
 
2013 09-10 dsk sejarah th 4
2013 09-10 dsk sejarah th 42013 09-10 dsk sejarah th 4
2013 09-10 dsk sejarah th 4
 
39 silabus-sejarah-indonesia-sma-umum versi120216
39 silabus-sejarah-indonesia-sma-umum versi12021639 silabus-sejarah-indonesia-sma-umum versi120216
39 silabus-sejarah-indonesia-sma-umum versi120216
 
Sukatan sains tahun 4
Sukatan sains tahun 4Sukatan sains tahun 4
Sukatan sains tahun 4
 
Huraian sukatan Sains Tahun 5 (BM)
Huraian sukatan Sains Tahun 5 (BM)Huraian sukatan Sains Tahun 5 (BM)
Huraian sukatan Sains Tahun 5 (BM)
 
DSKP SAINS TAHUN 6
DSKP SAINS TAHUN 6DSKP SAINS TAHUN 6
DSKP SAINS TAHUN 6
 
Dinamika perkembangan kurikulum 2013
Dinamika perkembangan kurikulum  2013Dinamika perkembangan kurikulum  2013
Dinamika perkembangan kurikulum 2013
 
Dokumen standard kurikulum dan pentaksiran sains tahun 4
Dokumen standard kurikulum dan pentaksiran sains tahun 4Dokumen standard kurikulum dan pentaksiran sains tahun 4
Dokumen standard kurikulum dan pentaksiran sains tahun 4
 
DSKP Sains Tahun 5
DSKP Sains Tahun 5DSKP Sains Tahun 5
DSKP Sains Tahun 5
 
Ds dunia sains dan teknologi tahun 1 sk
Ds dunia sains dan teknologi tahun 1 skDs dunia sains dan teknologi tahun 1 sk
Ds dunia sains dan teknologi tahun 1 sk
 
PPK Kurikulum 2013
PPK Kurikulum 2013PPK Kurikulum 2013
PPK Kurikulum 2013
 
Terjemahan ppsmi tahun 4 sains dlm bm
Terjemahan ppsmi tahun 4 sains dlm bmTerjemahan ppsmi tahun 4 sains dlm bm
Terjemahan ppsmi tahun 4 sains dlm bm
 
Kbsr sains tahun4-bm
Kbsr sains tahun4-bmKbsr sains tahun4-bm
Kbsr sains tahun4-bm
 
Kbsr sains tahun4-bm
Kbsr sains tahun4-bmKbsr sains tahun4-bm
Kbsr sains tahun4-bm
 

Ähnlich wie MELEJITKAN PRESTASI

Dokumen standard kurikulum dan pentaksiran (dskp) sains tahun 6
Dokumen standard kurikulum dan pentaksiran (dskp) sains tahun 6Dokumen standard kurikulum dan pentaksiran (dskp) sains tahun 6
Dokumen standard kurikulum dan pentaksiran (dskp) sains tahun 6Ruzami Ibrahim
 
DSKP Sains Tahun 4 SK.pdf
DSKP Sains Tahun 4 SK.pdfDSKP Sains Tahun 4 SK.pdf
DSKP Sains Tahun 4 SK.pdfYaldaf Lee
 
05 IPAS 190-202.pdf
05 IPAS 190-202.pdf05 IPAS 190-202.pdf
05 IPAS 190-202.pdfdewiyani41
 
DSKP Sains Tahun 5 SK.pdf
DSKP Sains Tahun 5 SK.pdfDSKP Sains Tahun 5 SK.pdf
DSKP Sains Tahun 5 SK.pdfYaldaf Lee
 
CP IPAS FASE C KURIKULUM MERDEKA
CP IPAS FASE C KURIKULUM MERDEKACP IPAS FASE C KURIKULUM MERDEKA
CP IPAS FASE C KURIKULUM MERDEKAModul Guruku
 
1117-Article Text-7762-1-10-20221101.pdf
1117-Article Text-7762-1-10-20221101.pdf1117-Article Text-7762-1-10-20221101.pdf
1117-Article Text-7762-1-10-20221101.pdfjumN
 
39 silabus-sejarah-indonesia-sma-umum versi120216
39 silabus-sejarah-indonesia-sma-umum versi12021639 silabus-sejarah-indonesia-sma-umum versi120216
39 silabus-sejarah-indonesia-sma-umum versi120216slamet adi
 
CP IPAS FASE C (datadikdasmen.com).doc
CP IPAS FASE C (datadikdasmen.com).docCP IPAS FASE C (datadikdasmen.com).doc
CP IPAS FASE C (datadikdasmen.com).docSukatmaSukatma
 
FLIP BOOK BILANGAN BULAT SEBAGAI MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN DI KELAS VII ...
FLIP BOOK BILANGAN BULAT SEBAGAI MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN DI KELAS VII  ...FLIP BOOK BILANGAN BULAT SEBAGAI MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN DI KELAS VII  ...
FLIP BOOK BILANGAN BULAT SEBAGAI MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN DI KELAS VII ...Herfen Suryati
 
083911004_bab2.pdf
083911004_bab2.pdf083911004_bab2.pdf
083911004_bab2.pdferlyn22
 
Capaian Pembelajaran (CP) Fase D IPS
Capaian Pembelajaran (CP) Fase D IPSCapaian Pembelajaran (CP) Fase D IPS
Capaian Pembelajaran (CP) Fase D IPSModul Guruku
 
Kssr
KssrKssr
Kssrguru
 
Ds dunia sains dan teknologi tahun 1 sk
Ds dunia sains dan teknologi tahun 1 skDs dunia sains dan teknologi tahun 1 sk
Ds dunia sains dan teknologi tahun 1 sksma lughatul quran
 
Pendidikan ips di sd
Pendidikan ips di sdPendidikan ips di sd
Pendidikan ips di sdarif08
 
Sukatan sains tahun 4 BM
Sukatan sains tahun 4 BMSukatan sains tahun 4 BM
Sukatan sains tahun 4 BMiyatieku ayune
 

Ähnlich wie MELEJITKAN PRESTASI (20)

Hsp sc y6
Hsp sc y6Hsp sc y6
Hsp sc y6
 
Dskp sains tahun 6
Dskp sains tahun 6Dskp sains tahun 6
Dskp sains tahun 6
 
Dokumen standard kurikulum dan pentaksiran (dskp) sains tahun 6
Dokumen standard kurikulum dan pentaksiran (dskp) sains tahun 6Dokumen standard kurikulum dan pentaksiran (dskp) sains tahun 6
Dokumen standard kurikulum dan pentaksiran (dskp) sains tahun 6
 
DSKP Sains Tahun 4 SK.pdf
DSKP Sains Tahun 4 SK.pdfDSKP Sains Tahun 4 SK.pdf
DSKP Sains Tahun 4 SK.pdf
 
ips SD.word
ips SD.wordips SD.word
ips SD.word
 
05 IPAS 190-202.pdf
05 IPAS 190-202.pdf05 IPAS 190-202.pdf
05 IPAS 190-202.pdf
 
DSKP Sains Tahun 5 SK.pdf
DSKP Sains Tahun 5 SK.pdfDSKP Sains Tahun 5 SK.pdf
DSKP Sains Tahun 5 SK.pdf
 
CP IPAS FASE C KURIKULUM MERDEKA
CP IPAS FASE C KURIKULUM MERDEKACP IPAS FASE C KURIKULUM MERDEKA
CP IPAS FASE C KURIKULUM MERDEKA
 
1117-Article Text-7762-1-10-20221101.pdf
1117-Article Text-7762-1-10-20221101.pdf1117-Article Text-7762-1-10-20221101.pdf
1117-Article Text-7762-1-10-20221101.pdf
 
39 silabus-sejarah-indonesia-sma-umum versi120216
39 silabus-sejarah-indonesia-sma-umum versi12021639 silabus-sejarah-indonesia-sma-umum versi120216
39 silabus-sejarah-indonesia-sma-umum versi120216
 
Silabus Sejarah Indonesia SMA umum.docx
Silabus Sejarah Indonesia SMA umum.docxSilabus Sejarah Indonesia SMA umum.docx
Silabus Sejarah Indonesia SMA umum.docx
 
CP IPAS FASE C (datadikdasmen.com).doc
CP IPAS FASE C (datadikdasmen.com).docCP IPAS FASE C (datadikdasmen.com).doc
CP IPAS FASE C (datadikdasmen.com).doc
 
FLIP BOOK BILANGAN BULAT SEBAGAI MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN DI KELAS VII ...
FLIP BOOK BILANGAN BULAT SEBAGAI MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN DI KELAS VII  ...FLIP BOOK BILANGAN BULAT SEBAGAI MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN DI KELAS VII  ...
FLIP BOOK BILANGAN BULAT SEBAGAI MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN DI KELAS VII ...
 
Pipssd
PipssdPipssd
Pipssd
 
083911004_bab2.pdf
083911004_bab2.pdf083911004_bab2.pdf
083911004_bab2.pdf
 
Capaian Pembelajaran (CP) Fase D IPS
Capaian Pembelajaran (CP) Fase D IPSCapaian Pembelajaran (CP) Fase D IPS
Capaian Pembelajaran (CP) Fase D IPS
 
Kssr
KssrKssr
Kssr
 
Ds dunia sains dan teknologi tahun 1 sk
Ds dunia sains dan teknologi tahun 1 skDs dunia sains dan teknologi tahun 1 sk
Ds dunia sains dan teknologi tahun 1 sk
 
Pendidikan ips di sd
Pendidikan ips di sdPendidikan ips di sd
Pendidikan ips di sd
 
Sukatan sains tahun 4 BM
Sukatan sains tahun 4 BMSukatan sains tahun 4 BM
Sukatan sains tahun 4 BM
 

Mehr von Henny Wijaya

Mehr von Henny Wijaya (14)

Peran balitbangnov ipkm
Peran balitbangnov ipkmPeran balitbangnov ipkm
Peran balitbangnov ipkm
 
2. daftar isi
2. daftar isi2. daftar isi
2. daftar isi
 
1.cover prosiding
1.cover prosiding1.cover prosiding
1.cover prosiding
 
2. daftar isi
2. daftar isi2. daftar isi
2. daftar isi
 
4. sesi pangan
4. sesi pangan4. sesi pangan
4. sesi pangan
 
5. sesi ekonomi dan kemiskinan
5. sesi  ekonomi dan kemiskinan5. sesi  ekonomi dan kemiskinan
5. sesi ekonomi dan kemiskinan
 
6. sesi kesehatan dan obat
6. sesi kesehatan dan obat6. sesi kesehatan dan obat
6. sesi kesehatan dan obat
 
8. rumusan seminar
8. rumusan seminar8. rumusan seminar
8. rumusan seminar
 
Asosiasi
AsosiasiAsosiasi
Asosiasi
 
9. rumusan diskusi
9. rumusan diskusi9. rumusan diskusi
9. rumusan diskusi
 
8. rumusan seminar
8. rumusan seminar8. rumusan seminar
8. rumusan seminar
 
11. alamat pemakalah
11. alamat pemakalah11. alamat pemakalah
11. alamat pemakalah
 
