SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 9
Downloaden Sie, um offline zu lesen
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 3 TAHUN 2009 2009
TENTANG
PENGAWASAN PENGANGKUTAN BARANG TERTENTU
DALAM DAERAH PABEAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang

:

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 4A ayat (3)
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan, perlu menetapkan
Peraturan Pemerintah tentang Pengawasan Pengangkutan
Barang Tertentu Dalam Daerah Pabean;

Mengingat

:

1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang
Nomor
10
Tahun
1995
tentang
Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3612) sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang
Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2006 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4661);
MEMUTUSKAN:

Menetapkan :

PERATURAN
PEMERINTAH
TENTANG
PENGAWASAN
PENGANGKUTAN BARANG TERTENTU DALAM DAERAH
PABEAN.
Pasal 1 . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-2Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan :
1.

Undang-Undang adalah Undang-Undang Nomor 10 Tahun
1995 tentang Kepabeanan sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995
tentang Kepabeanan.

2.

Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang
meliputi wilayah darat, perairan, dan ruang udara di
atasnya, serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi
Eksklusif dan landas kontinen yang di dalamnya berlaku
Undang-Undang.

3.

Barang Tertentu adalah barang yang ditetapkan oleh
instansi
teknis
terkait
sebagai
barang
yang
pengangkutannya dalam Daerah Pabean dilakukan
pengawasan.

4.

Pengawasan Pengangkutan adalah pengawasan terhadap
pengangkutan Barang Tertentu yang diangkut melalui
laut dari satu tempat ke tempat lain dalam Daerah
Pabean.

5.

Sarana Pengangkut adalah kapal yang merupakan
kendaraan air dengan bentuk dan jenis apapun, yang
digerakkan dengan tenaga mekanik, tenaga angin, atau
ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya dukung
dinamis, serta alat apung dan bangunan terapung yang
tidak berpindah-pindah.

6.

Pengangkut adalah orang perseorangan atau badan
hukum, kuasanya, atau pihak yang bertanggung jawab
atas pengoperasian Sarana Pengangkut, yang melakukan
pengangkutan Barang Tertentu.

7.

Pemberitahuan Pabean adalah pernyataan yang dibuat
oleh orang perseorangan atau badan hukum dalam
rangka melaksanakan kewajiban pabean dalam bentuk
dan syarat yang ditetapkan dalam Undang-Undang.

8.

Menteri adalah Menteri Keuangan Republik Indonesia.

9.

Kantor Pabean adalah kantor dalam lingkungan
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai tempat dipenuhinya
kewajiban pabean sesuai dengan ketentuan UndangUndang.
Pasal 2 . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-3Pasal 2
(1)

Terhadap Barang Tertentu dilakukan
Pengangkutannya dalam Daerah Pabean.

Pengawasan

(2)

Barang Tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh instansi teknis terkait dan diberitahukan
kepada Menteri melalui menteri yang membidangi
perdagangan.

(3)

Dalam menetapkan barang tertentu sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), instansi teknis terkait
berkoordinasi
dengan
menteri
yang
membidangi
perdagangan.

(4)

Berdasarkan pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), Menteri memerintahkan Direktur Jenderal Bea
dan Cukai untuk melaksanakan pengawasan terhadap
pengangkutan Barang Tertentu.

(5)

Pengawasan
Pengangkutan
dilakukan
pada
saat
pemuatan dan pembongkaran dalam Daerah Pabean.

(6)

Dalam hal tertentu, pengawasan dapat dilakukan pada
saat pengangkutan di dalam Daerah Pabean.
Pasal 3

(1)

Pengangkutan Barang Tertentu dalam Daerah Pabean
yang dilakukan melalui laut, harus menggunakan Sarana
Pengangkut yang dioperasikan oleh perusahaan angkutan
laut nasional yang memiliki Surat Izin Usaha Perusahaan
Angkutan Laut atau memiliki Surat Izin Operasi
Perusahaan Angkutan Laut Khusus atau Pelayaran
Rakyat.

(2)

Sebelum melakukan pemuatan ke atas Sarana
Pengangkut, orang yang akan melakukan pengangkutan
Barang Tertentu harus memberitahukan kepada pejabat
bea dan cukai di Kantor Pabean pemuatan, dengan
menggunakan Pemberitahuan Pabean.

(3)

Pemberitahuan Pabean sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) harus dilampiri dengan dokumen yang dipersyaratkan
dari instansi teknis terkait.
Pasal 4

Pengangkutan Barang Tertentu oleh Sarana Pengangkut harus
disertai dengan Pemberitahuan Pabean
Pasal 5 . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-4Pasal 5
(1)

Sebelum Sarana Pengangkutnya tiba, Pengangkut yang
akan melakukan pembongkaran harus memberitahukan
rencana kedatangan Sarana Pengangkut ke Kantor
Pabean pembongkaran.

