2. • Terkadang seoran muslim teperdaya oleh ajakan
jiwanya yang tercela, sehingga dengan sadar atau
tidak sadar dia telah keluar dari rel syar'i.
• Bagaimanakah hakikat hasrat yang tercela
tersebut? Sudahkah kita menyadari dan mawas
diri terhadapnya? Temuilah jawabannya dalam
pembahasan berikut ini.
3. • Sesungguhnya mendidik jiwa dan membersihkannya adalah perkara
penting yg banyak dilalaikan oleh manusia. Hingga orang2 baik yg telah
menempuh jalan hidayah, jalan dakwah, dan kebaikan pun banyak
melalaikannya karena emosi dan hasrat jiwa terkadang mengalahkan ilmu
yg telah dimiliki. Kalau sudah begitu maka perasaan, hasrat, dan keinginan
yg jelek terkadang dituruti tanpa terasa. Tentunya hal ini tidak boleh
terjadi bagi yang telah menimba ilmu dan juga bagi orang awam
semuanya. Agar perasaan riya', ingin tenar, dan seabrek hasrat tercela
lainnya tidak menjadi bumerang dan petaka bagi pelakunya.
• Imam Ibnul Qayyim mengatakan, "Amalan2 hati adalah pokok dari semua
perkara, sedangkan amalan anggota badan adalah sebagai pengikut,
pelengkap, dan penyempurnanya. Niat dalam hati ibarat roh dlm jasad,
sedangkan amal perbuatan ibarat jasadnya. Apabila roh berpisah dari
jasad maka akan membawa kepada kematian.Demikian pula amal
perbuatan jika tidak diiringi dg niat maka amalannya sia2 belaka. Oleh
karena itu, mengetahui hukum2 hati lebih utama daripada mengetahui
hukum2 anggota badan, karena hati adalah asasnya, sedangkan anggota
badan adalah cabang darinya."
4. • Untuk menepis hasrat jiwa yang jelek dan tercela harus dengan upaya dan usaha
yang ekstra kuat. Yaitu dengan cara menanamkan niat ikhlas yang kokoh dalam diri.
Ikhlas perkaranya tidak samar bagi kita, namun praktiknya begitu sulit bahkan tanpa
sadar kita sendiri malah terjatuh dalam perkara yg merusak keikhlasan seperti riya'.
Padahal ikhlas merupakan hakikat agama Islam, inti peribadatan seorang hamba,
syarat diterimanya amal, dan dakwahnya para rasul. Allah menegaskan hal ini dalam
firman-Nya:
• Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka
mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang
lurus. (QS. al-Bayyinah [98]: 5)
• Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu
yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS. al-Mulk
[67]: 2)
• Siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya beliau mengatakan, "Maksudnya ialah
yang paling ikhlas dan paling benar." Kemudian ditanyakan kepadanya apa yang
dimaksud paling ikhlas dan paling benar, beliau menjawab, "Sesungguhnya amalan
apabila ikhlas tetapi tidak benar maka tidak diterima, demikian pula apabila benar
tetapi tidak ikhlas maka tidak diterima pula, sampai amalan tersebut ikhlas dan
benar. Orang yang ikhlas adalah yang beramal semata-mata karena Allah SWT.
5. • Pertama: Senang kepada pujian dan sanjungan dari manusia.
• Kedua: Lari dari celaan dan cemoohan.
• Ketiga: Tamak terhadap apa yang ada di tangan manusia berupa harta,
kedudukan, dan lain-lain
• Penyakit ini sangat berbahaya bagi seorang manusia, bahkan bisa menjadi
sebab su'ul khatimah jika keadaannya terus demikian, karena lahirnya
berbeda dg apa yg ada di dlm batinnya; kita berlindung kepada Allah SWT
darinya.
• "Sesungguhnya perkara ikhlas merupakan amalan hati yang paling penting
dan termasuk dalam keimanan. Ikhlas sangat tinggi kedudukannya, bahkan
amalan hati secara umum lebih penting dan lebih besar perkaranya
daripada amalan anggota badan. Hendaknya seorang muslim tidak tertipu
bahwasanya amalan ketaatan tanpa diiringi rasa ikhlas dan niat yang jujur
kepada Allah tidak ada nilai dan pahalanya. Bahkan pelakunya berhak
mendapat ancaman yang keras, sekalipun amalan ketaatan yang ia
kerjakan amalan yang tinggi seperti sedekah dan jihad di jalan Allah dan
selainnya."