2. daftar isi
2. daftar isi2. daftar isi
2. daftar isi
 
1.cover prosiding
1.cover prosiding1.cover prosiding
1.cover prosiding
 

MELEJITKAN PRESTASI

  • 1. ISBN 978-602-98295-0-1 MELEJITKAN PRESTASI PELAJAR MENUJU SUMATERA SELATAN CERDAS, KREATIF DAN MANDIRI MELALUI PEMBERDAYAAN KIR DISEKOLAH-SEKOLAH ( Bentuk dan Aktivitas Kelompok Ilmiah Remaja dalam Berbagai Bidang Kajian Sebagai Upaya Mendukung Sumatera Selatan Cerdas, Kreatif dan Mandiri di Era Otonomi Daerah ) Usman ( Guru di SMA Negeri 1 Banyuasin II, SMA Plus Negeri 2 Banyuasin III dan Anggota Asosiasi Peneliti Sumatera Selatan) ABSTRAK Persaingan sains dimasa depan sebenarnya tidak dilihat dari seberapa besar penguasaan sains oleh suatu negara saat ini, tetapi justru terletak pada usaha mempersiapkan siswa agar “melek” sains sejak awal. Berangkat dari kesadaran ini pengembangan program Science in School sangat mendesak dilaksanakan dan akan dalam rangka mendekatkan sains dan teknologi sejak dini dan tidak dapat ditawar-tawar lagi. Perkenalan sejak dini pada siswa akan mendorong minat untuk mendalami sains dan teknologi dan pada gilirannya kelak siswa mau berkarier di bidang sains dan teknologi. Pemberdayaan Kelompok Ilmiah Remaja, ini masih termarginalkan, sebenarnya pembentukan KIR ini memiliki peran penting yang sangat besar dalam menumbuhkan scientific attitude siswa. Meneliti dan menulis karya ilmiah sebenarnya merupakan kegiatan yang sangat menarik dan membahagiakan, baik bagi siswa maupun guru pembimbing. Siswa akan mendapatkan pengalaman, wacana, kepekaan terhadap lingkungan karena rasa keingintahuannya, pemompaan semangat, keterampilan sains dan bahkan prestasi dan masa depan yang lebih cerah. Selain itu, dengan memiliki keterampilan meneliti dan menulis, sudah pasti bermanfaat , setidaknya ketika para siswa menapaki studi di perguruan tinggi. Akan tetapi pemerintah pusat, daerah masih kurang perhatiannya terhadap kegiatan KIR ini, sebenarnya kegiatan ini memiliki potensi yang cukup besar untuk kemajuan anak bangsa, banyak pelajar di Indonesia memiliki prestasi yang mendunia dalam ajang penelitian remaja khususnya di wilayah Sumatera Selatan. Untuk mewujudkan itu semua peran serta dari berbagai elemen seperti pemerintah pusat, daerah harus lebih memperhatikan pemberdayaan siswa untuk mengikuti kegiatan yang mengasah keterampilan siswa dalam meneliti dan menulis. A. Pendahuluan Ditengah krisis multi dimensi, pendidikan seakan tidak berdaya menghadapinya. Pendidikan telah mandek dan beku dalam gundukan es. Proses pembelajaran di dunia pendidikan kita seharusnya dapat memberikan ruang untuk Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010 1363
  • 2. ISBN 978-602-98295-0-1 mengoptimalkan kebebasan berpikir. Konsekuensinya setiap institusi pendidikan harus dapat membebaskan diri dari kepentingan ideologi politik dan paham keagamaan tertentu. Selain itu, kurikulum pendidikan hendaknya dilepasbebaskan secara kreatif untuk merespon perubahan yang semakin kompleks dan cepat. Pada tahapan ini yang diperlukan adalah membekali siswa secara kuat metodologi dan bahasa, sebagai alat untuk mendalami kajian ilmu dan komunikasi akademik, serta didasarkan pada pembentukan watak dan moralitas kemanusiaan yang universal dan menghargai keanekaragaman. Persaingan sains dimasa depan sebenarnya tidak dilihat dari seberapa besar penguasaan sains oleh suatu negara saat ini, tetapi justru terletak pada usaha mempersiapkan siswa agar “melek” sains sejak awal. Berangkat dari kesadaran ini pengembangan program Science in School sangat mendesak dilaksanakan dan akan dalam rangka mendekatkan sains dan teknologi sejak dini dan tidak dapat ditawar-tawar lagi. Perkenalan sejak dini pada siswa akan mendorong minat untuk mendalami sains dan teknologi dan pada gilirannya kelak siswa mau berkarier di bidang sains dan teknologi. Propinsi Sumatera Selatan merupakan propinsi memiliki potensi yang besar baik di bidang perekonomian, pendidikan, pariwisata, pangan, energi dan bidang- bidang lainnya. Sejak diberlakukannya otonomi daerah propinsi ini berkembang semakin pesat sehingga dapat bersaing baik didalam negeri maupun di luar negeri. Khusus dalam bidang pendidikan, sejak tahun 2009, propinsi Sumatera Selatan menggalakkan sekolah gratis untuk jenjang SD, SMP sampai SMA dengan harapan masyarakat di Sumatera Selatan dapat menciptakan sumber daya manusia yang cerdas dan mandiri. Untuk mendukung Sumatera Selatan yang Cerdas, Kreatif dan mandiri di era otonomi daerah ini perlu dilakukan banyak strategi, strategi di bidang kesiswaan, strategi dibidang kurikulum dan strategi di bidang sarana dan prasarana. Untuk bidang strategi kesiswaan dan kurikulum dapat diberikan contoh pemberdayaan pembimbingan tim olimpiade yang berada disekolah- sekolah yaitu dengan tim Olimpiade Keilmuan diantaranya IBO, IPhO, IMO, IChO, dan Geosains. Selain Olimpiade keilmuan dapat juga diterapkan program Kelompok Ilmiah Remaja, akan tetapi program ini masih termarginalkan, Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010 1364
  • 3. ISBN 978-602-98295-0-1 sebenarnya pembentukan KIR ini memiliki peran penting yang sangat besar dalam menumbuhkan scientific attitude siswa. Meneliti dan menulis karya ilmiah sebenarnya merupakan kegiatan yang sangat menarik dan membahagiakan, baik bagi siswa maupun guru pembimbing. Siswa akan mendapatkan pengalaman, wacana, kepekaan terhadap lingkungan karena rasa keingintahuannya, pemompaan semangat, keterampilan sains dan bahkan prestasi dan masa depan yang lebih cerah. Selain itu, dengan memiliki keterampilan meneliti dan menulis, sudah pasti bermanfaat , setidaknya ketika para siswa menapaki studi di perguruan tinggi. Akan tetapi pemerintah pusat, daerah masih kurang perhatiannya terhadap kegiatan KIR ini, sebenarnya kegiatan ini memiliki potensi yang cukup besar untuk kemajuan anak bangsa, banyak pelajar di Indonesia memiliki prestasi yang mendunia dalam ajang penelitian remaja khususnya di wilayah Sumatera Selatan. Untuk mewujudkan itu semua peran serta dari berbagai elemen seperti pemerintah pusat, daerah harus lebih memperhatikan pemberdayaan siswa untuk mengikuti kegiatan yang mengasah keterampilan siswa dalam meneliti dan menulis. B. Bahan dan Metode Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi deskriptis, yaitu penulis melakukan pengumpulan data primer dan sekunder. Data primer yang diperoleh dari aktivitas pembinaan KIR di beberapa sekolah yang penulis pernah menjadii pembina KIR seperti di SMA Plus Negeri 17 Palembang (penulis menjadi Pembina KIR selama 4 Tahun), SMA Plus Negeri 2 banyuasin III (Penulis menjadi Pembina KIR selama 4 bulan), SMA Negeri 1 Banyuasin II, Sungsang (penulis menjadi Pembina KIR selama 1 tahun). Jadi total pembinaan KIR dibeberapa sekolah tersebut selama 6 tahun. C. Pengertian Kelompok Ilmiah Remaja Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) adalah kelompok remaja yang melakukan serangkaian kegiatan yang menghasilkan suatu hasil yang disebut karya ilmiah. Karya ilmiah adalah suatu karya yang dihasilkan melalui cara berpikir yang Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010 1365
  • 4. ISBN 978-602-98295-0-1 menurut kaidah penalaran logis, sistematis, rasional dan ada koherensi antar bagian-bagiannya (saling terkait dan tidak bertentangan satu sama lain). Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) adalah kelompok (grup) para remaja yang menduduki jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan sederajat, atau seseorang tidak duduk di sekolah formal yang berusia 12 – 21 Tahun. Kelompok ini didasarkan pada minatnya pada ilmu pengetahuan dan teknologi, yang terbentuk atas inisiatif dan prakarsa remaja sendiri, namun dalam perkembangannya sering terjadi menjadi terintegrasi dengan institusi sekolah. Pada perkembangannya kelompok ini memerlukan bantuan, dukungan dari semua pihak yang terlibat dalam pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kelompok Ilmiah Remaja adalah suatu wadah (organisasi) yang sifatnya terbuka bagi para remaja, berdasarkan kesamaan kepentingan (interest) dalam berkeinginan meningkatkan pengetahuan, kreativitas dan berdisiplin, berdaya juang untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi pada masa kini dan masa mendatang. Pada awalnya Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) di Indonesia dibentuk atas dasar hasil Konferensi Anak-anak Sedunia (UNESCO) di Grenouble, Perancis Tahun 1963. Konsepsi yang dihasilkan dalam konferensi ini adalah bahwa kurikulum pada pendidikan formal disekolah terbatas kemampuannya untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat. Untuk itu dalam konferensi ini disepakati untuk dikembangkan Youth Science Club (YSC) secara serentak tumbuh di seluruh dunia seperti Eropa, Amerika Latin, India, Thailand dan Indonesia. D. Kelompok Ilmiah Remaja dalam Kurikulum Pendidikan Organisasi atau Kelompok Ilmiah remaja yang ditumbuhkembangkan oleh sekolah maupun tumbuh secara alami karena tuntutan kebutuhan oleh anggota kelompok ilmiah remaja dapat terus bertahan dan dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain kurikulum, kebijaksanaan sekolah, pendanaan, kerjasama dengan institusi-institusi dan sosialisasi hasil penelitian. Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010 1366
  • 5. ISBN 978-602-98295-0-1 Menurut Badan Moneter Dunia, sistem pendidikan sebuah Negara dapat berjalan dengan baik jika (1) kurikulum nasional memenuhi sejumlah kompetensi guna menjawab tuntutan dan tantangan arus globalisasi, (2) kurikulum yang dibuat bersifat lentur dan adaptif dan (3) kurikulum tersebut berkontribusi pada pembangunan social dan masyarakat. Untuk menyikapi hal tersebut, telah disusun Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk menggantikan kurikulum tahun 1994. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) lebih berorientasi kepada peserta didik daripada guru. Guru berfungsi sebagai pendamping peserta didik agar pengetahuan mereka tak terhenti pada pengetahuan teoritis belaka. Pengetahuan harus bermanfaat dan berkembang dan tak dapat dilepaskan dari masalah- masalah kehidupan sehari-hari, sehingga belajar dari sekolah sangat relevan untuk hidup (meaning full for life). Dalam kurikulum berbasis kompetensi, guru dituntut kreatif mampu mengajak peserta didik bereksplorasi sehingga aktif menerapkan pengetahuannya. Guru adalah rekan peserta didik dalam mengembangkan kompetensinya melalui penerapan pengetahuan yang diperoleh dalam pembelajaran. Dengan demikian, kurikulum Berbasis Kompetensi akan membawa peserta didik pada pencapaian kompetensinya sesuai makna pendidikan, meliputi ability (kecakapan), skill (keterampilan) dan knowledge (pengetahuan) serta personality (kepribadian) secara individual. Gambaran penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi mengarahkan guru sebagai pengajar yang mandiri (curriculum-free teachers). Hal itu memberikan dorongan dan kesempatan guru untuk memiliki kreativitas dan fleksibilitas dalam pengajaran. Pembelajaran yang terbuka semacam itu mengkondisikan peserta didik untuk berdiskusi, kritis dan bereksplorasi sesuai dengan pengalaman hidupnya sendiri-sendiri. Kemampuan mengkritisi dan eksplorasi dari pengalaman hidup rill inilah yang menjadi modal dasar untuk mengembangkan peserta didik untuk menjadi anggota kelompok ilmiah remaja, semestinya dapat lebih mendorong perkembangan agar lebih mengakar pada perilaku akademis pada seluruh sekolah di Indonesia. E. Model Kelompok Ilmiah Remaja di Kota Palembang dan Sekitarnya Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010 1367