(2)

Sebelum melakukan pembongkaran, Pengangkut harus
menyerahkan Pemberitahuan Pabean.

(3)

Dalam keadaan darurat, Pengangkut dapat membongkar
Barang Tertentu di luar pelabuhan tujuan pembongkaran
terlebih dahulu.

(4)

Pengangkut sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib:
a. segera melaporkan keadaan darurat
Kantor Pabean terdekat; dan

tersebut

ke

b. menyerahkan Pemberitahuan Pabean
ke Kantor
Pabean terdekat dalam waktu paling lama 72 (tujuh
puluh dua) jam setelah pembongkaran.
Pasal 6
(1)

Terhadap
pabean.

Barang

Tertentu

dilakukan

pemeriksaan

(2)

Pemeriksaan pabean sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi penelitian dokumen dan pemeriksaan fisik.

(3)

Pemeriksaan fisik sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan dalam hal tertentu.

(4)

Pemeriksaan pabean sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dilakukan di tempat pemuatan, di atas Sarana
Pengangkut, dan/atau di tempat pembongkaran.
Pasal 7

Ketentuan lebih lanjut mengenai tatacara pelayanan dan
pengawasan terhadap pengangkutan Barang Tertentu diatur
dengan Peraturan Menteri.
Pasal 8
Peraturan Pemerintah
diundangkan.

ini

mulai

berlaku

pada

tanggal
Agar . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-5Agar
setiap
orang
mengetahuinya,
memerintahkan
pengundangan
Peraturan
Pemerintah
ini
dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 16 Januari 2009
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 16 Januari 2009
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
ANDI MATTALATTA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2009 NOMOR 16

Salinan sesuai dengan aslinya
SEKRETARIAT NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Kepala Biro Peraturan Perundang-undangan
Bidang Perekonomian dan Industri,

SETIO SAPTO NUGROHO
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 3 TAHUN 2009 2009
TENTANG
PENGAWASAN PENGANGKUTAN BARANG TERTENTU
DALAM DAERAH PABEAN
I. UMUM
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang
Kepabeanan menyebutkan bahwa kewenangan Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai adalah melakukan pengawasan atas lalu lintas barang yang masuk
atau keluar Daerah Pabean. Namun mengingat letak geografis Indonesia
sebagai negara kepulauan yang lautnya berbatasan langsung dengan negara
tetangga, sering terjadi penyelundupan terhadap barang-barang yang
mendapat subsidi, atau barang-barang yang dibatasi/dilarang ekspornya,
yang dilakukan pengangkutan antar pulau.
Untuk menghindari hal tersebut maka Undang-Undang Nomor 10 Tahun
1995 tentang Kepabeanan sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan memberikan kewenangan
kepada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk melakukan pengawasan
terhadap pengangkutan Barang Tertentu yang diangkut melalui laut.
Kewenangan ini diberikan kepada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
sepanjang ada permintaan dari instansi teknis terkait untuk melakukan
pengawasan terhadap pengangkutan Barang Tertentu oleh Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2) …
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-2Ayat (2)
Dalam hal kementerian atau lembaga pemerintah non departemen
yang berwenang melakukan pengaturan terhadap suatu barang
merasa perlu dilakukan Pengawasan Pengangkutan barang
tersebut di dalam Daerah Pabean yang dilakukan melalui laut,
maka kementerian atau lembaga pemerintah non departemen
tersebut menyampaikan rincian jenis barang yang telah ditetapkan
untuk diawasi dan ketentuan atau dasar hukum yang melandasi
pengawasan barang tersebut kepada menteri yang membidangi
perdagangan. Berdasarkan usulan tersebut menteri yang
membidangi perdagangan harus menyampaikannya kepada
Menteri Keuangan.
Ayat (3)
Koordinasi antara instansi teknis terkait dengan menteri yang
membidangi perdagangan dapat dilakukan melalui pertemuan atau
melalui surat-menyurat.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Yang dimaksud dengan “dalam hal tertentu” antara lain adanya
informasi intelijen mengenai adanya dugaan pelanggaran dalam
pengangkutan Barang Tertentu.
Pasal 3
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “orang” adalah orang perseorangan atau
badan hukum.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 4
Pemberitahuan Pabean atas keberangkatan Barang Tertentu harus
dibawa dalam pengangkutan dan menjadi dokumen pelindung atas
pengangkutan Barang Tertentu tersebut.
Pasal 5
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2) . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-3Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “sebelum melakukan pembongkaran”
adalah Sarana Pengangkut telah tiba di pelabuhan pembongkaran
yang berada di bawah pengawasan Kantor Pabean dan akan
dilakukan
pembongkaran
Barang
Tertentu
dari
Sarana
Pengangkut.
Ayat (3)
Pada dasarnya Barang Tertentu hanya dapat dibongkar di
pelabuhan tujuan setelah diajukan Pemberitahuan Pabean Barang
Tertentu. Akan tetapi, jika Sarana Pengangkut mengalami keadaan
darurat seperti mengalami kebakaran, kerusakan mesin yang tidak
dapat diperbaiki, terjebak dalam cuaca buruk, atau hal lain yang
terjadi diluar kemampuan manusia, dapat diadakan pengecualian
dengan
melakukan
pembongkaran
tanpa
menyampaikan
Pemberitahuan Pabean Barang Tertentu terlebih dahulu.
Ayat (4)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “Kantor Pabean terdekat” adalah
Kantor Pabean yang paling mudah dicapai.
Melaporkan keadaan darurat sebagaimana dimaksud dalam
ketentuan ini dapat dilakukan dengan menggunakan radio
panggil, telepon, atau faksimile.
Huruf b
Cukup jelas.
Pasal 6
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “dalam hal tertentu” antara lain terdapat
indikasi atau bukti permulaan yang cukup tentang adanya
pelanggaran terhadap jumlah, jenis atau persyaratan teknis
lainnya.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 7 . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-4Pasal 7
Cukup jelas.