6. • 1. Gila pujian dan sanjungan
• 2. Banyak menceritakan kebaikan amalannya
• 3. Menyandarkan pekerjaan kelompok pada dirinya
• 4. Menampakkan sikap tawadhu'
• 5. 'Ujub (bangga diri)
• 6. Menjelekkan orang lain agar dirinya terpuji
• 7. Merendahkan diri di hadapan manusia agar
mendapat pujian
• 8. Menampakkan diri seolah-olah orang yang sibuk
7. • Maka engkau akan melihat orang yang seperti ini merasa senang jika ada orang yang
memujinya. Jiwanya akan melayang dan merasa tinggi dengan pujian. Relung hatinya
selalu terpenuhi dengan keinginan untuk mendapat pujian manusia. Dirinya selalu
berusaha mencari muka di hadapan manusia walaupun harus berkorban dengan
harta.Husain bin Ziyad berkata, "Setan tidak akan membiarkan manusia hingga dia
mampu menipunya dari segala penjuru. Setan akan membujuknya agar mau
membeberkan amalan yang ia kerjakan."
• Orang semacam ini, jika tersanjung dengan pujian dan merasa nyaman, ibaratnya
berada di sebuah tepi lautan yang akan membinasakannya. Maka tidak kita ragukan
lagi bahwa perbuatan tersebut termasuk bentuk riya' yang dilarang.
• "Apabila seorang hamba ikhlas se-mata2 karena Allah ,Allah akan memilih,
menghidupkan hati, dan menyelamatkannya, hingga dia berpaling dari hal2 yg dapat
merusak keikhlasan, berupa kejelekan dan perbuatan yang keji. Berbeda dg hati yang
tidak ikhlas karena Allah sesungguhnya ia senantiasa berkeinginan, berkehendak dan
kecintaan yang mutlak. Senang dg sesuatu yg menyenangkan hati, menekuni apa yg
dicintai, bagaikan ranting yg tertiup angin maka ia akan condong ke arahnya. Kadang
pula menariknya kepemimpinan, dan kedudukan, sebuah kalimat membuatnya ridha
dan benci. Orang yg memuji memperbudaknya sekalipun dg kebatilan, ia memusuhi
orang yg mencelanya sekalipun ia berada dalam kebenaran, kadang kala dinar dan
dirham memperbudaknya pula atau perkara2 lain yg menjadikan hati bagaikan
seorang budak, hati senang kepada-nya, maka ia pun menjadikan hawa nafsunya
sebagai ilah, mengikuti hawa nafsunya tanpa petunjuk dari Allah
8. • Faedah: Bagaimana jika mendapat pujian manusia bukan karena
keinginannya?
• Apabila seorang hamba mengerjakan amalan shalih ikhlas karena
Allah SWT dan ketika selesai ibadah dia pun masih ikhlas, kemudian
Allah menampakkan kebaikannya berupa pujian dari manusia,
hingga dia senang atas keutamaan dan karunia Allah SWTmaka hal
ini bukan termasuk riya'. Allah SWT berfirman : Katakanlah:
"Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu
mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih
baik dari apa yang mereka kumpulkan". (QS. Yunus [10]: 58)
• "Ada yang bertanya, 'Wahai Rasulullah, ada seseorang yang berbuat
kebaikan kemudian manusia memujinya.' Rasulullah menjawab, 'Itu
adalah berita gembira yang disegerakan bagi seorang yg beriman.‘
9. • Orang semacam ini selalu berhasrat untuk
menceritakan amalan yang telah ia kerjakan dari
kepayahan, berat dan susahnya. Sekilas, orang seperti
ini cinta agama dan amalan kebajikan, padahal yang
mengurat dalam hati adalah keinginan menonjolkan
amalannya di depan orang lain, berhasrat untuk
mendapatkan hati manusia, kedudukan yang mulia,
dan pujian yang banyak.
• "Hakikat riya' adalah mencari apa yang ada di dunia
dengan ibadah dan asal niatnya adalah mencari
kedudukan di dalam hati manusia.“
10. • Engkau akan melihat bahwa orang yang seperti ini hasrat dan
keinginannya adalah menonjolkan diri di hadapan ketua, mudir,
atau lainnya bahwa dirinya adalah orang yang telah melakukan
pekerjaan semuanya, ingin dilihat bahwa dia adalah orang yang
punya ide cemerlang hingga terwujud pekerjaan. Hasrat seperti ini
kadang-kadang membawanya sampai pada perbuatan mengaku-aku
telah mengerjakan sesuatu padahal kenyataannya tidak seperti itu.