  • 6. ISBN 978-602-98295-0-1 Kelompok Ilmiah Remaja adalah kelompok yang harus bergerak dalam penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi KIR pada prinsipnya harus tidak mengganggu kegiatan akademik dan diharapkan agar menuju pada profesionalisme. Modus pokok kegiatan-kegiatan KIR meliputi pengamatan, penelitian, penulisan dan publikasi. Bidang kajian yang dapat diterapkan di KIR ini adalah Bidang IPA (Ilmu Pengetahuan Alam), IPSK (Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan), Teknologi (meliputi Teknologi Tepat Guna). Berbagai kegiatan-kegiatan lain yang dapat dilakukan oleh kelompok ilmiah remaja agar lebih bervariasi adalah sebagai berikut : 1. Pertemuan Ilmiah Bagi anggota KIR bertujuan untuk memberikan kesempatan belajar berkomunikasi langsung dengan berdiskusi, mengembangkan sikap kritis, mengembangkan wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi antar anggota maupun dengan para pakar, pembina dan pembimbing dapat memberikan petunjuk-petunjuk dan saran-saran bagi para anggota kelompok ilmiah remaja. Pertemuan ilmiah ini dapat berupa seminar, diskusi, symposium, ceramah atau talk show, baik yang diselenggarakan oleh KIR sendiri maupun institusi lainnya, seperti universitas-universitas maupun lembaga lainnya. 2. Penataran dan Pelatihan Pelatihan untuk anggota KIR bertujuan untuk lebih meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam berbagai bidang, antara lain latihan dalam metodologi penelitian dan pengambangan, latihan manajemen organisasi KIR, latihan teknik penulisan ilmiah (hasil penelitian) dan pelatihan statistic. Pelatihan semacam itu bisa dibuat sendiri dengan mengundang pakar yang berkompeten atau dapat mengikuti program-program yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan atau oleh beberapa universitas yang konsen terhadap KIR, dalam hal ini di propinsi Sumatera Selatan memiliki badan yang bergerak dalam Penelitian dan pengembangan yaitu Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (BALITBANGDA), badan ini juga dapat dijadikan suatu motor penggerak untuk memajukan KIR di Sumatera Selatan. 3. Perkemahan dan Wisata Ilmiah Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010 1368
  • 7. ISBN 978-602-98295-0-1 Perkemahan adalah suatu kegiatan di luar lokasi kegiatan KIR. Perkemahan dalam konsepsi KIR tidak hanya berarti hidup di alam terbuka, tetapi juga mencakup kegiatan-kegiatan laboratorium alam, oseanorium, terrarium, dimana para ahli memberikan informasi mengenai berbagai gejala alam. Wisata ilmiah merupakan kegiatan kunjungan ke berbagai sumber ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga dalamwisata ini anggota KIR dapat memperluas dan memperkaya informasi mengenai latar belakang dan proses suatu institusi. F. Profil Siswa Pemenang Lomba Karya Tulis di Ajang Nasional dan Internasional Dari pengalaman penulis yang membimbing dari beberapa sekolah di wilayah kota Palembang dan sekitanya, kemampuan pelajar dalam bidang Karya Ilmiah tidak kalah dengan pelajar di pulau Jawa. Oleh karena itu pemberdayaan Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) umumnya di Sumatera Selatan dan khususnya SMA di wilayah kota Palembang dapat lebih digalakkan sehingga dapat mencetak calon-calon ilmuwan baru dan dapat mewujudkan Sumatera Selatan Cerdas, Kreatif dan Mandiri. Berikut disampaikan aktivitas pembinaan KIR di beberapa sekolah yang telah penulis bimbing dari tahun 2006 sampai dengan 2010 baik yang pernah berkompetisi di tingkat Nasional dan Internasional. Tabel 1. Profil Pemenang Lomba Karya Tulis di Tingkat Nasional N Nama Judul Bidang Jenjang Presta Keter o Karya si angan 1 Upaya M. Naufal LKT Nasional Juara SMA melestarikan dan Shahensa Lingkunga II Plus Memperindah n Hidup, Negeri Sungai Musi DEPDIKN 17 Dengan AS, Palem Mewujudkan Jakarta, bang Kota Palembang tahun Sebagai Kota 2006 Wisata Air 2 Peranan M. Nanda LKT Nasional Juara SMA Agroforestry Rimansya Lingkunga Harap Plus Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010 1369
  • 8. ISBN 978-602-98295-0-1 Dalam n Hidup, an II Negeri Mempertahanka Tahun 17 n Fungsi 2006 Palem Hidrologis Di DEPDIKN bang Sekitar Daerah AS, Aliran Sungai Jakarta Musi 3 Persepsi Pelajar Al – Amin LKIR LIPI, Nasional Juara SMA Terhadap Putra Ke-40 III Plus Program Pratama Bidang Negeri Sekolah Gratis IPSK, 17 Pada Kampanye tahun Palem Pildada 2008 bang SUMSEL 4 Ikan Pedeh : Elita LKT Nasional Juara I SMA Pengawetan Purnama OPINI, Plus Ikan tanpaSari Universita Negeri Bahan Kimia Edwin s 17 Juanda Brawijaya, Palem Putra Malang, bang Faiznur tahun Ridho 2006 5 Pengelolaan Adhi LKT Nasional Finalis SMA Lahan Kering Kurniawan BIOEXPO. Plus Secara Mico Prama Himabio Negeri Berkelanjutan Nymphaea 17 dan ITB, Palem Pemanfaatannya Bandung, bang Sebagai Wilayah tahun Pembudidyaaan 2006 Tanaman Penghasil Energi Hijau 6 Pembangunan Widya LKT Nasional Juara SMA IMTAQ Melalui Lionita Integrasi Harap Plus Bencana IMTAQ an II Negeri Tsunami dan IPTEK 17 Siswa, Palem DEPDIKN bang AS, Jakarta, tahun 2006 7 Pengaruh Gabby LKT Nasional Finalis SMA Kebijakan Ravita S Olimpiade Plus Pemerintah dan Richard TL. Ilmu Negeri Peran Serta Tobing Sosial 17 Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010 1370
  • 9. ISBN 978-602-98295-0-1 Masyarakat MB. (OIS) Palem Dalam Proses Nugraha 2007, bang Rekontruksi FISIP Bencana Banjir Universita di Kota s Palembang Indonesia, Jakarta 8 Pemanfaatan M. Pranandi Gebyar Nasional Finalis SMA Ekstrak daun Fandy Abdi Sains Plus Mindi (melia Darma Nasional, Negeri azedarah) Ferdian Sekolah 17 sebagai Irbani Pembangu Palem Larvasida dalam nan Jaya, bang pemberantasan Jakarta, larva nyamuk tahun 2007 9 ”Jadikan Sungai Adzuhri Lomba Nasional Juara I SMA Musi Sebagai Aditya Karya Plus Mata Airku Ferdian Tulis Negeri Bukan Air Irbany Ilmiah 1 17 Mataku” (Studi Natasia Abad Palem Ancaman Kebangkit bang Limbah Di an Kawasan Sungai Nasional, Musi Serta PEMDA Upaya DIY dan Mengatasinya) UGM, tahun 2008 10 Pandangan dan Deta Lomba Nasional Finalis SMA Sikap Apritantia Karya Plus Masyarakat Bunga Tulis Negeri Terhadap Aprilia Ilmiah 1 17 Kebijakan Abad Palem Otonomi Daerah Kebangkit bang di Sumatera an Selatan (Studi Nasional, Partisipasi PEMDA Masyarakat di DIY dan Prabumulih, UGM, Baturaja dan tahun Palembang) 2008 11 Klorofil, Si Emas M. Ali Setia LKTI Regional Juara SMA Hijau Yang Nisrina Scalenus, Sumatera III Plus Bermanfaat Ariesta FULDFK Negeri Yesita Rizki Regional 17 Sumatera, Palem Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010 1371
  • 10. ISBN 978-602-98295-0-1 Tahun bang 2009 12 Tingkat M. Ali Setia Lomba Nasional Juara SMA Pengetahuan Pratama Karya II Plus dan Minat Aisyah Tulis Negeri Pelajar Dalam Fatriani Antariksa, 17 Pembelajaran Satria LAPAN Palem Berbasis Marantiza Bandung, bang Antariksa Tahun 2009 13 Pemburaman Mutia Lomba Nasional Juara SMA Layar Peran Agustria Karya II Plus BPK di Tengah Bayu Tulis, Negeri Eksistensi KPK Saputra BPK, 17 tahun Palem 2010 bang 14 Dibalik Wafiakmal LKIR Ke- Nasional Juara SMA Pembangunan Miftah 41 LIPI, II Plus Pelabuhan Afrizal Tahun Negeri Tanjung Siapi- Lutfi Fahri 2009 17 api, Kontroversi Muhammad Palem atau Rezeki? bang 15 Rotating Sprayer Priyanka National Nasional Juara SMA Herbicide Reijefki Young II Plus Irlastua Inventor Negeri Edy Yuristo Award 17 (NYIA), Palem tahun bang 2010 16 Menyibak Wila Armila Lomba Propinsi Finalis SMA Kearifan Sari Karya Negeri Tradisional Tulis, Nilai 1 ”Rumah Budaya, Banyu Panggung Dinas asin II, Nibung” Serta Pendidika Sungs Aktivitas n Propinsi ang Masyarakat Sumatera Sungsang Dalam Selatan, Melestarikan tahun Hutan Mangrove 2009 (Bakau) dan Keanekaragama n Hayati 17 Rumah Suhendar Lomba Propinsi Juara SMA Panggung Nipah Dwi Putra Karya Harap Plus (Nypha Tulis, Nilai an II Negeri Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010 1372
  • 11. ISBN 978-602-98295-0-1 Fructicans) Budaya, 2 Ditengah Era Dinas Banyu Globalisasi, Pendidika asin III Antara Tradisi n Propinsi Dan Eksistensi Sumatera Selatan, tahun 2010 18 Inovasi Alat Feri Lomba Propinsi Juara SMA Pembuat Krisnamurti Cipta Harap Plus Kompos Febrian Karya an II Negeri Berbasis Barang Mermaliandi Pelajar, 2 Bekas UPTD Banyu Graha asin III Teknologi, tahun 2010 19 Pemanfaatan Heppy Nur Lomba Propinsi Juara SMA Limbah Arang Aprilia Cipta Harap Plus Cangkang Reta Karya an I Negeri Kelapa Sawit Triprima N. Pelajar, 2 Dan Sawit UPTD Banyu Brondol Sebagai Graha asin III Briket Teknologi, Tahun 2010 20 Pemberdayaan Yessi Lomba Propinsi Juara SMA Potensi Ismiralda Menulis II Plus Technopreneur Artikel Negeri Menuju FEKSi 2 Indonesia Kreatif (Festival Banyu Ekonomi asin III Kreatif), tahun 2010 Tabel 2. Profil Siswa Peserta dalam Lomba Karya Tulis Tingkat Internasional No Nama Judul Karya Bidang Jenjang Prestasi 1. Wafiakmal On Behalf of ISEF, Intel Internasional Finalist Miftah, Afrizal, Development : Sanjose, Lutfi Fakhri Economic California, Opportunities VS USA Environment Deterioration 2. Priyanka, Rotating Sprayer IEYI, Internasional Finalist Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010 1373
  • 12. ISBN 978-602-98295-0-1 Reijefki Herbicide International Irlastua, Edy Exhibition Yuristo Young Inventor Award 2011, Vietnam, Hanoi G. Sinergisme Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan Sekolah dalam Menumbuhkan Calon Ilmuwan Baru Dalam pengoptimalan kinerja KIR di sekolah perlu dilakukan koordinasi antar elemen sekolah, pemberdayaan KIR dapat dilakukan secara terpisah (monolitik) maksudnya ada materi khusus yang berkaitan dengan bidang penelitian yaitu dengan mendirikan suatu pelajaran yang berbasis eksperimen sebagai contoh dengan diselenggarakannya Muatan Lokal Pengantar Penelitian. Pemberdayaan KIR juga dapat dilakukan secara integrative, artinya dapat disisipkan pada suatu mata pelajaran tertentu, baik bidang IPA, IPSK dan teknologi. Keberhasilan siswa dalam pemberdayaan KIR sebenarnya tidak terlepas dari peranan pihak sekolah, pemerintah pusat, pemerintah daerah serta badan-badan otonom yang tetap peduli dengan aktivitas pembinaan siswa dalam bidang penelitian ilmiah. Saat ini Pembimbing utama (konsultan) YRC/KIR di Indonesia diperankan oleh LIPI. Selanjutnya dibantu oleh Kementerain Pendidikan Nasional, dan beberapa Universitas dan Institut yang aktif dan rutin mengadakan pemasyarakatan dan pembinaan KIR diseluruh pelosok tanah air dengan membuat kompetisi untuk ajang gelar prestasi tahunan yang sekarang dikenal LKIR, NYIA(LIPI), LPIR (sekarang OPSI) yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan Nasional, ISPO yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan Nasional , PASIAD, LIPI serta INAYS yang diselenggarakan oleh Surya Institute. Bentuk komitmen LIPI untuk mengembangtumbuhkan dan membina KIR dikalangan remaja adalah dengan setiap tahunnya mengadakan Lomba Karya Ilmiah remaja (LKIR) secara rutin sejak tahun 1969 sampai dengan 2010 sudah ke-42 kalinya. Sedang Kementerian Pendidikan Nasional menyelenggarakan Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010 1374