Pasal 8
Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4971

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt? (6)

Pentadbiran harta pusaka
Pentadbiran harta pusakaPentadbiran harta pusaka
Pentadbiran harta pusaka
 
PP no 31_2013 keimigrasian
PP no 31_2013 keimigrasianPP no 31_2013 keimigrasian
PP no 31_2013 keimigrasian
 
Tata laksana kepabeanan import
Tata laksana kepabeanan importTata laksana kepabeanan import
Tata laksana kepabeanan import
 
Uu 03 1951
Uu 03 1951Uu 03 1951
Uu 03 1951
 
24 04 17_slide minggu 10 - syi34102
24 04 17_slide minggu 10 - syi3410224 04 17_slide minggu 10 - syi34102
24 04 17_slide minggu 10 - syi34102
 
Pp No.51 thn 2002 ttg Perkapalan
Pp No.51 thn 2002 ttg PerkapalanPp No.51 thn 2002 ttg Perkapalan
Pp No.51 thn 2002 ttg Perkapalan
 

Andere mochten auch

UU No 51 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 5 Tahun 1986 Te...
UU No 51 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 5 Tahun 1986 Te...UU No 51 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 5 Tahun 1986 Te...
UU No 51 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 5 Tahun 1986 Te...
Hendie Cahya Maladewa
 
UU No 49 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 2 Tahun 1986 Te...
UU No 49 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 2 Tahun 1986 Te...UU No 49 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 2 Tahun 1986 Te...
UU No 49 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 2 Tahun 1986 Te...
Hendie Cahya Maladewa
 
UU No 50 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 7 Tahun 1989 Te...
UU No 50 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 7 Tahun 1989 Te...UU No 50 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 7 Tahun 1989 Te...
UU No 50 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 7 Tahun 1989 Te...
Hendie Cahya Maladewa
 
kepemimpinan dan efektifitas kekuasaan
kepemimpinan dan efektifitas kekuasaankepemimpinan dan efektifitas kekuasaan
kepemimpinan dan efektifitas kekuasaan
Hendie Cahya Maladewa
 
PP No 2 Tahun 2009 (Perlakuan Kepabeanan, Perpajakan, Dan Cukai Serta Pengawa...
PP No 2 Tahun 2009 (Perlakuan Kepabeanan, Perpajakan, Dan Cukai Serta Pengawa...PP No 2 Tahun 2009 (Perlakuan Kepabeanan, Perpajakan, Dan Cukai Serta Pengawa...
PP No 2 Tahun 2009 (Perlakuan Kepabeanan, Perpajakan, Dan Cukai Serta Pengawa...
Hendie Cahya Maladewa
 
Mengelola kegiatan memproduksi barang dan jasa
Mengelola kegiatan memproduksi barang dan jasaMengelola kegiatan memproduksi barang dan jasa
Mengelola kegiatan memproduksi barang dan jasa
Hendie Cahya Maladewa
 