Sangat tepat gambaran al-Qur'an akan orang semacam ini dalam
firman-Nya:
• Janganlah sekali-kali kamu menyangka, bahwa orang-orang yang
gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka suka
supaya dipuji terhadap perbuatan yang belum mereka kerjakan
janganlah kamu menyangka bahwa mereka terlepas dari siksa, dan
bagi mereka siksa yang pedih. (QS. Ali 'Imran [3]: 188)
11. • Semisal dengan menampakkan badan yang kurus dan
pucat, agar orang menyangkanya se-bagai ahli ijtihad dan
ibadah, orang yang selalu sedih memikirkan agama dan
takut akhirat. Seperti ini pula orang yang pura-pura
berbicara dengan suara yang serak, mata sayup, badan
seolah-olah lemas agar menunjukkan kepada manusia
bahwa dia orang yang banyak puasa dan ibadah!!
• "Alangkah sedikitnya orang yang beramal ikhlas karena
Allah Karena kebanyakan manusia cinta untuk
menampakkan ibadahnya. Ketahuilah, meninggalkan
pandangan manusia dan menghilangkan hasrat mendapat
hati dari manusia dengan amalan, dan membersihkan niat
serta menutup keadaan dialah orang yang terangkat
kedudukannya."
12. • 'Ujub termasuk kotoran yang dapat merusak amalan seorang hamba, menafikan
keikhlasan dan membatalkannya, mendatangkan kerendahan di sisi Allah
menjauhkan seseorang dari introspeksi (mawas diri), membutakan mata hati
hingga lupa terhadap aib dan kekurangan sendiri.
• "'Ujub adalah engkau merasa pada irimu ada sesuatu yang tidak dimiliki oleh orang
lain.“
• "'Ujub adalah engkau memperlihatkan ibadah dan membanggakannya di hadapan
orang lain.”
• Rasulullah saw bersabda : "Ada tiga perkara yang membinasakan: kebakhilan yang
ditaati, hawa nafsu yang diikuti dan bangganya seorang hamba terhadap dirinya
sendiri.“
• "Riya' termasuk syirik terhadap makhluk, sedangkan 'ujub termasuk syirik terhadap
diri sendiri dan inilah keadaan orang yg sombong. Maka orang yg riya' tidak
merealisasikan ayat Allah SWTHanya kepada-Mu aku beribadah, sedangkan orang
yang 'ujub tidak merealisasikan ayat Allah SWT Hanya kepada-Mu kami meminta
tolong. Maka barangsiapa yang merealisasikan ayat Hanya kepada-Mu kami
beribadah akan keluar dan selamat dari riya', dan orang yang merealisasikan ayat
Hanya kepada-Mu kami meminta tolong akan keluar dan selamat dari 'ujub."
13. • "Di antara sebagian manusia ada yang memoles ghibah (gunjingan) dalam
bentuk yang indah dan beragam. Kadangkala karena alasan agama dan
kebaikan ia berkata: 'Saya tidak menyebutkan orang kecuali kebaikan, saya
tidak suka ghibah dan dusta, hanya saja saya mengabarkan kepada kalian
keadaan yang sebenarnya, demi Allah swt dia orang yang baik tetapi
sayang dia begini dan begitu.' Tujuan dari hal ini tiada lain adalah
memojokkannya, beralasan demi kebaikan dan agama.
• Sebagian yang lain berbuat ghibah karena hasad. Maka orang yang
semacam ini telah mengumpulkan dua perkara yang sangat keji. Sebagian
yang lain lagi berbuat ghibah dalam bentuk kekaguman. Semisal dia
berkata: 'Saya kagum dengan dia, tetapi bagaimana mungkin dia tidak
melakukan ini dan itu.' Atau ia berkata: 'Saya heran dengan dia, bagaimana
bisa ia terjatuh dalam perkara semacam ini!' Melakukan ghibah dengan
bentuk keheranan dan kagum, inilah penyakit hati yang paling besar dan
penipuan terhadap Allah swt serta para makhluk-Nya."