  • 13. ISBN 978-602-98295-0-1 LPIR sejak tahun 1977 sampai dengan 2009 kemudian pada tahun 2010 berubah menjadi Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI). Untuk di wilayah daerah propinsi dan kabupaten pembinaan KIR dapat dilakukan oleh Dinas Pendidikan (DISDIK) dan Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (BALITBANGDA), kolaborasi antara kedua dinas dan badan ini semakin membantu para peserta didik untuk dapat mengembangkan ide dan kreatifitas mereka. Dengan adanya kolaborasi antara keduanya maka pembinaan KIR di daerah dapat lebih menciptakan atmosfer ilmiah yang nantinya dapat menghasilkan peserta didik yang kreatif dan mandiri. PEMERINTAH PUSAT PEMERINTAH INSTANSI/ DAERAH LEMBAGA/ UNIVERSITAS SEKOLAH DAN PERAN SERTA GURU KIR KEPEDULIAN TOP MANAGEMENT SISWA CERDAS, KREATIF DAN MANDIRI Gambar 1. Peran Serta Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga/Instansi, Serta Sekolah dalam Pemberdayaan KIR disekolah Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010 1375
  • 14. ISBN 978-602-98295-0-1 Akan tetapi yang menjadi pokok permasalahan untuk menumbuhkembangkan peserta didik agar aktif mengikuti organisasi KIR ini masih menjadi polemik di sekolah-sekolah, sekolah beranggapan bahwa Kelompok Ilmiah Remaja hanya merupakan pelengkap kegiatan kesiswaan saja sehingga menyebabkan budaya penelitian dan menulis menjadi mati suri permasalahan juga muncul ketika pihak sekolah masih menganaktirikan KIR ketimbang program sekolah yang lain. Untuk mengatasi permasalahan tersebut solusi yang dibutuhkan adalah dengan memberikan kebebasan kepada guru agar dapat memberikan kontribusi yang positif kepada para peserta didik agar dapat berkreatifitas, menanamkan motivasi berprestasi, memberikan reward, atau memberikan bantuan baik berupa moral maupun spiritual. Selain itu peran manajemen sekolah khususnya top management agar dapat memberikan alokasi anggaran untuk pemberdayaan KIR, memberikan kemudahan-kemudahan dalam pemberian izin melakukan penelitian dengan tidak meninggalkan tugas pokoknya sebagai pelajar. H. Penutup Kelompok Ilmiah Remaja sudah memang selayaknya untuk dapat dikembangkan di beberapa sekolah baik di tingkat SD, SMP sampai SMA. Pemberdayaan KIR dapat memacu peran aktif pelajar dalam berkreatifitas, sehingga dapat mendorong Sumatera Selatan Cerdas, Kreatif dan Mandiri, akan tetapi penyelenggaraan KIR di sekolah tidak dapat berdiri sendiri diperlukan sinergisme antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, instansi tertentu. Jika elemen pemerintah, sekolah dan pelajar memiliki semangat dalam proses penulisan dan penelitian maka tidak menutup kemungkinan keberhasilan akan segera tercapai menuju sumsel cerdas, kreatif dan mandiri. DAFTAR PUSTAKA Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010 1376
  • 15. ISBN 978-602-98295-0-1 Arikunto, S.1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta Nasution, A.H.1992. Panduan Berpikir dan Meneliti Secara Ilmiah bagi Remaja. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta Remigius Gunawan Susilowarno.2003.Kelompok Ilmiah Remaja, Petunjuk Membimbing dan Meneliti bagi Remaja. Penerbit Grasindo. Jakarta Simanjutak, Ida, M.1993. Organisasi dan Pengembangan Kelompok Ilmiah Remaja (KIR). Biro pemasyarakatan IPTEK LIPI. Jakarta Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010 1377
  • 16. ISBN 978-602-98295-0-1 INTERVENSI KEBIJAKAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN: PELUANG PEREMPUAN PNS PADA OTONOMI DAERAH HISAR SIREGAR (Mahasiswa tugas belajar pada Program Doktor Ilmu Hukum Di PPS UNSRI Palembang) ABSTRAK Isu kesetaraan Gender dan Pengarusutamaan Gender dalam pembangunan daerah telah menjadi isu penting. Otonomi daerah adalah kewenangan daerah untuk mengurus dan mengelola sendiri wilayahnya untuk mencapai kesejahteraan rakyatnya. Pengelolaan aparatur daerah (PNS) dengan baik sehingga mampu menjalankan tugas pokok dan fungsinya adalah keharusan. Sumber daya manusia (PNS) yang handal akan menjadi faktor penting untuk mencapai tujuan otonomi daerah. PNS terdiri dari laki-laki dan perempuan. Masih tertinggalnya perempuan PNS dibanding laki-laki PNS dalam jumlah maupun yang menduduki jabatan struktural mengharuskan adanya intervensi khusus. Sehingga kesetaraan Gender dan Pengarusutamaan Gender dalam otonomi daerah dapat dicapai. Kajian ini dilakukan terhadap Strategi dan Kebijakan Pendidikan dan Pelatihan pada Badan Pendidikan dan Pelatihan Provinsi Sumatera Selatan. Metode yang dipakai dalam Kajian ini adalah Metode Analisis Gender berbasis masalah atau dikenal dengan istilah metode Analisis PROBA (Problem Based Approach) Ternyata strategi dan kebijakan pendidikan Badiklat Provinsi Sumatera Selatan masih netral Gender. Artinya sulit untuk perempuan PNS mencapai persentase 30 % dalam jabatan structural yang ada dalam waktu 5 tahun ke depan. Kata Kunci: Otonomi Daerah, Kesetaraan Gender. 1. Pendahuluan Isu Kesetaraan Gender dan Pengarusutamaan Gender merupakan isu yang telah menjadi agenda Internasional, Nasional dan lokal di hampir semua negara di dunia sekarang ini. Perbedaan negara-negara dalam menanggapi isu kesetaraan Gender dan pengarusutamaan Gender sangat dipengaruhi oleh Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010 1378
  • 17. ISBN 978-602-98295-0-1 pemahaman terhadap isu kesetaraan gender dan pengarusutamaan gender pada tingkat Nasional dan Lokal dari masing-masing negara. Indonesia sebagai salah satu negara dalam pergaulan Internasional sangat tanggap dalam melihat perkembangan isu kesetaraan Gender dan Pengarusutamaan Gender. Evaluasi terhadap strategi pembangunan di Indonesia melahirkan Strategi baru menggantikan yang lama. Otonomi Daerah sebagai sebuah strategi pembangunan di Daerah diharapkan dapat mempercepat pencapaian keadilan dan kemakmuran bagi rakyat Indonesia. Instruksi presiden nomor 9 tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender ini kemudian dilengkapi dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri nomor 132 tahun 2003. Selanjutnya dikeluarkan lagi Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 15 tahun 2008 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di Daerah. Komitmen Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dalam Pengarusutamaan Gender telah dibuktikan dengan terbitnya Keputusan Gubernur Sumatera Selatan nomor 763/KPTS/BAPPEDA/2009, tanggal 9 November 2009 yang mengatur tentang POKJA PUG di Provinsi Sumatera Selatan. Jabatan Struktural adalah suatu kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak seseorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) dalam rangka memimpin suatu satuan organisasi negara (Pasal 1 poin.2.PP no: 100 tahun 2000 tentang pengangkatan PNS dalam Jabatan Struktural yang telah diubah dengan PP no.13. tahun 2002 ). Jumlah PNS dipemerintah Provinsi Sumatera Selatan adalah 6686 orang, terdiri dari 4473 orang ( 66,90%) PNS laki-laki, 2213 orang (33,10%) PNS Perempuan. Bila dilihat data partisipasi perempuan sebagai kepala SKPD Pada Provins Sumatera Selatan yang menduduki jabatan Eselon II maka hanya ada 7 orang perempuan dibanding 56 orang laki-laki (Sumber BKD Sumsel, 2010). Mungkin bila kita lihat pada eselon yang lain misalnya Eselon IB, IIIA, IIIB, IVA, dan IVB akan tergambar betapa besar ketinggalan perempuan secara kuantitas bila dibandingkan dengan laki-laki. Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010 1379
  • 18. ISBN 978-602-98295-0-1 Badan pendidikan dan pelatihan Provinsi Sumatera Selatan menjadi SKPD terdepan untuk mempersiapkan calon-calon pejabat struktural untuk pemerintah daerah Provinsi Sumatera Selatan. Bila dikaitkan dengan kesetaraan Gender antara laki-laki dan perempuan dalam jabatan struktural maka perlu kebijakan dan Strategi yang khusus Otonomi daerah sebagai sebuah strategi pembangunan daerah harus mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dan yang terpenting prakarsa daerah otonom untuk melaksanakan pembangunan daerah didasarkan aspirasi masyarakat setempat dalam sistem NKRI. Pertanyaannya, apakah aspirasi perempuan PNS telah diakomodir dalam strategi dan kebijakan Badiklat Provinsi Sumatera Selatan? Apakah Strategi dan Kebijakan tersebut telah dapat disebut berkeadilan dan berkesetaraan Gender? Kajian ini diharapkan akan menghasilkan alternatif bagi Penyusunan Strategi Dan Kebijakan Badiklat Provinsi Sumatera Selatan yang berperspektif Gender. Manfaat yang diharapkan dari kajian ini adalah Badiklat Sumsel sebagai salah satu SKPD di Provinsi Sumsel dapat menerapkan pengarusutamaan Gender (PUG) dalam strategi dan kebijakan Diklatnya. Tentunya bagi perempuan PNS khususnya dan PNS umumnya akan dapat menerapkan pencapaian keadilan dan kesetaraan Gender dalam tugas pokok dan fungsinya. 2. Bahan dan Metode Bahan yang dikaji adalah Strategi dan Kebijakan yang telah dimiliki oleh Badiklat Provinsi Sumsel (2008-2013). 3. Kajian dan Analisis Adalah kegiatan pemahaman data, yang dapat menggambarkan kecenderungan dan gejala-gejala dari persoalan yang ada sehingga dapat dijadikan pertimbangan didalam perumusan keluaran/kegiatan yang hendak dihasilkan. Analisis yang dilakukan adalah analisis gender. Analisis Gender adalah Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010 1380
  • 19. ISBN 978-602-98295-0-1 proses menganalisis data dan informasi secara sistematis tentang laki-laki dan perempuan untuk mengidentifikasi dan mengungkapkan kedudukan, fungsi, peran dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan, serta faktor-faktor yang mempengaruhi. Dalam kegiatan ini teknik analisis yang dipakai adalah model PROBA (Problem Based Approach) atau “Analisis Berbasis Masalah”. 4. Hasil dan Pembahasan a. Kondisi Demografis Penduduk Sumatera Selatan berdasarkan data Tahun 2008 berjumlah 7.121.790 jiwa. Ratio penduduk Sumatera Selatan berdasarkan jenis kelamin adalah sebesar 102,20 persen, yang menjelaskan bahwa jumlah penduduk laki-laki masih lebih besar dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan. B. Kondisi Aparatur Daerah 1). Dukungan dan Kekuatan Aparatur Daerah. Tabel .1. Aparatur Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan No Organisasi S3 S2 SI/D D3/D2/D SLTA Pend, Total 4 1 Dasar 1 SEKR. 2 101 280 43 200 46 672 DAERAH 2 SEKR. DPRD - 6 27 8 25 4 70 3 INSPEKTORAT - 11 47 3 20 3 84 4 DINAS - 191 1,23 267 1,391 159 3,24 9 7 5 BADAN 3 89 301 34 255 21 703 6 KANTOR - - 10 3 13 1 27 7 SEKR. KPU - 4 15 - 7 1 27 8 SEKR. KORPRI - 1 11 - - - 12 9 RS. ERBA - 7 47 65 86 10 215 10 SATPOL PP - 3 18 3 75 17 116 11 UPTD/UPTB - 66 579 190 545 133 1,51 3 Jumlah 5 479 2.57 616 2.617 395 6.68 4 6 Sumber.Sumsel dalam angka 2009 Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010 1381