Bentuk badan usaha dan Perkembangannya
Bentuk  badan  usaha dan PerkembangannyaBentuk  badan  usaha dan Perkembangannya
Bentuk badan usaha dan Perkembangannya
Hendie Cahya Maladewa
 
kepemimpinan dan efektifitas kekuasaan
kepemimpinan dan efektifitas kekuasaankepemimpinan dan efektifitas kekuasaan
kepemimpinan dan efektifitas kekuasaan
Hendie Cahya Maladewa
 
UU No 3 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 14 Tahun 1985 Te...
UU No 3 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 14 Tahun 1985 Te...UU No 3 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 14 Tahun 1985 Te...
UU No 3 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 14 Tahun 1985 Te...
Hendie Cahya Maladewa
 
Analisis laporan keuangan (Bentuk Laporan Keuangan)
Analisis laporan keuangan (Bentuk Laporan Keuangan)Analisis laporan keuangan (Bentuk Laporan Keuangan)
Analisis laporan keuangan (Bentuk Laporan Keuangan)
Hendie Cahya Maladewa
 

Andere mochten auch (18)

Alk analisi rasio
Alk analisi rasioAlk analisi rasio
Alk analisi rasio
 
Alk analisis pembanding lk
Alk analisis pembanding lkAlk analisis pembanding lk
Alk analisis pembanding lk
 
UU No 51 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 5 Tahun 1986 Te...
UU No 51 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 5 Tahun 1986 Te...UU No 51 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 5 Tahun 1986 Te...
UU No 51 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 5 Tahun 1986 Te...
 
UU No 49 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 2 Tahun 1986 Te...
UU No 49 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 2 Tahun 1986 Te...UU No 49 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 2 Tahun 1986 Te...
UU No 49 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 2 Tahun 1986 Te...
 
UU No 50 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 7 Tahun 1989 Te...
UU No 50 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 7 Tahun 1989 Te...UU No 50 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 7 Tahun 1989 Te...
UU No 50 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 7 Tahun 1989 Te...
 
Diksi
DiksiDiksi
Diksi
 
kepemimpinan dan efektifitas kekuasaan
kepemimpinan dan efektifitas kekuasaankepemimpinan dan efektifitas kekuasaan
kepemimpinan dan efektifitas kekuasaan
 
PP No 2 Tahun 2009 (Perlakuan Kepabeanan, Perpajakan, Dan Cukai Serta Pengawa...
PP No 2 Tahun 2009 (Perlakuan Kepabeanan, Perpajakan, Dan Cukai Serta Pengawa...PP No 2 Tahun 2009 (Perlakuan Kepabeanan, Perpajakan, Dan Cukai Serta Pengawa...
PP No 2 Tahun 2009 (Perlakuan Kepabeanan, Perpajakan, Dan Cukai Serta Pengawa...
 
Alk analisis pembanding lk
Alk analisis pembanding lkAlk analisis pembanding lk
Alk analisis pembanding lk
 
Mengelola kegiatan memproduksi barang dan jasa
Mengelola kegiatan memproduksi barang dan jasaMengelola kegiatan memproduksi barang dan jasa
Mengelola kegiatan memproduksi barang dan jasa
 
Bentuk badan usaha dan Perkembangannya
Bentuk  badan  usaha dan PerkembangannyaBentuk  badan  usaha dan Perkembangannya
Bentuk badan usaha dan Perkembangannya
 
kepemimpinan dan efektifitas kekuasaan
kepemimpinan dan efektifitas kekuasaankepemimpinan dan efektifitas kekuasaan
kepemimpinan dan efektifitas kekuasaan
 
Ciri dunia bisnis dan lingkungannya
Ciri dunia bisnis dan lingkungannyaCiri dunia bisnis dan lingkungannya
Ciri dunia bisnis dan lingkungannya
 
Analisis laporan keuangan
Analisis laporan keuanganAnalisis laporan keuangan
Analisis laporan keuangan
 
UU No 3 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 14 Tahun 1985 Te...
UU No 3 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 14 Tahun 1985 Te...UU No 3 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 14 Tahun 1985 Te...
UU No 3 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 14 Tahun 1985 Te...
 
Peranan dan kegiatan pemasaran
Peranan dan kegiatan pemasaranPeranan dan kegiatan pemasaran
Peranan dan kegiatan pemasaran
 
Peranan dan fungsi manajemen
Peranan dan fungsi manajemenPeranan dan fungsi manajemen
Peranan dan fungsi manajemen
 
Analisis laporan keuangan (Bentuk Laporan Keuangan)
Analisis laporan keuangan (Bentuk Laporan Keuangan)Analisis laporan keuangan (Bentuk Laporan Keuangan)
Analisis laporan keuangan (Bentuk Laporan Keuangan)
 

Ähnlich wie PP No 3 Tahun 2009 (Pengawasan Pengangkutan Barang Tertentu Dalam Daerah Pabean)