14. • Adakalanya seseorang merendahkan diri dan mencela
dirinya sendiri di hadapan orang banyak. Dengan
begitu dia berharap agar manusia menilainya sebagai
orang yang rendah diri sehingga terangkatlah
pamornya, yang kemudian mereka memujinya. Perkara
semacam ini termasuk pintu-pintu riya' yang sangat
halus.
• Mutharrif bin Abdullah رحمه الله mengatakan, "Cukuplah
seseorang dikatakan memuji dirinya dengan mencela
dirinya sendiri pada khalayak ramai. Seolah-olah dia
menghendaki kebaikan padahal di sisi Allah merupakan
kejahilan."
15. • Untuk menonjolkan diri, Anda akan dapati sebagian orang mengaku
sebagai orang yang sibuk. Pengakuannya ini dia jadikan tameng untuk
menolak tugas atau amanat—sekalipun itu hanya sebuah amalan ringan—
sehingga pamornya terangkat di mata manusia, bahkan kabarnya sebagai
orang sibuk tersebar di khalayak manusia.
• Orang yang semacam ini bisa jadi niatnya hanya ingin riya' atau hanya
dusta belaka. Termasuk cerita yang menggelikan berkaitan dengan hal ini,
diceritakan ada seorang laki2 yg melamar seorang wanita. Ketika lamaran,
laki 2 tersebut berkata kepada calon istrinya: "Saya adalah orang yg sibuk
dlm medan dakwah dan kegiatan lainnya, bisa jadi saya tidak punya waktu
untuk memberikan sebagian hak anti sebagai istri nanti."
• Maka wanita itu pun menolak lamarannya seraya berkata, "Bisa jadi orang
ini hanya dusta belaka atau orang yang riya'. Dusta karena pengakuannya
atau riya' karena ingin martabatnya naik di mataku, karena bagaimana dia
bisa demikian, mana dirinya (dibandingkan) dengan Rasulullah saw mana
dirinya (dibandingkan) dengan para ulama yang tetap bekerja?!!"
16. • Saudaraku, seluruh amalanmu yang telah engkau kerjakan adalah sedikit di sisi Allah
swt meski menurut pandanganmu sebesar gunung. Tanamkan dalam dirimu
perasaan takut dan harap. Ingatlah ucapan Ibnu Auf "Janganlah engkau merasa
percaya diri dengan banyaknya amalan karena sesungguhnya engkau tidak tahu
apakah amalanmu diterima ataukah tidak. Amalanmu tidak engkau ketahui
hakikatnya."
• Wahai saudaraku, jagalah amalanmu dengan keikhlasan, sembunyikanlah
kebaikanmu sebagaimana engkau menyembunyikan kejelekanmu. Berbahagialah
dengan kebaikan yang besar jika engkau telah berbuat ikhlas karena Allah Ta’ala
semata.
• "Satu jenis amalan terkadang seorang hamba mengerjakannya dengan sempurna,
ikhlas karena Allah maka Allah mengampuni dosanya sampai dosa besar sekalipun,
sebagaimana hadits bithagah (kartu). Ini adalah keadaan orang yang mengucapkan
kalimat tauhid dengan ikhlas. Karena para penduduk neraka yang mengerjakan dosa
besar mereka juga mengucapkan kalimat tauhid, tetapi ucapan mereka tidak bisa
mengalahkan dosa dan kejelekan mereka, berbeda dengan pemilik bithaqah yang
ucapannya bisa mengalahkan amalan-amalan jelek.
• Maka amalan itu bertingkat-tingkat sesuai dengan tingkatan iman dan pengagungan
yang ada di dalam hati."
17. • Ahmad bin Qudamah berkata, "Ketahuilah, bahwasanya
Allah swt telah memberikan nikmat, berbuat baik dan
membaguskan amalanmu, maka tidaklah layak bagi
seseorang untuk bangga terhadap amalannya, tidak pula
orang yg alim terhadap ilmunya, karena semua itu
keutamaan dari Allah swt semata.“
• Berkata Sahabat yang mulia Zubair bin Awwam
"Barangsiapa di antara kalian yang mampu merahasiakan
amalannya yg shalih maka hendaklah ia mengerjakannya.“
• Umar bin Khaththab tatkala berkata, "Barangsiapa yang
niatnya ikhlas di dalam kebenaran maka Allah akan
cukupkan di antara manusia, dan barangsiapa yang berhias
dengan apa yang tidak ia miliki, maka Allah swt akan
jelekkan.“