  • 20. ISBN 978-602-98295-0-1 Jumlah Pengawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintahan Provinsi Sumatera Selatan seluruhnya 6.686 orang, tersebar pada Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Inspektorat Daerah, Dinas Daerah dan Lembaga Teknis Daerah. Jika dilihat dari golongan kepangkatan kepegawaian, jumlah pengawai negeri sipil terbesar masih didominasi oleh pengawai golongan III sebanyak 5.085 orang, Pengawai negeri sipil golongan I dan golongan II sebagai tenaga pelaksana dan pendukung jumlahnya paling kecil yaitu 89 dan 920 orang. Jumlah pegawai negeri sipil golongan IV hanya 592 orang. Kekuatan pengawai negeri sipil pada pemerintah Provinsi Sumatera Selatan yang dilihat secara piramida kepegawaian menjadi tidak ideal, tenaga pelaksana yang di harapkan dapat di berikan oleh Aparatur gologan I dan II jumlahnya relatif kecil sehingga tenaga pendukung operasional di lapangan akan banyak menggunakan tenaga pegawai yang sudah golongan III. Pada posisi seperti ini akan lebih banyak tenaga pemikir dari pada pelaksana. Sehingga seorang pelaksana akan memiliki atasan enam orang lebih. Gambaran latar belakang pendidikan Aparatur Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dilihat dari kompetensi pendidikan adalah seperti terlihat dalam Tabel.1. Jika dilihat dari kualitas Pegawai Negeri Sipil berdasarkan tingkat pendidikan, kondisinya cukup menggembirakan, lebih dari 50% aparatur telah menyelesaikan pendidikan sebagai sarjana dari D2 sampai dengan S3. Selebihnya adalah lulusan menengah tingkat atas dan pendidikan dasar. Gambaran kekuatan aparatur dan dukungan Pegawai Negeri Sipil pada Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan terbesar adalah lulusan sarjana S1/D4 dan lulusan Sekolah Menengah Atas. Sesungguhnya gambaran pengawai pemerintah provinsi Sumatera Selatan lebih 80% adalah tenaga berpendidikan tinggi. C. Mengembangkan Kemampuan Aparatur Daerah Dalam Mendukung Program Pembangunan Daerah. 1). Strategi dan Kebijakan Diklat Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010 1382
  • 21. ISBN 978-602-98295-0-1 Strategi Diklat pegawai telah di susun dan komprehensif dengan memperhatikan faktor pendorong dan penghambat dalam rangka mewujudkan program, sasaran, kegiatan dan kebijakan Diklat. Strategi tersebut adalah: 1) Mengoptimalkan Row instrumental input dalam proses penyelenggaraan Diklat. Row instrumental input adalah kurikulum, metode, pengajar dan penyelenggara, sarana dan prasarana, media dan alat bantu serta dana, maka dalam proses penyelenggaraan diklat komponen-komponen tersebut akan bersinergi dalam optimalisasi pencapaian tujuan dan sasaran. 2) Mengoptimalkan peran dan fungsi Badan Diklat sebagai hulu di bidang peningkatan SDM Aparatur dalam memfasilitasi pengisian jabatan struktural dan fungsional. Arah Kebijakan Diklat pada Provinsi Sumatera Selatan sejalan dengan pencapaian Visi dan Misi Gubernur Sumsel 2008-2013, yaitu sebagai berikut: 1) Optimalisasi tugas pokok dan fungsi Bandiklat Sumsel untuk menyusun dan menyelengarakan Diklat sesuai dengan standar, 2) Optimalisasi kemampuan SDM Aparatur Badan Diklat sesuai dengan kompetensi pemanfaatan Iptek, 3) Mengklasifikasikan bidang ajar widyaiswara dan meningkatkan profesionalisme sesuai rumpun jabatan fungsional, 4) Menyusun analisis kebutuhan Diklat sesuai dengan fungsi SKPD, 5) Mengoptimalisasikan Surat Edaran Gubernur Sumsel nomor 033/SE/III/2005 tentang penyelenggaraan Diklat Satu Pintu, 6) Mengintensifkan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan Diklat di Pemkab/pemkot. 2). Tujuan dan Sasaran Diklat Tujuan Diklat: 1) Merumuskan standar penyelenggaraan Diklat Teknis, Fungsional, Pemerintahan, Politik serta Kepemimpinan, Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010 1383
  • 22. ISBN 978-602-98295-0-1 2) Meningkatkan kualitas SDM Aparatur Badan Diklat sesuai dengan kemajuan Iptek, 3) Meningkatkan kemampuan Widyaiswara melalui Diklat TOT Teknis, Fungsional, 4) Meningkatkan kualitas penyelenggaraan Diklat Teknis, Fungsional, Pemerintah, Politik serta Diklat Kepemimpinan 5) Meningkatkan Pembinaan dan Pengawasan Penyelengaaran Diklat, 6) Meningkatkan kualitas penyelenggaraan Diklat. 3). Sasaran Diklat: 1) Tersedia sarana dan prasarana Diklat yang sesuai dengan standar kemajuan Iptek, 2) Tersedia Aparatur SDM penyelenggaraan Diklat yang berkualitas, memiliki kompetensi sesuai dengan bidangnya, 3) Tersedia widyaiswara yang memiliki kompetensi dalam penguasaan Iptek, 4) Tersedia Diklat Teknis, Fungsional, Pemerintah dan Politik serta Diklat Kepemimpinan berdasarkan kebutuhan SKPD, 5) Tersedia Forum Komunikasi Kediklatan antara SKPD Provinsi dan Kabupaten/Kota, 6) Tersedia Juklak, juknis, dan Monotoring/evaluasi penyelenggaraan Diklat. Guna Peningkatan Kualitas Aparatur Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan telah disusun Peningkatan Kapasitas Aparatur Oleh Badan Diklat Provinsi Sumatera Selatan berupa Kegiatan Kepemimpinan, Diklat Pemerintahan dan Politik dan Diklat Teknis. Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010 1384
  • 23. ISBN 978-602-98295-0-1 Tabel .2. Program Peningkatan Kualitas Aparatur Bidang Diklat Kepemimpinan No Keterangan Tahun Jumlah (Orang) 2009 2010 2011 2012 2013 1 Diklat Kepemimpinan 40 80 80 80 40 320 Tingkat IV 2 Diklat Kepemimpinan 40 40 40 80 80 280 Tingkat III 3 Diklat Kepemimpinan 0 100 0 0 0 100 Tingkat II Jumlah (orang) 80 220 120 160 120 700 Sumber : Badiklat Sumsel 2010 Tabel.2. Memperlihatkan gambaran Program Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dalam pendidikan kepemimpinan dalam menduduki jabatan struktural. Sedangkan untuk Peningkatan Kapasitas Aparatur yang menduduki jabatan fungsional seperti peneliti, penyuluh, pranata komputer, perpustakaan, legal drafter, perencana, penggerak swadaya masyarakat dan fungsional lain, belum terakomodasi dalam program peningkatan kapasitas aparatur bidang fungsional yang di programkan dari Badan Diklat Kepegawaian Provinsi Sumatera Selatan. Program Peningkatan Kapasitas Jabatan fungsional selama periode 2008- 2013 cenderung diorientasikan untuk tenaga fungsional internal yang sudah berada pada Badan Diklat kepegawaian Provinsi Sumatera Selatan, yaitu jabatan Widyaiswara. Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010 1385
  • 24. ISBN 978-602-98295-0-1 Tabel .3. Program Peningkatan Kualitas Aparatur Bidang Diklat Fungsional No Keterangan Tahun Jumlah (Orang) 200 201 201 201 201 9 0 1 2 3 1 TOT Umum 40 0 40 0 0 80 2 TOT PMPK dan Pola 0 40 0 0 0 40 Pikir Terpadu 3 TOT Substansi Diklat/ 0 0 0 40 0 40 Outbound 4 TOT Dinamika 0 0 0 0 40 40 Kelompok Jumlah (orang) 40 40 40 40 120 200 Sumber : Badiklat Sumsel 2010 Tabel.3. Memperlihatkan Program Peningkatan Kualitas Aparatur Bidang Diklat Fungsional Widyaiswara setiap tahunnya, serta jumlah peserta Diklat. Kegiatan ini diselenggarakan dalam rangka peningkatan kualitas tenaga fungsional widyaiswara, sepert Diklat TOT Umum, dinamika kelompok hingga outbond, yaitu penguatan pada widyaiswara sebagai trainer yang tangguh. Disamping disusun program Peningkatan kapasitas untuk jabata struktural dan fungsional, pada Badan Diklat Kepegawaian Provinsi Sumatera Selatan juga diprogramkan Diklat Pemerintahan dan Politik serta Diklat yang bersifat Teknis. Diklat Pemerintahan dan Politik yang diprogramkan dalam periode 2008- 2013, bagi aparat pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dan Aparatur pemerintah Kabupaten dan Kota. Target group untuk mengikuti diklat ini seperti Camat, Sekretaris DPRD, Polisi, Pamong Praja, Ajudan Kepala Daerah dan Pejabat Pemerintah Provinsi yang lain. Diklat pemerintahan dan Politik belum melibatkan unsur Legislasi yang sebenarnya merupakan unsur pemerintah daerah. Kendati demikian sudah melibatkan unsur pendukung pelaksana fungsi DPRD dalam hal ini adalah Sekretariat DPRD. Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010 1386
  • 25. ISBN 978-602-98295-0-1 D. Pengarusutamaan Gender Di Daerah 1). Peraturan Yang Berkaitan Dengan Pengarusutamaan Gender Ketidaksetaraan dan ketidakadilan gender dikenal dengan Kesenjangan Gender (GENDER Gap) yang pada gilirannya menimbulkan permasalahan gender. Untuk memperkecil kesenjangan tersebut maka kebijakan dan program yang dikembangkan saat ini dan mendatang harus mengintegrasikan pengalaman, aspirasi, kebutuhan dan permasalahan perempuan dan laki-laki kedalam perencanaan pelaksanaan, pemantauan, evaluasi pada seluruh kebijakan dan program pembangunan nasional disamping meningkatkan kualitas hidup perempuan itu sendiri. Agar efektif dan optimal maka upaya pengarusutamaan Gender dalam pembangunan nasional Indonesia harus didukung instrumen hukum agar mempunyai legalitas dalam pelaksanaannya. a). Instruksi Presiden No.9 tahun 2000. Upaya meningkatkan kedudukan, peran dan kualitas perempuan serta upaya mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dipandang perlu. Adanya pemikiran dan kesadaran seperti itu menimbulkan tekad bahwa pengarusutamaan gender ke dalam seluruh proses pembangunan nasional harus dilakukan. Pertimbangan seperti itu merupakan dasar pemikiran diterbitkannya Instruksi Presiden No. 9. Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender Dalam pembangunan Nasional. Pengarusutamaan Gender adalah Strategi yang dibangun untuk mengintegrasikan gender menjadi satu dimensi Integral dari perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan. Inpres No.9 Tahun 2000 mengintruksikan kepada : Menteri, Kepala lembaga Pemerintah Non Departemen, Pimpinan Kesekretariatan, Lembaga tertinggi/Tinggi Negara, Panglima TNI, Kepala Kepolisian RI, Jaksa Agung RI, Gubernur, Bupati/walikota, untuk melaksanakan isi dari Inpres no.9 tahun 2000 tersebut. Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010 1387
  • 26. ISBN 978-602-98295-0-1 b). Peraturan Menteri Dalam Negeri No.15 Tahun 2008. Adanya pertimbangan bahwa Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 132 Tahun 2003 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan di Daerah, sudah tidak sesuai dengan perkembangan keadaan sehingga perlu diganti. Dengan pertimbangan seperti itu maka Kepmendagri No.132 tahun 2003 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi. Penggantinya adalah Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor. 15 tahun 2008 Tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di Daerah. Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan telah menindak lanjuti Instruksi Menteri dalam Negeri No.15 tahun 2008 tersebut dengan menerbitkan Keputusan Gubernur Sumatera Selatan nomor. 763/KPTS/BAPPEDA/2009 tentang Pembentukan Kelompok Kerja Pengarusutamaan Gender (PUG) Provinsi Sumatera Selatan. Dalam keputusan Gubernur Sumatera Selatan ini ditetapkan ketua POKJA PUG Provinsi Sumsel adalah Kepala BAPPEDA Provinsi Sumsel. Adanya keputusan Gubernur Sumsel tentang Pembentukan POKJA PUG diharapkan akan memantapkan Pengarusutamaan Gender di Daerah Provinsi Sumatera Selatan seperti yang diharapkan oleh Permendagri No.15 Tahun 2008. 2). Peluang Kesetaraan Gender Dalam Jabatan Struktural. Bila Strategi dan Kebijakan Badiklat Provsumsel dianalisis dengan menggunakan analisis Gender Metode PROBA maka terlihat bahwa strategi dan kebijakan Provsumsel masih netral Gender . Artinya belum mampu memperlihatkan kebutuhan spesifik laki-laki maupun perempuan. Oleh karena itu kedepan diperlukan kajian berperspektif Gender untuk menetapkan/menyusun kebijakan dan strategi Badiklat Provsumsel. Bila Kajian perspektif Gender dilakukan maka diharapkan kesetaraan Gender dalam jabatan struktural dapat tercapai. Dalam hal seperti itu maka otonomi daerah Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010 1388