PP 22 TAHUN 2022 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN AWAK KAPAL NIAGA PEKERJA...
PP 22 TAHUN 2022 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN AWAK KAPAL NIAGA PEKERJA...PP 22 TAHUN 2022 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN AWAK KAPAL NIAGA PEKERJA...
PP 22 TAHUN 2022 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN AWAK KAPAL NIAGA PEKERJA...
BsiboroPapuaBarat51
 
Prosedur pelaksanaan ekspor impor
Prosedur pelaksanaan ekspor imporProsedur pelaksanaan ekspor impor
Prosedur pelaksanaan ekspor impor
Ierwhan Nurdiyanto
 
Uud perikanan tangkap
Uud perikanan tangkapUud perikanan tangkap
Uud perikanan tangkap
Romi Andrian
 

Ähnlich wie PP No 3 Tahun 2009 (Pengawasan Pengangkutan Barang Tertentu Dalam Daerah Pabean) (19)

Undang undang bea cukai
Undang undang bea cukaiUndang undang bea cukai
Undang undang bea cukai
 
PMK RI No 185 Tentang Pemeriksaan Pabean di Bidang Impor.pdf
PMK RI No 185 Tentang Pemeriksaan Pabean di Bidang Impor.pdfPMK RI No 185 Tentang Pemeriksaan Pabean di Bidang Impor.pdf
PMK RI No 185 Tentang Pemeriksaan Pabean di Bidang Impor.pdf
 
Uu 32 1964
Uu 32 1964Uu 32 1964
Uu 32 1964
 
Pp 10 2012 kawasan bebas
Pp 10 2012 kawasan bebasPp 10 2012 kawasan bebas
Pp 10 2012 kawasan bebas
 
Uu 11 1965
Uu 11 1965Uu 11 1965
Uu 11 1965
 
Uu 01 1952
Uu 01 1952Uu 01 1952
Uu 01 1952
 
Salinan PP Nomor 105 Tahun 2021
Salinan PP Nomor 105 Tahun 2021Salinan PP Nomor 105 Tahun 2021
Salinan PP Nomor 105 Tahun 2021
 
PMK Nomor 128/PMK.011/2010
PMK Nomor 128/PMK.011/2010PMK Nomor 128/PMK.011/2010
PMK Nomor 128/PMK.011/2010
 
PP 22 TAHUN 2022 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN AWAK KAPAL NIAGA PEKERJA...
PP 22 TAHUN 2022 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN AWAK KAPAL NIAGA PEKERJA...PP 22 TAHUN 2022 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN AWAK KAPAL NIAGA PEKERJA...
PP 22 TAHUN 2022 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN AWAK KAPAL NIAGA PEKERJA...
 
Uu 01 1953
Uu 01 1953Uu 01 1953
Uu 01 1953
 
Uu 04 1959
Uu 04 1959Uu 04 1959
Uu 04 1959
 
Prosedur pelaksanaan ekspor impor
Prosedur pelaksanaan ekspor imporProsedur pelaksanaan ekspor impor
Prosedur pelaksanaan ekspor impor
 
PMK Nomor 144/PMK.011/2010
PMK Nomor 144/PMK.011/2010PMK Nomor 144/PMK.011/2010
PMK Nomor 144/PMK.011/2010
 
TLI_Tayang_Lengkap.pdf
TLI_Tayang_Lengkap.pdfTLI_Tayang_Lengkap.pdf
TLI_Tayang_Lengkap.pdf
 
Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi...
Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi...Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi...
Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi...
 
Uud perikanan tangkap
Uud perikanan tangkapUud perikanan tangkap
Uud perikanan tangkap
 
Salinan Peraturan Menteri Hukum dan HAM no. 34 tahun 2021
Salinan Peraturan Menteri Hukum dan HAM no. 34 tahun 2021Salinan Peraturan Menteri Hukum dan HAM no. 34 tahun 2021
Salinan Peraturan Menteri Hukum dan HAM no. 34 tahun 2021
 
194~pmk.04~2016 per
194~pmk.04~2016 per194~pmk.04~2016 per
194~pmk.04~2016 per
 
PER: 12/PJ/2016 :: Tata Cara Pengadministrasian Laporan Gateway Dalam Rangka ...
PER: 12/PJ/2016 :: Tata Cara Pengadministrasian Laporan Gateway Dalam Rangka ...PER: 12/PJ/2016 :: Tata Cara Pengadministrasian Laporan Gateway Dalam Rangka ...
PER: 12/PJ/2016 :: Tata Cara Pengadministrasian Laporan Gateway Dalam Rangka ...
 

Mehr von Hendie Cahya Maladewa

Keppres No 3 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Keputusan Presiden Nomor 84 Tah...
Keppres No 3 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Keputusan Presiden Nomor 84 Tah...Keppres No 3 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Keputusan Presiden Nomor 84 Tah...
Keppres No 3 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Keputusan Presiden Nomor 84 Tah...
Hendie Cahya Maladewa
 
UU No 2 Tahun 2009 (Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia)
UU No 2 Tahun 2009 (Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia)UU No 2 Tahun 2009 (Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia)
UU No 2 Tahun 2009 (Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia)
Hendie Cahya Maladewa
 
Akuntansi Keuangan Lanjutan II "Laporan Keuangan Konsolidasi"
Akuntansi Keuangan Lanjutan II "Laporan Keuangan Konsolidasi"Akuntansi Keuangan Lanjutan II "Laporan Keuangan Konsolidasi"
Akuntansi Keuangan Lanjutan II "Laporan Keuangan Konsolidasi"
Hendie Cahya Maladewa
 
Lingkungan yang mempengaruhi dunia usaha
Lingkungan yang mempengaruhi dunia usahaLingkungan yang mempengaruhi dunia usaha
Lingkungan yang mempengaruhi dunia usaha
Hendie Cahya Maladewa
 

Mehr von Hendie Cahya Maladewa (12)

Akl 2 metode harga perolehan
Akl 2 metode harga perolehanAkl 2 metode harga perolehan
Akl 2 metode harga perolehan
 
Keppres No 3 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Keputusan Presiden Nomor 84 Tah...
Keppres No 3 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Keputusan Presiden Nomor 84 Tah...Keppres No 3 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Keputusan Presiden Nomor 84 Tah...
Keppres No 3 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Keputusan Presiden Nomor 84 Tah...
 
UU No 2 Tahun 2009 (Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia)
UU No 2 Tahun 2009 (Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia)UU No 2 Tahun 2009 (Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia)
UU No 2 Tahun 2009 (Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia)
 
Akuntansi Keuangan Lanjutan II "Laporan Keuangan Konsolidasi"
Akuntansi Keuangan Lanjutan II "Laporan Keuangan Konsolidasi"Akuntansi Keuangan Lanjutan II "Laporan Keuangan Konsolidasi"
Akuntansi Keuangan Lanjutan II "Laporan Keuangan Konsolidasi"
 
Persekutuan Komanditer
Persekutuan KomanditerPersekutuan Komanditer
Persekutuan Komanditer
 
Akuntansi perusahaan dan fungsinya
Akuntansi perusahaan dan fungsinyaAkuntansi perusahaan dan fungsinya
Akuntansi perusahaan dan fungsinya
 
Mengelola sumber daya manusia (sdm)
Mengelola sumber daya manusia (sdm)Mengelola sumber daya manusia (sdm)
Mengelola sumber daya manusia (sdm)
 
Mengorganisasi perusahaan
Mengorganisasi perusahaanMengorganisasi perusahaan
Mengorganisasi perusahaan
 
Lingkungan yang mempengaruhi dunia usaha
Lingkungan yang mempengaruhi dunia usahaLingkungan yang mempengaruhi dunia usaha
Lingkungan yang mempengaruhi dunia usaha
 
pengendalian
pengendalianpengendalian
pengendalian
 
manajemen sumber daya manusia
manajemen sumber daya manusiamanajemen sumber daya manusia
manajemen sumber daya manusia
 
kepemimpinan leadership
kepemimpinan leadershipkepemimpinan leadership
kepemimpinan leadership
 

Kürzlich hochgeladen

SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptSEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
AlfandoWibowo2
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
nabilafarahdiba95
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
dpp11tya
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
JuliBriana2
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
NurindahSetyawati1
 

Kürzlich hochgeladen (20)

CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.pptLingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
 
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptSEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptStoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 

PP No 3 Tahun 2009 (Pengawasan Pengangkutan Barang Tertentu Dalam Daerah Pabean)