  • 27. ISBN 978-602-98295-0-1 juga akan berdampak pada peningkatan partisipasi perempuan pada birokrasi pemerintah daerah. 5. Kesimpulan Bahwa aspirasi perempuan PNS belum sepenuhnya terakomodir dalam strategi dan kebijakan Badiklat Provsumsel (2008-2013). Bahwa Strategi dan kebijakan Badiklat Provsumsel masih Netral gender. Artinya belum memikirkan kebutuhan spesifik perempuan maupun laki-laki. Daftar Pustaka Burhanuddin, Jajat dan Fathurahman, Oman. 2004. Tentang Perempuan Islam. Wacana dan Gerakan. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta, Terbitan Pertama. Fromm, Erich. 2006. Dari Pembangkangan Menuju Sosialisme Humanistik. Diterjemahkan oleh. Th.Bambang Murtiono, dari Buku berjudul On Disobedience and other Essays; Pelangi Cendikaia: Jakarta; Edisi;1. Kementerian Pemberdayaan Perempuan, dkk. 2005. Bahan Pembelajaran Pengarusutamaan Gender. Jakarta; Cetakan ke-5. Mahfud MD, Moh. 2009. Politik Hukum di Indonesia. Rajawali Pers: Jakarta, Edisi Revisi, Cetakan .1. May, Larry, dkkk. 2001. Etika Terapan II. Sebuah Pendekatan Multikultural. Tiara Wacana Yogya: Yogyakarta, Cetakan pertama. Nonet, Philippe dan Selznick, Philip. 2003. Hukum Responsif. Pilihan di Masa Transisi . diterjemahkan oleh : Rafael Edy Basco, dari Buku berjudul “ Lawand Society in Transition:Toward Responsive Law, Huma:Jakarta, Cetakan I. RI. 2008. Amandemen U-U Pemerintahan Daerah 2008. Sinar Grafika : Jakarta, Cetakan I. Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010 1389
  • 28. ISBN 978-602-98295-0-1 PEMETAAN MASALAH PUTUS SEKOLAH PENDIDIKAN DASAR MASYARAKAT MISKIN ANTAR KECAMATAN SEBAGAI UPAYA PEMERATAAN AKSES PENDIDIKAN DI KABUPATEN OGAN ILIR Dian Cahyawati S. Fakultas MIPA Universitas Sriwijaya dian_cahyawati@yahoo.com Abstrak Masalah rendahnya partisipasi sekolah yang terkait dengan masalah putus sekolah terutama pada kelompok masyarakat miskin antar kecamatan di Kabupaten Ogan Ilir (OI) masih perlu menjadi perhatian dan penyelesaian dalam program pembangunan pendidikan. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan pemetaan masalah putus sekolah pendidikan dasar antar kecamatan di Kabupaten OI, Dianalisis data hasil survei bulan Juli – September 2010, sebanyak 345 sampel rumah tangga miskin, dan 592 anak usia sekolah pendidikan dasar, berdasarkan karakteristik sosial ekonomi keluarga dan tingkat motivasi terhadap pendidikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, angka partisipasi (APM) SD kelompok miskin 83,33% dan APM SMP 67,73%, keduanya masih dibawah capaian Kabupaten OI dan target MDGs. Angka putus sekolah pendidikan dasar kelompok masyarakat miskin di Kabupaten OI sebesar 14,2%, relatif masih tinggi dibandingkan dengan target MDGs. Hasil pemetaan masalah putus sekolah pendidikan dasar antar kecamatan, menunjukkan bahwa kelompok Kecamatan Pemulutan Selatan, Rambang Kuang, Lubuk Keliat, dan Pemulutan Barat, memerlukan perhatian lebih, khususnya pada masalah tingginya angka putus sekolah SMP dan jumlah penduduk miskin yang masih relatif lebih banyak dibandingkan dengan kecamatan lainnya. Demikian juga Kecamatan Inderalaya dan Payaraman karena angka putus sekolah SD yang masih tinggi dan APM SD yang masih rendah, dapat berpengaruh untuk menurunkan angka kemiskinan di kecamatan tersebut. Kata Kunci : Putus Sekolah Pendidikan Dasar, Partisipasi Sekolah, Ukuran Asosiasi, Analisis Biplot, PENDAHULUAN Salah satu program dalam pembangunan nasional adalah pembangunan pendidikan. Pembangunan pendidikan sangat penting peranannya untuk mencapai kemajuan di berbagai bidang kehidupan guna meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia. Karena itu, pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010 1390
  • 29. ISBN 978-602-98295-0-1 memenuhi kesamaan hak setiap warga negara dalam mendapatkan layanan pendidikan. Kebijakan ini mencakup pemerataan dan perluasan akses pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi pendidikan, dan kebijakan yang terkait dengan pemantapan good governance (Asmalaizza, 2009). Berkaitan dengan pemerataan dan perluasan akses pendidikan, Asmalaizza (2009) menyimpulkan dari hasil kajiannya, bahwa pemerataan pendidikan di Indonesia yang ada saat ini belum terealisasikan dengan baik. Permasalahannya karena pendidikan masih berorientasi di wilayah perkotaan. Subsidi pendidikan dari pemerintah untuk masyarakat yang tidak mampu masih belum mencukupi, karena jumlah mereka yang cukup besar. Hal ini mengakibatkan kesenjangan dalam pemerataan akses pendidikan, yaitu akses pendidikan antara penduduk kaya dan miskin. Khususnya untuk program wajib pendidikan dasar yang dicanangkan pemerintah pada tahun 1994, program ini harus tuntas pada tahun 2008. Namun sampai dengan tahun 2006 belum seluruh rakyat dapat menyelesaikan jenjang pendidikan dasar (Asmalaizaza, 2009). Hal ini dapat dilihat dari angka capaian partisipasi sekolah untuk jenjang pendidikan dasar yang masih belum mencapai 100%. Salah satu yang mempengaruhi angka partisipasi sekolah adalah masalah putus sekolah. Berbagai telaah yang mengamati masalah pendidikan mengungkapkan bahwa penyebab utama masalah putus sekolah adalah kemiskinan (Supriadi, 1994 dalam Cahyawati, 2007a). Demikian juga menurut data Survei Ekonomi Nasional (Susenas) Tahun 2003, tingginya angka putus sekolah lebih banyak bersumber pada persoalan ekonomi yang berasal dari keluarga miskin. Ketidakmampuan finansial orang tua untuk memenuhi kebutuhan biaya sekolah anak, mengakibatkan anak menjadi putus sekolah. Dalam hal ini, tidak saja mereka miskin dalam kondisi ekonomi, tetapi menjadi miskin juga dalam pendidikan. Hasil penelitian Cahyawati (2007a), juga menunjukkan bahwa keluarga dengan proporsi pengeluaran makanan yang relatif tinggi, sebagai indikasi untuk kemiskinan, menjadi faktor yang signifikan mempengaruhi putus sekolah. Hal ini menjadikan Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010 1391
  • 30. ISBN 978-602-98295-0-1 keluarga miskin sulit untuk memperbaiki kualitas hidup dan keluar dari kemiskinan untuk menjadi keluarga yang sejahtera. Sehingga, untuk menangani masalah putus sekolah ini, yang sangat perlu menjadi perhatian penting adalah masalah putus sekolah pada kelompok keluarga miskin, demikian juga masalah putus sekolah pendidikan dasar di Kabupaten Ogan Ilir (OI). Kabupaten OI, berdasarkan data Bappenas (2006) masih memiliki penduduk miskin yang cukup banyak. Penduduk miskinnya tersebar hampir di seluruh kecamatan yang berjumlah 16 kecamatan. Kecamatan Indralaya sebagai ibukota kabupaten merupakan kecamatan yang paling banyak memiliki jumlah penduduk miskin yaitu lebih dari 9200 jiwa, Kecamatan Pemulutan dan Tanjung Raja masing- masing memiliki penduduk miskin berkisar dari 7201 – 9200 jiwa, Kecamatan Tanjung Batu memiliki penduduk miskin berkisar dari 5201 – 7200 jiwa, kecamatan- kecamatan lainnya di Kabupaten OI memiliki penduduk miskin yang relatif sama yaitu kurang dari 3200 jiwa. Data Bappenas (2007) menunjukkan bahwa proporsi populasi dibawah garis kemiskinan Kabupaten OI sebesar 19,45% masih di atas Provinsi (16,8%) dan Nasional (16,66%) serta sangat jauh dengan target capaian pembangunan milenium (MDGs) yaitu 7,5%. Untuk capaian pendidikan dasar bagi semua, angka partisipasi sekolah dasar sebesar 90,44% meskipun sudah di atas Provinsi (83,31%) tetapi masih di bawah Nasional (98%) dan di bawah target MDGs (100%). Demikian juga untuk partisipasi sekolah tingkat SMP, baru mencapai 71,2% masih dibawah Provinsi (83,58%) dan Nasional (71,81%) serta jauh dibawah MDGs (100%). Berdasarkan uraian di atas, untuk menangani masalah putus sekolah dan peningkatan partisipasi sekolah pendidikan dasar di Kabupaten OI, diperlukan penelitian yang mengamati masalah putus sekolah pendidikan dasar, khususnya pada kelompok masyarakat miskin di setiap kecamatan. Diperlukan suatu pemetaan masalah putus sekolah pendidikan dasar antar kecamatan, sehingga perbaikan- perbaikan dapat direncanakan sesuai dengan kebutuhan antar kecamatan. Pemetaan masalah putus sekolah pendidikan dasar antar kecamatan dapat dianalsis menggunakan salah satu teknik analisis multivariate dalam statistik yaitu Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010 1392
  • 31. ISBN 978-602-98295-0-1 Analisis Biplot. Hasil pemetaan analisis biplot ditampilkan secara grafik yang sederhana, menarik dan mudah dijelaskan. Pemetaan ini memberikan beberapa informasi, salah satunya adalah informasi mengenai kemiripan beberapa kecamatan terhadap variabel-variabel yang diamati mengenai masalah putus sekolah pendidikan dasar. Berdasarkan kemiripan antar kecamatan ini maka dapat diketahui kecamatan-kecamatan mana yang memiliki risiko tinggi dalam hal putus sekolah atau partisipasi sekolah yang rendah, terutama berkaitan dengan kelompok masyarakat miskin pada masing-masing kecamatan. Diharapkan, hasil penelitian yang diperoleh dapat bermanfaat sebagai informasi dan bahan pertimbangan bagi instansi terkait dalam membuat program perencanaan mengenai penurunan angka putus sekolah atau peningkatan partisipasi sekolah. Program yang direncanakan tersebut akan sesuai dengan kebutuhan masing-masing kacamatan yaitu tepat guna dan tepat sasaran. Sehingga, angka putus sekolah dapat berkurang dan angka partisipasi sekolah di Kabupaten OI dapat meningkat serta mencapai target MDGs. Lebih jauh, hal ini menunjang pembangunan pendidikan untuk pemerataan akses pendidikan terutama pencapaian akses pendidikan pada masyarakat miskin. Secara tidak langsung, dapat meningkatkan kualitas hidup keluarga miskin untuk keluar dari kemiskinan dan mencapai masyarakat yang sejahtera. BAHAN DAN METODE Bahan Bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang memuat pertanyaan-pertanyaan mengenai karakteristik rumah tangga sampel dan karakteristik anak usia sekolah pendidikan dasar. Karakteristik-karakteristik itu merupakan variabel bebas yang diamati hubungan keterkaitannya dengan variabel terikat. Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010 1393