  • 1. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 2009 TENTANG PENGAWASAN PENGANGKUTAN BARANG TERTENTU DALAM DAERAH PABEAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 4A ayat (3) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Pengawasan Pengangkutan Barang Tertentu Dalam Daerah Pabean; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3612) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4661); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENGAWASAN PENGANGKUTAN BARANG TERTENTU DALAM DAERAH PABEAN. Pasal 1 . . .
  • 2. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA -2Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan : 1. Undang-Undang adalah Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan. 2. Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan, dan ruang udara di atasnya, serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan landas kontinen yang di dalamnya berlaku Undang-Undang. 3. Barang Tertentu adalah barang yang ditetapkan oleh instansi teknis terkait sebagai barang yang pengangkutannya dalam Daerah Pabean dilakukan pengawasan. 4. Pengawasan Pengangkutan adalah pengawasan terhadap pengangkutan Barang Tertentu yang diangkut melalui laut dari satu tempat ke tempat lain dalam Daerah Pabean. 5. Sarana Pengangkut adalah kapal yang merupakan kendaraan air dengan bentuk dan jenis apapun, yang digerakkan dengan tenaga mekanik, tenaga angin, atau ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya dukung dinamis, serta alat apung dan bangunan terapung yang tidak berpindah-pindah. 6. Pengangkut adalah orang perseorangan atau badan hukum, kuasanya, atau pihak yang bertanggung jawab atas pengoperasian Sarana Pengangkut, yang melakukan pengangkutan Barang Tertentu. 7. Pemberitahuan Pabean adalah pernyataan yang dibuat oleh orang perseorangan atau badan hukum dalam rangka melaksanakan kewajiban pabean dalam bentuk dan syarat yang ditetapkan dalam Undang-Undang. 8. Menteri adalah Menteri Keuangan Republik Indonesia. 9. Kantor Pabean adalah kantor dalam lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai tempat dipenuhinya kewajiban pabean sesuai dengan ketentuan UndangUndang. Pasal 2 . . .
  • 3. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA -3Pasal 2 (1) Terhadap Barang Tertentu dilakukan Pengangkutannya dalam Daerah Pabean. Pengawasan (2) Barang Tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh instansi teknis terkait dan diberitahukan kepada Menteri melalui menteri yang membidangi perdagangan. (3) Dalam menetapkan barang tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (2), instansi teknis terkait berkoordinasi dengan menteri yang membidangi perdagangan. (4) Berdasarkan pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Menteri memerintahkan Direktur Jenderal Bea dan Cukai untuk melaksanakan pengawasan terhadap pengangkutan Barang Tertentu. (5) Pengawasan Pengangkutan dilakukan pada saat pemuatan dan pembongkaran dalam Daerah Pabean. (6) Dalam hal tertentu, pengawasan dapat dilakukan pada saat pengangkutan di dalam Daerah Pabean. Pasal 3 (1) Pengangkutan Barang Tertentu dalam Daerah Pabean yang dilakukan melalui laut, harus menggunakan Sarana Pengangkut yang dioperasikan oleh perusahaan angkutan laut nasional yang memiliki Surat Izin Usaha Perusahaan Angkutan Laut atau memiliki Surat Izin Operasi Perusahaan Angkutan Laut Khusus atau Pelayaran Rakyat. (2) Sebelum melakukan pemuatan ke atas Sarana Pengangkut, orang yang akan melakukan pengangkutan Barang Tertentu harus memberitahukan kepada pejabat bea dan cukai di Kantor Pabean pemuatan, dengan menggunakan Pemberitahuan Pabean. (3) Pemberitahuan Pabean sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dilampiri dengan dokumen yang dipersyaratkan dari instansi teknis terkait. Pasal 4 Pengangkutan Barang Tertentu oleh Sarana Pengangkut harus disertai dengan Pemberitahuan Pabean Pasal 5 . . .
  • 4. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA -4Pasal 5 (1) Sebelum Sarana Pengangkutnya tiba, Pengangkut yang akan melakukan pembongkaran harus memberitahukan rencana kedatangan Sarana Pengangkut ke Kantor Pabean pembongkaran. (2) Sebelum melakukan pembongkaran, Pengangkut harus menyerahkan Pemberitahuan Pabean. (3) Dalam keadaan darurat, Pengangkut dapat membongkar Barang Tertentu di luar pelabuhan tujuan pembongkaran terlebih dahulu. (4) Pengangkut sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib: a. segera melaporkan keadaan darurat Kantor Pabean terdekat; dan tersebut ke b. menyerahkan Pemberitahuan Pabean ke Kantor Pabean terdekat dalam waktu paling lama 72 (tujuh puluh dua) jam setelah pembongkaran. Pasal 6 (1) Terhadap pabean. Barang Tertentu dilakukan pemeriksaan (2) Pemeriksaan pabean sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi penelitian dokumen dan pemeriksaan fisik. (3) Pemeriksaan fisik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dalam hal tertentu. (4) Pemeriksaan pabean sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan di tempat pemuatan, di atas Sarana Pengangkut, dan/atau di tempat pembongkaran. Pasal 7 Ketentuan lebih lanjut mengenai tatacara pelayanan dan pengawasan terhadap pengangkutan Barang Tertentu diatur dengan Peraturan Menteri. Pasal 8 Peraturan Pemerintah diundangkan. ini mulai berlaku pada tanggal Agar . . .