  • 32. ISBN 978-602-98295-0-1 Metode, Populasi dan Sampel, Teknik Penarikan Sampel, Variabel Penelitian Metode yang digunakan adalah survei di wilayah Kabupaten OI. Populasi penelitian adalah seluruh rumah tangga yang termasuk katagori miskin, yang berada di 16 kecamatan di Kabupaten OI (indikator kemiskinan yang digunakan berdasarkan BPS, 2007 dalam Suyatno, 2009, mengenai kriteria penerima BLT). Setiap kecamatan diambil dua desa sebagai sampel, yang ditentukan secara simple random sampling. Dan setiap desa diambil 10 – 15 rumah tangga miskin, yang diambil secara purposive sampling-terseleksi, untuk mendapatkan unit penelitian yaitu anak usia sekolah pendidikan dasar (usia 7 – 15 tahun). Survei telah dilaksanakan pada bulan Juli sampai September 2010. Variabel-variabel bebas yang diamati yaitu Asal Daerah Ayah, Tingkat Pendidikan Ayah dan Ibu, Jenis Pekerjaan Ayah dan Ibu, Rata-Rata Pendapatan Rumah Tangga, Jumlah Anak dalam Keluarga, Tingkat Motivasi Anak dan Orang Tua, Jenis Kelamin Anak, dan Status Menerima Bantuan Pendidikan. Sedangkan variabel terikat adalah Status Sekolah Anak pada jenjang pendidikan dasar (ada dua katagori, yaitu Putus Sekolah atau Tidak Putus). Analisis Data Data primer hasil survei, dianalisis secara deskripsi dan asosiasi sebelum dibuat pemetaan masalah putus sekolah pendidikan dasar pada masyarakat miskin antar kecamatan di Kabupaten OI. Berikut langkah analisis yang dilakukan. 1) Teknik analisis deskripsi terhadap sampel rumah tangga dan sampel anak. 2) Teknik analisis asosiasi terhadap variabel-variabel bebas dengan status putus sekolah anak, digunakan untuk mendapatkan ukuran asosiasi parsial dan signifikansinya dari masing-masing variabel bebas dengan variabel status putus sekolah. 3) Teknik analisis biplot, digunakan untuk mendapatkan pemetaan antar wilayah kecamatan mengenai masalah putus sekolah pendidikan dasar. Analisis ini dilakukan dengan beberapa langkah sebagai berikut. Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010 1394
  • 33. ISBN 978-602-98295-0-1 i. Dibuat tabel data berdasarkan karakteristik antar wilayah kecamatan. Beberapa karakteristik yang diamati, dijelaskan seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Karakteristik Pendidikan Dasar antar Wilayah Kecamatan No. Karakteristik yang Keterangan/Penjelasan Diamati 1 Angka Partisipasi dihitung Untuk t = 2010 tingkat h = Murni (APM) SD dengan SD usia a = 7 – 12 tahun 2 Angka Partisipasi dihitung Untuk t = 2010 tingkat h = Murni SMP dengan SMP usia a = 13 – 15 tahun 3 Persentase Persentase jumlah anak usia 7 - 12 tahun yang putus sekolah SD Anak Putus SD 4 Persentase Persentase jumlah anak usia 12 - 15 tahun yang putus sekolah SMP Anak Putus SMP 5 Persentase Persentase jumlah KK dengan tingkat pendidikannya paling tinggi hanya Tamat SD, untuk masing-masing kecamatan Kepala Keluarga (sebagai salah satu indikator kemiskinan dari BPS, 2007) (KK) Maks Tamat SD 6 Persentase Persentase anak usia 7 - 15 tahun yang ikut bekerja mendapatkan penghasilan Anak yg Bekerja 7 Persentase Persentase KK yang berasal dari daerah lain pada saat di survei. KK Pendatang 8 Persentase Persentase ayah dengan status tidak bekerja Ayah Tdk Bekerja 9 Persentase Persentase ibu dengan status bekerja Ibu Bekerja 10 Rata-Rata Rata-Rata Pendapatan yang diperoleh pada rumah tangga Pendapatan/bulan 11 Rata-Rata Jumlah Rata-Rata banyaknya anak pada rumah tangga Anak 12 Rata-Rata Skor Rata-Rata skor dari 9 pertanyaan tentang tingkat motivasi Motivasi Ortu orang tua terhadap pendidikan 13 Rata-Rata Skor Rata-Rata skor dari 9 pertanyaan tentang tingkat motivasi anak Motivasi Anak terhadap pendidikan Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010 1395
  • 34. ISBN 978-602-98295-0-1 Tabel 2. Karakteristik Anak Usia Sekolah Pendidikan Dasar dan Ukuran Asosiasinya dengan Status Sekolah No Variabel Katagori Status Jm Persentas Ukuran . Tida Putu Skolah l e Koef p-value Asosiasi Jumlah Sampel 508 s 84 k Sekolah 59 14,2 . 1 Jenis Perempuan (0) 266 25 29 2 8,6 0,15 0,000 Laki-Laki (1) 242 59 30 Putus (%) 19,6 Kelamin 1 6 2 Asal Daerah Pribumi (0) 399 65 46 1 14,0 0,01 0,811 Anak Pendatang (1) 109 19 12 14,8 Ayah 4 0 3 Tingkat Tidak Tamat SD 75 26 10 8 25,7 Tamat SD (1) 286 45 33 13,6 0,16 (0) 1 0,002 Pendidikan SMP (2) 97 11 10 1 10,2 8 SMA (3) 49 2 51 8 3,9 Ayah PT (4) 1 0 1 0,0 4 Tingkat Tidak Tamat SD 74 21 95 22,1 Tamat SD (1) 314 50 36 13,7 0,11 (0) 0,103 Pendidikan SMP (2) 88 11 99 4 11,1 3 SMA (3) 30 2 32 6,2 Ibu PT (4) 2 0 2 0,0 5 Jenis Tidak Bekerja 21 6 27 22,2 Pekerjaan Berdagang (1) (0) 15 1 16 6,2 0,07 Bertani (2) 309 54 36 14,9 0,662 Ayah Tingkat Swasta (3) 35 6 41 14,6 4 3 PNS (4) 1 0 1 0,0 Lainnya (5) 127 17 14 11,8 6 Jenis Tidak Bekerja 126 11 13 4 8,0 Pekerjaan Berdagang (1) (0) 25 2 27 7 7,4 0,18 Bertani (2) 270 65 33 19,4 0,001 Ibu Swasta (3) 6 2 8 25,0 0 5 PNS (4) 4 0 4 0,0 Lainnya (5) 77 4 81 4,9 7 Tingkat < 600 (1) 329 55 38 14,3 600 – 1200 (2) 147 25 17 14,5 0,09 4 0,301 Pendapatan 1201 – 1800 (3) 16 0 16 2 0,0 0 >1800 (4) 16 4 20 16,7 Rumah >2400 (5) 1 1 2 50,0 8 Jumlah Kurang dari 3 127 12 13 8,6 Tangga 0,14 Anak dalam 3-5 (2) (1) 316 50 36 9 13,7 0,012 6-8 (3) 55 19 74 6 25,7 6 9-10 (4) 9 3 12 25,0 Keluarga Lebih dari 10 1 0 1 0,0 9 Tingkat Rendah (1) (5) 20 31 51 60,8 0,38 0,000 Motivasi Sedang (2) 198 32 23 13,9 8 Tinggi (3) 290 21 31 0 6,8 10 Tingkat Rendah (1) 11 4 15 1 26,7 0,12 0,011 Anak Sedang (2) 171 40 21 19,0 Motivasi 3 Tinggi (3) 326 40 36 1 10,9 11 StatusMene Pernah (0) 142 5 14 6 3,4 0,17 0,000 Orang Tua Tidak Pernah 366 79 44 17,8 rimaBantua 7 5 Sumber : Hasil Survei Tahun 2010 (1) 5 n Status Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010 1396
  • 35. ISBN 978-602-98295-0-1 i. Karakterisik 1, 2, 3, 4, dan 5 digunakan sebagai variabel yang dianalisis pada pemetaan antar wilayah kecamatan dengan Analisis Biplot. Teknik analisis biplot dapat dilihat pada Hair, et all (2007). Teknik analisis data secara deskripsi dan asosiasi, serta Analsis Biplot dibantu dengan software pengolah data yaitu SPSS versi 15 for windows. HASIL Deskripsi Data Anak Usia Pendidikan Dasar Sebanyak 592 sampel anak usia 7 – 15 tahun yang berasal dari 345 rumah tangga miskin diamati status sekolah SD dan SMP (Putus dan Tidak Putus Sekolah). Gambaran karakteristik dari 592 sampel anak usia sekolah pendidikan dasar ditampilkan pada Tabel 2. Berdasarkan Tabel 2, terlihat bahwa angka putus sekolah pendidikan dasar di Kabupaten OI sebesar 14,2 persen. Berdasarkan variabel yang diamati, maka persentase kejadian putus sekolah lebih banyak terjadi pada anak laki-laki, dengan tingkat pendidikan ayah dan ibu yang tidak tamat SD, dan status pekerjaan ayahnya tidak bekerja, serta dari keluarga yang memiliki banyak anak. Pemetaan Masalah Putus Sekolah Pendidikan Dasar antar Kecamatan di Kabupaten Ogan Ilir Variabel-variabel yang dianalisis menggunakan Analisis Biplot adalah variabel APM SD, APM SMP, Putus SD, Putus SMP dan Pendidikan KK maksimum Tamat SD, yang dituliskan pada Tabel 3. Hasil pemetaan biplot digambarkan sebagai berikut. Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010 1397
  • 36. ISBN 978-602-98295-0-1 Dimensi 2 =27,02% Dimensi 1 = 40,37% Gambar 1. Pemetaan Biplot untuk Masalah Putus Sekolah Pendidikan Dasar antar Wilayah Kecamatan di Kabupaten Ogan Ilir Berdasarkan kedekatan jarak antara letak/posisi dari seluruh (16) kecamatan terhadap variabel dalam Gambar 1, diperoleh lima kelompok kecamatan yang mirip, yang ditunjukkan dengan masing-masing lingkaran. Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010 1398
  • 37. ISBN 978-602-98295-0-1 Tabel 3. Karakteristik Masalah Putus Sekolah Pendidikan Dasar antar Wilayah Kecamatan di Kabupaten Ogan Ilir Angka Partisipasi Murni Persentase Rata-Rata No. Nama Kecamatan KK Ayah Skor Skor Anak Anak Anak yg KK Ibu Pendapatan Jumlah SD SMP Maks Tdk Motivasi Motivasi Putus SD Putus SMP Bekerja Pendatang Bekerja tiap Bulan Anak Tmt SD Bekerja Anak Ortu 01 Indralaya 79.17 64.29 10.53 0.00 0.00 18.42 84.21 21.05 73.68 609.21 3.79 34.03 36.34 02 Indralaya UtaRA 84.00 76.92 10.53 0.00 15.79 15.79 47.37 21.05 57.89 639.47 3.68 25.17 33.76 03 Indralaya Selatan 80.00 92.86 8.82 0.00 0.00 23.53 64.71 5.88 64.71 507.35 3.35 30.61 35.15 04 Pemulutan 91.67 76.92 5.41 2.70 5.41 10.81 86.49 2.70 83.78 545.95 3.54 33.80 34.41 05 Pemulutan Barat 87.50 66.67 5.13 7.69 0.00 21.62 71.79 0.00 79.49 652.56 4.36 33.54 31.69 06 Pemulutan Selatan 95.24 66.67 6.06 6.06 9.09 15.15 90.91 3.03 90.91 519.70 4.12 31.91 33.67 07 Tanjung Batu 86.96 64.71 7.50 7.50 10.00 62.50 45.00 7.50 25.00 800.00 4.05 35.55 35.14 08 Payaraman 76.19 68.75 16.22 2.70 10.81 13.51 72.97 8.11 94.59 1294.59 4.22 35.91 34.07 09 Tanjung Raja 81.82 80.00 3.13 0.00 6.25 31.25 65.63 12.50 81.25 570.31 3.38 34.34 37.00 10 Sungai Pinang 90.00 69.23 9.30 0.00 20.93 6.98 72.09 4.65 83.72 446.51 4.14 33.29 34.35 11 Rantau Panjang 79.17 60.00 8.82 2.94 8.82 20.59 76.47 0.00 64.71 592.65 2.76 34.75 34.38 12 Muara Kuang 71.43 42.86 28.57 2.86 5.71 22.86 68.57 0.00 85.71 622.86 4.60 35.03 33.40 13 Rambang Kuang 85.19 66.67 11.90 7.14 11.90 35.71 80.95 0.00 88.10 983.33 3.43 31.50 33.50 14 Lubuk Keliat 77.27 66.67 0.00 8.82 8.82 23.53 73.53 8.82 76.19 745.59 3.74 35.26 35.00 15 Rantau Alai 86.36 66.67 12.00 0.00 20.00 20.00 52.00 0.00 88.00 566.00 3.52 34.58 35.15 16 Kandis 81.25 47.37 23.53 1.96 11.76 7.84 66.67 1.96 94.12 512.75 4.55 33.56 35.71 Rata-Rata Kabupaten OI 83.33 67.33 10.47 3.71 9.08 21.88 69.96 6.08 76.99 663.05 3.83 33.30 34.54 Sumber : Hasil Survei Tahun 2010 Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010 1399
  • 38. ISBN 978-602-98295-0-1 PEMBAHASAN Angka Putus Sekolah, Angka Partisipasi Sekolah SD dan SMP Hasil analisis deskripsi pada Tabel 2, menunjukkan bahwa angka putus sekolah pendidikan dasar pada masyarakat miskin di Kabupaten OI sebesar 14,2 persen. Hal ini merupakan masalah yang masih perlu diperhatikan, karena angka ini masih relatif tinggi jika dibandingkan dengan target capaian MDGs untuk Tahun 2015 yaitu tuntas pendidikan dasar bagi semua (tidak ada lagi angka putus sekolah). Tabel 3, menunjukkan bahwa persentase kepala keluarga (KK) dengan tingkat pendidikan maksimum hanya sampai Tamat SD, sebesar 69,96%. Artinya bahwa tingkat pendidikan KK di Kabupaten OI, masih banyak yang sangat rendah. Tabel 3 juga menunjukkan rata-rata angka partisipasi sekolah tingkat SD (APM SD) dan APM SMP untuk masing-masing kecamatan. Rata-rata APM SD dari kelompok masyarakat miskin sebesar 83,33%. Angka ini masih relatif jauh dari capaian APM SD Kabupaten OI (Bappenas, 2007) yaitu 90,44%, Nasional 98%. APM SMP kelompok miskin sebesar 67,33% dibawah Kabupaten (71,2%), Provinsi (83,58%), dan Nasional (71,81%). Baik APM SD maupun APM SMP, keduanya, masih relatif jauh dari target capaian MDGs (100%) yang harus dicapai pada Tahun 2015. Berdasarkan angka putus sekolah dan partisipasi sekolah pendidikan dasar ini, maka pemecahan masalah putus sekolah perlu menjadi agenda dalam perencanaan pembangunan pendidikan di Kabupaten OI, terutama pada kelompok masyarakat miskin. Asosiasi Masing-Masing Variabel dengan Status Putus Sekolah Berdasarkan ukuran asosiasi masing-masing variabel bebas dengan status putus sekolah, dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa variabel yang koefisien asosiasinya paling besar dengan status putus sekolah anak, adalah Motivasi Anak (0,388) dan signifikan dengan p-value = 0,000. Artinya, terdapat hubungan yang signifikan tingkat motivasi anak dengan status putus sekolah pendidikan dasar, meskipun hubungannya tidak kuat (hanya 0,39). Diikuti asosiasi yang signifikan dari Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010 1400