  • 5. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA -5Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 16 Januari 2009 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO Diundangkan di Jakarta pada tanggal 16 Januari 2009 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd ANDI MATTALATTA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2009 NOMOR 16 Salinan sesuai dengan aslinya SEKRETARIAT NEGARA REPUBLIK INDONESIA Kepala Biro Peraturan Perundang-undangan Bidang Perekonomian dan Industri, SETIO SAPTO NUGROHO
  • 6. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 2009 TENTANG PENGAWASAN PENGANGKUTAN BARANG TERTENTU DALAM DAERAH PABEAN I. UMUM Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan menyebutkan bahwa kewenangan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai adalah melakukan pengawasan atas lalu lintas barang yang masuk atau keluar Daerah Pabean. Namun mengingat letak geografis Indonesia sebagai negara kepulauan yang lautnya berbatasan langsung dengan negara tetangga, sering terjadi penyelundupan terhadap barang-barang yang mendapat subsidi, atau barang-barang yang dibatasi/dilarang ekspornya, yang dilakukan pengangkutan antar pulau. Untuk menghindari hal tersebut maka Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan memberikan kewenangan kepada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk melakukan pengawasan terhadap pengangkutan Barang Tertentu yang diangkut melalui laut. Kewenangan ini diberikan kepada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sepanjang ada permintaan dari instansi teknis terkait untuk melakukan pengawasan terhadap pengangkutan Barang Tertentu oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) …
  • 7. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA -2Ayat (2) Dalam hal kementerian atau lembaga pemerintah non departemen yang berwenang melakukan pengaturan terhadap suatu barang merasa perlu dilakukan Pengawasan Pengangkutan barang tersebut di dalam Daerah Pabean yang dilakukan melalui laut, maka kementerian atau lembaga pemerintah non departemen tersebut menyampaikan rincian jenis barang yang telah ditetapkan untuk diawasi dan ketentuan atau dasar hukum yang melandasi pengawasan barang tersebut kepada menteri yang membidangi perdagangan. Berdasarkan usulan tersebut menteri yang membidangi perdagangan harus menyampaikannya kepada Menteri Keuangan. Ayat (3) Koordinasi antara instansi teknis terkait dengan menteri yang membidangi perdagangan dapat dilakukan melalui pertemuan atau melalui surat-menyurat. Ayat (4) Cukup jelas. Ayat (5) Cukup jelas. Ayat (6) Yang dimaksud dengan “dalam hal tertentu” antara lain adanya informasi intelijen mengenai adanya dugaan pelanggaran dalam pengangkutan Barang Tertentu. Pasal 3 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Yang dimaksud dengan “orang” adalah orang perseorangan atau badan hukum. Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 4 Pemberitahuan Pabean atas keberangkatan Barang Tertentu harus dibawa dalam pengangkutan dan menjadi dokumen pelindung atas pengangkutan Barang Tertentu tersebut. Pasal 5 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) . . .
  • 8. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA -3Ayat (2) Yang dimaksud dengan “sebelum melakukan pembongkaran” adalah Sarana Pengangkut telah tiba di pelabuhan pembongkaran yang berada di bawah pengawasan Kantor Pabean dan akan dilakukan pembongkaran Barang Tertentu dari Sarana Pengangkut. Ayat (3) Pada dasarnya Barang Tertentu hanya dapat dibongkar di pelabuhan tujuan setelah diajukan Pemberitahuan Pabean Barang Tertentu. Akan tetapi, jika Sarana Pengangkut mengalami keadaan darurat seperti mengalami kebakaran, kerusakan mesin yang tidak dapat diperbaiki, terjebak dalam cuaca buruk, atau hal lain yang terjadi diluar kemampuan manusia, dapat diadakan pengecualian dengan melakukan pembongkaran tanpa menyampaikan Pemberitahuan Pabean Barang Tertentu terlebih dahulu. Ayat (4) Huruf a Yang dimaksud dengan “Kantor Pabean terdekat” adalah Kantor Pabean yang paling mudah dicapai. Melaporkan keadaan darurat sebagaimana dimaksud dalam ketentuan ini dapat dilakukan dengan menggunakan radio panggil, telepon, atau faksimile. Huruf b Cukup jelas. Pasal 6 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Yang dimaksud dengan “dalam hal tertentu” antara lain terdapat indikasi atau bukti permulaan yang cukup tentang adanya pelanggaran terhadap jumlah, jenis atau persyaratan teknis lainnya. Ayat (4) Cukup jelas. Pasal 7 . . .
  • 9. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA -4Pasal 7 Cukup jelas. Pasal 8 Cukup jelas. TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4971