  • 39. ISBN 978-602-98295-0-1 variabel-variabel lain, yaitu Tingkat Pendidikan Ayah, Pekerjaan Ibu, Jumlah Anak dalam Keluarga, dan Status Bantuan Pendidikan. Berdasarkan ukuran asosiasi dan pengujiannya pada Tabel 2, diperlukan program-program penyuluhan untuk meningkatkan motivasi anak atau orang tua terhadap pendidikan, khususnya bagi keluarga yang tergolong miskin. Hal ini dilakukan sebagai salah satu upaya untuk mengurangi angka putus sekolah dan meningkatkan partisipasi sekolah pendidikan dasar pada masyarakat miskin di Kabupaten OI. Pemetaan Masalah Putus Sekolah Pendidikan Dasar antar Kecamatan di Kabupaten Ogan Ilir Hasil pemetaan Analisis Biplot pada Gambar 1, untuk masalah putus sekolah pendidikan dasar antar wilayah kecamatan di Kabupaten OI, menunjukkan bahwa dari 16 kecamatan yang ada, terbentuk lima kelompok kecamatan yang memiliki ciri khas atau kemiripan antar kecamatan terhadap variabel yang diamati. Kelima kelompok kecamatan itu adalah: 1) Kelompok pertama, Kecamatan Pemulutan Selatan, Rambang Kuang, Lubuk Keliat, dan Pemulutan Barat. Angka Putus SMP dan persentase kepala keluarga yang maksimum berpendidikan SD, dari keempat kecamatan ini lebih banyak dibanding dengan kelompok kecamatan lain. 2) Kelompok kedua, Kecamatan Tanjung Batu dan Pemulutan. Kecamatan-kecamatan ini memiliki APM SD yang cenderung lebih tinggi dibandingkan kecamatan lainnya 3) Kelompok ketiga, Kecamatan Muara Kuang, Kandis dan Rantau Panjang. Kecamatan-kecamatan ini memiliki kemiripan dalam hal rendahnya APM SMP. 4) Kelompok keempat, Kecamatan Payaraman dan Inderalaya. Kecamatan-kecamatan ini memiliki kemiripan dalam hal APM SD yang rendah. 5) Kelompok kelima, Kecamatan Rantau Alai, Sungai Pinang, Tanjung Raja, Indralaya Selatan, dan Pemulutan. Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010 1401
  • 40. ISBN 978-602-98295-0-1 Kelompok kecamatan ini memiliki kemiripan dalam hal APM SMP yang tinggi dibandingkan dengan kecamatan lainnya. Keragaman variabel-variabel putus sekolah pendidikan dasar antar kecamatan, ditunjukkan oleh panjang pendeknya vektor untuk masing-masing variabel pada Gambar 1, misalnya, 1) Variabel Putus SMP dan variabel APM SMP memiliki panjang vektor terbesar. Artinya, bahwa angka putus sekolah SMP dan APM SMP antar kecamatan di Kabupaten OI, relatif lebih heterogen. 2) Tetapi, variabel APM SD memiliki panjang vektor terkecil, artinya nilai APM SD antar kecamatan di Kabupaten OI lebih homogen atau relatif lebih sama untuk setiap kecamatannya. Hubungan atau korelasi antar variabel dalam Gambar 1 diperlihatkan dengan besarnya sudut yang dibentuk antar dua vektor variabel yang diamati. Misalnya, 1) Variabel Putus SD dan APM SD membentuk sudut hampir 180o, berarti kedua variabel itu memiliki korelasi negatif yang cukup besar. Hal ini memberikan makna bahwa angka putus sekolah tingkat SD berhubungan negatif dengan APM SD, yaitu jika angka putus sekolah SD meningkat maka nilai APM SD akan turun, demikian sebaliknya. 2) Lain halnya dengan variabel Putus SD dan Putus SMP, kedua variabel ini berkorelasi lemah, karena terlihat dalam Gambar 1 sudut yang dibentuk kedua variabel itu lebih mendekati 90o. Hal ini mengindikasikan bahwa naik turunnya nilai salah satu variabel tidak berhubungan dengan naik turunnya nilai variabel lainnya. Berdasarkan hasil interpretasi dari Analisis Biplot di atas, dapat ditarik benang merah permasalahan putus sekolah pendidikan dasar pada kelompok masyarakat miskin, antar wilayah kecamatan di Kabupaten OI sebagai berikut. 1) Kecamatan Pemulutan Selatan, Rambang Kuang, Lubuk Keliat, dan Pemulutan Barat, memerlukan perhatian lebih, khususnya pada masalah tingginya angka putus sekolah SMP dan pendidikan kepala keluarga yang rendah, yang hanya sampai tamat SD. Dengan kata lian, kelompok Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010 1402
  • 41. ISBN 978-602-98295-0-1 kecamatan ini, masih memiliki penduduk miskin yang relatif lebih banyak dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lainnya. 2) Kecamatan Inderalaya dan Payaraman memerlukan upaya lebih untuk menurunkan angka putus sekolah SD sehingga akan meningkatkan APM SD, dimana masalah ini dapat berpengaruh pada meningkatnya angka kemiskinan di kecamatan-kecamatan tersebut. Dengan demikian, diharapkan pemerataan akses pendidikan akan dicapai untuk semua lapisan, baik yang kaya atau pun yang miskin, sehingga pengentasan kemiskinan melalui pembangunan pendidikan untuk mencapai kesejahteraan rakyat dapat terwujud. Khususnya pada masyarakat miskin di Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan. Selanjutnya, mengenai permasalahan putus sekolah pendidikan dasar di Kabupaten Ogan Ilir, dapat dilanjutkan dengan penelitian untuk dapat mengungkapkan struktur hubungan faktor-faktor yang berkaitan dengan risiko putus sekolah pendidikan dasar. Hal ini untuk mendapatkan faktor-faktor yang signifikan berasosiasi dengan risiko putus sekolah, mulai dari yang hubungannya paling kuat hingga yang paling lemah. Selain itu, untuk mengetahui besarnya peluang seorang anak dari keluarga miskin untuk putus sekolah, dapat dilakukan penelitian untuk membentuk model matematis berdasarkan faktor-faktor risiko yang signifikan terhadap kejadian putus sekolah. Model ini dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan untuk mengantisipasi seorang anak yang berisiko putus sekolah. DAFTAR PUSTAKA Asmalaizza, 2009, Pemerataan Akses Pendidikan Bagi Masyarakat Miskin dan Terpencil, http//www.asmalaizza.wordpress.com, diakses 26 Januari 2010. Bappenas, 2006, Pro-Poor Planning & Budgeting, http//p3b.bappenas.go.id/OI_ Score_Card.pdf, diakses 4 Februari 2010 Bappenas, 2007, Menjawab Tantangan Tujuan Pembangunan Millennium (MDGs) Pemerintah Daerah Kabupaten Ogan Ilir, Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010 1403
  • 42. ISBN 978-602-98295-0-1 http//p3b.bappenas.go.id/loknas_wonosobo/content/docs/materi/18- bappeda_ogan_ilir.pdf, diakses 4 Februari 2010 Cahyawati, D., 2007a, Karakteristik Anak Putus Sekolah Pendidikan Dasar (Kasus: Analisis Data Susenas Tahun 2000 Provinsi Sumatera Selatan), Jurnal Penelitian Sains, Fakultas MIPA Universitas Sriwijaya, Palembang. Cahyawati, D., 2007b, Pemodelan Masalah Risiko Putus Sekolah Pendidikan Dasar (Kasus: Analisis Data Susenas Tahun 2000 Provinsi Sumatera Selatan), Jurnal Ilmiah MIPA, Fakultas MIPA Universitas Lampung, Lampung. Ditjen Dikti, 2009, Panduan Pelaksanaan Hibah Penelitian Potensi Pendidikan Kabupaten/Kota Tahun Anggaran 2009, Ditjen Dikti Depdiknas, Jakarta. Hair, F.J. et all, 2006, Mulltivariate Data Analysis, 6th ed, Pearson Prentice Hall, New Jersey Suyatno, 2009, Pangan dan Gizi sebagai Indikator Kemiskinan, FKM Universitas Diponegoro, Semarang Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010 1404
  • 43. ISBN 978-602-98295-0-1 PERANAN BUMD DALAM ERA OTONOMI DAERAH Ilhamsyah Adenan Fak. Ekonomi Jurusan Manajemen Univ. PGRI Palembang ABSTRAK Kondisi perekonomian daerah berkaitan erat dengan kemampuan BUMD dalam melaksanakan fungsinya belum secara optimal untuk melaksanakan pelayanan sosial dan ekonomi atas dasar prinsip pelaku bisnis. Hal ini dipengarui oleh faktor internal dan eksternal yang menyertai keberadaan BUMD untuk melaksanakan perannya secara optimal. Faktor internal yang mempengarui secara umum adalah landasan hukum yang belum relevan, belum memiliki visi dan strategi bisnis, kuatnya campur tangan pemerintah daerah, kualitas SDM yang belum profesionaal, akses permodalan yang terbatas, kesulitan akuntabilitas keuangan serta kemampuan kemitraan dengan pelaku swasta yang sangat terbatas. Penguatan BUMD dilandasi oleh rencana strategis dalam bentuk “coorporate strategy” berdasarkan upaya pengembangan ekonomi daerah yang kondusif, memilki semanagat kewirausahaan (core business) dan keunggulan kompetitif (competitive advantage) PENDAHULUAN 1.Dasar pemikiran Dalam rangka pembaharuan dan penataan penyelenggara pemerintahan terjadi pergeseran paradigma otonomi daerah dari pemerintahan sentralisasi menuju pemerintahan desentralisasi dalam rangka mewujudkan “Good Govermence” dengan cara mengembangkan keseimbangan domain sektor publik (Public sector), kewirausahaan (private sector) dan masyarakat madani (civil society). Pergeseran tersebut pada dasarnya mengisyaratkan secara kompleks, luas dan strategisnya permasalahan otonomi daerah menuju kemandirian daerah dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Otonomi daerah dalam kontek hubungan yang serasi antara Pemerintahan Pusat dengan daerah dan antar daerah (harmonization) yang mengandung arti “sharing of power, distribution of income, democratization, fairnees and empowering” Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010 1405
  • 44. ISBN 978-602-98295-0-1 Otonomi daerah mengandung makna bahwa kewenangan dan keleluasaan daerah baik secara politik, ekonomi, yuridis, administrasi serta sosial budaya sesuai dengan potensi untuk memanfaatkan, menggali dan mengembangkan daerah secara optimal, sinergis dan internal melalui “regional or local development” yang berwawasan lingkungan . Otonomi daerah memberikan kewenangan kepada daerah otonom (Propinsi, Kabupaten dan Kota) untuk mengatur serta mengurus kepentingan masyarakat setempat (local society interest) menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundangan. Berdasarkan pendekatan konsepsional dalam membangun otonomi daerah minimal terdapat elemen utama yang bersifat integrative yaitu: kewenangan, kelembagaan pemerintah daerah, manajemen dan aparatur daerah, sumber keuangan, perwakilan rakyat daerah, wilayah, lingkungan masyarakat dan pelayanan umum. Kebijakan otonomi daerah berdasarkan UU No 22 dan No 25 tahun 1999 beserta peraturan pelaksanaannya, dipandang sebagai paradigma baru penyelenggaraan pemerintahan daerah yang bersifat desentralistik dengan prinsip demokrasi pemerataan dan keadilan, peran serta masyarakat, keanekaragaman potensi daerah menuju kesejahteraan masyarakat dalam wadah Negara Kesatuan RI (autonomy of integrity), kebijakan otonomi tersebut merupakan proses dimensional yang mengandung muatan kompleks serta membutuhkan pengembangan kapasitas daerah (Capacity building) baik dari aspek sistem perundangan, kinerja kelembagaan daerah dan kualitas SDM, maupun masyarakat secara konduksif atas dasar kearifan dan kemandirian lokal. Kebijakan strategis pengembangan otonomi daerah diarahkan pada pemberdayaan kelembagaan pemerintah daerah, aparatur pemerintahan daerah, DPRD dan masyarakat untuk menggali, memelihara dan mengembangkan potensi daerah. Sejalan dengan kebijakan pemulihan ekonomi, maka pembangunan ekonomi daerah untuk memanfaatkan dan mengembangkan potensi daerah secara optimal yang dilakukan oleh pelaku ekonomi berdasarkan prinsip ekonomi kerakyatan. Pemerintah daerah dalam pengembangan ekonomi daerahnya, mempunyai posisi strategis untuk mengembangkan Badan Usaha Milik Daerah. Tujuan pembentukkan Prosiding Seminar Nasional, 13-14 Desember 2010 1406